Upload
trinhminh
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAYA MELARUTKAN FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT
DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP
KALSIUM BATU GINJAL SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Program Studi Farmasi
Oleh :
Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D. NIM : 038114024
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAYA MELARUTKAN FRAKSI AIR DAN ETIL ASETAT
DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP
KALSIUM BATU GINJAL SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Program Studi Farmasi
Oleh :
Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D NIM : 038114024
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya belajar bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan Saya belajar bahwa untuk menjadi paham sesuatu butuh niat, waktu, dan usaha yang nyata Saya belajar untuk menjadi kuat dalam menghadapi dunia setiap hari Saya belajar untuk menjadi bijaksana dalam memahami bahwa saya tidak mengetahui segala sesuatunya Saya belajar untuk menjadi cukup bodoh ketika suatu keajaiban terjadi Saya belajar untuk selalu yakin akan tujuan akhir saya Saya belajar untuk menjadi terang bukan di tempat yang terang tetapi terang ditempat yang gelap Saya belajar untuk menjadi jawaban dan tidak hanya diam Saya belajar untuk menjadi garam tetapi tidak di tengah lautan Saya belajar untuk menjadi harapan bukan hanya berharap Saya belajar untuk menjadi jawaban bukan hanya ucapan Saya belajar untuk menjadi jawaban bukan menambah beban Saya belajar untuk mencintai setiap orang dengan cara yang sempurna bukan mencintai orang yang sempurna Saya belajar bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup dan kadang rencanaNya tidak sesuai dengan harapan saya tetapi Dia akan menjadikan segala sesuatu indah tepat pada waktuNya Saya belajar....belajar....belajar....dan akan terus belajar....
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
Mama Erna, idola dan teladanku Papa Ketut, pendukungku
Bagonk Yoga, teman bermain dan bertengkarku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Terima kasih kepada Tuhan yang telah memberi pengetahuan dan
kemampuan sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan
skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak dan melalui suatu
proses yang tidak sebentar. Terima kasih kepada semua yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, secara khusus kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
2. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M.Si., selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu, bimbingan, dan masukan hingga terselesaikanya skripsi
ini.
3. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan,
nasehat dan kritikan yang membangun demi tercapainya hasil terbaik dari
skripsi ini.
4. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji atas masukan, nasehat, dan kritikan
yang membangun demi tercapainya hasil terbaik dari skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
membagikan segenap pengetahuan, pengalaman, dan gambaran akan masa
depan seorang farmasis. Terima kasih untuk selalu membantu sejak dari awal
hingga akhir perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Mama, Papa, dan Yoga yang selalu mendukung, mendoakan, dan meyakinkan
bahwa segala sesuatu pasti bisa terselesaikan dengan baik karena keikutsertaan
Bapa di sorga.
7. Mas Wagiran, Mas Agung, Mas Bimo, Pak Mukmin, Pak Prapto, Pak Parlan,
Mas Kunto, Mas Otok, Pak Musrifin, Mas Yuwono, dan semua laboran atas
bantuan, canda tawa, dan kesediaanya untuk lembur saat bekerja di
laboratorium.
8. Heribertus Rinto Wibowo yang selalu memberi semangat, masukan, dan kritik
yang membangun hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Terima
kasih untuk semua hal baru yang boleh penulis dapatkan dari kebersamaan
selama mengerjakan skripsi ini.
9. Eyene, Inow, Chemel, Makcik Ditae, Pakcik Indrae, dan Om Ate yang selalu
setia memberikan sayap-sayap yang kokoh hingga skripsi ini selesai.
10. Genduut, Melin, Nandute, Bleki, Margamon, yang telah mengenalkan arti
sebuah realita dan keajaiban. Terima kasih untuk tambahan pengetahuan,
semangat, dan curhat-curhatnya.
11. Gothe, Sita, Ira untuk dukungan moral yang sungguh menguatkan sejak SMA
hingga sekarang.
12. Teman-teman kos Difa, Alit, Mamae, Galih, Livi, Monci, Merry, Asyen,
Dinae, Tiwi, Ria, Ayu, Grace, Friska, Dini, Sifa, Ami, Sentya, atas segenap
perhatian, semangat, dan kebersamaan yang telah diberikan.
13. Mas Mbong, dan teman-teman Cantus Firmus Choir, Esti, Dita Sopran, Mas
Beni, Mas Bayu, Danang Kecil, Rondang, Budi, Ferdian, teman-teman
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
altoners, soprano, tenorist, dan bassers atas semangat, doa, dan makna sebuah
persahabatan.
14. Semua teman-teman kelas A atas kebersamaan selama hari-hari kuliah dan
praktikum. Semangat terus dan sukses selalu.
