54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan piroklastik merupakan batuan vulkanik yang mempunyai tekstur klastik, dengan kata lain merupakan endapna – endapan fragmental terbentuk secara langsung dari aktifitas vulkanik.Batuan piroklastik meruapakn batuan yang tersusun oleh fragmen hasil erupsi vulkanik secara eksplosif (Williams, Turner, Gilbert, 1954). Batuan piroklastik merupakan batuan yang terdiri dari bahan rombakan yang diletuskan dari lubang volkanik, diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar, kemudian diendapkan di atas tanah dalam kondisi kering atau dalam tubuh air (Henrich, 1959). Pengamatan yang dilakukan pada batuan piroklastik salah satunya berupa pengamatan mineral melalui nikol silang dan nikol sejajar . Pengamatan ini sangat penting sebab dalam pengamatan ini akan diketahui

Pir Ok Lastik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugast

Citation preview

Page 1: Pir Ok Lastik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan piroklastik merupakan batuan vulkanik yang mempunyai tekstur

klastik, dengan kata lain merupakan endapna – endapan fragmental terbentuk

secara langsung dari aktifitas vulkanik.Batuan piroklastik meruapakn batuan yang

tersusun oleh fragmen hasil erupsi vulkanik secara eksplosif (Williams, Turner,

Gilbert, 1954). Batuan piroklastik merupakan batuan yang terdiri dari bahan

rombakan yang diletuskan dari lubang volkanik, diangkut melalui udara sebagai

bahan maupun awan pijar, kemudian diendapkan di atas tanah dalam kondisi

kering atau dalam tubuh air (Henrich, 1959).

Pengamatan yang dilakukan pada batuan piroklastik salah satunya berupa

pengamatan mineral melalui nikol silang dan nikol sejajar . Pengamatan ini

sangat penting sebab dalam pengamatan ini akan diketahui sifat-sifat optik

mineral, sehingga dapat ditentukan nama mineral dari hasil pengamatan.

Beberapa hal diatas merupakan faktor yang melatar belakangi

dilaksanakannya praktikum acara batuan piroklastik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktikum Batuan Piroklastik adalah agar praktikan

dapat mengenali batuan piroklastik secara mikroskopis  melalui mikroskop

polarisasi dan dapat mengidentifikasi mineral – mineral atau komponen -

Page 2: Pir Ok Lastik

komponen penyusun batuan piroklastik pada pengamatan nikol sejajar maupun

nikol silang.

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum Petrografi acara Batuan

Piroklastik yaitu :

Mengetahui jenis, sifat optik, dan persentase mineral dan komponen –

komponen penyusun batuan piroklastik secara mikroskopis pada

pengamatan nikol sejajar dan nikol silang.

Mengetahui nama batuan dari pengamatan jenis, sifat optik, dan persentase

mineral komponen – komponen penyusun batuan piroklastik secara

mikroskopis pada sayatan tipis batuan melalui pengamatan nikol sejajar

dan nikol silang

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Buku penuntun praktikum Petrografi 2014

2. Mikroskop polarisasi

3. Lembar Kerja Praktikum (LKP) 2014

4. Lap kasar dan lap halus

5. Alat tulis menulis

6. Pensil warna

7. Preparat sayatan mineral

8. Kertas A4

Page 3: Pir Ok Lastik

1.4 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu membuat bon alat,

kemudian mempersiapkan alat dan bahan seperti mikroskop, alat tulis menulis, lap

kasar/lap halus sebagai alas dari mikrsokop, penuntun praktikum, lembar kerja

praktikum, serta preparat sayatan mineral, selanjutnya menyentringkan

mikroskop sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan, kemudian menentukan

dan menuliskan sifat-sifat mineral dan komponen penyusun batuan piroklastik

yang tampak pada pengamatan nikol sejajar seperti warna absorbsi, ukuran

mineral, pleokroisme, indeks bias, relief mineral, intensitas mineral, ukuran

mineral, dan nikol silang seperti warna interferensi maksimum, bias rangkap,

sudut gelapan, jenis gelapan, dan kembaran serta menentukan nama mineral dan

komponen penyusun pada Lembar Kerja Praktikum (LKP), dan mengembalikan

alat ketempatnya setelah praktikum selesai.

