34
mengaplikasikan pharmaceutical care di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. dimana farmasis atau apoteker di Indonesia tidak melaksanakan tugasnya dengan benar (ideal). bahkan masyarakat tidak mengenal apa itu farmasis dan apa tugas farmasis terutama di bidang kesehatan. masyarakat hanya tahu bahwa farmasis/apoteker adalah penjual obat di apotek dan orang yang meracik obat berdasarkan resep. ironis sekali memang, namun hal tersebut terjadi di Negara kita tercinta ini. Banyak farmasis yang berusaha untuk mengimplementasikan konsep pharmaceutical care di Indonesia, namun hal ini tidaklah mudah, karena pharmaceutical care merupakan inti dari filosofi profesi farmasi dan bagaimana mengaplikasikan filosofi tersebut dalam tataran praktek komunitas maupun klinik. kita tidak bisa menggunakan konsep “filosofi dahulu, kebijakan dan praktek mengikuti” karena ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi terlaksanannya praktek farmasi yang ideal. Aplikasi Pharmaceutical Care dalam praktek klinik dan komunitas tanpa memahami filosofinya, akan menghasilkan praktek yang tidak ideal, tujuan untuk patient care bisa tidak tercapai karena farmasis/apoteker kurang memahami teori dan filosofi dari Pharmaceutical care. Tidak adanya proteksi berupa kebijakan dari pemerintah juga sangat mempengaruhi praktek farmasi klinik. farmasis/apoteker tidak akan bisa melakukan tugasnya sesuai dengan filosofi Pharmaceuticalcare jika tidak mempunyai wewenang dalam sistem pelayanan kesehatan secara umum. diskusi mengenai filosofi, definisi dan implementasi dari Pharmaceutical care telah banyak dilakukan dan kita bisa mencari informasi tersebut dari berbagai sumber. Pharmaceutical care merupakan salah satu filosofi dari praktek yang berasal dari US serta telah diterima oleh farmasis di seluruh dunia. di Amerika dan negara-negara barat lainnya telah mengalami beberapa tahap perkembangan, dari tahap tradisional, tahap transisi atau tahap klinik hingga periode patient-centered. Strand bagaimanapun, banyak faktor yang mempengaruhi perubahan dari profesi farmasis, antara lain isu politik, faktor sosial ekonomi, tingkat pendidikan, teknologi informasi dsb. di Indonesia, profesi farmasis masih dalam tahap tradisional atau awal fase klinik dimana farmasis masih banyak berkutat dengan pekerjaan dispensing dan membuat pelayanan baru. masyarakat umum hanya mengetahui sedikit mengenai fungsi dari profesi farmasis, seperti menjual obat atao melayani resep saja. untuk mulai mengimplementasikan pharmaceutical care di suatu sistem, dimulai dengan memahami konsep pharmaceutical care, hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi website “pharmaceutical care discussion group”

Pharmaceutical Care

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PC

Citation preview

Page 1: Pharmaceutical Care

mengaplikasikan pharmaceutical care diIndonesiaIndonesia merupakan salah satu negara berkembang. dimana farmasis atauapoteker di Indonesia tidak melaksanakan tugasnya dengan benar (ideal). bahkanmasyarakat tidak mengenal apa itu farmasis dan apa tugas farmasis terutama dibidang kesehatan. masyarakat hanya tahu bahwa farmasis/apoteker adalahpenjual obat di apotek dan orang yang meracik obat berdasarkan resep. ironissekali memang, namun hal tersebut terjadi di Negara kita tercinta ini.Banyak farmasis yang berusaha untuk mengimplementasikan konseppharmaceutical care di Indonesia, namun hal ini tidaklah mudah, karenapharmaceutical care merupakan inti dari filosofi profesi farmasi dan bagaimanamengaplikasikan filosofi tersebut dalam tataran praktek komunitas maupun klinik.kita tidak bisa menggunakan konsep “filosofi dahulu, kebijakan dan praktekmengikuti” karena ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi terlaksanannyapraktek farmasi yang ideal.Aplikasi Pharmaceutical Care dalam praktek klinik dan komunitas tanpa memahamifilosofinya, akan menghasilkan praktek yang tidak ideal, tujuan untuk patient carebisa tidak tercapai karena farmasis/apoteker kurang memahami teori dan filosofidari Pharmaceutical care. Tidak adanya proteksi berupa kebijakan dari pemerintahjuga sangat mempengaruhi praktek farmasi klinik. farmasis/apoteker tidak akanbisa melakukan tugasnya sesuai dengan filosofi Pharmaceuticalcare jika tidakmempunyai wewenang dalam sistem pelayanan kesehatan secara umum.diskusi mengenai filosofi, definisi dan implementasi dari Pharmaceutical care telahbanyak dilakukan dan kita bisa mencari informasi tersebut dari berbagai sumber.Pharmaceutical care merupakan salah satu filosofi dari praktek yang berasal dariUS serta telah diterima oleh farmasis di seluruh dunia. di Amerika dannegara-negara barat lainnya telah mengalami beberapa tahap perkembangan, daritahap tradisional, tahap transisi atau tahap klinik hingga periode patient-centered.

