39
perguruan tinggi PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN SOSIAL MEDIA MARKETING UNTUK USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PEMASARAN YANG LOW BUDGET HIGH IMPACT BIDANG KEGIATAN: PKM - GT Diusulkan oleh: DESTI NIRMALITA 108400007/2008 (Ketua Kelompok) BAGUS SURYO NUSWANTORO 109400105/2009 (Anggota Kelompok) INSTITUT MANAJEMEN TELKOM BANDUNG 2011

PKM-GT

  • Upload
    jib

  • View
    269

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PKM-GT

perguruantinggi

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAPEMANFAATAN SOSIAL MEDIA MARKETING UNTUK USAHA

MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PEMASARAN YANG LOW BUDGET HIGH IMPACT

BIDANG KEGIATAN:PKM - GT

Diusulkan oleh:DESTI NIRMALITA 108400007/2008 (Ketua Kelompok)

BAGUS SURYO NUSWANTORO 109400105/2009 (Anggota Kelompok)

INSTITUT MANAJEMEN TELKOMBANDUNG

2011

Page 2: PKM-GT

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pemanfaatan Sosial Media Marketing Untuk Usaha MikroKecil Menengah (UMKM) Sebagai Alternatif Media Pemasaran yang Low Budget High Impact

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap: Desti Nirmalitab. NIM : 108400007c. Jurusan : Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatikad. Institut : Institut Manajemen Telkome. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Kartika 1 No. 199 A KPAD

Gegerkalong, Bandung / 085624143803f. Alamat email : [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 1 (satu) orang

4. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar : Indira Rachmawati, ST.,MM b. NIP : c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :

Bandung, 07 Maret 2011Menyetujui

Kaprodi MBTI Ketua Pelaksana Kegiatan

(Herry Irawan, ST.,MM) (Desti Nirmalita) NIP. NIM. 108400007

Warek III Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping dan Alumni IM Telkom

(Dr. Yudi Pramudiana) (Indira Rachmawati, ST.,MM )NIP. NIP.

ii

Page 3: PKM-GT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesempatan dan kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Pemanfaatan Sosial Media Marketing Untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sebagai Alternatif Media Pemasaran yang Low Budget High Impact” dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan karya ilmiah ini, khususnya :

Ibu Indira Rachmawati selaku dosen pembina karya Ilmiah bidang marketing.

Bapak Yudi Pramudiana selaku Warek III bidang Kemahasiswaan dan Alumni IM Telkom dan Bapak Heri Irawan selaku Kaprodi MBTI yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi.

Perpustakaan Institut Manajemen Telkom. Seluruh rekan-rekan SEARCH (Student Activities for

Research and Competition Handling) IM Telkom yang telah membantu mengakomidasi kegiatan PIMNAS di lingkungan IM Telkom.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik serta seluruh pihak yang sangat kami harapkan demi penyempurnaan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandung, 07 Maret 2011

Penulis

iii

Page 4: PKM-GT

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. iLembar Pengesahan..................................................................................... iiKata Pengantar............................................................................................. iiiDaftar Isi...................................................................................................... ivDaftar Gambar.............................................................................................. vRangkuman.................................................................................................. vi

PENDAHULUANLatar Belakang.................................................................................... 1Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................... 2

GAGASANPerilaku Konsumen di Era New Wave................................................ 2Solusi Pemasaran di Era Legacy......................................................... 3Efektifitas dan Efisiensi Sosial Media Marketing Bagi UKM di Era New Wave...................... 4

Dibalik Kisah Sukses Holycow Steak...................................... 6Pihak-Pihak yang Membantu Keterlaksanaan Sosial Media Marketing............................................ 7Apa yang Harus Disiapkan dan Dilakukan UKM untuk Masuk dalam Sosial Media Marketing?.................................. 8

KESIMPULANPrediksi yang Akan Diperoleh............................................................ 9Teknik Implementasi.......................................................................... 10Gagasan yang Diajukan...................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12

LAMPIRAN

iv

Page 5: PKM-GT

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tampilan twitter Holycow Steak................................................ 6

Gambar 2. Reviews dari para “Carnivors”.................................................... 7

Gambar 3. Reviews dari para “Carnivors”.................................................... 7

Gambar 4. Web 1.0 Vs Web 2.0................................................................... 11

v

Page 6: PKM-GT

RINGKASAN

Menurut Philip Kotler, perubahan pola pemasaran paling tidak terbagi dalam tiga fase yakni pemasaran transaksional (pemasaran tradisional/ transactional marketing) yang terjadi pada era 1950-an, pemasaran relasional (relationship marketing) yang terjadi pada era 1980-an, serta pemasaran kolaboratif (collaborative marketing) yang terjadi pada era pasca-2000. Pemasaran kolaboratif terjadi sejak hadirnya gelombang baru (New Wave) yaitu web 2.0, dimana komunikasi antara marketer dan konsumen berjalan dua arah dan hal tersebut terbukti telah membawa perubahan dalam dunia marketing.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2010, UMKM umumnya membutuhkan pembiayaan di bawah 10 juta Rupiah bahkan lebih banyak lagi yang di bawah 5 juta Rupiah. Berdasarkan data tersebut, dibutuhkan media pemasaran yang low budget high impact bagi UMKM. Apalagi melihat budget pemasaran yang disediakan sangat terbatas. Web 2.0 melalui social media marketing (situs tak berbayar) sampai saat ini diakui sebagai media pemasaran yang low budget high impact . Permasalahannya adalah, tidak semua UMKM sadar dan tahu manfaat dari social media marketing. Bahkan, sebagian besara UMKM masih berfikir bahwa pemasaran adalah beriklan di koran, televisi dan cara konvensional lainnya.

Hadirnya citizen – konsumen yang berinteraksi di dunia nyata – saat ini sudah mulai digeser dengan kehadiran netizen – konsumen yang beromisili di dunia maya. Melalui internet mereka bebas melakukan komunikasi many-to-many dan membuat aturan-aturan baru dalam komunitas online. Berdasarkan riset yang dilakukan NIELSEN – perusahan konsultan marketing berskala global - Lebih dari setengah konsumen Indonesia menggunakan media sosial untuk menginformasikan keputusan pembelian. Efektifitas social media marketing seperti Facebook, twitter, YouTube, plurk, dan sebagainya, kaitannya dengan low budget high impact karena manfaat yang diberikan, diantaranya : (1)Tidak memerlukan biaya pemasaran (2)Informasi menjadi lebih cepat dan luas (3)Membentuk dan membangun brand awarness (3)Melakukan riset pasar (4)Lebih interaktif dengan pelanggan (5)Melakukan competitor intelligent.