Page 4: Pir Ok Lastik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.5 Definisi Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api

(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat

klastik. Menurut William (1982) batuan piroklastik adalah batuan vulkanik

yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang

berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda,

dimana material penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum

mengalami transportasi (“rewarking”) oleh air atau es. Sedangkan menurut

Johannsen (1977) meruapakan batuan yang terdiri dari material

detrital/rombakan dari hasil kegiatan volkanik, ditransport dan diendapkan di

danau, darat ataupun laut.

Batuan piroklastik adalah jenis batuan yang dihasilkan oleh proses

lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama

erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan jatuhan kemudian mengalami

litifikasi baik sebelum ditransport maupun rewarking oleh air atau es.

Batuan ini merupakan batuan gunungapi bertekstur klastika sebagai hasil

letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar. Piroklastik merupakan

fragmen yang dibentuk dalam letusan volkanik, dan secara khusus menunjuk

pada klastika yang dihasilkan dari magmatisme letusan.

Page 5: Pir Ok Lastik

Magma yang merupakan lelehan panas, pijar, dan relatif encer, dapat

bergerak dan menerobos ke permukaan bumi melalui rongga-rongga yang

terbentuk oleh proses tektonik (bidang sesar). Selain berupa padatan, magma

juga mengandung uap air dan gas yang bervariasi komposisinya.

Jika magma tersebut encer dan bertekanan tinggi, maka akan terjadi

letusan gunung api. Sumbat kepundan akan hancur dan terlempar ke

sekitarnya dan bersamaan dengan itu sebagian magma panas juga akan

terlempar ke udara. Akibat dari letusan tersebut terjadi proses pendinginan

yang cepat, sehingga magma akan membeku dengan cepat dan membentuk

gelas (obsidian), tufa atau abu halus, lapili dan bom (berupa batuapung

dengan rongga-rongga gas). Material yang halus (tufa) akan terlempar jauh

dan terbawa angin ke tempat yang lebih jauh, sedangkan bom, lapili, dan

gelas, dan material-material lain yang berukuran pasir dan kerikil akan jatuh

di sekitar puncak gunung.

Gambar 1.1 Erupsi Eksplosif

1.6 Endapan –Endapan Piroklastik

Page 6: Pir Ok Lastik

Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis

endapan piroklastik yaitu:

Endapan Jatuhan Piroklastik (Pyroclastic Fall Deposits), dihasilkan dari

letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan

jatuh kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini

umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi

pusat erupsi, pemilahannya baik, menunjukan grading normal pumis dan

fragmen litik, mungkin menunjukan stratifikasi internal dalam ukuran butir

atau komposisi, komposisi pumis lebih besar daripada litik.

Endapan Aliran Piroklastik (Pyroclastic Flow Deposits), dihasilkan dari

pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik

yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik ini

tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya

buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen litik, dan butiran litik

yang padat semakin berkurang menjauhi pusat erupsi.

Contoh: lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran

temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan

oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan

air.

Endapan Surge Piroklastik (Pyroclastic Surge Deposits), termasuk

pergerakan lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas

konsentrasi rendah yang panas. Karekteristiknya, endapan ini menunjukan

stratifikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan

Page 7: Pir Ok Lastik

pind and swell, endapan sedikit menebal di bagian topografi rendah dan

menipis pada topografi tinggi.

Gambar 1.2 Endapan –Endapan Piroklastik

1.7 Tipe Tipe Pembentukan Batuan Piroklastik

Tipe tipe pembentukan batuan piroklastik adalah sebagai berikut :

Tipe 1

Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang

kemudian kering akibat pengaruh medium udara, kemudian mengalami

litifikasi membentuk batuan fragmental.Jadi jatuhan piroklastik ini belum

mengalami pengangkutan.

Tipe 2

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik terangkut ke dalam

tempat pengendapannya yaitu di daratan yang kering dengan media gas yang

dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan

onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.

Page 8: Pir Ok Lastik

Tipe 3

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu

tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil,

onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.

Tipe 4

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh pada suatu

tubuh perairan yang arusnya aktif (bergerak). Sebelum mengalami litifikasi

mengalami rewarking dan dapat bercampur dengan batuan lain yang

dihasilkan akan mempunyai struktur sediment basa.

Tipe 5

Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian

diangkut dan diendapkan ditempat lain dengan media air. Hasilnya batuan

sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan piroklastik,dengan struktur

sediment biasa.

Tipe 6

Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi,

kemudian diendapkan kembali ke tempat yang lain. Batuan yang dihasilkan

adalah batuan sediment dengan propenan piroklastik.

Page 9: Pir Ok Lastik

Gambar 1.3 Tipe –Tipe Pembentukan Batuan Piroklastik

1.8 Jenis Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi

Lapili

Lapili berasal bahasa latin lapillus, yang berarti nama untuk hasil erupsi

eksplosif gunung api yang berukuruan 2mm – 64mm. Selain dari fragmen

batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral – mineral augti, olivine,

plagioklas.

Debu Gunung Api

Debu gunung api adalah merupakan batuan piroklastik yang berukuran

2mm- 1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi

eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses

penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam

keadaan belum terkonsolidasi,

Page 10: Pir Ok Lastik

Bom Gunung Api

Bom adalah merupakan gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai

ukuran lebih besar dari 64mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang

sangat besar. Sebagai contoh bomb yang berdiameter 5 meter dengan berat

200kg dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi. Misalnya, di

gunung api Asama, Jepang pada tahun 1935.

Block Gunung Api

Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh

erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan

ukuran lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya

atau equidimensional.

1.9 Klasifikasi Batuan Piroklastik

Heinrich (1956) selama pengendapan tufa bisa bercampur dengan material

sedimen yang bermacam-macam. Material sedimen yang paling banyak dapat

dipakai untuk pemberian nama tufa. Misal serpihan atau mengandung

gamping, tufa gampingan dan sebagainya.

Batuan sedimen non volkanik, bisa tercampuri oleh tufa hasil letusan

gunung berapi, sehingga membentuk campuran dua bahan pembentuk batuan

yang mempunyai sumber dan proses pembentukan yang tidak sama. Pettijohn

(1975), adanya tuf di dalam batuan sedimen bisa dipergunakan untuk

pemeriaan tambahan. Sehingga akan diperoleh penamaan seperti batupasir

tufaa, serpih tufaan dan lainnya.

Page 11: Pir Ok Lastik

Klasifikasi berdasarkan komposisi sangat penting untuk analisa tufa. Batuan

yang berdasarkan ukuran fragmen dengan mudah dan sederhana dapat

dimasukkan ke dalam kelompok tufa ini, ternyata mempunyai komposisi yang

cukup berariasi. Variasi komposisi tersebut dikelompokan lagi.

Vitric Tuff

Menurut Heinrich (1956), penyusun utama terdiri atas gelas. Tufa vitrik

merupakan hasil endapan primer material letusan gunungapi. Komposisi

umumnya bersifat riolitik, meskipun jugs dijumpai berkomposisi dasitik,

trasitik, andesitik dan basaltik.

Kepingan gelas umumnya mempunyai bentuk meruncing. Inklusi-inklusi

magnetit banyak dijumpai dalam gelas. Gelas biasanya tidak berwarna, tetapi

apabila berkomposisi basaltik berwama kuning sampai coklat.

Fragmen-fragmen berupa kristal dan fosil terkadang dijumpai, walaupun

dalam persentase yang kecil. Mineral-mineral bisa berupa mineral penyusun

riolit, andesit dan lain-lain. Mineral skunder yang hadir antara lain kalsit, opal,

kalsedon, kuarsa, oksida-oksida besi dan lain-lain.

Beberapa tufa vitrik yang mengendap dalam tubuh air tersemen oleh

kalsit, Heinrich (1956).

Tufa vitrik umumnya bertekstur vitroclastic, yaitu kepingan-kepingan gelas

terletak dalam matrik yang berupa abu gelas yang sangat halus, Williams,

Turner dan Gilbert (1954).

Page 12: Pir Ok Lastik

Macam-macam tufa vitrik:

Tufa palagonit

Penyusun utama gelas basa, dengan warna kuning kehijauan sampai coklat tua.

Tufa palagonit umumnya mengandung kristal-kristal plagioklas, olivin,

piroksen dan bijih besi, lubang-lubang banyak terisi kalsit atau zeolit, Heinrich

(1956).

Welded tuff atau ignimbrit

Penyusun terdiri atas kepingan-kepingan gelas yang terelaskan, Heinrich

(1956).

Tufa pisolit

Penyusun terdiri atas pisolit-pisolit abu gelas yang sangat halus, Williams,

Turner dan Gilbert (1954).

Crystal Tuff

Komposisi dominan terdiri atas kristal, sedangkan gelas dijumpai

berjumlah sedikit Tufa kristal riolitik, yaitu kristal kuarsa, sanidin, biota,

hornblende, lain yang terkadang dijumpai seperti augit. Tufa kristal yang

mengandung tridimit.

Tufa kristal dasitik, yaitu hornblende, hipersten, andesin, magnetit dan

augit banyak dijumpai pada trasit. Sedangkan pada tufa qistal basalitik,

tersusun atas olivin, augit, magnetit dan labradorit.

Page 13: Pir Ok Lastik

Lithic Tuff

Penyusun dominan berupa fragmen-fragmen batuan. Gelas dijumpai dalam

jumlah yang relatif sedikit, Fragmen tersebut biasanya berupa fragmen

batuapung, skoria, andesit, basalt, granofir, batuan beku hipoabisik bertekstur

porfiritik atau halus. Kadang terdapat fragmen batuan plutonik, metamorfik

maupun sedimen, Heinrich (1956).

Bahan piroklastik yang dikeluarkan dari ventral volkan, sebelum

terendapkan mengalami berbagai proses, baik cars terangkuntnya dan media

transportasi, maupun material yang terendapkan.

Gambar 1.4 Klasifikasi Batuan Piroklastik

Page 14: Pir Ok Lastik

1.10 Petrografi Batuan Piroklastik

Kenampakan Ignimbrit Dilapangan

Gambar 1.5 Unwelded Ignimbrite - Ignimbrit Talc Terelaskan

Gambar 1.6 Welded Ignimbrite – Ignimbrite Terelaskan

Page 15: Pir Ok Lastik

Pengamatan Sampel 1

Pembesaran total : 50X

No. Urut : 01

No. Peraga : ST 12

Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

Kenampakan Mikroskopis :

Warna absorbsi kuning kecoklatan, warna interferensi coklat, bentuk

subhedral – anhedral, ukuran 0,1 – 1 mm, tekstur lightly-compacted tuff.

Deskripsi Mineral :

Komponen Penyusun :

- Kristal terdiri dari kuarsa dan biotit

Kuarsa

Warna absorbsi tidak berwarna, warna interferensi putih, relief

rendah, intensitas lemah, pleokrisme tidak ada, indeks bias nmin > ncb,

belahan tidak ada, pecahan uneven, bias rangkap orde I,

Biotit

Warna absorbsi coklat kekuningan, warna interferensi cokelat,

relief sedang, intensitas sedang, bentuk subhedral, indeks bias nmin > ncb,

belahan satu arah, pecahan uneven, bias rangkap orde I.

- Ash (Gelas Vulkanik)

NIKOL SEJAJAR NIKOL SILANG

Page 16: Pir Ok Lastik

Persentase Mineral :

Mineral I (%) II(%) III(%) %Rata-rata

Kristal 75% 70% 60%

Ash 25% 30% 40%

Nama Batuan : Crystal Vitric Tuff (Pettijohn, 1975)

Petrogenesa :

Page 17: Pir Ok Lastik

Pengamatan Sampel 2

Pembesaran total : 50X

No. Urut : 02

No. Peraga : ST 122

Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

Kenampakan Mikroskopis :

Warna absorbsi kuning kecoklatan, warna interferensi coklat, bentuk

subhedral – anhedral, ukuran 0,1 – 1 mm, tekstur welded tuff.

Deskripsi Mineral :

Komponen Penyusun :

- Kristal terdiri dari piroksen, biotit, dan olivin

Piroksen

Warna absorbsi tidak berwarna, warna interferensi putih, relief

tinggi, intensitas kuat, pleokrisme lemah, indeks bias nmin > ncb, belahan

paralel, pecahan uneven, bias rangkap orde I.

Biotit

Warna absorbsi coklat kekuningan, warna interferensi cokelat,

relief sedang, intensitas sedang, bentuk subhedral, indeks bias nmin > ncb,

belahan satu arah, pecahan uneven, bias rangkap orde I.

Olivin

NIKOL SEJAJAR NIKOL SILANG

Page 18: Pir Ok Lastik

Warna absorbsi tidak berwarna, warna interferensi kehijauan, relief

tinggi, intensitas kuat, bentuk subhedral, indeks bias nmin > ncb, belahan

tidak ada, pecahan uneven, bias rangkap orde II.

- Ash (Gelas Vulkanik)

Persentase Mineral :

Mineral I (%) II(%) III(%) %Rata-rata

Kristal 75% 80% 85%

Ash 25% 20% 15%

Nama Batuan : Crystal Tuff (Pettijohn, 1975)

Petrogenesa :

Pengamatan Sampel 3

Page 19: Pir Ok Lastik

Pembesaran total : 50X

No. Urut : 02

No. Peraga : ST 126 / ST 8a

Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

Kenampakan Mikroskopis :

Warna absorbsi kuning kecoklatan, warna interferensi coklat, bentuk

subhedral – anhedral, ukuran 0,1 – 0,8 mm, tekstur poorly-welded tuff.

Deskripsi Mineral :

Komponen Penyusun :

- Rock Fragmen

Warna absorbsi abu-abu, warna interferensi coklat, ukuran mineral

0,8 mm dan asal dari batuan beku.

- Kristal terdiri dari piroksen, biotit

Piroksen

Warna absorbsi tidak berwarna, warna interferensi putih, relief

tinggi, intensitas kuat, pleokrisme lemah, indeks bias nmin > ncb, belahan

paralel, pecahan uneven, bias rangkap orde I.

Biotit

NIKOL SEJAJAR NIKOL SILANG

Page 20: Pir Ok Lastik

Warna absorbsi coklat kekuningan, warna interferensi cokelat,

relief sedang, intensitas sedang, bentuk subhedral, indeks bias nmin > ncb,

belahan satu arah, pecahan uneven, bias rangkap orde I.

- Ash (Gelas Vulkanik)

Persentase Mineral :

Mineral I (%) II(%) III(%) %Rata-rata

Rock Fragmen 20% 25% 20%

Kristal 60% 50% 55%

Ash 20% 25% 25%

Nama Batuan : Crystal Tuff (Hendrich)

Petrogenesa :

BAB III

Page 21: Pir Ok Lastik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel 1

Pada pengamatan sampel dengan nomor peraga ST 12/TF, memiliki

pembesaran total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah

warna absorbsi kuning, warna interferensi hitam, bentuk subhedral – anhedral,

ukuran 0,1 – 1 mm, tekstur lightly-compacted tuff (dimana dalam tufa ini, material

gelas berbentuk tidak teratur masih relatif belum terdeformasi), komposisi

penyusun batuan Kristal (Piroksin (Augit), Kuarsa, Biotit, Muskovit), Glass (debu

vulkanik berupa semen pada batuan).

Nikol Sejajar Nikol Silang

Augit

Biotit

Kuarsa

Glass

Deskripsi Komponen Penyusun Batuan :

Kristal

1. Augit

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu putih

kecoklatan, belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang

Page 22: Pir Ok Lastik

belahannya) yaitu satu arah, pecahan uneven (pecahan yang nampak yaitu tidak

beraturan), pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali

yang nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk subhedral

(kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri)-anhedral (kristal

sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), indeks bias

dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan

perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r)

yaitu nmin>ncb, intensitas tinggi, relief yaitu suatu kenampakan yang timbul

akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada

disekitarnya yaitu tinggi, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada

kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks

(arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator

yaitu 24o, jenis gelapan miring yaitu pemadaman yang terjadi pada posisi

dimana sumbu panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk

sudut dengan arah getar analisator dan polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran

mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada benang silang dikalikan dengan

nilai bilangan skala yaitu 0.4 mm, nama mineral Augit.

2. Biotit

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu coklat,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu coklat,

belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu

arah, pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang

nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk euhedral (Kristal

Page 23: Pir Ok Lastik

dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri)– anhedral ( Kristal sama sekali tidak

dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), intensitas sedang, relief yaitu

suatu kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral

dengan media yang ada disekitarnya adalah sedang, indeks bias dapat diartikan

sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus

sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb,sudut

gelapan adalah keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi minimum,

terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah

getar analisator atau polarisator yaitu 28o, jenis gelapan miring yaitu

pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan

yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan

polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak

pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.1 mm, nama

mineral Biotit.

3. Kuarsa

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu hitam,

pecahan uneven (pecahan yang nampak yaitu tidak beraturan), pleokrisme

monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang nampak pada

mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk subhedral (kristal dibatasi

hanya sebagian bidang kristalnya sendiri) –anhedral(kristal sama sekali tidak

dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), indeks bias dapat diartikan

sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus

Page 24: Pir Ok Lastik

sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb,,

intensitas sedang, relief yaitu suatu kenampakan yang timbul akibat adanya

perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada disekitarnya adalah

sedang, sudut gelapan 2.5o, jenis gelapan bergelombang dimana gelapan jenis

ini terjadi karena keseluruhan mineral telah ,engalami tekanan namun belum

sampai rekristalisasi secara sempurna, ukuran mineral diperoleh dari nilai yang

nampak pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.3 mm

– 1 mm, nama mineral Kuarsa.

Glass

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu hitam.

Persentase Komponen Penyusun Batuan :

Komponen Penyusun I (%) II (%) III (%) % Rata -

rata

Kristal Biotit 20% 15% 10% 15%

Augit 10% 10% 20% 13.33%

Kuarsa 30% 25% 25% 26,67%

Glass 40% 50% 45% 45%

Berdasarkan presentase kandungan keseluruhan kristal (55%) yang terdiri

dari Kuarsa (26,67%), Augit (13,33%), Biotit (15%) ,dan Glass (45%), maka

nama batuan ini ialah Crystal Vitric Tuff (Pettijohn, 1975).

Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuf, dengan membandingkan

persentase gelas dengan kristal, yaitu:

Page 25: Pir Ok Lastik

Sampel 2

Vitric Tuff

Crystal Tuff

Vitric Crystal Tuff

Crystal Vitric Tuff

Page 26: Pir Ok Lastik

Pada pengamatan sampel dengan nomor peraga ST 122 memiliki

pembesaran total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah

warna yaitu kuning, warna interferensi coklat kehitaman, bentuk subhedral –

anhedral, ukuran 0,1 – 1 mm, tekstur welded tuff (dalam material ini, material

gelas melebur bersama membentuk putaran), komposisi penyusun batuanKristal

( Piroksin, Kuarsa, Biotit, Olivin ), Glass (debu vulkanik berupa semen pada

batuan).

Nikol Sejajar Nikol Silang

Hypersthene

Biotit

Kuarsa

Glass

Olivin

Deskripsi Komponen Penyusun Batuan :

Kristal

1. Piroksin (Hypersthene)

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu hitam,

belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu

arah, pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang

nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o, pecahan uneven (tidak

merata), bentuk subhedral (kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya

sendiri) – anhedral (kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang

Page 27: Pir Ok Lastik

kristalnya sendiri), intensitas tinggi, relief tinggi relief yaitu suatu kenampakan

yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang

ada disekitarnya adalah sedang, indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu

nilai (konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i)

dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut gelapan adalah

keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila

sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah getar

analisator atau polarisator yaitu 24o, jenis gelapan miring yaitu pemadaman

yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan yang sejajar

sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator

( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada

benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.8 mm, nama

mineral Hypersthene.

2. Biotit

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu coklat,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada pengamatan nikol silang

yaitu coklat, belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang

belahannya) yaitu satu arah, pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan

warna hanya sekali yang nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o,

bentuk euhedral (kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri) – anhedral

(kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri),

intensitas sedang, relief yaitu suatu kenampakan yang timbul akibat adanya

perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada disekitarnya adalah

Page 28: Pir Ok Lastik

sedang, indeks bias dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang

menunjukkan perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau

refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada

kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks

(arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator

yaitu 28o, jenis gelapan miring yaitu pemadaman yang terjadi pada posisi

dimana sumbu panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk

sudut dengan arah getar analisator dan polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran

mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada benang silang dikalikan dengan

nilai bilangan skala yaitu 0.5 mm, nama mineral Biotit.

3. Kuarsa

Warna absorbsi absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu

kuning, warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu

hitam, pecahan uneven (pecahan yang nampak yaitu tidak beraturan),

pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang

nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk subhedral

(kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri) – anhedral (kristal

sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), indeks bias

dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan

perbandingan sinus sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r)

yaitu nmin>ncb,, intensitas sedang, relief yaitu suatu kenampakan yang timbul

akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada

disekitarnya adalah sedang, sudut gelapan adalah keadaan mineral pada

Page 29: Pir Ok Lastik

kedudukan warna interferensi minimum, terjadi apabila sumbu indikatriks

(arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah getar analisator atau polarisator

yaitu 2.5o, jenis gelapan bergelombang dimana gelapan jenis ini terjadi karena

keseluruhan mineral telah, mengalami tekanan namun belum sampai

rekristalisasi secara sempurna, ukuran mineral diperoleh dari nilai yang

nampak pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.3 mm

– 1 mm, nama mineral Kuarsa.

