Upload
bejoraharjoku
View
45
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
proses pkpu dan pengetahuan
Citation preview
BAB II
PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU
A. Prosedur Permohonan PKPU
Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur
dapat terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika debitur telah
atau akan berada dalam keadaan insolven. Cara yang pertama adalah dengan
mengajukan PKPU. PKPU diatur dalam Bab III, Pasal 222 sampai dengan Pasal
294 UU Kepailitan dan PKPU. Berdasarkan Pasal 222 ayat 2 UU Kepailitan dan
PKPU, debitur yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat
melanjutkan pembayaran utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
ditagih, dapat memohon penundaan pembayaran utang, dengan maksud untuk
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau
sebagian utang kepada kreditur. Istilah lain dari PKPU ini adalah suspension of
payment atau Surseance van Betaling, maksudnya adalah suatu masa yang
diberikan oleh undang-undang melalui putusan hakim niaga di mana dalam masa
tersebut kepada pihak kreditur dan debitur diberikan kesempatan untuk
memusyawarahkan cara-cara pembayaran hutangnya dengan memberikan rencana
pembayaran seluruh atau sebagian hutangnya, termasuk apabila perlu untuk
merestrukturisasi hutangnya tersebut.27
Cara yang kedua yang dapat ditempuh oleh debitur agar harta kekayaan
terhindar dari likuidasi adalah mengadakan perdamaian antara debitur dengan para
27 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
krediturnya setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan. Perdamaian itu
memang tidak dapat menghindarkan kepailitan, karena kepailitan itu sudah
terjadi, tetapi apabila perdamaian itu tercapai maka kepailitan debitur yang telah
diputuskan oleh pengadilan itu menjadi berakhir.28
Tujuan pengajuan PKPU, menurut Pasal 222 ayat 2 UU Kepailitan dan
PKPU, adalah untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur. Menurut penjelasan
Pasal 222 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU, yang dimaksud dengan kreditur
adalah baik kreditur konkuren maupun kreditur yang didahulukan. Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang adalah prosedur hukum (atau upaya hukum) yang
memberikan hak kepada setiap debitur maupun kreditur yang tidak dapat
memperkirakan melanjutkan pembayaran utangnya, yang sudah jatuh tempo.
Dengan kata lain, dengan cara
ini pula debitur dapat menghindarkan diri dari pelaksanaan likuidasi terhadap
harta kekayaannya sekalipun kepailitan sudah diputuskan oleh pengadilan.
Perdamaian tersebut dapat mengakhiri kepailitan debitur hanya apabila
dibicarakan bersama melibatkan semua kreditur. Apabila perdamaian hanya
diajukan dan dirundingkan dengan hanya satu atau beberapa kreditur, maka
kepailitan debitur tidak dapat diakhiri.
29
28 Ibid., hlm. 327.
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dapat diajukan secara sukarela oleh
debitur yang telah memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat membayar utang-
utangnya dan PKPU adalah suatu keringanan yang diberikan kepada suatu debitur
untuk menunda pembayaran utangnya, debitur mempunyai harapan dalam waktu
29 Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
yang relatif tidak lama akan memperoleh penghasilan yang akan cukup melunasi
semua utang-utangnya.
Pada hakikatnya PKPU berbeda dengan kepailitan, PKPU tidak
berdasarkan pada keadaan dimana debitur tidak membayar utangnya atau insolven
dan juga tidak bertujuan dilakukannya pemberesan budel pailit. PKPU tidak
dimaksudkan untuk kepentingan debitur saja, melainkan juga untuk kepentingan
para krediturnya. Menurut Fred B.G. Tumbuan, PKPU bertujuan menjaga jangan
sampai seorang debitur, yang karena suatu keadaan semisal keadaan likuid dan
sulit memperoleh kredit, dinyatakan pailit, sedangkan bila ia diberi waktu besar
kemungkinan ia akan mampu untuk melunaskan utang-utangnya, jadi dalam hal
ini akan merugikan para kreditur juga.30
Kartini Muljadi, menambahkan bahwa debitur selama PKPU tidak
kehilangan penguasaan dan hak (beheer en beschikking) atas kekayaannya, tetapi
hanya kehilangan kebebasannya dalam menguasai kekayaannya.
Oleh karenanya dengan memberi waktu
dan kesempatan kepada debitur melalui PKPU maka debitur dapat melakukan
reorganisasi usahanya ataupun restrukturisasi utang-utangnya, sehingga ia dapat
melanjutkan usahanya dan dengan demikian ia dapat melunasi utang-utangnya.
31
30 Ibid., hlm. 329
Apabila dalam
kepailitan debitur tidak lagi berwenang mengurus dan memindahtangankan
kekayaannya, tetapi dalam PKPU debitur masih dapat melakukan pengurusan dan
kepemilikan atas harta kekayaannya asalkan hal tersebut disetujui oleh pengurus
PKPU (Pasal 240 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU). Selanjutnya Pasal 240 ayat 4
UU Kepailitan dan PKPU menyebutkan, bahkan atas dasar kewenangan yang
31 Ibid., hlm. 330.
Universitas Sumatera Utara
diberikan oleh pengurus PKPU, debitur dapat melakukan pinjaman dari pihak
ketiga semata-mata dalam rangka meningkatkan nilai harta debitur. Dalam hal ini
bila untuk mendapatkan pinjaman dimintakan jaminan atau agunan maka yang
dapat dijaminkan adalah terhadap harta debitur yang belum dijadikan jaminan
utang sebelumnya.
Dengan demikian jelaslah perbedaan antara PKPU dan kepailitan, dimana
dalam PKPU debitur tetap memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum mengalihkan dan mengurus kekayaannya sepanjang hal itu dilakukan
dengan persetujuan pengurus PKPU yang ditunjuk secara khusus oleh pengadilan
berkenaan dengan proses PKPU tersebut. Sedangkan dalam hal debitur dinyatakan
pailit oleh pengadilan, maka debitur tersebut tidak lagi berwenang untuk
mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya yang telah menjadi harta pailit.
Kewenangan tersebut sepenuhnya berada ditangan kurator.
Prinsip PKPU jelas berbeda dengan prinsip kepailitan, yaitu untuk
memperoleh pelunasan secara proporsional dari utang-utangnya debitur.
Meskipun pada prinsipnya kepailitan masih membuka pintu menuju perdamaian.32
32 Ibid., hlm. 37.
PKPU dan kepailitan adalah dua hal yang berbeda, dimana PKPU jelas sangat
bermanfaat, karena perdamaian yang dilakukan melalui PKPU akan mengikat
juga kreditur lain diluar PKPU, sehingga debitur dapat melanjutkan restrukturisasi
usahanya, tanpa takut terganggu oleh tagihan-tagihan kreditur yang berada di luar
PKPU. Selain itu, kreditur juga seharusnya terjamin melalui PKPU, karena bila
terjadi pelanggaran terhadap perjanjian perdamaian tersebut, maka kreditur dapat
Universitas Sumatera Utara
mengajukan permohonan pembatalan perjanjian perdamaian kepada pengadilan
niaga dan debitur otomatis dinyatakan pailit. Hal ini juga berbeda dengan proses
restructuring biasa, yang apabila terjadi breach perjanjian, tentunya harus dilalui
proses gugat perdata yang berliku-liku dan waktunya panjang. Proses
restructuring hanya mengikat kreditur tertentu saja namun dalam PKPU mengikat
semua kreditur. Sedangkan dalam kepailitan, walaupun juga ada mengenal
perdamaian, namun pada dasarnya kepailitan itu ditujukan pada pemberesan harta
pailit yang dilakukan dengan cara menjual seluruh boedel pailit dan membagikan
hasil penjualan tersebut kepada para kreditur yang berhak menurut urutan yang
ditentukan dalam undang-undang.
Perbedaan antara PKPU dengan kepailitan juga terdapat dalam bidang
prosedur yang harus ditempuh. Peraturan prosedur pada PKPU kurang luas
dibandingkan dengan peraturan prosedur dalam kepailitan.33
Pasal 222 UU Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa;
PKPU harus
diajukan sebelum debitur dinyatakan pailit oleh putusan Pengadilan Niaga, sebab
apabila PKPU diajukan setelah debitur dinyatakan pailit, maka hal ini tidak ada
gunanya lagi. Sehubungan dengan itu, maka berdasarkan Pasal 229 ayat 3 UU
Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa apabila permohonan pernyataan pailit
dan permohonan PKPU diperiksa pada saat yang bersamaan, maka permohonan
PKPU harus diputuskan terlebih dahulu.
1. PKPU diajukan oleh debitur yang mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur atau
oleh kreditur
33 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 202.
Universitas Sumatera Utara
2. Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih dapat
memohon PKPU, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
kreditur.
3. Kreditur yang memperkirakan bahwa debitur tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada debitur diberi PKPU, untuk memungkinkan debitur
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada krediturnya.
Dari ketentuan Pasal 222 diketahui bahwa yang dapat mengajukan
permohonan PKPU adalah debitur dan kreditur. Debitur dapat mengajukan
permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang hanya apabila debitur
mempunyai lebih dari satu kreditur. Selain itu, syarat lain bagi debitur agar dapat
mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang, yaitu apabila
debitur juga sudah dalam keadaan tidak dapat atau memperkirakan tidak akan
dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
ditagih.
Sesuai dengan pejelasan Pasal 222 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU
kreditur yang dapat mengajukan permohonan PKPU adalah setiap kreditur baik
kreditur konkuren maupun kreditur yang didahulukan. Kreditur konkuren adalah
kreditur yang tidak memiliki hak jaminan atau agunan atas harta debitur sebagai
Universitas Sumatera Utara
jaminan pelunasan utang. Sementara itu, kreditur yang didahulukan pelunasan
piutangnya adalah kreditur pemegang hak jaminan dan kreditur istimewa.
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menentukan tidak semua debitur
dapat mengajukan sendiri permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang.
Dalam hal debitur adalah bank, perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan
penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan asuransi,
perusahaan re-asuransi, dana pensiun, dan badan usaha milik negara yang
bergerak di bidang kepentingan publik maka yang dapat mengajukan permohonan
PKPU yaitu:34
1. Bank Indonesia dalam hal debitur adalah bank,
2. Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal debitur adalah perusahaan efek, bursa
efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, dan
3. Menteri Keuangan dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan
re-asuransi dan dana pensiun, dan badan usaha milik negara yang bergerak di
bidang kepentingan publik.
Permohonan PKPU dapat diajukan oleh debitur baik sebelum permohonan
pernyataan pailit diajukan maupun setelah permohonan pernyataan pailit diajukan
sebagimana ketentuan Pasal 222 jo Pasal 229 ayat 4 UU Kepailitan dan PKPU,
yang penting sebelum adanya keputusan hakim yang tetap menyatakan debitur
pailit. Sehubungan dengan dimungkinkannya permohonan PKPU diajukan setelah
34 Syamsudin Sinaga, Op.Cit., hlm. 265.
Universitas Sumatera Utara
pengadilan niaga menerima permohonan pernyataan pailit, dapat terjadi
kemungkinan sebagai berikut:35
1. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh pengadilan niaga tetapi
belum diperiksa, dan sementara permohonan pernyataan pailit belum diperiksa,
pengadilan niaga menerima pula permohonan PKPU dari debitur atau dari
kreditur yang bukan pemohon kepailitan.
2. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh pengadilan niaga, dan
sementara permohonan pernyataan pailit itu sedang diperiksa oleh pengadilan
niaga, debitur atau kreditur yang bukan pemohon kepailtan juga mengajukan
PKPU.
Prosedur permohonan PKPU diuraikan berdasarkan ketentuan Pasal 224
UU Kepailitan dan PKPU yang berbunyi sebagai berikut:
1. Permohonan PKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan kepada pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan ditandatangani oleh pemohon dan oleh advokadnya.
2. Dalam hal pemohon adalah debitur, permohonan PKPU harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitur beserta suratbukti secukupnya.
3. Dalam hal pemohon adalah kreditur, pengadilan wajib memanggil debitur melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7(tujuh) hari sebelum sidang.
4. Pada sidang sebagaimana dimaksud pada ayat 3, debitur mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang debitur beserta surat bukti secukupnya dan bila ada rencana perdamaian.
5. Pada surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222.
6. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1, ayat 2 , ayat 3, ayat (4) dan ayat 5 berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara pengajuan PKPU sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
35 Sutan Remi Syahdeini, Op.Cit., hlm 338.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketentuan Pasal 224 UU Kepailitan dan PKPU tersebut, maka
permohonan PKPU harus diajukan secara tertulis kepada Pengadilan Niaga
disertai dengan daftar uraian mengenai harta beserta surat-surat bukti selayaknya.
Surat permohonan itu harus ditandatangani baik oleh debitur maupun penasehat
hukumnya.36
Terhadap permahonan PKPU yang diajukan ke pengadilan niaga, maka
pengadilan terlebih dahulu akan memutus PKPU Sementara kepada debitur
sebelum PKPU Tetap. Adapun tujuan PKPU Sementara ini adalah :
Dengan demikian, debitur harus menunjuk penasehat hukum bila
ingin mengajukan permohonan PKPU. Namun permohonan tersebut tidak dapat
diajukan sendiri oleh penasehat hukum tetapi harus bersama-sama dengan debitur.
Pada surat permohonan tersebut dapat juga dilampirkan rencana perdamaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222.
1. Agar segera tercapai keadaan diam (stay atau standstill)37
2. Memberi kesempatan kepada debitur untuk menyusun rencana perdamaian
berikut segala persiapan-persiapan yang diperlukan apabila rencana
perdamaian belum dilampirkan dalam pengajuan PKPU sebelumnya.
sehingga
memudahkan pencapaian kata sepakat diantara kreditur dengan debitur
menyangkut pada rencana perdamaian yang dimaksudkan oleh debitur.
Dalam hal permohonan diajukan oleh debitur, pengadilan dalam waktu
paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan,
sebagaimana dimaksud di atas, hakim harus mengabulkan PKPU Sementara
dengan batas waktu 45 hari dan harus menunjuk seorang hakim pengawas serta
36 Ibid., hlm. 341. 37 Ibid., hlm. 344.
Universitas Sumatera Utara
mengangkat satu orang atau lebih pengurus yang bersama-sama debitur mengurus
harta si debitur. Namun apabila permohonan diajukan oleh kreditur, pengadilan
dalam waktu paling lambat 20 hari sejak tanggal didaftarkannya surat
permohonan tersebut, harus mengabulkan PKPU Sementara dan harus menunjuk
hakim pengawas serta mengangkat satu atau lebih pengurus yang bersama-sama
debitur mengurus harta debitur tersebut.
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara berlaku sejak tanggal
PKPU Sementara tersebut ditetapkan dan berlangsung sampai dengan tanggal
sidang yang paling lambat diselenggarakan pada hari ke 45 terhitung sejak PKPU
Sementara ditetapkan. Segera setelah ditetapkannya putusan PKPU Sementara,
pengadilan melalui pengurus wajib memanggil debitur dan kreditur dengan surat
tercatat atau melalui kurir, untuk menghadap dalam sidang yang diselenggarakan
paling lambat pada hari ke-45 terhitung setelah keputusan PKPU Sementara
ditetapkan.
Pada hakekatnya PKPU Tetap diberikan oleh para kreditur dan bukan oleh
pengadilan niaga, dengan kata lain PKPU Tetap diberikan berdasarkan
kesepakatan debitur dan para krediturnya mengenai rencana perdamaian yang
diajukan oleh debitur. Dan Pengadilan Niaga hanya memberikan putusan
pengesahan atau konfirmasi saja atas kesepakatan antara debitur dan para kreditur
konkuren tersebut. Tidak dibenarkan bagi Pengadilan Niaga untuk mengeluarkan
keputusan yang tidak sesuai dengan kehendak atau kesepakatan debitur dan para
krediturnya.38
38 Ibid., hlm. 341.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 229 UU Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa pemberian PKPU
Tetap berikut perpanjangannya ditetapkan oleh Pengadilan berdasarkan:
1. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditur konkuren yang haknya
diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua
pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara diakui
dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut; dan
2. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditur yang piutangnya
dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua
pertiga) bagian dari seluruh tagihan Kreditur atau kuasanya yang hadir dalam
sidang tersebut.
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tetap lahir setelah proses sidang
dimaksud di atas dilaksanakan dan keputusan sidang menetapkan bahwa PKPU
sementara diputus menjadi PKPU tetap. Apabila PKPU tetap ini disetujui oleh
para kreditur maka rencana perdamaian tersebut ditetapkan menjadi perjanjian
perdamaian yang disepakati oleh para pihak, tidak boleh melebihi batas waktu 270
hari sudah termasuk perpanjangannya terhitung sejak PKPU sementara
ditetapkan. Namun apabila dalam sidang tidak dapat ditetapkan persetujuan
PKPU sementara maka dalam sidang tersebut debitur dinyatakan pailit.39
Selama berlangsungnya PKPU sementara maupun PKPU tetap,
berdasarkan Pasal 242 UU Kepailitan dan PKPU debitur tidak dapat dipaksa
untuk membayar utang-utangnya lagi. Selain itu, semua tindakan eksekusi yang
39 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 207.
Universitas Sumatera Utara
telah dimulai dalam rangka pelunasan utang harus ditangguhkan dan semua sita
yang telah diletakkan gugur dan dalam hal debitur disandera, debitur harus segera
dilepaskan segera setelah diucapkan keputusan PKPU tetap atau setelah keputusan
pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap.40
Undang-undang mewajibkan begitu permohonan PKPU sementara diputus
oleh pihak Pengadilan Niaga pengurus wajib segera mengumumkan putusan
PKPU dalam Berita Negara Republik Indonesia dan dalam satu atau lebih surat
kabar harian yang ditunjuk oleh hakim pengawas dan pengumuman itu juga harus
memuat undangan untuk hadir pada persidangan yang merupakan rapat
permusyawaratan hakim berikut pengumuman tentang tanggal, tempat dan waktu
sidang, nama hakim pengawas dan nama serta alamat pengurus dan apabila pada
surat permohonan dilampirkan rencana perdamaian, maka hal ini harus disebutkan
dalam pengumuman tersebut, dan pengumuman itu harus dilakukan dalam waktu
paling lambat 21 hari sebelum tanggal sidang direncanakan. Demikian juga dalam
halnya telah disetujuinya PKPU tetap dan pengesahan rencana perdamaian maka
keputusan tersebut harus diumumkan dengan cara sebagaimana disebut di atas.
B. Pihak-Pihak dalam PKPU
1. Debitur
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Kepailitan dan PKPU,
yang dimaksud dengan debitur adalah orang yang mempunyai hutang karena
perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih dimuka
40 Syamsudi Sinaga, Op.Cit., hlm. 270.
Universitas Sumatera Utara
pengadilan. Dalam PKPU debitur belum atau tidak dinyatakan pailit tetapi oleh
Majelis Hakim diberi penundaan kewajiban pembayaran utang dengan putusan.
Debitur ini, sejak putusan PKPU diucapkan maka bersama-sama dengan pengurus
berhak mengurus harta debitur.41
Sesuai dengan Pasal 222 UU Kepailitan dan PKPU, debitur yang
mempunyai lebih dari satu kreditur dapat mengajukan PKPU bila ia tidak dapat
atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Maksud pengajuan oleh debitur ini ialah
untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran
sebagian atau seluruh utang kepada kreditur. Debitur yang mengajukan ini dapat
berupa debitur perorangan ataupun debitur badan hukum.
Pada UU Kepailitan dan PKPU menentukan tidak semua debitur dapat
mengajukan sendiri permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang. Ada
beberapa pengecualian sehingga permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh
pihak yang berwenang yaitu:
a. Bank Indonesia jika debiturnya bank;
b. Bapepam jika debiturnya perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring
dan penjaminan, dan lembaga penyimpanan dan penyelesaian;
c. Menteri Keuangan jika debiturnya perusahaan asuransi, reasuransi, dana
pensiun dan BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik;
41 Ibid., hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
2. Kreditur
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1 angka 2 UU Kepailitan dan PKPU,
yang dimaksud dengan kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau Undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Dalam
PKPU terdapat beberapa jenis kreditur yakni:
a. Kreditur separatis.
Diatur dalam Pasal 56 UU Kepailitan dan PKPU. Yang dimaksud dengan
kreditur separatis adalah kreditur yang memiliki jaminan hutang
kebendaan (hak jaminan), seperti pemegang hak tanggungan, hipotik,
gadai, fidusia, dan hak agunan atas kebendaan lainnya. Kreditur ini
mempunyai kedudukan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
kreditur lainnya. Kreditur ini dapat mengeksekusi haknya seolah-olah
tidak terjadi kepailitan. Namun pelaksanaannya harus ditangguhkan
terhitung 90 hari sejak tanggal putusan pailit diucapkan. Kreditur
separatis dapat mengajukan permohonan pailit tanpa kehilangan hak
agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitur dan
tetap memiliki hak untuk didahulukan dari kreditur yang lain.42
b. Kreditur preferen.
Berdasarkan pada Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUH Perdata, yang
dimaksud dengan kreditur preferen adalah kreditur yang memiliki hak
istimewa atau hak prioritas sesuai dengan yang diatur oleh undang-
undang yang bersangkutan. Dalam kepailitan kreditur preferen mendapat
42 Ibid., hal. 16-17.
Universitas Sumatera Utara
hak untuk didahulukan pembayarannya atas semua harta pailit
berdasarkan sifat piutangnya. Pembayarannya diistimewakan atas hasil
penjualan barang bergerak maupun barang tetap dari harta debitur pailit.
Tagihan yang preferen atas hasil eksekusi benda tertentu milik debitur
antara lain:43
1) ongkos-ongkos pengadilan
2) privelege orang yang menyewakan.
3) privelege si penjual
4) biaya menyelamatkan barang
5) biaya pembuatan (upah tukang)
6) hak istimewa pemilik rumah penginapan.
7) upah angkutan
8) hak istimewa para tukang batu, tukang kayu dan tukang bangunan,
9) hak istimewa atas penggantian serta pembayaran yang harus dipikul
oleh pegawai yang memangku jabatan umum
c. Kreditur konkuren.
Berdasarkan pada Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH Perdata. Kreditur
golongan ini adalah semua Kreditur yang tidak masuk Kreditur separatis
dan tidak termasuk Kreditur preferen. Kreditur konkuren atau disebut
juga kreditur bersaing adalah semua kreditur yang memiliki piutang
tanpa ikatan tertentu. Dalam kepailitan para kreditur konkuren akan
43 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1993), hlm. 41.
Universitas Sumatera Utara
memperoleh pembayaran piutangnya menurut perimbangan besar
kecilnya piutang sebagaimana diatur dalam Pasal 1132 KUHPdt.
Umumnya kreditur konkuren adalah kreditur yang paling rentan
mengalami kerugian dalam kepailitan dan harus berusaha keras
mendapatkan bagiannya menurut persentase yang ditentukan dalam rapat
verifikasi.44
PKPU pada dasarnya, hanya berlaku/ditujukan pada para kreditur
konkuren saja. Walaupun pada UU Kepailitan dan PKPU pada Pasal 222 ayat 2
tidak disebut lagi perihal kreditur konkuren sepereti halnya ketentuan dalam Pasal
212 Undang-undang No. 4 Tahun 1998 yang secara jelas menyebutkan bahwa
debitur yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat
melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih,
dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud pada
umumnya untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditur konkuren.
45
a. Tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya.
Namun pada
Pasal 244 UU Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa dengan tetap
memperhatikan ketentuan Pasal 246, penundaan kewajiban pembayaran utang
tidak berlaku terhadap :
44 Ibid. 45 Sri Wijiastuti, Lembaga PKPU Sebagai Sarana Restrukturisasi Utang Bagi Debitor
Terhadap Para Kreditor, (Tesis: Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2010), hlm. 37
Universitas Sumatera Utara
b. Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan atau pendidikan yang sudah
harus dibayar dan hakim pengawas harus menentukan jumlah tagihan
yang sudah ada dan belum dibayar sebelum penundaan kewajiban
pembayaran utang yang bukan merupakan tagihan dengan hak untuk
diistimewakan.
c. Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitur
maupun terhadap seluruh harta debitur yang tidak tercakup pada point b.
Walaupun PKPU ini hanya berlaku bagi para kreditur konkuren saja, tapi
hasil seluruh kesepakatan mengenai rencana perdamaian tetap berlaku dan
mengikat seluruh para kreditur baik kreditur konkuren maupun para kreditur
separatis dan dalam pelaksanaan sidang-sidang senantiasa harus mengikut
sertakan seluruh para krediturnya. Termasuk hak untuk mengeluarkan suara
selama Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ini berjalan, termasuk
pula dalam menanggapi usul-usul rencana perdamaian.46
Menurut Remy Sjahdeini Kesepakatan mengenai rencana perdamaian
hanya mempunyai arti apabila setiap kreditur terikat baik kreditur konkuren
maupun kreditur preferen. Apabila tidak setiap kreditur terikat dengan perdamaian
yang tercapai, maka kedudukan debitur dan kepentingan para kreditur yang terikat
dengan perdamaian tersebut dapat dibahayakan oleh kreditur yang tidak terikat
yaitu kreditur preferen. Kreditur yang tidak terikat dengan perdamaian itu dapat
mengajukan permohonan pailit. Apabila permohonan pailit ini dikabulkan oleh
46 Sriwijiastuti, Op.,Cit, hlm. 41.
Universitas Sumatera Utara
pengadilan, maka perdamaian yang telah disepakati antara debitur dan para
kreditur konkuren dan sedang berjalan implementasinya akan harus dihentikan.47
Dalam PKPU dikenal juga adanya panitia kreditur. Panitia Kreditur adalah
pihak yang mewakili pihak kreditur sehingga panitia kreditur tentu akan
memperjuangkan segala kepentingan hukum dari pihak kreditur. Pengadilan harus
mengangkat panitia kreditur apabila:
48
a. Permohonan PKPU meliputi utang yang bersifat rumit atau banyak
kreditur; atau
b. Pengankatan tersebut dikehendaki oleh Kreditur yang mewakili paling
sedikit setengah bagian dari seluruh jumlah tagihan yang diakui.
Mekanisme PKPU selain dilakukan oleh debitur, juga dapat dilakukan
oleh kreditur yang memperkirakan bahwa Debitur tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon
agar kepada Debitur diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk
memungkinkan Debitur mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada krediturnya.
3. Pengurus dan hakim pengawas
Untuk pelaksanaan PKPU, menurut UU Kepailitan dan PKPU perlu
ditunjuk hakim pengawas dan pengurus PKPU oleh pengadilan, dimana baik
hakim pengawas dan pengurus mempunyai tugas dan fungsimasing-masing untuk
melancarkan proses PKPU. Menurut Pasal 225 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU,
bersamaan dengan pemberian putusan PKPU Sementara, Pengadilan Niaga harus
47 Sutan Remy Sjahdeini Op.Cit., hlm. 327-328. 48 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 208.
Universitas Sumatera Utara
menunjuk seorang hakim pengawas dari hakim pengadilan serta mengangkat satu
atau lebih pengurus yang bersama dengan debitur mengurus harta debitur.
Menurut Pasal 240 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU, dengan diangkatnya
seorang atau lebih pengurus, maka serta merta kekayaan debitur berada dibawah
pengawasan pengurus PKPU. Sejak tanggal dimulainya PKPU Sementara, maka
debitur tidak berwenang lagi melakukan tindakan pengurusan atau pengalihan
yang menyangkut kekayaannya tanpa persetujuan pengurus PKPU.49
Berdasarkan Pasal 1 ayat 8 UU Kepailitan dan PKPU yang dimaksud
dengan hakim pengawas ialah hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam
putusan pailit atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang. Tugas dan
wewenang hakim pengawas dalam perkara PKPU tidak ditentukan secara tegas
sebagaimana perkara kepailitan. Akan tetapi, berdasarkan ketentuan Pasal 225
ayat 4, Pasal 226 ayat 1 dan Pasal 228 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU yang
menyatakan sidang selambat-lambatnya pada hari ke-45 yang telah ditetapkan
oleh Majelis hakim pemeriksa dan pemutus perkara PKPU dimana didengar
keterangan debitur, hakim pengawas dan kreditur yang hadir atau kuasanya maka
hakim pengawas melaksanakan tugas dan wewenang secara mutatis mutandis
menyesuaikan dengan ketentuan pada perkara kepailitan.
Mengenai
pengurus akan dibahas lebih jauh dalam poin pembahasan berikutnya.
Dalam praktik, hakim pengawas menetapkan hari, tanggal, waktu dan
tempat rapat Kreditur yang disampaikan kepada pengurus untuk membicarakan
49 Jono, Hukum Kepailitan (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 176.
Universitas Sumatera Utara
rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitur pemohon PKPU.50
Rapat kreditur diketuai oleh hakim pengawas dengan dibantu oleh panitera
pengganti serta dihadiri oleh pengurus, debitur dan para kreditur. Hakim
pengawas meminta keterangan kepada debitur perihal rencana perdamaian yang
ditawarkan, yang dilampiri daftar harta debitur dan daftar kreditur yang
menyebutkan nama, alamat, jumlah dan sifat piutang dari kreditur. Setelah itu,
hakim pengawas meminta keterangan kepada pengurus perihal pencatatan harta
debitur. Kemudian berdasarkan keterangan debitur dan pengurus, hakim
pengawas meminta pendapat para kreditur apakah dapat menerima atau
menyetujui rencana pendamaian yang ditawarkan oleh debitur. Ataukah para
kreditur dapat menyetujui pemberian PKPU secara tetap yang dimintakan oleh
debitur guna membicarakan rencana perdamaian pada rapat kreditur selanjutnya.
Rencana perdamaian yang telah diajukan harus disetujui atau ditolak oleh rapat
kreditur melalui pemungutan suara, dan untuk selanjutnya harus disahkan atau
ditolak pada sidang pengesahan.
Berbeda
dengan perdamaian dalam kepailitan, perdamaian dalam PKPU dapat diajukan
oleh kreditur selain debitur. Hal ini adalah logis karena tidak mungkin perdamaian
dalam kepailitan diajukan oleh kreditur karena kepailitan itu sendiri telah
dimohonkan sebelumnya oleh kreditur bersangkutan. Perbedaan nyata lain adalah
perdamaian dalam PKPU secara tegas memungkinkan debitur untuk
menyelesaikan sebagian dari seluruh utangnya kepada kreditur.
51
4. Tenaga ahli
50 Ibid., hlm. 182. 51 Ibid., hlm. 184.
Universitas Sumatera Utara
Setelah diterimanya permohonan PKPU oleh Pengadilan Niaga, baik
PKPU Sementara maupun PKPU Tetap maka hakim pengawas dapat mengangkat
satu atau lebih tenaga ahli.52
a. akuntan publik untuk mengaudit keuangan perusahaan pihak debitur
berikut dengan rincian utang piutang perusahaan tersebut.
Pengangkatan tenaga ahli ini, dimungkinakan
menurut ketentuan Pasal 238 UU Kepailitan dan PKPU, para tenaga ahli yang
ditunjuk dapat berupa :
b. Konsultan hukum untuk meneliti perkara, gugatan-gugatan terutama
yang sedang berjalan termasuk konsultan hukum perburuhan mengenai
kondisi dan hubungan perburuhan di perusahaan tersebut terutama bagi
perusaahan yang mempekerjakan banyak buruh
c. Notaris untuk meneliti bentuk-bentuk perjanjian yang diperlukan
terutama dalam rangka penyusunan rencana perdamaian.
C. Pengangkatan Pengurus dalam PKPU
Pengurus adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang
diangkat oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam perkara PKPU untuk
mengurus harta debitur debitur bersama-sama dengan debitur dibawah
pengawasan hakim pengawas.53
52 Ibid., hlm. 175.
Balai Harta Peninggalan (BHP) yang dimaksud
adalah instansi pemerintahyang berada dibawah Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia yang melakukan pelayanan jasa hukum dibidang kepailitan dan
PKPU serta bidang lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
53 Syamsudin Sinaga. Op.Cit., hlm. 376.
Universitas Sumatera Utara
Pengurus sebagai seorang profesional dalam perkara PKPU berbeda
dengan kurator dalam perkara pailit. Kendatipun dua profesi ini melekat pada diri
satu orang, namun tugas dan tanggung jawab yang dijalankan berbeda. Pengurus
adalah orang yang mengurusi harta debitur bersama-sama dengan debitur,
sedangkan kurator adalah orang yang diberi kewenangan untuk mengurus dan
membereskan harta debitur pailit. Dalam melakukan pengurusan atau pemberesan
kurator mempunyai kewenangan untuk menjual aset debitur pailit sedangkan
pengurus tidak berwenang menjual harta debitur dalam PKPU.
Disamping perbedaan antara pengurus dan kurator tersebut terdapat juga
beberapa persamaan yaitu :54
1. Pengurus dan kurator sama-sama diangkat oleh majelis hakim.
2. Pengurus maupun kurator, dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
diawasi oleh hakim pengawas.
3. Pengurus dan kurator bertanggungjawab terhadap kesalahan dan kelalaiannya
dalam melaksanakan tugas yang menyebabkan kerugian terhadap harta debitur.
4. Pengurus dan kurator wajib terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Syarat untuk dapat diangkat menjadi pengurus sama dengan kurator.
Pengurus yang diangkat harus terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Pengurus harus independen, artinya pengurus tidak boleh memiliki
benturan kepentingan dengan debitur atau kreditur. Pasal 234 ayat 3 UU
Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa yang dapat menjadi pengurus adalah:
54 Ibid., hlm. 378.
Universitas Sumatera Utara
1. orang perseorangan yang berdomisili di wilayah Negara Republik Indonesia,
yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus harta
debitur; dan
2. terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.”
Lebih jauh lagi mengenai syarat untuk dapat diangkat menjadi pengurus,
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor
M.01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus, pada
Pasal 2 ditentukan syarat untuk dapat didaftarkan sebagai kurator dan pengurus,
yakni:
1. Warga Negara Indonesia yang berdomisili di Indonesia
2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
3. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
4. Sarjana hukum atau sarjana ekonomi jurusan akuntansi
5. Telah mengikuti pelatihan calon kurator dan pengurus yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi kurator dan pengurus bekerjasama dengan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
6. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidanan yang diancam dengan
hukuman pidana 5 (lima) tahun penjara atau lebih berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukuman tetap
7. Tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan
8. Membayar biaya pendaftaran, dan
9. Memiliki keahlian khusus
Universitas Sumatera Utara
Pasal 234 ayat 1 menentukan bahwa pengurus PKPU yang diangkat harus
independen dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitur atau
kreditur. Pengurus PKPU yang diangkat harus independen dimana dia adalah
seseorang atau badan yang tidak berada dibawah salah satu pihak yang sedang
bersengketa, sehingga independensinya benar-benar terjaga.55
Penunjukan pengurus PKPU oleh Pengadilan Niaga dapat berdasarkan usul
dari debitur, kreditur atau atas kewenangannya sendiri, dengan memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
56
1. Sebelum menerima penunjukkan, pengurus PKPU harus memastikan dirinya
memiliki kompetensi dan kapasitas yang cukup untuk menjalankan penugasan
tersebut. Kompetensi dan kapasitas yang dimaksud adalah mengenai itikad
baik pengurus PKPU dalam hal menilai dirinya mengenai kemampuannya serta
kapasitas/kualifikasi dari dirinya sendiri untuk melakukan proses pengurusan
harta kekayaan debitur dalam PKPU. Oleh sebab itu pengurus PKPU harus
mengikuti pendidikan keahlian khusus dan sertifikasi yang dilakukan oleh
lembaga Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (selanjutnya disebut AKPI)
atau pihak lain yang diakreditasi oleh AKPI. Pendidikan keahlian khusus bagi
kurator dan pengurus PKPU terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan
lanjutan. Mengenai standart keahlian khusus tidak dijelaskan lebih lanjut dalam
peraturan atau Standart Kurator dan Pengurus.
2. Sebelum menerima penugasan, pengurus PKPU harus memastikan dirinya tidak
memiliki benturan kepentingan dengan debitor maupun kreditor, yang dapat
55 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 208. 56 Standar profesi kurator dan pengurus Indonesia, http://sidbers.wordpress.com, diakses
tanggal 7 September 2013.
Universitas Sumatera Utara
diketahuinya dari daftar kreditur yang tercantum dalam permohonan PKPU
maupun dokumen lain yang diajukan bersamaan dengan permohonan PKPU
tersebut.
Pengurus diangkat oleh majelis hakim yang memeriksa dan memutus
perkara PKPU. Dalam putusan tersebut diangkat juga Hakim Pengawas yang
mengawasi pelaksanaan tugas pengurus. Pengurus yang diangkat pada umumnya
sesuai dengan yang dimohonkan oleh pemohon PKPU, kecuali ada benturan
kepentingan (conflict of interest) dengan debitur, maka majelis hakim dapat
mengangkat pengurus yang lain.57
Pengangkatan Pengurus dalam putusan PKPU diatur dalam Pasal 225 ayat
2 UU Kepailitan dan PKPU yang berbunyi ; “Dalam hal permohonan diajukan
oleh debitur, Pengadilan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal
didaftarkannya surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 ayat
(1) harus mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara dan
harus menunjuk seorang Hakim Pengawas dari hakim pengadilan serta
mengangkat 1 (satu) atau lebih pengurus yang bersama dengan debitur mengurus
harta debitur.”
Pengurus PKPU boleh lebih dari satu orang apabila pengadilan
menganggap pengurusan terhadap harta kekayaan perusahaan bersifat rumit.
Apabila diangkat lebih dari satu orang pengurus PKPU, maka untuk melakukan
tindakan yang sah dan mengikat, pengurus PKPU memerlukan persetujuan lebih
dari ½ (satu perdua) jumlah pengurus PKPU yang ada. Apabila suara setuju dan
57 Syamsudin Sinaga. Op.Cit., hlm. 378.
Universitas Sumatera Utara
tidak setuju sama banyaknya, maka untuk melakukan tindakan tersebut pengurus
PKPU harus memperoleh persetujuan hakim pengawas.58
Pengadilan Niaga setiap waktu dapat mengabulkan usul penggantian
pengurus PKPU. Setelah memanggil dan mendengar pengurus PKPU, dan
mengangkat pengurus PKPU lainnya dan atau mengangkat pengurus PKPU
tambahan berdasarkan:
59
1. Usul hakim pengawas.
Hakim pengawas dapat meminta kepada pengadilan Niaga untuk mengganti
pengurus PKPU bila pengurus PKPU terbukti tidak independent, atau meminta
tambahan pengurus PKPU bila menganggap pengurusan terhadap harta
kekayaan perusahaan bersifat rumit dan pengurus PKPU yang telah ada tidak
mampu menangani permasalahan yang ada.
2. Permohonan kreditur
Kreditur dapat meminta pergantian dan penambahan pengurus PKPU kepada
Pengadilan Niaga. Permohonan tersebut hanya dapat dilakukan apabila
didasarkan atas persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditur yang
hadir dalam rapat kreditur.
3. Permohonan pengurus PKPU sendiri.
Pengurus PKPU dapat meminta kepada pengadilan Niaga untuk menggantikan
dirinya dengan pengurus PKPU lainnya, bila menganggap dirinya tidak mampu
menangani proses PKPU tersebut dengan alasan profesionalisme dan atau
meminta penambahan pengurus PKPU lainnya bila menganggap proses PKPU
58 Sunarmi, Op.cit., hlm. 210. 59 Ibid,.
Universitas Sumatera Utara
tersebut memerlukan tambahan tenaga pengurus PKPU yang menguasai
bidang-bidang tertentu dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam
proses PKPU tersebut.
4. Permohonan pengurus PKPU lainnya, jika ada.
Pengurus PKPU yang terdiri lebih dari satu orang juga dapat mengajukan
permohonan penggantian dan atau penambahan pengurus PKPU lainnya, bila
memang itu diperlukan dalam proses PKPU agar pengurusan harta kekayaan
debitur dapat tertangani dengan baik.
Pengurus pengganti dan pengurus tambahan diangkat pasca putusan PKPU
oleh majelis hakim yang memeriksa dan memutus perkara PKPU. Pengurus
pengganti dan pengurus tambahan ini mempunyai tugas yang sama dengan
pengurus sebelumnya yaitu mengurus harta bersama-sama dengan debitur
PKPU.60
Untuk menjalankan tugasnya pengurus PKPU mendapatkan imbalan jasa
yang ditetapkan oleh pengadilan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan
peraturan perundang-undangan setelah PKPU berakhir dan harus dibayar lebih
dahulu dari harta debitur (Pasal 234 UU Kepailitan dan PKPU). Imbalan jasa
pengurus PKPU menurut Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.09.HT.05.10
tahun 1998 tentang Pedoman Besarnya Imbalan Jasa Bagi Kurator dan Pengurus
Pasal 4 menyatakan sebagai berikut:
61
60 Syamsudin Sinaga. Op.Cit., hlm. 378-379.
61 Ibid., hlm. 383-384.
Universitas Sumatera Utara
1. Dalam hal PKPU yang berakhir dengan perdamaian, besarnya imbalan jasa
ditentukan oleh hakim dan dibebankan kepada debitur dengan
mempertimbangkan pekerjaan yang telah dilakukan, kemampuan dan tariff
kerja dari pengurus yang bersangkutan dengan ketentuan paling tinggi 3% (tiga
persen) dari nilai harta debitor.
2. Dalam hal PKPU berakhir tanpa perdamaian, besarnya jasa imbalan ditentukan
oleh hakim dan dibebankan kepada debitur dengan mempertimbangkan
pekerjaan yang telah dilakukan, kemampuan dan tarif kerja dari pengurus yang
bersangkutan ditentukan paling tinggi 5% (lima persen) dari nilai harta debitur.
Besarnya imbalan jasa pengurus PKPU dibedakan dalam dua hal yaitu
PKPU berakhir dengan perdamaian dan PKPU berakhir tanpa perdamaian.
Imbalan jasa pengurus PKPU berakhir tanpa perdamaian menurut keputusan
menteri tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan imbalan jasa PKPU berakhir
dengan perdamaian. Hal ini terjadi karena bila PKPU berakhir tanpa perdamaian
otomatis pengadilan akan menetapkan putusan pailit terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Itu artinya pengurus PKPU yang semula membantu debitur untuk
mengurus harta kekayaannya, akan beralih fungsinya menjadi kurator.
Selama PKPU, debitur tanpa persetujuan pengurus PKPU tidak dapat
melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian
hartanya.62
62 Ibid, hlm. 211.
Berdasarkan ketentuan Pasal 240 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU,
apabila debitur melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh
atau sebagian hartanya tanpa persetujuan pengurus PKPU maka hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan oleh pengurus PKPU adalah pengurus PKPU berhak untuk
melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta debitur
tidak dirugikan karena tindakan debitur tersebut. Sedangkan pada Pasal 240 ayat 3
UU Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa kewajiban debitur yang dilakukan
tanpa mendapatkan persetujuan dari pengurus yang timbul setelah dimulainya
PKPU, hanya dapat dibebankan kepada harta debitur sejauh hal itu
menguntungkan harta debitur.
Apabila tercapainya kesepakatan mengenai rencana perdamaian dalam
rangka PKPU diharapkan oleh para kreditur agar usaha debitur tetap berjalan demi
meningkatkan nilai harta kekayaan debitur, yaitu dengan cara mengadakan
pinjaman seperti memperoleh kredit dari bank, maka Pasal 240 ayat 1 UU
Kepailitan dan PKPU memberikan kemungkinan untuk itu melalui Pasal 240 ayat
4 yang menyatakan bahwa atas dasar persetujuan yang diberikan oleh pengurus,
debitur dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga sepanjang perolehan
pinjaman tersebut bertujuan untuk meningkatkan harta kekayaan debitur. Dan
apabila dalam melakukan pinjaman tersebut memerlukan diberikannya agunan,
maka debitur dapat membebani hartanya dengan gadai, fidusia, hak tanggungan,
hipotek, atau hak kebendaan lainnya tetapi hanya terhadap bagian harta debitur
yang belum dijadikan jaminan utang sebelum PKPU berlangsung (Pasal 240 ayat
5 Pasal 240 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU). Namun demikian pembebanan
harta kekayaan debitur dengan hak-hak jaminan tersebut bukan hanya disetujui
oleh pengurus saja tetapi juga disetujui oleh hakim pengawas.
Universitas Sumatera Utara