92
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 19% Date: Friday, June 28, 2019 Statistics: 4598 words Plagiarized / 24649 Total words Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola kehidupan bebas yang melanda sebagian besar remaja. Penggunaan narkoba yang ternyata tidak hanya melanda kalangan remaja di sekolah-sekolah, namun juga justru sebagian kasus penggunaan narkoba dapat kita temukan dikalangan birokrat atau wakil rakyat. Dan juga kasus-kasus lainnya, seperti korupsi, kekerasan dan lain-lain yang memperlihatkan bahwa negera kita sedang menghadapi yang namanya krisis moral. Krisis moral yang merupakan dampak dari kehidupan bebas melanda sebagian kalangan remaja di sekolah-sekolah. Akibatkan terjadinya hamil di luar nikah, pemukulan kepada guru, siswa-siswi yang suka merokok dan bahkan minum-minuman keras, dan menggunakan narkoba. Ini menandakan krisis moral melanda sebagian kalangan siswa-siswi di sekolah. Melanda sebagian kalangan karena ternyata masih ada juga siswa-siswi yang pola pergaulannya tidak terjebak pada pergaulan bebas, kepada mereka kita masih memberikan harapan untuk kemajuan Indonesia nantinya. Lantas bagaimana dengan remaja yang terjebak kedalam pergaulan bebas? Kita juga tidak bisa membiarkan mereka begitu saja, harus ada upaya untuk membimbing kembali remaja-remaja yang telah salah jalan. Karena remaja- remaja adalah angkatan baru, kepada merekalah nasib Indonesia di kemudian hari. Menghadapi masalah krisis moral atau pergaulan bebas. Disinilah peran pendidikan untuk membendung krisis moral ini. Jangan samapai krisis moral kian bertambah besar, bahkan di harapkan lewat pendidikan dapat mengatasi masalah 2 krisis moral ini. Karena disinilah tugas dari

Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 19%

Date: Friday, June 28, 2019

Statistics: 4598 words Plagiarized / 24649 Total words

Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola kehidupan bebas yang melanda

sebagian besar remaja. Penggunaan narkoba yang ternyata tidak hanya melanda

kalangan remaja di sekolah-sekolah, namun juga justru sebagian kasus penggunaan

narkoba dapat kita temukan dikalangan birokrat atau wakil rakyat.

Dan juga kasus-kasus lainnya, seperti korupsi, kekerasan dan lain-lain yang

memperlihatkan bahwa negera kita sedang menghadapi yang namanya krisis moral.

Krisis moral yang merupakan dampak dari kehidupan bebas melanda sebagian kalangan

remaja di sekolah-sekolah. Akibatkan terjadinya hamil di luar nikah, pemukulan kepada

guru, siswa-siswi yang suka merokok dan bahkan minum-minuman keras, dan

menggunakan narkoba.

Ini menandakan krisis moral melanda sebagian kalangan siswa-siswi di sekolah. Melanda

sebagian kalangan karena ternyata masih ada juga siswa-siswi yang pola pergaulannya

tidak terjebak pada pergaulan bebas, kepada mereka kita masih memberikan harapan

untuk kemajuan Indonesia nantinya.

Lantas bagaimana dengan remaja yang terjebak kedalam pergaulan bebas? Kita juga

tidak bisa membiarkan mereka begitu saja, harus ada upaya untuk membimbing

kembali remaja-remaja yang telah salah jalan. Karena remaja- remaja adalah angkatan

baru, kepada merekalah nasib Indonesia di kemudian hari. Menghadapi masalah krisis

moral atau pergaulan bebas. Disinilah peran pendidikan untuk membendung krisis

moral ini.

Jangan samapai krisis moral kian bertambah besar, bahkan di harapkan lewat

pendidikan dapat mengatasi masalah 2 krisis moral ini. Karena disinilah tugas dari

Page 2: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

pendidikan, yaitu memanusiakan manusia, mewujudkan manusia yang benar-benar

memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Lebih khususnya lewat pendidikan Agama di harapkan

akan dapat mampu membimbing siswa-siswi agar tidak terporosok kedalam pergaulan

bebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana yang

kita ketahui bahwa pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia.

Demikianlah pandangan tujuan pendidikan secara umum, bahwa pendidikan adalah

untuk memanusiakan manusia. Manusia perlu dibantu agar dia bisa menjadi manusia.

Karena manusia itu adalah sifat. Banyak manusia yang bukan manusia. Karena salah satu

pertanda manusia adalah dengan dia berpikir. Sebagaima Ahmad Tafsir yang mengutip

perkataan Rene Deskartes bahwa “Aku berpikir, maka akupun ada”.

1 Dalam bukunya Quraish Shihab, ia mengutip perkataan Socrates yang menyatakan

bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar, kecuali jika ia dapat menerapkan

secara nyata apa yang termaktub pada tempat pemujaan di pulau Delphi yang

menyatakan : “ketahuilah dirimu dengan dirimu” .2 Ya, kenalilah dirimu lewat dirimu,

maksudnya coba pikirkanlah, benarkah kita ini manusia? Lalu apa buktinya sehingga kita

ini disebut manusia? Salah satu ciri manusia adalah mempunyai akal. Lantas apakah

pertanda manusia itu mempunyai akal? Tanda manusia mempunyai akal adalah ketika

dia menggunakan akal itu (berpikir).

Ketika melihat suatu hal yang terjadi maka manusia akan menggunakan akalnya dan

berpikir baikkah atau burukkah. 1Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak

Thales sampai Capra, cet. 20, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.131. 2Quraish

Shihab, Yang Hilang dari Kita AKHLAK, cet-1, (Tangerang : Lentera Hati, 2016), h. 32.

3 Manusia itu sejenis hewan juga, tetapi Tuhan memberikan kelebihannya dengan akal.

3 Orang yang berakal, luas pandangannya kepada sesuatu yang menyakiti atau

menyenangkan. Pandai memilih perkara yang memberi manfaat dan menjauhi yang

akan menyakiti. Dia memilih mana yang lebih kekal walaupun sulit jalannya daripada

yang mudah didapat padahal rapuh.

Sebab itu mereka pandang keutamaan akhirat, lebih daripada keutamaan dunia. 4 Buya

Hamka berkata, bahwa : “Kemanusiaan tidak ada pada yang lain, hanyalah ada pada

manusia. Maka sekedar usaha manusia memperhalus perangai itu, sekedar itu pulalah

tingkatan derajat kemanusiaannya, sehingga ada yang naik tingkatnya, membumbung

tinggi, hampir mencapai derajat malaikat.

Jika bertemu manusia yang demikian hanya rupanya yang rupa manusia, bentuk

badannya dan wajahnya; adapun hatinya, jiwanya, sanubarinya, semuanya adalah hati

Page 3: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

sanubari dan jiwa malaikat. Adapun pula, yang turun kebawah sekali, kederajat yang

paling hina, sehingga menyerupai binatang, bahkan lebih hina daripada binatang. Hanya

tubuhnya yang tubuh manusia. Hanya tanduk atau taringnya yang tidak ada, hanya

kukunya yang tak panjang.

Hanya kakinya yang tak berjalan empat dengan tangannya; bahkan lebih berbahaya dari

binatang. Sebab cerdik manusia ada padanya, padahal tipu dayanya tertiru oleh

binatang sendiri. Dan ada pula yang pertengahan. Itulah sebabnya maka dikatakann

orang bahwa kemanusiaan si anu lebih daripada kemanusiaan si fulan.

Jadi teranglah ukuran perangai kemanusiaan itu ialah ukuran perangai terpuji atau

tercela.” 5 Dalam peningkatan akhlak Islam sendiri pendidikan sangat dibutuhkan.

Karena sebagaimana pendapat Buya Hamka, bahwa pendidikan agama amat perlu

walaupun pada sekolah-sekolah umum. Karena sebagaimana katakan Buya Hamka,

“Pendidikan dan pengajaran tidak sama.

Apa gunanya bersembunyi, bahwasanya pada masa inipun banyak terdapat

sekolah-sekolah yang mengajarkan agama, tetapi tidak mendidik agama. Maka keluar

pulalah anak-anak muda yang alim ulama, bahasa Arabnya seperti air mengalir, tetapi

budinya rendah. Sama 3Hamka, Falsafah Hidup, cet-, (Jakarta : Republika, 2015), h. 8.

4Ibid, h. 33. 5Loc.cit.

4 sajalah sekolah macam ini dengan sekolah-sekolah yang tidak mengajarkan, pun tidak

mendidik agama.” 6 Pandangan Buya Hamka di atas sudah berpuluh tahun yang lalu

dituliskan oleh Buya Hamka, namun kenyataan dalam dunia pendidikan pun sampai

sekarang ini masih ada institusi pendidikan yang seperti dikemukakan oleh beliau.

Pendidikan kita yang kadang kala masih lebih banyak berorientasi pada transfer

pengetahuan semata namun lupa dalam membentuk akhlak manusia, sebagaimana

pandangan Azyumardi Azahra, bahwa mata pelajaran agama cenderung hanya untuk

sekedar diketahui dan dihapalkan saja untuk lulus ujian. 7 Sehingga kadang kalah kita

bisa melihat ada orang yang hebat ilmu agamanya, tetapi tidak hebat akhlaknya.

Kita bisa melihat banyak juga mahasiswa di Perguruan tinggi Islam yang ketika waktu

shalat mereka tidak shalat, bahkan ada yang sampai sering minum minuman keras,

padahal ia mengetahui bahwa shalat lima waktu wajib hukumnya, dan minuman keras

haram hukumnya. Ini merupakan sebuah contoh dimana agama hanya sekedar hapalan

saja namun tidak wujud dalam aktifitas keseharian, dimana agama hanya sekedar

pengajaran saja tidak ada pendidikan agamanya.

Page 4: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Seorang muslim yang baik adalah yang paling baik akhlaknya, sebagaimana sabda Nabi

Muhammad saw, yang artinya : Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah

yang terbaik akhlaknya . (Hr. Ahmad). Sabda beliau saw., juga yang artinya: Aku diutus

tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia. (Hr. Malik). Melihat sabda

Nabi Muhammad saw.,

diatas maka kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya, pendidikan Agama tidak hanya

sebagai hapalan semata, 6Hamka, Lembaga Hidup, cet-, (Jakarta : Republika, 2015), h.

306. 7Azyumardi Azahra, Jurnal “ Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti”, No. I/XX/2001, h.

25. 5 namun juga haruslah mendidik akhlak, karena tujuan utama Nabi Muhammad

saw., adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Maka dari itu penulis mengangkat judul ini “Perspektif Pendidikan Buya Hamka :

Pembentukan Akhlak dalam Memanusiakan Manusia”. Agar kita dapat mengetahui

bagaimanakah pandangan Buya Hamka dalam hal mendidik untuk mewujudkan

manusia yang berakhlak manusia, manusia yang sebenarnya manusia. B.

Rumusan dan Batasan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini, penulis merumuskan

masalah-maslah yang akan penulis teliti terkait dengan “Perspektif Pendidikan Buya

Hamka : Pemantapan Budi dalam Memanusiakan Manusia”, adalah sebagai berikut : 1.

Bagimanakah Pandangan Buya Hamka tentang akhlak manusia. 2. Bagaimanakah

Pandangan Buya Hamka tentang pendidikan. 3.

Bagaimanakah Pandangan Buya Hamka mengenai pendidikan dalam upaya

pembentukan akhlak untuk memanusiakan manusia. Mengacu dari rumusan masalah di

atas, maka penulis membatasi penelitian pemikiaran Buya Hamka hanya dalam masalah

pendidikan. Khususnya pandangan beliau tentang akhlak manusia, dan juga tentang

hakikat manusia sejati dalam pandangan Buya Hamka dan bagaimanakah cara

membentuk manusia yang berakhlak. C. Tujuan dan Manfaat A. Tujuan Adapun tujuan

dalam menyusun skripsi ini : 1. Menjelaskan pandangan Buya Hamka mengenai akhlak

manusia. 6 2.

Menjelaskan pandangan Buya Hamka dalam pendidikan. 3. Menjelaskan pandangan

Buya Hamka tentang bagaimana pendidikan dalam membentuk akhlak untuk

memanusiakan manusia. B. Manfaat Adapun manfaatnya, sejalan dengan tujuan dari

penyusunan skripsi ini, adalah : 1. Diharapkan dapat menjelaskan perspektif atau

pandangan Buya Hamka tentang akhlak manusia. 2. Diharapkan dapat menjelaskan

pandangan Buya Hamka dalam pendidikan.

3. Diharapkan dapat menjelaskan pandangan Buya Hamka tentang cara pembentukan

Page 5: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

akhlak dalam memanusiakan manusia. C. Pengertian Judul Sesuai judulnya “Perpektif

Pendidikan Buya Hamka : Pembentukan Akhlak dalam Memanusiakan Manusia”. Maka

penulis akan sedikit membahas judul-judul tersebut, agar akan memudahkan kita dalam

memahami pembahasan dalam skripsi ini. 1.

Perspektif Pendidikan Dalam bukunya Ahmad Tafsir mengatakan bahwa orang-orang

Yunani dahulu mengatakan bahwa pendidikan itu ialah pertolongan kepada manusia

agar ia menjadi manusia. 8 Jadi, pendidikan merupakan sarana dalam memanusiakan

manusia. 8Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, cet- 5, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2012), h. 32.

7 Perspektif pendidikan merupakan cara pandang pendidikan atau merupakan cara

pandang terhadap bagaimana cara memanusiakan manusia. Biasanya yang dimaksud

adalah cara pandang dari seorang tokoh yang sudah terakui keilmuannya. Jadi yang

dimaksud dengan pandangan pendidikan disini bukanlah pandangan pendidikan dari

sembarangan orang namun pandangan pendidikan dari tokoh-tokoh yang sudah

terakui keilmuannya. Dan tokoh yang dimaksud adalah Buya Hamka, beliau merupakan

ketua MUI yang pertama.

Jadi, kita akan melacak bagaiman perspektif pendidikan dari Buya Hamka atau dalam

kata lain, kita akan melacak cara pandang Buya Hamka dalam memanusiakan manusia.

2. Pembentukan Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , kata akhlak

diartikan dengan budi pekerti, kelakuan. 9 Merujuk pada asal usul kata akhlak, berasal

dari bahasa Arab yaitu akhlaq .

Kata ini merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang pada mulanya bermakna

ukuran, latihan dan kebiasaan. Dari makna pertama ukuran lahirlah kata makhluk , yakni

ciptaan yang mempunyai ukuran; serta dari makna kedua (latihan) dan ketiga

(kebiasaan) lahir sesuatu – positi maupun negatif. 10 Sesuatu yang positif maupun

negatif inilah yang bersangkutan dengan perbuatan makhluk itu sendiri, yang sering kita

sebut dengan akhlak.

Quraish Shihab dalam bukunya mengartikan akhlak, sebagai berikut : “Melihat dari asal

kata akhlak, yakni khuluq yang mempunyai makna latihan dan kebiasaan. Maka dapat

kita lihat bahwa akhlak dapat wujud dengan latihan dan kebiasaan. Batu yang licin

dinamai khalqa’ karena ia berkali-kali disentuh oleh sesuatu, juga kata khalaq yang

berarti usang karena berkali-kali lagi terbiasa digunakan.

Makna-makna di atas mengisyaratkan bahwa akhlak dalam pengertian budi pekerti

maupun sifat yang mantap dalam diri seseorang/kondisi 9Kbbi.web.id. 10 Quraish

Page 6: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Shihab, Op.cit. h. 3. 8 kejiwaan baru dapat dicapai setelah berulang-ulang latihan dan

dengan membiasakan diri melakukannya.”11 Pembentukan akhlak dapat dilakukan

melalui pendidikan, baik yang berupa latihan-latihan untuk menumbuhkan kebiasaan

yang baik.

Dalam skripsi ini kita akan membahas bagaimana pandangan Buya Hamka dalam

menanamkan nilai-nilai kebaikan pada manusia atau dalam kata lain bagaimana

membentuk akhlak manusia. 3. Memanusiakan Manusia Manusia yang sejati adalah

manusia yang memiliki akhlak mulia. Jadi memanusiakan manusia merupakan usahah

pembentukan akhlak dalam diri manusia sehingga manusia itu menjadi manusia yang

sejati.

Sementara kalau manusia yang tidak baik akhlaknya dan tidak menggunakan pikirannya

untuk menimbang baik dan buruk ini adalah manusia yang masih harus di manusiakan.

Dalam susunan surah-surah al-Qur’an kiranya ada sebuah hikmah, setelah al-fateha

(pembuka) lantas dimulai dengan surah al-Baqarah yang berarti sapi betina, kemudian

ditutup dengan surah terakhir an-Nas yang berarti manusia. Ini menandakan bahwa

untuk menjadi manusia haruslah mengeluarkan sifat-sifat hewan dari diri.

Dan al-Qur’an menyediakan panduan untuk memandu manusia dari akhlak hewan

menjadi manusia yang sebenarnya manusia. D. Tinjauan Pustaka Sepengetahuan penulis

masih sangat sedikit penelitian yang membahas perspektif Buya Hamka khususnya

dalam masalah pendidikan. Terlebih di IAIN Sultan Amai Gorontalo sendiri masih sangat

sedikit skripsi yang membahas 11 Ibid, h. 4. 9 perspektif Buya Hamka dalam masalah

pendidikan.

Setelah di telusuri dalam tempat penyimpanan skripsi para Mahasiswa alumni IAIN

Sultan Amai Gorontalo hanya satu karya yang membahas tentang perspektif pendidikan

Buya Hamka dalam masalah pendidikan, yaitu : 1. Skripsi yang disusun oleh Qomarudin

Towadi, (2012), yang berjudul Pemikiran Hamka tentang pendidikan dalam tafsir

al-Azhar 12 .

Meskipun demikian terdapat perbedaan masalah yang diteliti dalam pemikiran Buya

Hamka mengenai pendidikan dalam hal penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini.

Yaitu skripsi tersebut hanya terpusat pada seputar pembahasan mengenai tafsir Buya

Hamka pada ayat-ayat pendidikan (al- Alaq : 1-5, al-Mu’minun : 12-17, an-Nisa : 115,

al-Mujadalah : 11, at- Taubah : 112, at-Tahrim : 6, at-Thagabun : 14), yang ditelitinya

dalam kitab Tafsir yang ditulis oleh Buya Hamka yaitu tafsir al-Azhar.

Sedangkan dalam skripsi yang akan disusun ini penulis tidak hanya melihatnya dalam

Page 7: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

tafsir al-Azhar melainkan pada karya-karya yang ditulis beliau, yang bisa penulis

himpun. Dan kalau skripsi tersebut hanya membahas seputar tafsir ayat-ayat pendidikan

oleh Buya Hamka maka skripsi penulis lebih ditekankan pada pandangan Buya Hamka

mengenai pembentukan akhlak dalam memanusiakan manusia.

Dan dalam penelusuran penulis yang berbasis internet juga ada beberapa skripsi yang

membahas perspektif pendidikan Buya Hamka, antara lain : 1. Skripsi yang ditulis oleh

mahasiswa alumni jurusan Pendidikan Agama Islam, STAIN Salatiga, yang bernama

Roudlotul Jannah (2015), yang 12 Towadi Qomarudin, Pemikiran Hamka tentang

pendidikan dalam tafsir al-Azhar, (2012). 10 berjudul “Pmikiran Hamka Tentang

Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti” 13 .

Ada sedikit kesamaan antara skripsi tersebut dan skripsi yang disusun oleh penulis.

Kesamaannya karena sama-sama membahas tentang pandangan Buya Hamka perihal

akhlak atau budi pekerti manusia. Namun, walaupun demikian ada perbedaan fokus

pembahasan. Kalau skripsi tersebut yang membahas tentang nilai-nilai pendidikan budi

pekerti dan releansinya dengan pendidikan saat ini, maka skripsi penulis ini fokusnya

adalah pada pembentukan akhlak dan bagaimana pembentukan akhlak itu dapat

mewujudkan manusia yang benar-benar manusia.

Sederhananya, kalau skripsi tersebut membahas nilai-nilai pendidikan budi pekerti

dalam pandangan Buya Hamka. Maka, skripsi penulis ini membahas bagaimanakah

pembentukan akhlak yang juga mencakup budi pekerti dalam memanusiakan manusia

dalam pandangan Buya Hamka. 2. Skripsi yang ditulis oleh Siti Lestari, alumni Fakultas

Tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Walisongo, Semarang.

Skripsi berjudul “Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan dalam Pendidkan Islam” 14 .

Walaupun sama-sama membahas pandangan Buya Hamka dalam pendidikan, namun

ada terdapat perbedaan fokus pembahasan dalam skripsi tersebut dan skripsi yang

disusun oleh penulis.

Kalau skripsi tersebut pembahasannya pada makna pendidikan secara umum,

pandangan Buya Hamka tentang pendidikan dalam Islam dan bagaimana relevansinya

dengan pendidikan sekarang. Maka dalam skripsi yang disusun penulis ini,

pembahasannya tidak hanya pada pendidikan Islam secara umum, 13

http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/4298130320.pdf. 14

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/123/jtptiain-gdl-sitilestar-6113-1-

skripsi-p.pdf 11 melainkan dikhususkan pada pandangan Buya Hamka perihal peran

pendidikan dalam pembentukan akhlak dalam memanusiakan manusia.

Page 8: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Itulah, beberapa skripsi yang juga membahas pandangan Buya Hamka dalam

pendidikan. Walaupun memiliki tema kajian yang sama, yaitu sama-sama membahas

mengenai pandangan Buya Hamka dalam pendidikan. Namun, skripsi- skripsi tersebut

dan skripsi ini memiliki perbedaan, karena adanya perbedaan fokus pembahasan yang

diteliti. E.

Metode Penelitian Skripsi ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang berisi pandangan atau keyakinan bahwa fokus penelitian adalah kualitas (hakikat

dan esensi). 15 Yang dimana jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan

dengan metode, Kualitatif Studi Dokumen/Teks ( Document Studies) yang merupakan

kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan

konteksnya.

16 Karenanya teknik anilasa data yang digunakan adalah content analysis (analisis isi).

Untuk pengumpulan bahan tertulis yang akan dianalisis penulis mengumpulkan melalui

karya-karya tulisan Buya Hamka. Dan juga pemikiran beliau yang dituangkan oleh orang

lain dalam tulisan mereka. Jadi sumber data dalam skripsi ini, terdapat dua sumber.

Sumber yang pertama merupakan sumber primer yang diambil langsung dari buah

karya yang ditulis oleh Buya Hamka. Dan sumber sekunder yang diambil dari penulis

atau pemikir lain. 15 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Skripsi,

Program Studi Pendidikan Agama Islam, (Gorontalo: IAIN Press, 2015), h. 9.

16 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, cet. 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.

152. 12 Data yang diambil baik dari sumber primer dan sekunder itu kemudian di analisa

dengan menggunakan pendekatan : a. Induktif, merupakan pendekatan yang berasal

dari hal yang sifatnya spesifik (khusus) sebagai langkah awal, kemudian menuju pola

cakupan yang lebih umum. 17 b.

Deduktif, merupakan bentuk pendekatan pemikiran yang mengutamakan langkah awal

dari pengetahuan umum yang telah diveriikasi yang kemudian akan memperoleh

bentuk kesimpulan yang sifatnya lebih spesifik (umum). 18 c. Komparatif, yaitu analisis

data dengan perbandingan antara satu faktor dengan faktor lain kemudian dicari titik

temunya.

19 17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan , cet. 12, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),

h. 33. 18 Loc.cit. 19 Qomarudi Towadi, Op.cit. h. 9. 13 BAB II BIOGRAFI BUYA HAMKA

Membahas kehidupan Buya Hamka, kita akan menemukan berbagai kisah yang sangat

menarik. Sosok ulama yang sangat karismatik ini memiliki banyak kisah yang dapat kita

jadikan tauladan dalam hidup.

Page 9: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Ada sangat banyak kisah menarik yang baik untuk penulis tuliskan, namun tidak semua

kisah itu yang dapat penulis tuliskan dalam skripsi ini. Buya Hamka adalah sosok ulama

yang sangat disegani. Beliau tidak hanya disegani oleh orang yang sepemikiran

dengannya namun juga yang berlawanan. Ini karena kebesaran jiwannya.

Misalnya, meski pernah di penjarakan oleh Bung Karno, Buya Hamka jualah yang disebut

dalam wasiat Bung Karno sebagai tokoh yang diminta mengimami shalat jenazah Bung

Karno bila kelak beliau meninggal. Dan, permintaan itupun di penuhi oleh Buya Hamka.

1 Juga pertentangan beliau dengan Pramudiya Ananta Toer. Buya Hamka pernah di

fitnah dan buku-bukunya pun dibakar oleh Lekra – Lembaga kebudayaan PKI dimana

Pramudiya adalah salah satu tokohnya.

2 Juga menjelang Gestapu/Kup 1 oktober 1965 Pram menyerang Buya Hamka

terus-menerus melalui surat kabar Lentera/Bintang Timur . Namun, walaupun begitu

Pram menyuruh calon menantunya untuk belajar Agama kepada Buya Hamka. Ketika di

tanya kenapa demikian? Jaab Pram. “pertama-tama karena saya tidak mendidik anak

saya. Justru ibunya yang mendidik dia menjadi seorang Muslimah yang baik.

Kedua, karena saya harus menghormati ibunya dan keluarga ibunya, keluarga besar

Muhammad Husni Thamrin. Masalah perbedaan pandangan politik dengan 1Rusydi

Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Hamka, cet-1, (Jakarta : Noura, 2017), h. vi. 2Loc.cit.

14 Hamka tetap. Tapi dalam hal ceramah agama di TVRI, Buya Hamka lah di Indonesia

yang paling mantap membahas tauhid. Belajar Islam ya belajar tauhid.”

3 Dan dengan kebesaran jiwanya Buya Hamka pun menerima untuk memberikan

pelajaran agama kepada anak mantu Pramudiya. Buya Hamka memanglah sosok ulama

yang di segani oleh banyak orang baik yang sejalan dengannya maupun yang

berlawanan. Beliau juga tidak hanya sosok ulama. Beliau juga merupakan seorang

Sastrawan, banyak karya beliau yang berupa Novel antaranya Terusir, Si Sabariah,

Tenggelamnya Kapal Van Der Wick, dll.

Beliau juga seorang Budayawan dan juga Politisi. Ada sangat banyak hal menarik

tentang Buya Hamka sosok ulama yang tidak hanya ulama. Semoga sedikit biografi

Buya Hamka yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini akan dapat menambah

pengetahuan kita dalam mengenal sosok ulama yang merupakan ketua MUI pertama

ini. A. Kehidupan Buya Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah, yang lebih dikenal

dengan nama Buya Hamka.

Beliau lahir di Maninjau, Sumatra Barat, pada tanggal 17 Februari 1908 M. Beliau

Page 10: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

merupakan putra pertama dari pasangan Dr. Abdul Karim Amrullah dan Shafiah. 4

Ayahnya, Dr. Abdul Karim, merupakan seorang ulama yang cukup terkenal di pulau

Sumatra. 5 Syekh Abdulkarim Amrullah (juga di kenal dengan sebutan Haji Rasul),

merupakan seorang tokoh pelopor dari gerakan Islam “kaum 3Irfan Hamka, Ayah : Kisah

Buya Hamka, cet-7, (Jakarta : Republika, 2014), h. xxvi. 4Ibid, h. 289.

Namun dalam buku “Kenang-kenangan Hidup” Buya Hamka, beliau mengatakan bahwa

Beliau dilahirkan pada 13 Muharram 1326 H atau 16 Februari 1908 M. Ada perbedaan

waktu tanggal kelahiran dalam buku yang ditulis oleh anaknya Irfan Hamka, namun

tahun kelahiranya sama. 5Ibid, h. 229. 15 muda” di Minangkabau, yang memulai

gerakannya pada tahun 1906. Gerakan tersebut merupakan gerakan penentangan dari

paham Rabithah.

Yakni sebuah gerakan yang menghadirkan guru dalam ingatan, sebagai salah satu

sistem/cara yang ditempuh oleh penganut-penganut tarekat apabila akan memulai

suluk. 6 Di zaman hebat pertentangan kaum muda dan kaum tua di Minagkabau 1908

Masehi atau 1325 Hijriah itulah Abdul Malik (nama Buya Hamka) lahir. Dan, seketika

gerakan kaum muda itu menerbitkan majalah Al Munir pada April 1911, Abdul Malik

saat itu baru berusia 3 tahun.

Karena lahir di era pergerakan tersebutlah, sejak kecil dia sudah terbiasa mendengar

perdebatan-perdebatan yang sengit antara kaum muda dan kaum tua tentang

paham-paham agama. Dan pada 1918, tatkala Abdul Malik sudah berusia 10 tahun

ayahnya mendirikan pondok pesantren di Padang Panjang yang bernama “Sumatera

Thawalib”. Sejak itu Abdul Malik menyakikan kegiatan ayahnya dalam menyebarkan

paham dan keyakinannya.

7 Melihat bagaimana suasana kehidupan Hamka di waktu kecilnya, tidaklah

mengherankan kenapa seorang Abdul Malik yang hanya sampai kelas 2 Sekolah Rakyat

(SR), dapat menjadi sosok ulama yang sangat mengagumkan. Jika, di lihat beliau juga

merupakan anak dari seorang ulama yang juga mendapatkan Doktor Honoris Causa dari

Univ. Al Azhar yaitu Dr. Abdul Karim yang merupakan tokoh pergerakan Islam dari

Minangkabau.

Buya Hamka juga gemar bertualang karenanya, Ayahnya memberinya sebutan “Si

Bujang jauh”. Penulis, mengamati setidaknya ada tiga hal yang membuat Buya Hamka

gemar bertualang di waktu kecil. Pertama, karena 6Rusydi Hamka, Op.cit. h. 3. 7Loc.cit.

16 kebanyakan pemuda Maninjau yang sudah mulai dewasa waktu itu memang suka

merantau.

Page 11: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Mengingat karena mereka hidup dari tanah persawahan dan ladang- ladang yang tidak

begitu luas karena keterbatasan lahan. Kemiskinan hidup menyebabkan para generasi

muda bercita-cita segera keluar dari lingkungan bukit yang mengelilingi kampung

mereka. Mereka merantau, sebuah pilihan yang terpaksa diambil oleh mereka yang

mulai dewasa. 8 Kedua, karena disebabkan oleh perceraian kedua orang tuanya.

Menurut cerita Buya Hamka kepada anaknya, bahwa semenjak kepulangannya dari

Makkah barulah ia merasakan kasih sayang yang utuh dari ayahnya. Kedua anak dan

ayah itu memang sudah lama berjauhan sejak terjadinya perceraian kedua orang tuanya.

Masing-masing mereka telah menikah lagi dan memiliki anak-anak pula. “Alangkah

pahitnya masa kanak-kanak Ayah.

Pergi kerumah ayah bertemu ibu tiri, pergi kerumah ibu ada ayah tiri”, tutur Buya Hamka

pada anaknya ketika mengenang masa lalu. 9 Ketidak dekatan dengan kedua orang

tuanya di waktu kecil karena orang tuanya yang telah bercerai, menurut penulis ini

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Buya Hamka gemar merantau,

sehingga ayahnya menyebut Abdul Malik dengan sebutan “Si Bujang Jauh”.

Buya Hamka tidak seperti anak-anak di zaman sekarang yang mana banyak kita dapati

anak- anak di zaman sekarang yang orang tuanya bercerai lebih banyak terpuruk,

bahkan sampai merusak diri sendiri. Untuk Buya Hamka perceraian orang tuanya justru

membuat dia menjadi anak yang kuat dan mandiri. Ketiga, yang menyebabkan Buya

Hamka gemar merantau adalah karena ia ingin selalu belajar. Walaupun tidak ada

sekolah formal yang di tamatkannya, 8Ibid, h. 13.

9Ibid, h. 29. 17 tetapi Buya Hamka yang gemar merantau langsung belajar pada

tokoh-tokoh yang hebat. Misalnya, pada H.O.S Cokroaminoto dan A.R. Sutan Mansur.

