119
PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BERDASARKAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Prieska Wijaya NIM : 089114046 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI(Bob Sadino) Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, Anda akan bisa mencapai yang terbaik dari

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BERDASARKAN

    EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Oleh :

    Prieska Wijaya

    NIM : 089114046

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2013

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BERDASARKAN

    EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Oleh :

    Prieska Wijaya

    NIM : 089114046

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2013

    i

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    HALAMAN MOTTO

    Keberhasilan itu adalah sebuah titik kecil yang berada di puncak segunung

    kegagalan. Maka kalau mau sukses, carilah kegagalan sebanyak-

    banyaknya. (Bob Sadino)

    Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu

    yang tidak mungkin, Anda akan bisa mencapai yang terbaik dari yang

    mungkin Anda capai (Mario Teguh)

    Kebahagiaan itu seperti batu arang, ia diperoleh sebagai prosuk sampingan

    dalam proses pembuatan sesuatu. (Aldous Huxley)

    iv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan untuk

    Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang penuh kuasa dan kasih

    selalu mendampingi, memudahkan, dan mengajarkanku dalam

    kehidupan sehingga dapat merasakan kebahagiaan dan kebanggan,

    terutama dengan terselesaikannya tugas akhir ini.

    Keluarga, terutama Orangtua tercinta Bapak Endang Widodo serta

    Ibunda Veronica Lasmiyati yang selalu memberikan doa, arahan,

    nasehat, serta dukungan-dukungan dalam proses pengerjaan tugas

    akhir.

    Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

    terimakasih atas dukungannya selama ini.

    v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BERDASARKAN

    EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

    Prieska Wijaya

    ABSTRAK

    Penelitian komparatif ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja

    karyawan berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional. Subjek dalam penelitian ini adalah

    sebagian karyawan dan supervisor PT. Adi Satria Abadi (PT. ASA). Jumlah subjek dalam

    penelitian ini sebanyak 84 subjek. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kepuasan

    kerja berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional. Apabila gaya kepemimpinan situasional

    efektif, maka kepuasan kerja tinggi, sedangkan apabila gaya kepemimpinan situasional tidak

    efektif maka kepuasan kerja karyawan rendah. Metode pengumpulan data menggunakan 4 skala,

    yaitu skala kepuasan kerja (MSQ), skala kematangan pekerjaan dan psikologis, skala perilaku

    hubungan, dan skala perilaku tugas. Skala kepuasan kerja memiliki koefisien reliabilitas Alpha

    Cronbach sebesar 0,866, skala kematangan pekerjaan dan psikologis memiliki koefisien

    reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,966, skala perilaku hubungan memiliki koefisein reliabilitas

    Alpha Cronbach sebesar 0,952, sedangkan skala perilaku tugas memiliki koefisien reliabilitas

    Alpha Cronbach sebesar 0,957. Kriteria dalam menentukan kepemimpinan situasional yang efektif

    dan yang tidak efektif adalah dengan cara menyesuaikan skor kematangan pekerjaan dan

    psikologis dengan skala perilaku hubungan dan skala perilaku tugas. Apabila gaya kepemimpinan

    situasional efektif diberikan skor 1, sedangkan untuk gaya kepemimpinan tidak efektif diberikan

    skor 0. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Independent Samples T-Test. Hasil

    penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,254 dengan p sebesar 0,800 (p>0,05). Maka dari

    itu, Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kepuasan kerja

    karyawan berdasarkan efektivitas gaya kepemimpinan situasional.

    Kata kunci : Kepuasan Kerja, Efektivitas Gaya Kepemimpinan Situasional

    vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    THE DIFFERENCE OF WORKING SATISFACTION BASED ON

    SITUATIONAL LEADERSHIP AFFECTIVITY

    Prieska Wijaya

    ABSTRACT

    The aim of this research is to find out the difference of working satisfaction based on

    situational leadership affectivity. The subjects of this research are 84 employees of PT. Adi Satria

    Abadi. The hypothesis of this research is there is differences between working satisfaction based

    on situational leadership affectivity. If the situational leadership is effective, therefore working

    situational is high. Whereas, if the situational leadership is ineffective, therefore the working

    satisfaction is low. The method of the data collection uses 4 scales, they are working satisfaction

    scale (MSQ), job and psychological scale, relationship behavior scale, and task behavior scale.

    The work satisfaction scale has 0.866 of Alpha Cronbach reliability co efficiency. The job and

    psychological maturity scale has 0.966 of Alpha Cronbach reliability scale. The relationship

    behavior scale has 0.952 of Alpha Cronbach reliability scale. The task behavior scale has 0.957 of

    Alpha Cronbach reliability co efficiency. The criterion in defining whether it is an effective or

    ineffective situational leadership is by adjusting the score of job and psychological maturity scale

    with the score of relationship behavior scale and the score of task behavior scale. If the leadership

    style is ineffective, the score will be 1, but if the leadership style is ineffective, the score will be 0.

    The data analysis uses Independent Samples T-Test. The result of this research shows that the t-

    calculate score is -0.254 with the p of 0.800 (p>0.05). Therefore, the accepted Ho means that

    there is no significant difference in the employees working satisfaction based on the situational

    leadership affectivity.

    Keywords : working satisfaction, situastional leadership affectivity

    viii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan, perlindungan,

    serta kasih yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    dengan baik. Skripsi dengan judul ”Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan

    berdasarkan Efektivitas Kepemimpinan Situasional” disusun untuk memenuhi

    salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas Psikologi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan

    dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis. Oleh

    karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada :

    1. Ibu P. Henrietta PDADS., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

    dengan ketulusan, kesabaran dan kasih sayang beliau tidak pernah lelah

    meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta nasehat dan dorongan kepada

    penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

    2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Dosen

    Pembimbing Akademik.

    3. Ibu Ratri Sunar A., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang turut

    membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

    4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi atas bimbingan dan ilmu yang diberikan

    dari awal perkuliahan.

    x

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    5. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi’ untuk ketulusan

    bantuan yang telah diberikan selama ini.

    6. Bapak Sigit Nugroho, selaku Asisten Manager PT. Adi Satria Abadi (PT.

    ASA) yang telah memberikan ijin serta bantuan selama proses pengambilan

    data.

    7. Orangtuaku tercinta yang tak pernah lelah mendukung, memberikan kasih

    sayang serta cintanya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

    8. Kakakku Lina Permanasari dan suaminya yang selalu membantu, mendukung

    dan mendoakanku dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

    9. Keluarga besarku khususnya keluarga Om Waskito yang telah memberikan

    kemudahan dan arahan dalam pengambilan data yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    10. Clara Risti Septiyani, kekasihku tersayang. Terimakasih untuk kesabaran,

    pemahaman, dan pendampingannya, serta diskusi-diskusi yang sangat

    membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

    11. Seluruh supervisor dan karyawan PT. Adi Satria Abadi atas kesediaannya

    meluangkan waktu dalam pengisian skala dalam penelitian ini.

    12. Teman-teman seperjuangan Psikologi 2008 Kika, Lusi, Chelly, Wawan,

    Nursih, Puput, Priska, Dewi, Heni, Wahyu, Selly, Nina, Anna, Desi, Alberto,

    dan semuanya saja atas bantuan, dukungan, dan diskusi-diskusi, serta

    kebersamaan selama ini.

    13. Segenap pihak yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis yang

    tidak dapat disebutkan satu per satu.

    xi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh sebab itu penulis

    memohon maaf atas kesalahan yang telah dilakukan selama penyusunan skripsi

    ini. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang

    kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan

    dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

    Yogyakarta, 14 Mei 2013

    Penulis

    (Prieska Wijaya)

    xii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................... vi

    ABSTRAK ............................................................................................... vii

    ABSTRACT ............................................................................................. viii

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

    ILMIAH ................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................. x

    DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii

    BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................. 8

    C. Tujuan Penelitian.................................................................... 8

    xiii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    D. Manfaat Penelitian.................................................................. 8

    1. Manfaat Teoretis ................................................................ 8

    2. Manfaat Praktis .................................................................. 8

    BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 9

    A. Kepuasan kerja ....................................................................... 9

    1. Definisi Kepuasan Kerja.................................................... 9

    2. Komponen Kepuasan Kerja ............................................... 10

    3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja .................... 17

    B. Kepemimpinan Situasional .................................................... 28

    1. Definisi Kepemimpinan..................................................... 28

    2. Definisi Kepemimpinan Situasional .................................. 28

    3. Komponen Perilaku Pemimpin dan Kematangan Anggota

    dalam Kepemimpinan Situasional ..................................... 29

    4. Jenis Gaya Kepemimpinan ................................................ 32

    5. Efektivitas Kepemimpinan Situasional ............................. 35

    C. Dinamika Perbedaan Kepuasan Kerja berdasarkan

    Efektivitas Kepemimpinan Situasional ................................... 36

    D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 40

    BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 41

    A. Jenis Penelitian ....................................................................... 41

    B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 41

    1. Variabel Bebas................................................................... 41

    2. Variabel Tergantung .......................................................... 41

    xiv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    C. Definisi Operasional ............................................................... 42

    1. Kepuasan Kerja ................................................................. 42

    2. Efektivitas Gaya Kepemimpinan Situasional .................... 42

    D. Subjek Penelitian .................................................................... 43

    E. Metode Pengumpulan Data .................................................... 43

    1. Kuesioner Kepuasan Kerja ................................................ 43

    2. Skala Efektivitas Kepemimpinan Situasional ................... 45

    F. Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 47

    1. Validitas ............................................................................. 47

    2. Reliabilitas ......................................................................... 48

    G. Metode Analisis Data ............................................................. 49

    1. Uji Asumsi ......................................................................... 49

    2. Uji Hipotesis ...................................................................... 50

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 51

    A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian .................................... 51

