38
1. DEFINISI Alergi adalah reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Alergen tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit. Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun faktor lingkungan merupakan faktor penting, faktor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat diabaikan. Adanya alergi terhadap suatu alergen tertentu menunjukkan bahwa seseorang pernah terpajan dengan alergen tersebut sebelumnya. Alergi berasal dari kata allos yang berarti suatu penyimpangan atau perubahan dari cara semula atau cara biasa. Benda asing yang masuk ke tubuh dan menyebabkan perubahan reaksi tersebut, dinamakan allergen ( Dian.H.Mahdi,1993) Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun (Retno W.Soebaryo,2002) Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan

pjbl alergi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitashipersensitivitas

Citation preview

1. DEFINISIAlergi adalah reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Alergen tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit. Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun faktor lingkungan merupakan faktor penting, faktor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat diabaikan. Adanya alergi terhadap suatu alergen tertentu menunjukkan bahwa seseorang pernah terpajan dengan alergen tersebut sebelumnya.Alergi berasal dari kata allos yang berarti suatu penyimpangan atau perubahan dari cara semula atau cara biasa. Benda asing yang masuk ke tubuh dan menyebabkan perubahan reaksi tersebut, dinamakan allergen ( Dian.H.Mahdi,1993)Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun (Retno W.Soebaryo,2002) Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibodi ( Brunner & Suddarth, 2002)Alergi adalah suatu perubahan reaksi, atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya (Robert Davies, 2003)Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar Imunoglobulin E.Istilah tersebut dibedakan dengan sensitif, yaitu perubahan reaksi terhadap bahan yang secara normal aman. Istilah lain yang juga harus dibedakan ialah intoleransi, yaitu penyimpangan reaksi yang tidak berdasarkan reaksi imun. (Retno W.Soebaryo,2002)

2. EPIDEMIOLOGI Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Diperkirakan 10-20 % penduduk pernah atau sedang menderita penyakit tersebut. Alergi dapat menyerang setiap organ tubuh, tetapi organ yang sering terkena adalah saluran napas, kulit dan saluran pencernaan. Syamsuridjal dan kawan-kawan (1994) melaporkan penyakit alergi yang sering dijumpai di Bagian Penyakit Dalam RSCM Jakarta adalah asma, rinitis, urtikaria dan alergi makanan. Dalam kasus tertentu, reaksi alergi diidap si penderita sepanjang hidupnya. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 400 orang meninggal akibat penggunaan penisilin yang salah kaprah. Juga 50 orang meninggal akibat alergi saat disengat lebah dan gigitan semut. Dalam kasus tertentu, reaksi alergi diidap si penderita sepanjang hidupnya. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 400 orang meninggal akibat penggunaan penisilin yang salah kaprah. Juga 50 orang meninggal akibat alergi saat disengat lebah dan gigitan semut.

3. ETIOLOGI PENYEBAB ALERGI

Alergi pada pernapasan sering ditimbulkan oleh adanya penyebab seperti hirupan dan makanan. Pada bayi dan anak makanan adalah sebagai penyebab yang utama sedangkan pada orang dewasa/tua pengaruh makanan semakin berkurang. Penyebab lainnya adalah hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau (pada kasur kapuk). Pada berbagai gangguan alergi tampaknya alergi makanan berperanan paling utama sebagai penyebab. Alergi makanan dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh. Tetapi pada kenyataan sehari-hari sebagian besar masyarakat bahkan sebagian klinisi masih sering menganggap debu sebagai biangkeladi penyebabnya. Hal ini terjadi karena pada umumnya tes kulit alergi yang sering terdeteksi adalah debu dan tungau sedangkan makanan sering negatif. Hal ini terjadi karena pada tes kulit yang terdeteksi hanyalah penyebab alergi reaksi cepat atau kurang dari 8 jam. Sedangkan penyebab alergi yang masuk kategori reaksi lambat atau lebih dari 8 jam seperti sebagain besar makanan seringkali hasilnya negatif, Hal negatif ini bukan berarti penderita tidak alergi makananKlasifikasi alergiAlergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.

1. Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini)

Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS (Slow Reacting Substances of anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: - shok anafilaktis - urtikaria, edema Quincke - kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis vasomotorica

2. Macam/type II (reaksi imun sitotoksis)

Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.

3. Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex = precipitate)

Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.

4. Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin)

Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.)

Macam-macam alergenAlergen adalah bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Alergen dapat dibagi menjadi :

a. Alergen inhalatif, yaitu alergen yang masuk melalui udara yang kita hirup dan masuk melalui saluran pernafasan, seperti bulu hewan, kapuk, serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur (aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk bahan-bahan kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap formalin dll.

b. Alergen ingestif/makanan, yaitu alergen yang masuk melalui saluran pencernaan, seperti; susu, telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan, arbei, madu dsb.), obat-obat telan, dll.

c. Alergen kontak, yaitu alergen yang menimbulkan reaksi saat bersentuhan dengan kulit atau selaput lendir melalui kontak langsung, misalnya zat-zat kimia (obat gosok, salep, kosmetik, dll), zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).

d. Alergen suntik atau sengatan, yaitu alergen yang masuk ke tubuh melalui sengatan atau disuntikkan dan biasanya dipakai pada prosedur pengobatan, misalnya antibiotik, serum, antitoksin, serta racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah.

e. Alergen implant, yaitu alergen yang berasal dari bahan sintetik atau logam tertentu atau bahan yang digunakan dokter gigi untuk mengisi lubang di gigi

f. Auto alergen, yaitu zat dan organik itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi ( reaksi toksik)

4. PATOFISIOLOGI

Sel darah putih merupakan sistem imunitas tubuh paling utama.

Saat antigen memasuki tubuh, secara otomatis seluruhjaringan tubuh akan melakukan suatu proses kompleks untuk mengenali benda asing tersebut. Sel darah putih menghasilkan antibodi spesifik untuk melawan antigen. Proses ini disebut sensitisasi. Antibodi bekerja dengan mendeteksi dan merusak substansi yang menyebabkan penyakit. Pada reaksi alergi, antibodi dikenal sebagai immunoglobulin E, atau IgE.

Antibodi ini memerintah para mediator untuk memproduksi semacam zat yang mampu mengurangi kadar kimia dan hormon yang dimiliki antigen.

Mediator yang umum dikenal diantaranya adalah Histamine. Mediator mempunyai efek meningkatkan aktivitas sel darah putih. Inilah yang memungkinkan terjadinya gejala yang mengikuti. Jika hadirnya mediator dirasa sudah cukup, reaksi alergi bisa dikatakan telah berakhir.

Reaksi alergi sebenarnya sebuah keunikan bagi kita. Tubuh sudah pasti akan mengenali antigen jika sewaktu-waktu akan menyerang kembali. Alergi tidak berkaitan dengan garis keturunan si penderita. Bisa jadi satu anggota keluarga Reaksi alergi yang kompleks dapat digambarkan sebagai berikut: reaksi diawali dengan pajanan terhadap alergen yang ditangkap oleh Antigen Presenting Cell (APC), dipecah menjadi peptida-peptida kecil, diikat molekul HLA (MHC II), bergerak ke permukaan sel dan dipresentasikan ke sel Th-2 . Sel Th-2 diaktifkan dan memproduksi sitokin-sitokin antara lain IL-4 dan IL-13 yang memacu switching produksi IgG ke IgE oleh sel B, terjadi sensitisasi sel mast dan basofil, sedangkan IL-5 mengaktifkan eosinofil yang merupakan sel inflamasi utama dalam reaksi alergi. Antibodi IgE (antibody tersensitisasi) melekat pada sel mast dan basofil. Bila ada alergen masuk dalam tubuh maka akan terbentuk ikatan kompleks alergen dengan IgE. Ikatan tersebut menyebabkan masuknya ion Ca++ ke dalam sel mast dan terjadi perubahan pada membran sel mast dan basofil. Akibatnya terjadi degranulasi sel mast yang kemudian menimbulkan pelepasan histamin serta mediator peradangan lainnya. Selain itu sel residen juga melepas mediator dan sitokin yang juga menimbulkan gejala alergi. Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan pembengkakan ruang intestinum sehingga permeabilitas kapiler meningkat dan terjadi perembesan cairan dan protein plasma ke jaringan yang pada akhirnya menimbulkan oedem dan hipovolemik.Pada sistem pernafasan histamin menyebabkan bronkokonstriksi yang menyebabkan dispnoe. Pada saluran pencernaan pengeluaran histamin pada fundus lambung mengaktifkan sel parietas yang meningkatkan produksi asam lambung dan menyebabkan mual muntah dan diare. Reseptor histamin juga terdapat di ujung saraf sensori yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan gatal, sedangkan pada mata menyebabkan mata gatal dan kemerahan.Reaksi alergi yang berat dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, keadaan ini biasa disebut syok anafilaktik yang ditandai dengan gatal, kram abdomen, kulit kemerahan, gangguan saluran cerna dan sulit bernafas

IL-5 Sensitifitas sel mass dan basofilPATHWAY ALERGIEosinofil aktifTh-2 inaktifSel B memproduksi IgGSensitifitas tidak terjadiPresentasi ke sel Th 2Th-2 aktifProduksi IL-4 dan IL-13Sel B memproduksi IgEHLA ( MHC )Peptide-peptida kecilDitangkap APC ( antigen precenting cell) pajanan allergen : bahan makanan, obat-obatan, tungau, debu, dllDegranulasi sel mastPerubahan membran sel mast & basofilIon Ca++ masuk sel mastAllergen berikatan dg IgEIg E melekat pada sel mast & basofil

Mk :Resiko cideraMk : - Resti Kekurangan Vol Cairan- Nutrisi kurang dari kebutuhanPengeluaran mediator , pelepasan histamin

B6Reseptor pd ujung saraf sensorigatalMK: - Ggn Integritas kulit- Ggn Rasa NyamanurtikariB5Histamin pd fundus lambungAktivasi sel parietalPe asam lambungMual / muntahKehilangan keseimbanganhipotensiHipoksia jar otakVasodilatasi pembuluh darahB2Vasodilatasi perifer & pembengkakan ruang intertisiumPermeabilitas kapiler Perembesan cairan & protein plasma ke jaringanOedemMK: Ggn. Perfusi JaringanTidak ditemukan masalahB3B4Mk : pola nafas inefektifB1BronkokonstriksiDispnoeRespon system imunePengeluran secret pada mukosaMk : bersihan jalan nafas inefektif

KomplikasiPe TDSyok AnafilaktikTanda :Gatal, kram abdomen, kemerahan kulit, gangguan saluran cerna, sulit bernafas

5. FAKTOR RESIKO

Macam-macam faktor pencetus alergi yang dikenali oleh umum :

Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet, aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin, kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan alergi serius di sekujur tubuh. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang berlebihan. Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di masa lampau pernah mengalami gejala serupa. Timbulnya gejala alergi bukan saja dipengaruhi oleh penyebab alergi, tapi juga dipengaruhi oleh pencetus alergi. Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.

Faktor hormonal juga memicu terjadinya alergi pada orang dewasa. Faktor gangguan kesimbangan hormonal itu berpengaruh sebagai pemicu alergi biasanya terjadi saat kehamilan dan menstruasi. Sehingga banyak ibu hamil mengeluh batuk lama, gatal-gatal dan asma terjadi terus menerus selama kehamilan. Demikian juga saat mentruasi seringkali seorang wanita mengeluh sakit kepala, nyeri perut dan sebagainya. Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak mengkonsumsi makanan penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan. Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan, kelelahan atau aktifitas berlebihan seorang penderita asma tidak kambuh. Karena saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya. Namun bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi bila terkena dingin atau terkena pencetus lainnya keluhan alergi yang timbul lebih berat. Jadi pendapat tentang adanya alergi dingin mungkin keliru.

. Orang-orang tertentu yang mudah terjangkiti reaksi alergi: 1. Pernah mengalami alergi tertentu pada masa sebelumnya. 2. Penderita asma 3. Orang yang mengalami gangguan pada saluran pernapasannya. 4. Penderita polip 5. Penderita infeksi pada sinus, telinga, atau pangkal tenggorokan. 6. Orang yang memiliki kulit sensitive

6. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli alergi modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh proses alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh.(Widodo judarwanto,2007)

Gejala-gejala alergi dapat berupa gatal-gatal, bersin-bersin, dan sesak napas. Jenis alergi banyak macamnya. Terdapat dua penyakit alergi yang sering dijumpai, yaitu penyakit alergi yang terkait dengan pernafasan seperti asma dan rinitis alergi (bersin dan pilek berulang terutama pada pagi hari) dan penyakit alergi yang terkait dengan kulit seperti urtikaria (gidu-biduran/kaligata) dan dermatitis atopik (eksem). Penyakit rinitis alergi biasanya ditandai dengan bersin-bersin, hidung terasa gatal, hidung berair atau tersumbat dan sukar bernapas, sedangkan pada mata akan terasa gatal, kemerahan dan berair. Bila penyakit ini dibiarkan, kemungkinan akan berkembang menjadi sinusitis. Urtikaria (gidu-biduran/kaligata) adalah kelainan kulit yang ditandai oleh bentol, kemerahan, dan gatal. Meskipun gejalanya merupakan manifestasi penyakit alergi, tetapi penyebabnya seringkali bukan karena alergen. Diperkirakan selama hidupnya sejumlah 15-25 persen masyarakat pernah mengalami urtikaria. Gejala khusus urtikaria biasanya terlihat bentol, kemerahan dan rasa gatal. Bila penyebabnya telah diketahui, misalnya dari makanan (seperti susu, telur, ikan laut, kacang-kacangan) maka berarti hindari mengkonsumsi makanan tersebut.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Para spesialis alergi, Allergist, bisa diminta pendapat untuk mengidentifikasi jenis alergi Anda. Ada berbagai macam tes identifikasi pencetus alergi: a) Tes kulit, biasa dilakukan dan hasil yang ditunjukkan sangat memuaskan. Jaringan kulit akan diperiksa secara mendetail hingga dihasilkan laporan lengkap tentang kesehatan kulit si penderita. b) Tes darah (RAST), biasa dikenal sebagai tes identifikasi antibodi (IgE) untuk menentukan spesifikasi antigen. c) Tes-tes lain yang dilakukan untuk mengurangi allergen di lingkungan sekitar.d) Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked immuno assay).

UJI KULIT

Uji kulit intradermal Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml semprit tuberkulin disuntikka secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm. Uji intradermal ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.

Uji tusuk Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih sesuai untuk anak. Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji tusuk. Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat daripada yang digunakan untuk uji intradermal. Dengan menggunakan sekitar 5 ml ekstrak pada kulit, diharapkan risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat rendah. Uji tusuk mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan uji intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan potensi yang lebih rendah.

Faktor yang mempengaruhi

Antihistamin dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat yang mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum uji kulit. Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai pengaruh yang lebih kecil, cukup dihentikan 1 hari sebelum uji kulit dilakukan. Obat golongan agonis juga mempunyai pengaruh, akan tetapi karena pengaruhnya sangat kecil maka dapat diabaikan. Usia pasien juga mempengaruhi reaktivitas kulit walaupun pada usia yang sama dapat saja terjadi reaksi berbeda. Makin muda usia biasanya mempunyai reaktivitas yang lebih rendah. Uji kulit terhadap alergen yang paling baik adalah dilakukan setelah usia 3 tahun.

UJI PROVOKASI OBAT

Cara terbaik untuk membuktikan apakah seseorang alergi tehadap obat tertentu adalah dengan memberikan kembali obat tersebut untuk melihat kemungkinan timbulnya reaksi alergi yang serupa, yang dikenal sebagai uji provokasi obat. UJI TEMPEL Uji tempel sering dipakai untuk membuktikan dermatitis kontak. Suatu seri sediaan ujI tempel yang mengandung berbagai obat ditempelkan pada kulit (biasanya daerah punggung) untuk dinilai 48-72 jam kemudian. Uji tempel dikatakan positif bila terjadi erupsi pruritus, eritema, dan vesikular yang serupa dengan reaksi. Klinis alergi sebelumnya, tetapi dengan intensitas dan skala lebih ringan.

UJI PROVOKASI

Uji provokasi obat, yang dalam kepustakaan disebut rechallenge test, adalah pemberian kembali obat yang sudah dihentikan beberapa waktu. Masa penghentian ini harus cukup untuk eliminasi komplit. Karena sulit untuk menentukan eliminasi total maka ada penulis yang menganjurkan untuk menghentikan obat sampai selama 5 kali masa paruh obat tersebut. Uji provokasi dikatakan positif bila reaksi yang timbul sama dengan gejala dan tanda seperti pada pemberian obat sebelumnya, pada saat dicurigai alergi obat. Bila tidak terjadi reaksi, atau reaksi yang timbul tidak sama dan tidak berhubungan dengan gejala dan tanda alergi, maka uji provokasi dikatakan negatif. Bila reaksi yang timbul tidak sama tetapi diperkirakan sebagai gejala prodromal alergi obat maka hasil uji provokasi dikatakan sugestif. Uji provokasi biasanya dilakukan untuk pembuktian alergi obat dengan gejala klinis tidak berat, misalnya demam obat atau erupsi obat fikstum. Bila gejala klinisnya berat maka uji provokasi harus dilakukan dengan secara hati-hati. Sebelum dilakukan uji provokasi dibuat daftar urut obat yang akan diuji, mulai dengan obat yang paling tidak dicurigai.Biasany diberikan obat mulai dengan dosis rendah secara oral. Dosis awal dapat sampai 1% dari dosis terapeutik, tetapi untuk reaksi alergi obat hebat dosis awal harus 100-1000 kali lebih rendah. Dosis tersebut dinaikkan 10 kali setiap 15-60 menit (tergantung dari cara pemberian obat). Bila terjadi reaksi maka uji provokasi dihentikan, atau dilanjutkan dengan desensitisasi bila obat tersebut dianggap sangat penting dan sulit digantikan. Pada uji provokasi dan desensitisasi harus selalu tersedia peralatan resusitasi untuk mengatasi kedaruratan yang mungkin terjadi.

DESENTISASI

Pada dasarnya desensitisasi adalah perluasan tindakan uji provokasi dengan tujuan untuk melanjutkan pengobatan, bukan hanya diagnosis. Tindakan ini antara lain telah berhasil mengatasi sensitivitas terhadap antituberkulosis ketika belum tersedia obat alternatif untuk tuberkulosis. Akhir-akhir ini telah dilaporkan pula sukses serupa terhadap karbamazepin, sulfasalazin, dan bahkan alopurinol. Umumnya desensitisasi tersebut dilakukan sangat perlahan, dan dosis diturunkan setiap kali timbul reaksi sebelum dinaikkan kembali. Desensitisasi terhadap obat lain umumnya dilakukan lebih cepat. Desensitisasi terhadap serum xenogenik mulai dengan suntikan 0,l ml subkutan larutan serum dengan pengenceran terendah yang memberi hasil uji kulit positif. Dosis dinaikkan dengan kelipatan dua setiap 15 menit sampai dengan dosis 1 ml serum tanpa pengenceran. Setelah itu diberikan suntikan intramuskular dengan dosis tersebut, dan kemudian suntikan obat dengan dosis penuh.

Desensitisasi penisilin sangat sering dilakukan terhadap pasien dengan uji kulit benzilpenisiloil positif, yang dapat dilakukan secara oral maupun parenteral Desensitisasi peroral mulai dengan dosis 100 unit dan memerlukan waktu 5 jam dengan kenaikan bertahap sampai selesai. Secara parenteral benzilpenisilin atau homolognya diberikan intravena secara bertahap (lihat Tabel 36-1). Tetesan diberikan perlahan dahulu, kemudian secara bertahap semakin cepat sampai timbul tanda untuk berhati-hati dengan munculnya gejala pruritus atau flush. Pada saat itu tetesan segera dikurangi dan diberikan antihistamin serta kortikosteroid, dan setelah gejala tersebut menghilang tetesan dinaikkan kembali. Umumnya diperlukan waktu 30 menit untuk setiap tahap pengenceran, dan dosis penuh tercapai dalam waktu 3 jam. Desensitisasi terhadap insulin saat ini jarang dilakukan karena sudah tersedia insulin yang berasal dari manusia Bila dicurigai alergi terhadap insulin manusia dapat dilakukan desensitisasi seperti terhadap serum xenogenik. Desensitisasi dilaporkan berhasil pula terhadap obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) yang biasanya tercapai dalam waktu beberapa jam. Dosis awal adalah dosis terkecil yang menimbulkan gejala (biasanya paling rendah 10 mg), kemudian dinaikkan bertahap setiap 3 jam. Toleransi akan terjaga terus bila obat dimakan setiap hari, tetapi akan menghilang bila tidak dimakan lebih dari 2 hari.

8. PENATALAKSANAANPengobatan kelainan kul;it yang terjadi akibat makanan tidak berbeda dengan pengobatan kelainan kulit akibat penyebab lain yang bukan makanan. Bila diagnosis hipersensitivitas makanan telah ditegakkan, maka alergen penyebab harus dihindari. Diagnosis alergi makanan pada masa anak tidak bersifat menetap seumur hidup, dan dianjurkan untuk melaksanakan evaluasi ulang dengan uji kulit, pemeriksaan RAST atau oral challenge setiap 1-3 tahun. Keadaan ini tidak berlaku untuk dermatitis herpetiformis, sehingga pada penyakit ini penghindaran alergen berlaku seumur hidup.Sistemik. Antihistamin, misalnya chlorpheniramine, promethazine, hydroxyzine. Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau eksaserbasi akut, dapat diberikan dalam jangka waktu pendek (7-10 hari).Pengobatan Topikal. Bergantung pada jenis kelainan kulit. Pada bayi kelainan eksudatif, dikompres, misalnya dengan larutan asam salisil 1/ 1000 atau permanganas kalikus 1/ 10.000. setelah kering, dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1 % atau 2 %. Pada anak dan dewasa tidak digunakan kompres karena kelainan kulit kering, melainkan salap karena daya penetrasi lebih baik.Ada beberapa cara untuk mengobati reaksi alergi. Pilihan tentang pengobatan dan bagaimana cara pemberian disesuaikan dengan gejala yang dirasakan. A. Untuk jenis alergi biasa, seperti reaksi terhadap debu atau bulu binatang, pengobatan yang dilakukan disarankan adalah:i. Prescription antihistamines, seperti cetirizine (Zyrtec), fexofenadine (Allerga), dan Ioratadine (Claritin), dapat mengurangi gejala tanpa menyebabkan rasa kantuk. Pengobatan ini dilakukan sesaat si penderita mengalami reaksi alergi. Jangka waktu pemakaian hanya dalam satu hari, 24 jam. ii. Nasal corticosteroid semprot. Cara pengobatan ini dimasukkan ke dalam mulut atau melalui injeksi. Bekerja cukup ampuh dan aman dalam penggunaan, pengobatan ini tidak menyebabkan efek samping. Alat semprot bisa digunakan beberapa hari untuk meredakan reaksi alergi, dan harus dipakai setiap hari. Contoh: fluticasone (Flonase), mometasone (Nasonex), dan triamcinolone (Nasacort).

B. Untuk reaksi alergi spesifik. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk menekan gejala yang mengikuti : 1. Epinephrine 2. Antihistamines, seperti diphenhydramine (Benadryl) 3. Corticosteroids

C. Pengobatan lain yang bisa diberikan jika dibutuhkan : Pada orang tertentu, cromolyn sodium semprot mencegah alergi rhinitis, inflamasi di hidung. Decongestan dapat menghilangkan ingus pada sinus. Tersedia dalam bentuk cairan yang dimasukkan ke mulut dan semprot. Digunakan hanya beberapa hari, namun terjadi efek samping seperti tekanan darah yang meningkat, detak jantung yang menguat, dan gemetaran.

9. ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIANA. Data dasar, meliputi : Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi) Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).