Bahkan beliau sempat merantau ke Makkah dan mukim disana selama beberapa bulan.

Ketiga faktor itulah yang menurut penulis menjadikan Abdul Malik gemar merantau di

waktu muda.

Pada 1924, saat berusia 16 tahun Abdul Malik berangkat ke tanah Jawa, Yogyakarta. 10

Di Yogyakarta, Abdul Malik menetap dirumah pamannya Djafar Amrullah – adik ayahnya

Dr. Abdul Karim Amrullah. Pamannya inilah yang mengajak Abdul Malik masuk anggota

Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS Tjokoraminoto.

11 Pada Juli 1925, Abdul Malik kembali kepada Padang Panjang dan turut mendirikan

Tabligh Muhammadiyah di rumah ayahnya di Gatangan Padang Panjang. Februari 1927,

Abdul Malik berangkat ke Makkah dan tinggal disana selama beberapa bulan. Dan baru

kembali ke Medan pada Juli 1927. 12 Dan pada 5 April 1929, Hamka menikah dengan

Page 12: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Siti Raham Rasul.

Setelah Siti Raham Rasul meninggal pada 1971, kurang lebih enam tahun kemudian ia

menikah dengan Siti Chadijah. 13 Beliau aktif di organisasi Muhammadiyah. Keaktifan

Buya Hamka di Muhammadiyah dapat kita lihat dari beberapa peran aktif beliau di

organisasi tersebut. Misalnya, beliau aktif mengikuti kongres Muhammadiyah dan

berperan dalam berbagai jabatan di organisasi tersebut.

Mulai dari kongres Muhammadiyah ke-18 pada 1928 di Solo, sepulangnya dari kongres

itu beliau ikut meramaikan 10 Ibid, h. 3. 11 Irfan Hamka, Op.cit. h. 233. 12 Rusydi Hamka,

Opcit. h. 4. 13 Irfan Hamka, Op.cit. h. 289. 18 kepemimpinan-kepemimpinan

Muhammadiyah di Padang Pajang. Jabatan yang diraihnya antar lain menjadi Ketua

Bagian Taman Pustaka, Ketua Tabligh, sampai menjadi ketua cabang Muhammadiyah

Padang Panjang.dan ada banyak kongres Muhammadiyah yang beliau hadiri, kongres

Muhammadiyah ke-19, kongres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta.

Bahkan pada akhir 1931 beliau di utus oleh Pengurus Besar Muhammadiyah di

Yogyakarta ke Makassar untuk menjadi Mubaligh Muhammadiyah. Disana beliau

memiliki tugas khusus untuk menggerakan semangat menyambut kongres

Muhammadiyah ke-21 pada Mei 1932. Dan pada 1933 menghadiri kongres

Muhammadiyah di Semrang.

14 Beliau juga memiliki banyak jabatan di Muhammadiyah misalnya, sebagai Pemimpin

Muhamadiyah Sumatra Timur, beliau menjabat samapai 1945. Pada Mei 1946, beliau

dipilih oleh konrensi Muhammadiyah Sumatra Barat menjadi Ketua Majlis Pemimpin

Muhammadiyah daerah Sumatar Barat. Dan bahkan beliau turut serta Menyusun

anggaran dasar Muhammadiyah yang baru dan membuat rumusan “Kepribadian

Muhammadiyah”.

Dan banyak jasa beliau di organisasi tersebut, sampai jabatan beliau di Muhammadiyah

sebagai Penasihat Pemimpin Pusat Muhammadiyah, jabatan ini diemban beliau sampai

akhir hayatnya. 15 Beliau juga aktif dalam dunia surat kabar. Pada 22 Januari 1936,

beliau tinggal di Medan dan memimpin majalah Pedoman Masyarakat. 16 Dan juga

pada Juli 1959, Buya Hamka menerbitkan majalah tengah bulanan Panji Masyarakat

bersama K.H.

Fakih Usman, yang isinya memberatkan hal kebudayaan dan pengetahuan Islam. Panji

Masyarakat kemudian di berendel oleh regim Soekarno 14 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 4-5.

15 Ibid, h. 6-7. 16 Ibid, h. 5. 19 pada tanggal 17 Agustus 1960. Karena memuat karangan

Muhammad Hatta yang terkenal : “Demokrasi Kita”. Baru kemudian pada tahun 1967,

Page 13: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

setelah tegaknya regim Soeharto baru majalah ini di buka kembali. 17 Selain itu ada

banyak juga jabatan yang di emban oleh beliau.

Di tahun 1947, beliau sebagai Ketua Front Pertahanan Nasional (FPN). Tahun 1948,

sebagai Ketua Sekertariat Bersama Badan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK). Lalu 1950,

Buya Hamka menjadi pegawai negeri pada Departeman Agama RI di Jakarta. 18 Di

Departemen Agama RI ini beliau menjabat sebagai Pegawai Negeri golongan F, yang

bertugas mengajar di beberapa pergurun tinggi Islam, seperti Perguruan Tinggi Agama

Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Fakultas Hukum dan Falsafah

Muhammadiyah di Padang Panjang, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, dan

Universitas Islam Sumatra Utara. 19 Kemudian, Tahun 1955 sampai 1957, Buya Hamka

terpilih sebagai anggota Konstitutuante Republik Indonesia.

Mulai tahun 1960, Buya Hamka di peraya sebagai pengurus Pusat Muhammadiyah. Pada

tahun 1968, Buya Hamka ditunjuk sebagai dekan fakultas Ushuluddin Universitas Prof.

Moestopo Beragama. Tahun, 1975 sampai 1979 Buya Hamka di percayai oleh para

ulama sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di tahun yang bersamaan

juga menjabat sebagai Ketua Umum yayasan Pesantren Islam Al-Azhar selama dua

periode. 20 17 Ibid , h. 10. 18 Irfan Hamka, Op.cit. h. 290.

19 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 7. 20 Irfan Hamka, Op.cit. h. 290. 20 Sepengetahuan penulis

Buya Hamka menjadi Ketua MUI selama dua periode, dan pada periode yang kedua

(1979-1981) beliau tidak sampai menghabiskan masa jabatannya karena beliau

meletakkan jabatannya sebagai ketua MUI.

Sebagaimana yang di katakan oleh Taufik Ismail kepada salah seorang anak Buya

Hamka, “Terakhir, dia menyelesaikan pula tugasnya sebagai Ketua MUI, yaitu dua bulan

sebelum kepergiannya. Dia meletakkan jabatan dengan wajah berseri. Setelah menjabat

kedudukan itu selama 6 tahun.” 21 Kalau kita mengamati perkataan Taufik Ismail itu

berarti Buya Hamka menjabat sebagai Ketua MUI selama 6 tahun itu artinya dari

1975-1981.

Pengamatan penulis yang di maksudd oleh Irfan Hamka dalam bukunya jabatan Buya

Hamka pada Ketua MUI dari tahun 1975-1979 adalah masa jabatan beliau sebagai Ketua

MUI pada periode pertama. Kemudian, ada banyak gelar yang di dapat oleh Buya

Hamka, yaitu Dotor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Lalu gelar

Doktor Honoris Causa dari Universitas Prof. Mustopo Beragama. Di tahun 174, juga

mendapatkan gelar yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia.

Setelah meninggal dunia beliau mendapat Bintang Mahaputra Madya dari Pemerintah

Page 14: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

RI di tahun 1989. Dan di tahun 2011, beliau mendapatkan gelar penghormatan dan

Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional. 22 Buya Hamka meninggal

dunia pada hari jum’at, 24 Juli 1981. Beliau di kebumikan di TPU tanah kusir dengan

meninggalkan 10 orang anak – 7 laki-laki dan 3 perempuan.

23 21 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 61. 22 Irfan Hamka, Op.cit. h. 290-291. 23 Loc.cit. 21

Kesepuluh anak Buya Hamka, : - H. Zaki Hamka, (meninggal pada usia 59 tahun). - H.

Rusjdi Hamka. Beliau juga menulis buku tentang Ayahnya yang berjudul “Pribadi dan

Martabat”. - H. Fachry Hamka, (Meninggal pada usia 70 tahun). - Hj. Azizah Hamka. - H.

Irfan Hamka, yang menulis buku juga tentang Ayahnya. - Prof. Dr. Hj. Aliyah Hamka,

MM. - Hj. Fathiyah Hamka. - Hilmi Hamka. - H. Afif Hamka.

- Shaqib Hamka. 24 Itulah sedikit ulasan singkat perihal kehidupan Buya Hamka. Ada

sangat banyak cerita yang sebenarnya penuh makna dan baik untuk di tuliskan. Tapi

semoga sedikit cerita di atas dapat memberikan sedikit pengetahuan untuk kita perihal

pribadi Buya Hamka. B. Riwayat Pendidikan Membahas pribadi Buya Hamka sangatlah

menarik. Ada banyak hal-hal unik yang bisa kita temui.

Salah satunya kalau kita melihat riwayat pendidikannya, maka kita akan melihat tidak

ada pendidikan formal yang beliau selesaikan. Namun, beliau bermodalkan tekad untuk

belajar. Baik belajar langsung kepada para guru-guru dan juga belajar seara otodidak.

Dngan tekad 24 Ibid, h. xii-xiii. 22 belajar itulah yang menjadikan sosok Abdul Malik

menjadi sosok Buya Hamka ulama yang sangat di segani banyak kalangan.

Buya Hamka yang lahir di Maninjau pada saat pertentangan kaum tua dan muda sedang

memanas. Dan ayahnya lah yang merupakan pelopor Gerakan Kaum Muda, pastilah

besar dalam suasana keilmuan. Sebagai anak seorang ulama, beliaupun di cita-citakan

oleh Ayahnya menjadi seorang ulama.

Untuk itu, selain bersekolah di Sekolah Desa, ayahnya juga memasukkan Abdul Malik

kesekolah agama yaitu Diniyah. Waktu itu, di Padang Panjang ada tiga tingkatan sekolah

dasar berdasarkan strata sosial masyarakat; yaitu Sekolah Desa (3 tahun), Sekolah

Gubernemen (4 tahun), dan ELS ( Europesche Lagere School, 7 tahun).

Anak-anak yang bersekolah di Sekolah Desa dianggap golongan rendah oleh anak-anak

yang bersekolah di dua sekolah lainnya, yaitu mereka yang berasal dari keluarga

pegawai, pamong, amtenar, dan anak-anak keturunan Belanda. Abdul Malik selalu

merasa dirinya di lecehkan oleh anak-anak kelas atas itu. Perasaan itu turut membentuk

pribadi Abdul Malik walaupun saat itu usianya baru 10 tahun. 25 Saat beliau berusia 10

tahun, ayahnya DR.

Page 15: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Abdul Karim mendirikan pondok pesantren di Padang Panjang dengan nama;

“SUMATERA THAWALIB”. 26 Buya Hamka setelah berhenti dari Sekolah Desa, kemudian

pindah dan belajar agama di pesantren yang didirikan oleh ayahnya ini. Namun, ketika

belajar di sini agaknya beliau merasa bosan, kata Buya Hamka “saya tidak mau pulang

kerumah, saya tidak mau mengaji, saya bosan mendengarkan kitab fiqih yang di ajarkan

Thawalib oleh guru Abdul Hamid Tuanku Mudo. Yang agak 25 Ibid, h. 230. 26 Rusydi

Hamka, Op.cit. h. 3.

23 pandai mendidik saya hanya Zainuddin Labia di Sekolah Diniyah. Tetapi beliau

meninggal di tahun 1924, waktu umur saya 14 tahun.”27 Ketika berusia 12 tahun, kedua

orang tua Buya Hamka bercerai. Perceraian kedua orang tua hampir saja membuat Buya

Hamka kehilangan pegangan. Pendidikannya terbengkalai. Namun di hati Abdul Malik

telah tumbuh tekad untuk menjadi manusia berguna. Untuk membuka wawasannya

kemudian beliau mulai banyak membaca.

28 Dalam pengamatan penulis salah satu penyebab kenapa Abdul Malik tidak sampai

menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Desa karena di sebabkan oleh perceraian

ke dua orang tuanya. Namun, walaupun demikian beliau sempat goyah tapi beliau bisa

bangkit kembali dan memilih banyak merantau. Dan dalam pendapat penulis kalau

sekiranya beliau hanya menghabiskan pendidikannya di Sekolah Desa, maka ia tidak

akan menjadi sosok Buya Hamka yang dikenal sejarah.

Justru, di balik gagalnya ia dalam menempuh pendidikan formal, membuatnya menjadi

merantau dan kemudian bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan yang kemudian

menjadi gurunya. Mungkin kata ada hikmah dibalik setiap kegagalan cocok untuk

menggambarkan peristiwa ini. Abdul Malik yang sudah punya tekad kuat untuk belajar

dan di mulainya dengan banyak membaca.

Setiap hari, sepulang sekolah Diniyah, pukul 10 pagi sampai pukul 1 siang, ia asik

membaca beragam buku di taman bacaan milik kongsi Engku Lebai dan Engku Baginda

Sinaro. Di sana ia membaca banyak beragam buku, mulai dari buku Islam, sejarah, sosial,

politik, maupun roman. Dengan banyak membaca makin terbukalah hatinya untuk

melihat dunia yang 27 Hamka, Op.cit. h. vii. 28 Irfan Hamka, Op.cit. h. 230. 24 luas.

Ketika berusia 13-14 tahun, Abdul Malik telah membaca tentang pemikiran Djamaludin

Al-Agani dan Mohammad Abduh dari Arab. Dari dalam negeri beliau mulai mengenal

beberapa tokoh HOS Tjokoraminoto, KH. Mas Mansyur, Ki Hadikusumo, dan lain-lain.

Kekaguman Abdul Malik kepada para tokoh itu membuat ia ingin merantau ke tanah

Jawa.

Page 16: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

29 Namun, Buya Hamka juga mengatakan bahwa beliau pergi merantau ke Jawa karena

ada rasa bosan di hati beliau kalau tetap berada di kampung. Sebagaimana yang beliau

katakan dalam Kata Pengantar bukunya yang berudul “Falsafah Hidup”. “saya lari ke

tanah Jawa pada saat itu karena bosan atau karena dorongan lain dalam jiwa yang

mendorong saya bisa menjadi saya yang sekarang.”

30 Dan pada tahun 1924, saat usianya 16 tahun ia pergi merantau ke tanah Jawa,

Yogyakarta. 31 Ada perbedaan tentang usia Buya Hamka saat pergi merantau ke Jawa,

Irfan Hamka mengatakan Buya Hamka merantau ke Jawa saat usianya 15 tahun. 32

Namun, di sini perbedaan antar Rusjdi Hamka dan Irfan Hamka hanya pada usia Buya

Hamka saat pergi merantau ke Jawa, sementara dalam bukunya kedua anak Buya

Hamka ini menyebutkan bahwa beliau merantau ke Jawa pada tahun 1924. Di Jawa

Abdul Malik menetap di rumah pamannya Djafar Amrullah yang merupakan adik

ayahnya.

Djafar Amrullah lah yang mengajak Abdul Malik masuk Sarekat Islam. Di sinilah Abdul

Malik mulai mengenal langsung dan juga belajar pada tokoh-tokoh Sarekat Islam. Abdul

Malik belajar pengetahuan Islam dan sosialisme kepada HOS Tjokoraminoto, juga

belajar ilmu agama Islam 29 Loc.cit. 30 Hamka, Op.cit. h. vii. 31 Rusydi Hamka, Op.cit. h.

3. 32 Irfan Hamka, Op.cit. h. 232. 25 kepada H. Fachruddin, juga belajar sosiologi pada

R.M.

Soeryopranoto, dan juga belajar ilmu logika kepada Ki Bagus Hadikusumo. 33 Mereka

semua mengadakan kursus-kursus pergerakan di Gedong Abdi Dharmo di Pakualaman,

Yogyakarta. 34 Setelah beberapa lama di Yogyakarta, Abdul Malik berangkat menuju

Pekalongan, menemui guru sekaligus suami kakaknya, A. R. Sutan Mansur.

Ketika berada di rumah A. R Sutan Mansur Buya Hamka banyak belajar tentang hikmah

kehidupan dan juga belajar filsafat. Yang kemudian pengalaman belajar pada A. R. Sutan

Mansur itu di tulis oleh beliau menjadi sebuah buku yang berjudul “Falsafah Hidup”,

yang sekarang di cetak ulang oleh penerbit Republika. 35 Dan, pada Februari 1927,

beliau pergi berangkat ke Makkah dan sempat tinggal di sana selama beberapa bulan

disana dan baru pulang ke Medan pda juli 1927.

36 Ketika di Makkah ini beliau juga memanfaatkannya untuk belajar. Itulah sedikit

perjalan Buya Hamka dalam belajar, yang penuh dengan perantauan. Tidak ada

pendidikan formal yang di selesaikannya, namun beliau tetap terus belajar. Buya Hamka

berkata pada anaknya Irfan Hamka ; “Ayah dari kecil banyak mendapat cobaan.

Page 17: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Pertama, kedua orang tua ayah bercerai ketika ayah masih memerlukan kasih sayang

mereka. Kedua, ayah yang dikenal sebagai anak laki-laki dapat disebut berwajah

rupawan tiba-tiba terkena penyakit cacar. Kalau waktu itu tidak tahan ayah bisa lari dari

padang panjang. Mungkin jadi pengemis.

Ketiga, banyak anak-anak sekolah untuk kelompok masyarakat kelas atas sering

melecehkan anak-anak Sekolah Desa dan Sekolah 33 Ibid, h. 233. 34 Rusydi Hamka,

Op.cit. h. 4. 35 Hamka, Op.cit. h.- 36 Rusydi Hamka, Op.cit. h. 4. 26 Agama. Keempat,

ayah sering diejek karena kemampuan bahasa Arab yang ayah miliki tidak bagus dan

banyak yang salah.

Kelima, ayah ditolok jadi guru sekolah di Muhammadiyah hanya karena ayah tidak

memiliki di ploma sebagai tanda tamat belajar. Oleh karena itu semua, ayah bertekad

untuk terus belajar dan membaca. Mungkin untuk seumur hidup ayah. 37 Itulah, kiranya

kehidupan beliau yang penuh dengan tantangan. C. Karya-karya Buya Hamka Sebagai

seorang ulama yang sangat produktif, Buya Hamka melahirkan sangat banyak karya.

Setiaknya dari buku biografi yang di tulis oleh kedua anaknya yakni “Irfan Hamka dan

Rusjdi Hamka”, dikatakan ada sebanyak 118 karya Buya Hamka. Karya itu adalah karya

sejak tahun 1925 saat usia beliau 17 tahun. 38 Ke 118 karya tulisan (artikel dan buku)

Buya Hamka yang telah dipublikasikan itu membahas berbagai topik yang melingkupi

berbagai bidang, diantarnya mengupas tentang Agama Islam, Filsafat Sosial, tasawuf,

roman, sejarah, tafsir Alquran, dan otobiografi.

39 Berikut karya-karya Buya Hamka yang penulis kutib dari buku Rusjdi Hamka yang

berjudul “Pribadi dan Martabat” 40 ; 1. Khatibul Ummah, Jilid I. Inilah permulaan

mengarang yang dicetak huruf Arab. Khatibul Ummah, artinya Khatib dari Ummat. 2.

Khatibul Ummah, Jilid II. 3. Khatibul Ummah, Jilid III. 37 Irfan Hamka, Op.cit. h. 238. 38

Ibid, h. 373. 39 Ibid. h. 290. 40 Rusydi Hamka,Op.cit. h. 273-379. 27 4.

Si Sabariah, cerita roman, huruf Arab, bahasa Minangkabau (1928), dicetak sampai tiga

kali. Dari hasil penjualan buku ini, penulis bisa menikah. 5. Adat Minagkabau dan Agama

Islam (1929). 6. Ringkasan Tarikh Ummat Islam (1929), Ringkasana Sejarah sejak Nabi

Muhammad Saw, sampai Khalifah yang empat, Bani Umayyah, Bani Abbas. 7.

Kepentingan Melakukan Tabligh (1929). 8. Hikmat Isra’ dan Mi’raj. 9. Arkanul Islam

(1932) di Makassar. 10. Laila Majnun (!932) balai pustaka. 11. Majalah Tentara (4 Nomor)

(1932) di Makassar. 12. Majalah Al Mahdi (9 Nomor) (1932) di Makassar. 13. Mati

Mengandung Malu (Salinan Al Manfaluthi) (1934). 14. Di Bawah Lindungan Ka’bah

(1936), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 15. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Page 18: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

(1937). Pedoman masyarakat, Balai Pustaka.

Novel ini sekarang telah di adaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama

“Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk”, yang diproduksi oleh SUNIL SORAYA. 16. Di

Dalam Lembah Kehidupan (1939). Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 17. Merantau Ke

Deli (1940). Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi. 28 18. Terusir (1940). Pedoman

Masyarakat, Toko buku Syarkawi. Novel ini juga telah dicetak ulang sekarang, dengan

judul yang sama “Terusir”, Gema Insani (2016). 19.

Margaretta Gauthier (Terjemahan) (1940). 20. Tuan Direktur (1939). Novel ini juga sudah

dicetak ulang, dengan judul yang sama “Tuan Direktur”, Gema Insani (2017). 21.

Dijemput Mamaknya (1939). 22. Keadilan Ilahi (1939). 23. Pembela Islam (Tarikh

Sayyidina Abu Bakar Shiddiq) (1929). 24. Cemburu (Ghirah) (1949). Agama dan Falsafah.

25. Tashawwuf Modern (1939). 26. Falsafah Hidup (1939). 27. Lembaga Hidup (1940). 28.

Lembaga Budi (1940).

(Semuanya dibukukan dengan nama MUTIARA FILSAFAT oleh Penerbit WIJAYA, Jakarta,

1950). Serial Mutiara Filsafat ini juga sudah dicetak kembali oleh penerbit Republika. 29.

Majalah SEMANGAT ISLAM (Zaman Jepang 1943). 30. Majalah MENARA (Terbit di

Padang Panjang), sesudah Revolusi 1945. 31. Negara Islam (1946). 32. Islam dan

Demokrasi (1946). 33. Revolusi Fikiran (1946). 34. Revolusi Agama (1946). 29 35.

Merdeka (1946). 36. Dibandingkan Ombak Masyarakat (1946). 37.

Adat Minagkabau Menghadapi Revolusi (1946). 38. Di Dalam Lembah Cita-cita (1946).

39. Sesudah Naskah Renville (1947). 40. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret (1947).

41. Menunggu Beduk Berbunyi (1949), di Bukittinggi, saat Konferensi Meja Bundar. 42.

Ayahku (1950). (Buku Ayahku, bercerita tentang ayah Buya Hamka, yakni DR. Abdul

Karim Amrullah atau yang dikenal dengan sebutan Haji Rasul). 43. Mandi Cahaya Di

Tanah Suci. 44. Mengembara di Lembah Nyl. 45. Ditepi Sungai Dajlah.

(Ketiga Buku Mandi Cahaya Di Tanah Sui, Mengembara di Lemabah Nyl, dan Di Tepi

Sungai Dajlah ditulis oleh beliau saat kembali dari perjalanan haji beliau yang ke-2). 46.

Kenang-kenangan Hidup I. 47. Kenang-kenangan Hidup II. 48. Kenang-kenangan Hidup

III. 49. Kenang-kenangan Hidup IV. (Autobiografi sejak lahir, tahun1908-1950). Buku ini

pun sudah dicetak ulang oleh penerbit Gema Insani (2018), dan dalam cetakan baru

keempat jilid dicetak dalam satu buku dengan judul “Kenang-kenangan Hidup”.

30 50. Sejarah Ummat Islam Jilid I. 51. Sejarah Ummat Islam Jilid II. 52. Sejarah Ummat

Islam Jilid III. 53. Sejarah Ummat Islam Jilid IV. (Serial Sejarah Ummat Islam ini ditulis

pada tahun 1938-1955). 54. Pedoman Mubaligh Islam, Cetakan I (1937); Cetakan II

Page 19: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

(1950). 55. Pribadi (1950). 56. Agama dan Perempuan (1939). 57. Perkembangan

Tashawwuf dari Abad ke Abad (1952). 58. Muhammadiyah Melalui tiga Zaman (1946), di

Padang Panjang. 59.

1001 Soal-soal hidup. (Buku ini merupakan kumpulan karangan dari Pedoman

Masyarakat, dibukukan 1950). 60. Pelajaran Agama Islam (1956). Versi cetak baru buku

Pelajaran Agama Islam ini dicetak menjadi tiga jilid oleh penerbit Republika. 61. Empat

Blan di Amerika, Jilid I. 62. Empat Bulan di Amerika, Jilid II. Buku “Empat Bulan di

Amerika” sudah dicetak ulang menjadi satu buku, oleh penerbit Gema Insani. 63.

Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di Indonesia. (Pidato di Kairo, 1958), untuk DR.

Honoris Causa. 64. Soal Jawan (1960), disalin dari karangan-karangan di Majalah Gemah

Islam. 31 65. Dari Perbendaharaan Lama (1963). Dicetak oleh M. Arbi Medan. Buku ini

berbicara tentang sejarah Islam di Indonesia. Dan sekarang sudah dicetakulang oleh

penerbit Gema Insani. 66. Lembaga Hikmat (1953), Bulan Bintang, Jakarta.

67. Islam dan Kebathinan (1972), Bulan Bintang. 68. Sayid Jamaluddin Al Afghani (1965),

Bulan Bintang. 69. Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri) (1963), Bulan Bintang. 70. Hak-hak

Asasi Manusia Dipandang dri segi Islam (1968). 71. Falsafah Ideologi Islam (1950),

Sekembali dari Makkah. 72. Keadilan Sosial dalam Islam (1950), Sekembali dari Makkah.

Buku ini juga telah dicetak kembali sekarang dengan judul yang sama, “Keadilan Sosial

dalam Islam”, Gema Insani (2015). 41 73. Fakta dan Khayal Tuanku Rao (1970). Buku ini

juga telah dicetak kembali, dengan judul “Antara Fakta dan Khayal, Tuanku Rao”,

Republika (2017). 42 74. Dilembah cita-cita (1952). 75. Cita-cita Kenegaraan dalam

Ajaran Islam (Kuliah Umum) di Universitas Kristen (1970). 76. Studi Islam (1973),

diterbitkan oleh Panji Masyarakat. 77. Himpunan Khotbah-khotbah.

78. Urat Tunggang Pancasila (1952). 79. Bohong Di Dunia (1952). 41 Hamka, Keadilan

Sosial dalam Islam, (Jakarta : Gema Insani, 2015), h.- 42 Hamka, Antara Fakta dan Khayal

: Tuanku Rao, (Jakarta : Republika, 2017). 32 Buku ini juga telah dicetak ulang sekarang,

dengan judul yang sama “Bohong Di Dunia”, Gema Insani (2017). 80. Sejarah Islam di

Sumatera. 81.

Doa-doa Rasullah SAW (1974). Buya Hamka juga membawakan materi Doa-doa Rasullah

dalam kuliah Shubuh di RRI. Namun, kuliah tentang doa-doa Rasullah SAW., itu tidak

berjalan terus karena Buya Hamka kurang menyukai menguliahkan doa-doa. 43 82.

Kedudukan Perempuan dalam Islam (1970), dari Majalah Panji Masyarakat. 83.

Pandangan Hidup Muslim (1960). Buku ini juga telah dicetak kembali sekarang ini,

dengan judul yang sama “Pandangan Hidup Muslim”, Gema Insani (2016). 84.

Page 20: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Muhammadiyah di Minagkabau (1975), Menyambut Kongres Muhammadiyah di

Padang. 85. Mengembalikan Tasawuf ke Pangkalnya (1973). 86. Memimpin Majalah Panji

Masyarakat dari Tahun 1936 sampai 1942 (saat Jepang masuk). 87. Memimpin Majalah

Panji Masyarakat dari Tahun 1959 sampai akhir hayat tahun 1981. 88. Memimpin

Majalah Mimbar Agama, Departemen Agama (1950-1953). 89.

Tafsir Al-Azhar Juzu’ I. 90. Tafsir Al-Azhar Juzu’ II. 91. Tafsir Al-Azhar Juzu’ III. 43 Rusydi

Hamka, Op.cit. h. 197. 33 92. Tafsir Al-Azhar Juzu’ IV. 93. Tafsir Al-Azhar Juzu’ V. 94.

Tafsir Al-Azhar Juzu’ VI. 95. Tafsir Al-Azhar Juzu’ VII. 96. Tafsir Al-Azhar Juzu’ VIII. 97.

Tafsir Al-Azhar Juzu’ IX. 98. Tafsir Al-Azhar Juzu’ X. 99. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XI. 100. Tafsir

Al-Azhar Juzu’ XII. 101. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XIII. 102. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XIV. 103.

Tafsir Al-Azhar Juzu’ XV. 104. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVI. 105. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVII.

106. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XVIII. 107. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XIX. 108. Tafsir Al-Azhar Juzu’

XX. 109. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXI. 110. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXII. 111. Tafsir Al-Azhar

Juzu’ XXIII. 112. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXIV. 113. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXV. 114. Tafsir

Al-Azhar Juzu’ XXVI. 115. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. 34 116. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVIII.

117. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXIX.

118. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXX. Itulah karya-karya dari Buya Hamka. Juga masi ada

banyak karya, yang merupakan kumpulan artikel beliau yang kemudian dibukukan.

Misalnya “Kesepaduan Iman dan Amal Saleh”, yang merupakan karangan Buya Hamka

yang pernah terbit bersambung dalam majalah al-Islam. 44 Dan ada juga yang berjudul

“Dari Hati ke Hati”. Ada sangat banyak karya Buya Hamka yang menjadi warisan beliau

untuk kita.

Sebagaimana para Nabi yang hanya mewariskan ilmu. Ulamapun demikian warisan

mereka adalah ilmu yang berupa karya-karya yang telah dibukukan. Buya Hamka

sebagai seorang ulama telah mewariskan kepada kita begitu banyak karya-karya,

membuat namanya tetap hidup walaupun sudah tiada. Dari kesemua karya itu tidak

semua yang sudah dicetak kembali.

Harapan penulis semoga semakin banyak karya-karya Buya Hamka yang akan dicetak

kembali, agar kita dapat membaca kembali buah pikiran Buya Hamka yang beliau

tuangkan diatas kertas. 44 Hamka, Kesepaduan Iman dan Amal Saleh, cet.-1, (Jakarta :

Gema Insani, 2016), h. xii. 35 BAB III PENGERTIAN PENDIDIKAN, AKHLAK DAN HAKIKAT

MANUSIA A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah upaya

memanusiakan manusia.

Page 21: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Demikianlah pandangan pendidikan secara umum. Bahwa pendidikan adalah usahah

dalam memanusiakan manusia. Pendidikan sangat dibutuhkan, sebab dengan

pendidikanlah seseorang dididik sehingga menjadi manusia yang sebenarnya manusia.

“Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men,

menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan.

Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok orang dalam usahah mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan.” 1 Jadi pengajaran merupakan salah satu upaya dari pendidikan.

Artinya dalam pendidikan pengajaran semata belumlah cukup, harus disertai dengan

latihan berupa pembinaan.

Sebab pendidikan merupakan upaya mendewasakan manusia atau dengan kata lain

adalah upaya memanusiakan manusia. Kehidupan yang maju, serta peradaban yang

benar-benar beradab dapat diwujudkan dengan pendidikan. Ketika Adam as, diciptakan

sebagai manusia pertama yang diberi jabatan oleh Allah swt, sebagai pemimpin atau

khalifah dimuka bumi, yang pertama diberikan Allah kepadanya adalah pengetahuan

(pendidikan). Allah mendidik Adam dengan nama-nama yang ada dibelahan bumi.