Walaupun jumlah social media sangat banyak, tidak semua cocok digunakan oleh UMKM. Langkah yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi secara tepat siapa target market, kemudian sesuaikan dengan minat konsumen. Setelah itu baru tetapkan media yang tepat untuk bisa memasuki kehidupan konsumen. Oleh karena itu, melalui karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi UMKM dalam memahami dan mengoptimalkan fungsi social media sebagia media pemasaran yang low budget high impact.

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah : (1) Membuka paradigma para UMKM mengenai pentingnya social media marketing dalam melakukan pemasaran yang low budget high impact. (2) Membantu para UMKM dalam memilih dan memanfaatkan social media marketing yang tepat bagi usahanya. (3) Memberikan gambaran mengenai perubahan prilaku konsumen di era New Wave yang berbeda dengan era legacy. Dalam penulisan karya iliah ini penulis menggunakan metode library research, dimana penulis merujuk pada sumber bacaan sepeti buku, majalah, literatur yang relevan dengan objek study.

vi

Page 7: PKM-GT

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan marketing yang terjadi saat ini sangat berbeda dengan beberapa dekade lalu. Pendekatan marketing yang bersifat vertikal dan one-to many akan digantikan dengan pendekatan yang bersifat horizontal, bottom-up atau peer-to-peer, serta many-to-many.

Menurut Philip Kotler, perubahan pola pemasaran paling tidak terbagi dalam tiga fase yakni pemasaran transaksional (pemasaran tradisional/ transactional marketing) yang terjadi pada era 1950-an, pemasaran relasional (relationship marketing) yang terjadi pada era 1980-an, serta pemasaran kolaboratif (collaborative marketing) yang terjadi pada era pasca-2000. Pemasaran kolaboratif terjadi sejak hadirnya gelombang baru (New Wave) yaitu web 2.0, dimana komunikasi antara marketer dan konsumen berjalan dua arah dan hal tersebut terbukti telah membawa perubahan dalam dunia marketing. Hermawan Kartajaya (2008) Reformasi marketing secara besar-besaran terjadi sejak awal tahun 2008. Perkembangan mobile technology membuat perilaku pelanggan menjadi berubah, termasuk juga hadirnya peluang-peluang baru dalam pemasaran. Oleh karena itu, para marketer sudah seharusnya menyesuaikan praktik marketing-nya dengan dengan berbagai perubahan ini.

Web 2.0 melalui social media marketing (situs tak berbayar) sampai saat ini diakui sebagai media pemasaran yang low budget high impact. Betapa tidak jika harus dibandingkan dengan media konvensional berbayar seperti iklan di televisi, koran, radio yang menghabiskan dana yang tidak sedikit.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2010, Jumlah UMKM di Indonesia 99,1% dari keseluruhan perusahaan. 98% UMKM berada di sektor mikro dan kecil. Perusahaan skala mikro ini kebanyakan bergerak di sektor perdagangan, pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan. Usaha mereka umumnya membutuhkan pembiayaan di bawah 10 juta Rupiah bahkan lebih banyak lagi yang di bawah 5 juta Rupiah. Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), ketepatan dalam memilih media pemasaran merupakan kunci utama dalam meraih kesuksesan. Apalagi melihat budget pemasaran yang disediakan sangat terbatas. UKM pasti tidak akan mampu membeli slot iklan Televisi yang per 30 detiknya saja mencapai puluhan juta. Mereka pasti juga tidak kuat membayar iklan di media masa yang seperempat halamannya saja bernilai belasan bahkan puluhan juta rupiah. Namun dengan adanya blog, Facebook, atau Twitter, kini mereka mampu menjangkau konsumen seperti yang dijangkau media berbayar (TV, Radio, koran, dsb) dengan biaya yang pratis nol. Hal ini akan sangat efektif dan efisien jika para UMKM dapat memanfaatkan media pemasaran yang tidak memerlukan budget besar seperti social media marketing namun high impact.

Permasalahannya adalah, tidak semua UMKM sadar dan tahu manfaat dari social media marketing. Bahkan, sebagian besara UMKM masih berfikir bahwa pemasaran adalah beriklan di koran, televisi dan cara konvensional lainnya. Oleh karena itu, melalui karya ilmiah gagasan tertulis yang berjudul “Pemanfaatan Sosial Media Marketing Untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sebagai Alternatif Media Pemasaran yang Low Budget High Impact”, penulis

Page 8: PKM-GT

2

akan mengungkapkan mengenai pentingnya social media marketing bagi UMKM beserta cara mengaplikasikannya.

Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Membuka paradigma para UMKM mengenai pentingnya social media marketing dalam melakukan pemasaran yang low budget high impact.

2. Membantu para UMKM dalam memilih dan memanfaatkan social media marketing yang tepat bagi usahanya.

3. Memberikan gambaran mengenai perubahan prilaku konsumen di era New Wave yang berbeda dengan era legacy.

GAGASAN

Perilaku Konsumen di Era New Wave

Beberapa tahun yang lalu sebelum pesatnya penggunaan internet, konsumen hanya terdiri dari para citizen – konsumen yang berinteraksi di dunia nyata – lain halnya dengan sekarang, dengan adanya internet lahir pula komunitas-komuniatas online yang disebut dengan netizen. Netizen adalah penduduk dunia virtual, yang layaknya penduduk di dunia physical, punya identitas kependudukan sipil (avatar, username), punya rumah (homepage), punya kotak pos untuk surat menyurat (alamat e-mail), punya telepon (VoIP : Voice over Internet Protocol), bisa berpergian dari suatu tempat ketempat lain (pakai browser baik itu Firefox, Internet Explorer, Opera, dll). (Marketeers, edisi November 2010. Hal 30)

Fenomena yang unik adalah bahwa setiap netizen merupakan bagian dari citizen, namun tidak semua citizen merupakan netizen. Di era dunia baru inilah netizen yang hidup di dunia maya memiliki kekuatan super power dalam berkomunikasi. Melalui internet mereka bebas melakukan komunikasi many-to-many dan membuat aturan-aturan baru dalam komunitasnya. Dan yang lebih uniknya lagi, mereka pun bisa secara bebas memasuki dunia citizen jika dianggap perlu untuk melakukan suatu aksi nyata.

Peristiwa yang sedang marak saat ini adalah runtuhnya pemerintah Husni Mubarok di Mesir. Para demonstran adalah mereka yang tergabung dalam jejaring sosial “We are all Khaleed Zaid” yang memiliki tujuan yang sama yaitu menurunkan paksa presiden Husin Mubarok yang telah berkuasa selama 30 tahun. Kemudian setelah perbincangan melalui dunia maya, mereka bersama-sama memasuki dunia citizen dengan melakukan demonstrasi secara besar-besaran yang berakibat turunnya Presiden Husin Mubarok.

Contoh diatas menunjukkan betapa kuat dan luasnya efek yang di timbulkan dari interaksi di social media. Kekuatan inilah yang seharusnya dimanfaatkan oleh para UMKM untuk memasarkan produknya secara luas. Namun, sebelumnya para UMKM juga harus memahami perilaku pengguna

Page 9: PKM-GT

3

internet di Indonesia secara lebih mendalam seperti aspirasi, kecemasan, dan hasrat penduduk online sebelum terjun langsung dalam penggunaan social media marketing.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight dan Majalah Marketeers pada tahun 2010 terhadap 1500 responden yang tersebar di 8 kota besar Indonesia. Terdapat fakta-fakta mengenai perilaku pengguna internet di Indonesia, diantaranya:

1. Satu dari tiga anggota keluarga adalah pengguna internet2. Delapan dari sepuluh orang melakukan akses melalui mobile internet3. 3 – 5 jam dalam sehari mereka menghabiskan waktu untuk mengakses

internet4. Pengguna internet rata-rata memiliki lebih dari 1 gadget5. Media konvensional (TV, Radio, media masa) bukan lagi menjadi referensi

utama pengguna internet6. 6% pengguna internet penah melakukan transaksi online7. Sembilan dari sepuluh pengguna internet memiliki akun Facebook. Satu dari

lima pengguna internet memiliki akun Twitter8. Dalam satu bulan pengguna internet menghabiskan 50 -150 ribu untuk akses

internet (Marketeers, Edisi November 2010. Hal 31-34)

Pasar online merupakan hal baru yang sangat potensial di Indonesia, menurut riset tahun 2010 yang dilakukan oleh NIELSEN – perusahaan konsultan marketing global - Lebih dari setengah konsumen Indonesia menggunakan media sosial untuk menginformasikan keputusan pembelian. 70% konsumen Indonesia menilai pendapat keluarga mereka sebagai rekomendasi yang dapat dipercaya ketika membuat keputusan pembelian. Teman juga dianggap terpercaya dengan 67% dari konsumen menghargai pendapat mereka. Dan hanya sekitar 30% dari konsumen akan berbagi pengalaman negatif produk secara online.Media online merupakan tempat berbagi yang lebih dimintai saat ini, mereka bisa bebas mengungkapkan pendapat. Tidak hanya teman yang kita kenal saja, bahkan friend-of-friend bisa terjangkau karna akses yang sangat luas.

Solusi Pemasaran di Era Legacy

Era legacy adalah istilah yang muncul pada dunia telekomunikasi, pada saat itu masih menggunkan web 1.0. artinya kumunikasi berlangsung satu arah. User hanya sebagai objek yang hanya bisa menerima apa yang disampaikan oleh administrator. Begitu pula dalam dunia marketing, era legacy yang dimaksud adalah ketika marketer masih berfikir product oriented. Saat itu media komunikasi seperti internet memang belum berkembang seluas ini.

Pada era legacy, pemasaran yang dilakukan adalah mengkombinasikan komunikasi pemasaran atau yang sering disebut sebagai integrated marketing communication (IMC). Menurut American Association of Advertising Agencies, IMC adalah suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang menyadari nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi misalnya periklanan umum, penjualan personal,

Page 10: PKM-GT

4

pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan menggabungkan berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan. Sedangkan menurut Terence A. Shimp, IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Proses IMC berawal dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian berbalik pada perusahaan untuk menentukan dan mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif.

IMC menekankan pada keharmonisan yang tercapai dalam pelaksanaan program komunikasi pemasaran. Bauran komunikasi pemasaran yang juga dikenal dengan bauran promosi (promotion mix) terdiri atas: a. Periklanan: semua bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang

atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu. b. Promosi penjualan: berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong

keinginan mencoba atau membeli suatu barang atau jasa. c. Hubungan masyarakat: berbagai program untuk mempromosikan dan/atau

melindungi citra perusahaan atau produk individualnya. d. Pemasaran langsung (direct selling): penggunaan surat, telepon, faksimili,

dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan pelanggan atau calon pelanggan.

Bauran promosi diatas saat ini menjadi kurang efektif khususnya bagi pelaku UMKM karena solusi tersebut masih berorientasi pada kegiatan pemasaran yang bersifat offline. Kenyataannya, media offline saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh konsumen.

Efektifitas dan Efisiensi Sosial Media Marketing Bagi UKM di Era New Wave

Jika pemasaran yang tepat bagi UKM adalah memasang iklan di TV, media masa, radio, dan lain sebagainya, maka budget adalah penghalangnya. Efektifitas yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah tepat sasaran dalam mencapai target pemasaran dan tepat guna dalam mencapai low budget high impact.

Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa efektif dan efisienkah social media marketing bagi UKM?

Social Media Marketing adalah bentuk marketing dengan memanfaatkan social media channel. Kedudukan diantara user bersifat horizontal yang berarti tidak ada pimpinan dan bawahan. dengan kata lain diantara user saling menghormati tanpa ada keterikatan birokrasi.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh MarkPlus, ditemukan data bahwa masyarakat Indonesia saat ini lebih sering mengakses informasi melalui internet dibandingkan media konvensional lainnya. Sebagi pelaku UKM yang sekaligus sebagai marketer, UKM harus bisa menangkap perubahan prilaku konsumen sekaligus menangkap peluang usaha didalamnya. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh UKM ketika menggunakan social media marketing dalam pemasarannya.

Page 11: PKM-GT

5

a. Tidak memerlukan biaya pemasaranInilah kelebihan utama social media marketing dibandingkan media

konvensional berbayar lainnya. Saat ini banyak sekali situs jejaring sosial yang disediakan di internet, mulai dari Facebook, Twitter, Blog, YouTube, dan sebagainya. Yang paling utama dalam pemasaran UKM saat ini adalah efisiensi, jika mengiklan di TV para UKM yang memiliki budget terbatas harus membayar sekian juta per detik, dan perhalaman di media masa. Maka pengeluaran tersebut akan lebih efektif digunakan untuk penambahan modal usaha atau aktivitas bisnis lainnya.

b. Informasi menjadi lebih cepat dan luasUntuk mencapai 50 juta orang, radio memerlukan waktu 38 tahun, TV

memerlukan waktu 13 tahun, Internet memerlukan waktu 4 tahun, iPod memerlukan waktu 3 tahun. Tetapi Facebook, mencapai 100 juta orang hanya dalam kurun waktu 9 bulan. (http://internetpromotiononline.com/)

c. Membentuk dan membangun brand awarnessBooming-nya video keong racun Shinta dan Jojo merupakan salah satu

contoh brand awareness yang sukses. Mereka yang awalnya bukan siapa-siapa mendadak terkenal dengan beredarnya video tersebut di salah satu social media YouTube. Untuk memperkenalkan produk baru, social media akan lebih efekstif dan efisien bagi UKM dibandingkan harus membuat acara-acara offline yang menghabiskan dana yang tidak sedikit.

d. Melakukan riset pasar

Jika sebelumnya UKM mengalami kesulitan untuk melakukan riset pasar dikarenakan budget yang terlalu besar dan memakan waktu yang lama. Maka dengan umpan balik dan interaksi yang dilakukan antara UKM dan pelanggan akan diketahui apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh pelanggan. Dari sinilah akan tercipta co-creation – kolaborasi pembuatan produk antara komsumen dan produsen.

e. Lebih interaktif dengan pelangganSifat two way communication merupakan keunggulan social media

marketing yang tidak dimiliki oleh media konvensional lainnya. Para UKM dapat secara langsung mendapatkan feed back dari pelanggan mengenai produk yang ditawarkan.

f. Melakukan competitor intelligentUKM tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk melakukan

Competitior Intelligent. Cukup dengan mengawasi pergerakan kompetitor melalui social media marketing, kemudian melakukan inprovisasi yang lebih baik dibandingkan kompetitor.

Dibalik Kisah Sukses Holycow Steak

Page 12: PKM-GT

6

Nama resminya adalah Steak Hotel by Holycow, penamaan Steak Hotel semata-mata karena pemiliknya ingin menampilkan steak dalam kualitas penyajian seperti yang umumnya dapat diperoleh di hotel-hotel berbintang. Sajian utama Holycow yang membuatnya kondang adalah wagyu (wa = Jepang, gyu = sapi) yang terkenal karena super-lembut dan super-empuk. Holycow steak merupakan Sebuah tempat makan populer yang tidak punya nomor telepon. Terletak di jalan Radio Dalam Raya No. 15 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tempat makan yang hanya berbentuk tenda kecil disebuah gang, mengapa bisa sedemikian popular dan sangat diburu oleh para “Carnivors” – sebutan untuk pelanggan Holycow Steak?

Holycow Steak merupakan usaha yang dijalankan oleh 2 pasang suami istri.  Afit dan Lucy Wiryono serta Wanda dan Winda. Mereka memang sengaja tidak menyediakan nomor telepon khusus untuk delivery dan sebagainya. Mengapa? Karena mereka mempunyai cara yang lebih efektif bahkan sangat efektif untuk memasarkan produk mereka. Twitter! Merupakan rahasia sukses dalam memasarkan produk steak yang baru buka pukul 18.30. Tetapi, para pelanggannya sudah berdatangan sejak senja untuk mendapat tempat duduk atau nomor antrean. Mereka sangat pandai memainkan emosi para Netizen, yang menjadi catatan efek word of mouth (WOM) yang muncul sangat luar biasa dan didukung dengan produk yang berkualitas. Sehingga Holycow Steak menjadi makanan yang paling diburu khususnya oleh warga Jakarta dan para pengguna twitter yang semakin penasaran dengan kelezatan steak kaki lima dengan rasa bintang lima. Berikut ini tampilan twitter Hollycow Steak dan reviews dari para “Carnivors”:

Gambar 1. Tampilan twitter Holycow Steak

Page 13: PKM-GT

7

Gambar 2. Reviews dari para “Carnivors”

Gambar 3. Reviews dari para “Carnivors”

Pihak-Pihak yang Membantu Keterlaksanaan Sosial Media Marketing

Page 14: PKM-GT

8

Saat ini social media marketing sudah mulai diminati oleh beberapa kalangan. Namun agar pengimplementasiannya dapat berjalan dengan baik, harus ada pihak-pihak yang membantu sesuai dengan porsi masing-masing. Adapun pihak-pihak tersebut adalah:1. Marketer / UMKM

Peranan pemasar menjadi tiang utama dalam keterlaksanaan penggunaan social media marketing. Pemasar disini adalah para pelaku UMKM di Indonesia. Media pemasaran ini akan berjalan secara efektif jika UMKM mengerti benar fungsi dan manfaat dari social media sebagai alat pemasaran saat ini dan masa depan. Peluang telah terbuka lebar, hanya kesadaran yang perlu ditingkatkan.2. Information TechnologySocial media marketing tidak hanya berjalan di media yang stabil dan terpercaya seperti Facebook dan Twitter. Seringkali, perusahaan/merek membuat sendiri situs web sebagai landing page kampanye online. Biasanya, jika situs web-nya berupa kompetisi, para peserta akan berusaha keras “mengakali” sistem agar bisa menjadi pemenang. Ini tantangan besar buat tim IT.3. Pemerintah

Pemerintah merupakan elemen pendukung aspek legal dalam transaksi di dunia online. Dimasa yang akan datang, peranan pemerintah akan menjadi sangat besar dalam mengatur perdagangan online yang saat ini sudah mencapai miliaran rupiah. Jumlah kasus cyber crime atau kejahatan di dunia maya yang terjadi di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, antara lain, karena banyaknya aktivitas para hacker di Tanah Air. Disinilah peran strategis pemerintah yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku bisnis di Indonesia.

4. KonsumenLahirnya social media marketing justru lahir karena prilaku konsumen

yang beralih ke dunia maya dalam mengakses informasi. Peranan konsumen lebih ditekankan pada sisi etika walaupun sebenarnya tidak ada larangan dalam berpendapat. Seperti misalnya memberikan negatif word of mouth pada UMKM yang tidak baik pelayanannya. Namun sebenarnya hal ini akan menjadi poin penting bagi UMKM agar lebih kompetitif untuk bersaing di dunia maya. 5. Para ahli pemasaran

Saat ini sudah banyak ditemui para pakar pemasaran social media, bahkan saat ini mereka sedang terfokus untuk mengembangkan cara yang paling efektif dalam merangkul konsumen di dunia yang serba horizontal. Hasil riset dan pendapat mereka inilah yang nantinya akan menjadi pedoman bagi para UMKM dalam berselancar di social media.

Apa yang Harus Disiapkan dan Dilakukan UKM untuk Masuk dalam Sosial

Media Marketing?

UMKM diibaratkan masuk dalam dunia baru yang sangat tidak menentu, salah langkah sedikit saja mereka dapat terjerumus dalam keterpurukan. Oleh karena itu, diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai untuk bisa

Page 15: PKM-GT

9

sukses di social media marketing. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan social media marketing:1. Mendidik, Jangan JualanMedia sosial adalah cara lain untuk membangun hubungan dengan orang, prospek dan pelanggan bahwa Anda mungkin tidak pernah dinyatakan telah terkenal. Sehingga membuat sebagian besar dari itu. Di pasar saat ini, konsumen semakin pintar, ditambah kita menghuni sebuah dunia periklanan massa. Konsumen akan menjadi mudah curiga dan bosan dengan penawara-penawaran produk. Berikan konsumen tips dan pembelajaran yang berhubungan dengan produk. Hal tersebut akan membuat mereka lebih tertarik untuk berkomunikasi secara dua arah.