B. Riwayat Keperawatan, meliputi :

Riwayat KesehatanMengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi: Alasan masuk rumah sakit:Pasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal Keluhan utama1. Pasien mengeluh sesak nafas2. Pasien mengeluh bibirnya bengkak3. Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah4. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut5. Pasien mengeluh gatal-gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya.6. Pasien mengeluh diare7. Pasien mengeluh demam Kronologis keluhanPasien mengeluh nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit. Riwayat Kesehatan Masa LaluMengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri perut,sesak nafas, demam,bibirnya bengkak,tibul kemerahan pada kulit,mual muntah,dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di RS atau pengobatan tertentu. Riwayat Kesehatan KeluargaMengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama. Riwayat Psikososial dan SpiritualMengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.Dikaji berdasarkan kebutuhan dasar: BernafasDikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate. MakanDikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya. MinumDikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya). Eliminasi (BAB / BAK)Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

Gerak dan aktifitasDikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS. Rasa NyamanDikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri) Kebersihan DiriDikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS Rasa AmanDikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS. Sosial dan komunikasiDikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya). PengetahuanDikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya. RekreasiDikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

SpiritualDikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya. Pemeriksaan fisik Keadaan umum- Tingkat kesadaran CCS Tanda-tanda vital Keadaan fisik Kepala dan leher Dada Payudara dan ketiak Abdomen Genitalia Integument Ekstremitas Pemeriksaan neurologist

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas 2. Nyeri berhubungan dengan suplai oksigen ke otak menurun 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuantentang gejala penyakit

C. PERENCANAAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas Tujuan : mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih dalam 1x24 jam Kriteria hasil : pasien akan mempunyai jalan napas yang paten, mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal Mempunyai fungsi paru dalam batas normal

TINDAKANRASIONAL

1. Kaji dan pantau frekuensi pernapasn

2. Tingkatkan masukan cairan hangat sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat

3. Berikan obat sesuai indikasi bronkodilator xantin steroid oralPernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memenjang dibanding ekspirasi Penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme bronkus

Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas, menurunkan edema mukosa, mencegah reaksi alergi

b. Nyeri berhubungan dengan suplai oksigen ke otak menurun Tujuan : nyeri dapat hilang atau ditoleransi pasien dalam 1x24 jam Kriteria hasil : menunjukkan teknik relaksasi secara individual yg efektif

INTERVENSIRASIONAL

1. Teliti keluhan nyeri;skala, lokasi, karakter.

2. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri bila muncul

3. Berikan kompres dingin pada kepala

4. Berikan obat sesuai indikasi : analgetik

1. Digunakan untuk memilih intervensi yang tepat dan evaluasi keefektifan terapi 2. Pengenalan segera intervensi diri dan menurunkan beratnya serangan

3. Mengurangi vasodilatasi

4. Penanganan pertama dari sakit kepala secara umum

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah Tujuan : menunjukkan perbaikan integritas kulit (urtikaria berkurang/tidak ada) dalam 1x24 jam Kriteria hasil : suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna kulit dalam kondisi normal , keutuhan kulit ,kemerahan dan urtikaria berangsur-angsur menghilang

TINDKANRASIONAL

1. Inspeksi kulit adanya edema, pigmentasi dan bercak.

2. Kompres pada daerah edema

3. Berikan perawatan kulit

4. Hindari obat IM 1.Mengetahui penyebab dan kemungkinan terjadi

2.mengurangi pembengkakan pada kulit

3.Terlalu kering/ lembab mempercepat kerusakan

4.Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predispos

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang gejala penyakit Tujuan : ansietas dapat berkurang dalam 2x24 jam Kriteria hasil : pasien akan menyatakan kesadaran perasaan dan menerimanya dengan cara sehat ,mengatakan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditolerir ,menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada pengetahuan mengenai gejala alergiTINDAKANRASIONAL

1. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang gejala, diagnosis, perawatan dan prognosis

2. Kaji, pantaudan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien

3. Intruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi1.Pengetahuan mengenai penyakit dapat mengurangi kecemasan

2.Mengontrol tingkat ansietas

3.Memberikan edukasi kepada pasien tentang tindakan mandiri ketika nyeri datang

DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 3. Terjemahan dari: Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing 8/E.Pe n e rj e ma h : dr.Andry Hartoyo, dkk. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith.2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Ed 7. terjemahan dari Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervensions and NOC Outcomes. Penerjemah: Widyawati, dkk. Jakarta: EGC Capernito, Lynda Jual. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, E/8. terjemahan dari: Handbook of Nursing Diagnosis, 8/E. penerjemah: Monica Ester. Jakarta: EGC