Istilah nama-nama mungkin dapat diartikan konsep yang menjadi bekal 1Mahmud,

Pemikiran Pendidikan Islam, cet.-1, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.19 36 kehidupan

Adam dimuka bumi. Konsep yang dipelajari Adam sebagai alat utama yang bermakna

pengetahuan. 2 Firman Allah swt., z?¯=tæu? t?yŠ#u? u?!$oÿôœF{$# $y?¯=ä. §?èO

ö?å?yÎz÷tä ’n?tã Ïps3Íׯ˜n=y?ø9$# t?$s)sù ’Î??ä?Î6/?r& Ï?!$y?ó™r'Î/ Ï?I?às¯˜yd ßÎ) ö?çF?ä.

t??Ï%ω˜|¹ n??? “Dan diajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya.”

(QS. Al- Baqarah, 2 : 31). Dalam pendidikan terdapat dua istilah yang hampir sama.

Paedagogi dan Paedagogik. Paedagogi artinya pendidikan dan Paedagogik artinya ilmu

pendidikan. 3 Istilah yang pertama merupakan aktivitas pendidikan sendiri, yaitu untuk

memanusiakan manusia. Dan istilah yang kedua, adalah ilmu pendidikan yaitu ilmu yang

mempelajari tentang berbagai hal mengenai pendidikan.

Dalam Islam terdapat sebuah istilah pendidikan, yaitu Tarbiyah. Tarbiyah artinya proses

pembentukan karakter peserta didik untuk mencapai kesempurnaan etika. Kata Tarbiyah

juga bermakna, proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal dan jiwa,

yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan agar peserta didik tumbuh dewasa

dan hidup mandiri di tengah masyarakat.

Tarbiyah terdiri atas: tarbiyah khalqiyat, yaitu pembinaan dan pengembangan jasad,

akal, jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk. Dan, Tariyah diiniyyat

Page 22: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

tahdzibiyyat, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian

jiwa menurut pandangan Allah. 4 2Hamdani, Dasar-dasar Kependidikan, cet-2,

(Bandung: Pustaka Setia, 2016), h. 13. 3Ibid, h.14. 4Ibid, h. 14-15. 37 2.

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Ada berbagai macam pengertian pendidikan

yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Antara lain: - Dalam bukunya Hamdan,

Dasar-dasar Kependidikan, ia mengutip pendapat Zuhairini mengenai pendidikan, yaitu

aktivitas dan usahah manusia dalam meningkatkan kepribadiannya dengan jalan

membina potensi rohaninya (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani), dan jasmani

(panca indra dan keterampilan).

5 - Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, ia mengutip pendapat Charles E. Siberman,

bahwa pendidikan tidak sama dengan pengajaran. Karena pengajaran hanya menitik

beratkan pada usahah mengembangkan intelektualitas manusia. Pendidikan berusahah

mengembangkan seluroh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik aspek

kognitif maupun psikomotorik.

Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas daripada pengajaran, tetapi pengajaran

merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan. 6 - Menurut

Ahmad D. Marimab, bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama. 7 5Ibid, h. 17. 6Rulam Ahmadi, Pengantar

Pendidikan, cet.- 1, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 38.

7Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), h.

19 38 3. Pendidikan Islam Kata “Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukkan warna

pendidikan tertentu, yaiu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami, yaitu

pendidikan yang berdasarkan Islam. 8 Dalam hal ini kata Islam dipandang sebagai kata

sifat yang menyifati kata pendidikan.

Sehingganya secara sederhana pendidikan Islam berarti adalah pendidikan yang islami

atau pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Menurut Ahmad Tafsir bahwa

pendidikan Islam ialah bimbingan maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat,

pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim

semaksimal mungkin.

9 Dalam pandangan Ahmad Tafsir diatas dapat dipahami bahwa pendidikan yang

merupakan usahah untuk memanusiakan manusia. Dan manusia yang dimaksud adalah

menjadi manusia Islam (muslim) yang maksimal. Mahmud, dalam bukunya Pemikiran

Pendidikan Islam. Mengemukakan pengertian yang sejalan dengan pengertian

Page 23: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

pendidikan Islam diatas.

Bahwa pendidikan Islam adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai

kepribadian muslim, baik yang berkenaan dengan dimensi jasmani, rohani, akal, maupun

moral. 10 Menurut Hasan Langgulung, bahwa pendidikan adalah proses penyiapan

generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam

yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan 8Ahmad Tafsir,

Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, cet.-10, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),

h.24 9Ibid, h. 32. 10 Mahmud, Op.cit, h.25. 39 memetik hasilnya di akhirat.

11 Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah proses

mendewasakan generasi muda dengan dididik berdasarkan nilai-nilai Islami untuk bekal

dia hidup di dunia dan sebagai keselamatannya di akhirat. Ramayulis, memberikan

pengertian Pendidikan Islam sebagai proses terinternalisasi kepada peserta didik melalui

upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan

pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di

dunia dan akhirat.

12 Dari berbagai pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para tokoh

diatas. Pada dasarnya dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah proses

pendidikan dalam upayanya memanusiakan manusia. Dan manusia yang dimaksud

adalah manusia yang memiliki nilai-nilai keislaman. B. Akhlak 1.

Pengertian Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan dengan

budi pekerti, kelakuan. 13 Merujuk pada asal usul kata akhlak, berasal dari bahasa Arab

yaitu akhlaq . Kata ini merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang pada mulanya

bermakna ukuran, latihan dan kebiasaan.

Dari makna pertama ukuran lahirlah kata makhluk , yakni ciptaan yang mempunyai

ukuran; serta dari makna kedua (latihan) dan ketiga (kebiasaan) lahir sesuatu – positif

maupun negatif. 14 Sesuatu yang positif maupun negatif inilah yang bersangkutan

dengan perbuatan 11 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam,

(Bandung: Al- Ma’arif, 1980), h. 87. 12 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet.-9, (Jakarta:

Kalam Mulia, 2012),h. 38. 13 kbbi.web.id. 14 Quraish Shihab, Op.cit. h. 3.

40 makhluk itu sendiri, yang sering kita sebut dengan akhlak. Dari asal-usul kata akhlak

diatas kita dapat melihat bahwa akhlak mulia itu dapat muncul dengan senantiasa

dilatih/dibiasakan dalam kehidupan keseharian kita. Akhlak juga dipandang sebagai sifat

dasar yang telah terpendam didalam diri dan tampak ke permukaan melalui

kehendak/kelakuan dan terlaksana tanpa keterpaksaan oleh satu dan lain sebab.

Page 24: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

15 Dari pandangan ini kita dapat melihat sesuatu perbuatan dapat dikatakan akhlak

mulia kalau memang dilakukan dengan ikhlas tanpa ada keterpaksaan oleh satu dan lain

hal atau perbuatan itu tidak dibuat-buat. Misalnya seorang yang mencalonkan diri

sebagai wakil rakyat, memberi uang kepada rakyat. Banyak uangnya yang keluar sampai

puluhan hingga ratusan juta, walaupun demikian orang seperti ini tidak bisa sepenuhnya

kita katakan memiliki akhlak dermawan, sebab ia melakukannya agar hendak dipilih oleh

rakyat. Dan juga, Buya Hamka mengartikan akhlak dengan budi pekerti.

“Innama bu’ist-tu li utammima makarimal akhlaqi! ; Aku diutus tidak lain hanyalah untuk

menyempurnakan budi pekerti mulia”. 16 Dalam hadits nabi Muhammad saw., di atas

dapat kita lihat kalau Buya Hamka mengartikan kata “akhlaqu” dengan “budi pekerti

mulia” . Jadi dalam pandangan beliau adalah budi pekerti sama artinya dengan akhlak.

Maka, dalam menyusun skripsi ini penulis memandang sama halnya antara budi pekerti

dan juga akhlak. Menurut Buya Hamka bahwa dalam Islam hubungan diantara iman dan

amal, adalah hubungan diantara budi dan perangai. Dalam undang-undang budi, suatu

budi yang tinggi hendaklah dilatihkan terus supaya menjadi perangai dan 15 Ibid. h. 4.

16 Hamka, Lembaga Budi, cet.-2, (Jakarta : Republika, 2016), h. v. 41 kebiasaan.

17 Jadi salah satu cara kita untuk menjadikan budi pekerti menjadi lebih baik adalah

dengan melatihkannya terus menerus agar ia bisa menjadi kebiasaan kita, sehingga budi

pekerti yang mulia atau akhlak itu dapat menjadi bagian dari diri kita sendiri. Kiranya

itulah sedikit pembahasan mengenai akhlak yang dapat penulis kemukakan dalam bab

ini. 2. Etika dan Moral Sebelumnya kita sudah membahas pengertian akhlak.

Bahwa akhlak adalah suatu perbuatan baik yang memang sudah menjadi kebiasaan atau

sudah tertanam sebagai bagian dari kepribadian seseorang. Maka pada sub-bab ini kita

akan membahas tentang etika dan moral yang merupakan suatu perkataan yang selalu

disamakan dengan akhlak. a. Etika “Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos”,

artinya adat kebiasaan.

Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisasi dari

hasil pola pikir manusia. Etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan

teori tentang tindakan dan alasan-alasan diwujudkannya suatu tindakan dengan tujuan

yang telah dirasionalisasi.” 18 Dari pengertian etika diatas kita dapat memahami bahwa

etika merupakan kebiasaan baik yang dilakukan oleh seseorang.

Dan ukuran baik buruk dari etika itu adalah rasionalsasi artinya baik buruk etika

berdasakan pada akal manusia. Dalam bukunya Abuddin Nata ia mengutip perkataan

Page 25: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Ahmad Amin, bahwa etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,

menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang

harus 17 Ibid, h. 8. 18 Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, cet.-2,

(Bandung: Pustaka Setian, 2012), h. 26-27.

42 dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk

melakukan apa yang seharusnya diperbuat. 19 Dari pandangan diatas kita dapat

memahami bahwa etika adalah penjelasan tentang apa tujuan manusia dan apa yang

seharusnya dilakukan oleh manusia di muka bumi ini.

Selanjutnya Abuddin Nata, juga mengutip perkataan Soegarda Poerbakaatja, bahwa

etika merupakan filsafat nilai, kesusilaan tentang baik buruk, serta usahah mempelajari

nilai-nilai dan juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. 20 Karena

etika merupakan filsafat nilai maka nilai-nilai tentang baik buruk dari etika itu dilandasi

dari akal.

Jadi sebagai ilmu etika merupakan ilmu tentang baik dan buruk yang menjelaskan

tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dunia ini, yang didasarkan pada

rasio (akal) manusia. Dari uraian diatas kita dapat memahami bahwa etika merupakan

suatu perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan (kepriadian) seseorang. Karenanya

orang yang memiliki kebiasaan baik sering kita katakan sebagai orang yang beretika.

Dan orang yang punya kebiasaan buruk sering dinasehati agar bisa beretika yang baik.

b. Moral Moral berasal dari bahasa latin yaitu “mores” merupakan bentuk jamak dari

kata “mos” yang berarti adat kebiasaan. Moral juga merupakan penentuan baik-buruk

terhadap perbuatan dan kelakuan. 21 19 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, cet.-10,

(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), h.

90. 20 Ibid. 21 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, cet.-10, (Jakarta: Rajadrafindo Persada,

2011, h. 92. 43 Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa moral merupakan baik-

buruk. Dimana baik-buruk itu berlaku sesuai adat kebiasaan masyarakat tertentu. Moral

sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, yang baik dan

wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima, meliputi kesatuan

sosial atau lingkungan tertentu. 22 Moral merupakan istilah tentang perilaku yang

diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun sosial.

23 Manusia diharuskan berperilaku sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di

masyarakat tertentu. Apabila manusia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan

ukuran baik-buruk di lingkungan masyarakat dimana ia berada, maka manusia itu

dikatakan tidak bermoral. Karena ukuran moral adalah adat kebiasaan yang berlaku

Page 26: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

dimasyarakat tertentu, maka baik-uruk berdasarkan moral bangsa yang satu dengan

bangsa yang lain akan berbeda-beda.

Di Indonesia kita mempunyai salah satu moral Pancasila. Yaitu nilai baik-buruk

berdasarkan pada nilai Pancasila. Dari berbagai uraian diatas. Maka dapat dipahami

bahwa moral merupakan perbuatan yang dimana ukuran baik-buruknya didasarkan

pada adat kebiasaan masyarakat (budaya) tertentu. Dan karena ukuran moral

merupakan adat kebiasaan didalam masyarakat tertentu, maka ukuran bermoral atau

tidaknya seseorang antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya akan berbeda-beda,

dipengaruhi adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakatnnya. c.

Akhlak, Etika dan Moral Antara akhlak, etika dan moral ketiga hal ini memiliki kesamaan.

Dan disisi lain juga punya perbedaan. Kalau kita melihat dari fungsinya akhlak, etika 22

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, cet.-10, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 17. 23 Beni

Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, op.cit, h. 30.

44 dan moral memiliki kesamaan, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu

perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. 24 Akhlak, etika

dan moral sama-sama mengacu pada ajaran atau pengambaran tentang perbuatan,

tingkah laku, sifat dan perangai yang baik. Dan juga sama-sama merupakan prinsip atau

aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya.

25 Ketiga kata (akhlak, etika dan moral), pada dasarnya adalah ukuran dari tingkah laku

atau perbuatan manusia. Ukuran tersebut merupakan ukuran yang akan menentukan

kualitas kemanusiaan seorang manusia. Apakah dia seorang yang berderajat manusia

yang merupakan sebaik-baik makhluk atau seorang yang jatuh derajatnya.

Itu semua ditentukan oleh kualitas akhlak, etika dan moral seseorang. Firman Allah swt.,

ô‰s)s9 $u?ø)n=y{ z?˜|¡SM}$# þ’Îû Ç?|¡ômr& 5?ƒÈ?ø)s? n?? ¢?èO 絘t?÷ŠyŠu‘ Ÿ?x_ó™r&

t?,Î#Ï_˜y™ n?? a?Î) t??Ï%©!$# (#?ã?t?#u? (#?è=Ï?xåu? ÏM˜ysÎ=˜¢Á9$# ó?ß?n=sù í•ô_r&

ç?ö�xî 5ß?ã?øÿx? n?? Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-

rendahnya.

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan....” (QS. At-Tin, 95: 4-6).

Pada dasarnya akhlak, etika dan moral sama-sama merupakan ukuran baik-buruk dari

perbuatan manusia. Jika manusia itu melakukan kebaikan maka ia akan dikatakan

sebagai orang yang berakhlak, beretika atau bermoral. 24 Abuddin Nata, op.cit, h. 97.

25 Rosihan Anwar, op.cit, h. 19. 45 Sementara perbedaan dari akhlak, etika dan moral

Page 27: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

secara sederhana terletak pada sumber yang dipakai untuk ukuran baik dan buruk. Jika

etika sumber ukuran baik dan buruknya berdasarkan rasio (akal) manusia, moral

berdasarkan adat kebiasaan (budaya) manusia, maka akhlak adalah agama. Etika

merupakan hasil ijtihad dari akal manusia dan moral merupakan produk budaya yang

juga merupakan hasil ijtihad manusia yang disepakati bersama dan menjadi adat

kebiasaan masyarakat setempat. Dan akhlak bersumber dari agama, yang adalah

sifatnya mutlak.

Karenanya akhlak akan dapat mempengarohi pandangan baik-buruk dari akal manusia,

dan juga dari moral masyarakat setempat. Misalnya, pandangan baik-buruk dari akal

(etika), seorang ulama pastilah akan didasari atau dipengarohi dari akhlak agama yang

diyakininya. Dan moral juga didasari dari keyakinan masyarakat setempat, pada daerah

gorontalo yang menjadikan landasan dari adat kebiasaan adalah kitabullah dengan

semboyan “adat bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah (al-Qur’an). Maka

moral akan sejalan dengan akhlak. Demikianlah pembahasan akhlak, etika dan moral.

Yang meskipun memiliki perbedaan sumber namun memiliki keterhubungan, sebab

etika merupakan baik-buruk berdasarkan akal dan moral berdasarkan adat kebiasaan

manusia, yang keduanya hadir sebagai upaya manusia menggapai jalan kebaikan.

Keduanya (etika dan moral), memiliki hubungan dengan akhlak sebab akhlak

berdasarkan pada agama. Dan agama hadir sebagai jalan lurus untuk membimbing

manusia kejalan kebaikan. 46 Firman Alllah swt.,

$t?ω÷d$# xÞ=u?Å_Ç9$# t??É)tGó¡ß?ø9$# n?? xÞ=u?ÅÀ t??Ï%©!$# |Mô?yè÷?r&

ö?Î?ø‹n=tã Î?ö�xî ÅU?àÒøóy?ø9$# ó?Î?ø‹n=tæ Ÿ?u? t??Ïj9!$aÒ9$# n?? Artinya:

“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri

nimat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka

yang sesat.” (QS. Al-Fatiha, 1: 6-7). Pada skripsi ini, fokus pembahasan adalah akhlak.

Pembahasan akhlak dari karya-karya seorang ulama besar Indonesia, yaitu Buya Hamka.

Sebagai seorang ulama, yang berpegang teguh pada ajaran Islam, maka landasan baik-

buruk Buya Hamka sangat dipengarohi dari keyakinan agamanya yaitu Islam. 3. Baik dan

Buruk Baik dan buruk adalah sifat yang selalu menempel pada sesuatu benda, terlepas

apakah benda itu mati ataupun hidup. 26 Demikian juga, kalau kita berbicara tentang

akhlak, maka selalu ada ukuran baik dan buruk.

Sehingga yang baik akan dapat dikatakan akhlak baik atau terpuji dan yang buruk

dikatakn akhlak buruk atau tercela. 1. Pengertian Baik dan Buruk Dalam bukunya Abudin

Nata, Akhlak Tasawuf, ia mengutip berbagai pengertian baik. Bahwa disebut baik adalah

sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Sesuatu yang disebut baik adalah yang

Page 28: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian.

Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan yang memberikan

kepuasan. Kebaikan adalah sesuatu yang sesuai keinginan. Kebaikan dapat pula berarti

sesuatu yang 26 Ibid, h. 70. 47 mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang

dan bahagia. Kebaikan juga merupakan sesuatu yang diinginkan, yang diusahahkan dan

menjadi tujuan manusia.

Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan

manusia. 27 Dari berbagai pengertian baik diatas dapat kita pahami bahwa yang baik itu

berhubungan dengan kepuasan, kebahagian dan kesempurnaan. Sesuatu dipandang

baik apabila ia mendatangkan kebahagiaan pada manusia.

Kebaikan juga adalah apabila kita bisa melakukan hal yang kita inginkan, dalam artian

manusia yang baik itu adalah manusia yang merdeka. Ketika manusia tidak bebas

melakukan apa yang diyakininya maka cenderung ia merasa tertekan dan hal ini

dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik. Tingkah laku atau perbuatan manusia

dipandang baik apabila perbuatan itu menuju kepada kesempurna kemanusiaannya.

Bukan malah menjatuhkan harkat martabatnya sebagai manusia. Karenanya tidak semua

hal yang mendatangkan kepuasan adalah baik, dan tidak semua yang sesuai keinginan

adalah baik. Apabila kepuasan dan keinginan yang diupayakan justru menjatuhkan

martabat kemanusiaan seseorang maka sesungguhnya itu bukanlah merupakan suatu

kebaikan.

Misalnya, seseorang mencari kepuasan dengan cara menggunakan narkoba maka itu

bukanlah merupakan sesuatu kebaik, justru merupakan suatu keburukan. Yang disebut

baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur,

bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia. Definisi kebaikan yang demikian

terkesan antropocentris, yakni memusat dan bertolak 27 Abuddin Nata, op.cit, h. 104.

48 dari sesuatu yang menguntungkan dan membahagiakan manusia. Pengertian baik

yang demikian tidak ada salahnya karena secara fitrah manusia memang menyukai

hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan dirinya. Kesempurnaan, keharuan,

kepuasan, kesenangan, kebenaran, kesesuaian dengan keinginan, mendatangkan

rahmat, memberikan perasaan senang dan bahagia dan yang sejalan dengan itu adalah

sesuatu yang umumnya dicari dan diusahahkan manusia, karena semuanya itu dianggap

sebagai yang baik atau mendatangkan kebaikan bagi dirinya.

28 Namun yang perlu diingat adalah kebaikan juga merupakan hal yang apabila

Page 29: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

dikerjakan maka hal itu tidak membuat derajat kemanusiaan jatuh. Tidak semua hal

yang menyenangkan dan membahagiakan diri manusia adalah kebaikan. Rosihon

Anwar, dalam bukunya Akhlak Tasawuf , mengutip perkataan Muhammad Abduh yang

mengatakan bahwa kebaikan adalah apa yang kekal faedahnya sekalipun menimbulkan

rasa sakit dalam mengerjakannya. 29 Sementara keburukan adalah lawan dari kebaikan.

Jadi, jika kebaikan adalah melakukan hal yang kekal faedahnya sekalipun menimbulkan

rasa sakit atau sulit melakukannya. Maka keburukan adalah apa yang tidak berfaedah

yang walaupun dalam mengerjakannya menimbulkan kesenangan dan kepuasan.

Namun sesungguhnya kesenangan dan kepuasan itu hanyalah sementara dan justru

mendatangkan bencana atau menurunkan derajat manusia. 28 Ibid, h. 105.

29 Rosihon Anwar, op.cit, h. 70. 49 2. Ukuran Baik dan Buruk Segala sesuatu memilik

patokan atau ukuran demikian juga dengan baik dan buruk. Ada berbagai macam

aliran-aliran paham dalam ukuran baik dan buruk. Berikut penulis akan memaparkan

ringkasan dari beberapa aliran. a. Baik dan Buruk Adat Istiadat (Sosialisme) Menurut

aliran ini baik atau buruk perbuatan seseorang ditentukan berdasarkan adat istiadat

yang berlaku dan dipegang teguh masyarakat.

Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang

yang menentang serta perbuatannya tidak sesuai dengan adat istiadat dipandang buruk

dan kalau perlu dihukum secara adat. Dalam filsafat kelompok ini dikenal dengan istilah

aliran sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari anggapan bahwa masyarakat itu

terdiri dari manusia, maka masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya

perbuatan manusia yang menjadi anggota dalam masyarakat itu. 31 b.

Baik dan Buruk Hedonisme Pandangan ini menganggap bahwa kelezatan dan

kenikmatan merupakan sautu tolak ukur dalam menentukan baik dan buruknya suatu

perbuatan. 32 Menerut paham ini bahwa tidak ada kebaikan dalam hidup selain

kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Namun kelezatan dan

kenikmatan tidak bisa hanya dinilai dengan artian sebagai kenikmatan dan kelezatan

yang sementara.

Karena berapa banyak kelezatan dan kenikmatan sementara yang justru mendatangkan

penderitaan dikemudian hari. Misalnya kelezatan sementara yang dirasakan oleh orang

yang 31 Ibid, h. 107. 32 Rosihon Anwar, op.cit, h. 81. 50 menggunakan narkoba dan

minum minuman keras. Itu tidak dapat dikatakan kebaikan sebab justru mendatangkan

penderitaan (keburukan) pada manusia. c.

Baik dan Buruk Intuisisme Menurut paham ini bahwa yang baik adalah perbuatan yang

Page 30: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

sesuai dengan penilaian yang diberikan hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam

dirinya. Dan sebaliknya perbuatan buruk adalah yang menurut hati nuraninya adalah

buruk. Paham ini yang baik adalah yang sesuai dengan kodrat manusia, yaitu

kemanusiaanya yang cenderung kepada kebaikan. 34 Nabi Muhammad saw.,

bersabda yang artinya, : “Kebaikan ialah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang

ada di hatimu yang kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.” (Hr. Ahmad). d. Baik

dan Buruk Utilatarianisme Paham ini menganggap bahwa yang baik itu adalah apa yang

bermanfaat. Baik dan buruknya suatu perbuatan berdasarkan pada besar kecilnya

manfaat yang ditimbulkan bagi manusia.

Segala tingkah laku manusia selalu diarahkan pada pekerjaan yang membuahkan

manfaat yang sebesar-besarnya. Tujuannya adalah kebahagiaan orang banyak.

Pengorbanan dapat dipandang baik jika mendatangkan manfaat. Lain dari itu dianggap

sia-sia belaka. 35 Paham ini menekankan ukuran baik dan buruk pada seberapa manfaat

yang didapat dari perbuatan manusia.

Apabila perbuatan manusia itu mendatangkan manfaat maka dianggap baik. Namun

apabila perbuatan manusia itu tidak bremanfaat hanya mendatangkan kesiasiaan belaka

maka dipandang buruk. 34 Ibid, h. 112. 35 Rosihon Anwar, op.cit, h. 83. 51 e. Baik dan

Buruk Religiosisme Menurut paham ini bahwa yang baik adalah perbuatan yang sesuai

dengan kehendak Tuhan.

Sedangkan perbuatan buruk adalah yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. 37

Paham ini dipegang oleh orang-orang yang mengimani suatu Agama. Sebab dalam

pandangan orang-orang yang mengimani suatu agama perbuatan yang diperintahkan

Tuhan adalah hal yang wajib untuk dilaksanakan, dan melaksanakannya merupakan

kebaikan. Sementara hal yang dilarang oleh Tuhan itu semua merupakan hal-hal yang

buruk dilakukan dan wajib untuk meninggalkannya. f.

Baik dan Buruk Vitalisme Menurut paham ini ukuran baik dan buruk adalah kekuatan

kehidupan manusia. Manusia dikatakan baik apabila memiliki daya kekuatan yang kuat.

Sehingga memaksa manusia yang lemah mengikutinya. Dan keburukan adalah apabila

manusia tidak memiliki daya kemampuan kuat yang memaksa manusia mengikuti

kehendak hidup orang lain.

38 Orang yang tidak bisa melakukan perbuatan yang sesuai keinginan atau tujuannya,

diakibatkan kelemahannya maka itu merupakan suatu keburukan. Kebaikan adalah

apabila manusia mempunyai kemerdekaan dalam melakukan hal-hal yang diyakininya.

Paham ini mengajarkan agar manusia menjadi manusia yang merdeka. Tidak diperbudak

Page 31: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

orang lain. Tidak juga diperbudak jabatannya.

Manusia yang baik menurut paham ini adalah manusia yang punya kemerdekaan dalam

melakukan amalan yang diyakininya benar (baik). Manusia yang baik 37 Ibid, h. 116. 38

Rosihon Anawar, op.cit , h. 76. 52 adalah yang berani menyampaikan kebenaran.

Namun, terkadang kekuatan manusia justru diarahkan untuk menjajah yang lemah. 4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Ada banyak hal yang mempengaruhi akhlak

perbuatan manusia.

Faktor- faktor yang mempengauhi perbuatan manusia dapat kita kelompokkan dalam

dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Merupakan

faktor dari dalam diri manusia yang mempengarohi perbuatan manusia. Ada banyak

faktor internal yang mempengarohi perbuatan manusia, diantaranya : - Insting atau

Naluri Insting merupakan suatu alat atau sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang

menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada

dengan didahului latihan perbuatan itu.39 Perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak

yang digerakkan oleh insting atau naluri.

Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan

yang asli. Insting atau naluri manusia sebagai pendorong tingkah laku terbagi kedalam

beberapa bagian diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakan, naluri

berjuang dan naluri ber-Tuhan. Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat bergantung

pada penyalurannya.

Naluri dapat menjerumuskan manusia kepada kehinaan, tetapi dapat juga mengangkat

manusia 39 Mustofa, Akhlak Tasawuf, cet.-2, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 82-84. 53

pada derajat yang mulia, jika naluri itu disalurkan pada hal yang baik dengan tuntunan

kebenaran. 40 Suatu sifat atau insting yang masih primitif. Tidak dapat dilengahkan dan

dibiarkan begitu saja, bahkan wajib dididik dan diasuh.

Cara mendidik dan mengasuh insting ialah kadang-kadang dengan ditolak dan

kadang-kadang pula diterimanya. Perbuatan yang dibangunkan oleh insting itu kalau

buahnya baik, maka pendorongnya harus diberi semangat dan perbuatannya harus

diulang-ulang. Tapi kalau akibatnya buruk maka harus ditolak dan jangan sampai

diulang- ulang.41 Suatu insting yang ada pada manusia haruslah dididik.

Cara mendidiknya adalah dengan menerima atau menolak insting itu. Jika insting baik

maka haruslah diterima bahkan diupayakan insting itu menjadi kebiasaan (kepribadian).

Namun jika insting itu buruk maka haruslah ditolak agar insting itu tidak menyebabkan

kebiasaan buruk. Sehingga insting manusia membuahkan akhlak yang baik. Dan

Page 32: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

mengarahkan manusia kepada derajat yang mulia. Menjadikan manusia yang

sebenarnya manusia.

- Kebiasaan Salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak manusia adalah kebiasaan,

karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak sangat erat sekali dengan kebiasaan.

Yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga

mudah untuk dikerjakan. 42 40 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan

Implementasi, cet.-3, (Bandung: Alfabeta, 2014, h. 20. 41 Ahmad Amin, Etika (Ilmu

Akhlak), cet.-8, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 19. 42 Heri Gunawan, op.cit, h. 20. 54

Segala perbuatan baik atau buruk menjadi adat kebiasaan karena dua faktor.

Pertama, kesukaan hati kepada suatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan

melahirkan suatu perbuatan. Dan kedua, dengan diulang-ulang secukupnya. 43 Manusia

juga hendaknya memaksakan diri untuk mengulang-ulang perbuatan yang baik

sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak yang baik padanya. 44 Sambil

memaksakan diri mengulang-ulang perbuatan yang baik, manusia juga harus berusahah

menghadirkan rasa cinta kepada perbuatan yang baik.

Shingga lama-kelamaan perbuatan baik yang diusahahkan menjadi kebiasaan itu bisa

benar-benar menjadi kebiasaan dan dilakukan dengan sepenuh hati. - Kehendak atau

Kemauan Dalam membiasakan diri untuk membentuk akhlak perbuatan baik, terkadang

banyak kesulitan dan godaan yang membuat manusia payah dalam membiasakan diri

membentuk akhlaknya. Sehingganya manusia harus benar- benar berusahah dalam

membentuk akhlaknya.

Semakin kuat kemauan atau kehendak manusia maka akan semakin kuat pula

usahahnya. Sehingganya kemauan atau kehendak itu juga mempengaruhi dalam

membentuk akhlak yang baik. Kemauan ialah usahah untuk melangsungkan segala ide

dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai rintangan dan

kesukaran-kesukaran.

Namun sekali-kali tidak mau tunduk kepada kesukaran-kesukaran tersebut. 45 43

Ahmad Amin, op.cit, h. 21. 44 Heri Gunawan, op.cit, h. 20. 45 Ibid, h. 20. 55 Namun yang

perlu diperhatikan setiap manusia punya kemauan atau kehendak. Kehendak itu

mempunyai dua macam perbuatan. Kadang-kadang ia menjadi pendorong dan

kadang-kadang ia menjadi penolak.

Yakni kadang-kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat dan kadang juga

mendorong kekuatan manusia supaya mencegah (tidak berbuat). 46 Sehinggahnya

apabila yang muncul adalah kemauan atau kehendak kepada kebaikan. Maka kekuatan

Page 33: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

manusia harus diupayakan untuk berbuat. Namun apabila yang muncul adalah kemauan

atau kehendak kepada keburukan. Maka kekuatan manusia diupayakn untuk mencegah

(tidak berbuat).

Sehingga manusia dapat mewujudkan akhlak yang baik pada dirinya dan menjadi

manusia yang sebenarnya manusia. - Suara Batin atau Suara Hati “Didalam diri manusia

terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan ( isyarah ) jika

tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut

adalah suara batin atau suara hati.”

47 Manusia merasa bahwa didalam jiwanya ada suatu kekuatan yang memperingatkan

perbuatan buruk dan usahah mencegah perbuatan itu. 48 Ada suara hati yang hendak

menuntun manusia agar tidak mengerjakan perbuatan buruk dan mengerjakan

perbuatan yang baik. Jika perasaan itu dituruti untuk berbuat baik maka manusia akan

merasa tenang.

Namun jika tidak dituruti, kata hati yang menyuruh untuk menjauhi keburukan, maka

hati pun terasa tidak tenang. Itulah suara hati. 46 Ahmad Amin, op.cit, h. 49. 47 Heri

Gunawan, op.cit, h. 21. 48 Ahmad Amin, op.cit, h. 68. 56 Nabi Muhammad saw.,

bersabda yang artinya, : “Kebaikan ialah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang

ada di hatimu yang kamu tidak suka orang lain mengetahuinya.” (Hr. Ahmad). b.

Faktor Eksternal Selain faktor internal yang mempengaruhi akhlak manusia. Terdapat

juga faktor eksternal atau pengaruh dari luar diri yang juga mempengaruhi akhlak

manusia. Beberapa faktor ekstrnal adalah sebagai berikut: - Pendidikan Sebagai upaya

dalam memanusiakan manusia.

Pendidikan mempunyai peran penting dalam upaya membantu mendewasakan manusia

agar ia benar- benar menjadi manusia yang sebenarnya manusia. Pendidikan

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan karakter, akhlak dan etika seseorang

sehingga baik buruknya akhlak seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan. 49 Sebab

tujuan utama dari pendidikan adalah untuk mendewasakan manusia agar mempunyai

akhlak yang baik. Oleh sebabnya pendidikan dapat mempengaruhi akhlak manusia.

- Lingkungan Setiap manusia membutuhkan tempat tinggal. Tempat tinggal inilah yang

merupakan lingkungan manusia. Lingkungan manusia meliputi apa-apa yang

melingkupinya dalam hidup. Mulai dari keadaan alam sampai pada masyarakat tempat

bergaul dalam kehidupan sehari-hari. 49 Heri Gunawan, op.cit, h. 21. 57 Lingkungan

dapat kita kelompokkan menjadi dua.

Page 34: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Yang pertama adalah lingkungan alam (kebendaan), yang meliputi seluruh bentangan

alam dimana manusia itu tinggal. Dan kedua, lingkungan pergaulan.50 Keadaan alam

dapat mempengaruhi prilaku manusia. Orang yang hidup dipinggir pantai misalnya

maka ia akan cenderung menyukai kehidupan sebagai nelayan. Demikian juga

lingkungan pergaulan manusia dalam masyarakat juga dapat mempengaruhi perilaku

manusia. c.

Tauhid Selain beberapa faktor internal dan eksternal diatas yang mempengaruhi akhlak

manusia. Terdapat juga satu faktor yang mempengaruhi akhlak manusia. Yaitu Tauhid.

Tauhid juga mempengaruhi akhlak perbuatan manusia. Sebagaimana yang dibahas

sebelumnya bahwa akhlak adalah perbuatan baik yang didasarkan pada agama. Orang

yang kuat tauhidnya maka ia senantiasa mengamalkan ajaran agama yang diyakininya

dengan baik.

Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan, akan menjadi landasan untuk mengarahkan

amal perbuatan yang dilakukan manusia. Sehingga perbuatan yang dilakukan manusia

itu akan tertuju semata-mata untuk Allah swt. 51 Firman Allah swt., !$t?u? (#ÿ?â÷É?é&

a?Î) (#?߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# t??ÅÁÎ=øƒè? ã&s! t??Ïe$!$# u?!$x_u?ãm (#?ß?‹É)ãƒu?

n?4?n=¢Á9$# (#?è?÷sãƒu? n?4?x.¨“9$# 4 y7Ï9=sŒu? ß?ƒÏŠ Ïpy?ÍhŠs)ø9$# n?? 50 Ahmad

Amin , op.cit, h. 41. 51 Abuddin Nata, op.cit, h. 21.

58 “padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya

semata-mata karena (menjalankan) agama... (QS. Al-Baiyyinah, 98: 5). Seseorang yang

baik Tauhidnya maka ia akan mengamalkan agama yang diyakininya dengan baik.

Sebab ia yakin bahwa apa yang diperintahkan Allah swt., adalah kebaikan. Karenanya

Tauhid mempengaruhi akhlak manusia. C. Hakikat Manusia Ada sangat banyak teori

yang berbicara tentang hakikat manusia.

Ada yang mengatakan bahwa manusia itu homo sapiens (manusia berakal), ada yang

mengatakan bahwa manusia homo economicus (manusia ekonomi), bahkan ada yang

mengatakan manusia itu econmic animal (binatang yang berekonomi). 52 Semua itu

adalah penamaan manusia. Kiranya penulis tidak akan membahas teori diatas dalam

skripsi ini. Karena penulis lebih tertarik membahas manusia dari segi unsurnya yang

memiliki jasmani, akal dan roh, karena pembahasan ini akan berkaitan dengan

pembahasan penulis mengenai pemantapan budi dalam memanusiakan manusia.

Dalam bukunya Ahmad Tafsir ia mengutip perkataan Al-Syaibani yang mengatakan

bahwa manusia itu mempunyai tiga potensi yang sama pentingnya yaitu jasmani, akal

dan roh. Muhammad Quthb juga mengatakan bahwa eksistensi manusia ialah jasmani,

akal dan roh yang ketiganya itu menyusun manusia menjadi satu kesatuan. 53 Jasmani

Page 35: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

adalah tubuh kasar manusia. Manusia mempunyai kebutuhan jasmani, didalam

Al-Qur’an Allah swt.,

berfirman, 52 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, cet.-14, (Jakarta : Rajawali

Pres, 2016), h. 11. 53 Ahmad Tafsir, Op.cit. h. 18. 59 * û?Í_t6˜tƒ t?yŠ#u? (#?ä‹è{

ö/ä3tGt?ƒÎ— y‰?Ïã Èe?ä. 7‰Éfó¡t? (#?è=à2u? (#?ç/u?õ°$#u? Ÿ?u? (#þ?èùÎ?ô£è@ 4

…絯?Î) Ÿ? �=Ïtä† t??ÏùÎ?ô£ß?ø9$# n??? “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu

yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan

berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf

: 31).

Dalam ayat diatas Tuhan mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah

suatu keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani. 54

Kemudian akal, adalah alat untuk berpikir. Jadi, salah satu hakikat manusia ialah ia ingin,

ia mampu dan ia berpikir. 55 Buya Hamka mengatakan bahwa manusia itu sejenis

hewan juga, tetapi Tuhan memberikannya kelebihan dengan akal.

Kepada akal itulah bersandar segala perkara yang wajib dia lakukan atau wajib

diatinggalkan. 56 Dengan kata lain akal inilah yang membedakan manusia dengan

hewan, dan salah satu tanda keberadaan akal adalah dengan berikir, karena akal adalah

alat untuk berpikir. Dengan akal itulah manusia dapat memikirkan besar nikmat yang

diterimanya dari Tuhan, nikmat kemuliaan dan ketinggian yang tiada ternilai, sehingga

dia telepas daripada kehinaan.

57 Sementara itu, mengenai roh Allah swt berfirman, š�t??è=t?ó¡o„u? Ç?tã Çy?”�9$# (

È?è% ßy?”�9$# ô?Ï? Ì�ø?r& ’În1u‘ !$t?u? ?çF�Ï??é& z?Ïi? É?ù=Ïèø9$# a?Î) W?ŠÎ=s% n???

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah : Roh itu

termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (Al-Isra’

: 85). 54 Ibid, h. 15. 55 Ibid, h. 17. 56 Hamka, Op.cit. h. 8. 57 Ibid, h. 9.

60 Dalam ayat ini Allah mengabarkan kepada kita bahwa manusia hanya diberi

pengetahuan yang hanya sedikit, maka adapun mengenai roh itu adalah urusan Tuhan.

Dan Manusia hanya diberi ilmu yang sedikit untuk itu. Yang menjadi keyakinan kita

adalah bahwa dalam tubuh kita ada roh yang merupakan unsur hakiki dari manusia.

Firman Allah swt, #sŒÎ*sù …çµçG÷ƒ§?y™ àM÷‚x_t?u? ϵŠÏù ?Ï? ?Çr?•‘ (#?ãès)sù …çµs9

t??ωÉf˜y™ n??? “Kemudian apabilah telah aku sempurnakan kejadiannya dan Aku

tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya;...”(Shaad : 72). Itulah sedikit pembahasan tentang

hakikat manusia, mengenai unsur jasmani, akal dan roh, yang ada pada manusia.

Buya Hamka juga mengatakan bahwa jiwa manusia mempunyai dua akal yaitu akal lahir

Page 36: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

dan akal batin. Akal lahir ialah yang kelihatan dalam pertimbangan-pertimbangan yang

dilakukan orang dalam menghadapi kehidupan. Dan akal batin terpendam didalam,

yang terbentuk karena melalui berbagai proses jiwa didalam hidup.

Kesanggupan mengendalikan pertemuan akal batin dengan akal lahir dan pengarohnya

atas diri itulah yang menjadi pedoman atas sehat sakitnya jiwa seseorang. Kiranya,

apabila manusia dapat menjaga kesehatan ketiga unsur yakni jasmani, akal dan roh,

maka akan lahir manusia yang mempunyai budi luhur atau yang memiliki akhlak yang

baik.

Menjaga keshatan jasmani adalah dengan makan dan minum secukupnya saja jangan

berlebihan, karena kalau berlebih-lebihan dapat membuat badan malah tidak sehat dan

sifat rakus adalah sifatnya setan. Menjaga kesehatan akal adalah dengan menjauhi

hal-hal yang dapat menggelapkan akal, misalnya minuman keras, dan juga menjaga akal

agar tidak 61 dikuasai oleh nafsu syahwat.

Apabila manusia sudah gelap akalnya, mengejar kesenangan dengan tidak lagi

menimbang baik dan buruk, maka jadilah sama manusia itu dengan binatang yang tak

berakal. Apabilah manusia tidak lagi bisa menjaga kesehatan akal dan jiwanya, maka

akan jadilah ia manusia yang bukan manusia. Karena sejatinya manusia itu adalah sifat,

sementara tubuh yang kasar (jasmani) ini samalah saja dengan hewan.

Seperti kata Buya Hamka manusia itu jenis hewan juga tetapi Tuhan memberikan

kelebihan kepada manusia dengan akal. Karena manusia itu adalah sifat, dan manusia

yang gelap akal dan rendah budinya dapat menjadi manusia yang bukan manusia, atau

manusia yang masih harus dimanusiakan. Dan tujuan pendidikan adalah untuk

memanusiakan manusia. 58 58 Ahmad Tafsir, Op.cit. h. 33.

62 BAB IV PERSPEKTIF PENDIDIKAN BUYA HAMKA: PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM

MEMANUSIAKAN MANUSIA A. Hakikat Manusia dalam Pandangan Buya Hamka Dalam

pandangan Buya Hamka, manusia merupakan makhluk yang mulia. Manusia merupakan

makhluk yang istimewa dan pilihan di sisi Allah swt.

1 Namun di sisi lain, manusia juga memiliki kecenderungan yang dapat menjatuhkan

dirinya dari derajat mulia, kederajat kebinatangan. Menurut Buya Hamka, manusia juga

terhitung binatang dalam ilmu biologi, tetapi insan menurut ilmu kemanusiaan. 2

Maksudnya adalah manusia memiliki kebutuhan biologis (tubuh) yang dekat dengan

sifat-sifat binatang, namun tubuh manusia adalah sebaik-baik bentuk makhluk.

Sebagaimana juga yang dikatakan Buya Hamka, “Di antara makhluk Allah di atas muka

Page 37: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

bumi ini, manusia diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan

batinnya; bentuk tubuh dan nyawanya. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk

tubuh hewan...” 3 Karenanya apabila manusia mengikuti kehendak kebinatangannya,

maka akan jatuhlah derajat manusia.

Padahal kata Buya Hamka, “Allah telah memberi manusia keutamaan yang

menyebabkannya lebih tinggi daripada makhluk yang lain.” 4 Buya Hamka berkata

bahwa, “Adapun hewan jenis lain, yang dirasakannya hanyalah semata-mata kelezatan

perasaan kasar. Dikejarnya kelezatan itu dengan tidak menimbang dan memikir lebih

dahulu. Sedang bagi manusia, akal itulah yang menjadi penjaganya dan menguasainya.

Meskipun suatu perkara dipandangnya lezat untuk badannya, belum tentu dia mau

mengerjakannya kalau belum dapat persetujuan dari akalnya.” 5 1Hamka, Kesepaduan

Iman dan Amal Saleh, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 130. 2Hamka, Lembaga

Budi, cet.-2, (Jakarta: Republika, 2016), h. 3. 3Hamka, Juz ‘AmmaTafsir Al-Azhar, cet.-1,

(Jakarta: Gema Insani, 2015), h. 248. 4Hamka, Pandangan Hidup Muslim, cet.-1, (Jakarta:

Gema Insani, 2016), h. 62.

5Hamka, Falsafah hidup, cet.-1, (Jakarta: Republika, 2015), h. 8. 63 Salah satu kelebihan

manusia adalah diberikan akal oleh Allah. Dan ciri manusia berakal adalah ketika

melakukan suatu perbuatan maka ia akan menimbang apakah perbuatan itu layak

dikerjakan atau tidak. Karenanya tanda manusia masih memiliki akal yang sehat ialah

kesukaan memilih akhlak yang mulia.

Pantangan mengerjakan pekerjaan yang rendah menurut timbangan budiman (manusia

berakhlak). Biar perutnya lapar, tak mau membuat malu, walaupun akan diejek. 6 Allah

swt., berfirman, ô‰s)s9 $u?ø)n=y{ z?˜|¡SM}$# þ’Îû Ç?|¡ômr& 5?ƒÈ?ø)s? n?? “Sungguh

telah Kami ciptakan manusia itu atas sebaik-baik pendirian.” (At-Tiin, (95): 4).

Buya Hamka berkata, “Di antara makhluk Allah di atas muka bumi ini, manusia

diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan batinnya; bentuk

tubuh dan nyawanya. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk tubuh hewan, juga

ukuran, manis mukanya, sehingga dia dinamai Basyar ; artinya wajah yang mengandung

bahagia, sangat berbeda dengan bentuk binatang. Dan manusia diberi pula akal, bukan

semata-mata napas yang turun naik.

Maka dengan keseimbangan tubuh dan pedoman akal, dapatlah dia hidup di muka

bumi sebagai pengatur. Kemudian Allah mengutus rasul-rasul membawa petunjuk,

bagaimana cara menjalani hidup agar selamat.” 7 Manusia diberikan bentuk tubuh yang

sebaik-baiknya. Dan juga diberikan pula akal agar dengan akal itu manusia memikirkan

Page 38: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

baik-buruk perbuatannya di muka bumi.

Sehingga dia tidak menjadi manusia yang hanya tubuh saja manusia, namun akhlaknya

justru seperti hewan. Namun, menjadi manusia yang tubuhnya manusia dan akhlaknya

pun manusia. 6Ibid, h. 20. 7Hamka, op.cit, 2015, h. 248. 64 B. Akhlak dalam Pandangan

Buya Hamka Sejauh penelusuran penulis, Buya Hamka dalam buku-bukunya, tidak

memberikan pengertian akhlak dengan gamblang.

Dalam buku-bukunya Buya Hamka sering mengartikan akhlak dengan kata “budi

pekerti”. Misalnya Buya Hamka mengartikan “Innama bu’ist-tu li utammima makarimal

akhlaqi! ; Aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti mulia”. 8

Dalam hadits Nabi Muhammad saw., di atas dapat kita lihat kalau Buya Hamka

mengartikan kata “akhlaqu” dengan “budi pekerti mulia” .

Jadi dalam pandangan Beliau adalah budi pekerti sama artinya dengan akhlak. Buya

Hamka sering menggunakan kata budi pekerti dalam menyebut akhlak. Sebagaimana

juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan dengan budi pekerti,

kelakuan. 9 Sehingganya rujukan akhlak dalam karya-karya Buya Hamka juga berarti

kata budi pekerti. Ada banyak karya Buya Hamka yang membahas tentang akhlak yang

mulia.

Diantaranya akhlaqul karimah, falsafah hidup, lembaga hidup, lembaga budi, tasawuf

modern , dan lain-lain. Beliau juga menulis banyak novel yang menggambarkan

kehidupan akhlak manusia, diantaranya terusir, tuan direktur, dari lembah cita-cita, dan

lain-lain. 1. Akhlak Tujuan Hidup Manusia Dalam pandangan Buya Hamka, budi pekerti

yang baik merupakan perangai dari para rasul, orang terhormat, sifat seorang muttaqin,

dan hasil dari perjuangan orang yang abid. 10 Akhlak baik adalah pakaian orang-orang

yang mulia atau pakaian dari manusia yang sebenarnya manusia.

Para Rasul, semuanya 8Hamka, Lembaga Budi, cet.-2, (Jakarta : Republika, 2016), h. v.

9kbbi.web.id. 10 Hamka, Akhlaqul karimah, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2017), h. 1. 65

adalah orang-orang yang memiliki akhlak mulia. Bahkan Nabi Muhammad saw., bukan

hanya sekedar memiliki akhlak yang baik. Namun hadirnya di muka bumi ini adalah

untuk membimbing manusia kejalan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda Nabi

Muhammad saw.,

“Aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti mulia. (Hr. Baihaqi)

” Dalam pandangan Buya Hamka, akhlak yang baik merupakan tujuan manusia yang

benar-benar ingin menjadi manusia, dan menyingkirkan diri dari sikap binatang.

“Keutamaan budi, itulah tujuan yang akhir. Dan menyingkirkn diri dari kebinatangan,

Page 39: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

itulah cita-cita yang mulia.

Bukit itulah yang didaki orang budiman, sebagian jatuh dan sebagian bangun, ada yang

tidak tahan, ada yang lemah kakinya, lalu terjatuh dan tidak bangun lagi. Ada pula yang

tegak kembali, dan melangkah terus perlahan-lahan dan tidak mengenal putus asa.” 11

Akhlak mulia, itulah tujuan hidup agar manusia menjadi manusia yang sebenarnya

manusia. Namun jalan menuju tujuan itu tidaklah mudah. Sebab manusia memiliki

nafsu.

Dan terkadang nafsu itu bersebrangan dengan akhlak (budi pekerti) mulia. Karenanya

manusia harus memiliki kemauan yang kuat untuk membentuk akhlak mulia dalam

dirinya. Buya Hamka berkata, “Hendaklah pada diri itu ada kemauan menempuh jalan

yang benar dan menjauhi kehendak yang jahat. Kalau nafsu dituruti, dialah yang

menjadi raja di dalam kehidupan, dan celakalah kita, tetapi kalau tidak semua

kehendaknya dituruti, selamatlah dia di dunia dan akhirat.” 12 Hendaklah manusia tidak

menuruti semua kehendak nafsunya. Namun tidak semua kehendak nafsu mesti kita

lawan.

Misalnya disaat kita lapar maka manusia bernafsu untuk makan. Maka hendaklah

makan. Namun pada saat makan, makanlah secukupnya untuk memenuhi kebutuhan

tubuh. Jangan 11 Hamka, op.cit, 2016, h. 3. 12 Ibid, h. 4. 66 terlampau bernafsu makan,

sampai sudah lupa diri. Sebab hidup tidak sekedar memenuhi kebutuhan nafsu, namun

untuk menyempurnakan diri sebagai manusia.

Buya Hamka berkata, “Ada manusia yang sempurna? Ada! Yaitu manusia yang insyaf

akan kekurangan lalu berusahah mencapai kesempurnaan, itulah manusia yang

sempurna.” 13 Kesimpulannya Buya Hamka memandang akhlak yang mulia menjadi

tujuan hidup manusia. Itulah jalan yang ditempuh oleh manusia yang benar-benar ingin

menjadi manusia. Adalah menyempurnakan kemanusiaannya. 2. Akal dan Akhlak

Manusia Manusia dianugrahi Allah swt., dengan nafsu. Sebab manusia juga merupakan

jenis binatang juga.

14 Dan untuk menempuh keutamaan akhlak dalam hidup, maka manusia harus bisa

menahan kehendak nafsu. Oleh sebabnya disisi lain manusia dianugrahi oleh Allah swt.,

dengan akal, yang merupakan salah satu potensi dasar yang dimiliki manusia. 15

Menurut Buya Hamka, Akal adalah ikatan, ibarat tali mengikat unta, akal itu mengikat

manusia.

Sebagaimana tali mengikat unta supaya tidak lari, akal manusia mengikatnya pula

supaya tidak lepas mengikuti hawa nafsu. 16 Buya Hamka, memandang bahwa akal

Page 40: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

adalah alat pengikat nafsu, agar nafsu itu jangan sampai mengikuti hal-hal yang tidak

baik. Sehingganya menurut Beliau tanda orang berakal ada pada akhlaknya. Sebab

manusia yang berakal senantiasa menimbang baik dan buruk perkara yang akan

dilakukannya.

Demikian pandangan Buya Hamka tentang akal manusia, yang telah kita bahas pada

subbab “Manusia dalam Pandangan Buya Hamka”. Kalau kita melihat 13 Hamka, op.cit.,

2015, h. 223. 14 Hamka, Falsafah hidup, cet.-1, (Jakarta: Republika, 2015), h. 9. 15 Lihat

pembahasan pada BAB III, pada Subbab Manusia. 16 Hamka, op.cit, 2015, h. 16. 67

sekilas pandangan Buya Hamka, tentang akal, maka ini merupakan etika, yang

merupakan perilaku baik buruk manusia berdasarkan pertimbangan akal.

Sementara akhlak merupakan baik buruk berdasarkan agama. 17 Namun, kalau kita lihat

lebih lanjut pemikiran Beliau tentang akal. Menurut Beliau, bahwa akal itu adalah bagian

dari agama. Hal ini dapat kita lihat ketika Beliau menerangkan pentingnya akal. “Apakah

mereka tidak berakal? Lebih dari sepuluh kali terdapat di dalam al-Qur’an. Isinya ialah

membangkitkan hati buat menimbang, memikirkan, merenungkan.

Dan oleh hadis dikuatkan pula: ‘ Tiadalah sempurna agama manusia selama-lamanya,

sebelum sempurna akalnya’. ‘Agama manusia ialah akalnya, dan siapa yang tiada

berakal, tiadalah agama baginya’. ”18 Dalam hal ini, pandangan Buya Hamka

menggunakan akal adalah bagian dari ajaran Islam.

Segala perbuatan yang dilarang dalam Islam adalah untuk menjaga agar akal manusia

tetap sehat, sebab akal itulah pembeda manusia dengan binatang. Jika pembeda itu

hilang, maka hilanglah perbedaan manusia dengan binatang. Hal ini bukan berarti Buya

Hamka merupakan penganut paham akal mutlak, atau orang-orang yang hanya

menggunakan akal dan anti pada wahyu Tuhan.

Akal mengikat nafsu, dan wahyu mengikat akal. Kita dapat melihat bahwa Buya Hamka

bukanlah ulama yang mengatakan penggunaan akal tidak boleh. Bahkan Beliau

menganjurkan, dan juga menulis buku tentang menggunakan akal yang berjudul

“Falsafah Hidup”. 17 Lihat pembahasan BAB III pada subbab akhlak. 18 Hamka, op.cit,

2015, h. 44. 68 3. Ukuran Akhlak Manusia Dalam pandangan Buya Hamka, tolok ukur

akhlak adalah iman.

19 Iman merupakan kepercayaan terhadap Tuhan dalam suatu agama. Jadi bisa

dikatakan Buya Hamka memandang bahwa ukuran baik dan buruk akhlak manusia, itu

ada pada agamanya. Dalam aliran-aliran baik dan buruk, terdapat aliran Religiosisme.

Paham ini memandang bahwa yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan

Page 41: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

kehendak Tuhan (agama).

Sedangkan perbuatan buruk adalah yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. 20 Tak

mengherankan jika Buya Hamka memiliki pandangan Religiosisme. Sebab Beliau

merupakan seorang Ulama yang teguh memegang dan menjalankan agamanya. Buya

Hamka berkata, “Kerusakan dan kekacauan jiwa, adalah tersebab dari karena manusia

yang tidak mempunyai tujuan hidup, tidak mempunyai cita- cita.

Tiga belas tahun lamanya junjungan kita di Mekkah menjelaskan tujuan hidup dan

menegakkan sesuatu yang dapat membentuk budi, yaitu tujuan keesaan kepada Zat

yang meliputi dan menguasai seluruh alam benda yang maujud ini. Itulah yang terkenal

dengan kalimat pokok ajaran Islam, yaitu Tauhid (Iman).” 21 Rusaknya akhlak manusia,

karena kerusakan dan kekacauan jiwanya. Hal ini disebabkan manusia tidak memiliki

tujuan atau pegangan sandaran hidup.

Dalam Islam, manusia memiliki pegangan hidup yaitu iman kepada Tuhan yang Maha

Esa. Buya Hamka berkata, “Itulah hakikat yang membentuk budi dalam ajaran Nabi dan

junjungan kita Muhammad saw. itu. Kepadanya diturunkan Tuhan kitab Al-Qur’an. Dan

tujuan diturunkan kitab itu pun dijelaskan pula, yaitu membenarkan kandungan dan

tujuan dari kitab-kitab yang diturunkan kepada pesuruh-pesuruh Tuhan yang diutus

terdahulu daripadanya. Jelas dalam kitab itu bagaimana Tuhan memberikan

tuntunan-Nya kepada manusia, supaya manusia itu mencapai setinggi-tinggi tujuan

hidup.”

22 19 Hamka, op.cit, 2017, h. 26. 20 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, cet.-10, (Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2011), h. 116. 21 Hamka, Lembaga Budi, cet.-2, (Jakarta:

Republika, 2016), h. vi. 22 Hamka, op.cit, 2017, h. Vii. 69 Orang yang beriman pada Allah

swt dan Rasul-Nya, maka akan mengakui Al-Qur’an merupakan petunjuk yang akan

mengantarkan manusia pada kemuliaan.

Dalam kitab itu sudah ada tuntunan mana yang baik dan mana yang buruk. Demikian

pandangan Buya Hamka mengenai ukuran akhlak manusia. Beliau menjadikan iman

(agama) sebagai ukuran baik dan buruk. Dalam agama Islam yang dijadikan ukuran baik

dan buruk itu adalah sejauh mana seseorang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman

hidup, dan mengikuti sifat-sifat Nabi Muhammad saw. Hal ini menjadi tanda apakah

derajat akhlak manusia mulia, pertengahan, atau malah rendah. 4.

Faktor yang mempengaruhi akhlak manusia Buya Hamka berkata, “Apabila perangai

tidak berubah, guna apakah wasiat nabi-nabi, hukama, dan ahli-ahli budiman? Apakah

arti pengajaran dan pendidikan jika memang tidak bisa berubah? Bukankah Rasulullah

Page 42: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

saw. bersabda, ‘Perbaikilah akhlakmu’. ”23 Buya Hamka memandang bahwa akhlak

manusia bisa berubah. Akhlak bisa dilatih menjadi lebih baik lagi.

Manusia yang mengatakan bahwa akhlak tidak bisa dirubah, menurut Buya Hamka

hanyalah anggapan mereka yang telah putus asa menukar keburukan dengan kebaikan.

24 Dan untuk merubah akhlak manusia, terlebih dahulu kita harus mengetahui faktor

apa sajakah yang mempengaruhi akhlak manusia. Pada BAB III seblumnya, telah dibahas

apa saja hal-hal yang mempengaruhi akhlak manusia.

Antara lain faktor dari dalam: insting, kebiasaan, kemauan, dan suara hati (batin). Dan

faktor 23 Hamka, op.cit, 2017, h. 8. 24 Hamka, loc.cit. 70 dari luar: lingkungan,

pendidikan. Kemudian juga ada tauhid yang dimana kepercayaan itu dapat

mempengaruhi akhlak manusia. Dalam pandangan Buya Hamka pun, sejauh

penelusuran penulis tidak berbeda jauh dengan itu.

Dan bahwa Beliau memandang semua yang tersebut itu memanglah mempengaruhi

akhlak manusia. Berikut kita akan membahas bagaimana Buya Hamka memandang

faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak manusia. - Faktor Internal Faktor internal

merupakan kekuatan dari dalam diri manusia yang mempengaruhi akhlak manusia.

Dalam pandangan Buya Hamka, ada dua faktor yang melatari ketinggian budi pekerti

(akhlak) manusia. Yang pertama ialah insting. Yang merupakan bawaan asli manusia

sejak lahir. Buya Hamka berkata, “Ingin berkuasa, ingin menyerah, rasa takut, ingin

terkemuka, dan lain-lain, inilah instin[g]c, gharizah) atau naluri.”

25 Manusia ingin berkuasa, sebab ia takut jangan sampai hidupnya ditindas. Ketika

melihat dirinya dalam bahaya manusiapun akan merasakan ketakutan, ini adalah insting.

Insting yang merupakan kemampuan manusia membaca situasa untuk bertahan hidup,

yang merupakan bawaan sejak lahir. Insting ini haruslah berjalan sesuai dengan hajat

hidup manusia, dan agamapun mengatur jangan sampai insting ini keluar batas.

Insting syahwat ingin kawin manusia haruslah diarahkan, jangan seperti insting kawin

binatang yang kawin sesuka hati saja. Manusia memiliki derajat yang lebih baik dari

binatang, karenanya agama mengatur insting kawin manusia harus lewat pernikahan

yang sah. Jika manusia menuruti 25 Hamka, op. cit, 2016, h. 65. 71 instingnya tanpa ada

pedoman agama, maka hilanglah batas dirinya dengan hewan.

“Kedua, ketinggian budi pekerti diperoleh melalui kesungguhan dan latihan batin.

Artinya membiasakan diri kepada pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan budi yang

dituntut itu. Misalnya orang yang bermaksud menjadikan dirinya seorang penyantun,

Page 43: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

jalannya ialah membiasakan bersedekah.

Hendaklah diajarkan diri selalu membiasakan pekerjaan santun dan dermawan sehingga

akhirnya menjadi tabiat, mudah mengerjakannya dan tidak merasa berat lagi.” 26 Yang

kedua, ialah kebiasaan. Hendaklah manusia membiasakan dirinya kepada hal-hal yang

baik. Sehingga melakukan kebaikan yang tadinya dirasa sulit, menjadi tidak sulit lagi.

Dengan membiasakan diri pada hal-hal yang baik, manusia akan dapat membentuk

akhlaknya menjadi lebih baik lagi. Namun, membiasakan diri pada hal-hal yang baik itu

terkadang tidaklah mudah. Memang ketika sesuatu perbuatan sudah menjadi kebiasaan

maka hal itu terasa ringan. Tapi proses menjadikan sesuatu itu menjadi kebiasaan

tidaklah mudah. Karenanya dibutuhkan kemauan.

Buya Hamka berkata, “Hendaklah pada diri itu ada kemauan menempuh jalan yang

benar dan menjauhi kehendak yang jahat.”27 Jika manusia menghendaki akhlak yang

baik, maka dia haruslah memiliki kemauan untuk menjadi lebih baik. Kemauan dapat

mempengaruhi akhlak manusia. Dengan adanya kemauan untuk menjadi lebih baik lagi,

manusia dapat mengendalikan dirinya agar jangan sampai berbuat yang tidak baik.

Dan juga selain itu suara hati (batin) merupakan faktor yang mempengaruhi akhlak

manusia. Buya Hamka berkata, 26 Hamka, op.cit, 2017, h. 13. 27 Hamka, op.cit, 2016, h.

4. 72 “Yang maha penting dalam diri kita ialah hati. Bila hati sehat, sehatlah seluruh diri

dan selamatlah perjalanan. Bila hati ditimpa penyakit, sakitlah seluruh badan, ru[o]hani

dan jasmani. Tujuan menjadi kabur, yang dikandung berciciran, yang dikejar tidak dapat.

Oleh sebab itu, kita disuruh memelihara hati kita baik- baik.” 28 Dalam hal ini Buya

Hamka memandang penting untuk menjaga hati, agar hati itu tidak menjadi rusak dan

kabur melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Kalau hati sehat maka suara

hati pun menjadi baik, maka kesehatan hati haruslah dijaga.