    B. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................... 52

    C. Deskripsi Data Penelitian ....................................................... 54

    D. Hasil Penelitian ...................................................................... 55

    1. Uji Asumsi ......................................................................... 55

    2. Uji Hipotesis ...................................................................... 56

    E. Pembahasan ............................................................................ 61

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 65

    A. Kesimpulan............................................................................. 65

    xv

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    B. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 65

    C. Saran ....................................................................................... 66

    1. Bagi Perusahaan PT. Adi Satria Abadi.............................. 66

    2. Bagi Karyawan Perusahaan PT. Adi Satria Abadi ............ 66

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................. 67

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 68

    LAMPIRAN ............................................................................................. 71

    xvi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Indikator Perilaku Tugas Pemimpin ................................................ 30

    Tabel 2. Indikator Perilaku Hubungan Pemimpin ...................................... 31

    Tabel 3. Blue-Print Kuesioner Kepuasan Kerja .......................................... 45

    Tabel 4. Blue-Print Skala Kematangan Pekerjaan

    dan Psikologis (supervisor)............................................................... 46

    Tabel 5. Blue-Print Skala Perilaku Tugas (karyawan) ................................. 46

    Tabel 6. Blue-Print Skala Perilaku Hubungan .............................................. 47

    Tabel 7. Karakteristik Subjek Penelitian ...................................................... 53

    Tabel 8. Deskripsi Skala Penelitian ............................................................... 54

    Tabel 9. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk ................... 56

    Tabel 10. Independent Samples T-Test .......................................................... 60

    xvii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Gaya Kepemimpinan Situasional ................................................. 33

    Gambar 2. Skema Perbedaan Kepuasan Kerja berdasarkan

    Efektivitas Kepemimpinan Situasional ....................................... 39

    Gambar 3. Level Kematangan Karyawan ...................................................... 59

    xviii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A. Skala Penelitian (Karyawan) .................................................... 72

    Lampiran B. Skala Penelitian (Supervisor) …………………………………… 83

    Lampiran C. Uji Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Kerja ............................... 88

    Lampiran D. Uji Reliabilitas Skala Kepemimpinan Situasional .................... 90

    Lampiran E. Uji Normalitas ............................................................................ 94

    Lampiran F. Uji Independent Samples T-Test ................................................ 96

    Lampiran G. Surat Keterangan Terjemahan ................................................... 98

    xix

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Sumber daya manusia (karyawan) merupakan salah satu faktor yang

    sangat strategis dan fundamental dalam organisasi. Oleh karena itu, sumber

    daya manusia merupakan aset yang paling berharga dalam organisasi

    (Sudarmanto, 2009). Sumber daya manusia merupakan human capital dan

    intellectual capital yang akan menentukan efektivitas atas faktor modal,

    peralatan, dan struktur (Schultz, dalam Sudarmanto, 2009). Human capital

    adalah sumber daya yang dimiliki manusia dalam bekerja yang terdiri dari

    kemampuan, perilaku, usaha, tenaga, dan waktu. Intellectual capital adalah

    sumber daya manusia yang terdiri dari ketrampilan, pengetahuan, dan

    keahlian yang digunakan saat bekerja. Peranan sumber daya manusia akan

    sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai

    visi dan misi yang telah ditetapkan (Sudarmanto, 2009).

    Setiap organisasi dituntut untuk mampu berkompetisi sehingga dapat

    tetap bertahan dalam persaingan global dengan cara memperkuat kapasitas

    organisasi dan sumber daya manusia (Sudarmanto, 2009). Dengan kata lain,

    agar organisasi dapat bertahan, organisasi harus memiliki sumber daya

    manusia yang berkualitas.

    Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia

    yang memiliki kinerja yang baik. Kinerja karyawan yang baik dapat

    dipengaruhi oleh kepuasan kerja (Sinambela, 2012). Karyawan yang merasa

    1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    puas akan berdampak positif pada kinerja yang semakin baik. Oleh karena itu,

    organisasi harus dapat mempertimbangkan kepuasan kerja karyawannya,

    jikalau organisasi tersebut ingin mencapai produktivitas atau hasil yang tinggi

    sesuai dengan visi dan misi.

    Kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan perasaan

    seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat dari berbagai

    sudut pandang (Spector, 1996). Kepuasan kerja berhubungan dengan

    keterikatan pegawai pada organisasinya. Karyawan yang tidak merasakan

    kepuasan kerja, kemungkinan akan berakibat pada tingginya keluar masuk

    (turn over) karyawan dari organisasi, kemangkiran dalam pekerjaan dan

    demo atau protes dari karyawan (Sinambela, 2012).

    Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor utama perkembangan

    perusahaan sesuai tujuan dari perusahaan tersebut. Kinerja karyawan pun

    akan semakin produktif dengan adanya kepuasan kerja (Sinambela, 2012).

    Ketika seorang karyawan merasakan kepuasan dalam dirinya, karyawan

    tersebut akan memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan.

    Sebuah pandangan mengungkapkan bahwa kepuasan kerja merupakan

    kontribusi dari reaksi kognitif dan afektif terhadap persepsi diferensial dari

    apa yang seorang karyawan ingin terima dibandingkan dengan apa yang

    benar-benar ia terima (Cranny et al., dalam European Journal of Social

    Sciences, 2011). Senada dengan pernyataan tersebut, kepuasan kerja juga

    dipandang sebagai penilaian pekerja dari sejauh mana lingkungan kerja dapat

    memenuhi kebutuhan individu (Locke, dalam Business Intelligence Journal,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    2010). Kepuasan kerja juga dipandang sebagai hasil keseluruhan dari derajat

    rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari

    pekerjaannya (Howell dan Dipboye, dalam Munandar, 2006). Kepuasan kerja

    biasanya didasarkan pada persepsi karyawan terhadap karakteristik pekerjaan

    dalam satu waktu, ganjaran yang memuaskan, hubungan baik dengan teman

    kerja dan lain-lain (Wijono, 2010).

    Belum lama ini (19/4/2012) terjadi fenomena akibat adanya

    ketidakpuasan kerja. Ribuan buruh dari PT. Starnesia Garment mengadakan

    aksi unjuk rasa ketidakpuasan kerja terkait besarnya kenaikan upah gaji yang

    tidak sesuai dengan janji perusahaan (Dundu, 2012). Hal ini menunjukkan

    bahwa karyawan tersebut merasa tidak puas, terutama karena upah yang

    diberikan tidak sesuai dengan kinerjanya dalam perusahaan. Selain

    ketidakpuasan kerja terkait dengan masalah gaji, ada juga kejadian

    demonstrasi para buruh di PT. Toyota Astra Motor yang menuntut hak-hak

    buruh, seperti hak cuti, hak tunjangan keluarga, dan jaminan kesehatan

    (Raden, 2012). Kejadian tersebut mengindikasikan bahwa para buruh yang

    melakukan demo tidak memiliki kepuasan kerja yang baik.

    Kepuasan kerja sangat penting bagi perusahaan karena jika kepuasan

    kerja tersebut tidak terdapat dalam diri seseorang akan dapat mempengaruhi

    proses produksi. Selain itu perusahaan yang tidak dapat menyediakan faktor-

    faktor yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan juga dapat

    berdampak pada kelangsungan perusahaan. Perusahaan akan mengalami

    kemerosotan dalam pencapaian tujuan. Beberapa dampak yang dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    diketemukan ketika kepuasan kerja tidak hadir dalam proses kerja karyawan

    adalah dampak terhadap produktivitas, ketidakhadiran (absenteeism) dan

    keluarnya tenaga kerja (turnover), serta kesehatan (Munandar, 2006).

    Dampak tersebut sangat nampak pada dua contoh kejadian yang telah

    disebutkan sebelumnya. Dalam kasus tersebut, karyawan yang melakukan

    demo meninggalkan pekerjaannya (absenteeism) untuk memprotes kebijakan

    perusahaan yang merugikan para karyawan. Hal ini juga berdampak pada

    produktivitas perusahaan karena sebagian karyawannya meninggalkan

    pekerjaannya untuk berdemo atas ketidakpuasan yang dirasakannya.

    Ketidakpuasan kerja berdampak pada produktivitas (Munandar,

    2006). Apabila ketidakpuasan kerja rendah, maka produktivitas perusahaan

    akan semakin meningkat, tetapi hal ini harus disertai dengan pandangan

    karyawan bahwa ganjaran intrinsik (rasa telah mencapai sesuatu) dan

    ganjaran ekstrinsik (gaji) telah diterimanya sebagai hal yang adil dan wajar.

    Ketidakpuasan kerja juga berdampak pada ketidakhadiran

    (absenteeism) dan keluarnya tenaga kerja (turnover). Ketidakpuasan kerja

    pada karyawan dapat menyebabkan karyawan untuk tidak hadir dalam kerja.

    Namun hal tersebut kurang begitu mencerminkan adanya ketidakpuasan kerja

    karena bersifat spontan. Lain halnya dengan keluarnya tenaga kerja

    (turnover) yang dapat mencerminkan adanya ketidakpuasan kerja. Menurut

    Mobley, Horner, dan Hollingworth (dalam Munandar, 2006) setelah tenaga

    kerja menjadi tidak puas terjadi beberapa tahap (misalnya berpikir untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    meninggalkan pekerjaan) sebelum keputusan untuk meninggalkan pekerjaan

    diambil.

