Upload
lamnga
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ii
Profil Kesehatan disusun untuk memberikan gambaran pencapaian program
pembangunan kesehatan yang digunakan sebagai sarana untuk memantau pencapaian visi
dan misi pembangunan kesehatan di Kota Blitar.
Penyusunan Profil Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017 didasarkan pada data tabel
sesuai Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan “Petunjuk Teknis Penyusunan
Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017”, sehingga informasi yang disampaikan
dalam profil ini merupakan interpretasi dari data tersebut.
Profil Kesehatan Kota Blitar ini disampaikan dengan harapan semoga bermanfaat
bagi kita semua dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak yang
telah mendukung penyusunan buku ini.
Blitar, Juni 2018
Kepala Dinas Kesehatan
Kota Blitar
dr. MUHAMMAD MUCHLIS, M.MRS
Pembina Tingkat I
NIP. 19650912 200212 1 004
KATA PENGANTAR
iii
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL PROFIL iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Sstematika Penyajian 2
1.4 Distribusi Profil Kesehatan 3
BAB II GAMBARAN UMUM 4
2.1 Kondisi Geografis dan Administrasi 4
2.2 Topografi 5
2.3 Kependudukan 6
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 9
3.1 Angka Kematian (Mortalitas) 9
3.2 Angka/Umur Harapan Hidup (AHH/UHH) 15
3.3 Angka Kesakitan (Morbiditas) 15
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 36
4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar 36
4.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 53
4.3 Perilaku Hidup Masyarakat 57
4.4 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 57
4.5 Ketersediaan Obat 59
4.6 Perbaikan Gizi Masyarakat 60
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 68
5.1 Sarana Kesehatan 68
5.2 Tenaga Kesehatan 71
5.3 Pembiayaan Kesehatan 73
BAB VI KESIMPULAN 75
6.1 Kesimpulan 75
6.2 Saran 78
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
iv
Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk,
Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur
Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf dan
Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan,
dan Puskesmas
Tabel 7 Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB pada
Anak, dan Case Notification Rate (CNR) per 100.000
Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan
Puskesmas
Tabel 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 9 Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+
serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS, dan Syphilis Menurut Jenis
Kelamin
Tabel 12 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Menurut
Jenis kelamin
Tabel 13 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 14 Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas
DAFTAR TABEL PROFIL
v
Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 16 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut
Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From
Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut
Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 22 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 24 Pengukuran Tekanan Darah Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode
IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE)
Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 27 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/Kelurahan yang
Ditangani < 24 Jam
Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut
Kecamatan dan Puskesmas
vi
Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur
Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3
Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan
dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
dan Puskesmas
Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 36 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan
dan Puskesmas
Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 39 Jumlah Bayi yang diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization
(UCI) Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B<7 Hari dan BCG pada Bayi
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak,
dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin,
Kecamatan dan Puskesmas
vii
Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan
dan Puskesmas
Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan
Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD dan
Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan
Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis
Jaminan dan Jenis Kelamin
Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan
Ganggungan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan
Tabel 55 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit
Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit
Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat (ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 59 Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum
Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum di Penyelengara Air Minum
yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tabel 61 Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang
Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan
Puskesmas
Tabel 62 Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Tabel 63 Persentase Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat
Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene
Sanitasi
Tabel 65 Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik
viii
Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin
Tabel 67 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan
Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan
Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1
Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) Menurut Kecamatan
Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan
Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan
Tabel 73 Jumlah Tenaga Keeperawatan di Fasilitas Kesehatan
Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan
Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan
Lingkungan di Fasilitas Kesehatan
Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan
Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan
Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan
Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan
Tabel 80 Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota
1
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang
optimal. Dalam konstitusi organisasi kesehatan dunia yang bernaung di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), disebutkan bahwa salah satu hak asasi manusia adalah memperoleh
manfaat, mendapatkan dan atau merasakan derajat kesehatan setinggi-tingginya, sehingga
Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menjalankan
kebijakan dan program pembangunan kesehatan tidak hanya berpihak pada kaum tidak
punya, namun juga berorientasi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)
pada tahun 2030 yang merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs).
Tujuan SDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup
semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat.
Dari 17 goals agenda pencapaian SDGs, 4 (empat) diantaranya merupakan bidang
kesehatan, yakni terdiri dari nol kelaparan (Tujuan 2); kesehatan yang baik (Tujuan 3);
kesetaraan gender (Tujuan 5); dan air bersih dan sanitasi (Tujuan 6).
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut, salah
satunya dibutuhkan adanya kesediaan data dan informasi yang akurat bagi proses
pengambilan keputusan dan perencanaan program. Salah satu produk dari penyelenggaraan
Sistem Informasi Kesehatan adalah Profil Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017. Profil
Kesehatan merupakan salah satu indikator dari Rencana Strategis Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2016-2021. Penyusunan Profil Kesehatan ini didasarkan pada
beberapa peraturan perundangan-undangan bidang kesehatan, antara lain:
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Profil Kesehatan merupakan buku statistik kesehatan Kota Blitar untuk
menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat Kota Blitar. Selain itu juga berisi
BAB 1
PENDAHULUAN
2
data/informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya
kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kota Blitar.
Akhirnya dengan pembangunan yang intensif, berkesinambungan dan merata, serta
didukung dengan data/informasi yang tepat, maka diharapkan pembangunan di bidang
kesehatan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Blitar.
1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penyusunan Profil Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017 adalah
tersedianya data dan informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan Kota Blitar Tahun 2017
secara berhasil guna dan berdaya guna.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan Kota Blita tahun 2017 adalah:
1. Diperolehnya data dan informasi mengenai gambaran umum yang meliputi data
geografis, topologi dan demografi secara terpilah.
2. Diperolehnya data dan informasi mengenai derajad kesehatan yang meliputi angka
kematian, angka kesakitan dan angka harapan hidup.
3. Diperolehnya data dan informasi mengenai upaya kesehatan meliputi upaya kesehatan
dasar, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat, pelayanan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, ketersediaan obat, dan perbaikan gizi
masyarakat.
4. Diperolehnya data dan informasi mengenai sumber daya kesehatan meliputi sarana
kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN
Sistematika penyusunan Profil Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017 terdiri dari
beberapa bagian sebagai berikut:
Bab-1 : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari
penyajiannya.
Bab-2 : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kota Blitar. Selain uraian tentang letak
geografis, administratif dan informasi umum lainnya. Bab ini juga mengulas faktor-faktor
3
yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial
budaya, perilaku dan lingkungan.
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan mengenai angka kematian,
angka/umur harapan hidup, dan angka kesakitan.
Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan
penunjang, perbaikan gizi masyarakat, perilaku hidup masyarakat, pemberantasan penyakit
menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, pelayanan kefarmasian dan
alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga
mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta
upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kota Blitar.
Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan
sumber daya kesehatan lainnya.
Bab-6 : Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih
lanjut dari Profil Kesehatan Tahun 2015. Selain mencatat keberhasilan-keberhasilan, bab ini
juga mngemukakan hal-hal yang dianggap masing kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian pembangunan kesehatan Kota Blitar
dan 81 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender. Profil
kesehatan dapat disajikan dalam bentuk tercetak (berupa buku) atau dalam bentuk lain
(softcopy, tampilan di situs internet, dan lain-lain).
1.3 DISTRIBUSI PROFIL KESEHATAN
Distribusi Profil Kesehatan Kota Blitar adalah sebagai berikut:
1. Walikota Blitar
2. DPRD Kota Blitar
3. Instansi tingkat Kota termasuk BAPPEDA
4. Puskesmas, dan UPT Kesehatan lainnya
5. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta
6. Dinas Kesehatan Provinsi
7. Kementerian Kesehatan c.q Pusat Data dan Informasi
4
Gambaran umum wilayah Kota Blitar merupakan sebuah data dasar yang digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan yang evidence
based, sehingga perencanaan program maupun kegiatan bidang kesehatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan kondisi faktual di wilayah Kota Blitar. Gambaran umum ini
menguraikan tentang letak geografis, administratif dan beberapa informasi umum lainnya.
Selain itu juga mengulas beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-
faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi dan sosial budaya. Adapun gambaran
umum secara lengkap adalah sebagai berikut :
2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
Kota Blitar merupakan wilayah terkecil kedua di Propinsi Jawa Timur setelah Kota
Mojokerto. Terletak pada koordinat 112°14’ - 12°28’ Bujur Timur dan 8°2’ - 8°10’ Lintang
Selatan. Jarak tempuh dari Ibu Kota Propinsi Jawa Timur ± 160 km ke arah Barat Daya.
Secara administratif, Kota Blitar dikelilingi oleh wilayah Kabupaten, dengan
batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Nglegok
dan Kecamatan
Garum Kabupaten
Blitar
Sebelah Timur : Kecamatan Garum
dan Kecamatan
Kanigoro
Kabupaten Blitar
Sebelah Selatan : Kecamatan Kanigoro
dan Kecamatan
Sanankulon Kabupaten Blitar
Sebelah Barat : Kecamatan Sanankulon dan Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar
Pada sisi yang lain Kota Blitar dapat dikatakan sebagai kota yang miskin potensi,
karena secara ekonomis tidak memiliki sumber daya alam yang dapat dieksplorasi menjadi
sumber pendapatan daerah, baik yang berupa bahan galian, mineral maupun hasil hutan dan
BAB 2
GAMBARAN UMUM
5
kekayaan alam lainnya. Dengan demikian upaya yang harus terus digalakkan adalah
pengembangan dan pembangunan sumber daya lainnya baik yang berupa sumber daya
manusia maupun sumber daya buatan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1982 tentang Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Blitar, luas wilayah Kota Blitar adalah ± 32,578 km2, terdiri
atas 3 (tiga) kecamatan dengan 20 kelurahan. Yang kemudian pada tahun 2005 dijadikan 21
Kelurahan hasil pemecahan Kelurahan Pakunden menjadi 2 Kelurahan yaitu Pakunden dan
Tanjungsari berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2005. Adapun perincian luas
wilayah di masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan di Kota Blitar
No Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Luas Wilayah Km2 %
1 Sukorejo 7 9,93 30,47
2 Kepanjenkidul 7 10,50 32,22
3 Sananwetan 7 12,16 37,31
Jumlah 21 32,59 100
Sumber: BPS Kota Blitar Tahun 2015
2.2 TOPOGRAFI
Rata-rata ketinggian Kota Blitar dari permukaan laut adalah 156 m. Dilihat dari
topografinya wilayah Kota Blitar masih termasuk dataran rendah. Namun wilayah bagian
utara relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian selatan. Ketinggian di bagian
utara sekitar 245 m dari permukaan air laut dengan tingkat kemiringan 2° sampai 15°.
Semakin ke selatan tingkat ketinggiannya semakin menurun yaitu bagian tengah sekitar 175
m dan bagian selatan 140 m dengan tingkat kemiringan 0° sampai 2°. Secara rata-rata
ketinggian Kota Blitar dari permukaan air laut sekitar 156 m.
Disamping itu, wilayah Kota Blitar terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian
utara, tengah dan selatan dimana bagian utara mempunyai ketinggian ± 245 meter dari
permukaan laut, bagian tengah ± 190 meter dan bagian selatan ± 140 meter dari permukaan
air laut. Adanya perbedaan letak ketinggian tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kota
Blitar masuk kategori daerah darat, sehingga mempengaruhi pola pemanfaatan dan tata guna
tanah di wilayah Kota Blitar.
6
2.3 KEPENDUDUKAN
Situasi kependudukan dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain tingkat
pertumbuhan, angka kelahiran kasar, tingkat fertilitas, kepadatan dan distribusi menurut
umur. Gambaran secara umum keadaan demografi Kota Blitar adalah sebagai berikut:
2.3.1 Komposisi Penduduk
Berdasarkan data hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Jawa Timur, jumlah penduduk
Kota Blitar tahun 2017 sebesar 139.995 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki
sebesar 69.411 jiwa dan penduduk perempuan 70.584 jiwa, dengan jumlah Rumah Tangga
47.166. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2016 yaitu 139.117 jiwa,
maka terjadi peningkatan jumlah penduduk Kota Blitar sebanyak 878 jiwa. Adapun
distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur adalah sebagai berikut:
Grafik 2.1 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kota Blitar Tahun 2017
8.000 6.000 4.000 2.000 00 2.000 4.000 6.000 8.000
0-4 TH5-9 TH
10-14 TH15-19 TH20-24 TH25-29 TH30-34 TH35-39 TH40-44 TH45-49 TH50-54 TH55-59 TH60-64 TH65-69 TH70-74 TH
>75 TH
Perempuan Laki-laki
Sumber: Data Profil Kependudukan Kota Blitar Tahun 2017
Distribusi penduduk terbesar adalah pada kelompok umur 35-39 tahun yaitu 12.596
jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi penduduk lebih banyak pada usia Dewasa.
Rasio jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan sebesar 98,34%.
2.3.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kota Blitar pada tahun 2017 adalah 4.517/Km2. Kondisi ini
meningkat dari kondisi pada tahun 2016 yakni 4.489/Km2. Adapun data secara lengkap
mengenai kondisi kepadatan penduduk tahun 2013 s/d 2017 adalah sebagai berikut:
7
Grafik 2.2 Kepadatan Penduduk Per-Km2 (dalam ribuan)
Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
4,17 4,24,7
4,5
4,48
00,5
11,5
22,5
33,5
44,5
5
2013 2014 2015 2016 2017
Kepadatan Penduduk
Sumber: Data sekunder BPS Kota Blitar yang Diolah & Data Profil Kependudukan
Kota Blitar
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada setiap tahunnya terjadi
kenaikan angka kepadatan penduduk di Kota Blitar, hal ini seiring dengan perubahan jumlah
penduduk di tiap Kecamatan. Perubahan dapat terjadi dikarenakan banyak hal, diantaranya
dapat disebabkan oleh perpindahan penduduk dari luar kota ke dalam kota ataupun
sebaliknya, selain itu perubahan kepadatan penduduk juga dapat disebabkan angka kematian
dan jumlah kelahiran di wilayah tersebut.
2.3.3 Rasio Beban Tanggungan
Rasio beban tanggungan merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia
tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan umur diatas 65 tahun) dengan jumlah penduduk
usia produktif. Rasio ini menggambarkan beban yang ditanggung oleh penduduk usia
produktif. Berikut ini gambaran rasio beban tanggungan di Kota Blitar mulai tahun 2013 s/d
2017:
8
Grafik 2.3 Rasio Beban Tanggungan Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
46,11
45,5
42,57
44,33
40,14
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
2013 2014 2015 2016 2017
Rasio Beban Tanggungan
Sumber: Data sekunder BPS Kota Blitar yang Diolah & Data Profil Kependudukan
Kota Blitar
Dari data diatas dapat diketahui bahwa beban tanggungan di Kota Blitar masih cukup
besar, jumlah penduduk usia tidak produktif hampir setengah jumlah penduduk usia
produktif. Beban tanggungan yang tinggi merupakan faktor penghambat pembangunan
ekonomi suatu negara, karena sebagian pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang
produktif terpaksa dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tidak produktif,
maka semakin tinggi usia tidak produktif semakin tinggi beban tanggungan bagi usia
produktif.
9
Situasi derajat kesehatan di Kota Blitar digambarkan dengan tiga indikator
pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian (Mortalitas), Angka/Umur Harapan Hidup,
Angka Kesakitan (Morbiditas). Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari
fasilitas kesehatan (facility based) dan dari masyarakat (community based).
Gambaran situasi derajat kesehatan di Kota Blitar pada tahun 2017 dapat diuraikan
sebagai berikut.
3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari
berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Kejadian kematian di suatu
wilayah dari waktu ke waktu dapat memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan
masyarakat, di samping seringkali digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
program pembangunan dan pelayanan kesehatan.
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei,
hal disebabkan bahwa sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian
pada fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Perkembangan
tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab kematian utama yang terjadi pada tahun
2016 akan diuraikan dibawah ini.
3.1.1 Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) masih merupakan salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan di suatu wilayah. Kematian ibu yang maksud adalah kematian
seorang ibu yang disebabkan kehamilan, bersalin dan nifas dan bukan karena kecelakaan
disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung per
100.000 kelahiran hidup.
Berbagai upaya telah diupayakan guna menurunkan angka kematian ibu bersalin ini
baik fasilitasi dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan,
peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan serta keterlibatan berbagai pihak dalam
pelaksanaan program KIA.
Berdasarkan hasil data Laporan Kematian Ibu di Kota Blitar tahun 2017, sebesar 0 (0
kematian) per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan tahun 2016 sebesar 236,2 (5 kematian) per 100.000 kelahiran hidup. Jika
BAB 3
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
10
dibandingkan dengan target daerah (RPJMD) sebesar 65,77 per 100.000 kelahiran hidup,
target RPJMN 2017 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan target SDG’s dibawah 70
per 100.000 kelahiran hidup tahun 2017, maka pada tahun 2017 AKI di Kota Blitar melebihi
target.
Kondisi ini merupakan kondisi riil yang sudah menggambarkan kondisi yang
sebenarnya dilapangan, karena kematian ibu yang ada di Kota Blitar sudah merupakan hasil
laporan dari pelayanan kesehatan dasar dan Rumah Sakit.
Grafik 3.1 Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
0
236,2
48,8
139,27
49,48
0
50
100
150
200
250
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kasus
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Gambar 3.1. Seminar Kelas Ibu untuk Masyarakat
11
Grafik 3.2 Perkembangan Capaian, Target RPJMD dan MDGs/SDGs AKI
(per 100.000 Kelahiran Hidup) di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
47,21 46,0965,77 65,77
102 102 102
70 70
139,27
236,2
0
45,45
48,849,48
0
50
100
150
200
250
2013 2014 2015 2016 2017
Target RPJMD Target MDGs/SDGs Capaian
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Grafik 3.3 Jumlah Kasus Kematian Ibu
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
12
Grafik 3.4 Jumlah Kasus Kematian Ibu Menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
0 0 0
0
1
2
Sananwetan Sukorejo Kepanjenkidul
Sananwetan Sukorejo Kepanjenkidul
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Keberhasilan percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir tidak hanya
ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat
menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari
masyarakat. Perbaikan infrastruktur yang akan menunjang akses kepada pelayanan
kesehatan seperti transportasi, ketersediaan listrik, ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat utamanya terkait kesehatan ibu dan anak yang
menjadi tanggung jawab sektor lain memiliki peran sangat besar. Demikian pula keterlibatan
masyarakat madani, lembaga swadaya masyarakat dalam pemberdayaan dan menggerakkan
masyarakat sebagai pengguna serta organisasi profesi sebagai pemberi pelayanan kesehatan
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS
(Expanding Maternal and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan kurun
waktu 2012 – 2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama
Pemerintah Indonesia dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan
bayi baru lahir di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari
kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan
emergensi obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas yang
mempunyai dampak besar pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical
governance) diterapkan di RS dan Puskesmas. Upaya lain dalam program EMAS ini dengan
memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas sampai ke RS rujukan di tingkat Kabupaten/Kota. Masyarakat pun
13
dilibatkan dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas fasilitas kesehatan ini. Untuk itu,
program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke
pemerintah daerah menggunakan teknologi informasi seperti media sosial dan SMS
gateway, dan memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih
efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan (service charter) dan Citizen Report Card.
3.1.2 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate adalah banyaknya bayi
meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup (KH). AKB dapat
menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok
usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.
Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial ekonomi, lingkungan tempat tinggalnya. Tersedianya berbagai
fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil.
Serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisonal ke norma kehidupan
modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat
AKB.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Jawa Timur Tahun
2011-2013, AKB Provinsi Jawa Timur 27,23 per 1000 kelahiran hidup.
Selama tahun 2017 di Kota Blitar dilaporkan terjadi 2.160 kelahiran. Dari seluruh
kelahiran, tercatat 12 lahir mati dan kasus kematian bayi sebesar 22 kasus (tabel 4 dan 5).
Kematian bayi 0-6 hr disebabkan BBLR (7 kasus), asfiksia (4 kasus), kelainan bawaan (1
kasus), prematur (1 kasus), trauma lahir (1 kasus), bayi usia 7-28 hr disebabkan sepsis (1
kasus), aspirasi (1 kasus), bayi usia 29hr – 11bln disebabkan diare (1 kasus), komplikasi (1
kasus), herniasi otak (1 kasus), gagal nafas (1 kasus), atresia pulmonari arteri (1 kasus), syok
cardiogenik (1 kasus). AKB ini sangat penting, karena tingginya AKB menunjukan
rendahnya kualitas perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan dan masa nifas, status
gizi dan penyakit infeksi.
Target daerah pada tahun 2016 sebesar 8,88 per 1000 kelahiran hidup (KH),
sedangkan di Kota Blitar AKB 10,91 per 1000 KH.
Kasus Kematian Bayi ini yang terjadi selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2017 dapat dilihat pada diagram berikut:
14
Grafik 3.5 Jumlah Kematian Bayi
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
0
5
10
15
20
25
2013 2014 2015 2016 2017
24
13
17
21 22
Jum
lah
kem
atia
n ba
yi
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Pada tahun 2017 tidak ada kasus kematian anak balita.
Grafik 3.6 Jumlah Kematian Anak Balita
di Kota Blitar Tahun 2013-2017
2
0
2 2
00
1
2
3
4
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kematian Anak Balita
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Dari diagram tersebut, terlihat terjadi kenaikan kematian balita di wilayah Kota
Blitar sejak tahun 2015. Oleh Karena itu perlu upaya-upaya yang jelas dan terarah untuk
menurunkan AKB utamanya yaitu meningkatkan kualitas pelayanan juga melalui
meningkatkan cakupan, keterjangkauan pelayanan kesehatan serta meningkatkan
pemberdayaan masyarakat.
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia
5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan
kecelakan. Dari laporan rutin pada tahun 2017 di Kota Blitar terjadi 22 kematian balita
15
dengan AKABA terlaporkan 10,91 per 1.000 KH, meningkat dari tahun 2016 sebanyak 23
kasus kematian balita di Kota Blitar dengan AKABA terlaporkan 10,86 per 1.000 KH.
3.2 ANGKA/UMUR HARAPAN HIDUP (AHH/UHH)
Angka/Umur Harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah perkiraan rata-rata
lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. AHH dapat
dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan
pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi di suatu wilayah, termasuk di dalamnya
derajat kesehatan. Data AHH diperoleh melalui survei yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).
Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025.
Pada tahun yang sama, AHH Nasional diperkirakan mencapai 73,7 tahun (sumber: Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional).
Pada tahun 2017 Kota Blitar mempunyai AHH yang lebih tinggi dari AHH Jawa
Timur yakni sebesar 73,17, sedangkan AHH Jawa Timur 70,80. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik dibawah ini tingkat umur harapan hidup Kota Blitar diantara
Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Grafik 3.7 Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 2017 Jawa Timur
73,17
62
64
66
68
70
72
74
Kota B
litar
Kota M
ojoke
rto
Pacita
n
Sura
baya
Gresik
Sidoar
jo
Kota K
ediri
Mojo
kerto
Ngaw
i
Kediri
Kota B
atu
Nganju
k
Lam
ongan
Banyuw
angi
Bojonego
ro
Sum
enep
Pasuru
an
Sam
pang
Situbondo
Probolin
ggo
Kota Blitar
Trenggalek
KotaMojokertoTulungagungPacitan
Magetan
Surabaya
KotaMadiunGresik
Blitar
Sidoarjo
Kota Malang
Kota Kediri
KotaProbolinggoMojokerto
Ponorogo
Ngawi
Jombang
Kediri
Jawa Timur
Kota Batu
Malang
Nganjuk
Madiun
Lamongan
Tuban
Banyuwangi
Lumajang
Bojonegoro
KotaPasuruanSumenep
Pamekasan
Pasuruan
Bondowoso
Sampang
Bangkalan
Situbondo
Jember
Probolinggo
Sumber: Hasil Susenas Jawa Timur, BPS
3.3 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi
epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi kurang serta penyakit-
penyakit infeksi, baik re-emerging maupun new-emerging disease masih tinggi, namun
16
disisi lain penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga
meningkat. Selain itu masalah perilaku yang tidak sehat, rupanya menjadi faktor utama yang
harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan teratasi.
Ada sebagian besar terjadi pada masyarakat kita, dimana bila ada kelompok usia
produktif, serta pada kelompok usia potensial terjadi kesakitan hal ini sangat mempengaruhi
produktifitas dan pendapatan keluarga, yang pada akhirnya menyebabkan kemiskinan.