Dan menurut Buya Hamka, bahwa hati itu selalu berkehendak kepada kebaikan, dan

makanan hati bukanlah kejahatan melainkan hikmah. 29 Namun, ibarat manusia yang

memakan makanan beracun akan mematikan jasmani. Maka ketika hati selalu memakan

makanan beracun pun hati akan mati, dan jadilah suara hati pada manusia itu menjadi

mati.

Karenanya dalam hal ini, Buya Hamka mengingatkan untuk menjaga kesehatan hati.

Selain itu, Akal dan nafsu juga sebenarnya merupakan faktor yang mempengaruhi

akhlak manusia. Nafsu lebih dekat dengan insting dan juga ia merupakan kehendak

yang muncul dari hati, dan akal merupakan alat yang dapat digunakan untuk

Page 44: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

mengarahkan faktor yang telah disebutkan tadi.

Dengan adanya akal maka manusia memiliki pertimbangan membedakan baik dan

buruk, sehingga insting, kebiasaan dan kemauannya bisa diarahkan kepada hal-hal yang

baik, dan dengan akal pula manusia dapat mengenali hal-hal yang membuat hati jadi

rusak. Dan dengan nafsu yang baik, maka manusia dapat memperkuat kemauannya. 28

Hamka, op.cit., 2016, h. 140. 29 Hamka, op.cit, 2017, h. 17 73 - Faktor Eksternal Faktor

eksternal merupakan faktor dari luar yang mepengaruhi akhlak manusia.

Pada BAB III sudah kita bahas, dua faktor eksternal yang mempengaruhi akhlak manusia.

Yaitu, pendidikan dan lingkungan. Buya Hamka juga memandang kedua faktor ini

sangat mempengaruhi akhlak manusia. “Apabila perangai tidak berubah, guna apakah

wasiat nabi-nabi, hukama, dan ahli-ahli budiman? Apakah arti pengajaran dan

pendidikan jika memang tidak bisa berubah? Bukankah Rasulullah saw. bersabda,

‘Perbaikilah akhlakmu’.

”30 Dalam perkataan ini, jelas Buya Hamka memandang bahwa pengajaran dan

pendidikan mempengaruhi perangai (akhlak) manusia. Beliau juga berkata bahwa, “Ada

tiga rukun yang perlu dalam mencapai utama: 1. Dengan tabiat. 2. Dengan pengalaman.

3. Dengan pelajaran. Jika ketiga-tiganya telah sejalan, ada harapan bahwa keutamaan

akan tercapai. Kalau ketiganya kendor, kendorlah keutamaan.

Kalau salah satunya kurang, pincanglah keutamaan. Banyak orang yang dari kecil

bergaul dalam kalangan ulama, tetapi pengalaman tidak ada atau ilmu tidak ditambah,

pengalamanya itu tidak memberi faedah bagi kenaikan budinya.”31 Yang pertama

tabiat, lebih identik dengan faktor internal insting dan kebiasaan.

Kedua, pengalaman didapat dari kebiasaan dan juga lingkungan, dan ketiga, pelajaran

didapat dalam pendidikan. Ketiga hal ini haruslah dimiliki bagi manusia untuk

memperbagus akhlaknya. Misalnya, ada anak yang lahir dalam keluarga muslim, namun

tidak diberikan pelajaran (dididik) dalam Islam, dan tidak dibiasakan hidup dengan

kehidupan dalam amalan Islam. Lingkungan keluarga pun bukan lingkungan Islam.

Maka anak itu pun jauh dari pedoman Islam apalagi akhlak Islam. 30 Hamka, op.cit,

2017, h. 8.

31 Hamka, Tasawuf Modern, cet.-1, (Jakarta: Republika, 2015), h. 139. 74 Pendidikan dan

lingkungan sangat mempengaruhi akhlak manusia. Buya Hamka berkata, “Pendidikan

dan suasana lingkungan tempat dia dibesarkan, itulah yang akan membentuk pribadi

seseorang.” 32 Sehingganya haruslah diusahahkan pendidikan dan lingkungan itu dapat

memberikan pengaruh yang baik bagi manusia.

Page 45: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Sebab, dua faktor ini dapat membentuk akhlak manusia. - Tauhid Sebagai seorang

muslim, pastilah mengakui tauhid (iman) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

akhlak manusia. Buya Hamka, yang merupakan seorang ulama, juga memandang

demikian. Bahwa tauhid itu mempengaruhi akhlak manusia.

Buya Hamka berkata, “Iman adalah sumber kekuatan, hati sumber keindahan alam pada

penglihatan mata. Iman menyebabkan hidup mempunyai maksud dan tujuan, sehingga

timbullah minat mencapai maksud dan mengejar tujuan itu. Iman menimbulkan cita-cita

untuk memperoleh ganjaran dan pahala di atas pekerjaan yang dikerjakan.

Tidak beriman membawa kepada tegak hidup yang tidak bersendi, membawa

keberanian merusak dan sewenang-wenang kepada sesama manusia.” 33 Iman atau

tauhid kepada Allah swt., mendatangkan kekuatan kepada setiap muslim, untuk

mengejar sebuah cita-cita mulia. Yaitu keridhaan Allah swt., sehingganya setiap hal yang

dilakukan adalah untuk mengharapkan ridha Allah swt.

Hati menjadi takut jangan sampai yang dikerjakan justru membuat Alah tidak ridha,

sehingganya manusia yang mempunyai tauhid yang baik akan senantiasa menjaga

akhlaknya. Sebaliknya jika tauhid tidak ada maka manusia seakan kehilangan pegangan

dalam hidup, melakukan hal sesuka hatinya saja. Hal demikian membuat manusia

mudah jatuh dalam jurang perbuatan tercela.

“Kalau seorang telah mengakui percaya kepada Allah dan kepada hari Kemudian dan

telah mengakui pula percaya kepada rasul-rasul utusan Allah, 32 Hamka,

Kenang-kenangan Hidup , cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2018), h. 111. 33 Hamka, op.cit,

2015, h. 93. 75 niscaya dengan sendirinya kepercayaan itu mendorongnya supaya

mencari perbuatan-perbuatan yang diterima dengan rela oleh Allah.

Niscaya ia bersiap- siap, sebab ia telah percaya bahwa kelak ia akan berjumpa dengan

Allah. Niscaya ia senantiasa berusahah di dalam hidup menempuh jalan yang lurus.” 34

Manusia yang memiliki iman yang benar maka iman itu akan mendoronganya untuk

menjauhi perbuatan buruk, dan melaksanakan perbuatan yang baik. Sebab manusia

yang beriman selalu mengharapkan perjumpaan yang baik dengan Tuhan nya.

Demikian, Buya Hamka memandang bahwa tauhid akan memberikan pengaruh pada

amal perbuatan manusia. Sehingga manusia yang memiliki tauhid yang benar pastilah

memiliki akhlak yang baik. Karenanya dalam pelajaran pun kita mengenal mata

pelajaran “akidah akhlak”, maksudnya adalah akidah itu memiliki hubungan dengan

akhlak. C.

Page 46: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Pendidikan dalam Pandangan Buya Hamka Jika dua pembahasan sebelumnya,

membahas tentang manusia dan akhlaknya. Maka pada pembahasan ini kita akan

membahas pendidikan, yang merupakan usahah dalam mewujudkan akhlak dalam diri

manusia. Pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Demikian pandangan umum

tentang pendidikan. Dengan pendidikan dapat diwujudkan manusia yang berakhlak

mulia, dan susunan masyarakat yang baik dan sejahtera.

Pendidikan dapat membentuk akhlak manusia menjadi lebih baik. Karenanya pendidikan

merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. 34 Hamka,

op.cit, 2016, h. 8-9. 76 Buya Hamka berkata, “Pendidikan jugalah yang membentuk diri

sendiri tadi sehingga berguna bagi masyarakatnya sebab masyarakat adalah gabungan

dari diri setiap orang.” 35 Menurut Buya Hamka, pendidikan dapat mewujudkan

masyarakat yang baik dan sejahtera. Sebab dengan pendidikanlah manusia itu akan

dibentuk.

Dibentuk pengetahuan dan akhlaknya. Dan setiap individu yang dibentuk itu adalah

bagian dari masyarakat, dimana merekalah yang akan menentukan bagaimana nantinya

masyarakat di masa yang akan datang. Buya Hamka berkata, “Wahai seluruh manusia

yang cinta akan tanah- airnya, yang ingin supaya bangsanya maju dan tanah-airnya

mulia! Pakailah kepercayaan, supaya tercapai kemuliaan yang diingini.

Kalau tuan-tuan merasa lemah untuk memperbaiki otak generasi yang sekarang, sebab

telah rusak, perbaikilah otak generasi yang akan datang, yaitu pemuda-pemuda.” 36

Pendidikan adalah sarana untuk memperbaiki moral bangsa yang rusak. Dengan

pendidikan kita dapat mencetak generasi penerus bangsa yang baik. Karenanya

pendidikan adalah hal yang penting untuk diperhatikan jika kita ingin memajukan

bangsa. Pendidikan yang dimaksud tidak hanya soal mencerdaskan otak manusia.

Namun bagaimana mengusahahkan manusia itu benar-benar menjadi manusia. Dalam

pendidikan setidaknya ada pengajaran dan pembiasaan (pelatihan). Dan pendidikan pun

haruslah memiliki tujuan yang jelas. 1. Tujuan Pendidikan. Buya Hamka berkata,

“Kemanusiaan tidak ada pada yang lain, hanyalah pada manusia. Maka sekedar usahah

manusia memperhalus perangai itu, sekedar itu pulalah tingkatan derajat

kemanusiaannya.” 37 35 Hamka, Empat Bulan di Amerika, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani,

2018), h. 208. 36 Hamka, op.cit, 2015, h. 92. 37 Hamka, op.cit, 2015, h. 96. 77 Usahah

memperhalus perangai kemanusiaan itu adalah pendidikan.

Dalam hal ini Buya Hamka memandang dengan pendidikan maka perangai kemanusiaan

manusia akan lebih baik lagi. Pandangan Buya Hamka ini sejalan dengan tujuan

Page 47: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Buya Hamka berkata, “Pendidikan

adalah untuk membentuk watak pribadi. Manusia yang lahir ke dunia ini supaya menjadi

orang yang berguna dalam masyarakatnya. Supaya dia tahu mana yang baik dan mana

yang buruk.”

38 Menurut Buya Hamka bahwa dengan pendidikan manusia mampu membedakan

mana yang baik dan buruk. Sebagaimana yang dikatakan Buya Hamka bahwa, “inti

pendidikan ialah membukakan mata orang agar penglihatannya itu luas dan jauh.” 39

Dan juga, tidak hanya sekedar membuat manusia itu mengetahui mana baik dan buruk.

Namun juga watak manusia haruslah dibentuk kepada kebaikan itu dan dijauhkan dari

keburukan. Dengan demikian, manusia yang dibentuk dalam pendidikan akan menjadi

manusia yang menebarkan manfaat pada sesama. Bukan malah menebarkan keburukan

dimasyarakat. Buya Hamka berkata, “Bekas pendidikan itu, baik atau buruknya, bukan

terdapat pada anak-anak saja, tetapi berbekas kepada seluruh bangsa.

Tujuan pendidikan adalah supaya anak-anak disingkirkan dari perasaan kekerasan yang

kuat terhadap yang lemah.” 40 Kesimpulannya Buya Hamka memandang bahwa tujuan

dari pendidikan adalah membentuk akhlak yang baik pada manusia, tidak hanya sekedar

mencerdaskan otak semata. Dengan demikian pendidikan diharapkan dapat

mewujudkan bangsa yang baik. Sebab pendidikan akan membentuk akhlak setiap anak.

Dan setiap anak itu akan menjadi pewaris bangsa, yang ditangan merekalah 38 Hamka ,

Lembaga hidup, (Jakarta: Republika, 2015), h. 303. 39 Hamka, op.cit, 2016, h. 139. 40

Hamka, op.cit, 2015, h. 240. 78 nasib bangsa ini kedepannya. Apakah akan menjadi

bangsa baik atau malah bangsa yang rusak moral dan akhlaknya. Itulah sebabnya

pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Karena pendidikan adalah

memanusiakan manusia. Pendidikan membentuk akhlak bangsa. 2.

Pengajaran dan Pendidikan Buya Hamka berkata, “Ahli-ahli pendidikan telah sepakat,

bahwasannya pengajaran dan pendidikan adalah dua jalan yang menjadi satu.

Pengajaran dan pendidikan adalah wasilah (jalan) yang paling utama bagi kemajuan

bangsa, mencapai kedudukan yang mulia di dalam dunia. Berkat pendidikan dan

pengajaran tercapailah kedudukan yang tinggi. Sebab tiap-tiap bangsa, mesti

mempunyai cita-cita yang tinggi.”

41 Dalam hal ini Buya Hamka memandang pendidikan bukanlah sekedar pengajaran

semata. Di dalam pendidikan harus ada pembiasaan (pelatihan), pengajaran merupakan

salah satu aspek yang harus ada dalam pendidikan. Pengajaran dan pendidikan tidak

dapat dipisahkan. 42 Kalau baru sekedar mengajarkan ilmu barulah pengajaran (transfer

Page 48: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

pengetahuan).

Ia akan menjadi pendidikan apabila ilmu yang diajarkan itu dibiasakan (dilatihkan), agar

bisa diamalkan oleh anak-anak. Dan keduanya ibarat dua sisi koin yang tak dapat

dipisahkan. Peserta didik pun harus dibiasakan mengerjakan perbuatan yang baik dan

tidak mengerjakan yang tidak baik, agar akhlak yang baik terbentuk pada peserta didik.

Hal ini barulah merupakan pendidikan. Buya Hamka berkata, “Bangsa yang hanya

mementingkan pengajaran saja, tiada mementingkan pendidikan untuk melatih budi

pekerti, meskipun kelak tercapai olehnya kemajuan, namun kepintaran dan kepandaian

itu akan menjadi racun bukan menjadi obat.”43 41 Hamka, op.cit, 2015, h. 303. 42

Loc.cit. 43 Loc.cit.

79 Dalam hal ini Buya Hamka, memandang bahwa dalam dunia pendidikan tidak boleh

jika hanya mengutamakan kemajuan akal dan melupakan kemajuan akhlak peserta

didik. Sehingganya apa pun jurusan yang dipelajari anak-anak haruslah ada pendidikan

agama di dalamnya. Atau ada pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kebaikan pada

peserta didik, untuk membentuk akhlak manusia menjadi sebenarnya manusia.

Buya Hamka berkata, “Sebab itu pendidikan modern tak bisa meninggalkan agama.

Kecerdasan otak tidaklah menjamin keselamatan kalau nilai rohani keagamaan tidak

dijadikan dasarnya.”44 Menurut Buya Hamka pendidikan tidak hanya berorientasi pada

kecerdasan otak belaka.

Namun juga harus memberikan materi didikan agama, yang dapat membentuk akhlak

peserta didik. Sehingga lahirlah manusia yang berilmu dan berakhlak. Kalau sekiranya

tidak demikian maka bangsa yang hanya memikirkan pengajaran dan melupakan

pendidikan, yang demikian itu hanya akan menjadi racun. Materi agama, tidak hanya

sekedar diajarkan tapi harus dididikkan kepada peserta didik.

Buya Hamka berkata, “Pendidikan agama ini amat perlu, walaupun pada

sekolah-sekolah umum. Karena sebagaimana kita katakan tadi, pendidikan dan

pengajaran tidak sama. Apa gunanya bersembunyi, bahwasannya pada masa ini pun

banyak terdapat sekolah-sekolah yang mengajarkan agama, tetapi tidak mendidik

agama. Maka keluar pulalah anak-anak muda yang alim ulama, bahasa Arabnya seperti

air mengalir, tetapi budinya rendah.

Sama sajalah harganya sekolah-sekolah semacam ini dengan sekolah-sekolah yang

tidak mengajarkan pun tidak mendidik agama.” 45 Jika dalam Pelajaran Agama Islam,

yang dikedepankan hanyalah pengajaran materi saja. Dan melupakan pendidikan, maka

Page 49: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

agama hanya akan tertanam di kepala dan tidak membekas dalam perbuatan.

Karenanya Buya Hamka 44 Ibid, h. 304. 45 Ibid, h. 305-306.

80 memandang bahwa pengajaran dan pendidikan adalah dua hal yang penting, dan

jangan dipisahkan. Jadi pengajaran harus diiringi dengan pembiasaan (pelatihan),

barulah hal ini bisa disebut sebagai pendidikan. 3. Pembiasaan Agar pelajaran agama

bisa wujud dalam diri peserta didik, maka harus dibiasakan.

Jika pelajaran hanya diajarkan, belum dibiasakan maka hal ini barulah disebut

pengajaran, belum disebut pendidikan. Dalam pendidikan pembiasaan merupakan satu

hal yang sangat penting. Buya Hamka berkata, “Dalam agama Islam sudah ada aturan

mendidik anak-anak dalam agama. Usia 7 tahun anak itu disuruh shalat oleh ibu

bapaknya. Dan kalau usianya telah 10 tahun, belum juga dia shalat, masih malas-malas

dia mengerjakan, sudah boleh dipukul.”

46 Demikian menurut Buya Hamka, Islam mengajarkan bagaimana cara mendidik anak

untuk melaksanakan shalat. Anak tak hanya diajarkan jumlah rakaat dalam shalat, atau

bacaan doa dalam shalat. Namun, juga dibiasakan untuk melaksanakan shalat. Itu

adalah pendidikan orang tua dirumah. Di sekolah pun demikian. Harus ada pembiasaan.

Peserta didik, dibiasakan untuk mengerjakan shalat, tidak buang sampah sembarangan,

menghormati Guru dan berbagai akhlak baik lainnya. Kalau hal itu tidak dilakukan, maka

peserta didik akan sulit melakukan akhlak yang baik, sebab tidak dibiasakan. Jika,

terdapat kebiasaan buruk dalam diri anak-anak atau peserta didik. Maka kebiasaan

buruk itu dihilangkan dengan cara pembiasaan. Buya Hamka 46 Ibid, h. 305.

81 berkata, “Akhlak yang indah bisa diusahahkan melalui riyadhah (latihan batin),

mengubah kebiasaan dengan kebiasaan yang baru.” 47 Demikianlah dalam pandangan

Buya Hamka pembiasaan sangat penting dalam mementuk akhlak yang baik pada diri

manusia. Membiasakan akhlak yang baik, menjadi akhlak dalam kehidupan. Sehingga

lama-kelamaan perbuatan baik sudah terasa mudah untuk dikerjakan.

Dan lama-kelamaan akhlak baik yang dibiasakan akan menyatu menjadi tabiat dari diri

manusia. Inilah yang dimaksud pendidikan tidak hanya untuk mencerdaskan otak saja,

namun juga untuk membentuk akhlak dalam upaya memanusiakan manusia. 4. Orientasi

Materi Pendidikan Buya Hamka pernah mengutip perkataan KH. Mas Mansur, yang

berkata bahwa, “80% didikan Islam kepada keakhiratan dan 20% kepada keduniaan.

Tetapi kita telah lupa mementingkan yang tinggal 20% lagi itu sehingga kita menjadi

hina.” 48 Buya Hamka memandang bahwa sebab kemunduran umat muslim saat ini

Page 50: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

adalah karena melupakan didikan dunia itu. Sehingganya kita dapat memahami bahwa

Beliau pun memandang penting, untuk pengajaran materi pelajaran umum atau didikan

keduniaan, tanpa melupakan agama.

Kalau kita merinci, setidaknya menurut Buya Hamka, hal yang penting diajarkan dalam

pendidikan adalah, Pelajaran Ilmu Pengetahuan Umum, Pelajaran Agama, Pendidikan

Karakter Bangsa. 47 Hamka, op.cit, 2017, h. 17. 48 Hamka, op.cit, 2015, h. 7. 82 a. Ilmu

Pengetahuan Umum Buya Hamka berkata, “Panjang dan berbelit-belit pulalah soal yang

timbul bila mengkaji itu 49 .

Apa yang wajib dikerjakan, apa yang wajib dijauhi, apa yang baik, apa yang buruk. Lalu,

timbullah satu cabang filsafat yang bernama, Etika (al-akhlak, budi). Bagaimana

hubungan diri dengan masyarakat. Timbul ilmu masyarakat (sosiologi), bagaimana

mengatur supaya masyarakat bersama dan kepentingan bersama jangan beradu dan

bertumbuk dan bagimana pimpinannya.

Maka, timbullah ilmu politik.” 50 Dalam pandangan Buya Hamka ilmu-ilmu itu penting

untuk dipelajari, pada sekolah di Indonesia kita mengenalnya dengan ilmu pengetahuan

sosial. Selain itu pelajaran tentang alam pun penting untuk diajarkan. Buya Hamka

berkata bahwa, “Banyaklah rahasia yang terkandung di dalam bumi dan di dalam alam

cakrawala.

Manusia tidaklah dilarang Allah untuk mengetahuinya.” 51 Manusia tidaklah dilarang

oleh Allah untuk mempelajari rahasia di alam ini. Mempelajari tentang

tumbuh-tumbuhan dan hewan (biologi), mempelajari tentang gerak benda di alam ini

(fisika) dan mempelajari struktur-struktur atom di alam ini (kimia). Bahkan mempelajari

ilmu astronomi (angkasa). Allah swt.,

berfirman, u?|³÷èy?˜tƒ Çd?Ågø:$# ħ?M}$#u? ÈßÎ) ö?çF÷èsÜtGó™$# ßr& (#?ä‹à_?s? ô?Ï?

Í‘$sÜø%r& ÏN=u?˜y?¡¡9$# ÇÚö‘F{$#u? (#?ä‹à_?$$sù 4 Ÿ? š??ä‹à_?s? a?Î) 9?˜sÜù=Ý¡Î0 n???

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru

langit dan bumi maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali

dengan kekuatan (dari Allah).” (Ar-Rahmaan, (55) : 33).

Menurut Buya Hamka yang dimaksud “sulthan: kekuatan” dalam ayat tersebut adalah

ilmu. 52 Dalam ayat ini Allah swt., mendorong manusia untuk 49 Yang dimaksud Buya

Hamka semboyan filsafat hidup di pulau Delvi “Kenalilah dirimu”. 50 Hamka, op.cit, h.

xviii. 51 Hamka, op.cit, 2016, h. 81. 52 Loc.cit. 83 mempelajari alam ini, menemukan

berbagai jenis penemuan untuk dapat menembus rahasia alam yang terdapat di langit

dan bumi. b.

Page 51: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Pelajaran Agama Buya Hamka berkata, “Pendidikan haruslah didasarkan kepercayaan,

bahwa di atas dari kuasa manusia adalagi kekuasaan Mahabesar. Sebab itu pendidikan

modern tak bisa meninggalkan agama. Kecerdasan otak tidaklah menjamin keselamatan

kalau nilai rohani keagamaan tidak dijadikan dasarnya.” 53 Dalam pandangan Buya

Hamka pendidikan agama sangatlah dibutuhkan. Sebab agamalah yang menetralkan

racun dalam kehidupan.

Apabila yang maju hanyalah ilmu pengetahuan, dan agama dilupakan maka ilmu itu

akan salah digunakan. Contohnya pada kemajuan penelitian atom dalam ilmu kimia,

manusia sampai bisa menciptakan bola pembunuh masal umat manusia. Padahal ilmu

pengetahuan diharapkan dapat mewujudkan cinta bagi seluruh umat manusia.

Buya Hamka berkata, “Iman adalah sumber kekuatan, hati sumber keindahan alam pada

penglihatan mata. Iman menyebabkan hidup mempunyai maksud dan tujuan, sehingga

timbullah minat mencapai maksud dan mengejar tujuan itu. Iman menimbulkan cita-cita

untuk memperoleh ganjaran dan pahala di atas pekerjaan yang dikerjakan.

Tidak beriman membawa kepada tegak hidup yang tidak bersendi, membawa

keberanian merusak dan sewenang-wenang kepada sesama manusia.” 54 Pendidikan

agama amatlah perlu. Sebab manusia akan kosong (tidak mempunyai tempat tegak) jika

tanpa agama. Akibatnya perbuatan manusia menjadi tak terkendali. Sehingga hancurlah

akhlak bangsa. Kalau hanya pelajaran umum yang diutamakan tanpa pendidikan agama,

maka seakan kita meludah keatas.

Mau memajukan bangsa namun merusak akhlak, sebab tidak 53 Hamka, op.cit, 2015, h.

304. 54 Hamka, op. cit, 2015, h. 93. 84 memperhatikan pendidikan agama. Karenanya

menurut Buya Hamka, “Pendidikan agama ini amat perlu walaupun pada

sekolah-sekolah umum.” 55 Buya Hamka berkata, “Ajaran Islam yang murni akan dapat

memperbaiki bangsa-bangsa pemeluk Islam dan membentuk budinya. Asal didikan di

dasarkan kepadanya.”

56 Pentingnya pelajaran agama untuk peserta didik. Agar peserta didik dapat dididik

dengan agama. Hal ini haruslah berbanding lurus dengan ketersediaan Guru yang dapat

mendidik pelajaran agama itu kepada peserta didik. Buya Hamka berkata, “Pernah

diputuskan pendidikan agama musti diberikan di sekolah tetapi dalam praktik belum

dapat dijalankan menurut yang dikehendaki.

Karena hanya ‘Guru agama’ yang banyak. Sedang pendidik agama kurang.” 57

Pendidikan agama sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pendidikan yang benar-benar

Page 52: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

memanusiakan manusia. Sebab agama itu merupakan jalan untuk membawa manusia

menjadi sebenarnya manusia.

Hal ini menurut Buya Hamka haruslah berjalan lurus dengan kapasitas pendidik agama

di sekolah. Agar agama tidak hanya sekedar diajarkan di kepala, namun juga dididik

tercermin dalam diri peserta didik. c. Pendidikan Karakter Selain mengajarkan ilmu

pengetahuan umum, dan mendidik agama. Menurut Buya Hamka pendidikan juga harus

membentuk karakter peserta didik.

Pembentukan karakter atau yang dikenal dengan pendidikan karakter. Merupakan

pendidikan untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus menerus dan

melatih kemampuan diri (bakat dan kepribadian) demi menuju kearah hidup 55 Hamka,

op.cit, 2015, h. 305. 56 Hamka, Empat Bulan di Amerika, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani,

2018), h. 209. 57 Hamka, Dari Hati ke Hati, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 146. 85

yang lebih baik.

58 Sebagaimana yang sudah kita bahas sebelumnya, bahwa pendidikan tidak hanya

mengajarkan ilmu, namun juga harus membentuk akhlak dari peserta didik. 59 Buya

Hamka berkata, “Anak-anak harus dididik dan diasuh menurut bakat dan kemampuan

serta sesuai dengan perkembangan zaman.”60 Dalam hal ini Buya Hamka memandang

bahwa pendidikan haruslah melatih kemampuan diri (bakat) peserta didik.

Kita tidak boleh melihat peserta didik hanyalah anak-anak yang bisa kita bentuk

seenaknya. Sebab setiap peserta didik memiliki bakat yang juga merupakan karakter

setiap anak. Bakat peserta didik haruslah dibimbing bukan dimatikan. Dan pendidikan

haruslah dapat membentuk karakter peserta didik menjadi pribadi yang berguna bagi

masyarakat.

Setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing, Buya Hamka memandang bahwa

karakter ini jangan dimatikan. Melainkan dihidupkan dengan cara diarahkan. “Berikan

pada anak-anak kebebasan berpikir dan tuntunlah dia di dalam kebebasan.” 61

Kesimpulannya, Buya Hamka memandang bahwa pendidikan itu haruslah dapat

mengarahkan bakat manusia, dan juga membentuk kepribadian manusia menjadi lebih

baik.

Bakat dan kepribadian itulah yang menjadi karakteristik seseorang dan dengan itulah ia

menjadi manusia yang berguna dalam masyarakatnya. Buya Hamka berkata bahwa,

“Tujuan pendidikan ialah, supaya anak-anak disingkirkan dari perasaan kekerasan yang

kuat terhadap yang lemah. Pendidikan ialah menanamkan rasa bahwa diri saya ini ialah

anggota masyarakat. Pendidikan yang sejati membentuk anak-anak berkhidmat pada

Page 53: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

akal dan ilmunya.

Bukan 58 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_karakter. 59 Lihat pembahasan

sebelumnya, dan juga pada pembahasan BAB III pada subbab pendidikan. 60 Hamka,

op.cit, 2015, h. 240. 61 Ibid, h. 241. 86 kepada hawa dan nafsunya (nafsu buruk). Bukan

kepada orang yang menggagahi dia. Dasar pendidikan ialah membentuk manusia

merdeka di tanah air yang merdeka: bukan menjadi budak di negeri yang merdeka.”

62 Pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang berkarakter. Bukan manusia

yang suka menindas yang lemah, manusia yang suka memperturutkan hawa nafsunya.

Apalagi manusia yang hanya memiliki mental budak. Pendidikan berupaya mewujudkan

manusia yang berkarakter. Yang simpati pada yang lemah, punya akhlak yang baik. Dan

memiliki mental yang merdeka. Selain mengajarkan ilmu pengetahuan dan mendidik

agama, pendidikan juga harus membentuk karakter manusia.

Agar nantinya ia menjadi manusia yang baik ilmunya, baik agamanya. Dan ia menjadi

manusia yang berkarakter. d. Pendidikan karakter kebangsaan Indonesia Setiap bangsa

memiliki karakteristik bangsanya masing-masing. Kita mengenalnya sebagai ciri khas

bangsa, atau bahasa seninya adalah kebudayaan, dan bahasa ilmu yang membahas

sikap manusia dikenal dengan moral.

Indonesia sendiri yang terdiri dari berbagai persatuan suku bangsa memiliki sangat

banyak ciri khas bangsa, atau setiap suku bangsa memiliki karakternya. Misalnya ciri

khas bangsa Indonesia gotong-royong. Ciri khas bangsa yang kata Buya Hamka,

pangkal ciri khas bangsa gotong-royong ini ialah masjid dan balai desa. 63 Salah satu

hal yang mulai hilang dari masyarakat Indonesia, apalagi dalam masyarakat perkotaan.

Padahal gotong-royong adalah salah satu karakter bangsa Indonesia.

Namun, sekarang mulai hilang dimakan sikap individualisme. 62 Ibid, h. 240-241. 63

Hamka, op.cit, 2018, h. 206. 87 Buya Hamak berkata, “Bilamana pendidikan bangsa

Indonesia ditegakkan pula atas ajaran agamanya dan susunan masyarakatnya, alangkah

akan lebih kuat akhlak bangsa ini jika dia bangun kelak.”

64 Karena setiap bangsa memiliki susunan masyarakat dan agama yang mempengaruhi

susunan masyarakat itu, hal inilah yang menjadi ciri khas bangsa, termasuk juga bangsa

Indonesia. Karenanya Buya Hamka memandang pendidikan haruslah berdasarkan pada

karakteristik bangsa Indonesia. Dan pendidikan itu haruslah bisa membentuk ciri khas

bangsa Indonesia ke dalam diri peserta didik.

Sehingga lahirlah manusia Indonesia yang mencerminkan karakteristik bangsanya. D.

Page 54: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Pembentukan Akhlak Dalam Memanusiakan Manusia Kita sudah membahas bagaimana

pandangan Buya Hamka tentang hakikat manusia yang sebenarnya. Berikut kita akan

membahas bagaimana pembentukan akhlak, dan peran pendidikan yang merupakan

upaya memanusiakan manusia. 1.

Pembentukan Akhlak Manusia mulia dengan akhlaknya. Dan sebagaimana yang telah

dibahas sebelumnya bahwa akhlak dapat dibentuk menjadi lebih baik. Membentuknya

dengan mengetahui faktor-faktor yang bisa mempengaruhi akhlak, dan

mengarahkannya pada pembentukan akhlak yang baik.65 Dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi akhlak itulah kita membentuk akhlak manusia menjadi lebih baik lagi.

Misalnya salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak adalah kebiasaan, maka

hendaklah selalu membiasakan diri dengan akhlak yang baik. Sehingga 64 Ibid, h. 209.

65 Lihat pembahasan akhlak dalam pandangan Buya Hamka 88 akhlak yang baik dapat

wujud pada diri manusia. Membiasakan menempatkan insting pada tempatnya. Buya

Hamka berkata, “Ketinggian budi pekerti diperoleh melalui kesungguhan dan latihan

batin.

Artinya membiasakan diri kepada pekerjaan- pekerjaan yang menghasilkan budi yang

dituntut itu.” 66 Selain itu, Allah swt., pun telah memberikan berbagai anugrah potensi

pada manusia, potensi itu diberikan Allah swt., adalah agar manusia bisa menuju

kesempurnaan dirinya sebagai manusia. 67 Karenanya manusia harus menjaga potensi

itu dan mengarahkannya kepada kebaikan akhlak. Agar manusia menjadi manusia.

Potensi manusia haruslah dijaga dan biasakan kepada hal-hal yang baik. Sebab

kebiasaan dapat membentuk akhlak manusia, maka segala potensi yang dimiliki

manusia itu haruslah dibiasakan kepada hal-hal yang baik. Manusia haruslah dibiasakan

untuk selalu berbuat baik. Di dorong agar mempunyai kemauan untuk selalu melakukan

kebaikan.

Lingkungannya pun harus diusahahkan menjadi lingkungan yang baik. Sebab

lingkungan tempat manusia bergaul dalam kesehariannya itu dapat mempengaruhi

akhlak. Saking pentingnya lingkungan dalam membentuk akhlak sampai Buya Hamka

berkata, “ Agama ialah pergaulan. Meskipun orang beragama Islam, kalau pergaulannya

hanya dengan Kristen, lama-lama dia akan jadi Kristen.”

68 Jadi dalam membentuk akhlak yang mulia hendaklah mencari teman-teman bergaul

yang juga memiliki akhlak yang baik. 66 Hamka, op.cit, 2017, h. 13. 67 Lihat kembali

pembahasan pada BAB III, pada subbab Hakikat Manusia. 68 Hamka, Prinsip dan

Kebijaksanaan Dakwah Islam, cet.-1, (Jakarta: Gema Insani, 2018), h. 44. 89 Selain itu,

Page 55: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

sebagaimana yang telah kita bahas pendidikan juga sangat berpengaruh dalam

membentuk akhlak.

Berikut kita akan membahas peran pendidikan dalam membentuk akhlak. 2. Peran

Pendidikan Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, faktor penting dalam

pembentukan akhlak adalah pendidikan. Sebab pendidikan sejatinya untuk

memanusiakan manusia. Maksudnya adalah membentuk akhlak manusia yang

sebenarnya manusia pada peserta didik.

Pendidikan yang dimaksud tidak hanya aktivitas yang sekedar mengajarkan pelajaran.

Namun suatu aktivitas yang juga membiasakan manusia kepada hal-hal yang baik, agar

kebaikan itu tertanam pada manusia yang dididik. 69 Sehingganya, pendidikan haruslah

bisa membentuk akhlak peserta didik.

Tidak hanya sekedar mengajarkan bahan pelajaran saja, namun juga harus mendidik

karakter untuk membentuk akhlak manusia. Kurikulum di sekolah pun juga harus

memiliki pelajaran agama. Pelajaran agama tidak hanya sekedar diajarkan saja, namun

juga harus dididikkan pada peserta didik. 70 Dalam pendidikan kita mengenal tiga

lembaga pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Ketiga lembaga pendidikan ini sangat berperan dalam membentuk akhlak manusia.

Dalam pandangan Buya Hamka pun, memanglah ketiga lembaga pendidikan ini sangat

berpengaruh dalam membentuk akhlak peserta didik. Berikut kita akan membahas

pandangan Buya Hamka pada pembentukan akhlak dalam lembaga pendidikan.

69 Lihat kembali subbab Pendidikan dalam pandangan Buya Hamka, pada pembahasan

Pendidikan dan Pengajaran. 70 Lihat pembahasa subbab pendidikan dalam pandangan

Buya Hamka, pada pembahasan orientasi materi pendidikan 90 a. Keluarga Lembaga

pendidikan informal atau keluarga, merupakan lembaga pendidikan yang pertama kali

akan dimasuki manusia.

Buya Hamka berkata bahwa, “Dalam lingkungan keluarga, dipelajarinya pokok-pokok

dan dasar-dasar yang pertama pergaulan hidup dan masyarakat.” 71 Jadi dalam

lingkungan keluargalah pendidikan itu pertama kali akan didapatkan. Buya Hamka juga

memandang bahwa pendidikan dalam lingkungan keluarga bukanlah dimulai saat

seorang anak dilahirkan, namun pendidikan itu sudah dimulai saat anak masih dalam

kandungan.

Buya Hamka berkata, “Karena kalau anak itu semasa dalam kandungan atau telah dalam

kandungan ibunya, sumber pencarian ayahnya dari yang haram, maka darah haramlah

Page 56: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

yang akan mengalir di tubuh anak.” 72 Buya Hamka menganjurkan seorang anak itu

sudah harus diperhatikan bahkan sebelum dia dilahirkan. dalam hal ini Beliau sudah

memberikan pandangan mengenai pentingnya pendidikan anak walaupun sebelum dia

dilahirkan kemuka bumi, atau istilahnya adalah pendidikan pranatal . Dalam keluarga,

tanggung jawab utama dalam pendidikan ada pada orang tua.

Buya Hamka berkata bahwa, “Penanggung jawab pertama dalam suatu rumah tangga

terletak di atas pundak ayah dan ibu.” 73 Orang tua menjadi Guru utama dalam

pendidikan keluarga. Karenanya, jika ada orang tua yang teguh memegang agama,

namun anaknya ternyata sudah pintar dan berpakaian terbuka ala Barat.

Maka yang salah bukanlah si anak, 71 Hamka, op.cit, 2015, h. 245. 72 Ibid, h. 234. 73

Ibid, h. 233. 91 namun adalah orang tuanya. Sebab tidak memberikan pendidikan agama

yang baik utuk anaknya di rumah (keluarga). 74 Nabi Muhammad saw., bersabda, “

Peliharalah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekerti mereka. Sesungguhnya

anak-anak itu adalah hadiah Allah kepadamu.” (Hr.

Bukhari) Menurut Buya Hamka tanggung jawab orang tua memelihara anak adalah lahir

dan batin. Lahir ialah memberikan kesehatan dan memberikan makan minumnya. Dan

batinya ialah mendidiknya sebagai persiapan hidup. 75 Dalam persiapan hidup sang

anak itulah, orang tua haruslah memberikan pendidikan agama yang akan

memperbagus akhlak anak, untuk modalnya kelak dalam menghadapi pergaulan hidup

di masyarakat. - Pembentukkan akhlak dari orang tua untuk anak Pendidikan orang tua

pada keluarga, sangat besar pengaruhnya pada jiwa anak.

Buya Hamka berkata, “Ibu mempunyai kewajiban yang lebih berat menjaga anak

perempuannya. Jangan diserahkan kepada gurunya di sekolah saja. Karena waktu yang

dipakainya di sekolah, tidaklah sepanjang waktu yang dipakainya di rumah. Tiap-tiap

anak mesti mendapat didikan dan pengajaran. Yang akan diterimanya di sekolah

hanyalah ajaran, sedang didikan sebagian besar didapatnya di rumah.”

76 Dalam pandangan Buya Hamka, orang tua harus memiliki kesadaran, bahwa

pendidikan anak jangan hanya diserahkan di sekolah saja. Orang tua memiliki tanggung

jawab besar untuk mendidik anak di rumah. Terutama pada Ibu, yang sangat banyak

waktu bersama anaknya di rumah. Dan terlebih pada anak perempuan, haruslah dididik

dengan baik oleh orang tua. Dalam Islam ada pedoman bagi orang tua untuk mendidik

anaknya. 74 Ibid, h. 246.

75 Ibid, h. 263. 76 Ibid, h. 235. 92 Buya Hamka berkata, “Usia 7 tahun anak itu disuruh

shalat oleh ibu bapaknya. Dan kalau usianya telah 10 tahun, belum juga dia shalat,

Page 57: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

masih malas- malas dia mengerjakan, sudah boleh dipukul.” 77 Maksudnya adalah,

anak-anak sudah harus dibiasakan dengan mengerjakan hal-hal baik, sejak kecilnya. Bisa

dimulai dengan membiasakan anak untuk melaksanakan shalat.

Kalau anak sudah terbiasa shalat, maka harus juga dibiasakan dengan hal-hal baik

lainnya. Hal-hal baik harus dibiasakan pada anak sejak kecil. Sebab ketika kecil masih

muda membentuk dan mengasuh anak. Anak belum dirusakkan dengan kebiasaan

buruk yang sulit untuk meninggalkannya. Dalam pandangan Buya Hamka setiap

manusia apabila terbiasa mengerjakan atau menabiatkan suatu perbuatan sejak kecil,

sukarlah membelokkannya kepada yang lain, apabila dia telah besar. 78 Orang tua harus

membiasakan hal-hal baik kepada anak, ini dimaksudkan untuk membentuk akhlak anak

sejak masih kecil.

Sehingga ketika anak besar nanti, anak sudah terbiasa melakukan hal-hal yang baik.

Bahkan akhlak mulia sudah menjadi tabiatnya (kebiasaannya). Buya Hamka berkata,

“Jangan dibiarkan anak banyak tidur. Ajar dia lekas bangun. Karena banyak tidur

menyebabkan dia pemalas, lamban, berat tegak, buntu otaknya dan mati hatinya.

Sebaiknya anak tidak dibiasakan tidur dikasur tebal, biar di tikar tipis, supaya dia

bergerak lincah, tidak suka penyenang. Jaga supaya dia tidak pendusta. Hendaklah dia

berkata benar, walaupun atas suatu kesalahan yang telah dilakukannya, supaya dia

terbiasa sejak kecilnya bertanggung jawab atas perbuatannya. Ajar dia pendiam dan

berkata hanya di tempatnya. Larang dia mengeluarkan perkataan yang keji dan kotor.

Ajar dia membiasakan berkata yang manis-manis dan yang lemah lembut dan teratur

keluarnya, serta berkhidmat kepada gurunya dan orang yang lebih tua usianya. Ajar

membiasakan taat kepada ibu bapak, hormat dan cinta. Ajar dia menahan hati apabila

bertemu dengan yang enak dan lezat, jangan rakus.” 79 77 Ibid, h. 305. 78 Ibid, h. 307.

79 Loc.cit. 93 Demikian, pandangan Buya Hamka bahwa anak-anak haruslah diajarkan

kebaikan sejak masih kecil.

Sebab kebaikan itu akan melekat pada dirinya. Namun dalam mendidik anak, ada juga

hal-hal yang harus diperhatikan orang tua. Sebab menurut Buya Hamka, ada beberapa

cara mendidik orang tua yang sebenarnya keliru. “Pertama, anak-anak dididik menurut

garis yang dikehendaki oleh ayah bundanya, menurut jalan cita-citanya. Kedua,

anak-anak dibiarkan tumbuh menurut bakatnya.”

80 Menurut Buya Hamka, cara yang pertama merupakan didikan yang tidak baik. Sebab

orang tua seakan memaksakan anak tanpa melihat bakat yang diberikan Tuhan kepada

anak itu sejak lahir. Menurut Beliau hendaknya pendidikan mengembangkan bakat. 81

Page 58: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Dan cara yang kedua pun menurut Beliau, juga merupakan didikan yang kurang baik.

Buya Hamka berkata, “...bahayanya kalau anak-anak dibiarkan saja menuruti maunya,

tidak dituntun. Cara demikian mencelakakan anak itu sendiri.

Meskipun tadi dikatakan bahwa tiap-tiap manusia mempunyai bakat sendiri-sendiri,

kalau dia masih anak- anak belumlah tentu apa bakat itu.” 82 Menurut Buya Hamka,

“Berikan kepada anak kebebasan berpikir dan tuntunlah dia di dalam kebebasan. Jangan

dipaksakan, anak-anak menerima pelajaran yang tidak sesuai dengan bakatnya.” 83

Orang tua tidak boleh terlalu mengekang anak.

Namun, keliru juga jika ada orang tua yang membebaskan anaknya. Haruslah dalam

perkara ini orang tua berjalan di tengah. Orang tua harus mampu menjadi pembimbing

yang baik bagi anak-anaknya, jangan terlalu membebaskan anak-anak, karena takutnya

anak itu akan salah jalan. Sebab, pengalaman anak-anak dalam kehidupan masih sedikit,

80 Hamka, op.cit, 2015, h. 239. 81 Ibid, h. 238. 82 Ibid, h. 238. 83 Ibid, h. 241.

94 anak-anak belum tahu betul mana yang baik dan mana yang buruk. Sebab hal buruk

kadang terasa manis padahal buruk, inilah yang ditakutkan jika orang tua membebaskan

anak, tanpa ada pengawasan atau bimbingan. Buya Hamka juga berkata, “Jika rumah

tangga memakai orang gajian, jangan sampai anak itu diajar berlaku jadi majikan

kepada orang-orang gajian yang jauh lebih tua dari padanya.” 84 Hal demikian

dimaksudkan agar jangan sampai anak-anak memiliki bibit kesombongan di dalam

hatinya.

Sebab itu akan menjadikan dirinya sombong dan mudah berlaku kasar pada

orang-orang yang dianggapnya lebih rendah dari dirinya. Demikianlah, akhlak

anak-anak haruslah dididik sejak kecil dalam keluarga. Namun, Buya Hamka

mengingatkan bahwa, “semata-mata dengan mulut, belumlah berhasil usahah mendidik

anak.

Yang paling penting ialah jika dia menengok contoh dan [dari] orangtuanya.” 85 Jadi

hendaknya orang tua pun memiliki akhlak yang baik. Agar anak-anak pun dalam

kehidupan sehari-hari selalu melihat dan mencontohi akhlak baik itu dari orang tuanya

sendiri. Tidak hanya sekedar menyuruh anak shalat, tapi malah orang tua yang tidak

shalat. Hal demikian dapat menimbulkan kebingungan pada diri anak-anak yang masih

polos.

Kenapa orang tuanya menyuruhnya shalat, sementara orang tuanya sendiri tidak shalat.

Jadi, haruslah orang tua itu memberikan teladan bagi anak-anaknya. Orang tua juga

harus mengajarkan agama pada anak-anak, mengenalkan mereka tentang Allah swt.

Page 59: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Buya Hamka berkata, “Menurut keyakinan saya, 84 Ibid, h. 241. 85 Loc.cit. 95 pendidikan

orangtua, barulah sempurna kalau perasaan tauhid disuburkan dalam hati anak-anak.”

86 Dalam pendidikan orang tua kepada anak, penting untuk menanamkan nilai-nilai

ketauhidan pada diri anak sejak dia masih kecil. Mengenalkan anak- anak tentang rukun

iman. Mengajarkan pada anak-anak bahwa Allah itu Maha Penyayang, maka berlakulah

kasih sayang pada makhluk Allah di muka bumi ini.

Allah itu Maha Penolong, maka tolonglah jika ada makhluk yang membutuhkan

pertolongan. Hal-hal demikian penting diajarkan pada diri anak-anak agar bisa tertanam

dalam diri anak sejak masih kecil. Demikian, pembahasan bagaimana orang tua

membentuk akhlak anak, agar anak nantinya menjadi manusia yang sebenarnya

manusia.

Dan pada dasarnya didikan di dalam keluarga yang diberikan oleh orang tua sangat

berpengaruh dalam diri anak. Sebab inilah pendidikan yang pertama kali anak dapatkan.

Dari semenjak kecil akhlak manusia sudah harus dibentuk, lewat pendidikan yang

diberikan oleh orang tuanya. Ada orang tua yang menganggap bahwa urusan

pendidikan itu hanyalah tanggung jawab Guru di sekolah saja.

Padahal tidaklah demikian, orang tua juga memiliki tanggung jawab utama dalam

memberikan pendidikan pada anaknya. Buya Hamka berkata, “Didikan di sekolah bertali

dengan didikan di rumah. Hendaklah ada kontak yang baik antara orangtua murid

dengan Guru. Antara orangtua dan Guru perlu datang mendatangi, ziarah menziarahi,

selidik menyelidiki tentang tabiat anak yang dalam didikan itu.”

87 Orang tua haruslah mengetahui perkembangan anaknya di sekolah. Tidak boleh

kemudian hanya melepaskan anak sepenuhnya di sekolah tanpa menyelidiki bagaimana

perkembagan dan perilaku anaknya di sekolah. 86 Hamka, op.cit, 2015, h. 83. 87 Ibid, h.

306. 96 “Kepandaian orangtua mendidik anak, adalah menjadi penolong Guru.

Dan sebaliknya, jika anak itu hanya dilepas ‘ unggaskan ’ saja oleh ayah bundanya,

diserahkan saja pada Guru, disangkanya dapat Guru itu memimpin sendiri dan dia

bersikap ‘ masa bodoh ’, jaranglah berhasil apa yang diharap.” 88 Harapan setiap orang

tua adalah agar anaknya nanti bisa menjadi manusia yang baik. Dan memiliki bekal

untuk kehidupannya di hari depan kelak.

Hendaklah orang tua selalu memperhatikan perkembangan anak di sekolah dan

memberikan pendidikan di rumah yang baik. Sehingganya akan terwujudlah manusia

yang baik, dan memberikan manfaat bagi kehidupan. b. Sekolah Sekolah merupakan

Page 60: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

lembaga pendidikan formal. Di sekolahlah seorang anak mendapatkan ilmu yang lebih

lanjut.

Sekolah juga menjadi tempat berinteraksi peserta didik agar lebih mengenal pergaulan

kehidupan di masyarakat nanti. Buya Hamka berkata, “Halaman dan pekarangan sekolah

adalah tempat melatih budi. Waktu itulah menyesuaikan diri dengan masyarakat yang

akan ditempati kelak...” 89 Masyarakat yang akan ditempati kelak, maksudnya adalah

semua peserta didik yang berada di sekolah.

Dengan adanya pergaulan di sekolah itu merupakan persiapan pergaulan di masyarakat

kelak. Sekolah juga merupakan tempat untuk melatih budi, lewat interaksi dengan Guru

dan teman-teman sesama peserta didik. Dalam lingkungan sekolah, ada dua hal penting

yang harus diperhatikan. Yaitu materi pelajaran yang akan diajarkan, ini menyangkut

sistem pendidikan.

Dan pendidik (Guru) yang akan memberikan pendidikan itu sendiri. 88 Loc.cit. 89 Ibid, h.

288. 97 Soal materi pelajaran di sekolah sudah kita bahas pada subbab sebelumnya.

Yaitu dalam pelajaran di sekolah harus menyangkut pelajaran umum, agama dan

pendidikan karakter. 90 Selain pelajaran yang penting adalah Guru yang mendidik di

sekolah. Dalam pandangan Buya Hamka, memandang pentingnya kehadiran seorang

Guru dalam mendidik.

Beliau berkata bahwa, “Pernah diputuskan pendidikan agama musti diberikan di sekolah

tetapi dalam praktik belum dapat dijalankan menurut yang dikehendaki. Karena hanya

‘Guru agama’ yang banyak. Sedang pendidik agama kurang.” 91 Penting adanya Guru

agama yang dapat memberikan pendidikan yang baik bagi peserta didik. Apalah

gunanya berbagai pelajaran ditawarkan di sekolah, namun Guru yang memberikan

pelajaran itu tidak ada.

Demikianpun dalam pelajaran agama, hendaklah seorang Guru tidak hanya pintar

mengatakan berbagai pelajaran agama, tapi dia sendiri tidak mengamalkan apa yang

dikatakan itu. Buya Hamka berkata, “Engkau tidak dapat menunjukkan jalan jika engkau

sendiri sesat.” 92 Seorang Guru haruslah menjadi teladan bagi para peserta didik. Sebab

Guru adalah untuk digugu dan ditiru. Hendaklah seorang Guru dapat menjadi teladan

bagi para peserta didik.

Sehingga pelajaran yang disampaikan adalah apa yang dipegang teguh oleh Guru, dan

dengan demikian keteguhan itulah yang akan dicontohi oleh para peserta didik.

Menurut Buya Hamka, Guru yang sukses dalam mendidik muridnya mencapai kemajuan

adalah, 90 Lihat kembali pembahasan pada subbab Pendidikan dalam Pandangan Buya

Page 61: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Hamka, pada pembahasan Orientasi Materi Pendidikan 91 Hamka, Dari Hati ke Hati,

(Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 146. 92 Hamka, op.cit, 2017, h. 198.

98 “Guru yang tidak hanya mencukupkan ilmunya dari sekolah Guru saja, tetapi

diperluasnya pengalaman dan bacaan. Senantiasa teguh hubungannya dengan

kemajuan modern dan luas pergaulannya, baik dengan wali murid atau dengan sesama

Guru, sehingga bisa menambah ilmu tentang soal pendidikan.

Akrab hubungannya dengan orang-orang tua dan golongan muda supaya dia sanggup

mempertalikan zaman lama dengan zaman baru, dan dapat disisihkannya mana yang

antah (gabah) dan mana yang beras.” 93 Guru hendaklah memiliki wawasan bacaan dan

pengalaman yang luas. Luas pergaulannya dengan masyarakat, terutama dengan wali

(orang tua) peserta didik, sehingganya Guru dapat mengkomunikasikan bagaimana

perkembangan peserta didik di sekolah dan Guru juga dapat mengetahui bagaimana

perilaku sebenarnya dari peserta didik di rumah.

Sehingganya dia dapat memberikan rencana pendidikan yang baik untuk peserta didik.

Buya Hamka berkata, “Dia (Guru) menjadi petunjuk bagi muridnya, pembuka kunci

akalnya dan memperluas lapangan usahahnya.” 94 Sehingganya seorang guru, dapat

menjadi penunjuk arah bagi peserta didik untuk menjadi lebih baik.

Guru dapat membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang sebenarnya manusia.

- Cara guru mendidik Kalau di rumah pendidik adalah orang tua. Maka di sekolah

pendidik adalah guru. Dalam pandangan Buya Hamka seorang guru ketika mendidik

maka ia mendidik dengan baik, bukan dengan kekerasan. Guru harus memberikan

didikan dengan penuh rasa kasih sayang hendak membimbing peserta didik menjadi

manusia yang baik.

Buya Hamka berkata, “Bukan menunjukkan saya berkuasa tapi menunjukkan bahwa saya

adalah guru.” 95 93 Hamka, op.cit, 2016, h. 115. 94 Ibid, h. 116. 95 Hamka, op.cit, 2018,

h. 8. 99 Di dalam mengajar guru sebaiknya membangun komunikasi yang baik dengan

peserta didik. Sebab, “sikap menarik adalah modal dakwah (pendidikan) yang utama.

Hal ini kerap kita rasa tidak penting sehingga menimbulkan antipati.”

96 Guru yang mengajar dengan mengetumakan modal marah-marah, sering kali tidak

disukai peserta didik. Sehingga apa yang dikatakan guru demikian kebanyakan tidak

masuk ke dalam diri peserta didik. Sebaliknya guru yang mengutamakan kebijaksanaan

dalam mendidik, disukai peserta didik. Dan peserta didik pun tertarik ketika

mendengarkan perkataan guru.

Page 62: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Buya Hamka berkata, “Ketika kamu hendak memperbaiki kelakuannya yang jahat yang

berkehendak memukul, janganlah memukul karena marah, dan jangan pula mereka

dilengahkan.” 97 Memukul peserta didik yang salah boleh dilakukan, namun ingat guru

memukul bukan dengan amarah tapi dengan kasih sayangnya agar peserta didik bisa

menjadi baik. Sebab terkadang pukulan juga diperlukan dalam mendisiplinkan peserta

didik, namun pukulan yang mendidik.

Seorang guru, menurut Buya Hamka, harus menjadi contoh yang baik buat peserta

didik. Menjadi orang tua di sekolah yang senantiasa membimbing peserta didik.

Menjadi teman bagi peserta didik, tempat peserta didik menceritakan banyak masalah

yang dihadapinya, karenanya guru harus memiliki kedekatan baik dengan peserta didik.

Guru pun harus keras, tapi penyayang. Kadang guru harus keras, tapi dalam sikap

kerasnya si peserta didik merasa sendiri bahwa 96 Ibid, h. 142.

97 Hamka, op.cit, 2015, h. 297. 100 memanglah seadilnya jika guru keras kepadanya.

Kekerasan sekali-kali samalah artinya dengan garam penambah enak sambal. 98

Kemudian, guru pun harus memahami peserta didik. Buya Hamka berkata, “Akan

selamatlah suatu bangsa kalau orang tuanya dan guru-guru mengenal jiwa anak-anak...”

99 Seorang guru haruslah menguasai ilmu jiwa, agar guru bisa mengetahui bagaimana

menghadapi jiwa peserta didik.

Buya Hamka berkata, “Memberikan pengajaran sopan santun hendaklah diukurkan

dengan keadaan dan tingkatan murid dan otaknya. Jangan diberikan saja dengan tidak

beraturan dan tertib. Pikulkan kepada mereka apa yang sanggup mereka pikul.” 100

Guru harus mampu memahami jiwa dan kemampuan peserta didik, dan memberikan

pelajaran yang sanggup dipikul oleh mereka.

Pelajaran haruslah disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan peserta didik. “Jangan

berbicara dengan sebagian mereka, sedang sebagian lagi disisih- sisihkan.” 101 Buya

Hamka memandang hendaklah guru tidak membeda-bedakan peserta didik. Sikap dan

perhatian guru harus merata kepada seluruh peserta didik. Guru pun harus memiliki cara

yang baik dalam mendidik para peserta didik. Allah swt.,

berfirman, äí÷Š$# 4’n<Î) È?‹Î6y™ y7În/u‘ Ïpy?õ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãö?y?ø9$#u? Ïpu?|¡ptø:$# (

?ß?ø9ω˜y_u? ?ÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß?|¡ômr& 4 ¨ßÎ) y7-/u‘ u?èd Þ?n=ôãr& ?y?Î/ ¨?|Ê ?tã

?Ï&Î#‹Î6y™ ( u?èdu? Þ?n=ôãr& t??ωtGô?ß?ø9$$Î/ n???? “Serulah manusia kepada jalan

Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka

dengan cara yang baik...” (an-Nahl: 125). 98 Hamka, op.cit, 2016, h. 119. 99 Hamka,

op.cit, 2018, h. 28. 100 Hamka, op.cit, 2015, h. 297. 101 Ibid, h. 296.

Page 63: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

101 Menurut Buya Hamka, dalam ayat ini jelas ada tiga cara dalam berdakwah

(mendidik): bilhikmah, wal mau’izhatil hasanati, dan wa jaadilhum billati hiya ahsan .102

Cara dakwah ini, bisa kita terapkan pada cara guru mendidik peserta didik. Sebab

pendidikan juga merupakan dakwah. Cara pertama, bilhikmah adalah cara dengan

hikmat kebijaksanaan, yaitu dengan menyadarkan akal pikiran manusia.

103 Buya Hamka berkata, “Bilhikmah ini adalah meliputi seluruh manusia, menurut

perkembangan akal, pikiran, dan budi pekerti. Dapat diterima oleh orang yang berpikir

sederhana, dapat pula mencapai kepada yang lebih tinggi.” 104 Didikan seorang guru,

hendaklah dapat membuka pikiran peserta didik.

Tidak hanya bersifat doktrinal, namun didikan seorang guru haruslah memberikan

kesadaran kepada peserta didik. Dan juga walaupun kemampuan peserta didik

berbeda-beda, namun seluruh peserta didik dapat menerima didikan guru. Sebab guru

mendidik dengan penuh hikmah dan menguasai ilmu jiwa sehingga mengerti

bagaimana cara memberikan didikan yang baik.

Kedua, wal mau’ izhatil hasanah , memberikan peringatan dengan baik. Buya Hamka

berkata, “Memberikan peringatan atau pengajaran yang baik terutama ditekankan

kepada teguran atas sesuatu kesalahan.” 105 Jika peserta didik salah, maka hendaklah

ditegur dengan cara yang baik.

Hal ini sebagaimana yang dibahas sebelumnya, jika guru hendak memukul maka jangan

memukul dengan penuh amarah. Didiklah peserta didik dengan cara yang baik. Buatlah

peserta didik menghormati guru, bukan menjadi takut kepada guru. Yang ketiga, wa

jaadilhum billati hiya ahsan. Buya Hamka berkata, 102 Hamka, op.cit, 2018, h. 300. 103

Ibid, h. 301. 104 Ibid, h. 302-303. 105 Ibid, h. 303.

102 “Cara yang ketiga ini ialah dalam memecahkan soal-soal yang masih belum dapat

diterima oleh mereka yang didakwahi (peserta didik). Pihak yang melakukan dakwah

diberi izin melakukan pertukaran pikiran dengan jalan yang sebaik-baiknya.” 106

Maksudnya, adalah peserta didik diberikan keterbukaan dalam proses pendidikan.

Ada interaksi, berupa dialog atau pertukaran pikiran antara peserta didik dan guru.

Dalam pendidikan tidak hanya guru yang aktif, namun peserta didik juga harus aktif.

Cara ini dapat mengasah pikiran dan meningkatkan kecerdasan peserta didik. Proses

interaksi ini pastilah harus disesuaikan dengan tingkatan dan kemampuan peserta didik.

Misalnya, untuk tingkatan SD bisa dengan memberikan games yang dapat menciptakan

interaksi antara sesama peserta didik dan guru. Dan untuk tingkat SMA bisa dilakukan

Page 64: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

dengan berdiskusi di dalam kelas. Demikian tiga cara guru yang bisa digunakan untuk

mendidik peserta didik di sekolah. Buya Hamka, berkata “seluruh dakwah adalah

memerlukan ketiga cara ini.” Jadi seluruh dakwah, termasuk juga pendidikan.

Selain itu Buya Hamka juga berkata, “Dengan ketiga dasar itu boleh kita pakai alat-alat

visual yang lain.” 107 Dalam hal ini, guru juga harus menguasai media yang digunakan

dalam proses pembelajaran. Selain, cara dalam mendidik itu, Buya Hamka juga

mengingatkan kepada guru mengenai konten pelajaran yang akan diajarkan.

Buya Hamka berkata, “Saya heran memikirkan guru-guru yang terlalu bangga dan

banyak memompakan cerita perang kepada muridnya, hikayat orang- orang yang

berani dan cara pembalasan dendam. Tapi dia kurang sekali mengajarkan pokok-pokok

cinta kasih kasih sesama manusia...” 108 106 Ibid, h.304. 107 Ibid, h. 305. 108 Hamka,

op.cit, 2015, h. 307. 103 Dalam hal ini Buya Hamka mengingatkan pada guru untuk

memilih dengan baik pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.

Beliau menganjurkan agar muatan pelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik,

janganlah menumbuhkan benih permusuhan yang dapat merusak kemanusiaan. Juga,

guru jangan menanamkan apalagi sampai mencontohkan ujaran kebencian dan

perpecahan pada diri peserta didik. Guru pun harus membiasakan peserta didik

mengerjakan pelajaran yang didapat.

Misalnya peserta didik, mendapat pelajaran shalat maka shalat itu haruslah dibiasakan

kepada peserta didik di sekolah, agar bisa menjadi kebiasaan peserta didik. Buya Hamka

berkata, “Hendaklah diajarkan diri selalu membiasakan pekerjaan santun dan dermawan

sehingga akhirnya menjadi tabiat, mudah mengerjakannya, dan tidak merasa berat lagi.”

109 Hal-hal yang baik haruslah dibiasakan guru kepada peserta didik.

Dan yang buruk haruslah diusahahkan agar tidak menjadi kebiasaan peserta didik. Guru

bisa menegurnya dengan cara yang baik. Kalaupun ketika melakukan keburukan peserta

didik hendak dipukul, maka janganlah memukul dengan luapan kemarahan. Dan guru

pun harus menjadi panutan yang memberikan teladan kebaikan kepada peserta didik. c.

Masyarakat Lembaga pendidikan selanjutnya adalah masyarakat.

Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi akhlak manusia. Lingkungan masyarakat

yang baik akan mempengaruhi manusia menjadi baik. Sementara lingkungan

masyarakat yang buruk akan mempengaruhi akhlak manusia menjadi buruk. 109 Hamka,

op.cit, 2017, h. 13. 104 Buya Hamka, berkata bahwa, “...memasuki masyarakat Islam,

bergaul dalam pergaulan Islam. ‘ Agama ialah pergaulan.’

Page 65: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Meskipun orang beragama Islam, kalau pergaulannya hanya dengan kristen, lama-lama

dia akan jadi kristen.” 110 Pergaulan dalam masyarakat dapat membentuk pola

perbuatan hidup manusia. Sebab itulah yang terus dilihat dan menjadi pola pergaulan

dalam masyarakat. Bahkan dalam suatu masyarakat yang semua penduduknya sudah

terbiasa dengan suatu perbuatan buruk, maka perbuatan buruk itu akan dipandang

tidak lagi buruk.

Untuk mewujudkan pendidikan yang baik dalam masyarakat. Terutama lingkungan

masyarakat yang baik untuk pembentukan akhlak anak-anak. Maka haruslah diupayakan

lingkungan masyarakat menjadi baik. Buya Hamka berkata, “Pergaulan yang baik

menjadi syarat utama dalam membentuk batin, ajaran sejak kecil menjadi tiangnya.”

111 Mewujudkan lingkungan masyarakat yang baik adalah tanggung jawab setiap

anggota masyarakat bersama. Sebab lingkungan itulah yang dapat mempengaruhi

anak- anak yang hidup di dalamnya. Apalagi anak-anak kecil yang merupakan masa

untuk mengukir akhlak mereka. Karena wajiblah kita mewujudkan adanya lingkungan

masyarakat yang baik.

Buya Hamka berkata, “Untuk mengobati akhlak yang rusak ada dua cara; pertama yang

positif, kedua yang negatif. Yang positif ialah perbaikan dalam masyarakat seumpama

mendirikan sekolah-sekolah dan mendidik pemuda- pemuda, mengatur susunan

pengajaran, memberantas minuman keras, perjudian dan pelacuran, menyediakan

rumah-rumah pemeliharaan anak yatim, orang miskin, supaya tidak ada gelandangan,

menyensor film cabul, buku-buku porno dan lain-lain.

Yang negatif ialah penangkapan atas yang melanggar, menyeretnya ke pengadilan dan

menjatuhkan hukuman.” 112 110 Hamka, op.cit, 2018, h. 44. 111 Hamka, op.cit, 2015, h.

166. 112 Hamka, op.cit, 2016, h. 143. 105 Jadi menurut Buya Hamka, untuk menciptakan

obat dalam lingkungan masyarakat menjadi baik ada dua cara. Cara positif, dimana

masyarakat harus mengupayakan adanya kehidupan yang baik dalam lingkungannya.

Mengupayakan adanya taman pengajian anak-anak, majlis-majlis taklim, dan berbagai

kegiatan pembelajaran lainnya yang dapat membentuk lingkungan masyarakat yang

baik.. Kegiatan pembelajaran dalam masyarakat disesuaikan dengan keadaan

masyarakat setempat. Jika banyak yang buta huruf, maka diadakan pemberantasan buta

huruf. Jika banyak yang belum tahu mengaji maka diadakan pula pengajaran mengaji.

Hal ini merupakan jalur pendidikan nonformal.

Dan cara kedua, cara negatif adalah mengadili siapapun yang melakukan perbuatan

buruk dalam masyarakat. Jika kedapan ada warga yang meminum minuman keras atau

Page 66: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

melakukan perbuatan buruk lainnya, maka harus diberikan sangsi tidak boleh dibiarkan.

Menciptakan lingkungan masyarakat yang baik adalah tanggung jawab bersama. Hal ini

harus menjadi kesadaran bersama.

Agar dua cara yang dikatakan Buya Hamka diatas akan dapat dilaksanakan oleh

masyarakat bersama. Dan jadilah masyarakat itu merupakan lingkungan yang baik untuk

membentuk akhlak masyarakat pada umumnya, dan penanaman akhlak untuk

anak-anak khususnya. 3. Tanggung jawab pemerintah dalam pendidikan Pemerintah

memiliki tanggung jawab dalam mengupayakan agar tiga lembaga pendidikan itu,

dapat membentuk akhlak yang baik.

Buya Hamka berkata, “Pemerintah pun mengadakan perlindungan kepada anak-anak,

jangan sampai tenaganya diperas untuk pekerjaan yang berat sebagai 106 buruh,

sebelum dewasa, supaya jangan lemah kekuatan mereka dan terhalang kemajuan

kecerdasannya.” 113 Pemerintah haruslah menjaga jangan sampai anak-anak

mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Atau jangan sampai ada kekerasan yang

dialami anak- anak.

Namun jika anak dipukul karena hendak mendidik tidaklah mengapa, hal itu bukanlah

suatu kekerasan. Pemerintah pun memiliki peran untuk menjaga agar anak

mendapatkan pendidikan yang baik dalam keluarganya dan jangan sampai anak-anak

mengalami kekerasan. Dalam negara Indonesia saat ini pun sudah ada UU Perlindungan

Anak.

Yaitu UU RI Nomor 35 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari UU Nomor 23

Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Selain itu, pemerintah pun harus memberikan

kemerdekaan dalam pendidikan. Buya Hamka berkata, “Yang dimaksud dengan

kemerdekaan menuntut ilmu ialah tidak membiarkan umat tinggal bodoh, sehingga

tidak ketinggalan dari umat lain.

Melalaikan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat, adalah dosa yang paling besar bagi

suatu pemerintahan. Suatu pemerintahan wajib menyediakan pendidikan yang cukup

bagi rakyatnya, sejak dari tingkat pertama, sampai kepada tingkat menengah dan yang

tinggi.” 114 Pemerintah wajib menyediakan pendidikan bagi masyarakatnya. Jika

pemerintah tidak menyediakan pendidikan bagi masyarakat maka hal itu merupakan

dosa besar pemerintah.

Karenanya pemerintah haruslah, menyediakan sekolah-sekolah, dan juga beasiswa

bantuan untuk sekolah bagi masyarakat. Jadi, anggapan bahwa orang-orang yang

sekolah dengan beasiswa berhutang pada negara, tidak dapat diterima. Sebab, memang

Page 67: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

tanggung jawab pemerintahlah memberikan pendidikan kepada masyarakatnya. Dan

penerima beasiswa bukan 113 Hamka, op.cit, 2015, h. 43. 114 Ibid, h. 183.

107 memiliki hutang, namun memiliki tanggung jawab moral, agar ilmu yang

didapatnya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat lain. Pendidikan merupakan

perkara yang penting diperhatikan. Sebab pendidikanlah yang membentuk masyarakat

menjadi baik. Buya Hamka berkata, “Kalau perkara politik saja yang dihadapi, tidak ada

yang menghadapi pendidikan, alamat akan timpanglah usahah memajukan rakyat.”

115 Sehingganya pemerintah tidak boleh mengabaikan pendidikan. Sebab pendidikan

adalah salah satu upaya untuk memajukan bangsa. Jika taraf pendidikan suatu bangsa

rendah, maka akan sulitlah bangsa itu untuk maju. Jangan tanya keadaan pendidikan

Indonesia sekarang. Pendidikan yang belum merata keseluruh negeri.

Belum lagi biaya pendidikan yang mahal, membuat hanya sedikit anak-anak bangsa

yang berani bermimpi untuk sekolah tinggi. Memang pemerintah sudah menyediakan

banyak beasiswa untuk membantu pendidikan masyarakat. Namun, beasiswa itu

belumlah dapat dinikmati seluruh masyarakat yang membutuhkan. E. Relevansi

Pemikiran Pendidikan Buya Hamka dan Sistem Pendidikan Nasional Dalam UU RI No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa fungsi dan tujuan

pendidikan adalah, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.” 116 115 Loc.cit. 116 UU RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II, Pasal 3.

108 Fungsi dan tujuan pendidikan nasional ini, sesuai dengan pandangan Buya Hamka,

yang memandang bahwa pendidikan adalah untuk membentuk akhlak peserta didik.

Agar kelak peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat. Buya Hamka

berkata, “Pendidikan adalah untuk membentuk watak pribadi. Manusia yang lahir ke

dunia ini supaya menjadi orang yang berguna dalam masyarakatnya.”117 Di dalam UU

No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, juga dijelaskan bahwa setiap

peserta didik berhak mendapatkan; pendidikan agama sesuai dengan agama yang

dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Mendapatkan pelayanan

pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan. Mendapatkan beasiswa bagi

Page 68: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu

membiayai pendidikan. 118 Di dalam sistem pendidikan nasional juga dijelaskan bahwa

peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama. Hal ini ditegaskan juga dalam

BAB Kurikulum dalam UU No. 20 Tahun 2003, bahwa kurikulum wajib memuat

pendidikan agama.

119 Artinya walaupun pada sekolah umum sekalipun, tetaplah wajib diadakan

pendidikan agama. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Buya Hamka. Dan peserta

didik pun mendapatkan pendidikan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Buya

Hamka berkata bahwa, “Anak-anak harus dididik dan diasuh menurut bakat dan

kemampuan...” 120 117 Hamka, op.cit, 2015, h. 303. 118 UU RI No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB V, Pasal 12. 119 UU RI No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB X, Pasal 37. 120 Hamka, op.cit,

2015, h. 240. 109 Dalam pendidikan Indonesia saat ini, kurikulum yang digunakan

adalah kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi. Dalam kurikulum 2013,

pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu

bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan

kebenaran secara ilmiah. Dalam hal ini guru harus mampu menjadi fasilitator dan mitra

belajar peserta didik.

121 Prinsip pembalajaran aktif kurikulum 2013 ini, sesuai dengan pandangan Buya

Hamka, bahwa dalam memecahkan soal-soal yang masih belum dapat diterima oleh

peserta didik. Guru melakukan pertukaran pikiran dengan jalan yang sebaik-baiknya.122

Guru harus menjadi mitra diskusi peserta didik dengan cara yang baik, tanpa

menurunkan derajat seorang Guru.

Dalam kurikulum 2013, pendidikan agama di sekolah umum mendapatkan tambahan

jatah jam pelajaran. Misalnya pada jam pelajaran pendidikan agama di SMA, yang

tadinya hanya 2 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran. Hal ini dilakukan sebab

pendidikan agama penting bagi peserta didik.

Dan dalam kurikulum 2013 juga terdapat penilaian Kompetensi Inti (KI), dimana pada

KI-1 dan KI-2, merupakan penilain yang menekankan pada nilai keagamaan dan sikap.

KI-1 merupakan cakupan nilai-nilai ke-Tuhanan. Dan KI-2 mencakup nilai-nilai sosial

kemanusiaan. KI-3 pengetahuan, dan KI-4 mencakup proses atau tahapan. 123 Artinya

kurikulum 2013 tidak hanya melihat peserta didik dari segi kemampuan pengetahuan

dan keterampilan saja, namun juga melihat nilai keagamaan dan sikap dari peserta didik.

Page 69: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

121 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, cet.-10, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2017), h. 42. 122 Hamka, op.cit, 2018, h. 304.

123 Anas Zulkifli, dan Supriyatna Akhmad, Hitam-Putih Kurikulum 2013, cet.-1, (Jakarta:

AMP Press, 2014), h. 150. 110 Dalam pandangan Buya Hamka pun, bangsa yang hanya

mementingkan pengajaran saja (pengetahuan dan keterampilan), tiada mementingkan

pendidikan untuk melatih budi pekerti atau sikap peserta didik. Meskipun kelak bangsa

itu mencapai kemajuan, namun kepintaran dan kepandaian itu akan menjadi racun

bukan menjadi obat.

124 Kurikulum 2013 tidak lagi hanya melihat peserta didik dari segi pengetahuan.

Namun, juga melihat aspek keagamaan dan sikap. Hal ini sejalan dengan pandangan

pendidikan Buya Hamka, yang memandang pendidikan tidak hanya mencerdaskan otak

namun juga membentuk peserta didik memiliki karakter akhlak yang baik. 124 Hamka,

op.cit, 2015, h. 303. 111 BAB V PENUTUP A.

Kesimpulan Pada dasarnya perspektif pendidikan Buya Hamka, mengacu pada

pandangan bahwa pendidikan tidak hanya sekedar mencerdaskan otak manusia.

Namun, pendidikan harus dapat membentuk akhlak manusia menjadi baik. Dalam artian

pendidikan merupakan sarana yang amat penting untuk membentuk kemanusiaan

dalam diri manusia.

Tujuan pendidikan dalam pandangan Buya Hamka adalah untuk membentuk akhlak

manusia, dan dengannya ia menjadi manusia yang memberi manfaat bagi masyarakat.

Buya Hamka memandang bahwa dalam pendidikan tidak cukup hanya dengan

pengajaran mencerdaskan otak, pendidikan haruslah membentuk akhlak yang baik pada

peserta didik. Pendidikan merupakan sarana dalam membentuk akhlak manusia.

Pembentukan akhlak adalah upaya untuk memanusiakan manusia, sebab akhlaklah yang

menentukan derajat kemanusiaan seseorang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

di dalam pendidikan. - Pendidikan orang tua pada anaknya, yang merupakan

pendidikan pertama yang didapat manusia. Dalam pandangan Buya Hamka

dilingkungan keluargalah pendidikan itu akan banyak didapat oleh manusia.

Karenanya sejak anak masih kecil orang tua sudah harus menyediakan lingkungan

keluarga yang baik untuk pendidikan anak. Buya Hamka juga memandang bahwa anak

sudah harus diperhatikan bahkan sebelum dia dilahirkan atau istilahnya pendidikan

pranatal. 112 - Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat penting dalam

membentuk akhlak manusia.

Page 70: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

Ada dua hal penting yang harus diperhatikan di sekolah, yaitu sistem pendidikan dan

guru. Sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencerdasan otak peserta didik,

namun juga harus mengupayakan pembentukan akhlak yang baik bagi peserta didik.

Pelajaran yang diajarkanpun harus memuat pelajaran agama dan nilai-nilai budi pekerti

(akhlak).

Dan yang perlu diperhatikan adalah guru, sebab sebaik apapun sistem pendidikan yang

ada, akan kosong hasilnya kalau guru yang merupakan pendidik yang utama di sekolah

tak dapat menerapkannya. Dalam pandangan Buya Hamka Guru harus menjadi teladan

bagi para peserta didik. - Masyarakat yang merupakan lembaga pendidikan sangat

mempengaruhi akhlak anak. Sebab dalam lingkungan masyarakatlah anak itu hidup.

Oleh karenanya lingkungan masyarakat harus diupayakan menjadi lingkungan yang

baik. Masyarakat dan pemerintah memiliki peran yang penting untuk mewujudkan

lingkungan yang baik. - Sistem pendidikan nasional saat ini, sudah relevan dengan

pandangan Buya Hamka dalam pendidikan.

Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah budaya pendidikan yang tebentuk di

sekolah-sekolah, apakah sudah sesuai dengan sistem pendidikan yang ada atau malah

jauh dari prinsip sistem pendidikan nasional. Karenanya guru yang merupakan pendidik

yang utama di sekolah diharapkan dapat mampu menjalankanya dengan baik. 113 B.

Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi, diantaranya: - Menambah referensi

kepustakaan seputar karya yang membahas pemikiran Buya Hamka khususnya

pemikiran Beliau dalam pendidikan. - Membuka wawasan dan kesadaran dalam hal

pendidikan haruslah membentuk akhlak manusia, sebab pendidikan adalah untuk

memanusiakan manusia. C.

Saran-saran Beberapan saran berikut yang berdasarkan dari hasil penelitian dalam

skripsi ini, kiranya bisa menjadi bahan masukan yang baik. - Bagi para pendidik, baik

orang tua dan guru-guru hendaklah menjadi pendidik yang menerangi jalan kehidupan

peserta didik. Pendidik yang bisa digugu dan ditiru, yang memberikan teladan baik

dalam kehidupan peserta didik.

- Bagi para orang tua hendaklah tidak hanya melepas unggaskan anak di sekolah.

Namun, orang tua pun harus mengetahui dan mengikuti perkembangan anak di

sekolah. Sebab sebagaimana dalam pandangan Buya Hamka bahwa pendidikan di

sekolah bertali dengan pendidikan orang tua di rumah. - Bagi para pembaca yang ingin

mengetahui lebih dalam pemikiran Buya Hamka tidak hanya cukup dalam skripsi ini,

namun hendaknya diperdalam dengan membaca langsung karya-karya Buya Hamka

lainnya yang tidak sempat dijadikan bahan rujukan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 71: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

114 - Bagi para peneliti lain, hendaklah melanjutkan penelitian yang belum dibahas

dalam skripsi ini. Atau bila terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini sebab

keterbatasan referensi dan kemampuan penulis, maka hendaklah meneruskan

penggalian pemikiran Buya Hamka. Semakin banyak penelitian yang menggali

pemikiran Buya Hamka maka akan semakin baik. Ibarat setetes air yang diambil dari

lautan.

Skripsi ini barulah menyelami setitik cahaya dari khazanah pengetahuan dalam karya

Buya Hamka. Masih banyak karya Buya Hamka yang tidak menjadi referensi dalam

skripsi ini, sebab kekurangan biaya dan banyak karya Buya Hamka yang sudah tidak

dicetak ulang karenanya sulit untuk ditemukan. Namun, walaupun demikian semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Manfaat yang sedikit membasahi tenggorokan para pembaca yang haus ilmu

pengetahuan. Dan manfaat bagi penulis sendiri.

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

<1% - https://eprints.uns.ac.id/37548/1/D0212044_pendahuluan.pdf

<1% - https://pemilu-ijazah-palsu-birokrat.blogspot.com/2009_09_27_archive.html

<1% -

https://www.kainsutera.com/remaja/pidato-tentang-kemajuan-dan-perkembangan-tekn

ologi-di-indonesia.html

<1% -

https://boviekawulusan.blogspot.com/2016/01/pendidikan-karakter-bagi-pendidik-di.ht

ml

<1% - https://nejaangle.blogspot.com/2017/01/implementasi-nilai-nilai-pancasila.html

1% -

https://www.kompasiana.com/rivaldiabdul7874/5b51a78bcaf7db05112f96a4/memanusi

akan-manusia

<1% -

https://edhakidam.blogspot.com/2014/01/konsep-akal-manusia-dalam-sejarah.html

<1% -

https://makalahrpp.blogspot.com/2016/12/makalah-landasan-historis-pendidikan.html

<1% - https://jorjoran.wordpress.com/2011/10/04/shalat-qadha-dan-iadah/

<1% - https://salafy.or.id/blog/2003/08/01/berhias-diri-dengan-akhlak-yang-baik/

<1% -

https://www.liputan6.com/ramadan/read/3986990/rasulullah-beri-peringatan-soal-oran

g-orang-yang-bangkrut-saat-lebaran

Page 72: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% -

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1-2006-mamroziham-12

40-bab2_360-9.pdf

<1% -

https://madayansyah.blogspot.com/2015/05/pemikiran-pendidikan-buya-hamka.html

<1% -

http://www.ponpeshamka.com/2015/08/pemikiran-buya-hamka-tentang-pendidikan.ht

ml

<1% -

https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-hamka-dan-pemikirannya-dalam.html

<1% - https://www.academia.edu/28275507/ANAlisis_pemikiran_azumardi.pdf

<1% - https://sakirman01.blogspot.com/2011/12/madzhab-taqlid-dan-talfiq.html

<1% - https://islami.co/ustadz-quraish-shihab-islam-adalah-akhlak-bag-1/

<1% -

https://pemuda-kaur-kamibisa.blogspot.com/2011/12/strategi-pengintegrasian-pendidi

kan.html

<1% - https://hannypoeh.wordpress.com/

<1% -

https://docplayer.info/73927441-Pemikiran-pendidikan-akhlak-dalam-perspektif-muha

mmad-quraish-shihab-studi-analisis-buku-yang-hilang-dari-kita-akhlak-skripsi.html

<1% -

https://abiavisha.blogspot.com/2015/12/pendidikan-terpadu-antara-sekolah-dan.html

<1% -

https://zilfaroni-putratanjung.blogspot.com/2012/05/posisi-asbab-al-nuzul-dalam-pena

fsiran.html

<1% -

https://mtsmustaqim.blogspot.com/2012/11/skripsi-peranan-keluarga-dalam-menanam

.html

<1% - https://www.academia.edu/4136178/Karya_Tulis_Ilmiah

<1% -

https://fendisaputra7.blogspot.com/2015/10/materi-zie-nilai-nilai-pendidikan-dalam.ht

ml

<1% - https://juara-skripsi.blogspot.com/2016/01/tips-menyusun-skripsi.html

<1% -

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/77/jtptiain-gdl-agussamsul-3849-1-3102

145_-p.pdf

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3256/1/63111037_Coverdll.pdf

<1% - https://saefullahsaja.blogspot.com/2014/03/makalah-pengertian-penelitian.html

<1% -

https://serartan.blogspot.com/2010/07/jenis-penelitian-studi-dokumenteks_5797.html

Page 73: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% - http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/view/5795

<1% - https://issuu.com/nadiazoraya/docs/pedoman_karya_ilmiah_iain_samarinda

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/5087/6/Bab%203.pdf

<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Bukan_riset_asli

<1% -

https://smpn2rantauselamatatim.wordpress.com/2011/06/05/pembinaan-guru-dengan-

pendekatan-kolaboratif/

<1% -

https://www.academia.edu/35148759/masalah_penelitian_kajian_pustaka_asumsi_dan_hi

potesis

<1% - https://haidarmusyafa.blogspot.com/#!

<1% -

https://ensiklopedia-book.blogspot.com/2018/04/download-buku-pribadi-dan-martaba

t-buya.html

<1% -

https://www.merdeka.com/peristiwa/sering-serang-hamka-pramoedya-minta-maaf-mel

alui-anak-gadisnya.html

<1% - https://nakhodamadaniyyah.blogspot.com/2009/

<1% - https://waktuku.com/buya-hamka/

<1% -

https://isnet.or.id/meniti-jejak-konsep-dasar-metodologi-pendidikan-islam-dalam-pemi

kiran-pendidikan-buya-hamka/

<1% - https://pen4peradaban.blogspot.com/

<1% - https://id.scribd.com/doc/137158305/Resume-tafsir-indonesia-doc

<1% - https://akademi-pendidikan.blogspot.com/2012/02/biografi-hamka.html

<1% -

https://ferigramesa.blogspot.com/2011/10/catatan-latar-belakang-kehidupan-buya.html

<1% - https://dunia-konseling.blogspot.com/2014/05/bab-i-pendahuluan-a_9.html

<1% -

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304482/penelitian/BUYA+HAMKA+DAN+PERKEMB

ANGAN+MUHAMMADIYAH+(1925-1981).pdf

<1% -

https://alimargosimchaniago.blogspot.com/2009/02/100-tahun-mengenang-buya-ham

ka.html

<1% - https://arpi-pribadi.blogspot.com/

<1% -

https://syuriaastuty.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-tokoh-sufi-hamka.html

<1% - https://e-basindo.blogspot.com/2013/12/tokoh-hamka.html

<1% - https://robbul-wali.blogspot.com/2012/

<1% -

Page 74: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://postinganpuput.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-islam-di-indon

esia.html

<1% -

https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-metode-dan-corak-tafsir-al-azhar.html

<1% - https://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2010/08/

<1% - https://reprografi.wordpress.com/2016/04/07/buya-hamka/

<1% -

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Dyah%20Kumalasari,%20M.Pd./

BUYA%20HAMKA%20DAN%20PERKEMBANGAN%20MUHAMMADIYAH%20(1925-1981).

pdf

<1% -

https://id.123dok.com/document/nzwv7v7q-peranan-wanita-dalam-perjuangan-mempe

rtahankan-kemerdekaan-di-medan-1945-1949.html

<1% -

https://sarasehanan.blogspot.com/2015/05/studi-kitab-tafsir-al-azhar-karya-hamka.html

<1% - https://gagasfisipol.wordpress.com/2016/06/23/panggilan-ramadhan-2/

<1% - https://makmureffendi.wordpress.com/adab-muslim/page/4/

<1% - https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/download/494/436

<1% - https://rodapembebasan.blogspot.com/

<1% - https://pinterpolitik.com/jebakan-maruf-tak-lepas-mui/

<1% - https://ashshaleh.wordpress.com/2016/12/13/mengenal-sosok-buya-hamka1/

<1% - https://witrianto92.wordpress.com/

<1% -

https://www.academia.edu/35550894/PEMIKIRAN_PENDIDIKAN_MENURUT_BUYA_HAM

KA

<1% - https://koranparlemen.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% -

https://tirto.id/mohammad-natsir-putra-tulen-modernisme-islam-di-indonesia-d7gj

<1% - https://cindyauliya.blogspot.com/

<1% - https://jakarta.go.id/artikel/konten/1767/hollandsch-inlandsche-school-his

<1% -

https://manaf25.blogspot.com/2014/04/artikel-upaya-penanggulangan-anak-putus.html

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/317432214_METODE_PENAFSIRAN_BUYA_HA

MKA_DALAM_TAFSIR_AL-AZHAR/fulltext/59403f0045851554614a881b/317432214_MET

ODE_PENAFSIRAN_BUYA_HAMKA_DALAM_TAFSIR_AL-AZHAR.pdf

<1% - https://danipermanalc.blogspot.com/

<1% - https://neneksains.wordpress.com/

<1% - https://tentanghamka.blogspot.com/2012/07/

<1% -

Page 75: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

http://anwarsyarifuddin.lec.uinjkt.ac.id/seri-kajian-tafsir/kajian-tafsir-ilmi/corak-ilmi-dala

m-tafsir-al-azhar

<1% - https://islamislami.com/category/budaya-dan-islam/sejarah-islam/

<1% -

http://arindaningtyas.blogs.uny.ac.id/2017/11/21/makalah-peran-guru-dalam-proses-pe

mbelajaran/

<1% -

https://vdocuments.mx/kedudukan-perempuan-dalam-pandangan-islam-kedudukan-pe

rempuan-dalam-pandangan.html

<1% -

https://www.academia.edu/11928306/HAMKA_Haji_Abdul_Malik_bin_Abdul_Karim_Amru

llah_

<1% - https://hajibuyahamka.blogspot.com/2009/07/daftar-karya-buya-hamka.html

<1% -

https://vdokumen.com/lampiran-mengembara-di-lembah-nyl-1950-52-di-tepi-sungai-d

ajlah-kajian.html

<1% - https://ferigramesa.blogspot.com/2010/12/biografi-singkat-buya-hamka.html

<1% -

https://brightnessink.blogspot.com/2013/11/kumpulan-judul-novel-dari-aangkatan.html

<1% -

https://terrysurya.blogspot.com/2014/03/film-indonesia-yang-diangkat-dari-novel.html

<1% - https://ferigramesa.blogspot.com/2011/09/karya-karya-buya-hamka.html

<1% - https://laciilmu.wordpress.com/

<1% - https://ms.wikipedia.org/wiki/Hamka

<1% - http://eprints.ums.ac.id/43484/16/Lampiran.pdf

<1% - https://putrahermanto.wordpress.com/2010/10/page/2/

<1% - https://www.academia.edu/12659162/Hamka_Ulama_Pujangga...

<1% -

https://baralekdi.blogspot.com/2012/01/sejarah-pemikiran-islam-di-minangkabau.html

<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/346/7/09210011%20Bab%203.pdf

<1% - https://sababalatblog.blogspot.com/feeds/posts/default?orderby=updated

<1% -

https://id.scribd.com/doc/226259852/kumpulan-kisah-Haji-Abdul-Malik-Karim-Amrulla

h-HAMKA-rahimahullah

<1% - https://www.academia.edu/11950371/Pemikiran_Pendidikan_Islam_Buya_HAMKA

<1% - https://nurbaitisistalala12.blogspot.com/2015/02/

<1% -

https://kumpulan-pr.blogspot.com/2016/11/makalah-novel-angkatan-tahun-20-30an.ht

ml

<1% - https://blogsejarahmelayu.blogspot.com/2014/

Page 76: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% - https://qibash.wordpress.com/tag/religion-and-spirituality/

<1% - https://www.academia.edu/32757127/Ajari_Aku_Riauku

<1% - https://grelovejogja.wordpress.com/2007/10/03/buku-buku-hamka/

<1% -

https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/saat-agama-allah-dihina-buya-hamka.html

<1% -

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2592/1/COVER_BAB%20I_BAB%20V_DAFTAR%20P

USTAKA.pdf

<1% -

http://digilib.uinsgd.ac.id/9634/1/FINAL%20BUKU%20PEMIKIRAN%20PENDIDIKAN%20I

SLAM.pdf

<1% - http://repository.upi.edu/845/4/T_PLS_8832034_Chapter1.pdf

<1% -

https://pgsdametro.blogspot.com/2016/01/makalah-konsep-karakteristik-dan-jenis.html

<1% -

https://www.academia.edu/4727825/KONSEP_MANUSIA_DALAM_ISLAM_Manusia_dicipt

akan_Allah_Swt

<1% -

https://najib-slankscooteris.blogspot.com/2014/02/makna-nilai-tujuan-pendidikan-islam

_360.html

<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Geografi

<1% -

https://sulfiana22.blogspot.com/2014/12/pengertian-sistem-dalam-pembelajara.html

<1% - https://dahliaa-thaa.blogspot.com/2013/04/tumbuh-kembang-dewasa.html

<1% -

https://marlinamediabki.wordpress.com/2017/05/23/perbandingan-dakwah-hti-dan-at-t

arbiyah/

<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tarbiyah

<1% - http://wikipintar.com/pengertian-pendidikan-dan-contoh-artikel-pendidikan/

<1% - http://blog.uny.ac.id/darmono/2009/12/29/menyajikan-posting-yang-elegan/

<1% -

https://ahmad-hapidin.blogspot.com/2010/08/penambahan-jam-pai-di-sman3-banjar.h

tml

<1% - https://www.academia.edu/37427139/Manusia_dan_Pendidikan

<1% - https://www.slideshare.net/sinyakkaceh/makalah-filsafat-dan-makna-pendidikan

<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/

<1% -

https://www.kompasiana.com/boedis2/550eee8aa33311a12dba82e9/makalahfilsafat-pe

ndidikan-islam-pengertian-ruang-lingkup-kegunaan-dan-metode-pengembangan-filsaf

at

Page 77: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% -

https://andi-puisi.blogspot.com/2009/11/pendidikan-agama-islam-di-indonesia.html

<1% - https://www.academia.edu/7412078/Peranan_Pendidikan_Islam

<1% -

https://unsika.ac.id/sites/default/files/upload/PERBANDINGAN%20TUJUAN%20PENDIDI

KAN%20%20ISLAM%20DENGAN%20PENDIDIKAN%20BARAT.pdf

<1% -

https://juniladri.wordpress.com/2012/06/21/laporan-ptk-metode-simulasi-pada-pai/

<1% -

https://harunnilah.blogspot.com/2014/12/makalah-kurikulum-pendidikan-islam.html

<1% -

https://abdulmuttaqin.blogspot.com/2015/10/tinjauan-filosofis-pendidik-dalam.html

<1% -

https://pendidikan-universal.blogspot.com/2014/09/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-

islam.html

<1% - https://darmanpoltek.wordpress.com/2013/03/18/keseimbangan-dunia-akherat/

<1% -

https://elanurainiblog.wordpress.com/2016/04/09/pendidikan-pranatal-dan-pendidikan

-pascanatal/

<1% -

https://paperssuprihatin.blogspot.com/2015/03/model-model-pengembangan-manaje

men.html

<1% - https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/26/makalah-pendidikan-islam/

<1% -

https://contohmakalahs.blogspot.com/2011/11/pendidikan-agama-dalam-al-quran-con

toh.html

<1% -

https://berbagi-makalah.blogspot.com/2012/06/akhlak-dalam-sudut-pandang-al-quran.

