8
b. Pilar Pilar adalah bangunan bawah yang terletak diantara kedua kepala jembatan, berfungsi meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi dibawahnya hingga sampai tanah melalui fondasi. Kolom merupakan strukur tekan sehingga keruntuhan pilar tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas. Oleh karena itu, dalam merencanakan pilar perlu adanya cadangan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan elemen beton bertulang lainnya. Apabila beban yang bekerja pada pilar semakin besar, maka retak akan terjadi diseluruh tinggi pilar pada daerah sengkang. Pada batas keruntuhan biasanya ditandai dengan selimut beton akan lepas terlebih dahulu sebelum baja tulangan kehilangan lekatan. Berdasarkan posisi beban, pilar dibedakan menjadi 2 yaitu pilar dengan beban sentris dan pilar dengan beban eksentris. Pilar dengan beban eksentris mengalami momen lentur dan gaya aksial. Keruntuhan pilar dapat terjadi pada beton hancur karena tekan atau baja tulangan leleh karena tarik. Pilar pendek adalah pilar yang runtuh karena materialnya yaitu lelehnya baja tulangan atau hancurnya beton. Pilar langsing adalah pilar yang runtuh karena tekuk yang besar. Perencanaan pilar didasarkan pada dua kondisi y aitu: 1) Pilar Pendek dengan Beban Sentris Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah kontribusi beton, yaitu (A g - A st ) 0,85 f’ c dan kontribusi baja tulangan yaitu A st f y , dimana A g luas

Pilar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pilar

Citation preview

Page 1: Pilar

b. Pilar

Pilar adalah bangunan bawah yang terletak diantara kedua kepala jembatan,

berfungsi meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi dibawahnya hingga sampai

tanah melalui fondasi. Kolom merupakan strukur tekan sehingga keruntuhan pilar tidak

memberikan peringatan awal yang cukup jelas. Oleh karena itu, dalam merencanakan

pilar perlu adanya cadangan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan elemen

beton bertulang lainnya.

Apabila beban yang bekerja pada pilar semakin besar, maka retak akan terjadi

diseluruh tinggi pilar pada daerah sengkang. Pada batas keruntuhan biasanya ditandai

dengan selimut beton akan lepas terlebih dahulu sebelum baja tulangan kehilangan

lekatan.

Berdasarkan posisi beban, pilar dibedakan menjadi 2 yaitu pilar dengan beban

sentris dan pilar dengan beban eksentris. Pilar dengan beban eksentris mengalami

momen lentur dan gaya aksial. Keruntuhan pilar dapat terjadi pada beton hancur karena

tekan atau baja tulangan leleh karena tarik. Pilar pendek adalah pilar yang runtuh karena

materialnya yaitu lelehnya baja tulangan atau hancurnya beton. Pilar langsing adalah

pilar yang runtuh karena tekuk yang besar. Perencanaan pilar didasarkan pada dua

kondisi y aitu:

1) Pilar Pendek dengan Beban Sentris

Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah kontribusi beton,

yaitu (Ag - Ast) 0,85 f’c dan kontribusi baja tulangan yaitu Ast fy, dimana Ag luas

penampang bruto dan Ast luas total tulangan baja. Kapasitas beban sentris

maksimum yaitu:

P0 = (Ag - Ast) 0,85 f’c +Ast fy

Pada kenyataannya, beban eksentrisitas sebesar nol sangat sulit terjadi dalam

struktur aktual. Hal tersebut disebabkan karena ketidaktepatan ukuran pilar, tebal

pelat yang berbeda dan ketidaksempurnaan lainnya. Batas eksentrisitas minimal

untuk pilar dalam arah tegak lurus sumbu lentur adalah 10% dari tebal pilar.

2) Pilar dengan Beban Eksentris

Pilar yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja pada sisi yang tertarik akan

mengalami tarik dengan garis netral dianggap kurang dari tinggi efektif penampang

(d). Apabila angka kelangsingan klu/r ≤ 22 maka tergolong pilar pendek.

Page 2: Pilar

Berdasarkan regangan yang terjadi pada tulangan yang tertarik, kondisi awal

keruntuhan digolongkan menjadi dua yaitu:

a) Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan tarik dimana Pn < Pnb

b) Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton dimana Pn > Pnb

Kondisi balance terjadi saat baja tulangan mengalami luluh bersamaan dengan

regangan beton. Beton mencapai kekuatan maksimum f’c pada saat regangan desak

beton maksimal mencapai 0,003. Perancangan pilar eksentris diselesaikan dengan

dua cara, antara lain

a) Metode Pendekatan Diagram Pn - Mn

Diagram Pn – Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam

kombinasi beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh pilar secara aman.

Diagram interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah keruntuhan

tekan dan daerah keruntuhan tarik dengan pembatasnya adalah titik balance.

Tulangan dipasang simetris untuk mempermudah pelaksanaan, mencegah

kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik atau tulangan tekan dan

mengentisipasi perubahan tegangan akibat beban gempa. Analisis pilar dengan

diagram Pn - Mn diperhitungkan pada tiga kondisi yaitu:

1. Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil

Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana memiliki nilai

sebesar kuat rencana maksimum.