Akibat dari kemiskinan ini sangat berpengaruh pada kesehatan bukan saja pada yang
bersangkutan namun juga pada keluarga dan sekitarnya.
Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh
melalui pengamatan (surveilens) terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan
melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Sementara untuk kondisi
penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Berdasarkan pengamatan penyakit yang terjadi di wilayah pelayanan kesehatan di
Kota Blitar pada pelayanan tingkat dasar yakni Puskesmas yang merupakan gardu utama
pelayanan pada masyarakat tahun 2017 maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Penderita Di Puskesmas Se-Kota Blitar
Menurut Jenis Penyakit Dengan Penderita Terbanyak Tahun 2017
No Jenis Penyakit Total
1 Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas 28.457
2 Penyakit Darah Tinggi Primer 13.437
3 Nyeri Kepala 9.829
4 Gangguan Sistemik Jaringan Pengikat yg Berhubungan dg Penyakit Lain 8.779
5 DM (NIDDM) 7.837
6 Gastritis dan Duodenitis 6.214
7 Common Cold 5.622
8 Karies Gigi 3.671
9 Penyakit Kulit Alergi 2.916
10 Nekrosis Pulpa 2.710
JUMLAH
Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Kejadian kasus penyakit masih relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu
didominasi oleh kasus infeksi saluran nafas bagian atas, namun untuk kasus lain cenderung
berubah posisinya, yaitu didominasi oleh penyakit tidak menular.
17
3.3.1 Penyakit Menular Langsung
a. Tuberkulosis (TB)
Penyakit Tuberkolosis (TB) sampai saat masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena merupakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang
golongan usia produktif (15 – 50 tahun), dan anak-anak serta golongan sosial ekonomi
lemah. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan
melalui percikan dahak penderita yang BTA posistif. Sebagian besar penyakit ini menyerang
paru-paru sebagai organ tempat infeksi primer, namun dapat juga menyerang organ lain
seperti kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak.
Pengendalian TB di Kota Blitar memakai strategi Directly Obsered treatment
Shortcouse (DOTS), ternyata mampu menekan kejadian kematian akibat TB Paru. DOTS
merupakan komitmen nasional dengan menggunakan pendekatan pengobatan serta
pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat. Dengan demikian klien akan terus
berusaha untuk sembuh dari penyakitnya. Selain itu program DOTS juga mampu menekan
tingkat penularan pada anggota keluarga sekitar. Dengan pendekatan ini ternyata terbukti di
Kota Blitar mampu meningkatkan angka kesembuhan terhadap penyakit TB tersebut.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, Indonesia
termasuk Negara yang kategorikan sebagai highburden countries terhadap TB Paru yaitu
menduduki peringkat kelima sebagai Negara penyumbang penyakit TB setelah India, China,
Afrika Selatan dan Nigeria.
Pencapaian indikator Sustainable Development Goals atau SDG untuk Pengendalian
TB cukup memuaskan sejak tahun 2010. Sebab, Indonesia telah berhasil menurunkan
insidens, prevalens, dan angka kematian akibat TB. Insidens TB berhasil diturunkan sebesar
45%, yaitu 343 per 100.000 penduduk tahun 1990 menjadi 189 per 100.000 penduduk tahun
2010. Prevalensi TB telah diturunkan sebesar 35%, yaitu 443 per 100.000 penduduk tahun
1990 menjadi 289 per 100.000 penduduk tahun 2010. Sedang angka kematian TB berhasil
turun sebesar 71%, yaitu 92 per 100.000 penduduk tahun 1990 menjadi 27 per 100.000
penduduk tahun 2010. Sasaran yang harus dicapai adalah menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian akibat TB menjadi setengahnya di tahun 2015 jika dibandingkan dengan
tahun 1990. Tatalaksana TB di seluruh Indonesia harus benar-benar dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dan terlatih untuk menghindarkan berbagai dampak
negatif, seperti resistensi obat TB yang berakibat terjadinya TB MDR. Pemahaman
masyarakat tentang pentingnya mendapatkan pengobatan TB dari fasilitas pelayanan
kesehatan yang kompeten harus ditingkatkan.
18
Pada tahun 2017 jumlah seluruh kasus TB di Kota Blitar ditemukan sebanyak 275
kasus, dimana 78 diantaranya merupakan kasus baru BTA (+). Case Notification Rate
(CNR) kasus baru BTA (+) sebesar 55,72/100.000 penduduk dan CNR untuk seluruh kasus
TB 196,44/100.000. Pada tahun 2017 ditemukan kasus TB anak umur 0-14 tahun yaitu 11
kasus yang terdiri dari 2 kasus di Kecamatan Kepanjenkidul dan 9 kasus di Kecamatan
Sananwetan. Angka kesembuhan sebesar 65,43%, sedangkan angka keberhasilan
pengobatan (Success Rate/SR) sebesar 67,90 %. Pada tahun 2017 terjadi 1 kematian selama
pengobatan. Dengan demikian di Kota Blitar untuk Angka Kematian selama pengobatan
0,71 per 100.000 penduduk.
Gambar 3.2 Kegiatan Monev TB
Gambar 3.3 Kegiatan Pelatihan TB DOTS
19
b. Pneumonia
Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi pneumonia (berdasarkan pengakuan pernah
didiagnosa pneumonia oleh tenaga kesehatan dalam sebulan terakhir sebelum survei) pada
bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2% dan
pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare. Bila dilihat proposi
pneumonia pada kelompok umur balita, tampak proposi pneumonia pada bayi dibandingkan
balita sekitar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa bayi merupakan kelompok bahwa bayi
merupakan kelompok usia yang tinggi kejadian pneumonia. Oleh karena itu pneumonia pada
balita dan terutama pada bayi, perlu mendapat perhatian. Bila tidak segera ditangani dengan
benar maka dikhawatirkan dapat menghambat upaya mencapai target SDG’s menurukan
angka kematian pada bayi dan anak.
Di Kota Blitar tahun 2017 perkiraan jumlah penderita sebesar 623 berdasarkan
4,45% dari jumlah balita. Untuk penemuan kasus pneumonia balita yang ditangani sebesar
127,93%, melebihi target nasional sebesar 100%. Hal ini disebabkan karena jumlah kasus
pneumonia ditemukan lebih banyak dibandingkan jumlah perkiraan sasaran.
Berdasarkan Mulholland K, 1999 menyebutkan faktor resiko terjadinya pneumonia
anak-balita yaitu:
1. Kemiskinan yang luas
Kemiskinan yang luas berdampak besar dan menyebabkan derajat kesehatan rendah dan
status sosial-ekologi menjadi buruk.
2. Derajat kesehatann rendah
Akibat derajat kesehatan yang rendah maka penyakit infeksi kronis mudah duitemukan.
Tingginya kelahiran dengan berat lahir rendah, tidak ada atau tidak memberikannya ASI
dan imunisasi yang tidak adekuat memperburuk derajat kesehatan
3. Status sosial-ekologi buruk
Status sosial-ekologi yang tidak baik ditandai dengan buruknya lingkungan, daerah
pemukiman kumuh dan padat, polusi dalam ruangan akibat penggunaan biomass, dan
polusi udara luar ruangan yang ditambah lagi dengan tingkat pendidikan yang kurang
memadai serta adanya adat kebiasaan, kepercayaan lokal yang salah.
4. Pembiayaan kesehatan sangat kecil
Di negara berpenghasilan rendah pembiayaan kesehatan sangat kurang. Pembiayaan
kesehatan yang tidak cukup menyebabkan fasilitas kesehatan seperti infrastruktur
kesehatan untuk diagnostik dan terapeutik tidak adekuat dan tidak memadai, tenaga
kesehatan yang terampil terbatas, ditambah lagi dengan akses ke fasilitas kesehatan
sangat kurang.
20
5. Proporsi populasi sangat kurang
Di Negara berkembang yang umumnya berpenghasilan rendah proposi populasi anak
37%, di negara berpenghasilan menengah 27% dan di negara berpenghasilan tinggi
hanya 18% dari total jumlah penduduk. Besarnya proporsi populasi anak akan
menambah tekanan pada pengendalian dan pencegahan pneumonia terutama pada aspek
pembiayaan.
Faktor resiko diatas tidak berdiri sendiri melainkan berupa sebab-akibat, saling
terkait dan saling mempengaruhi yang terkait sebagai faktor-resiko pneumonia pada anak.
Upaya pemberantasan penyakit pneumonia difokuskan pada upaya penemuan dini dan
tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa
penderita ke pelayanan kesehatan serta ketrampilan petugas dalam menegakkan diagnosa
merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit pneumonia.
c. HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Seksual (IMS)
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, disebutkan bahwa dari penduduk umur diatas 15
tahun keatas 57,5% pernah mendengar HIV/AIDS, angka yang tinggi belum tentu menjamin
seseorang mengetahui secara menyeluruh tentang cara penularan HIV, hal ini membuktikan
bahwa kenapa kasus HIV/AIDS ini ada kecenderungan terjadi peningkatan jumlah kasusnya,
meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan.
Sampai dengan bulan Desember 2017, jumlah kasus HIV yang dilaporkan adalah
106 orang dan jumlah kasus AIDS sebanyak 13 orang. Dari jumlah tersebut 25 orang yang
meninggal akibat AIDS. Dari segi kelompok umur, kasus HIV dan AIDS didominasi
kelompok umur seksual aktif. Pada kasus HIV usia 25-49 tahun sebesar 75,47% dan 20-24
tahun sebesar 11,32%. Pada kasus AIDS juga didominasi oleh usia 25-49 tahun sebesar
69,23%.
Angka tersebut sesungguhnya jauh lebih kecil dibandingkan angka yang sebenarnya
terjadi (fenomena gunung es). Salah satu cara untuk memantau situasi HIV di masyarakat,
sekaligus upaya pencegahan penularan adalah melakukan penapisan darah donor di
Transfusi Darah.
21
Grafik 3.8 Perkembangan Jumlah Kasus HIV, AIDS dan Jumlah Kematian
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,
Dinas Kesehatan Kota Blitar
Upaya yang dilakukan dalam rangka penekan kasus penyakit HIV/AIDS disamping
ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan diarahkan pada upaya pencegahan
yang dilakukan melalui tes HIV/AIDS terhadap darah donor dan upaya pemantauan dan
pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS).
Gambar 3.4 Kegiatan PPIA
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu pintu untuk memudahkan
terjadinya penularan HIV. Oleh karena itu penyuluhan dan pendampingan pada masyarakat
kelompok resiko tinggi serta intervensi perubahan perilaku sangat diperlukan dan perlu
ditingkatkan frekuensinya, mengingat penyakit HIV/AIDS dan IMS merupakan penyakit
19
106
0250
11 4 12021
0
191
0
50
100
150
200
250
2013 2014 2015 2016 2017
HIV AIDS Kematian Karena AIDS IMS
22
yang bersifat fenomena gunung es, serta banyak terkendala dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Riskesdas tahun 2010 dimana diperoleh
angka sebesar 21,7% sikap keluarga penderita HIV/AIDS masih merahasiakan serta 7,1 %
mengucilkan. Di Kota Blitar pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus Syphilis.
Gambar 3.5 Kegiatan Pelatihan LKB SUFA HIV/AIDS
d. Diare
Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Berdasarkan hasil survey Sub Direktorat Diare dan Infeksi Saluran Cerna (ISP) Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian
Kesehatan RI, Angka Kesakitan Diare semua umur tahun 2010 adalah 411 per 1000
penduduk, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 214 per 1000 penduduk. Dan berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, Diare merupakan penyebab kematian
nomor empat (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular dan merupakan
penyebab kematian nomor satu pada bayi post neonatal (31,4%) dan pada anak balita
(25,2%).
Pada tahun 2017 di Kota Blitar jumlah kasus diare diperkirakan sebesar 3.780 kasus
dan yang tertangani sebesar 2.915 kasus (77,1%).
23
Grafik 3.9 Jumlah Perkiraan Kasus dan Penderita Diare yang Ditangani
Menurut Kecamatan di Kota Blitar Tahun 2017
1403
827
12861140 1092 948
3780
2915
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
Sananwetan Sukorejo Kepanjenkidul Kota
Target Penemuan Diare Ditangani
Sumber: Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,
Dinas Kesehatan Kota Blitar
Upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dengan cara memberikan
penyuluhan akan pentingnya mencuci tangan memakai sabun sebelum makan dan sesudah
buah air besar dan kecil. Ternyata hal kecil ini mempunyai daya ungkit yang sangat besar.
Karena memang penyakit diare ini sangat erat hubungannya dengan perilaku masyarakat
tentang bagaimana cara hidup sehat dan bersih. Sehingga naik turunnya jumlah penyakit
mencerminkan higiene sanitasi dan perilaku masyarakat di wilayah tersebut. Kecepatan dan
ketepatan penangganan di tingkat awal kejadian diharapkan mampu mencegah terjadinya
kefatalan atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Gambar 3.6 Kegiatan Monev Diare
Tujuan pencegahan Diare adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan Diare
dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dan peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Upaya yang dilakukan adalah bukan hanya tanggung
24
jawab pemerintah, tetapi juga semua sektor dan masyarakat luas. Salah satu kegiatan
berkesinambungan yang dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan dan informasi
atau penyuluhan dari berbagai sumber media. Keterlibatan kader juga mendukung dalam
pelayanan Diare, terutama untuk meningkatkan penggunaan rehidrasi oral, yakni Oralit
maupun cairan rumah tangga. Di sarana kesehatan, upaya pelayanan penderita Diare bagi
balita adalah dengan pemberian tablet Zinc sesuai umur selama 10 hari berturut-turut di
samping pemberian Oralit. Tata laksana penderita Diare yang tepat di rumah tangga
diharapkan dapat mencegah terjadinya dehidrasi berat yang bisa berakibat kematian.
e. Kusta
Kusta merupakan penyakit lama yang diharapkan dapat dieliminasi pada tahun 2000.
Secara nasional, kondisi tersebut telah tercapai, namun untuk Kota Blitar eliminasi ini belum
bisa tercapai. Pada Tahun 2013 New Case Detection Rate (NCDR) di Kota Blitar menjadi
4,42 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya keadaan ini ada
kecenderungan meningkat. Peningkatan ini menunjukan bahwa pelacakan yang dilakukan
oleh petugas lapangan ada kecenderungan lebih intensif. Dengan pelacakan kasus yang lebih
baik maka kasus yang ditemukan akan semakin banyak dan semakin banyak pula kasus yang
terobati, dengan harapan pada tahun-tahun berikutnya prevalensi kusta akan menurun
sampai dengan bisanya terjadi eliminasi.
Pada tahun 2017 di Kota Blitar tidak ditemukan penderita baru kusta. Kasus kusta
lama sebanyak 4 kasus. Dari 4 orang kasus kusta lama tersebut 3 berjenis kelamin laki-laki
dan 1 perempuan, tidak ditemukan kasus pada anak usia 0-14 tahun, dan tidak ada penderita
yang mengalami kecacatan tingkat 2. Data kasus baru kusta dapat dilihat pada Lampiran
Data Profil Kesehatan Tabel 14. Kota Blitar termasuk dalam wilayah low endemic
prevalence dengan angka penemuan kasus baru < 5 per 100.000 penduduk.
Sementara untuk angka kesembuhan penderita kusta sudah mencapai standar
nasional. Angka penderita kusta selesai berobat/RFT PB dan MB tidak ada kasus. Salah satu
upaya Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) guna mempercepat penurunan kasus
kusta serta meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah adalah dengan dibentuknya
organisasi non struktural, yakni Aliansi Nasional Eliminasi Kusta (ANEK) sebagai forum
kemitraan tingkat nasional yang difasilitasi oleh Pemerintah Pusat (Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial).
25
Grafik 3.10 Perkembangan Prevalensi Rate (PR) per 10.000 Penduduk dan New Case
Detection Rate (CDR) Kusta per 100.000 Penduduk di Kota Blitar Tahun 2013-2017
1,38
2,72
00,28 0,27 0,29
1,46
4,42
0,10,74
0
1
2
3
4
5
2013 2014 2015 2016 2017
NCDR PR
Sumber: Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta ini telah dilakukan dengan
menggunakan metode Multi Drug Trerapy (MTD), yaitu penemuan penderita langsung
dilakukan pengobatan. Sedangkan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut digunakan metode
Prevention of disability (POD) yang setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi
medis.
Gambar 3.7 Pertemuan Monev Kusta
3.3.2 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakait yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan
pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit difteri,
pertusis, tetanus neonaturum, campak, polio dan hepatitis B.
26
Gambar 3.8 Kegiatan Pencanangan Imunisasi MR
a. Difteri
Difteri merupakan “Re-Emerging Disease” di Jawa Jawa Timur karena kasus Difteri
sebenarnya sudah menurun pada tahun 1985, namun kembali meningkat pada tahun 2005
saat terjadi KLB di Bangkalan. Di Kota Blitar KLB terjadi pada tahun 2008, dimana pada
tahun 2008 ini tenaga kesehatan Kota Blitar terjangkit Difteri. Dan sejak itu, penyebaran
Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya pada tahun 2010 sebanyak 300 kasus
dengan 21 kematian dan Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang kasus Difteri
terbesar di Indonesia (74%) bahkan di dunia.
Perkembangan penyakit Difteri di Kota Blitar dalam 5 tahun terakhir dapat di lihat
gambar berikut:
Grafik 3.11 Jumlah Kasus Difteri di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
6
17
6
16
9
0
5
10
15
20
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kasus
Sumber: Seksi Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Pada tahun 2017 di Kota Blitar ada 6 kasus difteri dan 0 kasus meninggal. Angka ini
terjadi penurunan kasus dibandingkan tahun 2016 sebanyak 17 kasus dengan meninggal 0
kasus. Upaya menekan kasus Difteri, dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi dengan
27
vaksin DPT+HB. Vaksin tersebut diberikan 3 kali yakni pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan. Selain itu karena terjadi lonjakan kasus pada usia sekolah maka imunisasi tambahan
TD juga diberikan untuk anak SD/sederajat kelas 4-6 dan SMP.
b. Pertusis/Batuk Rejan
Pertusis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bardetella pertusis dengan gejala
batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa
1-3 bulan sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia
dibawah 1 tahun dan penularannya melalui droplet atau batuk penderita.
Upaya pencegahan kasus Pertusis dilakukan melalui imunisasi DPT+HB sebanyak 3
kali yaitu saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan atau usia yang lebih dari itu tetapi masih di
bawah 1 tahun (usia sampai dengan 11 bulan). Sejak tahun 2016 di Kota Blitar tidak ada
kasus Pertusis yang dilaporkan.
c. Tetanus Neonaturum
Tetanus neonaturum adalah penyakit disebabkan Clostridium Tetani pada bayi (umur
<28 hari) yang dapat menyababkan kematian. Penanganan Tetanus Neonatorum tidak
mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan
yang hygienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas di Kota Blitar dalam 4 tahun terakhir tidak ada
kasus tersebut.
d. Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan virus Morbili yang disebarkan melalui
droplet bersin/batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan,
batuk pilek, mata merah (conjunctivitis) selanjutnya timbul ruam diseluruh tubuh.
Gambar 3.12 Perkembangan Kasus Campak Di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
2522
0
60
153
0
40
80
120
160
200
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kasus
Sumber: Seksi Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
28
Kasus Campak mengalami penurunan dari 60 kasus pada tahun 2014 menjadi 0
kasus pada tahun 2015 dengan 0 kasus meninggal. Sejak tahun 2016 mengalami peningkatan
lagi dari 22 kasus menjadi 25 kasus dengan 0 kasus meninggal. Pada tiga Puskesmas dan RS
di Kota Blitar, secara klinis ada banyak gejala penyakit yang mirip dengan Campak, namun
setelah dilakukan cross check dengan Pemeriksaan Laboratorium ternyata bukan merupakan
penyakit campak, melainkan penyakit Rubella.
e. Polio
Poliomyelitis/polio merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan virus
polio. Cara penularan Polio terbanyak melalui mulut ketika seseorang mengkonsumsi
makanan-minuman yang terkontaminasi lender, dahak atau feses penderita polio. Virus
masuk aliran adarah ke sistem saraf pusat menyebabkan otot melemah dan kelumpuhan,
menyebabkan tungkai maenjadi lemas secara akut.
Berikut beberapa definisi kasus polio yang harus kita ketahui:
Definisi kasus Polio Pasti:
• Kasus yang pada hasil pemeriksaan tinja di lab ditemukan VPL (Virus Polio Liar) atau
cVDVP (circ Vaccin Derived Polio Virus)
• Hot case dengan salah satu spesimen kontak positif VPL
Definisi kasus Polio Kompatibel:
• Kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) yang tidak cukup bukti secara lab/virologis untuk
diklasifikasikan sebagai kasus Non Polio karena spesimen tidak adekuat.
Polio menyerang semua usia, namun sebagian besar terjadi pada anak usia 3 – 5
tahun. Sejak tahun 2015 di Kota Blitar tidak terdapat kasus polio.
AFP Non Polio adalah kasus lumpuh layu akut yang diduga kasus polio sampai
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. AFP Rate Non Polio
dihitung berdasarkan per 100.000 penduduk/populasi anak usia < 15 tahun. Pada Tahun
2017 di Kota Blitar terdapat 5 kasus AFP (Non Polio), sehingga cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit AFP sebesar 15,56 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.
Ini berarti lebih tinggi dari target SPM sebesar ≥ 2.
3.3.3 Penyakit Menular Bersumber Binatang
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah
kasus DBD terus bertambah seiring dengan meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini
tidak hanya sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi juga menimbulkan
dampak buruk sosial dan ekomomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena
29
menimbulkan kepanikan keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia
harapan hidup.
Grafik 3.13 Perkembangan Penemuan Penderita DBD dan
Jumlah Kematian Akibat DBD di Kota Blitar tahun 2013 – 2017
263
104
2 3
9787
77
1 0 10
50
100
150
200
250
300
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Penderita Jumlah Kematian
Sumber: Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Di Kota Blitar Incedence Rate DBD mengalami penurunanan dari 189,0 pada tahun
2016 menjadi sebesar 74,3 per 100.000 penduduk tahun 2017. Angka tersebut masih lebih
tinggi dari target daerah sebesar 13,8 per 100.000 penduduk. Angka Kematian karena DBD
di Kota Blitar pada tahun 2017 sebesar 2,9% melebihi target daerah 1%.
Menurunnya jumlah penderita DBD pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2016
adalah hasil dari upaya yang telah dilakukan untuk mencegah meluasnya DBD, antara lain:
a. Dicanangkannya ”Gertak Gugah DBD’’ (Gerakan Serentak Penanggulangan dan
Pencegahan DBD) bersama kader se Kota Blitar pada bulan Nopember 2017.
Berdasarkan kajian diperoleh hasil bahwa kesadaran perilaku hidup bersih masih
rendah, sehingga dengan gerakan ini diharapkan masyarakat dapat melakukan
pemantauan jentik berkala sehingga upaya penanggulangan DBD lebih intensif
dilakukan setiap bulannya.
b. Adanya Pemantau jentik anak sekolah di tiap sekolah.
c. Fogging sekali dalam setahun di tempat umum pada waktu sebelum musim masa
penularan.
d. Membagikan bubuk abate di tiap KK yang mempunyai penampungan/bak air yang tidak
memungkinkan bisa dikuras satu minggu sekali.
30
Gambar 3.9 Kegiatan Gertak Gugah DBD
b. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit “Plasmodium” yang menyerang sel
darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Sampai saat ini penyakit
malaria masih merupakan ancaman di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang
cukup tinggi serta sering menimbulkan KLB. Penyakit Malaria menyebar cukup merata di
Indonesia, terutama diluar wilayah Jawa-Bali. Berasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, kasus
baru dan prevalensi Malaria cukup tinggi terutama di Indonesia Timur. Kasus malaria di
Kota Blitar tahun 2017 ditemukan sebanyak 1 kasus, menurun dibandingkan tahun 2016
ditemukan 4 kasus.
c. Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
Penyakit Filariasis adalah penyakit menular kronid yang disebabkan cacing filarial
yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta merusak sistem limpa. Penyakit
filariasis menimbulkan pembengkakan tangan, kaki, granula dan scrotum. Menyebabkan
kecacatan seumur hidup serta dampak sosial bagi penderita dan keluarganya. Sudah 5 tahun
terakhir ini kasus filariasis di Kota Blitar tidak ditemukan lagi.