html

<1% -

https://id.123dok.com/document/q7wpo9nz-diktat-edukatif-filsafat-pendidikan-islam.ht

ml

<1% -

https://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-pembah

asan-akhlak-terpuji/

<1% - https://sofyanpu.blogspot.com/2009/

<1% -

https://contohmakalahakhlakkeluarga.blogspot.com/2017/03/makalah-akhlak-terhadap

-keluarga-dan.html

<1% -

Page 78: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://ariatmancool.blogspot.com/2015/04/makalah-tentang-etika-moral-dan-akhlak_5

.html

<1% - https://coretanchicha.blogspot.com/2012/03/etika-moral.html

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/1487/4/115112018_Tesis_Bab2.pdf

<1% - https://idr.uin-antasari.ac.id/6144/5/BAB%20II.pdf

<1% - https://aprilnurahman.blogspot.com/2015/06/etika-dalam-organisasi_18.html

<1% -

http://www.academia.edu/36540880/Mengurangi_Kerancuan_Istilah_Karakter_Akhlak_M

oral_dan_Etika

<1% -

https://srisyafitri.blogspot.com/2016/11/metodologi-studi-islam-bab-etika-moral.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/juffrouw/54f600cea33311ab168b467a/filsafat-etika-menu

rut-alghazali-dan-imanuel-kant

<1% -

https://secerahpewarna.wordpress.com/2012/06/23/penjelasan-istilah-istilah-etika-etis-

etik-dan-etiket/

<1% -

https://mynewblogfarmasi.blogspot.com/2015/06/pengertian-etika-moral-dan-akhlak.ht

ml

<1% - https://arisatria87.blogspot.com/2009/05/ukuran-baik-dan-buruk.html

<1% -

https://pusko4u.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-hubungan-akhlak-etika.html

<1% -

https://www.scribd.com/document/369344187/Tafsir-Sufi-Kajian-Analitikal-Terhadap-Kit

ab-Tafsir-Al-bahr-Al-madid

<1% -

https://yayatsantoso.blogspot.com/2014/06/makalah-etika-dan-norma-dikehidupan.ht

ml

<1% -

https://www.kompasiana.com/dhiasyarafanaislamy/556c49a64d7a61ba048b456b/penge

rtian-dasar-akhlak-tasawuf-persamaan-perbedaannya-dengan-etika-dan-moral

<1% -

https://satyaningdharma.blogspot.com/2013/11/norma-adat-istiadat-dan-tradisi.html

<1% -

https://kuliahkusuka.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-fungsi-dan-baik-buruk_2.

html

<1% -

https://www.kompasiana.com/angellika/5691eeefc823bd6305f681cb/kesantunan-berba

hasa

Page 79: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% -

https://evasyarifahajja.blogspot.com/2015/10/makalah-akhlak-tasawuf-essensi-dan.html

<1% -

https://id.123dok.com/document/q5mjr37y-etika-dan-manajemen-bisnis-islam-studi-ka

sus-di-waroeng-steak-and-shake-cabang-sm-raja-medan-repository-uin-sumatera-utar

a-tesis-full-pdf.html

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/19345/5/Bab%202.pdf

<1% - https://mylibrary2012.blogspot.com/2015/03/akhlak-etika-dan-moral_9.html

<1% - https://www.academia.edu/31880789/Defenisi_Akhlak_Tasauf.pdf

<1% - https://bangudin22.blogspot.com/2013/04/pengertian-moral-dan-etika.html

<1% - https://nescaya.blogspot.com/2015/03/makalah-etika-moral-dan-akhlak.html

<1% - https://ulfianti.wordpress.com/category/uncategorized/

<1% - https://www.facebook.com/ldkrefahuin/

<1% -

https://rex-hunter.blogspot.com/2015/06/perbedaan-antara-akhlak-etika-dan-moral.ht

ml

<1% - https://aryunitablangpidie.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% -

https://anindyanurfitrijani.blogspot.com/2016/03/makalah-pendidikan-agama-islam-etik

a.html

<1% - https://jagad.id/langkah-langkah-sholat-shubuh-lengkap-dengan-gambar/

<1% - https://niarevinapiliang.blogspot.com/2015/11/makalah-akhlak-tasawuf.html

<1% -

https://gooblog-niaha.blogspot.com/2013/05/perilaku-tercela-dan-perilaku-terpuji.html

<1% - https://www.academia.edu/35186279/ETIKA_MORAL_DAN_SUSILA

<1% - https://studiakhlaktasawuf.blogspot.com/2014/05/baik-dan-buruk.html

<1% -

https://senyumkudakwahku.blogspot.com/2012/06/makalah-akhlaq-persoalan-akhlaq-d

an.html

<1% - https://khilyatunnufus.wordpress.com/2014/12/20/baik-dan-buruk/

<1% -

https://masnoer80.blogspot.com/2013/01/analisa-ayat-dan-hadist-tentang-kebaikan.ht

ml

<1% - https://anshar-mtk.blogspot.com/2014/04/baik-dan-buruk.html

<1% - https://lentirailmu.blogspot.com/2013/05/peranan-pendidikan-islam-dalam.html

<1% -

https://yahya29zulkarnain.blogspot.com/2012/04/penilaian-baik-dan-buruk-dari-berbag

ai.html

<1% - https://etikahidup.blogspot.com/2008/06/jaman-sekarang.html

<1% - https://lailyglow.blogspot.com/2016/06/filsafat-nilai.html

Page 80: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% -

https://kapanpunbisa-news.blogspot.com/2013/10/pengertian-baik-dan-buruk-menurut

.html

<1% - https://anshar-mtk.blogspot.com/2014/04/

<1% -

http://www.daerahamakalah.online/2018/01/makalah-tasawuf-tentang-pengertian-baik.

html

<1% -

https://www.academia.edu/6954595/BAIK_DAN_BURUK_MENURUT_PERSPEKTIF_BERBAG

AI_FAHAM

<1% - https://pgtk--darunnajah.blogspot.com/2010/06/

<1% -

https://lutfi-cilut.blogspot.com/2017/03/makalah-tasawuf-bab-baik-dan-buruk.html

<1% - https://kingartikel.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% - https://www.academia.edu/12597948/Makalah_Akhlaq_Tasawuf_Baik_dan_Buruk

<1% - https://cherryboki.blogspot.com/2014/11/moral-dan-etika-individu.html

<1% - https://hikmahuda.blogspot.com/2014/05/

<1% - https://solikhaton.blogspot.com/2014/01/makalah-tenang-ilmu-tasawuf.html

<1% - https://docobook.com/urgensi-tasawuf-pada-masyarakat-modern-di-desa.html

<1% - https://bangkuliah.com/2017/11/14/baik-dan-buruk-dalam-pandangan-filsafat/

<1% -

https://tugaskampuss.blogspot.com/2013/01/download-makalah-skripsi-tesis-dll.html

<1% - https://karangsemi.wordpress.com/adab/

<1% -

https://dunia-blajar.blogspot.com/2016/03/baik-dan-buruk-dalam-tinjauan-nash.html

<1% - https://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/09/baik-dan-buruk.html

<1% - https://as-syuara.blogspot.com/2011/11/makalah-etika-komunikasibab.html

<1% - https://zullihi.blogspot.com/2010/01/perbuatan-baik-dan-buruk-menurut.html

<1% - https://ilmu27.blogspot.com/2012/09/makalah-akhlak-tasawuf.html

<1% - https://shari8894.blogspot.com/2015/05/

<1% -

https://rifkiismarismailblog.wordpress.com/2013/01/20/mengurai-landasan-pengetahua

n-filsafat-ontologi/

<1% -

https://islamiconeprophecy.blogspot.com/2014/06/makalahpembentukan-akhlak-dan-y

ang.html

<1% -

https://deskripsimakalah.blogspot.com/2017/01/dorongan-dan-implikasi-berakhlak-bai

k.html

<1% -

Page 81: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-faktor-faktor-yang-mempengaruhi.

html

<1% - https://aenunnajibnew.blogspot.com/2017/04/

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/330410708_Pengembangan_Karakter_Pada_A

nak_Usia_Dini_AUD

<1% -

https://sakura-ilmi.blogspot.com/2012/03/aqlak-tasawuf-sumber-sumber-pembentukan

.html

<1% - https://www.academia.edu/32788039/MAKALAH_TASAWUF.docx

<1% - https://mangihot.blogspot.com/2016/10/faktor-pembentukkan-karakter.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/ikaa-jogja/550dc9de8133116b2cb1e68c/peran-keluarga-

masyarakat-dan-sekolah-dalam-pendidikan-islam

<1% - http://repository.upy.ac.id/1197/1/ARTIKEL%20RISKI%20UTAMI.pdf

<1% - https://chazhy.wordpress.com/2013/02/

<1% -

https://lailatulrona.blogspot.com/2013/12/norma-yang-berkalu-dalam-kehidupan_9.ht

ml

<1% - https://eliyonabaene666.blogspot.com/2014/05/motiv-dan-motivasi.html

<1% - https://thinksomegood.blogspot.com/2017/04/makalah-tentang-akhlak.html

<1% -

https://santiicuitcuit.blogspot.com/2013/04/pai-aktualisasi-ahklak-dalam-kehidupan.ht

ml

<1% -

https://steemit.com/education/@yusfriadi/pengaruh-riba-bagi-pendidikan-anak-56b816

4f852b5est

<1% - https://paiceria.blogspot.com/2011/

<1% -

https://www.academia.edu/35573821/SISTEM_PENDIDIKAN_ISLAM_DI_INDONESIA_PAD

A_AWAL_ABAD_XX_1900-1945

<1% -

https://simba-corp.blogspot.com/2018/10/makalah-akidah-dan-akhlak-konsep-baik.ht

ml

<1% -

https://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/01/resume-t-s-w-u-f-faktor-faktor-yang.ht

ml

<1% -

https://asrowi-ma.blogspot.com/2014/09/faktor-eksternal-dalam-internalisasi.html

<1% -

Page 82: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://umarfaruq-jambi.blogspot.com/2013/02/peranan-pendidikan-dalam-meningkat

kan.html

<1% - https://dosenbiologi.com/makhluk-hidup/kebutuhan-makhluk-hidup

<1% -

https://www.academia.edu/8521574/Menciptakan_Masyarakat_Berakhlaq_di_Dalam_era_

Globalisasi

<1% - https://telenteyan.blogspot.com/2013/08/

<1% - https://aridlowi.blogspot.com/2009/12/pendidikan-dan-moralitas.html

<1% -

https://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/04/akhlak-tasawuf-hubungan-ilmu-akhl

ak.html

<1% - https://nailuszaman.blogspot.com/2016/04/karakteristik-akhlak-islam-dan.html

<1% -

https://islamalwafi.blogspot.com/2015/06/tata-cara-dan-hukum-hukum-shalat-a.html#!

<1% -

https://gusmendemmenjawab.blogspot.com/2010/05/email-dari-mas-mohammad-taufi

q.html

<1% - https://anggymarsendy.blogspot.com/

<1% -

https://futicha-turisqoh.blogspot.com/2009/12/peranan-orang-tua-terhadap-akhlak-ana

k.html

<1% -

https://angga-hardianto1994.blogspot.com/2015/05/filosofi-pendidikan-islam-tentang.

html

<1% - https://alquran-asbabunnuzul.blogspot.com/2017/05/

<1% - https://aatafsir.blogspot.com/2008/10/hakikat-manusia.html

<1% - https://stitattaqwa.blogspot.com/2012/08/a.html

<1% - https://etikahidup.blogspot.com/2009/01/hubungan-intim-dan-kesetiaan.html

<1% - https://lalureza1988.blogspot.com/

<1% - https://www.alislamu.com/4456/surah-luqman/

<1% - https://docplayer.info/48658122-Bab-ii-landasan-teori.html

<1% -

https://catalogjulistira.blogspot.com/2012/04/biologi-dan-perkembangannya-ditinjau.ht

ml#!

<1% - https://kamianakislam.blogspot.com/2013/07/

<1% - https://akuislam.com/blog/guest/hidup-bukan-seperti-binatang/

<1% -

https://kumpulanmakalahjurusanpendidikan.blogspot.com/2015/05/makalah-pai-hubun

gan-al-quran-dengan.html

<1% - https://gotzlan-ade.blogspot.com/2018/07/

Page 83: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% - https://supripep.blogspot.com/2011/02/analisis-20-ayat-tentang-kejadian.html

<1% - https://aziezah93.blogspot.com/2012/03/tafsir-ayat-ayat-tentang-manusia.html

<1% - https://osimilikiti.blogspot.com/2015/09/jilbab.html

<1% -

https://zadandunia.blogspot.com/2016/10/furqon-al-maidah-60-katakanlah-apakah.ht

ml

<1% -

https://ponpesnuruliman.blogspot.com/2016/03/kumpulan-ceramah-islam-terbaru.html

<1% - https://shirotholmustaqim.files.wordpress.com/2009/12/akhlak-mulia.pdf

<1% - https://alizetia.tumblr.com/post/169607689296/orang-yang-gagal

<1% -

https://www.academia.edu/29901595/FALSAFAH_KESUSASTERAAN_HAMKA_SATU_TINJ

AUAN_KEPADA_BEBERAPA

<1% -

https://www.kompasiana.com/muhammad_ichsan/5500a3fb813311491bfa7b6f/pandang

an-buya-hamka-tentang-akal-dan-tanda-orang-berakal-bagian-i

<1% - http://www.pidatu.com/2016/09/ceramah-tentang-tanda-tanda-orang-yang.html

<1% - https://belajartafsiralquran.blogspot.com/2018/03/30-surat-ar-rum.html

<1% -

http://www.utusan.com.my/rencana/utama/ketinggian-ilmu-8232-syair-melayu-1.53071

1

<1% -

https://id.123dok.com/document/oy86o1rq-pandangan-nurcholish-madjid-dalam-etika

-beragama.html

<1% -

https://debysezuli.blogspot.com/2015/03/makalah-aliran-aliran-akhlak-tentang.html

<1% -

https://thekompasiana.blogspot.com/2014/11/perilaku-yang-tidak-sesuai-dengan-nilai.

html

<1% - https://ramadani-zega.blogspot.com/

<1% - https://mutiarafilsafat.blogspot.com/

<1% -

https://ernitaamalia.blogspot.com/2016/04/makalah-agama-konsep-ketuhanan-dalam.h

tml

<1% -

https://www.academia.edu/8715205/kelebihan_Al-Quran_dibandingkan_dengan_kitab_la

in

<1% - https://khazanahpengetahuanislam.blogspot.com/2010/04/

<1% - https://gpai2.blogspot.com/2012/09/toleransi-antar-umat-beragama-dan.html

<1% - https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2019/01/

Page 84: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% - https://kumpulanmakalahkuliah.blogspot.com/2013/09/baik-dan-buruk.html

<1% - https://akidah-syariah.blogspot.com/

<1% -

https://nbasis.wordpress.com/2013/12/12/tuanku-rao-dalam-pandangan-buya-hamka/

<1% -

https://pengajar.co.id/analisis-swot-pengertian-manfaat-contoh-dan-faktor-mempengar

uhinya/

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/19255/5/Bab%202.pdf

<1% -

https://fidiaayesha.blogspot.com/2014/12/menjadi-hamba-allah-yang-berakhlak.html

<1% -

https://paknusa.blogspot.com/2014/03/kecerdasan-iman-dan-perbuatan-baik-2.html

<1% - https://alwashliyah.wordpress.com/2008/07/20/psikologi-kemauan/

<1% - https://halosehat.com/penyakit/stroke/cara-mencegah-stroke

<1% -

https://www.academia.edu/4152127/Pendidikan_Hati_dalam_Tafsir_Al-Azhar_Hamka

<1% -

https://www.academia.edu/25733290/FAKTOR_FAKTOR_PENYEBAB_PENYAKIT_HOMOSE

KSUAL

<1% -

https://setetesilmu13.blogspot.com/2016/11/bedah-buku-rahasia-dibalik-penciptaan.ht

ml

<1% -

https://anakbuton.blogspot.com/2010/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

<1% - https://sites.google.com/site/drhamkatasaufmoden/bahagia-dan-utama

<1% - https://sabdaislam.wordpress.com/2009/11/23/24-bahagia-dan-utama/

<1% -

https://kawasanpendidikan.blogspot.com/2016/01/pendidikan-anak-usia-dini-dalam.ht

ml

<1% - https://hefamandiri.blogspot.com/2015/11/buya-hamka.html

<1% -

https://delisufi.blogspot.com/2016/06/tasawwuf-moden-fasal-15-apakah-perlu.html

<1% - https://hudzai.wordpress.com/2009/02/02/pemikrian-tasawuf-hamka/

<1% - https://tamanni.blogspot.com/

<1% - https://www.wasatha.com/2017/05/berhijrah-lakukan-tiga-hal-berikut-agar.html

<1% - https://mukjizatrasulullah.blogspot.com/2012/03/konsep-ketuhanan.html

<1% - http://yani131.student.unidar.ac.id/2014/07/akidah-syariah-dan-akhlak.html

<1% -

https://sinagamateri.blogspot.com/2016/03/nilai-nilai-kemanusiaan-teo-ic-kelompok.ht

ml

Page 85: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% -

https://tugaskuliah0601.blogspot.com/2016/10/motivasi-pegawai-tujuan-motivasi-dan.

html

<1% - https://sriratubriliana.blogspot.com/2013/04/pendidikan-anti-korupsi_20.html

<1% - https://www.academia.edu/5141471/MAKALAH_MANAJEMEN_PENDIDIKAN

<1% - https://itok609.blogspot.com/2013/04/permasalahan-guru-di-sekolah.html

<1% -

https://kletekpucakwangi.blogspot.com/2009/12/pandangan-prof-dr-hamka-terhadap.h

tml

<1% - https://etikahidup.blogspot.com/2008/08/hak-dan-tanggung-jawab.html

<1% - https://tangguraja.blogspot.com/2010/03/tokoh-tokoh-batak-toba.html

<1% -

https://www.academia.edu/35558526/PERBANDINGAN_PEMIKIRAN_AL-GHAZALI_DAN_

BUYA_HAMKA

<1% - https://asepjamaluddin16.blogspot.com/2013/05/makalah-pendidikan-islam.html

<1% -

http://gema.uhamka.ac.id/2016/08/20/oddi-mengaktualisasikan-pemikiran-buya-hamka

/

<1% -

https://christianyonathanlokas.wordpress.com/2013/10/09/pemilihan-dan-pengembang

an-media-pembelajaran/

<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-qadau/article/download/2636/2487

<1% - https://nurhibatullah.blogspot.com/2016/01/dasar-dasar-kependidikan.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/alfianputradarmawan.blogspot.com/54f76532a33311bc37

8b46e5/pengaruh-pendidikan-karakter-terhadap-budaya-korupsi

<1% - http://digilib.uin-suka.ac.id/6882/1/BAB%20I%2CV.pdf

<1% -

https://www.academia.edu/8003333/KONTEKSTUALISASI_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_

Sifting_Paradigma_dan_Implementasinya

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3256/5/63111037_Bab4.pdf

<1% - https://natiqotul-muniroh.blogspot.com/2011/01/bab-i-pendahuluan_26.html

<1% -

https://indonsc.blogspot.com/2015/09/skripsi-metode-pembiasaan-sebagai-upaya.html

<1% -

https://herihasbullah.blogspot.com/2016/01/nasehat-itu-buatmu-wahai-para-pemimpin

.html

<1% -

https://docobook.com/epistemologi-tasawuf-modern-iain-surakarta-repository.html

<1% -

Page 86: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://sulaiman2010.wordpress.com/2010/05/29/hamka-biografi-dan-orientasi-tasawuf

/

<1% - https://achmadyani47.blogspot.com/2015/01/

<1% -

https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/tauhid-rububiyah-dan-uluhiyah-qs-al.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/acahyama/54f76e12a33311c4528b4672/akal-dan-qs-ar-r

ahman-33

<1% -

https://gusmendemmenjawab.blogspot.com/2013/03/al-quran-tentang-tantangan-men

embus.html

<1% -

https://widyaayu1122.wordpress.com/2014/01/05/pentingnya-layanan-bimbingan-kons

eling-di-sekolah-dasar/

<1% -

https://makalah73.blogspot.com/2012/12/pentingnya-agama-bagi-kehidupan.html

<1% - https://id.scribd.com/doc/316060030/Makalah-AGAMA-ISLAM

<1% -

https://ceenjiwiyuresaccntnt.blogspot.com/2015/06/penjelasan-pendidikan-berkarakter.

html

<1% -

https://islamiceducation001.blogspot.com/2014/05/pendidik-dan-peserta-didik-dalam.h

tml

<1% - https://miss-fajriah.blogspot.com/2014/03/makalah-tentang-bakat.html

<1% -

https://dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/ajaran-hindu-dharma-tentang-etika.html

<1% -

http://blog.unnes.ac.id/pancarretnowati/2015/11/19/pluralisme-budaya-di-indonesia/

<1% - https://kelopakgalang144.blogspot.com/2013/09/

<1% -

https://zulkarnenjuli.blogspot.com/2011/04/peranan-keluarga-dalam-pembinaan.html

<1% -

https://irpanmaulana91.blogspot.com/2014/04/makalah-akhlak-tasawuf-faktor-faktor.ht

ml

<1% -

https://kumpulanskripsidanartikel.blogspot.com/2011/10/pemikiran-hasan-al-banna-ten

tang.html

<1% - http://staialmuhammadcepu.ac.id/jurnal/67/konsepsi-pendidikan-dalam-islam

<1% - https://www.academia.edu/37730429/Pendidikan_Karakter_di_Indonesia.pdf

<1% -

Page 87: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://rafiuddinsyam.blogspot.com/2011/07/makalah-selekta-pendidikan-islam.html

<1% -

https://www.pembelajaranmu.com/2017/03/peranan-moral-etika-dan-akhlak-dalam.ht

ml

<1% -

https://guruinformatika.blogspot.com/2014/03/makalah-ajaran-praktis-dalam-akhlak.ht

ml

<1% -

https://habbatillahberbagi.blogspot.com/2015/07/makalah-lembaga-lembaga-pendidik

an-di.html

<1% - https://bisnis-environment.blogspot.com/2011/03/lingkungan-pendidikan.html

<1% -

https://elfianpermana010.wordpress.com/2013/06/16/keluarga-sebagai-fungsi-pendidik

an-makalah/comment-page-1/

<1% -

https://unsurbudaya4ka38.blogspot.com/2013/10/peran-keluarga-dalam-pembentukan.

html

<1% -

https://candratrisnanirata.blogspot.com/2013/10/peran-keluarga-sekolah-masyarakat-d

an.html

<1% - https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/hamka-khidmat-pada-ibu-bapak.html

<1% -

https://wanty-katsu.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-agama-dalam-rumah_2

1.html

<1% -

https://www.academia.edu/11029312/Proposal_Pengaruh_pola_asuh_orang_tua_terhada

p_akahlak_anak

<1% - https://ilhams1993.wordpress.com/akhlaq-dalam-keluarga/

<1% -

https://id.123dok.com/document/rz3ew29q-konsep-pendidikan-perempuan-menurut-r

aden-dewi-sartika.html

<1% -

https://rikasukirno.blogspot.com/2015/06/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak.htm

l

<1% -

https://id.123dok.com/document/zp05wdvq-upaya-orang-tua-dalam-mendidik-akhlakul

-karimah-anak-di-desa-depok-bendungan-trenggalek-institutional-repository-of-iain-tu

lungagung-1.html

<1% -

https://siskapuspitadefi.blogspot.com/2016/10/makalah-akhlak-dalam-keluarga.html

Page 88: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% - https://cetelogi.com/tips-mendidikan-anak/

<1% - http://www.sarapanpagi.org/ditentukan-binasa-vt3143-20.html

<1% -

https://cakheppy.wordpress.com/2011/03/14/keteladanan-sebagai-strategi-pembelajara

n/

<1% - http://www.oocities.org/traditionalislam/Pemikiran_Hamka.htm

<1% -

https://ahmadnursanto98.blogspot.com/2013/01/menanamkan-kegemaran-shalat-pada

-anak_6872.html

<1% -

https://www.kaskus.co.id/thread/51b6e5511dd7194b4b000005/fabel-dongeng-hewan-

menanamkan-nilai-nilai-pada-anak/

<1% -

https://uikas3bogor.blogspot.com/2015/04/model-konsep-pendidikan-akhlak-dalam_12

.html

<1% -

https://simba-corp.blogspot.com/2018/11/makalah-akhlak-terhadap-keluarga.html

<1% -

http://www.rumahcahaya.com/ketika-orang-tua-tidak-merestui-hubungan-cinta-anakny

a/

<1% - https://tarbiyahparenting.blogspot.com/2010/

<1% -

https://muhtarasngari.blogspot.com/2016/01/pendidikan-di-lingkungan-masyarakat.ht

ml

<1% -

https://riapuspitasari108002.blogspot.com/2011/12/mengatasi-siswa-membolos-melalui

.html

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3256/6/63111037_Bab5.pdf

<1% - https://www.buatbunda.com/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak/

<1% -

https://lutfiromdana2012.blogspot.com/2012/05/pengertian-dan-fungsi-guru-dalam.ht

ml#!

<1% - http://www.bukabuku.com/browses/product/9786020822167/lembaga-budi.html

<1% -

https://mafiadoc.com/remediasi-menggunakan-model-cooperative-learning-_59f78ab9

1723dda6336d6c61.html

<1% -

https://makalahpgmi2013.blogspot.com/2015/03/tugas-dan-peran-guru-dalam-proses.

html

<1% -

Page 89: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://dhiyanata.blogspot.com/2015/01/kepribadian-dan-tanggung-jawab-guru.html

<1% - https://mhdkosim.blogspot.com/2008/

<1% - https://tulisan377.blogspot.com/2013/05/konsep-pendidikan-hamka.html

<1% -

https://thisisnayif.blogspot.com/2015/06/pertanyaan-dan-jawaban-tentang-etika.html

<1% -

https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5c074d1d12ae94030c62c342/menjadi-guru-r

adikal-mengapa-tidak

<1% - https://lets-sekolah.blogspot.com/2015/09/metode-dakwah-wali-songo.html

<1% -

https://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-pengembangan-pendidikan-karakter.h

tml

<1% -

https://agussuprianto09.blogspot.com/2012/10/penggunaan-media-pembelajaran-dala

m.html

<1% -

https://id.123dok.com/document/zx5wxwoq-prosiding-seminar-nasional-program-studi

-pendidikan-sejarah-se-indonesia.html

<1% -

https://sarbaitinil.blogspot.com/2010/05/pentingnya-pendidikan-moral-dalam.html

<1% -

https://thefikkar.blogspot.com/2017/01/metode-guru-pai-dalam-mengimplementasi.ht

ml

<1% -

https://garisprassojo.blogspot.com/2014/05/tugas-4-tulisan-tentang-hubungan-antara.

html

<1% - http://www.mikirbae.com/2018/07/jenis-jenis-tanggung-jawab-sebagai.html

<1% - https://osimilikiti.blogspot.com/2016/10/fatihah-kirim-hadiah.html

<1% -

https://moslemdogloverrezairmansyah.blogspot.com/2013/01/nama-saya-rezairmansya

h-saya-seorang.html

<1% -

https://misterrakib.blogspot.com/2015/04/undang-undang-baru-uu-35-thn-2014.html

<1% -

https://dhechoiriyah-nurul.blogspot.com/2012/05/peran-pancasila-dalam-pendidikan-d

an.html

<1% -

https://ridhopendidikan.blogspot.com/2016/06/itibar-dan-ibrah-sejarah-pendidikan.htm

l

<1% -

Page 90: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

https://anshar-mtk.blogspot.com/2014/05/tanggung-jawab-pendidikan-islam.html

<1% -

https://kusumadini.blogspot.com/2011/09/mahalnya-biaya-pendidikan-di-indonesia.ht

ml#!

<1% -

https://qoqoazroqu.blogspot.com/2013/01/undang-undang-republik-indonesia-nomor.

html

<1% - http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/download/1503/901

<1% -

https://www.kompasiana.com/adibunda/5946b99fa1080d35d801b0b2/maraknya-aksi-ta

wuran-peserta-didik-bukti-belum-tercapainya-pendidikan-karakter

<1% -

https://ainamulyana.blogspot.com/2018/06/undang-undang-uu-nomor-20-tahun-2003.

html

<1% -

https://www.academia.edu/9790322/Hak_dan_Kewajiban_Peserta_Didik_Menurut_Sistem

_Pendidikan_Islam_dan_Sistem_Pendidikan_Nasional

<1% -

https://kemahasiswaandikti.blogspot.com/2015/11/beasiswa-dan-bantuan-biaya-pendid

ikan_12.html#!

<1% -

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197106092005011-D

EDY_ACHMAD_KURNIADY/Pembiayaan_pend/jurnal.pdf

<1% -

https://pp-alfatah.blogspot.com/2011/02/pesantren-dalam-sistem-pendidikan.html

<1% -

https://ernaerlina1.blogspot.com/2014/05/kurikulum-dan-bahan-ajar-pendidikan.html

<1% -

https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Dokumen/6729_2019-05-13/P

ANDUAN_Lomba%20FILM%20PENDEK_A4.pdf

<1% -

https://docplayer.info/136651687-Kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan-

kinerja-guru-di-smk-muhammadiyah-02-bandar-lampung.html

<1% - https://www.academia.edu/9100714/Literasi_Lintas_Kurikulum

<1% -

https://mastati.wordpress.com/2014/07/06/implementasi-kurikulum-2013-dalam-pemb

elajaran-di-sma/

<1% - https://www.jpnn.com/news/jam-mapel-pendidikan-agama-ditambah

<1% -

https://contohmakalah4.blogspot.com/2012/12/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam.h

Page 91: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

tml

<1% -

https://www.academia.edu/5253890/Sistem_Penilaian_dalam_Kurikulum_2013_Kajian_Do

kumen

<1% -

https://text-id.123dok.com/document/z1llmneq-pendidikan-agama-kristen-dan-budi-p

ekerti-buku-guru-sd-kelas-ii-repositori-institusi-kementerian-pendidikan-dan-kebudaya

an.html

<1% -

https://mafiadoc.com/nilai-nilai-pendidikan-islam-dalam-buku-tasawuf-_59f0eb2a1723d

d34f513d380.html

<1% -

https://www.academia.edu/17446778/KONSEP_PENDIDIKAN_ISLAM_MENURUT_PENDIRI

_PONDOK_MODERN_DARUSSALAM_GONTOR

<1% - https://penulisbatusangkar.blogspot.com/2007/12/

<1% -

https://www.kompasiana.com/akrie_style/5500dc29a333117c6f512447/globalisasi-pendi

dikan

<1% -

https://pustakaaslikan.blogspot.com/2011/12/hal-penting-yang-harus-diperhatikan.html

<1% -

https://pendidikanl.blogspot.com/2011/09/peranan-guru-dalam-pembelajaran.html

<1% -

https://lindairawan05.blogspot.com/2012/06/makalah-membumikan-pendidikan-nilai.ht

ml

<1% -

https://goresanpotlot.blogspot.com/2015/08/hak-atas-lingkungan-yang-baik-dan-sehat

.html

<1% -

https://hanahafifah.blogspot.com/2014/01/konsep-pendidikan-yang-islami-untuk.html

<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/878/848

<1% -

https://www.kompasiana.com/rolansihombing/55101ab8813311d334bc6287/dicari-para

-pemimpin-sejati-indonesia

<1% - https://sastrasia.blogspot.com/2012/03/skripsi-analisis-nilai-nilaipendidikan.html

<1% -

https://alormainang.blogspot.com/2014/09/skrips-mahasiswa-teologi-stt-agapes.html

<1% -

https://vdokumen.com/studi-komparatif-fungsi-perencanaan-dakwah-di-jurusan-manaj

emen-dakwah-md.html

Page 92: Plagiarism Checker X Originality Reportpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/PCX-ReportAll1-_Rivaldi.pdfbebas dan mewujudkan manusia yang memiliki akhlak yang baik. Sebagaimana

<1% - https://skripsiminii21sha.blogspot.com/2013/12/skripsi-mini.html

<1% -

https://tugaserik.blogspot.com/2015/03/tanaman-rambutan-danmanfaatnya-bagi.html