Page 2: Pharmaceutical Care

Strandbagaimanapun, banyak faktor yang mempengaruhi perubahan dari profesi farmasis, antara lain isu politik, faktor sosial ekonomi, tingkat pendidikan, teknologiinformasi dsb. di Indonesia, profesi farmasis masih dalam tahap tradisional atauawal fase klinik dimana farmasis masih banyak berkutat dengan pekerjaandispensing dan membuat pelayanan baru. masyarakat umum hanya mengetahuisedikit mengenai fungsi dari profesi farmasis, seperti menjual obat atao melayaniresep saja. untuk mulai mengimplementasikan pharmaceutical care di suatusistem, dimulai dengan memahami konsep pharmaceutical care, hal ini dapatdilakukan dengan mengunjungi website “pharmaceutical care discussion group”dan membaca buku mengenai pharmaceutical care seperti Pharmaceutical CarePractice yang ditulis oleh Prof. Strand dan tim nya. hal ini akan memberi idemengenai filosofi – pemikiran yang sistemik mengenai profesi farmasis, definisi,paradigme, dan bagaimana mengimplementasikan dalam praktek klinik.sumber :http://farmasiindonesia.com/bagaimana-mengaplikasikan-pharmaceutical-care-di-indonesia.html

Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawablangsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkankualitas hidup pasien (Menkes RI, 2004). Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanankefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepadapasien yang berkitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yangpasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan perlindungan terhadappasien berfungsi sebagai (Bahfen, 2006):1. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatanlainnya, tujuan yang ingin dicapai mencakup mengidentifikasikan hasilpengobatan dan tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan dapat diterimauntuk terapi, agar diterapkan penggunaan secara rasional, memantau efeksamping obat dan menentukan metode penggunaan obat.

2. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.3. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi yangberlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran untukmemodifikasi pengobatan.4. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada

Page 3: Pharmaceutical Care

pasien.5. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatanbagi pasien penyakit kronis.

6. Berpartisipasi dalam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan gawatdarurat.7. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat.8. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.9. Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga kesehatan.2.2 Pekerjaan KefarmasianPekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutusediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian ataupenyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayananinformasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan,kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien ataumasyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar danpersyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan (PP 51, 2009).Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 yang dimaksuddengan:a) Nilai Ilmiah adalah Pekerjaan Kefarmasian harus didasarkan pada ilmupengetahuan dan teknologi yang diperoleh dalam pendidikan termasukpendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika profesi.b) Keadilan adalah penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian harus mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang denganbiaya yang terjangkau serta pelayanan yang bermutu.

c) Kemanusiaan adalah dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian harusmemberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku,bangsa, agama, status sosial dan ras.d) Keseimbangan adalah dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian harustetap menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individudan masyarakat.e) Perlindungan dan keselamatan adalah Pekerjaan Kefarmasian tidak hanyamemberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampumemberikan peningkatan derajat kesehatan pasien.Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, tujuan pengaturanpekerjaan kefarmasian adalah untuk:

1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperolehdan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian.2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan PekerjaanKefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiserta peraturan perundangan-undangan dan3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenagakefarmasian.

Page 4: Pharmaceutical Care

Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasianberupa:

a. Apotekb. Instalasi farmasi rumah sakitc. Puskesmasd. Klinike. Toko obat atauf. Praktek bersama

Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian dalammenjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian,apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan atau tenaga tekniskefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apotekerdalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, AhliMadya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/AsistenApoteker.

2.3 ApotekBerdasarkan PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotekadalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian olehapoteker. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek untukmeningkatkan kualitas pelayanan adalah (Menkes RI, 2004):1. Papan nama apotek yang dapat terlihat dengan jelas, memuat nama apotek,nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek.2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien yaitu bersih, ventilasi yangmemadai, cahaya yang cukup, tersedia tempat duduk dan ada tempatsampah.

3. Tersedianya tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat bebas terbatasserta informasi bagi pasien berupa brosur, leaflet, poster atau majalahkesehatan.4. Ruang untuk memberikan konseling bagi pasien.5. Ruang peracikan.

6. Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatanlainnya.7. Ruang/tempat penyerahan obat.8. Tempat pencucian alat.9. Peralatan penunjang kebersihan apotek.2.4. Sumber Daya Manusia (SDM)2.4.1 ApotekerApoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apotekerdan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PP 51, 2009).Apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikanpelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pemimpim dalam situasi multidisipliner,kemampuan mengelola sumber daya (manusia, fisik dan anggaran) secara efektif,selalu belajar sepanjang karir dan membantu memberi pendidikan dan memberi

Page 5: Pharmaceutical Care

peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Menkes RI, 2004).2.4.2 Asisten ApotekerAsisten apoteker memiliki tugas dan fungsi dalam pengelolaan apotek, yaitu(Umar, 2005):1. Fungsi pembelian meliputi: mendata kebutuhan barang, membuatkebutuhan pareto barang, mendata pemasok, merencanakan danmelakukan pembelian sesuai dengan yang dibutuhkan, kecuali ketentuan lain dari APA dan memeriksa harga.2. Fungsi gudang meliputi: menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisikbarang, menata, merawat dan menjaga keamanan barang.

3. Fungsi pelayanan meliputi: melakukan penjualan dengan harga yang telahditetapkan, menjaga kenyamanan ruang tunggu, melayani konsumendengan ramah dan membina hubungan baik dengan pelanggan.2.5 Manajemen ApotekManajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau kegiatan yangdilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan. Prinsip-prinsip dasar manajemen dapat dipelajari tetapi hasil yangdiperoleh dalam penerapannya masih banyak tergantung pada bakat-bakatperorangan. Manajemen yang baik akan memberikan hasil yang memuaskansesuai harapan (Anief, 1995).