3.3.4 Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit akibat penurunan fungsi organ/alat tubuh.
Tubuh mengalami defisiensi produksi enzim dan hormon, imunodefisiensi, peroksida lipid,
kerusakan sel (DNA), pembuluh darah, jaringan protein & kulit (ketuaan).
Penyakit yang termasuk dalam kelompok ini adalah Diabetes Melitus Type II,
Stroke, Hipertensi, Penyakit Kardiovaskular, Dislipidemia, dsb. Penyakit Degeneratif yang
31
paling sering menyertai Obesitas adalah Diabetes melitus Type II, Hipertensi dan
Hiperkolesterolemia (Dislipidemia).
Faktor penyebab penyakit degeneratif yaitu:
1. Gaya hidup tidak sehat :
o Kurang olah raga
o Merokok
o Alkoholic (pecandu alkohol)
o Narkoba
o Workaholic (gila kerja)
o Stres psikologis (tekanan batin)
2. Konsumsi lemak jenuh (kolesterol), gula murni berlebihan & kurang serat
3. Obesitas/kegemukan
4. Paparan zat kimia (plastik, Pb, Ar, Hg, zat warna pakaian, asam borak, formalin, dll)
5. Makanan teroksidasi (minyak jlantah, pemanasan minyak dengan suhu tinggi, daging
bakar/panggang)
6. Makanan kaleng, penambah rasa (MSG)
7. Radikal bebas (polusi udara dari asap motor/mobil, asap pabrik, asap rokok)
8. Sinar matahari (jam 09.00 - 15.00 WIB), pengobatan dengan sinar ultra violet jangka
panjang.
Saat ini, Indonesia mengalami masa transisi dari negara agraris ke negara industri.
Perubahan ini membawa perubahan budaya dan gaya hidup. Konsekuensi lebih lanjut,
Indonesia mengalami transisi morbiditas dari penyakit menular ke penyakit degeneratif.
Transisi morbiditas, merupakan tahap yang dikenal dengan double burden atau
‘beban ganda’, artinya di satu sisi Indonesia masih diliputi dengan masalah jumlah penyakit
menular yang tinggi, di sisi lain juga mengalami peningkatan jumlah penyakit degeneratif
seperti penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Menurut data terkini, pada populasi
perkotaan, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama. Hipertensi
menjadi salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai dokter dalam praktik.
Dengan perubahan pola morbiditas ini, upaya memperkuat peran dokter dalam
menghadapi peningkatan penyakit degenatif ini harus dilakukan, terutama pada perawatan
primer di tingkat komunitas. Memperkuat peran dokter umum dalam bidang penyakit
degeneratif dapat dilakukan dengan menyediakan pelatihan tambahan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mendiagnosis dan melakukan tata laksana
penyakit degeneratif ini sedini mungkin. Dokter umum harus bekerjasama dengan dokter
spesialis untuk melakukan sistem rujukan dua arah. Meningkatkan peran dokter umum ini
32
sejalan dengan upaya meningkatkan peran mereka menjadi dokter keluarga sebagai ujung
tombak sistem pelayanan kesehatan nasional.
Gambar 3.10 Kegiatan Bulan Deteksi Dini PTM
Berikut beberapa ulasan tentang penyakit degeneratif:
a. Hipertensi/Tekanan darah
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa
tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi,
yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan
hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya
terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang
peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
dapat dikendalikan.
Dari hasil pengukuran tekanan darah di Puskesmas Kota Blitar tahun 2017 pada
71.949 jiwa yang berumur ≥ 18 tahun diketahui 5.223 jiwa (7,29%) mengalami
hipertensi/tekanan darah tinggi.
33
Grafik 3.14 Pengukuran Tekanan Darah Menurut Jenis Kelamin
di Kota Blitar Tahun 2017
33725
2509 7,44
38224
2714 7,1
71949
52237,29
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
Laki-laki Perempuan Kota
Jumlah yang diukur Jumlah yang Hipertensi % Hipertensi
Sumber: Seksi P2PTM dan Keswa, Dinas Kesehatan Kota Blitar
b. Obesitas
Overweight dan obesitas adalah suatu kondisi kronik yang sangat erat hubungannya
dengan peningkatan resiko sejumlah penyakit Degeneratif.
Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes tahun
1997, sebanyak 12,8% pria dewasa mengalami Overweight dan sebanyak 2,5% mengalami
Obesitas. Sedangkan pada wanita angka ini menjadi lebih besar lagi yaitu 20% dan 5,9%.
Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000 jumlah penduduk yang
overweight diperkirakan mencapai 36,7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih
dari 9.8 juta (4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa Overweight dan
Obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara
serius.
Dari hasil pemeriksaan obesitas di Puskesmas Kota Blitar tahun 2017 pada 71.949
jiwa yang berumur ≥ 15 tahun diketahui 14.729 jiwa (20,47%) mengalami obesitas.
Grafik 3.15 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin
di Kota Blitar Tahun 2017
33725
669119,84
38224
803821,03
71949
14729
20,47
0
20000
40000
60000
80000
Laki-laki Perempuan Kota
Jumlah yang diperiksa Jumlah yang obesitas% Obesitas
Sumber: Seksi P2PTM dan Keswa, Dinas Kesehatan Kota Blitar
34
c. IVA Positif dan Tumor/Benjolan pada Payudara Perempuan 30-50 Tahun
Menemukan penyakit lebih awal melalui deteksi dini, selain memperbesar peluang
kesembuhan penderitanya, juga merupakan upaya yang lebih murah. Berdasarkan data
Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI per
20 Januari 2014, jumlah perempuan seluruh Indonesia umur 30-50 tahun adalah 36.761.000.
Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan sebanyak 644.951 orang (1,75%)
dengan jumlah Inspeksi Visual dengan Asam Asetat 3-5% (IVA) positif berjumlah 28.850
orang (4,47%). Dari data tersebut, suspect kanker leher rahim sebanyak 840 orang (1,3 per
1000 penduduk) dan suspect benjolan (tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000
penduduk).
Terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi rendahnya capaian deteksi dini
kanker leher rahim dan payudara. Mulai dari masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan
masyarakat mengenai penyakit kanker, ketakutan para wanita terhadap pemeriksaan, belum
adanya program deteksi dini massal yang terorganisasi secara maksimal, sulitnya suami
untuk mengizinkan istrinya menjalani pemeriksaan, serta faktor sosial kultur di masyarakat,
seperti mitos ataupun kepercayaan terhadap pengobatan tradisional yang belum terbukti
secara ilmiah.
Dari hasil pemeriksaan leher rahim dan payudara di Puskesmas Kota Blitar tahun
2017 pada 877 perempuan usia 30-50 tahun ditemukan 1 kasus IVA positif.
Grafik 3.16 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
di Kota Blitar Tahun 2017
359
00
296
1 0
222
0 0
877
0 0
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
Jumlah yang Diperiksa IVA Positif Tumor/Benjolan
Sumber : Seksi P2PTM dan Keswa, Dinas Kesehatan Kota Blitar
35
3.3.5 Kelurahan yang terkena KLB dan Ditangani <24 jam
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
Pada tahun 2017 telah terjadi KLB difteri di Kota Blitar sebanyak 6 penderita dengan
jumlah penduduk terancam untuk difteri sebesar 1.054 jiwa.
Grafik 3.17 Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kelurahan yang ditangani < 24 Jam
Menurut Kecamatan di Kota Blitar Tahun 2017
81 23
81 3 2
0
20
40
60
80
100
120
Sananwetan Sukorejo Kepanjenkidul Kota
Jumlah Kasus Kasus Ditangani <24 Jam
Sumber: Seksi Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
36
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan upaya pelayanan
kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai individu dan masyarakat sebagai bagian dari
kelompok atau komunitas. Upaya kesehatan mencakup upaya-upaya pelayanan kesehatan,
promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian
penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan
gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, penanggulangan bencana
dan sebagainya. Upaya kesehatan di Kota Blitar tergambar dalam uraian di bawah ini:
4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar yang cepat,
tepat dan efektif diharapkan dapat mengatasi sebagian masalah kesehatan masyarakat. Pada
uraian berikut dijelaskan jenis pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di sarana
pelayanan kesehatan.
4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa
upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan
generasi yang sehat dan berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai
salah satu indikator Renstra dan SDGs. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan kegiatan prioritas mengingat
terdapat indikator dampak, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah, khususnya
pembangunan kesehatan. Indikator ini juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan
dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Kondisi pertumbuhan anak sudah mulai ditentukan sejak di dalam kandungan ibu,
sehingga perlu ada upaya pemantauan yang teratur guna mencegah kondisi yang tidak
diinginkan baik selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Kondisi yang tidak dinginkan
dapat berdampak kematian pada ibu dan anak. Oleh karena itu dilakukan beberapa jenis
pelayanan yang diberikan.
BAB 4
SITUASI UPAYA KESEHATAN
PENUTUP
37
Untuk melihat kinerja kesehatan ibu dan anak, maka perlu untuk melihat secara
keseluruhan indikator kesehatan ibu dan anak, yaitu:
a. Pelayanan Antenatal (Antenatal Care/ANC)
Pelayanan Antenatal (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional sebagai contoh dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan dan perawat. Pelayanan kesehatan yang diberikan antara lain mengukur berat
badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid (TT)
serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama kehamilan sesuai pedoman pelayanan
antenatal. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat melalui cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan kunjungan K1 adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Sedangkan cakupan kunjungan K4 adalah ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi
pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu
kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Pelayanan yang
mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3)
Nilai status gizi (ukur lingan lengan atas), (4) (ukur) tinggi fundus uteri, (5) Tentukan
presentasi janin & denyut jantung janin(DJJ), (6) Skrining status imunisasi tetanus (dan
pemberian Tetanus Toksoid), (7) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (8)
Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg,
Sifilis, HIV, Malaria, TBC), (9) Tata laksana kasus, (10) temu wicara (pemberian
komunikasi interpersonal) dan konseling.
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 pada tahun 2017 adalah 90,8% apabila
dibandingkan capaian pada tahun 2016 adalah 95,3% maka ada penurunan capaian. Cakupan
kunjungan ibu hamil K4 pada tahun 2017 sebesar 83,8%, sedangkan pada tahun 2016 adalah
84,2%. Dari ketiga UPTD Puskesmas Kecamatan yang ada di Kota Blitar, UPTD Puskesmas
Kecamatan Sananwetan yang paling tinggi tingkat pencapaiannya.
Apabila melihat target pelayanan kesehatan ibu hamil SPM nasional tahun 2017
sebesar 100%, maka hasil capaian saat ini belum mendekati target nasional. Hal ini
dikarenakan data ibu hamil yang melakukan ANC di pelayanan kesehatan swasta belum bisa
terakses oleh bidan wilayah sehingga mempengaruhi capaian K1 dan K4. Oleh karena itu
diperlukan pemantauan pelaporan secara rutin terutama klinik persalinan, dokter swasta dan
pelayanan kesehatan lainnya, dan dengan adanya dana Jaminan Kesehatan diharapkan dapat
memudahkan masyarakat untuk mengakses sarana kesehatan.
38
Cakupan K1 dan K4 per Kecamatan dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
90,785,5 86
73,8
94,590
90,883,8
0
20
40
60
80
100
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
K1 K4
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Grafik 4.2 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
81,387,96 91,25 95,3
90,8
0102030405060708090
100
2013 2014 2015 2016 2017
K1
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
39
Grafik 4.3 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
83,884,2
78,59
85,5671,41
0102030405060708090
100
2013 2014 2015 2016 2017
K4
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Akan tetapi yang menimbulkan masalah adalah masih adanya kesenjangan antara
cakupan kunjungan K1 dan cakupan kunjungan K4. Berikut ini gambaran kesenjangan
kunjungan K1 dan K4 selama 5 tahun terakhir:
Grafik 4.4 Jumlah Kunjungan K1 dan K4
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
21212280 2211 2296 2170
18632037 2073 2030 2003
0200400600800
10001200140016001800200022002400
2013 2014 2015 2016 2017
K1 K4
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Kesenjangan cakupan kunjungan K1 dan K4 menggambarkan banyak ibu hamil
melakukan kunjungan antenatal pertama kali ke sarana kesehatan akan tetapi tidak
dilanjutkan pada kunjungan ke-4 atau pada triwulan ke-3, sehingga dikhawatirkan terlepas
dari pemantauan petugas kesehatan. Hal ini yang menyebabkan petugas kesehatan tidak
dapat mencegah kondisi yang seharusnya dapat dicegah, sebagai contoh kematian ibu
40
bersalin yang tidak perlu terjadi apabila kondisi kehamilannya terpantau sebelumnya.
Namun kesenjangan K1 dan K4 masih pada batas toleransi yang diperkenankan yaitu ±10%,
dikarenakan kemungkinan mutasi penduduk. Atau bisa juga dikarenakan kunjungan ke 4 ibu
hamil dilakukan pada tahun berikutnya.
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin
yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Grafik 4.5 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Menurut Kecamatan Tahun 2017
86,181
96,288,4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Target SPM untuk Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin tahun 2017 sebesar 100%. Pada
tahun 2017 capaian cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 88,4%,
sedangkan capaian pada tahun 2016 Kota Blitar adalah 92,0%. Kesenjangan antara capaian
K4 dan capaian cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan bisa terjadi
diantaranya karena perbedaan ibu hamil mendapatkan tempat pelayanan kesehatan, dan
beberapa Rumah Sakit belum melaporkan cakupan pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas
secara tertib serta tepat waktu. Diharapkan kedepan seluruh pertolongan persalinan
dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat mengurangi resiko akibat persalinan.
Berikut ini gambaran peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir.
41
Grafik 4.6 Persentase Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
88,49289,1187,2781,53
0
20
40
60
80
100
2013 2014 2015 2016 2017
Linakes
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
c. Pelayanan Nifas
Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali,
(kunjungan nifas ke-1) pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari, kunjungan nifas ke-2 hari ke-
4 sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari ke-29 sampai
dengan hari ke-42 setelah persalinan termasuk pemberian vitamin A sejumlah 2 kali serta
persiapan dan/atau pemasangan KB pasca persalinan. Target daerah untuk cakupan
pelayanan nifas tahun 2017 sebesar 95% masih belum dapat terlampaui, dengan capaian
cakupan pelayanan nifas sejumlah 83,9%, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2016
sejumlah 90,7%. Berikut ini gambaran cakupan pelayanan nifas di setiap kecamatan Kota
Blitar.
Grafik 4.7 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
85,1 86,1276,7
86,71 88,4 88,9483,9 87,34
0
20
40
60
80
100
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan Bufas dapat Vit A
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
42
d. Ibu Hamil dengan Risti/Komplikasi Kebidanan yang ditangani
Yang dimaksud dengan komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Sedangkan komplikasi
kebidanan yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
Pada tahun 2017 di Kota Blitar cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
sebesar 85,95%, meningkat jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 sebesar
80,71%, dan ini belum mencapai target daerah sebesar 80%.
Grafik 4.8 Perkembangan Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
85,95
80,7168,3
95,996,21
0
20
40
60
80
100
120
2013 2014 2015 2016 2017
Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Diharapkan segala bentuk komplikasi kebidanan dapat ditangani oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten agar dapat mengurangi resiko meninggal dunia sehingga dapat
menekan AKI (Angka Kematian Ibu).
e. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Dalam upaya mengurangi resiko pada neonatus karena kondisi bayi kurang dari 1
bulan sangat rentan, maka perlu adanya pelayanan neonatus. Yang dimaksud pelayanan
kesehatan neonatal dasar meliputi IMD (Inisiasi Menyusu Dini), ASI Ekslusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan
pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B-0 bila tidak diberikan pada saat lahir, dan
manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam
setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada ≤28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas
43
kesehatan maupun kunjungan rumah. Berikut ini jumlah kunjungan KN lengkap di tiap-tiap
kecamatan di Kota Blitar tahun 2017.
Grafik 4.9 Cakupan KN Lengkap menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Grafik 4.10 Perkembangan Persentase Cakupan KN Lengkap menurut Kecamatan
Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
88,882,3691,1 90,51 93,2
0
20
40
60
80
100
2013 2014 2015 2016 2017
Cakupan KN Lengkap
Sumber : Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
f. Neonatal dengan Risti/Komplikasi yang Ditangani
Neonatus komplikasi adalah kondisi neonatus dengan penyakit dan kelainan yang
dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi
seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR
44
(berat badan lahir rendah <2500 gram), sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital.
Sedangkan yang dimaksud dengan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah
neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter,
dan bidan di sarana pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2017 di Kota Blitar cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
mencapai 81,9%, sedangkan pada tahun 2016 sebesar 84,3%. Hal ini berarti sudah
memenuhi target daerah untuk cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani tahun
2017 sebesar 80%. Dengan tertanganinya kasus neonatus komplikasi oleh tenaga kesehatan
yang berkompeten diharapkan dapat menekan resiko kesakitan, kecacatan dan kematian
pada neonatus.
Grafik 4.11 Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani Menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
79,4
104
66,9
81,9
0
20
40
60
80
100
120
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
Komplikasi Ditangani
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Grafik 4.12 Perkembangan Persentase Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani
Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
81,9
84,3
80,19
84,5983,94
77
78
79
80
81
82
83
84
85
2013 2014 2015 2016 2017
Komplikasi Ditangani
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
45
g. Pelayanan Kesehatan Bayi
Yang dimaksud dengan Pelayanan Kesehatan Bayi adalah kunjungan bayi umur 29
hari sampai dengan 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (Polindes, Pustu, Puskesmas,
Rumah Bersalin dan Rumah Sakit) maupun di rumah, Posyandu, Tempat Penitipan Anak,
Panti Asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh
pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada
umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan
Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB-Hib 1-3, Polio 1-4,
Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi:
konseling ASI Eksklusif, pemberian Makanan Pendamping ASI sejak usia 6 bulan,
perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan
pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6 – 11 bulan.
Grafik 4.13 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
83,8 86,579,4 82,9
0102030405060708090
100
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Pentingnya pemberian pelayanan kesehatan pada bayi diharapkan dapat menekan
laju Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Blitar, serta untuk memantau tumbuh kembang
bayi sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan bayi. Berikut ini gambaran cakupan
kunjungan bayi selama 5 tahun terakhir.
46
Grafik 4.14 Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi
Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
82,982,4
71,27
80,9582,4
60
80
100
2013 2014 2015 2016 2017
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Pada tahun 2017 cakupan kunjungan bayi/pelayanan kesehatan bayi (82,4%)
meningkat dari tahun 2016 (82.4%). Pelayanan bayi memiliki beberapa indikator yang harus
dipenuhi, sehingga bila salah satu indikator tidak tercapai atau terlayani, maka pelayanan
tersebut belum bisa tercatat sebagai pelayanan bayi paripurna. Oleh karena itu, hal tersebut
perlu mendapatkan perhatian lebih mengingat bayi merupakan usia rentan terhadap
penyakit, dan pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mencegah dan
mengurangi penurunan kualitas pertumbuhan bayi.
4.1.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Awal gerakan Keluarga Berencana di Indonesia pada tanggal 23 Desember 1957
dibentuk Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia yang dipelopori oleh Dokter dan
tokoh perempuan yang bercita-cita untuk menyelematkan jiwa kaum ibu yang sering
mengalami berbagai gangguan kesehatan sampai meninggal, karena terlalu sering
melahirkan dalam jarak amat dekat. Baru pada tahun 1971 gerakan KB secara resmi diambil
alih pemerintah dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) yang bertujuan menurunkan laju pertumbuhan penduduk. (Sumber: Kompas,
Sabtu 19 Januari 2008 oleh Kartono Mohamad).
Yang menjadi prioritas sasaran program pelayanan KB adalah wanita usia subur dan
pasangannya (PUS) dikarenakan wanita usia subur memiliki peran penting terjadinya
kehamilan sehingga memiliki peluang lebih tinggi untuk melahirkan.
Jumlah PUS di Kota Blitar pada tahun 2065 sebesar 23.799 orang. Dari jumlah PUS
yang ada sebesar 869 orang (3,7%) merupakan peserta KB baru dan yang menjadi peserta
KB aktif sebesar 18.363 orang (77,2%). Pada peserta KB aktif untuk metode kontrasepsi
47
jangka panjang (MKJP) kontrasepsi yang paling banyak dipilih adalah IUD sebesar 31,9%,
sedangkan untuk non MKJP kontrasepsi yang banyak dipilih adalah suntik sebesar 36,9%.
Berikut ini gambaran pemilihan kontrasepsi baik MKJP dan non MKJP bagi peserta KB
aktif.
Grafik 4.15 Cakupan Peserta KB Aktif dan Baru
Menurut Kecamatan di Kota Blitar Tahun 2017
73,1
1,3
75,3
6,1
82,6
4
77,2
3,7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan KotaCakupan Peserta KB Aktif Cakupan Peserta KB Baru
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Grafik 4.16 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Di Kota Blitar Tahun 2017
5859
250 195
1550
6771
2845
893
0
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
IUD MOP MOW Implan Suntik Pil Kondom Lainnya
Jumlah Peserta
Sumber: Seksi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
48
4.1.3 Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata
rantai penularan pada Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Indikator
yang digunakan untuk menilai program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child
Immunization). Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT/HB-Hib3, Polio dan Campak.
Namun sejak tahun 2003 indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen,
yakni BCG satu kali, DPT tiga kali, HB tiga kali, Polio empat kali dan Campak satu kali.
Adapun sasaran program imunisasi adalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur
(WUS) dan murid SD. Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui
kampanye, peningkatan skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan vaksin dan sweeping
sasaran.
Cakupan kelurahan UCI di Kota Blitar pada tahun 2017 masih sama dengan tahaun
2016 yaitu sebesar 57,14%. Masalah yang ditemui adalah jumlah bayi riil yang lebih rendah
daripada jumlah bayi berdasarkan proyeksi penduduk, target capaian berubah dari 80%
Imundaskap menjadi 91%, Kriteria disebut UCI bertambah yaitu masuknya Imunisasi HB 0-
7 menjadi salah satu kriteria UCI, dan masih kurangnya pemahaman konsep wilayah oleh
bidan wilayah sehingga mempengaruhi cakupan UCI. Sebagai salah satu upaya untuk
memperbaiki capaian UCI adalah dengan melakukan pembimbingan dan monitoring pada
tiap kelurahan terutama pada petugas yang baru dan penyesuaian target sesuai dengan riil di
lapangan. Adapun trend capaian kelurahan UCI 5 tahun terakhir disajikan pada gambar
berikut ini.
Grafik 4.17 Persentase Desa/Kelurahan UCI
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
57,1457,1452,38
90,48
100
0102030405060708090
100
2013 2014 2015 2016 2017Cakupan Kelurahan UCI
Sumber: Seksi Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
49
Sedangkan gambaran pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada bayi disajikan pada
grafik berikut:
Grafik 4.18 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
92,483,94
91,98 89,8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan KotaCakupan Imunisasi Dasar Lengkap
Sumber: Seksi Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
4.1.4 Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Prasekolah, dan Sekolah
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan
dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) dan
tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya.
Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi
dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak.
Pada tahun 2017 jumlah anak balita yang mendapatkan pelayanan kesehatan minimal
delapan kali sejumlah 5.664 anak atau 66,2% dari jumlah sasaran anak balita. Capaian ini
belum memenuhi target daerah pada tahun 2017 sebesar 90%. Pelayanan anak balita
memiliki beberapa indikator yang harus dipenuhi, sehingga bila salah satu indikator tidak
tercapai atau terlayani, maka pelayanan kesehatan anak balita belum bisa tercatat sebagai
pelayanan anak balita paripurna. Diharapkan untuk kedepannya ada peningkatan jumlah
anak balita yang mendapatkan pelayanan, tidak hanya mengembangkan inovasi dari sisi
petugas akan tetapi juga meningkatkan peran aktif masyarakat untuk peduli terhadap tumbuh
kembang anak balitanya.
50
Grafik 4.19 Cakupan Pelayanan Anak Balita
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
68,8 66,281,58
60,3765,76
0102030405060708090
100
2013 2014 2015 2016 2017Cakupan Pelayanan Anak Balita
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Yang dimaksud dengan cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat adalah
pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui
penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter
kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2016 cakupan
penjaringan siswa kelas 1 SD dan setingkat sebesar 100%, artinya semua siswa kelas 1 SD
dan setingkat mendapat pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan dasar pada awal
masuk SD.
