Upload
danglien
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARAKTERISTIK CURING 80oC dan 100oC KOMPOSIT
SERAT E-GLASS
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat sarjana S-1
Diajukan oleh:
VINNA MARCELIA TAMAELA
NIM: 115214043
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
CURING CHARACTERISTICS OF 80oC and 100oC E-GLASS
FIBER COMPOSITES
FINAL PROJECT
As partial fulfillment of the requirement
to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
by
VINNA MARCELIA TAMAELA
Student Number: 115214043
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
INTISARI
Komposit didefinisikan sebagai penggabungan dua macam material atau
lebih dengan fase yang berbeda, yaitu fase matrik dan fase penguat. Agar
mendapat sifat dan karakteristik yang baik dari komposit, maka perlu
memperhatikan beberapa faktor, salah satunya adalah curing. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui nilai kekuatan tarik, regangan dan modulus
elastisitas dari komposit yang diberi perlakuan curing dengan variasi suhu 80oC
dan 100oC.
Penelitian ini menggunakan serat E-glass dengan jenis susunan serat acak,
resin yang digunakan adalah resin epoksi, katalis, dan hand body sebagai release
agent. Komposit dibuat dengan menggabungkan 30% serat, 69,7% resin dan
0,3% katalis, diatas cetakan kaca berukuran 20 cm x 30 cm x 0,5 cm. Cara
pengambilan data adalah dengan melakukan pengujian tarik pada setiap benda uji
komposit yang sudah diberi perlakuan curing dengan variasi suhu 80oC dan 100oC
selama 3 jam.
Dari penelitian ini didapatkan nilai kekuatan tarik rata-rata terbaik terdapat
pada komposit yang diberi perlakuan curing 100oC bila dibandingkan dengan
komposit yang diberi perlakuan curing 80oC dan komposit yang tidak diberi
perlakuan curing. Nilai regangan rata-rata terbaik terdapat pada komposit yang
tidak diberi perlakuan curing bila dibandingkan dengan komposit yang diberi
perlakuan curing 80oC dan komposit yang diberi perlakuan curing 100oC.
Kekuatan tarik rata-rata tertinggi pada komposit yang mengalami proses curing
dengan suhu 100oC yaitu 5,73 kg/mm2 atau 56,11 MPa, lalu pada yang tidak
mengalami proses curing nilai kekuatan tarik rata-rata tertingginya adalah 5,24
kg/mm2 atau 51,34 MPa dan pada komposit yang mengalami proses curing
dengan suhu 80oC nilai kekuatan tarik rata-rata tertingginya 4,89 kg/mm2 atau
47,89 MPa. Regangan rata-rata terbesar pada komposit yang mengalami proses
curing dengan suhu 100oC yaitu 1,11%, lalu pada pada komposit yang mengalami
proses curing dengan suhu 80oC nilai regangan rata-rata terbesarnya adalah 1%
dan komposit yang tidak mengalami proses curing nilai regangan rata-rata
terbesarnya adalah 1,31%. Nilai modulus elastisitas dari komposit yang tidak
mengalami proses curing yang tertinggi adalah 5,64 GPa, dan yang terendah 3,11
GPa. lalu pada komposit yang mengalami proses curing dengan suhu 80oC nilai
modulus elastisitas yang tertinggi adalah 5,42 GPa dan yang terendah 4,67 GPa.
dan komposit yang mengalami proses curing dengan suhu 100oC nilai modulus
elastisitas yang tertinggi adalah 6,02 GPa dan yang terendah adalah 4,04 GPa.
Kata kunci: komposit, curing, kekuatan tarik, regangan, modulus elastisitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Composites are defined as a merger of two or more kinds of materials
with different phases, which is the phase of the matrix and reinforcing phase. To
get a good quality and characteristics of the composite, so need to consider several
factors, one of them is curing. The purpose of this study was to determine the
value of tensile strength, strain and modulus of elasticity of composite curing
being treated with variations in temperature 80oC and 100oC.
This research uses E-glass fibers with a type of random arrangement of
chopped strand mat, an epoxy resin as a resin, catalysts, and the hand body as a
release agent. Composites made by combining 30% fiber, 69.7% resin and 0.3%
catalyst, above the glass mold measuring 20 cm x 30 cm x 0.5 cm. The method of
data collection by doing tensile tests on each composite specimen that has been
treated with curing temperature 80oC and 100oC for 3 hours.
From this study, the best average value of tensile strength found in the
treated composite curing 100°C compared to the treated composite curing 80oC
and untreated composite curing. The best average value of strain found in the
untreated composites curing compared with the treated composite curing 80oC and
treated composite curing 100oC. The highest value of the tensile strength of
treated composite curing 100oC is 5.73 kg/mm2 or 56.11 MPa, then the highest
value of the tensile strength of untreated composite curing is 5.24 kg/mm2 or
51.34 MPa, and the treated composite curing 80oC the highest value of the tensile
strength 4.89 kg/mm2 or 47.89 MPa. The highest value of the strain from treated
composite curing 100oC is 1.11%, then the highest value of the strain of treated
composite curing 80oC is 1% and the untreated composite curing the highest value
of the strain is 1.31%. The highest value of the modulus of elasticity from the
untreated composites curing is 5.64 GPa and the lowest is 3.11 GPa, then the
highest value of the modulus of elasticity from treated composite curing 80oC is
5.42 GPa and the lowest is 4.67 GPa, and the highest value of the modulus of
elasticity from treated composite curing 100oC is 6.02 GPa and the lowest is 4.04
GPa.
Keywords: composites, curing, tensile strength, strain, modulus of
elasticity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala
kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama melakukan penelitian ini, penulis telah menerima banyak bantuan,
masukan, perhatian dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
penulis menyampaikan rasa penghargaan dan terima kasih yang dalam kepada:
1. Sudi Mungkasi, PhD, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Budi Setyahandana, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing, terima kasih buat
bimbingan dan cara berpikir yang dicontohkan selama ini.
4. Ir. Rines, M.T., selaku dosen pembimbing akademik.
5. Rudolf Marthen Tamaela dan Nancy Lientje de Soysa selaku orang tua dari
penulis.
6. Rivalino Tamaela, Linda Tamaela, Aldo Tamaela, Sandra Tamaela selaku
kakak-kakak dari penulis yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
7. J.W. Tehupeiory, Yvonne Ledya, Andrew Tehupeiory, Vivi Tehupeiory,
Sendy de Soysa, Monica Talanila selaku keluarga penulis selama di
Yogyakarta, terima kasih atas dukungan selama penulis berkuliah.
8. Komalasari, Mutiara, Jodi Martin terima kasih buat semangat dan dukungan
bagi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
9. Yohanes Ragil Purnomo, Anastasya Puji Astuti, Yosep Dwi Nugroho.
10. Teman-teman Teknik Mesin USD angkatan 2011 dan angkatan 2012 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
11. Thasya Rumahloine, Astrid Widiastuti, Ningrum, Mas Ded selaku teman
dekat penulis.
12. Seluruh staff pengajar dan laboran Program Studi Teknik Mesin Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis.
13. Saudara-saudara di Brother House: Albion, Stevanus, Andrew Humiang,
Tiopan.
14. Saudari-saudari di Sister House:Prischa, Kristin, Hanna, Jeri, Kak Suzan dan
Kak Marwiti.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang
perlu diperbaiki dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan
kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Terima kasih.
Yogyakarta, 26 Februari 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
TITLE PAGE ................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... v
INTISARI ....................................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. viii
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.4 Batasan Masalah .................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II 2.1 Dasar Teori ............................................................................ 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.1.1. Komposit ........................................................................ 6
2.1.2 Bahan Penyusun Komposit ............................................. 7
2.1.2.1 Phase Pertama ......................................................... 8
2.1.2.1.1 Polimer ............................................................ 9
2.1.2.2 Phase Kedua (Reinforcing Agent) ........................... 11
2.1.2.2.1 Serat (Fiber) .................................................... 11
2.1.2.2.2 Partikel ............................................................ 16
2.1.2.2.3 Flake ............................................................... 17
2.1.3 Bahan-bahan Tambahan ................................................. 17
2.1.4 Komposit Matrik Polimer (Fiber Reinforced
Polymer) .........................................................................
19
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan FRP ........ 20
2.1.5.1 Orientasi Serat ......................................................... 20
2.1.5.2 Jenis Serat ............................................................... 21
2.1.5.3 Komposisi dan Bentuk Serat ................................... 22
2.1.5.4 Faktor Matrik .......................................................... 23
2.1.5.5 Fase Ikatan .............................................................. 23
2.1.5.6 Suhu Curing ............................................................ 24
2.1.6 Mekanika Komposit ........................................................ 24
2.1.7 Kaidah Pencampuran Komposit (Rules of Mixture) ....... 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.8 Rumus Perhitungan Tegangan dan Regangan ................ 27
2.1.9 Kerusakan Pada Komposit .............................................. 27
2.1.9.1 Kerusanan Akibat Beban Tarik Longitudinal ......... 27
2.1.9.2 Kerusakan Akibat Beban Tarik Transversal ........... 28
2.1.9.3 Kerusakan Internal Mikroskopik ............................ 29
2.1.10 Proses Curing ................................................................ 30
2.1.10.1 Oven ...................................................................... 30
2.1.10.2 Minyak Panas ........................................................ 30
2.1.10.3 Lampu ................................................................... 30
2.1.10.4 Uap Panas (Steam) ................................................ 31
2.1.10.5 Autoclave ............................................................... 31
2.1.10.6 Microwave ............................................................. 31
2.1.10.7 Proses Curing Yang Lain ...................................... 32
2.1.11 Glass Temperature Transition ...................................... 32
2.2 Tinjauan Pustaka ................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 35
3.1 Skema Penelitian ................................................................... 35
3.2 Persiapan Penelitian ............................................................... 38
3.2.1 Alat-alat Yang Digunakan .............................................. 38
3.2.2 Bahan-bahan Komposit Berpenguat Serat ...................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.3 Perhitungan Komposisi Komposit ......................................... 41
3.4 Proses Pembuatan Komposit Berpenguat Serat .................... 42
3.5 Standar Uji dan Ukuran Benda Uji ....................................... 43
3.6 Curing .................................................................................... 44
3.7 Cara Penelitin ........................................................................ 44
3.7.1 Uji Tarik ......................................................................... 44
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN .................................................... 46
4.1 Hasil Pengujian ...................................................................... 46
4.1.1 Hasil Pengujian Benda Uji Komposit ............................. 46
4.2 Pembahasan ........................................................................... 70
BAB V PENUTUP ................................................................................... 74
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 74
5.2 Saran ...................................................................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Polymeric Matrix Materials For Fiberglass .................................. 10
Tabel 2.2 Sifat Resin Poliester dan Epolsi ................................................... 11
Tabel 2.3 Sifat-sifat Bahan Fiber ................................................................. 12
Tabel 4.1 Dimensi komposit 2 lapis serat tanpa curing ............................... 47
Tabel 4.2 Kekuatan tarik komposit 2 lapis tanpa curing .............................. 47
Tabel 4.3 Regangan komposit 2 lapis tanpa curing ..................................... 48
Tabel 4.4 Dimensi komposit 3 lapis serat tanpa curing ............................... 48
Tabel 4.5 Kekuatan tarik komposit 3 lapis tanpa curing .............................. 48
Tabel 4.6 Regangan komposit 3 lapis tanpa curing ..................................... 49
Tabel 4.7 Dimensi komposit 4 lapis tanpa curing ........................................ 49
Tabel 4.8 Kekuatan tarik komposit 4 lapis tanpa curing .............................. 49
Tabel 4.9 Regangan komposit 4 lapis tanpa curing ..................................... 50
Tabel 4.10 Dimensi komposit 5 lapis tanpa curing ........................................ 50
Tabel 4.11 Kekuatan tarik komposit 5 lapis tanpa curing .............................. 50
Tabel 4.12 Regangan komposit 5 lapis tanpa curing ..................................... 50
Tabel 4.13 Dimensi komposit 2 lapis serat setlah suhu curing 80oC ............. 51
Tabel 4.14 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 51
Tabel 4.15 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC .......... 51
Tabel 4.16 Dimensi komposit 3 lapis serat setelah suhu curing 80oC ........... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 4.17 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 52
Tabel 4.18 Regangan komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC ........... 52
Tabel 4.19 Dimensi komposit 4 lapis serat setelah suhu curing 80oC ........... 53
Tabel 4.20 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 53
Tabel 4.21 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC ........... 53
Tabel 4.22 Dimensi komposit 5 lapis serat setelah suhu curing 80oC ........... 54
Tabel 4.23 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 54
Tabel 4.24 Regangan komposit 5 lapis untuk suhu curing 80oC ................... 54
Tabel 4.25 Dimensi komposit 2 lapis serat setelah suhu curing 100oC ......... 55
Tabel 4.26 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 55
Tabel 4.27 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 100oC ......... 55
Tabel 4.28 Dimensi komposit 3 lapis serat setelah suhu curing 100oC .......... 56
Tabel 4.29 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 56
Tabel 4.30 Regangan komposit untuk 3 lapis serat suhu curing 100oC ......... 56
Tabel 4.31 Dimensi komposit untuk 4 lapis serat setelah suhu curing
100oC ............................................................................................ 57
Tabel 4.32 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.33 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 100oC ......... 57
Tabel 4.34 Dimensi komposit 5 lapis serat setelah suhu curing 100oC ......... 58
Tabel 4.35 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 58
Tabel 4.36 Regangan koposit 5 lapis serat untuk suhu curing 100oC ............ 58
Tabel 4.37 Kekuatan tarik rata-rata komposit untuk suhu curing 80oC ......... 59
Tabel 4.38 Regangan komposit rata-rata untuk suhu curing 80oC ................. 59
Tabel 4.39 Kekuatan tarik kompposit rata-rata untuk suhu curing 100oC ..... 59
Tabel 4.40 Regangan komposit rata-rata suhu curing 100oC ......................... 59
Tabel 4.41 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 60
Tabel 4.42 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC ........... 60
Tabel 4.43 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 61
Tabel 4.44 Regangan komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC ........... 61
Tabel 4.45 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 61
Tabel 4.46 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC ........... 61
Tabel 4.47 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 80oC ... 62
Tabel 4.48 Regangan komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 80oC ........... 62
Tabel 4.49 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 62
Tabel 4.50 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 100oC ......... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 4.51 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 63
Tabel 4.52 Regangan komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 100oC ......... 63
Tabel 4.53 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 63
Tabel 4.53 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 100oC ......... 63
Tabel 4.55 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat suhu curing 100oC ........... 64
Tabel 4.56 Regangan komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 100oC ......... 64
Tabel 4.57 Kekuatan tarik rata-rata komposit tanpa curing ........................... 64
Tabel 4.58 Regangan rata-rata komposit tanpa curing ................................... 64
Tabel 4.59 Modulus Elastisitas rata-rata komposit tanpa suhu curing ........... 65
Tabel 4.60 Modulus Elastisitas rata-rata komposit untuk suhu curing
80oC .............................................................................................. 65
Tabel 4.61 Modulus Elastisitas rata-rata komposit untuk suhu curing
100oC ............................................................................................ 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi komposit berdasarkan fase matrik ............ 7
Gambar 2.2 Bentuk-bentuk reinforcing agent (a) fiber (b) flake ... 11
Gambar 2.3 Serat sebagai penguat komposit ................................. 12
Gambar 2.4 Serat continuous roving .............................................. 14
Gambar 2.5 Serat woven roving ..................................................... 14
Gambar 2.6 Serat chopped stand mat ............................................. 15
Gambar 2.7 Partikel sebagai penguat komposit ............................. 17
Gambar 2.8 Flake sebagai penguat komposit ................................. 17
Gambar 2.9 Orientasi serat ............................................................. 21
Gambar 2.10 Diagram Hubungan Antara Kekuatan, Fraksi
Volume dan Susunan Serat ......................................... 21
Gambar 2.11 Interface dan interphase ............................................. 25
Gambar2.12 (a)Crack (b) interface ................................................. 25
Gambar 2.13 Kerusakan pada komposit akibat beban tarik
longitudinal ................................................................. 28
Gambar 2.14 Kerusakan pada komposit akibat beban tarik
transversal ................................................................... 29
Gambar 2.15 Grafik Glass temperature transition ........................... 32
Gambar 3.1 Skema Jalannya Penelitian ......................................... 35
Gambar 3.2 Alat-alat yang digunakan ............................................ 38
Gambar 3.3 Serat E-glass ............................................................... 39
Gambar 3.4 Resin epoksi ................................................................ 39
Gambar 3.5 Epoxy hardener ........................................................... 40
Gambar 3.6 Acetone ....................................................................... 41
Gambar 3.7 Standar uji ................................................................... 43
Gambar 4.1 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dari Setiap Lapisan
Komposit Tanpa Curing ............................................. 66
Gambar 4.2 Grafik Regangan Rata-rata dari Setiap Lapisan 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Komposit Tanpa Curing .............................................