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Pharmaceutical Care dan ImplikasinyaSecara leksikogarafi (ilmu yang mempelajari tentang pemaknaan bahasa), kata carediantaranya bermakna merawat, memberi perhatian, dan peduli. Pharmaceutical merupakanbentuk kata sifat (adjective) dari kata pharmacy yang memiliki padanan Indonesia farmasi.Dalam penerjemahan berlaku ketentuan pemaknaan kata dasarnya secara konsisten ataupemaknaan berdasarkan hakekat. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia pharmaceuticalcare dapat bermakna kepedulian atau tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapidengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hiduppasien. Dalam hal ini seorang apoteker/farmasis mempunyai kewajiban mengidentifikasi,mencegah, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan (Rantucci,1997 cit. Arifiyanti, 2004 ).Konsep asuhan kefarmasian menjadi penting karena meningkatnya biaya kesehatandan adverse drug reactions dari obat-obat yang diresepkan. Obat menjadi lebih mahal,penggunaanya meningkat, biaya kesalahan penggunaan obat (drug misuse) meningkat, danefek samping obat. Asuhan kefarmasian adalah konsep yang melibatkan tanggung jawabfarmasis yang dapat menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehinggapasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat. Peran farmasis dalam asuhankefarmasian di awal proses terapi adalah menilai kebutuhan pasien. Di tengah proses terapi,mereka memeriksa kembali semua informasi dan memilih solusi terbaik bagi DRP (drugrelated problem) pasien. Diakhir proses terapi, mereka menilai hasil intervensi farmasissehingga didapatkan hasil optimal dan kualitas hidup meningkat serta hasilnya memuaskan.

Page 6: Pharmaceutical Care

Fungsi utama dari asuhan kefarmasian adalah:1. Identifikasi aktual dan potensial masalah yang berhubungan dengan obat.2. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat.3. Mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dangan obat.Manfaat pelayanan kefarmasian, antara lain:1. Mendapat pengalaman yang lebih efisien memantau terapi obat.2. Memperbaiki komunikasi dan interaksi antara farmasis dengan profesi kesehatan lainnya.33. Membuat dokumentasi kaitan dengan terapi obat.4. Identifikasi, penyelesaian dan pencegahan masalah yang berkaitan dengan obat (DRP).5. Justifikasi layanan farmasi dan assessment kontribusi farmasi terhadap layanan pasiendan hasilnya bagi pasien.6. Memperbaiki produktivitas farmasis.7. Jaminan mutu dalam layanan farmasi secara keseluruhan.(Mutmainah, 2008).B. Fungsi dan Tugas Apoteker di Apotek1. Fungsi apoteker dalam melaksanakan profesi di apotekMelakukan pekerjaan kefarmasian di apotek sesuai dengan fungsi apotek sebagaisarana pelayanan kesehatan masyarakat dalam menyediakan dan penyaluran perbekalanfarmasi yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama golongan masyarakat yangberpenghasilan rendah, sebagai pengejawantahan fungsi sosial apotek (PermenkesNo.922/MenKes/ Per/X/1993: Pasal 11)2. Tugas apoteker dalam melaksanakan profesi di apoteka. Menjalankan pekerjaan kefarmasian di apotek berdasarkan keahlian dan kompetensiyang dilandasi oleh sumpah jabatan dan kode etik. Pada melaksanakan pekerjaankefarmasian, apoteker bertugas melakukan pekerjaan kefarmasian tertentu sesuaidengan keahlian dan kewenangannya dengan dibantu oleh karyawan lainnya danmengarahkan karyawan yang bertugas sebagai pendukung pekerjaan kefarmasianmenjadi tim terpadu untuk tercapainya keserasian proses pekerjaan sehinggamenghasilkan penyelesaian pekerjaan yang bermutu dan dapatdipertanggungjawabkan.b. Melakukan pekerjaan pemantauan sediaan farmasi yang meliputi : mutu,ketersediaan, keabsahan dan kemanfaatan sediaan farmasi serta melakukanpendidikan, konsultasi dan informasi kepada klien atau masyarakat sehingga obatyang dikonsumsi masyarakat akan dipergunakan secara benar dan memberi manfaatterapi yang optimal. Disamping itu melakukan pemantauan lingkungan dalam rangkamembantu ketertiban distribusi obat masyarakat.c. Melakukan komunikasi yang intens dengan sejawat profesi kesehatan lain sehinggatercapai kesamaan persepsi sehingga akan mengurangi kesalahpahaman danmeningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan (Permenkes No.922/MenKes/Per/X/1993: Pasal 19).C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek1. Pelayanan Resep.Apoteker melakukan skrining resep meliputi :a. Persyaratan administratif :1) Nama, SIP dan alamat dokter.

Page 7: Pharmaceutical Care

2) Tanggal penulisan resep.3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.5) Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.6) Cara pemakaian yang jelas.7) Informasi lainnya.b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,cara dan lama pemberian.c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,durasi, jumlah obat dan lain-lain).Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokterpenulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlumenggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.2. Penyiapan obat.a. Peracikan.Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas danmemberikan etiket pada wadah.Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetapdengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yangbenar.b. Etiket.Etiket harus jelas dan dapat dibaca.c. Kemasan obat yang diserahkan.Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehinggaterjaga kualitasnya.d. Penyerahan Obat.Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhirterhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan olehapoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenagakesehatan.3. Informasi Obat.Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurangkurangnyameliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktupengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.4. Konseling.Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatandan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasienatau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salahsediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma,dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.5. Monitoring Penggunaan Obat.Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakanpemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular,diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.

Page 8: Pharmaceutical Care

6. Promosi dan Edukasi.Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secaraaktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antaralain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.7. Pelayanan residensial (Home Care).Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanankefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia danpasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harusmembuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) (KepMenkes No. 1027 /MenKes / sk / IX / 2004).D. Sumber Daya ManusiaSesuai ketentuan perundangan yang berlaku Apotek harus dikelola oleh seorangapoteker yang profesional .Pada pengelolaan Apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuanmenyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat,kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasimultidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier,dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan(Permenkes No.1027/MenKes/Per/IX/2004)E. Sarana dan PrasaranaApotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Padahalaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapatdengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikanpada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal iniberguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resikokesalahan penyerahan.Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untukmemperoleh informasi dan konseling.Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewanpengerat, serangga/pest. apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemaripendingin.Apotek harus memiliki :1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materiinformasi.3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursiserta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien4. Ruang racikan.5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barangbaranglain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihanserta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. (KepMenkes No.1027/ Menkes/sk/IX/2004).F. Mengevaluasi PelayananKinerja pelayanan ini kita kaitkan dengan harapan (expectation) dan kepuasan(satisfaction), maka gambarannya adalah sebagai berikut :1. Kinerja < Harapan (performance < expectation)

Page 9: Pharmaceutical Care

Bila kinerja menunjukan keadaan dibawah harapan pelanggan maka pelayanankepada pelanggan dapat dianggap tidak memuaskan.2. Kinerja = Harapan (performance = expectation)Bila kinerja menunjukan sama atau sesuai dengan yang diharapkan pelanggan,maka pelayanan dapat dianggap memuaskan, tetapi tingkat kepuasannya adalah minimalkarena pada keadaan sepeti ini dapat dianggap belum ada keistimewaan layanan. Jadipelayanan dianggap biasa atau wajar-wajar saja.3. Kinerja > Harapan (performance > expectation)Bila kinerja menunjukan lebih dari yang diharapkan pelanggan, maka pelayanandianggap istimewa atau sangat memuaskan karena pelayanan yang diberikan ada padatahap optimal. Selanjutnya untuk keluasan wawasan dalam mempersiapkan diri agarmampu melaksanakan pelayanan prima dilingkungan internal maupun ekstenal, dapatkita simak pokok-pokok pendapat para praktisi bisnis mengenai harapan-harapan utamadari para pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Namun harus selalu diingat,kesuksesan pelayanan pihak lain belum tentu bisa diterapkan didalam perusahaan kita.Kesuksesan pelayanan hari ini belum tentu berhasil digunakan untuk hari esok. Selaluada perubahan. Kehendak konsumen selalu berubah, dan itulah yang menyebabkanpelayanan dai waktu ke waktu selalu berubah (Barata, 2003: 38-39).

PEDOMANCARA PELAYANAN KEFARMASIAN yang BAIK

(CPFB)

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangWorld Health Organization (WHO) dan lnternational Pharmaceutical Federation (FlP) telah menerbitkan panduan Good Pharmacy Practice (GPP) dan menghimbau semua negara untuk mengembangkan standar minimal praktik farmasi. Pelayanan kefarmasian sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai peran penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dimana Apoteker sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas.Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta informasi terkait agar masyarakat mendapatkan manfaatnya yang terbaik.

Page 10: Pharmaceutical Care

Pelayanan kefarmasian yang menyeluruh meliputi aktivitas promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat. Untuk memperoleh manfaat terapi obat yang maksimal dan mencegah efek yang tidak diinginkan, maka diperlukan penjaminan mutu proses penggunaan obat. Hal ini menjadikan apoteker harus ikut bertanggung jawab bersama-sama dengan profesi kesehatan lainnya dan pasien, untuk tercapainya tujuan terapi yaitu penggunaan obat yang rasional.Datam rangka mencapai tujuan pelayanan kefarmasian tersebut maka diperlukan pedoman bagi Apoteker dan pihak lain yang terkait. Pedoman tersebut dituliskan dalam bentuk Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (Good Pharmacy Practice) sebagai perangkat untuk memastikan Apoteker dalam memberikan setiap pelayanan kepada pasien agar memenuhi standar mutu dan merupakan cara untuk menerapkan Pharmaceutical Care. Komitmen untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat harus terus diupayakan dan ditingkatkan oleh Apotekerbaik di Apotek, Puskesmas, Klinik maupun Rumah sakit.