4.1.5 Pelayanan Kesehatan Usila (Usia Lanjut)
Pelayanan usia lanjut adalah Pelayanan kesehatan sesuai standar yang ada pada
pedoman pada usia lanjut (60 tahun ke atas), di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Hal ini merupakan salah satu upaya preventif dan promotif kepada masyarakat usia
lanjut untuk menjaga kebugaran dan kesehatannya, dikarenakan pada usia lanjut merupakan
usia rentan penyakit terutama penyakit degeneratif. Pada tahun 2017 cakupan pelayanan
kesehatan prausila dan usila mencapai 67,27%. Berikut ini gambaran peningkatan cakupan
pelayanan kesehatan usila selama 5 tahun terakhir.
51
Grafik 4.20 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
67,27
90,19
80,781,26
70,43
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2013 2014 2015 2016 2017
Cakupan Pelayanan Kesehatan
Sumber : Seksi Kes ARU dan Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Pada grafik diatas terlihat adanya sedikit penurunan cakupan pelayanan kesehatan
pada usila, diharapkan untuk kedepannya Posyandu Lansia dapat lebih optimal dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan juga masyarakat usila dapat lebih aktif untuk
memeriksakan diri ke Posyandu Lansia disamping pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu.
Gambar 4.1 Kegiatan Tes Kebugaran Usila
4.1.6 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Menanamkan kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini sangatlah
penting, hal ini dikarenakan kesehatan gigi dan mulut berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Upaya promotif dan preventif perlu selalu digalakkan mengingat pola
pikir masyarakat kita masih mengganggap permasalahan kesehatan gigi bukan termasuk
52
permasalahan kesehatan yang sifatnya penting. Pada tahun 2017 telah dilakukan
pemeriksaan gigi dan mulut pada siswa SD dan setingkat sejumlah 5.223 anak atau 28,0%
dari jumlah siswa SD dan setingkat di Kota Blitar.
Grafik 4.21 Jumlah Murid SD/MI yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Menurut Kecamatan di Kota Blitar Tahun 2017
809
2178 22365223
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
Sukorejo SananwetanMurid SD/MI diperiksa
Sumber: Seksi Kesga dan Kespro, Dinas Kesehatan Kota Blitar
4.1.7 Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar
Sebagian besar sarana pelayanan di Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan
pelayanan kesehatan dasar bagi penderita melalui pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi
Puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Perawatan). Sementara rumah sakit yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas merupakan sarana rujukan bagi Puskesmas terhadap
kasus-kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut melalui perawatan rawat inap,
disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan bagi masyarakat yang langsung datang
ke Rumah Sakit.
Angka Perbandingan pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat dalam mencari
pertolongan kesehatan pada 5 tahun terakhir terlihat pada grafik di bawah ini.
53
Grafik 4.22 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
216547
1314
185498
1124
216151
1662
223147
1745
239847
915
0
50000
100000
150000
200000
250000
2013 2014 2015 2016 2017
Kunjungan Rawat Jalan Kunjungan Rawat Inap
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Blitar
Berdasarkan angka di atas, menyebutkan bahwa terjadi kenaikan kunjungan rawat
jalan tetapi rawat inap menurun di Puskesmas dari tahun 2016 ke 2017. Hal ini
menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam melakukan upaya promosi dan
preventif kesehatan belum berhasil secara maksimal. Selain hal tersebut, Puskesmas
diharapkan semakin berusaha memberikan pelayanan yang berkualitas, antara lain dengan
memenuhi standar input, proses maupun output. Standar input yang harus ada di Puskesmas
adalah SDM yang mempunyai kompetensi, sarana prasarana yang memenuhi standar serta
sistem manajemen yang memenuhi standar. Sedangkan standar proses adalah setiap
pelayanan harus mempunyai SOP di masing-masing pelayanan. Standar outputnya adalah
hasil capaian kinerja dari 6 (enam) upaya pokok dan upaya pengembangan. Hal tersebut
dapat memberikan kepercayaan bagi masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas.
4.2 AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
4.2.1 Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional/suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan social) oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
54
Tahun 2019 mendatang, ditargetkan 100% penduduk Indonesia sudah menjadi
peserta JKN/KIS, sehingga universal health coverage (UHC) diharapkan dapat tercapai.
Dari data yang masuk ke Dinas Kesehatan Kota Blitar diketahui bahwa Penduduk
yang menerima bantuan iuran APBN sebesar 27.268 jiwa, yang ter cover PBI-APBD
sebesar 13.359.
4.2.2. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Gubernur Jawa Timur telah mencanangkan Jawa Timur Bebas Pasung 2015,
sedangkan di Kota Blitar masih ditemukan enam (6) orang yang masih dipasung sejak tahun
2016. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam pelayanan kesehatan jiwa adalah
dengan dibentuknya Tim Pengendali Kesehatan Jiwa Masyarakat dengan beranggotakan
lintas sektor yang di SK-kan oleh Walikota Blitar.
Gambar 4.2 Pembinaan Babinsa Penanganan Bebas Pasung
55
Gambar 4.3 Pemeriksaan Penderita Gangguan Jiwa
Berikut ini merupakan gambaran kunjungan gangguan jiwa di Puskesmas Kota
Blitar Tahun 2017:
Grafik 4.23 Kunjungan Gangguan Jiwa menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
763
12271033
196
3219
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Unit Lain Kota
Kunjungan Gangguan Jiwa
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Blitar
56
4.2.3 Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Pada tahun 2017, Rumah Sakit di Kota Blitar rata-rata masih dalam standar
kementrian Kesehatan RI. Berbeda pada nilai Bed Occupancy Rate (BOR) Kota Blitar
sebesar 57,35% dan rata-rata lama hari perawatan/Length Of Stay (LOS) Kota Blitar sebesar
3,75 hari masih di bawah standar nasional.
Berikut adalah nilai indikator pemakaian tempat tidur dari rumah sakit di Kota Blitar.
Tabel 4.1 Nilai Indikator Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 Standar Kementerian
Kesehatan RI
BOR 67,5% 65,6% 57,35% 63,4% 57,9% 60-85%
TOI 2 1,8 2,36 2,4 2,8 1-3 hari
LOS 4,2 3,6 3,5 3,82 3,75 6-9 hari
NDR 24 24 33 27 23 Kurang dari 25/1000
penderita keluar
GDR 48 49 45 54 32 Tidak lebih dari 45/1000
penderita keluar
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Blitar
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan mengalami kenaikan sebesar 17.801 jiwa dari
238.956 jiwa pada tahun 2016 menjadi 256.757 jiwa pada tahun 2017. Sedangkan
kunjungan pasien rawat inap mengalami penurunan 1.938 jiwa dari 37.773 jiwa pada tahun
2016 menjadi 35.835 jiwa pada tahun 2017.
Grafik 4.24 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
195819
35412
192012
37267
229898
37722
238956
37773
256757
35835
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
2013 2014 2015 2016 2017
Kunjungan Rawat Jalan Kunjungan Rawat Inap
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Blitar
57
4.3 PERILAKU HIDUP MASYARAKAT
Banyak penyakit yang muncul juga disebabkan karena perilaku yang tidak sehat.
Perubahan perilaku tidak mudah untuk dilakukan, namun mutlak diperlukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus
dilakukan agar masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga.
Rumah Tangga ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah Rumah tangga
yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator.
Sepuluh indikator tersebut adalah:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan;
2. Bayi diberi ASI eksklusif;
3. Balita ditimbang setiap bulan;
4. Menggunakan air bersih;
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun;
6. Menggunakan jamban sehat;
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu;
8. Makan sayur dan buah setiap hari;
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari; dan
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan
tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang
memenuhi 7 indikator.
Pada tahun 2017 rumah tangga ber-PHBS masih mencapai 45,2% dari 23,1% jumlah
keseluruhan rumah tangga yang dipantau. Angka rumah tangga yang ber-PHBS ini
mengalami peningkatan dari 42,5% pada tahun 2016. Dari hasil survey PHBS prioritas
masalahnya adalah pada perilaku merokok di dalam rumah dan bayi tidak diberi ASI
Eksklusif.
4.4 PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
4.4.1 Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai
dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan).
58
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini,
penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.
Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan
tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan
lingkungan (Data Susenas 2001).
Dari sejumlah 35.138 rumah yang dibina dan diperiksa pada tahun 2016 dan 2017,
sebesar 27.695 (78,82%) rumah memenuhi syarat rumah sehat.
4.4.2 Sarana Air Bersih dan Air Minum
Air bersih dan air layak minum atau air minum sehat adalah dua hal yang tidak sama
tetapi sering dipertukarkan. Tidak semua air bersih layak minum, tetapi air layak minum
biasanya berasal dari air bersih. Air bersih perlu diolah dahulu agar layak minum dan
menjadi air minum sehat. Pada tahun 2017 jumlah penduduk dengan akses berkelanjutan
terhadap air minum layak, baik yang bersumber dari perpipaan (PDAM) maupun bukan
jaringan perpipaan (sumur gali terlindung, sumur bor dengan pompa, mata air terlindung)
sebesar 81,3%. Sedangkan dari 100 sampel penyelenggara air minum (PDAM) yang
diperiksa, terdapat 70 sampel (70,00%) yang memenuhi syarat kesehatan baik fisik,
bakteriologi dan kimia.
4.4.3 Sarana Sanitasi Dasar
Yang menjadi bahan pemeriksaan sarana sanitasi dasar antara lain jamban, tempat
sampah dan pengelolaan air limbah. Jamban sehat adalah tempat buang air besar yang
konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan, antara lain menggunakan tangki septik,
sedangkan yang dimaksud dengan tempat sampah sehat adalah tempat pembuangan sampah
yang konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan (ketentuan program), dan
pengelolaan air limbah sehat adalah tempat pembuangan air limbah keluarga yang
konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan (ketentuan program).
Pada tahun 2017 diketahui sebanyak 140.217 (100,2%) penduduk mempuyai akses
sanitasi layak (jamban sehat).
Dalam upaya peningkatan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar, maka di
Kota Blitar dilaksanakan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang terdiri
dari lima (5) pilar, yaitu :
1. Peningkatan Akses Jamban
2. Cuci tangan pakai sabun
3. Pengolahan air minum dan makanan skala rumah tangga
59
4. Pengolahan limbah skala rumah tangga
5. Pengolahan sampah skala rumah tangga
Dari 14 kelurahan yang melaksanakan STBM, masih belum ada kelurahan yang bisa disebut
sebagai kelurahan STBM.
Gambar 4.4 Kegiatan Deklarasi ODF
4.4.4 Tempat Umum dan Tempat Pengelola Makanan Sehat (TUPM)
Pada tahun 2017 dari 158 tempat-tempat umum (TTU) yang tersebar di sarana
pendidikan, sarana kesehatan dan hotel di Kota Blitar terdapat 127 (80,38%) TTU yang
memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan dari 914 tempat pengelolaan makanan (TPM)
sebesar 364 tempat (39,82%) tidak memenuhi syarat higiene sanitasi. Sebanyak 154 TPM
berhasil dibina dan 55 (10,00%) TPM diuji petik.
4. 5 KETERSEDIAAN OBAT
Obat sebagai salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan, mulai dari upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan pemulihan harus diusahakan
agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Di samping merupakan unsur yang penting dalam
upaya kesehatan, obat sebagai produk dari industri farmasi dengan sendirinya tidak lepas
dari aspek ekonomi dan teknologi. Tekanan aspek teknologi dan ekonomi tersebut semakin
besar dengan adanya globalisasi ekonomi, namun tekanan ini pada dasarnya dapat diperkecil
sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi sedangkan industri farmasi
dapat berkembang secara wajar. Obat juga dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi
persyaratan atau bila digunakan secara tidak tepat atau disalah-gunakan.
Ketersediaan obat merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah terutama
obat-obatan esensial. Persentase ketersediaan obat di Kota Blitar rata-rata sebesar 31,11 %
dari 20 jenis obat dan vaksin yang ada.
60
4.6 PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Masyarakat di Indonesia pada umumnya masih dihadapkan pada masalah gizi
”ganda”, yaitu masalah Gizi Kurang dalam bentuk: Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Vitamin A
(KVA), serta masalah Gizi Lebih yang erat kaitannya dengan penyakit-penyakit degeneratif.
Berbagai upaya perbaikan gizi telah dilakukan di Kota Blitar dalam upaya menanggulangi
masalah gizi kurang tersebut, sedangkan untuk masalah gizi lebih, masih dilakukan secara
individu.
4.6.1 Kurang Energi dan Protein (KEP)
a. Angka Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U
Prevalensi balita kurang gizi merupakan salah satu indikator SDGs dan Renstra
Propinsi Jawa Timur, diukur dari Berat Badan menurut Umur (BB/U), yakni dari angka
berat badan (BB) sangat kurang ditambah berat badan (BB) kurang. Berikut disajikan dalam
indikator antropometri Berat Badan menurut Umur (BB/U) berdasarkan hasil penimbangan
di Posyandu tahun 2017 dengan jumlah balita yang ditimbang sebanyak 7.946 balita dari
10.844 balita yang ada (73,3%):
Grafik 4.25 Persentase Status Gizi Balita (BB/U)
Kota Blitar Tahun 2017
94,5
2,230,3
BB Lebih (%)
BB Normal (%)
BB Kurang (%)
BB Sangat Kurang (%)
Sumber : Seksi Kes ARU dan Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Berdasarkan data di atas, Kota Blitar sudah berhasil mencapai angka di bawah target
SDG’s (15,5%), yakni 3,3% (BB Kurang 3,0% dan BB Sangat Kurang 0,3%).
Jika dilihat dari data balita BGM (Bawah Garis Merah) dibanding dengan balita yang
ditimbang (D), pada tahun 2017 terjadi penurunan persentase BGM dibandingkan dengan 4
tahun sebelumnya. Untuk mengetahui data BGM/ D dapat dlihat pada grafik berikut:
61
Grafik 4.26 Persentase BGM Dibanding Dengan Balita Yang Ditimbang
di Kota Blitar Pada Tahun 2013 – 2017
0,30,3
0,430,560,58
0
0,4
0,8
1,2
1,6
2
2013 2014 2015 2016 2017
Angka BGM
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya-upaya penanggulangan KEP yang
dilakukan di Kota Blitar menunjukkan hasil yang menggembirakan. Upaya tersebut antara
lain berupa Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Pemberian Makanan
Tambahan–Pemulihan (PMT-P), peningkatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), peningkatan
cakupan ASI Eksklusif, peningkatan konseling pertumbuhan dan lainnya.
Sedangkan berdasarkan hasil penimbangan di Posyandu diketahui pula pada tahun
2017 jumlah baduta yang ditimbang sebanyak 3.035 dari 4.476 sasaran baduta (67,8%), dan
tidak ada baduta yang termasuk dalam kategori Berat Badan Sangat Kurang atau BGM.
b. Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (<2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian bayi. Kasus BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR
premature (usia kandungan <37 minggu) dan BBLR itrauterina growth retardation (IURG)
yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Kasus BBRL dengan IUGR
umumnya disebabkan karena status gizi ibu hamil yang buruk atau menderita sakit yang
memperberat kehamilan. Kasus BBLR memang masih menjadi kasus yang cukup serius.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa kasus BBLR mencapai
10,3% dari seluruh bayi lahir hidup dengan karakteristik bayi BBLR terbanyak yaitu
perumpuan 12%, pekerjaan orang tua Petani/Nelayan/Buruh (12,9%), pendidikan orang tua
tidak tamat SD/MI (15,1%) dan tinggal di Pedesaan (12%).
62
Dari laporan Kecamatan tahun 2017 diketahui jumlah bayi BBLR di Kota Blitar
mencapai 100 dari 2.174 bayi lahir hidup ditimbang (4,6%). Data jumlah kasus dan
persentase BBLR menurut kecamatan disajikan pada grafik berikut:
Grafik 4.27 Jumlah Kasus dan Persentase BBLR menurut Kecamatan
di Kota Blitar Tahun 2017
39
22
100
39
4,64,83,55,3
0
20
40
60
80
100
120
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
Jumlah Kasus Persentase
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Blitar
BBLR merupakan salah satu penyebab kematian neonatal, disamping asfiksia,
kelainan bawaan, sepsis, dan lain-lain. Dan berdasarkan Laporan Tribulan (LB3) Kesehatan
Ibu dan Anak tahun 2017, kematian bayi yang disebabkan oleh BBLR mencapai 31,81%,
dan angka ini merupakan angka tertinggi dibandingkan penyebab lain.
c. Jumlah Kasus Gizi Buruk
Kasus Gizi Buruk dapat diperoleh dari indikator Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) yang masuk kategori Sangat Kurus. Data tersebut diperoleh dari laporan
masyarakat, kader posyandu, maupun kasus-kasus yang langsung dibawa ke tempat-tempat
pelayanan kesehatan yang ada seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
Pada 5 tahun terakhir ditemukan jumlah kasus gizi buruk yang jumlahnya fluktuatif.
Pada tahun 2017 ditemukan 10 kasus gizi buruk dimana meningkat dibanding tahun 2016.
Jumlah kasus gizi buruk dapat dilihat pada grafik berikut ini.
63
Grafik 4.28 Jumlah Kasus Gizi Buruk
Di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
11
89
8
10
0
2
4
6
8
10
12
2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kasus Gizi Buruk
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Blitar
Adapun rincian jumlah balita gizi buruk tahun 2017 sebagai berikut:
- Kecamatan Sananwetan: 4 orang;
- Kecamatan Sukorejo: 3 orang;
- Kecamatan Kepanjenkidul: 3 orang.
Namun demikian 100% dari balita gizi buruk (sangat kurus) tersebut telah mendapat
perawatan sesuai tatalaksana gizi buruk. Intervensi yang telah dilakukan yaitu konseling gizi
dan pemberian PMT pemulihan.
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gizi buruk yaitu jika
menemukan balita 2T, BGM dan tampak kurus dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan
konseling gizi dan intervensi gizi dari petugas kesehatan.
d. Pencapaian Penimbangan Balita (D/S)
Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita dapat ditunjukkan dari
indikator jumlah balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran balita (D/S). Tahun 2017, di
Kota Blitar angka D/S balita tercatat sebesar 73,3%. Pencapaian ini mengalami penurunan
dibanding tahun 2016 yaitu sebesar 73,7%. Adapun cakupan D/S di Kota Blitar tahun 2013
– 2017 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
64
Grafik 4.29 Pencapaian Cakupan D/S Balita
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
73,373,774,47
68,6368,19
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2013 2014 2015 2016 2017
Pencapaian Penimbangan
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Blitar
Dibandingkan tahun sebelumnya, pencapaian angka D/S menurun 0,4%. Namun
keadaan ini masih harus menjadi perhatian bagi pengelola gizi karena target pada tahun
2017 ditetapkan sebesar 85%. Untuk itu dilakukan kerjasama antara Dinas Kesehatan
dengan HIMPAUDI dan IGTKI dalam hal pelaporan hasil penimbangan di PAUD dan TK.
Sedangkan pencapaian D/S pada baduta sebesar 67,81%.
4.6.2 Pencegahan dan Penanggulangan GAKY
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Jawa Timur masih
merupakan masalah gizi yang perlu mendapatkan penanganan secara serius mengingat
dampaknya terhadap kualitas sumberdaya manusia. Kekurangan Yodium dapat
menyebabkan masalah Gondok dan Kretinisme serta mengakibatkan penurunan kecerdasan.
Upaya penanggulangan GAKY di Kota Blitar dilaksanakan melalui Monitoring
garam tingkat Rumah Tangga dan KIE tentang penggunaan garam beryodium. Hasil
monitoring menyatakan bahwa 100% Kelurahan di Kota Blitar terkategori Kelurahan
dengan konsumsi garam baik.
4.6.3 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
Upaya pencegahan dan penaggulangan Anemia Gizi Besi dilaksanakan melalui
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil, karena
prevalensi Anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Di samping itu, kelompok ibu hamil
merupakan kelompok rawan yang berpotensi memberi kontribusi terhadap tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI).
65
Untuk mencegah Anemia Gizi pada ibu hamil dilakukan suplementasi TTD dengan
dosis pemberian sehari sebanyak 1 (satu) tablet (60 mg Elemental Iron dan 0,25 mg Asam
Folat) berturut-turut minimal 90 hari selama masa kehamilan. Pada tahun 2017, Persentase
cakupan ibu hamil yang mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet sebesar 89,92% dan yang
mendapat 90 tablet sebesar 84,99%.
Jika dibandingkan dengan target 2017, pencapaian Persentase bumil mendapatkan Fe
sebanyak 90 tablet belum memenuhi target sebesar 90%. Hal ini dimungkinkan karena
belum semua pemberian Fe di tempat pelayanan swasta dicatat dan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan. Adapun perbandingan pencapaian tahun 2013 sampai dengan 2017 dapat dilihat
pada grafik berikut.
Grafik 4.30 Cakupan Pemberian Fe1 dan Fe3 pada Ibu Hamil
Di Kota Blitar Tahun 2013 - 2017
80,0771,71
87,9678,59
89,3180,31
91,1684,02
89,9284,99
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2013 2014 2015 2016 2017
Cakupan Pemberian Fe1 Cakupan Pemberian Fe3
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
4.6.4 Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A
Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan kelangsungan
hidup secara normal. Kebutuhan tubuh akan vitamin A untuk orang Indonesia telah dibahas
dan ditetapkan dalam Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (2007) dengan
mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh orang Indonesia
(Widyakaryanasional, 2007. Kebutuhan Vitamin A bagi Orang
cetak.publikasi/php?/260607/003. diperoleh tanggal 6 November 2008).
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi dan anak balita merupakan salah satu
upaya untuk mengatasi permasalahan gizi terutama pada bayi dan anak balita. Dengan
adanya upaya ini diharapkan bayi dan anak balita memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik
sehingga diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan angka kematian pada bayi dan
anak balita.
66
Cakupan pemberian kapsul vitamin A di Kota Blitar tahun 2017 pada bayi (6-11
bulan) sebesar 93,91% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar 102,46%. Dibandingkan
dengan dengan tahun 2016 pemberian vitamin A pada bayi mengalami kenaikanan 3,69%
dan 1,56% pada anak balita. Berikut gambaran cakupan pemberian kapsul vitamin A pada
bayi dan anak balita selama 5 tahun terakhir.
Grafik 4.31 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Di Kota Blitar Tahun 2013 - 2017
91,5295,95
83,27
106,49100,59
136,17
90,22100,9
93,91102,46
0102030405060708090
100110120130140
2013 2014 2015 2016 2017
Cakupan Pemberian Vit A pada Bayi Cakupan Pemberian Vit A pada Anak Balita
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
4.6.5 Cakupan ASI Eksklusif
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama
pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung
semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan
pertama kehidupannya. Yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan
air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
Pada tahun ini terjadi penurunan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dari
sebesar 79,3% pada tahun 2016 menjadi 78,1% pada tahun 2017. Sedangkan target Renstra
Dinas Kesehatan pada tahun 2017 sebesar 85%. Berikut ini gambaran pemberian ASI
eksklusif pada bayi dalam rentang waktu 5 tahun terakhir.
67
Grafik 4.32 Cakupan Bayi diberi ASI Eksklusif
di Kota Blitar Tahun 2013 – 2017
78,179,377,72
74,99
53,21
0
20
40
60
80
100
2013 2014 2015 2016 2017
Cakupan ASI Eksklusif
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kota Blitar
Dari grafik diatas terlihat adanya kenaikan Cakupan bayi diberi ASI Eksklusif sejak
tahun 2014. Pengesahan PP No 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif pada 1 Maret
membuat semua pihak harus mendukung ibu menyusui.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Blitar untuk mendongkrak
pencapaian ini antara lain:
1. Pertemuan forum koordinasi kelompok potensial dalam kelembagaan ASI Eksklusif
2. Pertemuan review kelompok pendukung ASI
3. Pelaksanaan kelompok pendukung ASI di tiap kelurahan
4. KIE tentang ASI Eksklusif
68
Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level pelayanan
kesehatan. Dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajad kesehatan masyarakat akan
terjaga. Pada bab ini menggambarkan kondisi sumber daya kesehatan di Kota Blitar yang
terdiri dari kelompok sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
5.1 SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan terkait erat dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan. Untuk
menunjang kelancaran kegiatan bidang kesehatan diperlukan sarana dan prasarana kesehatan
yang memadai, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit, Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM), dan Sarana Farmasi dan perbekalan Kesehatan. Berikut ini kondisi
sarana kesehatan di Kota Blitar pada tahun 2017.
