34
i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Ismiralda Siregar, M.Kes selaku pembimbing atas masukan yang telah diberikan. Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah mengenai “Keluhan Muskuloskeletal Akibat Kerja”. Adapun tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen IKM/IKP/IKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak, baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.

PH Makalah 97

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ph

Citation preview

Page 1: PH Makalah 97

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas

berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada

waktunya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Ismiralda Siregar,

M.Kes selaku pembimbing atas masukan yang telah diberikan.

Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah mengenai “Keluhan

Muskuloskeletal Akibat Kerja”. Adapun tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah

untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik

Senior di Departemen IKM/IKP/IKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,

baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai

pihak, baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga

makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang kesehatan.

Medan, Mei 2015

Penulis

Page 2: PH Makalah 97

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

1.3. Manfaat Penulisan..................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

2.1. Definisi .....................................................................................

..........................................................................................................3

2.2. Klasifikasi ................................................................................

..........................................................................................................3

2.3. Jenis-jenis...................................................................................4

2.4. Faktor resiko.............................................................................. 8

2.5. Manajemen................................................................................ 14

BAB 3 KESIMPULAN .............................................................................

3.1. Kesimpulan .............................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: PH Makalah 97

iii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WHO tahun 2003 melaporkan gangguan otot rangka (musculoskeletal

disorder) adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dan

diperkirakan akibat kerja. Menurut Depkes RI tahun 2005, 40,5% pekerja di

Indonesia mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan

pekerjaannya dan di antaranya adalah gangguan otot rangka sebanyak 16%.

Menurut Grandjen keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat

ringan sampai sangat sakit, apabila otot menerima beban statis secara berulang

dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada

sendi, ligamen, dan tendon.

Menurut survei Eropa Yayasan Peningkatan Hidup dan Kondisi Kerja

yang dilakukan di 31 negara pada tahun 2005, sebanyak 25% dari pekerja di

EU27 melaporkan nyeri punggung dan nyeri otot 23%. Sekitar 235 juta orang

yang bekerja di 31 negara di saat survei, yang berarti bahwa setidaknya 60 juta

pekerja dilaporkan menderita MSDs di Eropa. MSDs telah sering dikaitkan

dengan fisik menuntut kondisi kerja. Menurut survei, 62% dari pekerja

melaporkan bahwa mereka terkena tangan atau lengan gerakan berulang dan 46%

dilaporkan bekerja dalam posisi yang menyakitkan atau melelahkan untuk

setidaknya seperempat dari waktu kerja mereka.

Ada perbedaan besar antara negara dan sektor kehidupan kerja. Dari biru

pekerja kerah (blue collar workers), 18% harus memindahkan beban berat semua

atau hampir semua waktu, sedangkan kurang dari 5% dari pekerja kerah putih

melakukannya. Paparan semua jenis risiko MSDS (material handling manual,

gerakan berulang dan postur dibatasi serta getaran dan bekerja di suhu rendah)

tertinggi di sektor konstruksi dan terendah di jasa keuangan. Di semua sektor dan

Page 4: PH Makalah 97

iv

terutama pekerjaan kantor, bagaimanapun, penggunaan komputer untuk waktu

yang lama telah meningkat mengarah ke jenis baru dari risiko untuk MSDS.

Menurut survei, 50% wanita dan 45% pria bekerja pada komputer setiap

hari. Bekerja dengan komputer ringan fisik dan risiko gangguan ekstremitas atas

rendah dibandingkan dengan pekerjaan tradisional yang melibatkan pekerjaan

berulang-ulang. Namun, jumlah yang sangat besar dari pekerja komputer

membuat jumlah absolut pekerja dengan gangguan besar dan prioritas bagi

masyarakat Eropa.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah untuk lebih mengerti dan

memahami keluhan muskuloskeletal akibat kerja. Tulisan ini juga dibuat untuk

memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior

(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran

Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kesokteran Universitas

Sumatera Utara.

1.3 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis agar dapat lebih

mengetahui keluhan muskuloskeletal akibat kerja.

Page 5: PH Makalah 97

v

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO)

tahun 2007, keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada tendon, otot,

dan saraf. Aktifitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak

nyaman pada otot. Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi walaupun gaya yang

dikeluarkan ringan dan postur kerja yang memuaskan.

Kelainan muskuloskeletal (musculoskeletal disorder, MSD) mengacu pada

kondisi-kondisi yang melibatkan saraf, tendon, otot, dan struktur pendukung

tubuh lainnya. Dikatakan terjadi kelainan karena terdapat perbedaan antara

keadaan struktur penyangga tubuh tersebut dengan keadaan yang seharusnya.

Sedangkan kelainan muskuloskeletal akibat kerja (work related musculoskeletal

disorder, WMSD) tentunya mengacu pada kondisi kelainan pada saraf, tendon,

otot, dan struktur penyangga tubuh lainnya akibat suatu pekerjaan yang

dilakukannya.

Istilah kelainan muskuloskeletal akibat kerja juga dikenal dengan beberapa

nama lain, seperti cummulative trauma disorders, repetitive trauma disorders

(oleh OSHA, USA), repetitive strain injuries (oleh British & Commonwealth),

overuse syndrome (oleh Sport medicine), dan regional musculoskeletal disorders

(oleh Rheumatologist). Namun, pada dasarnya semua mengacu pada hal yang

serupa.

2.2. Klasifikasi

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

i. Keluhan sementara (reversible)

Page 6: PH Makalah 97

vi

Keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis namun

demikian keluhan tersebut akan segera hilang bila pembebanan dihentikan.

ii. Keluhan menetap (persistent)

Keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja

dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industry telah banyak dilakukan dan hasil

studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka

(skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang

dan otot-otot bagian bawah.

Gambar 1: Bagian tubuh dimana terjadinya MSD.

2.3. Jenis- jenis

a) Tendonitis

Seperti namanya menunjukkan, tendonitis adalah peradangan tendon.

Tendon adalah struktur yang menghubungkan otot ke skeleton. Bisep adalah

melekat pada bahu dan lengan dengan tendon. Ketika kontrak otot ini dan

memendek, itu menarik pada tendon dan penyebab lengan menekuk.

Page 7: PH Makalah 97

vii

Tendon "bekerja" setiap kali otot bekerja. Oleh karena itu, ketika otot

adalah berlebihan terbebani, misalnya, dengan cukup dan mengulangi upaya,

bahwa tendon mungkin berlebihan terbebani. Jika tendon terluka dan teori

berlimpah yang WMSDs disebabkan oleh akumulasi cedera mikroskopis tubuh

dapat mencoba untuk memperbaikinya. Ini adalah ketika peradangan terjadi,

dengan tanda-tanda pembengkakan. Jika berlebihan terus berlanjut, yang cedera

tendon, bengkak oleh peradangan, mungkin bahkan lebih rentan terhadap

membebani. Ini menghasilkan tendonitis.

b) Tenosinovitis

Tendon bisa menghadapi cobaan yang mengerikan dalam keadaan tertentu

jika mereka tidak pro-dideteksi oleh selubung sinovial. Contohnya adalah apa

yang terjadi ketika tangan benar-benar tertekuk dan otot-otot ekstensor jari

diletakkan untuk bekerja. Tendon ditekan melawan tulang pergelangan tangan,

dan gesekan yang dihasilkan bisa melukai tendon. Untungnya, tendon yang

membutuhkan proteksi yang terlindung dari gesekan yang berlebihan oleh

selubung sinovial. Sarung ini berfungsi sebagai pelumas selimut yang

menyertakan tendon di ruang di mana ia dapat meluncur bebas di cairan pelumas

yang disebut synovia tersebut.

Meskipun tendon yang dikelilingi oleh selubung sinovial begitu

dilindungi, mereka tetap tidak sepenuhnya terlindung dari berlebihan. Jika

tendonitis set dan membengkak tendon, sarung dikompresi oleh tendon

membengkak. Selubung itu sendiri kemudian menjadi iritasi dan meradang.

Tenosinovitis adalah peradangan simultan dari tendon dan sekitarnya selubung

sinovial nya.

c) Bursitis (Radang Kandung Lendir)

Tendon juga ditemukan di bahu. Karena mereka berada tepat di atas tulang

(kepala humerus), mereka bisa terluka oleh gesekan jika tidak ada mekanisme

perlindungan. Memang, ada kantung yang berisi cairan sinovial antara tendon dan

tulang, yang disebut bursa. Ini bertindak sebagai bantalan pelumas yang

Page 8: PH Makalah 97

viii

memungkinkan tendon untuk meluncur pada menonjol tulang tanpa kerusakan.

Seperti namanya jelas menunjukkan, bursitis adalah peradangan bursa.

Ini peradangan bursa umumnya mengikuti peradangan tendon. Dengan

pembengkakan yang menyertai tendonitis, bursa berakhir dikompres antara dua

tulang. Gesekan dan kompresi bisa melukai bursa dan menyebabkan radang

kandung lendir. Pembengkakan tendon juga dapat mereda, sementara bursa tetap

bengkak. Pembengkakan bursa pada gilirannya dapat menekan tendon dan

menghidupkan kembali tendonitis itu. Oleh karena itu, bursitis kadang-kadang

komplikasi tendonitis bahu (shoulder perenang).

d) Carpal Tunnel Syndrome

Pergelangan tangan terdiri dari beberapa tulang tulang pergelangan tangan.

Tulang-tulang ini membentuk rongga disebut carpal tunnel di mana banyak

tendon, saraf dan pembuluh darah. Carpal tunnel syndrome adalah penderitaan

saraf yang bisa dikompresi, umumnya dengan pembengkakan tendon lewat di

dekatnya, di ruang terbatas yang merupakan terowongan karpal. Penderitaan saraf

menyebabkan mati rasa dan kelemahan otot. Carpal tunnel syndrome juga unik

karena lebih menyakitkan di malam hari, ketika pembengkakan pada puncaknya.

Korban sering terbangun oleh rasa sakit.

DISEASE/CONDITION TISSUE

AFFECTED

SYMPTOMS POSSIBLE

CAUSES

Carpal tunnel syndrome

occurs on the palm side

of the wrist

Median Nerve

Blood Vessels

Tendons

Numbness/tingling

affecting the thumb,

index, middle, and

half of the ring

fingers, especially

at night

Weak grip

Repetitive

flexion of

wrist

Myofascial pain in the Muscles Heavy feeling, Working

Page 9: PH Makalah 97

ix

neck and upper back

Tendon

Sometimes

nerves

aching pain

Stiffness in upper

back and neck

Poor sleep

overhead arms

in extended

position

Shoulder bursitis Bursa (lining

of shoulder

joint)

Shoulder pain

Stiffness

Problems putting on

sweater

Repeated

shoulder

movements

Rotator cuff tendonitis Rotator cuff

tendon located

in front of

shoulder

Shoulder pain

Stiffness

Problem reaching

behind on upper

back

Repeated

shoulder

movement

especially

with twisting

Overhead

throwing

Tennis elbow (lateral

epicondylitis)

Elbow tendon

on thumb side

of arm

Elbow pain

Problem wringing

towel and carrying

groceries

Repeated

twisting arm

movement

Thumb tendonitis or

DeQuer vain’s tendonitis

Tendon of

thumb

(from the nail

to the wrist)

Pain in thumb

Problem with

pinching and

gripping

Repeated

pressing,

pulling with

thumb

Trigger fingers or

tenosynovitis of fingers

Tendons,

synovium

(lining of

tendons)

Fingers “lock” and

release by pushing

on them

Repeated use

of hand tools

or gripping

motions

Wrist/forearm tendonitis Tendons,

muscle

Pain, swelling

Weak grip

Repetitive

movements of

wrists and

Page 10: PH Makalah 97

x

forearms

Tabel 1: Jenis- jenis WMSD dan gejala serta penyebab.

2.3. Faktor Resiko

Secara umum, keseriusan faktor risiko tergantung pada tiga karakteristik utama

yang terdiri daripada intensitas (atau amplitudo), frekuensi dan durasi.

a) Intensitas

Sebagian besar waktu, kontribusi intensitas faktor risiko usah dikatakan:

semakin intens faktor risiko (semakin besar usaha atau ekstrim postur), semakin

tinggi risiko. Namun, ada kalanya hubungan yang tidak jelas. Misalnya,

mengatakan bahwa lengkap dan imobilitas paksa segmen tubuh dapat

berkontribusi untuk risiko tidak berarti bahwa kebalikannya mobilitas terganggu

yang diinginkan. Hubungan di sini adalah salah satu yang lebih kompleks, di

mana terlalu sedikit bisa sama berbahayanya dengan terlalu banyak.

b) Frekuensi

Frekuensi mengacu pada jumlah kali bahwa faktor risiko hadir dalam

interval waktu tertentu. Yang terkena getaran dua kali sehari merupakan faktor

risiko yang lebih rendah daripada yang terkena dua ratus kali per hari. Oleh

karena itu risiko meningkatkan sebagian besar waktu dengan frekuensi.

c) Durasi

Karakteristik ketiga yang mempengaruhi keseriusan faktor risiko adalah

durasi, sebuah konsep yang memiliki beberapa arti. Hal ini dapat menjadi jumlah

waktu yang dihabiskan di diberikan pos-mendatang dalam siklus kerja atau durasi

upaya yang dilakukan dalam siklus, seperti bahu yang tertekuk selama 45 detik

dalam siklus dua menit. Semakin lama waktu yang dihabiskan dalam siklus,

semakin tinggi faktor risiko. Durasi juga bisa berarti jumlah jam dalam shift kerja

ketika seorang pekerja terkena risiko tertentu. Misalnya, melakukan pekerjaan

berulang-ulang selama 30 menit tidak memiliki dampak yang sama seperti ketika

Page 11: PH Makalah 97

xi

pekerjaan tersebut dilakukan untuk seluruh pergeseran. Durasi juga dapat merujuk

ke skala yang lebih luas. Ini kasus ini, mungkin berarti jumlah tahun selama

pekerja telah terkena dalam kehidupan profesional nya. Dalam ketiga kasus, salah

satu prinsip sederhana umumnya menonjol, risiko sebanding dengan durasi

paparan.

Risk factor x duration = scope of

intensity WMSD risk

frequency

Tidak selalu mudah untuk mengenali faktor risiko. Dalam dokumen ilmiah, daftar

dapat bervariasi menurut penulis.

• Postur

• Upaya dan kekuatan

• Kerja otot statis

• Paparan agresor fisik tertentu

• Pengulangan dan ketetapan kerja

• Faktor Organisasi

Postur

Seringkali, karena karakteristik dari tempat kerja atau metode yang

diadopsi, pekerja harus menggunakan postur canggung atau menuntut. Postur

kerja yang tidak memadai dapat merupakan faktor risiko. Bagaimana Untuk setiap

sendi, ada sikap dasar yang menciptakan paling sedikit kendala. Postur ini

biasanya jauh dari batas-batas rentang sendi gerak membutuhkan sedikit usaha

untuk mempertahankan dan tidak menempatkan struktur anatomi dalam posisi

yang tidak menguntungkan. Sebaliknya, postur bisa memadai untuk tiga jenis

alasan. Hal ini ekstrim jika dekat batas rentang sendi gerak. Siapapun bisa

mengalami beberapa ketidaknyamanan jika pergelangan tangan mereka penuh

tertekuk atau diperpanjang.

Postur juga dapat menuntut jika hanya dapat dipertahankan dengan

berperang melawan gravitasi. Misalnya, posisi di mana lengan terus penuh

Page 12: PH Makalah 97

xii

membentang di depan tubuh (bahu fleksi) tidak ekstrim dalam hal itu jauh dari

batas kisaran sendi gerak. Namun, harus melawan gravitasi membuat postur ini

sangat menuntut. Akhirnya, postur tertentu berisiko karena struktur anatomi

ditempatkan dalam posisi di mana mereka tidak dapat berfungsi secara efektif.

Misalnya, menjaga lengan atas bahu membuat aliran darah sulit, sehingga

mengurangi kapasitas otot. Selain itu, dalam posisi ini, tendon otot macet antara

dua massa tulang, sehingga menempatkan otot dalam posisi yang sulit. Hal yang

sama berlaku untuk tendon pergelangan tangan yang dapat dikompresi dalam

ruang terbatas ketika pergelangan tangan tertekuk.

Rasa sakit yang disebabkan oleh postur jelas akan tergantung pada

seberapa jauh itu dari postur santai (ini mengacu pada amplitudo postur, yaitu

sekitar setara dengan intensitas postur), frekuensi yang postur ini diadopsi, dan

durasinya.

Kekuatan, usaha dan beban muskuloskeletal

Kekuatan adalah gagasan yang kompleks untuk menentukan. Sesuatu bisa

disebut sebagai kekuatan atau usaha, tergantung pada sudut pandang yang

diadopsi. Bahkan, itu benar-benar bermuara pada kekuatan yang diberikan pada

muskuloskeletal, apakah itu adalah ketegangan otot, peregangan tendon,

intramuskular, atau gesekan dari tendon di sarungnya. Hal ini disebut sebagai

beban muskuloskeletal.

Bahasa sehari-hari sangat tidak tepat ketika mengatakan bahwa beberapa

kekuatan diperlukan untuk accom-plish tugas yang diberikan. Apakah ini

mengacu pada gaya yang diterapkan (yang dapat diukur), atau fakta bahwa ia

memerlukan upaya yang lebih atau kurang signifikan? Hal ini berguna untuk

membedakan dengan jelas antara kekuatan dan usaha. Ketika kita berbicara

tentang kekuatan dalam dokumen ini, kita berarti gaya yang dihasilkan oleh

sistem muskuloskeletal untuk diterapkan pada lingkungan eksternal. Ini adalah

gaya yang diterapkan yang dapat diukur.

Page 13: PH Makalah 97

xiii

Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa mengerahkan kekuatan 20 kg untuk

memindahkan kotak, misalnya, dapat memerlukan lebih atau kurang signifikan

usaha, tergantung pada individu, nya postur, dan berbagai faktor lainnya.

Menerapkan gaya yang sama dapat memerlukan lebih atau kurang signifikan

upaya sesuai dengan sirkum-sikap. Upaya lebih seperti biaya yang tubuh harus

membayar untuk mengerahkan kekuatan. Apakah itu diperkirakan dari luar

dengan mengukur gaya yang, atau apakah biaya untuk individu berdasarkan upaya

yang dilakukan dianggap, risiko akan selalu sebanding dengan beban yang

jaringan harus bertahan

Kerja otot statis

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, risiko terjadi ketika anggota

tubuh harus disimpan dalam posisi dengan melawan gravitasi, ketika struktur

muskuloskeletal harus mendukung berat anggota tubuh. Hal ini terjadi, misalnya,

ketika bekerja dengan lengan di atas bahu. Situasi seperti itu digambarkan sebagai

kerja otot statis. Intensitas risiko tergantung pada amplitudo dan durasi postur.

Semakin lama postur dipertahankan, semakin tinggi risiko.

Kerja otot statis melibatkan menjaga otot-otot berkontraksi tanpa

gangguan. Ini adalah kebalikan dari kerja otot dinamis, yang mengacu pada

alternatif antara kontraksi dan relaksasi. Ada banyak contoh kerja statis di industri

maupun di kantor. Sebuah kasus di titik adalah orang yang bekerja dengan

tampilan video terminal (VDT) dan yang tetap diam, leher membungkuk ke depan

dan tangan dipelihara di deviasi radial di atas keyboard. Juga, karena desain yang

buruk, operator dapat dipaksa untuk bekerja dengan tangan di atas bahu. Postur

seperti itu tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama Upaya statis dengan

lengan di atas bahu sangat menyakitkan. Kerja statis diidentifikasi sebagai faktor

risiko untuk WMSDs karena dapat mengurangi pasokan darah ke otot-otot, yang

dengan cepat menyebabkan kelelahan otot. Untuk berfungsi secara normal, otot-

otot membutuhkan pasokan darah yang memadai. Ini adalah darah yang

memberikan otot dengan oksigen dan glukosa, sumber utama energi. Itu juga

Page 14: PH Makalah 97

xiv

merupakan darah yang mengungsikan limbah pembakaran (karbon dioksida).

Otot membutuhkan lebih banyak darah ketika bekerja daripada saat sedang

beristirahat. Dalam kasus usaha yang dinamis, ketika ada pergantian antara

kontraksi dan relaksasi otot, otot yang aktif membutuhkan lebih banyak bahan

bakar. Hal ini relatif mudah untuk meningkatkan aliran darah, karena kontraksi

dan relaksasi pergantian memfasilitasi sirkulasi. Otot kemudian menerima

pasokan darah yang cukup.

Situasi ini berbeda selama upaya statis. Dalam hal ini, kontraksi otot

berkelanjutan dan tidak ada pergantian antara kontraksi dan relaksasi. Karena otot

bekerja lebih keras, perlu lebih banyak energi. Tapi, selama kontraksi, tekanan di

dalam otot meningkat, sehingga menekan pembuluh darah, yang menghambat

pintu masuk dari darah baru. Memang, lebih sulit untuk mendorong darah ke otot

berkontraksi. Jika kontraksi cukup kuat, pintu masuk darah bisa diblok benar.

Apakah masuk darah tersumbat sebagian atau seluruhnya, otot masih harus

bekerja dalam kondisi yang tidak menguntungkan di mana kelelahan set di jauh

lebih cepat.

Kompresi dalam otot berkaitan dengan intensitas usaha yang diperlukan

untuk mempertahankan postur. Semakin ekstrim postur, semakin kuat kontraksi

dan rendah pasokan darah ke otot. Demikian juga, jika kekuatan harus diberikan

atau beban harus dilakukan dengan kerja statis, ruang lingkup beban akan

meningkatkan rasa sakit yang terkait dengan pekerjaan secara proporsional

Paparan agresor fisik tertentu

Fitur lingkungan tertentu juga dapat berkontribusi terhadap risiko

WMSDs. Misalnya, paparan dingin, getaran, dampak dan tekanan mekanik telah

dikaitkan dengan WMSD.

Tekanan mekanik terjadi ketika jaringan lunak tubuh yang "hancur" oleh

kontak langsung dengan benda keras hadir di lingkungan kerja. Kulit dan

Page 15: PH Makalah 97

xv

mendasari struktur seperti saraf, tendon dan pembuluh darah dapat terluka oleh

tekanan langsung ini. Tangan yang paling sering terkena tekanan mekanik saat

menangani alat atau produk. Jika benda memiliki tepi tajam, atau jika menangani

memiliki sudut kanan, telapak, pangkal ibu jari atau jari dapat mengalami tekanan

lokal yang kuat.

Daerah lain dari tubuh dapat mengalami tekanan setempat bila

menggunakan permukaan keras atau permukaan unpadded untuk dukungan

selama bekerja. Hal ini terjadi dengan pergelangan tangan, lengan, siku dan lutut.

Efek dari tekanan mekanis jelas tergantung, seperti kebanyakan faktor risiko lain,

pada frekuensi, durasi dan intensitas tekanan. Faktor terakhir ini pada gilirannya

sering dikaitkan dengan intensitas usaha. Memang, setiap orang memiliki ide yang

baik dari perbedaan yang mungkin ada di antara memotong kain tipis dengan

gunting dan memotong kain tebal. Tekanan diberikan pada jari menjadi tidak

nyaman dengan sangat cepat sebagai kekuatan yang diperlukan untuk memotong

meningkat.

Pengulangan dan ketetapan kerja

Sementara pengulangan sendiri merupakan faktor risiko, itu adalah juga

modulator untuk faktor risiko lainnya. Dalam hal ini, pengulangan menciptakan

pengganda efek. Ketetapan kerja mengacu pada kegiatan yang masih relatif tidak

berubah lembur; maka konsep ini erat terkait dengan pengulangan. Dalam kedua

kasus, Risiko meningkat ketika struktur musculoskeletal yang sama diminta

semua waktu. Namun, mengingat tugas dari sudut pandang ketetapan

menunjukkan pentingnya saat, selama proses kerja, ketika struktur dapat pulih.

Tugas monoton, sisa-sisa pekerja stasioner karena persyaratan, tampaknya

menimbulkan risiko yang lebih tinggi dari WMSD.

Faktor organisasi

Organisasi kerja meliputi satu set faktor yang menentukan risiko cedera

yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini mengacu pada semua determinasi

Page 16: PH Makalah 97

xvi

syarat dan kondisi dari proses kerja. Faktor organisasi dapat mereka diri menjadi

faktor risiko untuk WMSDs, tetapi mereka juga sangat penting karena mereka

sangat menentukan faktor risiko lain yang kita telah disebutkan.

Faktor risiko yang berhubungan dengan organisasi kerja memiliki efek

kompleks pada risiko WMSD dan salah satu yang tidak selalu mudah untuk

mengidentifikasi dengan jelas. Hal ini wajar untuk menganggap bahwa

pengorganisasian kerja sekitar unit otonom bukan pada jalur perakitan akan

memiliki segala macam konsekuensi atas kondisi kerja, dan karenanya pada

postur dan metode yang diadopsi di setiap stasiun kerja. Memang, organisasi kerja

sebagian besar menghalangi-tambang intensitas faktor risiko lain seperti postur,

usaha dan pengulangan. Akibatnya, jenis jadwal kerja, bekerja sendiri atau dalam

tim, metode remunera-tion, jenis pengawasan, dan keadaan hubungan kerja adalah

semua parameter yang dapat mempengaruhi risiko WMSDs pada satu titik atau

lain. Hanya mengubah pemasok untuk komponen tertentu dapat menyebabkan

peningkatan upaya yang diperlukan untuk instalasi.

Pengaruh organisasi kerja pada risiko WMSD tidak hanya karena fakta

bahwa organisasi akhirnya menentukan kondisi untuk melaksanakan tugas

tertentu. Kecepatan kerja, terutama jika itu dipaksakan, metode remunerasi, iklim

kerja dan kualitas hubungan interpersonal dapat juga mempengaruhi risiko

WMSD dengan menghasilkan kurang lebih stres. Stres merupakan sebuah

fisiologis dan keadaan psikologis. Ketika bekerja di lingkungan tegang atau stres,

ada peningkatan ketegangan otot yang dapat berkontribusi secara langsung ke

beban muskuloskeletal. Selain itu, perilaku dapat diubah, misalnya, dengan

mengadopsi metode kerja yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan produksi

meningkat, mungkin dengan mengorbankan keamanan atau kenyamanan

2.4. Penatalaksanaan

Ergonomi harus menjadi prioritas di tempat kerja, sehingga WMSDs dicegah

bukan diberi penatalaksanaan.

Page 17: PH Makalah 97

xvii

Pengobatan mungkin melibatkan kombinasi pendekatan, seperti:

■ modifikasi pekerjaan

■ jasa yang profesional kesehatan, seperti fisioterapi atau terapis pijat

■ program latihan

■ penggunaan obat untuk menghilangkan rasa sakit

■ aplikasi panas atau dingin

Ergonomi

Ergonomi didefinisikan sebagai pas tugas, alat, bahan dan peralatan di

tempat kerja untuk pekerja. Tujuan dari ergonomi adalah untuk mengurangi risiko

pekerja mengembangkan cedera regangan berulang. Pekerja beresiko injury jika

mereka menggunakan repetitive, berkelanjutan, kuat, atau pengerahan tenaga

canggung. Faktor risiko lain adalah suhu, getaran, sarung tangan, dan tekanan

kontak. Jika dua atau lebih faktor risiko yang hadir, ada risiko yang lebih besar

dari injur y. Misalnya, per membentuk angkat kuat sekali menempatkan pekerja

berisiko kurang dari injur y dari per membentuk angkat kuat beberapa kali per

jam.

Page 18: PH Makalah 97

xviii

Rotasi

Sementara rotasi dapat digunakan sebagai bagian dari peningkatan

ergonomis bekerja Kondisi, sering diusulkan dalam isolasi untuk memperbaiki

efek dari stasiun terutama menuntut. Akibatnya, manfaat diskusi lebih lanjut.

Bahkan, rotasi antara beberapa stasiun kerja dianjurkan untuk mengurangi

paparan faktor risiko disajikan oleh salah satu stasiun ini. Idenya sangat efektif

jika tugas dapat diversifikasi dan jumlah paparan berkurang. Oleh karena itu

diperlukan untuk memastikan rotasi yang terjadi antara pekerjaan dengan

kebutuhan yang berbeda, sehingga memungkinkan sendi yang paling terbebani

untuk pulih. Kondisi ini tidak begitu mudah untuk bertemu pada jalur perakitan di

mana tuntutan utama yang dibuat pada tungkai atas.

Rotasi bukan solusi universal. Mungkin unadvisable untuk stasiun kerja

yang membutuhkan banyak pelatihan dan kurva belajar yang panjang bagi pekerja

untuk dapat menjaga. Dalam kasus ini, berganti pekerjaan terlalu cepat akan

Page 19: PH Makalah 97

xix

berarti selalu berada dalam tahap belajar dan tidak pernah mampu

mengoptimalkan metode operasi. Perubahan itu harus dibuat lebih jarang,

sehingga mengurangi keuntungan rotasi.

Latihan

Ide pelatihan pekerja sering menyinggung pelatihan yang berfokus pada

"metode yang tepat" atau "postur yang tepat". Di bidang lain, terutama yang dari

penanganan, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa program pelatihan

hanya berdasarkan ajaran kerja meth-ods telah menghasilkan hasil yang

mengecewakan. Ada berbagai alasan untuk kegagalan program ini. Seringkali,

"teori" metode mengajar tidak dapat diterapkan seperti, mengingat pembatasan

tempat kerja (ruang terbatas, karakteristik beban ditangani, dll). Selain itu, sering

lupa-sepuluh bahwa tidak ada "metode kerja yang tepat" tunggal yang berlaku

universal untuk semua pekerja dan semua kondisi. Pekerja akan mengadopsi

strategi yang berbeda berdasarkan situasi yang dihadapi. Untuk WMSDs, seperti

penanganan, pelatihan bertujuan semata-mata mengajar "metode kerja yang tepat"

kemungkinan akan menghasilkan hasil yang tidak memuaskan. Ini tidak berarti

pelatihan yang berguna- Sebaliknya. Namun, untuk "metode kerja yang tepat",

pelatihan dapat fokus pada transfer infor-masi dan pengetahuan. Pendekatan ini

tampaknya lebih menjanjikan dalam hal WMSDs.

Pelatihan, misalnya, dapat diarahkan mengajar pekerja bagaimana

mendeteksi gejala awal WMSDs dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko utama

di stasiun mereka. Pelatihan tersebut bisa memungkinkan pekerja untuk

melakukan penyesuaian terhadap stasiun kerja mereka sendiri dan membantu

mereka mengenali perkembangan WMSD dalam waktu. Staf manajemen, particu-

larly mandor dan pemimpin tim, serta mekanik, juga merupakan suatu klien

pelatihan yang ideal. Mereka adalah pemain penting perusahaan ketika datang ke

WMSDs, karena mereka sering bertanggung jawab untuk transformasi kerja, baik

untuk organisasional dan tingkat teknis. Oleh karena itu mereka bisa mendapatkan

keuntungan dari pengetahuan tentang konsep ergonomis dasar, yang mengapa

Page 20: PH Makalah 97

xx

pelatihan berfokus pada WMSD menyebabkan dan metode pencegahan dapat

menjadi aset yang sangat berharga. Terakhir, pengambil keputusan juga dapat

keuntungan dari pelatihan pada relevansi opsi pencegahan yang berbeda untuk

membantu mereka meningkatkan perencanaan mereka.

Hal ini juga harus dicatat bahwa, untuk pencegahan WMSD dan

pencegahan secara umum, itu selalu berguna bagi para pekerja baru untuk

memiliki pelatihan on-the-job sehingga mereka dapat belajar pekerjaan mereka

dengan baik sebelum mereka dipaksa untuk mengadopsi biasa, seringkali cukup

cepat kecepatan. Pelatihan pada perekrutan dapat menginformasikan dan kedepan-

memperingatkan pekerja tentang WMSDs, sementara mempromosikan adopsi

metode kerja yang tepat.

Kesimpulannya, pelatihan berdasarkan transfer pengetahuan tampaknya

menawarkan lebih potensial dari pelatihan yang sangat khusus berfokus hanya

pada "metode kerja yang tepat". Pelatihan dapat menargetkan berbagai clienteles:

pekerja, mandor, insinyur, mekanik, manajer, kesehatan dan komite keselamatan

anggota, pembelian dan pemeliharaan pengawas, dll Tema diarahkan kebutuhan

spesifik dari klien yang ditargetkan: jenis WMSDs, recogni-tion dari awal gejala,

identifikasi faktor risiko, konsep ergonomis, pendekatan pencegahan utama, dll

Tindak lanjut dari pekerja yang terkena dampak

Setiap program pencegahan yang baik harus mencakup unsur-unsur

pencegahan sekunder dan tersier, untuk memperhitungkan pekerja akun yang

menunjukkan gejala WMSDs, serta mereka yang tidak hadir karena kecelakaan

kerja terkait atau penyakit. Jadi, dianjurkan bahwa ketika para pekerja di sebuah

stasiun tertentu menunjukkan gejala WMSD, ini adalah tanda untuk mengambil

tindakan untuk mengurangi faktor risiko.

Kembali ke pekerjaan pekerja yang terkena WMSDs juga harus

diperhatikan. Bahkan jika langkah-langkah telah diambil untuk mengurangi risiko

WMSDs di stasiun kerja, kembali secara bertahap ke stasiun kerja umumnya

Page 21: PH Makalah 97

xxi

direkomendasikan. Ini mungkin berguna untuk mengembangkan mekanisme yang

menyediakan pekerja dengan kondisi kerja disesuaikan dengan status kesehatan

mereka. Sebagai contoh, seorang pekerja menderita bursitis atau nyeri bahu tidak

akan diberi pekerjaan yang melibatkan postur bahu canggung. Tujuannya adalah

untuk menyediakan pekerja dengan stasiun kerja disesuaikan dengan kapasitas

mereka, apa pun mereka berada.

Workplace fitness programs

Beberapa perusahaan telah menyiapkan program kebugaran di tempat

kerja. Misalnya, dua kali sehari, kerja terganggu selama sepuluh menit

peregangan dan latihan pemanasan untuk sendi over-pajak. Beberapa telah

menyatakan keraguan mengenai efektivitas sejati dari program ini, yang lain

mengatakan bahwa latihan-latihan tertentu dapat berbahaya, sementara yang lain

memberikan laporan bercahaya program berlangsung. Masalah ini akan terus

menjadi subyek banyak penelitian di tahun-tahun mendatang.

BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Ada banyak penyebab WMSDs, dan untuk mencegah mereka, situasi kerja

seluruh harus dipertimbangkan. Oleh karena itu adalah masalah yang sulit untuk

menangani. Pertama, penting untuk memahami apa yang sedang terjadi, untuk

menyingkirkan bias apapun, untuk mengetahui fakta-fakta. Kemudian, perlu

untuk mengatasi dan mengevaluasi keseriusan situasi yang berlaku di tempat

kerja. Jika situasi diterima, mungkin cukup untuk hanya tetap waspada dan siap

untuk campur tangan pada tanda sedikit kerusakan. Jika, bagaimanapun, menjadi

jelas bahwa situasi bermasalah, baik karena sudah ada tanda-tanda WMSDs

diidentifikasi atau karena itu hanya masalah waktu sebelum mereka muncul,

Page 22: PH Makalah 97

xxii

tindakan harus diambil, dan itu adalah pada titik ini bahwa banyak mungkin

merasa kewalahan.

DAFTAR PUSTAKA

x

1. Departemen kesehatan RI. Direktorat Bina Kesehatan Kerja. 2007. Pedoman

Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan. Penyakit Otot

Rangka Akibat Kerja

2.

3.

4.

5.

6.

Page 23: PH Makalah 97

xxiii

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.