Documentph

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ph

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebersihan perseorangan atau personal hygiene adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan kesehatan. Keberihan perseorangan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor nilai dan praktek individu. Faktor lain yang mempengaruhi kebersihan perseorangan adalah budaya, sosial, keluarga, dan faktor-faktor individual seperti pengetahuan tentang kesehatan, dan persepsi tentang kebutuhan dan rasa nyaman perorangan. Pada umumnya keadaan personal hygiene di pondok-pondok pesantren kurang mendapatkan perhatian dari santri. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dari santri sebelum datang dipesantren seperti sosial budaya, hunian dan keyakinan, keadaan lingkungan yang kurang memadai dan faktor individual seperti kurangnya pengetahuan. Personal hygiene sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit pada diri seseorang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabakan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur. Penyakit yang sering muncul karena kurangnya perhatian terhadap kebersihan diri adalah penyakit kulit. Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat. Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabatan tangan, tidur bersama dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan selimut. Penyakit ini mudah menular dan banyak faktor yang membantu penyebarannya antara lain kemiskinan, personal hygiene yang jelek dan lingkungan yang tidak sehat. Penyakit skabies pada umumnya menyerang individu yang hidup berkelompok seperti asrama, pesantren, lembaga permasyarakatan, rumah sakit, perkampungan padat dan rumah jompo. Sebanyak 300 juta orang pertahun didunia dilaporkan terserang scabies (WHO, 2009) Selain itu skabies juga ditemukan pada semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi penyakit skabies sekitar 6%-27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja (Diyas, 2011). Menurut Depkes RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Data pola 10 penyakit terbesar di Kota Medan tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit kulit infeksi dengan jumlah penderita 39.267 orang atau 5,90% menduduki urutan kelima setelah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas, hipertensi, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat serta penyakit lain pada saluran pernafasan atas.

1.2 Rumusan Masalah Hasil laporan kunjungan puskesmas Aek Songsongan mendapatkan 12 kunjungan penderita Skabies dalam tiap bulan yang merupakan Santri Pondok Pesantren. 1. 3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui gambaran Personal Hygiene santri dan sanitasi lingkungan di Pondok Pesantren Darul Fallah Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan pada tahun 2015.1. 3. 2 Tujuan Khusus a. Mengetahui Distribusi Frekuensi kebersihan pakaian santrib. Mengetahui Distribusi Frekuensi kebersihan kulitc. Mengetahui Distribusi Frekuensi tangan dan kukud. Mengetahui Distribusi Frekuensi kebersihan handuk e. Mengetahui Distribusi Frekuensi kebersihan tempat tidur dan seprei f. Mengetahui Distribusi Frekuensi kebersihan genital g. Mengetahui Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi Dinas KesehatanMemberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kepada masyarakat pelaksanaan program PHBS khususnya Personal hygiene dan dampak yang dapat ditmbulkannya.

1. 4. 2 Bagi Pesantren dan Santri Memberi informasi dan pemahaman terhadap pentingnya memperhatikan Personal hygiene dan kesehatan sanitasi lingkungan di Pondok Pesantren Darul Fallah.1. 4. 3 Bagi Peneliti Sebagai proses pembelajaran dalam melakukan penelitian dan mengaplikasikan pengetahuan secara teoritis dengan kenyataan yang ada di masyarakat mengenai Penyakit Scabies.1. 4.4 Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Personal hygiene dan sanitasi lingkungan.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Personal Hygiene2.1.1 Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat memengaruhi kesehatan secara umum. Menurut Tarwoto (2004) Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisikdan psikis. Pemenuhan Personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan Personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupu pada orang sakit. Praktik Personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien.

2.1.2 Tujuan Perawatan Personal hygiene Tujuan perawatan personal hygiene antara lain : Meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki Personal hygiene yang kurang, pencegahan penyakit dan meningkatkan percaya diri seseorang2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal hygiene Menurut Tarwoto (2004) sikap seseorang melakukan Personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :1. Citra tubuh Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.2. Praktik sosial Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan Personal hygiene. Praktik personal hygiene pada santri-santri yang tinggal di pondok Pesantren sering kali dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal di pondok Pesantren tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri.3. Status sosioekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.4. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Meskipun demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus selalu menjaga kebersihan kakinya.5. Budaya Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi Personal hygiene. Individu dari latar kebudayaan yang berbeda mempunyai praktik perawatan diri yang berbeda pula . Disebagian masyarakat jika individu sakit, ada yang tidak boleh dimandikan. Menurut Coleman, 1973 dalam Muhith (2003) bahwa gender merupakan sebuah atribut psikologis yang membentuk sebuah kontinum dari sangat maskulin sampai sangat feminin. Seorang laki-laki mungkin memiliki karakteristik-karakteristik feminin tertentu sama seperti halnya perempuan memiliki sifat-sifat maskulin. Cara berpikir gender semacam ini jauh lebih canggih dibandingkan dengan pembagian dua arah yang memandang semua laki-laki maskulin dan semua perempuan feminin, namun kelemahannya bahwa cara berpikir ini mengasumsikan bahwa semua orang yang tinggi maskulinitasnya pastilah juga rendah feminitasnya. Seseorang yang memiliki dua sifat maskulin dan feminin semacam ini disebut bersifat androgini. Model gender semacam ini menghasilkan ruang psikologis yang lebih kompleks yang orang dapat memetakan identitas gender orang lain.6. Kebiasaan seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.7. Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.2.1.4 Pemeliharaan dalam Personal hygiene Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2006) Personal hygiene meliputi:1. Perawatan kulit Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis (lapisan luar) disusun beberapa lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi, melindungi jaringan yang berada di bawahnya terhadap kehilangan cairan dan cedera mekanis maupun kimia serta mencegah masuknya mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Dermis, merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikatan kolagen dan serabut elastik untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut bagian yang melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak, cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit dan rambut untuk menjaga agar tetap lemas dan liat. Lapisan Subkutan terdiri dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus yang terisi dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas bagi tubuh. Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan pembuluh darah yang berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat penting untuk memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi normalnya masih optimal.2. Mandi Mandi adalah bagian perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan Personal hygiene total. Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan tingkat hygiene yang diperlukan. Individu yang bergantung dalam kebutuhan hygienenya sebagian atau individu yang terbaring di tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua bagian badan memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. 3. Perawatan Mulut Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan. Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteoporosis dan periodontitis pada lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini sering tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan. Karies timbul antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel pada gigi oleh kuman yang lambat laun mengakibatkan lobang pada enamel gigi dan bila tidak ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf gigi karena infeksi. Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam, gigi perlu dibersihkan yaitu kumur-kumur dengan air. Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari dan sangatlah dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas makan (Setiabudhi, 2002).4. Perawatan mata, hidung dan telinga Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang serumen terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri atau dibantu oleh keluarga. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan.5. Perawatan rambut Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bershampoadalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.Cuci rambut sebaiknya dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu (Setiabudhi, 2002). 6. Perawatan tangan dan kukuSeperti halnya kulit, tangan dan kuku harus dipelihara dan ini tidakterlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan,dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan lingkungan.7. Perawatan genetaliaPerawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu melakukan perawatan diri dapat dibantu keluarga untuk melakukan Personal Hygiene .8. Perawatan Pakaian Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat sehat dan segarwalaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dankotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan. Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).9. Perawatan Tempat Tidur Dan Sprei Menurut Lita (2005), kuman penyebab penyakit kulit paling senang hidup dan berkembang biak di perlengkapan tidur. Dengan menjemur kasur sekali seminggu dan mengganti sprei sekali seminggu ini bisa mengurangi perkembangbiakan kuman penyakit kulit. Kasur merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1x seminggu karena tanpa disadari kasur juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah rubah (Handri,2010)10. Perawatan HandukSecara kontak tidak langsung penyakit kulit disebabkan karena sering bertukaran handuk dengan orang lain dan tidak dijemur dibawah terik matahari. Halini sejalan dengan penelitian Sidit (2004) bahwa sebagian besar orang yang menderitapenyakit kulit sering bertukaran handuk dengan orang lain.Menurut Lita (2005), sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara bersamasama karena mudah menularkan bakteri dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak dicuci dalamjangka waktu yang lama maka kemungkinan jumlah bakteri yang ada pada handuk banyak sekali dan sangat beresiko untuk menularkan pada orang lain. 2.1.5 Manfaat Perawatan Personal Hygiene 1. Perawatan kulitMemiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisipasi dan memahami metode perawatan kulit. 2. MandiMandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, membuat individu merasa lebih rileks dan segar serta meningkatkan citra diri individu.3. Perawatan mulutMukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut misalnya tifus dan hepatitis, mencegah peyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.4. Perawatan mata, hidung, dan telingaOrgan sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga akan bebas dari infeksi, serta dapat berpartisipasi dan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari-hari.5. Perawatan rambutMemiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, untuk mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan dapat berpartisipasi dalam melakukan perawatan rambut.6. Perawatan kaki dan kukuMemiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, merasa nyaman dan bersih, serta dapat memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.7. Perawatan genitaliaUntuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene.2.1.6 Dampak Personal Hygiene Dampak yang akan timbul jika kurangnya Personal hygiene adalah :1. Dampak fisikBanyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah munculnya kuku pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada matadan telingan, dan ganguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososialMasalah sosial yang berhubungan dengan Personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. (Tarwoto, 2004).2.1.7 ScabiesSkabies adalah erupsi kulit yang disebabkan inferstasi dan sensitasi oluh kutu Sarcoptes scabiei varian hominis dan bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule, vesikel, kadang-kadang erosi serta krusta, dan terowongan berwarna abu-abu yan disertai keluhan obyektif sangat gatal, ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan. Dibeberapa Negara sinonim penyakit skabies adalah the itch (Inggris), gale (Perancis), Kratez (Jerman), mite infestation, gudik, budukan dan gatal agogo.Penyakit ini pertama kali diuraikan oleh dokter Abumezzan Abdel Malek bin Zohar dengan menggunakan istilah sebagai sesuatu yang hidup pada kulit dan menyebabkan gatal. Pada tahun 1687 Giovan Cosino Bonomo menemukan kutu scabies pertama kali sebagai little bladder of water dari lesi scabies pada anak seorang perempuan miskin. Untuk suatu sebab yang sulit dimengerti, penyakit scabies ternyata sering menyebabkan epidemic yang diperkirakan terjadi setiap 30 tahun 1940-1970 pernah terjadi pandemi terbesar diseluru dunia.Penyakit ini telah ditemukan hampir pada semua Negara diseluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa Negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan insidens tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja. Dinegara maju, termasuk USA, prevalensinya sama untuk semua kelompok usia, 2.1.7.1 PrevalensiPenyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota -kota besar bahkan di Jakarta (Tabri, 2003). Di Indonesia, kasus skabies cukup tinggi ketika zaman penjajahan Jepang berlangsung. Penduduk kesulitan memperoleh makanan, pakaian dan sarana pembersih tubuh pada saat itu, sehingga kasus scabies cepat menular dari anak-anak hingga dewasa (Partosoedjono, 2003). 2.1.7.2 Morfologi dan Cara PenularannyaSarcoptes scabieiFilum: ArthropodaKelas : ArachnidaOrto : AckarimaSuper family: SarcoptesPada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain yang juga terdapat pada kambing dan babi (Handoko,2007). Secara morfologik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval,punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Gambar2..1 Tungau Sarcoptes scabiei (Sumber :http://www.medicastore.com/skanbies/index.html)

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantanakan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 52 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2007).

Gambar2.2 Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei(Sumber :http://www.cdc.gov/scabies/index.htmlMenurut CDC tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei melalui 4 tahap pertumbuhan dalam siklus hidupnya : telur, larva, nimfa, dewasa.1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit.Telur berbentuk oval dan mempunyai panjang 0,10 -0,15 mm. menetas dalam 3-4 hari.2. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan bersembunyi di dalam lapisan stratum korneum. Dalian kecil dikenal 6 dengan sebutan kantong perubahan kulit. Stadium larva, yang muncul dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar 3-4 hari.3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki.Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar dibanding dengan stadium larva sebelum natinya akan berubah ke bentuk dewasa. Larva dan nimfa sering ditemukan di kantung-kantung kulit (molting pouches) atau dalam folikel rambut yang kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun ukurannya lebih kecil.4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45mm dan lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih darisetengah ukuran betina. Perkawinan terjadi tungau jantau secara aktif masuk ke terowongan yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi kopulasi, tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa hari dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan yang baru untuk meletakkan telur-telurnya. Siklus hidup dari telur - telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulang(CDC, 2008).2.1.7.3 Cara penularan skabiesPenularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara penularannya adalah: a.Kontak langsung (kulit dengan kulit).Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.b. Kontak tidak langsung (melalui benda). Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau pemakaian handuk yang bersamaan dapat menimbulkan penularan. 2.1.7.4 Etiologi Faktor- faktor yang berperan terhadap penyakit skabies Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies.Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosialekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibatHubungan Seksual).2. 1.7.5 Patogenesis dan Gambaran KlinisKelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, Tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sellkreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksisekunder (Handoko, 2007).Menurut Handoko tahun 2007 ada 4 tanda cardinal :1. Pruritus nokturna.Artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok.Misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitupula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa.3. Adanya terowongan (kanalikulus).Pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Terowongan yang berkelok-kelok umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang diIndonesia (Margono, 1998). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan,pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria),perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Gambar2..3 Tungau yang hidup dalam terowongan(Sumber : Prof. Dr. R.S. Siregar Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi 2.2005)

4. Menemukan tungau.Merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Ada pendapat yang mengatakan penyakit ini merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding adalah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain.2.1.7.6 Penatalaksanaan skabiesSyarat obat yang ideal :1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.4. Mudah diperoleh dan harganya murah.Pengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi) guna mencegah penularan lebih lanjut (Handoko, 2007).Jenis obat topikal:1. Belerang endap (sulfur presipitatum)Dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunanya tidak boleh kurang dari 3 hari.Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakain dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.2. Emulsi benzyl Benzoas (20-25%)Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,sering member iriasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.3. Gama benzena heksa kloridaGameksan kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali,kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10%Dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra5. PermetrinDengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibanding gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.2.2 Sanitasi Lingkungan Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan dengan istilah sanitasi/sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), menyebutkan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Kusnoputranto, 1986).Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. 2.2.1 Sanitasi Dasar Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995). Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, tempat sampah, dan pengelolaaan air limbah. A. Penyediaan Air Bersih Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Mubarak dan Chayatin, 2009).Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas yang memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standart kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007). Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009) : -Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. -Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. -Tidak berasa dan tidak berbau. -Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. -Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. Persyaratan tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 . Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas ( Depkes RI, 2005).a. Syarat Kuantitas Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter (Slamet, 2002).

b. Syarat Kualitas Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikrobiologis dan radioaktivitas yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2002) 1. Parameter Fisik Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/Menkes/per/IX/1990, menyatakan bahwa air yang layak pakai sebagai sumber air bersih antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik yaitu, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh (jernih) dan tidak bewarna. 2. Parameter Kimia Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Derajat keasaman (pH) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI No. 416 Tahun 1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik lagi bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia, contohnya pH air sebaiknya netral. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5-9 (Soemirat, 2000). 3. Parameter Mikrobiologis Parameter Mikrobiologis menurut Entjang (2000) yaitu, air tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit. Sebagai indikator bateriologik adalah basil koli (escherichia coli). Apabila dijumpai basil koli dalam jumlah tertentu menunjukkan air telah tercemar kotoran manusia maupun binatang. 4. Parameter Radioaktif Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti disekitar reaktor nuklir.B. Sumber Air Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi, air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Chandra, 2007) 1. Air Angkasa (Hujan) Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida, nitrogen, dan amoniak.2. Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

3. Air Tanah Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni dibandingkan air permukaan.Pengaruh Air Terhadap Kesehatan :Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut (Slamet, 2002). Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra, 2007) :1. Waterborne Mechanism Didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat meyebabkan peyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis. 2. Waterwashed Mechanism Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : a. infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. b. infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma. c. penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. 3. Water-based Mechanism Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air. Contohnya schistomiasis, dan penyakit akibat Dracunculus medinensis. 4. Water-related Insect Vector Mechanism Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yelow fever.C. Pembuangan Kotoran Manusia Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman dan Suparmin, 2002). Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (feces) dapat melalui berbagai macam cara. Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).D. Tempat Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi , atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).Adapun Syarat tempat sampah yg di anjurkan : - Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor. - Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah dibersihkan. - Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang. E. Sistem Pengelolaan Air Limbah Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007). a. Sumber air limbah Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009): - Rumah tangga, misalnya air bekas cucian, air bekas mandi, dan sebagainya. - Perkotaan, misalnya air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat- tempat ibadah. - Industri, misalnya air limbah dari proses industri.

b. Parameter air limbah Beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah yaitu, kandungan zat padat (total solid, suspending solid, disolved solid), Kandungan zat organik, Kandungan zat anorganik (mis, Pb, Cd, Mg), Kandungan gas (mis, O2, N, CO2), Kadungan bakteri (mis, E.coli), Kandungan pH,Suhu. c. Pengelolaan air limbah Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengelolaan terlebih dahulu, untuk dapat melaksanakan pengelolaan air limbah yang efektif perlu rencana pengelolaan yang baik. Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan. 3. Tidak menimbulkan pencemaran air untuk perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi serta untuk keperluan sehari-hari.4. Tidak dihinggapi oleh lalat, serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor. 5. Tidak terbuka dan harus tertutup jika tidak diolah. 6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedapDi samping permasalahan sanitasi, akses air bersih dan sampah, pesantren juga dihadapkan pada permasalahan kepadatan penghuninya. Sebagian pesantren dalam satu raungan dengan ukuran 46 m bisa dihuni oleh 19 s/d 20 santri tanpa dipan. Namun begitu sudah ada pesantren dengan ruang kamar ukuran 34 yang sudah di huni oleh 6 s/d 8 santri dengan menggunakan dipan bertingkat. Sayangnya sebagian lagi dengan kepadatan penghuninya tidak memperhatikan kelembapan udaranya serta pencahayaan yang masuk ke kamar santri. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya penularan scabies lebih besar lagi.Dengan kondisi yang seperti ini wajar jika:1. Keterbatasan saranaSarana ini meliputi sanitasi, kepadatan pemondokan, ruang belajar santri serta masjid ponpes, yang kesemuanya berhubungan erat dengan konstruksi, penyediaan dan suplay air bersih, ketersediaan jamban, pengelolaan sampah, sistem pembuangan air limbah.2. Keterbatasan LahanTidak jarang, dalam pembangunan infra struktur pesantren tidak memperhatikan dan mempersiapkan lahan untuk sanitasi dan pengolahan limbahnya. Seiring dengan perkembangannya dengan meningkatnya jumlah santri, pihak pengelola pesantren kesulitan dalam penyediaan lahan untuk sanitasinya.3. Perilaku santri yang belum PHBSMasih banyak santri yang belum memahami pentingnya hidup bersih dan sehat,hal ini juga didukung dengan lemahnya sistem pengelolaan sanitasi di pesantren. Baik oleh pengurus maupun oleh santri itu sendiri.4. Keterbatasan biayaPada umumnya, pembiayaan operasional pesantren bersifat mandiri yang hanya mengandalkan kepiawaian pengasuh pondok dalam mencari pendanaan. Dan biaya hidup yang dibikin murah tidak mampu menjangkau untuk perbaikan sarana sanitasi di pesantren.

F. Ventilasi dan Kelebaban Udara

Lubang ventilasi pada bangunan pondok pesantren harus dapat menjamin pergantian udara didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang ventilasi yang dipersyaratkan antara 5% - 15% dari luas lantai dan berada pada ketinggian minimal 2.10 meter dari lantai. Bila lubang ventilasi tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis. Dari aspek kelembaban udara ruang, dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara dengan kriteria buruk jika tingkat kelembaban > 90%, kelembaban Baik (65-90%). Kelembaban sangat berkaitan dengan ventilasi. Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan perilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikut berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti Scabies (memudahkan tungau penyebab/Sarcoptes scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai pejamu baru.

2.3 Kerangka Teori

Sumber penularan

Faktor pengetahuanFaktor prilaku

Tempat tidur & spreigenitalHanduk Tangan dan kukukulitPakaian Higine perorangan

AirFaktor kesehatan lingkungan

Jamban

Skabies Pembuangan limbah

Pembuangan Sampah

Gambar 2.4. Kerangka TeoriSumber : Rohmawati 2010 dalam HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN ALMUAYAT SURAKARTA dengan modifikasi

2. 4 Kerangka Konsep

PERSONAL HYGIENE1. Kebersihan pakaian2. Kebersihan kulit3. Kebersihan tangan dan kuku 4. Kebersihan genitalia5. Kebersihan handuk6. Kebersian tempat tidur dan sprei

Santri dan pondok pesantren

SANITASI LINGKUNGAN 1. Ventilasi2. Penggunaan air bersih3. Jamban4. Pembuangan air5. Pembuangan limbah

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei yaitu pengumpuan data yang dilakukan melaui pengisian kuisioner di Pondok Pesantren Darul Fallah. 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul Fallah Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. Alasan penelitian dilakukan dilokasi tersebut karena dan belum pernah dilakukannya pemantauan Personal hygiene santri dan tinjauan sanitasi lingkungan di pondok pesantren. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengajuan judul, surve pendahuluan, penelusuran kepustakaan, pengumpulan data, penelitian dan analis data serta penyusun laporan akhir yang membutuhkan waktu terhitung dari tanggal 18 febuari 2015 20 maret 2015.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri l yang tinggal di asrama Pondok Pesantren Darul Fallah Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan sebanyak 180 orang.3.3.2 Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian di perhitungkan dengan menggunakan perhitungan Sampel dan didapatkan sebanyak 62 Sampel. Besar sampel dhitung menggunakan software sampel size dengan rumus Lwanga dan Lemeshow ( 1991 ) sebagai berikut:n = 2 1-/2 P ( 1- P ) = 62d2Keterangan :CI = Convidance Interval 95% P = Ancipated population proportion (0, 2) d = Perisis obsolut yang diinginkan (0,1) n = Besar sampel yang dibutuhkanSampel diambil dengan menggunakan teknik Proporsionate Clustering Sampling. Penghitungan sampel dari masing- masing cluster dilakukan dengan perbandingan jumlah masing- masing santri setiap kelas :

Tabel Jumlah Santri Kelas 1 SMA, 3 SMP, 2 SMP dan 1 SMPPondok Pesantren Darul Fallah Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten AsahanNoKelasJumlah Santri

1SMA Kelas 138

2SMP Kelas 346

3SMP Kelas 245

4SMP Kelas 151

Total180

1.Kelas 1 SMA : 38 62 = 131802.Kelas 3 SMP : 46 62 = 16 1803.Kelas 2 SMP : 45 62 = 15 1804.Kelas 1 SMP : 51 62 = 18 180

3.4 Metode Pengumpulan Sampel 3.4.1. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumber data, data primer penelitian di peroleh melalui kuisioner penelitian yang telah di persiapkan dan lembar observasi sanitasi lingkungan.3.4.2. Data SekunderData sekunder diperoleh dari puskesmas Aek Songsongan dan Pesantren Darul Fallah, Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. 3.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran 3.5.1 Definisi Operasional 1. Kebersihan pakaian adalah kebersihan pakaian yang diukur dengan cara seberapa sering mengganti pakaian dan cara pencucian pakaian. Diukur dari item pertanyaan tentang kebersihan pakaian yang terdiri dari 6 item berbentuk soal pilhan ganda. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0. Berdasarkan nilai skor yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai > 60% dari total jawaban yaitu menjawab 4-6 pertanyaan dengan benar.b. Tidak Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai 60% total jawaban yaitu menjawab 0-3 menjawab pertanyaan yang benar. 2. Kebersihan genital adalah kebersihan alat genital yang di nilai dari seberapa sering mengganti pakaian dalam setelah mandi, membersihkan alat genital dan cara membersihkannya. Diukur dari item pertanyaan tentang kebersihan genital yang terdiri dari 3 item berbentuk soal pilhan ganda. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0. Berdasarkan nilai skor yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai >60% dari total jawaban yaitu menjawab 2-3 pertanyaan yang benar.b. Tidak Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai 60% total jawaban yaitu menjawab yang benar 0-1 pertanyaan yang benar. 3. Kebersihan Kulit adalah cara merawat kulit agar terhindar dari penyakit kulit yang dinilai dari cara pembersihannya. Diukur dari item pertanyaan tentang kebersihan kulit yang terdiri dari 6 item berbentuk soal pilhan ganda. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0. Berdasarkan nilai skor yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai > 60% dari total jawaban yaitu 4-6 pertanyaan dengan benar.b. Tidak Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai 60% total jawaban yaitu 0-3 menjawab pertanyaan yang benar. 4. Kebersihan Handuk adalah kebersihan alat mandi yang dilihat dari penggunaan handuk sendiri tanpa meminjam ataupun memberikan pinjaman kepada orang lain.Diukur dari item pertanyaan tentang kebersihan handuk yang terdiri dari 6 item berbentuk soal pilhan ganda. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0.

Berdasarkan nilai skor yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai > 60% dari total jawaban yaitu bisa menjawab 4-6 pertanyaan dengan benar.b. Tidak Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai 60% total jawaban yaitu bisa menjawab 0-3 menjawab pertanyaan yang benar. 5. Kebersihan tangan dan kuku dilihat dari seberapa sering mencuci tangan dan memotong kuku. Diukur dari item pertanyaan tentang kebersihan kuku yang terdiri dari 6 item berbentuk soal pilhan ganda. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0. Berdasarkan nilai skor yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai > 60% dari total jawaban yaitu bisa menjawab 4-6 pertanyaan dengan benar.b. Tidak Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai 60% total jawaban yaitu bisa menjawab 0-3 menjawab pertanyaan yang benar. 6. Kebersihan Tempat tidur dan alas kasur adalah kebersihan yang dilihat dari seberapa sering membersihan tempat tidur dan mengganti alas kasur. Diukur dari item pertanyaan tentang kebersihan tempat tidur dan yang terdiri dari 6 item berbentuk soal pilhan ganda. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0. Berdasarkan nilai skor yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai > 60% dari total jawaban yaitu bisa menjawab 4-6 pertanyaan dengan benar.b. Tidak Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai 60% total jawaban yaitu bisa menjawab 0-3 menjawab pertanyaan yang benar. 7. Tinjauan kejadian skabies adalah gejala klinis skabies yang pernah dialami individu yang dinilai dari apakah individu pernah mengalami gatal-gatal, iritasi pada kulit seperti gatal-gatal di badan, sela-sela jari, pergelangan tangan dan pada alat genital. Diukur dari item pertanyaan tentang tinjauan kejadian skabies yang terdiri dari 2 item berbentuk soal pilhan ganda. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0. Berdasarkan nilai skor yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai > 60% dari total jawaban yaitu bisa menjawab 1-2 pertanyaan dengan benar.b. Tidak Bersih, apabila bobot nilai yang dicapai 60% total jawaban yaitu bisa menjawab 0-1 pertanyaan yang benar. 8. Air adalah salah satu indikator sanitasi yang terpenting untuk kehidupan dilihat dari warna, rasa dan bau. Diukur dari komponen tentang sarana air bersih yang terdiri dari 1 komponen penilain yang berbentuk lembar observasi . 9.Jamban adalah sanitasi lingkungan yang berfungsi untuk pembuangan kotoran yang jarang diperhatikan kebersihannya. Diukur dari komponen tentang sarana pembuangan kotoran yang diukur dari 1 komponen penilain yang berbentuk lembar observasi . 10. Sanitasi pembuangan limbah adalah teknik pembuangan limbah yang benar sehingga lingkungan sekitar tidak tercemar oleh limbah. Diukur dari komponen tentang sarana pembuangan air limbah yang diukur dari 1 komponen penilain yang berbentuk lembar observasi . 11. Sarana pembuangan sampah dilihat dari cara pembuangan sampah sehingga tidak merusak lingkungan sekitar dan tidak menyebabkan penyakit. Diukur dari komponen tentang sarana pembuangan sampah yang diukur dari 1 komponen penilain yang berbentuk lembar observasi .

3.5.2 Cara Ukur,Alat Ukur,Skala Ukur, Dan Kategori Masing-masing VariableVariableCara UkurAlat UkurSkala UkurKategori

Kebersihan PakaianwawancaraKuesionerOrdinal0 : Tidak Bersih1 : Bersih

Kebersihan GenitalWawancaraKuesionerOrdinal0 : Tidak Bersih1 : Bersih

Kebersihan KulitWawancaraKuesionerOrdinal0 : Tidak Bersih1 : Bersih

Kebersihan HandukWawancaraKuesionerOrdinal0 : Tidak Bersih1 : Bersih

Kebersihan tangan dan kukuWawancaraKuesionerOrdinal0 : Tidak Bersih1 : Bersih

Kebersihan sprei dan kasurWawancaraKuesionerOrdinal0 : Tidak Bersih1 : Bersih

Tinjauan kejadian scabiesWawancaraKuesionerOrdinal0 : Tidak Sehat1 : Sehat

AirObservasiLembar ObservasiOrdinal0 : Tidak Sehat1 : Sehat

JambanObservasiLembar ObservasiOrdinal0 : Tidak Sehat1 : Sehat

Sanitasi pembuangan sampahObservasiLembar ObservasiOrdinal0 : Tidak Sehat1 : Sehat

Sanitasi pembungan limbahObservasiLembar ObservasiOrdinal0 : Tidak Sehat1 : Sehat

3.6 Metode Analisis Data Dilakukan analisis univariat untuk memperoleh gambaran tentang distribusi Frekuensi masing-masing variabel meliputi kebersihan pakaian, kebersihan genital, kebersihan kulit, kebersihan handuk, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan seprei dan kasur, tinjauan kejadian skabies, air, jamban, sanitasi pembuangan sampah dan sanitasi pembungan limbah. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi porposi dan diagram/ grafik.3.7 Langkah- Langkah PenelitianLangkah- langkah penelitian untuk mengetaui gambaran Mengetahui gambaran Personal hygiene santri yang menderita Scabies dan sanitasi lingkungan di Pondok Pesantren Darul Fallah Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:1. Kunjungan untuk menyampaikan permohnan izin pelaksanaa penelitian tentang mengetahui gambaran Personal hygiene santri yang menderita Scabies dan sanitasi lingkungan kepada Kepala Puskesmas, serta perkenalan dengan seluruf staf dan tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Aek Songongan.2. Penentuan lokasi penelitian di Kecamatan Aek Songsongan dan survei ke lapangan.3. Pemohonan izin pelaksaan penelitian kegiatan kepada pemilik Yayasan dan Guru- guru Pondok Pesantren Darul falla Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan.4. Konsultasi dengan pembimbig KKS.5. Pembuatan proposal pelaksanaan penelitian kegiatan untuk Mengetahui gambaran Personal hygiene santri yang menderita Scabies dan sanitasi lingkungan di Pondok Pesantren Darul Fallah Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan Tahun 2015.6. Kegiatan pengisian kuesioner dan observasi melalui kunjungan dan penyuluhan kepada santri- santri di Pondok Pesantren Darul falla Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan.7. Menyusul laporan penelitian data yang diperoleh.8. Kunsultasi dan diskusi hasil penelitian dengan pembimbing dan perbaikan laporan.9. Seminar atau presentasi hasil peneitian tentang Mengetahui gambaran Personal hygiene Santri yang Menderita Scabies dan Sanitasi Lingkungan di Pondok Pesantren Darul Fallah Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan Tahun 2015.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografi Kecamatan aek songsongan terletak 60 km dari Kisaran Ibu kota Kabupaten Asahan. Kecamatan Aek Songsongan terdiri dari 9 (sembilan) desa, yaitu Desa Aek Bamban, Desa Aek Sonsongan, Desa Lobu Rappa, Desa Marjanji Aceh, Desa Mekar Marjanji, Perkebunan Bandar Pulau, Perkebunan Bandar Selamat, Desa Situnjak dan Desa Tangga. Ibu Kota Kecamatan terletak di Desa Aek Songsongan, dengan luas wilayaj 118,11 Km. Kecamatan Aek Songsongan secara geografis memiliki batas-batas wilayah. Yang menjadi batas-batas wilayah Kecamatan Aek Songsongan adalah sebagai berikut:1. Utara: Kecamatan Bandar Pulau2. Timur: Kecamatan Aek Kuasan/ Aek Ledong3. Selatan: Kecamatan Toba Samosir4. Barat: Kecamatan Toba Samosir Wilayah kecamatan Aek Songsongan dilalui oleh Sungan Asahan yang melewati Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan. Konmdisi alur sungai yang dipenuhi dengan batu-batuan ditambah aliran sungai yang sangat deras. Derasnya arus air sungan Asahan yang berkecepatan 120 m per detiknya dengan grade IV-V+ sangat menantang jiwa para petualang, Hulu sungai ini dijadikan tempat penyelenggaraan event nasional dan internasional arung jeram yang dikenal ASAHAN WHITEWATER FESTIVAL. Selain jeram yang terkenal ke berbagai penjuru dunia, alam sekitar sungai Asahan pun menawarkan keindahan hutan tropis. Pohon-pohon tinggi menjulang dan sejauh mata memandang hanya hijau alam yang tampak. Beragam satwa liar, seperti Harimau Sumatra, Kambing hutan, Burung rangkong, dan Siamang pun masih cukup mudah ditemukan di hutan itu. Dinding-dinding tebing yang menjulang setinggi lebih dari 200 meter di atas Lembah Sungai Asahan dihiasi sejumlah air terjun. Tidak sekedar sebagai hiasan, dinding itu juga memungkinkan dijadikan arena panjat tebing. Satu hal yang juga menarik adalah banyaknya batu-batu tua dan besar dikawasan tersebut. Batu-batu itu diperkirakan merupakan sisa ledakan vulkanis yang juga menyebabkan pembentukan Danau Toba pada puluhan juta tahun silam.4.1.2 Data Demografi Jumlah penduduk yang mendiami wilayah kecamatan Aek Songsongan tah4.2 Deskripsi Puskesmas4.2.1 Gambaran Umum Puskesmas Aek Songsongan Puskesmas Aek Songsongan terletak 60 km dari Kabupaten Asahan. Dengan luas wilayah 73.500 Ha, jumlah penduduk 57.301 jiwa, ketinggian dari permukaan laut 180 meter. Puskesmas Aek Songsongan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Aek Songsongan, Kecamatan Bandar Pulo, dan Kecamatan Rahuning. Puskesmas ini memiliki wilayah kerja administratif yang terdiri dari 26 desa, 150 dusun, dan 13.975 KK. Dimana wilayah kerja dengan kondisi geografis perbukitan, saran transportasi yang sulit daerah pinggiran. Tingkat pendidikan sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah, kondisi geografis an lingkungan sulit sehingga aksesibilitas pada fasilitas pelayanan kesehatan menjadi sulit pula.4.2. Gambaran Umum Pesantren4.2.1. Profil pesantren darul fallahpesantren darul falah didirikan pada tanggal 15 juli 2011 dibangun di tanah seluas Tanah 11.102,62 M2 .Bertempat Jl. Teratai No.12 Dusun I Aek Songsongan kecamatan Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara ,Kode Pos : 21274 dengan status sekolah Swasta: Yayasan Al Falah Aek Songsongan Izin Operasional pondok pesantren merupakan Keputusan KepalaKantor WilayahKementrian Agama Provinsi Sumater Utara No.44 Tahun 2012 demgan Status Tanah dan Bangunan : Bersertifikat/ Milik PribadiJumah Santri Keseluruhan : 180 orang 1. Kelas 1 Putra : 40 orang2. Kelas 1 Putri : 27 orang3. Kelas II Putra : 29 orang4. Kelas II Putri : 28 orang5. Kelas III : 27 orang 6 Kelas IV : 29 orangTerdiri dari satu bangunan asrama laki- laki dibagi menjadi tiga ruangan dengan jumlah santri laki- laki 93 orang, dengan fasilias satu kamar mandi umum, dua bak penampungan air untuk mandi, enam toilet, dan satu sumber air sumur gali.Asrama perempuan terdiri dari dua bangunan, bangun pertama dibagi menjadi dua ruangan dengan jumah santri perempuan 87 orang, dengan fasilitas asrama kamar mandi umum, dua bak penampungan air untuk mandi, delapan toilet, dan satu sumber air sumur gali.Pondok Pesantren ini memiliki Satu bangunan kantin yang terbagi menjadi dua masing- masing kantin untuk santri laki- laki dan santri perempuan dengan jadwal makan pagi pukul 07.00 Wib dan untuk jadwal makan siang pukul 12.00 WIB, sedangkan untuk jadwal makan malam pukul 19.00 wib.

4.3 Karakteristik Santri 4.3.1 . Distribusi Frekuensi Santri Menurut Jenis KelaminTabel 4.1 Distribusi Frekuensi Santri Menurut Jenis Kelamin Di Pondok Pesantren Darul Fallah No Jenis kelamin N%

1Laki-laki 3250,8

2Perempuan 3047,6

Total 62100

Karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 32 responden( 50,8 % )dan untuk responden perempuan sebanyak 30 responden (47,6 %) .

4.23.2. Distribusi Frekuensi Santri Menurut Usia Responden Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Santri Menurut Usia Di Pondok Pesantren Darul Fallah No Usia N%

112 - 14 4674,2

215 171625,8

Total 62100

Karakteristik responden padan penelitian ini berdasarkan usia adalah responden dengan rentangan usia 12 14 tahun adalah 46 responden (74,2%) dan responden dengan rentangan usia 15 17 tahun adalah sebanyak 14 responden (25,8 % )dan dapat disimpulkan pada penelitian ini responden terbanyak adalah responden dengan rentangan usia 12 14 tahun.

4.4. Hasil Penelitian Hasil analisis diperoleh Sebagai berikut :4.4.1. Kebersihan PakaianTabel 4.3 distribusi Frekuensi Kebersihan Pakaian Santri Di Pondok Pesantren Darul FallahNoKebersihan Pakaiann%

1Bersih 4166,1

2Tidak Bersih 2133,9

Total 62 100

Berdasarkan analisis sebanyak 41 responden atau 66,1% santri termasuk dalam kategori kebersihan pakaian yang bersih dan sebanyak 21 responden atau 33,9% santri termasuk dalam kategori kebersihan pakaian yang tidak bersih.Gambar 4.1. Diagram Kebersihan pakaian

4.4.2. Kebersihan KulitTabel 4.3.2. Distribusi Frekuensi Kebersihan Kulit Santri Di Pondok Pesantren Darul FallahNo Kebersihan KulitN%

1Bersih 4775,8

2Tidak Bersih 1524,2

Total 62100

Berdasarkan analisis data didapatkan 47 santri atau 75,8% santri memiliki kebersihan kulit kategori bersih dan sebanyak 15 santri atau 24,2 % santri memiliki kebersihan kulit dengan kategori tidak bersih.Gambar 4.2. Diagram Kebersihan Kulit

4.4.3. Kebersihan Tangan Dan Kuku Tabel 4.3.3. Distribusi Frekuensi Kebersihan Tangan Dan Kuku Santri Dipondok pesantren Darul FallahNoKebersihan Tangan Dan KukuN%

1Bersih1727,4

2Tidak Bersih4572,6

Total62100

Berdasarkan analisi didapatkan sebanyak 17 santriatau 72,6% santri memiliki kebersihan tangan dan kuku kategori bersish dan sebanyak 45 santri atau 27,4 % santri memiliki kebersihan tangan dan kategori tidak bersih .Gambar 3. Diagram Kebersihan Tangan dan Kuku

4.4.4. Kebersihan Genital Tabel 4.3.4. Distribusi Frekuensi Kebersihan Genital Santri Di Pondok Pesantre Darul Fallah No Kebersihan Genitaln%

1Bersih5893,5

2Tidak Bersih 46,5

62100

Berdasarkan analisis didapatkan sebanyak 58santri atau 93,5% santri memiliki kebersihan genital kategori bersih dan sebanyak 4 santri atau 6,5% santri memiliki kebersihan genital kategori tidak bersih Gambar 4.4 Diagram Kebersihan Genital

4.4.5. Kebersihan HandukTabel 4.3.5Distribusi Frekuensi Kebersihan Handuk Santri Di Pondok Pesantren Darul FallahKebersihan Handukn%

1Bersih4877,4

2Tidak Bersih1422,6

Total 62100

Berdasarkan analisis didapatkan sebanyak 48 santri atau 77,4% santri memiliki kebersihan handuk kategori bersih dan sebanyak 14 santri atau 22,6% santri memiliki kebersihan handuk kategori tidak bersih.Gambar . 4.5 Diagram Kebersihan Handuk

4.4.6. Kebersihan TempatTidur Dan SpreiTabel 4.3.6 Distribusi Frekuensi KebersihanTempat Tidur dan SpreiDi Pondok Pesantren Darul FallahNo Kebersihan Tempat Tidur dan SpreiN%

1Bersih 11,6

2Tidak Bersih6198,4

Total 62100

Berdasarkan analisis didapatkan sebanyak 1santri atau 1,6% santri memiliki kebersihan tempat tidur dan sprei kategori bersih dan sebanyak 61santri atau 98,4% santri memiliki kebersihan tempat tidur dan sprei kategori tidak bersih.Gambar 4.6. Diagram Kebersihan Tempat Tidur Dan Sprei

4.4.7 Distribusi Frekuensi Tijauan Kejadian Skabies Pada Santri Tabel 4.3.7 Distribusi Frekuensi Tinjauan Kejadian Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Darul FallahNo Kejadian skabies N%

1Pernah 5487,1

2Tidak Pernah812,9

Total 62100

Berdasarkan analisis didapatkan 54 santri atau 87,1% santri pernah mengalami gejala skabies dan 8santri atau 12,9% santri tidak pernah mengalami gejala skabies.Gambar 4.3.7 Diagram Tinjauan Kejadian Skabies Pada Santri

4.5. Tinjauan SanitasiNo Tinjauan sanitasi Hasil Tinjauan

1Ventilasi kamaruntuk ventilasi setiap kamar asrama memiliki ventilasi .

2Sarana Air BersihUntuk sarana air bersih tiap asrama memiliki sarana air bersih berupa sumur tanah. Dengan kualitas air yang tidak berwarna, tidak berbau dan ditampung menggunakan bak mandi untuk asrama putri , sedangkan untuk asrama putra kualitas air berwarna keruh tidak jernih namun tidak berbau dan di tampung menggunakan bak mandi .

3JambanUntuk jamban atau sarana pembuangan kotoran ada namun tidak tertutup dan bukan berbentuk leher angsa berupa septictank.

4Sarana Pembuangan Air LimbahUntuk sarana pembuangan air limbah ada dan di alirkan keselokan terbuka tidak mencemari sumber air .

5Sarana Pembuangan SampahUntuk sarana pembuangan sampah ada tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup.

4.6. Pembahasan 4.6.1. Hygiene Personal Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya.Berdasarkan penelitian Frengki di Pesantren Darel Hikmah tahun 2011, ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene yaitu kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genetalia, kebersihan pakaian, kebersihan handuk,kebesihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian penyakit kulit.1. Kebersihan Pakaian Perlunya mengganti pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan (Irianto, 2007). Dari hasil Analisa diperoleh responden memiliki kebersihan pakaian yang kategori bersih yaitu sebanyak 41 santri atau (66,1%) Penelitia ini sejalan dengan penelitian Agsa Sajid pada tahun 2013 yang diketahui bahwa kebersihan pakaian pada responden Kelurahan Denai termasuk kategori baik yaitu 58 orang (65,9 %).2. Kebersihan Kulit Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harusselalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari miliksendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan menjagakebersihan lingkungan.Dari hasil Analisa diperoleh responden memiliki kesehatan kulit kategori bersih yaitu sebanyak 47 santri atau (75,8%)Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Agsa Sajid pada tahu 2013 dimana didapatkan kebersihan kulit pada responden di Kelurahan Denai termasuk kategori buruk yaitu terdapat 65 orang (73,9 %).3. Kebersihan Tangan Dan Kuku Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah.Dari hasil Analisa diperoleh santri memiliki kebersihan tangan dan kuku kategori tidak bersih yaitu sebanyak 45 responden (72,6%)Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agsa Sajid pada tahun 2013 pada responden yang memiliki kebersihan tangan dan kuku di Kelurahan Denai termasuk kategori buruk yaitu 49 orang (55,7 %).4. Kebersihan Genital Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko terbesar memperoleh infeksididapatkan hasil sebanyak 58,4 santri atau ( 93,5% ) memiliki kebersihan genital kategori bersih tidak ditemukan penelitian sebelumnya yang meneliti kebersihan personal hygiene genital. 5. Kebersihan Handuk Secara kontak tidak langsung penyakit kulit disebabkan karena seringbertukaran handuk dengan orang lain dan tidak dijemur dibawah terik matahari. Hal ini sejalan dengan penelitian Sidit (2004) bahwa sebagian besar orang yang menderita penyakit kulit sering bertukaran handuk dengan orang lain. Dari hasil Analisa diperoleh yaitu sebanyak 48 santri atau sebanyak (77,4%) memiliki kebersihan handuk kategori bersih.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian agsa sajid pada tahun 2013 yang diketahui bahwa kebersihan handuk pada responden di Kelurahan Denai termasuk kategori buruk yaitu 71 orang (80,7%).6. Kebersihan Tepat Tidur Dan SpreiMenurut Lita (2005), kuman penyebab penyakit kulit paling senang hidup dan berkembang biak di perlengkapan tidur. Dengan menjemur kasur sekali seminggu danmengganti sprei sekali seminggu ini bisa mengurangi perkembangbiakan kuman penyakit kulitDari hasil Analisa diperoleh responden memiliki kebersihan tempat tidur dan sprei kategori tidak bersih yaitu sebanyak 61 responden atau (98,4%) Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian Agsa Sajid pada tahun 2013 yang mendapatkan hasil sprei pada responden di Kelurahan Denai termasuk kategori baik yaitu 48 orang (54,5%).7. Tinjauan Kejadian Skabies Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan inferstasi dan sensitasi oluh kutu Sarcoptes scabiei varian hominis dan bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule, vesikel, kadang-kadang erosi serta krusta, dan terowongan berwarna abu-abu yan disertai keluhan obyektif sangat gatal, ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan Dari hasil Analisa diperoleh sebanyak 54 responden atau (87,1%) pernah mengalami gejala penyakit kulit skabies Penelitian sebelumnya agsa sajid pada tahun 2013 mendapatkan hasil penelitian sebabnyak 45 responden atau (51,1%) pernah mengalami gejala penyakit kulit namun pada penelitian ini tidak di spesifikan pada gejala penyakit kulit skabies.

4.6.2 Sanitasi Lingkungan Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan.Tinjauan sanitasi lingkungan meliputi : A. Air Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain (Mubarak dan Chayatin, 2009) : Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. Tidak berasa dan tidak berbau. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tanggaDan didapatkan hasil Untuk sarana air bersih tiap asrama memiliki sarana air bersih berupa sumur tanah. Degan kualitas air yang tidak berwarna, tidak berbau dan ditampung menggunakan bak mandi untuk asrama putri sedangkan untuk asrama putra kualitas air berwarna keruh tidak jernih namun tidak berbau dan di tampung menggunakan bak mandi

B. Jamban Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).Untuk jamban atau sarana pembuangan kotoran ada namun tidak tertutup dan bukan berbentuk leher angsa berupa septictank.C. Sarana Pembuangan Air Limbah Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2007). Untuk sarana pembuangan air limbah ada dan di alirkan keselokan terbuka tidak mencemari sumber air .

7.Sarana Pembuangan Sampah Adapun Syarat tempat sampah yg di anjurkan : Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor. Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah dibersihkan. Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang. Untuk sarana pembuangan sampah ada tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup.F. Ventilasi dan Kelebaban Udara

Lubang ventilasi pada bangunan pondok pesantren harus dapat menjamin pergantian udara didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang ventilasi yang dipersyaratkan antara 5% - 15% dari luas lantai dan berada pada ketinggian minimal 2.10 meter dari lantai. Bila lubang ventilasi tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis. Untuk di setiap ruangan kamar memiliki ventilasi dengan pencahayaan yang baik.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa :1. pada kebersihan pakaian didapatkan sebanyak 41 responden atau (66,1%) memiliki kebershihan pakaian yang baik.2. pada kebersihan klit didapatkan sebanyak sebanyak 47 responden atau (75,8%) memiliki kebbersihan kulit yang baik .3. 3 pada kebersihan tangan dan kuku didapatkan sebanyak 45 responden (72,6%) memliki kebersihan tangan dan kuku yang buruk .4. Pada kebersihn genital didapatkan sebanyak 58,4 responden atau ( 93,5% ) memiliki kebersihan genital yang baik 5. pada kebersihan handuk didapatkan sebanyak 48 responden atau (77,4%) memiliki kebersihan handuk yang baik.6. pada kebersihan tempat tidur dan sprei didapatkan sebanyak 61 responden atau (98,4%) memilik kebersihan tempat tidur dan sprei yang buruk.7. pada distribusi frekuensi kejadian skabies didapatkan sebanyak 54 responden atau (87,1%)

5.2 Saran 1. Diharapkan perhatian lebih dari pihak pondok pesantren terhadap kebersihan asrama santri terutama kebersihan pada tempat tidur dan sprei di asrama santri.2. perlu pemantauan dari pihak pesantren untuk personal hygiene dari tiap-tiap santri terutama kebersihan pakaian,tangan dan kuku,kulit,handuk dan genital3. perlunya penanaman pengertian pada santri tentang pentingnya menjaga kesehatan terutama kesehatan diri sendiri.4. perlunya tindakan lebih lanjut dari pihak pesantren untuk semua santri yang telah mengalami gejala penyakit kulit untuk segera mendapatkan pengobatan.5. pentingnya tinjauan lebih lanjut dari pihak-pihak terkait dalam hal ini puskesmas aek songsongan terhadap tingginya kasus skabies yang terjadi di pondok pesantren darul fallah.

1

68