Tabel 5.1 Sarana Kesehatan di Kota Blitar Tahun 2017
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1 RUMAH SAKIT UMUM 5
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 1
3 PUSKESMAS PERAWATAN 2
4 PUSKESMAS NON PERAWATAN 1
5 PUSKESMAS KELILING 0
6 PUSKESMAS PEMBANTU 16
7 POSKESDES 21
8 POSYANDU 167
9 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 15
10 PRAKTEK DOKTER PERORANGAN 57
11 PRAKTEK PENGOBATAN TRADISIONAL 286
12 APOTEK 39
13 TOKO OBAT 6
14 GFK 1
15 UNIT TRANSFUSI DARAH 1 Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Blitar
5.1.1 Puskesmas
Puskesmas sebagai gardu terdepan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat
merupakan ujung tombak keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pada dasarnya
konsep pelayanan Puskesmas adalah konsep wilayah. Dengan begitu apapun yang terjadi
pada wilayah tersebut Puskesmas harus mengetahui dan bias memberikan penanganan
secara cepat dan tepat. Adapun jumlah penduduk Kota Blitar berdasarkan proyeksi
penduduk tahun 2017 sebesar 139.995 jiwa. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap
BAB 5
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
PENUTUP
69
jumlah penduduk 1 : 46.665, dengan pengertian bahwa satu Puskesmas melayani 46.665
penduduk. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas di Kota Blitar masih
kurang dari target nasional 1 : 30.000.
5.1.2 Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi Puskesmas dan
jaringannya. Oleh karena itu, rumah sakit perlu memperhatikan mutu dan kualitas pelayanan
kesehatannya. Mutu pelayanan kesehatan diantaranya dapat dilihat dari aspek-aspek
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efesiensi dan efektifitas pelayanan dan
keselamatan pasien. Jumlah pelayanan gawat darurat level 1 rumah sakit di Kota Blitar
terbagi dalam:
- Dari 5 Rumah Sakit Umum (RSU) yang memiliki pelayanan gawat darurat level 1
sebanyak 5 RS (100%).
- Dari 1 Rumah Sakit Khusus (RSK) yang memiliki gawat darurat level 1 sebanyak 1
RS (100%).
5.1.3 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah suatu upaya
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
a. Posyandu
Pentingnya keberadaan Posyandu di tengah-tengah masyarakat yang merupakan
pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana sekaligus memperoleh
pelayanan kesehatan serta keluarga berencana, selain itu wahana ini dapat dimanfaatkan
sebagai sarana untuk tukar-menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta
bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga
atau masalah masyarakat itu sendiri. Pada tahun 2017 jumlah Posyandu di Kota Blitar 167
dan yang aktif sebanyak 154 (92,22%).
70
Grafik 5.1 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas
di Kota Blitar Tahun 2017
1
43 50
0
47 50
0
4554
1
135
154
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kota
Pratama Madya PurnamaMandiri Posyandu Aktif
Sumber: Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kota Blitar
b. Poskesdes
Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang kader dan
merupakan koordinator dari UKBM yang ada. Pada tahun 2017 seluruh kelurahan di Kota
Blitar telah memiliki Poskesdes, yaitu sebanyak 21.
c. Desa Siaga/Kelurahan Siaga Aktif
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Pengertian Desa ini dapat berarti Kelurahan
atau Nagari atau istilah-istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
Sedangkan yang dimaksud dengan desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan
(gizi), penyakit, lingkungan, dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada tahun 2016 dari 21 desa siaga yang ada di Kota Blitar
yang termasuk ke dalam desa siaga aktif sejumlah 21 (100%).
71
5.1.4 Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Kota Blitar merupakan kota kecil dengan luas 32,59 Km2, oleh karena itu sampai saat
ini belum ada pabrik obat, yang ada hanya sarana penyedia obat. Sarana penyedia obat yang
ada di Kota Blitar tahun 2017 terdiri dari apotek 39 buah, toko obat 6 buah dan gudang
farmasi 1 buah yang terletak di Dinas Kesehatan Kota Blitar. Dengan adanya gudang
farmasi (GFK) ini semua penyimpanan dan penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan
dasar menjadi tanggung jawab penuh pemerintah Kota Blitar yakni Dinas Kesehatan Kota
Blitar.
5.2 TENAGA KESEHATAN
Salah satu faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan di
Kota Blitar tahun 2017 adalah ketersediaan sumber daya kesehatan yang memadai baik
dalam hal kualitas maupun kuantitas. Menurut Undng-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2014,
tenaga kesehatan yang merupakan bagian dari SDM Kesehatan terdiri dari tenaga medis,
tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik,
tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga
kesehatan lain yang terdiri atas tenaga kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri yang
membidangi urusan kesehatan.
Untuk menggambarkan keadaan tenaga kesehatan dianalisis dengan menghitung
rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk di Kota Blitar. Berdasarkan analisis diketahui
bahwa ada beberapa tenaga kesehatan tertentu yang belum memadai sesuai kebutuhan. Hal
ini berarti masih diperlukan perencanaan kebutuhan. Jumlah tenaga kesehatan yang ada dan
masih terus berubah sesuai kebutuhannya sangat berpengaruh dalam penanganan masalah
kesehatan di Kota Blitar. Dari berbagai jenis tenaga kesehatan di Kota Blitar dalam
pelayanannya tidak hanya menangani penduduk Kota Blitar saja, namun juga pada
masyarakat di luar Kota Blitar. Hal ini sangat berpengaruh dalam penentuan rasio kebutuhan
tenaga. Berikut gambaran jumlah tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan Kota Blitar tahun
2017:
a. Tenaga medis
Tenaga medis terdiri dari dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis. Jumlah
dokter umum di Kota Blitar sebanyak 57 orang, setara dengan rasio 40,72 per 100.000
jumlah penduduk. Jumlah dokter spesialis di Kota Blitar sebanyak 53 orang, setara dengan
rasio 37,86 per 100.000 jumlah penduduk. Dan jumlah dokter gigi di Kota Blitar sebanyak
16 orang, setara dengan rasio 11,43 per 100.000 jumlah penduduk. Hanya rasio dokter
umum yang belum sesuai standar.
72
b. Tenaga perawat
Tenaga perawat terdiri dari perawat dan perawat gigi dengan pendidikan D3
keperawatan, sarjana sarjana keperawatan dan profesi ners. Adapun jumlah perawat di Kota
Blitar tahun 2017 adalah 631 orang setara dengan rasio 450,73 per 100.000 jumlah
penduduk dan sudah melebihi standar, sedangkan jumlah perawat gigi adalah 8 orang setara
dengan rasio 5,71 masih belum mencapai standar rasio.
c. Tenaga bidan
Jumlah tenaga bidan di Kota Blitar tahun 2017 adalah 133 setara dengan rasio 95,00
per 100.000 jumlah penduduk. Jumlah tersebut masih kurang dari standar rasio kebutuhan.
d. Tenaga kefarmasian
Tenaga kefarmasian di Kota Blitar tahun 2017 yang terdiri dari pendidikan SMF, D3
farmasi, sarjana farmasi, dan apoteker. Jumlah tenaga apoteker adalah 17 orang setara
dengan rasio 12,14 per 100.000 jumlah penduduk. Sedangkan tenaga kefarmasian selain
apoteker sejumlah 67 orang setara dengan rasio 47,86 per 100.000 jumlah penduduk. Secara
keseluruhan tenaga kefarmasian sudah melebihi standar rasio kebutuhan.
e. Tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan
Ahli kesehatan masyarakat yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah tenaga
kesehatan masyarakat di Kota Blitar dengan pendidikan S1 sampai S3. Akan tetapi untuk
wilayah Kota Blitar tahun 2017 ahli kesehatan masyarakat yang tersedia masih pada tingkat
pendidikan S1 yaitu sejumlah 6 orang, setara dengan rasio 4,29 per 100.000 jumlah
penduduk, masih jauh dari standar rasio kebutuhan.
Tenaga kesehatan lingkungan adalah tenaga kesehatan yang melakukan upaya
kesehatan lingkungan dan sanitasi, biasa disebut sanitarian. Sanitarian di wilayah Kota Blitar
tahun 2017 sebanyak 13 setara dengan rasio 9,29 per 100.000 jumlah penduduk, masih jauh
dari standar rasio kebutuhan.
f. Tenaga gizi
Ahli gizi yang dimaksud adalah yang bertugas di bidang gizi di suatu wilayah dengan
pendidikan D1 sampai D4, biasa disebut nutrisionis dan dietisien. Diketahui bahwa jumlah
ahli gizi sebanyak 29 orang setara dengan rasio 20,72 per 100.000 jumlah penduduk, sudah
melebihi standar rasio kebutuhan.
g. Tenaga keterapian fisik
Tenaga keterapian fisik di Kota Blitar terdiri dari fisioterapis dan terapis wicara.
Jumlah tenaga keterapian fisik di Kota Blitar tahun 2017 adalah 26 orang setara dengan
18,57 per 100.000 jumlah penduduk, sudah melebihi standar rasio kebutuhan.
73
h. Tenaga keteknisan medis
Tenaga keteknisan medis di Kota Blitar terdiri dari radiografer, teknisi elektromedis,
teknisi gigi, analis kesehatan, refraksionis optisien, ortetik prostetik, dan rekam medis dan
informasi kesehatan. Jumlah tenaga keteknisan medis di Kota Blitar tahun 2017 adalah 102
orang setara dengan 72,86 per 100.000 jumlah penduduk, sudah melebihi standar rasio
kebutuhan.
i. Tenaga kesehatan lainnya
Jumlah tenaga kesehatan lainnya termasuk pengelola program kesehatan di Kota
Blitar tahun 2017 adalah 20 orang.
Berikut adalah perbandingan antara rasio ketenagaan kesehatan dengan standar rasio:
Tabel 5.2 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
di Kota Blitar Tahun 2017
No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Rasio per 100.000
Penduduk
Standar
Rasio
1 Dokter Spesialis 53 37,86 11
2 Dokter Umum 57 40,72 45
3 Dokter Gigi 16 11,43 13
4 Perawat 631 450,73 180
5 Perawat Gigi 8 5,71 18
6 Bidan 133 95,00 120
7 Apoteker 17 12,14 12
8 Tenaga Kefarmasian lainnya 67 47,86 24
9 Tenaga Kesehatan Masyarakat 6 4,29 16
10 Tenaga Kesehatan Lingkungan 13 9,29 18
11 Tenaga Gizi 29 20,72 14
12 Tenaga Keterapian Fisik 26 18,57 5
13 Tenaga Keteknisan Medis 102 72,86 16
Sumber: Subbag Umum, Kepegawaian, Informasi, dan Humas Dinas Kesehatan Kota Blitar
5.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan didukung pula dengan aspek
ketersediaan alokasi anggaran dana sesuai dengan proporsinya. Sumber dana untuk
pembiayaan kesehatan ada berbagai sumber, yaitu dari APBD Kota Blitar dan APBN (Dana
Alokasi Khusus, DBHCT dan Pajak Rokok). Berikut ini rincian anggaran kesehatan di Kota
Blitar.
Anggaran kesehatan bersumber APBD Kota Blitar pada tahun 2017 adalah sebesar
Rp. 146.470.602.446,00. Anggaran ini turun 18,68% dibandingkan anggaran kesehatan pada
tahun 2016 (Rp. 180.118.118.948,00). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang
74
kesehatan mengamanatkan kepada pemerintah kota untuk mengalokasikan minimal 10%
APBD untuk belanja langsung kesehatan atau belanja program. Dengan total APBD Kota
Blitar Rp. 854.858.048.646,00 dan total anggaran kesehatan Rp. 165.767.166.446,00
(17,13%) berarti sudah memenuhi alokasi minimal 10%. Sedangkan jumlah anggaran
kesehatan per kapita sebesar Rp. 1.184.093,48.
Tabel 5.3 Anggaran Kesehatan Kota Blitar
Tahun 2017
NO. SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
Rupiah % 1 2 3 4
1
2
3
4
5
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:
APBD KAB/KOTA
a. Belanja Langsung
i. Dinas Kesehatan
ii. Rumah Sakit
b. Belanja Tidak Langsung
i. Dinas Kesehatan
ii. Rumah Sakit
APBD PROVINSI
- Dana Tugas pembantu (TP) Provinsi
APBN
- Dana Alokasi umum (DAU)
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
- Dana Dekonsentrasi
- Lain-lain (DBHCHT)
- Lain-lain (Pajak Rokok)
PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)
(sebutkan project dan sumber dananya)
SUMBER PEMERINTAH LAIN
146.470.602.446
98.644.842.496
15.051.525.106
83.593.317.390
47.825.759.950
18.348.750.950
29.477.009.000
55.000.000
55.000.000
19.241.564.000
-
15.695.255.000
-
3.546.309.000
11.754.624.849
-
-
88,36
0,03
11,61
0,00
9,47
0,00
2,14
7,09
0,00
0,00
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 165.767.166.446
TOTAL APBD KAB/KOTA 854.858.048.646
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 17,13
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 1.184.093,48
Sumber: Subbag Umum, Keuangan dan Penatausahaan Barang Dinas Kesehatan Kota Blitar
75
Perkembangan yang terjadi selama ini menunjukkan semakin pentingnya informasi
dan pengelolaan data di dalam banyak aspek kehidupan manusia. Pada saat yang sama,
tuntutan public terhadap peningkatan kinerja pemerintah juga semakin tinggi sehingga pada
akhirnya pengelolaan data dan informasi yang baik menjadi suatu keharusan untuk
dilaksanakan semua instuti.
Untuk memperoleh berbagai data dan informasi tersebut perlu dilakukan pencatatan
dan pelaporan secara baik dan benar serta profesional. Data dan informasi merupakan
sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan pembangunan kesehatan. Penyediaan
data dan informasi di bidang kesehatan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan
dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan pemerintahan, organisasi profesi,
akademisi, swasta, dan pihal terkait lainnya. Dibidang kesehatan, data dan informasi juga
merupakan sumber daya strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam penyelenggaraan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK).
6.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penyusunan Profil Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017
adalah sebagai berikut:
6.1.1 Gambaran Umum Kota Blitar Tahun 2017
1. Kota Blitar memiliki luas wilayah 32,59 Km2, dengan jumlah penduduk 139.995 jiwa,
dan rasio jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan sebesar 98,3%.
6.1.2 Derajad Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017
1. Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Blitar Tahun 2017 adalah 0 (nol) karena tidak ada
kematian ibu dalam kurun waktu tahun 2017.
2. Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Blitar Tahun 2017 sebesar 10,91 per 1.000
kelahiran.
3. Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Blitar Tahun 2017 sebesar 10,91 per 1.000
kelahiran hidup masih lebih tinggi dari AKABA tahun 2016 (10,86).
4. Infeksi akut saluran pernafasan atas adalah jenis penyakit terbanyak yang diderita
penduduk Kota Blitar tahun 2017.
5. Angka Penemuan Kasus (Case Notofication Rate/CNR) TB paru sebesar 55,72% (target
70%) dengan angka kesembuhan (cure rate/CR) TB paru sebesar 65,43% (target 85%),
dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR) sebesar 67,90%.
BAB 6
KESIMPULAN
PENUTUP
76
6. Kasus kumulatif HIV selama tahun 2012 – 2016 cenderung meningkat dari 1 kasus
tahun 2012 menjadi 19 kasus tahun 2016, dan pada tahun 2017 terlaporkan sebanyak
106 kasus HIV dengan 13 kasus AIDS.
7. Angka Penemuan Kasus Baru (New Case Detection Rate/NCDR) kusta per 100.000
penduduk sebesar 0 per 100.000 penduduk (target: < 5 per 10.000 penduduk) dengan
angka kesakitan (Prevalens) kusta sebesar 0,29 per 10.000 penduduk (target: < 1 per
10.000 penduduk). Tidak ada kusta pada anak, tingkat kecacatan Tingkat II sebesar 0%
serta angka kesembuhan kusta (RFT) belum ada.
8. Kasus difteri tahun 2017 mendurun menjadi 6 kasus ditemukan dari 17 kasus tahun
2016, dengan 0 kasus meninggal.
9. Kasus campak meningkat dari 22 kasus tahun 2016 menjadi 25 kasus di tahun 2017.
10. Penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP tahun 2017 sebesar 15,56 per
100.000 penduduk usia < 15 tahun (target: ≥ 2).
11. Angka kesakitan (Insidens Rate) DBD tahun 2017 sebesar 74,29 per 100.000 penduduk
(target 5 per 100.000 penduduk), dengan 3 kematian.
12. Persentase penderita hipertensi dan obesitas masing-masing 7,26% dan 20,47%, lebih
banyak diderita oleh perempuan.
6.1.3 Upaya Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017
1. Cakupan kunjungan K1 dan K4 menurun dibandingkan dengan tahun 2016. Capaian K4
masih lebih rendah dari target nasional karena jumlah tersebut belum termasuk jumlah
yang diperoleh dari instansi kesehatan ibu dan anak swasta.
2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2017 menurun dibandingkan tahun
sebelumnya dan belum mencapai target nasional, dikarenakan belum ada pelaporan
rutin dari instansi swasta.
3. Capaian pelayanan ibu nifas tahun ini lebih rendah dari tahun lalu dan masih belum
mencapai target nasional.
4. Cakupan penanganan komplikasi maternal meningkat dibandingkan tahun lalu dan
sudah mencapai target nasional.
5. Cakupan pelayanan neonatal (KN lengkap) selama tahun 2013 – 2017 cenderung
meningkat dari 82,36% pada tahun 2013 menjadi 88,8% pada tahun 2017.
6. Cakupan komplikasi neonatal tertangani tahun ini (81,88%) lebih rendah dari cakupan
tahun lalu (84,3%) tetapi sudah mencapai target nasional.
7. Persentase jumlah peserta KB aktif sebanyak 77,16% dengan pemakaian kontrasepsi
tertinggi adalah suntik.
77
8. Capaian imunisasi dasar lengkap (IDL) sebesar 89,80%, tetapi jumlah kelurahan UCI
masih 57,14%.
9. Cakupan pelayanan kesehatan usila tahun 2017 sebanyak 67,27%.
10. Cakupan pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap baik Puskesmas maupun
Rumah Sakit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
11. Tahun 2016 jumlah penderita gangguan jiwa yang dipasung sebanyak 6 orang, belum
berubah sampai 2017.
12. Jumlah rumah tangga ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tahun ini meningkat
dibandingkan tahun lalu. prioritas masalahnya adalah pada perilaku merokok di dalam
rumah dan bayi tidak diberi ASI Eksklusif.
13. Sebanyak 78,82% jumlah total rumah tangga yang sudah masuk dalam kategori rumah
sehat.
14. Persentase balita BGM (Bawah garis Merah) selama tahun 2012 – 2017 cenderung
menurun dari 0,62% pada tahun 2012 menjadi 0,31% pada tahun 2017.
15. Jumlah kasus BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) tahun ini lebih rendah dari tahun lalu.
16. Jumlah balita gizi buruk menurun dari tahun-tahun sebelumnya.
17. Angka partisipasi masyarakat terhadap pelayanan Posyandu masih lebih rendah dari
tahun lalu, tetapi meningkat dati tahun-tahun sebelumnya.
18. Dalam kurun 5 tahun cakupan ASI Eksklusif menurun dan masih belum mencapai
target nasional.
6.1.4 Sumber Daya Kesehatan Kota Blitar Tahun 2017
1. Jumlah seluruh Puskesmas di Kota Blitar dibandingkan dengan rasio jumlah penduduk
maka masih kurang.
2. Jumlah rumah sakit baik negeri maupun swasta di Kota Blitar sebanyak 6 instansi
dengan 100% pelayanan gawat darurat level 1.
3. Persentase Posyandu Aktif 92,22%.
4. Jumlah Poskesdes dan Kelurahan Siaga di Kota Blitar seluruhnya (100%) aktif.
5. Dari seluruh sumber daya tenaga kesehatan di Kota Blitar masih ada yang belum
memenuhi standar rasio dari Permenkes Nomor 33 Tahun 2015, antara lain dokter
umum, dokter gigi, bidan, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan.
6. Persentase APBD Kesehatan terhadap APBD Kota Blitar Tahun 2017 sebesar 17,13%,
dengan anggaran kesehatan per-kapita sebesar Rp. 1.184.093,48.
78
6.2 SARAN
Berdasarkan pencapaian program kesehatan tahun 2017, ada beberapa program yang
perlu ditindaklanjuti. Beberapa saran guna perbaikan ke depan sebagai berikut:
1. Perlu upaya akselerasi dalam mencapai indikator dari derajat kesehatan upaya
pelayanan khususnya pada cakupan pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan.
2. Perlu melakukan identifikasi, monitoring dan evaluasi manajemen dan program
kesehatan dimulai dengan analisa situasi (sistem pencatatan dan pelaporan, hardware,
brainware, software dan menejemen serta inputproses-output) dengan memperhatikan
pencapaian cakupan program guna penyusunan perencanaan yang evidence base
berbasis data dan bukti.
3. Perlu meningkatkan sinergitas, harmonisasi, koordinasi lintas program, lintas sektor dan
memberdayakan/melibatkan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
4. Perlu meningkatkan kapabilitas, kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan
melalui diklat (pendidikan dan pelatihan).
5. Perlu meningkatkan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dengan kegiatan
yang inovatif dan kreatif.
6. Perlu meningkatkan pengetahuan, informasi dan pendidikan bagi masyarakat guna
mewujudkan kemandirian dan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan.
7. Perlu meningkatkan sistem pelaporan guna memudahkan pelaksanaan monitoring dan
evaluasi kinerja program dan anggaran.
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 32,59 Km2
Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 21 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 69.411 70.584 139.995 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3,0 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2
4295,6 Jiwa/Km2
Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 40,1 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 98,3 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 91,28 90,78 91,02 % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 10.906,00 11.354,00 22.260,00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 21.601,00 20.071,00 41.672,00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 579,00 991,00 1.570,00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 1.313,00 1.722,00 3.035,00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 5.188,00 5.873,00 11.061,00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 580,00 313,00 893,00 % Tabel 3
B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 1.036 980 2.016 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 6,71 5,08 5,92 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 7 9 16 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 6,76 9,18 7,94 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 10 12 22 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 9,65 12,24 10,91 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 10 12 22 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 9,65 12,24 10,91 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 0 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 0 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
RESUME PROFIL KESEHATAN
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
B.2 Angka Kesakitan
19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 54 24 78 Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ 69,23 30,77 % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ 77,80 34,00 55,72 per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB 169 106 275 Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB 243,48 150,18 196,44 per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun 4,00 % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek 12,16 3,62 7,05 % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ 60,00 74,19 65,43 % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ 4,00 0,00 2,47 % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 64,00 74,19 67,90 % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan 1,44 0,00 0,71 per 100.000 penduduk Tabel 9
20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 149,90 106,33 127,93 % Tabel 10
21 Jumlah Kasus HIV 61 45 106 Kasus Tabel 11
22 Jumlah Kasus AIDS 12 1 13 Kasus Tabel 11
23 Jumlah Kematian karena AIDS 17 8 25 Jiwa Tabel 11
24 Jumlah Kasus Syphilis 0 0 0 Kasus Tabel 11
25 Donor darah diskrining positif HIV 0,00 0,00 0,00 % Tabel 12
26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 79,83 74,46 0,00 % Tabel 13
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 0 0 0 Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 0,00 0,00 0,00 per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun #DIV/0! % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta #DIV/0! % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0,00 per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta 0,43 0,14 0,29 per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 100,00 100,00 100,00 % Tabel 17
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th 15,56 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri 1 5 6 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #DIV/0! % Tabel 19
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
Jumlah Kasus Campak 11 14 25 Kasus Tabel 20
Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20
Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD 79,24 69,42 74,29 per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD 3,64 2,04 2,88 % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria 0,00 #DIV/0! 0,00 % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 7,44 7,10 7,26 % Tabel 24
35 Persentase obesitas 19,84 21,03 20,47 % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 0,11 % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 0,00 % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam 100,00 % Tabel 28
C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 91 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 83,77 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 88,39 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 83,88 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 87,34 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 25,30 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 84,99 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 85,95 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal 94,72 68,77 81,88 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 3,65 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 77,16 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 100 100 100 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 4,64 4,55 4,60 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 94,54 90,71 92,64 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 90,89 86,62 88,78 % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 78,43 77,79 78,11 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 85,27 80,53 82,92 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 57,14 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 49,74 45,93 47,85 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 90,55 89,03 89,80 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 91,33 96,55 93,91 % Tabel 44
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 101,83 103,16 102,46 % Tabel 44
61 Baduta ditimbang 66,81 68,85 67,81 % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) - - - % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita 64,22 68,30 66,17 % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 72,23 74,40 73,28 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 0,34 0,28 0,31 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100,00 100,00 100,00 % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 100,00 100,00 100,00 %
Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 2,09 Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 47,95 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 89,04 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 27,21 28,83 27,98 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 73,11 72,37 72,74 % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 73,11 72,37 72,74 % Tabel 51
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 55,27 77,73 67,27 % Tabel 52
C.2 Akses dan Mutu Pelayanan KesehatanPersentase
75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan - - 76,85 % Tabel 53
76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 309,12 399,58 354,73 % Tabel 54
77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 22,59 29,85 26,25 % Tabel 54
78 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS 37,52 27,83 31,97 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
79 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS 24,99 20,66 22,51 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 57,86 % Tabel 56
81 Bed Turn Over (BTO) di RS 54,48 Kali Tabel 56
82 Turn of Interval (TOI) di RS 2,82 Hari Tabel 56
83 Average Length of Stay (ALOS) di RS 3,75 Hari Tabel 56
C.3 Perilaku Hidup Masyarakat
87 Rumah Tangga ber-PHBS 45,23 % Tabel 57
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
C.4 Keadaan Lingkungan
88 Persentase rumah sehat 78,82 % Tabel 58
89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 81,30 % Tabel 59
90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 70,00 % Tabel 60
91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 100,16 % Tabel 61
92 Desa STBM - % Tabel 62
93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 80,38 % Tabel 63
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 60,18 % Tabel 64
TPM tidak memenuhi syarat dibina 42,31 % Tabel 65
TPM memenuhi syarat diuji petik 10,00 % Tabel 65
D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 5 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus 1 RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 2 Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 1 Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling - Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu 16 Tabel 67
98 Jumlah Apotek 39 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 100,00 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 167 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 92,22 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 2,27 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 21 Poskesdes Tabel 70
Polindes - Polindes Tabel 70
Posbindu 12 Posbindu Tabel 70
104 Jumlah Desa Siaga 21 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 100,00 % Tabel 71
D.2 Tenaga Kesehatan
106 Jumlah Dokter Spesialis 37 16 53 Orang Tabel 72
107 Jumlah Dokter Umum 28 29 57 Orang Tabel 72
108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 78,57 per 100.000 penduduk Tabel 72
109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 1 15 16 Orang Tabel 72
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 11,43 per 100.000 penduduk
111 Jumlah Bidan 133 Orang Tabel 73
112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 95,00 per 100.000 penduduk Tabel 73
113 Jumlah Perawat 195 436 631 Orang Tabel 73
114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk 450,73 per 100.000 penduduk Tabel 73
115 Jumlah Perawat Gigi - 8 8 Orang Tabel 73
116 Jumlah Tenaga Kefarmasian 11 73 84 Orang Tabel 74
117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan 3 3 6 Orang Tabel 75
118 Jumlah Tenaga Sanitasi 3 10 13 Orang Tabel 76
119 Jumlah Tenaga Gizi 2 27 29 Orang Tabel 77
D.3 Pembiayaan Kesehatan
120 Total Anggaran Kesehatan 165.767.166.446,00 Rp Tabel 81
121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 17,13 % Tabel 81
122 Anggaran Kesehatan Perkapita 1.184.093,48 Rp Tabel 81
TABEL 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,
DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN
WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Sukorejo 9,93 0 7 7 47.615 16.181 2,94 4795,07
2 Kepanjenkidul 10,50 0 7 7 40.430 13.568 2,98 3850,48
3 Sananwetan 12,16 0 7 7 51.950 17.417 2,98 4272,20
JUMLAH (KAB/KOTA) 32,59 0 21 21 139.995 47.166 2,97 4.296
Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/Kota
- Dispendukcapil Kota Blitar
JUMLAH
PENDUDUK
JUMLAH
NO KECAMATANDESA KELURAHAN
DESA +
KELURAHAN
TABEL 2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6
1 0 - 4 3.803 3.538 7.341 107,49
2 5 - 9 5.747 5.401 11.148 106,41
3 10 - 14 5.716 5.316 11.032 107,52
4 15 - 19 5.631 5.383 11.014 104,61
5 20 - 24 5.188 5.225 10.413 99,29
6 25 - 29 4.872 5.200 10.072 93,69
7 30 - 34 5.980 6.098 12.078 98,06
8 35 - 39 6.389 6.207 12.596 102,93
9 40 - 44 5.384 5.247 10.631 102,61
10 45 - 49 5.301 5.309 10.610 99,85
11 50 - 54 4.254 4.660 8.914 91,29
12 55 - 59 3.692 4.094 7.786 90,18
13 60 - 64 2.818 2.961 5.779 95,17
14 65 - 69 1.974 2.170 4.144 90,97
15 70 - 74 1.116 1.433 2.549 77,88
16 75+ 1.546 2.342 3.888 66,01
JUMLAH 69.411 70.584 139.995 98,34
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 40,14
Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota
- Sumber lain…... (sebutkan) - Dispendukcapil Kota Blitar
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+
PEREMPUANLAKI-LAKI PEREMPUAN
LAKI-LAKI+
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 57.116 59.207 116.323
2PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG
MELEK HURUF52.133 53.747 105.880 91,28 90,78 91,02
3PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 23.596 22.621 46.217 41,31 38,21 39,73
b. SD/MI 11.966 13.423 25.389 20,95 22,67 21,83
c. SMP/ MTs 10.906 11.354 22.260 19,09 19,18 19,14
d. SMA/ MA 21.601 20.071 41.672 37,82 33,90 35,82
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 0 0 0,00 0,00 0,00
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 579 991 1.570 1,01 1,67 1,35
g. AKADEMI/DIPLOMA III 1.313 1.722 3.035 2,30 2,91 2,61
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 5.188 5.873 11.061 9,08 9,92 9,51
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 580 313 893 1,02 0,53 0,77
Sumber: Data Profil Kependudukan Dispendukcapil Kota Blitar
TABEL 3
JUMLAH PERSENTASE
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
NO VARIABEL
TABEL 4
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 336 3 339 328 0 328 664 3 667
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 282 0 282 254 2 256 536 2 538
3 Sananwetan Sananwetan 418 4 422 398 3 401 816 7 823
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.036 7 1.043 980 5 985 2.016 12 2.028
6,7 5,1 5,9
Sumber: Laporan PWS KIA
Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN)
JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
MATI HIDUP + MATI
LAKI-LAKI LAKI-LAKI + PEREMPUAN
HIDUP MATI HIDUP + MATI
JUMLAH KELAHIRAN
PEREMPUAN
HIDUP MATI HIDUP + MATI
NO KECAMATANNAMA
PUSKESMASHIDUP
TABEL 5
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sukorejo Karangsari 2 2 0 2 1 4 0 4 3 6 0 6
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 3 4 0 4 1 1 0 1 4 5 0 5
3 Sananwetan Sananwetan 2 4 0 4 7 7 0 7 9 11 0 11
JUMLAH (KAB/KOTA) 7 10 0 10 9 12 0 12 16 22 0 22
6,76 9,65 0,00 9,65 9,18 12,24 0,00 12,24 7,94 10,91 0,00 10,91
Sumber: Laporan PWS KIA
Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
- a : kematian bayi termasuk kematian pada neonatal
LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN
JUMLAH KEMATIAN
NEONATAL NEONATAL BALITA ANAK
BALITABAYI
a ANAK
BALITA
ANAK
BALITABALITA
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)
BAYIa BALITA BAYI
a NEONATAL
NO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Sukorejo Karangsari 664 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 536 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sananwetan Sananwetan 816 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2.016 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 0
Sumber: Laporan PWS KIA
Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
JUMLAH LAHIR
HIDUPJUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL
JUMLAH (KAB/KOTA)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
KEMATIAN IBU
JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
TABEL 7
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 23.790 23.825 47.615 10 83,33 2 16,67 12 33 61,11 21 38,89 54 0 0,00
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 19.953 20.477 40.430 11 85 2 15,38 13 32 73 12 27,27 44 2 4,55
3 Sananwetan Sananwetan 25.668 26.282 51.950 33 62 20 37,74 53 104 59 73 41,24 177 9 5,08
JUMLAH (KAB/KOTA) 69.411 70.584 139.995 54 69 24 31 78 169 61 106 39 275 11 4
CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 77,80 34,00 55,72
CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK 243,48 150,18 196,44
Sumber: Laporan TB Paru
Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: 139.995
PUSKESMAS
JUMLAH SELURUH
KASUS TB
L PL+P
JUMLAH PENDUDUKJUMLAH KASUS BARU TB BTA+
L PL+P
KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KASUS TB ANAK
0-14 TAHUNNO KECAMATAN
TABEL 8
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
TB PARU
L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 64 96 160 10 2 12 15,63 2,08 7,50
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 112 167 279 11 2 13 9,82 1,20 4,66
3 Sananwetan Sananwetan 268 400 668 33 20 53 12,31 5,00 7,93
JUMLAH (KAB/KOTA) 444 663 1.107 54 24 78 12,16 3,62 7,05
Sumber: Laporan TB Paru
Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
% BTA (+)
TERHADAP SUSPEKBTA (+)NO KECAMATAN PUSKESMAS
SUSPEK
TABEL 9
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Sukorejo Karangsari 9 9 18 7 77,8 6 66,7 13 72,2 1 11,11 0 0,00 1 5,56 88,9 66,7 77,8 0 0 0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 13 6 19 7 53,8 3 50,0 10 52,6 0 0,00 0 0,00 0 0,00 53,8 50,0 52,6 0 0 0
3 Sananwetan Sananwetan 28 16 44 16 57,1 14 87,5 30 68,2 1 3,57 0 0,00 1 2,27 60,7 87,5 70,5 1 0 1
JUMLAH (KAB/KOTA) 50 31 81 30 60,00 23 74,19 53 65,43 2 4,00 0 0,00 2 2,47 64,00 74,19 67,90 1 0 1
ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK 1,44 0,00 0,71
Sumber: Laporan TB Paru
Keterangan:
* kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
P L + P
ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH KEMATIAN
SELAMA PENGOBATAN
ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
L L + P
ANGKA PENGOBATAN LENGKAP
(COMPLETE RATE)
L P
BTA (+) DIOBATI*
ANGKA KEBERHASILAN
PENGOBATAN
(SUCCESS RATE/SR)
TABEL 10
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sukorejo Karangsari 2.379 2.383 4.762 106 106 212 27 25,50406 38 35,83435 65 30,67354
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 1.995 2.048 4.043 89 91 180 169 190,3635 116 127,2823 285 158,4
3 Sananwetan Sananwetan 2.567 2.628 5.195 114 117 231 267 233,7 180 153,9 447 193,4
JUMLAH (KAB/KOTA) 6.941 7.059 14.000 309 314 623 463 149,8991 334 106,3269 797 127,9294
PERSENTASE PERKIRAAN KASUS 4,45%
Sumber: Laporan ISPA
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
Persentase perkiraan kasus pneumonia pada balita berbeda untuk setiap provinsi, sesuai hasil riskesdas 2013
JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN
PENDERITANO KECAMATAN PUSKESMAS
PNEUMONIA PADA BALITA
PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
L P L + P
TABEL 11
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+PPROPORSI
KELOMPOK
UMUR
L P L+PPROPORSI
KELOMPOK
UMUR
L P L+P L P L+PPROPORSI
KELOMPOK
UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 ≤ 4 TAHUN 1 0 1 0,94 0 0 0 0,00 1 0 1 0 0 0 0,00
2 5 - 14 TAHUN 0 1 1 0,94 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0,00
3 15 - 19 TAHUN 1 1 2 1,89 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0,00
4 20 - 24 TAHUN 8 4 12 11,32 2 0 2 15,38 3 0 3 0 0 0 0,00
5 25 - 49 TAHUN 46 34 80 75,47 8 1 9 69,23 10 7 17 0 0 0 0,00
6 ≥ 50 TAHUN 5 5 10 9,43 2 0 2 15,38 3 1 4 0 0 0 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 61 45 106 12 1 13 17 8 25 0 0 0
PROPORSI JENIS KELAMIN 57,55 42,45 92,31 7,69 68,00 32,00 0,00 0,00
Sumber: Laporan Penyakir Kelamin
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN
NO KELOMPOK UMUR
H I V AIDS SYPHILISJUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS
TABEL 12
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 PMI 7.698 5.120 12.818 7.430 96,52 4.857 94,86 12.287 95,86 0 0,00 0 0,00 0 0,00
JUMLAH 7.698 5.120 12.818 7.430 96,52 4.857 94,86 12.287 95,86 0 0,00 0 - 0 0,00
Sumber: PMI Kota Blitar
PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN
NO UNIT TRANSFUSI DARAH
DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
TERHADAP HIV
L P
POSITIF HIV
L + P L P L + P
JUMLAH PENDONOR
TABEL 13
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sukorejo Karangsari 23.790 23.825 47.615 642 643 1.286 556 87 584 91 1.140 89
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 19.953 20.477 40.430 539 553 1.092 526 98 422 76 948 87
3 Sananwetan Sananwetan 25.668 26.282 51.950 693 710 1.403 414 60 413 58 827 59
JUMLAH (KAB/KOTA) 69.411 70.584 139.995 1.874 1.906 3.780 1.496 79,8 1.419 74,5 2.915 77,1
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 270
Sumber: Laporan Diare
Ket: - Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
- Persentase perkiraan jumlah kasus diare yang datang ke fasyankes besarnya sesuai dengan perkiraan daerah, namun
jika tidak tersedia maka menggunakan perkiraan 20% dari perkiraan jumlah penderita
P L + PLNO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH PENDUDUK
DIAREJUMLAH TARGET
PENEMUAN
DIARE DITANGANI
TABEL 14
KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sananwetan Sananwetan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PROPORSI JENIS KELAMIN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 0 0 0
Sumber: Laporan Penyakit Kusta
PB + MBPausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta BasahNO KECAMATAN PUSKESMAS
KASUS BARU
TABEL 15
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sukorejo Karangsari - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 Sananwetan Sananwetan - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) - - #DIV/0! - #DIV/0!
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK -
Sumber: Laporan Penyakit Kusta
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PENDERITA KUSTA
0-14 TAHUN
KASUS BARU
CACAT TINGKAT 2NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA
KUSTA
TABEL 16
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 0 0 0 1 0 1 1 0 1
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 0 0 0 0 1 1 0 1 1
3 Sananwetan Sananwetan 0 0 0 2 0 2 2 0 2
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 3 1 4 3 1 4
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 0,43 0,14 0,29
Sumber: Laporan Penyakit Kusta
NO KECAMATAN PUSKESMAS
KASUS TERCATAT
Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
TABEL 17
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
KUSTA (PB) KUSTA (MB)
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Sukorejo Karangsari 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 0 1 1 100 0 #DIV/0! 1 100
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 1 1 0 #DIV/0! 1 100 1 100
3 Sananwetan Sananwetan 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 2 0 2 2 100 0 #DIV/0! 2 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 3 1 4 3 100 1 100 4 100
Sumber: Laporan Penyakit Kusta
PENDERITA MBa
L + P
RFT MB
L PNO KECAMATAN PUSKESMASRFT PB
L + PPENDERITA PB
a
L P
TABEL 18
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH PENDUDUK
<15 TAHUN
JUMLAH KASUS AFP
(NON POLIO)
1 2 3 4 5
1 Sukorejo Karangsari 10.937 2
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 9.280 0
3 Sananwetan Sananwetan 11.927 3
JUMLAH (KAB/KOTA) 32.144 5
AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN 15,56
Sumber: Laporan STP
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu sebesar: 29.521
JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
TABEL 19
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH KASUS PD3I
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sananwetan Sananwetan 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1 5 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CASE FATALITY RATE (%) 0,00 #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: Laporan STP
JUMLAH KASUSMENINGGAL
TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
JUMLAH KASUSMENINGGAL
PERTUSISNO KECAMATAN PUSKESMASDIFTERI
JUMLAH KASUSMENINGGAL
TABEL 20
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Sukorejo Karangsari 3 5 8 0 0 0 0 0 0 0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 3 4 7 0 0 0 0 0 0 0
3 Sananwetan Sananwetan 5 5 10 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 11 14 25 0 0 0 0 0 0 0
CASE FATALITY RATE (%) 0,0
Sumber: Laporan STP
JUMLAH KASUS PD3I
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
CAMPAK
JUMLAH KASUSMENINGGAL
POLIO HEPATITIS BNO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 21
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 16 12 28 0 0 0 0,0 0,0 0,0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 19 16 35 0 1 1 0,0 6,3 2,9
3 Sananwetan Sananwetan 20 21 41 2 0 2 10,0 0,0 4,9
JUMLAH (KAB/KOTA) 55 49 104 2 1 3 3,6 2,0 2,9
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 79,2 69,4 74,3
Sumber: Laporan DBD
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
NO KECAMATAN MENINGGAL CFR (%)JUMLAH KASUSPUSKESMAS
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
TABEL 22
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Sukorejo Karangsari 0 0 0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 1 - 1 1 - 1 1 100,00 - #DIV/0! 1,00 100,00 0 0 0 0,00 #DIV/0! 0,00
3 Sananwetan Sananwetan 0 0 0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 1 0 1 1 - 1 1 100,00 - #DIV/0! 1,00 100,00 0 0 0 0 #DIV/0! 0
JUMLAH PENDUDUK BERISIKO
ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: Laporan Kasus Malaria
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
CFRMENINGGAL SUSPEK
MALARIA
NO KECAMATAN PUSKESMAS POSITIFL P L+P
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
TABEL 23
PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Sukorejo Karangsari 0 0 0 0 0 0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 0 0 0 0 0 0
3 Sananwetan Sananwetan 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 0 0 0
Sumber: Laporan Filariasis
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH KESELURUHAN KASUS : SEMUA KASUS YANG PERNAH TERCATA DI KAB/KOTA PUSKESMAS, TIDAK ADA BATASAN TAHUN
JUMLAH SELURUH KASUSKASUS BARU DITEMUKANNO KECAMATAN PUSKESMAS
PENDERITA FILARIASIS
