229
 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 T AHUN 2004 TENTANG DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TENGAH JL. PIERE TENDEAN No. 24 SEMARANG TAHUN 2005   P   RA  K SE T Y I  AU  A R  L  P A   H T I  S K T  B HA  AJ  A J A W A - TE NG A H INDONESIA SEHAT 2010 CETAKAN KEDUA KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 T AHUN 2004 TENTANG DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TENGAH JL. PIERE TENDEAN No. 24 SEMARANG TAHUN 2005   P   RA  K SE T Y I  AU  A R  L  P A   H T I  S K T  B HA  AJ  A J A W A - TE NG A H INDONESIA SEHAT 2010 CETAKAN KEDUA  

Petunjuk Spm Jateng

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 1/229

 

 

KEPUTUSAN

GUBERNUR J AWA T ENGAH

NOMOR 71 TAHU N 2004

TENTANG

DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TENGAH

JL. PIERE TENDEAN No. 24 SEMARANG

TAHUN 2005

  P  RA

 KSE T Y I  A U

A R L PA   H T I S K T  B HA

AJ  A 

J AW A - T E N GA H INDONESIA

SEHAT

2010

CETAK AN K EDUA

KEPUTUSAN

GUBERNUR J AWA T ENGAH

NOMOR 71 TAHU N 2004

TENTANG

DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWA TENGAH

JL. PIERE TENDEAN No. 24 SEMARANG

TAHUN 2005

 

  P  RA

 KSE T Y I  A U

A R L PA   H T I S K T  B HA

AJ  A 

J AW A - T E N GA H INDONESIA

SEHAT

2010

CETAK AN K EDUA

 

Page 2: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 2/229

 

 

KATA PENGANTAR 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

Berkah, Rahmat dan Hidayah Nya, Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah telah selesaiditetapkan.

Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Bidang KesehatanKabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah berpedoman kepada

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :1457/MENKES/SK/X/2003 Tanggal 10 Oktober 2003 tentang Standar 

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten /Kota, yangditambah dengan beberapa jenis pelayanan dan peningkatan target

 beberapa indikator jenis pelayanan. Standar Pelayanan Minimal inidisusun setelah mendapatkan masukan melalui berbagai pertemuan

dengan lintas program dan lintas sektor, baik di tingkat Pusat maupunDaerah.

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 9 Kewenangan Wajib yang dijabarkanmenjadi 26 jenis pelayanan wajib yang dijabarkan lagi menjadi 63

indikator kinerja, disamping 8 indikator kinerja yang wajib untuk Kabupaten/Kota tertentu. Dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan ini, diharapkan pelayanan kesehatan yang paling mendasar dan esensial dapat dipenuhi pada tingkat yang paling minimal sama

untuk wilayah Propinsi Jawa Tengah. Sehingga akan dapat mengurangikesenjangan pelayanan kesehatan di berbagai daerah, dengan masih

memberikan kebebasan kepada daerah untuk menetapkan jenis pelayanan yang bersifat kebutuhan / spesifik daerah.

Buku Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah telah dicetak pada bulan Desember 2004(Cetakan I). Sedangkan Cetakan II ini merupakan penyempurnaan

Page 3: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 3/229

 

Cetakan I dalam beberapa petunjuk tehnis yang disesuaikan dengan

kondisi saat ini, serta beberapa koreksi redaksional.

Tiada gading yang tak retak, akhirnya kami ucapkan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah bekerja keras sampai

tersusun dan ditetapkannya kebijakan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersama kita.

Semarang, Oktober 2005

Kepala Dinas KesehatanPropinsi Jawa Tengah

Dr Budihardja, DTM & H, MPH

 NIP. 140 104 087

Page 4: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 4/229

 

 

GUBERNUR JAWA TENGAH

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH 

NOMOR 71 TAHUN 2004 

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

DI PROPINSI JAWA TENGAH 

GUBERNUR JAWA TENGAH 

Menimbang : a. bahwa untuk menentukan tolok ukur kinerja

 pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerahtelah ditetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota denganKeputusan Menteri Kesehatan Nomor 

1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di

Kabupaten/Kota;

 b. bahwa dalam rangka pertanggungjawaban PerangkatDaerah untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran

 pembangunan bidang kesehatan, dipandang perlumenetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Page 5: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 5/229

 

Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah dengan Keputusan Gubernur.

Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang PembentukanPropinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 100 Tahun

1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004

 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 

4437);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun

2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

 Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000

tentang Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000

 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 

4022);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000

tentang Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 209,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027);

7. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 7

Tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan,

Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas

Kesejahteraan Sosial, Dinas Pariwisata, Dinas

Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Bina

Page 6: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 6/229

 

Marga, Dinas Pemukiman dan Tata Ruang, Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Dinas

Perikanan Dan Kelautan, Dinas Kehutanan, Dinas

Perkebunan, Dinas Perhubungan dan

Telekomunikasi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan, DinasKesehatan, Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas

Pendapatan Daerah, dan Dinas Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran

Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001 Nomor 

26);

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 

131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan

 Nasional;

9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 

1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH

TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI

PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

Page 7: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 7/229

 

 

1.  Daerah adalah Propinsi Jawa Tengah.

2.  Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

3.  Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintah Daerah.

4.  Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.

5.  Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi PemerintahDaerah dalam memberikan dan mengurus keperluan kebutuhan

dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.

6.  Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan Kabupaten/Kota.

BAB II

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG KESEHATAN

Pasal 2

Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan

sesuai Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Pasal 3

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 yang berkaitan dengan jenis Pelayanan,

Indikator Kinerja dan Target Tahun 2010 Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana

tercntum dalam Lampiran I Keputusan ini.

Pasal 4

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Pasal 2

sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini.

Page 8: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 8/229

 

 

BAB III

PENGORGANISASIAN

Pasal 5

(1) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah menetapkan Standar PelayananMinimal di Daerah.

(2) Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan

 pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal yang

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dan

masyarakat.

(3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan

Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara operasional

dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(4) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan

Minimal dilakukan oleh tenaga dengan kualifikasi dan kompetensi

yang dibutuhkan.

BAB IV

PELAKSANAAN

Pasal 6

(1) Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kotayang ditetapkan merupakan acuan dalam perencanaan program

 pencapaian target masing-masing Kabupaten/Kota.

(2) Standar Palayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan Standar Teknis yang ditetapkan.

Page 9: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 9/229

 

 

BAB V

PEMBINAAN

Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah memfasilitasi penyelenggaraan pelayanankesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal dan mekanisme

kerjasama antar Kabupaten/Kota.

(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk 

 pemberian standar teknis, pedoman, bimbingan teknis, pelatihan

meliputi :

a. Perhitungan kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai Standar 

Pelayanan Minimal;

 b. Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja pencapaian target

Standar Pelayanan Minimal;c. Penilaian pengukuran kinerja;

d. Penyusunan laporan kinerja dalam menyelenggarakan

 pemenuhan Standar Pelayanan Minimal di bidang Kesehatan.

 

Pasal 8

Gubernur melaksanakan supervisi dan pemberdayaan pada

Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai

Standar Pelayanan Minimal.

BAB VI

PENGAWASAN

Pasal 9

Page 10: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 10/229

 

 

(1) Bupati/Walikota melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan

 pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal di

Kabupaten/Kota masing-masing.

(2) Bupati/Walikota menyampaikan laporan pencapaian kinerja

 pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal, kepadaMenteri Dalam Negeri dan Mentei Kesehatan melalui Gubernur.

Pasal 10

(1) Gubernur melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan

 pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal yang

ditetapkan Pemerintah Daerah.

(2) Hasil Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan

kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Presiden melalui Menteri

Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan.

BAB VII

PEMBIAYAAN

Pasal 11

Semua biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pelayanankesehatan untuk pencapaian target sesuai Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

BAB VIII

Page 11: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 11/229

 

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini sepanjang mengenai

teknis pelaksanaan akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.

Pasal 13

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

 pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Daerah Propinsi Jawa Tengah.

Ditetapkan di Semarang pada tanggal 23 Desember 2004

GUBERNUR JAWA TENGAH

MARDIYANTO

Diundangkan di Semarang

 pada tanggal 24 Desember 2004SEKRETARIS DAERAH PROPINSI

JAWA TENGAH

MARDJIJONO

Page 12: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 12/229

 

 

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2004

 NOMOR 88

Page 13: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 13/229

 

I.PELAYANAN KESEHATAN YANG WAJIB DILAKUKAN

OLEH KABUPATEN / KOTA

A. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

1.  Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4

a.  Pengertian

a.  Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan

 pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empatkali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal

satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulankedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

b.  Pelayanan adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi

ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan olehtenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan, dan Perawat).

b.  Definisi Operasional

Cakupan Kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamilyang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai

dengan stándar di satu wilayah kerja pada kurun waktutertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Cakupankunjungan IbuHamil K4

x 100 %Jumlah Kunjungan Ibu Hamil K4

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun=

 

Page 14: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 14/229

 

2)   Pembilang 

Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayananantenatal sesuai standar minimal 4 kali di satu wilayah

kerja, pada kurun waktu tertentu.Perkiraan ibu hamil di wilayah kerja yang sama dapat

dihitung dengan formula:

1,1 x CBR x Jumlah penduduk di wilayah kerja.3)   Penyebut 

Jumlah seluruh ibu hamil di satu wilayah kerja yang samadalam kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah Penduduk  500.000, Angka Kelahiran Kasar (CBR) 2,3 %. Hasil pelayanan antenatal K4 = 12.000 

 Bumil  Januari-Desember tahun 2003, Maka : Cakupan

K4 adalah =

12.000

1,1 x 2,3% x 500.000X 100% = 94,86%

Jml kunjungan ibu hamil K4

Jml sasaran ibu hamil dalam satu tahunX 100%

 

d.  Sumber DataSIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh

swasta.

e.  Rujukan1)  Buku Pegangan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal,;2)  Standar Pelayanan Kebidanan (SPK);

3)  Pelayanan Kebidanan Dasar;4)  PWS – KIA.

Page 15: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 15/229

 

f.  Target

§  Target 2005: 78 %§  Target 2010: 95 %

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pendataan Bumil;

2) 

Pembuatan kantong persalinan;3)  Pelayanan Antenatal;4)  Pencatatan dan Pelaporan;

5)  Monitoring dan Evaluasi.

2.  Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau

Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan

a.  Pengertian

1)  Pertolongan persalinan adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu

yang mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang kompeten.2)  Kompetensi kebidanan adalah keterampilan

yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang

 pelayanan kebidanan (Dokter dan Bidan).

 b.  Definisi Operasional Cakupan Pertolongan Persalinan oleh  Bidan atau TenagaKesehatan  adalah cakupan Ibu bersalin yang mendapat

 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memilikikompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus1)   Rumus

Cakupan pertolongan persalinan olehBidan/ TenagaKesehatan

Jumlah persalinan olehtenaga kesehatan (Pn)

Jml seluruh sasaran persalinandalam satu tahun

x 100%=

 

Page 16: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 16/229

 

 

2)   Pembilang Jumlah ibu bersalin di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu, yang persalinannya memperoleh pertolongan dari tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan.

3)   Penyebut Jumlah ibu bersalin di satu wilayah kerja yang sama padakurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah Penduduk  500.000, Angka Kelahiran Kasar (CBR) 2,3 %. Hasil cakupan Pn = 10.500 Ibu bersalin

(Bulin) Januari- Desember tahun 2003,Maka :

Cakupan Pnadalah

Jml persalinan olehtenaga kesehatan (Pn)

x 100%  Jml seluruh sasaran persalinandalam satu tahun

 

10.500 X 100% = 86,96%1,05 x 2,3% x 500.000

=

 

d.  Sumber DataSIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh

swasta.

e.  Rujukan1) Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal;2) Standar Pelayanan Kebidanan (SPK);

3) Pelayanan Kebidanan Dasar;4) PWS – KIA;

5) Pedoman Asuhan Persalinan Normal/ APN.

Page 17: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 17/229

 

 

f.  Target§  Target 2005: 77 % ¡ Target

2010: 90%

g.  Langkah Kegiatan1)  Pelayanan persalinan;

2)  Perawatan nifas;3)  Monitoring dan Evaluasi.

3.  Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk 

a.  Pengertian1)  Risti/Komplikasi adalah keadaan

 penyimpangan dari normal, yang secara langsungmenyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

2)  Risti/komplikasi kebidanan meliputi: (Hb <8 g%, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg,

Diastole > 90 mmHg, Oedema nyata, eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak 

lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis,

 persalinan prematur.3)  Bumil Risti / komplikasi yang dirujuk 

adalah Bumil Risti / Komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan oleh tenaga

kesehatan.

b.  Definisi OperasionalIbu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk adalah Ibu hamil

Risiko tinggi/komplikasi yang ditemukan/dirujuk di satuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Page 18: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 18/229

 

 

Ibu Hamil risti/Komplikasiyang dirujuk 

=

Jml Bumil risti/ Komplikasiditemukan/dirujuk 

Jml seluruh sasaran Bumil

risti/Komplikasi

x 100 %

 

2)   Pembilang  

Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yangditemukan/ dideteksi / dirujuk di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang ada diwilayah kerja pada kurun waktu yang sama (20% total

ibu hamil).Perhitungan perkiraan ibu hamil dapat dilihat pada

indikator cakupan kunjungan ibu hamil K4.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah Penduduk 500.000, Angka Kelahiran Kasar 

(CBR) 2,3%. Hasil cakupan ibu hamil Risti/komplikasi= 2250 Januari - Desember tahun 2003, maka:

Cakupan Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk adalah :

x 100%

X 100% = 88,93%.

 

Catatan :Jumlah seluruh sasaran ibu Bumil Risti/komplikasi =

20 % X Total Bumil

Total Bumil = 1,1 X CBR X Total Populasi ( Penduduk )

Page 19: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 19/229

 

d.  Sumber Data

1)  SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukanoleh swasta;

2)  Laporan AMP.

e.  Rujukan

1) 

Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternaldan Neonatal;2)  Standar Pelayanan Kebidanan (SPK);

3)  Pelayanan Kebidanan Dasar;4)  PWS – KIA;

5)  Pedoman Asuhan Persalinan Normal/ APN;6)  Pedoman AMP;

f.  Target

§  Target 2005: 25 %§  Target 2010: 100%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Persiapan Pelayanan Antenatal;2)  Pelayanan ANC;

3)  Pemantauan & Evaluasi ;4)  Persiapan Pelayanan Pertolongan Persalinan;

5)  Pemantauan & Evaluasi;6)  Persiapan Pendeteksian Bumil Risti/Komplikasi;

7)  Deteksi Bumil Risti/Komplikasi;8)  Pemantauan & Evaluasi.

4. Cakupan Kunjungan Neonatus

a.  Pengertian

1) Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan

kesehatan kepada bayi umur 0-28 hari di sarana

Page 20: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 20/229

 

 pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui

kunjungan rumah.2) Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan

neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahanhipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan

infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan

 pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; ManajemenTerpadu Bayi Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.

3) Setiap neonatus memperoleh pelayanan kesehatanminimal 2 kali yaitu 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali

 pada umur 8-28 hari.

b.  Definisi OperasionalCakupan Kunjungan Neonatus adalah cakupan neonatus

yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai denganstandar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memilki

kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 2 kali,di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Cakupan KN = x 100%Seluruh bayi lahir hidup

Jumlah KN yang ditanganisesuai standar 

 2)   Pembilang 

Jumlah neonatus yang memperoleh pelayanan kesehatansesuai dengan standar, paling sedikit 2 kali, di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.3)   Penyebut 

Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurunwaktu sama. Jika tidak ada data dapat digunakan angka

estimasi jumlah bayi lahir hidup berdasarkan data BPSatau perhitungan CBR dikalikan jumlah penduduk.

Page 21: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 21/229

 

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

•  Ada data jumlah bayi lahir di desa A.Jumlah pendataan seluruh bayi lahir di desa A tahun

2003: 75 bayi.

Jumlah KN yang ditangani sesuai standar sebanyak 2

kali oleh Bidan AA tahun 2003: 55 bayi.

Cakupan KN: 55/75 x 100 % = 73,33 %

•  Tidak ada data jumlah bayi lahir hidup di Kab. BJumlah penduduk Kab. B tahun 2003: 300.000 jiwa.

CBR Kab. B tahun 2003: 2.3% Rekapitulasi jumlah KN yang ditangani Dokter, Bidan,

Perawat sesuai standar (berdasarkan laporan

 puskesmas) di Kab B tahun 2003: 4200.

Estimasi jumlah lahir hidup: 2.3% x 300.000= 6.900

Cakupan KN: 4.200 / 6.900 x 100 % = 60,87 %

d.  Sumber Data

SIMPUS, SIRS dan Klinik.

Page 22: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 22/229

 

e.  Rujukan

1)  Modul Pelatihan Resusitasi;2)  Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Neonatal

Esensial;3)  Modul Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM);

4)  Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

f.  Target§  Target 2005: 65 %

§  Target 2010: 90%

g.  Langkah Kegiatan 1)  Pelatihan klinis kesehatan neonatal meliputi resusitasi,

neonatal esensial, MTBM, pemberian vitamin K; dan penggunaan Buku KIA;

2)  Pemantauan pasca pelatihan resusitasi dan MTBM;3)  Pelayanan kunjungan neonatus di dalam gedung dan luar 

gedung;4)  Pelayanan rujukan neonatus;

5)  Pembahasan audit kesakitan dan kematian neonatus.

5. Cakupan Kunjungan Bayi

a.  Pengertian

1) Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi

umur 1-12 bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun dirumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan

sebagainya, melalui kunjungan petugas.2) Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan

tumbuh kembang bayi (DDTK), stimulasi perkembangan bayi, MTBM, manajemen terpadu balita sakit (MTBS), dan

 penyuluhan perawatan kesehatan bayi di rumahmenggunakan Buku KIA yang diberikan oleh dokter, bidan

dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi.

Page 23: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 23/229

 

3) Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4

kali yaitu 1 kali pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 

9-12 bulan.

b.  Definisi Operasional

Cakupan Kunjungan Bayi adalah cakupan bayi yangmemperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar olehDokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis

kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

2)   Pembilang 

Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurunwaktu yang sama. Jika tidak ada data dapat digunakan

angka estimasi jumlah bayi lahir hidup berdasarkan dataBPS atau perhitungan CBR dikalikan jumlah penduduk.

Page 24: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 24/229

 

 

4)  Ukuran/KonstantaProsentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah seluruh bayi lahir di desa A tahun 2003: 75 bayi.

Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuaistandar, 4 kali oleh bidan AA: 40. Cakupan kunjungan bayi = 40 / 75 x 100 % = 53,33 %.

Jumlah penduduk Kabupaten B: 270.000 jiwa.CBR: 2.3% 

Rekapitulasi jumlah bayi yang memperoleh pelayanankesehatan sesuai dengan standar 4 kali, se kabupaten B:

5000 Estimasi jumlah lahir hidup: 2.3% x 270.000 = 6.210

Cakupan kunjungan bayi = 5.000 / 6.210 = 80,52 %.

d. 

Sumber DataSIMPUS, SIRS dan Klinik.

e.  Rujukan

1)  Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS);

2)  Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita(DDTK);

3)  Buku KIA.

f.  Target§  Target 2005: 65%

§  Target 2010: 90%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Peningkatan kompetensi klinis kesehatan bayi meliputiDDTK, stimulasi perkembangan bayi dan MTBS;

2)  Pemantauan pasca pelatihan MTBS dan DDTK;

Page 25: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 25/229

 

3)  Pelayanan kunjungan bayi di dalam gedung dan luar 

gedung;4)  Pelayanan rujukan;

5)  Pembahasan audit kematian dan kesakitan bayi.

6. Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR yang Ditangani

a.  Pengertian1)  Cakupan bayi berat lahir rendah adalah cakupan bayi

dengan berat lahir kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah

lahir.2)  Penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan

neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahanhipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan

infeksi berupa perawatan mata, talipusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen

terpadu bayi muda (MTBM); penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan penyuluhan

 perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.3)  Setiap BBLR memperoleh pelayanan kesehatan yang

diberikan di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah oleh Dokter, Bidan

dan Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatanneonatal dan penanganan BBLR.

b.  Definisi Operasional

Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR yang Ditanganiadalah cakupan BBLR yang ditangani sesuai standar oleh

Dokter, Bidan dan Perawat yang memiliki kompetensi kliniskesehatan neonatal dan penanganan BBLR, di satu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu.

Page 26: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 26/229

 

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

2)  Pembilang Jumlah kunjungan BBLR yang ditangani sesuai dengan

standar oleh tenaga kesehatan, di satu wilayah kerja padakurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah BBLR di wilayah kerja pada kurun waktu yangsama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah BBLR yang ditangani bidan MM tahun 2003: 6 

bayi.

Jumlah seluruh BBLR di desa M tahun 2003: 9 bayi.

Cakupan BBLR ditangani = 6 / 9 x 100 % = 67 %.

d.  Sumber DataSIMPUS, SIRS dan Klinik.

e.  Rujukan1)  Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial;

2)  Modul Manajemen Terpadu balita Sakit;3)  Modul Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM);

4)  Buku KIA.

Page 27: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 27/229

 

 

f.  Target§  Target 2005: 25%

§  Target 2010: 100%

g.  Langkah Kegiatan

1) 

Pelatihan klinis kesehatan neonatal dan penangananBBLR;2)  Pemantauan pasca pelatihan kesehatan neonatal dan

 penanganan BBLR;3)  Pemantauan BBLR ditangani melalui kunjungan

neonatal (KN) di dalam gedung dan luar gedung;4)  Pelayanan rujukan BBLR;

5)  Pembahasan audit kematian BBLR.

B. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah

1. 

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah

a.  Pengertian

1)  Anak balita dan

 prasekolah adalah anak umur 1 sampai dengan 6 tahun.2)  Pelayanan DDTK Anak 

 balita dan Prasekolah meliputi kegiatan deteksi dinimasalah kesehatan anak menggunakan MTBS,

monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMSdan pemantauan perkembangan (motorik kasar, motorik 

halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian); penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah

 pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah; pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih

mampu.

Page 28: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 28/229

 

3)  Setiap anak umur 1

sampai dengan 6 tahun memperoleh pelayanan DDTK minimal 2 kali per tahun (setiap 6 bulan sekali).

Pelayanan DDTK diberikan di dalam gedung maupun diluar gedung (di posyandu, Taman Kanak-kanak, tempat

 penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya) oleh

Dokter, Bidan dan Perawat yang memiliki kompetensiklinis kesehatan anak, DDTK, MTBM dan MTBS.

b.  Definisi OperasionalCakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra

sekolah adalah cakupan anak umur 1-6 tahun yang dideteksikesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai dengan standar 

oleh Dokter, Bidan dan Perawat, paling sedikit 2 kali per tahun, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)  Rumus

Jumlah anak umur 1-6 tahun yang di DDTK 

=

 

2)   Pembilang 

Jumlah anak umur 1-6 tahun yang dideteksi kesehatandan tumbuhkembangnya oleh tenaga kesehatan sesuai

dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3) Penyebut Jumlah balita di satu wilayah kerja pada kurun waktu

yang sama. Jika tidak ada data dapat digunakan angkaestimasi jumlah balita sekitar 10% dari jumlah

 penduduk.

4)  Ukuran/Konstanta

Page 29: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 29/229

 

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah anak balita umur 1-6 tahun memperoleh

 pelayanan DDTK sesuai standar oleh tenaga kesehatan paling sedikit 2 kali di Kabupaten A= 9.000.

Seluruh balita = 25.000 

Cakupan DDTK anak balita dan prasekolah = 9.000 /27.000 x 100 % = 33,33 %

d.  Sumber DataSIMPUS, praktek swasta.

e.  Rujukan

1)  Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS);2)  Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (DDTK);

3)  Buku KIA.

f.  Target§  Target 2005: 65%

§  Target 2010: 95%

g.  Langkah Kegiatan1)  Pelatihan kesehatan klinis kesehatan balita, MTBS dan

DDTK;2)  Pemantauan pasca pelatihan;

3)  Pelayanan kunjungan anak balita dan prasekolah, didalam gedung dan luar gedung;

4)  Pelayanan rujukan.

2.  Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat

oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/ guru

UKS/Dokter Kecil

a.  Pengertian

1)  Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu

lintas program dan lintas sektor dalam rangka

Page 30: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 30/229

 

meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk 

 perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada disekolah.

2)  Pelayanan kesehatan pada UKS adalah pemeriksaankesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD

dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap

murid kelas 1 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyahyang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersamadengan guru UKS terlatih dan dokter kecil secara

 berjenjang (penjaringan awal oleh guru dan dokter kecil, penjaringan lanjutan oleh tenaga kesehatan).

3)  Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis, keperawatanatau petugas Puskesmas lainnya yang telah dilatih

sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS.4)  Guru UKS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk 

sebagai pembina UKS di sekolah dan telah dilatihtentang UKS.

5) 

Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan

setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

b.  Definisi OperasionalCakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat

adalah  cakupan siswa kelas 1 SD dan setingkat yangdiperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga

terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringankesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Page 31: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 31/229

 

Cakupan pemeriksaankesehatansiswa SD

Jumlah murid kelas 1 SD dansetingkat yang diperiksa kesehatannyamelalui penjaringan kesehatan olehtenaga kesehatan atau tenaga terlatih

x 100 %Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat

=

 

2)   Pembilang Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yang diperiksa

kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh tenagakesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/ dokter kecil)

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat di wilayah kerja

 pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat di Kabupaten X pada tahun 2003 adalah 12.000 orang .

Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yang diperiksakesehatannya melalui penjaringan kesehatan 9.000

orang  Cakupan = 9.000/12.000 x 100 % = 75 %.

d.  Sumber Data

1)  Catatan dan pelaporanhasil penjaringan kesehatan (Laporan kegiatan UKS);2)  Data Diknas/BPS

setempat.

e.  Rujukan

Page 32: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 32/229

 

1)  Buku Pedoman UKS untuk 

Sekolah Dasar;2)  Buku Pedoman Penjaringan

Kesehatan;3)  Buku Pedoman UKGS murid

Sekolah Dasar.

f.  Target§  Target 2005: 75%

§  Target 2010: 100%

g.  Langkah Kegiatan1)  Pengadaan dan Pemeliharaan UKS Kit , UKGS Kit;

2)  Perencanaan kebutuhan anggaran, logistik dan pelatihan;3)  Pelatihan petugas, guru UKS / UKGS dan dokter kecil;

4)  Pelayanan Kesehatan;5)  Pencatatan dan Pelaporan.

3. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa TK, SLTP, SLTA

dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/ guru

uks/ dokter kecil ( 80%)

a.  Pengertian

1)  Pemeriksaan kesehatan siswa adalah pemeriksaankesehatan umum (TB, BB, Kulit, ketajaman mata,

 pendengaran, gigi mulut) yang dilaksanakan oleh nakes bagi siswa TK, SLP, SLTA atau setingkat.

2)  Tenaga kesehatan adalah tenaga medis, keperawatanatau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih

sebagai tenaga pelaksana UKS/ UKDS.3)  Guru UKS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk 

sebagai pembina UKS di sekolah dan telah dilatihtentang UKS.

Page 33: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 33/229

 

4)  Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang

 berasal dari murid kelas IV dan V SD dan setingkat yangmendapat pelatihan dokter kecil.

b. Definisi Operasional

Persentase siswa TK, SLTP, SLTA, dan Setingkat yangdiperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenagaterlatih (guru UKS/ dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan

 paling sedikit 2 x setahun di satu wilayah kerja pada kurunwaktu satu tahun.

c. Cara Perhitungan

1. Rumus:Jumlah murid TK, SLTP, SLTAyang setingkat diperiksa 2 x setahun

x 100%Jumlah sasaran siswa TK,SLTP, SLTA dan setingkat  

2. PembilangJumlah murid TK, SLTP, SLTA yang setingkat diperiksa 2 xsetahun di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

3. PenyebutJumlah sasaran siswa TK, SLTP, SLTA dan setingkat di satu

wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.

d. Sumber data

Laporan Puskesmas.

e. Rujukan.

- Buku Pedoman UKS dari Depkes Tahun 1999- Buku Pedoman Diknas Tahun 1999.- Renstra 1999-2004

f. Target

•  Tahun 2010: 80%

Page 34: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 34/229

 

g. Langkah Kegiatan

•  Pengadaan UKS kit 

•  Perencanaan kebutuhan anggaran, logistik dan pelatihan. 

•  Pelatihan petugas UKS puskesmas dan kab/kota 

•  Pelatihan dokter kecil 

•  Pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif) •  Pencatatan dan pelaporan. 

4. Cakupan pelayanan kesehatan remaja

a.  Pengertian

1)  Pemeriksaan kesehatan

remaja adalah pemeriksaan kesehatan siswa kelas 1SLTP dan setingkat, kelas 1 SMU dan setingkat melalui

 penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SLTP dan

Madrasah Tsanawiyah, kelas 1 SMU/SMK danMadrasah Aliyah yang dilaksanakan oleh tenagakesehatan bersama dengan guru UKS terlatih dan kader 

kesehatan remaja secara berjenjang (penjaringan awaloleh guru dan kader kesehatan remaja, penjaringan

lanjutan oleh tenaga kesehatan).2)  Tenaga Kesehatan adalah

tenaga medis, paramedis atau petugas Puskesmas lainnyayang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS.

3)  Guru UKS adalah gurukelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS di

sekolah dan telah dilatih tentang UKS.4)  Kader Kesehatan Remaja

adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasaldari murid kelas 1 dan 2 SLTP dan setingkat, murid kelas

1 dan 2 SMU/SMK dan setingkat yang telahmendapatkan pelatihan Kader Kesehatan Remaja.

Page 35: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 35/229

 

b.  Definisi Operasional

Cakupan pelayanan kesehatan remaja adalah cakupan siswakelas 1 SLTP dan setingkat, SMU/SMK dan setingkat yang

diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenagaterlatih (guru UKS/kader kesehatan sekolah) melalui

 penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Cakupan pelayanankesehatanremaja

Jumlah murid kelas 1 SLTP dan setingkat+ murid kelas 1 SMU/SMK dan setingkatyang diperiksa kesehatannya melalui

 penjaringan kesehatan oleh tenagakesehatan atau tenaga terlatih

x 100 %Jumlah murid kelas 1 SLTP dan setingkat +SMU/SMK dan setingkat

=

 2)   Pembilang 

Jumlah murid kelas 1 SLTP dan setingkat + Murid kelas1 SMU/SMK dan setingkat yang diperiksa kesehatannya

melalui penjaringan kesehatan oleh tenaga kesehatanatau tenaga terlatih (guru UKS/kader kesehatan remaja)

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah murid kelas 1 SLTP dan setingkat + murid kelas1 SMU/ SMK dan setingkat di wilayah kerja pada kurun

waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah murid kelas 1 SLTP dan setingkat + murid kelas SMU/SMK dan setingkat di

Kabupaten A tahun 2003 adalah 6.000 orang .

Page 36: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 36/229

 

Jumlah murid kelas 1 SLTP dan setingkat + murid kelas

1 SMU/SMK dan setingkat yang diperiksa kesehatannyamelalui penjaringan kesehatan 3.000 orang.

Cakupan = 3.000/6.000 x 100 % = 50 %

d.  Sumber Data

1)  Catatan dan pelaporan hasil penjaringan

kesehatan Laporan kegiatan UKS);2)  Data Diknas/BPS setempat.

e.  Rujukan1)  Buku Pedoman

UKS untuk Sekolah Tingkat Lanjutan;2)  Buku Pedoman

Penjaringan Kesehatan.

f.  Target§  Target 2005: 15% ¡ Target

2010: 80%

g.  Langkah Kegiatan1)  Pengadaan dan Pemeliharaan UKS Kit;

2)  Perencanaan kebutuhan anggaran, logistik dan pelatihan;3)  Pelatihan petugas, guru UKS dan dokter kecil;

4)  Pelayanan Kesehatan;5)  Pencatatan dan Pelaporan.

C.  Pelayanan Keluarga Berencana

Cakupan peserta KB aktif 

a.  Pengertian

1)  Peserta KB Aktif (CU)adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi

untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhirikesuburan.

Page 37: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 37/229

 

2)  Cakupan Peserta KB

Aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif (CU) dengan Pasangan Usia Subur (PUS).

3)  Cakupan Peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara

 para Pasangan Usia Subur (PUS).

b.  Definisi Operasional

Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan peserta KB aktif dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia Subur di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus 

Cakupan peserta KBaktif 

x 100 %=Jumlah peserta KB aktif (CU)

Jumlah pasangan usia subur   

2)   Pembilang Jumlah PUS yang memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai

standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah PUS di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah PUS yang memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai

standar di Kabupaten A= 12.000 PUS. Jumlah PUS di Kabupaten A= 15.000 PUS 

Cakupan peserta aktif KB = 12.000 / 15.000 x 100 % = 80%

Page 38: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 38/229

 

d.  Sumber Data

1)  Hasil Pencatatan dan Pelaporan KB BKKBN;2)  Hasil Pendataan BKKBN/ BPS setempat.

e.  Rujukan

1)  Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi(BP3K);

2)  Panduan Baku Klinis Program Pelayanan KB;

3)  Pedoman Penanggulangan Efek Samping/Komplikasi

Kontrasepsi;4)  Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Darurat;

5)  Penyeliaan Fasilitatif Pelayanan KB;6)  Instrumen Kajian Mandiri Pelayanan KB;

7)  Panduan Audit Medik Pelayanan KB;8)  Analisis Situasi & Bimbingan Teknis Pengelolaan

Pelayanan KB;

9)  Paket Kesehatan Reproduksi.

f.  Target

§  Target 2005: 60% ¡  Target 2010: 80%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pendataan Sasaran;2)  Penyediaan Akses Pelayanan yang Berkualitas;

3)  Pemberian Pelayanan yang Berkualitas;4)  Manajemen Kualitas Pelayanan :

•  Penyeliaan Fasilitatif;•  Audit Medik;

•  Kajian Mandiri;

•  Quick Investigation of Quality (QIQ);

•  Manajemen Pengelolaan.

D.  Pelayanan imunisasi

Page 39: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 39/229

 

 Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

a.  Pengertian

1)  Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah

kecamatan. (Undang-Undang Otonomi Daerah 1999).

2) 

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yangmemiliki kewenangan untuk mengatur dan menguruskepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. (Undang-Undang

Otonomi Daerah 1999).3)  UCI (Universal Child Immunization) ialah tercapainya

imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibuhamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar.

4)  Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosisBCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 3 dosis Hepatitis B, 1 dosis

Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi, 1 dosis DT, 1 dosis campak, 2

dosis TT.

b.  Definisi OperasionalDesa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana

minimal 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudahmendapat imunisasi dasar lengkap.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Jumlah desa / kelurahan UCIDesa/KelurahanUCI

=Seluruh desa / kelurahan

x 100 % 

2)   Pembilang 

Page 40: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 40/229

 

Jumlah desa/kelurahan UCI di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

3)   Penyebut Seluruh desa/kelurahan di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

4)  Ukuran / KonstantaPersentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah desa/kelurahan UCI di Kabupaten/Kota X sebanyak 

75 desa.Jumlah desa di Kabupaten/Kota X sebanyak 90 desa.

Desa/kelurahan UCI di wilayah Kabupaten/Kota X = 75/90

x 100% = 83,3 %

d.  Sumber Data SIMPUS, SIRS, dan klinik.

e.  Rujukan

Pedoman Operasional Program Imunisasi Tahun 2003, IM. 16(3 buku).

f.  Target

§  Target 2005: 86 %§  Target 2010: 100 %

g.  Langkah Kegiatan

1.  Pengadaan dan Pemeliharaan rantai dingin;§  Penerimaan / pengiriman vaksin.

Page 41: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 41/229

 

§  Penyimpanan vaksin.

2.  Perencanaan penyiapan logistik;§  Perhitungan kebutuhan vaksin.

§  Kebutuhan tempat penyimpanan vaksin.§  Kebutuhan tempat pendistribusian vaksin.

§  Kebutuhan alat suntik ADS.

3. 

Pelayanan Imunisasi;§  Pengumpulan data sasaran.§  Penggerakan sasaran.

§  Pelaksanaan imunisasi.§  Pencatatan dan pelaporan.

4.  Penanganan KIPI.§  Kunjungan lapangan.

§  Investigasi/pelacakan.§  Perawatan rujukan.

§  Pemeriksaan laboratorium.§  Pengkajian kasus tersangka KIPI.

§ 

Kebutuhan alat penanganan limbah.

E.  Pelayanan Pengobatan / Perawatan

1.  Cakupan Rawat Jalan

a.  Pengertian

1)  Rawat Jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang

meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasimedik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana

kesehatan.2)  Cakupan rawat jalan

adalah jumlah kunjungan kasus baru rawat jalan disarana kesehatan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

Page 42: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 42/229

 

3)  Kunjungan pasien baru

adalah seseorang yang berkunjung ke sarana pelayanankesehatan dengan kasus penyakit baru.

4)  Sarana kesehatan adalahtempat pelayanan kesehatan meliputi antara lain : rumah

sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, balai

 pengobatan pemerintah dan swasta, praktek bersama dan perorangan.

b.  Definisi OperasionalCakupan Rawat Jalan adalah cakupan kunjungan rawat

 jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah danswasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

=

Jumlah kunjungan kasus baruRawat Jalan di sarkes dalamkurun Jumlah kunjungan kasus baruRawat Jalan di sakes dalam kurun

2)   Pembilang 

Jumlah kunjungan kasus baru rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam kurun

waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Page 43: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 43/229

 

Persentase (%).

5)  Contoh PerhitunganJumlah kunjungan pasien baru RJ di sarkes di Kab. A

dalam kurun waktu 1 (satu) tahun : 52.800.Jumlah penduduk Kab. A : 2.000.000 orang.

Cakupan Rawat Jalan 52. 800 x 100 % = 2,64 %  2.000.000

=

 

d.  Sumber DataSIMPUS, SIRS, dan Rekam Medik. 

e.  RujukanPedoman Puskesmas dan Rumah Sakit;

f.  Target

Target 2005 : 10 % 

Target 2010 : 15 % 

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pendataan penduduk, sarana kesehatan, dan kunjunganke sarana kesehatan;

2)  Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan;3)  Analisa kebutuhan pelayanan;

4)  Penyuluhan;5)  Pelatihan SDM;

6)  Pencatatan pelaporan.

2.  Cakupan Rawat Inap

e.  Pengertian

1)  Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan peroranganyang meliputi pelayanan kesehatan perorangan yang

meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan,rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat

Page 44: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 44/229

 

inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan

swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin,yang oleh karena penyakitnya penderita harus

menginap.2)  Penderita adalah seseorang yang mengalami /

menderita sakit atau mengidap suatu penyakit.

3) 

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta, dan Puskesmas.

b.  Definisi OperasionalCakupan Rawat Inap adalah Cakupan kunjungan rawat inap

 baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan / Rumus 

1)   Rumus

CakupanRawat Inap

x 100 %Jumlah penduduk dalam satu wilayahkerja dalam kurun waktu yang sama

Jumlah penderita rawat inap baru disarkes dalam kurun waktu tertentu

=

 

2)   Pembilang Jumlah kunjungan rawat inap baru yang mendapatkan

 pelayanan kesehatan di Poli Umum, baik dalam dan luar gedung di satu wilayah kerja pada kurun waktu kurun

waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah penduduk dalam satu wilayah kerja dalam kurun

waktu yang sama. 

4)  Ukuran/Konstanta

Page 45: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 45/229

 

Persentase (%).

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah kunjungan kasus baru rawat inap di sarkes di Kab.A dalam kurun waktu 1 (satu) tahun : 68.000.

Jumlah penduduk Kab. A : 3.000.000 orang.

Cakupan Rawat Inap = x 100 % = 2,26 %68. 0003.000.000  

d.  Sumber DataSIMPUS, SIRS, dan Rekam Medik.

e.  RujukanPedoman Puskesmas dan Rumah Sakit.

f.  Target

§  Target 2005 : 1 % 

§  Target 2010 : 1,5 %. 

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pendataan penduduk, sarana kesehatan, dankunjungan ke sarana kesehatan;

2)  Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan;3)  Analisa kebutuhan pelayanan;

4)  Penyuluhan;5)  Pelatihan SDM;

6)  Pencatatan pelaporan.

F.  Pelayanan Kesehatan Jiwa

Pelayanan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

Umum

a.  Pengertian

Page 46: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 46/229

 

•  Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasienyang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan

 pada perasaan, proses pikir dan perilaku, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam

melaksanakan peran sosialnya.

•  Pelayanan kesehatan jiwa meliputi pelayanan promotif,

 preventif, kuratif, dan rehabilitatif pada gangguan mentalemosional, psikosomatik, dan psikotik pada , Bumil, bufas, bayi, anak balita dan pra sekolah, anak usia sekolah, remaja,

dewasa dan usia lanjut, yang diberikan oleh Dokter, Perawat,Bidan yang memiliki kompetensi teknis.

b.  Definisi OperasionalPelayanan Gangguan Jiwa di sarana Pelayanan Kesehatan

Umum adalah kasus gangguan jiwa yang dilayani di sarana pelayanan kesehatan umum di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

PelayananGangguanJiwa

Jumlah kunjungan kasus baru danlama gangguan jiwa yang terlayanidi Puskesmas dan Rumah SakitPemerintah dan Swasta

x 100 %Jumlah seluruh kunjungan barudan lama di Puskesmas dan

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta

=

 

2)   Pembilang Jumlah kunjungan kasus baru dan lama gangguan jiwa yang

terlayani di Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah danSwasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Page 47: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 47/229

 

3)   Penyebut 

Jumlah seluruh kunjungan baru dan lama di Puskesmas danRumah Sakit Pemerintah dan Swasta di satu wilayah kerja

 pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Rata-rata kunjungan jiwa di Puskesmas per hari : 1 Rata-rata kunjungan Puskesmas/RS per hari : 30 

Jumlah hari kunjungan dalam 1 bulan : 24 Jumlah bulan dalam 1 tahun : 12

1 x 24 x 12x 100 % = 3,33 %

30 x 24 x12  

d.  Sumber Data

SIMPUS, SIRS dan Rekam Medik.

e.  Rujukana.  Pedoman Kesehatan Jiwa bagi Petugas Kesehatan;

 b.  Pedoman Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di SaranaPelayanan Kesehatan Umum.

f.  Target

§  Target 2005: 3 %§  Target 2010: 15 %

g.  Langkah Kegiatan

1)  Penemuan kasus gangguan jiwa berdasarkan klasifikasi

ICD-X;

2)  Pelayanan kasus gangguan jiwa;

3)  Pelatihan;

Page 48: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 48/229

 

4)  Pencatatan dan pelaporan;

5)  Kunjungan rumah;

6)  Monitoring dan evaluasi.

G.  Pemantauan Pertumbuhan Balita

1.  Balita yang Datang dan Ditimbang (D/S)

a.  Pengertian

Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita

yang datang dan ditimbang berat badannya.

b.  Definisi Operasional

Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita

yang datang dan ditimbang berat badannya (D) di posyandu

maupun di luar posyandu satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Balita yangdatang danditimbang berat

 badannya

Jumlah balita yang datang danditimbang berat badannya di posyandumaupun diluar posyandu (D)

x 100 %Jumlah balita yang ada di wilayah

 posyandu (S) dalam kurun

waktu tertentu (waktu yang sama)

=

 

2)   Pembilang Jumlah balita yang datang dan ditimbang berat badannya

di posyandu maupun di luar posyandu di satu wilayahkerja posyandu pada kurun waktu tertentu.

Page 49: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 49/229

 

3)   Penyebut 

Jumlah balita yang ada di wilayah kerja posyandu padakurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah balita yang datang dan ditimbang berat badannya

(D) = 60.

Jumlah balita yang ada di wilayah posyandu (S) = 75.

Persentase balita yang naik berat badannya :

60

75X 100% = 80%

d.  Sumber DataR1 Gizi, LB3-SIMPUS

e.  Rujukan

1)  Pedoman UPGK;2)  Pedoman pengisian KMS;

3)  Pedoman pemantauan pertumbuhan balita.

f.  Target

§  Target 2010 : 80%

g.  Langkah Kegiatan

Page 50: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 50/229

 

1)  Pengadaan dan pemeliharaan sarana terdiri dari alat

timbang, pengadaan daftar tilik, formulir rujukan, R1Gizi, LB3-SIMPUS;

2)  Perencanaan logistik, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan laporan;

3)  Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu dan

di luar posyandu;4)  Bimbingan teknis.

3.  Balita yang Naik Berat Badannya (N/D)

a.  Pengertian

Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yangditimbang 2 (dua) bulan berturut-turut naik berat badan-

nya dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS.

b. 

Definisi OperasionalBalita yang naik berat badannya (N) adalah Balita yang

ditimbang (D) di Posyandu maupun di luar Posyanduyang berat badannya naik dan mengikuti garis

 pertumbuhan pada KMS di satu wilayah kerja padakurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Page 51: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 51/229

 

Jumlah balita

yang ditimbangdi posyandu

maupun diluar  posyandu yang

 berat badannya

naik (N)

Balita

yangnaik 

 berat

 badannya 

=

Jumlah balitayang datang dan

ditimbang di posyandu

maupun diluar  posyandu (D) 

x 100 %

2)   Pembilang 

Jumlah balita yang ditimbang di posyandu maupundi luar posyandu yang berat badannya naik sesuai

dengan garis pertumbuhan di KMS di satu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah balita yang datang dan ditimbang di

 posyandu maupun di luar posyandu di satu wilayahkerja tertentu pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah balita yang naik berat badannya (N) = 45.

Jumlah balita yang datang dan ditimbangseluruhnya (D) = 60.

Persentase balita yang naik berat badannya :

45

60

X 100% = 75%

Page 52: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 52/229

 

d. Sumber Data

R1 Gizi, LB3-SIMPUS

e. Rujukan1)  Pedoman UPGK;

2)  Pedoman pengisianKMS;

3)  Pedoman pemantauan pertumbuhan balita.

o  Target

Target 2010: 80%

o  Langkah

Kegiatan

1)  Pengadaan dan pemeliharaan sarana terdiri dari alattimbang, pengadaan daftar tilik, formulir rujukan,R1 Gizi, LB3-SIMPUS;

2)  Perencanaan logistik, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan laporan;

3)  Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandudan di luar posyandu;

4)  Bimbingan teknis.

4.  Balita Bawah Garis Merah (BGM)

a.  PengertianBalita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang

ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.

b.  Definisi Operasional

Page 53: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 53/229

 

Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita BGM yang

ditemukan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Balita bawahgaris merah

Jumlah balita BawahGaris Merah (BGM)

X 100%Jumlah seluruh balitayang ditimbang (D)

=

 

2)   Pembilang Jumlah balita BGM di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah seluruh balita yang ditimbang di satu wilayahkerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah balita BGM = 5 anak. 

Jumlah seluruh balita yang ditimbang = 60 anak .

Persentase balita bawah garis merah :

5

60X 100% = 8,8%

d.  Sumber Data

R1 Gizi, LB3-SIMPUS

e.  Rujukan§  Pedoman UPGK;

§  Pedoman pengisian KMS;

Page 54: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 54/229

 

§  Pedoman pemantauan

 pertumbuhan balita;

f.  Target§  Target 2010 : < 15%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan danKMS, pengadaan daftar tilik dan formulir rujukan;

2)  Perencanaan penyiapan logistik;3)  Pelacakan BGM melalui pemantauan pertumbuhan di

 posyandu dan di luar posyandu;4)  Bimbingan teknis.

C  Pelayanan Gizi

1.  Cakupan Bayi (6-11 bulan) Mendapat Kapsul Vitamin A

1 kali per tahun.

a. Pengertian1)  Bayi yang dimaksud dalam program distribusi kapsul

vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6 bulan

s/d 11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosistinggi.

2)  Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitaminA berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I yang

diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsulvitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I.

yang diberikan kepada anak umur 12 – 59 bulan.

b.  Definisi OperasionalCakupan bayi mendapat kapsul vitamin A adalah  cakupan

 bayi 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A satu kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Page 55: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 55/229

 

 

Jumlah Bayi yangmendapat kapsul Vitamin

A dosis tinggi

Bayi yang ada di satuwilayah kerja 

X 100%

CakupanBayi

mendapatkapsul

vitamin A 

=

2)   Pembilang 

 Jumlah Bayi (6-11 bulan) mendapat kapsul vit. A dosistinggi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah Bayi (6-11 bulan) yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

 Jumlah bayi usia 6-11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi= 97.000 bayi.

 Jumlah bayi usia 6-11 bulan di satu wilayah kerja =100.000 bayi.

Cakupan bayimendapat Kapsulvitamin A

=(97.000)

X 100% = 97%100.000  

d.  Sumber Data

Page 56: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 56/229

 

FIII Gizi, LB3-SIMPUS, Kohort Balita dan Biro Pusat

Statistik Kabupaten/Kota.

e.  Rujukan1) Pedoman Akselerasi Cakupan Kapsul Vitamin A,

Depkes RI Tahun 2000;2) Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A, Depkes RI

Tahun 2000;3) Booklet Deteksi Dini Xerophtalmia, Depkes RI Tahun

2002;4) Pedoman dan deteksi tatalaksana kasus xerophtalmi,

Depkes RI Tahun 2002.

f.  Target

§  Target 2010: 95%

g.  Langkah Kegiatan1)  Pendataan Sasaran Bayi (Baseline data);

2)  Perencanaan kebutuhan kapsul Vitamin A 100.000 si;

3)  Pengadaan dan pendistribusian kapsul Vitamin A;4)  Sweeping pemberian kapsul Vitamin A5)  Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;

6)  Monitoring dan Evaluasi.

2.  Cakupan Anak Balita (12- 59 bulan) mendapat Kapsul

Vitamin A 2 kali per tahun.

1.  Pengertian

§  Anak 

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsulvitamin A anak umur 12 – 59 bulan yang mendapat

kapsul vitamin A dosis tinggi.§  Kapsul

vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I yang diberikan

kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A

Page 57: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 57/229

 

 berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang

diberikan kepada anak umur 12 – 59 bulan.

b. Definisi OperasionalCakupan anak balita mendapat kapsul vitamin A adalah 

cakupan anak balita umur 12-59 bulan mendapat kapsul

vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

CakupanAnak balita

mendapat kap-sul vitamin A

X 100%=

Jumlah anak balita yangmendapat kapsul VitaminA dosis tinggi

Jumlah anak balita yangada di satu wilayah kerja  2)   Pembilang 

 Jumlah anak balita usia 12-59 bulan mendapat kapsul vit. A dosis tinggi di satu wilayah kerja pada kurunwaktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah anak balita usia 12-59 bulan yang ada di satuwilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5) Contoh Perhitungan

Page 58: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 58/229

 

 Jumlah anak balita usia 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi = 190.000.

 Jumlah anak balita usia 12-59 bulan di satu wilayahkerja = 200.000 anak balita.

Cakupan anak balitamendapat kapsulvitamin A

= 190.000 X 100% = 95%200.000

 

d. Sumber Data

FIII Gizi, LB3-SIMPUS, Kohort Balita dan Biro PusatStatistik Kabupaten/Kota.

e.  Rujukan1)  Pedoman Akselerasi Cakupan Kapsul Vitamin A,

Depkes RI Tahun 2000;2)  Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A, Depkes RI

Tahun 2000;3)  Booklet Deteksi Dini Xerophtalmia, Depkes RI Tahun

2002;4)  Pedoman dan deteksi tatalaksana kasus xerophtalmi,

Depkes RI Tahun 2002.

f.  Target

Target 2010: 95%

g.  Langkah Kegiatan1)  Pendataan Sasaran Balita (Baseline data);

2)  Perencanaan kebutuhan kapsul vitamin A;3)  Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A;

4)  Sweeping pemberian kapsul vitamin A5)  Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;

6)  Monitoring dan Evaluasi.

Page 59: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 59/229

 

3.  Cakupan Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vitamin A

a.  Pengertian

Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayinya yangdilaksanakan di rumah dan atau rumah bersalin dengan

 pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan.

b. 

Definisi OperasionalCakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalahcakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis

tinggi (200.000 si) pada periode sebelum 40 hari setelahmelahirkan.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

=

Jumlah ibu nifas mendapatkapsul vitamin A

X 100%Jumlah ibu nifas yang ada pada wilayah kerja dalamkurun waktu tertentu

Cakupan Ibu Nifasmendapat

kapsulvitamin A

 

2)   Pembilang 

Jumlah ibu nifas pada periode < 40 hari yang mendapatkapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 si) di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah ibu nifas di satu wilayah kerja pada kurun waktuyang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Page 60: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 60/229

 

 Jumlah ibu nifas mendapat kapsul vitamin A = 7.500ibu 

 Jumlah ibu nifas yang ada = 15.000 ibu.

Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A

7.50015.000 X 100% = 50%

d.  Sumber DataKohort LB3 Ibu, Keterpaduan KIA-Gizi-Imunisasi, PWS-

KIA, Perkiraan sasaran ibu bersalin di wilayah kerja yangsama dihitung dengan formula 1.05 x CBR wilayah kerja

yang sama x jumlah penduduk di wilayah kerja yang sama.

e.  Rujukan1)  Pedoman Akselerasi Cakupan Kapsul Vitamin A,

Depkes RI Tahun 2000;2)  Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A, Depkes RI

Tahun 2000;3)  Booklet Deteksi Dini Xerophtalmia, Depkes RI Tahun

2002;4)  Pedoman dan deteksi tatalaksana kasus xerophtalmi,

Depkes RI Tahun 2002.

f.  Target

Target 2010: 90%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pendataan Sasaran Ibu nifas (Baseline data);2)  Perencanaan kebutuhan kapsul vitamin A (200.000 si);

3)  Pengadaan dan pendistrubusian kapsul vitamin A;

Page 61: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 61/229

 

4)  Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;

5)  Monitoring dan Evaluasi.

4.  Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe

1.  Pengertian

1) 

Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester Is/d trismester III.2)  Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk 

menanggulangi Anemia Gizi Besi yang diberikan kepadaibu hamil.

2.  Definisi Operasional

Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe adalah cakupanIbu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode

kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktutertentu.

3.  Cara Perhitungan/Rumus

1)  Rumus

Jumlah ibu hamil mendapat

90 tablet Fe selama periode

kehamilannya

Cakupan IbuHamil

=mendapat 90

tabletJumlah ibu hamil 

x 100 % 

2)  Pembilang 

Jumlah ibu hamil yang mendapat tabket Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurunwaktu tertentu.

3) Penyebut 

Jumlah ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurunwaktu yang sama.

Page 62: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 62/229

 

4) Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5) Contoh Perhitungan

 Jumlah ibu hamil mendapat tabket Fe= 7.500 ibu 

 Jumlah ibu hamil= 15.000 ibu.Cakupan ibu hamil mendapat tablet : 7.500/15.000 x 100 %= 50 %.

4.  Sumber DataKohort LB3 Ibu, PWS-KIA, Perkiraan sasaran ibu bersalin

di wilayah kerja yang sama dihitung dengan formula 1.05 xCBR wilayah kerja yang sama x jumlah penduduk di

wilayah kerja yang sama.

5.  Rujukan1) Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi

 bagi Petugas Depkes RI

Tahun 1999;

2) Booklet Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah Untuk 

WUS Tahun 2001.

6.  Targeta.  Target 2005: 70%

 b.  Target 2010: 90%

g. Langkah Kegiatan1)  Pendataan Sasaran Ibu Hamil (Baseline data);

2)  Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi);

Page 63: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 63/229

 

3)  Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe;

4)  Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;5)  Monitoring dan Evaluasi.

5. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi

Bawah Garis Merah dari Keluarga Miskin.

a.  Pengertian1). Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah

 bayi usia 6-11 bulan yang berat badannya berada padagaris merah atau di bawah garis merah pada KMS.

2). Keluarga Miskin (Gakin) adalah keluarga yang dtetapkanoleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim

Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) dengan melibatkanTim Desa dalam mengidentifikasi nama dan alamat

Gakin secara tepat, sesuai dengan Gakin yang disepakati.3)  MP-ASI dapat berbentuk bubur, nasi tim dan biskuit

yang dapat dibuat dari campuran beras, dan atau beras

merah, kacang-kacangan, sumber protein hewani/nabati,terigu, margarine, gula, susu, lesitin kedele, garam bikarbonat dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.

b.  Definisi Operasional

Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayiusia 6-11 bulan BGM dari keluarga miskin adalah 

 pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama90 hari.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   RumusJumlah bayi BGM usia 6 – 11

 bulan dari Gakin yang

mendapat MP-ASI =

Cakupan

 pemberianMP-ASI

Jumlah seluruh bayi BGM

usia 6 – 11 bulan dari Gakin 

x 100 % 

Page 64: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 64/229

 

2)   Pembilang 

Jumlah bayi BGM usia 6 – 11 bulan dari Gakin yangmendapat MP-ASI di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

3)  Penyebut 

Jumlah seluruh bayi BGM usia 6 – 11 bulan dari Gakin

di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.4) Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5) Contoh PerhitunganJumlah bayi BGM usia 6–11 bulan dari Gakin yang

mendapat MP-ASI = 60;Jumlah seluruh bayi BGM usia 6 – 11 bulan dari

Gakin= 75.Cakupan pemberian MP-ASI bayi usia 6–11 bulan BGM

yang mendapat MP-ASI dari GAKIN = 60/75 X 100% =80%.

d.  Sumber Data

Laporan Khusus MP-ASI, R1 Gizi, LB3-SIMPUS

e.  RujukanPedoman pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(MP-ASI) untuk bayi usia 6 – 11 bulan dan SpesifikasiMP-ASI tahun 2004.

f.  Target

Ø  Target 2005: 90%Ø  Target 2010: 100%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pendataan sasaran;2)  Penyusunan Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan

MP-ASI untuk bayi usia 6 – 11 bln dan anak usia12 – 23 bln;

Page 65: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 65/229

 

3)  Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI;

4)  Sosialisasi program MP-ASI;5)  Distribusi MP-ASI;

6)  Pencatatan/Pelaporan;

7) 

Monitoring dan Evaluasi.

5.  Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

a.  Pengertian

1)  Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0 tahunsampai dengan 4 tahun 11 bulan), yang ada di

kabupaten/kota.2)  Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB)

dan tinggi badan (TB) dengan Z-score ≤ −3 SD, dan ataudengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan

marasmus-kwasiorkor).

3)  Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikanmencakup :a)  Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi,

hipoglikemi, dan hipotermi; b)  Pengukuran antropometri menggunakan parameter 

BB dan TB;c)  Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient

serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase

Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi;d)  Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta;

e)  Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score -1;

f)  Konseling gizi kepada orang tua/pengasuh tentangcara memberi makan anak.

b.  Definisi Operasional

Page 66: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 66/229

 

Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi

 buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan dan

atau di rumah oleh tenaga kesehatan sesuai tatalaksana

gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Balita gizi buruk yang dirawatdi sarana pelayanan kesehatan

dan atau dirumah oleh tenagakesehatan sesuai standar  

Balita gizi buruk mendapat

 perawatanBalita gizi buruk yangditemukan 

x 100 % 

2)   Pembilang Jumlah balita gizi buruk yang dirawat di sarana

 pelayanan kesehatan dan atau dirumah oleh tenagakesehatan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu

wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Berdasarkan hasil temuan balita gizi buruk di kecamatanX sebanyak  20  balita. Laporan dari petugas terkait

menunjukkan terdapat 16 balita gizi buruk yangmendapat perawatan sesuai standar.

Maka Cakupan pelayanan perawatan balita gizi buruk adalah 16/20 X 100 % = 80 %

Page 67: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 67/229

 

d.  Sumber Data

R1/Gizi, LB3-SIMPUS, SIRS, W1 (laporan Wabah KLB),Laporan KLB gizi buruk Puskesmas dan atau Rumah Sakit.

e.  Rujukan

1)  Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak diRumah Sakit Kabupaten/Kodya, 1998;

2)  Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak diPuskesmas dan Rumah Tangga, 1998;

3)  Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk,2003;

4)  Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak GiziBuruk, 2003;

5)  Panduan Pelatihan Tatalaksana Anak GiziBuruk, 2003;

6)  Pedoman pelayanan gizi rumah sakit, 2003.

7)  Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS)

f.  TargetØ  Target 2005: 100%

Ø  Target 2010: 100%

g.  Langkah Kegiatan1)  Perencanaan penyiapan sarana/prasarana;

2)  Pelatihan tenaga kesehatan;3)  Pelayanan kasus;

4)  Evaluasi.

I  Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan

Komprehensif.

Page 68: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 68/229

 

 

1.  Akses terhadap ketersediaan darah dan

komponen yang aman untuk menangani rujukan bumil dan

neonatus.

a.  Pengertian

1) Akses ketersedian darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus adalah ibuhamil, post partum dan neonatus komplikasi di rujuk yang

memperoleh pelayanan transfusi darah sesuai kebutuhandengan memanfaatkan persediaan darah serta komponen

yang aman pada UTD PMI, UTD RS, dan bank darah RSdi satu wilayah kerja.

2)  Ibu hamil adalah ibu yang mengandungsampai usia kehamilan 42 minggu.

3)   Neonatus adalah bayi baru lahir denganusia 0 sampai 28 hari.

4) 

Darah dan komponen yang amanadalah darah dan komponennya yang sudah melalui proses

uji saring darah donor terhadap IMLTD ( Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah), yaitu VDRL (Veneral Disease

Research Laboratory) , HbsAg dan anti HIV dn proses ujisilang serasi (crossmatching) antara darah donor dengan

darah resipien.

b.  Definisi OperasionalIbu hamil, post partum dan neonatus yang dirujuk dan

mendapatkan darah yang aman dan sesuai kebutuhannya dirumah sakit pemerintah dan swasta.

c.  Cara Perhitungan / Rumus 

1)   Rumus

Page 69: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 69/229

 

Jumlah bumil dan neonatus

rujukan yang mendapatkan darahdan komponen yang aman 

Akses terhadap

ketersediaandarah Jumlah bumil dan neonatus

rujukan yang membutuhkan

darah dan komponen yang aman 

x 100 % 

2)   Pembilang 

Jumlah ibu hamil (bumil), post partum dan neonatusrujukan yang mendapatkan darah dan komponen yang

aman di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah ibu hamil (bumil), post partum dan neonatus

rujukan yang membutuhkan darah dan komponen yangaman di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah bumil, post partum yang mendapatkan darah dan

komponennya yang aman pada tahun 2003 sebanyak  300orang .

Jumlah bumil, post partum dan neonatus yangmembutuhkan darah dan komponennya yang aman pada

tahun 2003 sebanyak 500 orang.

Akses terhadap ketersediaan darah dan komponennyayang aman = 300/500 x 100 % = 60 %

d.  Sumber DataSIMPUS, SIRS, dan Dinkes Kab/Kota.

e.  Rujukan

Page 70: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 70/229

 

1)  Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah ( 4 modul);2)  Buku Pedoman Survei Akreditasi Unit Transfusi Darah;3)  Standar pelayanan Darah Rumah sakit;4)  Pedoman Penggunaan Darah yang Rasional;

5)  Buku Pedoman Pemeriksaan Imunologi;6)  Buku Petunjuk Pemeriksaan HIV;

7)  Buku Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (GLP).

f. 

Target§  Target 2005 : 50 %§  Target 2010 : 80 %.

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pelatihan tenaga pengerah, dan pelestari donor, Dokter yang bekerja di bidang transfusi

darah, asisten teknologi transfusi darah yang bekerja diUTD atau bank darah RS;

2) 

Pembuatan dan penyimpanan darah dankomponen darah, uji saring, identifikasi antibody

(PTTD/ATD), meliputi :§  Seleksi darah;

§  Pengambilan darah;§  Pengolahan komponen darah;

§  Pemeriksaan uji saring infeksimenular lewat transfusi;

§  Pemeriksaan serologi golongandarah;

§  Penyimpanan darah;§  Distribusi darah.

2.  Bumil resiko tinggi yang ditangani

a.  Pengertian

Page 71: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 71/229

 

1)  Ibu Hamil Risti adalah keadaan penyimpangan dari

normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dankematian ibu maupun bayi. Risti meliputi Anemia (Hb<8

gr %), Tekanan darah tinggi ( sistole > 140 mmHg,Diastole >90 mmHg), Oedema nyata, eklampsia,

 perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang

 pada usia kehamilan > 32 minggu, Letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.2)  Ibu Hamil Risti yang tertangani adalah Ibu hamil Risti

yang mendapat pelayanan oleh  tenaga kesehatan yangterlatih.

b.  Definisi Operasional

Bumil resiko tinggi yang tertangani adalah Ibu hamil resikotinggi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang

ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatihdi Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah /

swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (PelayananObstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan

Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif).

c.  Cara Perhitungan / Konstanta 

1)   Rumus

Jumlah bumil risti yangtertangani 

Bumil ristiyang

tertangani Bumil risti yang datang dan

atau ditemukan/dirujuk 

x 100 %

 

2)   Pembilang 

Jumlah ibu hamil resiko tinggi yang tertangani dari satuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu di puskesmas

 perawatan dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Page 72: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 72/229

 

3)   Penyebut 

Jumlah Ibu hamil resiko tinggi yang datang dan atauditemukan / dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun

waktu yang sama di puskesmas perawatan dan rumahsakit pemerintah/swasta.

4) 

Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah ibu hamil resiko tinggi yang tertangani di Kab. A

 pada tahun 2003 sebanyak = 300 bumil .Jumlah Ibu hamil resiko tinggi yang datang dan atau

yang ditemukan / dirujuk di Kab. A tahun 2003 sebanyak = 500 bumil .

Bumil resiko tinggi yang tertangani = 300/500 x 100% =60%

d. 

Sumber DataSIMPUS, SIRS, dan Dinkes Kab/Kota.

e.  Rujukan1)  Pedoman Audit maternal dan

Perinatal;2)  Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan maternal dan Neonatal;3)  Pedoman PONED dan PONEK;

4)  Pedoman Asuhan Kehamilan;

5)  Standar Asuhan Persalinan Normal;6)  Standar Pelayanan Kebidanan;7)  Standar Asuhan Kebidanan dan

 Neonatal;8)  Dasar-dasar Asuhan Kebidanan.

f.  Target§  Target 2005 : 40 %

§  Target 2010 : 90 %

g.  Langkah Kegiatan1)  Pelatihan;

Page 73: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 73/229

 

2)  Pemantapan Audit Maternal Perinatal (AMP);

3)  Penyediaan sarana peralatan, obat esensial, dan ambulan;4)  Rujukan pasien,tenaga medis, dan spesimen.

3.  Bumil komplikasi yang tertangani

a. 

Pengertian1)  Ibu hamil Komplikasi adalah keadaan penyimpangandari normal, yang secara langsung menyebabkan

kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. KomplikasiKebidanan meliputi Anemia (Hb<8 gr %), Tekanan

darah tinggi ( sistole > 140 mmHg, Diastole >90mmHg), Oedema nyata, eklampsia, perdarahan

 pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada usiakehamilan > 32 minggu, Letak sungsang pada

 primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.2)  Ibu Hamil Komplikasi yang tertangani adalah Ibu hamil

Risti yang mendapat pelayanan oleh  tenaga kesehatanyang terlatih.

b.  Definisi Operasional

Bumil komplikasi yang tertangani adalah Ibu hamilkomplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatanterlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah

/ swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (PelayananObstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan

Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif).

c.  Cara Perhitungan / Konstanta 

1)   Rumus

Page 74: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 74/229

 

Jumlah bumil komplikasiyang tertangani 

Bumilkomplikasi =

 

yang tertangani  Bumil komplikasi yang datang

dan atau ditemukan/ dirujuk 

 x 100 %

 

2)   Pembilang 

Jumlah ibu hamil komplikasi yang tertangani dari satuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu di puskesmas perawatan dan rumah sakit pemerintah/swasta.

3) Penyebut 

Jumlah Ibu hamil komplikasi yang datang dan atauditemukan /dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun

waktu yang sama di puskesmas perawatan dan rumahsakit pemerintah/swasta.

4) Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah ibu hamil komplikasi yang tertangani di Kab. A

 pada tahun 2003 sebanyak = 300 bumil .Jumlah Ibu hamil komplikasi yang datang dan atau yang

ditemukan / dirujuk di Kab. A tahun 2003 sebanyak =500 bumil .

Bumil komplikasi yang tertangani = 300/500 x 100 % =60%

d.  Sumber Data

SIMPUS, SIRS, dan Dinkes Kab/Kota.

e.  Rujukan1)  Pedoman Audit maternal dan

Perinatal;2)  Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan maternal dan Neonatal;

3)  Pedoman PONED dan PONEK;

Page 75: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 75/229

 

4)  Pedoman Asuhan Kehamilan;

5)  Standar Asuhan Persalinan Normal;

6)  Standar Pelayanan Kebidanan;7)  Standar Asuhan Kebidanan dan

 Neonatal;8)  Dasar-dasar Asuhan Kebidanan.

f.  Target

§ 

Target 2005 : 40 %§  Target 2010 : 90 %

g.  Langkah Kegiatan1) Pelatihan;

2) Pemantapan Audit Maternal Perinatal (AMP);3) Penyediaan sarana peralatan, obat esensial, dan ambulan;

4) Rujukan pasien,tenaga medis, dan spesimen.

2.  Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani

a.  Pengertian1)   Neonatus adalah bayi baru lahir 

sampai usia 28 hari2)   Neonatus Risti / komplikasi adalah

neonatus dengan penyimpangan dari normal yang dapat menyebabkan kesakitan dan

kematian. Neonatus meliputi : Asfiksia, Tetanus Neonatorum, Sepsis, Trauma Lahir,BBLR ( Berat Badan Lahir < 2500 gram ), Sindroma gangguan pernapasandan kelainan congenital.

3)   Neonatus risti /komplikasi yang tertangani adalah neonatus risti /

komplikasi yang mendapat pelayanan oleh  tenagakesehatan yang terlatih

b.  Definisi Operasional

 Neonatus risti/ komplikasi yang tertangani adalah cakupanneonatus resiko tinggi / komplikasi disatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan

Rumah Sakit pemerintah/swasta.

Page 76: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 76/229

 

 

c.  Cara Perhitungan / Konstanta 

1)   Rumus  

Jumlah neonatusristi/komplikasi yang

tertangani  Neonatus

risti/komplikasi =yang tertangani  Neonatus risti yang datang

dan atau ditemukan / dirujuk  

x 100 %

 

2)   Pembilang Jumlah neonatus resiko tinggi/komplikasi yang tertangani dari satu wilayah kerja padakurun waktu tertentu di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintah / swasta.

3)   Penyebut 

 Neonatus resiko t inggi / komplikasi yang datang dan atauditemukan / dirujuk dari satu wilayah kerja pada kurun

waktu yang sama di Puskesmas Perawatan dan RSPemerintah / swasta.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%).

5)  Contoh PerhitunganJumlah neonatus resiko tinggi/komplikasi yang tertangani

di Kab. A pada tahun 2003 sebanyak = 300 bumil .Jumlah neonatus resiko tinggi/komplikasi yang datang

dan atau yang ditemukan / dirujuk di Kab. A tahun 2003sebanyak = 500 bumil.

 Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani =

300/500 x 100 % = 60 %

d.  Sumber DataSIMPUS, SIRS, dan Dinkes Kab/Kota.

e.  Rujukan1)  Pedoman Pelayanan Perinatal Pada RSU Kelas C dan D;2)  Pedoman manajemen neonatal untuk RS Kab/Kota;3)  Pedoman manajemen asphyxia bayi baru lahir;

Page 77: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 77/229

 

4)  Manajemen terpadu bayi muda (MTBM);

5)  Manajemen terpadu bayi sakit (MTBS);

6)  Buku KIA.

f.  Target§  Target 2005 : 40 %

§  Target 2010 : 80 %

g.  Langkah Kegiatan1)  Pelatihan;

2)  Pemantapan Audit aternal Perinatal (AMP);3)  Penyediaan sarana peralatan, obat esensial, dan ambulan;

4)  Rujukan pasien, tenaga medis, dan spesimen.

J.  Pelayanan Gawat Darurat

1.  Sarana kesehatan dengan kemampuan

pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat.

a. 

Pengertian1)  Sarana Kesehatan adalah Rumah

Bersalin (RB), Puskesmas dan Rumah sakit.

2)  Kemampuan pelayanan gawat

darurat adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi

 puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitas

Jantung Paru Otak ( Cardio – Pulmonary – Cebral – 

Resucitation ) agar kerusakan organ yang terjadi dapat

dihindarkann atau ditekan sampai minimal dengan

menggunakan Bantuan Hidup dasar ( Basic Life Support ) dan

Bantuan Hidup Lanjut ( ALS).

b.  Definisi Operasional

Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat

yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan

yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan

Page 78: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 78/229

 

 pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh

masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/ Rumus 

1)   Rumus

Jumlah sarkes dengan

kemampuan pelayanan gawatdarurat 

Sarkes dengankemampuan pelayanan =

gawat daruratJumlah sarkes yang ada 

x 100 % 

2)   Pembilang Jumlah sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan

gawatdarurat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja pada kurun

waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%).

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah sarana kesehatan (3 RS), (10 Puskesmas), (17 RB) =

30.

Jumlah sarana kesehatan yang mempunyai pelayanan

gawatdarurat (2RS), (5 Puskesmas), (8 RB) = 20

Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat

yang dapat diakses masyarakat = 20/30 x 100 % = 66,6 %

d.  Sumber Data

SIMPUS, SIRS, dan Dinkes Kab/Kota.

e.  Rujukan

Page 79: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 79/229

 

1)  Pedoman Safe Community;

2)  Pedoman Penyusunan Peta Geomedik;

3)  Pedoman Evakuasi Medik;

4)  Standar Klasifikasi Pelayanan Gawat Darurat Pra Rumah Sakit dan Rumah Sakit;

5)  Standar Pelayanan Gawat darurat / Instrument Self Assessment Pelayanan Gawat

Darurat Rumah Sakit;

6)  Standar Pelayanan Gawat darurat / Instrument Self Assessment Pelayanan Perinatal

Resiko Tingi Rumah Sakit;

7)  Pedoman PONED dan PONEK;

8)  Standar Medis Teknis A,B,C,D;9)  Standar Medis Teknis Esensial.

f.  Target

§  Target 2005 : 40 % 

§  Target 2010 : 90 % 

g.  Langkah Kegiatan

Pelatihan GELS / BLS, ALS, Gawat Darurat untuk Dokter,

Perawat dan Awam.

2.  Pemenuhan darah di RS (95%)

a. Pengertian

Ketersediaan darah yang telah di screning meliputi HIV, HBSAg,

HCV, VDRL, Hb >= 12,5 gr % sebesar 95% permintaan RS

b. Definisi Operasional

95% permintaan darah oleh RSU maupun RSK (Pemerintah

Swasta) mampu dipenuhi oleh Unit Transfusi Darah ( UTD)

 pada tahun 2010.

c. Cara Perhitungan

1. Rumus

Jumlah penerimaan darah oleh RSx 100%

 

Jumlah permintaan darah oleh RS

Page 80: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 80/229

 

2. Pembilang

Jumlah penerimaan darah oleh RS di propinsi Jateng pada

kurun waktu tertentu.

3. Penyebut

Jumlah semua permintaan darah oleh RS di Prop. Jateng pada

kurun waktu yang sama

4. Konstanta

Prosentase (%).

5. Contoh perhitungan :

Penerimaan kantong darah di RS se Jawa Tengah tahun 2005

= 95 kantong.

Jumlah permintaan darah oleh RS se Jawa Tengah dalam 1

tahun pada tahun 2005 = 100 kantongMaka pemenuhan darah di RS = 95/100 x 100 % = 95 %.

d. Sumber data

- UTD se Jateng dan RS se Jateng.

e. Rujukan.

- WHO th. 2002.

- Buku Pedoman Transfusi Darah oleh Depkes Th. 2001.

f. Target•  Tahun 2005: 90%

•  Tahun 2010: 95%

g. Langkah Kegiatan

•  Standarisasi pelayanan transfuse darah

Page 81: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 81/229

 

•  Kerja sama dengan LS dan swasta

•  Pelatihan rekruitmen donor darah

•  Sosialisasi donor darah

•  Akreditasi Bank Darah RS

K.  Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan

penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi buruk 

1.  Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani <

24 jam

3)  PengertianDesa/ kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan

kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB, penyakitkarantina atau keracunan makanan.

KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitandan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis

 pada suatu desa /kelurahan dalam waktu tertentu.

i.  Ditangani adalah mencakup penyelidikandan penanggulangan KLB.

ii.  Pengertian kurang dari 24 jam adalah

sejak laporan W1 diterima sampai penyelidikandilakukan dengan catatan selain formulir W1 dapat juga berupa fax atau telepon.

iii.  Penyelidikan KLB: rangkaian kegiatan berdasarkan cara-cara epidemiologi untuk memastikan

adanya suatu KLB, mengetahui gambaran penyebaranKLB dan mengetahui sumber dan cara-cara

 penanggulangannnya.

iv.  Penanggulangan KLB: Upaya untuk menemukan penderita atau tersangka penderita, penatalaksanaan Penderita, pencegahan peningkatan,

 perluasan dan menghentikan suatu KLB.

b. Definisi Operasional

Page 82: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 82/229

 

Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani adalah 

Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam padasuatu desa/kelurahan di satu wilayah kerja dalam

 periode/kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah Kejadian Luar 

Biasa (KLB) yangditangani < 24 jam

Desa/kelurahanmengalami KLB

yang ditangani< 24 jam 

Jumlah KLB yang terjadi 

 pada suatu wilayah dalam periode/ kurun waktu

tertentu. 

x 100 %

 

Catatan :Bila dalam 1 desa/kelurahan terjadi lebih dari 1 kali KLB pada suatu periode, maka jumlah desa/kelurahan yang

mengalami KLB dihitung sesuai dengan frekuensi KLB yangterjadi di desa/kelurahan tersebut, dan ikut dimasukan dalam

 penghitungan pembilang maupun penyebut.

2)   Pembilang Jumlah kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24

 jam pada suatu wilayah dalam periode/ kurun waktutertentu.

3)   Penyebut Jumlah Kejadian Luar biasa ( KLB) yang terjadi pada

suatu wilayah dalam periode/kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%)

Page 83: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 83/229

 

 

5)  Contoh Perhitungan

Kelu-

rahan /

Desa

J

a

n

P

e

b

M

a

r

D

s

t

D

e

s

Frek 

.

KLB

Jml

KLB di

tangan

i < 24

 jam

Jml Desa/

Kelurahan

mengalam

i KLB

Keteranga

n

A x x x - - 3 3 3

Jml desa/kel

mengalamiKLB di

hitung 3 krnKLB di

desa / kel Aterjadi 3

kali pd thntsb.

B - - - - - 0 0 0 Tidak dihitung,

karena tidak terjadi KLB

Page 84: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 84/229

 

 

Kelu-

rahan /

Desa

J

a

n

P

e

b

M

a

r

D

s

t

D

e

s

Frek 

.

KLB

Jml

KLB di

tangan

i < 24

 jam

Jml Desa/

Kelurahan

mengalam

i KLB

Keteranga

n

C - x - - - 1 0 1

Jml desa /

kelurahanmengalamiKLB

dihitung 1krn KLB di

desa / kel C terjadi 1

kali pd thntsb.

D - - x - x 2 1 2Jml desa /kelurahan

mengalamiKLB dihi-

tung 2 krnKLB di

desa / kel D 

terjadi 2kali pd thntsb.

E x x x - x 4 2 4Jml desa /kelurahan

mengalamiKLB

Page 85: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 85/229

 

 

Kelu-

rahan /

Desa

J

a

n

P

e

b

M

a

r

D

s

t

D

e

s

Frek 

.

KLB

Jml

KLB di

tangan

i < 24

 jam

Jml Desa/

Kelurahan

mengalam

i KLB

Keteranga

n

dihitung 4

karena KLBdi desa / kelE terjadi 4

kali padatahun tsb.

Jumla

h

2 3 3 0 2 10 6 10

Desa E, terjadi KLB sebanyak 4 kali pada th.2003, dan

telah ditangani (diselidiki dan ditanggulangi) < 24 jam

ada 2 KLB, maka desa/kelurahan yang mengalami KLB

dan ditangani < 24 jam adalah : 2/4 x 100 % = 50 %.

d.  Sumber Data

1)  Laporan KLB 24 jam ( W1);2)  Laporan hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB;

3)  Masyarakat dan media massa.

e.  Rujukan

Page 86: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 86/229

 

1)  UU nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit

menular;2)  PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan

wabah penyakit menular;3)  Kepmenkes 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Kesehatan;4)  Kepmenkes No.1479/Menkes/SK/X/2003, tentangSurveilans Terpadu Penyakit.

f.  Target

§  Target 2005 : 70 % ¡ Target Target 2010 : 100 %

g.  Langkah Kegiatan

1)  PemastianKLB

Untuk memastikan adanya KLB bisa melakukankomunikasi cepat dan dilakukan kunjungan lokasi yang

diinformasikan adanya KLB, dengan menyamakankondisinya dengan kriteria KLB. Atau melakukan

hubungan telepon dengan kontak person yang adadilapangan dimana informasi KLB tadi didapat. Apakah

 perlu dilakukan Investigasi dari yang lebih atas atau tidak atau cukup oleh Puskesmas setempat. Mengirim W1 dan

laporan sementara kondisi KLB.2)  Investigasi

Investigasi ini diperlukan untuk memastikan apakah betultelah terjadi KLB yang dimaksud sebelum investigasi

dilakukan diperlukan konfirmasi ke lokasi melaluihubungan cepat.

3)  Penanggulangan

Pada kegiatan penanggulangan diperlukan dukungansemua fihak pemda, tehnis dan keahlian, hal ini tujuannya

Page 87: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 87/229

 

agar KLB dapat dihentikan dst. Kegiatan yang dilakukan

mengidentifikasi semua faktor resiko terjadinya KLBtersebut.

4)  Pemutusanmata rantai penularan

Kegiatan ini untuk menghentikan KLB, dengan memutus

mata rantai penularan misalnya kalau pada KLB DBDdengan melakukan 3M, Fogging, penyuluhan dsb.

5)  Pengamatan pasca KLB

Dengan memantau vektor, atau kemungkinan kasus bertambah, pemantauan pasca KLB ini biasanya dua

 poriode masa inkubasi penyakit yang bersangkutan.

2.  Kecamatan Bebas Rawan Gizi

a.  Pengertian

1) 

Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten dan/atau daerah Kota dibawah

Kabupaten/Kota. (Undang-Undang No 22, tentang pemerintahan daerah

2)  Gizi kurang : Status gizi yang diukur berdasarkan berat badan menurut umur ( Z-Score < -2 s.d. -3 ).

3)  Gizi buruk; Status gizi yang diukur berdasarkan berat badan menurut umur ( Z-Score terletak ≤ -3 ), dan atau disertai

tanda klinis kwashiorkor, marasmus, marasmus –kwashiorkor)4)  KLB Gizi buruk, bila ditemukan 1 kasus gizi buruk 

menurut BB/U dan dikonfirmasi dengan BB/TB, Z-Score ≤ -3dan/ atau disertai dengan tanda-tanda klinis.

5)  Kecamatan bebas rawan gizi, bila prevalensi gizikurang dan gizi buruk, < 15%

6)  Kurun waktu tertentu adalah waktu pelaksanaan pemantauan status gizi kecamatan selama 1 tahun.

b.  Definisi Operasional

Page 88: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 88/229

 

Kecamatan bebas rawan gizi adalah kecamatan dengan

 prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita <15% padakurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah kecamatan dengan

 prevalensi gizi kurang dan gizi

 buruk < 15%Kecamatan bebas rawan =

gizi Jumlah kecamatan seluruhnyax 100 %

 

2)   Pembilang 

Jumlah kecamatan dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita <15% di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah kecamatan di satu wilayah kerja pada kurun waktuyang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%).

5)  Contoh PerhitunganJumlah kecamatan dengan prevalensi gizi kurang dan gizi

 buruk pada balita <15%= 12;Jumlah kecamatan seluruhnya= 18;

Kecamatan Bebas rawan Gizi = 12/18 X 100% = 66,6%.

d.  Sumber DataHasil Pemantauan status gizi kecamatan, W1 (Laporan Wabah

Harian), laporan SKDN.

e.  Rujukan1)  Buku Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan

Gizi;2)  Buku Petunjuk Tehnis Pemantauan Status Gizi (PSG)

Anak Balita;

Page 89: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 89/229

 

3)  SK Menteri Kesehatan RI

 No:920/Menkes/SK/VIII/2002: Klasifikasi status gizi anak dibawah lima tahun ( balita).

f.  Target

§  Target 2005 : 40% ¡ Target

2010 : 80 % 

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pemantauan status gizi;2)  Penyelidikan dan penanggulangan KLB Gizi.

l.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Polio

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk <15

tahun

a. 

Pengertian1)  Kasus AFP adalah penderita lumpuh layuh akut seperti

gejala kelumpuhan pada polio yang terjadi pada anak dibawah umur 15 tahun.

2)  Kasus AFP non polio adalah penderita lumpuh layuh pada anak usia dibawah 15 tahun yang dalam pemeriksaan

tidak ditemukan virus polio liar atau yang ditetapkan olehahli dengan kriteria tertentu.

b.  Definisi Operasional

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk adalah 

 jumlah kasus AFP non Polio yang ditemukan diantara 100.000

 penduduk < 15 per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktutertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus

Page 90: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 90/229

 

Jumlah kasus AFP non polio penduduk < 15 Tahun

Acute Flacid

Paralysis (AFP)rate per 100.000 = penduduk  

Jumlah penduduk < 15

Tahun

x 100 %

 2)   Pembilang 

Jumlah kasus AFP non Polio pada penduduk < 15 tahun di satu

wilayah kerja pada kurun waktu dalam kurun waktu tertentu.3)   Penyebut 

Jumlah penduduk < 15 tahun dalam waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah anak usia kurang dari umur 15 tahun di Kabupaten X, pada tahun 2003 adalah 200.000 anak .

Selama tahun 2003, dalam kegiatan surveilans di Puskesmasdan Rumah Sakit di wilayah Kabupaten X ditemukan 3 anak  

yang dalam pemeriksaan Laboratorium menunjukkan hasil positif lumpuh layuh akut.

Hasil pemeriksaan virus polio tidak ditemukan virus polio liar.

Jadi angka lumpuh layuh akut (AFP rate) adalah : 3/200.000

anak x 100.000 = 1,5

d.  Sumber DataLaporan surveilans AFP Dinkes Kab/Kota.

e.  Rujukan

a.  Buku Rujukan Eradikasi Polio di Indonesia Tahun 2002 No.616.835 Ind m;

 b.  Modul Pelatihan.

f.  Target :§ Target 2005 : ≥ 1 % ¡ Target 2010 : ≥ 1 %

g.  Langkah Kegiatan 

Page 91: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 91/229

 

1)  Sosialisasi;

Untuk mendapatkan dukungan/komitmen lintas program danlintas sektor.

2)  Pencarian kasus;

Menjaring semua anak < 15 tahun yang lumpuh layuhapapun penyebabnya, untuk diambil spesimennya sebagailangkah untuk memastikan apakah polio atau bukan.

3)  Pengambilan specimen;Pengambilan spesimen tinja dua kali sebagai bahan

 pemeriksaaan dalam rangka memastikan apakah ada virus polio atau , apakah kasus polio atau bukan.

4)  Kunjungan ulang.Kunjungan ulang dilakukan setelah 60 hari dari anak mulai

sakit apakah masih lumpuh atau tidak sebagai pemastianapakah dia sebagai kasus polio atau bukan. 

M.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

TB-Paru

1. Kesembuhan Penderita TBC BTA Positif (CR/Cure Rate)

a.  Pengertian1) Kesembuhan adalah penderita yang minum obat

lengkap, dan pemeriksaan sputum secara mikroskopisminimal 2 kali berturut-turut terakhir dengan hasil

negatif.2) Angka Kesembuhan adalah : angka yang menunjukkan

 persentase penderita TBC BTA posisitf yang sembuhsetelah selesai masa pengobatan, diantara penderita TBC

BTA positif yang tercatat.3) Angka penemuan penderita TBC BTA (+) atau Case

Detection Rate(CDR) adalah persentase jumlah penderita baru BTA positif yang ditemukan

Page 92: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 92/229

 

dibandingkan jumlah penderita baru BTA positif yang

diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.4) Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati

dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurangdari satu bulan (30 dosis harian).

b.  Definisi OperasionalKesembuhan Penderita TBC BTA Positif adalah penderita

 baru TBC BTA + yang sembuh diakhir pengobatan 85 %disatu Wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus

Jumlah penderita baru TBCBTA+ yang sembuh

%

Kesembuhan penderita =

TBC BTA +Jumlah penderita baru TBC

BTA + yang diobati

x 100 %

 2)   Pembilang 

Jumlah penderita baru TBC BTA + yang sembuh disatuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah penderita baru TBC BTA + yg diobati dalam waktu

yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Penderita baru TBC BTA + yang diobati pada periode 1Januari s/d 31 Desember 2003 di Kabupaten Bogor sebanyak 

322 orang. Sebanyak 285 orang diantaranya dinyatakansembuh sehingga angka kesembuhannya adalah : 285/322 x

100% = 88,51 %.

d. Sumber Data

Page 93: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 93/229

 

Laporan TB 08

e.  Rujukan

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

f.  Target

§ 

Target 2005 : > 85 % ¡ Target 2010 : > 85 % 1)  Langkah Kegiatan1) Penatalaksanaan P2 TBC

a. Penemuan penderita TBPenemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya

 penyaringan tersangka penderita dilaksanakan pada merekayang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.

Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan,

maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal

dengan sebutan pasif promotif case finding. b. Pengobatan

Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6 – 8

 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh.Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap

intensif dan lanjutan.2) Peningkatan SDM

Pelatihan diberikan kepada semua tenaga yang terkait dengan program penanggulangan TBC diantaranya :

-  Pelatihan dokter dan paramedis UPK ( RS, Puskesmas,BP4, RSTP, Poliklinik dsb. )

-  Pelatihan staf kabupaten/Kota-  Pelatihan Wasor TB Kabupaten/Kota

3) Monitoring dan Evaluasi :a). Supervisi :

-  Supervisi dilaksanakan secara rutin, teratur danterencana.

Page 94: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 94/229

 

-  Supervisi ke UPK ( misalnya Puskesmas, RS, BP4

termasuk laboratorium) dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali. - Supervisi ke

Kabupaten/Kota dilaksanakan sekurang-kurangnya 6 bulan sekali.

 b). Pertemuan monitoringPertemuan monitoring dilaksanakan secara berkala dan

terus-menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila adamasalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah

direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera.

Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu lebihlama, biasanya setiap 6 bulan – 1 tahun. Dengan

evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan dan targetyang telah ditetapkan sebelumnya dicapai.

Pertemuan monitoring diantaranay di PRM, tingkatKab/Kota, tingkat Propinsi, tingkat Pusat.

4)  Promosia)  Advokasi

 b)  Kemitraanc)  Penyuluhan

2.  Penemuan Kasus TBC BTA positif (CDR/Case Detection Rate)

a.  Pengertian:

•  Kasus TBC BTA+ adalah penderita yang menunjukanhasil pemeriksaan sputumnya ditemukan BTA positif.

• Penemuan kasus TBC BTA+ atau Case Detection adalah jumlah penderita baru BTA+ yang ditemukan.

b.  Definisi operasional CDR TBC BTA+:Persentase jumlah penderita baru BTA+ yang ditemukan

dibandingkan jumlah penderita baru BTA+ yang diperkirakanada dalam wilayah tersebut.

Page 95: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 95/229

 

 

c.  Cara Perhitungan/Rumus1)  Rumus :

Jumlah BTA+ ditemukan  % CDR = x 100%

Jumlah perkiraan penderita BTA+ 

2)  Pembilang :Jumlah kasus TBC BTA+ yang ditemukan di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

3) Penyebut :Jumlah perkiraan penderita TBC BTA+ dalam waktu

yang sama. Rumus menghitung perkiraan kasus TBC BTA+:

115 

=  x Jumlah penduduk   

100.000

4)  Ukuran/Konstanta :

Presentase (%)

d.  Sumber DataLaporan TB 07

e.  Rujukan

Ø  Buku Pedoman Penanggulangan TBC.Ø  Renstra Penanggulangan TBC Jawa Tengah 2002-2006.

f.  Target

§  2005 ( 70% ), ¡ 2010 ( 70% ).

g.  Langkah Kegiatan1)  Pemberdayaan bidan desa untuk membantu penjaringan

suspek TBC

Page 96: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 96/229

 

2)  Ekspansi program penanggulangan TBC di seluruh BP4,

RS Paru, RS pemerintah maupun swasta, DinasKesehatan Tentara dan Lapas.

3)  Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor di tingkatkabupaten/kota.

N.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA

Cakupan Balita dengan Pneumonia yang Ditangani

a.  Pengertian1)  Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai

 jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak.

2)  Klasifikasi penyakit ISPADalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua

kelompok yaitu kelompok untuk umur 2 bulan - < 5 tahundan kelompok untuk umur < 2 bulan.

§  Untuk kelompok umur 2 bulan - < 5 tahunklasifikasi dibagi atas : Pneumonia berat, Pneumonia dan

 bukan Pneumonia.§  Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi

dibagi atas : Pneumonia berat dan bukan Pneumonia. Dalam pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

klasifikasi ada kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri yang serius dan infeksi bakteri lokal.

§  Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan padaadanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai nafas

sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam(chest indrawing) pada anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk 

kelompok umur < 2 bulan diagnosis Pneumonia beratditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing) yaitu

frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih,

Page 97: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 97/229

 

adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah

ke dalam ( severe chest indrawing).§  Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya

 batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanyafrekuensi napas sesuai umur. Batas napas cepat (fast

 breathing pada anak usia 2 bulan - < 1 tahun adalah 50 kali

 per menit dan 40 kali per menit untuk anak usia 1 – < 5tahun.§  Klasifikasi bukan Pneumonia mencakup

kelompok penderita balita denngan batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak 

menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawahkedalam. Dengan demikian klasifikasi bukan Pneumonia

mencakup penyakit-penyakit ISPA lain diluar Pneumoniaseperti batuk pilek bukan pneumonia (common cold,

 pharyngitis,tonsilitis,otitis).§  Pola tatalaksana ISPA hanya dimaksudkan

untuk tatalaksana penderita Pneumonia berat, Pneumoniadan batuk bukan Pneumonia. Sedangkan penyakit ISPA lain

seperti pharyngitis, tonsilitas dan otitis sesuai SOP yang berlaku disarana kesehatan. 

b.  Definisi Operasional

Cakupan Balita dengan Pneumonia yang Ditangani adalah 

cakupan balita dengan Pneumonia yang ditangani sesuai standar 

disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah kasus Pneumonia Balita

yang ditemukan/ ditanganiCakupan Balita dengan

 pneumonia yang =

ditemukan/ ditangani Jumlah perkiraan kasusPneumonia Balita

x 100 %

 

2)   Pembilang 

Page 98: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 98/229

 

Jumlah kasus Pneumonia balita yang ditemukan/ ditangani

disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah perkiraan kasus Pneumonia balita di satu wilayah kerja

 pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh PerhitunganJumlah penduduk di wilayah Puskesmas X sebesar  30.000 jiwa, jumlah balita di puskesmas X adalah 3.000 balita.

Perkiraan jumlah kasus pneumonia balita tahun 2004 di puskesmas X adalah 10% dari jumlah balita, maka jumlah

 pneumonia balita = 10% x 3.000 balita = 300 balita.Jumlah kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani sesuai

standar di puskesmas X tahun 2004 adalah 250 balita

Cakupan balita dengan pneumonia balita yang ditangani =

250/300 x 100 % = 83 %

d.  Sumber DataSIMPUS, SIRS, Surveilans, Informasi Kependudukan Depkes

dan BPS.

h.  Rujukan1)  KEPMENKES RI No.

1537.A/MENKES/SK/XII/2002 tentang PedomanPemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut

untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita ;2)  Buku Tatalaksana Penyakit ISPA

 pada Anak .

f.  Target

Page 99: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 99/229

 

§  Target 2005 : 90 %

¡ Target 2010 : 100 %

g.  Langkah Kegiatan1) Penatalaksanaan kasus

Penatalaksanaan kasus, dilaksanakan di sarana kesehatan

 pertama mulai dari Polindes, Posyandu, Pustu danPuskesmas. Dimulai dari deteksi kasus, melalui anamnesa, pemeriksaan (menggunakan alat bantu hitung napas/ARI

Sound timer) sampai dengan pengobatan ( parasetamol,kotrimoksasol atau amoksisilin ), di dalam pengobatan ini

 pasien setelah diberikan obat antibiotik 2 hari, harusditindaklanjuti ( follow up) dengan kunjungan rumah untuk 

assessment ulang melihat perkembangan kasus, sekaligus petugas memeriksa adanya faktor resiko dilingkungan

rumah).2)  Peningkatan SDM

Peningkatan SDM khususnya dalam tata laksana kasus dan pengelolaan/ manajemen pemberantasan penyakit ISPA

( Manajemen P2 ISPA).Dalam meningkatkan kemampuan deteksi kasus dan

tatalaksana kasus, tenaga kesehatan di Puskesmasmemerlukan pelatihan tata laksana kasus ISPA atau

 pelatihan yang dilaksanakan secara terpadu dengan programlain melalui pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS). Sedangkan pelatihan manajemen P2 ISPAdiperlukan untuk penanggungjawab P2 ISPA di

Kabupaten/Kota.3)  Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas KesehatanKabupaten untuk melakukan pemantauan dan bimbingan

tehnis dalam 2 hal, yaitu :-  Tatalaksana kasus / pelayanan yang diberikan kepada

setiap Balita ISPA yang berobat ke Puskesmas.

Page 100: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 100/229

 

-  Manajemen, yang meliputi pencatatan dan pelaporan

sampai analisa sebagai bahan perencanaan, pelaksanaanintervensi dan evaluasi dalam P2 ISPA di suatu wilayah

Puskesmas.4)  Promosi/ Penyuluhan

5)  Kemitraan

O.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

HIV-AIDS

1.  Klien yang mendapatkan Penanganan

HIV-AIDS

a.  Pengertian

1)  AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan olehkarena menurunnya system kekebalan tubuh.

2)  HIV adalah virus yang menyerang system kekebalantubuh yang lama kelamaan akan mengakibatkan AIDS.

3) 

Penderita HIV/AIDS adalah penderita yang mempunyaigejala (untuk keperluan Survailans) sebagai berikut :

a) Dewasa (>12 tahun), apabila :§  Test HIV (+) dan ditemukan

2 gejala mayor dan 1 gejala minor.§  Ditemukan Sarkoma Kaposi

atau Pneumonia pneumocystis carinii. b) Anak-anak (< 12 tahun), apabila :

§  Jika umur > 18 bulan, testHIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala

minor §  Jika umur < 18 bulan test

HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejalaminor dengan ibu yang HIV (+)

a.  Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud:

ii.  Voluntary Counseling Testing (VCT) adalahkegiatan test konseling secara sukarela

Page 101: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 101/229

 

iii.  Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS

i.  Pengobatan Anti RetroViral (ARV)

ii.  Pengobatan infeksiOpurtunistik 

iii.  Rujukan kasus spesifik 

b.  Definisi OperasionalKlien yang mendapatkan Penanganan HIV-AIDS adalah  klien

yang mendapat penanganan HIV/AIDS sesuai standar di satuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus

Jumlah klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS

 

Klien yang

mendapatkan = Jumlah seluruh klien

HIV/AIDS yang datang ke

sarana kesehatan

x 100 %

 

2)   Pembilang Jumlah Klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS di

satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah seluruh klien HIV/AIDS yang datang ke saranakesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang

sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Di Rumah Sakit A di Kabupaten X jumlah ODHA yangmendapat penanganan HIV/AIDS secara standar yakni

Page 102: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 102/229

 

meliputi Voluntary Counseling Testing (VCT), Perawatan

orang sakit dengan HIV/AIDS, Pengobatan Anti Retro Viral(ARV), Pengobatan infeksi Opurtunistik, Rujukan kasus

specifik bila Rumah sakit tersebut tidak mampumenanganinya sebanyak  30 orang . Sedangkan jumlah

seluruh ODHA yang datang ke Rumah Sakit tersebut

sebanya 30 orang .Jadi % Klien yang mendapat penangan HIV/AIDS adalah30/30 x 100% = 100%

d.  Sumber Data

Laporan Khusus Rumah Sakit/Dinkes Kabupaten/Kota.

e.  Rujukan1)  Pedoman Nasional

Perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA;2)  Pedoman pengobatan

ARV;3)  Renstra Penangulangan

HIV/AIDS tahun 2003– 2007;4)  Buku Survailans

HIV/AIDS.

f.  Target§  Target 2005 : 100 % ¡ Target 2010 :

100 %

g.  Langkah Kegiatan

1) Pengobatan dan Perawatan ODHA;§  Advokasi kebijakan kepada stake holder tentang

ketersediaan obat ARV dan infeksi Operturistik.§  Pelatihan petugas kesehatan tentang tatalaksana

serta konseling HIV/AIDS§  Mengembangkan klinis VCT.

§  Mengembangkan sentra-sentra pengobatan danlaboratorium yang terintegrasi dengan sistem pelayanan

Page 103: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 103/229

 

§  Memberikan pengobatan preventif kepada bumil

dengan HIV untuk pencegahan penularan dari ibu ke bayi (PMTCT)

§  Menyediakan ARU dan infeksi Operturistik (OI).2) Peningkatan Gaya Hidup Sehat;

3) Peningkatan SDM;

Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan petugas kesehatan.

2.  Kasus Infeksi Menular Seksual yang

Diobati

a.  PengertianPenyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang

ditularkan melalui hubungan seksual.

Yang termasuk PMS adalah Syphillis, Gonorhoe Bubo, jengger ayam, herpes dan lain-lain.

b.  Definisi OperasionalInfeksi Menular Seksual yang Diobati adalah  Kasus Infeksi

Menular Seksual (IMS) yang ditemukan berdasarkan syndromedan etiologi serta diobati sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah kasus IMS yang

diobati

Infeksi Menular 

Seksual =(IMS) yang

diobati 

Jumlah kasus IMS pada

waktu yang sama

x 100 % 

2)   Pembilang 

Jumlah kasus IMS yang diobati di satu wilayah kerja padakurun waktu tertentu.

Page 104: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 104/229

 

3)   Penyebut Jumlah kasus IMS di satu wilayah kerja tertentu pada waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Di Puskesmas X Jumlah kasus IMS yang diobat dalam 1

tahun sebanyak 150 penderita. Jumlah kasus IMS yangdatang ke Puskesmas tersebut selama 1 tahun 150 penderita.

Jadi % IMS yang diobati : 150/150 x 100% = 100%

d.  Sumber DataSIMPUS, dan SIRS.

e.  Rujukan

1)  Buku Nasional Pengobatan IMS berdasarkan pendekatan sindrome;

2) 

Buku pengobatan IMS;3)  Buku Surveilans IMS.

f.  Target§  Target 2005 : 100 %

§  Target 2010 : 100 %

g.  Langkah Kegiatan1).Pengobatan IMS

a. Advokasi b. Meningkatkan KIE Pencegahan IMS, pemeriksaan IMS

dan pengobatan secara dini.c. Pendidikan dan latihan bagi petugas kesehatan dalam

tatalaksana penderita IMS.d. Mengembangkan Klinik IMS di lokasi/ lokalisasi penjaja

seks.e. Pemeriksaan IMS berkala kepada para PS dan pramuria

di lokasi, lokalisasi, BAR, Karaoke, Panti Pijat.

Page 105: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 105/229

 

2). Peningkatan gaya Hidup sehat

a. Meningkatkan derajat pendidikan dasar dari anak, pemuda dan remaja, khususnya anak perempuan.

 b. KIE di sekolah dan tempat kerja termasuk life SkillEducation.

c. Perlindungan dan KIE kepada keluarga dan kelompok 

 penduduk yang menghadapi masalah sosial.d. Kerjasama dan koordinasi dengan media massa dan perusahaan advertensi untuk KIE pada masyarakat

umume. KIE dan perlindungan anggota militer dan polisi

f. KIE dan pelayanan kesehatan di Lapas.3). Promosi dan distribusi kondom . Melakukan Social-

marketing dan meningkatkan akses kondom kepada WPSdan pelanggannya.

a. Melakukan social–marketing dan meningkatkan akseskondom kepada WTS dan pelanggannya

 b. Meningkatkan ketersediaan kondom, memperluas jaringdistribusinya melalui swasta, LSM dan Pemerintah.

c. Meningkatkan KIE tentang manfaat penggunaan kondomd. Meningkatkan kwalitas kondom.

4).Promosi Perilaku Seksual Amana. Advokasi pada decision maker 

 b. Mengembangkan proyek – proyek panduan penggunaankondom 100 %.

c. Melaksanakan KIE secara sistematis dan bijaksanatentang penggunaan kondom dan hubungan seksual non

 – penetratif.d. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan

IMS pada kelompok berisiko.5) Peningkatan SDM

P.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Penderita DBD yang Ditangani

Page 106: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 106/229

 

a.  Pengertian

1) Penderita penyakit DBD adalah:a)  Penderita dengan tanda-tanda yang memenuhi kriteria

diagnosa klinis sebagai berikut:§  Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang

 jelas.

§ 

Tanda-tanda pendarahan dan/atau pembesaranhati.§  Trombositopenia (Trombosit 100 000/µl atau

kurang).§  Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20%

atau lebih. b) Tersangka penyakit DBD yang hasil pemeriksaan serologis

(HI test atau ELISA) positif.

2)  Tersangka penyakit DBD adalah penderita panas

mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas disertai tanda-tanda pendarahan sekurang-kurangnya uji tourniquet positif 

dan/atau trombositopenia (trombosit 100 000/µl ataukurang).

b.  Definisi Operasional

Penderita DBD yang Ditangani adalah   penderita DBD yang penanganannya sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus

Jumlah penderita DBD yangditangani sesuai standar 

= Penderita DBD

yang ditangani Jumlah penderita DBD dalam

kurun waktu yang sama

x 100 % 

2)   Pembilang Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

Page 107: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 107/229

 

3)   Penyebut Jumlah penderita DBD di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Pada tahun 2003, di Kabupaten A dilaporkan 150 tersangka

DBD, 75 diantara tersangka DBD tersebut adalah penderitaDBD dan ditangani sesuai standar. Jadi prosentase penderitaDBD yang ditangani di Kabupaten A tahun 2003 adalah

75/150 x 100% = 50%.

d.  Sumber DataSIMPUS, SIRS, dan STP.

e.  Rujukan

1) Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam BerdarahDengue (Lampiran 2 Keputusan Dirjen PPM-PLP No. 914-

I/PD.03.04.PB/1992);2) Buku Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,Tahun 2001;

3) Buku Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DemamDengue dan Demam Berdarah Dengue, Tahun 2003.

f.  Target

§  Target 2005 : > 72 % ¡ Target 2010 :100 %

g.  Langkah Kegiatan1)  Penegakan

diagnosis, pengobatan dan rujukan tersangka/penderita diPuskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan/Poliklinik 

atau Dokter praktek, maka langkah-langkah kegiatannyameliputi :

a)  Anamnesis & pemeriksaan fisik. b)  Uji tourniquet.

Page 108: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 108/229

 

c)  Pemeriksaan laboratorium atau

rujukan pemeriksaan laboratorium (trombosit, hematokrit).d)  Memberi pengobatan simptomatis.

e)  Merujuk tersangka/penderita keRumah Sakit.

f)  Melakukan pencatatan dan pelaporan

(Form So) dan disampaikan ke Dinkes Kab/Kota.2)  Penegakandiagnosis dan penanganan tersangka/penderita DBD Rumah

Sakit, maka langkah-langkah kegiatannya meliputi :a)  Anamnesis &

 pemeriksaan fisik  b)  Pemeriksaan

laboratorium atau rujukan (pengiriman spesimen) ke BLK /Labkesda /laboratorium swasta

c)  Memberikan perawatan

d) 

Melakukan pencatatan dan pelaporan (Form KDRS) dan disampaikan

ke Dinkes Kab/Kota dengan tembusan ke Puskesmas.3)  Peningkatan

SDM bagi dokter spesialis di Rumah Sakit (Dokter anak,Penyakit Dalam, Dokter di UGD dan Perawat) serta

Puskesmas (Dokter, Perawat, Bidan atau Nakes lainnya), makalangkah kegiatannya meliputi pertemuan ceramah klinik 

Tatalaksana Kasus DD/DBD, antara lain materinya pedomankeperawatan kasus DBD (bagi perawat).

4)  Penanggulangankasus, maka langkah kegiatannya meliputi :

Penyelidikan Epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita/tersangka DBD lainnya dan pemeriksaaan jentik 

dirumah penderita/tersangka dalam radius sekurang-kurangnya100 meter (dirumah penderita dan 20 rumah sekitarnya) serta

tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber  penularan.

Page 109: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 109/229

 

Dari hasil PE bila :

a) Ditemukan penderita DBD lain atau ada jentik dan penderita panas tanpa sebab yang jelas > 3 orang maka melakukan :

-  Penyuluhan 3 M Plus-  Larvasidasi

-  Pengasapan/Fogging Fokus

 b) Tidak ditemukan hanya melakukan penyuluhan dengankegiatan 3M Plus.5)  Pemberantasan

Vektor, maka langkah kegiatannya meliputi :a)  Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN DBD) dengan cara ”3 M Plus”. b)  Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) tiap 3 bulan sekali

tiap desa/kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunandipilih secara acak (random sampling ) yang merupakan

evaluasi hasil kegiatan PSN DBD yang telah dilakukanmasyarakat.

6) 

PromosiKesehatan, kegiatannya dilakukandalam bentuk penyuluhan

tentang penyakit Demam Berdarah Dengue.7)  Monitoring dan

Evaluasi, dilakukan secara aktif yaitu melalui supervisi dll dansecara pasif melalui laporan hasil kegiatan.

2. Incidence Rate DBD

a.  Pengertian

•  Incidence Rate adalah jumlah kasus penderita suatu

 penyakit.•  Penderita penyakit DBD adalah penderita dengan tanda-

tanda yang memenuhi kriteria diagnosa klinis sebagai

 baerikut:Ø  Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas

Ø  Tanda-tanda pendarahan dan/atau pembesaran hatiØ  Trombositopenia (trombosit 100.000/ul atau kurang)

Page 110: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 110/229

 

Ø  Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20% atau

lebih)

b.  Definisi operasional Incidence Rate DBD:Persentase jumlah penderita DBD dalam satu tahun

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada dalam wilayah

tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   RumusJumlah penderita DBD dalam satu tahun

IR DBD = x 10.000 

Jumlah penduduk dalam kurun yang sama 

2)  Pembilang :

Jumlah penderita DBD dalam satu tahun di wilayahtertentu.

3)  Penyebut  :Jumlah penduduk dalam kurun waktu satu tahun.

4) Ukuran/Konstanta :Persentase (%)

d.  Sumber Data

Laporan P2 DBD bulanan kab/kota

e.  Rujukan1)  Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah

Dengue (lampiran 2 Keputusan Dirjen PPM-PLP Nomor:914-I/PD.03.04.PB/1992);

2)  Buku Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia

tahun 2001;3)  Buku Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam

Dengue dan Demam Berdarah Dengue tahun 2003.

f.  Target

§  2005 ( <2/10.000 penduduk)§  2010 ( <20/100.000 penduduk)

Page 111: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 111/229

 

 

g.  Langkah Kegiatan

1)  Penegakan diagnosis, pengobatan dan rujukantersangka / penderita di Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Balai Pengobatan / Poliklinik atau Dokter praktek.

2) 

Penegakan diagnosis dan penanganantersangka/penderita DBD Rumah Sakit.3)  Peningkatan SDM bagi dokter spesialis di Rumah

Sakit (Dokter Anak, Penyakit Dalam, Dokter di UGD danPerawat) serta Puskesmas (Dokter, Perawat, Bidan atau

 Nakes lainnya) melalui ceramah klinik DBD.4)  Penanggulangan kasus meliputi penyelidikan

epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita/tersangkaDBD lainnya dan pemeriksaan jentik di rumah

 penderita/tersangka dalam radius sekurang-kurangnya 100m serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi

sumber penularan.5)  Pemberantasan vektor 

6)  Promosi Kesehatan7)  Monitoring dan Evaluasi

3. CFR/ Angka Kematian DBD

a.  Pengertian

•  Angka kematian adalah jumlah penderita meninggalakibat penyakit tertentu

•  Kasus DBD adalah penderita dengan tanda-tanda yang

memenuhi kriteria diagnosa klinis sebagai berikut:Ø  Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelasØ  Tanda-tanda pendarahan dan/atau pembesaran hati

Ø  Trombositopenia (trombosit 100.000/ul atau kurang)Ø  Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20% atau

lebih)

Page 112: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 112/229

 

b.  Definisi operasional CFR DBD :

Persentase jumlah kematian karena DBD dibandingkan dengan jumlah penderita DBD.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus :Jumlah kematian karena DBD

CFR DBD = x 100%

  Jumlah penderita DBD 

2)   Pembilang :Jumlah penderita yang meninggal karena DBD disatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.3)   Penyebut :

Jumlah penderita DBD yang dilaporkan dalam waktuyang sama

4)  Ukuran/Konstanta : Persentase (%)

d.  Sumber Data 

Laporan P2 DBD bulanan kab/kota

e.  Rujukan

1)  Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam BerdarahDengue (lampiran 2 Keputusan Dirjen PPM-PLP nomer:

914-I/PD.03.04.PB/1992);2)  Buku Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia

tahun 2001;3)  Buku Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam

Dengue dan Demam Berdarah Dengue tahun 2003.

f.  Target§  2005 ( <1% ) ¡ 2010 (

<1% )

g.  Langkah Kegiatan

Page 113: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 113/229

 

1)  Penegakan diagnosis, pengobatan dan rujukan

tersangka/penderita di Puskesmas, Puskesmas Pembantu,Balai Pengobatan/Poliklinik atau Dokter praktek.

2)  Penegakan diagnosis dan penanganantersangka/penderita DBD Rumah Sakit.

3)  Peningkatan SDM bagi dokter spesialis di Rumah Sakit

(Dokter Anak, Penyakit Dalam, Dokter di UGD danPerawat) serta Puskesmas (Dokter, Perawat, Bidan atau Nakes lainnya) melalui ceramah klinik DBD.

4)  Penanggulangan kasus meliputi penyelidikanepidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita/tersangka

DBD lainnya dan pemeriksaan jentik di rumah penderita/tersangka dalam radius sekurang-kurangnya

100 m serta tempat-tempat umum yang diperkirakanmenjadi sumber penularan.

5)  Pemberantasan vektor 6)  Promosi Kesehatan

7) 

Monitoring dan Evaluasi

Q.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Diare

1. Balita dengan Diare yang Ditangani

a.  Pengertian1)  Diare adalah buang air besar lembek / cair bahkan dapat

 berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya(biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung

kurang dari 14 hari.2)  Dehidrasi adalah kehilangan cairan yang ditandai

dengan timbulnya gejala diare dengan perubahan keadaanumum gelisah, rewel, lesu, lunglai, tidak sadar, haus, malas

minum atau tidak bisa minum dan turgor kulit kembali lambatsesuai derajat dehidrasi.

b.  Definisi Operasional

Page 114: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 114/229

 

Balita dengan diare yang ditangani adalah   balita dengan diare

yang ditangani sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurunwaktu 1 tahun.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah penderita Balita Diare

yang ditangani sesuai standar   Balita Diare

=

 yang

ditangani Jumlah Penderita Balita Diare yang

dilayani pada waktu yang sama 

x 100 % 

2)   Pembilang 

Jumlah balita diare yang ditangani sesuai standar di satuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah Balita diare yang dilayani di satu wilayah kerja pada

kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5)  Contoh Perhitungan

Apabila jumlah penduduk suatu wilayah 30.000 jiwa, angkakesakitan diare pada tahun 2003 sebesar 374 per 1000

 penduduk, maka perkiraan jumlah penderita diare semua umur adalah : 30.000 X 374/1000 = 11.220 penderita.

Perkiraan cakupan pelayanan di sarana kesehatan dan kader 

adalah 20%, maka jumlah penderita diare balita yang dilayaniadalah : 20% x 11.220 penderita = 2.244 penderita.Berdasarkan pengalaman penderita diare balita berkisar antara

50 – 70 % dari semua golongan umur. Jadi penderita diare balita rata - rata sebesar 60%. Maka jumlah perkiraan penderita

diare balita = 60 % X 2.244 = 1.346.

Page 115: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 115/229

 

 Misal penderita diare yang ditangani sesuai dengan standar =

800 penderita, maka persentase balita dengan diare yang ditangani = 800/1.346 x 100 % = 59.34 %.

d.  Sumber Data

1)  Data kunjungan penderita diare balita pada unit pelayanan kesehatan yang di cross cek dengan kartu status

 penderita, meliputi : anamnesa, diagnosa, dan pengobatan yangdiberikan sesuai klasifikasi.

2)  Data kunjungan seluruh penderita balita diare yang bersumber dari buku register penderita.

e.  RujukanKeputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :

1216/MENKES/SK/XI/2001 pada tanggal 16 Nopember 2001tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare.

f.  Target

§ 

Target 2005 : 75 % ¡ Target 2010 : 100 %

g.  Langkah Kegiatan1)  Tatalaksana

kasus;a)  Ketepatan diagnosa (sesuai

dengan gejala & derajat dehidrasi). b)  Pengobatan secara rasional

(tanpa menggunakan antidiare dan antibiotika sesuaiindikasi).

c)  Rujukan penderita.2)  Peningkatan

SDM;a)  Pelatihan-pelatihan tenaga pengelola.

 b)  Fasilitasi/bintek.3)  Monitoring dan

evaluasi;a) Pengamatan berkala melalui SKD.

Page 116: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 116/229

 

 b) Pengamatan kasus.

c) Faktor resiko.4)  Promosi/Penyulu

han;a) Pengetahuan tentang penyakit.

 b) Cara-cara perawatan di rumah tangga.

c) Menghindari penularan.d) Perubahan perilaku dan perbaikan lingkungan.

5)  Kemitraan.

a)  Transfer teknologi. b)  Pemberdayaan dan pemanfaatan sumber daerah.

c)  Alih pengelolaan/kemandirian.

2. CFR / Angka Kematian Diare

a.  PengertianØ  Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat

 berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan

 berlangsung kurang dari 14 hari.Ø  Angka kematian adalah jumlah penderita meninggal

akibat penyakit tertentu.

b.  Definisi operasional CFR Diare:Persentase jumlah kematian karena Diare dibandingkan dengan

 jumlah penderita Diare.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus : Jumlah kematian karena Diare

CFR Diare = x 100%

 Jumlah penderita Diare

 2)   Pembilang  :

Jumlah penderita yang meninggal karena Diare disatuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut  :

Page 117: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 117/229

 

Jumlah penderita Diare yang dilaporkan dalam waktu

yang sama.4)  Ukuran/Konstanta :

Persentase (%)

d.  Sumber Data

Laporan P2 Diare bulanan kab/kota.

e.  Rujukaan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 216/MENKES/SK/XI/2001 pada tanggal 16 Nopember 2001

tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare.

f.  Target

•  Target 2005 : 0,003 %

•  Target 2010 : < 1/10.000 penduduk 

g.  Langkah Kegiatan :

1)  Tatalaksana kasus:a.  Ketepatan diagnosa (sesuai dengan gejala & derajat

dehidrasi) b.  Pengobatan secara rasional

c.  Rujukan penderita2)  Peningkatan SDM:

a.  Pelatihan-pelatihan tenaga pengelola b.  Fasilitasi/bintek 

3)  Monitoring dan Evaluasi:

a. 

Pengamatan berkala melalui SKD b.  Pengamatan kasusc.  Faktor risiko

4)  Promosi/penyuluhan:a.  Pengetahuan tentang Penyakit

 b.  Cara-cara perawatan di rumah tanggac.  Menghindari penularan

Page 118: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 118/229

 

d.  Perubahan perilaku dan perbaikan lingkungan

5)  Kemitraan:a.  Transfer teknologi

 b.  Pemberdayaan dan pemanfaatan sumber daerahc.  Alih pengelolaan/kemandirian

R. 

Pelayanan Kesehatan Lingkungan

1. Institusi Yang Dibina

a.  Pengertian1)  Institusi adalah Unit kerja yang memberikan

 pelayanan/jasa kepada masyarakat atau memproduksi barang.2)  Institusi yang dibina adalah Unit kerja yang dalam

memberikan pelayanan/jasa potensial menimbulkanrisiko/dampak kesehatan; mencakup RS, Puskesmas, Sekolah,

Instalasi pengolahan air minum, perkantoran, industri rumahtangga, dan industri kecil serta tempat penampungan

 pengungsi.3)  Instalasi Pengolahan Air Minum adalah Instalasi

yang telah melaksanakan pengawasan internal dan eksternal(oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) sesuai dengan

KepMenkes 907/SK/VII/2002 dengan jumlah sampel air yangdiperiksa memenuhi persyaratan bakteriologis 95% dan tidak 

ada parameter kimia yang berdampak langsung terhadapkesehatan.

4)  Rumah Sakit/ Puskesmas adalah :Sarana Pelayanan Kesehatan yang effluentnya memenuhi baku

mutu limbah cair, mengelola limbah padat dengan baik,tersedia air cukup kuantitas dan kualitas, higiene sanitasi

makanan dan minuman, pengendalian vektor serta binatang pengganggu.

5)  Perkantoran/Sekolah adalah :Kantor yang mempunyai sarana pengolahan limbah cair,

limbah padat dengan baik, tersedia air cukup (kuantitas dan

Page 119: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 119/229

 

kualitas), penerangan, ventilasi, pengendalian vector dan

 binatang pengganggu lainnya.6)  Industri adalah :

Industri yang mempunyai sarana pengolahan limbah cair,limbah padat dengan baik, tersedia air cukup (kuantitas dan

kualitas), higiene sanitasi makanan minuman, penerangan,

ventilasi, pengendalian vector dan binatang pengganggulainnya.7)  Tempat penampungan pengungsi  adalah Lokasi

 penampungan pengungsi yang memenuhi aspek kesehatanlingkungan (penyehatan air, pembuangan kotoran,

 pengelolaan sampah, pengendalian vector dan hygiene sanitasimakanan minuman), termasuk kondisi permukiman (padatan

hunian, ventilasi , pencahayaan, lantai).

b.  Definisi OperasionalInstitusi yang dibina adalah institusi yang dibina sesuai dengan

standar kesehatan lingkungan di satu wilayah kerja tertentu padakurun waktu 1 tahun.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus 

Jumlah Institusi yang dibinadengan syarat kesling

=

 

Institusi yang

dibina Jumlah Institusi yang adaX 100 %

 

2)   Pembilang 

Jumlah Institusi yang dibina sesuai dengan syarat kesehatan

lingkungan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.3)   Penyebut 

Jumlah Institusi yang ada di satu wilayah kerja pada kurun

waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )

5)  Contoh Perhitungan

Page 120: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 120/229

 

Pada tahun 2003, di Kabupaten X terdapat 100 institusi, yang

terdiri dari : 3 RS, 50 Sekolah, 20 industri, 14 perkantoran, 2instalasi pengolahan air minum, 10 puskesmas, 1 tempat

 penampungan pengungsi. Dari institusi yang ada tersebut yangdibina sebanyak 60 institusi. Jadi persentase institusi yang

dibina = 60 /100 x 100 % = 60%.

d.  Sumber Data1)  Laporan hasil

Inspeksi Sanitasi (IS) pada institusi yg dibina;2)  Laporan hasil

laboratorium;3)  Kantor Statistik 

Kab/Kota.

e.  Rujukan1)  Keputusan Menteri Kesehatan.

a). 

KepMenkes Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentangSyarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;

 b).  Kepmen LH Nomor 58/Men LH/12/1995 tentang BakuMutu Limbah Cair kegiatan Rumah Sakit;

c).  Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentangPersyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga;

d).  Kepmenkes Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentangSyarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;

e).  Kepmenkes RI Nomor 288/ Menkes /2003 tentangPedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum;

f).  Kepmenkes Nomor 1405/Kepmenkes/2002, tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan

industri;g).  Kepmen LH 51/Men LH/10/ 1995, tentang baku mutu

limbah cair bagi kegiatan industri;h).  Kepmenkes Nomor 140/Kepmenkes/2002 tentang

Persyaratan Kesehatan lingkungan kerja perkantoran danindustri;

Page 121: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 121/229

 

2) Peraturan Menteri Kesehatan.

a).  Permenkes Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992 tentangPersyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

 b).  Permenkes Nomor 416/Permen/SK/IX/1990 tentangSyarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih;

3) Pedoman.

a).  Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia; b).  Pedoman Pelaksanaan dan Pengawasan Dampak Sampah

(Aspek Kesehatan Lingkungan);

c).  Pedoman Kriteria Bantuan Penyelenggaraan SanitasiDarurat, 2001;

d).  Pedoman Umum Penyelenggaraan Sanitasi Darurat,2001.

4) Petunjuk.a).  Petunjuk pelaksanaan KepMenkes No.

907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat danPengawasan Kualitas Air Minum;

 b).  Petunjuk Teknis Kesiapsiagaan dan PenanggulanganBencana Bidang Penyakit Menular dan Kesehatan

Lingkungan, 1997/1998.5) Lain-lain.

a).  Prosedur Tetap Penyelenggaraan Sanitasi Darurat danEvent-event khusus, 2001;

 b).  Baku Mutu Limbah Cair, KLH.

f.  Target§  Target 2005 : 50 %

  ¡ Target2010 : 80 %

g.  Langkah Kegiatan

1). Instalasi Pengolahan Air minuma) Pendataan

- Pengumpulan data instalasi pengolahan air minum(IPAM) di wilayah kerja.

Page 122: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 122/229

 

 b) Kemitraan

- Menjalin jejaring kerjasama baik terhadap lintas sektor maupun asosiasi pengelola IPAM.

c) Pengawasan- Melakukan IS

- Pengambilan sampel di IPAM yang ada di wilayah kerja

- Memeriksa sampel- Melakukan pembinaan terhadap IPAM yang diperiksa- Pengolahan dan analisis data

- Rekomendasi- Hasil dilaporkan kepada atasan langsung, pengelola

IPAM dan sektor terkaitd) Sosialisasi/ advokasi

- Melakukan pertemuan untuk sosialisasi kepada pengelola IPAM, lintas program, dan sektor terkait

- Menentukan jumlah dan jenis pedoman untuk menentukan sasaran sosialisasi.

Melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan ditingkat Kecamatan maupun Kab/Kota

-  Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dansektor terkait.

- Melakukan penyebaran informasi tentang kualitas air dan sanitasi IPAM kepada masyarakat, pengelola,

sektor terkait.2). Rumah Sakit

a) Inspeksi Sanitasi;- Pengambilan sampel di RS

- Pemeriksaan sampel- Pengolahan dan analisa data

- Rekomendasi terhadap pengelola RS dan sektor terkait- Laporan kepada atasan langsung dan sektor terkait

 b) Pengawasan;-  Pengumpulan data

- Memeriksa sanitasi di RS yang ada di wilayah kerja- Melakukan pembinaan terhadap pengelola sanitasi di RS

Page 123: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 123/229

 

- Pengolahan dan analisis data

- Hasil dilaporkan kepada atasan langsung, pengelola RS,Asosiasi RS, sektor terkait

c) Sosialisasi, Advokasi, dan Kemitraan- Melakukan pertemuan untuk sosialisasi kepada pengelola

RS, Asosiasi RS, lintas program, dan lintas sektor terkait

- Menentukan jumlah dan jenis pedoman untuk menentukansasaran sosialisasi- Melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan di

tingkat Kecamatan maupun Kab / Kota- Menjalin jejaring kerjasama baik terhadap lintas sektor 

maupun Asosiasi RS, pengelola RS- Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dan

sektor terkaitd) Peningkatan SDM

- Menentukan jenis pelatihan untuk menentukan pesertayang dilatih

Melaksanakan pelatihan baik terhadap petugas kesehatanmaupun pengelola RS

3) Puskesmasa) Pengawasan

- Pengumpulan data- Memeriksa sarana sanitasi puskesmas di wilayah kerja

- Melakukan pembinaan terhadap petugas sanitasi di puskesmas

- Pengolahan dan analisis data- Hasil dilaporkan kepad aatasan langsung, kepala

 puskesmas dan sektor terkait b) Sosialisasi dan advokasi

- Melakukan pertemuan untuk sosialisasi kepada pengelola puskesmas, lintas program, dan lintas sektor terkait

- Menentukan jumlah dan jenis pedoman untuk menentukansaasaran sosialisasi

- Melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan ditingkat Kecamatan

Page 124: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 124/229

 

- Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dan

sektor terkaitc) Peningkatan SDM

- Menentukan jenis pelatihan yangs sesuai dengan pesertayang dilatih

- Melaksanakan pelatihan sanitasi puskesmas

4). Sekolah/Perkantorana) Inspeksi Sanitasi- Pengambilan sampel di sekolah/perkantoran

- Pemeriksaan sampel- Pengolahan dan analisa data

- Pengolahan dan analisa data- Rekomendasi terhadap petugas kesehatan dan sektor 

terkait- Laporan kepada atasan langsung dan sektor terkait

 b) Pengawasan;- Pengumpulan data sarana sanitasi di sekolah/perkantoran

- Memeriksa sarana sanitasi sekolah/perkantoran- melakukan pembinaan terhadap pengelola

sekolah/perkantoran- Pengolahan dan analisis data sarana sanitasi

sekolah/perkantoran- Hasil dilaporkan kepada atasan langsung, pengelola

 puskesmas, dan sektor terkaitc) Sosialisasi;

- Melakukan pertemuan untuk sosialisasi kepada pengelolasekolah/perkantoran, lintas program, dan lintas sektor 

terkait-  Menentukan jumlah dan jenis pedoman untuk 

menentukan sasaran sosialisasid) Advokasi, dan kemitaraan;

- Melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan ditingkat Kecamatan maupun Kab/Kota

- Menjalin jejaring kerjasama baik terhadap lintas sektor maupun pengelola sekolah/ perkantoran

Page 125: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 125/229

 

- Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dan

sektor terkaite) Peningkatan SDM

- Menentukan jenis pelatihan yang sesuai dengan pesertayang dilatih

- Melaksanakan pembinaan terhadap pengelola sekolah /

 perkantoran5) Industria) Inspeksi sanitasi;

- Pengambilan sampel di industri- Pemeriksaan sampel

- Pengolahan dan analisa data- Rekomendasi terhadap pengelola industri dan sektor 

terkait- Laporan kepada atasan langsung dan sektor terkait

 b) Pengawasan- Pengumpulan data

- Memeriksa sarana sanitasi di industri yang ada diwilayah kerja

- Melakukan pembinaan terhadap pengelola di industri- Pengolahan dan analisis data

- Hasil dilaporkan kepada atasan langsung, pengelola puskesmas, dan sektor terkait

c) Sosialisasi, advokasi, dan kemitraan- Melakukan pertemuan untuk sosialisasi kepada pengelola

industri, lintas program, dan lintas sektor terkait- Menentukan jumlah dan jenis pedoman untuk 

menentukan sasaran sosialisasi- Melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan di

tingkat Kecamatan maupun Kab /Kota- Menjalin jejaring kerjasama baik terhadap lintas sektor 

maupun ikatan pengusaha setempat- Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dan

sektor terkait6) Tempat Penampungan

Page 126: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 126/229

 

a) Penilaian cepat ( Rapid Health assesmen )

- Pengumpulan data ( sanitasi dasar dan jumlah pengungsi)- Memeriksa sanitasi dasar di tempat penampungan

- Melakukan pembinaan di tempat penampungan- Pengolahan dan analisis data

- Rekomendasi

- Hasil dilaporkan kepada atasan langsung, pengelola RS,dan sektor terkait b) Penanggulangan teknis

- Memberikan bantuan teknis sesuai yang dibutuhkan- Melakukan pengawasan di lokasi penampungan ( air 

 bersih, jamban, sampah, vektor, makanan minuman )c) Penyuluhan dan Penggerakan Masyarakat

- Menentukan jumlah dan jenis penyuluhan-  Melaksanakan penyuluhan penanggulangan bencana

d) Monitoring dan evaluasi

- Melakukan monitoring keadaan sanitasi di tempat penampungan

- Melaksanakan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakandi tempat penampungan

- Memberikan rekomendasi, saran tindak lanjut- Membuat laporan kepada tasan langsung dan sektor 

terkaite) Kesiapsiagaan

- Membuat maping lokasi rawan bencana- Melakukan pembinaan kepada petugas dan

memberdayakan masyarakat dalam mengantisipasikejadian bencana

- Menyediakan logistik kesling ( kaporit, PAC, aquatab,kantong sampah, dll ) sesuai

dengan kondisi sanitasi di Tempat Penampungan

Page 127: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 127/229

 

2. Rumah Sehat

a.  Pengertian :1). Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

2). Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

-  Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar darikebisingan yang mengganggu.

-  Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacyyang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota

keluarga dan penghuni rumah.-  Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit

antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vector 

 penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak  berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya

makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencehayaan dan penghawaan yang cukup.

-  Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinyakecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar 

maupun dalam rumah antara lain persyaratan garissempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,

tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

b.  Definisi Operasional.

Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria

sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari 3 komponen ( rumah, sarana sanitasi dan perilaku ) di satuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter adalah sebagai berikut :

1). Minimum dari kelompok komponen rumah adalah :

Page 128: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 128/229

 

a.  Langit-langit

 b.  Dindingc.  Lantai

d.  Jendela Kamar Tidur 

e.  Jendela Ruang Keluarga

f.  Ventilasig.  Sarana pembuangan asap

dapur h.  Pencahayaan.

2). Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah :

a. 

Sarana Air Bersih ( SGL / SPT / PP / KU / PAH ). Milik sendiri dan atau bukan milik sendiri dan memenuhisyarat kesehatan.

 b.  Jamban ( sarana pembuangan kotoran )c.  Sarana Pembuangan air limbah ( SPAL )

d.  Sarana Pembuangan Sampah.3). Perilaku.

c.  Cara Perhitungan / Rumus.

1). Rumus.Jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan

Rumah Sehat = X100 %

 Jumlah rumah yang diawasi.

 2).  Pembilang.

Jumlah rumah yang diawasi yang memenuhi syarat kesehatan sesuai minimum kriteriarumah sehat di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3). Penyebut.Jumlah rumah yang diawasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4). Ukuran / konstanta.Prosentase ( % ).

5). Contoh perhitungan.

Di Kab/Kota X telah dilakukan pengawasan/pemeriksaanterhadap 500 rumah, sesuai dengan kriteria penilaian tersebutdiatas maka 400 rumah yang diawasi memenuhi syarat

kesehatan, sedangkan yang lainnya tidak memenuhi syarat.Jadi Rumah yang memenuhi syarat: 400/500 x 100% = 80%.

Page 129: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 129/229

 

 

d.  Sumber Data.

•  Laporan khusus Dinas Kesehatan Kab. / Kota.

•  Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

e.  Rujukan.

1). Kepmenkes RI Nomor : 829/MENKES/SK/VII/1999 tentangPersyaratan Kesehatan Perumahan.2). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Dirjen PPM & PL

Depkes RI, Tahun 2002.

f.  Target.

•  Target 2005 : Desa : 60 % ; Kota : 75 %

•  Target 2010 : Desa : 65 % ; Kota : 85 %

g.  Langkah Kegiatan.

1). Pendataan / Inventarisasi

2). Pengawasan3). Pembinaan4). Penyuluhan

5). Pemantauan dan monitoring6). Pemberdayaan masyarakat penggalian kontribusi stimulan.7). Kerjasama Lintas Sektor / Program.

8). Sosialisasi, Advokasi dan Kemitraan.

3. Penduduk Yang Memanfaatkan Jamban

a.  Pengertian :

1). Jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia/najis bagi keluargayang lazim disebut Kakus / WC.

2). Manfaat jamban adalah suatu upaya untuk mencegahterjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran

manusia.3). Syarat jamban sehat :

Page 130: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 130/229

 

-  Tidak mencemari sumber air minum ( jarak antara sumber air minum dengan lubang

 penampungan minimum 10 meter, bila tidak memungkinkan perlu konstruksi k edap

air ).-  Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

-  Tidak mencemari tanah di sekitarnya.-  Mudah dibersihkan.-  Aman digunakan.

-  Dilengkapi dinding dan atap pelindung.-  Cukup penerangan.-  Lantai kedap air 

-  Luas ruangan cukup-  Ventilasi cukup baik.-  Tersedia air dan alat pembersih.

b.  Definisi Operasional.Jamban adalah Proporsi jamban yang memenuhi syarat

kesehatan pada wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 

c.  Cara Perhitungan / Rumus.

1). Rumus.Jumlah jamban yang dimanfaatkanmemenuhi syarat kesehatan

x 100 %=Penduduk yangmemanfaatkan jamban Jumlah jamban yang diawasi.

2). Pembilang.Jumlah jamban yang dimanfaatkan yang diawasi dan yang memenuhi syarat kesehatan di

satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3). Penyebut.Jumlah jamban yang diawasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4). Ukuran / konstanta.Prosentase ( % ).

5). Contoh perhitungan.

Di Kab/Kota X telah dilakukan pengawasan/pemeriksaanterhadap 600 jamban, yang memenuhi syarat kesehatan 400

 jamban sedangkan yang lainnya tidak memenuhi syarat.Jadi jamban yang memenuhi syarat = 400/600 x 100 %

= 60 %.

d.  Sumber Data.

1)  Laporan khusus Dinas Kesehatan Kab. / Kota.2)  Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

Page 131: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 131/229

 

 

e.  Rujukan.1). Kepmenkes RI Nomor : 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan.2). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Dirjen PPM & PL

Depkes RI, Tahun 2002.

3). Pedoman Teknis Penyuluhan Program PenyehatanLingkungan Pemukiman bagi Petugas Puskesmas. DirjenPPM & PL Depkes RI, Tahun 1999.

f.  Target.

§  Target 2005 : 70 % ¡ Target 2010 : 88 %

g.  Langkah Kegiatan.1). Pendataan / Inventarisasi

2). Pengawasan3). Pembinaan

4). Penyuluhan5). Pemantauan dan monitoring

6). Pemberdayaan masyarakat penggalian kontribusi stimulan.7). Kerjasama Lintas Sektor / Program.

8). Sosialisasi, Advokasi dan Kemitraan.

3. Rumah Yang Mempunyai SPAL

a.  Pengertian :

1). SPAL ( Saluran Pembuangan Air Limbah ) adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan

kamar mandi, tempat cuci tangan, dapur dan lain-lain bukandari jamban atau peturasan.

2). SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

-  Tidak mencemari sumber air bersih ( jarak dengan sumber air bersih minimal 10meter )

-  Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk 

(diberi tutup yang cukup rapat ).-  Tidak menimbulkan bau ( diberi tutup yang cukup rapat).

Page 132: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 132/229

 

-  Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor 

sampai meluap ).

b.  Definisi Operasional.

SPAL adalah Proporsi SPAL yang memenuhi syarat kesehatan pada wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 

c.  Cara Perhitungan / Rumus.1). Rumus.

Jumlah rumah yang mempunyai

memenuhi syarat kesehatanSPALRumah yg mem- punyai SPAL = X 100 %

Jumlah rumah yang mempunyaiSPAL yang diawasi.

2). Pembilang.Jumlah rumah yang mempunyai SPAL yang diawasi dan yang memenuhi syarat kesehatan

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3). Penyebut.

Jumlah rumah yang mempunyai SPAL yang diawasi di satu wilayah kerja pada kurunwaktu yang sama.

4). Ukuran / konstanta.Prosentase ( % ).

5). Contoh perhitungan.Di Kab/Kota X telah dilakukan pengawasan/pemeriksaan

terhadap 600 rumah yang mempunyai SPAL, yangmemenuhi syarat kesehatan 300 sedangkan yang lainnya

tidak memenuhi syarat.Jadi rumah yang mempunyai SPAL yang memenuhi syarat :

300/600 x 100 % =50 %.

d.  Sumber Data.1)  Laporan khusus Dinas Kesehatan Kab. / Kota.

2)  Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.

e.  Rujukan.

Page 133: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 133/229

 

1). Kepmenkes RI Nomor : 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan.2). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Dirjen PPM & PL

Depkes RI, Tahun 2002.3). Pedoman Teknis Penyuluhan Program Penyehatan

Lingkungan Pemukiman bagi Petugas Puskesmas. Dirjen

PPM & PL Depkes RI, Tahun 1999.

f.  Target.

§  Target 2005 : 50 % ¡ Target 2010 : 85 %

g.  Langkah Kegiatan.1). Pendataan / Inventarisasi

2). Pengawasan3). Pembinaan

4). Penyuluhan5). Pemantauan dan monitoring

6). Pemberdayaan masyarakat penggalian kontribusi stimulan.7). Kerjasama Lintas Sektor / Program.

8). Sosialisasi, Advokasi dan Kemitraan.

S.  Pelayanan Pengendalian Vektor

Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes

a.  Pengertian.

1)  Pengendalian Vektor adalah semuakegiatan yang bertujuan untuk menekan kepadatan jentik 

nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit di rumah atau bangunan yang meliputi perumahan, perkantoran, tempat

umum, sekolah, gudang, dsb.2)  Jentik nyamuk penular (vektor) adalah

semua jentik nyamuk yang terdapat dalam tempat penampungan air di dalam maupun di sekitar rumah/bangunan.

Page 134: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 134/229

 

3)  Tempat Penampungan Air: bak 

mandi, tempayan dan plastik-plastik bekas, kaleng bekas, ban bekas dan tempat air lainnya.

b. 

Definisi OperasionalRumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes adalah 

Rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah rumah/bangunanyang bebas jentik nyamuk 

aedesRumah/bangunan

 bebas jentik 

 Nyamuk aedes

Jumlah rumah/bangunan yang

diperiksa

x 100 % 

2)   Pembilang Jumlah rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk Aedes di

satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah rumah/bangunan yg diperiksa di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase ( % ) 

5)  Contoh PerhitunganJumlah rumah / bangunan di Kabupaten / Kota yang diperiksa keberadaan jentiknya oleh

 petugas pemantau jentik atau petugas yang ditunjuk secara berkala dalam satu tahun sebanyak 1000 rumah /bangunan. Sedangkan dalam pemeriksaan jentik ditemukan adanya 40 rumah /

 bangunan ditemukan jentik nyamuk Aedes sebagai penular penyakit DBD, dan rumah /

 bangunan yang bebas jentiknya adalah 960 rumah (1000 – 40).

Berarti Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah Kabupaten /Kota tersebut mencapai 96 % (960/1000 x 100 % ) = 96 %.

Page 135: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 135/229

 

 

d.  Sumber DataLaporan angka bebas jentik dari Din.Kes Kab/Kota dan

Puskesmas.

e.  Rujukan1)  Surat Keputusan Menteri Kesehatan

 Nomor 581/Tahun 1992 tentang Pemberantasan PenyakitDemam Berdarah;

2)  Permenkes Nomor 715/Men.Kes/SK/V/2003 tentang persyaratan Kesehatan Jasa

Boga;3)  Permenkes Nomor 304/1989 tentang

 persyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran;4)  Permenkes Nomor 

986/Menkes/Per/XI/1992 tentang persyaratan KesehatanLingkungan Rumah Sakit;

5)  Permenkes Nomor 1405/2002 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan

Industri;6)  Permenkes Nomor 80 tahun 1990,

tentang Persyaratan Kesehatan Hotel;7)  Kep. Men.Kes Nomor 288/2003

tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum;8)  Pedoman Umum Penyehatan

Lingkungan Tempat Umum (Seri Penyehatan LingkunganHotel);

9)  Petunjuk Pemantauan Program PPM& PLP tingkat Kabupaten (Kep. Men) PPM. PLP No. 471-

I/PD.03§  Buku Pedoman Pemberantasan Demam Berdarah

Dengue§  Buku Pedoman Pemberantasan Vektor.

Page 136: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 136/229

 

 

f.  Target§  Target 2005 : 95

% ¡ Target2010 : > 95 %

g. 

Langkah Kegiatan1) Surveilans Tempat Perindukan Vektor;-  Pendataan rumah / bangunan di wilayah kerja

-  Pemeriksaan tempat perindukan vektor pada rumah / bangunan

-  Pengolahan data hasil pemeriksaan tempat perindukanvektor 

-  Rekomendasi kepada petugas kesehatan dan sektor terkait

-  Laporan kepada atasan langsung dan sektor terkait-  Penyebarluasan (sosialisasi, diseminasi informasi) hasil

surveilans / pengamatan kepada lintas program dan lintassektor maupun swasta dan masyarakat.

2) Pengendalian Vektor;

-  Investigasi rumah / bangunan dan lingkungan yang potensial jentik di wilayah kerja melalui survey lingkungan,

sosekbud, dan survei entomologi.-  Menentukan jenis pengendalian vektor sesuai dng

 permasalahan di wilayah kerja.-  Melakukan pemberantasan vektor sesuai dengan

 jenisnya.

3) Penyuluhan dan Penggerakan Masyarakat;-  Melakukan identifikasi masalah sesuai dengan sasaran

-  Menentukan jenis media penyuluhan sesuai dengansasaran

-  Menentukan materi penyuluhan pengendalian vector 

Page 137: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 137/229

 

-  Melaksanakan penyuluhan dan penggerakan masyarakat

dalam rangka pengendalian vector khususnya tempat perindukan

-  Menghimpun feed back/umpan balik yang diberikan olehsasaran.

4) Sosialisasi, Advokasi, dan Kemitraan;-  Melakukan pertemuan untuk sosialisasi terhadap lintas

 program, lintas sektor terkait, swasta dan masyarakat.

-  Menentukan jumlah dan jenis peraturan /pedoman yangakan disosialisasikan

-  Melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan ditingkat kec.maupun kab/kota

-  Menjalin jejaring kerjasama baik thp lintas sektor maupun swasta

-  Hasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dansektor terkait.

5) Monitoring dan Evaluasi;

-  Pemantauan secara terus menerus terhadap hasilsurveilans tempat perindukan

-  Pembinaan teknis terhadap pemerintah (dinas kesehatan, puskesmas), swasta dan masyarakat.

6) Peningkatan SDM.

-  Menentukan jenis pelatihan yg sesuai dg peserta ygdilatih

-  Melaksanakan pelatihan pengendalian vektor.

T.  Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum

Tempat Umum yang Memenuhi Syarat

a.  Pengertian1)  Tempat-tempat Umum (TTU) adalah

Page 138: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 138/229

 

suatu tempat yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum

seperti hotel, terminal, pasar, pertokoan, depot air isi ulang, bioskop, jasa boga, tempat wisata, kolam renang, tempat

ibadah, restoran dan lain-lain.2)  Tempat umum yang memenuhi syarat adalah

terpenuhinya akses sanitasi dasar (air, jamban, limbah,

sampah), terlaksananya pengendalian vektor, higiene sanitasimakmin, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan dan atau standar kesehatan.

b.  Definisi Operasional

Tempat Umum yang Memenuhi Syarat adalah  tempat umum

yang diawasi yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi sesuai

dengan standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah tempat umum yang diawasiyang memenuhi syarat hygiene sanitasi

=

 % TTU yangmemenuhi syarat Jumlah tempat umum yang diawasi

 

x 100 % 

2)   Pembilang Jumlah tempat umum yang diawasi yang memenuhi syarat hygiene sanitasi di satu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah tempat umum yang diawasi di satu wilayah kerja padakurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase ( %).

5)  Contoh Perhitungan

Page 139: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 139/229

 

Dikab/kota X, telah dilakukan pengawasan terhadap 320 TTU.

Sesuai dengan kriteria penilaian tersebut diatas maka 180 TTUyang diawasi memenuhi syarat kesehatan, sedangkan yang lain

tidak memenuhi syarat.Jadi TTU yang memenuhi syarat = 180/320 x 100 % = 56,25%

d. 

Sumber Data§  Laporan khususDinas Kesehatan Kabupaten / Kota;

§  SIMPUS.

e.  Rujukan1)  Permenkes RI. Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air;2)  Permenkes RI. Nomor 80/ Menkes/Per/II/1990 tentang

Persyaratan Kesehatan Hotel;3)  Permenkes RI. Nomor 061/Menkes/Per/I/1991 tentang

Persyaratan Kesehatan Kolam Renang dan Pemandian Umum;4)  Permenke RI. Nomor 1405/2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja;5)  Kepmenkes. RI. Nomor 1098/2003 tentang Persyaratan

Kesehatan Rumah Makan dan Restoran;6)  Depkes. RI, Ditjen. PPM & PLP, Dit. PLP, Jakarta,

tahun 1999 : Kumpulan formulir pemeriksaan kesehatanlingkungan (Inspeksi Sanitasi) bidang Penyehatan Tempat-

tempat Umum;7)  Depkes. RI, Dirjen. PPM & PL tahun 2001, Pedoman

Umum Penyehatan Lingkungan Tempat Umum (SeriPenyehatan Lingkungan Hotel);

8)  Kepmenkes RI, Nomor 288/2003 tentang PedomanPenyehatan Sarana dan Bangunan Umum.

f.  Target

§  Target 2005 : 45 %  ¡  Target 2010 : 80 % 

Page 140: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 140/229

 

 

g.  Langkah Kegiatan5) Pengawasan;

6) Peningkatan SDM;7) Bimbingan Teknis;

8) Sosialisasi, Advokasi dan Kemitraan;

U.  Penyuluhan Perilaku Sehat

1.  Rumah Tangga Sehat

a. Pengertian :

Rumah Tangga Sehat adalah Rumah Tangga yang memenuhiminimal 11 indikator dari 16 Indikator PHBS tatanan 

h.  Definisi OperasionalRumah Tangga Sehat adalah Proporsi Rumah Tangga yang

memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBStatanan Rumah Tangga. Adapun prioritas indikator tersebut

adalah sebagai berikut :1)  Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan2)  Membuang sampah pada tempat yang disediakan.

3)  Membuang sampah pada tempat yang disediakan.4)  Membuang air limbah pada saluran yang memenuhi

syarat.5)  Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air 

 besar.6)  Keluarga makan dengan gizi seimbang.

7)  Pemeriksaan kehamilan (K4), minimal 4 kali dalammasa kehamilan dengan rincian 1 kali pada trimester I,

1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III,atau 2 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester 

III.8)  Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Bidan,

Dokter, Perawat terlatih).

Page 141: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 141/229

 

9)  Penimbangan Balita secara teratur ke Posyandu,

Puskesmas, Pustu, RS, Bidan dan sarana kesehatanlainnya minimal 8 kali setahun.

10)  Keluarga secara rutin menggosok gigi minimal 2 kalisehari.

11)  Keluarga melaksanakan PSN minimal 1 minggu sekali.

12) 

Keluarga tidak meminum minuman keras yangmengandung alkohol dan atau tidak menyalahgunakannapza / narkoba.

13)  Keluarga tidak ada yang merokok.14)  Keluarga berencana, PUS menjadi akseptor KB.

15)  Keluarga menjadi peserta dana sehat / asuransikesehatan / JPKM

16)  Keluarga memiliki persediaan obat sederhana dan ataumembudidayakan/ menggunakan TOA minimal 3 jenis.

Prioritas tersebut dipakai untuk upaya intervensi terhadapindikator yang belum memenuhi syarat.

i.  Cara Perhitungan Rumus :

1)  Tingkat Rumah Tangga :-  Sehat Pratama : apabila jumlah nilai keluarga /

Rumah Tangga antara 1 s/d 5-  Sehat Madya : apabila jumlah nilai keluarga /

Rumah Tangga antara 6 s/d 10-  Sehat Utama : apabila jumlah nilai keluarga /

Rumah Tangga antara 11 s/d 15-  Sehat Paripurna : apabila jumlah nilai keluarga /

Rumah Tangga =162)  Tingkat

RT/RW/Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota :-  Sehat Pratama : apabila jumlah keluarga yang

mencapai strata sehat utamadan paripurna antara 1 s/d 24 %

Page 142: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 142/229

 

-  Sehat Madya : apabila jumlah keluarga yang

mencapai strata sehat utama dan paripurna antara 25 % s/d 49 %

-  Sehat Utama : apabila jumlah keluarga yangmencapai strata sehat utama dan

 paripurna antara 50 % s/d 74 %

Sehat Paripurna : apabila jumlah keluarga yangmencapai strata sehat utama dan paripurna antara 75 % atau lebih.

Sumber data : Laporan pencatatan petugas Puskesmas.

Rujukan : Buku pedoman pembinaan PHBS ( DinkesPropinsi Jawa Tengah Tahun tahun 2003)

Target : Target 2005 = 30 % ( Rumah Tangga SehatUtama dan Paripurna )

Target 2010 = 65 % ( Rumah Tangga SehatUtama dan Paripurna)

Rumus cara perhitungan target :RT Sehat = Jumlah Rumah Tangga Sehat Utama & Paripurna X

100 %.

Jumlah seluruh Rumah Tangga

Pembilang : Jumlah rumah tangga yang mencapai stratasehat utama dan sehat paripurna pada suatu

wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.Penyebut : Jumlah seluruh rumah tangga di suatu wilayah

tertentu dalam waktu tertentu.

Langkah kegiatan :

1) Pengumpulan data :§  Pendataan /survei dengan cara kunjungan rumah

untuk melakukan wawancara dan observasi lapangan

dengan menggunakan checklist PHBS tatanan rumahtangga (16 indikator) ,

Page 143: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 143/229

 

§  Menentukan strata PHBS tingkat keluarga/rumah

tangga masuk dalam strata apa (pratama, madya,utama, paripurna)

§  Mengisi dan menempelkan Kartu Rumah.§  Melakukan rekapitulasi data hasil pendataan tingkat

keluarga menjadi tingkat kelompok (RT/RW/

Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota)2)  Kegiatan penyelenggaraan program :§  Pengkajian masalah PHBS ( masalah keterjangkauan,

masalah tingkat perkembangan, melakukan analisismendalam per indikator )

§  Perencanaan kegiatan intervensi§  Pelaksanaan kegiatan intervensi

§  Evaluasi kegiatan PHBS

2.  Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif 

a. 

PengertianASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada

 bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanandan minuman.

b.  Definisi Operasional

Bayi yang mendapat ASI eksklusif ádalah bayi yang hanyamendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   RumusJumlah bayi usia 0 – 6 bulan yang

mendapat hanya ASI saja=Cakupan ASI

Eksklusif  Jumlah seluruh bayi usia 0-6

 bulan

X 100% 

2)   Pembilang 

Page 144: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 144/229

 

Jumlah bayi yang mendapat hanya ASI saja sejak lahir 

sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurunwaktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah seluruh bayi usia 0 – 6 bulan di satu wilayah

kerja pada kurun waktu yang sama.

4) 

Ukuran/KonstantaPersentase (%).

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapat hanya ASIsaja di satu wilayah Kab/Kota tahun 2003 = 500 orang.

Jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan di satu wilayahKab/Kota = 1.500 orang. Cakupan ASI Eksklusif =

500/1.500 x 100 % = 33,3 %.

d.  Sumber DataRegister kohort bayi atau R1-Gizi, dan Pencatatan kegiatan

Puskesmas.

e.  Rujukan1)  Buku Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu

Ibu Tahun 2002;2)  Kep.Menkes Nomor 450/Menkes/IV/2000 tentang

Pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi di Indonesia;3)  Pedoman peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI);

4)  Booklet ASI Eksklusif.

f.  Target§  Target 2005 : 40% ¡  

Target 2010 : 80%

g.  Langkah Kegiatan1)  Kegiatan pengumpulan data :

a)  Menghitung jumlah seluruh bayiusia 0-6 bulan di satu wilayah kerja/ administrasi.

Page 145: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 145/229

 

 b)  Menghitung jumlah seluruh bayi

usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja dari catatan puskesmas.

c)  Menghitung dengan rumus.2)  Kegiatan meningkatkan

 penyelenggaraan program :

a) 

Pelatihan PP-ASI bagitokoh agama, pengajar di institusi pendidikankeperawatan, kebidanan, gizi dan tenaga kesehatan.

 b)  Penyusunan materi KIEASI Eksklusif.

c)  Pengadaan materi KIEASI Eksklusif.

d)  Pendataan sasaran ASIEksklusif 

e)  Penyuluhan ASIEksklusif.

f) 

Sosialisasi KIE ASIEksklusif 

g)  Pembinaan teknis(kunjungan lapangan)

h)  Pelaporan dan evaluasi.

3. Desa dengan Garam Beryodium Baik 

a. Pengertian

1) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memilikikewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adatistiadat setempat yang diakui dalam Sistem

Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten.(Undang-undang 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah).2)  Kelurahan adalah wilayah kerja

lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau

Page 146: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 146/229

 

daerah kota di bawah kecamatan (Undang-undang

Otonomi Daerah 1999).3)  Garam beryodium baik adalah

garam mempunyai kandungan yodium dengan kadar yang cukup ( ≥ 30 – 80 ppm kalium yodat ). 

b.  Definisi OperasionalDesa dengan garam beryodium baik adalah desa/kelurahan

dengan 21 sampel garam konsumsi yang diperiksa, danhanya ditemukan tidak lebih dari satu sampel garam

konsumsi dengan kandungan yodium kurang dari 30 ppm pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   RumusJumlah desa dengan garam

 beryodium baik =

Desa dengan garam beryodium baik  Jumlah seluruh desa yang

diperiksa

 

x 100%

 

2)   Pembilang Jumlah desa dengan garam beryodium baik di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah seluruh desa yang diperiksa di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%).

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah desa dengan garam beryodium baik di Kab/KotaX pada tahun 2003 = 155 desa. Jumlah seluruh desa

yang diperiksa di Kab/Kota tahun 2003 = 200 desa.Desa dengan garam beryodium baik = 155/200 x 100% =

77,5%.

d.  Sumber Data

Page 147: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 147/229

 

Laporan pemantauan garam beryodium di masyarakat.

e.  Rujukan

1)  Pedoman pemantauan garam beryodium di tingkatmasyarakat, Departemen Kesehatan RI. 2001.

2)  Panduan Penegakan Norma Sosial Peningkatan

Konsumsi Garam Beryodium, Tim PenanggulanganGAKY Pusat Tahun 2002.3)  Hasil pencatatan petugas lapangan tenaga kesehatan,

guru dan kader.

f.  Target§  Target 2005 : 65% ¡  

Target 2010 : 90%

g.  Langkah Kegiatan :1)  Kegiatan mendapatkan data :

a) 

Menghitung jumlah seluruhdesa di satu wilayah kerja/administrasi.

 b)  Menghitung desa yang beryodium.

c)  Menetapkan status desa(beryodium baik atau tidak).

d)  Menghitung jumlah desa yang beryodium baik.

e)  Menghitung dengan rumus.2)  Kegiatan meningkatkan pelaksanaan program :

a)  Pendataan sasaran desa(Baseline data);

 b)  Perencanaan kebutuhananggaran kegiatan promosi / KIE;

c)  Pengadaan tes kityodium

d)  Pelatihan dan Kegiatan promosi KIE garam beryodium;

Page 148: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 148/229

 

e)  Pengadaan media KIE

garam beryodium.

4.  Keluarga

Sadar

Gizi

a. PengertianKeluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah keluarga yangseluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi

seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan

gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan mampumengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah

gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya.

b.  Definisi OperasionalKeluarga sadar gizi adalah keluarga yang seluruh anggota

keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang yang

mencakup 5 indikator yaitu :1.  Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan2.  Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya,

khususnya balita dan ibu hamil

3.  Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya4.  Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif 

5.  Keluarga biasa sarapan/makan pagi.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1.   RumusJumlah keluarga yang telah

mempunyai 5 indikator kadarzi 

Cakupan

Keluarga

Sadar Gizi 

Jumlah seluruh keluarga yangada di wilayah kerja dalam

kurun waktu tertentu

X 100%

 

2.   Pembilang 

Page 149: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 149/229

 

Jumlah keluarga yang telah mempunyai perilaku

mencakup 5 indikator kadarzi di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3.   Penyebut Jumlah seluruh keluarga yang ada di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu yang sama.

4. 

Ukuran/Konstant aPersentase (%).

5.  Contoh

 PerhitunganJumlah keluarga yang telah mempunyai 5 indikator 

kadarzi = 65 keluarga.

Jumlah seluruh keluarga yang ada = 100 keluarga.

65100 X 100% = 65%

d.  Sumber DataLaporan hasil pemetaan kadarzi di Kabupaten/Kota.

e.  Rujukan

§  Pedoman pemetaan kadarzi, DepartemenKesehatan RI.

§  Petunjuk pelaksanaan program perbaikan gizi propinsi jawa tengah tahun 2004.

o  Target

Target 2010: 80%

g.  Langkah Kegiatan1)  Pelatihan bagi petugas pelaksana pengumpulan data

di lapangan.2)  Pengumpulan data

Page 150: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 150/229

 

3)  Pengadaan formulir pendataan dan buku pedoman

4)  Monitoring dan evaluasi5)  Pengolahan data dan penyusunan laporan.

5  Posyandu Purnama

a.  Pengertian

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang melaksanakankegiatan hari buka dengan frekuensi lebih dari atau samadengan 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang

 bertugas 5 orang atau lebih, cakupan program utama(KIA,KB, Gizi, Imunisasi lebih dari 50 %, dan sudah ada 1

atau lebih program tambahan, dan sudah ada 1 (satu) ataulebih program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50 %.

b.  Definisi OperasionalPosyandu Purnama adalah Posyandu yang melaksanakan

kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih dari atau samadengan 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang

 bertugas 5 orang atau lebih, cakupan program utama(KIA,KB, Gizi, Imunisasi lebih dari 50 %, dan sudah ada 1

atau lebih program tambahan, dan sudah ada 1 (satu) ataulebih program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50 %.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus

PosyanduPurnama

Jumlah posyandu purnama

=Jumlah seluruh posyandu

x 100%

2)   Pembilang 

Jumlah Posyandu Purnama disatu wilayah kerja padakurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah seluruh Posyandu disatu wilayah kerja pada

kurun waktu yang sama.

Page 151: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 151/229

 

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%).

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah seluruh Posyandu Purnama di satu wilayah kerjaada = 75 buah.

Jumlah Posyandu Purnama di satu wilayah kerja ada =

30 buah.Posyandu Purnama = 30/75 x 100 % = 40 %.

f.  Sumber DataHasil pencatatan kegiatan Puskesmas, dan Laporan Profil

PSM/UKBM, SIMPUS.

e.  Rujukan1) Pedoman buku ARRIF (Manajemen ARRIF);

• Pedoman Revitalisasi Posyandu.

f. Target

•  Target 2005 : 25 % — Target 2010 : 40 % 

g. Langkah Kegiatan

1)  Pengumpulan data :a.  Melakukan telaah kemandirian

Posyandu di suatu wilayah kerja b.  Melakukan rekapitulasi hasil

telaah kemandirian Posyandu di suatu wilayah

kerja tertentu.c.  Melakukan telaah mawas diriterhadap berbagai pihak yang mendukung dalam

 penyelenggaraan Posyandu.2)  Kegiatan Penyelenggaraan Program

Page 152: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 152/229

 

a.  Melakukan pengkajian masalah,

Posyandu ( masalah keterjangkauandan masalah tingkat perkembangan )

 b.  Menyusun rencana kegiatan peningkatan strata Posyandu

c.  Pelaksanaan kegiatan intervensi

 peningkatan strata Posyandud.  Evaluasi hasil kegiatan

6. Posyandu Mandiri

a. PengertianPosyandu merupakan jenis UKBM yang mempunyai kegiatan

 prioritas yang meliputi KIA, KB, Gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.

b. Definisi Operasional

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang kegiatannya sudahdilaksanakan secara rutin teratur, rata-rata umlah kader yang

 bertugas aktif 5 orang atau lebih, cakupan program utamanyasudah baik, ada program tambahan, sudah ada Dana Sehat

mengarah ke JPKM dengan cakupan pesertanya lebih dari50% KK yang ada.

c. Cara Perhitungan

1.   RumusJumlah Posyandu Mandiri 

x 100%Jumlah Posyandu yang ada 

2. Pembilang :Jumlah Posyandu Mandiri

3. Penyebut :Jumlah Posyandu yang ada

4. Konstanta :

Page 153: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 153/229

 

Prosentase (%)

d. Sumber data

•  PKK 

e. Rujukan.

•  Buku Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu, 2001•  Buku Pedoman Manajemen PSM, Depkes RI 2001.

f. Target

•  Tahun 2005 : 1% — Tahun 2010 : >2%

g. Langkah Kegiatan1) Pengumpulan data :

a.  Melakukan telaah kemandirian Posyandu di suatuwilayah kerja

 b.  Melakukan rekapitulasi hasil telaah kemandirian

Posyandu di suatu wilayah kerja tertentu.c.  Melakukan telaah mawas diri terhadap berbagai

 pihak yang mendukung dalam penyelenggaraan

Posyandu.2) Kegiatan Penyelenggaraan Program

a.  Melakukan pengkajian masalah, Posyandu ( masalah

keterjangkauan dan masalah tingkat perkembangan ) b.  Menyusun rencana kegiatan peningkatan strata

Posyanduc.  Pelaksanaan kegiatan intervensi peningkatan strata

Posyandu

d.  Evaluasi hasil kegiatan

V. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (P3 NAPZA) /

Narkotik, Psikotropik dan Bahan Berbahaya (P3 NARKOBA)

berbasis Masyarakat

Page 154: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 154/229

 

 

Upaya Penyuluhan P3 NAPZA / P3 NARKOBA oleh Petugas

Kesehatan

a.  Pengertian

Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan

 berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusiasesuai prinsip-prinsip pendidikan yakni pada tingkat sebelumseseorang menggunakan NAPZA / NARKOBA.

b.  Definisi Operasional

Upaya penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA/NARKOBA oleh tenaga kesehatan

tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus

Jumlah kegiatan penyuluhan P3

 NAPZA/NARKOBA=

Upaya

PenyuluhanP3 NAPZA/

 NARKOBA

Jumlah seluruh kegiatan penyuluhan di bidang

kesehatan

X 100%

 

2)  Pembilang Jumlah kegiatan penyuluhan P3-NAPZA /NARKOBA disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah seluruh kegiatan penyuluhan di bidang kesehatan

disatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Page 155: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 155/229

 

Persentase (%).

5)  Contoh Perhitungan1 x 12

x 100 % = 12,5 %8 x 12

Rata-rata penyuluhan NAPZA/NARKOBA di sarana pelayanan

kesehatan umum per bulan : 1.Rata-rata penyuluhan kesehatan di sarana pelayanankesehatan umum per bulan : 8.

Jumlah bulan dalam 1 tahun : 12.

d.  Sumber DataSIMPUS, Dinkes Kab/Kota.

e.  Rujukan

1)  Modul pelatihan teknismedis penanggulangan NAPZA/NARKOBA;

2) 

Modul keterampilaninterpersonal dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA/

 NARKOBA;3)  Pedoman penanggulangan

 NAPZA/NARKOBA berbasis masyarakat;4)  Instrumen untuk 

mengidentifikasi masalah alkohol, tembakau, dan NAPZA/NARKOBA di pelayanan kesehatan dasar.

f.  Target

•  Target 2005 : 3 % — Target 2010 : 30 %

g.  Langkah Kegiatan

1)  Identifikasi sasaran;2)  Penyuluhan;

3)  Pelatihan.

W.  Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan

Kesehatan

Page 156: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 156/229

 

 

1.  Ketersediaan Obat sesuai Kebutuhan

a.  Pengertian

1)  RKO adalah RencanaKebutuhan Obat;

2)  LPLPO adalah laporan

 pemakaian dan lembar permintaan obat puskesmas/pustu;3)  Kebutuhan Obat Nyata

adalah kebutuhan yang dihitung oleh tim perencana obatterpadu Kab/Kota;

4)  Obat Pelayanan KesehatanDasar adalah obat yang disediakan oleh Dinas Kesehatan

Kab/Kota, dengan kategori obat : Sangat SangatEsensial, Sangat Esensial, dan Esensial.

b.  Definisi Operasional

Ketersediaan obat pelayanan kesehatan dasar di UnitPengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota

di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah obat yang dapat

disediakan=

Ketersediaanobat sesuai

kebutuhan (Jumlah)Jumlah obat yang

dibutuhkan

 

x 100% 

Jumlah jenis/item obatyang dapat disediakan

=

Ketersediaanobat sesuai

kebutuhan (Item) Jumlah jenis/item obat

yang dibutuhkan

x 100% 

2)   Pembilang 

Page 157: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 157/229

 

•  Jumlah obat yang dapat disediakan untuk pelayanankesehatan dasar di Unit Pengelola Obat dan

Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satuwilayah kerja, pada kurun waktu tertentu.

•  Jenis/item obat yang dapat disediakan untuk  pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat

dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satuwilayah kerja, pada kurun waktu tertentu.

2)   Penyebut 

•  Jumlah obat yang dibutuhkan untuk pelayanankesehatan dasar di Unit Pengelola Obat danPerbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota dalam kurun

waktu yang sama.

•  Jumlah jenis obat yang dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat danPerbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota dalam kurun

waktu yang sama.

3)  Ukuran/KonstantaPersentase (%).

4)  Contoh Perhitungan

Jenis obat yang tersedia 3 jenis dari jumlah 33 jenis obatyang harus disediakan. ( untuk Jawa Tengah ).

Ketersediaan obat (jenis ) = x 100 % = 9.09 %3

33

Misal tiga jenis obat tersebut terdiri dari Amoksisilinkapsul 250 mg, Antalgin tablet 500 mg dan Ibuprofen

tablet 200 mg.Jumlah Amoksisilin kapsul 250 mg yang ada 100 dari

 jumlah yang dibutuhkan 1000, Antalgin tablet 500 mgyang ada 200 dari yang dibutuhkan 1000, dan Ibuprofen

tablet 200 mg yang ada 300 dari yang dibutuhkan 500,maka :

Page 158: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 158/229

 

Ketersediaan (jumlah) = 100 x 100 % = 10 %

Amoksisilin kapsul 250 mg 1.000

Ketersediaan ( jumlah) =200

x 100 % = 20 %Antalgin tablet 500 mg

1.000

Ketersediaan ( jumlah ) = 300 x 100 % = 60 %Ibuprofen tablet 200 mg

500 

Rata-rata ketersediaan (jumlah ) = 90 % / 3 = 30 %.

Jadi dari ketersediaan (jenis) obat sebesar 9.09 %,ketersediaan jumlah obat = 30 %.

d.  Sumber Data

RKO, LPLPO, dan Kartu Stock.

e.  Rujukan

1)  Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN);

2)  Pedoman Pengolahan Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan;3)  Pedoman Teknis Pengadaan

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk pelayanankesehatan dasar.

f.  Target

Target 2010 : 90 %

g.  Langkah Kegiatan1)  Perencanaan obat;

4)Distribusi;

2)  Pengadaan obat;5)

Monitoring dan evaluasi

Page 159: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 159/229

 

3)  Penyimpanan;

2.  Pengadaan Obat Esensial

a.  PengertianObat esensial adalah obat yang paling banyak diperlukan oleh

suatu populasi dan ditetapkan oleh para ahli yang kemudian

dibakukan dalam daftar Obat Esensial Nasional.

b.  Definisi OperasionalPengadaan obat esensial untuk pelayanan kesehatan dasar di

Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah item obat esensial

yang dapat disediakan PengadaanObat =Esensial  

Jumlah item obat esensial

yang dibutuhkan 

x 100 % 

2)   Pembilang Jumlah item obat esensial yang dapat disediakan untuk 

 pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satu wilayah

kerja, pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah item obat esensial yang dibutuhkan untuk pelayanankesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satu wilayahkerja, pada kurun waktu yang sama.

4)  Contoh PerhitunganJumlah item obat esensial yang dibutuhkan = 150 item,

item obat esensial yang dapat disediakan oleh PengelolaObat dan Perbekalan Kesehatan = 75 item.

Page 160: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 160/229

 

PengadaanObat Esensial

Jumlah item obat esensial yangdapat disediakan

x 100 %  Jumlah item obat esnsial

yang dibutuhkan 

= 75/150 x 100 % = 50 % 

=

 

d.  Sumber DataRKO, LPLPO, Kartu Stock.

e.  Rujukan1)  Pedoman

Pengolahan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;2)  Pedoman Teknis

Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk  pelayanan kesehatan dasar.

f.  Target§  Target 2005 : 90 % ¡ Target 2010 : 100 %

g.  Langkah Kegiatan

1)  Perencanaan Obat Esensial;2)  Pengadaan Obat Esensial;

3)  Monitoring dan Evaluasi.4) 

3.  Pengadaan Obat Generik 

a.  PengertianObat Generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan

dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yangdikandungnya.

b.  Definisi OperasionalPengadaan item obat generik untuk pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

Kabupaten/Kota.

c.  Cara Perhitungan 

1)   Rumus

Page 161: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 161/229

 

Jumlah item obat generik yang

dapat disediakan PengadaanObat

Generik  Jumlah item obat generik yang

dibutuhkan

x 100% 

=

 

2)   Pembilang 

Jumlah item obat generik yang dapat disediakan untuk  pelayanan kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik 

dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satu wilayahkerja, pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut Jumlah item obat generik yang dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan dasar di Unit Pengelola Obat Publik danPerbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota di satu wilayah

kerja, pada kurun waktu yang sama.

4)  Contoh Perhitungan

Item Obat Generik yang dibutuhkan = 100 item, item Obatgenerik yang dapat disediakan oleh Unit Pengelola Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan = 75 item.Persentase pengadaan obat generik = 75/100 x 100 %

= 75 %.

d.  Sumber DataRKO, LPLPO, Kartu Stock. 

e.  Rujukan

1)  PedomanPengolahan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;

2)  Pedoman Teknis

Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk  pelayanan kesehatan dasar.

f.  Target§  Target 2005 : 90 % ¡ Target 2010 : 100 % 

g.  Langkah Kegiatan

Page 162: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 162/229

 

1)  Perencanaan Obat

Generik;2)  Pengadaan Obat

Generik;3)  Monitoring dan

Evaluasi.

4. Ketersediaan Narkotika, Psikotropika sesuai kebutuhan

pelayanan kesehatan

a. Pengertian1) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman baik sintetis, maupun semi sintetisyang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampaimenghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongansebagaimana terlampir dalam undang-undang yang

kemudian ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan.2) Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun

sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psiko aktif melalui

 pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yangmenyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan

 perilaku.

b. Definisi OperasionalKetersediaan narkotika dan psikotropika untuk pelayanan

dasar di unit pengelola obat dan perbekalan kesehatankabupaten/kota di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

c. Cara Perhitungan

1).   Rumus

Page 163: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 163/229

 

Jumlah obat narkotika dan psikotropika yang dapat disediakanx 100 %  

Jumlah obat narkotika dan psikotropika yang dibutuhkan

Jumlah jenis obat narkotika dan psikotropika yang dapat disediakanx 100%

Jumlah jenis obat narkotika dan psikotropika yang dibutuhkan

2).  Pembilang 

•  Jumlah obat narkotika dan psikotropika yang dapatdisediakan di satu wilayah kerja pada kurun waktutertentu.

•  Jumlah jenis obat narkotika dan psikotropika yang dapatdisediakan di satu wilayah kerja pada kurun waktutertentu.

3).  Penyebut 

•  Jumlah obat narkotika dan psikotropika yang dibutuhkandi satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

•  Jumlah jenis obat narkotika dan psikotropika yangdibutuhkan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yangsama.

4).  Konstanta : Prosentase (%)

d. Sumber data : LPLPO

e. Rujukan.

•  Pedoman pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan

•  UU No. 5/th. 1997 tentang psikotropika.

•  UU No. 22/th. 1997 tentang narkotika

f. Target

•  Tahun 2005 : 100% — Tahun 2010 : 100%

g. Langkah Kegiatan

•  Perencanaan obat meliputi: pemilihan obat, kompilasi, perhitungan kebutuhan obat.

•  Pengadaan obat.

Page 164: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 164/229

 

•  Penyimpanan obat

•  Pendistribusian obat

•  Pencatatan dan pelaporan obat

•  Monitoring dan evaluasi.

X.  Pelayanan Penggunaan Obat Generik Penulisan Resep Obat Generik 

a.  Pengertian

Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkandalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang

dikandungnya.

b.  Definisi Operasional

Penulisan obat generik adalah penulisan resep obat generik difasilitas sarana kesehatan pemerintah.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 1)   Rumus

Jumlah resep obat generik 

yang ditulis

 Penulisan Resep

Obat generik =

Jumlah resep obat yang

ditulis

x 100 % 

2)   Pembilang Jumlah resep obat generik yang ditulis dengan nama generik di

satu wilayah kerja, pada kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah seluruh resep obat yang ditulis di satu wilayah kerja,

 pada kurun waktu yang sama.4)  Contoh PerhitunganDi Puskesmas dalam bulan Januari 2003 telah diberikan 200

lembar resep kepada pasien. 200 lembar tersebut memuat 800R/ (resep) yang 650 R/ (resep) diantaranya ditulis dengan nama

generik, selebihnya ditulis dengan nama dagang.

Page 165: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 165/229

 

 

Jadi Penulisan resep Obar Generik adalah : 650x 100% = 81,25%  800  d.  Sumber Data

Laporan pemakaian obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan .

e.  Rujukan1)  Pedoman pengobatan (Ditjen Binkesmas);2)  KepMenkes Nomor 85/1989 tentang

Kewajiban Fasilitas Pelayanan Pemerintah Menuliskan ObatGenerik.

f.  Target

§  Target 2005 : 80 % ¡ Target2010 : 90 %

g.  Langkah Kegiatan

1) 

Pencatatan penggunaan obat generik setiap haridi fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah di

Kabupaten/Kota;2)  Pembuatan laporan bulanan pemakaian obat

generik di setiap fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah di

Kabupaten/Kota;

3)  Penyampaian laporan obat generik di fasilitas

 pelayanan kesehatan pemerintah di Kabupaten/Kota ke Dinas

Kesehatan Kab/Kota;

4)  Kompilasi laporan obat generik pada suatu

wilayah kerja oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota;

5)  Kompilasi laporan obat generik di tingkat

Propinsi oleh Dinas Kesehatan Propinsi;

6)  Laporan pemakaian obat generik oleh Dinas

Kesehatan Propinsi ke Depkes.

Page 166: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 166/229

 

Y. Penyelenggaraan Pembiayaan Untuk Pelayanan Kesehatan

Perorangan

Cakupan Penduduk yang Menjadi Peserta Jaminan 

Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

a.  Pengertian

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Prabayar adalah suatucara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna

 berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan,

 berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang

terkendali.

b.  Definisi Operasional

Cakupan JPK pra bayar adalah proporsi penduduk terlindungi

JPK (PT.Askes, PT. Jamsostek, Bapel/ PraBapel JPKM, Dana

Sehat, Asuransi Komersial, lainnya) di suatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Jumlah penduduk non Gakin yang

menjadi Peserta JPK (jiwa)=

CakupanJPK Pra

 bayar  Jumlah seluruh penduduk Non

Gakin ( jiwa )

X 100 % 

2)   Pembilang Jumlah penduduk non Gakin yang menjadi peserta JPK 

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (jiwa).

3)   Penyebut Jumlah seluruh penduduk non Gakin di satu wilayah

kerja pada kurun waktu yang sama (jiwa).

4)  Ukuran/Konstanta

Page 167: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 167/229

 

Persentase (%).

5)  Contoh PerhitunganJumlah penduduk Daerah X : 3.000.000 Jiwa.

Berdasarkan hasil Susenas, pendudk yang mempunyaikartu JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) adalah

594.000 Jiwa, dengan rincian sebagai berikut :

Peserta Askes : 222.000 JiwaPeserta Jamsostek : 87.000 JiwaPerusahaan lain : 81.000 Jiwa

Asuransi komersil : 9.000 JiwaDana Sehat : 159.000 Jiwa

Bapel JPK/PraBapel : 36.000 Jiwa

Cakupan JPK Prabayar =

222.000 + 87.000 + 81.000 + 9.000 + 159.000 + 36.000x 100 % = 20 %

3.000.000

Sehingga Cakupan JPK Daerah X = 20 %. 

d.  Sumber Data

BPS Kab/Kota, Susenas, dan Laporan Tahunan JPK Kabupaten /Kota.

e.  Rujukan

Pedoman BAPIM dan Pedoman SIM JPKM.

f.  Target

•  Target 2005 : 30 % — Target 2010 : 80 %

e.  Langkah Kegiatan1)  Analisis Potensi wilayah;

2)  Penetapan Unit Cost pelayanan kesehatan;3)  Penetapan paket dan premi;

4)  Pemantapan dan pengembangan model JPK;5)  Advokasi;

Page 168: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 168/229

 

6)  Sosialisasi;

7)  Edukasi;8)  Peningkatan kinerja;

9)  Monitoring dan evaluasi;10)  Pengembangan Dokter Keluarga;

11)  Penataan SIM.

Z. Penyelenggaraan Pembiayaan Untuk Keluarga Miskin dan

Masyarakat Rentan

Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin

dan Masyarakat Rentan

a.  Pengertian1)  Keluarga Miskin

(Gakin) adalah keluarga yang ditetapkan oleh PemerintahDaerah Kab/Kota melalui Koordinasi Kab/Kota (TKK)

dengan melibatkan Tim Desa dalam mengidentifikasi namadan alamat Gakin secara tepat, sesuai dengan Gakin yang

disepakati.2)  Masyarakat Rentan

adalah masyarakat yang tergolong dalam PenyandangMasalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) mencakup 27 jenis

antara lain : anak balita terlantar, anak terlantar, anak korbankekerasan, anal nakal, anak jalanan, anak cacat, wanita rawan

social ekonomi, wanita korban tindak kekerasan, lanjut usiaterlantar, lanjut usia korban tindak kekerasan, penyandang

cacat, penyandang cacat bekas penyakit kronis, tuna susila, bekas narapidana, pengemis dan gelandangan, keluarga fakir 

miskin, keluarga dengan rumah tak layak huni,keluarga bermasalah social psikologis, komunitas adat terpencil,

masyarakat rawan bencana,korban penyalahgunaan NAPZA, pengidap HIV/AIDS, korban bencana alam, korban bencana

sosial / pengungsi, pekerja migrant terlantar (sumber DepsosRI).

Page 169: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 169/229

 

 

b.  Definisi OperasionalCakupan JPK Gakin dan masyarakat rentan adalah Proporsi

Gakin dan masyarakat rentan terlindungi oleh JPK (subsidiPemerintah dan Pemda) di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   RumusJumlah Gakin/Masy. Rentan yang

memiliki kartu sehat/ JPK Gakin Cakupan JPK Gakin danMasy. Rentan

Jumlah seluruh Gakin dan Masy.

Rentan

x 100 % 

=

 

2)   Pembilang 

Jumlah Gakin dan Masyarakat Rentan yang memiliki kartusehat/kartu JPK di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah seluruh Gakin dan Masyarakat Rentan di satuwilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%).

5)  Contoh PerhitunganBerdasarkan hasil pendataan, daerah X mempunyai jumlah

 penduduk miskin 600.000 Jiwa, dari hasil laporan

 pelaksanaan program keluarga miskin diperoleh data bahwa jumlah Gakin / Masyarakat Rentan daerah X yang memilikikartu sehat adalah sebanyak 480.000 Jiwa. Berdasarkan

data tersebut dapat dihitung persentase cakupan JPK Gakin /Masyarakat Rentan daerah X sbb. =

Page 170: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 170/229

 

480.000 x 100 % = 80 %.600.000  Sehingga cakupan JPK Gakin/ masyarakat rentan daerah Xadalah 80 %.

d.  Sumber Data

SIM pelaporan JPKM Kab/Kota, BPS Kab/Kota, BKKBN danSusenas.

e.  Rujukan

Pedoman JPK Gakin, Maniak PKPS-BBM Bidang Kesehatan2003.

f.  Target

§  Target 2005 : 100 %§  Target 2010 : 100 %

g. 

Langkah Kegiatan1)  Perhitungan Unit Cost pelayanan kesehatan;

2)  Penetapan kriteria dan jumlah Gakin;

3)  Penetapan paket dan premi;

4)  Penetapan kebutuhan pembiayaan Gakin;

5)  Perhitungankontribusi daerah;

6)  Advokasi;7)  Sosialisasi;

8)  Pemantapan model pembiayaan kesehatan

Gakin;9)  Moniting dan

Evaluasi

Page 171: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 171/229

 

PELAYANAN KESEHATAN YANG WAJIB DILAKUKAN

OLEH KABUPATEN/KOTA TERTENTU

A.  Pelayanan Kesehatan Kerja

1. Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal

a.  Pengertian1)  Pelayanan kesehatan kerja adalah suatu upaya

 pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat pekerja, baik berupa kegiatan peningkatan/promotif 

kesehatan kerja, pencegahan/preventif dan penyembuhan/kuratif penyakit akibat kerja (PAK) dan

atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK), serta pemulihan/rehabilitatif penyakit PAK dan PAHK yang

dilakukan oleh institusi pelayan kesehatan di satu

wilayah kerja tertentu.2)  Pekerja Formal adalah tenaga kerja yang melakukan

 pekerjaannya pada suatu instansi/unit usaha yang

mempunyai izin dan terstruktur seperti : karyawanPemerintah/BUMN/TNI/Kepolisian, karyawan perusa-

haan baik berskala besar, menengah, dan kecil yangmempunyai izin usaha.

b.  Definisi Operasional

Cakupan pelayanan kesehatan kerja adalah pekerja formalyang memperoleh pelayanan kesehatan kerja baik kegiatan

 promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai standar di satu wiayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Page 172: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 172/229

 

 

c.  Cara Perhitungan/Rumus 

1)   Rumus

% Cakupanyankes kerja pada pekerja

formal

 

Jumlah pekerja formal yangmendapat pelayanan kes. kerja  

=Jumlah pekerja formal

 X 100%

 

2)   Pembilang 

Jumlah pekerja formal yang mendapatkan pelayanankesehatan kerja baik di Poliklinik, atau di kontrakkan

kepada Pihak ketiga dan atau di Puskesmas/BalaiKesehatan Kerja/ Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

3)   Penyebut 

Jumlah pekerja formal di satu wilayah kerja tertentudalam kurun waktu yang sama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%);

5)  Contoh Perhitungan1)  Pada suatu Kab/Kota didapat data jumlah pekerja

formal,yaitu pekerja yang bekerja di instansi pemerintah/BUMN, TNI, dan Kepolisian sebanyak 

26.473 pekerja. Dari pekerja yang telahmendapatkan pelayanan kesehatan kerja baik berupa

 promotif / preventif / kuratif / rehabilitatif sebanyak 

11. 450 pekerja.2)  Sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja pada

 perusahaan besar, menengah dan kecil yang

terstruktur dan mempunyai izin usaha sebanyak 40.390 pekerja. Dari pekerja tersebut yang telah

mendapatkan pelayanan kesehatan kerja melaluiJamsostek, Poliklinik Perusahaan/dikontrak pada

Page 173: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 173/229

 

 pihak ke III atau Dokter praktek/Puskesmas/RS, atau

terlayani di BKKM/KKP sebanyak 1.303 pekerja.3)  % Cakupan pelayanan kesehatan kerja :

12.753/66,863 x 100 % = 19,07 %.

d.  Sumber Data

1) 

Laporan poliklinik perusahaan/ pihak ke III;2)  Laporan SIMPUS/SIM Kesehatan Kerja;3)  Laporan BKKM;

4)  Laporan KKP;5)  Laporan kegiatan kesehatan kerja di Kab/Kota;

6)  BPS Kab/Kota;7)  Dinas Tenaga Kerja Kab/Kota.

e.  Rujukan

1)  Kebijakan Teknis Program Kesehatan Kerja2)  Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar 

3) 

Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerjadi Puskesmas

4)  Pedoman Sistem Informasi ManajemenKesehatan Kerja

5)  Modul TOT Kesehatan Kerja6)  Buku Pos Upaya Kesehatan Kerja

f.  Target

Ø  Target 2005 : 20 %Ø  Target 2010 : 80 %

g.  Langkah Kegiatan

1)  Persiapan :§  Identifikasi sasaran;

§  Sosialisasi pelayanan kesehatan kerja;§  Pelatihan petugas kesehatan kerja.

2) Pelaksanaan:§  Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar di Puskesmas;

Page 174: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 174/229

 

§  Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar di Poliklinik 

Perusahaan;§  Pelatihan Kader dan pembentukan Pos UKK.

3)  Pembinaan dan Evaluasi :§  Pencatatan dan pelaporan;

§  Monitoring dan evaluasi.

2.  Cakupan Pelayanan Kesehatan Kerja pada Pekerja informal

(40%)

a. Pengertian

Kesehatan kerja adalah suatu upaya pelayanan kesehatan kerjayang diberikan kepada masyarakat pekerja baik berupa kegiatan

 promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, PAK, PAHK yangdilakukan institusi pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja

tertentu.Pekerja informal adalah naker informal yang melakukan

 pekerjaannya pada suatu unit kerja tertentu (nelayan, petani dan pengrajin)

Pos UKK adalah wadah pelayanan kesehatan kerja yang beradadi tempat kerja dan dikelola oleh pekerja itu sendiri dalam

rangka meningkatkan produktivitas kerja dan derajat kesehatanmasyarakat.

b. Definisi Operasional

Pelayanan kesehatan kerja pada pekerja informal adalah pekerjainformal yang memperoleh pelayanan kesehatan kerja secara

 berkala di pos UKK yang dibina.

c. Cara Perhitungan

1.  Rumus : 

Juml. pekerja informal yg memperoleh pelayanankesehatan kerja secara berkala

x 100%Jumlah pekerja informal kelompok UKK yang dibina  

Page 175: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 175/229

 

2. Pembilang 

Jumlah pekerja informal yang memperoleh pelayanankesehatan kerja secara berkala di satu wilayah kerja dalam

kurun waktu tertentu.

3. Penyebut Jumlah pekerja informal kelompok UKK yang dibina di satu

wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.

d. Sumber data

Laporan Kabupaten (SIMKK = Sistem Informasi ManajemenKesehatan Kerja)

e. Rujukan.

- Buku Pedoman SIMKK Th. 2003.- Buku Pedoman Pos UKK Th. 2001.

- Renstra

f. Target

Ø 

Tahun 2005 : 30%Ø  Tahun 2010 : 40%

g. Langkah Kegiatan

•  Pemeriksaan awal kesehatan pekerja dan lingkungankerja oleh petugas Puskesmas 

•  Pemeriksaan berkala kesehatan pekerja setiap tahun oleh

 petugas Puskesmas. 

•  Sarasehan 

•  Pelayanan kesehatan dasar kerja yaitu P3K, P3P,Penyediaan contoh APD dan upaya perbaikan lingkungan. 

B.  Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut

a.  Pengertian

1)  Pra usia lanjut adalah seseorang yang berusia antara45 – 59 tahun

Page 176: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 176/229

 

2)  Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih.

b.  Definisi OperasionalPra usia lanjut dan usia lanjut yang memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai standar yang ada pada pedoman, di suatuwilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

% cakupan pelayanan

kesehatan prausia lanjut danusia lanjut

 

=Jumlah pra usila & usila dengan yankes

Jumlah seluruh pra usila dan usila 

X 100%

 2)   Pembilang 

Jumlah penduduk pra usila & usila yang memperoleh yankes

sesuai standar dalam pedoman, di satu wilayah kerja, pada

kurun waktu tertentu.

3)   Penyebut 

Jumlah seluruh penduduk pra usila & usila di satu wilayahkerja, pada kurun waktu tertentu.

4)  Ukuran/KonstantaPersentase (%).

5)  Contoh Perhitungan

Jumlah pra usila dan usila dengan yankes di Kab/Kota :3500 orang Jumlah penduduk pra usila & usila di Kab/Kota :

10.000 orang.% Cakupan pelayanan kesehatan usila di Kab/Kota =

3500/10.000 x 100 % = 35 %

d.  Sumber Data

1)  Catatan dan laporan hasil kegiatan program kesehatanusia lanjut di Puskesmas/Kab/Kota.

2)  BPS Kab/Kota.

Page 177: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 177/229

 

 

e.  Rujukan1)  Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut jilid I & II

2)  Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut.

f.  TargetØ  Target 2005: 20%

Ø  Target 2010: 70%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pengadaan;2)  Pelatihan;

3)  Pelayanan;4)  Koordinasi LS/Review;

5)  Pem. Penunjang;6)  Penanganan kasus;

7)  Manajemen program.

C. 

Pelayanan GiziCakupan Wanita Usia Subur Yang Mendapatkan Kapsul

Yodium di Daerah Endemis Gaki

a.  Pengertian1)  Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berusia

15 s/d 49 tahun termasuk ibu hamil/nifas, calon pengantin(catin), remaja puteri (dalam dan luar sekolah), pekerja

wanita, dan WUS tidak hamil.2)  Kapsul yodium adalah kapsul minyak yang mengandung

yodium yang diberikan kepada Wanita Usia Subur untuk daerah endemik sedang dan endemik berat.

b.  Definisi Operasional

Cakupan wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodiumadalah wanita usia subur di daerah endemik sedang dan berat

yang mendapat kapsul yodium di satu wilayah kerja pada waktukurun tertentu.

Page 178: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 178/229

 

 

c.  Cara Perhitungan/Rumus

1)   Rumus

Cakupan WUS

yang mendapatkapsul yodium didaerah endemis

Gaki

Jumlah WUS di daerahendemik sedang dan berat

yang mendapat kapsul

yodium=    Jumlah seluruh WUS didaerah endemik sedang

dan berat

X 100%

2)   Pembilang Jumlah WUS di daerah endemik sedang dan berat yang

mendapat kapsul yodium di satu wilayah kerja pada kurunwaktu tertentu.

3)  Penyebut Jumlah seluruh WUS di daerah endemik sedang dan berat

yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu yangsama.

4)  Ukuran/Konstanta

Persentase (%).

5)  Contoh Perhitungan

 Jumlah WUS mendapat kapsul yodium 22.000 WUS.

 Jumlah WUS seluruhnya= 50.000 WUS 

 Persentase cakupan WUS mendapat kapsul yodium =22.000/50.000 x 100 % = 44,0 %.

d.  Sumber DataLaporan program GAKY Kabupaten

Page 179: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 179/229

 

e.  Rujukan

1.  Pedoman Distribusi Kapsul Minyak Beryodium Depkes RI,Tahun 2000.

2.  Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium DiTingkat Masyarakat Depkes RI, Tahun 2001.

3.  Booklet Kretin Akibat Kurang Yodium, Tahun 2002.

f.  Target

Ø  Target 2005: 50%Ø  Target 2010: 90%

g.  Langkah Kegiatan

1)  Pendataan Sasaran WUS (Baseline data)2)  Perencanaan kebutuhan kapsul yodium

3)  Pengadaan dan pendistribusian kapsul yodium4)  Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis

5)  Monitoring dan Evaluasi.

D. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS

Darah Donor diskrining terhadap HIV-AIDS

a. PengertianSkrining Darah Donor 

1) Skrining darah donor adalah setiap kantong darah yang akandigunakan untuk transfusi harus melalui pemeriksaan

terhadap penyakit-penyakit tertentu yang ditularkan melalui

darah.2) Skrining darah donor dilakukan pada penyakit sebagai

 berikut : HIV (reaktif atau tidak), Siphilis, HBV (Hepatitis -

B Virus), HCV (Hepatitis-C Virus).3) Kegiatan skrining dapat dilaksanakan di UTDC - PMI atau

di Rumah Sakit Kabupaten/Kota.

Page 180: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 180/229

 

b. Definisi Operasional

Darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS adalah darah donor diskrining dengan menggunakan reagen yang sensitivity > 90%

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan / Rumus

1) Rumus

Darah donor diskriningterhadapHIV-AIDS

Jumlah kantong darah donor diskrining terhadap antibody HIV

Jumlah seluruh kantong darahX 100 %=

 

2) Pembilang Jumlah kantong darah donor diskrining terhadap antibody

HIV di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

3) Penyebut Jumlah seluruh kantong darah di satu wilayah kerja pada

kurun waktu yang sama.

4) Ukuran/KonstantaPersentase (%)

5) Contoh Perhitungan

Kabupaten X melakukan skrining darah donor terhadapantibody HIV sebanyak 360 kantong dari hasil donasi.

Jumlah seluruh kantong darah dari hasil donasi diKabupaten X sebanyak 360 kantong darah.

Jadi darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS

= 360 kantong/360 kantong x 100 %55= 100 %

d. Sumber Data

Unit Transfusi Darah Cabang/UTDC - PMI

e. Rujukan

Page 181: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 181/229

 

1) Pedoman Skrining Darah Donor 

2) Buku Protap Pemeriksaan Laboratorium3)  Renstra Penanggulangan HIV-AIDS tahun 2003-2007.

f. Target

§  Target 2005 : 100 %

§ 

Target 2010 : 100 %

g. Langkah Kegiatan

1) Skrining darah donor :§  Penyediaan Reagen untuk pemeriksaan

§  Meningkatkan jumlah dan cakupan UTDC§  Skrining seluruh darah donor 

2) Peningkatan SDM dengan memberikan pelatihan PetugasRumah Sakit dan UTDC untuk pemeriksaan HIV/AIDS.

3) Advokasi dan penyuluhan§  KIE;

§ 

Advokasi pada para pengambil keputusan;§  Promosi penggunaan darah secara rasional;

§  Sosialisasi pentingnya donor sukarela dari kelompok risret

4) Melakukan pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan yangdilaksanakan yang diikuti dengan evaluasi terhadap hasil-

hasilnya.

E. Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Malaria

Penderita malaria yang diobati

a. Pengertian 1) Penderita tersangka malaria adalah penderita yang didiagnosa

dengan gejal klinis : demam, menggigil dan sakit kepala ataugejala lain spesifik daerah tanpa pemeriksaan laboratorium

(malaria klinis).2) Penderita positif malaria adalah penderita yang dalam

 pemeriksaan sediaan darahnya positif plasmodium malaria.

Page 182: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 182/229

 

3) Pengobatan klinis adalah pengobatan yang diberikan kepada

 penderita malaria klinis.4)  Pengobatan radikal adalah pengobatan yang diberikan

kepada penderita positif malaria untuk menghilangkan parasitmalaria.

b. Definisi Operasional

Penderita malaria yang diobati adalah penderita tersangkamalaria dan atau positif malaria, yang diobati sesuai standar disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan

1) Rumus

Penderitamalariayang diobati

=

Jumlah penderita tersangkamalaria dan atau positif malariadiobati sesuai standar 

Jumlah penderita dengan gejalamalaria

X 100 %

 

2) Pembilang 

Jumlah penderita tersangka malaria dan atau positif malariadiobati sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

3) Penyebut Jumlah penderita dengan gejala malaria di satu wilayah

kerja pada kurun waktu yang sama.

4) Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5) Contoh Perhitungan

Penduduk desa X tahun 2003 berjumlah 1000 orang.Ditemukan penderita malaria klinis 200 orang, sedangkan

 jumlah sediaan darah yang diperiksa 150 orang. Hasil dari pemeriksaan darah yang positif 100 orang yang terdiri dari :

Page 183: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 183/229

 

65 orang positif plasmodium falciparum dan 35 orang

 positif plasmodium vivax. Kemudian dilakukan pengobatansesuai standart yang 180 orang diobati pengobatan malaria

klinis dan 80 orang dengan pengobatan radikal.

% penderita yang diobati klinis = 180/200 x 100% = 90 %% penderita yang diobati radikal = 80/200 x 100% = 90%

% penderita malaria yang diobati = (90%+80%)/2 = 85%

d. Sumber Data

SIMPUS, SIRS, STP

e. Rujukan

§  Modul Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria Tahun1999, 614.532 Ind. m (Jilid 5)

§  Modul Penatalaksanaan Penderita Malaria Tahun 1999,614.532 Ind.m (Jilid 7-10)

f. Target

§  Target 2005 : 100 %§  Target 2010 : 100 %

g. Langkah Kegiatan

1) Menemukan penderita tersangka malaria;2) Mengkonfirmasi secara laboratorium dan atau dengan

menggunakan rapid diagnostik, test untuk memastikandiagnosa adanya parasit di dalam sediaan darah (SD) dan

mengetahui jenis parasitnya. Hal ini penting untuk memberikan pengobatan yang tepat

3) Memberikan pengobatan baik kepada penderita tersangkamalaria dan penderita positif maupun pengobatan hasil follow

up penderita (pengobatan berdasarkan standar pengobatan)

F. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta

Page 184: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 184/229

 

Penderita Kusta yang selesai berobat (RFT rate)

a. Pengertian

1)  Pengertian penyakit kusta

Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutamamenyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecualisusunan saraf pusat.

2) Penderita kusta adalah penderita yang mempunyai satu ataulebih gejala utama :

a) Kulit dengan bercak putih atau kemerahan disertai matirasa atau anestesi

 b) Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf  berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan pada otot

tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhanrambut yang terganggu.

c) Pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit (slit = skin =smear) didapatkan adanya kuman M. Leprae.

3) Klasifikasi penderita, berdasarkan tanda-tanda utamadibedakan menjadi :

a) Tipe PB dengan tanda-tanda :§  Jumlah bercak pada kulit : 1 - 5

§  Kerusakan saraf tepi : 1 Saraf §  Pemeriksaan Skin Smear (BTA) : Negatif 

 b) Tipe MB dengan tanda-tanda :§  Jumlah bercak pada kulit lebih dari 5

§  Kerusakan saraf tepi : banyak saraf §  Pemeriksaan Skin Smear (BTA) : positif 

4) PengobatanPengobatan penderita kusta sesuai dengan klasifikasi yaitu :

a) Pengobatan PB§  Blister MDT Dewasa berisi : Rifampisin dan Dapsone

(DDS)

Page 185: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 185/229

 

§  Blister MDT Anak berisi : Rifampisin dan Dapsone

(DDS). b) Pengobatan MB

§  Blister MDT Dewasa berisi : Rifampisin, Lamprendan Dapsone (DDS)

§ 

Blister MDT Anak berisi : Rifampisin, Llamprendan Dapsone (DDS)5) Kesembuhan penderita PB : Penderita yang sudah

mendapatkan pengobatan sebanyak 6 blister yangdiselesaikan selama 6-9 bulan.

Kesembuhan penderita MB : Penderita yang sudahmendapatkan pengobatan sebanyak 12 blister yang

diselesaikan selama 12-18 bulan.6) Kohort adalah sekumpulan penderita yang mulai pengobatan

MDT dalam periode waktu 1 tahun.

b. Definisi Operasional

Penderita kusta yang selesai berobat adalah penderita kustayang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (RTF rate) di satu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan /Rumus

1) Rumus

2) Pembilang 

Page 186: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 186/229

 

Jumlah penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan

sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktutertentu

3) Penyebut 

Jumlah penderita Kusta yang ditemukan pada periode tertentu

di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

4) Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

5) Contoh PerhitunganJumlah penderita yang mulai pengobatan pada periode kohort

tertentu 100 orang. Yang menyelesaaikan pengobatan sesuaistandar pengobatan 90 orang, maka angka kesembuhan

(RFT) rate = 90/100 x 100% = 90 %

d. Sumber DataRegister/monitoring pengobatan MDT untuk PB dan MB pada

Puskesmas

e. Rujukan1) Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Kusta bagi petugas

Unit Pelayanan Kesehatan.2) Buku Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kusta di

Indonesia.

 f. Target §  Tahun 2005 : > 90%

§  Tahun 2010 : > 90%

 g. Langkah Kegiatan1) Penemuan penderita;

Secara pasif bersifat sukarela dan secara aktif melalui pemeriksaan kontak serumah dan tetangga /lingkungan,

Page 187: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 187/229

 

 pemeriksaan anak sekolah, chase survei, Rapid village survei,

survei khusus, LEK, SAPEL, survei fokus.2) Pengobatan penderita;

- Pemberian pengobaan sesuai dengan rekomendasi (WHO) :PB anak dan dewasa, MB anak dan dewasa

- Penanganan penderita reaksi

- Rujukan penderita dengan komplikasi

- Konfirmasi diagnosis kasus sulit (petugas Kabupaten)

- Monitoring kecukupan pengobatan (petugas kabupaten)3) Pembinaan Pengobatan (Case Holding);

Monitoring pengobatan dan melakukan pelacakan penderitayang tidak mengambil obat

4) Mencegah cacat dan perawatan diri, dengan pemeriksaanPOD (Prevention Of Disability) setiap bulan pada semua

 penderita, setiap 2 minggu pada penderita reaksi sertamemberikan contoh cara merawat diri;

5) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan;6) Melakukan penyuluhan bagi penderita, keluarga dan

masyarakat;7) Manejemen logistik, terutama bagi petugas kabupaten dalam

hal perencanaan permintaan obat, penyimpanan dan pendistribusian;

8) Menilai hasil pelaksanaan pelayanan pengobatan kepada penderita dengan melihat angka kesembuhan;

G. Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Filariasis

Kasus filariasis yang ditangani

a. Pengertian

1) Seseorang yang pernah tercatat sebagai kasus filariasis dan belum sembuh, termasuk kasus filariasis dengan gejala/tanda

menetap atau kasus filariasis dengan gejala/tanda hilangtimbul (transient limphoedema)

Page 188: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 188/229

 

2) Seseorang yang pernah tercatat sebagai kasus filariasis dan

tidak pernah termonitor oleh unit pelayanan (loss or followup)

3) Seseorang yang pada pemeriksaan darah jari dinyatakanmikrofilaria positif dan belum mendapat pengobatan

4) Kasus Filariasis ditangani adalah kasus filariasis yang

mendapatkan tatalaksana di unit pelayanan dan diikutitatalaksana rumah tangga5) Setiap penemuan kasus filariasis disuatu kecamatan harus

dilanjutkan dengan survei darah jari dan pengobatan massalfilariasis sesuai dengan pedoman program eliminasi filariasis.

b. Definisi Operasional 

Kasus filariasis yang ditangani adalah Kasus Filariasis yangditemukan dengan pemeriksaan mikroskopis dan atau dengan

gejala klinis.

c. Cara Perhitungan/Rumus1) Rumus 

Kasus Filariasisyang ditangani

= x 100 %

Jumlah kasus filariasis yangditangani

Jumlah kasus filariasis yangditemukan pada waktu yang sama  

2) Pembilang 

Jumlah kasus filariasis yang ditangani di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

3) Penyebut Jumlah kasus filariasis yang ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama

4) Ukuran/Konstanta

Persentase (%)

Page 189: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 189/229

 

5) Contoh PerhitunganSampai dengan tahun 2004 di Kabupaten X tercatat sebanyak 40

kasus filariasis berdasarkan penemuan Puskesmas, RS, tigakasus dinyatakan sembuh dan 1 kasus telah meninggal dunia.Pada tahun 2004, tiga puluh kasus filariasis mendapatkan

 pengobatan di Puskesmas yang diikuti dengan perawatan di

rumah penderita. Enam kasus filariasis sisanya tidak pernah

melapor lagi ke Puskesmas dan tidak dilakukan kunjunganrumah.Berdasarkan survei darah jari yang dilakukan pada tahun 2004,

ditemukan 22 orang dengan mikrofilaria positif dan 20diantaranya mendapat pengobatan.

Dari data diatas :Penemuan kasus klinis filaria s/d tahun 2004 = 40 kasusKasus Filariasis sembuh dan kasus meninggal dunia = (3+1)

kasusJumlah kasus klinis = 36 kasus

Jumlah kasus non klinis (mikrofilaria positif) = 22 kasus +

Jumlah kasus filariasis pada tahun 2004 = 58 kasus

Jumlah kasus filariasis klinis dan non klinis yang mendapat pengobatan (30+20) kasus. Sehingga, Kasus filariasis yangditangani Kab. X pada tahun 2004 = 50/58 X 100 % = 86,2 %

d. Sumber Data1) Laporan kasus Filariasis (Pedoman Penatalaksanaan Kasus

Klinis Filariasis)

2) Laporan survei darah jari (Pedoman Penemuan Daerah EndemisFilariasis)

e. Rujukan1) Pedoman Program Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) di

Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Dirjen PPM & PL.

Page 190: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 190/229

 

2) Epidemiologi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) di Indonesia,Departemen Kesehatan RI, Dirjen PPM & PL

3) Pedoman Penentuan Daerah Endemis Penyakit Kaki Gajah

(Filariasis) di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Dirjen PPM

& PL4)  Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah

(Filariasis), Departemen Kesehatan RI, Dirjen PPM & PL

5) Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Penyakit Kaki Gajah(Filariasis), Departemen Kesehatan RI, Dirjen PPM & PL

6) Pedoman Promosi Kesehatan Dalam Eliminasi Penyakit KakiGajah (Filariasis), Departemen Kesehatan RI, Dirjen PPM & PL

7) Desaku Bebas Filariasis, Departemen Kesehatan RI, Dirjen

PPM & PL

 f. Target §  Tahun 2005 : 50 %

§  Tahun 2010 : > 90 %

 g. Langkah Kegiatan

1) Penemuan Kasus :Penemuan kasus dapat diperoleh di Unit Pelayanan Kesehatan(Puskesmas, Rumah Sakit, dll) dan penemuan di masyarakat

melalui survei

2) Tatalaksana kasus :

a)  Tatalaksana penderita klinis akut dan kronis dilakukan diunit pelayanan kesehatan dan perawatan di rumah. Untuk 

kasus yang baru ditemukan langsung diberikan DEC 3 x 100mg selama 10 hari, kemudian diikutkan dalam pengobatan

massal. Penderita dengan serangan akut, diberi antibiotik danobat simptomatik lain terlebih dulu sampai gejala klinis

Page 191: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 191/229

 

mereda, baru kemudian diberikan DEC. Perawatan meliputi pencucian, pemberian salep anti jamur/anti bakteri, peninggian bagian tubuh yang mengalami lymphodema,

gerakan/exercise, dan pemakaian alas kaki yang tepat. Setiap

 penderita dianjurkan untuk menjaga personal hygiene.

 b) Pengobatan kasus non klinis dengan obat DEC 3 x 100 mg

selama 10 hari, kemudian diikutkan dalam siklus pengobatan massal dengan obat DEC, Albendazole danParacetamol

3) Peningkatan SDM :Melalui kegiatan antara lain : Pelatihan tenaga pengelola

filariasis Puskesmas dan Kabupaten, Pelatihan tenaga pengelola mikroskopis filariasis Puskesmas dan Kabupaten,dan Peningkatan SDM keluarga penderita dan kader di

Puskesmas.

4) Monitoring dan Evaluasi (Monev) :Melakukan supervisi secara berjenjang.Pelaksanaan surveilans kasus klinis dan survey darah jari.

5) Promosi :

Melalui kegiatan-kegiatan advokasi, penyuluhan dan

sosialisasi di Rumah Sakit, Puskesmas, Masyarakat, dankader 

6) Survei darah jari :Dilakukan untuk menentukan suatu daerah endemis filariasisatau tidak, dan untuk evaluasi setelah pengobatan massal.

Persiapan yang dilakukan antara lain pelatihan tenagaPuskesmas (on the job training) dan penyiapan masyarakat.Dalam penyiapan masyarakat diperlukan koordinasi dan

 penggerakan oleh perangkat/tokoh-tokoh (agama,masyarakat, pemuda, dll) di desa.

Page 192: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 192/229

 

7) Pengobatan massal untuk 1 Kecamatan Implementation Unit(IU) :

a) Untuk memutuskan rantai penularan filariasis melalui

 pengobatan massal setiap tahun selama minimal 5 tahun

 b) Pelatihan kader/TPE (Tenaga Pembantu Pengobatan)

c)  Diperlukan penyiapan masyarakat dengan penyuluhan,

serta koordinasi dan penggerakan masyarakat oleh perangkat desa dan tokoh-tokoh (masyarakat, agama,

 pemuda, dll)d) Pelaksanaan pengobatan massal sebaiknya dilakukan sore

hari (banyak penduduk di rumah) dan meminum obat

dalam keadaan perut tidak kosong (setelah makan).

GUBERNUR JAWA TENGAH

MARDIYANTO

Page 193: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 193/229

 

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 71 TAHUN 2004

TANGGAL : 23 DESEMBER 2004

KEWENANGAN WAJIB DAN STANDAR PELAYANAN

MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTAPROPINSI JAWA TENGAH

STANDAR PELAYANAN MINIMAL NO.

KEWENA NGAN

WAJIB

JENISPELAYAN

ANINDIKATOR KINERJA

TAR 

GET

2010

1 Penyelengg

a-raan

Pelayanan

Kesehatan

Dasar 

1.  Pelaya

nan

Keseha

tan

Ibu dan

Bayi

1)  Cakupan kun-jungan Ibu hamil

K4

2)  Cakupan perto-longan persalin-

an oleh Bidan atau tenaga

kesehatan

yang memiliki kompetensi

kebidanan

3)  Ibu hamil risiko tinggi yang

dirujuk 

4)  Cakupan kun-jungan neonatus

5)  Cakupan kunjungan bayi

95 %

90 %

100

%

Page 194: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 194/229

 

 

6)  Cakupan bayi berat badan lahir 

rendah /BBLR yang ditangani

90 %

90 %

100

%

2.Pelayanan

Kesehatan

Anak Pra

Sekolah

danUsia

Sekolah

1)  Cakupan deteksi dinitumbuh kembang anak balita

dan prasekolah 

2)  Cakupan pemeriksaankesehatan siswa SD dan

setingkat oleh tenagakesehatan atau tenaga terlatih

/guru UKS / Dokter Kecil

3)  Cakupan peme-

riksaan kese-hatan siswa

TK, SLTP, SLTA dan

setingkat oleh tenaga keseha-

tan atau tenaga terlatih

/guru UKS / Dokter Kecil .

4)  Cakupan pelayanan

kesehatan remaja.

95 %

100

%

80 %

Page 195: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 195/229

 

 

80 %

3.  Pelaya

nan

Keluarga

Berencana

Cakupan peserta aktif KB 80 %

4.  Pelayanan

Imunis

asi

Desa/Kelurahan Universal ChildImmunization (UCI)

100%

5.  Pelaya

nan

Pengobatan

/Perawatan

1) Cakupan rawat jalan

2) Cakupan rawat inap

15 %

1,5 %

6.  Pelayanan

Keseha

tanJiwa

Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum.

15 %

2 Penyelengg

a-raan

PerbaikanGizi

Masyarakat

7.  Pemanta

uan

 pertumbuh-

an

 balita

1)  Balita yang datang dan

ditimbang (D/S)

2)  Balita yang naik berat badannya (N/D)

3)  Balita Bawah Garis

Merah (BGM )

80 %

80 %

< 15%

8.

PelayananGizi

1)  Cakupan bayi

(6-11 bulan) mendapat

kapsul vitamin A 1 kali

95 %

Page 196: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 196/229

 

2)  Cakupan balita (12-59

bulan) mendapat kapsul

vitamin A 2 kali per tahun.

3)  Cakupan ibu nifas

mendapat kapsul Vitamin A.

4)  Cakupan ibu hamil

mendapat 90 tablet Fe.

5)  Cakupan pembe-rian

makanan pendamping ASI

 pada bayi Bawah Garis Merah

dari keluarga miskin.

6)  Balita gizi buruk 

mendapat perawatan .

95 %

90 %

90 %

100%

100

%

3 Penyelengg

ara-an

Pelayanan

Kesehatan

Rujukan

dan

Penunjang

9.

Pelayana

n

Obstetrik 

dan

 Neonatal

Emergen

si Dasar 

dan

Kompre-

hensif 

1)  Akses terhadap

ketersediaan darah dan kom-

 ponen yang aman untuk 

menangani rujukan ibu hamil

dan neonatus.

2)  Ibu hamil resiko

tinggi yang di tangani .

3)  Ibu hamil dengan

komplikasi yang ditangani.

80 %

90 %

90 %

Page 197: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 197/229

 

4)   Neonatal resiko

tinggi / komplikasi yang

ditangani.

80 %

10.

Pelayanan

GawatDarurat

1)  Sarana kesehatan

dengan kemampuan pelayanan

gawat darurat yang dapatdiakses masyarakat.

2)  Pemenuhan darah

di RS.

90 %

95 %

4. Penyelengg

a-

raan

Pembe-

rantasan

Penyakit

Menular 

11.Penyelen

ggaraan

 penyeli-

dikan

epide-

miologi

dan

 penangg

ula-ngan

Kejadian

Luar 

Biasa

(KLB)

dan Gizi

Buruk 

1)  Desa / kelurahan

mengalami KLB yang

ditangani <24 jam.

2)  Kecamatan bebas

rawan gizi

100

%

80 %

12.

Pencegahan

dan

Pembe-

rantasan

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate

 per 100.000 penduduk < 15 tahun

≥ 1

Page 198: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 198/229

 

Penyakit

Polio

13.

Pencegahan

dan

Pembe-

rantasan

Penyakit

TB

Paru

1) 

esembuhan penderita TBC

BTA positif (CR /Cure

Rate)

2) 

enemuan kasus TBC BTA

positif (CDR/Case Detection

Rate)

> 85

%

70 %

14.

Pencegaha

n

dan

Pembe-

rantasan

Penyakit

ISPA

Cakupan balita dengan pneumonia

yang ditangani.

100

%

15.

Pencegaha

n

dan

Pembe-

1)  Klien yang

mendapatkan penanganan

HIV-AIDS.

2)  Kasus Infeksi

Menular Seksual (IMS) yang

diobati

100

%

100

%

Page 199: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 199/229

 

rantasan

Penyakit

HIV-

AIDS.

16.

Pencegahan

dan

Pembe-

rantasan

Penyakit

De-

mam

Berdarah

Dengue

(DBD)

1) 

enderita DBD yang ditangani

2) 

ncident Rate DBD

3) 

FR / Angka kematian DBD

100

%

<20/

100.0

00

 pend

u-

duk.

< 1

%

17.

Pencegahan

dan

Pembe-

rantasan

Penyakit

Diare

1). 

alita dengan diare yang

ditangani

2). 

FR / Angka kematian Diare

100

%

<

1/10.0

00

 pendu

duk 

5. Penyelengg 18. 1)  Institusi yang dibina 80 %

Page 200: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 200/229

 

a-raan

Kesehatan

Lingkunga

n dan

Sanitasi

dasar 

Pelayanan

kesehatan

lingkungan

2)  Rumah Sehat

3) Penduduk yang

memanfaatkan

 jamban

4). Rumah yang

mempunyai

SPAL

Desa

65 %

Kota

85 %

88 %

85 %

19.

Pelayanan

 pengendalia

n

vektor 

Rumah/bangunan bebas jentik 

nyamuk Aedes

> 95

%

20.

Pelayanan

Higiene

sanitasi

di

tempat

umum

Tempat umum yang memenuhi

syarat

80 %

6. Penyeleng

ga-raan

Promosi

Kesehatan

21.

Penyuluhan

Perilaku

Sehat

1)  Rumah tangga sehat

2)  Bayi yang mendapat ASI-

eksklusif 

3)  Desa dengan garam beryodium

 baik 

4)  Keluarga sadar gizi

5)  Posyandu Purnama

6)  Posyandu Mandiri

65 %

80 %

90 %

Page 201: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 201/229

 

80 %

40 %

> 2

%

7. Pencegaha

n dan

 penang-

gulangan

 penyalahg

unaan

narkotika,

Psikotropi

ka dan Zat

Adiktif 

(P3

 Napza)

22. PenyuluhanPencegahan dan

Penang-gulanga

n

Penyalahgu-naan

 Narko-

tika,

 psikotro-pika

dan zatAdiktif 

(P3

 NAPZA) /

Narkoti

k,

Psikotr

opika

dan

BahanBerba

haya

(P3

NAR-

KOBA

Upaya penyuluhan P3 NAPZA / P3

 NARKOBA oleh petugas kesehatan

30 %

Page 202: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 202/229

 

 berbasi

s

masyar akat.

8. Penyeleng

ga-raan

 pelayanan

kefarmasi

an (obat)

23.

Pelayanan

Penyediaan

obat dan

 perbekal

an

kesehata

n

1). Ketersediaan obat sesuai

kebutuhan

2). Pengadaan obat esensial

3). Pengadaan obat generik 

4). Ketersediaan Narkotika,

Psikotropika sesuai kebutuh-

an pelayanan kesehatan :

Prosentase ketersediaan

narkotika, psikotropika

sesuai kebutuhan

pelayanan kesehatan

90 %

100

%

100

%

100

%

24.

Pelayan

an

Penggun

aan obat

Generik 

Penulisan resep obat generik 90 %

9. Penyediaa

n

 pembiaya

an dan

25.

Penyele

ng -

garaan

Cakupan penduduk yang

menjadi peserta jaminan

 pemeliharaan kesehatan pra bayar 

80 %

Page 203: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 203/229

 

 jaminan

kesehatan

 pem-

 biayaan

untuk 

 pelayana

n

kesehata

n

 perorang

an

26.

Penyele

ng

garaan

 pembiay

aan

untuk 

gakin

dan

masyara

kat

rentan

Cakupan jaminan pemeliharaan

kesehatan Keluarga Miskin dan

masyarakat rentan

100

%

Di luar jenis pelayanan wajib sebagaimana dimaksud angka 1 sampai dengan

angka 26 tersebut diatas, Kabupaten/Kota tertentu wajib menyelenggarakan

 jenis pelayanan sesuai dengan kebutuhan antara lain:

STANDAR PELAYANAN MINIMAL No.

JENIS

PELAYANAN INDIKATOR KINERJATARGET

2010

1. PelayananKesehatan

Kerja

1)  Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja

formal 

2)  Cakupan

80 %

40 %

Page 204: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 204/229

 

pelayanan kese-hatan kerja pada pekerja

informal

2. Pelayanan

Kesehatan

Usia Lanjut

Cakupan Pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan

usia lanjut

70 %

3. Pelayanan Gizi Cakupan wanita usia subur yang mendapatkan

kapsul yodium di daerah endemis gaki.

90 %

4. Pencegahan

dan

Pemberantasan

Penyakit HIV-

AIDS

Darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS 100 %

5. Pencegahan

danPemberantasan

Penyakit

malaria

Penderita malaria yang diobati 100 %

6. Pencegahan

dan

Pemberantasan

 penyakit Kusta

Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) > 90 %

7. Pencegahandan

 pemberantasan

 penyakit

Filariasis

Kasus filariasis yang ditangani ≥ 90 %

Page 205: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 205/229

 

 GUBERNUR JAWA TENGAH

MARDIYANTO

LAMPIRAN IIKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH

 NOMOR : 71 TAHUN 2004TANGGAL : 23 DESEMBER 2004

PETUNJUK TEKNIS

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

BIDANG KESEHATAN

KABUPATEN /KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH 

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis bahwa “Health is a

fundamental human right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit danmempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dansehat sebagai investasi. Untuk Indonesia, jelas tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara

Indonesia yang mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia,yaitu sebagaimana dalam pasal 28 H ayat (1) : “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

 bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Page 206: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 206/229

 

agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan Kesehatan

tersebut diselenggarakan dengan mendasarkan kepada Sistem

Kesehatan Nasional (SKN). SKN adalah suatu tatanan yang

menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan

saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya, sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud

dalam Pembukaan UUD 1945. Sesuai pula dengan SKN tersebut,

 pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat,

 pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun pemerintah

kabupatan/kota, badan legislatif serta badan yudikatif. Dengan

demikian dalam lingkungan pemerintah, Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah harus saling bahu membahu secara sinergis

melaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu dan

 berkesinambungan dalam upaya kita bersama mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

Page 207: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 207/229

 

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

telah menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu kewenangan

wajib yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan

Kewenangan Wajib oleh Daerah adalah merupakan perwujudan

otonomi yang bertanggungjawab, yang pada intinya merupakan

 pengakuan/pemberian hak dan kewenangan Daerah dalam wujud tugas

dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah.

Tanpa mengurangi arti serta pentingnya prakarsa Daerah dalam

 penyelenggaraan otonominya dan untuk menghindari terjadinya

kekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat,

Daerah Kabupaten dan Daerah Kota wajib melaksanakan kewenangan

dalam bidang tertentu, termasuk di dalamnya kewenangan bidang

kesehatan.

Pemerintah Pusat bertanggungjawab secara nasional atas keberhasilan

 pelaksanaan otonomi, walaupun pelaksanaan operasionalnya

diserahkan kepada pemerintah dan masyarakat daerah yang

Page 208: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 208/229

 

 bersangkutan. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah

Otonom, menyebutkan bahwa peran pemerintah pusat di era

desentralisasi ini lebih banyak bersifat menetapkan kebijakan makro,

melakukan standarisasi, supervisi, monitoring evaluasi, pengawasan

dan pemberdayaan ke daerah, sehingga otonomi dapat berjalan secara

optimal.

Guna menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian

kewenangan wajib bidang kesehatan di Kabupaten/Kota seiring dengan

Lampiran Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 100/756/OTDA

tanggal 8 Juli 2002 tentang Konsep Dasar Penentuan Kewenangan

Wajib dan Standar Pelayanan Minimal, maka dalam rangka

memberikan panduan untuk melaksanakan pelayanan dasar di bidang

kesehatan kepada masyarakat di Daerah, telah ditetapkan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003

Page 209: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 209/229

 

tentang “Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota”

Dalam penerapan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun

2003 perlu disesuaikan dengan kebutuhan/spesifik daerah, sehingga

kemudian telah ditetapkan Standar Pelayanan Minimal bidang

Kesehatan di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah dengan

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 71 Tahun 2004 tanggal 23

Desember 2004.

Agar Standar Pelayanan Miminal termaksud dapat diselenggarakan

sesuai yang diharapkan, perlu disusun suatu Petunjuk Teknis SPM

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah.

B. MAKSUD DAN KEGUNAAN

Page 210: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 210/229

 

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal ini dimaksudkan guna

memberikan panduan kepada daerah dalam melaksanakan

 perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan

 pertanggungjawaban penyelenggaraan standar pelayanan minimal

 bidang kesehatan di kabupaten/kota yang telah ditetapkan oleh daerah.

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota ini menjelaskan tentang definisi operasional, indikator 

kinerja, target untuk tahun 2010, cara perhitungan pencapaian

kinerja/target dan langkah-langkah kegiatan untuk masing-masing jenis

 pelayanan sesuai SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota sesuai

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 71 Tahun 2004 tanggal 23

Desember 2004.

C. PENGERTIAN

Page 211: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 211/229

 

1. Kewenangan Wajib

Yang dimaksud dengan Kewenangan Wajib adalah kewenangan

untuk menangani urusan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

dalam menyelenggarakan pelayanan dasar kepada masyarakat yang

diwajibkan oleh Pemerintah kepada Daerah Kabupaten/Kota;

2. Standar Pelayanan Minimal

Yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal adalah suatu

standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja

 penyelenggaraan kewenangan wajib daerah Kabupaten/Kota yang

 berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang

mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark).

3. Indikator Kinerja

Yang dimaksud dengan Indikator Kinerja adalah variabel yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan

Page 212: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 212/229

 

memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-

 perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu ;

4. Jenis Pelayanan

Yang dimaksud dengan Jenis Pelayanan adalah pelayanan publik 

yang mutlak dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang

layak dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.

II. KEWENANGAN WAJIB DAN SPM

A. DESENTRALISASI BIDANG KESEHATAN

Dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

004/MENKES/SK/I/2003 telah ditetapkan tujuan Desentralisasi di

 bidang kesehatan adalah mewujudkan pembangunan nasional di bidang

Page 213: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 213/229

 

kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan

cara memberdayakan, menghimpun, dan mengoptimalkan potensi

daerah untuk kepentingan daerah dan prioritas nasional dalam

mencapai Indonesia Sehat 2010.

Untuk mencapai tujuan tersebut, telah ditetapkan 8 (delapan) kebijakan

desentralisasi bidang kesehatan, yaitu :

1. Desentralisasi bidang kesehatan dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta

 potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan didasarkan kepada

otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

Page 214: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 214/229

 

3. Desentralisasi bidang kesehatan yang luas dan utuh diletakkan di

kabupaten dan kota, sedangkan desentralisasi bidang kesehatan di

 propinsi bersifat terbatas.

4. Pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan harus sesuai dengan

konstitusi negara, sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi

antara pusat dan daerah serta antar daerah.

5. 

Desentralisasi bidang kesehatan harus lebih meningkatkankemampuan daerah otonom. Pemerintah pusat berkewajibanmemfasilitasi pelaksanaan pembangunan kesehatan daerah denganmeningkatkan kemampuan daerah dalam pengembangan system

kesehatan dan manajemen daerah.

6. Desentralisasi bidang kesehatan harus lebih meningkatkan peran

dan fungsi badan legislatif daerah, baik dalam hal fungsi legislasi,

fungsi pengawasan, maupun fungsi angggaran.

Page 215: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 215/229

 

 

7. Sebagai pelengkap desentralisasi bidang kesehatan, dilaksanakan

 pula dekonsentrasi bidang kesehatan yang diletakkan di daerah

 propinsi sebagai wilayah administrasi.

8. Untuk mendukung desentralisasi bidang kesehatan dimungkinkan

 pula dilaksanakan tugas pembantuan di bidang kesehatan,

khususnya dalam hal penanggulangan kejadian luar biasa, bencana,

dan masalah-masalah kegawat-daruratan kesehatan lainnya.

Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan desentralisasi bidang

kesehatan, telah pula dirumuskan 5 (lima) tujuan strategis, yaitu :

(1) terbangunnya komitmen antara pemerintah daerah, legislatif,

masyarakat dan stakeholder lainnya guna kesinambungan

 pembangunan kesehatan, (2) meningkatnya kapasitas sumberdaya

manusia, (3) terlindunginya kesehatan masyarakat khususnya

 penduduk miskin, kelompok rentan dan daerah miskin, (4)

Page 216: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 216/229

 

terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program kesehatan

daerah, dan (5) tertatanya manajemen kesehatan di era desentralisasi.

B. KEWENANGAN WAJIB DAN SPM

Pada dasarnya penetapan kewenangan wajib dan standar pelayanan

minimal bidang kesehatan mengacu pada kebijakan dan strategi

desentralisasi bidang kesehatan. Tujuan strategis pelaksanaan

desentralisasi bidang kesehatan yang erat kaitannya dengan

menetapkan kewenangan wajib dan SPM Bidang Kesehatan adalah :

1. Terbangunnya komitmen antara pemerintah, legislatif, masyarakat,

dan stakeholder guna kesinambungan pembangunan kesehatan;

Page 217: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 217/229

 

 

2. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk 

miskin, kelompok rentan, dan daerah miskin.

3. Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program

kesehatan.

Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor : 32 tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota wajib

menyelenggarakan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi,

keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi

antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah dalam rangka

menjaga keutuhan Negara Kesatuan RI.

Kewenangan Wajib ditetapkan untuk melindungi hak-hak 

konstitusional perorangan/masyarakat, melindungi kepentingan

Page 218: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 218/229

 

nasional dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, kesejahteraan

masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum juga untuk memenuhi

 perjanjian/konvensi Internasional.

Kabupaten/Kota melakukan kewenangan wajib dibidang kesehatan

dengan menyelenggarakan SPM Bidang Kesehatan. SPM Bidang

Kesehatan telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan Keputusan

 Nomor : 1457/MENKES/SK/X/2003, dan di Jawa Tengah dengan

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004 tanggal 23

Desember 2004.

SPM Bidang Kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai

 berikut :

Page 219: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 219/229

 

1. Diterapkan pada Kewenangan Wajib. Oleh karena itu SPM

merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan yang

 berkesinambungan dalam Program Pembangunan Nasional dan

menyeluruh, terarah dan terpadu sesuai Rencana Pembangunan

Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

2. Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.

SPM harus mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada

 publik tanpa kecuali (tidak hanya masyarakat miskin), dengan

 betuk, jenis, tingkat dan mutu pelayanan yang esensial dan sangat

dibutuhkan oleh masyarakat.

3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan kesehatan dasar 

tanpa mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada

masyarakat (Positive Health Externality).

Page 220: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 220/229

 

4. Merupakan indikator kinerja bukan standar teknis, dan dikelola

dengan manajerial professional sehingga tercapai efisiensi dan

efektivitas penggunaan sumberdaya.

5. Bersifat dinamis.

6. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraaan pelayanan dasar 

Di samping itu, kewenangan wajib dan SPM Bidang Kesehatan

ditetapkan dengan memenuhi kriteria sebagai berikut :

1.  Kewenangan Wajib dan SPM hanya merupakan pelayanan yang

langsung dirasakan masyarakat, sehingga hal-hal yang berkaitandengan manajemen dianggap sebagai faktor pendukung dalam

melaksanakan kewenangan wajib (perencanaan, pembiayaan,

 pengorganisasian, perizinan, sumberdaya, sistem dsb), tidak dimasukkan dalam SPM (kecuali critical support function)

Page 221: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 221/229

 

 

2. Kewenangan Wajib dan SPM harus menjadi prioritas tinggi bagi

Pemerintah Daerah karena melindungi hak-hak konstitusional

 perorangan dan masyarakat, untuk melindungi kepentingan

nasional dan memenuhi komitmen nasional dan global serta

merupakan penyebab utama kematian/kesakitan.

3. Kewenangan Wajib dan SPM berorientasi pada luaran/outpuut

yang langsung dirasakan masyarakat.

4. Kewenangan Wajib dan SPM dilaksanakan secara terus menerus

(sustainable), terukur (measurable) dan mungkin dapat dikerjakan

(feasible).

Dalam pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan untuk jangka waktu

tertentu ditetapkan target pelayanan yang akan dicapai (minimum

service target), yang merupakan spesifikasi peningkatan kinerja

Page 222: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 222/229

 

 pelayanan yang harus dicapai untuk memenuhi standar teknis yang

ditetapkan guna mencapai status kesehatan yang diharapkan. Dalam

Kewenangan Wajib dan SPM, nilai indikator yang dicantumkan

merupakan nilai minimal nasional (Indikator yang ada dalam Indonesia

Sehat 2010).

III. PERAN PUSAT, PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Peran pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan SPM

Bidang Kesehatan adalah sebagaimana diatur dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor : 1457/MENKES/SK/X/2003, dalam :

i. Bab III Pengorganisasian, pasal 4 ayat (1) dan (2),

ii. Bab V Pembinaan, pasal 6 ayat (1) dan pasal 7

iii.  Bab VI Pengawasan, pasal 8 ayat (1) dan (2) dan pasal 9 ayat (1)

dan (2)

Page 223: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 223/229

 

 

Dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004

tanggal 23 Desember 2004, dalam :

1. Bab III Pengorganisasian, pasal 5 ayat (1), (2), (3) dan (4).

2. Bab V Pembinaan, pasal 7 ayat (1) dan (2), dan pasal 8.

3. Bab VI Pengawasan, pasal 9 ayat (1) dan (2), dan pasal 10 ayat

(1) dan (2).

Sedangkan dalam penerapan petunjuk teknis SPM Bidang

Kesehatan ini, peran pusat, propinsi dan kabupaten/kota adalah

sebagai berikut :

1. Pusat

Page 224: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 224/229

 

Sosialisasi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 

1457/MENKES/SK/X/2003 tentang SPM Bidang Kesehatan,

dan Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan.

2. Propinsi

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 71

Tahun 2004 tanggal 23 Desember 2004 tentang Standar 

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah.

a. Bersama dengan kabupaten/kota menetapkan penambahan

indikator lokal dari setiap pelayanan, disertai dengan definisi

opersional dan petunjuk teknisnya.

 b. Menetapkan pencapaian dan penahapan SPM, sesuai

kesepakatan dengan kabupaten/kota.

c. Bersama dengan pusat melakukan peningkatan kapasitas

kabupaten/kota dan melaksanakan pemantauan dan evaluasi.

3. Kabupaten/Kota

Page 225: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 225/229

 

a. Melakukan mapping kondisi pencapaian indikator SPM

dikabupaten/kota dan menghitung kesenjangannya dengan

target Propinsi.

 b.  Menentukan target pencapaian indikator SPM, danmemasukkannya dalam program pembangunan daerah(Properda

Renstrada).

c. Menentukan rincian pencapaian target SPM/tahun, dan

memasukkannya dalam Repetada, dan mengupayakan dukungan

dana APBD berdasarkan Repetada.

Dari pengertian tersebut di atas jelas bahwa SPM harus dapat

digunakan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan dan memungkinkan

dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

dari waktu ke waktu. Oleh karena itu dalam pencapaian Standar 

Pelayanan Minimal untuk jangka waktu tertentu perlu ditetapkan batas

awal pelayanan minimal (Minimum Service Baselines) dan target

 pelayanan yang akan dicapai (Minimum Service Target). Sehingga

SPM Bidang Kesehatan akan meliputi : jenis pelayanan, indikator dan

Page 226: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 226/229

 

nilai (benchmark) dengan Minimum Service Target mengacu pada

Indonesia Sehat 2010. Minimum Service Target adalah spesifikasi

 peningkatan kinerja pelayanan kesehatan yang harus dicapai dalam

Tahun 2010 dalam siklus perencanaan Daerah multi tahun untuk 

mencapai atau melebihi target SPM.

4. JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN TARGET SPM

Sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :

1457/MENKES/SK/X/2003 telah menetapkan SPM Bidang Kesehatan

yang terdiri atas 26 jenis pelayanan dengan 47 indikator yang harus

dilaksanakan oleh seluruh Kabupaten/Kota, dan 7 jenis pelayanan

dengan 7 indikator yang harus diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota

tertentu merupakan jenis pelayanan yang bersifat spesifik daerah yang

merupakan permasalahan kesehatan masyarakat dan terkait dengan

kesepakatan global.

Page 227: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 227/229

 

Sedangkan sesuai Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 71

Tahun 2004 tanggal 23 Desember 2004 telah menetapkan SPM Bidang

Kesehatan yang terdiri dari 26 jenis pelayanan dengan 63 indikator 

kinerja yang harus dilaksanakan oleh seluruh Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah, serta 7 jenis pelayanan dengan 8 indikator kinerja yang harus

dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota tertentu, merupakan jenis

 pelayanan yang merupakan kebutuhan/spesifik daerah dan

 permasalahan kesehatan masyarakat.

Berikut ini (setelah penutup), untuk setiap jenis pelayanan dijelaskan

tentang pengertian, definisi opersional, cara perhitungan dan rumus

indikatornya, sumber data, rujukan, target dan langkah-langkah

kegiatan yang harus dilakukan.

5. PENUTUP

Page 228: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 228/229

 

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan pada hakekatnya

merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Namun demikian

mengingat kondisi masing-masing daerah terkait dengan ketersediaan

Sumber Daya yang tidak merata, maka diperlukan pentahapan

 pelaksanaannya dalam mencapai Minimum Service Target 2010 oleh

masing-masing Daerah sesuai dengan kondisi/perkembangan kapasitas

daerah. Namun dalam hal ini terdapat pengecualian pada indikator-

indikator kinerja yang berfungsi pula sebagai standar teknis, dan

mempunyai batasan tertentu. Sebagai contoh Cakupan Pelayanan

Imunisasi harus > 80% karena bila < 80% tidak mempunyai dampak 

epidemiologis.

Mengingat SPM sebagai hak konstitusional maka seyogyanya SPM

menjadi prioritas dalam perencanaan dan penganggaran Daerah.

Dengan disusunnya Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, diharapkan dapat membantu

Page 229: Petunjuk Spm Jateng

5/16/2018 Petunjuk Spm Jateng - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/petunjuk-spm-jateng 229/229

 

 pelaksanaan penerapan desentralisasi di bidang kesehatan di

Kabupaten/Kota. Petunjuk Teknis ini dapat dijadikan acuan bagi

 petugas kesehatan dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan,

 pembiayaan dan pelaksanaan dari setiap jenis pelayanan.

Hal lain yang belum tercantum dalam Buku Petunjuk Teknis ini akan

ditetapkan kemudian sesuai dengan keperluan dan ketentuan yang

 berlaku.