ØPn = ØPn max = 0,80 Ø (Ag – Ast) 0,85 f’c + Ast fy

Sehingga kuat tekan pilar maksimum yaitu Pn = ØPn max/ Ø

2. Pada Kondisi Momen Murni

Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum luluh sedangkan

tulangan tekan luluh dimana fs adalah tegangan tulangan tekan pada kondisi

luluh. Pada kondisi momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton

(Pn = Pu = 0). Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu:

ND1 + ND2 = NT .............. (1)

Dimana :

ND1 = 0,85 f’c b a

ND2 = f’s A’s

NT = fy As

Page 3: Pilar

Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Persamaan yang diperoleh dari segitiga yang sebangun dengan titik sumbu

netral pada c yaitu:

f’s = Es ε’ = Es 0,003(c−d ')

c.............. (2)

dengan mensubtitusikan persamaan (1) dan (2) akan dihasilkan persamaan

pangkat dua dengan peubah tinggi sumbu netral c. Momen rencana dapat

dihitung sebagai :

Mr = ØMn

Mn = Mn1 + Mn2 = ND1Z1 + ND2Z2

3. Pada Kondisi Balance

Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik luluh dan beton

mengalami batas regangan dan mulai hancur. Persamaan yang diperoleh

dari segitiga yang sebangun dengn persamaan sumbu netral pada kondisi

balance (cb) yaitu:

cb

d= 0,003

0,003+f y

E s

Atau dengan Es = 200000, maka :

cb = 600 d

600+f y

persamaan kesetimbangan pada kondisi balance :

Pb = ND1 + ND2 - NT

sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai :

Pb (eb + d/2) = Mnb

Mrb = ØPbeb

b) Metode Pendekatan Whitney

Persamaan-persamaan yang disyaratkan Whitney digunakan sebagai solusi

alternatif dengan cara coba-coba walaupun tidak selalu konservatif khususnya

apabila beban rencana terlalu dekat dengan beban balance.

3) Pilar Langsing

Page 4: Pilar

Apabila angka kelangsingan pilar melebihi batas untuk kolom pendek maka kolom

tersebut akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas limit kegagalan material.

Kolom tersebut adalah jenis kolom langsing yang mengalami momen tambahan

akibat efek P∆ dimana P adalah beban aksial dan ∆ adalah defleksi kolom tertekuk

pada penampang yang ditinjau.

a) Besarnya k dapat dihitung dengan persamaan-persamaan dari peraturan ACI

antara lain:

1. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan berpengaku diambil

dari nilai terkecil antara persamaan berikut:

,k = 0,7 + 0,05 (ψA + ψB) ≤ 1,0

,k = 0,85 + 0,05 ψmin ≤ 1,0

Dimana ψA dan ψB adalah ψ pada ujung kolom dan ψmin adalah yang terkecil

dari kedua harga tersebut. ψ =

Σ (EI / lu)kolom

Σ(EIlu

)balok dimana lu adalah panjang tak

tertumpu pilar dan ln adalah bentang bersih balok.

2. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang

tertahan pada kedua ujungnya diambil sebesar :

Untuk ψm < 2

k = 20−ψm

20 √1+ψm

untuk ψm ≥ 2

k = 0,9 √1+ψm

dimana ψm adalah harga ψ rata-rata dari kedua harga tersebut.

3. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang

kedua ujungnya sendi diambil sebesar:

,k = 2,0 + 0,3 ψ

b) Kelangsingan

Portal bergoyang klu/r ≤ 22

c) Metode pembesaran momen

Metode pembesaran momen tergantung pada kelangsingan batang, desain

penampang dan kekakuan seluruh rangka portal bergoyang. Komponen struktur

Page 5: Pilar

tekan harus direncanakan menggunakan beban aksial terfaktor dan momen

terfaktor yang diperbesar.

δ s M s=M s

1−Σ Pu

0,75 Σ Pc

Dengan :

Pc=π2 EI

( k lu)2

EI = 0,4 Ec I g

1+βd

Ec = ( wc )1,5 0,043√ f 'c

βd=momen beban matirencana

momen total rencana≤ 1

Dimana ΣPu adalah beban vertikal terfaktor pada suatu tingkat dan ΣPc adalah

kapasitas tekan total pilar-pilar.

Perencanaan pilar harus mempertimbangkan gaya geser yang bekerja antara

lain:

1. Komponen struktur yang menerima beban aksial tekan:

V c=(1+N u

14 Ag)(√ f ' c

6 )bw d ......................... (1)

Dimana besaran N u

14 A gharus dalam MPa

2. Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci yaitu:

Vc = [√ f 'c+120 ρw

V u d

M u] bwd

7........................ (2)

Dengan nilai Mm menggantikan nilai Mu dan Nilai V u d

M uboleh diambil lebih

daripada 1,0 dengan :

M m=M u−N u

(4 h−d )8

Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada :

V c=0,3 √ f ' c bw d√1+0,3 N u

Ag

........................... (3)

Page 6: Pilar

Jika geser aktual Vu lebih besar dari 0,5 ØVc maka tulangan geser

diperhitungkan dimana Vs > 23 √ f ' c bw d

Bila V s ≤13 √ f '

c bw d maka spasi maksimum ≤ d/2 ≤ 600 mm

Bila V s ≤13 √ f '

c bw d maka spasi maksimum diambil sebesar 0,25d

Tulangan geser maksimum Av=bw s

3 f y

4) z