TABEL 24
PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
LAKI-LAKI PEREMPUANLAKI-LAKI +
PEREMPUANJUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 16.920 17.411 34.331 11.250 66,49 12.735 73,14 23.985 69,86 802 7,1288889 886 6,9572046 1688 7,0377319
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 14.189 14.961 29.150 10.995 77,49 11.999 80,20 22.994 78,88 815 7,4124602 845 7,0422535 1660 7,2192746
3 Sananwetan Sananwetan 18.252 19.205 37.457 11.480 62,90 13.490 70,24 24.970 66,66 892 7,7700348 983 7,2868792 1875 7,5090108
JUMLAH (KAB/KOTA) 49.361 51.577 100.938 33.725 68,32 38.224 74,11 71.949 71,28 2.509 7,44 2.714 7,10 5.223 7,26
Sumber: Laporan PTM
LAKI-LAKI PEREMPUANNO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN LAKI-LAKI +
PEREMPUAN
HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGIDILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
LAKI-LAKI PEREMPUANLAKI-LAKI +
PEREMPUAN
TABEL 25
PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
LAKI-LAKI PEREMPUANLAKI-LAKI +
PEREMPUANJUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 16.351 16.547 32.898 11.250 68,80 12.735 76,96 23.985 72,91 2.261 20,10 2.674 21,00 4.935 20,58
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 13.711 14.222 27.933 10.995 80,19 11.999 84,37 22.994 82,32 2.089 19,00 2.399 19,99 4.488 19,52
3 Sananwetan Sananwetan 17.639 18.256 35.895 11.480 65,08 13.490 73,89 24.970 69,56 2.341 20,39 2.965 21,98 5.306 21,25
JUMLAH (KAB/KOTA) 47.701 49.025 96.726 33.725 70,70 38.224 77,97 71.949 74,38 6.691 19,84 8.038 21,03 14.729 20,47
Sumber: Laporan PTM
PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUANNO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS
DAN JARINGANNYA BERUSIA ≥ 15
TAHUN
OBESITAS
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS
LAKI-LAKI
TABEL 26
CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Sukorejo Karangsari 7313 359 4,91 0 0,00 0 0,00
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 6287 296 5 1 0,34 0 0,00
3 Sananwetan Sananwetan 8071 222 3 0 0,00 0 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 21.671 877 4 1 0,11 0 0,00
Sumber: Laporan IVA
Ket: IVA: Inspeksi Visual dengan Asam asetat
CBE: Clinical Breast Examination
PEMERIKSAAN LEHER RAHIM
DAN PAYUDARATUMOR/BENJOLAN
NO KECAMATAN PUSKESMASPEREMPUAN
USIA 30-50 TAHUN
IVA POSITIF
TABEL 27
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KOTA BLITAR
TAHUN
DIKETAHUIDITANGGU-
LANGIAKHIR L P L+P
0-7
HARI
8-28
HARI
1-11
BLN
1-4
THN
5-9
THN
10-14
THN
15-19
THN
20-44
THN
45-54
THN
55-59
THN
60-69
THN
70+
THNL P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 Dipteri 1 1 21/01/17 22/01/17 30/01/17 0 1 1 1 0 0 0 70 82 152 - 1,22 0,66 #DIV/0! - - kepanjenlor
2 Difteri 1 1 06/04/17 07/04/17 14/04/17 1 1 1 0 0 0 90 92 182 - 1,09 0,55 #DIV/0! - - sananwetan
3 Difteri 1 1 20/06/17 21/06/17 28/06/17 1 1 1 0 0 0 100 120 220 - 0,83 0,45 #DIV/0! - - kepanjenlor
4 difteri 1 1 02/09/17 02/09/17 10/09/17 1 1 1 0 0 0 60 75 135 - 1,33 0,74 #DIV/0! - - kauman
5 difteri 1 1 14/10/17 14/10/17 22/10/17 1 1 1 0 0 0 100 100 200 1,00 - 0,50 - #DIV/0! - bendogerit
6 difteri 1 1 11/11/17 11/11/17 19/11/17 1 1 1 0 0 0 80 85 165 - 1,18 0,61 #DIV/0! - - karangsari
Sumber: Laporan Surveilanse
WAKTU KEJADIAN (TANGGAL) KELOMPOK UMUR PENDERITA
JUMLAH
DESA/KEL
2017
KELURAHANCFR (%)
NOJENIS KEJADIAN
LUAR BIASA
ATTACK RATE (%)JUMLAH PENDERITA JUMLAH KEMATIANJUMLAH PENDUDUK
TERANCAMJUMLAH
KEC
YANG TERSERANG
TABEL 28
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %1 2 3 4 5 6
1 Sukorejo Karangsari 1 1 100,00
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 3 3 100,00
3 Sananwetan Sananwetan 2 2 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 6 100,00
Sumber: Laporan Surveilanse
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM
KLB DI DESA/KELURAHANNO PUSKESMASKECAMATAN
TABEL 29
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sukorejo Karangsari 807 732 90,7 690 85,5 771 664 86,1 656 85,1 664 86,12192
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 694 597 86,0 512 73,8 662 536 81,0 508 76,7 574 86,70695
3 Sananwetan Sananwetan 890 841 94,5 801 90,0 850 818 96,2 751 88,4 756 88,94118
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.391 2.170 90,8 2.003 83,8 2.283 2.018 88,4 1.915 83,9 1.994 87,34
Sumber: Laporan PWS KIA
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
IBU BERSALIN/NIFASIBU HAMIL
PERSALINAN
DITOLONG NAKES
MENDAPAT
YANKES NIFAS
IBU NIFAS
MENDAPAT VIT A JUMLAHK1 K4
TABEL 30
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Sukorejo Karangsari 807 - - 1 0,1 66 8,2 147 18,2 214 26,5
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 694 - - 1 0,1 12 1,7 282 40,6 295 42,5
3 Sananwetan Sananwetan 890 - - 3 0,3 31 3,5 62 7,0 96 10,8
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.391 0 - 0 - 5 0,2 109 4,6 491 20,5 605 25,3
Sumber: Laporan Imunisasi
JUMLAH
IBU HAMIL
IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL
NO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 31
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Sukorejo Karangsari 8.786 - - 1 0,0 21 0,2 70 0,8
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 7.551 - - 0 - 3 0,0 140 1,9
3 Sananwetan Sananwetan 9.692 - - 1 0,0 8 0,1 18 0,2
JUMLAH (KAB/KOTA) 26.029 0 - 0 - 2 0,0 32 0,1 228 0,9
Sumber: Laporan Imunisasi
IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH WUS
(15-39 TAHUN)
TABEL 32
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sukorejo Karangsari 807 732 90,71 690 85,50
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 694 576 83,00 527 75,94
3 Sananwetan Sananwetan 890 842 94,61 815 91,57
JUMLAH (KAB/KOTA) 2391 2.150 89,92 2.032 84,99
Sumber: Laporan GIZI
KECAMATANJUMLAH
IBU HAMILNO PUSKESMAS
TABEL 33
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
S % L P L + P L P L + P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Sukorejo Karangsari 807 161 128 79,3061 376 363 739 56 54 111 51 90,4 37 68,0 88 79,4
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 694 139 150 108,1 316 312 628 47 47 94 65 137,1 33 70,5 98 104,0
3 Sananwetan Sananwetan 890 178 133 74,7 406 401 807 61 60 121 40 65,7 41 68,2 81 66,9
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.391 478 411 85,95 1.098 1.076 2.174 165 161 326 156 94,7 111 68,8 267 81,9
Sumber: Laporan PWS KIA
JUMLAH LAHIR HIDUP
PERKIRAAN
BUMIL
DENGAN
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
PERKIRAAN NEONATAL
KOMPLIKASI
PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
L + PL P
PENANGANAN
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO PUSKESMASKECAMATANJUMLAH
IBU HAMIL
TABEL 34
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
PESERTA KB AKTIF
MKJP
IUD % MOP % MOW %IM
PLAN% JUMLAH %
KON
DOM % SUNTIK % PIL %
OBAT
VAGINA%
LAIN
NYA% JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Sukorejo Karangsari 2.668 43,2 38 0,6 50 0,8 1.054 17,1 3.810 61,7 463 7,5 1.434 23,2 471 7,6 0 0,0 0 0,0 2.368 38,3 6.178 100,0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 1.534 30,3 110 2,2 91 1,8 280 5,5 2.015 39,8 242 4,8 2.005 39,6 803 15,9 0 0,0 0 0,0 3.050 60,2 5.065 100,0
3 Sananwetan Sananwetan 1.657 23,3 102 1,4 54 0,8 216 3,0 2.029 28,5 188 2,6 3.332 46,8 1.571 22,1 0 0,0 0 0,0 5.091 71,5 7.120 100,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 5.859 31,9 250 1,4 195 1,1 1.550 8,4 7.854 42,8 893 4,9 6.771 36,9 2.845 15,5 0 0,0 0 0,0 10.509 57,2 18.363 100,0
Sumber: Laporan KB
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
MKJP +
NON
MKJP
% MKJP +
NON MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMASNON MKJP
TABEL 35
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
PESERTA KB BARU
MKJP
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL %OBAT
VAGINA%
LAIN
NYA% JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Sukorejo Karangsari 65 58,6 0 0,0 0 0,0 27 24,3 92 82,9 2 1,8 15 13,5 2 1,8 0 0,0 0 0,0 19 17,1 111 100,0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 95 23,1 0 0,0 16 3,9 14 3,4 125 30,4 13 3,2 208 50,6 65 15,8 0 0,0 0 0,0 286 69,6 411 100,0
3 Sananwetan Sananwetan 76 21,9 0 0,0 0 0,0 10 2,9 86 24,8 0 0,0 201 57,9 60 17,3 0 0,0 0 0,0 261 75,2 347 100,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 236 27,2 0 0,0 16 1,8 51 5,9 303 34,9 15 1,7 424 48,8 127 14,6 0 0,0 0 0,0 566 65,1 869 100,0
Sumber: Laporan KB
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NON MKJP MKJP +
NON
MKJP
% MKJP
+ NON
MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 36
JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
PESERTA KB BARU
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sukorejo Karangsari 8.448 111 1,3 6.178 73,1
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 6.730 411 6,1 5.065 75,3
3 Sananwetan Sananwetan 8.621 347 4,0 7.120 82,6
JUMLAH (KAB/KOTA) 23.799 869 3,7 18.363 77,2
Sumber: Laporan KB
PESERTA KB AKTIFJUMLAH PUSNO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 37
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 376 363 739 376 100 363 100,0 739 100,0 20 5,31915 19 5,2 39 5,3
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 316 312 628 316 100,0 312 100,0 628 100,0 10 3,2 12 3,8 22 3,5
3 Sananwetan Sananwetan 406 401 807 406 100,0 401 100,0 807 100,0 21 5,2 18 4,5 39 4,8
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.098 1.076 2.174 1.098 100,0 1.076 100,0 2.174 100,0 51 4,6 49 4,6 100 4,6
Sumber: Laporan PWS KIA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
P LL + P L + P
BBLRJUMLAH LAHIR HIDUP
L
BAYI BARU LAHIR DITIMBANG
P
TABEL 38
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 376 363 739 336 89,4 328 90,4 664 89,9 321 85,4 335 92,3 656 88,8
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 316 312 628 284 89,9 252 80,8 536 85,4 261 82,6 230 73,7 491 78,2
3 Sananwetan Sananwetan 406 401 807 418 103,0 396 98,8 814 100,9 416 102,5 367 91,5 783 97,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.098 1.076 2.174 1.038 94,5 976 90,7 2.014 92,6 998 90,9 932 86,6 1.930 88,8
Sumber: Laporan PWS KIA
JUMLAH LAHIR HIDUPNO KECAMATAN PUSKESMAS
P L + P
KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)
P L + PL
KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1)
L
TABEL 39
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 247 240 487 207 83,8 202 84,2 409 84,0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 132 125 257 102 77,3 97 77,6 199 77,4
3 Sananwetan Sananwetan 335 351 686 251 74,9 258 73,5 509 74,2
JUMLAH (KAB/KOTA) 714 716 1.430 560 78,4 557 77,8 1.117 78,1
Sumber: Laporan GIZI dan KIA
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF
USIA 0-6 BULAN
L + P
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN
JUMLAH BAYI
0-6 BULANPUSKESMASL P
TABEL 40
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 395 381 776 340 86,1 310 81,4 650 83,8
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 332 328 660 291 87,7 280 85,4 571 86,5
3 Sananwetan Sananwetan 427 421 848 353 82,7 320 76,0 673 79,4
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.154 1.130 2.284 984 85,3 910 81 1.894 82,9
Sumber: Laporan PWS KIA
P L + PLNO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH BAYI
PELAYANAN KESEHATAN BAYI
TABEL 41
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
1 2 3 4 5 6
1 Sukorejo Karangsari 7 3 42,9
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 7 3 42,9
3 Sananwetan Sananwetan 7 6 85,7
JUMLAH (KAB/KOTA) 21 12 57,1
Sumber: Laporan Imunisasi
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
% DESA/KELURAHAN
UCINO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
DESA/KELURAHAN
DESA/KELURAHAN
UCI
TABEL 42
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
BAYI DIIMUNISASI
Hb < 7 hari BCG
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 376 363 739 352 93,62 332 91,46 684 92,56 342 90,96 320 88,15 662 89,58
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 316 312 628 286 90,51 247 79,17 533 84,87 292 92,41 238 76,28 530 84,39
3 Sananwetan Sananwetan 406 401 807 397 97,78 409 102,00 806 99,88 428 105,42 364 90,77 792 98,14
JUMLAH (KAB/KOTA) 1098 1076 2174 1035 94,26 988 91,82 2023 93,05 1062 96,72 922 85,69 1984 91,26
Sumber: Laporan Imunisasi
L + PPL L + P L PNO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH LAHIR HIDUP
TABEL 43
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
BAYI DIIMUNISASI
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4a CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Sukorejo Karangsari 395 381 776 317 80,25 329 86,35 646 83,25 317 80,2532 329 86,3517 646 83,2474 146 36,962 144 37,7953 290 37,3711 346 87,5949 371 97,3753 717 92,3969
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 332 328 660 315 94,88 254 77,44 569 86,21 311 93,6747 253 77,1341 564 85,4545 189 56,9277 171 52,1341 360 54,5455 290 87,3494 264 80,4878 554 83,9394
3 Sananwetan Sananwetan 427 421 848 424 99,30 373 88,60 797 93,99 422 98,829 373 88,5986 795 93,75 239 55,9719 204 48,4561 443 52,2406 409 95,7845 371 88,1235 780 91,9811
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.154 1.130 2.284 1.056 91,51 956 84,60 2.012 88,09 1.050 90,9879 955 84,5133 2.005 87,7846 574 49,74 519 45,9292 1.093 47,8546 1.045 90,5546 1.006 89,0265 2.051 89,7986
Sumber: Laporan Imunisasi
Keterangan: a = khusus provinsi yang menerapkan 3 dosis polio maka diisi dengan polio 3
L + PL PL PNO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH BAYI
(SURVIVING INFANT)L + P L PP L + PL + P L
TABEL 44
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
L P L+P SƷ % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Sukorejo Karangsari 395 381 776 293 74,18 296 77,69 589 75,90 1.533 1.379 2.912 1.548 100,98 1.364 98,91 2.912 100,00 1.928 1.760 3.688 1.841 95,49 1.660 94,32 3.501 94,93
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 332 328 660 337 101,51 377 114,94 714 108,18 1.286 1.185 2.471 1.354 105,29 1.329 112,15 2.683 108,58 1.618 1.513 3.131 1.691 104,51 1.706 112,76 3.397 108,50
3 Sananwetan Sananwetan 427 421 848 424 99,30 418 99,29 842 99,29 1.656 1.521 3.177 1.655 99,94 1.521 100,00 3.176 99,97 2.083 1.942 4.025 2.079 99,81 1.939 99,85 4.018 99,83
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.154 1.130 2.284 1.054 91,33 1.091 96,55 2.145 93,91 4.475 4.085 8.560 4.557 101,83 4.214 103,16 8.771 102,46 5.629 5.215 10.844 5.611 99,68 5.305 101,73 10.916 100,66
Sumber: Laporan Gizi
Keterangan: Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun
dihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus
L + PJUMLAH
L + PPL
MENDAPAT VIT AMENDAPAT VIT A
PNO KECAMATAN PUSKESMAS
L + PJUMLAH BAYI JUMLAH
P
MENDAPAT VIT A
LL
TABEL 45
JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 785 737 1.522 584 586 1.170 74,4 79,5 76,9 0 0,0 0 0,0 0 0,0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 658 635 1.293 361 368 729 54,9 58 56,4 0 0,0 0 0,0 0 0,0
3 Sananwetan Sananwetan 847 814 1.661 585 551 1.136 69,1 68 68,4 0 0,0 0 0,0 0 0,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.290 2.186 4.476 1.530 1.505 3.035 66,8 69 67,8 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Sumber: Laporan Gizi
% (D/S) L P L+PNO KECAMATAN PUSKESMAS
ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)
JUMLAH BADUTA
DILAPORKAN (S)
DITIMBANG BGM
JUMLAH (D)
TABEL 46
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
ANAK BALITA (12-59 BULAN)
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 1.533 1.379 2.912 1.115 72,7 1.097 79,6 2.212 76,0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 1.286 1.185 2.471 731 56,8 713 60,2 1.444 58,4
3 Sananwetan Sananwetan 1.656 1.521 3.177 1.028 62,1 980 64,4 2.008 63,2
JUMLAH (KAB/KOTA) 4.475 4.085 8.560 2.874 64,2 2.790 68,3 5.664 66,2
Sumber: Laporan Gizi
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
P L + P
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
LNO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
TABEL 47
JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Sukorejo Karangsari 1.929 1.759 3.688 1.398 1.287 2.685 72,5 73,2 72,8 10 0,7 6 0,5 16 0,6
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 1.618 1.514 3.132 1.153 1.168 2.321 71,3 77 74,1 2 0,2 3 0,3 5 0,2
3 Sananwetan Sananwetan 2.082 1.942 4.024 1.515 1.425 2.940 72,8 73 73,1 2 0,1 2 0,1 4 0,1
JUMLAH (KAB/KOTA) 5.629 5.215 10.844 4.066 3.880 7.946 72,2 74 73,3 14 0,3 11 0,3 25 0,3
Sumber: Laporan Gizi
P
DITIMBANG
JUMLAH (D) % (D/S)NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH BALITA
DILAPORKAN (S)
BALITA
L+P
BGM
L
CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
KASUS BALITA GIZI BURUK
L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 2 1 3 2 100,0 1 100,0 3 100,0
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul - 3 3 - #DIV/0! 3 100,0 3 100,0
3 Sananwetan Sananwetan 4 - 4 4 100,0 - #DIV/0! 4 100,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 4 10 6 100,0 4 100,0 10 100,0
Sumber: Laporan Gizi
P L + P
MENDAPAT PERAWATANNO KECAMATAN PUSKESMAS
LJUMLAH DITEMUKAN
TABEL 49
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sukorejo Karangsari 346 387 733 346 100,0 387 100,0 733 100,0 23 23 100,00
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 500 510 1.010 500 100,0 510 100,0 1.010 100,0 24 24 100,00
3 Sananwetan Sananwetan 642 640 1.282 642 100,0 640 100,0 1.282 100,0 26 26 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.488 1.537 3.025 1.488 100,0 1.537 100,0 3.025 100,0 73 73 100,00
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 100,0 100,0 100,0
Sumber: Laporan UKS
P L + P
SD DAN SETINGKAT
JUMLAH
MENDAPAT
PELAYANAN
KESEHATAN
(PENJARINGAN)
%
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN PUSKESMASJUMLAH
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
L
TABEL 50
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
TUMPATAN GIGI TETAPPENCABUTAN GIGI
TETAP
RASIO TUMPATAN/
PENCABUTAN1 2 3 4 5 6
1 Sukorejo Karangsari 810 443 1,8
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 862 434 2,0
3 Sananwetan Sananwetan 1.729 750 2,3
JUMLAH (KAB/ KOTA) 3.401 1.627 2,1
Sumber: Laporan Gigi dan Mulut
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
NO PUSKESMASKECAMATAN
TABEL 51
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P L % P % L + P % L P L + P L % P % L + P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Sukorejo Karangsari 23 22 95,7 22 95,7 2.609 2.274 4.883 378 14,5 431 19,0 809 16,6 245 270 515 229 93,5 251 93,0 480 93,2
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 24 6 25,0 24 100,0 3.048 2.857 5.905 1.104 36,2 1.074 37,6 2.178 36,9 659 671 1.330 242 36,7 262 39,0 504 37,9
3 Sananwetan Sananwetan 26 7 26,9 19 73,1 4.075 3.802 7.877 1.166 28,6 1.070 28,1 2.236 28,4 706 608 1.314 706 100,0 608 100,0 1.314 100,0
JUMLAH (KAB/ KOTA) 73 35 47,9 65 89,0 9.732 8.933 18.665 2.648 27,2 2.575 28,8 5.223 28,0 1.610 1.549 3.159 1.177 73,1 1.121 72,4 2.298 72,7
Sumber: Laporan Gigi dan Mulut
JUMLAH
SD/MI
MENDAPAT
YAN. GIGI
% %
MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATANNO PUSKESMASKECAMATAN
JUMLAH MURID
SD/MI
UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH
JUMLAH
SD/MI
JUMLAH
SD/MI DGN
SIKAT GIGI
MASSAL
TABEL 52
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L % P % L+P %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sukorejo Karangsari 2.724 3.074 5.798 1.495 54,88 2.300 74,82 3.795 65,45
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 2.285 2.642 4.927 1.245 54,49 1.985 75,13 3.230 65,56
3 Sananwetan Sananwetan 2.939 3.392 6.331 1.653 56,24 2.795 82,40 4.448 70,26
JUMLAH (KAB/KOTA) 7.948 9.108 17.056 4.393 55,27 7.080 77,73 11.473 67,27
Sumber: Laporan Usila
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
USILA (60TAHUN+)
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS
TABEL 53
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
%
L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jaminan Kesehatan Nasional 0 0 98.612 0,00 0,00 70,44
1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 27.268 0,00 0,00 19,48
1.2 PBI APBD 13.359 0,00 0,00 9,54
1.3 Pekerja penerima upah (PPU) 44.080 0,00 0,00 31,49
1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 13.905 0,00 0,00 9,93
1.5 Bukan pekerja (BP) 8.981 0,00 0,00 6,42
2 Jamkesda 0 0,00 0,00 0,00
3 Asuransi Swasta 0 0,00 0,00 0,00
4 Asuransi Perusahaan 0 0,00 0,00 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 107.593 0,00 0,00 76,85
Sumber: BPJS
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
NO JENIS JAMINAN KESEHATAN
PESERTA JAMINAN KESEHATAN
JUMLAH
TABEL 54
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Karangsari 32.299 52.758 85.057 0 369 394 763
2 Puskesmas Kepanjenkidul 25.775 39.730 65.505 316 384 700 830 397 1.227
3 Puskesmas Sananwetan 34.644 54.641 89.285 84 131 215 437 596 1.033
SUB JUMLAH I 92.718 147.129 239.847 400 515 915 1.636 1.387 3.023
1 RS Syuhada' Haji 7.837 7.871 15.708 3.003 3.402 6.405 0
2 RSI Aminah 3.038 6.590 9.628 1.019 2.067 3.086 0
3 RSU Aminah 34.660 25.820 60.480 3.258 3.889 7.147 0
4 RS Katolik Budi Rahayu 15.985 19.070 35.055 2.191 2.404 4.595 47 149 196
5 RSUD Mardi Waluyo 59.432 74.453 133.885 5.130 6.324 11.454 0
6 RSIA TANJUNGSARI 891 1.110 2.001 677 2.471 3.148 0
SUB JUMLAH II 121.843 134.914 256.757 15.278 20.557 35.835 47 149 196
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
0 0 0
SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 214.561 282.043 496.604 15.678 21.072 36.750 1.683 1.536 3.219
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 69.411 70.584 139.995 69.411 70.584 139.995
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 309,1 399,6 354,7 22,6 29,9 26,3
Sumber: Laporan LB4
Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAHNO SARANA PELAYANAN KESEHATAN
TABEL 55
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 RS Syuhada' Haji 115 3.003 3.402 6.405 65 87 152 17 25 42 21,6 25,6 23,7 5,7 7,3 6,6
2 RSI Aminah 55 1.019 2.067 3.086 13 13 26 3 4 7 12,8 6,3 8,4 2,9 1,9 2,3
3 RSU Aminah 106 3.306 3.853 7.159 79 87 166 19 27 46 23,9 22,6 23,2 5,7 7,0 6,4
4 RS Katolik Budi Rahayu 125 2.191 2.404 4.595 166 170 336 83 89 172 75,8 70,7 73,1 37,9 37,0 37,4
5 RSUD Mardi Waluyo 213 5.130 6.324 11.454 246 214 460 261 279 540 48,0 33,8 40,2 50,9 44,1 47,1
6 RSIA TANJUNGSARI 44 677 2.471 3.148 6 - 6 - - - 8,9 - 1,9 - - -
658 15.326 20.521 35.847 575 571 1.146 383 424 807 37,5 27,8 32,0 25,0 20,7 22,5
Sumber: Laporan Rumah Sakit
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
JUMLAH
TEMPAT TIDUR
ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
KABUPATEN/KOTA
GDR NDRPASIEN KELUAR MATI PASIEN KELUAR
(HIDUP + MATI)
PASIEN KELUAR MATI
≥ 48 JAM DIRAWATNO NAMA RUMAH SAKITa
TABEL 56
INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
NO NAMA RUMAH SAKITa JUMLAH
TEMPAT TIDUR
PASIEN KELUAR
(HIDUP + MATI)
JUMLAH HARI
PERAWATAN
JUMLAH LAMA
DIRAWATBOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RS Syuhada' Haji 115 6.405 25.620 26.717 61,0 55,70 2,55 4,2
2 RSI Aminah 55 3.086 11.238 8.152 56,0 56,11 2,86 2,6
3 RSU Aminah 106 7.159 25.064 22.221 64,8 67,54 1,90 3,1
4 RS Katolik Budi Rahayu 125 4.595 17.638 17.489 38,7 36,76 6,09 3,8
5 RSUD Mardi Waluyo 213 11.454 53.072 53.714 68,3 53,77 2,15 4,7
6 RSIA TANJUNGSARI 44 3.148 6.336 6.295 39,5 71,55 3,09 2,0
658 35847 138.968 134.588 57,9 54,4787234 2,8 4
Sumber: Laporan Rumah Sakit
Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
KABUPATEN/KOTA
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAHJUMLAH DIPANTAU
% DIPANTAUJUMLAH
BER- PHBS % BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sukorejo Karangsari 15.761 5.400 34,3 2.121 39,3
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 3.500 500 14,3 500 100,0
3 Sananwetan Sananwetan 16.640 2.400 14,4 1.133 47,2
JUMLAH (KAB/KOTA) 35.901 8.300 23,1 3.754 45,2
47.166 Sumber : Laporan Promkes
RUMAH TANGGA
TABEL 57
NO KECAMATAN PUSKESMAS
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Sukorejo Karangsari 12964 7.087 54,67 5877,00 2.070 35,22 1244 60 8.331 64
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 8742 8.265 94,54 477,00 477 100,00 277 58 8.542 97,71
3 Sananwetan Sananwetan 13432 9.562 71,19 3870,00 2.010 51,94 1260 62,69 10.822 80,57
JUMLAH (KAB/KOTA) 35.138 24.914 70,90 10.224 4.557 44,57 2781 61,03 27.695 78,82
Sumber: Laporan Kesehatan Lingkungan
TABEL 58
RUMAH MEMENUHI SYARAT
(RUMAH SEHAT)
PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
RUMAH MEMENUHI SYARAT
(RUMAH SEHAT)
2016JUMLAH
RUMAH YANG
BELUM
MEMENUHI
SYARAT
RUMAH DIBINARUMAH DIBINA MEMENUHI
SYARAT
2017
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
SELURUH
RUMAH
TABEL 59
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 Sukorejo Karangsari 47.615 453 589 335 399 7.646 38.495 5.994 31.169 2.016 4.032 1.370 2.740 4 416 4 416 2.245 4.490 2.245 4.490 39.214 82
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 40.430 541 706 405 486,00 8.107 33.073 6.925 29.085 1.265 2.560 915 1.119 6 544 6 544 1.891 3.782 1.891 3.782 35.016 86,61