    Munandar (2006) menyatakan dampak terakhir dalam ketidakpuasan

    kerja adalah dampak terhadap kesehatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Kornhauser (dalam Munandar, 2006) dapat disimpulkan bahwa ukuran-

    ukuran kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi longevity atau

    panjang umur atau rentang kehidupan seseorang. Ketika seseorang memiliki

    kepuasan yang tinggi, rentang umur kehidupannya akan semakin panjang.

    Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu

    faktor dari dalam diri karyawan (faktor individual) dan faktor lain di luar diri

    karyawan (faktor pekerjaan). Schultz (2006) membagi faktor individual yang

    mempengaruhi kepuasan kerja menjadi sebelas bagian, yaitu faktor umur,

    gender, ras, kemampuan kognitif, pengalaman kerja, penggunaan

    ketrampilan, kecocokan kerja, keadilan organisasi, kepribadian, kontrol kerja,

    dan level kerja. Wijono (2010) menyebutkan faktor lain di luar diri karyawan

    (faktor pekerjaan) yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja, yaitu

    organisasi, lingkungan sosial, komunikasi, keamanan, pekerjaan monoton,

    serta penghasilan. Wijono (2010) juga menyebutkan faktor pekerjaan lain

    yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu manajemen dan supervisi

    langsung. Hal ini sangat berkaitan dengan kepemimpinan dalam organisasi

    karena manajemen dan supervisi langsung melakukan pengawasan,

    pengaturan, dan pengelolaan terhadap karyawan layaknya seorang pemimpin.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Smither (1994) secara khusus menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan

    adalah faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja. Jika gaya

    kepemimpinannya efektif, maka kepuasan kerja tinggi dan juga sebaliknya

    ketika gaya kepemimpinannya tidak efektif, maka kepuasan kerja karyawan

    akan rendah. Dalam dunia usaha, gaya kepemimpinan akan memiliki dampak

    bagi kelangsungan perusahaan. Peran pemimpin dalam menjalankan

    perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap kinerja dan kepuasan karyawan.

    Kualitas dari kepemimpinan merupakan faktor penting dalam sebuah

    pekerjaan, di setiap karir pekerja, dan dalam kesuksesan maupun kegagalan

    perusahaan (Kaiser, Hogan, dan Craig, dalam Schultz, 2010).

    Kepemimpinan melibatkan proses pengaruh sosial di mana seseorang

    mengarahkan anggota kelompok menuju sasaran (Bryman, dalam Weiner,

    2003). Menurut Ivancevich dkk (dalam Anoraga, 1995) kepemimpinan adalah

    kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain melalui komunikasi, baik

    individual maupun kelompok ke arah pencapaian tujuan.

    Terdapat berbagai jenis kepemimpinan, salah satu jenis

    kepemimpinan yang dapat ditemukan dalam perusahaan adalah

    kepemimpinan situasional. Kepemimpinan situasional merupakan gaya

    kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan antara kadar perilaku tugas

    dan perilaku hubungan yang diberikan pemimpin terhadap karyawan, serta

    level kematangan yang diperlihatkan karyawan dalam pelaksanaan tugas,

    fungsi, dan tujuan tertentu (Hersey dan Blanchard, 1996). Dalam

    kepemimpinan situasional seorang pemimpin harus memenuhi tuntutan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    lingkungan dalam perusahaan, artinya permimpin harus dapat berperilaku

    atau bertindak (gaya kepemimpinan) sesuai dengan berbagai kematangan

    yang dimiliki karyawannya sehingga level kematangan karyawan akan

    semakin meningkat (Munandar, 2006).

    Kepemimpinan situasional yang efektif adalah ketika seorang

    pemimpin dapat membantu bawahan untuk meningkatkan tingkat

    kedewasaannya serta dapat menyesuaikan dirinya terhadap situasi tidak hanya

    secara pasif tapi juga aktif (Munandar, 2006). Oleh karena itu, kepemimpinan

    situasional yang efektif sangat merujuk pada kesesuaian antara perilaku

    pemimpin dan kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional yang

    berjalan efektif dapat berdampak positif bagi perusahaan. Oleh karena itu

    karyawan menjadi lebih senang dan optimal dalam bekerja karena merasa

    diperhatikan oleh atasannya, sedangkan kepemimpinan situasional yang tidak

    efektif muncul ketika pemimpin bertindak tidak konsisten, artinya pemimpin

    tidak menyesuaikan gaya kepemimpinannya berdasarkan situasi yang terjadi

    (Hersey dan Blanchard, 1996). Di sinilah permasalahan muncul, apalagi jika

    pemimpin hanya menerapkan satu metode kepemimpinannya untuk berbagai

    situasi yang ada. Akibatnya karyawan kurang senang, bekerja tidak optimal,

    dan dapat berdampak pada ketidakpuasan kerja karyawannya serta

    perusahaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan

    berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kepuasan

    kerja karyawan berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

    psikologi, khususnya dalam ilmu psikologi industri, yaitu dengan

    memberikan informasi tentang kepuasan kerja dan efektivitas gaya

    kepemimpinan situasional.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

    evaluasi bagi perusahaan untuk meningkatkan kepuasan kerja

    karyawannya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. KEPUASAN KERJA

    1. Definisi Kepuasan Kerja

    Menurut Lofquist dan Davis (1991), tokoh yang menyusun

    Minnesota Satisfaction Questionnaire kepuasan kerja merupakan reaksi

    afektif positif individu sebagai akibat dari penilaian individu terhadap

    sejauh mana kebutuhannya dipenuhi oleh lingkungan kerja. Locke (1976)

    mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah kesenangan dalam keadaaan

    emosional positif yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau

    pengalaman kerja (Statt, 1994). Kepuasan kerja juga merupakan perasaan

    yang positif maupun negatif dalam suatu pekerjaan yang dilakukannya

    (Riggio, 2008). Senada dengan pernyataan tersebut, kepuasan kerja juga

    diartikan sebagai perasaan dari seseorang yang telah memiliki pekerjaan,

    sejauh mana orang tersebut merasa positif atau negatif tentang aspek

    intrinsik atau ekstrinsik dari suatu pekerjaannya (Bhuian dan Menguc,

    2002; Hunt et al., 1985, dalam Business Intelligence Journal, 2010).

    Sebuah penelitian yang penuh kontroversial (Arvey, Bouchard,

    Segal dan Abraham, Arvey, McCall, Boucgard, Taubman dan Cavanaugh,

    Keller, Bouchard, Arvey, Segal dan Dawis, dalam Aamodt, 2010)

    menyatakan bahwa kepuasan kerja tidak hanya cukup stabil dalam

    pekerjaan, tetapi juga bisa ditentukan secara genetik. Ada juga yang

    9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    menyebutkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan

    perasaan seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat

    dari berbagai sudut pandang (Spector, 1996). Di samping itu kepuasan

    kerja merupakan perasaan yang umum, dari seseorang terhadap

    pekerjaannya (Robbins, 1996).

    Dari keseluruhan definisi tentang kepuasan kerja tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan

    perasaan seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat

    dari berbagai sudut pandang (Spector, 1996)

    2. Komponen Kepuasan Kerja

    Di dalam Minnesota Satisfaction Questionnaire, terdapat beberapa

    komponen kepuasan kerja, yaitu (Weiss, Dawis, England, dan Lofquist,

    1967) :

    a. Ability Utilization (penggunaan kemampuan)

    Dalam dunia kerja, kemampuan seorang karyawan belum tentu

    akan terpakai dalam perusahaan. Oleh karena itu, ketika kemampuan

    karyawan tersebut digunakan dan dapat bermanfaat bagi perusahaan,

    karyawan itu akan merasa bangga dan puas atas kerjanya.

    b. Achievement (prestasi)

    Karyawan dalam sebuah perusahaan memiliki pekerjaannya

    masing-masing sesuai jobdesk mereka. Dalam menyelesaikan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    pekerjaannya, ada karyawan yang berhasil menyelesaikan dengan baik

    dan ada juga yang kurang berhasil dalam pekerjaannya. Ada karyawan

    yang berprestasi dan ada yang tidak berprestasi dalam kerjanya. Ketika

    karyawan berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, karyawan

    tersebut merasa bahwa dirinya memiliki prestasi yang lebih baik.

    Dengan prestasi itu, karyawan tersebut akan merasa lebih puas dalam

    bekerja daripada karyawan yang kurang berprestasi.

    c. Activity (aktivitas)

    Dalam bekerja, seorang karyawan dituntut untuk dapat bekerja

    secara maksimal setiap harinya. Oleh karena itu, ketahanan tubuh dalam

    bekerja sangat penting bagi karyawan. Karyawan dengan ketahanan

    kerja yang baik akan mampu bekerja dalam waktu yang lama. Dengan

    ketahanan kerja yang lama itulah karyawan dapat menyelesaikan

    pekerjaan-pekerjaannya sehingga karyawan bisa merasakan kepuasan

    kerja.

    d. Advancement (kenaikan pangkat)

    Jabatan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi

    tingkat kepuasan kerja karyawan. Setiap karyawan dalam perusahaan

    akan selalu menginginkan posisi atau jabatan yang lebih baik dari apa

    yang telah ia raih sampai saat ini. Tetapi untuk mendapatkan kenaikan

    jabatan bukanlah hal mudah untuk setiap karyawan. Mereka diharapkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    mampu berprestasi dan dapat bermanfaat untuk perusahaannya. Dengan

    memperoleh jabatan yang lebih tinggi, tingkat kepuasan kerja karyawan

    tersebut akan lebih baik dari sebelumnya.

    e. Authority (Kekuasaan)

    Kewenangan dalam suatu hal di perusahaan dapat membuat

    karyawan memiliki kepuasan kerja yang lebih baik. Dengan memiliki

    kewenangan atau otoritas pekerjaan, karyawan merasa bahwa dirinya

    memiliki kedudukan yang tinggi dengan kewenangannya tersebut.