Pengertian dan Persyaratan CPFBCara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Goad Pharmacy Practice adalah cara untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian yang baik secara komprehensif, berupa panduan yang berisi sejumlah standar bagi para Apoteker dalam dalam menjalankan praktik profesinya di sarana pelayanan kefarmasian. Adapun Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) hendaknya memenuhi persyaratan.1. Apoteker mengutamakan seluruh aktifitasnya ditujukan bagi kesejahteraan pasien.2. lnti aktivltas apoteker adalah penyediaan obat dan produk kesehatan lainnya untuk menjamin khasiat, kualitas dan keamanannya, penyediaan dan pemberian informasi yang memadai dan saran untuk pasien dan pemantauan terapi obat.3. Seluruh aktifitas merupakan kesatuan bagian dari kontribusi apoteker yang berupa promosi peresepan rasional dan ekonomis serta penggunaan obat yang tepat.4. Sasaran setiap unsur pelayanan terdefinisi dengan jelas, cocok bagi pasien, terkomunikasi dengan efektif bagi semua pihak yang terlibatUntuk memenuhi persyaratan ini, diperlukan kondisi sebagai berikut:1. Profesionalisme harus menjadi filosofi utama yang mendasari praktek, meskipun juga disadari pentingnya faktor ekonomi.2. Apoteker harus memiliki masukan cukup dan tepat dalam membuat keputusan tentang penggunaan obat. Suatu sistem haruslah memungkinkan apoteker melaporkan kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan, kesalahan medikasi dan cacat dalam kualitas produk atau pendeteksian produk palsu. Laporan ini juga termasuk informasi tentang obat yang digunakan dan disiapkan untuk pasien, tenaga kesehatan profesional, baik langsung maupun melalui apoteker.3. Menjalin hubungan profesional terus menerus dengan tenaga kesehatan lainnya, yang harus dapat dilihat sebagai kerjasama terapeutik yang saling percaya dan mempercayai sebagai kolega dalam semua hal yang berkaitan dengan terapi yang menggunakan obat (farmakoterapeutik).4. Hubungan profesional diantara apoteker harus berupa hubungan kotegial untukmenyempurnakan pelayanan farmasi dan bukan sebagai pesaing/kompetitor.5. Organisasi praktek kelompok dan manajer apotek harus ikut bertanggungjawab untuk pendefinisian, pengkajian, dan penyempurnaan kualitas.6. Apoteker harus hati-hati terhadap penyediaan dan pemberian informasi medis esensial dan farmaseutik bagi setiap pasien. Perolehan informasi ini akan lebih mudah jika pasien memilih

Page 11: Pharmaceutical Care

menggunakan hanya satu apotek atau jika tersedia profil pengobatan pasien.7. Apoteker harus tidak memihak, komprehensif, obyektif dan dapat memberikan informasi terkini tentang terapi dan penggunaan obat.8. Apoteker dalam setiap prakteknya harus bertanggung jawab secara pribadi untuk menjaga dan mengukur kompetensi pribadinya melalui praktek profesionalnya.9. Program pendidikan profesi harus membekali calon apoteker agar dapat melaksanakan praktik maupun mengantisipasi perubahan praktik farmasi di masa yang akan datang.10. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) harus ditetapkan dan dipatuhi oleh praktisi.

D. Ruang LingkupCara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) meriputi empat aktivitas utama, yaitu:1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit danpencapaian tujuan kesehatan, dengan kegiatan : Penyuluhan kesehatan masyarakat Berperan aktif dalam promosi kesehatan sesuai program pemerintah. Menjamin mutu alat diagnostik dan alat kesehatan lainnya serta memberi saran penggunaannya.2. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaanfarmasi dan alat kesehatan dalam pelayanan resep, dengan kegiatan : Penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan resep. Pengkajian resep, meliputi identifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkait obat/Drug Related Problem (DRP) Penyiapan obat dan perbekalan farmasi lainnya, meliputi: pemilihan; pengadaan (perencanaan, teknis pengadaan. penerimaan, dan penyimpanan); pendistribusian, penghapusan dan pemusnahan, pencatatan dan pelaporan, jaminan mutu, serta monitoring dan evaluasi. Layanan lnformasi obat. meliputi: penyediaan area konseling khusus,; kelengkapan literatur : penjaminan mutu SDM; pembuatan prosedur tetap danpendokumentasiannya. Monitoring Terapi Obat meliputi: pembuatan protap monitoring; evaluasiperkembangan terapi pasien. Dokumentasi aktifitas profesional, meliputi : catatan pengobatan pasien (PatientMedication Record/PMR), protap evaluasi diri (self assesment) untuk jaminan mutu CPFB/GPP3. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam swamedikasi (self medication), dengan kegiatan: Pengkajian masalah kesehatan pasien berdasarkan keluhan pasien, meliputi siapa yang memiliki masalah; gejalanya apa; sudah berapa lama; tindakan apa yang sudah dilakukan; obat apa yang sudah dan sedang digunakan. Pemilihan obat yang tepat (Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat Wajib Apotek) Penentuan waktu merujuk pada lembaga kesehatan lain.4. Aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan penggunaan obat yang rasional, dengan kegiatan : Pengkajian Resep, meliputi : identifikasi, mencegah dan mengatasi DRP Komunikasi dan advokasi kepada dokter tentang resep pasien. Penyebaran informasi obat. Menjamin kerahasiaan data pasien.

Page 12: Pharmaceutical Care

Pencatatan kesalahan obat, produk cacat atau produk palsu. Pencatatan dan pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Evaluasi data penggunaan obat (Drug Use Study) Penyusunan Formularium Bersama tenaga kesehatan lain.

Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) dilaksanakan melalui penataan : Sistem Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana, Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Pelayanan Farmasi Klinik Dokumentasi Standar Prosedur Operasional

BAB IVSARANA DAN PRASARANASarana dan prasarana pelayanan kefarmasian harus dapat menjamin terselenggaranya pelayanankefarmasian dengan baik, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian meliputi: sarana pelayanan sarana penyimpanan sarana peracikan sarana pengemasan kembaliSarana dan prasarana yang digunakan dalam pelayanan kefarmasian harus memenuhi persyaratankekuatan, keamanan, kecukupan, kenyamanan, penerangan dan kebersihan sesuai kebutuhan serta memiliki ciri dan penandaan yang jelas / spesifik.Bangunan untuk menyimpan obat hendaklah dibangun dan dipelihara untuk melindungi obat yang disimpan dari pengaruh temperatur dan kelembaban, banjir, rembesan melalui tanah, termasuk dan bersarangnya binatang kecil, tikus, burung, serangga dan binatang lain. Cukup luas, tetap kering dan bersih, dan hendaklah tersedia tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan produk tertentu (narkotika, psikotropika).Bangunan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, selalu dalam keadaan bersih, bebas dari tumpukan sampah dan barang-barang yang tidak diperlukan. Penerangan yang cukup untuk dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan benar.Derlengkapan yang memadai untuk memungkinkan penyimpanan produk yang memerlukan pengamanan maupun kondisi penyimpanan khusus disertai alat monitor yang tepat jika diperlukan kondisi penyimpanan yang menuntut ketepatan temperatur dan kelembaban.Tata letak ruang (lay-out design) diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pergerakan pada saat bekerja, mencegah terjadinya kontaminasi mikroba serta menghindarkan dari hubungan langsung antara ruang peracikan dan ruang konsultasi.Suhu dan kelembaban ruang dijaga agar tidak mempengaruhi stabilitas obat

BAB VPENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

Page 13: Pharmaceutical Care

Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan. penganggaran. Pengadaan, penerimaan, produksi, penyimpanan. distribusi, peracikan. pengendalian, pengembalian, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan. jaminan mutu serta monitoring dan evaluasi, yang didukung oleh kebilakan, SDM, pembiayaan dan sistem informasi manajemen yang efisien dan efektif.Proses pengelolaan tersebut di atas harus dapat menjamin ketersediaan dan keterjangkauan dari sediaan farmasi dan alat kesehatan yang berkhasiaU bermanfaat, aman dan bermutu. Berbagai kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di sarana pelayanan kesehatan yaitu:A. PemilihanPemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai jumlah, jenis dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan agar tercapai penggunaan obat yang rasional.Pemilihan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus berdasarkan:- Pola penyakit- Kebutuhan dan Kemampuanldaya beli masyarakat- Pengobatan berbasis bukti- Bermutu dan Ekonomis- Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)- Pola penggunaan obat sebelumnyaB. PengadaanSuatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara, teknik dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah maupun sumbernya.Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah: Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakanmemiliki izin edar atau nomor registrasi. Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan dapatdipertanggung jawabkan. Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi. Dilengkapi dengan persyaratan administrasiAktifitas pengadaan meliputi aspek-aspek :1) PerencanaanPerencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu pengadaan sediaanfarmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan, agar terjaminterpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu serta efisienAda 3 (tiga) metode perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan: Pola penyakit Pola konsumsi Kombinasi antara pola konsumsi dan pola penyakit2) Teknis PengadaanTeknis Pengadaan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan hasil perencanaan.Teknik pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan dalam jenis dan lumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.Teknis pengadaan dapat melalui pembelian, pembuatan dan sumbangan.Teknis pengadaaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai dari

Page 14: Pharmaceutical Care

pengkajian seleksi obat, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode teknis pengadaan, pemilihan waktu pengadaan, pemilihan pemasok yang baik, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.Teknis pengadaaan merupakan penentu utama dari ketersediaan obat dan total biaya kesehatan3) PenerimaanMerupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan adalah kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah. mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan.Penenerimaan merupakan kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan, dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan "chrecklist" yang sudah disiapkan untuk masing-masing jenis produk yang berisi antara lain :- kebenaran jumlah kemasan;- kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan- kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan;- kebenaran jenis produk yang diterima;- tidak terlihat tanda-tanda kerusakan;- kebenaran identitas produk:- penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur;- tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk,- jangka waktu daluarsa yang memadai4) PenyimpananPenyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.Penyimpanan harus menjamin stabilitas dan keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip Firsf ln First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)disertai sistem informasi manajemen.Untuk meminimalisir kesalahan penyerahan obat direkomendasikan penyimpanan berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis.Apoteker harus rnemperhatikan obat-obat yang harus disimpan secara khusus seperti : narkotika, psikotropika, obat yang memerlukan suhu tertentu, obat yang mudah terbakar, sitostatik dan reagensia.Melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima dan disimpan sehingga terjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan

C. PendistribusianPendistribusian adalah kegiatan menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi dan alat kesehatandari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayananlpasien.Sistem distribusi yang baik harus: menjamin kesinambungan penyaluranlpenyerahan mempertahankan mutu meminimalkan kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa

Page 15: Pharmaceutical Care

menjaga ketelitian pencatatan menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku. menggunakan sistem informasi manajemen.D. Penghapusan dan PemusnahanSeciaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar yang ditetapkan harusdimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahan sediaan farmasi yang tidak dapat/boleh digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Prosedur pemusnahan obat hendaklah dibuat yang mencakup pencegahan pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di kalangan orang yang tidak berwenang. Sediaan farmasi yang akan dimusnahkan supaya disimpan terpisah dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan identitas produkPenghapusan dan pemusnahan obat baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain harus didokumentasikan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.E. PengendalianPengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu pengelolaan perbekalan (supply) sediaan farmasi dan alat kesehatan agar mempunyai persediaan dalam jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan. Pengendalian persediaan yaitu upaya mempertahankan tingkat persediaan pada suatu tingkat tertentu dilakukan dengan mengendalikan arus barang yang masuk melalui pengaturan sistem pesanan/pengadaan (scheduledinventory dan perpetual inventory), penyimpanan, dan pengeluaran untuk memastikan persediaanefektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekuranganlkekosongan, kerusakan,kedaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi.F. Penarikan kembali sediaan farmasiPenarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaan produsen atau instruksi instansi Pemerintah yang berwenang. Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah diterima permintaanl instruksi untuk penarikan kembali. Untuk penarikan kembali sediaan farmasi yang mengandung risiko besar terhadap kesehatan, hendaklah dilakukan penarikan sampai tingkat konsumen.Apabila ditemukan sediaan farmasi tidak memenuhi persyaratan, hendaklah disimpan terpisah dari sediaan farmasi lain dan diberi penandaan tidak untuk dijual untuk menghindari kekeliruan. PeJaksanaan penarikan kembali agar didukung oleh system dokumentasi yang memadai.G. Pencatatan dan PelaporanPencatatan dan pelaporan kegiatan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengendalian persediaan, pengembalian, penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.H. Monitoring dan EvaluasiMonitoring dan evaluasi merupakan tahapan untuk mengamati dan menilai keberhasilan atau kesesuaian pelaksanaan Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik disuatu pelayanan kefarmasian. Untuk evaluasi mutu proses pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dapat diukur dengan indikator kepuasan dan keselamatan pasien/pelangganlpemangku kepentingan (stakeholders), dimensi waktu (time delivery), Standar Prosedur Operasional serta keberhasilan pengendalian perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi.BAB VIPELAYANAN FARMASI KLINIKFarmasi Klinik adalah pelayanan farmasi yang tenaga kefarmasian berinteraksi langsung dengan pasien