3 Sananwetan Sananwetan 51.950 729 947 539 643,00 9.119 42.787 6.839 31.459 2.617 3.402 1.799 2.336 3 748 3 748 2.200 4.400 2.200 4.400 39.586 76,20
JUMLAH (KAB/KOTA) 139.995 1.723 2.242 1.279 1.528 24.872 114.355 19.758 91.713 5.898 9.994 4.084 6.195 0 0 0 0 13 1.708 13 1.708 0 0 0 0 6.336 12.672 6.336 12.672 113.816 81,3
Sumber: Laporan Kesehatan Lingkungan
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
MEMENUHI
SYARAT
PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM)
JU
MLA
H S
AR
AN
A MEMENUHI
SYARAT
PENAMPUNGAN AIR HUJAN
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H S
AR
AN
A
JU
MLA
H S
AR
AN
A MEMENUHI
SYARAT
MATA AIR TERLINDUNG
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
NOMEMENUHI
SYARAT
MEMENUHI
SYARAT
KECAMATAN PUSKESMAS PENDUDUK
JU
MLA
H S
AR
AN
A
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H S
AR
AN
A
PENDUDUK
DENGAN AKSES
BERKELANJUTAN
TERHADAP AIR
MINUM LAYAK
JU
MLA
H
%
BUKAN JARINGAN PERPIPAAN
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H S
AR
AN
A MEMENUHI
SYARAT
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H S
AR
AN
A MEMENUHI
SYARAT
TABEL 60
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7
1 Sukorejo Karangsari 0 13 13 100
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 0 46 29 63,04347826
3 Sananwetan Sananwetan 1 41 28 68,29268293
JUMLAH (KAB/KOTA) 1 100 70 70
Sumber: Laporan Kesehatan Lingkungan
PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
JUMLAH SAMPEL
DIPERIKSA
MEMENUHI SYARAT
(FISIK, BAKTERIOLOGI, DAN KIMIA)NO KECAMATAN
JUMLAH
PENYELENGGARA
AIR MINUM
PUSKESMAS
TABEL 61
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
% P
EN
DU
DU
K
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
% P
EN
DU
DU
K
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
% P
EN
DU
DU
K
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
SA
RA
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
% P
EN
DU
DU
K
PE
NG
GU
NA
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Sukorejo Karangsari 47.615 31 5.699 31 5.699 100 15.590 41.771 15.340 41.132 98 118 472 107 437 92,58 20 80 0 0 0 47.268 99,3
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 40.430 15 4.329 15 4.329 100 11.019 36.032 11.019 36.032 100 181 304 181 304 100 0 0 0 0 #DIV/0! 40.665 100,6
3 Sananwetan Sananwetan 51.950 4 1.049 4 1.049 100 11.597 50.580 11.597 50.580 100 149 730 131 655 89,73 0 0 0 0 #DIV/0! 52.284 100,6
JUMLAH (KAB/KOTA) 139.995 50 11.077 50 11.077 100 38.206 128.383 37.956 127.744 100 448 1.506 419 1.396 92,7 20 80 0 0 0 140.217 100,2
Sumber: Laporan Kesehatan Lingkungan
PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H S
AR
AN
A MEMENUHI SYARAT
PENDUDUK
DENGAN AKSES
SANITASI LAYAK
(JAMBAN SEHAT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JENIS SARANA JAMBAN
CEMPLUNG
JU
MLA
H S
AR
AN
A
LEHER ANGSA PLENGSENGAN
MEMENUHI SYARATMEMENUHI SYARAT
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
JU
MLA
H S
AR
AN
A
KOMUNAL
JU
MLA
H S
AR
AN
A
JU
MLA
H
PE
ND
UD
UK
PE
NG
GU
NA
MEMENUHI SYARAT
TABEL 62
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Sukorejo Karangsari 7 7 100 0 0 - -
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 7 7 100,0 7,0 100 - -
3 Sananwetan Sananwetan 7 7 100,0 7,0 100 - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 21 21 100,0 0 0 0
Sumber: Laporan STBM
PUSKESMASJUMLAH DESA/
KELURAHAN
DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
KECAMATAN DESA STBMNO DESA MELAKSANAKAN
STBM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
DESA STOP BABS
(SBS)
TABEL 63
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
SD
SLT
P
SLT
A
PU
SK
ES
MA
S
RU
MA
H
SA
KIT
UM
UM
BIN
TA
NG
NO
N
BIN
TA
NG
JU
MLA
H
%
JU
MLA
H
%
JU
MLA
H
%
JU
MLA
H
%
JU
MLA
H
%
JU
MLA
H
%
JU
MLA
H
%
JU
MLA
H
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Sukorejo Karangsari 23 5 7 1 2 - 3 41 19 82,6 4 80,0 6 85,7 1 100,0 2 100,0 0 #DIV/0! 1 33,3 33 80,5
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 24 10 12 1 5 - 11 63 20 83,3 8 80,0 8 66,7 1 100,0 5 100,0 0 #DIV/0! 10 90,9 52 82,5
3 Sananwetan Sananwetan 26 11 12 1 1 - 3 54 21 80,8 9 81,8 8 66,7 1 100,0 1 100,0 #DIV/0! 2 66,7 42 77,8
JUMLAH (KAB/KOTA) 73 26 31 3 8 0 17 158 60 82,2 21 80,8 22 71,0 3 100,0 8 100,0 0 #DIV/0! 13 76,5 127 80,37975
Sumber: Laporan Kesehatan Lingkungan
YANG ADA
JU
MLA
H T
TU
SLTP SLTA
SARANA PENDIDIKAN
SD
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
TEMPAT-TEMPAT UMUM
NO KECAMATAN PUSKESMAS
SARANA PENDIDIKANTEMPAT-TEMPAT
UMUM
MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
SARANA
KESEHATANHOTEL
BINTANG NON BINTANG
SARANA KESEHATAN
PUSKESMASRUMAH SAKIT
UMUM
HOTEL
TABEL 64
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JASA BOGA
RUMAH
MAKAN/
RESTORAN
DEPOT AIR
MINUM
(DAM)
MAKANAN
JAJANANTOTAL % JASA BOGA
RUMAH
MAKAN/
RESTORAN
DEPOT AIR
MINUM
(DAM)
MAKANAN
JAJANANTOTAL %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Sukorejo Karangsari 302 14 16 13 156 199 65,89 2 8 0 93 103 34,11
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 370 16 17 9 118 160 43,24 2 6 0 202 210 56,76
3 Sananwetan Sananwetan 242 10 13 9 159 191 78,93 2 3 0 46 51 21,07
JUMLAH (KAB/KOTA) 914 40 46 31 433 550 60,18 6 17 0 341 364 39,82
Sumber: Laporan Kesehatan Lingkungan
KECAMATAN
TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI
NO PUSKESMASJUMLAH
TPM
TABEL 65
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JA
SA
BO
GA
RU
MA
H M
AK
AN
/
RE
ST
OR
AN
DE
PO
T A
IR
MIN
UM
(D
AM
)
MA
KA
NA
N
JA
JA
NA
N
TO
TA
L
JA
SA
BO
GA
RU
MA
H M
AK
AN
/
RE
ST
OR
AN
DE
PO
T A
IR
MIN
UM
(D
AM
)
MA
KA
NA
N
JA
JA
NA
N
TO
TA
L
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sukorejo Karangsari 103 10 0 0 39 49 47,57 199 0 0 0 0 0 0,00
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 210 10 4 0 42 56 26,67 160 4 20 24 15,00
3 Sananwetan Sananwetan 51 10 0 0 39 49 96,08 191 0 1 0 30 31 16,23
JUMLAH (KAB/KOTA) 364 30 4 0 120 154 42,31 550 4 1 0 50 55 10,00
Sumber: Laporan Kesehatan Lingkungan
PE
RS
EN
TA
SE
TP
M
DIB
INA
TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK
JU
ML
AH
TP
M
ME
ME
NU
HI
SY
AR
AT
HIG
IEN
E S
AN
ITA
SI
NO KECAMATAN
JUMLAH TPM DIBINA JUMLAH TPM DIUJI PETIK
JU
ML
AH
TP
M T
IDA
K
ME
ME
NU
HI
SY
AR
AT
PUSKESMAS
PE
RS
EN
TA
SE
TP
M
DIU
JI P
ET
IK
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas
Karangsari
Puskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 0 0
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 19 18
3
18,67
31,11
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
(4)
Ketersediaan (Ada / Tidak)
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
Ket.Bulan Januari
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 0 0
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 19 18
3
18,67
31,11
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Februari
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 0 0
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 19 18
3
18,67
31,11
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Maret
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 0 0
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 19 18
3
18,67
31,11
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan April
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 1
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 1
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 20
3
19,67
32,78
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Mei
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 0
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 1
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 18
3
19,00
31,67
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Juni
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 0
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 18
3
19,00
31,67
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Juli
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 1
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 19
3
19,33
32,22
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Agustus
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 1
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 19
3
19,33
32,22
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan September
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 1
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 19
3
19,33
32,22
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Oktober
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 1
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 19
3
19,33
32,22
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Nopember
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 66
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Puskesmas KarangsariPuskesmas
Kepanjenkidul
Puskesmas
Sananwetan
(1) (2) (3) (5)
1 Albendazol Tablet 1 1 1
2 Amoxicillin 500 mg Tablet 1 1 1
3 Amoxicillin Sirup 1 1 1
4 Deksametason Tablet 1 1 1
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi 1 1 1
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi 1 1 1
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi 1 1 1
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet 1 1 1
9 Garam Oralit Serbuk 1 1 1
10 Glibenklamid / Metformin Tablet 1 1 1
11 Kaptopril Tablet 1 1 1
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi 1 1 0
13 Metil Ergometrin Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi 0 1 1
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet 1 1 1
15 Oksitosin Injeksi 1 1 1
16 Paracetamol 500 mg Tablet 1 1 1
17 Tablet Tambah Darah Tablet 1 1 1
18 Vaksin BCG Injeksi 1 1 1
19 Vaksin TT Injeksi 1 1 1
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi 1 1 1
19 20 19
3
19,33
32,22
Keterangan :
Kolom (1) : nomor urut
Kolom (2) : nama obat (tertulis nama obat generik / kandungan zat berkhasiat)
Kolom (3) : bentuk sediaan obat dan vaksin
Kolom (4) : diisi dengan angka 1 jika obat tersebut tersedia untuk pelayanan
diisi dengan angka 0 jika obat tersebut tidak tersedia untuk pelayanan
Sumber: Laporan IKK
Ket.Bulan Desember
(4)
Jumlah item obat indikator yang tersedia di Puskesmas
Jumlah (n) Puskesmas yang melapor
Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
NO. NAMA OBAT Bentuk Sediaan
Ketersediaan (Ada / Tidak)
TABEL 67
JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
PEMILIKAN/PENGELOLA
KEMENKES PEM.PROVPEM.
KAB/KOTATNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 RUMAH SAKIT UMUM 1 4 5
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 1 1
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 2 2
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 23 23
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 1 1
3 PUSKESMAS KELILING -
4 PUSKESMAS PEMBANTU 16 16
1 RUMAH BERSALIN -
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 3 12 15
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA -
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 57 57
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 286 286
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT -
7 UNIT TRANSFUSI DARAH 1 1
1 INDUSTRI FARMASI -
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL -
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL -
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN -
5 PEDAGANG BESAR FARMASI -
6 APOTEK 39 39
7 TOKO OBAT 6 6
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN -
9 PIRT 604 604
Sumber: Seksi SDMKes
SARANA PELAYANAN LAIN
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
NO FASILITAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
TABEL 68
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I
JUMLAH %
1 2 3 4 5
1 RUMAH SAKIT UMUM 5 5 100,00
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 1 1 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 6 100,00
Sumber: Seksi Yankes
PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
TABEL 69
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Sukorejo Karangsari 1 1,85 3 5,56 43 79,63 7 12,96 54 50 92,59
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 0 0,00 3 5,66 47 88,68 3 5,66 53 50 94,34
3 Sananwetan Sananwetan 0 0,00 6 10,00 45 75,00 9 15,00 60 54 90,00
1 0,60 12 7,19 135 80,84 19 11,38 167 154 92,22
2
Sumber: Seksi Promkes
NO KECAMATAN PUSKESMAS
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA
JUMLAH
JUMLAH (KAB/KOTA)
STRATA POSYANDU
PRATAMA
JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
MADYA PURNAMA MANDIRIPOSYANDU AKTIF
TABEL 70
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
POSKESDES POLINDES POSBINDU
1 2 3 4 5 6 7
1 Sukorejo Karangsari 7 7 0,00 4
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 7 7 0,00 4
3 Sananwetan Sananwetan 7 7 0,00 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 21 21 0 12
Sumber: Seksi Promkes
JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/
KELURAHAN
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
TABEL 71
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Sukorejo Karangsari 7 - 6,00 1 0,00 7 100
2 Kepanjenkidul Kepanjenkidul 7 0,00 5 2,00 7 100
3 Sananwetan Sananwetan 7 1,00 5 1,00 7 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 21 0 7 11 3 21 100
Sumber: Seksi Promkes
DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
DESA/
KELURAHAN
TABEL 72
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
DR SPESIALIS a DOKTER UMUM
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas Karangsari - - - 2 2 - 2 2 1 2 3 - 1 2 3
2 Puskesmas Kepanjenkidul - - - 2 2 4 2 2 4 2 2 - - 2 2
3 Puskesmas Sananwetan - - - 3 3 - 3 3 3 3 - - 3 3
- - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 2 7 9 2 7 9 1 7 8 - - - 1 7 8
1 RS Syuhada' Haji 3 2 5 5 3 8 8 5 13 1 1 - - 1 1
2 RSI Aminah 1 1 2 2 3 5 3 4 7 1 1 - - 1 1
3 RSU Aminah 2 1 3 4 4 8 6 5 11 - 1 1 - - 1 1
4 RS Katolik Budi Rahayu 7 1 8 7 1 8 14 2 16 1 1 - - 1 1
5 RSUD Mardi Waluyo 23 10 33 8 10 18 31 20 51 - 3 3 - 1 1 - 4 4
6 RSIA TANJUNGSARI 1 1 2 - 1 1 1 2 3 - - - - - - - - -
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 37 16 53 26 22 48 63 38 101 - 7 7 - 1 1 - 8 8
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 37 16 53 28 29 57 65 45 110 1 14 15 - 1 1 1 15 16
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 37,86 40,72 78,57 10,71 0,71 11,43
Keterangan : a termasuk S3
* Untuk tenaga dokter yang di hitung adalah SIP ke 1/dokter organik, SIP 2 dan SIP3/ dokter mitra tidak di hitung
JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS (PELAYANAN) KESEHATAN (ORGANIK)
TOTAL
Sumber: Seksi SDMKes.
DOKTER GIGI NO UNIT KERJA
DOKTER
GIGI SPESIALIS TOTAL
TABEL 73
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Puskesmas Karangsari 10 7 8 15 2 2
2 Puskesmas Kepanjenkidul 17 9 16 25 0 2 2
3 Puskesmas Sananwetan 16 4 13 17 0 2 2
0 0
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 43 20 37 57 0 6 6
1 RS Syuhada' Haji 14 41 55 96 0
2 RSI Aminah 19 10 35 45 0
3 RSU Aminah 8 25 68 93 0
4 RS Katolik Budi Rahayu 11 12 92 104 0
5 RSUD Mardi Waluyo 23 84 137 221 2 2
6 RSIA TANJUNGSARI 15 3 12 15 0
dst. (mencakup RS Pemerintah
dan swasta dan termasuk
pula Rumah Bersalin)
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 90 175 399 574 0 2 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 0 0
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 0 0
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 133 195 436 631 0 8 8
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 95,00 450,73 5,71
Keterangan : a termasuk perawat anastesi dan perawat spesialis
Sumber: Seksi SDMKes.
BIDANPERAWAT
a
JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJAPERAWAT GIGI
TABEL 74
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
TENAGA TEKNIS KEFARMASIANa APOTEKER
L P L + P L P L + P L P L + P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Karangsari 1 1 2 - 2 2 1 3 4
2 Puskesmas Kepanjenkidul - 2 2 - 1 1 - 3 3
3 Puskesmas Sananwetan 1 2 3 1 1 1 3 4
- - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 2 5 7 - 4 4 2 9 11
1 RS Syuhada' Haji 4 7 11 - 2 2 4 9 13
2 RSI Aminah - 4 4 - 1 1 - 5 5
3 RSU Aminah - 18 18 1 3 4 1 21 22
4 RS Katolik Budi Rahayu 9 9 2 2 - 11 11
5 RSUD Mardi Waluyo 4 12 16 - 3 3 4 15 19
6 RSIA TANJUNGSARI 2 2 1 1 - 3 3
dst. (mencakup RS Pemerintah - - - - -
dan swasta dan termasuk - - - - -
pula Rumah Bersalin) - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 8 52 60 1 12 13 9 64 73
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 10 57 67 1 16 17 11 73 84
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 47,86 12,14 60,00
Keterangan : a termasuk analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi
Sumber: Seksi SDMKes.
JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA TOTAL
TENAGA KEFARMASIAN
TABEL 75
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
KESEHATAN MASYARAKATa
KESEHATAN LINGKUNGANb
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas Karangsari - - - 1 1 2
2 Puskesmas Kepanjenkidul 1 - 1 - 2 2
3 Puskesmas Sananwetan - - - - 2 2
- -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 1 - 1 1 5 6
1 RS Syuhada' Haji - - - - 1 1
2 RSI Aminah - - - - - -
3 RSU Aminah 1 2 3 - 1 1
4 RS Katolik Budi Rahayu 1 - 1 - - -
5 RSUD Mardi Waluyo - 1 1 2 3 5
6 RSIA TANJUNGSARI - - - -
dst. (mencakup RS Pemerintah - - dan swasta dan termasuk - - pula Rumah Bersalin) - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 2 3 5 2 5 7
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 3 6 3 10 13
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 4,29 9,29
Keterangan : a termasuk tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga biostatistik dan kependudukan,
tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, epidemiolog kesehatanb termasuk tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
Sumber: Seksi SDMKes.
TABEL 76
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
NUTRISIONIS DIETISIEN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Karangsari - 2 2 - - - - 2 2
2 Puskesmas Kepanjenkidul 1 1 2 - - - 1 1 2
3 Puskesmas Sananwetan 1 1 2 - - - 1 1 2
- - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 2 4 6 - - - 2 4 6
1 RS Syuhada' Haji - - - - 2 2 - 2 2
2 RSI Aminah - - - - 1 1 - 1 1
3 RSU Aminah - - - - 2 2 - 2 2
4 RS Katolik Budi Rahayu - - - - 2 2 - 2 2
5 RSUD Mardi Waluyo - - - 14 14 - 14 14
6 RSIA TANJUNGSARI - - 2 2 - 2 2
dst. (mencakup RS Pemerintah - - - - -
dan swasta dan termasuk - - - - -
pula Rumah Bersalin) - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - - - - 23 23 - 23 23
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 2 4 6 - 23 23 2 27 29
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 20,72
Sumber: Seksi SDMKes.
TOTAL
JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TABEL 77
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
FISIOTERAPIS OKUPASI TERAPIS TERAPIS WICARA AKUPUNKTUR
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Puskesmas Karangsari - - - - - - -
2 Puskesmas Kepanjenkidul - - - - - - -
3 Puskesmas Sananwetan - - - - - - -
- - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - - - - - - - - - - - -
1 RS Syuhada' Haji 1 - 1 - - - - - - - - - 1 - 1
2 RSI Aminah - - - - - - - - - - - - - - -
3 RSU Aminah - 1 1 - - - - - - - - - - 1 1
4 RS Katolik Budi Rahayu - 3 3 - - - - - - - - - - 3 3
5 RSUD Mardi Waluyo 4 2 6 4 8 12 2 - 2 - 1 1 10 11 21
6 RSIA TANJUNGSARI - - - - - - - - - - - - - - -
dst. (mencakup RS Pemerintah - - - - - - - dan swasta dan termasuk - - - - - - - pula Rumah Bersalin) - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 5 6 11 4 8 12 2 - 2 - 1 1 11 15 26
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 5 6 11 4 8 12 2 - 2 - 1 1 11 15 26
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 18,57
Sumber: Seksi SDMKes.
JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN
TENAGA KETERAPIAN FISIKTOTAL
NO UNIT KERJA
TABEL 78
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 Puskesmas Karangsari - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
2 Puskesmas Kepanjenkidul - - - - - - - - - - 1 1 - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 3 3
3 Puskesmas Sananwetan - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
- - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - - - - - - - 1 1 - 5 5 - - - - - - - - - - - - - - - - 6 6
1 RS Syuhada' Haji 1 - 1 - - - - - - - - - 1 3 4 - - - - - - 1 2 3 - - - - - - 3 5 8
2 RSI Aminah 1 1 2 - - - - - - - - - 1 4 5 - - - - - - - 1 1 - - - - - - 2 6 8
3 RSU Aminah 3 1 4 - - - - 1 1 - - - 1 10 11 - - - - - - - 4 4 - - - - - - 4 16 20
4 RS Katolik Budi Rahayu 2 1 3 - - - 1 - 1 - - - 1 4 5 - - - - - - 3 - 3 - - - - - - 7 5 12
5 RSUD Mardi Waluyo 4 4 8 - - - 3 2 5 1 2 3 5 13 18 - 2 2 - - - 1 7 8 - - - - - - 14 30 44
6 RSIA TANJUNGSARI - - - - 3 3 - - 1 1 - - 1 3 4
dst. (mencakup RS Pemerintah - - - - - - - - - - - - - dan swasta dan termasuk - - - - - - - - - - - - - pula Rumah Bersalin) - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 11 7 18 - - - 4 3 7 1 2 3 9 37 46 - 2 2 - - - 6 14 20 - - - - - - 31 65 96
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 11 7 18 - - 4 3 7 1 3 4 9 42 51 - 2 2 - - - 6 14 20 - - - - - - 31 71 102
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 72,86
Sumber: Seksi SDMKes.
TEKNISI
KARDIOVASKULERORTETIK PROSTETIK
REKAM MEDIS DAN
INFORMASI
KESEHATAN
TEKNISI TRANSFUSI
DARAH
ANALISIS
KESEHATANJUMLAH
JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TENAGA KETEKNISIAN MEDIS
RADIOGRAFER RADIOTERAPISTEKNISI
ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI
REFRAKSIONIS
OPTISIEN
TABEL 79
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Karangsari - - - - - - -
2 Puskesmas Kepanjenkidul - 1 - 1 1 - 1
3 Puskesmas Sananwetan - - - - - - -
- - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 1 - 1 1 - 1
1 RS Syuhada' Haji - - - - -
2 RSI Aminah - - - - - - -
3 RSU Aminah - - 1 1 - 1 1
4 RS Katolik Budi Rahayu - - - - - - -
5 RSUD Mardi Waluyo - - - - -
6 RSIA TANJUNGSARI - - - - -
dst. (mencakup RS Pemerintah - - - - - dan swasta dan termasuk - - - - - pula Rumah Bersalin) - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - - - - 1 1 - 1 1
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 4 14 18 - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 4 14 18 1 1 2 1 1 2
Sumber: Seksi SDMKes.
JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TENAGA KESEHATAN LAIN
TOTALPENGELOLA PROGRAM KESEHATAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA
TABEL 80
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 Puskesmas Karangsari 1 1 1 5 6 - - - - 3 3 1 1 6 5 11
2 Puskesmas Kepanjenkidul - 1 1 6 4 10 - - - - 4 4 2 2 10 7 17
3 Puskesmas Sananwetan 1 1 4 5 9 - - - - 4 4 2 2 8 8 16
- - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 1 2 3 11 14 25 - - - - - - - - - - - - 11 - 11 1 4 5 24 20 44
1 RS Syuhada' Haji 2 6 8 - 5 5 - - - - - - - - - - - - 27 1 28 - 9 9 29 21 50
2 RSI Aminah 8 18 26 - 7 7 2 - 2 - 3 3 - - - - - - 14 2 16 - 8 8 24 38 62
3 RSU Aminah 17 28 45 3 1 4 4 - 4 - - - - - - - 32 4 36 3 8 11 59 41 100
4 RS Katolik Budi Rahayu 6 4 10 2 13 15 - - - - - - - - - - - - - - - 42 103 145 50 120 170
5 RSUD Mardi Waluyo 9 14 23 - 2 2 3 - 3 2 1 3 - - - - 105 17 122 16 55 71 135 89 224
6 RSIA TANJUNGSARI 1 1 2 2 1 1 - - - - - 1 3 4
dst. (mencakup RS Pemerintah - - - - - - - - - - - dan swasta dan termasuk - - - - - - - - - - - pula Rumah Bersalin) - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 42 71 113 5 30 35 10 - 10 2 4 6 - - - - - - 178 24 202 61 183 244 298 312 610
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 43 73 116 16 44 60 10 - 10 2 4 6 - - - - - - 189 24 213 62 187 249 322 332 654
STAF PENUNJANG
PERENCANAANTENAGA PENDIDIK JURU
TENAGA
KEPENDIDIKAN
TENAGA
PENUNJANG
KESEHATAN
Sumber: Seksi SDMKes.
JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN
TOTALPEJABAT
STRUKTURAL
STAF PENUNJANG
ADMINISTRASI
STAF PENUNJANG
TEKNOLOGI
TABEL 81
KOTA BLITAR
TAHUN 2017
Rupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:
1 APBD KAB/KOTA 146.470.602.446 88,36
a. Belanja Langsung 98.644.842.496
i. DINAS KESEHATAN 15.051.525.106
ii. RUMAS SAKIT (BLUD) 83.593.317.390
b. Belanja Tidak Langsung 47.825.759.950
i. DINAS KESEHATAN 18.348.750.950
ii. RUMAS SAKIT 29.477.009.000
2 APBD PROVINSI 55.000.000 0,03
- Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi 55.000.000
3 APBN : 19.241.564.000 11,61
- Dana Alokasi Umum (DAU) - 0,00
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 15.695.255.000 9,47
- Dana Dekonsentrasi - 0,00
- Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota - 0,00
- Lain-lain (DBHCHT) 3.546.309.000 2,14
- Lain-lain (Pajak Rokok) 11.754.624.849 7,09
4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 0,00
(sebutkan project dan sumber dananya)
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0,00
165.767.166.446
854.858.048.646
17,13
1.184.093,48
Sumber: BPKAD KOTA BLITAR
ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
TOTAL APBD KAB/KOTA
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
NO SUMBER BIAYA
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN