Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BERDASARKAN
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Prieska Wijaya
NIM : 089114046
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BERDASARKAN
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Prieska Wijaya
NIM : 089114046
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN MOTTO
Keberhasilan itu adalah sebuah titik kecil yang berada di puncak segunung
kegagalan. Maka kalau mau sukses, carilah kegagalan sebanyak-
banyaknya. (Bob Sadino)
Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu
yang tidak mungkin, Anda akan bisa mencapai yang terbaik dari yang
mungkin Anda capai (Mario Teguh)
Kebahagiaan itu seperti batu arang, ia diperoleh sebagai prosuk sampingan
dalam proses pembuatan sesuatu. (Aldous Huxley)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang penuh kuasa dan kasih
selalu mendampingi, memudahkan, dan mengajarkanku dalam
kehidupan sehingga dapat merasakan kebahagiaan dan kebanggan,
terutama dengan terselesaikannya tugas akhir ini.
Keluarga, terutama Orangtua tercinta Bapak Endang Widodo serta
Ibunda Veronica Lasmiyati yang selalu memberikan doa, arahan,
nasehat, serta dukungan-dukungan dalam proses pengerjaan tugas
akhir.
Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimakasih atas dukungannya selama ini.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERBEDAAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BERDASARKAN
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Prieska Wijaya
ABSTRAK
Penelitian komparatif ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja
karyawan berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional. Subjek dalam penelitian ini adalah
sebagian karyawan dan supervisor PT. Adi Satria Abadi (PT. ASA). Jumlah subjek dalam
penelitian ini sebanyak 84 subjek. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kepuasan
kerja berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional. Apabila gaya kepemimpinan situasional
efektif, maka kepuasan kerja tinggi, sedangkan apabila gaya kepemimpinan situasional tidak
efektif maka kepuasan kerja karyawan rendah. Metode pengumpulan data menggunakan 4 skala,
yaitu skala kepuasan kerja (MSQ), skala kematangan pekerjaan dan psikologis, skala perilaku
hubungan, dan skala perilaku tugas. Skala kepuasan kerja memiliki koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach sebesar 0,866, skala kematangan pekerjaan dan psikologis memiliki koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,966, skala perilaku hubungan memiliki koefisein reliabilitas
Alpha Cronbach sebesar 0,952, sedangkan skala perilaku tugas memiliki koefisien reliabilitas
Alpha Cronbach sebesar 0,957. Kriteria dalam menentukan kepemimpinan situasional yang efektif
dan yang tidak efektif adalah dengan cara menyesuaikan skor kematangan pekerjaan dan
psikologis dengan skala perilaku hubungan dan skala perilaku tugas. Apabila gaya kepemimpinan
situasional efektif diberikan skor 1, sedangkan untuk gaya kepemimpinan tidak efektif diberikan
skor 0. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Independent Samples T-Test. Hasil
penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,254 dengan p sebesar 0,800 (p>0,05). Maka dari
itu, Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kepuasan kerja
karyawan berdasarkan efektivitas gaya kepemimpinan situasional.
Kata kunci : Kepuasan Kerja, Efektivitas Gaya Kepemimpinan Situasional
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
THE DIFFERENCE OF WORKING SATISFACTION BASED ON
SITUATIONAL LEADERSHIP AFFECTIVITY
Prieska Wijaya
ABSTRACT
The aim of this research is to find out the difference of working satisfaction based on
situational leadership affectivity. The subjects of this research are 84 employees of PT. Adi Satria
Abadi. The hypothesis of this research is there is differences between working satisfaction based
on situational leadership affectivity. If the situational leadership is effective, therefore working
situational is high. Whereas, if the situational leadership is ineffective, therefore the working
satisfaction is low. The method of the data collection uses 4 scales, they are working satisfaction
scale (MSQ), job and psychological scale, relationship behavior scale, and task behavior scale.
The work satisfaction scale has 0.866 of Alpha Cronbach reliability co efficiency. The job and
psychological maturity scale has 0.966 of Alpha Cronbach reliability scale. The relationship
behavior scale has 0.952 of Alpha Cronbach reliability scale. The task behavior scale has 0.957 of
Alpha Cronbach reliability co efficiency. The criterion in defining whether it is an effective or
ineffective situational leadership is by adjusting the score of job and psychological maturity scale
with the score of relationship behavior scale and the score of task behavior scale. If the leadership
style is ineffective, the score will be 1, but if the leadership style is ineffective, the score will be 0.
The data analysis uses Independent Samples T-Test. The result of this research shows that the t-
calculate score is -0.254 with the p of 0.800 (p>0.05). Therefore, the accepted Ho means that
there is no significant difference in the employees working satisfaction based on the situational
leadership affectivity.
Keywords : working satisfaction, situastional leadership affectivity
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan, perlindungan,
serta kasih yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi dengan judul ”Perbedaan Kepuasan Kerja Karyawan
berdasarkan Efektivitas Kepemimpinan Situasional” disusun untuk memenuhi
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu P. Henrietta PDADS., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan ketulusan, kesabaran dan kasih sayang beliau tidak pernah lelah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta nasehat dan dorongan kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Dosen
Pembimbing Akademik.
3. Ibu Ratri Sunar A., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang turut
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi atas bimbingan dan ilmu yang diberikan
dari awal perkuliahan.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
5. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi’ untuk ketulusan
bantuan yang telah diberikan selama ini.
6. Bapak Sigit Nugroho, selaku Asisten Manager PT. Adi Satria Abadi (PT.
ASA) yang telah memberikan ijin serta bantuan selama proses pengambilan
data.
7. Orangtuaku tercinta yang tak pernah lelah mendukung, memberikan kasih
sayang serta cintanya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
8. Kakakku Lina Permanasari dan suaminya yang selalu membantu, mendukung
dan mendoakanku dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
9. Keluarga besarku khususnya keluarga Om Waskito yang telah memberikan
kemudahan dan arahan dalam pengambilan data yang digunakan dalam
penelitian ini.
10. Clara Risti Septiyani, kekasihku tersayang. Terimakasih untuk kesabaran,
pemahaman, dan pendampingannya, serta diskusi-diskusi yang sangat
membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
11. Seluruh supervisor dan karyawan PT. Adi Satria Abadi atas kesediaannya
meluangkan waktu dalam pengisian skala dalam penelitian ini.
12. Teman-teman seperjuangan Psikologi 2008 Kika, Lusi, Chelly, Wawan,
Nursih, Puput, Priska, Dewi, Heni, Wahyu, Selly, Nina, Anna, Desi, Alberto,
dan semuanya saja atas bantuan, dukungan, dan diskusi-diskusi, serta
kebersamaan selama ini.
13. Segenap pihak yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh sebab itu penulis
memohon maaf atas kesalahan yang telah dilakukan selama penyusunan skripsi
ini. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.
Yogyakarta, 14 Mei 2013
Penulis
(Prieska Wijaya)
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 8
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 8
1. Manfaat Teoretis ................................................................ 8
2. Manfaat Praktis .................................................................. 8
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 9
A. Kepuasan kerja ....................................................................... 9
1. Definisi Kepuasan Kerja.................................................... 9
2. Komponen Kepuasan Kerja ............................................... 10
3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja .................... 17
B. Kepemimpinan Situasional .................................................... 28
1. Definisi Kepemimpinan..................................................... 28
2. Definisi Kepemimpinan Situasional .................................. 28
3. Komponen Perilaku Pemimpin dan Kematangan Anggota
dalam Kepemimpinan Situasional ..................................... 29
4. Jenis Gaya Kepemimpinan ................................................ 32
5. Efektivitas Kepemimpinan Situasional ............................. 35
C. Dinamika Perbedaan Kepuasan Kerja berdasarkan
Efektivitas Kepemimpinan Situasional ................................... 36
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 40
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 41
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 41
B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 41
1. Variabel Bebas................................................................... 41
2. Variabel Tergantung .......................................................... 41
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
C. Definisi Operasional ............................................................... 42
1. Kepuasan Kerja ................................................................. 42
2. Efektivitas Gaya Kepemimpinan Situasional .................... 42
D. Subjek Penelitian .................................................................... 43
E. Metode Pengumpulan Data .................................................... 43
1. Kuesioner Kepuasan Kerja ................................................ 43
2. Skala Efektivitas Kepemimpinan Situasional ................... 45
F. Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 47
1. Validitas ............................................................................. 47
2. Reliabilitas ......................................................................... 48
G. Metode Analisis Data ............................................................. 49
1. Uji Asumsi ......................................................................... 49
2. Uji Hipotesis ...................................................................... 50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 51
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian .................................... 51
B. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................... 52
C. Deskripsi Data Penelitian ....................................................... 54
D. Hasil Penelitian ...................................................................... 55
1. Uji Asumsi ......................................................................... 55
2. Uji Hipotesis ...................................................................... 56
E. Pembahasan ............................................................................ 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 65
A. Kesimpulan............................................................................. 65
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 65
C. Saran ....................................................................................... 66
1. Bagi Perusahaan PT. Adi Satria Abadi.............................. 66
2. Bagi Karyawan Perusahaan PT. Adi Satria Abadi ............ 66
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 68
LAMPIRAN ............................................................................................. 71
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Perilaku Tugas Pemimpin ................................................ 30
Tabel 2. Indikator Perilaku Hubungan Pemimpin ...................................... 31
Tabel 3. Blue-Print Kuesioner Kepuasan Kerja .......................................... 45
Tabel 4. Blue-Print Skala Kematangan Pekerjaan
dan Psikologis (supervisor)............................................................... 46
Tabel 5. Blue-Print Skala Perilaku Tugas (karyawan) ................................. 46
Tabel 6. Blue-Print Skala Perilaku Hubungan .............................................. 47
Tabel 7. Karakteristik Subjek Penelitian ...................................................... 53
Tabel 8. Deskripsi Skala Penelitian ............................................................... 54
Tabel 9. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk ................... 56
Tabel 10. Independent Samples T-Test .......................................................... 60
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gaya Kepemimpinan Situasional ................................................. 33
Gambar 2. Skema Perbedaan Kepuasan Kerja berdasarkan
Efektivitas Kepemimpinan Situasional ....................................... 39
Gambar 3. Level Kematangan Karyawan ...................................................... 59
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala Penelitian (Karyawan) .................................................... 72
Lampiran B. Skala Penelitian (Supervisor) …………………………………… 83
Lampiran C. Uji Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Kerja ............................... 88
Lampiran D. Uji Reliabilitas Skala Kepemimpinan Situasional .................... 90
Lampiran E. Uji Normalitas ............................................................................ 94
Lampiran F. Uji Independent Samples T-Test ................................................ 96
Lampiran G. Surat Keterangan Terjemahan ................................................... 98
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sumber daya manusia (karyawan) merupakan salah satu faktor yang
sangat strategis dan fundamental dalam organisasi. Oleh karena itu, sumber
daya manusia merupakan aset yang paling berharga dalam organisasi
(Sudarmanto, 2009). Sumber daya manusia merupakan human capital dan
intellectual capital yang akan menentukan efektivitas atas faktor modal,
peralatan, dan struktur (Schultz, dalam Sudarmanto, 2009). Human capital
adalah sumber daya yang dimiliki manusia dalam bekerja yang terdiri dari
kemampuan, perilaku, usaha, tenaga, dan waktu. Intellectual capital adalah
sumber daya manusia yang terdiri dari ketrampilan, pengetahuan, dan
keahlian yang digunakan saat bekerja. Peranan sumber daya manusia akan
sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan (Sudarmanto, 2009).
Setiap organisasi dituntut untuk mampu berkompetisi sehingga dapat
tetap bertahan dalam persaingan global dengan cara memperkuat kapasitas
organisasi dan sumber daya manusia (Sudarmanto, 2009). Dengan kata lain,
agar organisasi dapat bertahan, organisasi harus memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas.
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia
yang memiliki kinerja yang baik. Kinerja karyawan yang baik dapat
dipengaruhi oleh kepuasan kerja (Sinambela, 2012). Karyawan yang merasa
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
puas akan berdampak positif pada kinerja yang semakin baik. Oleh karena itu,
organisasi harus dapat mempertimbangkan kepuasan kerja karyawannya,
jikalau organisasi tersebut ingin mencapai produktivitas atau hasil yang tinggi
sesuai dengan visi dan misi.
Kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan perasaan
seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat dari berbagai
sudut pandang (Spector, 1996). Kepuasan kerja berhubungan dengan
keterikatan pegawai pada organisasinya. Karyawan yang tidak merasakan
kepuasan kerja, kemungkinan akan berakibat pada tingginya keluar masuk
(turn over) karyawan dari organisasi, kemangkiran dalam pekerjaan dan
demo atau protes dari karyawan (Sinambela, 2012).
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor utama perkembangan
perusahaan sesuai tujuan dari perusahaan tersebut. Kinerja karyawan pun
akan semakin produktif dengan adanya kepuasan kerja (Sinambela, 2012).
Ketika seorang karyawan merasakan kepuasan dalam dirinya, karyawan
tersebut akan memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan.
Sebuah pandangan mengungkapkan bahwa kepuasan kerja merupakan
kontribusi dari reaksi kognitif dan afektif terhadap persepsi diferensial dari
apa yang seorang karyawan ingin terima dibandingkan dengan apa yang
benar-benar ia terima (Cranny et al., dalam European Journal of Social
Sciences, 2011). Senada dengan pernyataan tersebut, kepuasan kerja juga
dipandang sebagai penilaian pekerja dari sejauh mana lingkungan kerja dapat
memenuhi kebutuhan individu (Locke, dalam Business Intelligence Journal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
2010). Kepuasan kerja juga dipandang sebagai hasil keseluruhan dari derajat
rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari
pekerjaannya (Howell dan Dipboye, dalam Munandar, 2006). Kepuasan kerja
biasanya didasarkan pada persepsi karyawan terhadap karakteristik pekerjaan
dalam satu waktu, ganjaran yang memuaskan, hubungan baik dengan teman
kerja dan lain-lain (Wijono, 2010).
Belum lama ini (19/4/2012) terjadi fenomena akibat adanya
ketidakpuasan kerja. Ribuan buruh dari PT. Starnesia Garment mengadakan
aksi unjuk rasa ketidakpuasan kerja terkait besarnya kenaikan upah gaji yang
tidak sesuai dengan janji perusahaan (Dundu, 2012). Hal ini menunjukkan
bahwa karyawan tersebut merasa tidak puas, terutama karena upah yang
diberikan tidak sesuai dengan kinerjanya dalam perusahaan. Selain
ketidakpuasan kerja terkait dengan masalah gaji, ada juga kejadian
demonstrasi para buruh di PT. Toyota Astra Motor yang menuntut hak-hak
buruh, seperti hak cuti, hak tunjangan keluarga, dan jaminan kesehatan
(Raden, 2012). Kejadian tersebut mengindikasikan bahwa para buruh yang
melakukan demo tidak memiliki kepuasan kerja yang baik.
Kepuasan kerja sangat penting bagi perusahaan karena jika kepuasan
kerja tersebut tidak terdapat dalam diri seseorang akan dapat mempengaruhi
proses produksi. Selain itu perusahaan yang tidak dapat menyediakan faktor-
faktor yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan juga dapat
berdampak pada kelangsungan perusahaan. Perusahaan akan mengalami
kemerosotan dalam pencapaian tujuan. Beberapa dampak yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
diketemukan ketika kepuasan kerja tidak hadir dalam proses kerja karyawan
adalah dampak terhadap produktivitas, ketidakhadiran (absenteeism) dan
keluarnya tenaga kerja (turnover), serta kesehatan (Munandar, 2006).
Dampak tersebut sangat nampak pada dua contoh kejadian yang telah
disebutkan sebelumnya. Dalam kasus tersebut, karyawan yang melakukan
demo meninggalkan pekerjaannya (absenteeism) untuk memprotes kebijakan
perusahaan yang merugikan para karyawan. Hal ini juga berdampak pada
produktivitas perusahaan karena sebagian karyawannya meninggalkan
pekerjaannya untuk berdemo atas ketidakpuasan yang dirasakannya.
Ketidakpuasan kerja berdampak pada produktivitas (Munandar,
2006). Apabila ketidakpuasan kerja rendah, maka produktivitas perusahaan
akan semakin meningkat, tetapi hal ini harus disertai dengan pandangan
karyawan bahwa ganjaran intrinsik (rasa telah mencapai sesuatu) dan
ganjaran ekstrinsik (gaji) telah diterimanya sebagai hal yang adil dan wajar.
Ketidakpuasan kerja juga berdampak pada ketidakhadiran
(absenteeism) dan keluarnya tenaga kerja (turnover). Ketidakpuasan kerja
pada karyawan dapat menyebabkan karyawan untuk tidak hadir dalam kerja.
Namun hal tersebut kurang begitu mencerminkan adanya ketidakpuasan kerja
karena bersifat spontan. Lain halnya dengan keluarnya tenaga kerja
(turnover) yang dapat mencerminkan adanya ketidakpuasan kerja. Menurut
Mobley, Horner, dan Hollingworth (dalam Munandar, 2006) setelah tenaga
kerja menjadi tidak puas terjadi beberapa tahap (misalnya berpikir untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
meninggalkan pekerjaan) sebelum keputusan untuk meninggalkan pekerjaan
diambil.
Munandar (2006) menyatakan dampak terakhir dalam ketidakpuasan
kerja adalah dampak terhadap kesehatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kornhauser (dalam Munandar, 2006) dapat disimpulkan bahwa ukuran-
ukuran kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi longevity atau
panjang umur atau rentang kehidupan seseorang. Ketika seseorang memiliki
kepuasan yang tinggi, rentang umur kehidupannya akan semakin panjang.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu
faktor dari dalam diri karyawan (faktor individual) dan faktor lain di luar diri
karyawan (faktor pekerjaan). Schultz (2006) membagi faktor individual yang
mempengaruhi kepuasan kerja menjadi sebelas bagian, yaitu faktor umur,
gender, ras, kemampuan kognitif, pengalaman kerja, penggunaan
ketrampilan, kecocokan kerja, keadilan organisasi, kepribadian, kontrol kerja,
dan level kerja. Wijono (2010) menyebutkan faktor lain di luar diri karyawan
(faktor pekerjaan) yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja, yaitu
organisasi, lingkungan sosial, komunikasi, keamanan, pekerjaan monoton,
serta penghasilan. Wijono (2010) juga menyebutkan faktor pekerjaan lain
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu manajemen dan supervisi
langsung. Hal ini sangat berkaitan dengan kepemimpinan dalam organisasi
karena manajemen dan supervisi langsung melakukan pengawasan,
pengaturan, dan pengelolaan terhadap karyawan layaknya seorang pemimpin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Smither (1994) secara khusus menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan
adalah faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja. Jika gaya
kepemimpinannya efektif, maka kepuasan kerja tinggi dan juga sebaliknya
ketika gaya kepemimpinannya tidak efektif, maka kepuasan kerja karyawan
akan rendah. Dalam dunia usaha, gaya kepemimpinan akan memiliki dampak
bagi kelangsungan perusahaan. Peran pemimpin dalam menjalankan
perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap kinerja dan kepuasan karyawan.
Kualitas dari kepemimpinan merupakan faktor penting dalam sebuah
pekerjaan, di setiap karir pekerja, dan dalam kesuksesan maupun kegagalan
perusahaan (Kaiser, Hogan, dan Craig, dalam Schultz, 2010).
Kepemimpinan melibatkan proses pengaruh sosial di mana seseorang
mengarahkan anggota kelompok menuju sasaran (Bryman, dalam Weiner,
2003). Menurut Ivancevich dkk (dalam Anoraga, 1995) kepemimpinan adalah
kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain melalui komunikasi, baik
individual maupun kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Terdapat berbagai jenis kepemimpinan, salah satu jenis
kepemimpinan yang dapat ditemukan dalam perusahaan adalah
kepemimpinan situasional. Kepemimpinan situasional merupakan gaya
kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan antara kadar perilaku tugas
dan perilaku hubungan yang diberikan pemimpin terhadap karyawan, serta
level kematangan yang diperlihatkan karyawan dalam pelaksanaan tugas,
fungsi, dan tujuan tertentu (Hersey dan Blanchard, 1996). Dalam
kepemimpinan situasional seorang pemimpin harus memenuhi tuntutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
lingkungan dalam perusahaan, artinya permimpin harus dapat berperilaku
atau bertindak (gaya kepemimpinan) sesuai dengan berbagai kematangan
yang dimiliki karyawannya sehingga level kematangan karyawan akan
semakin meningkat (Munandar, 2006).
Kepemimpinan situasional yang efektif adalah ketika seorang
pemimpin dapat membantu bawahan untuk meningkatkan tingkat
kedewasaannya serta dapat menyesuaikan dirinya terhadap situasi tidak hanya
secara pasif tapi juga aktif (Munandar, 2006). Oleh karena itu, kepemimpinan
situasional yang efektif sangat merujuk pada kesesuaian antara perilaku
pemimpin dan kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional yang
berjalan efektif dapat berdampak positif bagi perusahaan. Oleh karena itu
karyawan menjadi lebih senang dan optimal dalam bekerja karena merasa
diperhatikan oleh atasannya, sedangkan kepemimpinan situasional yang tidak
efektif muncul ketika pemimpin bertindak tidak konsisten, artinya pemimpin
tidak menyesuaikan gaya kepemimpinannya berdasarkan situasi yang terjadi
(Hersey dan Blanchard, 1996). Di sinilah permasalahan muncul, apalagi jika
pemimpin hanya menerapkan satu metode kepemimpinannya untuk berbagai
situasi yang ada. Akibatnya karyawan kurang senang, bekerja tidak optimal,
dan dapat berdampak pada ketidakpuasan kerja karyawannya serta
perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan
berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kepuasan
kerja karyawan berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
psikologi, khususnya dalam ilmu psikologi industri, yaitu dengan
memberikan informasi tentang kepuasan kerja dan efektivitas gaya
kepemimpinan situasional.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
evaluasi bagi perusahaan untuk meningkatkan kepuasan kerja
karyawannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEPUASAN KERJA
1. Definisi Kepuasan Kerja
Menurut Lofquist dan Davis (1991), tokoh yang menyusun
Minnesota Satisfaction Questionnaire kepuasan kerja merupakan reaksi
afektif positif individu sebagai akibat dari penilaian individu terhadap
sejauh mana kebutuhannya dipenuhi oleh lingkungan kerja. Locke (1976)
mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah kesenangan dalam keadaaan
emosional positif yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau
pengalaman kerja (Statt, 1994). Kepuasan kerja juga merupakan perasaan
yang positif maupun negatif dalam suatu pekerjaan yang dilakukannya
(Riggio, 2008). Senada dengan pernyataan tersebut, kepuasan kerja juga
diartikan sebagai perasaan dari seseorang yang telah memiliki pekerjaan,
sejauh mana orang tersebut merasa positif atau negatif tentang aspek
intrinsik atau ekstrinsik dari suatu pekerjaannya (Bhuian dan Menguc,
2002; Hunt et al., 1985, dalam Business Intelligence Journal, 2010).
Sebuah penelitian yang penuh kontroversial (Arvey, Bouchard,
Segal dan Abraham, Arvey, McCall, Boucgard, Taubman dan Cavanaugh,
Keller, Bouchard, Arvey, Segal dan Dawis, dalam Aamodt, 2010)
menyatakan bahwa kepuasan kerja tidak hanya cukup stabil dalam
pekerjaan, tetapi juga bisa ditentukan secara genetik. Ada juga yang
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menyebutkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan
perasaan seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat
dari berbagai sudut pandang (Spector, 1996). Di samping itu kepuasan
kerja merupakan perasaan yang umum, dari seseorang terhadap
pekerjaannya (Robbins, 1996).
Dari keseluruhan definisi tentang kepuasan kerja tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan
perasaan seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat
dari berbagai sudut pandang (Spector, 1996)
2. Komponen Kepuasan Kerja
Di dalam Minnesota Satisfaction Questionnaire, terdapat beberapa
komponen kepuasan kerja, yaitu (Weiss, Dawis, England, dan Lofquist,
1967) :
a. Ability Utilization (penggunaan kemampuan)
Dalam dunia kerja, kemampuan seorang karyawan belum tentu
akan terpakai dalam perusahaan. Oleh karena itu, ketika kemampuan
karyawan tersebut digunakan dan dapat bermanfaat bagi perusahaan,
karyawan itu akan merasa bangga dan puas atas kerjanya.
b. Achievement (prestasi)
Karyawan dalam sebuah perusahaan memiliki pekerjaannya
masing-masing sesuai jobdesk mereka. Dalam menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pekerjaannya, ada karyawan yang berhasil menyelesaikan dengan baik
dan ada juga yang kurang berhasil dalam pekerjaannya. Ada karyawan
yang berprestasi dan ada yang tidak berprestasi dalam kerjanya. Ketika
karyawan berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, karyawan
tersebut merasa bahwa dirinya memiliki prestasi yang lebih baik.
Dengan prestasi itu, karyawan tersebut akan merasa lebih puas dalam
bekerja daripada karyawan yang kurang berprestasi.
c. Activity (aktivitas)
Dalam bekerja, seorang karyawan dituntut untuk dapat bekerja
secara maksimal setiap harinya. Oleh karena itu, ketahanan tubuh dalam
bekerja sangat penting bagi karyawan. Karyawan dengan ketahanan
kerja yang baik akan mampu bekerja dalam waktu yang lama. Dengan
ketahanan kerja yang lama itulah karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaannya sehingga karyawan bisa merasakan kepuasan
kerja.
d. Advancement (kenaikan pangkat)
Jabatan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi
tingkat kepuasan kerja karyawan. Setiap karyawan dalam perusahaan
akan selalu menginginkan posisi atau jabatan yang lebih baik dari apa
yang telah ia raih sampai saat ini. Tetapi untuk mendapatkan kenaikan
jabatan bukanlah hal mudah untuk setiap karyawan. Mereka diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mampu berprestasi dan dapat bermanfaat untuk perusahaannya. Dengan
memperoleh jabatan yang lebih tinggi, tingkat kepuasan kerja karyawan
tersebut akan lebih baik dari sebelumnya.
e. Authority (Kekuasaan)
Kewenangan dalam suatu hal di perusahaan dapat membuat
karyawan memiliki kepuasan kerja yang lebih baik. Dengan memiliki
kewenangan atau otoritas pekerjaan, karyawan merasa bahwa dirinya
memiliki kedudukan yang tinggi dengan kewenangannya tersebut.
Karyawan yang memiliki wewenang akan memiliki tingkat kepuasan
yang lebih baik daripada karyawan yang tidak memiliki wewenang.
f. Company Policies and Practices (Kebijakan perusahaan untuk
diterapkan)
Kebijakan perusahaan memiliki peran penting dalam kepuasan
kerja karyawan. Kebijakan perusahaan juga diharapkan dapat
menguntungkan dan berpihak pada karyawannya. Karyawan akan
merasa puas dalam bekerja ketika kebijakan perusahaannya berpihak
pada mereka dan mudah untuk diterapkan oleh karyawan.
g. Compensation (kompensasi)
Salah satu faktor kepuasan kerja karyawan adalah kompensasi
(gaji). Ketika karyawan memperoleh kompensasi (gaji) sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
apa yang telah ia kerjakan dalam perusahaan, karyawan tersebut akan
merasa puas dalam bekerja. Tetapi ketika karyawan merasa bahwa
kompensasinya terlalu rendah dapat mengakibatkan ketidakpuasan
dalam kerja.
h. Co-workers (rekan kerja)
Dalam dunia kerja, tidak mungkin bagi karyawan untuk
menyelesaikan pekerjaannya secara individu atau tanpa melakukan
relasi dengan rekan kerja. Karyawan yang memiliki hubungan erat
dengan sesama rekan kerja dapat memudahkan dalam pekerjaannya.
Selain itu, karyawan yang memiliki hubungan baik dengan rekan
kerjanya akan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja.
i. Creativity (kreativitas)
Karyawan yang memiliki kreativitas dan ketrampilan yang
tinggi mengharapkan bahwa ketrampilan dan kreativitasnya dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh pihak perusahaan. Tetapi fakta lapangan
menunjukkan bahwa ketrampilan dan kreativitas karyawan tidak
banyak dimanfaatkan perusahaan. Padahal ketika kreativitas dan
ketrampilan digunakan dalam dunia kerja, karyawan tersebut akan
merasa berguna bagi perusahaannya dan akan memiliki kepuasan kerja
yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
j. Independence (kebebasan)
Penyelesaian pekerjaan karyawan bisa dilakukan secara individu
maupun kelompok. Dengan bekerja kelompok otomatis antar karyawan
dalam kelompok tersebut saling bertukar pemikiran. Tetapi ketika
karyawan bisa menyelesaikannya secara individu, mereka akan
memiliki kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan karyawan
tersebut merasa bangga dengan apa yang telah ia kerjakan secara
individu.
k. Moral Values (nilai moral)
Ketika bekerja ada kalanya karyawan melakukan suatu hal yang
bertentangan dengan hati nuraninya (moral). Mereka melakukan tugas-
tugas perusahaan tanpa dilandasi moral yang baik. Alhasil ketika
karyawan tersebut bekerja tanpa hati nurani (moral), karyawan tersebut
tidak akan memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Sedangkan jika
seorang karyawan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan berlandaskan
hati nuraninya (moral), karyawan tersebut dapat merasa puas dalam
kerjanya.
l. Recognition (penghargaan)
Penghargaan merupakan salah satu komponen kepuasan kerja.
Penghargaan bisa berupa bonus, kenaikan pangkat, ataupun pemberian
kewenangan oleh perusahaan. Dengan penghargaan tersebut, karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
akan merasa puas dalam pekerjaannya. Karyawan akan merasa bahwa
dirinya sangat berguna dan bermanfaat bagi perusahaan.
m. Responsibility (tanggung jawab)
Setiap karyawan belum tentu dapat mempergunakan
penilaiannya untuk pekerjaan orang lain. Hanya karyawan-karyawan
tertentu lah yang dapat menilai dengan penilaiannya sendiri. Padahal,
karyawan akan lebih senang dan puas ketika mereka diperbolehkan
melakukan penilaian sesuai dengan apa yang ia rasakan.
n. Security (keamanan)
Setiap pekerja berharap bahwa perusahaan yang menaunginya
menyediakan keamanan kerja. Dengan keamanan kerja, karyawan dapat
bekerja dengan aman dan nyaman. Keamanan dan kenyaman kerja
itulah yang dapat membuat karyawan merasa puas dalam kerjanya.
o. Social Service (layanan sosial)
Kepuasan kerja akan ada dalam diri karyawan ketika karyawan tersebut
dapat menolong atau melakukan sesuatu untuk rekan kerjanya. Dengan
membantu rekan kerjanya, karyawan tersebut merasa berguna dan
kemampuannya dapat terpakai dalam perusahaan. Selain dapat
membantu rekan kerjanya, karyawan tersebut juga dapat berinteraksi
dengan rekan kerjanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
p. Social Status (status sosial)
Setiap pekerja berharap bahwa mereka dapat menunjukkan
karakternya dalam suatu kelompok kerja sehingga mereka memiliki
peran yang penting dalam kelompoknya. Ketika seorang pekerja
memiliki peran dalam kelompoknya, ia akan merasakan suatu kepuasan
tersendiri dalam bekerja.
q. Supervision-Human Relations (supervisi-hubungan relasi)
Seorang karyawan untuk dapat merasakan kepuasan kerja
tergantung dari cara supervisor mensupervisi bawahannya. Ketika
supervisor dapat berinteraksi dan melakukan hubungan baik dengan
bawahannya, maka bawahan akan merasa senang karena merasa
diperhatikan. Dengan memiliki hubungan yang baik tersebut, karyawan
akan dapat merasakan kepuasan kerja yang lebih baik.
r. Supervision-Technical (supervisi-teknis)
Seorang supervisor harus memiliki hubungan yang baik dengan
bawahan dan mampu mengambil keputusan dalam mensupervisi
bawahannya. Kemampuan supervisor ini juga mendukung karyawan
untuk merasa puas dalam bekerja. Dengan kemampuannya tersebut,
supervisor akan mampu mengawasi dan dapat mengambil keputusan
dari hasil pengawasannya terhadap bawahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
s. Variety (variasi)
Karyawan yang hanya melakukan suatu pekerjaan yang menetap
dalam jangka waktu yang panjang akan merasa bosan dengan
pekerjaannya. Maka dari itu, variasi pekerjaan atau kesempatan
melakukan pekerjaan lain dapat bermanfaat untuk mengatasi kebosanan
kerja. Dengan melakukan variasi pekerjaan, maka karyawan akan
merasa lebih puas dalam kerjanya.
t. Working Conditions (kondisi kerja)
Kondisi kerja atau lingkungan kerja dapat berperan untuk
memunculkan kepuasan kerja bagi karyawan. Kondisi kerja yang
mendukung, nyaman, dan aman sangat diharapkan oleh karyawan
perusahaan sehingga kinerjanya dapat meningkat. Dengan kinerja atau
produktivitas yang meningkat, otomatis karyawan tersebut dapat
merasakan kepuasan kerja.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan suatu hal yang kompleks dan susah
untuk diukur keobjektivitasannya. Banyak faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja para karyawan. Schultz (2006) menyebutkan bahwa
terdapat faktor dari dalam diri karyawan (faktor internal) yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Wijono (2010) menambahkan bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
faktor lain di luar diri karyawan (faktor pekerjaan) yang mempengaruhi
tingkat kepuasan kerja karyawan.
a. Faktor Individu
Ada banyak hal yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
yang terdapat dalam diri setiap karyawan (Schultz, 2006). Faktor-faktor
tersebut, antara lain :
1) Usia
Usia merupakan salah satu faktor dari munculnya kepuasan
kerja karyawan. Karyawan yang memiliki usia paling muda
merupakan karyawan yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang
paling rendah. Pada umumnya, kepuasan kerja karyawan semakin
bertambah seiring bertambahnya usia dari setiap karyawan. Banyak
diantara karyawan yang berusia lebih tua memiliki kesempatan
untuk memenuhi kebutuhan dan aktualisasi diri dalam bekerja.
Seiring bertambahnya usia, karyawan juga semakin memiliki
tanggung jawab, kepercayaan diri, dan kompetensi yang lebih baik
sehingga bisa memunculkan kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan
karyawan yang sudah berumur memiliki pengalaman kerja yang
tinggi.
2) Gender
Dalam penelitian tidak dapat dibuktikan bahwa gender
merupakan salah satu faktor timbulnya kepuasan kerja. Tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pola yang jelas dari perbedaan gender dalam kepuasan kerja
karyawan. Hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja bukanlah
gender, melainkan kelompok kerja yang terdiri dari gender yang
berbeda. Dalam kelompok tersebut, wanita biasanya lebih sering
dibayar lebih sedikit daripada pria dengan satu pekerjaan yang
sama. Hal inilah yang mempengaruhi kepuasan kerja di setiap
perusahaan dari segi gender. Oleh sebab itu, wanita dituntut untuk
bekerja lebih keras dan membuat hal semenarik mungkin dalam
kerjanya supaya pekerja wanita bisa mendapatkan kompensasi
yang sebanding dengan pekerja pria.
3) Ras
Sebagian besar pekerja kulit hitam hanya mengenyam
pekerjaan hingga tingkat menengah. Oleh sebab itu, banyak pekerja
kulit putih yang lebih puas dalam bekerja daripada pekerja yang
bukan kulit putih. Sejumlah kaum minoritas (black race) banyak
yang ingin bekerja, tetapi mereka terlalu putus asa untuk mencari
pekerjaan. Selain itu, banyak pekerja minoritas yang mendapat gaji
sedikit dibandingkan pekerja kulit putih. Mereka sangat ingin
menemukan pekerjaan yang dapat membayar upah secara layak
sehingga dapat merasakan kepuasan kerja, layaknya pekerja kulit
putih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
4) Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif karyawan tidak bisa menjadi patokan
bagaimana tingkat kepuasan kerja karyawan tersebut, karena
kemampuan kognitif lebih berkaitan dengan tipe kerja seorang
karyawan. Dalam banyak pekerjaan, kemampuan kognitif sering
dikaitkan dengan performansi dan kepuasan kerja. Karyawan yang
memiliki kemampuan kognitif yang baik justru tidak memiliki
tingkat kepuasan kerja yang bagus. Hal ini dikarenakan karyawan
tersebut tidak memiliki tantangan dalam bekerja sehingga ketika
menyelesaikan suatu pekerjaan yang dianggap sulit oleh orang lain,
karyawan tersebut bisa menyelesaikan dengan mudah. Selain itu,
karyawan yang memiliki tingkat kemampuan kognitif yang lebih
baik dari orang lain justru lebih mudah merasakan kebosanan
dalam bekerja.
5) Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja dapat berpengaruh pada kepuasan kerja
karyawan perusahaan. Biasanya karyawan baru dalam perusahaan
lebih mudah mendapatkan kepuasan kerja. Mereka lebih sering
diberikan kesempatan untuk berlatih dan berkembang dalam
perusahaan. Dalam menunjukkan kemampuan dan ketrampilannya,
biasanya mereka sangat bersemangat untuk melakukannya karena
merupakan pekerja baru, tetapi seiring berjalannya waktu, ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
karyawan baru tersebut diberikan bukti nyata atas hasil kerjanya,
mereka mulai merasa semangat bekerjanya menurun. Ternyata
setelah karyawan perusahan melewati beberapa tahun dalam
kerjanya, mereka mulai menurun kinerjanya sehingga kepuasan
kerja dirasa kurang dalam dirinya.
6) Penggunaan Ketrampilan
Setiap karyawan perusahaan sangat mengharapkan bahwa
ketrampilan dan kemampuannya bisa diberikan secara maksimal
kepada perusahaan di mana ia bekerja. Tetapi faktanya adalah
perusahaan kurang memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk mengembangkan atau mengaplikasikan ketrampilannya
dalam bekerja. Padahal faktor utama dalam kepuasan kerja adalah
kesempatan untuk menunjukkan hasil kerjanya dalam perusahaan
dengan level kualitas yang sangat baik (Ekland, 1995, dalam
Schultz, 2006).
7) Kecocokan Kerja
Kecocokan kerja merupakan kongruensi atau hubungan
antara permintaan pekerjaan dan kemampuan dari seorang pekerja.
Ketika seorang pekerja memiliki kecocokan kerja, maka pekerja
tersebut memungkinkan untuk merasakan kepuasan kerja dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
perusahaan. Tetapi jika hubungan antara pekerjaan dan kemampuan
rendah, maka tingkat kepuasan kerjanya dapat berkurang.
8) Keadilan Organisasi
Keadilan kerja dalam perusahaan merupakan bagaimana
seorang karyawan diperlakukan oleh perusahaannya dalam bekerja.
Perlakuan perusahaan yang tidak adil terhadap karyawan sangat
berdampak pada kepuasan kerja, performansi, dan komitmen dalam
bekerja akan mengalami penurunan. Ketika karyawan mengalami
hal tersebut, perusahaan dapat meningkatkan kembali keadilan
kerja karyawan dengan mengikutsertakan karyawan dalam
pengambilan keputusan (Schminke, Ambrose, dan Cropanzano,
2000, dalam Schultz, 2006).
9) Kepribadian
Faktor kepribadian yang berkaitan dengan kepuasan kerja
adalah sikap keterasingan dan locus of control. Karyawan yang
memiliki keterasingan yang rendah dan internal locus of control
akan lebih mudah merasakan kepuasan kerja yang tinggi. Dalam
meta analisis penelitian kepuasan kerja, menyebutkan bahwa ada
hubungan positif antara internal locus of control dan kepuasan
kerja. Dalam penelitian tersebut juga menemukan bahwa self
esteem dan self efficacy tinggi, serta low neuroticism rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
berhubungan dengan kepuasan kerja yang tinggi (Judge dan Bono,
2001, dalam Schultz, 2006). Selain itu, dua dimensi dalam
kepribadian tipe A yaitu achievement striving dan impatience /
irritability juga memiliki kaitan dengan kepuasan kerja. Karyawan
yang memiliki achievement striving (kerja keras dan keseriusan)
akan memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Sedangkan karyawan
yang memiliki sifat irritability / impatience (permusuhan, marah,
tidak toleran) akan memiliki kepuasan kerja yang rendah.
10) Kontrol Kerja
Kontrol kerja tidak hanya dilakukan dan menjadi kewajiban
seorang supervisor, melainkan kontrol kerja juga sangat dibutuhkan
oleh setiap karyawan perusahaan. Karyawan yang memiliki kontrol
kerja yang baik akan menjadikan karyawan tersebut memiliki
motivasi yang tinggi sehingga karyawan tersebut mempunyai
tingkat kepuasan kerja yang lebih baik.
11) Status atau Level Kerja
Kedudukan karyawan dalam perusahaan sangat
berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja karyawan. Biasanya
orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi akan memiliki
kepuasan kerja yang lebih baik daripada bawahannya dalam
perusahaan. Selain itu, kedudukan yang tinggi dalam perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
biasanya menawarkan wewenang yang lebih, tanggung jawab, dan
tantangan dalam kerja. Hal ini berarti karyawan tersebut dapat
mengaktualisasikan kemampuannya dalam bekerja, yang
merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Faktor Pekerjaan
Selain dari faktor individu, kepuasan kerja juga dipengaruhi
oleh faktor karakteristik pekerjaan. Menurut Wijono (2010) faktor
karakteristik pekerjaan tersebut terdiri dari :
1) Organisasi dan Manajemen
Ketika karyawan perusahaan memiliki performansi dan
moral yang rendah dalam bekerja, seharusnya dari pihak
perusahaan melakukan pengorganisasian dan manajemen karyawan
karena hal tersebut merupakan indikasi dari ketidakpuasan
karyawan dalam bekerja. Organisasi dan manajemen karyawan
dapat meningkatkan kembali moralitas kerja karyawan sehingga
performansi dan kepuasan kerja karyawan dapat meningkat. Dalam
penelitian Brazziel (dalam Hassan dkk, dalam Wijono, 2010) yang
menggunakan Index Morale terhadap para karyawan yang
berpendidikan dari akademi dan universitas, menemukan bahwa
manajemen praktis berhubungan signifikan dengan moral yang
rendah yang merupakan indikasi dari kepuasan kerja yang rendah
di kalangan para karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2) Supervisi Langsung
Dalam sebuah perusahaan selalu terdapat supervisor yang
berfungsi untuk memotivasi, mengawasi, dan mengatur karyawan
supaya dapat bekerja secara produktif bagi perusahaan. Ketika
karyawan dalam kondisi yang kurang bagus dalam bekerja
(ketidakpuasan kerja), supervisor dapat langsung memotivasi atau
mensupervisi kepada karyawan tersebut. Tapi, supervisi langsung
ini membutuhkan dukungan dari karyawan itu sendiri. Dalam
penelitian Pelz (dalam Hassan dkk, dalam Wijono, 2010)
menunjukkan bahwa orientasi kerja terhadap sebagian “immediate
supervision” adalah tidak menjamin kepuasan kerja secara
memadai.
3) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial perusahaan akan menjadi penting
terhadap kepuasan kerja karyawan. Karyawan yang bekerja dalam
sebuah kelompok akan memiliki kepuasan kerja yang lebih baik
daripada karyawan yang bekerja secara individual (Zalesnik et al,
dalam Wijono, 2010). Karyawan dapat saling melengkapi satu
sama lain dalam bekerja. Selain itu, Veroff dan Feld (1960)
mengatakan bahwa bekerja secara kelompok mempunyai manfaat
penting untuk memenuhi kebutuhan interpersonal dan persahabatan
yang dijelaskan sebagai sumber kepuasan kerja (Wijono, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4) Komunikasi
Dalam penelitiannya, Leaviit (1961) mengatakan bahwa
kepuasan kerja yang tinggi di kalangan anggota kelompok adalah
jika mereka diletakkan ke dalam jalinan komunikasi yang erat.
Oleh karena itu, komunikasi kerja merupakan hal penting dalam
suatu pekerjaan. Dengan intensitas komunikasi yang tinggi antar
pekerja dalam perusahaan dapat menciptakan kepuasan kerja
karyawan yang tinggi.
5) Keamanan
Dalam mempekerjakan karyawannya, setiap perusahaan
diwajibkan untuk memberikan keamanan dalam bekerja. Faktor
keamanan merupakan faktor utama dalam kepuasan kerja karena
faktor keamanan merupakan hasil dari ketidakhadirannya dalam
suatu situasi dibandingkan dengan kehadirannya. Ketika faktor
keamanan hadir dalam setiap langkah kerja karyawan, karyawan
tersebut dapat merasakan kepuasan kerja atas fasilitas keamanan
yang diberikan perusahaan. Dalam eksperimen yang menggunakan
skala sikap analisis faktor, Crites (1961) membuktikan bahwa
sumber keamanan yang kuat membuat kepuasan kerja tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
6) Pekerjaan yang Monoton
Setiap karyawan dalam perusahaan memiliki tugas kerja
(jobdesk) masing-masing, tergantung di bagian mana karyawan
tersebut ditempatkan. Ketika karyawan melakukan pekerjaan di
bidangnya, terkadang karyawan melakukannya secara berulang-
ulang. Hal tersebut dapat menyebabkan karyawan merasa bosan
yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan bekerja. Oleh karena itu,
karyawan mengharapkan perluasan kerja untuk memperoleh
kepuasan yang lebih dalam pekerjaan yang dilakukan berulang-
ulang (Kennedy dan O’Neill, dalam Wijono, 2010). Namun,
pekerjaan yang monoton tersebut belum tentu mengakibatkan
kepuasan kerja yang rendah karena tergantung pada sumber umpan
balik terhadap pekerjaan yang monoton.
7) Penghasilan
Dalam setiap pekerjaannya, karyawan selalu mengharapkan
upah atau penghasilan yang mencukupi bagi kebutuhannya.
Menurut para karyawan perusahaan, penghasilan yang diberikan
perusahaan terhadap dirinya akan membuat setiap karyawan
merasa puas, jikalau penghasilan yang diberikan tersebut dapat
mencukupi kebutuhannya. Tetapi hubungan antara penghasilan dan
kepuasan kerja sangatlah kompleks karena bertumpang tindih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dengan faktor-faktor lain, seperti usia, jabatan, dan pendidikan
(Schultz, dalam Wijono, 2010).
B. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
1. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi aktivitas orang
lain melalui komunikasi, baik individual maupun kelompok ke arah
pencapaian tujuan (dalam Anoraga, 1995). Kepemimpinan melibatkan
proses sosial di mana seseorang mengarahkan anggota kelompok menuju
sasaran (Bryman, dalam Weiner, 2003).
2. Definisi Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara kadar
bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin, kadar
dukungan sosioemosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin,
dan level kesiapan (kematangan) yang diperlihatkan pengikut dalam
pelaksanaan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu (Hersey dan Blanchard,
1996). Selain itu, kepemimpinan situasional juga merupakan teori yang
berfokus pada kesiapan atau kematangan bawahan (Robbins, 1996).
Selaras dengan pernyataan tersebut, kepemimpinan situasional merupakan
kepemimpinan yang dapat dihasilkan dari bagaimana seorang pemimpin
berhubungan dengan kematangan bawahan (Smither, 1994). Dalam
sumber terbaru menyebutkan bahwa kepemimpinan situasional adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kepemimpinan yang diberikan oleh anggota kelompok dengan beragam
perilaku mereka untuk memberikan tindakan yang diperlukan oleh
kelompok saat itu (Johnson, 2012).
Dari beberapa definisi kepemimpinan situasional tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan
yang sangat memperhatikan kondisi atau kematangan bawahannya, serta
mau memberikan pengarahan kepada bawahan yang belum begitu matang.
3. Komponen Perilaku Pemimpin dan Kematangan Anggota dalam
Kepemimpinan Situasional
Dalam penerapan gaya kepemimpinan situasional yang menjadi
faktor utamanya adalah kematangan para anggota. Kematangan anggota
bisa dilihat dari segi pekerjaan maupun psikologis dari anggota tersebut.
Dengan mengetahui tingkat kematangan (maturity) anggotanya, seorang
pemimpin akan dapat menentukan gaya kepemimpinan apa yang akan
diterapkan terhadap anggotanya. Perilaku pemimpin dalam kepemimpinan
situasional tersebut (Hersey dan Blanchard, 1996), yaitu :
a. Task Behavior
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan seorang
pemimpin dalam menerapkan kepemimpinan situasional adalah
perilaku tugas (task behavior). Pemimpin perlu mengetahui
seberapa jauh kah kemampuan bawahannya dalam bekerja. Ketika
seorang bawahannya kurang memiliki kemampuan, pemimpin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
wajib memberikan arahan, mulai dari arahan kecil hingga yang
detail. Dalam task behavior, pemimpin harus dapat membimbing
bawahannya dalam penetapan tujuan, pengorganisasian,
pengaturan jadwal, pengarahan, dan pengendalian.
Tabel 1.
Indikator Perilaku Tugas Pemimpin
No Aspek Perilaku
Tugas
Indikator Perilaku
1. Penetapan tujuan Menyempurnakan tujuan anggota
2. Pengorganisasian Mengatur situasi kerja anggota
3. Penetapan jadwal Menetapkan jadwal anggota
4. Pengarahan Menyediakan arahan yang spesifik
5. Pengontrolan Mengontrol kemajuan kerja secara
spesifik dan berkala
b. Relationship Behavior
Hal lain yang perlu dipertimbangkan seorang pemimpin
dalam menerapkan kepemimpinan situasional adalah perilaku
hubungan (relationship behavior). Perilaku hubungan adalah
perilaku pemimpin dalam melakukan hubungan dua arah dengan
bawahannya untuk menyediakan dorongan dan motivasi. Selain
itu, pemimpin juga harus mendukung (supporting) setiap langkah
pekerja dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pekerja.
Bagi karyawan yang sudah memiliki kematangan (maturity),
pemimpin tidak akan melakukan komunikasi dua arah, pemimpin
hanya memberikan dukungan yang rendah kepada karyawannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel 2.
Indikator Perilaku Hubungan Pemimpin
No Aspek Perilaku
Hubungan
Indikator Perilaku
1. Memberikan
support
Menyediakan dukungan dan
menyemangati
2. Komunikasi Meliputi diskusi dua arah tentang aktifitas
kerja
3. Kesempatan
interaksi
Memberikan kesempatan untuk
berinteraksi dengan anggota lain
4. Feedback Memberikan hubungan timbal balik atas
prestasi kerja
5. Perhatian yang
aktif
Mencari dan mendengarkan opini anggota
c. Kematangan Anggota
Dalam pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional,
pemimpin tidak bisa langsung memutuskan akan menggunakan
gaya kepemimpinan yang mana yang merupakan gaya
kepemimpinan situasional. Pemimpin terlebih dahulu harus
mengetahui level kematangan para karyawannya. Hal ini
dikarenakan level kematangan karyawan adalah faktor kunci bagi
kepemimpinan yang efektif (Hersey dan Blanchard, 1996).
Level kematangan karyawan terdiri dari kematangan
pekerjaan dan kematangan psikologis (Hersey dan Blanchard,
1996). Kematangan pekerjaan sangat berkaitan dengan
pengetahuan dan ketrampilan. Orang yang memiliki kematangan
pekerjaan yang tinggi adalah orang yang memiliki pengalaman,
kemampuan, dan pengetahuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya
tanpa bimbingan atau arahan dari pemimpin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kematangan psikologis berkaitan dengan motivasi atau
kemauan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu,
keyakinan dan keikatan terhadap perusahaan juga berpengaruh
dalam kematangan psikologis. Orang yang matang secara
psikologis akan memiliki rasa yakin terhadap dirinya sendiri dan
merasa mampu dalam aspek pekerjaannya, serta memiliki
tanggung jawab yang besar.
4. Jenis Gaya Kepemimpinan Situasional
Dalam kepemimpinan situasional menyebutkan bahwa tidak ada
gaya kepemimpinan tertentu yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
bawahannya, melainkan penerapan gaya kepemimpinan pada sebuah
organisasi harus didasarkan pada kondisi para bawahannya (Hersey dan
Blanchard, 1996). Dalam kepemimpinan situasional terdapat beberapa
macam gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam memimpin
sebuah organisasi. Gaya kepemimpinan situasional juga dapat dilihat
dalam kurva preskriptif, yang terdiri dari empat kuadran kepemimpinan,
yaitu telling, selling, participating, dan delegating (Hersey dan Blanchard,
1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 1.
Gaya Kepemimpinan Situasional
Sumber:
http://www.google.co.id/imgres?q=hersey+blancharddanhl=iddansa=Gdangbv=2danbiw=
1366danbih=667dantbm=ischdantbnid=BFcUumd02sSsXM:danimgrefurl
a. Telling
Gaya kepemimpinan telling merupakan gaya kepemimpinan
yang anggotanya atau bawahannya memiliki tingkat kematangan yang
rendah. Gaya kepemimpinan ini mengharuskan seorang pemimpin
untuk selalu mengarahkan dan memberi supervisi kepada
karyawannya. Orang-orang yang diarahkan dengan gaya
kepemimpinan telling merupakan orang yang tidak mau dan tidak
mampu untuk memikul tanggung jawab dalam tugas-tugasnya. Mereka
harus benar-benar diarahkan tentang apa, bagaimana, dimana, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
http://www.google.co.id/imgres?q=hersey+blanchard&hl=id&sa=G&gbv=2&biw=1366&bih=667&tbm=isch&tbnid=BFcUumd02sSsXM:&imgrefurlhttp://www.google.co.id/imgres?q=hersey+blanchard&hl=id&sa=G&gbv=2&biw=1366&bih=667&tbm=isch&tbnid=BFcUumd02sSsXM:&imgrefurl
34
kapan melaksanakan tugas-tugasnya. Pada level ini, perilaku tugas
tinggi dan hubungan rendah.
b. Selling
Gaya kepemimpinan selling adalah gaya kepemimpinan yang
para anggotanya memiliki kematangan rendah-sedang. Oleh sebab itu,
seorang pemimpin masih harus mengarahkan anggotanya, meskipun
tidak secara spesifik seperti pada gaya kepemimpinan telling. Anggota
yang diarahkan dengan gaya kepemimpinan selling merupakan orang
yang tidak mampu, tetapi mau memikul tanggung jawab dalam tugas-
tugasnya. Dalam gaya kepemimpinan selling, komunikasi sudah
berbentuk dua arah antara pemimpin dan bawahan, artinya bawahan
ikut serta dalam proses perilaku yang diinginkan. Gaya selling
mencakup perilaku tugas dan hubungan tinggi.
c. Participating
Participating merupakan gaya kepemimpinan situasional yang
anggotanya sudah memiliki kemampuan, tetapi tidak mau memikul
tanggung jawab pada pekerjaannya. Hal ini terkait dengan keyakinan
dan motivasi anggota sehingga pemimpin harus menyediakan
komunikasi dua arah untuk menunjang kemauan anggota untuk
mengaplikasikan kemampuannya. Gaya kepemimpinan yang seperti ini
memiliki perilaku hubungan tinggi (suportif) dan perilaku tugas rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
(direktif). Oleh sebab itu, kematangan para anggotanya berada pada
level sedang-tinggi.
d. Delegating
Pada gaya kepemimpinan delegating, seorang anggota sudah
diberikan kebebasan dalam pelaksanaan tugas maupun pengambilan
keputusan. Anggota sudah memiliki kemampuan dan kemauan dalam
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan. Oleh
karena anggota sudah memiliki kematangan, maka tidak dibutuhkan
perilaku hubungan (suportif) dan tugas (direktif) antara pemimpin dan
anggota. Selain itu, anggota juga sudah memiliki kematangan yang
sangat baik.
5. Efektivitas Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang melibatkan
proses pengaruh sosial di mana seseorang mengarahkan anggota kelompok
menuju sasaran (Weiner, 2003). Banyak yang menganggap kepemimpinan
situasional ini merupakan kepemimpinan yang paling efektif karena
memperhatikan kematangan bawahan. Hersey dan Blanchard menyatakan
bahwa tidak ada satu cara yang terbaik untuk mempengaruhi perilaku
orang-orang (dalam Anoraga, 1995).
Semua gaya kepemimpinan jika dijalankan sebagaimana mestinya
dan sesuai dengan tujuan serta sasaran akan berdampak efektif bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
organisasi. Sama halnya dengan gaya kepemimpinan situasional yang
dapat berdampak efektif bagi organisasi. Gaya kepemimpinan situasional
dapat dikatakan memiliki efektivitas ketika gaya kepemimpinan tersebut
dapat disesuaikan dengan tingkat kedewasaan (maturity) bawahan yang
akan dipengaruhi pemimpin (Anoraga, 1995). Ada kesesuaian antara
perilaku tugas dan hubungan dari pemimpin dan kematangan pekerjaan
dan psikologis dari karyawan. Dengan kata lain, pemimpin dapat
membimbing karyawan ketika karyawan tersebut belum matang, dan dapat
mendelegasikan tugas-tugas secara keseluruhan kepada karyawannya
ketika karyawan tersebut sudah memiliki kematangan.
Kesimpulan umum dari efektivitas kepemimpinan situasional
adalah kesesuaian antara perilaku pemimpin dengan kematangan bawahan.
Pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai situasi
(kematangan) yang ada dalam diri karyawan.
C. DINAMIKA PERBEDAAN KEPUASAN KERJA BERDASARKAN
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Kepemimpinan adalah sesuatu yang digunakan pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung, maupun tidak
langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut dengan
penuh pengertian dan kesadaran bersedia mengikuti kehendak-kehendak
pemimpin tersebut (Anoraga, 1995). Kepemimpinan memiliki berbagai jenis
gaya kepemimpinan, salah satunya adalah kepemimpinan situasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas hubungan antara kadar perilaku tugas dan perilaku hubungan
yang diberikan pemimpin terhadap karyawan, serta level kematangan yang
diperlihatkan karyawan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan tujuan tertentu
(Hersey dan Blanchard, 1996). Selain itu, kepemimpinan situasional
merupakan gaya seseorang dalam memimpin yang harus menyesuaikan gaya
kepemimpinannya terhadap keadaan yang sedang terjadi (Sedarmayanti,
2011). Pemimpin dapat bertindak sesuai kematangan pekerja, di mana
pemimpin harus membimbing pekerja yang belum memiliki kematangan
(maturity) ataupun pemimpin dapat membiarkan pekerja yang sudah matang
untuk bekerja sendiri.
Pengawasan yang berlebihan atau terlalu longgar, memberi arahan
terlalu banyak atau terlalu sedikit berakibat negatif bagi perkembangan
bawahan (Sedarmayanti, 2011). Ketika seorang pekerja memiliki kematangan
kerja yang rendah, seorang pemimpin haruslah ikut serta dalam tugas yang
tinggi dan hubungan yang rendah. Jadi pada kepemimpinan situasional,
seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan
kematangan pekerja sehingga tercapai efektivitas kepemimpinan situasional.
Kepemimpinan situasional yang efektif memiliki dampak yang baik
bagi karyawan dan perusahaan. Karyawan akan merasa terperhatikan oleh
sikap pemimpin (pekerjaan dan psikologis). Hal ini dikarenakan sikap
pemimpin menyesuaikan dengan kematangan (maturity) bawahan. Selain itu
karyawan menjadi lebih senang dan optimal dalam bekerja. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi bawahan akan
dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Smither, 1994). Sebaliknya
jika kepemimpinan berjalan tidak efektif akan dapat menimbulkan situasi yang
kurang baik bagi perusahaan, yaitu karyawan merasa kurang diperhatikan oleh
sikap pimpinannya dan karyawan kurang senang, serta kurang optimal dalam
bekerja sehingga kepuasan kerjanya rendah.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan senang yang merupakan hasil
dari persepsi individu dalam rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi
kebutuhannya untuk memperoleh nilai-nilai kerja yang penting bagi dirinya
(Wijono, 2010). Kepuasan kerja merupakan suatu fenomena yang kompleks,
yang terdiri dari gaji, kondisi kerja, supervisi, motivasi individu, dan kerja
individu (Smither, 1994). Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki
faktor yang berbeda untuk mencapai kepuasan dalam bekerja, maka dari itu
kepuasan kerja dikatakan suatu hal yang kompleks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar. 2
Skema
Perbedaan Kepuasan Kerja Berdasarkan
Efektivitas Kepemimpinan Situasional
KEPEMIMPINAN
SITUASIONAL
Efektif (gaya
kepemimpin
an sesuai
antara
perilaku
pemimpin
(tugas dan
hubungan)
dengan
kematangan
karyawan
(pekerjaan
dan
psikologis)
Tidak efektif
(gaya
kepemimpina
n tidak sesuai
antara
perilaku
pemimpin
(tugas dan
hubungan)
dengan
kematangan
karyawan
(pekerjaan
dan
psikologis)
Karyawa
n merasa
diperhati
kan
Karyawa
n merasa
kurang
diperhati
kan
Karyawan
menjadi
lebih
senang dan
optimal
dalam
bekerja
Karyawan
menjadi
kurang
senang
dan
optimal
dalam
bekerja
Kepuasan
kerja
tinggi
Kepuasan
kerja
rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan kepuasan
kerja berdasarkan efektivitas kepemimpinan situasional. Apabila gaya
kepemimpinan situasional efektif, maka kepuasan kerja tinggi. Sedangkan
apabila gaya kepemimpinan tidak efektif, maka kepuasan kerja rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data
numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2009). Jenis
penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu penelitian yang
membandingkan dua kelompok yang independen, dapat berupa dua kelompok
yang terpisah (Priyatno, 2010).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang terlibat di dalamnya,
yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel lain (Azwar, 2009). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah efektivitas kepemimpinan situasional.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Azwar, 2009).
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja karyawan.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
C. Definisi Operasional
1. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah suatu hal yang mencerminkan perasaan
seseorang tentang pekerjaannya secara keseluruhan yang dilihat dari
berbagai sudut pandang. Dalam mengukur tingkat kepuasan kerja
karyawan, subjek akan diberikan kuesioner yang berisikan 20 item, yang
terdiri dari 20 komponen kepuasan kerja. Alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan kerja adalah dengan menggunakan Minnesota
Satisfaction Questionnaire (MSQ). Apabila hasil kuesioner memiliki
jumlah persentil 75 atau lebih, maka memiliki tingkat kepuasan kerja yang
tinggi. Sedangkan jumlah persentil kurang dari 25, maka mengindikasikan
bahwa tingkat kepuasan kerja rendah. Kemudian jumlah persentil antara
25-75 memiliki tingkat kepuasan kerja rata-rata.
2. Efektivitas Gaya Kepemimpinan Situasional
Efektivitas gaya kepemimpinan situasional adalah kesesuaian
antara perilaku pemimpin dengan kematangan bawahan. Alat yang
digunakan untuk mengambil data efektivitas kepemimpinan situasional
adalah dengan menggunakan skala efektivitas kepemimpinan situasional
yang disusun oleh Hersey dan Blanchard (1960). Skala tersebut terdiri dari
tiga skala, yaitu skala kematangan pekerjaan dan psikologis, skala perilaku
tugas, dan skala perilaku hubungan. Efektivitas kepemimpinan didapatkan
ketika terdapat kesesuaian antara ketiga skala tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu subjek telah
bekerja minimal dua tahun dalam perusahaan tersebut. Alasan pemakaian
subjek penelitian berdasarkan jangka waktu bekerja (minimal dua tahun)
adalah bahwa karyawan yang telah bekerja minimal dua tahun sudah
merasakan dan mengetahui kondisi pekerjaan maupun lingkungan dalam
perusahaan. Teknik pengambilan subyek dalam penelitian ini menggunakan
teknik convenience sampling, yaitu kelompok dari subjek dipilih atas dasar
kemudahan akses (McMillan dan Schumacher, 2006).
E. Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner Kepuasan Kerja
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode kuesioner. Kuesioner merupakan
suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif
mudah digunakan. Kuesioner kepuasan kerja akan dibagikan kepada
karyawan perusahaan dan bersumber pada Minnesota Satisfaction
Questionnaire (MSQ). Kuesioner terdiri dari 20 komponen dan berisi 20
item. Pada kuesioner tersebut, subjek telah disediakan lima alternatif
jawaban, yaitu sangat puas (very satisfied), puas (satisfied), normal, tidak
puas (dissatisfied), dan sangat tidak puas (very dissatisfied).
Kuesioner yang digunakan dalam pengambilan data merupakan
kuesioner adaptasi sehingga memerlukan proses untuk menerjemahkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu. Dalam proses terjemahan
tersebut, dibutuhkan 3 orang yang memiliki kompetensi dalam Bahasa
Inggris. Orang pertama adalah orang yang membantu menerjemahkan dari
Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Orang kedua adalah orang
yang membantu proses terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa
Inggris. Orang terakhir bertindak sebagai supervisor dalam proses
terjemahan tersebut.
Ketiga orang tersebut termasuk orang-orang yang berkompeten
dalam Bahasa Inggris. Orang pertama yang menerjemahkan kuesioner dari
Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia merupakan guru Bahasa
Inggris di sebuah SMP. Kemudian orang kedua yang menerjemahkan
kembali dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris atas bantuan
Lembaga Bahasa Sanata Dharma. Supervisor dalam proses penerjemahan
ini adalah dosen bidang Bahasa Inggris di sebuah akademi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.
Blue Print Kuesioner Kepuasan Kerja
No. Komponen Kepuasan Kerja Jumlah Item
1. Penggunaan kemampuan 1
2. Prestasi 1
3. Aktivitas 1
4. Kemajuan 1
5. Kekuasaan 1
6. Kebijakan perusahaan dan praktek 1
7. Kompensasi 1
8. Rekan kerja 1
9. Kreativitas 1
10. Kebebasan 1
11. Nilai moral 1
12. Penghargaan 1
13. Tanggung jawab 1
14. Keamanan 1
15. Layanan sosial 1
16. Status sosial 1
17. Supervisi-hubungan relasi 1
18. Supervisi-teknis 1
19. Variasi 1
20. Kondisi kerja 1
2. Skala Efektivitas Kepemimpinan Situasional
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data efektivitas
kepemimpinan situasional menggunakan skala efektivitas kepemimpinan
situasional yang disusun oleh Hersey dan Blanchard (1960), yang terdiri
dari 3 skala. Ketiga skala tersebut adalah skala kematangan pekerjaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
psikologis, skala perilaku tugas, dan perilaku hubungan. Skala kematangan
pekerjaan dan psikologis diberikan kepada supervisor masing-masing
karyawan, sedangkan skala perilaku tugas dan perilaku hubungan
diberikan kepada karyawan. Dalam skala tersebut telah disediakan 8
alternatif jawaban, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu
rendah, sedang, dan tinggi.
Tabel 4.
Blue Print Skala Kematangan Pekerjaan dan Psikologis (Supervisor)
Skala kematangan pekerjaan
No. Aspek Kematangan Pekerjaan Total
1. Pengalaman pekerjaan 1
2. Pengetahuan pekerjaan 1
3. Pemahaman akan syarat pekerjaan 1
Skala kematangan psikologis
No. Aspek Kematangan Psikologis Total
1. Kemauan untuk memikul
tanggung jawab
1
2. Motivasi berprestasi 1
3. Keikatan 1
Tabel 5.
Blue Print skala Perilaku Tugas (Karyawan)
No. Aspek Perilaku Tugas Total
1. Penyusunan Tujuan 1
2. Pengorganisasian 1
3. Menetapkan batas waktu 1
4. Pengarahan 1
5. Pengendalian 1
Total 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 6.
Blue Print skala Perilaku Hubungan (Karyawan)
No. Aspek Perilaku Hubungan Total
1. Memberikan dukungan 1
2. Mengkomunikasikan 1
3. Memudahkan interaksi 1
4. Aktif menyimak 1
5. Memberikan balikan 1
Total 5
F. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang sangat
berpengaruh dan penting dalam suatu penelitian. Hal ini dikarenakan akurasi
dan kecermatan data hasil pengukuran tergantung pada validitas dan
reliabilitas alat ukurnya (Azwar, 2009).
1. Validitas
Validitas dapat diartikan sejauh mana instrumen merekam
atau mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur
(Suryabarata, 2011). Semakin baik validitas pengukurannya, maka
akan berdampak pada kesesuaian hasil dalam penelitian. Validitas
penelitian banyak tergantung pada sejauhmana isi kuesioner tersebut
mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan
penelitian (Azwar, 2009).
Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah
validitas isi. Validitas isi adalah suatu alat pengukur yang ditentukan
oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek
yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Effendi, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Validitas isi dapat diperoleh lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2011).
Professional judgement tersebut dilakukan oleh ahli pada bidangnya,
yaitu dosen pembimbing dan supervisor ahli bahasa.
2. Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut
konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang hendak diukur
(Kountour, 2003). Instrumen penelitian dapat “dipercaya” apabila satu
instrumen dapat mengukur dengan hasil yang relatif sama (konsisten)
pada orang yang sama di waktu yang berbeda atau mengukur pada
kelompok orang yang berbeda di waktu yang bersamaan atau
berlainan waktu (Suryabrata, 2011). Reliabilitas diukur dengan
rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin reliabel. Sebaliknya
koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin
rendah reliabilitasnya. Penelitian ini menggunakan metode Internal
Consistency dengan teknik Cronbach’s Alpha dalam menguji
reliabilitas.
Reliabilitas pada kuesioner kepuasan kerja menunjukkan nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,866 yang termasuk memiliki reliabilitas
yang tinggi. Sedangkan reliabilitas pada skala kematangan pekerjaan
dan psikologis didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,966 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
berarti reliabel. Pada skala perilaku tugas didapatkan nilai Cronbach
Alpha sebesar 0,957 yang menunjukkan bahwa alat ukur dalam
penelitian ini rel