pKN FIX.doc

  • Upload
    anita

  • View
    299

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Ujian Akhir Semester PKN

Dosen :

Ayub Minardjo, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:

Atria Yaleswari

25414055

Kelas:

J 1

UNIVERSITAS KRISTEN PETRASURABAYA

2015

PENDIRIAN RUMAH IBADAHOleh: Pdt. Paulus M. Tangke, MTh., MH.Tata cara pendirian rumah ibadah diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Pendirian Rumah Ibadah.Pada Pasal 13 Perber Menag dan Mendagri No. 8/9 Tahun 2006, disebutkan bahwa pendirian rumah ibadah didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa. Pendirian rumah ibadah ini dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. Apabila keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi, maka pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/kota/provinsi.Pendirian rumah ibadah wajib memenuhi persyaratan administrative dan persyaratan teknis bangunan gedung. Demikian juga harus memenuhi persyaratan khusus, meliputi:1. Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 orang yang disahkan pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah;2. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa;3. Rekomendasi tertulis dari kantor departemen agama kabupaten/kota; dan4. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.Permohonan pendirian diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat. Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 hari sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan oelh panitia.Izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota. Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara dapat dilimpahkan kepada camat. Sebelum suart izin diterbitkan, bupati/walikota/camat harus mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor depag dan FKUB kabupaten/kota. Izin ini hanya berlaku selama 2 (dua) tahun. Adapun persyaratan untuk mendapatkan izin sementara ini, meliputi:

1. Izin tertulis pemilik bangunan;2. Rekomendasi tertulis lurah/kepala desa;3. Pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan4. Pelaporan tertulis kepada kepala kantor depag kabupaten/kota.

https://paulusmtangke.wordpress.com/pendirian-rumah-ibadah/ Dari SKB 2 menteriBAB IV

PENDIRIAN RUMAH IBADAT

Pasal 13

(1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan

komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah

kelurahan/desa.

(2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap menjaga

kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta

mematuhi peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa

sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah penduduk

digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/ kota atau provinsi.Opini :

Menurut saya, SKB 2 menteri harus dicabut karena menurut saya ada beberapa syarat dalam pendirian rumah ibadah, yang sedikit merugikan kaum minoritas di Indonesia. Contohnya: apabila saya hendak mendirikan gereja, menurut syarat dan ketentuan yang berlaku dalam SKB 2 menteri, saya harus mengumpulkan setidaknya 90 orang jemaat berupa nama dan KTP. Apabila saya tinggal di lingkungan orang yang bukan mayoritas Kristiani, akan susah untuk mengumpulkan 90 jemaat. Lalu, tidak selamanya kita yang akan mendirikan gereja mendapat dukungan dari warga sekitar yang mayoritas bukan orang Kristiani. Untuk itulah saya berpendapat SKB 2 menteri tidak menguntungkan semua pihak, namun hanya beberapa pihak saja.

REVOLUSI MENTALMakna Revolusi Mental Jokowi: Visi misi Program Kerja

Apa itu Pengertian Revolusi mental JOKOWI? bagaimana visi misi, dan program kerjarevolusi mental jokowi. "Revolusi Mental" merupakan jargon yang diusung presiden terpilih Joko Widodo sejak masa kampanye Pemilu Presiden 2014. Namun, tak banyak penjelasan konkret muncul atas frasa itu.

Pertanyaan tentang revolusi mental pun mencuat dalam diskusi dengan tajuk jargon tersebut di Balai Kartini, Jumat (17/10/2014). Salah satu jawaban datang dari politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Panda Nababan.

Jawaban itu diawali dengan pengenalan organisasi Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMK). Panda mempersilakan anggota organisasi itu berdiri. Lalu, dia berkata, "Mereka ini datang dari jauh. Dulu, Pak Jokowi

HYPERLINK "http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?oaparams=2__bannerid=26019__zoneid=453__cb=%7Brandom%7D__oadest=http://www.grazera.com/promo/kaosjokowi/category/promo_kaos" ini seperti mereka."

Berikutnya, Panda mengatakan, "Tapi Pak Jokowi tidak mau menyerah. Dia bekerja, berusaha, hingga sampai seperti saat ini." Menurut Panda, perjalanan Jokowi dari yang semula seperti profil para anggota SMRK tersebut hingga menjadi presiden terpilih merupakan cuplikan dari konsep revolusi mental itu sendiri.