2. Selalu Melihat PesaingMedia Social adalah media besar untuk mengawasi pesaing. Ini adalah cara yang bagus untuk penelitian apakah pesaing Anda menawarkan promosi khusus, seberapa aktif mereka berada di media sosial, yang mengikuti mereka dan apa yang mereka katakan. Selalu ingat untuk tetap di atas apa yang pesaing Anda lakukan dengan membaca segala sesuatu yang mereka posting. Ingat bahwa Anda dan bisnis lain selalu berjuang untuk tetap di atas.

3. Menjadi sebuah KomunitasAda kemiripan sifat konsumen di dunia offline dan dunia online, mereka ingin berkumpul dan membentuk suatu komunitas yang diakui keberadaannya. Ini adalah pekerjaan UMKM dan media sosial menyediakan platform yang sempurna untuk komunitas mereka. Orang lebih cenderung untuk membeli dari orang-orang yang mereka ketahui, mereka sukai, dan mereka percayai.

4. Dengarkan dan BelajarBerikan perhatian khusus ke komentar yang diposting oleh konsumen. Ini adalah kesempatan Anda untuk menunjukkan kepada orang-orang seberapa banyak Anda peduli tentang mereka. Bantu mereka untuk memecahkan masalah mereka dan berbicara apa kekhawatiran yang mereka miliki.

5. SabarDibutuhkan waktu untuk melihat hasil yang signifikan dengan media sosial ketika datang untuk keberhasilan bisnis Anda. Ingatlah bahwa kerja keras Anda pasti akan terbayar dan jika hubungan lebih Anda bangun dan semakin Anda berinteraksi dengan orang lain, orang lain akan lebih tertarik terhubung dengan Anda lagi dan lagi. Ini juga penting untuk diingat bahwa media sosial tidak menyediakan sarana bagi Anda untuk terhubung dengan orang-orang yang dinyatakan mungkin tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu.

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan

Page 16: PKM-GT

10

Social Media Marketing adalah bentuk marketing dengan memanfaatkan social media channel. Kedudukan diantara user bersifat horizontal yang berarti tidak ada pimpinan dan bawahan. dengan kata lain diantara user saling menghormati tanpa ada keterikatan birokrasi.

keuntungan yang dapat diperoleh UKM ketika menggunakan social media marketing dalam pemasarannya.a. Tidak memerlukan biaya pemasaranb. Informasi menjadi lebih cepat dan luasc. Membentuk dan membangun brand awarnessd. Melakukan riset pasare. Lebih interaktif dengan pelangganf. Melakukan competitor intelligent

Pihak-Pihak yang Membantu Keterlaksanaan Sosial Media Marketing:a. Marketer / UMKMb. Information Technologyc. Pemerintahd. Konsumene. Para ahli pemasaran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan social media marketing oleh UMKM:a. Mendidik, Jangan Jualanb. Selalu Melihat Pesaingc. Menjadi sebuah Komunitasd. Dengarkan dan Belajare. Sabar

Teknik Implementasi

Berikut ini adalah teknik implementasi yang dapat dilakukan UMKM dalam menggunakan social media:

1. Tentukan target konsumenLangkah awal tentu UMKM harus tahu siapa konsumen yang akan

dibidik. Jika UMKM membuat binis makanan sehat bagi anak-anak, maka terget konsumen anda adalah para ibu-ibu yang peduli kesehatan anak. Selama UMKM tidak memiliki kejelasan mengenai konsumen yang menjadi target, maka sesungguhnya bisnis yang ditekuni dengan sendirinya tak akan jelas. Target kosumen inilah yang akan menjadi “member” dari komunitas yang dibangun oleh UMKM. Melalui berbagai program komunitas yang dibangun, mereka akan dibentuk menjadi pelanggan loyal, atau bahkan evangelist yang dengan sukarela memberikan referral kepada konsumen lain.

2. Tentukan minat mereka (common interest)Setelah jelas siapa target konsumen bisnisnya, maka langkah selanjutnya

adalah mengetahui apa minat bersama (common interests) dan kebutuhan

Page 17: PKM-GT

11

bersama (common needs) dari komunitas konsumen. Mengambil contoh bisnis makanan sehat bagi anak-anak diatas, maka mungkin common interest pelanggan adalah keinginan agar anak-anak mereka tumbuh sehat, pintar dan sebagainya.

3. Tentukan social media yang akan digunakanBanyak pilihan dalam social media mulai dari twitter, Facebook, Bolg,

plurk, tumblr, dan sebagainya. Yang menjadi catatan, tidak semua media cocok dengan habitual konsumen kita. Pilih media yang paling disukai dan diminati oleh target konsumen kita. Sebelumnya kta telah menentukan target, mengidentifikasi kesukaan. Dari situlah kita akan tahu media yang cocok untuk konsumen kita.

4. Bangun komunikasi, lakukan aktivasi dan cocreationBerdasarkan pemahaman terhadap common interest konsumen, maka

UMKM bisa menyusun program-program komunikasi dan aktivasi konsumen. Program komunikasi adalah upaya untuk berkomunikasi intents dengan konsumen (melalui blog post, tweets, status updates atau notes di Facebook) mengenai beragam topik yang terkait dengan common interest mereka. Program aktivasi adalah upaya Anda untuk mengajak konsumen aktif dalam beragam kegiatan yang dilakukan bisnis UMKM (kopdar, lomba, gathering, promosi diskon, reward, dsb) baik yang bersifat offline ataupun online. Sementara program cocreation adalah upaya Anda untuk mengumpulkan feedback dan usulan dari konsumen mengenai produk baru, customer service, promosi baru, dsb.

Prediksi yang Akan Diperoleh

Social media marketing akan memberikan dampak yang sangat besar bagi UMKM. Perhatikan gambar dibawah ini.

Vs

Gambar 4. Web 1.0 Vs Web 2.0

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa pada era web 1.0 seorang marketer lah yang paling bertanggung jawab atas tersebarnya informasi pemasara, karena dialah satu-satunya sumber informasi. Sedangkan di era web 2.0 semua elemen terintegrasi, mulai dari marketer hingga konsumen dapat saling memberikan pengaruh satu sama lain. Hal ini berarti juga dampak yang ditimbulkan akan semakin luas, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dahulu satu orang maksimal hanya dapat menyebarkan kepada 12 orang temannya, namun saat ini satu orang bisa menyebarkan keribuan orang diberbagai

Page 18: PKM-GT

12

penjuru dunia. Oleh karena itu, sebagai pelaku UMKM pelajari dan masuklah dalam social media marketing dengan sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Kartajaya,Hermawan. 2009. New Wave Marketing, The World is Still Round The Market is Already Flat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Keller,Kotler. 2005. Manajemen Pemasaran Twelve Edition. Kellog University: Prentice-Hall

Hassanudin (2010). “Attitude dan Behavior Pengguna Internet di Indonesia, Majalah Marketeers” Edisi November 2010, hal 31 – 34.

MarkPlus Insight dan Majalah Marketeers (2010). “Netizen : Kekuatan Baru di Dunia New Wave” Edisi November 2010, hal 30.

www.depkop.go.id

http://id.nielsen.com/company/what.shtml

http://internetpromotiononline.com/

http://nasional.kompas.com/read/2009/03/25/18505497/Cyber.Crime..Indonesia.Tertinggi.di.Dunia

http://twitter.com/#!/holycowsteak

http://www.urbanesia.com/profile/holy-cow-steak/review/

www.yuswohady.com

Page 19: PKM-GT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Ketua Kelompok

Nama Lengkap : Desti NirmalitaTempat, Tanggal Lahir : Tanggamus, 27 Desember 1990Prestasi yang Pernah Diraih :Tahun 2010:

1. Juara 2 Indonesia Marketing Debate Competition (IMOTION) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Tingkat Mahasiswa se-Indonesia.

2. Semifinalis Perbanas Marketing Debate Competition (PMDC) ABFI Perbanas Tingkat Mahasiswa se-Indonesia.

3. Peserta Pelatihan softskill Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) Wilayah IV Provinsi Jawa Barat.

Tahun 2009:1. Peserta Lomba Karya Tulis PIMNAS Dirjen Pendidikan Tinggi Tingkat

Mahasiswa se-Indonesia dengan Judul “Nasib Peritel Tradisional Akibat Pertumbuhan Peritel Modern di Indonesia”

2. Peserta Lomba Indonesia Marketing Debate Competition (IMOTION) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Tingkat Mahasiswa se-Indonesia.

3. Semifinalis Widyatama Debate Competition (WIDETION) Universitas Widyatama Tingkat Mahasiswa se-Indonesia.

Tahun 2008:1. Juara 2 Lomba Karya Tulis Departemen Pendidikan Tingkat SMA Kota

Bandar Lampung Tahun 2008 dengan judul “Peranan Koperasi dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat (Study Kasus Koperasi Konsumsi dan Simpan Pinjam di Kecamatan Sukarame)

2. Juara Harapan 1 Lomba Cerdas Cermat Ekonomi Universitas Negeri Yogya (UNY) Tingkat SMA se-Indonesia

3. Juara 3 Olimpiade Ekonomi Departemen Pendidikan Nasional Tingkat SMA se-Provinsi Lampung

4. Finalis 10 Besar Lomba Karya Tulis Universitas Lampung Tingkat SMA se-Provinsi Lampung dengan Judul “Mengolah Tanaman Jarak Menjadi Biodiesel Sebagai Alternatif Energi Terbarukan”

5. Siswa Teladan SMA Negeri 2 Bandar Lampung dalam bidang akademik dan non akademik.

Tahun 2007 : 1. Juara 1 Lomba Karya Tulis Departemen Pendidikan Tingkat SMA Kota

Bandar Lampung dengan judul “Peranan Pajak dalam Mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”

2. Juara 1 Lomba Invitasi Akuntansi STAN Tingkat SMA se-Provinsi Lampung

3. Finalis 5 Besar Lomba Karya Tulis Universitas Lampung dengan Judul “Manfaat Eceng Gondok Bagi Pelestarian Biota Air”

Page 20: PKM-GT

2. Anggota Kelompok

Nama Lengkap : Bagus Suryo Nuswantoro

Tempat, Tanggal Lahir : Mataram, 17 Agustus 1991

NIM : 109400105

Page 21: PKM-GT

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Riset MarkPlus dan Majalah Marketeers Tentang Perilaku Pengguna Internet di Indonesia

Dari sekian banyak temuan riset Netizen, paling tidak ada Sembilan temuan menarik yang bias dijadikan panduan oleh pemasar dalam memahami pengguna internet di Indonesia secara lebih mendalam.

1. Satu dari tiga anggota keluarga adalah pengguna internetPenetrasi pengguna internet, baik melalui PC/ Laptop maupun hanphone,

do kota-kota besar Indonesia (urban) ternyata cukup tinggi, dan hal ini merata di semua kota yang di survey.

Jakarta sedikt lebih tinggi disbanding kota-kota yang lain. Penetrasi ini terutama didorong oleh menjamurnyapenjualan smatrphone, notebook, dan netbook beberapa tahun terakhir ini.

Meroketnya penjualan smartphone tidak hanya brand smartphone high end, tetapi juga beberapa brand smartphone low end mencatat pertumbuhan yang fantastis. Bahkan Nexian dari survey ini berhasil merangsek ke 5 besar diantara brand-brand global smartphone yang difavoritkan oleh pengguna internet di Indonesia.

2. Delapan dari sepuluh orang melakukan akses melalui mobile internetRata-rata orang menggunakan 1 – 2 gadget untuk connect ke internet.

Kelompok menengah kebawah, lebih memilih menggunakan hanphone untuk akses internet.

Kalangan ekonomi menengah atas rata-rata menggunakan 2 gadget untuk mengakses internet. Selain lewat hanphone mereka juga mengakses internet melalui laptop pribadi mereka.

3. 3 – 5 jam dalam sehari mereka menghabiskan waktu untuk mengakses internetPengguna internet dalam kesehariannya, ternyata memang tidak bisa

dilepaskan dari internet. Dalam satu dari mereka bisa menghabiskan lebih dari tiga jam untuk berselancar di internet. Kegiatan mereka cukup beragam, mulai dari yang hanya baca berita portal online, update status di situs-situs social media yang mereka miliki, sampai kadang-kadang mereka melakukan transaksi online.

4. Pengguna internet rata-rata memiliki lebih dari 1 gadgetGadget merupakan barang wajib yang harus diniliki oleh para pengguna

internet. Secara kelas sosial ekonomi, tentu saja kelas menengah atas memiliki lebih banyak gadget. Kalau dipukul rata untuk semua kelas ekonomi sosial ternyata pengguna internet rata-rata memiliki gadget antara 1 dan 2 dimana hanphone adalah gadget yang paling wajib dimiliki oleh mereka.Bila dilihat lebih detil per kota pengguna internet di Denpasar dan Semarang mengoleksi gadget lebih banyak dibandingkan kota-kota lainnya. Di dua kota ini, pengguna internet rata-rata menggunakan lebih dari uda gadget selain hanphone, mereka juga banyak yang memiliki laptop.

Page 22: PKM-GT

5. Media konvensional (TV, Radio, media masa) bukan lagi menjadi referensi utama pengguna internet

Internet sudah menjadi preferensi utama dalam mendapatkan informasi dan hiburan selain TV. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, internet lebih unggul dibandingkan TV. Temuan lain yang cukup menarik sekaligus mengkhawatirkan adalah penetrasi media cetak seperti surat kabar, tabloid dan majalah terlihat jauh dibawah media lain. Meski demikian ada beberapa kota yang memiliki karakteritik yang berbeda. Di Surabaya surat kabar masih populer, karena posisi Jawa Pos yang sangat kuat. Hal yang sama juga terjadi di Denpasar.

6. 6% pengguna internet penah melakukan transaksi onlineFaktor keamanan transaksi masih menjadi kendali utama mengapa

penetrasi transaksi online masih sangat kecil di Indonesia. hal ini valid terutama untuk transaksi yang berbasikan kartu kredit. Karena itu pengguna internet melakukan transaksi online dalam satu bulan terakhir tercatat hanya 6%. Meski demikian geliat jual beli online dari waktu ke waktu semakin tinggi. Apalagi setelah langkah beberapa bank, seperti BII, yang semakin aktif dalam membuat platform electronic payment gateway yang aman di dunia online.

lalu barang-barang apa saja yang diminati loleh pengguna internet untuk di beli via online? Hasil survei menunjukkan bahwa barang-barang yang terkait dengan komunikasi dan elektronik yang paling diminati oleh mereka. Urutan pertama diduduki oleh komputer/laptop, kemudian disusul oleh film/DVD, hanphone, video game, software, dan tiket pesawat.

7. Sembilan dari sepuluh pengguna internet memiliki akun Facebook. Satu dari lima pengguna internet memiliki akun Twitter

Facebook masih menjadi raja situs social media bagi pengguna Internet di indonesia. twitter yang muncul belakangan ternyata dengan cepat bisa cukup populer di posisi kedua dengan perolehan 20%. Jika dilihat dari status sisial ekonomi terlihat bahwa kalangan atas lebih sering “berkicau” di Twitter dibandingkan kalangan menengah kebawah. Banyak kalangan percaya bahwa revolusi 140 karakter Twitter ini dalam waktu singkat mampu menyamai popularitas Facebook.

8. Dalam satu bulan pengguna internet menghabiskan 50 -150 ribu untuk akses internet

Siapa bilang pengguna internet maunya gratisan terus? Hasil riset menunjukkan bahwa mereka mengalokasikan sebagian pengeluarannya untuk akses internet. Dalam sebulan mereka menghabiskan Rp 166.000 hanya untuk mengakses internet melalui PC/ Laptop. Sementara melalui handphone mereka rata-rata menghabiskan Rp 86.000 dalam sebulan.

Jika diteliti per umur, anak muda lebih sedikit pengeluarannya dibanding orang dewasa. Untuk akses internet melalui handphone dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp 85.000 sementara orang dewasa menghabiskan Rp 95.000. untuk koneksi melalui PC/Laptop dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp 150.000 sementara orang dewasa menghabiskan Rp 200.000.

Page 23: PKM-GT

9. Profil Pengguna Internet di IndonesiaRiset “Netizen Indonesia 2010” ini juga menunjukkan bahwa ternyata para

pengguna internet tidaklah monolitik, mereka sangat beragam baik terkait aspirasi maupun perilakunya.

Menurut karakter psikografisnya, pengguna internet bisa dikelompokkan menjadi tiga:Negative (37%), mereka adalah pengguna internet yang cenderung memandang bahwa internet banyak sisi negatif dan tidak baik buat keluarga. Secara psikografis, mereka cenderung konservatif, dan memiliki pandangan tradisional.Moderate (33%), mereka adalah pengguna internet yang menggunakan internet sesuai dengan kebutuhan mereka. Bagi mereka internet adalah sumber informasi juga sekaligus adalah sarana hiburan.Positive (30%), mereka adalah pengguna internet yang menggunakan internet agar tidak ketinggalan tren. Bagi mereka, internet adalah segalanya, bagian yang tak terpisahkan dari kehhidupan mereka.

Ketiga hal tersebut dapat dibaca sebagai alasan mereka untuk connect. Artinya, secara psikografis, alasan orang untuk masuk ke dunia internet pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu alasan negatif, alasan yang moderat, alasan yang positif.

Ada orang yang memang punya reason to connect yang sifatnya negatif, ada yang biasa-biasa saja, dan ada pula yang punya reason to connect yang memang bersifat positif.

Kedua, selain melihat reason to connect, kami juga melihat tentang kebiasaan dan perilaku pengguna internet. Pembagian ini diadaptasi dari pola Socio-Telchnographic atau Groundswell. Hanya saj di sini kami membagi pengguna internet di Indonesia menjadi tiga. Menurut kebiasaan dan perilakunya, pengguna internet di Indonesia ada yang:Passive (13,6%), mereka adalah pengguna internet yang pasif, baru sebatas sebagai “pembaca dan penonton”. Mereka baru sebatas membaca berita di situs-situs berita dan forum online, mendengarkan podcast, menonton video di youtube.Average (81,9%), mereka adalah pengguna internet, common people,yang sudah memiliki akun dan mengupdates status mereka di situs-situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, dan lain sebagainya.Active (4,4%), mereka adalah pengguna internet yang aktif, rajin berkreasi, mengupdate konten lewat artikelnya di blog pribadi mereka dan juga aktif berkontribusi menulis review produk dan jasa.

Dari ketiga profil perilaku dan psikografis pengguna internet tersebut akhirnya profil komunitas pengguna internet bisa dikategirokan menjadi 9 kategori.NetTerorist (2,1%) mereka adalah pengguna internet yang secara aktif menyebarkan aura negatif kepada masyarakat dengan menggunakan media internet. Alasan mereka masuk ke media internet dari awalnya memang untuk hal-hal yang usil dan negatif.NetStriver (31,3%), jumlahnya banya, rata-rata NetsSriver ini adalah orang-orang yang skeptis, yang love to hate. Mereka hidup di forum, karena bisa

Page 24: PKM-GT

nyaman tampil tanpa nama asli. Karena anonim ini mereka bisa bergerak bebas untuk melakukan hal-hal yang usil di internet.NetAvoider (4,4%), secara psikografis, NetAvoider skeptis terhadap internet yang menurut mereka banyak negatifnya, sehingga tak tahan untuk berlama-lama online. Mereka menggunakan internet hanya untuk sekedar ingin tahu saja atau terpaksa. Dari segi aktivitas, NetAvoider adalah pengguna internet yang pasif, hanya menjadi penonton di dunia online.NetPublisher (1,3%), mereka menggunakan internet sebagai media untuk mem-broadcast eksistensi mereka kepada masyarakat. internet dipandang sebatas sarana yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka.NetWorker (26,4%), ini adalah rata-rata orang (common people) yang connect ke internet secara rasionalhanya untuk Facaebook-an , Twitter-an, jual beli di Kaskus.NetCrawler (4,6%), bagi mereka, internet secara rasional memang penting. Namun karena masih baru belajar merangkak bagaimana menggunakan internet untuk kepentingan dan kebutuhan mereka, NetCrawler masih pada tahapan menjadi penonton biasa di dunia online.NetAdvocate (1,0%), mereka ini adalah influencer, pejuang sejati internet, memiliki idealisme tentang keterbukaan, persamaan, kebebasan berbicara, dan juga semangat yang luar biasa serta kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan ide mereka kepada masyarakat.NetJunkie (24,2%), mereka adalah common people ang menggunakan internet untuk meng-connect diri secara positif dengan komunitas mereka. Punya nama dan network di dunia maya. Orang-orang tipe NetJunkie ini banyak ditemukan di kmunitas Fresh, Pesta Blogger, Kopdar jakarta, dan sebagainya.NetRookie (4,6%), mereka adalah pendatang baru di dunia internet, baru mengenal internet dan jam terbang mereka dalam berselancar di internet masih terbatas. Aspirasi mereka adalah untuk jadi NetJunkie supaya dapat membangun sebuah karakter yang dikenal orang-orang di dunia online.

Lampiran 2. Hasil Riset NIELSEN Indonesia Tentang Preferensi Konsumen dalam Bertransaksi Secara Online

70% OF INDONESIAN CONSUMERS ONLINE INTEND TO SHOP ONLINE IN THE NEXT 6 MONTHS: NIELSEN

14 July 2010 Jakarta, Indonesia

Key Findings: 90% of Asia Pacific consumers intend to make online purchases over the

next 6 months More than half of the Indonesian consumers use social media to inform

purchase decisions

Page 25: PKM-GT

Online reviews are important for Indonesians when buying Consumer Electronics

Indonesian consumers show high intention to shop online in the next 6 months, according to a recent Global Online Shopping Report compiled by The Nielsen Company. Almost 70 percent of the Indonesian online users who participated in the Nielsen Global Online Survey in March 2010 stated that they intend to make an online purchase in the next semester, with a quarter of them planning to allocate more than 10 percent of their monthly shopping expenditure to online buys, while the rest will allocate less than 10 percent.

In the Asia Pacific region, our consumers are among the world’s most prolific online shoppers and more than one third indicate they spend more than 10 percent of their monthly shopping expenditure on online purchases. Indonesia’s consumers however, are similar to the other South East Asia nations of Malaysia, Philippines, Thailand and Vietnam where one third claim to never shop online, and those who do tend to allocate less than 10 percent of their monthly shopping expenditure.

The Nielsen report found that Asia Pacific consumers spend the most on online purchases, as a percentage of total shopping expenditure, compared to any other region globally. Thirty-five percent of Asia Pacific consumers direct more than 10 percent of their monthly spending to online purchases, compared to the 27 percent global average. This percentage rises to 59 percent in South Korea, the highest in the region, followed by 41 percent in China. A further 31 percent of consumers in Asia Pacific attribute between six and 10 percent of their monthly shopping spends to online purchases.

The average Asia Pacific consumers’ intent to make online purchases in the next six months was also the highest around the world. Just 11 percent of Asia Pacific consumers said they did not intend to make an online purchase in the next six months, compared to 18 percent globally. Within the region, consumers in South Korea (96%) and China (95%) are most likely to make an online purchase in the next six months. Only 13 percent of Asia Pacific consumers indicated they had never shopped online, compared to 16 percent globally.

Books are the most likely to be purchased item online

The products and services most likely to be purchased online in the next six months by Asia Pacific consumers were books (52%), clothing / accessories / shoes (44%), airline tickets (35%), and Electronic Equipment (32%).

For Indonesian consumers, the products and services are quite similar as seen in Chart 1 below, however, Indonesian consumers will also purchase computer hardware (27%) and software (16%) through online shopping. Indonesian males are more likely to buy books (34%), computer hardware (33%) and electronic equipment (32%), while for females, almost half of them intend to purchase

Page 26: PKM-GT

clothing / accessories / shoes, followed by books (43%), then airline tickets/reservation (37%).

Online-only retail sites were the preference of Indonesia online consumers – with a quarter of Indonesian consumers who reported to have made online purchases said they most frequently purchased from retail sites with an online-only presence (25%). 21 percent purchase most frequently from sites that also had traditional ‘bricks and mortar’ stores and 18 percent most frequently purchased from sites that allowed them to select products from many different stores.

The Nielsen report also highlighted the importance of online opinions as part of the decision making process in purchasing products and services, particularly in Indonesian and Asia Pacific – 62 percent of Indonesian consumers and 60% in Asia Pacific use social media sites to help them make purchase decisions (compared to 43% globally). Though 41 percent of Asia Pacific consumers viewed online product reviews as a trusted recommendation, only 29 percent of Indonesian consumers trust online reviews.

70 percent of Indonesian consumers value their family’s opinion as a trusted recommendation when making a purchase decision, compare to only 59% in Asia Pacific. Friends are also considered trusted with 67% of consumers valuing their opinion.

Indonesian consumers indicated that online reviews and opinions were most important to them when buying consumer electronics (53%), software (47%), telco services (38%) and a car (33%), and many Indonesian consumers went so far as to say they would not buy products or services without consulting online

Page 27: PKM-GT

reviews, and again this was particularly important in the purchase of consumer electronics (45%), software (42%), a car (30%), and telco services (29%).

“It’s crucial that service providers and manufacturers recognize the importance of online reviews and opinions in impacting the buying public.  Monitoring and influencing these discussions where possible is now becoming an important tool and opportunity in the marketing kit” said Catherine Eddy, Executive Director of Consumer Research at Nielsen Indonesia.

With online reviews and opinions weighing so heavily in consumers’ decision making processes, it is interesting to note that Asia Pacific consumers were the most likely to share a negative product experience online – close to half of Asia Pacific consumers surveyed (49%) said they were more likely to share (post a review/Tweet/review) a negative product or service experience online than they were to share a positive experience. At the country level, this tendency was the highest amongst consumers in China (62%), Vietnam (46%), Singapore and India (both 44%). Globally, 41 percent of consumers were more likely to share a negative rather than a positive product experience online. In Indonesia, only about 30% of consumers will share a negative product experience online.

 “The increasing accessibility of the Internet and the incredible popularity of social media and online discussion forums means today’s brands have nowhere to hide,” emphasized Catherine Eddy.   “Any organization offering a consumer product or service in today’s marketplace is open to scrutiny from every angle, and it is critical that these organizations not only understand those consumers, but effectively engage and communicate with them.”