7
Pilihan Menentukan Pencapaian Kehidupan Kedepan dan Pembuktian Kejayaan Demokrasi terdengar dengan lantangnya di bumi Indonesia. Sebuah system ketatanegaraan yang dianut oleh Negara Indonesia, dimana rakyat menjadi pemain utama dalam pergulatan dan pergerakan system. “Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, kata-kata yang sarat dengan demokrasi dan sudah mendarah daging dalam system ini. Kita ketahui bersama pada tahun 2014 akan dihelat sebuah event akbar, pesta demokrasi terbesar yaitu pemilihan legislative dan pemilihan presiden yang direncanakan pada tanggal 4 april 2014 untuk pemilihan legislative dan tanggal 9 juli 2014 untuk putaran pertama pemilihan presiden. Pada pesta Demokrasi sekarang ini hukum bisa dipastikan setiap orang akan berpartisipasi, minimal sebagai “supporter” atau pemilih. Karena memang dalam system demokrasi ini semua keputusan dilimpahkan kepada rakyat, rakyat yang akan menentukan melalui pemilihan umum. Namun, tidak semua elemen masyarakat menamini diadakannya pemilihan umum ini. Di balik gegap gempita pesta demokrasi tersebut ada sebagain orang yang justru secara sengaja bersikap tidak peduli (apatis) dengan dalih bahwa politik itu kotor sedangkan agama adalah wilayah yang suci, sehingga tidak dapat dicampuradukan. Ada beberapa hal menarik yang kemudian perlu diulas dan dipahami sehingga tercapai tujuan-tujuan yang memang seharusnya kita perjuangkan. Terlintas dibenak pertanyaan yang cukup menggelitik dan menggugah untuk ditelisik, pertanyaan yang terlintas itu

Pilihan Menentukan Kehidupan Kedepan Dan Pembuktian Kejayaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eq