Jawaban Jokowi

Diskusi pada Jumat petang tersebut dipandu oleh presenter Najwa Shihab. Jokowi juga hadir di sana. Jawaban atas pertanyaan tentang revolusi mental pun datang dari Jokowi.

Jokowi memulai jawabannya dengan menyebutkan tentang sebuah keharusan. Menurut dia, revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa.

Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera.

"Tapi saya juga ndak tahu kenapa, sedikit demi sedikit (karakter) itu berubah dan kita ndak sadar. Yang lebih parah lagi ndak ada yang nge-rem. Yang seperti itulah yang merusak mental," ujar Jokowi.

Perubahan karakter bangsa tersebut, kata Jokowi, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa.

"Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar Jokowi.

Pendidikan dan penegakan hukum

Terminologi "revolusi", kata Jokowi, tidak selalu berarti perang melawan penjajah. Menurut dia, kata revolusi merupakan refleksi tajam bahwa karakter bangsa harus dikembalikan pada aslinya.

"Kalau ada kerusakan di nilai kedisiplinan, ya mesti ada serangan nilai-nilai ke arah itu. Bisa mengubah pola pikir, mindset. Titik itulah yang kita serang," ujar Jokowi.

Satu-satunya jalan untuk revolusi sebagaimana yang dia maksudkan itu, kata Jokowi, adalah lewat pendidikan yang berkualitas dan merata, serta penegakan hukum yang tanpa pandang bulu.

"Kita harus mengembalikan karakter warga negara ke apa yang menjadi keaslian kita, orisinalitas kita, identitas kita," tegas Jokowi. Dia berkeyakinan, dengan komitmen pemerintah yang kuat disertai kesadaran seluruh warga negara, Indonesia dapat berubah ke arah yang lebih baik.

Untuk lebih memahani apa itu revolusi mental jokowi, dan bagaimana visi misi, dan program kerjarevolusi mental jokowi perhatikan skema gambar di bawah ini yang saya download dari link JKW4P. Opini :

Menurut saya, pelaksanaan revolusi mental yang digagas oleh Jokowi yang sudah terlaksana belum menunjukan perubahan kea rah revolusi mental. Tetapi, menurut saya, Pak Jokowi sudah menunjukkan atau memberi contoh tentang revolusi mental itu sendiri, contohnya pada saat menolak pemberian grasi kepada para terpidana mati kasus narkoba yang mayoritas adalah warga negara asing. Jokowi banyak mendapatkan ancaman-ancaman dari negara luar bahkan dari negara yang menjalin kerjasama dengan Indonesia sendiri. Tetapi Jokowi tidak mengubah keputusannya untuk tetap melaksanakan eksekusi mati terhadap terpidana mati kasus narkoba tersebut. Oleh karena Jokowi memberi contoh yang nyata kepada kita, maka seharusnya revolusi mental dapat berjalan dan dilaksanakan dengan cara bertahap tetapi pasti. Mungkin revolusi dapat dimulai dari jajaran pemerintahan dahulu. Masyarakat akan mulai melakukan gerakan revolusi mental dengan meneladani pemerintahnya terlebih dahulu.

MASYARAKAT BHINEKA TUNGGAL IKA DAN MASYARAKAT MADANIKeanekaragaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Beragam dalam sosial, budaya, ekonomi, sumber daya alam, agama dan lain sebagainya. Keberagaman ini merupakan anugerah yang luar biasa. Anugerah yang tidak dimiliki oleh semua negara di dunia ini. Seharusnya semua elemen masyarakat Indonesia pandai-pandai mensyukurinya sehingga keberagaman yang tinggi ini bisa menjadi sebuah modal yang luar biasa dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.

Untuk saat ini mimpi sebagai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sejahtera masih belum sepenuhnya tercapai karena kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak penduduk negeri ini yang masih berada di bawah garis kemiskinan misalnya, masih terdapat masyarakat yang memiliki sikap terlalu fanatik kepada budayanya sendiri serta kurang terbuka kepada kebudayaan lainnya. Masih banyak orang-orang di negeri ini yang belum memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dengan baik. Keanekaragaman dan Bhinneka Tunggal IkaKeanekaragaman membicarakan tentang masyarakat, negara, bangsa, daerah, bahkan lokasi geografis terbatas seperti kota atau sekolah, yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan atau motto bangsa Indonesia yang terdapat dalam lambang Negara Burung Garuda. Bhineka Tunggal Ika menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, yaitu bangsa yang mempunyai keanekaragaman, baik dalam aspek agama, budaya, maupun ras dan suku bangsa.

Keanekaragaman Sosial dan Budaya IndonesiaMenurut Setiawan (2013) keanekaragaman budaya atau cultural diversity adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 250 juta orang di mana mereka tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragam dan jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.

Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang sangat tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Berlabuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan pesisir Jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Di sisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal di tengah-tengah singgungan antar peradaban itu.

Manfaat Keanekaragaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal IkaKebhinnekaan yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan potensi sekaligus tantangan. Kebhinnekaan sebagai potensi dalam arti telah terbukti secara nyata dapat menjadi perekat atau patri bagi bangsa Indonesia sejak awal-awal kemerdekaan bahkan sejak tumbuhnya kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebhinnekaan telah menjadi kekayaan khusus bagi bangsa Indonesia yang amat menarik, bagi bangsa Indonesia sendiri ataupun bagi bangsa-bangsa lain di dunia, sehingga dapat menarik devisa melalui kunjungan wisata atau kunjungan lainnya.

Kebhinnekaan merupakan kekuatan dan kekayaan sekaligus juga merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan itu sangat terasa terutama ketika bangsa Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam rangka menghadapi dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Seperti dewasa ini kita sedang menghadapi dan berupaya memecahkan serta mengakhiri krisis multi dimensional dan krisis ekonomi yang sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi dan misi dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis tersebut.

Kebhinnekaan adalah sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan namun sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan mengatur masyarakat yang heterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur masyarakat homogen. Masyarakat yang heterogen sudah barang tentu mempunyai cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan masyarakat homogen.

Kebhinnekaan dapat menjadi tantangan atau ancaman, karena dengan adanya kebhinnekaan tersebut mudah membuat orang untuk berbeda pendapat yang lepas Kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerahan, atau kesukuan atau kekerasan yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau persatuan dan kesatuan bangsa. (Takiddin)

http://pbsi.fitk.uinjkt.ac.id/index.php/component/content/article/30-kolom-dosen/201-manfaat-keanekaragaman-dalam-bingkai-bhinneka-tunggal-ika.html

MASYARAKAT MADANI

Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak manusia. Hal ini diberlakukan ketika negara sebagai penguasa dan pemerintah tidak bisa menegakkan demokrasi dan hak-hak asasi manusia dalam menjalankan roda kepemerintahannya. Di sinilah kemudian konsep masyarakat madani menjadi alternatif pemecahan, dengan pemberdayaan dan penguatan daya kontrol masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang pada akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang demokratis dan menghargai hak-hak asasi manusia.

Sosok masyarakat madani bagaikan barang antik yang memiliki daya tarik amat mempesona. Kehadirannya yang mampu menyemarakkan wacana politik kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik, bukan dikarenakan kondisi barangnya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan masyarakat yang lebih baik.

Berbicara mengenai kemungkinan berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat di muka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah yang mempunyai kekuatan dan bagian dari social control. Sejak zaman Orde Lama dengan rezim Demokrasi Terpimpinnya Soekarno, sudah terjadi manipulasi peran serta masyarakat untuk kepentingan politis dan terhegemoni sebagai alat legitimasi politik. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat dicurigai sebagai kontra-revolusi. Fenomena tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa di Indonesia pada masa Soekarno pun mengalami kecenderungan untuk membatasi gerak dan kebebasan publik dalam mengeluarkan pendapat.

Sampai pada masa Orde Baru pun pengekangan demokrasi dan penindasan hak asasi manusia kian terbuka seakan menjadi tontonan gratis yang bisa dinikmati oleh siapapun untuk segala usia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai contoh kasus pada masa orde baru berkembang. Misalnya kasus pemberedelan lembaga pers, seperti AJI, DETIK dan TEMPO. Fenomena ini merupakan sebuah fragmentasi kehidupan yang mengekang kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasi di muka umum, apalagi ini dilakukan pada lembaga pers yang nota bene memiliki fungsi sebagai bagian dari social control dalam menganalisa dan mensosialisasikan berbagai kebijakan yang betul-betul merugikan masyarakat.

Selain itu, banyak sekali terjadi pengambilalihan hak tanah rakyat oleh penguasa dengan alasan pembangunan, juga merupakan bagian dari penyelewengan dan penindasan hak asasi manusia, karena hak atas tanah yang secara sah memang dimiliki oleh rakyat, dipaksa dan diambil alih oleh penguasa hanya karena alasan pembangunan yang sebenarnya bersifat semu. Di sisi lain, pada era orde baru banyak terjadi tindakan-tindakan anarkisme yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Hal ini salah satu indikasi bahwa di Indonesia pada saat itu tidak dan belum menyadari pentingnya toleransi dan semangat pluralisme.

Melihat itu semua, maka secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi pemberdayaannya sekaligus agar proses pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.

Dalam hal ini, menurut Dawam ada tiga (3) strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi dalam memberdayakan masyarakat madani di Indonesia.

Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan konflik, dan karena itu menjadi sumber instabilitas politik. Saat ini yang diperlukan adalah stabilitas sebagai landasan pembangunan, karena pembangunan lebih banyak yang terbuka terhadap perekonomian global membutuhkan resiko politik yang minim. Dengan demikian persatuan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan dari demokrasi.Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, maka akan dengan sendirinya timbul masyarakat madani yang mampu mengontrol terhadap negara.Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dan strategi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang makin luas.

Ketiga model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh Hikam bahwa di era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target-target grup yang paling strategi serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat dalam proses tersebut. Untuk keperluan itu, maka keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, ormas sosial dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak adanya, karena merekalah yang memiliki kemampuan dan sekaligus aktor pemberdayaan tersebut.

Konsepsi ini dipercaya lagi dengan opini Hannah Arrendt dan Juergen Habermas yang menekankan ruang publik yang bebas (the free public sphere). Karena adanya ruang publik yang bebaslah, maka individu (warga negara) dapat dan berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan penerbitan yang berkenaan dengan kepentingan yang lebih luas. Dan institusionalisasi dari ruang publik ini adalah ditandai dengan lembaga-lembaga volunteer, media massa, sekolah, partai politik, sampai pada lembaga yang dibentuk oleh negara tetapi berfungsi sebagai lembaga pelayanan masyarakat.

Karakteristik Masyarakat Madani

Penyebutan karakteristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani. Prasyarat ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain atau hanya menjadi salah satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral menjadi dasar dan nilai bagi eksistensi masyarakat madani. Karakteristik tersebut antara lain adalah Free Public Sphere, Demokratis, Toleransi, Pluralisme, Keadilan Sosial (Social Justice) dan Berkeadaban.

FREE PUBLIC SPHERE

Yang dimaksud dengan free public sphere adalah adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada ruang publik yang bebas lah individu dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Aksentuasi prasyarat ini dikemukakan oleh Arendt dan Habermas. Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat madani dalam sebuah tatanan masyarakat, maka free public sphere menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya ruang publik yang bebas dalam tatanan masyarakat madani, maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan otoriter.

DEMOKRATIS

Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat dpat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasyarat demokratis ini banyak dikemukakan oleh para pakar yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan masyarakat madani. Penekanan demokrasi (demokratis) di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.

TOLERAN

Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan dalam kelompok masyarakat lain yang berbeda. Toleransi menurut Nurcholis Madjid merupakan persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang enak antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari pelaksanaan ajaran yang benar.

Azyumardi Azra pun menyebutkan bahwa masyarakat madani (civil society) lebih dari sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat madani juga mengacu ke kehidupan yang berkualitas dan tamaddun (civility). Civilitas meniscayakan toleransi, yakni kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap politik yang berbeda.

PLURALISME

Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani, maka pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai positif, merupakan rahmat Tuhan.

Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani. Pluralisme menurutnya adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement diversities within the bonds of civility). Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).

Lebih lanjut Nurcholis mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama dan sebangun dalam segala hal.

KEADILAN SOSIAL

Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).

KESIMPULAN

Di Indonesia tema masyarakat madani mengalami penerjemahan yang berbeda-beda dengan sudut pandang yang berbeda pula, seperti masyarakat madani sendiri, masyarakat sipil, masyarakat kewargaan, masyarakat warga, dan civil society (tanpa dijelaskan).

https://id-id.facebook.com/refreeeeeees/posts/393613927382640Perbedaan/Perbandingan Masyarakat Madani dan Masyarakat Bhineka Tunggal Ika:

a. Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah suatu komunitas masyarakat yang memiliki kemandirian dalam melakukan aktivitas yang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan agama, dengan mewujudkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, penegakan hukum, jaminan kesejahteraan, kebebasan, kemajemukan, dan perlindungan terhadap kaum minoritas. Jadi, masyarakat madani adalah masyarakat mandiri dan bertanggung jawab, masyarakat yang berkembang dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri, masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya dan hidup dalam demokrasi dengan berbagai perbedaan kelompok etnis, ras, suku bangsa, budaya, agama dan lain-lain sebagai wujud masyarakat multikulralisme.b. Masyarakat Bhineka Tunggal Ika

Masyarakat Bhineka Tunggal Ika adalah masyarakat yang lahir dari perbedaan suku, agama, Bahasa, budaya, ras yang berusaha untuk hidup dalam suatu persatuan bangsa, yaitu Bangsa Indonesia. Namun untuk mempersatukan masyarakat yang berawal dari latar belakang yang berbeda-beda tidaklah mudah, harus ada penengah agar tidak terjadi perpecahan.Refleksi:

Dalam kehidupan di lingkungan sekitar saya, saya merasa masyarakat yang tinggal dalam lingkungan sekitar saya adalah masyarakat yang madani karena menunjukkan kemandirian dalam beraktivitas dan selalu mencoba untuk mengembangkan diri. Masyarakat di lingkungan sekitar saya juga sadar akan hak dan kewajiban mereka masing-masing sesuai dengan peran yang mereka emban baik dikeluarga, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

UU DEMONSTRASI

K A M M IKesatuan Aksi Mahasiswa Muslim IndonesiaJaringan Wilayah EropaPerwakilan Jerman

Media Indonesia, 29 Okt. 1998Demonstrasi tidak Dilarang Asal Seusai UU Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat

JAKARTA (Media): Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto mengatakan unjuk rasa atau demonstrasi tidak dilarang atau dicegah asalkan mengacu kepada UU tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum (KMPDU) yang sudah disahkan pemerintah.

Individu atau kelompok tidak dilarang melakukan unjuk rasa atau demonstrasi, ujar Wiranto, tetapi pelaksanaannya harus sesuai dengan UU KMPDU agar tidak merugikan individu atau masyarakat lain.

Menhankam/Pangab mengemukakan hal itu seusai mendampingi Pangab Brunei Darussalam Mejar Jenderal Pangeran Dato Paduka Seri Haji Abidin bin Pengeran Achmad bertemu Presiden BJ Habibie, kemarin.

Menurut Jenderal Wiranto, dengan disahkannya UU KMPDU, maka cara melaksanakan unjuk rasa sudah diatur. ''Artinya, semua masyarakat dan aparat keamanan harus menghormati UU itu,'' tambahnya.

Pangab mengatakan jika semua memahami dan menyadari bahwa UU itu harus dihormati maka sebagai bangsa yang saat ini sudah menuju ke satu kebebasan yang bertanggung jawab, demokratisasi yang lebih sehat tentu harus melaksanakan penyampaian tuntutan dan pendapat secara sehat tanpa mengganggu kebebasan orang lain.

Bagi aparat keamanan sendiri, jelasnya, bila pelaksanaan unjuk rasa atau demonstrasi itu melanggar UU maka mereka akan bertindak agar tidak merugikan masyarakat lain.

Mensesneg Akbar Tanjung di tempat yang sama secara terpisah mengemukakan Presiden Habibie sudah menandatangani UU tersebut pada tanggal 23 Oktober 1998 menjadi UU No.9/1998. ''UU itu berlaku efektif sejak ditandatangani,'' jelasnya.

Pada bagian lain, Pangab mengimbau agar anggota DPR membantu mensosialisasi UU tersebut ke seluruh lapisan masyarakat. ''Terutama bagi mereka yang masih menyenangi cara-cara demonstrasi agar dapat memahami dan menerapkannya di lapangan,'' tegasnya.

Pemahaman itu, tuturnya, bertujuan agar tidak timbul salah pengertian antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan yang menertibkannya. Jadi bukan menghambat dan bukan melarang. ''Aparat keamanan hadir di lapangan bukan melarang dan bukan menghambat, melainkan mengatur dan mengawasi agar demonstrasi berjalan tertib dan demonstran tidak mengganggu kegiatan masyarakat lainnya,'' katanya.

Berdampak besarPada kesempatan terpisah Kapolri Letjen Pol Roesmanhadi menegaskan demonstrasi 28 Oktober lalu telah menjurus ke arah perusakan.

Menjelaskan soal UU No.9/1998 kemarin, Kapolri mengatakan masalah izin melakukan unjuk rasa atau demonstrasi merupakan hambatan besar bagi para demonstran. Kapolri menambahkan siapa pun yang menyelenggarakan demonstrasi dan menjurus ke aksi perusakan akan dijerat dengan pasal-pasal perusakan. "Itu kan jelas sudah melanggar,'' tegasnya.

Ironisnya setelah Kapolri memberi keterangan pers, di halaman gedung MPR/DPR terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Pusat.

Fitra Arsil dari KAMMI menuduh UU no 9/98 telah membatasi ruang gerak mereka. "Jangan UU itu dijadikan alasan. Jelas UU itu belum disosialisasikan," katanya.

Sedangkan Kapolda Metro Jaya Mayjen Pol. Noegroho Djajoesman kemarin mengatakan selama tidak ada pengumuman minggu tenang dari pemerintah berkaitan dengan Sidang Istimewa MPR 1998, pihaknya tidak akan melarang aksi unjuk rasa atau demonstrasi.

Miliaran rupiahSementara itu Menperindag/Kabulog Rahardi Ramelan meminta agar aksi yang dilancarkan mahasiswa tidak mengganggu perputaran roda ekonomi. ''Kita semua prihatin dengan kondisi sekarang ini, dan aksi mahasiswa Rabu lalu sangat mempengaruhi perputaran ekonomi kita,'' tandasnya menjawab Media kemarin di Bekasi.

Jika dianalisis dengan membandingkan jumlah kendaraan yang beredar di Jakarta, khususnya yang melintas di kawasan gedung MPR/DPR dengan konsumsi bahan bakar pada saat terjadi kemacetan, maka potential lost diperkirakan mencapai miliaran rupiah.

Jika diasumsikan kendaraan roda empat dan roda dua yang terjebak macet sebanyak satu juta unit (dari 2,8 juta unit yang ada di DKI Jakarta) dan diperkirakan tiap kendaraan membuang bahan bakar rata-rata setengah liter setiap jam, maka terjadi pemborosan sebesar Rp 500 juta (harga bensin Rp 1.000 per liter). Padahal kemacetan yang terjadi sekitar tiga jam sehingga total kerugian mencapai Rp 1,5 miliar.

Pada sisi lain kerugian penyelenggara tol dalam kota Jakarta akibat aksi mahasiswa mencapai sekitar Rp 175 juta ditambah bobolnya pagar pengaman di depan Gedung MPR/DPR RI.(Rid/Win/Uut/Dex/SS/D-12)

http://members.tripod.com/kammi_jerman/koran/mi291098.htmlHal yang harus ditaati untuk melakukan demonstrasi:

a. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain

Tidak merampas hak-hak dan kebebasan orang lain, misalnya: dengan kita melakukan demonstrasi, kita membuat macet jalan

b. Menghormati aturan dan moral yang berlaku di masyarakat umum

Contoh: tidak merusak, tidak rusuh atau melakukan demonstrasi yang anarkis

c. Menaati hukum dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

d. Menjaga ketertiban umum

Contoh : menjaga situasi dan kondisi tetap kondusif

Demonstrasi di Indonesia sangatlah sering terjadi. Tetapi kita dapat melihat bahwa masih banyak demonstrasi yang anarkis, yang rusuh dan tidak mencerminkan moral orang Timur. Menurut saya, demonstrasi yang berujung kisruh tersebut merupakan akibat dari tidak diresponnya atau tidak didengarkannya pendapat rakyat sehingga rakyat menjadi marah. Tetapi kemarahan rakyat yang berujung demonstrasi yang rusuh juga tidak dapat dibenarkan karena mengganggu dan merusak kenyamanan bersama. Tata cara demonstrasi yang benar seharusnya disosialisasikan ke masyarakat pada umunya agar demonstrasi yang kisruh atau anarkis tidak terjadi lagi sehingga menjaga suasana tetap nyaman dan kondusif.KASUS PENCURIAN SANDAL DAN KORUPSISolidaritas Sandal Jepit

Korupsi Kakap Lolos, Pencuri Sandal DiadiliTRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPR RI melalui Ketua FKB Marwan Ja'far merasa dikejutkan dengan kasus pencurian sandal oleh seorang bocah AAL (15) di Palu yang harus melalui proses hukum di Pengadilan.

"Di tengah upaya besar untuk memberantas korupsi di negeri ini, kita dikejutkan lagi oleh munculnya kasus pencurian sandal jepit oleh AAL (15) di Palu. Kasus ini jelas menghentak publik dan sungguh sayang bila kasus ini masuk ke pengadilan," kata Marwan dalam rilisnya, Sabtu (7/1/2012).

Dikatakan rasa keadilan seolah dipesona oleh penegakan hukum. Sementara kasus-kasus korupsi kelas kakap masih coreng moreng (eksis) dalam penegakan hukum.

"Bukankah lebih bijak bila kasus sandal jepit ini diselesaikan secara musyawarah,bukan langsung ke pengadilan," kata Marwan.

Ditegaskan masalah keadilan bukan hanya dalam konteks hukum, tetapi juga menyangkut nurani. Hukum menunjukkan bahwa ada tiga asas hukum,yaitu keadilan,kepastian hukum dan kemanfaatan.

"Ketiganya bersifat enumeratif,saling berkaitan dalam implementsinya. Apalagi menyangkut anak umur 15 tahun.Tentu ada pertimbangan hukum yang berdasar pada kemanusiaan," katanya.

Dalam vonis terhadap kasus tersebut, lanjut Marwan, ternyata bila merujuk pada Komisi Yudisial ada hal-hal yang janggal.

"Secara logika umum, hal ini mudah dimengerti. Di negeri kita, upaya penegakan hukum kerap mendapatkan respon pesimis dari masyarakat. Banyak kasus yang diselesaikan secara tidak fair," ujarnya.

Kata Marwan inilah yang memicu masyarakat bereaksi seperti dalam kasus sandal jepit ini,masyarakat berbondong melakukan aksi pengumpulan sandal jepit.

"Bahkan pula, kasus ini mendapat respon masyarakat dunia. Karena itu,sudah saatnya keadilan ditegakkan. Para penegak hukum harus semakin jeli,bijak dan adil. Jangan ada lagi kasus yang mencederai keadilan dan mencoreng nama Polri serta makin menunjukkan karut marut dunia peradilan kita ke depan," ujarnya. (aco)

http://www.tribunnews.com/nasional/2012/01/07/korupsi-kakap-lolos-pencuri-sandal-diadili

Kajian keadilan formal dan keadilan material:

a. Keadilan Formal:

Keadilan menuntut supaya hukum berlaku secara umum, semua orang dalam situasi yang sama di perlakukan secara sama. Dengan kata lain hukum tidak mengenal pengecualian. Oleh karena itu di hadapan hukum kedudukan orang adalah sama, inilah yang disebut asas kesamaan atau kesamaan kedudukan.

b. Keadilan Material:

Isi hukum harus adil. Adil disini adalah adil yang di anggap oleh masyarakat, jadi bukan sekedar secara formal saja seperti apa yang tertulis itu adil, itulah sebabnya suatu bidang pengadilan belumlah selesai apabila belum ada penyesuaian antara keputusan sidang dan penilaian masyarakat, walaupun sidang peradilan itu telah usai. Oleh karena itu apabila yang di putuskan oleh pengadilan dirasakan tidak adil, reaksi masyarakat akan timbul.Opini:

Menurut pendapat saya, hukum sudah berlaku untuk para pelaku kejahatan pada kedua kasus hukum diatas, artinya keadilan formal telah terpenuhi karena hukum menjerat siapapun tanpa terkecuali. Namun yang membedakan adalah hukuman atau sanksi yang diberikan. Hukuman yang diberikan untuk para pelaku diatas menurut saya tidak mencerminkan keadilan material. Karena hanya mencuri sebuah sandal seorang anak harus dihukum 5 tahun penjara (anak dibawah umur). Sedangkan untuk para pelaku korupsi, mereka hanya dituntut 1,5 tahun penjara padahal mereka menggelapkan uang negara, uang milik rakyat. Hal ini tentu tidak adil. Kasus pencurian sandal semestinya dapat dimusyawarahkan sehingga mencapai titik temu yang tepat, tetapi apabila tidak mencapai titik temu, semestinya hukuman yang diberikan tidak seberat itu. Sedangkan para koruptor yang menggelapkan uang negara hanya dihukum 1,5 tahun penjara dan walaupun mereka akhirnya dihukum di penjara, mereka tetap bisa hidup mewah dan memiliki fasilitas yang nyaman seperti di rumah sendiri. Sebaiknya, hukum-hukum di Indonesia perlu dikaji ulang dalam penerapannya.