36
HALAMAN PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa: Nama : Inggrid NIM : C111 11 161 Judul PKMRS: Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar, Januari 2015 Pembimbing I Pembimbing II Coass Anak dr. Usman Darwis dr. Revina Tranggana Inggrid Supervisor

PKMRS BBLR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anak

Citation preview

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama: Inggrid

NIM: C111 11 161

Judul PKMRS: Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Januari 2015

Pembimbing I Pembimbing II Coass Anak

dr. Usman Darwis dr. Revina Tranggana Inggrid

Supervisor

dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Ph.D, Sp.A(K)

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.1 Sejak tahun 1961 World Health Organisation (WHO) telah mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat lahir rendah karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur. Bayi berat lahir rendah dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematuritas murni dan dismaturitas.2,3

BBLR merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian pada neonatus di seluruh dunia. Secara global, 40 80% dari kematian neonatal terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah. Menurut WHO, di seluruh dunia lahir sekitar 20 juta bayi dengan berat lahir rendah dan 19 juta di antaranya lahir di beberapa negara berkembang dengan angka insiden antara 11% sampai 31%. Pada negara berkembang keadaan ini diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir.4

Di Indonesia, BBLR menjadi masalah yang memprihatinkan. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 29% kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Masalah yang sering timbul akibat BBLR adalah hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, infeksi, dan gangguan minum.4 Infeksi parah yang terjadi pada bayi dengan BBLR dapat berkembang menjadi komplikasi yang mengancam nyawa seperti sepsis. Jika komplikasi yang terjadi tidak ditangani dengan segera dan tepat, hal ini dapat mengakibatkan kematian.5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir.6Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI, BBLR ialah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.1

II. EPIDEMIOLOGI

BBLR merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian pada neonatus di seluruh dunia. Secara global, 40 80% dari kematian neonatal terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah.4

BBLR sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak negara karena dianggap menjadi salah satu faktor penyebab kematian bayi. Menurut WHO, di seluruh dunia lahir sekitar 20 juta bayi dengan berat lahir rendah dan 19 juta di antaranya lahir di beberapa negara berkembang dengan angka insiden antara 11% sampai 31%. Pada negara berkembang keadaan ini diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir.4

Kejadian BBLR tidak dapat dibiarkan begitu saja karena berkaitan dengan kematian perinatal dan neonatal. Menurut Depkes, sekitar 57% kematian bayi terjadi pada bayi umur di bawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan selama perinatal dan bayi berat lahir rendah. Bayi dengan berat lahir rendah cenderung mengalami perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan syaraf dan mempunyai prestasi yang buruk pada proses pendidikannya. Bahkan BBLR mempunyai dampak yang kompleks sampai usia dewasa, antara lain meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan metabolik dan kekebalan tubuh serta ketahanan fisik sehingga dapat meningkatkan beban ekonomi individu dan masyarakat.4

Di Indonesia, BBLR menjadi masalah yang memprihatinkan. Menurut SKRT tahun 2001, 29% kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Masalah yang sering timbul akibat BBLR adalah hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, infeksi, dan gangguan minum.4

III. ETIOLOGI

Faktor Ibu: 7,8

1. Penyakit.

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya toksemia gravidarum, pendarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes melitus, penyakit jantung, korioamnionitis dan tindakan operatif dapat menjadi faktor etiologi prematuritas dan BBLR.

2. Usia.

Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia di bawah 20 tahun dan pada multigravid yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26 hingga 35 tahun.

3. Keadaan sosial ekonomi.

Kejadian tertinggi adalah pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

Faktor Anak:7,8

1. Kehamilan Ganda.

Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin harus terbagi dua atau lebih untuk masing-masing janin, sehingga suplai nutrisi berkurang.

2. Volume Amnion.

Oligohidramnion berhubungan dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. Hal ini menjadi paling nyata sesudah kehamilan 20 minggu, ketika urinasi janin menjadi sumber utama cairan amnion.

IV. KLASIFIKASI

Klasifikasi BBLR, yaitu:9

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.

b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir 1000-1499 gram.

c. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR), berat lahir < 1000 gram.

Saat lahir, ada tiga parameter antropometrik yang penting untuk diukur yaitu berat lahir, panjang badan dan lingkar kepala. Kemudian dimasukkan dalam kurva Lubchenco untuk melihat apakah usia gestasi bayi dengan berat lahir berada dalam batas normal atau tidak.10

Pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) dibuat keseragaman definisi, yaitu sebagai berikut:1

a. Bayi Kurang Bulan: Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.

b. Bayi Cukup Bulan: Bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu.

c. Bayi Lebih Bulan: Bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

Gambar 1. Kurva Lubchenco11

Titik A menandakan bahwa bayi kurang bulan tetapi berat badan sesuai dengan masa kehamilan. Sedangkan titik B menunjukkan bahwa bayi cukup bulan tapi kecil untuk masa kehamilan.11

Interpretasi berat badan menurut usia kehamilan berdasarkan kurva Lubchenco dapat digolongkan sebagai berikut: 12

1) Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan berat badan dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.

2) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan berat badan diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.

3) Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan berat badan diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan janin.

Dengan pengertian yang telah dijelaskan di atas, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :13

a. Prematuritas murni.

Usia gestasi kurang 37 minggu dan berat badan sesuai dengan usia gestasi yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 sampai persentil ke - 90 pada kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco atau biasa disebut bayi kurang bulan - sesuai masa kehamilan (BKB-SMK).

b. Dismaturitas.

Bayi lahir dengan berat badan kurang untuk usia gestasi seharusnya. Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin mengakibatkan gangguan hantaran makanan pada janin. Dismaturitas juga dihubungkan dengan keadaan medis yang menganggu sirkulasi dan insufisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, kesehatan umum dan nutrisi ibu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi KMK. Terdapat dua jenis KMK yaitu :

1) Simetris.

Janin yang menderita distres yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang, lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang. Akan tetapi keseluruhannya masih di bawah usia gestasi yang sebenar. Bayi tidak menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya jaringan lemak.

2) Asimetris.

Terjadi akibat distres sub-akut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini lingkar kepala dan panjang janin normal akan tetapi berat lahir tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kulit tampak keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan sangat kurus.

V. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan prematuritas danIntra Uterine Growth Retardation(IUGR). Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-faktor yang berkaitan dengan prematur dan faktor-faktor yang berkaitan dengan IUGR dan menyebabkan terjadinya BBLR.14

Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan dengan kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, pecah ketuban prematur atau solusio plasenta prematur, atau rangsangan-rangsangan yang tidak dapat dijelaskan yang dapat menimbulkan kontraksi uterus sebelum waktunya.14

Infeksi bakteri (Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Trichomanas vaginalis, Gardnerella vaginalis, Bacteroides spp) baik yang menimbulkan gejala klinis atau asimtomatik pada cairan amnion dan membrannya (korioamnionitis) dapat menyebabkan kelahiran prematur. Produk bakteri dapat menginduksi kontraksi uterus prematur atau respon inflamasi lokal yang dapat menyebabkan ruptur membran.14

VI. DIAGNOSIS

a. Anamnesis1

Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematur, lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat, sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion, hiperemesis gravidarum, dan perdarahan antepartum.

b. Pemeriksaan fisik15

Pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

1) Berat badan 80x/menit

Retraksi

Tidak ada retraksi

Retraksi ringan

Retraksi berat

Sianosis

Tidak ada sianosis

Tidak tampak sianosis dengan O2

Sianosis (+)

dengan O2

Udara masuk

(+)

Udara masuk berkurang

Tidak ada udara masuk

Merintih

Tidak merintih

Terdengar melalui stetoskop

Terdengar tanpa menggunakan peralatan

Interpretasi skor Downe:

1) Skor 6 : Gangguan pernapasan berat

Pada gangguan pernapasan ringan, penanganan yang dapat diberikan adalah pemberian oksigen. Apabila terjadi gangguan pernapasan sedang, terapi yang dapat diberi adalah pemberian continous positive airway pressure (CPAP). Jika terjadinya gangguan pernapasan berat, penanganan yang dapat diberikan adalah penggunaan ventilator untuk membantu pasien bernapas.

d. Blood Pressure

Syok terjadi akibat adanya gangguan perfusi dan oksigenasi organ. Ada tiga jenis syok, yaitu:

1) Hipovolemi

2) Kardiogenik

3) Septik

Penyebab tersering pada neonatus adalah:

1) Kehilangan darah saat intrauterin

2) Kehilangan darah saat lahir

3) Dehidrasi

Neonatus harus dicegah agar jangan sampai jatuh pada kondisi syok. Hal penting dalam menentukan bayi mulai mengalami hipotensi adalah menilai tekanan darah.Tekanan darah normal bayi berbeda, tergantung usia gestasi.

e. Laboratorium Works

Bila memungkinkan pemeriksakan laboratorium pada bayi yang dilakuakan adalah darah rutin, Hb, golongan darah ABO dan rhesus. Jika terdapat bayi yang akan dirujuk, wajib dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk kemungkinan infeksi bila fasilitas memadai. Perlu dilakukan juga pada bayi berisiko dengan curiga dan dugaan sepsis.

Faktor risiko tersering adalah:

1) Ketuban pecah dini (KPD) > 18 jam

2) Ibu dengan riwayat korioamnionitis

3) Ibu sakit menjelang persalinan, misalnya keputihan, diare, suhu ibu lebih dari 38C, persalinan prematur, bayi dengan riwayat gawat janin

Berdasarkan hasil pemeriksaan bila dicurigai adanya sepsis, berikan antibiotik sesaat sebelum bayi dirujuk.

f. Emotional Support

Sampaikan informasi mengenai bayi dan rencana tatalaksana terhadap bayi kepada keluarga bayi jika bayi perlu dirujuk. Sebaiknya bila kondisi ibu memungkinkan, beri ibu kesempatan untuk melihat bayinya, beri dorongan ibu untuk kontak dengan bayinya. Beri dorongan dan keyakinan pada ibu untuk tetap memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi.

Adapun tatalaksana yang dapat diberikan yaitu dengan mengajarkan perawatan metode kanguru (PMK). PMK adalah salah satu metode perawatan bayi BBLR dengan melakukan kontak langsung (kulit dengan kulit) antara bayi dengan ibunya (atau keluarga lainnya). Manfaat PMK bagi bayiadalah denyut jantung stabil, pernapasan lebih teratur, suhu tubuh lebih stabil, kenaikan berat badan lebih cepat, perkembangan otak lebih baik, lebih jarang menangis, lebih berhasil menyusu langsung pada ibu, dan memperpanjang durasi menyusu. Dan manfaat PMK bagi ibu adalah ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi, hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik, serta mengurangi penelantaraan anak.21,22

PMK dapat dilakukan dengan dua cara:23,24

a. PMK intermiten.

Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi. Bahkan mungkin memerlukan bantuan alat. Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.

b. PMK kontinu.

Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum seperti menghisap dan menelan bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI.

Posisi kanguru yang diajarkan pada ibu adalah bayi berada di antara payudara ibu, kepala bayi menoleh ke satu sisi, dan posisi kaki kodok pada bayi. Untuk komponen nutrisi dapat dilakukan dengan menjelaskan kepada ibu mengenai inisiasi menyusu dini.21,22

Gambar 4. Kangaroo Position22

IX. KONTROL DAN PENCEGAHAN

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya BBLR adalah memprediksi secara dini berat janin yang ada dalam kandungan. Seorang ibu yang terdeteksi secara dini berat janin dalam kandungannya kurang dari normal dapat segera dicari penyebabnya dan segera diupayakan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga pada akhirnya dapat melahirkan bayi dengan berat badan normal. 25

X. PROGNOSIS

Pada umumnya, semakin hebat tingkat prematuritasnya dan semakin rendahnya berat badan lahir bayi, semakin besar pula kemungkinan timbulnya defisit intelektual dan neurologis. Sebanyak 50% bayi dengan berat 500-700 gram mempunyai cacat perkembangan saraf seperti kebutaan, ketulian, retardasi mental, serebral palsi. Kecilnya lingkaran kepala bayi pada saat lahir dapat terkait dengan prognosis perilaku saraf yang jelek. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.26,27

DAFTAR PUSTAKA

1. Syafrudin. Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Hamidah, penyunting. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. H:37-39

2. World Health Organization.Health and the Millenium Development Goals.WHO;2005

3. Ministry of National Development Planning.Report on The Acheivement of The Millenium Development Goals in Indonesia 2011:BAPPENAS;2012

4. Bang AT, Baitule SB, Reddy HM. Low Birth Weight and Preterm Neonates: Can They Be Managed At Home By A Mother and A Trained Village Health Worker?.Journal of Perinatology. 2005; 25:72-81

5. Stuckey K, Schrock SD. Head Off Complications In Late Preterm Infants. J FamPrac.2013;62(4):1-8

6. Handaningrum EY. Analisis Jalur (Path Analysis) Untuk Mengetahui Hubungn Antara Usia Ibu, Kadar Hemoglobin, dan Masa Gestasi Terhadap Bayi Baru Lahir. Semarang: Universitas Diponegoro; 2013

7. Sehested LT, Persen P. Prognosis And Risk Factors For Intrauterine Growth Retardation. Dan Med.2014; 61(4):1-4

8. Michael GR. Fetal Growth Restriction.Medscape;[updated Mar 8 2013; cited 2014 December 14].Available from : http://www.emedicine.medscape.com

9. Merenstein GB. Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Jakarta: Widya Medika; 2002

10. Kendig JW. Overview of Perinatal Problems. Merck Manuals. 2013, September-last modified; [Diakses 14 Desember 2014]. Available from http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/perinatal_problems/overview_of_perinatal_problems.html#v1085509

11. Sweet AY. Classification of the low-birth-weight infant. In: Klaus MH and Fanaroff AA, editor. Care of the High-Risk Neonate.Ed. 3. Philadelphia: WB Saunders Company; 1986; used with permission.

12. Wong LD. Berat Badan Lahir Rendah dan Prematur. Dalam: Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004

13. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauteri. Dalam: Wahab SA, penyunting. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. H:561-562

14. Rachma FB. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Buku Teks Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002: H771-784

15. Wasunna A. Care of The Low Birth Weight Babies/Neonatal Intensive Care. Nairobi: Department of Pediatrics and Child Healh University of Nairobi; 2012

16. Anonim. Low Birth Weight. Marchof Dimes. [Diakses 14 Desember 2014] Available from http:///www.marchofdimes.com/professionals/681_1153.asp.

17. Anonim. Pentingnya Pengukuran Lingkar Dada, 1. [Diakses 14 Desember 2014] Available from http://www.gizi.net/pedoman-gizi/download/pedoman%20LIDA.doc.

18. Ballard JL, Khoury JC, Wedig K. New Ballard Score, Expanded To Include Extremely Premature Infants.The Journal of Pediatrics.119(3):417423, 1991; used with permission of the CV Mosby Company.

19. Archer JM, Scott B. Yeager, Kenny MJ, Soll RF, Horbar JD. Distribution Of Mortality From Serious Congenital Heart Disease In Very Low Birth Weight Infants. J AAP. 2011;127(293):293-9.

20. Kristine AK.The S.T.A.B.L.E.Pre-transport / Post-resuscitation Stabilization Care of Sick Infants Guidelines for Neonatal Healthcare Providers 5th ed.The March of Dime; 2006

21. WHO. Kangaroo Mother Care. Practical Guide; 2003

22. HTA Indonesia. Perawatan Metode Kanguru; 2008

23. Rao S, Udani R, Nanavati R. Kangaroo Mother Care For Low Birth Weight Infants. I Pediatric.2008;45(1):17-23

24. Department of Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva.Kangaroo Mother Care: APractical Guide. WHO;2003

25. Pramono MS, Putro G. Resiko Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Determinan Sosial, Ekonomi, dan Demografi di Indonesia. Surabaya: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2009; 12:127-132

26. Velaphi SC, Mokhachane M, Mphahlele M, Arnold E, Kuwanda LM, Cooper PA. Survival Of Very Low Birth Weight Infants According To Birth Weight And Gestational Age In A Public Hospital. SAMJ.2005;95(7):504-09

27. Rantakallio P, Von Wendt L. Prognosis For Low-Birthweight Infants Up To The Age Of 14:A Population Study.Dev Med Child Neuro.1985;27(5):655-63

1