4. Olivin

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang hijau kebiruan,

belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu dua

arah, pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang

nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk euhedral (kristal

dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri) – anhedral (kristal sama sekali tidak

dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), intensitas tinggi, relief yaitu

suatu kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral

dengan media yang ada disekitarnya adalah tinggi, indeks bias dapat diartikan

sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus

sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut

gelapan adalah keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi minimum,

terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah

getar analisator atau polarisator yaitu 45o, jenis gelapan simetris yaitu jenis

gelapan yang terjadi bila pemadaman pada posisi simetris (c^ X,Z = 45o),

Page 30: Pir Ok Lastik

ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak pada benang silang dikalikan

dengan nilai bilangan skala yaitu 0.2 mm, nama mineral Olivin.

Glass

Warna absorbsi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol sejajar yaitu

kuning, warna interferensi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol

silang hitam.

Persentase Komponen Penyusun Batuan :

Komponen Penyusun I(%) II(%) III(%) % Rata -

rata

Kristal

Biotit 15% 20% 15% 16.66%

Hypersthene 15% 10% 15% 13.33%

Kuarsa 25% 20% 20% 21,67%

Olivin 5% 10% 10% 8.33%

Glass 40% 20% 40% 23.33%

Berdasarkan presentase kandungan keseluruhan kristal (60%) yang terdiri

dari Kuarsa (21,67%), Hypersthene (13,33%), Biotit (16,66%), Olivin (8,33%)

dan Glass (23.33%), maka nama batuan ini ialah Crystal Tuff (Pettijohn,

1975).

Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuf, dengan membandingkan

presentase gelas dengan kristal, yaitu:

Page 31: Pir Ok Lastik

Sampel 3

Crystal Tuff

Vitric Tuff

Vitric Crystal Tuff

Crystal Vitric Tuff

Page 32: Pir Ok Lastik

Pada pengamatan sampel dengan nomor peraga ST 126 memiliki

pembesaran total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah

warna absorbsi kuning, warna interferensi coklat, bentuk subhedral – anhedral,

ukuran 0,1 – 0.8 mm, komposisi penyusun batuanRock Fragment (Batuan Beku),

Kristal ( Piroksin, Biotit), Glass(debu vulkanik berupa semen pada batuan).

Nikol Sejajar Nikol Silang

Rock Fragment

Biotit

Kuarsa

Hypersthene

Deskripsi Komponen Penyusun Batuan :

Kristal

1. Piroksin (Hypersthene)

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu kuning

keabuan, warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu

merah, belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya)

yaitu satu arah, pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya

sekali yang nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o, pecahan

uneven (tidak merata), bentuk subhedral (kristal dibatasi hanya sebagian

bidang kristalnya sendiri) – anhedral (kristal sama sekali tidak dibatasi oleh

Page 33: Pir Ok Lastik

bidang-bidang kristalnya sendiri), intensitas tinggi, relief tinggi relief yaitu

suatu kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral

dengan media yang ada disekitarnya adalah sedang, indeks bias dapat diartikan

sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus

sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut

gelapan adalah keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi minimum,

terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah

getar analisator atau polarisator yaitu 24o, jenis gelapan miring yaitu

pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan

yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan

polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak

pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.8 mm, nama

mineral Hypersthene.

2. Biotit

Warna absorbsi ialah warna yang nampak pada nikol sejajar yaitu coklat,

warna interferensi ialah warna yang nampak pada nikol silang yaitu coklat,

belahan (kemampuan mineral membelah dalam bidang belahannya) yaitu satu

arah, pleokrisme monokroik yaitu gejala perubahan warna hanya sekali yang

nampak pada mineral apabila meja objek diputar 360o, bentuk euhedral (Kristal

dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri)– anhedral ( Kristal sama sekali tidak

dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri), intensitas sedang, relief yaitu

suatu kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias mineral

dengan media yang ada disekitarnya adalah sedang, indeks bias dapat diartikan

Page 34: Pir Ok Lastik

sebagai salah satu nilai (konstanta) yang menunjukkan perbandingan sinus

sudut dating (i) dengan sinus sudut bias atau refraksi (r) yaitu nmin>ncb, sudut

gelapan adalah keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi minimum,

terjadi apabila sumbu indikatriks (arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah

getar analisator atau polarisator yaitu 28o, jenis gelapan miring yaitu

pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan

yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan

polarisator ( c^X,Z = 1o-44o), ukuran mineral diperoleh dari nilai yang nampak

pada benang silang dikalikan dengan nilai bilangan skala yaitu 0.5 mm, nama

mineral Biotit.

Rock Fragment

Warna absorbsi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol sejajar

yaitu kuning, warna interferensi ialah warna yang terlihat pada pengmatan

nikol silang yaitu abu-abu, ukuran 0.8 mm, bentuk subhedral (kristal dibatasi

hanya sebagian bidang kristalnya sendiri) – anhedral (kristal sama sekali tidak

dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya sendiri).

Glass

Warna absorbsi ialah warna yang terlihat pada pengamatan nikol sejajar

yaitu kuning, warna interferensi ialah warna yang terlihat pada pengamatan

nikol silang yaitu hitam.

Persentase Komponen Penyusun Batuan :

Page 35: Pir Ok Lastik

Komponen Penyusun I(%) II(%) III(%) % Rata -

rata

Kristal

Biotit 20% 20% 10% 16.66%

Hypersthene 20% 10% 20% 16.66%

Rock Fragment 30% 10% 10% 8.33%

Glass 30% 20% 10% 23.33%

Berdasarkan presentase kandungan keseluruhan kristal (33.32%) yang

terdiri dari Hypersthene (16.66%), Biotit (16.66%), Glass (23.33%), dan Rock

Fragment (8.33%) maka nama batuan ini ialah Crystal Tuff (Pettijohn, 1975).

Klasifikasi Batuan Piroklastik menurut Pettijohn (1975) dan Fisher (1966).

Page 36: Pir Ok Lastik

BAB IV

PENUTUP

1.11 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

1. Sifat optik mineral yang dapat diamati dari praktikum batuan piroklastik ini

pada sampel pertama yaitu nomor peraga ST 12/TF, memiliki pembesaran

total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah warna

absorbsi kuning, warna interferensi hitam, bentuk subhedral – anhedral,

ukuran 0,1 – 1 mm, tekstur lightly-compacted tuff (dimana dalam tufa ini,

material gelas berbentuk tidak teratur masih relatif belum terdeformasi),

komposisi penyusun batuan Kristal (Piroksin (Augit), Kuarsa, Biotit,

Muskovit), Glass (debu vulkanik berupa semen pada batuan). Pada sampel

kedua mineral ini yaitu mempunyai nomor peraga ST 122 memiliki

pembesaran total 50x. Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini

ialah warna yaitu kuning, warna interferensi coklat kehitaman, bentuk

subhedral – anhedral, ukuran 0,1 – 1 mm, tekstur welded tuff (dalam

material ini, material gelas melebur bersama membentuk putaran),

komposisi penyusun batuanKristal ( Piroksin, Kuarsa, Biotit, Olivin ),

Glass (debu vulkanik berupa semen pada batuan). Dan pada sampel ketiga

mineral ini yaitu nomor peraga ST 126 memiliki pembesaran total 50x.

Adapun kenampakan mikroskopis dari batuan ini ialah warna absorbsi

kuning, warna interferensi coklat, bentuk subhedral – anhedral, ukuran 0,1

Page 37: Pir Ok Lastik

– 0.8 mm, komposisi penyusun batuanRock Fragment (Batuan Beku),

Kristal ( Piroksin, Biotit), Glass(debu vulkanik berupa semen pada batuan).

2. Berdasarkan sifat – sifat optik yang diamati pada pengamatan nikol sejajar

dan nikol silang nama batuan pada sampel pertama yaitu Crystal Vitric

Tuff (Pettijohn, 1975), pada sampel kedua yaitu Crystal Tuff (Pettijohn,

1975), dan sampel ketiga yaitu Crystal Tuff (Pettijohn, 1975).

1.12 Saran

Sebaiknya alat-alat yang ada dilaboratorium terutama mikroskop polarisasi

dijaga dengan baik dan dilengkapi yang masih kurang untuk menunjang proses

praktikum.

Page 38: Pir Ok Lastik

DAFTAR PUSTAKA

Irfan, Ulva Ria. 2014. Mineral Optik. Teknik Geologi Universitas

Hasanuddin : Makassar

Staff Asisten Mineralogi Optik. 2005. Album Mineral Optik. Yogakarta;

Laboratorium

Tim Asisten Laboratorium Petrografi. 2014. Penuntun Petrografi.

Laboratorium Petrografi Teknik Geologi Universitas Hasanuddin :

Makassar

http://antiserra.wen.su

http://heruharyadi27.blogspot.com

http://alfred8steven.wordpress.com

http://tryfor3.wordpress.com

http://mukliis.blogspot.com

www.docstoc.com