Page 16: Pharmaceutical Care

yang menggunakan obat untuk tercapainya tujuan terapi dan terjaminnya keamanan penggunaan obat berdasarkan penerapan ilmu, teknologi dan fungsi dalam perawatan penderita dengan memperhatikan preferensi pasien.Pelayanan farmasi klinik dapat meliputi pelayanan resep (dispensing), pelayanan informasi obat, konsultasi informasi dan eduksai, pencatatan penggunaan obat, ldentifikasi, pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan efek samping obat, pemantauan terapi obat, rondelvisite, evaluasi penggunaan obat, pelayanan farmasidi rumah dan pemantauan kadar obat dalam darahPelayanan farmasi klinik dilaksanakan untuk mencapai penggunaan obat yang rasional (pasien menerima obat yang tepat: indikasi, kondisi pasien, bentuk sediaan, jumlah, dosis, frekuensi, lama dan cara penggunaan; terhindar dari interaksi obat, efek samping dan reaksi obat yang tidak diharapkan; harga terjangkau serta mendapat informasi yang tepat) serta menghargaan atas pilihan pasien dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup pasien.Pelaksanaan kegiatan pelayanan farmasi klinik disesuaikan dengan sarana pelayanan kesehatanKegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi:A. Penetusuran Riwayat Penggunaan Obat dan Preferensi PasienPenelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi spesifik pasien, informasi mengenai seJuruh obaUsediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan. Riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik i pencatatan penggunaan obat pasienTujuan:a. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui kemungkinan perbedaan informasi penggunaan obatb. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasitambahan jika diperlukan.c. Mendokumentasikan adanya alergi, efek samping obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)d. Mengidentifikasi kesesuaian indikasi obat, bentuk sediaan, dosis, dan frekuensi penggunaane. Mengidentifikasi potensi teriadinya interaksi obatf. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obatg. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkanh. Menanyakan harapan dan tanggapan pasien tentang pengobatan dan penyakit atau gangguan Yang dialami.i. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakanj. Melakukan penilaian adanya kemungkinan penyalahgunaan obatk. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obatl. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan minum obal (concordance aids)m. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan doktern. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen, dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh PasienKegiatan :a. Pencatan informasi spesifik pasienb. Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya, daftar penggunaan obat dan rekam medik, data pemeriksaan laboratorium serta informasi hasil pemeriksaan fisikc. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien.lnformasiyang harus didapatkan :

Page 17: Pharmaceutical Care

a. Nama pasien, alamat, usia, jenis kelamin, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, keyakinan, tanggapan, harapan dan keluhanb. Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat, data hasil pemeriksaan laboratorium, dan data hasil pemeriksaan fisik pasien,c. lnformasi reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergid. Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa)B. Skrining Resep1. Pengkajian dan Pelayanan ResepPelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) dengan melaksanakan aktivitas sesuai standar prosedur operasional dan melakukan dokumentasi aktivitas.Tujuan : Untuk menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.Kegiatan : Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmaseutik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.Persyaratan administrasi meliputi : Narna, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien Nama, nomor ijin praktek, alamat dan paraf dokter Tanggal resep Ruangan/unit asal resep Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan Dosis dan Jumlah obat Stabilitas Aturan, dan cara penggunaanPersyaratan klinis meliputi : Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat Tidak didapatkan duplikasi pengobatan Tidak munculnya alergi, efek samping, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) Obat yang diberikan tidak kontraindikasi Tidak dijumpai interaksi obat yang berisiko2. Dispensing Sediaan KhususDispensing sediaan khusus steril harus dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zal berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.Tujuan .a. Menjamin sterilitas dan stabilitas sediaan farmasib. Melindungi petugas dari paparan zat berbahayac. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.3. Pencampuran Obat SuntikMelakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.Kegiatan :a. Mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus

Page 18: Pharmaceutical Care

b. Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuaic. Mengemas menjadi sediaan siap pakaid. Melakukan pemeriksaan terhadap hasil kerja yang telah dilakukanFaktor yang perlu diperhatikan :a. Ruangan khususb. Lemari pencampuran (Biological Safety Cabinet)c. HEPA Filter4. Penyiapan Nutrisi ParenteralMerupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.Kegiatan:a. Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan.b. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisic. Melakukan pemeriksaan terhadap hasitkerla yang telah dilakukanFaktor yang pedu diperhatikan :a. Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi.b. Sarana dan prasaranac. Ruangan khususb. Lemari pencampuran (Biological Safety Cabinet)c. Kantong khusus untuk nutrisi parenteral5. Penanganan Sediaan SitotoksikMerupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap tingkungan, petugas maupun sediaan obat dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.Kegiatan :a. Melakukan perhitungan dosis secara akuratb. Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuaic. Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatand. Mengemas dalam kemasan tertentue. Membuang limbah sesuai prosedur yang berlakuFaktor yang Perlu diPerhatikan :a. Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisiyang sesuaib. Lemari pencampuran (Biological Safety Cabinet)c. HEPA filterd. Alat Pelindung Dirie. Sumber Daya Manusia yang terlatihf. Cara Pemberian obat kankerC. PenyerahanPenyerahan meliputi kegiatan pengecekan kesesuian nomor resep, nama pasien, umur, alamat serta nama, dosis, jumlah, aturan pakai, bentuk sediaan farmasi yang akan diserahkan kepada pasien atau keluarga dengan nomor resep, nama pasien, Lrmur, alamat serta nama. dosis. jumlah. aturan pakai. bentuk sediaan farmasi yang tertuiis di lembar resep atau kondisi gangguan pasien

Page 19: Pharmaceutical Care

dan pemberian konsultasi, informasi dan edukasi (KlE) obat kepada pasien.D. Konsultasi Informasi dan Edukasi (KIE)KIE adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasl.Tujuan umum KIE adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko efek samping, meningkatkan cost effecfiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.Tujuan khususa. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasienb. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasienc. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatd. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat denganpenyakitnyae. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatanf. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obatg. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapih. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusani. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasienKegiatan:a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasienb. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three PrimeQueslions1. Apakah yang disampaikan dokter tentang obat Anda?;2. Apakah dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obat Anda?;3. Apakah dokter menjelaskan tentang hasil yang diharapkan setelah Anda menerimaterapi obat tersebut?c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalahpengunaan obat.e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien.f. DokumentasiFaktor yang perlu diPerhatikan :a. Kriteria Pasien : Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamildan menyusui) Pasien dengan terapijangka pan.lang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dll) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/of) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin) Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendahb. Sarana dan Prasarana

Page 20: Pharmaceutical Care

Ruangan atau temPat konseling Alat bantu konseling (Kartu pasien/catatan konseling)E. Pemantauan1. Pemantauan TeraPi Obat (PTO)pemantauan Terapi Obat (PIO) adatah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTDKegiatan :a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROID)b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obatTahapan Pemantauan TeraPi Obat:a. Pengumpulan data pasienb. ldentifikasi masalah terkait obatc. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obatd. Pemantauane. Tindak lanjutFaktor yang harus diperhatikan :a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercayab. Kerahasiaan informasic. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat)2. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.Tujuan :a. Mengetahui kadar obat dalam darahb. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawatKegiatan :a. Memisahkan serum dan plasma darahb. Memeriksa kadar obat yang terdapat dalarn plasma dengan menggunakan alat TDMc. Membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaanFaktor-faktor yang perlu diperhatikan :a. Alat / instrumen untuk mengukur kadar obal (Therapeutic Drug Monitoring)b. Reagen sesuai obat yang diperiksa.F. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Reaksi Obat Tidak Diharapkan (ROTD)Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respons tubuh yang tidak dikehendaki terhadap obat yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. ASHP mendefinisikan efek samping (side effect) sebagai reaksi yang dapat diperkirakan frekuensinya dan suatu efek yang intensitas maupun kejadiannya terkait dengan besarnya dosis yang digunakan: mengakibatkan sedikit atau tidak ada perubahan terapi pada pasien (misalnya, efek mengantuk atau mulut kering pada penggunaanantihistamin; efek mual pada penggunaan obat kanker). ASHP mendefinisikan reaksl obat yang tidak diharapkan (ROTD) (ADR, adverse drug reactions) sebagai respons yang tidak dapat diperkirakan. yang tidak dikehendaki. atau respons yang berlebihan akibat penggunaan obat

Page 21: Pharmaceutical Care

sehingga muncul reaksi alergi atau reaksi idiosinkrasi.Tuluan :a. Menemukan ESO atau ROTD sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal. cian frekuensinya jarang.b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO atau ROTD yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO atau ROTD.d. Meminimalkan risiko kejadian ESO atau ROTD.e. Mencegah terulangnya kejadian ESO atau ROTD.Kegiatan pemantauan dan pelaporana. Mendeteksi adanya kejadian ESO atau ROTDb. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami ESO atau ROTDc. Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjod. Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO atau ROTD di Komiie/Sub Komite Farmasi dan Terapi.e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.Faktor yang perlu diperhatikan :a. Kerjasama dengan Komite Farmasi dan Terapi dan tenaga kesehatan di ruang rawat/bangsalb. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping ObatG. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.Tujuan :a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat.b. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu.c. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat,d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat,Kegiatan praktek EPOa. Mengevaluasi pengggunaan obat secara kualitatif (algoritme Gyssen)b. Mengevaluasi pengggunaan obat secara kuantitalif (metode ATC/DDD).Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :a. lndikator peresepanb. lndikator pelayananc. lndikator fasilitasH. Ronde (Visite)Ronde/Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat, memantau kemungkinan munculnya efek samping obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien, serta profesional kesehatan lainnya untuk memastikan bahwa pengobatan berlangsung sesuai dengan perencanaan terapi dan menjaminkeselamatan pasien.Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmaceutical Care)Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.