    Karyawan yang memiliki wewenang akan memiliki tingkat kepuasan

    yang lebih baik daripada karyawan yang tidak memiliki wewenang.

    f. Company Policies and Practices (Kebijakan perusahaan untuk

    diterapkan)

    Kebijakan perusahaan memiliki peran penting dalam kepuasan

    kerja karyawan. Kebijakan perusahaan juga diharapkan dapat

    menguntungkan dan berpihak pada karyawannya. Karyawan akan

    merasa puas dalam bekerja ketika kebijakan perusahaannya berpihak

    pada mereka dan mudah untuk diterapkan oleh karyawan.

    g. Compensation (kompensasi)

    Salah satu faktor kepuasan kerja karyawan adalah kompensasi

    (gaji). Ketika karyawan memperoleh kompensasi (gaji) sesuai dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    apa yang telah ia kerjakan dalam perusahaan, karyawan tersebut akan

    merasa puas dalam bekerja. Tetapi ketika karyawan merasa bahwa

    kompensasinya terlalu rendah dapat mengakibatkan ketidakpuasan

    dalam kerja.

    h. Co-workers (rekan kerja)

    Dalam dunia kerja, tidak mungkin bagi karyawan untuk

    menyelesaikan pekerjaannya secara individu atau tanpa melakukan

    relasi dengan rekan kerja. Karyawan yang memiliki hubungan erat

    dengan sesama rekan kerja dapat memudahkan dalam pekerjaannya.

    Selain itu, karyawan yang memiliki hubungan baik dengan rekan

    kerjanya akan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja.

    i. Creativity (kreativitas)

    Karyawan yang memiliki kreativitas dan ketrampilan yang

    tinggi mengharapkan bahwa ketrampilan dan kreativitasnya dapat

    dimanfaatkan dengan baik oleh pihak perusahaan. Tetapi fakta lapangan

    menunjukkan bahwa ketrampilan dan kreativitas karyawan tidak

    banyak dimanfaatkan perusahaan. Padahal ketika kreativitas dan

    ketrampilan digunakan dalam dunia kerja, karyawan tersebut akan

    merasa berguna bagi perusahaannya dan akan memiliki kepuasan kerja

    yang lebih baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    j. Independence (kebebasan)

    Penyelesaian pekerjaan karyawan bisa dilakukan secara individu

    maupun kelompok. Dengan bekerja kelompok otomatis antar karyawan

    dalam kelompok tersebut saling bertukar pemikiran. Tetapi ketika

    karyawan bisa menyelesaikannya secara individu, mereka akan

    memiliki kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan karyawan

    tersebut merasa bangga dengan apa yang telah ia kerjakan secara

    individu.

    k. Moral Values (nilai moral)

    Ketika bekerja ada kalanya karyawan melakukan suatu hal yang

    bertentangan dengan hati nuraninya (moral). Mereka melakukan tugas-

    tugas perusahaan tanpa dilandasi moral yang baik. Alhasil ketika

    karyawan tersebut bekerja tanpa hati nurani (moral), karyawan tersebut

    tidak akan memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Sedangkan jika

    seorang karyawan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan berlandaskan

    hati nuraninya (moral), karyawan tersebut dapat merasa puas dalam

    kerjanya.

    l. Recognition (penghargaan)

    Penghargaan merupakan salah satu komponen kepuasan kerja.

    Penghargaan bisa berupa bonus, kenaikan pangkat, ataupun pemberian

    kewenangan oleh perusahaan. Dengan penghargaan tersebut, karyawan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    akan merasa puas dalam pekerjaannya. Karyawan akan merasa bahwa

    dirinya sangat berguna dan bermanfaat bagi perusahaan.

    m. Responsibility (tanggung jawab)

    Setiap karyawan belum tentu dapat mempergunakan

    penilaiannya untuk pekerjaan orang lain. Hanya karyawan-karyawan

    tertentu lah yang dapat menilai dengan penilaiannya sendiri. Padahal,

    karyawan akan lebih senang dan puas ketika mereka diperbolehkan

    melakukan penilaian sesuai dengan apa yang ia rasakan.

    n. Security (keamanan)

    Setiap pekerja berharap bahwa perusahaan yang menaunginya

    menyediakan keamanan kerja. Dengan keamanan kerja, karyawan dapat

    bekerja dengan aman dan nyaman. Keamanan dan kenyaman kerja

    itulah yang dapat membuat karyawan merasa puas dalam kerjanya.

    o. Social Service (layanan sosial)

    Kepuasan kerja akan ada dalam diri karyawan ketika karyawan tersebut

    dapat menolong atau melakukan sesuatu untuk rekan kerjanya. Dengan

    membantu rekan kerjanya, karyawan tersebut merasa berguna dan

    kemampuannya dapat terpakai dalam perusahaan. Selain dapat

    membantu rekan kerjanya, karyawan tersebut juga dapat berinteraksi

    dengan rekan kerjanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    p. Social Status (status sosial)

    Setiap pekerja berharap bahwa mereka dapat menunjukkan

    karakternya dalam suatu kelompok kerja sehingga mereka memiliki

    peran yang penting dalam kelompoknya. Ketika seorang pekerja

    memiliki peran dalam kelompoknya, ia akan merasakan suatu kepuasan

    tersendiri dalam bekerja.

    q. Supervision-Human Relations (supervisi-hubungan relasi)

    Seorang karyawan untuk dapat merasakan kepuasan kerja

    tergantung dari cara supervisor mensupervisi bawahannya. Ketika

    supervisor dapat berinteraksi dan melakukan hubungan baik dengan

    bawahannya, maka bawahan akan merasa senang karena merasa

    diperhatikan. Dengan memiliki hubungan yang baik tersebut, karyawan

    akan dapat merasakan kepuasan kerja yang lebih baik.

    r. Supervision-Technical (supervisi-teknis)

    Seorang supervisor harus memiliki hubungan yang baik dengan

    bawahan dan mampu mengambil keputusan dalam mensupervisi

    bawahannya. Kemampuan supervisor ini juga mendukung karyawan

    untuk merasa puas dalam bekerja. Dengan kemampuannya tersebut,

    supervisor akan mampu mengawasi dan dapat mengambil keputusan

    dari hasil pengawasannya terhadap bawahan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    s. Variety (variasi)

    Karyawan yang hanya melakukan suatu pekerjaan yang menetap

    dalam jangka waktu yang panjang akan merasa bosan dengan

    pekerjaannya. Maka dari itu, variasi pekerjaan atau kesempatan

    melakukan pekerjaan lain dapat bermanfaat untuk mengatasi kebosanan

    kerja. Dengan melakukan variasi pekerjaan, maka karyawan akan

    merasa lebih puas dalam kerjanya.

    t. Working Conditions (kondisi kerja)

    Kondisi kerja atau lingkungan kerja dapat berperan untuk

    memunculkan kepuasan kerja bagi karyawan. Kondisi kerja yang

    mendukung, nyaman, dan aman sangat diharapkan oleh karyawan

    perusahaan sehingga kinerjanya dapat meningkat. Dengan kinerja atau

    produktivitas yang meningkat, otomatis karyawan tersebut dapat

    merasakan kepuasan kerja.

    3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja merupakan suatu hal yang kompleks dan susah

    untuk diukur keobjektivitasannya. Banyak faktor yang mempengaruhi

    kepuasan kerja para karyawan. Schultz (2006) menyebutkan bahwa

    terdapat faktor dari dalam diri karyawan (faktor internal) yang dapat

    mempengaruhi kepuasan kerja. Wijono (2010) menambahkan bahwa ada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    faktor lain di luar diri karyawan (faktor pekerjaan) yang mempengaruhi

    tingkat kepuasan kerja karyawan.

    a. Faktor Individu

    Ada banyak hal yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan

    yang terdapat dalam diri setiap karyawan (Schultz, 2006). Faktor-faktor

    tersebut, antara lain :

    1) Usia

    Usia merupakan salah satu faktor dari munculnya kepuasan

    kerja karyawan. Karyawan yang memiliki usia paling muda

    merupakan karyawan yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang

    paling rendah. Pada umumnya, kepuasan kerja karyawan semakin

    bertambah seiring bertambahnya usia dari setiap karyawan. Banyak

    diantara karyawan yang berusia lebih tua memiliki kesempatan

    untuk memenuhi kebutuhan dan aktualisasi diri dalam bekerja.

    Seiring bertambahnya usia, karyawan juga semakin memiliki

    tanggung jawab, kepercayaan diri, dan kompetensi yang lebih baik

    sehingga bisa memunculkan kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan

    karyawan yang sudah berumur memiliki pengalaman kerja yang

    tinggi.

    2) Gender

    Dalam penelitian tidak dapat dibuktikan bahwa gender

    merupakan salah satu faktor timbulnya kepuasan kerja. Tidak ada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    pola yang jelas dari perbedaan gender dalam kepuasan kerja

    karyawan. Hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja bukanlah

    gender, melainkan kelompok kerja yang terdiri dari gender yang

    berbeda. Dalam kelompok tersebut, wanita biasanya lebih sering

    dibayar lebih sedikit daripada pria dengan satu pekerjaan yang

    sama. Hal inilah yang mempengaruhi kepuasan kerja di setiap

    perusahaan dari segi gender. Oleh sebab itu, wanita dituntut untuk

    bekerja lebih keras dan membuat hal semenarik mungkin dalam

    kerjanya supaya pekerja wanita bisa mendapatkan kompensasi

    yang sebanding dengan pekerja pria.

    3) Ras

    Sebagian besar pekerja kulit hitam hanya mengenyam

    pekerjaan hingga tingkat menengah. Oleh sebab itu, banyak pekerja

    kulit putih yang lebih puas dalam bekerja daripada pekerja yang

    bukan kulit putih. Sejumlah kaum minoritas (black race) banyak

    yang ingin bekerja, tetapi mereka terlalu putus asa untuk mencari

    pekerjaan. Selain itu, banyak pekerja minoritas yang mendapat gaji

    sedikit dibandingkan pekerja kulit putih. Mereka sangat ingin

    menemukan pekerjaan yang dapat membayar upah secara layak

    sehingga dapat merasakan kepuasan kerja, layaknya pekerja kulit

    putih.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    4) Kemampuan Kognitif

    Kemampuan kognitif karyawan tidak bisa menjadi patokan

    bagaimana tingkat kepuasan kerja karyawan tersebut, karena

    kemampuan kognitif lebih berkaitan dengan tipe kerja seorang

    karyawan. Dalam banyak pekerjaan, kemampuan kognitif sering

    dikaitkan dengan performansi dan kepuasan kerja. Karyawan yang

    memiliki kemampuan kognitif yang baik justru tidak memiliki

    tingkat kepuasan kerja yang bagus. Hal ini dikarenakan karyawan

    tersebut tidak memiliki tantangan dalam bekerja sehingga ketika

    menyelesaikan suatu pekerjaan yang dianggap sulit oleh orang lain,

    karyawan tersebut bisa menyelesaikan dengan mudah. Selain itu,

    karyawan yang memiliki tingkat kemampuan kognitif yang lebih

    baik dari orang lain justru lebih mudah merasakan kebosanan

    dalam bekerja.

    5) Pengalaman Kerja

    Pengalaman kerja dapat berpengaruh pada kepuasan kerja

    karyawan perusahaan. Biasanya karyawan baru dalam perusahaan

    lebih mudah mendapatkan kepuasan kerja. Mereka lebih sering

    diberikan kesempatan untuk berlatih dan berkembang dalam

    perusahaan. Dalam menunjukkan kemampuan dan ketrampilannya,

    biasanya mereka sangat bersemangat untuk melakukannya karena

    merupakan pekerja baru, tetapi seiring berjalannya waktu, ketika

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    karyawan baru tersebut diberikan bukti nyata atas hasil kerjanya,

    mereka mulai merasa semangat bekerjanya menurun. Ternyata

    setelah karyawan perusahan melewati beberapa tahun dalam

    kerjanya, mereka mulai menurun kinerjanya sehingga kepuasan

    kerja dirasa kurang dalam dirinya.

    6) Penggunaan Ketrampilan

    Setiap karyawan perusahaan sangat mengharapkan bahwa

    ketrampilan dan kemampuannya bisa diberikan secara maksimal

    kepada perusahaan di mana ia bekerja. Tetapi faktanya adalah

    perusahaan kurang memberikan kesempatan kepada karyawan

    untuk mengembangkan atau mengaplikasikan ketrampilannya

    dalam bekerja. Padahal faktor utama dalam kepuasan kerja adalah

    kesempatan untuk menunjukkan hasil kerjanya dalam perusahaan

    dengan level kualitas yang sangat baik (Ekland, 1995, dalam

    Schultz, 2006).

    7) Kecocokan Kerja

    Kecocokan kerja merupakan kongruensi atau hubungan

    antara permintaan pekerjaan dan kemampuan dari seorang pekerja.

    Ketika seorang pekerja memiliki kecocokan kerja, maka pekerja

    tersebut memungkinkan untuk merasakan kepuasan kerja dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    perusahaan. Tetapi jika hubungan antara pekerjaan dan kemampuan

    rendah, maka tingkat kepuasan kerjanya dapat berkurang.

    8) Keadilan Organisasi

    Keadilan kerja dalam perusahaan merupakan bagaimana

    seorang karyawan diperlakukan oleh perusahaannya dalam bekerja.

    Perlakuan perusahaan yang tidak adil terhadap karyawan sangat

    berdampak pada kepuasan kerja, performansi, dan komitmen dalam

    bekerja akan mengalami penurunan. Ketika karyawan mengalami

    hal tersebut, perusahaan dapat meningkatkan kembali keadilan

    kerja karyawan dengan mengikutsertakan karyawan dalam

    pengambilan keputusan (Schminke, Ambrose, dan Cropanzano,

    2000, dalam Schultz, 2006).

    9) Kepribadian

    Faktor kepribadian yang berkaitan dengan kepuasan kerja

    adalah sikap keterasingan dan locus of control. Karyawan yang

    memiliki keterasingan yang rendah dan internal locus of control

    akan lebih mudah merasakan kepuasan kerja yang tinggi. Dalam

    meta analisis penelitian kepuasan kerja, menyebutkan bahwa ada

    hubungan positif antara internal locus of control dan kepuasan

    kerja. Dalam penelitian tersebut juga menemukan bahwa self

    esteem dan self efficacy tinggi, serta low neuroticism rendah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    berhubungan dengan kepuasan kerja yang tinggi (Judge dan Bono,

    2001, dalam Schultz, 2006). Selain itu, dua dimensi dalam

    kepribadian tipe A yaitu achievement striving dan impatience /

    irritability juga memiliki kaitan dengan kepuasan kerja. Karyawan

    yang memiliki achievement striving (kerja keras dan keseriusan)

    akan memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Sedangkan karyawan

    yang memiliki sifat irritability / impatience (permusuhan, marah,

    tidak toleran) akan memiliki kepuasan kerja yang rendah.

    10) Kontrol Kerja

    Kontrol kerja tidak hanya dilakukan dan menjadi kewajiban

    seorang supervisor, melainkan kontrol kerja juga sangat dibutuhkan

    oleh setiap karyawan perusahaan. Karyawan yang memiliki kontrol

    kerja yang baik akan menjadikan karyawan tersebut memiliki

    motivasi yang tinggi sehingga karyawan tersebut mempunyai

    tingkat kepuasan kerja yang lebih baik.

    11) Status atau Level Kerja

    Kedudukan karyawan dalam perusahaan sangat

    berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja karyawan. Biasanya

    orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi akan memiliki

    kepuasan kerja yang lebih baik daripada bawahannya dalam

    perusahaan. Selain itu, kedudukan yang tinggi dalam perusahaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    biasanya menawarkan wewenang yang lebih, tanggung jawab, dan

    tantangan dalam kerja. Hal ini berarti karyawan tersebut dapat

    mengaktualisasikan kemampuannya dalam bekerja, yang

    merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.

    b. Faktor Pekerjaan

    Selain dari faktor individu, kepuasan kerja juga dipengaruhi

    oleh faktor karakteristik pekerjaan. Menurut Wijono (2010) faktor

    karakteristik pekerjaan tersebut terdiri dari :

    1) Organisasi dan Manajemen

    Ketika karyawan perusahaan memiliki performansi dan

    moral yang rendah dalam bekerja, seharusnya dari pihak

    perusahaan melakukan pengorganisasian dan manajemen karyawan

    karena hal tersebut merupakan indikasi dari ketidakpuasan

    karyawan dalam bekerja. Organisasi dan manajemen karyawan

    dapat meningkatkan kembali moralitas kerja karyawan sehingga

    performansi dan kepuasan kerja karyawan dapat meningkat. Dalam

    penelitian Brazziel (dalam Hassan dkk, dalam Wijono, 2010) yang

    menggunakan Index Morale terhadap para karyawan yang

    berpendidikan dari akademi dan universitas, menemukan bahwa

    manajemen praktis berhubungan signifikan dengan moral yang

    rendah yang merupakan indikasi dari kepuasan kerja yang rendah

    di kalangan para karyawan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    2) Supervisi Langsung

    Dalam sebuah perusahaan selalu terdapat supervisor yang

    berfungsi untuk memotivasi, mengawasi, dan mengatur karyawan

    supaya dapat bekerja secara produktif bagi perusahaan. Ketika

    karyawan dalam kondisi yang kurang bagus dalam bekerja

    (ketidakpuasan kerja), supervisor dapat langsung memotivasi atau

    mensupervisi kepada karyawan tersebut. Tapi, supervisi langsung

    ini membutuhkan dukungan dari karyawan itu sendiri. Dalam

    penelitian Pelz (dalam Hassan dkk, dalam Wijono, 2010)

    menunjukkan bahwa orientasi kerja terhadap sebagian “immediate

    supervision” adalah tidak menjamin kepuasan kerja secara

    memadai.

    3) Lingkungan Sosial

    Lingkungan sosial perusahaan akan menjadi penting

    terhadap kepuasan kerja karyawan. Karyawan yang bekerja dalam

    sebuah kelompok akan memiliki kepuasan kerja yang lebih baik

    daripada karyawan yang bekerja secara individual (Zalesnik et al,

    dalam Wijono, 2010). Karyawan dapat saling melengkapi satu

    sama lain dalam bekerja. Selain itu, Veroff dan Feld (1960)

    mengatakan bahwa bekerja secara kelompok mempunyai manfaat

    penting untuk memenuhi kebutuhan interpersonal dan persahabatan

    yang dijelaskan sebagai sumber kepuasan kerja (Wijono, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    4) Komunikasi

    Dalam penelitiannya, Leaviit (1961) mengatakan bahwa

    kepuasan kerja yang tinggi di kalangan anggota kelompok adalah

    jika mereka diletakkan ke dalam jalinan komunikasi yang erat.