Gambar 4.3 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dari Setiap Lapisan
Komposit dengan Suhu Curing 100oC ....................... 67
Gambar 4.4 Grafik Regangan Rata-rata dari setiap Lapisan
Komposit dengan Suhu Curing 80oC ......................... 67
Gambar 4.5 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dari Setiap Lapisan
Kompoit dengan Suhu Curing 100oC ......................... 68
Gambar 4.6 Grafik Regangan Rata-rata dari Setiap Lapisan
dengan suhu Curing 100oC ......................................... 68
Gambar 4.7 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rat dari Komposit Tanpa
Curing dan Komposit Suhu Curing 80oC dan
100oC .......................................................................... 69
Gambar 4.8 Grafik Regangan Rata-rata dari Komposit Tanpa
Curing dan Komposit Suhu Curing 80oC dan
100oC .......................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kincir angin adalah salah satu teknologi energi yang perkembanganny
amengalami peningkatan yang cukup pesat. Ketertarikan terhadap energi angin
semakin berkembang karena sebagian masyarakat semakin sadar tentang perlunya
pengembangan energi yang bersih dan berkelanjutan di masa depan. Sebagian
besar penduduk, sangat mendukung penggunaan sumber energi yang dapat
diperbarui.
Penggunaan angin sebagai sumber energi memiliki setidaknya dua
keuntungan. Dari segi ekonomi, sumber energi ini mampu mengurangi
penggunaan bahan bakar minyak, serta menciptakan lapangan pekerjaan baru
dibidang pembuatan dan pemeliharaan kincir angin, serta distribusinya. Dibidang
lingkungan hidup, energi angin sangat ideal karena tidak menghasilkan polusi,
tidak memerlukan bahan bakar, tidak menimbulkan efek rumah kaca, serta tidak
mengahasilkan zat berbahaya dan sampah radioaktif.
Angin merupakan sumber energi potensial di masa depan ketika bahan
bakar tradisional dari fosil semakin menipis, dan biaya penanggulangan polusi
terhadap lingkungan semakin besar. Sistem energi masa depan akan dipicu oleh
isu lingkungan, pembangunan ekonomi, pelaksanaan pembangunan dan
liberalisasi pasar. Sejalan dengan itu maka perlu dirancang suatu kincir angin
yang efisien dan ekonomis. Salah satu bagian penting kincir angin adalah blade
kincir angin. Bagian ini dapat dibuat dari berbagai bahan, salah satunya komposit.
Komposit didefinisikan sebagai penggabungan dua macam material atau
lebih dengan fase yang berbeda. Penggabungan di dalam komposit ini adalah
penggabungan antara bahan matriks atau pengikat dan reinforcement atau bahan
penguat. Dari dua bahan atau lebih yang digabungkan dalam satu bahan komposit
ini akan menghasilkan sifat-sifat dari bahan baru yang lebih baik dari atau tidak
dimiliki oleh bahan penyusunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sifat-sifat tersebut antara lain:
a. Kekuatan
b. Kekakuan
c. Ketahanan korosi
d. Berat
e. Konduktivitas panas atau listrik
Bahan komposit sangat luas dalam penggolongan maupun penggunaannya,
oleh karena itu untuk mempermudah penggunaannya jenis komposit dapat
dibedakan sesuai bentuk dari bahan penguat dan pengikat yang digunakan dalam
pembuatannya. Dalam berbagai aplikasi komposit juga terbukti efektif pada
penggunaannya sebagai bahan teknik. Keunggulan komposit dibandingkan
dengan bahan logam:
1. Dapat dirancang dengan kekuatan dan kekakuan tinggi, sehingga dapat
memberikan kekuatan dan kekakuan spesifik yang melebihi sifat logam.
2. Sifat fatigue dan toughness yang baik.
3. Dapat dirancang sedemikian rupa sehingga terhindar dari korosi.
4. Daya redam bunyi yang baik.
5. Bahan komposit dapat memberikan penampilan dan kehalusan permukaan
lebih baik.
6. Dapat dirancang dengan bobot yang ringan.
7. Dapat dirancang dengan keelastisan yang tinggi.
Selain mempunyai banyak keunggulan seperti yang telah disebutkan
diatas, komposit juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
1. Sifat-sifat bahan yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi yang lainnya,
tergantung pada arah pengukuran yang dilakukan.
2. Banyak bahan komposit (umumnya bahan polimer) tidak aman dari reaksi
dengan zat-zat kimia atau larutan tertentu.
3. Proses pembuatan (pembentukan) bahan komposit relatif susah, perlu
ketelitian dan lama.
4. Masih jarang pihak-pihak yang menjual bahan-bahan komposit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dalam perkembangan terknologi bahan, komposit berpenguat serat
merupakan suatu bahan yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari walaupun
tidak dapat dielakkan penggunaan komposit dengan berpenguat bukan serat
(partikel atau flake) juga sangat penting perannya. Pada komposit berpenguat serat
dapat kita jumpai berbagai jenis bahan serat yang digunakan sebagai
reinforcement agent. Namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu serat sintetik dan serat organik. Serat sintetik atau buatan dapat berupa serat
gelas, aramid, karbon, grafit, boron, kevlar, keramik, dan berbagai jute, sisal,
cotton, ataupun abaca. Untuk komposit yang berpenguat non serat seperti flakes
dan partikel bahan yang digunakan sebagai reinforcement agent dapat berupa
serbuk kayu, karbida wolfram, mika mineral, talk, serbuk logam.
Komposit serat merupakan perpaduan antara serat sebagai komponen
penguat dan matriks sebagai komponen penguat serat. Serat biasanya mempunyai
kekuatan dan kekakuan yang lebih besar daripada matriks dan pada umumnya
bersifat ortotropik. Pada saat serat dan matriks dipadukan untuk menghasilkan
komposit, kedua komponen tersebut tetap mempertahankan sifat-sifat yang
dimilikinya dan secara langsung akan berpengaruh terhadap sifat komposit yang
dihasilkan. Secara khusus dapat dikatakan bahwa harga kekuatan maupun
kekakuan komposit terletak diantara kekakuan dan kekuatan serat serta matriks
yang digunakan. Dalam artian bahwa kemampuan komposit terdapat antara
kemampuan serat dan matriks pengikatnya serta memiliki sifat-sifat dari bahan
yang menjadi penyusunnya.
1.2 Rumusan Masalah
Komposit merupakan material yang sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis
dari bahan yang menjadi penyusun. Agar mendapat sifat dan karakteristik yang
baik dari komposit, maka perlu memperhatikan beberapa faktor, salah satunya
adalah curing. Oleh karena itu masalah yang akan diteliti dalam tugas akhir ini
adalah bagaimana pengaruh variasi suhu curing terhadap komposit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian dalam tugas akhir ini mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mengetahui kekuatan tarik rata-rata dan regangan rata-rata terbaik
dari komposit yang tidak diberi perlakuan curing dan komposit yang diberi
perlakuan curing dengan variasi suhu 80oC & 100oC.
2. Untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dan regangan rata-rata terbesar dari
komposit berpenguat serat yang tidak diberi perlakuan curing dan yang
telah diberi perlakuan curing dengan variasi suhu 80oC & 100oC
3. Untuk mengetahui nilai dari modulus elastisitas pada komposit yang tidak
diberi perlakuan curing dan komposit yang diberi perlakuan curing dengan
variasi suhu 80oC & 100oC.
4. Untuk mengetahui karakteristik curing pada kekuatan tarik dan regangan
pada komposit.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah yang diambil dalam penelitian tugas akhir ini adalah:
a. Pengujian yang dilakukan pada komposit adalah uji tarik.
b. Bahan pengikat seratnya adalah komposit.
c. Pengeras yang digunakan adalah katalis.
d. Serat yang digunakan adalah serat gelas.
e. Lapisan komposit yang dibentuk dimulai dari 2 lapis sampai 5 lapis.
f. Cetakan yang dipakai adalah cetakan kaca berukuran 20 cm x 30 cm.
g. Proses curing menggunakan oven dengan variasi suhu 80oC & 100oC dengan
lama curing selama 3 jam.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tentang komposit ini adalah :
a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan pengetahuan tentang material,
terutama tentang komposit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi para pembuatdan para peneliti
kincir angin mengenai ketahanan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai
blade kincir angin.
c. Hasil penelitian bisa dikembangkan lebih lanjut bagi adik-adik kelas.
d. Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk menambah kasanah ilmu
pengetahuan yang dapat ditempatkan di perpustakaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Komposit
Komposit dalam pengertian bahan komposit berarti suatu bahan yang
terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur. Pada
umumnya bahan komposit terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) dan bahan
pengikat serat tersebut yang disebut matrik. Unsur utama bahan komposit adalah
serat. Serat inilah yang terutama menentukan karakteristik bahan komposit,
seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik yang lain. Seratlah yang
menahan sebagian besar gaya-gaya yang bekerja pada komposit sedang matrik
bertugas melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik. Karena
itu untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat dan getas, seperti: karbon, glass
dan boron. Sedang bahan matrik dipilih bahan yang lunak, seperti: plastik dan
logam-logam lunak.
Bahan material yang digabungkan atau dicampur, biasanya material-
material tersebut memiliki sifat yang lebih baik dari sifat asal pembentuknya,
tetapi pada bahan komposit yang menggabungkan dua atau lebih material yang
memiliki fase yang berbeda sifat asli dari bahan pembentuk masih terlihat nyata.
Pengelompokkan komposit dapat dilihat dari bahan penguat pada matrik
atau dapat juga dilihat dari bahan yang menjadi matrik pengikat. Untuk komposit
yang dilihat dari bahan penguat dibagi menjadi komposit dengan bahan penguat
serat atau penguat non serat. Komposit dengan penguat serat masih dibagi lagi
menjadi 2 bagian:
1. Komposit tradisional (komposit alam) yang biasa berupa serat kayu, jerami,
kapas, wol, sutera, serat enceng gondok, serat pisang, dll.
2. Komposit sintesis, yaitu komposit yang mempunyai bahan penguat serat yang
diproduksi dengan industri manufaktur, dimana komponen-komponennya
diproduksi secara terpisah, kemudian digabungkan dengan teknik tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
agar diperoleh struktur, sifat dan geometri yang diinginkan. Serat sintesis ini
dapat berupa serat gelas karbon, nilon dan polyester.
Sedangkan untuk penggolongan komposit berdasar fase matriknya dapat dilihat
pada Gambar 2.1 beserta penjelasannya:
Gambar 2.1. Klasifikasi Komposit Berdasarkan Fase Matrik
1. Metal Matrix Composite (MMC) adalah komposit dengan fase matriknya
berupa logam, komposit ini terbentuk dari campuran logam dan keramik
seperti karbida wolfram.
2. Ceramic Matrix Composite (CMC) adalah komposit dengan fase matriknya
berupa keramik, pada komposit jenis ini untuk reinforce agent digunakan
oksida aluminium, karbida silikon, dan serat dengan tujuan untuk
meningkatkan sifat tahan terhadap suhu tinggi.
3. Polymer Matrix Composite (PMC) adalah komposit dengan fase matrik
polimer, polimer yang digunakan biasa berupa resin thermosetting epoxy, dan
polyester dengan reinforce agent berupa fiber.
2.1.2 Bahan Penyusun Komposit
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa komposit merupakan
penggabungan dua macam material atau lebih dengan phase (fase) yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Digunakannya istilah phase dalam hal ini untuk menunjukkan bahan tersebut
adalah homogen, seperti logam atau keramik yang semua butiran-butirannya
mempunyai struktur kristal yang sama.
Penggabungan beberapa fase yang berbeda akan tercipta suatu bahan
dengan unjuk kerja (performance) yang dapat lebih baik dari fase-fase awal
sebagai penyusunnya. Efek ini dapat disebut dengan synergistic. Ada beberapa
bahan yang berfungsi sebagai bahan penyusun suatu komposit. Bahan-bahan
tersebut antara lain: phase pertama (matrik), phase kedua (reinforcing), katalis
dan bahan tambahan lain.
2.1.2.1 Phase Pertama (Matrik)
Matrik adalah suatu bahan utama dalam penyusunan komposit yang
berfungsi sebagai pengikat secara bersama-sama, selain itu matrik berfungsi
sebagai pelindung serat dari kerusakan eksternal, pelindung filamen terhadap
keausan, goresan dan zat kimia ganas, penerus gaya (principal load-carying
agent) dari satu serat ke serat lain, mengikat phase reinforcing (khusunya serat-
serat) dalam sebuah unit struktur, menjaganya pada jarak yang sama,
menyumbang beberapa sifat yang diperlukan seperti keuletan dan ketangguhan.
Jika dalam pembebanan aksial ada fiber yang putus (patah), maka beban dari sisi
fiber yang putus pertama kali akan diteruskan ke matrik selanjutnya baru ke fiber
yang lain.
Tidak terdapat reaksi kimia yang signifikan antara kedua bahan (matrik
dan serat) kecuali untuk menguatkan ikatan pada permukaannya. Juga tidak benar
bahwa reaksi antara kedua bahan dapat menimbulkan efek negatif terhadap
komposit. Matrik dan phase reinforcing (penguat) saling melengkapi sifatnya satu
sama lain.
Matrik bahan komposit dapat berupa logam, keramik dan polimer. Logam-
logam yang biasa digunakan sebagai bahan pengikat adalah Nikel dan Cobalt.
Keramik yang digunakan sebagai matrik antara lain: Alumina (Al2O3), Karbida
Boron (B4C), Nitride Boron (BN), Karbida Silikon (SiC), Nitride Silicone (Si3N4),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Karbida Titanium (TiC). Polimer yang digunakan sebagai matrik dapat berupa
plastik thermosetting (tidak dapat didaur ulang) dengan salah satu contohnya
adalah unsaturated polyester atau epoxy dan polimer thermoplastic (dapat didaur
ulang) dengan contohnya antara lain: nilon, polycarbonate, polystyrene, polyvinyl
chloride.
2.1.2.1.1 Polimer
Polimer merupakan nama lain dari plastik, yaitu molekul yang besar atau
makro molekul yang terdiri dari satuan yang berulang-ulang atau mer. Polimer
telah mengambil peran penting dalam teknologi. Hal ini dikarenakan polimer
memiliki sifat-sifat seperti ringan, mudah dibentuk. Polimer yang sering dipakai
adalah polimer yang sering disebut dengan plastik. Plastik dibagi dalam dua
kategori menurut sifat-sifatnya terhadap suhu, yaitu:
1. Thermosetting
Polimer kategori termoset ini adalah polimer yang dapat menerima suhu
tinggi dan tidak berubah karena panas, contohnya: poliamid, polidifenileter,
unsaturated polyester, melamines, silicon, epoksi.
2. Thermoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang tidak dapat menerima suhu tinggi
dan dapat dikatakan berubah karena panas, contohnya: polyehterimide,
polyphenylene, ethenic, polycarbonates, polystyere, polivinil klorida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tabel 2.1 Polymeric Matrix Materials For Fiberglass
Polymer Characteristic and Applications
Thermosetting
Epoxies
Polyester
Phenolic
Silicones
High strength (for filament-wound vessels)
For general structures (usually fabric-reinforced)
High-temperature applications
Electrical applications (printed-circuit panels)
Thermoplastic
Nylon
Polycarbonate
Polystyrene
Less common, especially good ductility
Dalam pembuatan komposit, resin yang banyak digunakan adalah dari
jenis polimer thermosetting yang terdiri dari:
a. Resin Poliester
Resin poliester adalah bahan matrik polimer yang paling luas penggunaanya
sebagai matrik pengikat, dari proses pengerjaan yang sederhana sampai hasil
produksi yang dikerjakan dengan proses cetakan mesin. Sebagai resin
thermosetting, poliester memiliki kekuatan mekanis yang cukup bagus,
ketahanan terhadap bahan kimia, selain itu harganya relatif cukup murah.
Resin jenis ini banyak digunakan dalam fiber reinforced plastic karena jika
diperkuat dengan serat gelas maka ketahanan panas akan lebih baik, tetapi
kurang kuat. Resin poliester dapat mengalami proses curing dalam suhu
kamar dan dapat dipercepat dengan menambahkan katalis. Bahan poliester
banyak dipergunakan untuk komposit berpenguat serat gelas, contohnya:
kapal, tangki penyimpan air dan perlengkapan bangunan.
b. Resin Epoksi
Resin ini harganya sedikit mahal, tetapi resin jenis ini memiliki keunggulan
dalam hal kekuatan yang tinggi dan penyusutan yang relatif kecil setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
proses curing. Resin ini banyak dipakai sebagai matrik pada komposit
polimer dengan penguatnya serat karbon atau Kevlar.
Tabel 2.2 Sifat Resin Poliester dan Epoksi
Sifat Poliester Epoksi
Kekuatan tarik (MPa) 40-90 55-130
Modulus elastis (Gpa) 2,0-4,4 2,8-4,2
Kekuatan impak (J/m) 10,6-21,2 5,3-53
Kerapatan (g/cm3) 1,10-1,46 1,2-1,3
2.1.2.2 Phase Kedua (Reinforcing Agent)
Phase penting kedua dalam penyusunan bahan komposit adalah phase
penguat (reinforcing agent), phase ini dapat berupa: fiber, partikel, dan flake,
berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai phase penguat.
Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Reinforcing Sgent (a) Fiber (b) Partikel (c) Flake
2.1.2.2.1 Serat (Fiber)
Serat atau fiber merupakan filamen dari bahan reinforcing. Penampangnya
dapat berbentuk bulat, segitiga atau heksagonal. Diameter dari serat bervariasi
tergantung dari bahannya. Jenis fiber ada yang alami (hewan, tumbuhan, dan
mineral) dan ada yang sintesis (buatan manusia dari bahan polimer atau keramik)
dan logam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2.3. Serat Sebagai Penguat Komposit
Tabel 2.3 Sifat-sifat Bahan Fiber
Fiber Diameter
(mm)
Tegangan Tarik
(MPa)
Modulus Elastis
(GPa)
Glass
E-Glass
S-Glass
0,01
0,01
3450
4480
73
86
Karbon
Boron
Kevlar 49
0,01
0,14
0,013
2750
3100
3450
240
393
130
Keramik
Al2O3
SiC
0,02
0,13
1900
3275
380
400
Logam
Baja
Wolfram
0,13
0,013
1000
4000
206
407
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Beberapa bahan serat yang digunakan adalah:
1. Serat Gelas
Bahan penguat yang paling sering digunakan adalah serat gelas. Serat gelas
memiliki kekuatan tarik yang tinggi, kekuatan terhadap bending, modulus
elastisitas tinggi, sifat isolator yang baik dan mempunyai sifat anti korosi.
Serat gelas dapat dibedakan dalam berbagai jenis antara lain:
a. Serat gelas A
Serat gelas yang digunakan pada awal material ini mempunyai
kandungan alkali yang tinggi. Material ini tak banyak dipakai dalam
proses produksi sebagai reinforcement agent.
b. Serat gelas E
Komposisi serat gelas E berupa kalsium, aluminium hidroksida,
borosilikat, pasir silika dan memiliki kandungan alkali rendah. Serat
gelas jenis ini mempunyai kekuatan tarik dan tekan serta geser yang baik
sehingga mempunyai sifat isolator atau penghantar listrik yang baik
tetapi merupakan material yang cukup getas.
c. Serat gelas D
Serat ini memiliki karakteristik dielektrik yang baik maka serat gelas
jenis ini sering dipakai dalam produksi pembuatan peralatan elektronik.
d. Serat gelas R & S
Serat jenis ini memiliki komposisi kimia yang berbeda, tetapi kedua serat
ini merupakan bahan penguat dengan kemampuan tinggi. Serat gelas R
dan S ini diaplikasikan sebagai reinforcement agent dalam pembuatan
pesawat terbang. Serat gelas yang mempunyai massa jenis yang hampir
sama dengan serat gelas E ini masing-masing diproduksi di Eropa untuk
serat gelas R dan di Amerika untuk serat gelas S.
Serat gelas diproduksi dalam berbagai bentuk penyusunan, karena
sangat berpengaruh untuk menyesuaikan dengan penggunaannya. Pemilihan
bentuk susunan serat secara tepat akan mempermudah pengguna untuk
memperoleh sifat-sifat dari komposit yang diinginkan. Macam-macam tipe
(bentuk) serat tersebut antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Continuous Roving
Adalah gabungan dari serat-serat paralel menjadi satu strand dengan
sedikit atau tanpa pengikat. Seratnya tersusun secara sejajar satu sama
lain dan memanjang. Serat bentuk ini biasa digunakan dalam proses
spray up, centrifugal casting, continuous laminating process. Jenis ini
mempunyai sifat mekanis yang baik. Orientasi serat kontinyu dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Serat Continuous Roving
b. Woven Roving
Adalah serat yang berbentuk lembaran yang dianyam dari beberapa
continuous roving. Terdapat berbagai macam ukuran lebar, tebal dan
berat, tergantung kebutuhan pemakaian. Bentuk serat jenis ini
mempunyai kekuatan yang tinggi dan dapat menurunkan biaya untuk
produk yang besar. Biasanya digunakan pada proses hand lay-up, untuk
pembuatan tangki, kapal dan body mobil. Orientasi serat woven roving
dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Serat Woven Roving
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
c. Chopped strand mat
Adalah reinforcing mat yang terbuat dari potongan strand dan digabung
secara acak dengan pengikat atau binder tertentu. Biasanya dipakai untuk
pembuatan produk dengan kekuatan sedang, untuk proses centrifugal
casting dan proses hand lay-up. Orientasi serat chopped strand mat
(acak) dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Serat Chopped Strand Mat
2. Karbon
Karbon dapat dibuat menjadi serat dengan modulus elastisitas yang tinggi.
Sifat-sifat dari serat karbon antara lain: kekakuan dan kekuatan yang tinggi,
ringan, kerapatan dan koefisien dilatasi rendah. Serat ini banyak digunakan
dibidang konstruksi dan pesawat terbang. Fiber-C merupakan kombinasi
antara grafit dengan karbon amorphus.
3. Kevlar 49
Kevlar 49 digunakan sebagai bahan serat untuk polimer. Kevlar 49 memiliki
beberapa sifat, antara lain: ringan, kekuatan dan kekuan tinggi, kerapatannya
rendah dan memberikan kekuatan spesifik terbesar untuk semua fiber yang
ada. Kevlar banyak digunakan pada industri aerospace, marine, dan otomotif.
4. Boron
Serat boron terbuat dari silika berlapis grafit atau filamen karbon. Serat ini
mempunyai modulus elastisitas yang sangat tinggi, harga yang mahal, dan
membutuhkan peralatan untuk menempatkan serat dalam matrik dengan
ketepatan (presisi) yang tinggi. Penggunaanya dibatasi pada komponen
peralatan industri pesawat terbang (aerospace).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
5. Keramik
Serat keramik dapat terbuat dari bahan yang berdasar oxide, carbide, dan
nitride. Serat ini diproduksi dalam bentuk kontinyu atau tidak kontinyu.
Perkembangan dari serat ini dimulai karena kebutuhan akan bahan komposit
yang dapat digunakan pada suhu tinggi terutama untuk kebutuhan industri
pesawat luar angkasa. Karbida Silikon (SiC) dan Oksida Aluminium (Al2O3)
merupakan serat utama yang sering dijumpai pada keramik. Kedua bahan ini
mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk
menguatkan logam-logam dengan kerapatan dan modulus elastisitas yang
rendah seperti aluminium dan magnesium.
6. Logam
Filamen baja (kontinyu atau tidak kontinyu) sering digunakan sebagai fiber
dalam plastik.
2.1.2.2.2 Partikel
Ukuran partikel yang digunakan bervariasi dari skala mikroskopis sampai
skala makroskopis. Distribusi partikel di dalam matrik komposit tersusun secara
random sehingga komposit yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat isotrop.
Mekanisme penguatan oleh partikel ini tergantung pada ukuran partikel itu
sendiri. Dalam skala mikroskopis, partikel yang digunakan berupa serbuk yang
sangat halus (kurang dari 1μm) yang terdistribusi dalam matrik dengan
konsentrasi maksimum 15%. Adanya serbuk akan menjadikan matrik mengeras
dan menghambat gerakan dislokasi yang timbul. Dalam keadaan ini, sebagian
besar beban luar yang diberikan bekerja pada matrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 2.7. Partikel Sebagai Penguat Komposit
2.1.2.2.3 Flake
Flake pada umumnya berupa partikel dua dimensi. Contohnya adalah mika
mineral (silika K dan Al) dan tale (Mg3Si4O10(OH)2), digunakan sebagai fase
reinforcing pada plastik. Bahan ini relatif murah dan ukurannya bervariasi dengan
panjang antara 0,001–1,0 mm dan tebal antara 0,001-0,005 mm.
Gambar 2.8. Flake Sebagai Penguat Komposit
2.1.3 Bahan-bahan Tambahan
Selain bahan-bahan di atas, masih terdapat beberapa bahan tambahan yang
lain. Penambahan bahan-bahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
komposit yang akan dihasilkan.
Bahan-bahan tambahan tersebut antara lain:
1. Katalis
Katalis adalah bahan pemicu (initiator) yang berfungsi untuk mempersingkat
proses curing pada temperatur ruang. Prosentase katalis dalam suatu bahan
komposit relatif kecil (sekitar 0,5-1 %). Komposisi katalis pada komposit
harus sangat diperhatikan. Komposit dengan kadar katalis yang terlalu sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
akan mengakibatkan proses curing yang terlalu lama, dan apabila kelebihan
katalis maka akan menimbulkan panas yang berlebihan saat proses curing
sehingga akan merusak produk komposit yang dibuat. Katalis yang digunakan
berasal dari organic peroxide seperti methyl ethyl ketone peroxide dan acetyl
acetone peroxide.
2. Akselerator
Akselerator adalah suatu bahan yang biasa digunakan dengan tujuan untuk
mempercepat proses curing. Akselerator yang bereaksi dengan katalis di
dalam resin polyester akan memberikan reaksi eksoterm antara suhu 80o –
120o. Akselerator yang biasa digunakan adalah cobalt, amine, dan vanadium.
Pada proses curing, perbandingan akselerator sekitar 1% volume resin,
sedangkan untuk katalis menggunakan perbandingan volume 0,5% dari
volume resin.
3. Pigmen atau pasta berwarna
Pigmen atau pasta pewarna hanya dipergunakan pada akhir proses dari
pembuatan FRP, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan
kemampuan FRP. Apabila pigmen dan pasta pewarna ini digunakan saat
produksi, maka harus dipilih bahan yang sesuai sehingga tidak mempengaruhi
proses curing. Pada pelapisan akhir (gel coating), perbandingan pigmen atau
pasta pewarna adalah 10 - 15% dari berat resin. Beberapa pilihan warna dari
pigmen antara lain: zinc yellow, chrome orange, dan red iron oxide.
4. Release agent
Release agent atau zat pelapis yang berfungsi untuk mencegah lengketnya
produk pada cetakan saat proses pembuatan. Pelapisan dilakukan sebelum
proses pembuatan dilakukan. Release agent yang biasa digunakan antara lain:
waxes (semir), mirror glass, polyvynil alcohol, film forming, dan oli.
5. Filer
Penggunaan bahan ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya dalam produksi.
Selain itu filer juga dipergunakan untuk meningkatkan viskositas resin.
Penggunaan filer sebagai bahan campuran tidak boleh memiliki 30% dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
perbandingan terhadap berat resin. Alumina, calcium carbonate, serbuk silika
adalah filer yang sering digunakan sebagai penyusun komposit FRP.
Selain bahan-bahan tesebut diatas, masih ada bahan tambahan lain yang dapat
memberi tampilan lebih pada produk FRP. Adiktif sebagai penambah kemampuan
elektrik adalah melamine synaturate dan masih banyak bahan tambahan lain yang
dapat diaplikasikan pada komposit FRP dengan tujuan meningkatkan mutu dan
kualitas produk.
2.1.4 Komposit Matrik Polimer (Fiber Reinforced Polymer)
Saat ini, bahan komposit yang sering dimanfaatkan adalah Fiber
Reinforced Polymer (FRP), dengan serat yang digunakan dapat berupa serat glass,
serat karbon dan Kevlar 49, sedangkan matrik yang digunakan dapat berupa resin
polyester dan resin epoksi. Komposit jenis ini mempunyai kandungan serat yang
cukup besar (lebih dari 50% volume). Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh
FRP adalah :
1. Kerapatan yang rendah
2. Memiliki tegangan fatik yang baik
3. Ketahanan terhadap korosi yang baik
4. Tegangan spesifik tinggi
5. Modulus spesifik tinggi
6. Mempunyai stabilitas ukuran yang baik, karena koefisien dilatasi rendah
Saat ini bahan berpenguat serat telah mengalami banyak inovasi,
peningkatan mutu, ringan dan relatif murah, serta penggunaanya semakin meluas.
Dengan keuntungan yang didapat dari bahan tersebut, maka pengguna terbesar
FRP adalah indrustri aerospace, industri pesawat terbang, industri otomotif dan
industri alat-alat olahraga.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan FRP
Fiber Reinforced Polymer atau FRP adalah suatu bahan komposit yang
diperkuat oleh serat yang diikat dalam matrik. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi kekuatan FRP adalah orientasi serat, panjang, bentuk, komposisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
serat, dan sifat mekanik dari matrik serta ikatan yang ada dalam komposit
tersebut.
2.1.5.1 Orientasi Serat
Dalam komposit, orientasi serat sangat mempengaruhi dan dapat
menentukan kekuatan suatu bahan komposit. Secara umum penyusunan dari arah
serat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Unidirectional, yaitu serat disusun paralel satu sama yang lainnya. Disini
kekuatan tarik terbesar terdapat pada bahan yang sejajar dengan arah
serat. Sedangkan kekuatan yang terkecil pada bahan yang tegak lurus
arah serat.
b. Pseudoisotropic, yaitu serat disusun secara acak dan kekuatan tarik pada
satu titik pengujian mempunyai nilai kekuatan yang sama.
c. Bidirectional, yaitu serat disusun tegak lurus satu sama lainnya
(orthogonal) contohnya pada woven roving. Pada susunan ini kekuatan
tertinggi terdapat pada arah serat 0o dan 90o dan kekuatan terendah
terdapat pada arah serat 45o.
Sifat mekanik dari pemasangan satu arah ini adalah jenis yang paling
proporsional, karena pada pemasangan satu arah serat ini dapat memberi
kontribusi pemakaian serat paling banyak. Hal tersebut disebabkan karena
pemasangan serat yang semakin acak maka konstribusi serat yang dipasang akan
semakin sedikit (fraksi volume kecil) sehingga menyebabkan kekuatan komposit
semakin menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 2.9. Orientasi Serat
Jumlah serat bahan komposit serat dapat dinyatakan dalam bentuk fraksi
volume serat (Vf) yaitu perbandingan volume serat (Vf) terhadap volume bahan
komposit (Vc). Semakin besar kandungan volume serat dalam komposit maka
akan meningkatkan kekuatan dari komposit tersebut.
Gambar 2.10. Diagram Hubungan Antara Kekuatan, Fraksi Volume dan Susunan
Serat
2.1.5.2 Jenis Serat
Berdasarkan ukuran panjang, serat dibagi menjadi serat kontinyu
(continuous) dan tidak kontinyu (discontinuous). Ukuran panjang serat sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berpengaruh terhadap kemampuan bahan komposit dalam menahan gaya dari luar.
Semakin panjang ukuran serat, semakin efisien menahan gaya dalam arah serat,
selain itu secara teori serat panjang akan lebih efektif dalam hal transmisi beban
dibandingkan serat pendek. Namun hal tersebut sulit dibuktikan dalam praktek,
mengingat faktor manufaktur yang tidak memungkinkan untuk menghasilkan
kekuatan optimum pada seluruh panjang serat, karena pada serat yang panjang
terjadi ketidakmerataan pada penerimaan beban antara serat.
Sebagian serat mengalami ketegangan sedangkan yang lain dalam posisi
bebas dari tegangan, sehingga jika komposit tersebut dibebani sampai kekuatan
patahnya, sebagian serat akan patah terlebih dahulu dibanding yang lainnya. Serat
yang panjang juga menghilangkan kemungkinan terjadinya retak sepanjang batas
pertemuan antara serat dan matrik. Oleh sebab itu bahan komposit serat kontinyu
sangat kuat dan liat jika dibandingkan dengan komposit serat tidak kontinyu.
Tetapi adakalanya komposit yang diperkuat dengan serat pendek akan
menghasilkan kekuatan yang lebih besar daripada yang diperkuat dengan serat
panjang, yaitu dengan cara pemasangan orientasi pada arah optimum yang dapat
ditahan serat.
2.1.5.3 Komposisi dan Bentuk Serat
Berdasarkan bentuk, secara umum serat penguat mempunyai bentuk
penampang lingkaran, segitiga, heksagonal atau bentuk yang lain, misalnya bujur
sangkar. Diameter suatu serat tergantung pada bahannya, dan bervariasi. Kekuatan
serat juga dapat dilihat dari diameter serat itu sendiri. Diameter serat yang
semakin kecil maka pertambahan kekuatan semakin cepat, namun sebaliknya
pertambahan diameter akan mengakibatkan kekuatan semakin berkurang.
Perbandingan antara panjang dan diameter serat harus cukup besar, hal ini agar
tegangan geser yang terjadi pada permukaan antar serat dan matrik kecil.
Berdasarkan komposisinya, serat yang digunakan sebagai bahan penguat
komposit dibedakan menjadi:
1. Serat organik, yaitu serat yang berasal dari bahan organik, misalnya selulosa,
polipropilena, grafit, serat jerami, serat pisang, serat kapas, dll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Serat anorganik, yaitu serat yang dibuat dari bahan-bahan anorganik,
misalnya glass dan keramik. Adapun serat yang mempunyai kekuatan tinggi
dan tahan panas (hybrid fiber).
2.1.5.4 Faktor Matrik
Sebagai bahan pengikat dalam pembuatan komposit, matrik dibedakan
menjadi bermacam-macam jenis. Dari berbagai macam jenis yang ada, matrik
tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu:
1. Sebagai transfer beban, yaitu dengan mendistribusikan beban ke serat yang
memiliki modulus kekuatan yang lebih tinggi.
2. Sebagai pengikat fase serat pada posisinya. Pada proses pembuatan komposit,
matrik harus mempunyai sifat adhesi yang baik untuk menghasilkan struktur
komposit yang baik. Jika sifat adhesinya kurang baik, maka transfer beban
tidak sempurna dan menyebabkan kegagalan berupa lepasnya ikatan antara
matrik dengan serat (debounding failure).
3. Melindungi permukaan serat, permukaan serat cenderung mengalami abrasi
yang diakbatkan oleh perlakuan secara mekanik, misalnya gesekan antar serat
2.1.5.5 Fase Ikatan
Kemampuan ikatan antara serat dan matrik dapat ditingkatkan dengan
memberikan aplikasi permukaan yang disebut coupling agent. Tujuannya adalah
meningkatkan sifat adhesi antara serat dan matrik. Coupling agent diperlakukan
pada serat sebagai perlakuan secara kimiawi dalam bentuk sizing (perlakuan
permukaan ketika serat pada proses pembentukan) dan finishing (perlakuan yang
diterapkan setelah serat dalam bentuk benang). Proses ini juga dapat melindungi
dan mencegah terjadinya kerusakan akibat gesekan antar serat sebelum dibuat
menjadi struktur komposit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.1.5.6 Suhu Curing
Pengaruh suhu pada polimer pada proses curing sangat besar. Apabila
semakin tinggi suhu pada komposit maka akan mempengaruhi pada kekuatan
tariknya yang akan meningkat pula. Tetapi pada regangan akan mengalami
penurunan. Suhu curing pada polimer perlu dilakukan untuk meningkatkan
kekuatan pada komposit. Kekuatan pada komposit dapat meningkat karena reaksi
yang terjadi pada komposit akan lebih sempurna. Suhu curing maksimum dapat
terjadi tergantung pada jenis polimer yang digunakan.
2.1.6 Mekanika Komposit
Sifat mekanik bahan komposit berbeda dengan sifat bahan teknik
konvensional lainnya. Tidak seperti bahan teknik lainnya yang pada umumnya
memiliki sifat homogen dan isotropik. Komposit memiliki sifat yang heterogen
dan anisotropik, sifat heterogen komposit terjadi karena komposit tersusun atas
dua atau lebih bahan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang berbeda
sedangkan sifat anisotropik yaitu sifat bahan antara satu lokasi dengan lokasi
lainnya mempunyai sifat yang berbeda tergantung pada pengukuran yang
dilakukan. Sifat- sifat komposit ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
a. Phase matrik dan phase reinforcing sebagai penyusun komposit.
b. Bentuk geometri dari penyusun komposit.
c. Interaksi antar phase penyusun komposit.
Mekanika komposit dapat dianalisa dari dua sudut pandang, yaitu dengan
analisa mikromekanik bahan komposit dengan memperlihatkan sifat-sifat
mekanik bahan penyusunnya, hubungan antara komponen penyusun tersebut dan
sifat-sifat akhir dari komposit yang dihasilkan. Sedangkan analisa makromekanik
memperlihatkan sifat-sifat bahan komposit secara umum tanpa memperhatikan
sifat maupun hubungan antara komponen penyusunnya (Robert. J. M., 1975: 11).
Jika komposit lamina diambil sebagai komponen dasar analisa bahan komposit,
analisa makromekanik dari lamina dapat diambil dari tegangan rata-rata, maupun
sifat mekanik rata-rata dari bahan homogen yang ekuivalen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.1.7 Kaidah Pencampuran Komposit (Rules of Mixture)
Dalam pemilihan bahan komposit, haruslah dipilih kombinasi yang
optimum dari sifat masing-masing bahan penyusunnya. Pencampuran dengan
kombinasi yang optimum akan menghasilkan komposit dengan unjuk kerja yang
baik pula. Sifat-sifat komposit ditentukan oleh phase matrik dan phase reinforcing
sebagai bahan penyusunnya, bentuk geometri bahan penyusunnya serta interaksi
antar phase penyusun komposit. Rongga udara (void), tidak merekatnya phase
reinforcing pada phase matrik (interface), rusak atau retaknya serat (crack) dan
adanya rongga antara phase reinforcing dan phase matrik (interphase) harus
dihindari.
Gambar 2.11. Interface dan Interphase
Gambar 2.12. (a) Crack (b) Interface
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Bahan komposit dibuat untuk memperbaiki sifat-sifat dari bahan
penyusunnya. Komposit meningkatkan kekuatan tarik matrik dan mengurangi
regangan matrik. Komposit juga menurunkan kekuatan tarik serat dan
meningkatkan regangan serat. Serat yang bersifat getas tetapi memiliki kekuatan
tarik yang tinggi dipadukan dengan matrik yang memiliki kekuatan tarik rendah
dan regangan yang besar. Perpaduan tersebut menciptakan suatu bahan yang
memiliki sifat-sifat yang lebih baik.
Perbaikan sifat-sifat inilah yang membuat komposit banyak digunakan
sebagai bahan yang digunakan dalam bidang teknik dan industri. Perpaduan
bahan-bahan terus dilakukan untuk mendapatkan bahan baru yang mempunyai
sifat-sifat lebih baik dari bahan-bahan yang sudah ada.
Dibawah ini adalah perhitungan tentang bahan komposit:
a. Massa Komposit (mc)
𝑚𝑐 = 𝑚𝑚 + 𝑚𝑟 (2.1)
Dengan: mm = massa matrik
mr = massa reinforcing
b. Volume komposit (Vc)
𝑉𝑐 = 𝑉𝑚 + 𝑉𝑟 + 𝑉𝑣 (2.2)
Dengan: Vm = volume matrik
Vr = volume reinforcing
Vv = volume voids (rongga, cacat)
c. Kerapatan komposit (ρc)
𝜌𝑐 =𝑚𝑐
𝑉𝑐=
𝑚𝑚 + 𝑚𝑟
𝑉𝑐=
(𝜌𝑚 × 𝑉𝑚) + (𝜌𝑟 × 𝑉𝑟)
𝑉𝑐
(2.3)
Dengan: ρm = kerapatan matrik
ρr = kerapatan reinforcing
atau:
𝜌𝑐 = (𝑓𝑚 × 𝜌𝑚) + (𝑓𝑟 × 𝜌𝑟) (2.4)
Dengan: 𝑓𝑚 = 𝑉𝑚
𝑉𝑐dan 𝑓𝑟 =
𝑉𝑟
𝑉𝑐 (2.5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.1.8 Rumus Perhitungan Tegangan dan Regangan
Pada pengujian tarik yang dilakukan, hasilnya berupa print-out grafik
hubungan beban dan pertambahan panjang. Untuk menghitung besarnya kekuatan
tarik dari pengujian tersebut, maka rumus yang digunakan adalah rumus tegangan,
yaitu:
𝜎 =𝑃
𝐴 (2.6)
Dimana: σ = kekuatan tarik (kg/mm2)
P = beban (kg)
A = luas penampang (mm2)
= lebar x tebal
Hasil dari pengujian tarik juga dapat digunakan untuk mencari regangan
dari benda uji, yaitu dengan menggunakan rumus:
𝜀 =∆𝐿
𝐿𝑜× 100% (2.7)
Dimana: ε = regangan (%)
ΔL = pertambahan panjang (mm)
Lo = panjang mula-mula (mm)
2.1.9 Kerusakan Pada Komposit
Pada umumnya ada tiga macam pembebanan yang menyebabkan rusaknya
suatu bahan komposit, yaitu pembebanan tarik tekan baik dalam arah longitudinal
maupun transversal, serta geser.
2.1.9.1 Kerusakan Akibat Beban Tarik Longitudinal
Pada bahan komposit yang akan diberi beban tarik searah serat, keruskan
bermula dari serat-serat yang patah pada penampang terlemah. Semakin besar
beban, akan semakin banyak pula serat yang patah. Pada kebanyakan kasus, serat
tidak patah sekaligus secara bersamaan. Apabila serat yang patah semakin banyak,
maka akan terjadi beberapa kemungkinan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
a. Bila serat mampu menahan gaya geser dan meneruskan ke serat sekitar, maka
serat yang patah akan semakin banyak. Hal ini akan menimbulkan yang
disebut retakan. Patahan yang terjadi disebut patah getas (brittle failure).
b. Bila matrik tidak mampu menahan konsentrasi tegangan geser yang timbul di
ujung, serat dapat terlepas dari matrik (debounding) dan komposit akan rusak
tegak lurus arah serat.
c. Kombinasi dari kedua tipe diatas, pada kasus ini terjadi di sembarang tempat
disertai dengan kerusakan matrik. Kerusakan yang terjadi berupa patahan
seperti sikat (brush type).
Gambar 2.13. Kerusakan pada komposit akibat beban tarik longitudinal
2.1.9.2 Kerusakan Akibat Beban Tarik Transversal
Serat pada komposit yang mengalami pembebanan tegak lurus arah serat
(transversal), akan mengalami konsentrasi tegangan pada interface antar serat dan
matrik itu sendiri. Oleh karena itu, bahan komposit yang mengalami beban
transversal akan mengalami kerusakan pada interface. Kerusakan transversal ini
juga dapat terjadi pada komposit dengan jenis serat acak dan lemah dalam arah
transversal. dengan demikian, kerusakan akibat beban tarik transversal terjadi
karena:
a. Kegagalan tarik matrik
b. Debounding pada interface antara serat dan matrik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 2.14. Kerusakan Pada Komposit Akibat Beban Tarik Transversal
2.1.9.3 Kerusakan Internal Mikroskopik
Definisi kerusakan suatu bahan disesuaikan dengan kebutuhan.
Beberapa struktur dapat dianggap rusak apabila terjadi kerusakan total. Namun
untuk struktur tertentu, deformasi yang sangat kecil sudah dapat dianggap sebagai
kerusakan.
Hal ini sangat dapat terjadi pada komposit. Pada bahan ini, kerusakan
internal mikroskopik dapat jauh terjadi sebelum kerusakan yang sebernarnya
terjadi. Kerusakan mikroskopik yang terjadi pada komposit dapat berupa:
a. Patah pada serat (fiber breaking)
b. Retak mikro pada matrik (matrix micro crack)
c. Terkelupasnya serat dari matrik (debounding)
d. Terlepasnya lamina satu dengan yang lainnya (delamination)
Untuk melihat kerusakan ini maka harus menggunakan mikroskop, dan
foto mikro akan menunjukkan jenis-jenis kerusakannya. Karena kerusakan ini
tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung, maka akan sulit menentukan kapan
dan dimana suatu komposit akan rusak. Oleh karena itu, suatu komposit dikatakan
mengalami kerusakan apabila kurva tegangan-regangan (didapat dari pengujian
tarik) tidak lagi linear, atau ketika bahan tersebut telah rusak total. Hal ini berlaku
baik pada komposit satu lapis (lamina) maupun laminat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.1.10 Proses Curing
Proses curing adalah proses pengeringan bahan-bahan penyusun komposit
yang sedang dibuat. Kecepatan dari proses curing ini berbeda-beda tergantung
dari katalis dan temperatur lingkungan sekitar dicetaknya bahan komposit
tersebut. Diharapkan pada proses curing tersebut dapat mengurangi rongga yang
ada di dalam komposit dan merata pada seluruh bagian dari bahan komposit
sehingga komposit yang dihasilkan berkualitas baik. Terdapat beberapa macam
proses curing, antara lain: oven, minyak panas, lampu, uap panas, autoclave,
microwave, dan beberapa proses curing yang lain.
2.1.10.1 Oven
Oven dengan gas dan oven dengan listrik bersikulasi udara adalah model
umum yang umum digunakan. Model ini tergolong mahal dan dapat digunakan
dalam skala besar. Beberapa tekanan sering ditambahkan dalam proses ini dengan
shrink tape atau dengan sebuah kantong vakum. Energi yang digunakan jelas
lebih besar dibanding proses curing yang lain. Hal ini disebabkan karena energi
dipakai untuk memanaskan seluruh ruang termasuk udara, cashing, penyangga
oven bahkan lantai juga ikut terkena panas.
2.1.10.2 Minyak Panas
Metode dengan minyak panas ini sering dipakai pada komposit atau matrik
dengan waktu sangat cepat, biasanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit.
Minyak panas digunakan untuk mendapatkan pemanasan yang sangat cepat pada
lapisan dan mengurangi kebutuhan akan proses curing dengan metode oven. Suhu
curing pada metode ini berkisar antara 150-240°C.
2.1.10.3 Lampu
Pada metode ini, panas lampu digunakan pada komposit yang
permukaannya dapat memantulkan cahaya. Panas yang dicapai sekitar 171oC.
selain mudah dipergunakan, penanganan yang tepat juga diperlukan agar proses
curing bisa merata pada seluruh bahan komposit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Metode lain dari proses ini adalah pulsed xenon lamp yang digunakan pada
komposit dengan katalis yang peka cahaya. Dapat juga digunakan lampu infra
merah, meskipun metode ini jarang digunakan.
2.1.10.4 Uap Panas (Steam)
Metode curing ini menggunakan uap panas sebagai penyedia panas. Dalam
proses ini digunakan beberapa saluran pipa untuk sirkulasi air dan uap. Pada
ujung mandrel (alat penggulung serat) terdapat alat pengatur jalan uap dan air.
Setelah katup dibuka, uap panas mengalir dan disirkulasikan melalui mandrel
berongga (hollow mandrel) untuk melakukan curing. Setelah proses curing
selesai, air dingin dialirkan untuk mendinginkan mandrel.
2.1.10.5 Autoclave
Untuk mendapatkan komposit berkualitas baik yang akan digunakan pada
pesawat luar angkasa maka perlu memakai proses curing autoclave, dengan
bantuan ruang hampa udara (vacuum). Meskipun tidak digunakan untuk produksi
massal, metode ini mampu menghasilkan tekanan 1,4-2,1 Mpa dan temperatur
sekitar 371oC. Kelemahan dari proses ini adalah lamanya proses curing dan tidak
cocok untuk produksi misal dan jarang digunakan.
2.1.10.6 Microwave
Penggunaan metode ini dapat memberikan keuntungan yang signifikan
pada komposit terutama pada serat glass dan serat aramid (Kevlar). Panas dari
microwave diserap dengan cepat dan baik oleh matrik/resin maupun seratnya.
Energi yang digunakan dalam proses ini tidak sedikit dan membutuhkan biaya
yang cukup besar. Proses curing dengan microwave ini tidak dapat digunakan
untuk bahan yang bersifat konduktif, seperti serat karbon.
2.1.10.7 Proses Curing Yang Lain
Proses curing yang lain biasanya menggunakan electron beam, laser, radio
frequency (FR) energy, ultrasonic, dan induction curing. Proses-proses ini
mempunyai tingkat keefektifan dan keberhasilan yang berbeda-beda dalam
pelaksanaan proses curing untuk komposit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2.1.11 Glass Temperature Transition
Glass temperature transition adalah salah satu sifat penting dari epoksi
dan merupakan daerah dimana suhu transisi polimer dari bahan glass yang keras
ke bahan yang elastis. Karena epoksi adalah material thermosetting dan bahan
kimia yang memiliki crossed-link pada proses curing, maka pada akhir proses
curing, epoksi tidak meleleh atau reflow ketika dipanaskan (tidak seperti
termoplastik), tetapi mengalami sedikit perubahan fasa (melunak) pada temperatur
tinggi.
Gambar 2.15 Grafik Glass Temperature Transition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.2 Tinjauan Pustaka
Dionisius (2005) telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Suhu Dan Lama Curing Terhadap Sifat Mekanis dan Fisis Komposit Matrik
Polimer Dengan Penguat Serat E-glass Woven dan Matrik Justus 108” yang
bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan dari serat E-glass dan
matrik Justus 108, melihat perubahan yang terjadi akibat variasi suhu dan lama
curing terhadap sifat mekanis dan fisis komposit berpenguat serat. Pengujian pada
penelitian ini meliputi pengujian tarik dan struktur mikro. Kesimpulan yang
didapat dari penelitian tersebut adalah kekuatan tarik maksimal sebesar 24,2
kg/mm2 dihasilkan pada suhu 105oC dengan lama waktu pemanasan 30 menit,
kekuatan tarik terkecil sebesar 21,63 kg/mm2 dihasilkan pada suhu 90oC dengan
lama waktu pemanasan 30 menit, regangan tertingi sebesar 2,8% dihasilkan pada
suhu 55oC dengan lama waktu pemanasan 60 menit, regangan terendah sebesar
2,5% dihasilkan pada suhu 65oC dan 105oC dengan lama waktu pemanasan 60
menit.
Sementara itu, Budhiaji (2005) telah melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Suhu Curing Terhadap Sifat Mekanis dan Fisis Komposit Polimer
(20% E-glass 79,7% Resin Eternal 2504; 0,3% Katalis)” yang bertujuan untuk
mengetahui kekuatan tarik dan regangan dari matrik pengikat yang berupa resin
eternal 2504 dan serat penguat E-glass serta untuk mengetahui kekuatan tarik
serta regangan dan struktur mikro dari komposit dengan variasi suhu curing.
Penelitian ini melalui proses curing yang terbatas pada suhu dan waktu curing,
komposisi persentase volume pada benda uji komposit yaitu 20% serat E-glass,
79,7% resin eternal 2504, 0,3% katalis mepox. Kesimpulan yang diambil secara
keseluruhan dari hasil penelitian tersebut adalah kekuatan tarik komposit untuk
lama curing 3 jam menghasilkan kekuatan tarik tertinggi pada suhu 120oC sebesar
150 MPa, kekuatan tarik komposit untuk lama curing 4 jam menghasilkan
kekuatan tarik tertinggi pada suhu 90oC sebesar 161 MPa, regangan tertinggi
untuk lama curing 3 jam didapatkan pada suhu 65oC sebesar 4,4%, regangan
tertinggi untuk lama curing 4 jam didapatkan pada suhu 105oC sebesar 4,5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Wijaya (2006) telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Suhu Curing Terhadap Sifat Mekanis dan Fisis Komposit Polimer (E-glass dan
Arindo 3210)” yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan dari
matrik pengikat dan serat, serta untuk mengetahui dan membandingkan kekuatan
tarik dan regangan serta struktur mikro dari bahan komposit dengan variasi suhu
curing dan lama curing. Bahan yang digunakan serat E-glass dengan jenis
anyaman (woving yard), resin arindo 3210 dan katalis mepox dengan
menggunakan standar uji untuk komposit berdasarkan ASTM dan metode
pembuatan komposit menggunakan metode hand lay-up. Kesimpulan yang
diambil secara keseluruhan dari hasil penelitian tersebut adalah kekuatan tarik
komposit untuk lama curing 60 menit menghasilkan kekuatan tarik tertinggi pada
suhu 65oC sebesar 12 kg/mm2, kekuatan tarik komposit untuk lama curing 30
menit pada suhu 90oC menghasilkan kekuatan tarik sebesar 10,170 kg/mm2,
regangan tertinggi untuk lama curing 60 menit didapatkan pada suhu 105oC
sebesar 4,96%, regangan tertinggi untuk lama curing 30 menit didapatkan pada
suhu 120oC sebesar 4,36%, dan peningkatan pada suhu curing dapat
meningkatkan kekuatan tarik dan regangan pada komposit sampai pada batas suhu
tertentu.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari ketiga penelitian
diatas adalah jika kenaikan suhu untuk curing tidak terlalu besar dan waktu
pemanasan yang tidak terlalu lama, maka tidak begitu berpengaruh pada kekuatan
komposit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Skema Penelitian
Gambar 3.1 Skema Jalannya Penelitian
Pembelian Bahan
Resin Epoksi Serat E-Glass Katalis
Pembuatan Benda Uji:
1. Resin
2. Komposit dengan variasi
lapisan 2-5 lapis
Curing
Pengujian:
1. Uji Tarik
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
Kajian Pustaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.2. Persiapan Penelitian
Sebelum memulai pengujian, alat dan bahan untuk membuat benda uji
perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Proses persiapan ini dimulai membeli alat dan
bahan yang diperlukan selama proses pembuatan sampai finishing, lalu mengukur
seberapa banyak bahan yang akan dipakai untuk pembuatan benda uji dan terakhir
pembuatan benda uji sampai pada proses curing.
3.2.1. Alat-alat Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan untuk membuat komposit berpenguat serat ini
ditampilkan pada Gambar 3.2.
a. Timbangan digital b. Cetakan kaca 30 x 20 x 0,5 cm
c. Stik es krim d. Gerinda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
e. Suntikan f. Spatula
g. Kikir dan Tanggem h. Sarung tangan karet
i. Gelas ukur 1000 cc j. Botol aqua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
k. Penggaris dan Jangka sorong
l. Oven m. Termokopel
n. Mesin uji tarik o. Mesin Milling
Gambar 3.2 Alat-alat yang Digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.2.2. Bahan-bahan Komposit Berpenguat Serat
Bahan-bahan yang dipakai dalam proses pembuatan benda uji komposit
berpenguat serat adalah:
1. Serat E-glass
Serat yang dipakai dalam pembuatan benda uji komposit adalah serat E-glass.
Gambar 3.3 Serat E-glass
2. Resin Epoksi
Resin yang dipakai adalah resin epoksi.
Gambar 3.4 Resin epoksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Katalis
Dipakai sebagai media untuk mempercepat proses pengerasan dalam
pembuatan komposit.
Gambar 3.5 Epoxy hardener
4. Acetone
Dipakai untuk membersihkan alat-alat dari resin yang belum mengalami
proses pengeringan. Penggunaan acetone ini hanya dapat berfungsi sebelum
resin menjadi keras dan kering. Bahan acetone ini mempunyai sifat
mengencerkan resin, oleh karena itu pemakaian bahan ini akan
mengakibatkan pengaruh terhadap proses curing dan sifat dari bahan yang
dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 3.6 Acetone
3.3. Perhitungan Komposisi Komposit
Komposisi dari komposit yang dibuat adalah 30% serat E-glass, 69,7%
resin epoksi dan 0,3% katalis. Perhitungan komposisi komposit dihitung
berdasarkan perhitungan volume total cetakan. Di bawah ini adalah perhitungan
yang dilakukan:
a. Menghitung volume cetakan:
Dengan asumsi:
Volume cetakan = volume komposit total
Vcet = Vkomp
Maka, volume komposit:
𝑉𝑘𝑜𝑚𝑝 = 20 𝑐𝑚 × 30 𝑐𝑚 × 0,5 𝑐𝑚
= 300 cm3
b. Menghitung volume serat:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑉𝑠) = 30% × 𝑉𝑘𝑜𝑚𝑝
= 30
100× 300 cm3
= 90 cm3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c. Massa serat berdasarkan volume serat:
𝜌 =𝑚
𝑉 ; dengan massa jenis serat (ρ) = 2,54 gr/cm3
Maka, massa serat (ms):
𝑚𝑠 = 𝜌 × 𝑉𝑠
= 2,54gr
cm3× 90 cm3
= 228,6 gr
d. Menghitung volume matrik:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘 (𝑉𝑚) = 69,7% × 𝑉𝑘𝑜𝑚𝑝
= 69,7
100× 300 cm3
= 209,1 cm3
= 209,1 ml
e. Menghitung volume katalis:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠 (𝑉𝑘) = 0,3% × 𝑉𝑘𝑜𝑚𝑝
= 0,3
100× 300 cm3
= 0,9 cm3
= 0,9 ml
3.4. Proses Pembuatan Komposit Berpenguat Serat
Proses yang digunakan dalam pembuatan benda uji komposit adalah
proses hand lay-up dengan menggunakan standar ASTM D3039. Berikut adalah
langkah-langkah pembuatan benda uji komposit :
1. Serat yang sudah disiapkan lalu dipotong berukuran 30 cm x 20 cm sebanyak
14 lapis.
2. Cetakan dibersihkan, lalu diberikan hand body agar hasil benda uji tidak
merekat pada cetakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3. Sekitar 209,1 ml resin (69,7%) dan 0,9 ml katalis (0,3%) dicampurkan
kedalam gelas ukur kemudian diaduk sampai rata.
4. Campuran resin dan katalis dituang ke dalam cetakan. Penuangan tersebut
dibagi dalam beberapa tahap tergantung lapisan yang akan dibuat.
5. Serat lapisan pertama diletakkan di atas campuran resin dan katalis yang
sudah dituang.
6. Serat lalu ditekan-tekan menggunakan spatula agar campuran resin dan
katalis masuk melalui sela-sela serat dan udara yang tersimpan di dalam
diantara serat dan resin dapat keluar.
7. Kemudian langkah 4 sampai 6 diulang sampai campuran resin dan katalis
serta serat habis.
8. Komposit ditunggu sampai benar-benar kering.
9. Setelah komposit kering, lalu komposit diangkat dari cetakan.
10. Komposit diukur, dipotong, dan dibentuk sesuai standar yang sudah
ditentukan.
11. Komposit siap dicuring.
3.5. Standar Uji dan Ukuran Benda Uji
Ukuran benda uji komposit yang digunakan menurut standar ASTM D
3039 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.7 Standar Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.6. Curing
Setelah pemotongan benda uji, proses selanjutnya adalah proses curing
dengan menggunakan oven. Selain untuk meningkatkan kemampuan komposit,
proses ini juga bertujuan untuk memperkuat ikatan-ikatan permukaan. Proses
curing ini dilakukan dengan 2 variasi suhu suhu yaitu 80oC dan 100oC. Lama
proses curing dilakukan selama 3 jam. Proses curing ini menggunakan oven yang
memiliki skala pengaturan suhu yang dapat diatur, untuk memantau kestabilan
suhu di dalam ruang oven, digunakan alat termokopel. Langkah-langkah curing
pada benda uji adalah sebagai berikut:
1. Benda uji yang akan dicuring disiapkan, dan ditandai urutan untuk suhu
curing
2. Oven dan termokopel disiapkan, lalu suhu pada oven diatur.
3. Oven dihidupkan selama kurang lebih 30 menit dan dipantau suhunya selama
30 menit dengan termokopel hingga suhu yang dikehendaki sesuai dan stabil.
4. Benda uji dimasukkan ke dalam oven, timer diatur dan suhu terus dipantau
dari termokopel.
5. Setelah selesai, benda uji dikeluarkan dari oven.
6. Langkah 3 sampai 5 kembali diulang sampai suhu yang dikehendaki selesai.
7. Komposit yang sudah dicuring siap untuk diuji tarik.
3.7. Cara Penelitian
Komposit yang diuji menggunakan metode pengujian tarik dan struktur
mikro. Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dari komposit.
Struktur mikro dilakukan untuk mengetahui perubahan dari sifat-sifat komposit
yang diakibatkan dari beban tarik dan variasi suhu curing.
3.7.1. Uji Tarik
Langkah - langkah untuk pengujian tarik dari benda uji komposit adalah
sebagai berikut :
1. Benda uji yang sudah dicuring disiapkan.
2. Kertas millimeter blok diletakkan pada printer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3. Mesin kemudian dinyalakan, lalu benda uji dipasang pada grip.
4. Grip dikencangkan, dan jangan terlalu keras agar tidak merusak benda uji.
5. Pemasangan extensometer pada benda uji dan nilai elongationnya diatur
menjadi nol.
6. Nilai beban diatur juga menjadi nol.
7. Kecepatan uji diatur, area start ditekan sebanyak dua kali kemudian tombol
down ditekan.
8. Setelah data dari pengujian tarik didapatkan, proses pengujian tarik diulang
untuk benda uji komposit selanjutnya sampai selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian tarik benda uji komposit didapat grafik hubungan
beban dan pertambahan panjang. Data-data beban dan pertambahan panjang
selanjutnya dapat diolah dan dibuat grafik tegangan dan regangan.
4.1.1 Hasil Pengujian Benda Uji Komposit
Pengujian tarik pada benda uji komposit dilakukan pada spesimen
komposit dengan variasi suhu curing 80oC dan 100oC dengan lama curing 3 jam.
Dari hasil pengujian, didapat print out grafik hubungan beban dengan
pertambahan panjang. Dari data tersebut dapat dihitung nilai tegangan dan
regangan dari benda uji komposit dari setiap variasi suhu. Berikut adalah langkah-
langkah dalam pengujian tarik komposit:
1. Benda uji komposit dibentuk sesuai dengan standar ASTM D 3039
2. Benda uji dipasang pada grip mesin uji tarik.
3. Sesudah mendapatkan nilai beban dan pertambahan panjang, maka
kekuatan tarik dari setiap spesimen dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
𝜎 =𝑃
𝐴
=152,9 kg
52,50 mm2
= 2,91 kg
mm2⁄
= 28,54 MPa
4. Nilai dari regangan juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝜀 =∆𝐿
𝐿𝑜× 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
= (0,50
70) × 100%
= 0,71%
5. Nilai dari modulus elastisitas juga dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
𝐸 = 𝜎
𝜀
=27,71
0,89
= 3113,48 MPa
Data hasil pengujian benda uji komposit tanpa curing dan benda uji
komposit yang diberi perlakuan curing untuk tiap lapisan serat dan tiap suhu
disajikan dalam Tabel 4.1 – 4.40.
Tabel 4.1 Dimensi komposit 2 lapis serat tanpa curing
Spesimen l (mm) t (mm) A (mm2)
NC-21 12,25 4,25 52,1
NC-22 12,25 4,25 52,1
NC-24 12,25 4,25 52,1
NC-26 12,25 4,25 52,1
NC-28 12,25 4 49,0
Tabel 4.2 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat tanpa curing
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
NC-21 52,1 135,3 2,6 25,47
NC-22 52,1 170 3,3 32,00
NC-24 52,1 140,4 2,7 26,43
NC-26 52,1 155,2 3,0 29,21
NC-28 49,0 127,3 2,6 25,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 4.3 Regangan komposit 2 lapis serat tanpa curing
Spesimen ∆L
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
NC-21 0,45 70 0,64
NC-22 0,7 70 1,00
NC-24 0,45 70 0,64
NC-26 0,75 70 1,07
NC-28 0,75 70 1,07
Tabel 4.4 Dimensi komposit 3 lapis serat tanpa curing
Spesimen l (mm) t (mm) A (mm2)
NC-31 12,25 4,25 52,1
NC-32 12,50 4,00 50,0
NC-33 12,50 4,00 50,0
NC-34 12,75 4,00 51,0
NC-35 12,50 4,25 53,1
NC-37 12,50 4,00 50,0
Tabel 4.5 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat tanpa curing
Spesimen A
(mm2)
Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
NC-31 52,1 272,3 5,23 51,26
NC-32 50,0 263,3 5,27 51,61
NC-33 50,0 178,0 3,56 34,89
NC-34 51,0 201,2 3,95 38,66
NC-35 53,1 267,7 5,04 49,38
NC-37 50,0 249,1 4,98 48,82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 4.6 Regangan komposit 3 lapis serat tanpa curing
Spesimen ∆l
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
NC-31 0,75 70 1,07
NC-32 0,70 70 1,00
NC-33 0,65 70 0,93
NC-34 0,90 70 1,29
NC-35 0,80 70 1,14
NC-37 0,65 70 0,93
Tabel 4.7 Dimensi komposit 4 lapis serat tanpa curing
Spesimen l (mm) t (mm) A (mm2)
NC-42 12,50 4,25 53,13
NC-44 12,75 4,00 51,00
NC-47 12,50 4,25 53,13
NC-48 12,50 4,00 50,00
NC-49 12,75 4,25 54,19
Tabel 4.8 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat tanpa curing
Spesimen A
(mm2)
Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
NC-42 53,13 284,00 5,35 52,39
NC-44 51,00 241,30 4,73 46,37
NC-47 53,13 285,5 5,37 52,67
NC-48 50,00 220 4,40 43,12
NC-49 54,19 289,4 5,34 52,34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 4.9 Regangan komposit 4 lapis serat tanpa curing
Spesimen ∆L
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
NC-42 0,80 70,00 1,14
NC-44 0,65 70,00 0,93
NC-47 0,95 70,00 1,36
NC-48 1,05 70,00 1,50
NC-49 1,20 70,00 1,71
Tabel 4.10 Dimensi komposit 5 lapis serat tanpa curing
Spesimen l (mm) t (mm) A (mm2)
NC-51 12,75 4,25 54,2
NC-53 12,25 4,25 52,1
NC-54 12,75 4,00 51,0
NC-55 12,75 4,25 54,2
Tabel 4.11 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat tanpa curing
Spesimen A
(mm2)
Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
NC-51 54,2 311,3 5,7 56,30
NC-53 52,1 263,6 5,1 49,62
NC-54 51,0 301,2 5,9 57,88
NC-55 54,2 229,8 4,2 41,56
Tabel 4.12 Regangan komposit 5 lapis serat tanpa curing
Spesimen ∆L(mm) Lo
(mm) ε (%)
NC-51 1,05 70 1,50
NC-53 0,8 70 1,14
NC-54 0,1 70 0,14
NC-55 0,6 70 0,86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.13 Dimensi komposit 2 lapis serat setelah suhu curing 80oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A' (mm2)
C 2-1 4,5 12,5 56,25
C 2-2 3,9 12,75 49,73
C 2-3 3,75 12,5 46,88
C 2-4 4,2 12,5 52,50
C 2-5 4 12,5 50,00
C 2-6 4,4 12,25 53,90
Tabel 4.14 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 2-1 56,25 109,3 1,94 19,04
C 2-2 49,73 137,6 2,77 27,12
C 2-3 46,88 130,4 2,78 27,26
C 2-4 52,50 152,9 2,91 28,54
C 2-5 50,00 137,1 2,74 26,87
C 2-6 53,90 192,6 3,57 35,02
Tabel 4.15 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL (mm) Lo (mm) ε (%)
C 2-1 0,30 70 0,43
C 2-2 0,40 70 0,57
C 2-3 0,40 70 0,57
C 2-4 0,50 70 0,71
C 2-5 0,35 70 0,50
C 2-6 0,40 80 0,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 4.16 Dimensi komposit 3 lapis serat setelah suhu curing 80oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A'
(mm2)
C 3-1 4,1 12,5 51,25
C 3-2 4 12,5 50,00
C 3-3 4 12,5 50,00
C 3-4 4 12,5 50,00
C 3-5 4,15 12,5 51,88
Tabel 4.17 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 3-1 51,25 93,20 1,82 17,82
C 3-2 50,00 164,40 3,29 32,22
C 3-3 50,00 132,20 2,64 25,91
C 3-4 50,00 134,00 2,68 26,26
C 3-5 51,88 116,60 2,25 22,03
Tabel 4.18 Regangan komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL
(mm) Lo (mm) ε (%)
C 3-1 0,25 70 0,36
C 3-2 0,45 70 0,64
C 3-3 0,3 70 0,43
C 3-4 0,35 70 0,50
C 3-5 0,5 70 0,71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 4.19 Dimensi komposit 4 lapis serat setelah suhu curing 80oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A'
(mm2)
C 4-1 4,50 12,50 56,25
C 4-2 4,10 12,50 51,25
C 4-3 4,15 12,50 51,88
C 4-4 4,15 12,50 51,88
C 4-5 4,00 12,50 50,00
C 4-6 4,00 12,00 48,00
C 4-7 4,25 12,50 53,13
C 4-8 4,15 12,50 51,88
Tabel 4.20 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2) Kekuatan Tarik
(MPa)
C 4-1 56,25 218,20 3,88 38,02
C 4-2 51,25 289,00 5,64 55,26
C 4-3 51,88 374,40 7,22 70,73
C 4-4 51,88 202,90 3,91 38,33
C 4-5 50,00 208,60 4,17 40,89
C 4-6 48,00 170,30 3,55 34,77
C 4-7 53,13 192,50 3,62 35,51
C 4-8 51,88 282,80 5,45 53,43
Tabel 4.21 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL
(mm) Lo (mm) ε (%)
C 4-1 0,55 70 0,79
C 4-2 0,80 70 1,14
C 4-3 0,75 70 1,07
C 4-4 0,45 70 0,64
C 4-5 0,45 70 0,64
C 4-6 0,60 80 0,75
C 4-7 0,55 80 0,69
C 4-8 0,65 80 0,81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 4.22 Dimensi komposit 5 lapis serat setelah suhu curing 80oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A'
(mm2)
C 5-1 4,00 12,50 50,00
C 5-2 4,10 12,50 51,25
C 5-3 4,00 12,50 50,00
C 5-4 4,20 12,50 52,50
C 5-5 4,00 12,50 50,00
Tabel 4.23 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2) Kekuatan Tarik
(MPa)
C 5-1 50,00 228,50 4,57 44,79
C 5-2 51,25 256,90 5,01 49,12
C 5-3 50,00 243,70 4,87 47,77
C 5-4 52,50 180,60 3,44 33,71
C 5-5 50,00 254,60 5,09 49,90
Tabel 4.24 Regangan komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL
(mm) Lo (mm) ε (%)
C 5-1 0,70 70 1,00
C 5-2 0,70 70 1,00
C 5-3 0,70 70 1,00
C 5-4 0,45 70 0,64
C 5-5 0,70 70 1,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel 4.25 Dimensi komposit 2 lapis serat setelah suhu curing 100oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A' (mm2)
C 2-1 3,50 12,20 42,70
C 2-2 3,50 12,25 42,88
C 2-3 3,25 12,30 39,98
C 2-4 3,25 12,50 40,63
C 2-5 3,25 12,25 39,81
C 2-6 3,50 12,00 42,00
C 2-7 3,50 12,25 42,88
C 2-8 3,50 13,25 46,38
Tabel 4.26 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 2-1 42,70 97,30 2,28 22,33
C 2-2 42,88 87,10 2,03 19,91
C 2-3 39,98 191,90 4,80 47,04
C 2-4 40,63 195,40 4,81 47,14
C 2-5 39,81 137,50 3,45 33,85
C 2-6 42,00 107,10 2,55 24,99
C 2-7 42,88 192,60 4,49 44,02
C 2-8 46,38 100,00 2,16 21,13
Tabel 4.27 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen ΔL (mm) Lo (mm) ε (%)
C 2-1 0,10 70 0,14
C 2-2 0,25 70 0,36
C 2-3 0,85 70 1,21
C 2-4 0,70 70 1,00
C 2-5 0,50 70 0,71
C 2-6 0,40 80 0,50
C 2-7 0,85 80 1,06
C 2-8 0,55 80 0,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 4.28 Dimensi komposit 3 lapis serat setelah suhu curing 100oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A'
(mm2)
C 3-1 3,70 12,25 45,33
C 3-2 3,90 12,50 48,75
C 3-3 3,75 12,25 45,94
C 3-4 3,75 12,50 46,88
C 3-5 3,73 12,25 45,69
C 3-6 4,00 12,00 48,00
C 3-7 3,75 13,10 49,13
C 3-8 3,75 13,50 50,63
Tabel 4.29 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 3-1 45,33 82,40 1,82 17,82
C 3-2 48,75 179,80 3,69 36,14
C 3-3 45,94 184,70 4,02 39,40
C 3-4 46,88 206,80 4,41 43,23
C 3-5 45,69 170,60 3,73 36,59
C 3-6 48,00 220,80 4,60 45,08
C 3-7 49,13 277,70 5,65 55,40
C 3-8 50,63 113,80 2,25 22,03
Tabel 4.30 Regangan komposit untuk 3 lapis serat suhu curing 100oC
Spesimen ΔL
(mm) Lo (mm) ε (%)
C 3-1 0,65 70 0,93
C 3-2 0,5 70 0,71
C 3-3 0,75 70 1,07
C 3-4 0,6 70 0,86
C 3-5 0,6 70 0,86
C 3-6 0,8 80 1,00
C 3-7 0,9 80 1,13
C 3-8 0,4 80 0,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 4.31 Dimensi komposit 4 lapis serat setelah suhu curing 100oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A'
(mm2)
C 4-1 3,90 12,50 48,75
C 4-2 4,00 12,15 48,60
C 4-3 3,90 12,10 47,19
C 4-4 4,00 12,00 48,00
C 4-5 3,90 12,10 47,19
Tabel 4.32 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen A (mm2) Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 4-1 48,75 255,50 5,24 51,36
C 4-2 48,60 271,10 5,58 54,67
C 4-3 47,19 137,00 2,90 28,45
C 4-4 48,00 315,60 6,58 64,44
C 4-5 47,19 259,90 5,51 53,97
Tabel 4.33 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen ΔL
(mm) Lo (mm) ε (%)
C 4-1 0,80 70 1,14
C 4-2 0,75 70 1,07
C 4-3 0,60 70 0,86
C 4-4 0,80 70 1,14
C 4-5 0,75 70 1,07
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 4.34 Dimensi komposit 5 lapis serat setelah suhu curing 100oC
Spesimen t' (mm) l' (mm) A'
(mm2)
C 5-1 4,00 12,30 49,20
C 5-2 4,00 12,70 50,80
C 5-3 4,20 12,75 53,55
C 5-4 3,90 12,00 46,80
C 5-5 4,25 12,50 53,13
C 5-6 4,00 12,20 48,80
C 5-7 4,25 12,00 51,00
C 5-8 3,90 12,50 48,75
Tabel 4.35 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen A (mm2) Beban (kg) Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 5-1 49,20 222,90 4,53 44,40
C 5-2 50,80 175,20 3,45 33,80
C 5-3 53,55 280,60 5,24 51,35
C 5-4 46,80 234,40 5,01 49,08
C 5-5 53,13 328,00 6,17 60,51
C 5-6 48,80 308,90 6,33 62,03
C 5-7 51,00 340,50 6,68 65,43
C 5-8 48,75 251,90 5,17 50,64
Tabel 4.36 Regangan komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen ΔL
(mm) Lo (mm) ε (%)
C 5-1 0,5 70 0,71
C 5-2 0,4 70 0,57
C 5-3 0,7 70 1,00
C 5-4 0,55 70 0,79
C 5-5 0,8 70 1,14
C 5-6 0,8 80 1,00
C 5-7 0,85 80 1,06
C 5-8 0,55 80 0,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 4.37 Kekuatan tarik rata-rata komposit untuk suhu curing 80oC
Spesimen Kekuatan Tarik Rata-rata
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik Rata-rata
(MPa)
C-2 2,79 27,31
C-3 2,54 24,85
C-4 4,68 45,87
C-5 4,60 45,06
Tabel 4.38 Regangan komposit rata-rata untuk suhu curing 80oC
Spesimen ε (%)
C-2 0,57
C-3 0,57
C-4 0,78
C-5 1,00
Tabel 4.39 Kekuatan tarik komposit rata-rata untuk suhu curing 100oC
Spesimen Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C-2 3,11 30,48
C-3 3,71 36,38
C-4 5,73 56,11
C-5 5,59 54,78
Tabel 4.40 Regangan komposit rata-rata untuk suhu curing 100oC
Spesimen ε (%)
C-2 0,71
C-3 0,88
C-4 1,06
C-5 0,87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Perhitungan standar deviasi:
𝑠 = √∑ (𝑥𝑖 − �̅�)2𝑛
𝑖=1
𝑛 − 1
Dimana: s: standar deviasi
xi: data dari sampel
�̅�: rata-rata dari sampel
n: banyaknya sampel
Dikarenakan pada tabel sebelumnya ada beberapa data yang nilainya tidak
begitu baik, maka dari itu dilakukan penghitungan ulang dengan menggunakan
rumus standar deviasi. Berikut ini akan ditampilkan kembali data yang sudah
dihitung menggunakan rumus standar deviasi. Data akan disajikan dalam Tabel
4.41 - 4.56.
Tabel 4.41 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A'
(mm2) Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 2-2 49,73 137,6 2,77 27,12
C 2-3 46,88 130,4 2,78 27,26
C 2-4 52,50 152,9 2,91 28,54
C 2-5 50,00 137,1 2,74 26,87
C 2-6 53,90 192,6 3,57 35,02
Tabel 4.42 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
C 2-2 0,40 70 0,57
C 2-3 0,40 70 0,57
C 2-4 0,50 70 0,71
C 2-5 0,35 70 0,50
C 2-6 0,40 80 0,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 4.43 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A'
(mm2) Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 3-2 50,00 164,40 3,29 32,22
C 3-3 50,00 132,20 2,64 25,91
C 3-4 50,00 134,00 2,68 26,26
C 3-5 51,88 116,60 2,25 22,03
Tabel 4.44 Regangan komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
C 3-2 0,45 70 0,64
C 3-3 0,3 70 0,43
C 3-4 0,35 70 0,50
C 3-5 0,5 70 0,71
Tabel 4.45 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A'
(mm2) Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 4-1 56,25 218,20 3,88 38,02
C 4-2 51,25 289,00 5,64 55,26
C 4-4 51,88 202,90 3,91 38,33
C 4-5 50,00 208,60 4,17 40,89
C 4-6 48,00 170,30 3,55 34,77
C 4-7 53,13 192,50 3,62 35,51
C 4-8 51,88 282,80 5,45 53,43
Tabel 4.46 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
C 4-1 0,55 70 0,79
C 4-2 0,80 70 1,14
C 4-4 0,45 70 0,64
C 4-5 0,45 70 0,64
C 4-6 0,60 80 0,75
C 4-7 0,55 80 0,69
C 4-8 0,65 80 0,81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 4.47 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen A'
(mm2) Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 5-1 50,00 228,50 4,57 44,79
C 5-2 51,25 256,90 5,01 49,12
C 5-3 50,00 243,70 4,87 47,77
C 5-5 50,00 254,60 5,09 49,90
Tabel 4.48 Regangan komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 80oC
Spesimen ΔL
(mm) Lo (mm) ε (%)
C 5-1 0,70 70 1,00
C 5-2 0,70 70 1,00
C 5-3 0,70 70 1,00
C 5-5 0,70 70 1,00
Tabel 4.49 Kekuatan tarik komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen A'
(mm2)
Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 2-1 42,70 97,30 2,28 22,33
C 2-2 42,88 87,10 2,03 19,91
C 2-4 40,63 195,40 4,81 47,14
C 2-5 39,81 137,50 3,45 33,85
C 2-6 42,00 107,10 2,55 24,99
C 2-7 42,88 192,60 4,49 44,02
C 2-8 46,38 100,00 2,16 21,13
Tabel 4.50 Regangan komposit 2 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen ΔL
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
C 2-1 0,10 70 0,14
C 2-2 0,25 70 0,36
C 2-4 0,70 70 1,00
C 2-5 0,50 70 0,71
C 2-6 0,40 80 0,50
C 2-7 0,85 80 1,06
C 2-8 0,55 80 0,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 4.51 Kekuatan tarik komposit 3 lapis serat untuk suhu curing100oC
Spesimen A'
(mm2)
Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 3-1 45,33 82,40 1,82 17,82
C 3-2 48,75 179,80 3,69 36,14
C 3-3 45,94 184,70 4,02 39,40
C 3-4 46,88 206,80 4,41 43,23
C 3-5 45,69 170,60 3,73 36,59
C 3-6 48,00 220,80 4,60 45,08
Tabel 4.52 Regangan komposit 3 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen ΔL
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
C 3-1 0,65 70 0,93
C 3-2 0,5 70 0,71
C 3-3 0,75 70 1,07
C 3-4 0,6 70 0,86
C 3-5 0,6 70 0,86
C 3-6 0,8 80 1,00
Tabel 4.53 Kekuatan tarik komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen A'
(mm2)
Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 4-1 48,75 255,50 5,24 51,36
C 4-2 48,60 271,10 5,58 54,67
C 4-4 48,00 315,60 6,58 64,44
C 4-5 47,19 259,90 5,51 53,97
Tabel 4.54 Regangan komposit 4 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen ΔL
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
C 4-1 0,80 70 1,14
C 4-2 0,75 70 1,07
C 4-4 0,80 70 1,14
C 4-5 0,75 70 1,07
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 4.55 Kekuatan tarik komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen A'
(mm2)
Beban
(kg)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C 5-1 49,20 222,90 4,53 44,40
C 5-3 53,55 280,60 5,24 51,35
C 5-4 46,80 234,40 5,01 49,08
C 5-5 53,13 328,00 6,17 60,51
C 5-6 48,80 308,90 6,33 62,03
C 5-7 51,00 340,50 6,68 65,43
C 5-8 48,75 251,90 5,17 50,64
Tabel 4.56 Regangan komposit 5 lapis serat untuk suhu curing 100oC
Spesimen ΔL
(mm)
Lo
(mm) ε (%)
C 5-1 0,5 70 0,71
C 5-3 0,7 70 1,00
C 5-4 0,55 70 0,79
C 5-5 0,8 70 1,14
C 5-6 0,8 80 1,00
C 5-7 0,85 80 1,06
C 5-8 0,55 80 0,69
Tabel 4.57 Kekuatan tarik rata-rata komposit tanpa suhu curing
Spesimen Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(MPa)
C-2 2,83 27,71
C-3 4,67 45,77
C-4 5,04 49,38
C-5 5,24 51,34
Tabel 4.58 Regangan komposit tanpa suhu curing
Spesimen ε (%)
C-2 0,89
C-3 1,06
C-4 1,31
C-5 0,91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.59 Modulus elastisitas rata-rata komposit tanpa suhu curing
Spesimen Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan E (MPa) E (GPa)
C-2 27,71 0,0089 3113,48 3,11
C-3 45,77 0,0106 4317,92 4,32
C-4 49,38 0,0131 3769,47 3,77
C-5 51,34 0,0091 5641,76 5,64
Tabel 4.60 Modulus elastisitas rata-rata komposit untuk suhu curing 80oC
Spesimen Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan E (MPa) E (GPa)
C-2 28,96 0,0057 5080,70 5,08
C-3 26,61 0,0057 4668,42 4,67
C-4 42,31 0,0078 5424,36 5,42
C-5 47,89 0,01 4789,00 4,79
Tabel 4.61 Modulus elastisitas rata-rata komposit untuk suhu curing 100oC
Spesimen Kekuatan Tarik
(MPa) Regangan E (MPa) E (GPa)
C-2 30,48 0,0064 4762,50 4,76
C-3 36,38 0,009 4042,22 4,04
C-4 56,11 0,0111 5054,95 5,05
C-5 54,78 0,0091 6019,78 6,02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Grafik kekuatan tarik rata-rata dan regangan rata-rata dari setiap lapisan
komposit tanpa curing diperlihatkan pada Gambar 4.1 dan 4.2.
Gambar 4.1 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dari Setiap Lapisan Komposit Tanpa
Curing
Gambar 4.2 Grafik Regangan Rata-rata dari Setiap Lapisan Komposit Tanpa
Curing
0
10
20
30
40
50
60
2 lapis 3 lapis 4 lapis 5 lapis
Kek
ua
tan
Ta
rik
(M
Pa
)
Spesimen
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
2 lapis 3 lapis 4 lapis 5 lapis
Reg
an
ga
n (
%)
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Grafik kekuatan tarik rata-rata dan regangan rata-rata dari setiap lapisan
komposit dengan suhu curing 80oC diperlihatkan pada Gambar 4.3 dan 4.4.
Gambar 4.3 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dari Setiap Lapisan Komposit
dengan Suhu Curing 80oC
Gambar 4.4 Grafik Regangan Rata-rata dari Setiap Lapisan Komposit dengan
Suhu Curing 80oC
0
10
20
30
40
50
60
2 lapis 3 lapis 4 lapis 5 lapis
Kek
ua
tan
Ta
rik
(M
Pa
)
Spesimen
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
2 Lapis 3 Lapis 4 Lapis 5 Lapis
Reg
an
ga
n (
%)
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Grafik kekuatan tarik rata-rata dan regangan rata-rata dari setiap lapisan
komposit dengan suhu curing 100oC diperlihatkan pada Gambar 4.5 dan 4.6.
Gambar 4.5 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dari Setiap Lapisan Komposit
dengan Suhu Curing 100oC
Gambar 4.6 Grafik Regangan Rata-rata dari Setiap Lapisan Komposit dengan
Suhu Curing 100oC
0
10
20
30
40
50
60
2 Lapis 3 Lapis 4 Lapis 5 Lapis
Kek
ua
tan
Ta
rik
(M
Pa
)
Spesimen
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
2 Lapis 3 Lapis 4 Lapis 5 Lapis
Reg
an
ga
n (
%)
Spesimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Grafik perbandingan kekuatan tarik rata-rata dan regangan rata-rata dari
benda uji komposit tanpa curing dan benda uji komposit dengan suhu curing 80oC
dan 100oC diperlihatkan pada Gambar 4.7 dan 4.8.
Gambar 4.7 Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dari Komposit Tanpa Curing dan
Komposit Suhu Curing 80oC dan 100oC
Gambar 4.8 Grafik Regangan Rata-rata dari Komposit Tanpa Curing dan
Komposit Suhu Curing 80oC dan 100oC
0
10
20
30
40
50
60
2 lapis 3 lapis 4 lapis 5 lapis
Ke
kuat
an T
arik
(M
Pa)
Spesimen
Non
80 derajat
100 derajat
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
2 lapis 3 lapis 4 lapis 5 lapis
Re
gan
gan
(%
)
Spesimen
Non
80 derajat
100 derajat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.2 Pembahasan
Dari Gambar 4.1 kekuatan tarik rata-rata terbesar pada komposit tanpa
proses curing yaitu komposit dengan 5 lapis serat dengan nilai 5,24 kg/mm2 atau
51,34 MPa
Dari Gambar 4.2 regangan rata-rata terbesar pada komposit tanpa proses
curing yaitu komposit dengan 4 lapis serat dengan nilai 1,31%.
Dari Gambar 4.3 kekuatan tarik rata-rata terbesar pada komposit yang
mengalami proses curing dengan suhu 80oC yaitu 4,89 kg/mm2 atau 47,89 MPa
pada komposit dengan 5 lapis serat.
Dari Gambar 4.4 regangan rata-rata terbesar pada komposit yang
mengalami proses curing dengan suhu 80oC yaitu 1% pada komposit dengan 5
lapis serat.
Dari Gambar 4.5 kekuatan tarik rata-rata terbesar pada komposit yang
mengalami proses curing dengan suhu 100oC yaitu 5,73 kg/mm2 atau 56,11 MPa
pada komposit dengan 4 lapis serat.
Dari Gambar 4.6 regangan rata-rata terbesar pada komposit yang
mengalami proses curing dengan suhu 100oC yaitu 1,11% pada komposit dengan
4 lapis serat.
Dari Gambar 4.7 kekuatan tarik rata-rata terbesar pada komposit yang
mengalami proses curing dengan suhu 100oC yaitu 5,73 kg/mm2 atau 56,11 MPa,
lalu pada komposit yang tidak mengalami proses curing nilai kekuatan tarik rata-
rata terbesarnya adalah 5,24 kg/mm2 atau 51,34 MPa dan pada komposit yang
mengalami proses curing dengan suhu 80oC nilai kekuatan tarik rata-rata
terbesarnya adalah 4,89 kg/mm2 atau 47,89 MPa.
Dari Gambar 4.8 regangan rata-rata terbesar pada komposit yang
mengalami proses curing dengan suhu 100oC yaitu 1,11%, lalu pada komposit
yang mengalami proses curing dengan suhu 80oC nilai regangan rata-rata
terbesarnya adalah 1% dan komposit yang tidak mengalami proses curing nilai
regangan rata-rata terbesarnya adalah 1,31%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pada Gambar 4.7 semua nilai dari kekuatan tarik dari komposit yang
tidak diberikan perlakuan curing dan komposit yang diberi perlakuan curing 80oC
dan 100oC mengalami peningkatan, kecuali pada komposit dengan 3 lapis serat
yang diberi perlakuan curing 80oC mengalami sedikit penurunan. Pada komposit
dengan 2 lapis serat dari komposit yang tidak diberikan perlakuan curing dan
komposit yang diberi perlakuan curing 80oC dan 100oC hanya mengalami sedikit
peningkatan jika dibandingkan dengan komposit yang lainnya. Hal ini bisa
disebabkan adanya rongga udara, sedikitnya serat pada daerah ukur, atau
kerusakan awal pada komposit yang diberi perlakuan curing 80oC dan 100oC. Bila
dibandingkan komposit yang tidak diberikan perlakuan curing, nilai kekuatan
tarik dari komposit yang diberi perlakuan curing 80oC yang memiliki 3-5 lapis
serat lebih rendah. Hal ini bisa disebabkan pada jenis resin Bisphenol-A yang
belum mencapai suhu curing yang optimal. Sehingga mempengaruhi kekuatan
tarik dari komposit bila mengalami proses curing pada suhu 80oC. Hal ini pun
juga terjadi pada pada komposit yang diberi perlakuan curing 100oC dengan 3
lapis serat yang memiliki nilai kekuatan tarik yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan komposit yang tidak diberikan perlakuan curing.
Pada Gambar 4.8 nilai regangan pada komposit yang diberi perlakuan
curing 80oC dan 100oC memiliki nilai yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan dari komposit yang tidak diberikan perlakuan curing, kecuali pada
komposit yang diberi perlakuan curing 100oC dengan 5 lapis serat. komposit yang
diberi perlakuan curing 100oC dengan 5 lapis serat memiliki nilai regangan yang
sama dengan komposit yang tidak diberikan perlakuan curing dan komposit yang
diberi perlakuan curing 80oC memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi dibanding
keduanya. Menurunnya nilai regangan pada komposit tersebut disebabkan oleh
proses curing.
Secara keseluruhan nilai kekuatan tarik dari komposit yang proses curing
dengan suhu 100oC lebih baik atau mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan suhu curing 80oC dan komposit yang tidak mengalami proses curing. Ini
disebabkan suhu dari proses curing sangat berpengaruh pada kekuatan tarik
komposit. Oleh karena itu, jika kenaikan suhu untuk curing tidak terlalu besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
maka tidak akan begitu berpengaruh pada kekuatan komposit. Karena pada
dasarnya proses curing ini bertujuan untuk meningkatkan nilai dari kekuatan tarik
pada komposit.
Pada nilai regangan, komposit yang tidak mengalami proses curing
memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan komposit yang
mengalami proses curing dengan variasi suhu 100oC dan 80oC. Hal ini disebabkan
proses curing yang dapat menyebabkan penurunan nilai regangan dan membuat
benda uji menjadi getas.
Tidak stabilnya nilai dari kekuatan tarik dan regangan bisa juga
disebabkan jenis resin yang dipakai untuk proses curing. Pada resin jenis
Bisphenol-A, suhu 80oC dan 100oC mungkin belum menjadi suhu optimal dari
resin jenis ini. Maka apabila komposit yang dibuat dari resin ini diberikan
perlakuan curing dengan 80oC dan 100oC, maka peningkatan dari kekuatan tarik
pun belum maksimal, dan penurunan nilai regangan pun tidak maksimal. Jenis
susunan serat juga menentukan dari kekuatan tarik, jenis susunan serat acak lebih
memungkinkan komposit memiliki kerusakan awal. Karena apabila serat yang
digunakan sudah tertekuk atau serat-serat yang lebih pendek ukurannya terlepas
dari serat lain yang lebih panjang, maka pada saat pembuatan akan menimbulkan
celah kosong diantara serat dan resin, lepasnya ikatan serat dan resin diawal
pembuatan. Sehingga kerusakan-kerusakan ini menyebabkan kerusakan yang
lebih parah pada saaat komposit mengalami beban tarik, yang bisa dilihat pada
putusnya komposit yang tidak berbarengan.
Adanya penurunan kekuatan dari komposit dapat disebabkan oleh jumlah
serat yang sedikit pada daerah tertentu, void dan interphase. Proses curing dapat
membuat ikatan antara serat dan matrik lebih rapat sehingga dapat meningkatkan
kekuatan tarik pada komposit dengan serat acak. Pada proses curing suhu dan
lamanya proses sangat berpengaruh terhadap nilai kekuatan tarik bahan komposit
tersebut. Apabila komposit diberi perlakuan curing dengan suhu yang tepat, maka
akan menghasilkan nilai kekuatan tarik dan regangan yang optimal.
Tipe kerusakan pada bahan komposit dengan serat acak (chopped strand
mat) adalah kerusakan debounding, yaitu matrik tidak mampu menahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
konsentrasi tegangan geser yang timbul di ujung, serat dapat terlepas dari matrik
dan komposit akan rusak agak lurus arah serat. Kerusakan debounding
memperlihatkan bahwa ikatan matrik dan serat tidak baik. Hal ini dapat
disebabkan adanya interphase atau void yang timbul pada waktu proses
pencetakan yang kurang sempurna.
Untuk nilai modulus elastisitas pada komposit yang tidak diberi
perlakuan curing berada dikisaran nilai 3,1 – 5,6 MPa. Sedangkan untuk komposit
yang mengalami proses curing dengan suhu 80oC memiliki nilai modulus
elastisitas dikisaran 4,6 – 5,4 MPa. Dan untuk komposit yang mengalami proses
curing dengan suhu 100oC memiliki nilai modulus elastisitas dikisaran 4,0 – 6,0
MPa. Nilai modulus elastisitas adalah pembagian nilai tegangan dan nilai
regangan. Apabila nilai regangan tinggi, maka nilai modulus elastisitas akan kecil,
dan jika nilai regangan rendah, maka nilai elastisitas akan besar. Karena nilai
modulus elastisitas berbanding terbalik dengan nilai regangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari semua hasil pengujian, perhitungan, pengamatan dan analisis data,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berupa sifat fisis dan mekanis
bahan pembentuk komposit. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain:
1. Nilai kekuatan tarik rata-rata terbaik terdapat pada komposit yang diberi
perlakuan curing 100oC bila dibandingkan dengan komposit yang diberi
perlakuan curing 80oC dan komposit yang tidak diberi perlakuan curing.
2. Nilai regangan rata-rata terbaik terdapat pada komposit yang tidak diberi
perlakuan curing bila dibandingkan dengan komposit yang diberi
perlakuan curing 80oC dan komposit yang diberi perlakuan curing 100oC.
3. Kekuatan tarik rata-rata terbesar terdapat pada komposit yang mengalami
proses curing dengan suhu 100oC yaitu 5,73 kg/mm2 atau 56,11 MPa lalu
pada komposit yang tidak mengalami proses curing nilai kekuatan tarik
rata-rata terbesarnya adalah 5,24 kg/mm2 atau 51,34 MPa dan pada
komposit yang mengalami proses curing dengan suhu 80oC nilai kekuatan
tarik rata-rata terbesarnya adalah 4,89 kg/mm2 atau 47,89 MPa.
4. Regangan rata-rata terbesar pada komposit yang mengalami proses curing
dengan suhu 100oC yaitu 1,11%, lalu pada komposit yang mengalami
proses curing dengan suhu 80oC nilai regangan rata-rata terbesarnya
adalah 1% dan komposit yang tidak mengalami proses curing nilai
regangan rata-rata terbesarnya adalah 1,31%.
5. Nilai modulus elastisitas dari komposit yang tidak mengalami proses
curing yang tertinggi adalah 5,64 GPa, dan yang terendah 3,11 GPa. lalu
pada komposit yang mengalami proses curing dengan suhu 80oC nilai
modulus elastisitas yang tertinggi adalah 5,42 GPa dan yang terendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4,67 GPa. dan komposit yang mengalami proses curing dengan suhu
100oC nilai modulus elastisitas yang tertinggi adalah 6,02 GPa dan yang
terendah adalah 4,04 GPa.
6. Proses curing menaikkan nilai kekuatan tarik pada komposit, tetapi
menurunkan nilai regangan pada komposit.
5.2 Saran
1. Penggunaan katalis harus dalam jumlah yang cukup, agar proses
pengeringan komposit berlangsung cepat.
2. Pada saat pembuatan komposit, proses pemadatan antara serat dan matrik
harus benar-benar ditekan agar tidak ada rongga udara (void).
3. Agar hasil komposit yang dihasilkan rata, maka disarankan untuk
menggunakan cetakan dari kaca, dan dilapisi dengan hand body atau
release agent lainnya.
4. Pemilihan serat E-glass khususnya untuk uji tarik haruslah serat yang
masih bagus atau belum rusak (patah, tertekuk).
5. Pemotongan bahan komposit untuk menjadi benda uji dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari kerusakan awal dan supaya dimensi benda uji
seragam.
6. Untuk resin epoksi Bisphenol-A penelitian bisa dilanjutkan untuk suhu
120°C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Annual book of ASTM. 1985. America Society for Testing Material. Philadelphia, PA.
Budinski, K. G. Engineering Materials, Properties and Selection. Prentince Hall
International, Inc.
Crawford, R. J. 1993. Plastic Engineer.
Gibson, R. F. 1994. Principles of Composite Material Mechanics. Singapore: Mc Graw Hill,
Inc.
Jones, R. M. 1975. Mechanics of Composite Materials. New York: Mc Graw Hill.
Schwart, M.M. Composite Materials, Processing, Fabrication and Applications. New Jersey:
Prentince Hall PTR.
Shackelford, J. F. Introduction to Materials Science for Engineers. Prentince Hall
International, Inc.
Smith, W. F. 1996. Principles of Material Science and Engineering. Mc Graw Hill, Inc.
Spiegel, M.R, dan Stephens, L.J. Standar Deviasi by: Schaum’s Outlines Teori dan Soal-soal
Statistik, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Surdia, Tata, dan Saito, S. 1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnya Paramitha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Komposit non curing:
0,5 mm
0,5 mm
NC-21 NC-22
0,5 mm
NC-24 NC-26
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
NC-28
0,5 mm
NC-31
0,5 mm
NC-32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
NC-33
0,5 mm
NC-34
0,5 mm
NC-35
0,5 mm
NC-37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
NC-44 NC-42
0,5 mm
0,5 mm
NC-47 NC-48
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
NC-51 NC-49
0,5 mm
0,5 mm
NC-54 NC-53
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
NC-55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Komposit yang diberi perlakuan curing suhu 80 derajat:
0,5 mm
C-22 C-23
0,5 mm
0,5 mm
C-24 C-25
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
C-33
0,5 mm
C-32
0,5 mm
C-34 C-35
0,5 mm
0,5 mm
C-26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
C-41 C-42
0,5 mm
0,5 mm
C-44 C-45
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C-46
0,5 mm
0,5 mm
C-47
C-48
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
C-51 C-52
0,5 mm
0,5 mm
C-53 C-55
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Komposit yang diberi perlakuan curing suhu 100 derajat:
0,5 mm
C-21 C-21
0,5 mm
0,5 mm
C-25
0,5 mm
C-24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C-26
0,5 mm
C-27
0,5 mm
0,5 mm
C-28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
C-31 C-32
0,5 mm
0,5 mm
C-33
0,5 mm
C-34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C-35
0,5 mm
C-41
0,5 mm
C-36
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,5 mm
C-42 C-44
0,5 mm
C-45
0,5 mm
C-51
0,5 mm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C-53
0,5 mm
C-54
0,5 mm
0,5 mm
C-55
0,5 mm
C-56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C-57
0,5 mm 0,5 mm
C-58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI