Upload
trannguyet
View
277
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
Petunjuk Teknis
PENGOLAHAN TEH BOTOL DAUN GAMBIR DI TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
2
PETUNJUK TEKNIS PENGOLAHAN TEH BOTOL DAUN GAMBIR DI TINGKAT INDUSTRI RUMAH TANGGA Penanggung jawab : Dr.Ir. Hardiyanto, M.Sc (Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat) Penyusun: Ir. Kasma Iswari, MSi Diterbitkan Oleh: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jalan Raya Padang-Solok, Km 40 Sukarami Telp (0755) 31122, 31564, Fax (0755) 31138 e-mail : [email protected] website: http://sumbar.litbang.pertanian.go.id 2016
3
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................... 4
Pendahuluan ……………………………………………………………..
Latar belakang ……………………………………………………….
Manfaat gambir ………………………………………………………
Potensi gambir sebagai bahan baku teh botol di Sumatera
Barat ................................................................................
Teh Botol Daun Gambir Gambir ..........................................
Pengemasan .....................................................................
Jenis-jenis Bahan Pengemas …………………………………………..
5
5
6
7
8
9
10
Proses Pengolahan Teh Botol Daun Gambir Di Tingkat Industri
Rumah Tangga …………………………………………………
13
Proses pembuatan teh botol 14
Pengemasan dengan Botol Plastik ………………………………………. 15
Hasil-Hasil Penelitian Minuman Teh Botol Daun Gambir …………. 17
Daftar Pustaka 22
4
KATA PENGANTAR
Secara tradisional, hasil olahan tanaman gambir berupa getah
gambir kering yang diperoleh dari pengempaan daun gambir. Getah
gambir merupakan komoditi ekspor propinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Pemasarannya tergantung negara impor dengan harga yang berfluktuasi.
Sehingga keuntungan yang diterima petani gambir juga berfluktuasi sesuai
permintaan pasar. Pada saat harga jatuh petani tidak lagi memelihara
tanaman gambir. Kondisi seperti ini perlu disikapi dengan mengusahakan
teknologi alterntif, sehingga tanaman gambir dapat terpelihara dengan baik
dan pengguna teknologi dapat menerima nilai tambah yang tidak hanya
bergantung kepada hasil getah gambir kering.
Teh botol salah satu produk yang dapat dihasilkan dari daun gambir
tanpa melalui pengempaan. Teh botol dapat diolah secara sederhana dan
teknologinya dapat diterapkan di tingkat kelompok tani atau industri rumah
tangga.
Buku Petunjuk Teknis Pengolahan Teh Botol Daun Gambir di
Tingkat Industri Rumah Tangga disusun untuk dapat dijadikan pedoman
dalam mengolah daun gambir menjadi teh botol. Diharapkan teknologi teh
botol ini dapat dijadikan usaha dalam rangka peningkatan ekonomi petani
gambir ataupun pengguna teknologi.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
Buku Petunjuk Teknis ini, diucapkan banyak terima kasih. Disadari bahwa
materi dan format penyusunan masih belum sempurna.Oleh sebab itu,
koreksi dan kritik untuk perbaikan ke depan sangat kami harapkan.
Sukarami, September 2016
Kepala Balai,
Dr.Ir. Hardiyanto, M.Sc NIP. 196005031986031001
5
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teh botol merupakan produk teh siap minum yang dikemas di
dalam botol biasanya berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis),
merupakan minuman penyegar yang sudah dikenal dengan luas di
Indonesia dan di dunia. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas
membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Teh adalah jenis minuman yang
paling banyak dikonsumsi manusia dewasa setelah air, dan diperkirakan
tidak kurang dari 120 ml per harinya (Damayanthi, 2008). Dalam
kesegaran dan rasa yang khas tersebut ada terkandung beberapa zat yang
perlu dikurangi karena memberikan mudhorat bagi kesehatan tubuh yaitu
kandungan tanin yang tinggi. Tanin dalam teh berpotensi sebagai
penyebab anemia karena disinyalir mampu mengabsorbsi mineral sebagai
bentuk zat besi. Hal ini dikaitkan dengan peranan tanin yang terdapat
dalam teh. Mineral makanan sebagai salah satu pembentuk zat besi bila
bereaksi dengan tanin akan membentuk ikatan kompleks yang tidak larut
dalam sistim pencernaan, akibatnya meneral makanan tidak berfungsi lagi
dan dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk feses. Tanin mempunyai
kekuatan untuk mengikat protein sehingga mempunyai kemampuan
mengabsosbsi sari makanan.
Gambir juga mengandung tanin, namun lebih sedikit dibandingkan
daun teh Camellia sinensis. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya
pengolahan komoditas gambir sebagai pengganti teh botol Camellia
sinensis dengan rasa dan aroma tidak kalah dengan teh botol Camellia
sinensis. Secara genetik, tanaman gambir lebih banyak mengandung
katekin dibandingkan tanin. Sedangkan tanaman teh lebih banyak
mengandung tanin dibandingkan katekin (Ariani, et.al, 2013). Oleh karena
itu ditinjau dari kesehatan, seharusnya lebih baik meminum teh daun
gambir dibandingkan teh Camellia sinensis, karena teh daun gambir
mengandung katecin lebih tinggi.
6
Kasim (2011) dan Hayani (2003) menyatakan bahwa komoponen
utama daun gambir adalah katekin dan tanin. Katekin merupakan monomer
dari tanin. Jika 3 sampai 8 molekul katekin membentuk polimer maka
polimer yang terbentuk akan membentuk tannin, tepatnya tannin
kondensasi. Proses fermentasi dapat menghambat proses kondensasi
sehingga tannin terkondensasi tidak terbentuk (Fajriati, 2006; Ariani et al,
2013). Sesuai dengan struktur kimia tersebut maka katekin dan tannin juga
akan mempunyai manfaat yang berbeda. Katekin lebih banyak manfaatnya
untuk bidang kesehatan, kosmetika, farmasi dan pangan, sedangkan tannin
utamanya digunakan sebagai bahan penyamak kulit. Tanin yang diproduksi
dunia 90% diantaranya digunakan sebagai penyamak kulit.
Oleh sebab itu didalam pengolahan teh botol proses fermentasi, dan
tingkat ketuaan daun berpengaruh terhadap mutu teh botol yang
dihasilkan. Fermentasi selama 2 hari dengan menggunakan daun gambir
ke- 1 sampai dengan ke- 4 dapat memperbaiki warna dan rasa teh botol
yang dihasilkan serta memberikan kandungan katecin yang tinggi ( Iswari
et al, 2015).
Penggunaan teh botol jauh lebih praktis dibandingkan teh seduh,
terutama bagi kelompok usia anak-anak dan kelompok kerja. Oleh sebab
itu pasar teh botol daun gambir akan berbeda dengan teh seduh.
Manfaat Gambir
Kegunaan utama gambir adalah sebagai bahan obat dan sangat baik
untuk perawatan gigi dan gusi. Masyarakat tradisional memanfaatkannya
sebagai bahan campuran makan sirih untuk menyehatkan gigi dan gusi
karena kandungan katekinnya yang cukup tinggi. Kasim (2011)
menyatakan ada beberapa manfaat gambir dalam berbagai indutri antara
lain yaitu: Industri kosmetik yaitu untuk astringent (melembutkan kulit &
menambah lenturan serta daya regang kulit), masker, bedak dingin,
Industri tekstil yaitu untuk pewarna kain, Industri obat-obatan (sakit perut,
sakit gigi, diare, maag, dll), Industri cat, perekat papan partikel, Penyamak
7
kulit (tanin), Industri produk olahan, Tinta, Penyegar mulut ( betel bite),
Anti mikroba (bakteri, jamur, virus) Aktivitas antioksidan dan antibakteri
dari turunan metil, Antiseptik mulut, Menurunkan berat badan, Antifeedan
terhadap hama Spodoptera litura Fab, Sebagai antispasmodik (obat
mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare,
gastritis, tukak, kejang otot), Untuk penggunaan sebagai bahan kosmetik,
telah dilakukan uji diantaranya sebagai antiaging, sebagai anti jerawat,
Katekin juga dipergunakan untuk senyawa marker (penanda) yang saat ini
masih tergantung pada impor.
Potensi gambir sebagai bahan baku teh botol di Sumatera Barat
Tanaman gambir (Uncaria gambir Hunte Roxb) adalah komoditas
spesifik Lokasi Sumatera Barat. Artinya komoditas ini tumbuh dan
berkembang secara baik di daerah ini dan merupakan mata pencaharian
pokok serta memegang peranan penting dalam pendapatan masyarakat.
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa tahun 2012 luas pertanaman gambir
21.412 ha dengan jumlah produksi 14.220 ton dan produktivitas rata-rata
0,72 t/ha (BPS, 2013). Sastrahidayat dan Soemarsono (1991) menyatakan
bahwa, potensi produksi gambir bisa mencapai rata-rata 2100 kg/ha, ini
berarti produktivitas gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota masih rendah.
Laju pertumbuhan luas pertanaman relatif rendah yaitu 1,73% per tahun
dan laju pertumbuhan produksi sekitar 2,21%.
Sentra penghasil gambir di Sumatera Barat adalah Kabupaten 50
Kota, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung
(Nazir, 2000, dan Danian, 2005). Disamping itu beberapa kabupaten di
Sumatera Barat yang juga tengah mengembangkan gambir di antaranya
Kabupaten Agam dan kabupaten Pasaman. Potensi pengembangan gambir
cukup besar karena gambir 100% ditanam pada lahan marjinal kawasan
perbukitan Bukit Barisan dan termasuk kawasan hutan. Status penguasaan
lahan adalah tanah ulayat, sehingga berpeluang diolah oleh anak nagari.
8
Gambir umumnya diusahakan oleh masyarakat secara konvensional.
Jumlah petani yang mengusahakan gambir sekitar 125.000 rumah tangga
petani (RTP) dengan luas garapan 1-2,0 ha/RTP.
Tabel 1. Perkembangan produksi, luas panen dan produksi gambir Sumatera Barat, Tahun 2004 – 2012.
Tahun Luas (ha) Produksi (ton) Harga/kg
2004 19.457 12.436 12.136
2005 19.858 13.244 14.500
2006 19.121 12.974 11.967
2007 19.350 13.115 13.846
2008 19.663 13.930 13.921
2009 28.335 13.932 27.854
2010 21.400 13.715 19.417
2011 21.404 14.025 19.708
2012 21.412 14.220 13.836
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumbar (2013)
Teh Botol Daun Gambir Gambir
Di Indonesia jenis minuman teh yang popular dan mampu
mengalahkan pangsa pasar dari carbonated drink adalah teh botol. Saat ini
pangsa pasar teh botol mencapai 28% dari total pasar minuman di
Indonesia, sementara pangsa pasar carbonated drink adalah 27%. Teh
botol yang tersedia adalah teh Camellia sinesis bukan dari daun gambir.
Untuk itu diberikan inovasi baru guna merebut pasar teh Camellia sinesis,
karena gambir mempunyai keunggulan diantaranya adalah kandungan
katechin yang terdapat dalam gambir yang sangat bermanfaat untuk
kesehatan, kecantikan dan industry lainya.
Minuman teh botol diolah dari daun gambir yang diproses sebaik
mungkin sesuai dengan standar SNI minuman teh botol Camellia sinesis
yaitu SNI 01-3143-92. Gula yang digunakan bukan gula pasir, tetapi
glukosa sehigga dapat dimanfaatkan oleh penderita diabetes dan
berfungsi sebagai obat dan menyegarkan
9
Pengemasan
Pengemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi
kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari
bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di
samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil
pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi
promosi wadah berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan
dalam perencanaannya.
Kemasan memegang peranan penting dalam mendapatkan perhatian
konsumen untuk memilih produk tertentu. Kemasan sangat mempengaruhi
penampilan produk sehingga menarik konsumen. Kemasan juga sangat
penting dalam menjaga keawetan dan higienitas produk untuk dalam
jangka waktu tertentu.
Fungsi Pengemasan
Mengatur interaksi antara bahan pangan dalam hal ini minuman teh
dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan pangan,
dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan atau
minuman teh tersebut.
Tujuan Pengemasan
Membuat umur simpan minuman teh menjadi lebih panjang.
Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.
Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.
Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.
Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan.
Mendukung perkembangan makanan siap saji.
Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
10
Jenis-jenis Bahan Pengemas
Untuk wadah utama pengemas yang berhubungan langsung dengan
bahan pangan yang dikemas seperti halnya minuman teh botol dapat
berupa: botol gelas dan botol plastik. Penggunaan kemasan tersebut tanpa
menggunakan alat-alat moderen dan dapat diterapkan pada industry
rumah tangga :
Syarat-syarat Botol Pengemasan
Syarat – syarat botol yang digunakan untuk mengemas produk
minuman antara lain :
Mampu melindungi produk selama penanganan transportasi dan
penumpukan.
Tidak mengandung bahan kimia
Memenuhi persyaratan pasar (baik bentuk, ukuran dan berat)
Kekuatan pengepakan tidak mempengaruhi kelembapan
Harga disesuaikan dengan produk
Mempermudah penjualan eceran
Kemudahan pembuanganya
Dapat digunakan ulang/daur ulang
Tidak bereaksi dengan produk (inert)
Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama distribusi, penjualan, atau penyimpanan) :
Kayu
Karton
1. Botol Gelas
Sebagai bahan kemas gelas mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan seperti inert (tidak bereaksi) kuat, tahan terhadap
kerusakan,sangat baik sebagai barier terhadap benda padat,cair dan gas.
11
Sifat gelas yang transparan menguntungkan dari segi promosi disamping
itu beberapa jenis gelas seperti pyrex tahan terhadap suhu yang tinggi.
Kelebihan pengemasan dengan bahan kemas gelas adalah:
Terbuat dari campuran pasir C2O, soda abu, dan alumina.
Bersifat inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)
Kuat (tahan terhadap kerusakan akibat pengaruh waktu)
Transparan (bentuk dan warna bahan pangan dapat dilihat).
Kelemahannya adalah mudah pecah, tidak dapat digunakan untuk
bahan pangan yang peka terhadap sinar (ultra violet)..
Agar tidak mudah pecah sebaiknya bagian permukaan gelas dilapisi
dengan lilin (wax) dan silika yang halus.
Dalam proses pengemasan dengan menggunakan kemasan gelas
dalam bentuk botol, kegiatan menutup atau menyumbat botol merupakan
satu bagian yang penting dan perlu mendapat perhatian. Bagian penutup
atau tutup botol merupakan bagian yang terlemah dari sistem perlindungan
terhadap gangguan atau pencemaran dari luar,karena cara penutupan dan
jenis/bahan penutup yang kurang tepat dapat menyebabkan pencemaran
dan kerusakan bahan yang dikemas. Bahan – bahan yang umum digunakan
untuk menutup adalah logam (kaleng ), aluminium, gabus dan berbagai
jenis plastik (Syarief,1989)
Gambar 1. Contoh botol gelas
12
1. Botol Plastik
Botol plastik adalah senyawa makromolekul organik yang diperoleh
dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, atau proses serupa
lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi
makromolekul alam yang dibentuk menjadi sebuah bahan kemasan
berbentuk botol yang aman digunakan sebagai pengemas bahan pangan
ataupun produk minuman. Keunggulannya dalam menggunakan botol
plastik dari segi bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti
bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan, tidak mudah pecah,
bersifat transparan/tembus pandang, mudah diberi, label dan dibuat dalam
aneka warna, dapat diproduksi secara massal, harga relatif murah dan
terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.
Namun penggunaan botol plastik memiliki kekurangan yakni tidak
tahan panas, berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari
sisa monomer dari polimer dan plastik merupakan bahan yang sulit
terbiodegradasi sehingga dapat mencemari lingkungan (Anonim, 2006).
Secara garis besar terdapat dua macam botol plastik, yaitu resin
termoplastik dan resin termoset. Resin termoplastik mempunyai sifat dapat
diubah bentuknya jika dipanaskan, sedangkan resin termoset hanya dapat
dibentuk satu kali saja. Beberapa contoh botol plastic disajikan pada
Gambar 2 berikut.
13
PROSES PENGOLAHAN TEH BOTOL DAUN GAMBIR DI TINGKAT
INDUSTRI RUMAH TANGGA
Sebelum membuat teh botol terlebih dahulu dilakukan pembuatan
teh daun gambir sebagai bahan baku dari teh botol. Proses pembuatan teh
daun gambir meliputi: pensortasian daun gambir yaitu daun ke-1 sampai
dengan daun ke 4 pada satu ranting gambir, pelayuan, pengirisan,
fermentasi, dan pengeringan (Gambar 3).
Teh gambir kering Pengeringan dalam rumah pengering tipe ERK
Gambar 3. Proses pengolahan teh gambir
Setelah diperoleh teh gambir dalam bentuk kering, selanjutnya
dilakukan pembuatan teh botol seperti proses berikut.
14
Proses pembuatan teh botol
(1) Pemanasan air
Air dipanaskan hingga mendidih mencapai suhu 1000C untuk menyeduh
teh gambir dengan suhu 950C.
(2) Ekstraksi teh
Ekstraksi teh dilakukan untuk mendapatkan ekstrak teh yang
diinginkan, caranya dengan memasukkan 100 gram teh ke dalam 1000
ml air panas sambil diaduk beberapa kali kemudian didiamkan selama
10 menit, ekstraksi dilakukan berulang hingga 5 kali dan pengambilan
ekstrak dilakukan hingga larutan berwarna bening. Ekstrak teh ini
disebut juga dengan Teh Cair Pahit (TCP)
(3) Penyaringan
Penyaringan ekstraksi teh dilakukan untuk memisahkan ekstraksi teh
dengan kotoran dan ampas teh yang tertinggal sehingga diperoleh air
teh yang jernih dan tidak ada kotoran atau disebut ekstrak dengan
menggunakan saringan.
(4) Pencampuran
Proses pencampuran penambahan sirup glukosa 10% terhadap
konsentrasi TCP 15% kemudian dilakukan pengadukan hingga larut
selama 5 menit dan ditambahkan dengan air hingga batas yang
dibutuhkan disebut juga dengan Teh Cair Manis (TCM)
(5). Pemanasan/Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah pemanasan produk dibawah temperatur didih
dengan maksud hanya membunuh kuman ataupun bakteri pathogen,
sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Produk yang
dipasteurisasi dalam bentuk TCM. Pasteurisasi berlangsung dengan
metode pemanasan bertingkat (double jacket ), dengan suhu bahan
maksimum 80° selama 15 menit.
Pemanasan bertingkat secara sederhana dilakukan dengan menempat
TCM dalam wadah atau panci yang tertutup rapat, kemudian panci
15
yang berisi TCM ditempatkan pula dalam panci yang lebih besar yang
berisi air mendidih.
(6) Pengisian ke dalam wadah atau pengemasan
Bahan (TCM) dalam keadaan panas sesegera mungkin dikemas ke
dalam botol. Botol pengemasan dapat berupa botol gelas dan dapat
pula dengan botol plastik. Untuk memperpanjang umur simpan
sebaiknya produk dikemas dengan botol gelas. Sebelum digunakan
botol gelas telah disterilisasi terlebih dahulu selama 30 menit.
Cara pengemasan dengan botol gelas
a) Masukkan produk (TCM) ke dalam botol secepatnya
b) Panaskan air dalam dandang sampai mendidih
c) Kukus botol yang sudah berisi produk dan pakai tutup selama 15
menit
d) Angkat dari kukusan, dinginkan
e) Setelah dingin pres botol dan tutupnya dengan alat pres botol
(7) Inkubasi
Inkubasi dilakukan selama 5 hari dengan tujuan untuk mengetahui
terjadinya kontaminasi mikroba. Jika terlihat larutan teh berbusa
berarti terjadi kontaminasi. Selama inkubasi botol ditempatkan dengan
posisi terbalik. Jika tidak terjadi perubahan warna, bau dan rasa,
berarti teh botol sudah dapat dipasarkan
Pengemasan Dengan Botol Plastik
Botol plastic bersifat tidak tahan panas, produk pada suhu lebih
dari 40 C ditempatkan dalam botol plastic akan terjadi kehilangan bentuk,
botol menjadi rusak. Oleh karena itu botol plastic sebelum diisi dengan
TCM panas terlebih dahulu ditempatkan pada wadah yang diberi es
batu/air es sehingga dinding botol menjadi kaku dan tidak rusak jika
dimasukkan cairan panas.
16
Untuk lebih jelas dapat dilihat prosesing pada Gambar 4 berikut ini
Gambar 4. Proses pengolahan teh botol (Tahap pembuatan teh cair manis (TCM)
Untuk menghindari kontaminasi produk (TCM) dengan mikroba, TCM
dikemas sesegera mungkin, masih dalam kondisi panas. Pengemasan
sebaiknya dengan botol plastik agar memudahkan pendistribusian produk
selama transportasi pemasaran produk. Akan tetapi botol plastik tidak
tahan panas, botol plastik akan rusak. Oleh sebab itu perlu disiasati agar
17
botol tidak rusak yaitu dengan menempatkan botol dalam air es seperti
Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5. Proses pengemasan TCM dengan botol plastik B1. Hasil-Hasil Penelitian Minuman Teh Botol Daun Gambir
Uji Organoleptik
Sebelum dilakukan pembuatan teh botol dari daun gambir terlebih
dahulu dilakukan penyiapan bahan baku teh botol berupa teh daun gambir
kering. Selanjutnya teh daun gambir kering tersebut diolah lebih lanjut
melalui penyeduhan dengan air panas selama beberapa menit sehingga
diperoleh Teh Cair Pahit (TCP), kemudian TCP ditambah gula dan lain-
lainya sehingga menjadi minuman teh botol. Teknik proses pengolahan teh
daun gambir seperti halnya lama fermentasi daun gambir sebelum menjadi
teh gambir dan ekstraksi teh tersebut berpengaruh terhadap uji
organolpetik teh botol yang dihasilkan. Hal tersebut dapat diketahui pada
Table 2 bahwa fermentasi daun gambir selama 48 jam dan seduhan TCP
18
selama 10 menit dapat memperbaiki aroma teh botol dengan skor 4,89
(suka).
Tabel 2. Pengaruh lama fermentasi daun gambir dan lama seduhan teh terhadap aroma teh botol
Lama Fermentasi Daun Gambir
(Jam)
Lama seduhan teh gambir (menit)
5 menit 10 menit Rataan
12 3,24 3,77 3.51
24 3,67 4,12 3.90
36 3,86 4,78 4.32
48 3,90 4,89 4.43
60 3,94 4,63 4.29
72 3,76 4,24 4.00
84 3,53 3,87 3.70
Rataan 3.71 4.33
Sumber: Iswari et.al, 2016
Jika ditinjau dari warna teh botol yang dihasilkan panelis lebih
cenderung menyukai teh botol yang berasal dari fermentasi sampai 84 jam
dengan lama seduhan 10 menit diperoleh nilai skor yaitu 4,89 (suka)
seperti yang ditunjukkan pada Table 3.
Jika ditinjau dari rasa, panelis lebih cenderung menyukai teh botol
yang berasal dari fermentasi 48 jam dengan lama seduhan 10 menit
dengan nilai skor 5 (sangat suka) seperti yang disajikan pada Tabel 4 dan
Gambar 6
Tabel 3.Pengaruh lama fermentasi daun gambir dan lama seduhan
teh terhadap warna teh botol Lama Fermentasi
Daun Gambir (Jam)
Lama seduhan teh gambir (menit)
5 menit 10 menit Rataan
12 2,34 3,45 2.90
24 3,22 3,72 3.47
36 3,45 3,96 3.70
48 3,50 4,35 4.12
60 3,61 4,58 4.27
72 3,74 4,73 4.53
84 3,88 4,89 4.57
Rataan 3.63 4.24
Sumber: Iswari et.al, 2016
19
Gambar 6. Pengaruh lama fermentasi dan lama seduhan terhadap
warna teh botol Tabel 4. Pengaruh lama fementasi daun gambir dan lama seduhan
teh terhadap rasa teh botol Lama Fermentasi
Daun Gambir (Jam)
Lama seduhan teh gambir (menit)
5 menit 10 menit Rataan
12 3.54 4.02 3.78
24 3.62 4.54 4.08
36 3.75 4.98 4.37
48 3.86 5,00 4.43
60 3.68 4.87 4.28
72 3.75 4.32 4.04
84 3.54 4.14 3.84
Rataan 3.68 4.55
Sumber: Iswari et.al, 2016
Kandungan Katechin
Lama fermentasi berpengaruh terhadap kandungan katechin teh
botol yang dihasilkan. Semakin lama dilakukan fermentasi cenderung
meningkatkan kandungan katechin teh botol yang dihasilkan (Tabel 5).
20
Tabel 5. Pengaruh lama fementasi daun gambir dan lama seduhan teh terhadap katechin teh botol (%)
Lama Fermentasi Daun Gambir
(Jam)
Lama seduhan teh gambir (menit)
5 menit 10 menit Rataan (%)
12 0,007 0,019 0.013
24 0,006 0,019 0.013
36 0,007 0,007 0.007
48 0,011 0,025 0.018
60 0,008 0,011 0.010
72 0,007 0,012 0.010
84 0,009 0,005 0.007
Rataan 0.008 0.014
Sumber: Iswari et.al, 2016
Terlihat pada Table 5 bahwa fermentasi selama 12 jam rata –rata
kandungan katechin hanya 0,013 %, tetapi jika fermentasi ditingkatkan
hingga 48 jam kandungan katechin meningkat menjadi 0,018 %. Demikian
juga dengan lama seduhan juga berpengaruh terhadap kandungan
katechin seperti yang terlihat pada Tabel 8 bahwa kandungan katechin
lebih tinggi pada lama seduhan 10 menit dibandingkan 5 menit.
Kandungan Tanin
Lama fermentasi dan lama seduhan bepengaruh terhadap
kandungan tannin teh botol yang dihasilkan (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh lama fermentasi daun gambir dan lama seduhan
teh terhadap tannin teh botol
Lama Fermentasi Daun Gambir (Jam)
Lama seduhan teh gambir (menit)
5 menit 10 menit Rataan
12 0,0624 0,0416 0.0520
24 0,0333 0,0499 0.0416
36 0,0354 0,0478 0.0416
48 0,0042 0,0582 0.0312
60 0,0229 0,0416 0.0323
72 0,0499 0,0437 0.0468
84 0,0146 0,0478 0.0312
Rataan 0.0318 0.0472
Sumber: Iswari et.al, 2016
21
Fermentasi cenderung menurunkan kandungan tannin teh botol
yaitu dari 0,0520% pada fermentasi 12 jam menurun menjadi 0,0312%
pada fermentasi 48 jam sedangkan lama seduhan dapat meningkatkan
kandungan tannin yaitu dari 0,0318% pada seduhan 5 menit menjadi
0,0472% setelah diseduh selama 10 menit.
PENUTUP
Pengolahan daun gambir menjadi teh botol perlu memperhatikan
tingkat ketuaan daun gambir sebagai bahan baku teh botol. Daun gambir
yang terlalu tua mengandung tannin lebih tinggi dibanding daun yang lebih
muda. Tanin dalam teh berpotensi sebagai penyebab anemia karena
disinyalir mampu mengabsorbsi mineral sebagai bentuk zat besi. Mineral
makanan sebagai salah satu pembentuk zat besi bila bereaksi dengan tanin
akan membentuk ikatan kompleks yang tidak larut dalam sistim
pencernaan, akibatnya meneral makanan tidak berfungsi lagi dan
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk feses. Tanin mempunyai kekuatan
untuk mengikat protein sehingga mempunyai kemampuan mengabsosbsi
sari makanan. Oleh karena itu sebaiknya bahan baku teh botol adalah daun
gambir yang masih muda karena kandungan taninnya lebih rendah dan
katechinnya lebih tinggi, kondisi ini sangat baik untuk kesehatan.
22
PENUTUP
Pengolahan daun gambir menjadi teh botol merupakan diversifikasi
olahan daun gambir yang dapat meningkatkan nilai tambah dan
pendapatan keluarga tani/KWT sebagai pelaku usaha. Keluarga tani tidak
hanya menerima hasil dari getah gambir tetapi juga dari teh botol. Teh
botol dapat diproduksi oleh ibu-ibu karena tidak memerlukan tenaga yang
kuat dan tidak merupakan pekerjaan yang berat, sedangkan pengempaan
daun gambir untuk menghasilkan getah gambir adalah pekerjaan yang
berat dan biasanya dilakukan oleh bapak-bapak atau kaum laki-laki.
Pengolahan daun gambir perlu memperhatikan tingkat ketuaan
daun gambir sebagai bahan baku teh botol. Daun gambir yang terlalu tua
mengandung tannin lebih tinggi dibanding daun yang lebih muda. Tanin
dalam teh berpotensi sebagai penyebab anemia karena disinyalir mampu
mengabsorbsi mineral sebagai bentuk zat besi. Mineral makanan sebagai
salah satu pembentuk zat besi bila bereaksi dengan tanin akan membentuk
ikatan kompleks yang tidak larut dalam sistim pencernaan, akibatnya
meneral makanan tidak berfungsi lagi dan dikeluarkan oleh tubuh dalam
bentuk feses. Tanin mempunyai kekuatan untuk mengikat protein sehingga
mempunyai kemampuan mengabsosbsi sari makanan. Oleh karena itu
sebaiknya bahan baku teh botol adalah daun gambir yang masih muda
karena kandungan taninnya lebih rendah dan katechinnya lebih tinggi,
kondisi ini sangat baik untuk kesehatan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, A, Pentadini, F, Dewi, EMK, Martono, Y.2013. Isolasi Katekin dari Gambir (Uncaria gambir. Roxb) Sebagai Functional Food pada Mie. Prosiding Seminar Nasional Sains & Pendidikan Sains VII UKSW, Universitas Kristen Satya Wacana salatiga.
Bappeda, 2013. Masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Sumatera Barat (MP3ESB) tahun 2013-2025. Badan Perencanaan Pembangunan Darah Provinsi Sumatera Barat. Padang
Iswari, K, Burbay, Harnel, Srimaryati, Eliarosa. 2016. Implementasi model bioindustri gambir di Sumatera Barat. Laporan tengah tahun 2016. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, Solok.
BPS, 2013. Sumatera Barat dalam angka tahun 2012. Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Barat. Padang.
Hayani, E. 2003. Analisis Kadar Catechin dari Gambir dengan Berbagai Metode, Buletin Tekhnik Pertanian 8 (1): 12-17
Ismail, S., Asad, M. 2009. Immunomodulatory Activity Of Acacia Catechu,
Indian J Physiol Pharmacol ; 53 (1) : 25–33
Iswari K, Srimaryati, Harnel dan Aswardi. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi dan Tingkat Ketuaan Daun Gambir terhadap Mutu Teh Gambir. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2015. BPTP Sumbar.
Kasim, A, Yumarni, Ahmad, F. 2006. Pengaruh Suhu Dan Lama Pengempaan Pada Pembuatan Papan dari Batang Kelapa Sawit Dengan Perekt Gambir Terhdap Sifat Papan Prtikel. Prosiding Seminar Nasional IX. Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia.
Lucida, H, Bachtiar, A, Putri, WA. 2007. Formulasi sediaan antiseptic mulut dari
katekin gambir. J. Sain.Tek Far, 12 (1) Nasir, N. 2000. Gambir, budidaya, pengolahan, dan prospek diversifikasinya.
Penerbit Yayasan Hutanku. Padang.
Risfaheri, E dan H. Muhammad. 1991. Budidaya dan pasca Panen Gambir. Temu Aptek Pertanian. Solok 3 – 5 September 1991.
Statistik Perkebunan Indonesia 2012 -2014. Tanaman Rempah dan Penyegar. Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Jakarta