16
PROPOSAL PKM Penyuluhan Perilaku Mencuci Tangan dengan Sabun untuk Mencegah Diare pada Siswa-Siswi SDN 1 Sinduwati Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem BAB I PENDAHULUAN Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia. Walaupun terjadi sedikit penurunan angka kejadian pada tahun 2010, angka kejadian diare masih tergolong tinggi yaitu 411 kasus per 1.000 penduduk dan patut diwaspadai. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi terutama di daerah dengan pengendalian faktor resiko yang masih rendah. Diare juga menjadi penyebab kematian dan kesakitan pada anak. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang (Kemenkes RI). Menurut WHO, diare adalah bertambahnya defekasi atau buang air besar 3 kali atau lebih dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair. Diare biasanya gejala dari infeksi saluran pencernaan yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit. Infeksi bisa

PKM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

random

Citation preview

Page 1: PKM

PROPOSAL PKM

Penyuluhan Perilaku Mencuci Tangan dengan Sabun untuk Mencegah Diare

pada Siswa-Siswi SDN 1 Sinduwati Kecamatan Sidemen, Kabupaten

Karangasem

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang

seperti di Indonesia. Walaupun terjadi sedikit penurunan angka kejadian pada tahun

2010, angka kejadian diare masih tergolong tinggi yaitu 411 kasus per 1.000

penduduk dan patut diwaspadai. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi

terutama di daerah dengan pengendalian faktor resiko yang masih rendah. Diare juga

menjadi penyebab kematian dan kesakitan pada anak. Di dunia, sebanyak 6 juta anak

meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang (Kemenkes

RI).

Menurut WHO, diare adalah bertambahnya defekasi atau buang air besar 3 kali atau

lebih dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair. Diare biasanya gejala

dari infeksi saluran pencernaan yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit.

Infeksi bisa berasal dari makanan yang terkontaminasi atau dari orang ke orang

dengan kebersihan yang buruk (WHO).

Beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare adalah tidak

memberi ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan, menyimpan

makanan pada suhu kamar yang dapat menyebabkan makanan tercemar, tidak

membuang tinja dengan benar dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan

sebelum makan (Depkes RI 2007). Tingkat kesadaran masyarakat untuk mencuci

Page 2: PKM

tangan masih sangat rendah. Dimana masih 12% masyarakat yang mencuci tangan

dengan sabun setelah buang air besar (Kusumawati, Oktaviani, dkk, 2011).

Saat ini banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya mereka sering tidak

menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada umumnya

belum paham betul akan arti kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009). Makanan

memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, sanitasi

makanan juga perlu dijaga karena bila tercemar akan menimbulkan gangguan saluran

pencernaan yang berakibat diare (Slamet,Juli Soemirat,2004). Selain itu kesadaran

anak untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan masih rendah

sehingga bakteri yang ada di tangan ikut masuk ke dalam tubuh bersama makanan

yang dimakan dan menyebabkan infeksi saluran cerna seperti diare (Permata, 2010).

Cuci tangan merupakan salah satu solusi yang murah dan efektif dalam pencegahan

penyakit menular. Menurut WHO, dengan cuci tangan dapat mengurangi angka

kejadian diare sebesar 47% .

Mencuci tangan sebelum makan sudah menjadi keharusan supaya kita terlindung dari

bahaya kuman yang ikut masuk ke dalam tubuh kita melalu makanan (Kusumawati,

Oktania, 2011). Saat ini hanya sekitar 17% anak usia sekolah yang mencuci tangan

pakai sabun dengan benar padahal anak usia sekolah paling rentan terkena diare. Hal

ini mengindikasikan bahwa prilaku cuci tangan pakai sabun yang merupakan suatu

upaya yang mudah, murah dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit menular

seperti diare belum menjadi kebiasaan pada anak sekolah (Fajar, Nur Alam, 2011).

Diare akut dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan

dehidrasi dan hipokalemia, gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovolemik

sebagai akibat diare yang disertai ataupun tidak disertai dengan diare serta gangguan

gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebih karena diare. Ketiga hal tersebut

diatas dapat menyebabkan berkurangnya perfusi ke jaringan yang dapat berujung

kematian pada anak (Soegijanto, 2002).

Page 3: PKM

Undang-Undang no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatan

masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan,

dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya

kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang

melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan dan selalu ada dalam program

kesehatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat

(Depkes RI, 1997).

Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengaruh prilaku cuci tangan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam upaya pencegahan

diare. Selain itu bertujuan juga untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

penyakit diare, cara pencegahan dan pertolongan pertama yang harus diberikan

kepada penderita diare.

Page 4: PKM

BAB II

PERENCANAAN

II.1. Identifikasi Masalah

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada saluran pencernaan, alergi,

malabsorbsi, immunodefisiensi dan sebab lainnya. Infeksi dapat disebabkan oleh

bakteri misalnya E.Coli, virus misalnya rotavirus serta parasit seperti cacing perut

(Widaya, 2004). Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan

lingkungan. Penularan diare bisa terjadi akibat tidak bersihnya lingkungan seseorang

yang menyebabkan tercemarnya makanan yang akan dikonsumsi. Selain itu

penularan juga bisa terjadi apabila kebersihan seseorang tidak terjaga contohnya tidak

mencuci tangan setelah buang air besar.

Diare hingga saat ini masih masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Indonesia. Hal

yang sama juga terjadi di Puskesmas Sidemen. Hingga tahun 2012, diare masih

masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Sidemen. Diare menempati

urutan ke-8 dengan kasus sebanyak 383 kasus dengan kasus cenderung tinggi pada

anak-anak usia sekolah. Pada kelompok anak usia 0-1 tahun terdapat sekitar 61 kasus,

kelompok usia 1-5 tahun terdapat sekitar 173 kasus, dan pada kelompok usia >5

tahun terdapat 149 kasus.

Kecamatan Sidemen masih tergolong kecamatan dengan penduduk miskin cukup

tinggi. Karena angka kemiskinan yang masih cukup tinggi, masih terdapat warga

yang tidak memiliki jamban untuk buang air besar. Sehingga, penduduk miskin

cenderung untuk membuang tinja secara sembarangan seperti misalnya di sungai atau

di kebun mereka. Akibatnya adalah air sungai tercemar dan keadaan rumah mereka

menjadi tidak bersih. Selain itu rendahnya kesadaran masyarakat terutama anak-anak

untuk cuci tangan dengan sabun juga mempengaruhi terjadinya diare. Dari 10 anak

yang kami tanyakan tentang apakah mereka mencuci tangan sebelum dan setelah

makan, 5 orang mengaku mencuci tangan hanya dengan air, 2 orang mengaku

iduser, 04/06/13,
Buat dalam bentuk RATE
iduser, 04/06/13,
Untuk penulisan ilmiah, gunakan bentuk orang ketiga atau dibuat pasif. Sehingga kalimatnya menjadi: Berdasarkan wawancara dengan 10 anak (SD SINDUWATI??) tentang perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, 5 orang……..
Page 5: PKM

mencuci tangan dengan sabun dan 3 orang mengaku tidak mencuci tangan. Ketika

kami tanyakan apakah mereka mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar,

hanya 2 orang yang mencuci tangannya dengan sabun dan sisanya hanya dengan air.

Desa Sinduwati adalah salah satu desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas

Sidemen. Desa Sinduwati adalah desa dengan penduduk terpadat di kecamatan

Sidemen dan dengan angka keluarga miskinnya masih tergolong cukup tinggi yaitu

9,1%. Selain itu angka kejadian diare paling banyak terjadi di desa Sinduwati yaitu

sebesar 27,8%.

Gambaran diatas menunjukkan bahwa faktor resiko terjadinya diare di wilayah kerja

Puskesmas Sidemen masih tinggi terutama di desa Sinduwati yang memiliki

kepadatan penduduk tertinggi. Selain itu, diare juga cenderung tinggi pada kelompok

usia anak sekolah dasar (SD). Oleh karena itu diperlukan tambahan wawasan tentang

prilaku cuci tangan dan diare kepada anak-anak SD di desa Sinduwati.

II.2. Analisis Masalah

II.2.1 Penyebab langsung

Penularan diare terjadi karena makanan yang terkontaminasi

II.2.2 Perilaku sebagai penyebab tidak langsung

1. Perilaku masyarakat yang meningkatkan faktor resiko :

a. Kebersihan perseorangan yang kurang terutama mencuci tangan

dengan sabun karena malas dan repot

b. Menyimpan makanan dengan tidak baik sehingga mudah dijangkau

oleh binatang seperti lalat

2. Diare sering terjadi di daerah yang padat penduduk dan sosial ekonomi

rendah. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga serta

sanitasi yang buruk.

3. Latar belakang perilaku yang membantu timbulnya dan menyebarnya

masalah :

iduser, 04/06/13,
Desa… huruf besar karena diikuti NAMA TEMPAT
iduser, 04/06/13,
RISIKO bukan resiko. Perbaiki sampai ke belakang, pakai menu edit find and replace
iduser, 04/06/13,
Gambaran ini juga perlu masuk dalam proposal penelitian di bagian latar belakang. Ini lebih menguatkan masalah penelitiannya.
iduser, 04/06/13,
Dalam hal perilaku mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, hanya ……
Page 6: PKM

a. Pemikiran bahwa tidak perlu mencari pengobatan jika terkena diare

karena nantinya akan sembuh dengan sendirinya

b. Kurangnya pemahaman masyarakat akan bahayanya diare

c. Kurangnya pemahaman penyebab, faktor risiko, dan penularan diare

d. Kurangnya pemahaman mengenai penanganan dan pencegahan dari

diare

e. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya mencuci tangan dengan

sabun

4. Perilaku masyarakat yang diharapkan bisa mengurangi timbul dan

menyebarnya masalah:

a. Memiliki pemahaman tentang diare secara umum, penyebab, faktor

resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare

b. Memiliki pemahaman tentang pentingnya perilaku sehat terutama

kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

5. Kelompok masyarakat yang diharapkan dapat berperilaku seperti diatas

adalah semua masyarakat terutama anak-anak dalam hal ini siswa-siswi SD

6. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kelompok bersangkutan untuk

mengubah perilakunya :

a. Kurangnya informasi tentang diare secara umum, penyebab, faktor

resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare

b. Kurangnya informasi mengenai perilaku sehat terutama mencuci

tangan dengan sabun

7. Hal-hal yang mendorong ke arah terjadinya perubahan :

a. Pemahaman masyarakat yang cukup mengenai diare secara umum,

penyebab, faktor resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare

b. Pemahaman masyarakat yang cukup mengenai perilaku sehat terutama

mencuci tangan dengan sabun

c. Tenaga dan fasilitas kesehatan yang memadai

II.2.3 Keadaan sarana

Page 7: PKM

1. Dari institusi: telah tersedia sarana pelayanan kesehatan yang memadai untuk

penanganan dari skabies dalam bentuk obat-obatan

II.2.4 Keadaan ketenagaan

1. Kategori petugas kesehatan: dokter umum, perawat, petugas P2M.

1. Tugas dokter umum : memberikan pelayanan dan penanganan diare sesuai

dengan kompetensi.

1. Tugas perawat : membantu dokter umum memberikan pelayanan dan

penanganan diare.

1. Tugas petugas P2M : membantu dokter umum memberikan penyuluhan

tentang diare secara berkala.

II.3 Sasaran

Siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDN 1 Sinduwati

II.4 Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Umum : untuk memberikan informasi yang benar kepada siswa-siswi

SD tentang diare dan pentingnya mencuci tangan dengan sabun.

2. Tujuan Khusus :

a. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SD tentang penyakit diare,

penyebab, faktor resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare

b. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SD tentang pentingnya mencuci

tangan dengan sabun

c. Meningkatkan kesadaran siswa-siswi SD untuk mencuci tangan dengan

sabun

II.5 Strategi Penyuluhan

II.5.1 Persiapan Penyuluhan

Sebelum kegiatan PKM dilaksanakan kami berkoordinasi dengan pemegang

program usaha kesehatan sekolah yaitu Bapak Nyoman Sudarmaya tentang

Page 8: PKM

masalah yang akan kami angkat. Kemudian beliau akan berkoordinasi dengan

sekolah yang kami tuju tentang penyuluhan yang akan kami lakukan.

Selain itu, kami selaku pelaksana kegiatan penyuluhan mempersiapkan diri

dalam hal penguasaan materi penyuluhan serta penguasaan cara-cara

penyampaian pesan. Penguasaan materi penyuluhan dilakukan dengan cara

membaca buku, mencari informasi di internet, melihat video-video tentang

cara mencuci tangan dengan sabun yang benar. Selain itu, persiapan

penyuluhan juga terdiri dari beberapa bahagian antara lain :

1. Penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk power point

presentation/ slide serta gambar/ video yang relevan.

2. Persiapan sabun utnuk mencuci tangan serta door prize

3. Persiapan poster tentang diare dan mencuci tangan dengan sabun

II.5.2 Tempat dan waktu pelaksanaan

Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2013

Waktu : 08.00-selesai

Tempat : SDN 1 Sinduwati Kecamatan Sidemen

II.5.3 Pelaksanaan penyuluhan

Pada hari Rabu, 10 April 2010, tim penyuluh akan mengadakan penyuluhan di

SDN 1 Sinduwati. Sebelumnya kami akan meminta ijin serta memperkenalkan

diri kepada Kepala sekolah yang bersangkutan. Kemudian diadakan pre-test

untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan mereka tentang diare dan

mencuci tangan dengan sabun. Setelah itu penyuluh akan menyampaikan materi

diare dan perilaku cuci tangan dengan sabun menggunakan power point.

Disisipkan pemutaran video-video yang berisi cara mencuci tangan dengan

sabun yang benar. Selanjutnya dilakukan post test, dengan menggunakan

pertanyaan yang sama dengan pre test. Ini bertujuan untuk mengetahui

peningkatan pegetahuan peserta tentang diare dan mencuci tangan dengan

sabun. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab tentang materi yang telah

disampaikan. Setelah melakukan tanya jawab, kami memberikan rewards

kepada anak yang dapat menceritakan kembali poin-poin penyuluhan yang

iduser, 04/06/13,
Sudah dekat sekali ya? Apakah tidak terlalu mendadak untuk pihak sekolah? Kalau waktunya terlalu mendadak, mungkin bisa diundur pelaksanaannya.
iduser, 04/06/13,
untuk
Page 9: PKM

telah kami berikan. Peserta diajak untuk mempraktekkan bersama-sama

bagaimana langkah-langkah mencuci tangan yang benar dengan dicontohkan

oleh kami. Kemudian beberapa anak diminta untuk maju ke depan untuk

memeragakan langkah-langkah mencuci tangan dengan benar. Penyerahan

poster mengenai diare serta cara mencuci tangan dengan sabun dan penyerahan

sabun cuci tangan untuk ditempatkan di toilet sekolah kepada pihak sekolah.

II.6 Isi penyuluhan

Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:

Pengetahuan tentang diare

Pengetahuan tentang penyebab, faktor resiko, gejala-gejala serta

pencegahan, dan penanggulangan diare

Pengetahuan tentang mencuci tangan dengan sabun

Pengetahuan tentang manfaat mencuci tangan dengan sabun serta

akibat jika tidak mencuci tangan dengan sabun

Memberikan keterampilan mengenai cara mencuci tangan dengan

sabun yang benar

II.7 Metode Penyuluhan

Metode yang dilakukan pada penyuluhan ini adalah penyuluhan dan

penyampaian materi secara interaktif tentang diare serta perilaku mencuci tangan

dengan sabun dan demonstrasi cara mencuci tangan dengan sabun yang benar

II.8 Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan adalah :

Slide power point yang berisikan materi penyuluhan yang akan

disampaikan

Poster yang diberikan kepada pihak sekolah

Rewards untuk siswa yang bisa menceritakan poin-poin penyuluhan

Materi pre-test dan post-test secara tertulis

iduser, 04/06/13,
Penyuluh (Mahasiswa)
Page 10: PKM

II.9 Rencana Evaluasi

II.9.1 Penilaian Proses

Indikator penilaian

Dukungan dari pihak Puskesmas Sidemen dan pihak sekolah yang

bersangkutan.

Ketepatan waktu pelaksanaan.

Jumlah cakupan peserta yang datang.

Keseriusan peserta dalam mengikuti penyuluhan.

Waktu penilaian

Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan.

Cara pelaksanaan

Tidak adanya kesulitan dalam melaksanakan koordinasi dengan pihak

Puskesmas maupun pihak sekolah

Dana yang dipergunakan tidak melebihi dari perkiraan dalam rencana

anggaran dana

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pelaksanaan

4. Penilai

Dokter muda

II.9.2 Penilaian hasil

Indikator penilaian

Keseriusan peserta dalam mengikuti ceramah, melalui jumlah peserta yang berbicara

dengan temannya sendiri, jumlah peserta yang mengantuk/menguap selama jalannya

penyuluhan, dan jumlah peserta yang keluar dari tempat penyuluhan selama kegiatan

berlangsung.

- Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab

berlangsung.

iduser, 04/06/13,
Berapa? Karena dik mencantumkan ini di RAB tapi RAB-nya tidak ada?
Page 11: PKM

- Penilaian pengetahuan tentang diare dan mencuci tangan dengan sabun

yang dinilai sebelum dan sesudah penyuluhan dengan memberi

pertanyaan kepada peserta secara acak.

Waktu penilaian

- Waktu penilaian dilakukan selama dan sesudah penyuluhan.

Cara penilaian

- Menggunakan pertanyaan tertulis, pertanyaan lisan dan pengamatan

langsung.

Penilai

- Dokter muda.