    Oleh karena itu, komunikasi kerja merupakan hal penting dalam

    suatu pekerjaan. Dengan intensitas komunikasi yang tinggi antar

    pekerja dalam perusahaan dapat menciptakan kepuasan kerja

    karyawan yang tinggi.

    5) Keamanan

    Dalam mempekerjakan karyawannya, setiap perusahaan

    diwajibkan untuk memberikan keamanan dalam bekerja. Faktor

    keamanan merupakan faktor utama dalam kepuasan kerja karena

    faktor keamanan merupakan hasil dari ketidakhadirannya dalam

    suatu situasi dibandingkan dengan kehadirannya. Ketika faktor

    keamanan hadir dalam setiap langkah kerja karyawan, karyawan

    tersebut dapat merasakan kepuasan kerja atas fasilitas keamanan

    yang diberikan perusahaan. Dalam eksperimen yang menggunakan

    skala sikap analisis faktor, Crites (1961) membuktikan bahwa

    sumber keamanan yang kuat membuat kepuasan kerja tercapai.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    6) Pekerjaan yang Monoton

    Setiap karyawan dalam perusahaan memiliki tugas kerja

    (jobdesk) masing-masing, tergantung di bagian mana karyawan

    tersebut ditempatkan. Ketika karyawan melakukan pekerjaan di

    bidangnya, terkadang karyawan melakukannya secara berulang-

    ulang. Hal tersebut dapat menyebabkan karyawan merasa bosan

    yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan bekerja. Oleh karena itu,

    karyawan mengharapkan perluasan kerja untuk memperoleh

    kepuasan yang lebih dalam pekerjaan yang dilakukan berulang-

    ulang (Kennedy dan O’Neill, dalam Wijono, 2010). Namun,

    pekerjaan yang monoton tersebut belum tentu mengakibatkan

    kepuasan kerja yang rendah karena tergantung pada sumber umpan

    balik terhadap pekerjaan yang monoton.

    7) Penghasilan

    Dalam setiap pekerjaannya, karyawan selalu mengharapkan

    upah atau penghasilan yang mencukupi bagi kebutuhannya.

    Menurut para karyawan perusahaan, penghasilan yang diberikan

    perusahaan terhadap dirinya akan membuat setiap karyawan

    merasa puas, jikalau penghasilan yang diberikan tersebut dapat

    mencukupi kebutuhannya. Tetapi hubungan antara penghasilan dan

    kepuasan kerja sangatlah kompleks karena bertumpang tindih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    dengan faktor-faktor lain, seperti usia, jabatan, dan pendidikan

    (Schultz, dalam Wijono, 2010).

    B. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

    1. Definisi Kepemimpinan

    Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi aktivitas orang

    lain melalui komunikasi, baik individual maupun kelompok ke arah

    pencapaian tujuan (dalam Anoraga, 1995). Kepemimpinan melibatkan

    proses sosial di mana seseorang mengarahkan anggota kelompok menuju

    sasaran (Bryman, dalam Weiner, 2003).

    2. Definisi Kepemimpinan Situasional

    Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara kadar

    bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin, kadar

    dukungan sosioemosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin,

    dan level kesiapan (kematangan) yang diperlihatkan pengikut dalam

    pelaksanaan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu (Hersey dan Blanchard,

    1996). Selain itu, kepemimpinan situasional juga merupakan teori yang

    berfokus pada kesiapan atau kematangan bawahan (Robbins, 1996).

    Selaras dengan pernyataan tersebut, kepemimpinan situasional merupakan

    kepemimpinan yang dapat dihasilkan dari bagaimana seorang pemimpin

    berhubungan dengan kematangan bawahan (Smither, 1994). Dalam

    sumber terbaru menyebutkan bahwa kepemimpinan situasional adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    kepemimpinan yang diberikan oleh anggota kelompok dengan beragam

    perilaku mereka untuk memberikan tindakan yang diperlukan oleh

    kelompok saat itu (Johnson, 2012).

    Dari beberapa definisi kepemimpinan situasional tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan

    yang sangat memperhatikan kondisi atau kematangan bawahannya, serta

    mau memberikan pengarahan kepada bawahan yang belum begitu matang.

    3. Komponen Perilaku Pemimpin dan Kematangan Anggota dalam

    Kepemimpinan Situasional

    Dalam penerapan gaya kepemimpinan situasional yang menjadi

    faktor utamanya adalah kematangan para anggota. Kematangan anggota

    bisa dilihat dari segi pekerjaan maupun psikologis dari anggota tersebut.

    Dengan mengetahui tingkat kematangan (maturity) anggotanya, seorang

    pemimpin akan dapat menentukan gaya kepemimpinan apa yang akan

    diterapkan terhadap anggotanya. Perilaku pemimpin dalam kepemimpinan

    situasional tersebut (Hersey dan Blanchard, 1996), yaitu :

    a. Task Behavior

    Salah satu hal yang harus dipertimbangkan seorang

    pemimpin dalam menerapkan kepemimpinan situasional adalah

    perilaku tugas (task behavior). Pemimpin perlu mengetahui

    seberapa jauh kah kemampuan bawahannya dalam bekerja. Ketika

    seorang bawahannya kurang memiliki kemampuan, pemimpin

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    wajib memberikan arahan, mulai dari arahan kecil hingga yang

    detail. Dalam task behavior, pemimpin harus dapat membimbing

    bawahannya dalam penetapan tujuan, pengorganisasian,

    pengaturan jadwal, pengarahan, dan pengendalian.

    Tabel 1.

    Indikator Perilaku Tugas Pemimpin

    No Aspek Perilaku

    Tugas

    Indikator Perilaku

    1. Penetapan tujuan Menyempurnakan tujuan anggota

    2. Pengorganisasian Mengatur situasi kerja anggota

    3. Penetapan jadwal Menetapkan jadwal anggota

    4. Pengarahan Menyediakan arahan yang spesifik

    5. Pengontrolan Mengontrol kemajuan kerja secara

    spesifik dan berkala

    b. Relationship Behavior

    Hal lain yang perlu dipertimbangkan seorang pemimpin

    dalam menerapkan kepemimpinan situasional adalah perilaku

    hubungan (relationship behavior). Perilaku hubungan adalah

    perilaku pemimpin dalam melakukan hubungan dua arah dengan

    bawahannya untuk menyediakan dorongan dan motivasi. Selain

    itu, pemimpin juga harus mendukung (supporting) setiap langkah

    pekerja dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pekerja.

    Bagi karyawan yang sudah memiliki kematangan (maturity),

    pemimpin tidak akan melakukan komunikasi dua arah, pemimpin

    hanya memberikan dukungan yang rendah kepada karyawannya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Tabel 2.

    Indikator Perilaku Hubungan Pemimpin

    No Aspek Perilaku

    Hubungan

    Indikator Perilaku

    1. Memberikan

    support

    Menyediakan dukungan dan

    menyemangati

    2. Komunikasi Meliputi diskusi dua arah tentang aktifitas

    kerja

    3. Kesempatan

    interaksi

    Memberikan kesempatan untuk

    berinteraksi dengan anggota lain

    4. Feedback Memberikan hubungan timbal balik atas

    prestasi kerja

    5. Perhatian yang

    aktif

    Mencari dan mendengarkan opini anggota

    c. Kematangan Anggota

    Dalam pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional,

    pemimpin tidak bisa langsung memutuskan akan menggunakan

    gaya kepemimpinan yang mana yang merupakan gaya

    kepemimpinan situasional. Pemimpin terlebih dahulu harus

    mengetahui level kematangan para karyawannya. Hal ini

    dikarenakan level kematangan karyawan adalah faktor kunci bagi

    kepemimpinan yang efektif (Hersey dan Blanchard, 1996).

    Level kematangan karyawan terdiri dari kematangan

    pekerjaan dan kematangan psikologis (Hersey dan Blanchard,

    1996). Kematangan pekerjaan sangat berkaitan dengan

    pengetahuan dan ketrampilan. Orang yang memiliki kematangan

    pekerjaan yang tinggi adalah orang yang memiliki pengalaman,

    kemampuan, dan pengetahuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya

    tanpa bimbingan atau arahan dari pemimpin.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Kematangan psikologis berkaitan dengan motivasi atau

    kemauan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu,

    keyakinan dan keikatan terhadap perusahaan juga berpengaruh

    dalam kematangan psikologis. Orang yang matang secara

    psikologis akan memiliki rasa yakin terhadap dirinya sendiri dan

    merasa mampu dalam aspek pekerjaannya, serta memiliki

    tanggung jawab yang besar.

    4. Jenis Gaya Kepemimpinan Situasional

    Dalam kepemimpinan situasional menyebutkan bahwa tidak ada

    gaya kepemimpinan tertentu yang dapat digunakan untuk mempengaruhi

    bawahannya, melainkan penerapan gaya kepemimpinan pada sebuah

    organisasi harus didasarkan pada kondisi para bawahannya (Hersey dan

    Blanchard, 1996). Dalam kepemimpinan situasional terdapat beberapa

    macam gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam memimpin

    sebuah organisasi. Gaya kepemimpinan situasional juga dapat dilihat

    dalam kurva preskriptif, yang terdiri dari empat kuadran kepemimpinan,

    yaitu telling, selling, participating, dan delegating (Hersey dan Blanchard,

    1996).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Gambar 1.