Citation preview

Pilihan Menentukan Pencapaian Kehidupan Kedepan dan Pembuktian KejayaanDemokrasi terdengar dengan lantangnya di bumi Indonesia. Sebuah system ketatanegaraan yang dianut oleh Negara Indonesia, dimana rakyat menjadi pemain utama dalam pergulatan dan pergerakan system. Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, kata-kata yang sarat dengan demokrasi dan sudah mendarah daging dalam system ini. Kita ketahui bersama pada tahun 2014 akan dihelat sebuah event akbar, pesta demokrasi terbesar yaitu pemilihan legislative dan pemilihan presiden yang direncanakan pada tanggal 4 april 2014 untuk pemilihan legislative dan tanggal 9 juli 2014 untuk putaran pertama pemilihan presiden. Pada pesta Demokrasi sekarang ini hukum bisa dipastikan setiap orang akan berpartisipasi, minimal sebagai supporter atau pemilih. Karena memang dalam system demokrasi ini semua keputusan dilimpahkan kepada rakyat, rakyat yang akan menentukan melalui pemilihan umum. Namun, tidak semua elemen masyarakat menamini diadakannya pemilihan umum ini. Di balik gegap gempita pesta demokrasi tersebut ada sebagain orang yang justru secara sengaja bersikap tidak peduli (apatis) dengan dalih bahwa politik itu kotor sedangkan agama adalah wilayah yang suci, sehingga tidak dapat dicampuradukan. Ada beberapa hal menarik yang kemudian perlu diulas dan dipahami sehingga tercapai tujuan-tujuan yang memang seharusnya kita perjuangkan. Terlintas dibenak pertanyaan yang cukup menggelitik dan menggugah untuk ditelisik, pertanyaan yang terlintas itu adalah, apa sebenarnya definisi dari politik tersebut, yang dinilai kotor oleh sebagian orang dan tak pantas disandingkan dengan agama ? Dan, haruskah umat Islam terjun ke dalam dunia politik yang bagi sebagian orang kotor tersebut ?Kita awali dari pengertian Politik. Politik, pada kehidupan nyata yang kita rasakan atau pada realitanya pasti berhubungan dengan kepemimpinan oleh seorang pemimpin, pengaturan urusan rakyat baik oleh Negara maupun rakyat, dan kebijakan public yang mengikat bagi seluruh masyarakat. Secara Terminologi politik adalah proses pembentukan kekuasaan dan pembagian atas kekuasaan tersebut dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan dan kebijakan, khususnya dalam ketatanegaraan. Bisa juga dalam penjabaran yang lebih sederhana politik dikatakan sebagai cara atau proses dalam meraih kekuasaan secara konstitusional maupun secara nonkonstitusional. Hal tersebut jika dilihat dari persepsi realitanya. Sehingga dapat kita simpulkan, jika politik tersebut dalam tataran realita seperti pada penjabaran-penjabaran diatas maka bisa dapat dikatakan sesuai atau netral. Hanya saja politik tersebut tidak berdiri sendiri, banyak hal yang kemudian berpengaruh, bahkan memberi dampak yang menyebabkan kontradiksi penjabaran dari definisi politik itu sendiri. Ideology mempunyai peranan vital dalam pembentukan definisi politik. Tiap ideology yang ada didunia ini seperti kapitalisme, sosialisme, pluralisme, sekulerisme, Islam dan masih banyak lagi ideology yang berkembang ditengah masyarakat. Tiap ideology mempunyai pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum yang mengatur hukum politik mereka. Berawal dari sinilah muncul pengertian-pengertian politik yang mengandung ide-ide dan pandangan hidup tertentu yang kemudian mendefinisikan politik dalam definisi yang berbeda dan sudah tidak lagi netral. Adapaun dalam hal ini, definisi politik dari sudut pandang Islam adalah pengaturan urusan-urusan atau kepentingan dan peraturan umat baik dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan hukum-hukum Islam menurut tuntunan Al-quran dan as-sunnah. Sedangkan untuk pelaku atau pelaksananya bisa suatu hukum maupun kelompok atau individu rakyat itu sendiri.Jadi, esensi inti dari politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan rakyat yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Islam dan politik menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling lengkap melengkapi dan keduanya saling dukung mendukung agar terciptanya suatu Negara yang madani dan islami, sehingga tercipta suatu kondisi yang harmonis, kondusif, dan sejahtera. Adapun hubungan antara politik dan Islam secara tepat digambarkan oleh Imam al-Ghajali: Agama dan kekuasaan (politik) adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap. Begitulah pandangan islam tentang politik. Berbeda bahkan sangat bertolak belakan dengan pandangan Barat tentang politik. Politik diartikan sebatas pengaturan kekuasaan, hanya diorientasikan kepada kekuasaan, kekuasaan dan kekuasaan, hal ini cenderung untuk kesemena-menaan pemangku kekuasaan. Bahkan, menjadikan kekuasaan sebagai tujuan utama dari politik. Akibatnya yang terjadi hanyalah kekacauan dimuka bumi dan perebutan atau pengkudetaan kekuasaan, dan yang lebih miris lagi bukan untuk mengurusi rakyat akan tetapi untuk memenuhi nafsu sesaat para pejabat atau pemangku kekuasaan. Hal ini bisa kita analisis dan buktikan dari salah satu pendapat ahli politik barat, yaitu Loewenstein yang berpendapat bahwa politic is nicht anderes als der kamps um die Macht (politik tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan). Berdasarkan pernyataan tersebut sudah jelas dapat diartikan bahwa hanya berorientasikan dunia dan hanya memperjuangkan kekuasaan tanpa memikirkan rakyat. Mengambil keputusan yang tidak pro-rakyat dan penuh dengan tipu muslihat. Dengan orientasi tersebut, dapat dipastikan jika seseorang mendapat kekuasaan, pengabdiannya akan kosong dan hanya pencitraan belaka untuk menarik simpati rakyat demi kekuasaan yang ada digenggaman. Jika hanya mementingkan kekuasaan, tentu yang akan terjadi adalah kesemena-menaan dan perebutan kekuasaan dan akan berujung pada jurang kehancuran. Hal inilah yang akan terjadi jika catur perpolitikan dipegang oleh sosok tirani dengan segala ideology yang tidak islami.Sekarang yang menjadi pertanyaan, bolehkah atau haruskah umat islam berpolitik ? Masih menjadi suatu bahasan yang menarik untuk diulas. Sebenarnya, dalam firman-firman-Nya Allah SWT sudah memberi kode bagi umat muslim untuk menjalankan roda kehidupan sesuai syariat-Nya dan memang itu sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap muslim. Bisa dikatakan kita memang harus berpolitik. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia dimuka bumi ini untuk menjaadi seorang khalifah (pemimpin) dan apa jadinya jikahukum-hukum Allah tidak ditegakkan dibumi. Pastilah akan jauh dari ridho dan berkah-Nya dan bahkan tidak hanya itu, Allah SWT akan menurunkan musibah dan memberikan sebutan kepada kita dengan sebutan orang yang fasik dan dzolim seperti pada firman-firman Allah SWT yang termaktub dalam Al-Quran pada ayat-ayat dari surat Al-Maidah, Naudzubillahi min dzalik. Seruan wajib berpolitik Bagi Setiap Muslim nampaknya perlu diserukan, agar semua umat juga tergerak hatinya untuk memikirkan apa yang seharusnya umat perjuangkan, untuk menegakkan syariat Islam di bumi Allah SWT ini. Berpolitik adalah kewajiban bagi setiap Muslim baik itu laki-laki maupun perempuan. Adapun firman Allah SWT dalam Al-Quran yang menunjukkan itu antara lain adalah. Pertama, mewajibkan bagi kaum Muslim untuk mengurus urusannya berdasarkan hukum -hukum Islam. Sebagai. Allah SWT telah mewajibkan adanya ditengah-tengah kaum Muslim pemerintah Islam yang menjalankan urusan umat berdasarkan hukum Islam. Firman Allah SWT yang artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al-Maidah [05]:48). Kedua, mewajibkan kaum Muslim untuk hirau terhadap urusan umat sehingga keberlangsungan hukum Islam bisa terjamin. Karenanya dalam Islam ada kewajiban untuk mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkam). Kewajiban ini didasarkan kepada Firman Allah SWT yang artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran [03]: 104).Dengan demikian, semoga penjelasan diatas bisa menjelaskan bahwa hubungan Islam dan politik adalah jelas tanpa keraguan sedikitpun. Melalaikan diri bahkan meninggalkan diri dari aktivitas politik Islam sangat jelas bahayanya bagi kaum Muslim. Inilah saat yang tepat bagi kaum Muslim untuk bangkit dari tidurnya yang panjang, mulai bangkit dan berjuang secara politik untuk melawan penjajah yang selama ini telah menindas. Terjun langsung dalam masalah politik menjadi tanggungan kita bersama, tidak hanya diam dan menunggu datangnya pertolongan Allah SWT. Karena, Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha untuk merubahnya. Kebenaraan hanya datang dari Allah SWT dan kesalahan datang dari saya pribadi. Semoga dapat menginspirasi dan membawa sebuah kebermanfaatan ditengah pencarian refrensi berpikir kita. Menjadi renungan untuk bangkit menegakkan hukum Allah SWT. Waullahu Alam Bisshowab.Amir Yarkhasy Yuliardi Universitas Diponegoro