    Gaya Kepemimpinan Situasional

    Sumber:

    http://www.google.co.id/imgres?q=hersey+blancharddanhl=iddansa=Gdangbv=2danbiw=

    1366danbih=667dantbm=ischdantbnid=BFcUumd02sSsXM:danimgrefurl

    a. Telling

    Gaya kepemimpinan telling merupakan gaya kepemimpinan

    yang anggotanya atau bawahannya memiliki tingkat kematangan yang

    rendah. Gaya kepemimpinan ini mengharuskan seorang pemimpin

    untuk selalu mengarahkan dan memberi supervisi kepada

    karyawannya. Orang-orang yang diarahkan dengan gaya

    kepemimpinan telling merupakan orang yang tidak mau dan tidak

    mampu untuk memikul tanggung jawab dalam tugas-tugasnya. Mereka

    harus benar-benar diarahkan tentang apa, bagaimana, dimana, dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    http://www.google.co.id/imgres?q=hersey+blanchard&hl=id&sa=G&gbv=2&biw=1366&bih=667&tbm=isch&tbnid=BFcUumd02sSsXM:&imgrefurlhttp://www.google.co.id/imgres?q=hersey+blanchard&hl=id&sa=G&gbv=2&biw=1366&bih=667&tbm=isch&tbnid=BFcUumd02sSsXM:&imgrefurl

  • 34

    kapan melaksanakan tugas-tugasnya. Pada level ini, perilaku tugas

    tinggi dan hubungan rendah.

    b. Selling

    Gaya kepemimpinan selling adalah gaya kepemimpinan yang

    para anggotanya memiliki kematangan rendah-sedang. Oleh sebab itu,

    seorang pemimpin masih harus mengarahkan anggotanya, meskipun

    tidak secara spesifik seperti pada gaya kepemimpinan telling. Anggota

    yang diarahkan dengan gaya kepemimpinan selling merupakan orang

    yang tidak mampu, tetapi mau memikul tanggung jawab dalam tugas-

    tugasnya. Dalam gaya kepemimpinan selling, komunikasi sudah

    berbentuk dua arah antara pemimpin dan bawahan, artinya bawahan

    ikut serta dalam proses perilaku yang diinginkan. Gaya selling

    mencakup perilaku tugas dan hubungan tinggi.

    c. Participating

    Participating merupakan gaya kepemimpinan situasional yang

    anggotanya sudah memiliki kemampuan, tetapi tidak mau memikul

    tanggung jawab pada pekerjaannya. Hal ini terkait dengan keyakinan

    dan motivasi anggota sehingga pemimpin harus menyediakan

    komunikasi dua arah untuk menunjang kemauan anggota untuk

    mengaplikasikan kemampuannya. Gaya kepemimpinan yang seperti ini

    memiliki perilaku hubungan tinggi (suportif) dan perilaku tugas rendah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    (direktif). Oleh sebab itu, kematangan para anggotanya berada pada

    level sedang-tinggi.

    d. Delegating

    Pada gaya kepemimpinan delegating, seorang anggota sudah

    diberikan kebebasan dalam pelaksanaan tugas maupun pengambilan

    keputusan. Anggota sudah memiliki kemampuan dan kemauan dalam

    melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan. Oleh

    karena anggota sudah memiliki kematangan, maka tidak dibutuhkan

    perilaku hubungan (suportif) dan tugas (direktif) antara pemimpin dan

    anggota. Selain itu, anggota juga sudah memiliki kematangan yang

    sangat baik.

    5. Efektivitas Kepemimpinan Situasional

    Kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang melibatkan

    proses pengaruh sosial di mana seseorang mengarahkan anggota kelompok

    menuju sasaran (Weiner, 2003). Banyak yang menganggap kepemimpinan

    situasional ini merupakan kepemimpinan yang paling efektif karena

    memperhatikan kematangan bawahan. Hersey dan Blanchard menyatakan

    bahwa tidak ada satu cara yang terbaik untuk mempengaruhi perilaku

    orang-orang (dalam Anoraga, 1995).

    Semua gaya kepemimpinan jika dijalankan sebagaimana mestinya

    dan sesuai dengan tujuan serta sasaran akan berdampak efektif bagi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    organisasi. Sama halnya dengan gaya kepemimpinan situasional yang

    dapat berdampak efektif bagi organisasi. Gaya kepemimpinan situasional

    dapat dikatakan memiliki efektivitas ketika gaya kepemimpinan tersebut

    dapat disesuaikan dengan tingkat kedewasaan (maturity) bawahan yang

    akan dipengaruhi pemimpin (Anoraga, 1995). Ada kesesuaian antara

    perilaku tugas dan hubungan dari pemimpin dan kematangan pekerjaan

    dan psikologis dari karyawan. Dengan kata lain, pemimpin dapat

    membimbing karyawan ketika karyawan tersebut belum matang, dan dapat

    mendelegasikan tugas-tugas secara keseluruhan kepada karyawannya

    ketika karyawan tersebut sudah memiliki kematangan.

    Kesimpulan umum dari efektivitas kepemimpinan situasional

    adalah kesesuaian antara perilaku pemimpin dengan kematangan bawahan.

    Pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai situasi

    (kematangan) yang ada dalam diri karyawan.

    C. DINAMIKA PERBEDAAN KEPUASAN KERJA BERDASARKAN

    EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

    Kepemimpinan adalah sesuatu yang digunakan pemimpin untuk

    mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung, maupun tidak

    langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut dengan

    penuh pengertian dan kesadaran bersedia mengikuti kehendak-kehendak

    pemimpin tersebut (Anoraga, 1995). Kepemimpinan memiliki berbagai jenis

    gaya kepemimpinan, salah satunya adalah kepemimpinan situasional.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang

    didasarkan atas hubungan antara kadar perilaku tugas dan perilaku hubungan

    yang diberikan pemimpin terhadap karyawan, serta level kematangan yang

    diperlihatkan karyawan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan tujuan tertentu

    (Hersey dan Blanchard, 1996). Selain itu, kepemimpinan situasional

    merupakan gaya seseorang dalam memimpin yang harus menyesuaikan gaya

    kepemimpinannya terhadap keadaan yang sedang terjadi (Sedarmayanti,

    2011). Pemimpin dapat bertindak sesuai kematangan pekerja, di mana

    pemimpin harus membimbing pekerja yang belum memiliki kematangan

    (maturity) ataupun pemimpin dapat membiarkan pekerja yang sudah matang

    untuk bekerja sendiri.

    Pengawasan yang berlebihan atau terlalu longgar, memberi arahan

    terlalu banyak atau terlalu sedikit berakibat negatif bagi perkembangan

    bawahan (Sedarmayanti, 2011). Ketika seorang pekerja memiliki kematangan

    kerja yang rendah, seorang pemimpin haruslah ikut serta dalam tugas yang

    tinggi dan hubungan yang rendah. Jadi pada kepemimpinan situasional,

    seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan

    kematangan pekerja sehingga tercapai efektivitas kepemimpinan situasional.

    Kepemimpinan situasional yang efektif memiliki dampak yang baik

    bagi karyawan dan perusahaan. Karyawan akan merasa terperhatikan oleh

    sikap pemimpin (pekerjaan dan psikologis). Hal ini dikarenakan sikap

    pemimpin menyesuaikan dengan kematangan (maturity) bawahan. Selain itu

    karyawan menjadi lebih senang dan optimal dalam bekerja. Dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi bawahan akan

    dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Smither, 1994). Sebaliknya

    jika kepemimpinan berjalan tidak efektif akan dapat menimbulkan situasi yang

    kurang baik bagi perusahaan, yaitu karyawan merasa kurang diperhatikan oleh

    sikap pimpinannya dan karyawan kurang senang, serta kurang optimal dalam

    bekerja sehingga kepuasan kerjanya rendah.

    Kepuasan kerja adalah suatu perasaan senang yang merupakan hasil

    dari persepsi individu dalam rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi

    kebutuhannya untuk memperoleh nilai-nilai kerja yang penting bagi dirinya

    (Wijono, 2010). Kepuasan kerja merupakan suatu fenomena yang kompleks,

    yang terdiri dari gaji, kondisi kerja, supervisi, motivasi individu, dan kerja

    individu (Smither, 1994). Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki

    faktor yang berbeda untuk mencapai kepuasan dalam bekerja, maka dari itu

    kepuasan kerja dikatakan suatu hal yang kompleks.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Gambar. 2

    Skema

    Perbedaan Kepuasan Kerja Berdasarkan

    Efektivitas Kepemimpinan Situasional

    KEPEMIMPINAN

    SITUASIONAL

    Efektif (gaya

    kepemimpin

    an sesuai

    antara

    perilaku

    pemimpin

    (tugas dan

    hubungan)

    dengan

    kematangan

    karyawan

    (pekerjaan

    dan

    psikologis)

    Tidak efektif

    (gaya

    kepemimpina

    n tidak sesuai

    antara

    perilaku

    pemimpin

    (tugas dan

    hubungan)

    dengan

    kematangan

    karyawan

    (pekerjaan

    dan

    psikologis)

    Karyawa

    n merasa

    diperhati

    kan

    Karyawa

    n merasa

    kurang

    diperhati

    kan

    Karyawan

    menjadi

    lebih

    senang dan

    optimal

    dalam

    bekerja

    Karyawan

    menjadi

    kurang

    senang

    dan

    optimal

    dalam

    bekerja

    Kepuasan

    kerja

    tinggi

    Kepuasan

    kerja

    rendah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    D. HIPOTESIS PENELITIAN

    Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan kepuasan

    kerja berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional. Apabila gaya

    kepemimpinan situasional efektif, maka kepuasan kerja tinggi. Sedangkan

    apabila gaya kepemimpinan tidak efektif, maka kepuasan kerja rendah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan pendekatan

    kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data

    numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2009). Jenis

    penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian yang

    membandingkan dua kelompok yang independen, dapat berupa dua kelompok

    yang terpisah (Priyatno, 2010).

    B. Identifikasi Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang terlibat di dalamnya,

    yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya

    mempengaruhi variabel lain (Azwar, 2009). Variabel bebas dalam

    penelitian ini adalah efektivitas kepemimpinan situasional.

    2. Variabel Tergantung

    Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk

    mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Azwar, 2009).

    Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja karyawan.

    41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    C. Definisi Operasional

    1. Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan perasaan

    seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat dari

    berbagai sudut pandang. Dalam mengukur tingkat kepuasan kerja

    karyawan, subjek akan diberikan kuesioner yang berisikan 20 item, yang

    terdiri dari 20 komponen kepuasan kerja. Alat yang digunakan untuk

    mengukur tingkat kepuasan kerja adalah dengan menggunakan Minnesota

    Satisfaction Questionnaire (MSQ). Apabila hasil kuesioner memiliki

    jumlah persentil 75 atau lebih, maka memiliki tingkat kepuasan kerja yang

    tinggi. Sedangkan jumlah persentil kurang dari 25, maka mengindikasikan

    bahwa tingkat kepuasan kerja rendah. Kemudian jumlah persentil antara

    25-75 memiliki tingkat kepuasan kerja rata-rata.

    2. Efektivitas Gaya Kepemimpinan Situasional

    Efektivitas gaya kepemimpinan situasional adalah kesesuaian

    antara perilaku pemimpin dengan kematangan bawahan. Alat yang

    digunakan untuk mengambil data efektivitas kepemimpinan situasional

    adalah dengan menggunakan skala efektivitas kepemimpinan situasional

    yang disusun oleh Hersey dan Blanchard (1960). Skala tersebut terdiri dari

    tiga skala, yaitu skala kematangan pekerjaan dan psikologis, skala perilaku

    tugas, dan skala perilaku hubungan. Efektivitas kepemimpinan didapatkan

    ketika terdapat kesesuaian antara ketiga skala tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    D. Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu subjek telah

    bekerja minimal dua tahun dalam perusahaan tersebut. Alasan pemakaian

    subjek penelitian berdasarkan jangka waktu bekerja (minimal dua tahun)

    adalah bahwa karyawan yang telah bekerja minimal dua tahun sudah

    merasakan dan mengetahui kondisi pekerjaan maupun lingkungan dalam

    perusahaan. Teknik pengambilan subyek dalam penelitian ini menggunakan

    teknik convenience sampling, yaitu kelompok dari subjek dipilih atas dasar

    kemudahan akses (McMillan dan Schumacher, 2006).

    E. Metode Pengumpulan Data

    1. Kuesioner Kepuasan Kerja

    Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian

    ini adalah dengan menggunakan metode kuesioner. Kuesioner merupakan

    suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif

    mudah digunakan. Kuesioner kepuasan kerja akan dibagikan kepada

    karyawan perusahaan dan bersumber pada Minnesota Satisfaction

    Questionnaire (MSQ). Kuesioner terdiri dari 20 komponen dan berisi 20

    item. Pada kuesioner tersebut, subjek telah disediakan lima alternatif

    jawaban, yaitu sangat puas (very satisfied), puas (satisfied), normal, tidak

    puas (dissatisfied), dan sangat tidak puas (very dissatisfied).

    Kuesioner yang digunakan dalam pengambilan data merupakan

    kuesioner adaptasi sehingga memerlukan proses untuk menerjemahkan ke

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu. Dalam proses terjemahan

    tersebut, dibutuhkan 3 orang yang memiliki kompetensi dalam Bahasa

    Inggris. Orang pertama adalah orang yang membantu menerjemahkan dari

    Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Orang kedua adalah orang

    yang membantu proses terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa

    Inggris. Orang terakhir bertindak sebagai supervisor dalam proses

    terjemahan tersebut.

    Ketiga orang tersebut termasuk orang-orang yang berkompeten

    dalam Bahasa Inggris. Orang pertama yang menerjemahkan kuesioner dari

    Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia merupakan guru Bahasa

    Inggris di sebuah SMP. Kemudian orang kedua yang menerjemahkan

    kembali dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris atas bantuan

    Lembaga Bahasa Sanata Dharma. Supervisor dalam proses penerjemahan

    ini adalah dosen bidang Bahasa Inggris di sebuah akademi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Tabel 3.

    Blue Print Kuesioner Kepuasan Kerja

    No. Komponen Kepuasan Kerja Jumlah Item

    1. Penggunaan kemampuan 1

    2. Prestasi 1

    3. Aktivitas 1

    4. Kemajuan 1

    5. Kekuasaan 1

    6. Kebijakan perusahaan dan praktek 1

    7. Kompensasi 1

    8. Rekan kerja 1

    9. Kreativitas 1

    10. Kebebasan 1

    11. Nilai moral 1

    12. Penghargaan 1

    13. Tanggung jawab 1

    14. Keamanan 1

    15. Layanan sosial 1

    16. Status sosial 1

    17. Supervisi-hubungan relasi 1

    18. Supervisi-teknis 1

    19. Variasi 1

    20. Kondisi kerja 1

    2. Skala Efektivitas Kepemimpinan Situasional

    Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data efektivitas

    kepemimpinan situasional menggunakan skala efektivitas kepemimpinan

    situasional yang disusun oleh Hersey dan Blanchard (1960), yang terdiri

    dari 3 skala. Ketiga skala tersebut adalah skala kematangan pekerjaan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    psikologis, skala perilaku tugas, dan perilaku hubungan. Skala kematangan

    pekerjaan dan psikologis diberikan kepada supervisor masing-masing

    karyawan, sedangkan skala perilaku tugas dan perilaku hubungan

    diberikan kepada karyawan. Dalam skala tersebut telah disediakan 8

    alternatif jawaban, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu

    rendah, sedang, dan tinggi.

    Tabel 4.

    Blue Print Skala Kematangan Pekerjaan dan Psikologis (Supervisor)

    Skala kematangan pekerjaan

    No. Aspek Kematangan Pekerjaan Total

    1. Pengalaman pekerjaan 1

    2. Pengetahuan pekerjaan 1

    3. Pemahaman akan syarat pekerjaan 1

    Skala kematangan psikologis

    No. Aspek Kematangan Psikologis Total

    1. Kemauan untuk memikul

    tanggung jawab

    1

    2. Motivasi berprestasi 1

    3. Keikatan 1

    Tabel 5.

    Blue Print skala Perilaku Tugas (Karyawan)

    No. Aspek Perilaku Tugas Total

    1. Penyusunan Tujuan 1

    2. Pengorganisasian 1

    3. Menetapkan batas waktu 1

    4. Pengarahan 1

    5. Pengendalian 1

    Total 5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    Tabel 6.

    Blue Print skala Perilaku Hubungan (Karyawan)

    No. Aspek Perilaku Hubungan Total

    1. Memberikan dukungan 1

    2. Mengkomunikasikan 1

    3. Memudahkan interaksi 1

    4. Aktif menyimak 1

    5. Memberikan balikan 1

    Total 5

    F. Validitas dan Reliabilitas

    Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang sangat

    berpengaruh dan penting dalam suatu penelitian. Hal ini dikarenakan akurasi

    dan kecermatan data hasil pengukuran tergantung pada validitas dan

    reliabilitas alat ukurnya (Azwar, 2009).

    1. Validitas

    Validitas dapat diartikan sejauh mana instrumen merekam

    atau mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur

    (Suryabarata, 2011). Semakin baik validitas pengukurannya, maka

    akan berdampak pada kesesuaian hasil dalam penelitian. Validitas

    penelitian banyak tergantung pada sejauhmana isi kuesioner tersebut

    mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan

    penelitian (Azwar, 2009).

    Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah

    validitas isi. Validitas isi adalah suatu alat pengukur yang ditentukan

    oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek

    yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Effendi, 2012).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Validitas isi dapat diperoleh lewat pengujian terhadap isi tes dengan

    analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2011).

    Professional judgement tersebut dilakukan oleh ahli pada bidangnya,

    yaitu dosen pembimbing dan supervisor ahli bahasa.

    2. Reliabilitas

    Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut

    konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang hendak diukur

    (Kountour, 2003). Instrumen penelitian dapat “dipercaya” apabila satu

    instrumen dapat mengukur dengan hasil yang relatif sama (konsisten)

    pada orang yang sama di waktu yang berbeda atau mengukur pada

    kelompok orang yang berbeda di waktu yang bersamaan atau

    berlainan waktu (Suryabrata, 2011). Reliabilitas diukur dengan

    rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien

    reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin reliabel. Sebaliknya

    koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin

    rendah reliabilitasnya. Penelitian ini menggunakan metode Internal

    Consistency dengan teknik Cronbach’s Alpha dalam menguji

    reliabilitas.

    Reliabilitas pada kuesioner kepuasan kerja menunjukkan nilai

    Cronbach Alpha sebesar 0,866 yang termasuk memiliki reliabilitas

    yang tinggi. Sedangkan reliabilitas pada skala kematangan pekerjaan

    dan psikologis didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,966 yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    berarti reliabel. Pada skala perilaku tugas didapatkan nilai Cronbach

    Alpha sebesar 0,957 yang menunjukkan bahwa alat ukur dalam

    penelitian ini rel