15. Titan, yang memberi warna di hari-hari akhir penyelesaian skripsi ini.
16. Semua teman dan sahabat yang tak bisa disebutkan satu persatu atas doa,
dukungan, dan bantuan yang telah diberikan demi terselesaikannya skripsi ini
Tiada sesuatu yang sempurna, demikian juga dengan skripsi ini. Masukan
dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini menjadi
kehormatan bagi penulis. Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermafaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 Maret 2007
Penulis
Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat peluruh batu ginjal. Hal ini karena adanya kandungan flavonoid dalam pandan wangi, khususnya di bagian daun. Fraksinasi daun pandan wangi menggunakan air dan etil asetat bertujuan mengetahui pengaruh kedua fraksi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal.
Penelitian ini termasuk dalam rancangan eksperimental murni lengkap pola searah. Analisis kualitatif kandungan flavonoid dalam daun pandan wangi menggunakan kromatografi lapis tipis. Hasil analisis menunjukkan bahwa fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi mengandung glikosida flavonoid yang mengarah pada golongan flavonol.
Subjek uji batu ginjal direndam dalam sembilan kelompok perlakuan yaitu, kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, dan 10% v/v. Filtrat hasil perendaman diukur kadar kalsium terlarutnya menggunakan spektrofotometer serapan atom. Data kadar kalsium terlarut yang diperoleh diuji dengan analisis statistik deskriptif Explore, dilanjutkan uji One Way Anova dan uji post hoc LSD. Hasil analisis menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu ginjal lebih tinggi daripada fraksi airnya. Kedua fraksi daun pandan wangi tersebut memiliki daya melarutkan tertinggi pada konsentrasi 10%v/v. Kata kunci : pandan wangi, batu ginjal kalsium, air, etil asetat, spektrofotometer
serapan atom
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) is one of the plant that can be used as a drug which decreases the size of the kidney stones. This presumed because of the flavonoids which contained in pandan wangi, particularly in its leaves. Fractionation the pandan wangi leaves using water and ethyl acetate has a purpose to know the influence from both of the fraction in solubilizing the calcium kidney stones. This research is a kind of a complete pure experimental research with one way pattern. Qualitative analysis of flavonoids in pandan wangi leaves carried out by thin layer chromatography. The result of analysis showed that pandan wangi leaves contained glycosides flavonoid which supposed to flavonol group. The test subject, kidney stones, submered in nine treatment groups involved negative control, water and ethyl acetate fraction of pandan wangi leaves in concentration 2,5%v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. The filtrates after the submersion then measured by atomic absorption spectrophotometer to know the concentration of the soluble calcium. The data of soluble calcium which obtained from the measurement by atomic absorption spectrophotometer tested by Explore descriptive statistical analysis, then continued by One Way Annova and post hoc LSD. The results showed that the fraction of ethyl acetate of pandan wangi leaves could dissolves the calcium kidney stones higher than the fraction of water of pandan wangi leaves. Both of the fractions of pandan wangi leaves gave the highest solubility in concentration 10%v/v. Key words : pandan wangi, calcium kidney stones, water, ethyl acetate, atomic absorption spectrophotometer
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v
PRAKATA ............................................................................................ vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... ix
INTISARI ............................................................................................. x
ABSTRACT ………………………………………………………….. xi
DAFTAR ISI …………………………………………………………. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Keaslian Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ................................................ 5
A. Pandan Wangi .......................................................................... 5
B. Flavonoid ................................................................................. 6
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Batu Ginjal ............................................................................... 11
D. Kelarutan ................................................................................. 15
E. Kromatografi Lapis Tipis ......................................................... 17
F. Validitas Metode ...................................................................... 19
G. Analisis Kualitatif Batu Ginjal ................................................ 20
H. Spektrofotometri Serapan Atom .............................................. 21
I. Landasan Teori .......................................................................... 24
J. Hipotesis .................................................................................. 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................ 26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 26
B. Variabel dan Definisi Operasional ………………………….. 26
1. Variabel penelitian ……………………………………….. 26
2. Definisi operasional ……………………………………… 27
C. Bahan Penelitian ……………………………………………. 28
D. Instrumen Penelitian ………………………………………... 28
E. Tata Cara Penelitian ………………………………………… 29
F. Tata Cara Analisis Hasil …………………………………….. 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………….. 34
A. Determinasi Tanaman ………………………………………. 34
B. Fraksi Air dan Etil Asetat Daun Pandan Wangi ..................... 34
C. Preparasi Batu Ginjal .............................................................. 36
D. Analisis Kualitatif Batu Ginjal ............................................... 36
E. Analisis Kualitatif Flavonoida ................................................ 39
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Analisis Kuantitatif Kelarutan Kalsium Batu Ginjal ............... 50
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 60
A. Kesimpulan ............................................................................. 60
B. Saran ....................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 61
LAMPIRAN ......................................................................................... 64
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................... 93
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
I. Serapan filtrat serbuk batu ginjal yang diukur pada
spektrofotomotometer serapan atom ........................................... 38
II. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan
fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam
asetat : air (4:1:5 v/v) .................................................................... 40
III. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan
pereaksi semprot AlCl3 dan sitroborat ......................................... 44
IV. Penafsiran warna bercak dari segi struktur jenis flavonoid yang
mungkin terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun
pandan wangi ............................................................................... 47
V. Persamaan kurva baku hasil pengukuran serapan seri larutan
baku pada spektrofotometer serapan atom .................................. 50
VI. Nilai perolehan kembali (%) dari tiga replikasi seri larutan baku
...................................................................................................... 52
VII. Nilai koefisien variasi (%) ........................................................... 52
VIII. Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) setelah pengukuran
menggunakan spektrofotometer serapan atom ............................ 54
IX. Rata-rata kadar kalsium terlarut pada fraksi air dan etil asetat
daun pandan wangi....................................................................... 56
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur umum flavonoid ................................................................ 6
2. Ginjal dan batu ginjal ...................................................................... 11
3. Instrumentasi spektrofotometer serapan atom ................................ 23
4. Kromatogram rutin, fraksi etil asetat, fraksi air daun pandan
wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-
butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v) ............................................... 41
5. Gugus kromofor dan auksokrom pada flavonol ............................. 42
6. Reaksi flavonol dengan basa amonia ............................................. 43
7. Reaksi flavonol dengan AlCl3 …………………………………… 45
8. Reaksi flavonol dengan asam borat…………………………......... 46
9. Kurva baku kalsium hubungan antara konsentrasi larutan baku
kalsium versus absorbansi dengan persamaan kurva baku y =
0,009552 x – 0,00147 ..................................................................... 51
10. Diagram batang rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap
kelompok perlakuan setelah pengukuran dengan
spektrofotometer serapan atom ………………………………….. 54
11. Grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) dalam fraksi air dan etil
asetat daun pandan wangi setelah pengukuran pada
spektrofotometer serapan atom ...................................................... 57
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Kompleks glikosida flavonol fraksi etil asetat daun pandan wangi
(12.a) dan fraksi air daun pandan wangi (12b.) dengan kalsium
......................................................................................................... 59
13. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) ………………… 66
14. Serbuk daun pandan wangi …………………………………......... 67
15. Batu ginjal yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ……. 68
16. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi,
fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar UV 365
nm tanpa uap amonia …………………………………………... 75
17. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi,
fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar UV 365
nm setelah pemberian uap amonia ………………………………. 76
18. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi,
fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar tampak
setelah pemberian uap amonia …………………………………... 77
19. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi,
fraksi air daun pandan wangi hasil KLT di bawah sinar tampak
setelah disemprot dengan AlCl3 …………………………………. 78
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
I. Determinasi tanaman ...................................................................... 64
II. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan serbuk
tanaman pandan wangi …………………………………………... 66
III. Batu ginjal ...................................................................................... 68
IV. Seri larutan baku ............................................................................. 69
V. Hasil KLT flavonoid ...................................................................... 75
VI. Data kalsium terlarut dalam kelompok perlakuan .......................... 79
VII. Hasil analisis statistik ..................................................................... 80
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan penyakit yang terjadi selama ribuan tahun bahkan
setiap tahunnya jutaan orang dapat menderita penyakit batu ginjal. Hal ini
disebabkan gaya hidup seseorang yang mengkonsumsi berlebih makanan dan
minuman yang mengandung kalsium tinggi seperti susu, mentega, keju, emping,
melinjo, kacang-kacangan, dan ubi-ubian, konsumsi vitamin C dan D dosis tinggi,
faktor genetik, serta kurangnya cairan tubuh.
Saat ini banyak cara untuk mengobati batu ginjal, diantaranya yaitu
dengan ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy), Percutaneus
Lithotripsy, konsumsi obat-obatan diuretik, atau dengan konsumsi obat-obatan
tradisional. Konsumsi obat tradisional lebih digemari oleh masyarakat karena
murah dan bahannya mudah didapat.
Beberapa obat tradisional yang dimanfaatkan masyarakat untuk
pengobatan batu ginjal antara lain yang berasal dari tanaman tempuyung, meniran,
kumis kucing, keji beling. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pramono,
Sumarno, dan Wahyono (1993), daun tempuyung mampu melarutkan kalsium
batu ginjal. Hal ini diduga terjadi melalui pembentukan kompleks antara gugus
hidroksi karbonil dalam molekul flavonoid dengan ion kalsium penyusun batu
ginjal. Penelitian lain yang juga menunjukkan kemampuan flavonoid dalam
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
melarutkan kalsium batu ginjal dilakukan oleh Yanti, Anggraeni, dan Yuningsih
(1993) pada tanaman meniran (Phyllantus niruri L.).
Dalam penelitian Raharjo (2003), infusa daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) dapat melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini karena adanya
kandungan flavonoid dalam infusa daun pandan wangi. Mursyidi (1990)
menyebutkan bahwa di dalam tumbuhan, flavonoid biasanya berikatan dengan
gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut aglikon.
Glikosida flavonoid bersifat polar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut polar.
Sedangkan aglikon flavonoid bersifat kurang polar sehingga lebih mudah larut
dalam pelarut dengan polaritas medium.
Ekstraksi flavonoid umumnya dilakukan menggunakan pelarut campuran
air dengan etanol, metanol, atau aseton. Kemudian dilakukan pengekstraksian
kembali dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak
polar. Robinson (1995) menyebutkan bahwa pelarut organik yang umumnya
dipakai untuk pengekstraksian kembali ekstrak air tanaman adalah etil asetat. Dari
hasil pengekstraksian kembali, glikosida flavonoid akan tertinggal dalam fase air
(fraksi air) sedangkan aglikon flavonoid dan kemungkinan sebagian glikosida
flavonoid dengan polaritas yang lebih rendah dari yang tersari di fase air akan
tersari dalam fase etil asetat (fraksi etil asetat). Namun seberapa banyak flavonoid
yang terkandung dikedua fraksi tidak diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka
dilakukan penelitian tentang daya melarutkan fraksi air dan etil asetat daun
pandan wangi terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas maka diambil suatu rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap
kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro?
2. Pada konsentrasi berapakah fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi yang
memberikan kelarutan terbesar terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro?
C. Keaslian Penelitian
Pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh infusa daun pandan wangi
terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro oleh Raharjo (2003). Sedangkan
penelitian tentang daya melarutkan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi
terhadap kalsium batu ginjal secara in vitro belum pernah dilakukan sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah
1. Manfaat umum
Mengetahui pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dalam
melarutkan kalsium batu ginjal sehingga dapat dijadikan tambahan
informasi untuk pengembangan obat tradisional peluruh batu ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Manfaat khusus
Mendapatkan informasi konsentrasi yang memberikan kelarutan terbesar
dari fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dalam melarutkan kalsium
batu ginjal secara in vitro.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi terhadap
kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro.
2. Mengetahui konsentrasi dari fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi
yang memberikan kelarutan terbesar terhadap kalsium batu ginjal secara in
vitro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pandan Wangi
1. Keterangan botani
Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) termasuk dalam
famili Pandanaceae. Tanaman ini memiliki beberapa sinonim yaitu Pandanus
odorus Lidl., Pandanus latifolius Hassk., Pandanus hasskarlii Merr. (Sugati
dan Hutapea, 1991).
2. Pertelaan
Perdu, tahunan, tinggi 3-7 m. Helaian daun tunggal, liat , umumnya tidak
utuh, warna hijau tua, bentuk garis, panjang 48,2 – 50,3 cm, lebar 3,5 – 4,0
cm, ujung daun lancip, pinggir daun sedikit berduri kecil-kecil, tidak
bertangkai, tulang daun sejajar. Permukaan daun yang atas lebih mengkilap
daripada permukaan daun yang bawah (Anonim, 1989).
Sugati dan Hutapea (1991) menyebutkan batang tanaman pandan wangi
bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di
sekitar pangkal batang dan cabang. Bunga majemuk, bentuk bongkol,
warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4-
7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga.
3. Kandungan Kimia
Pandan wangi pada bagian daunnya mengandung flavonoida, alkaloida,
saponin, tanin, polifenol dan zat warna.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Kegunaan
Pandan wangi, khususnya bagian daun, berkhasiat sebagai obat lemah
saraf, selain itu bermanfaat juga sebagai penambah nafsu makan dan sebagai
bahan baku kosmetika. Kegunaan lain daun pandan wangi, seperti yang
disebutkan dalam Materia Medika Indonesia IV, yaitu sebagai bahan pewangi.
B. Flavonoid
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, kecuali alga dan
hornwort. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, serbuk sari, nektar, bunga, buah, dan biji. Golongan flavonoid dapat
digambarkan sebagai deretan senyawa C6 – C3 – C6. Artinya, kerangka karbonnya
terdiri atas dua gugus C6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon. Golongan
terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai
tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena.
O
AB
12
345
6
78
9
10
1'
2' 3'
4'
5'6'
Gambar 1. Struktur umum flavonoid (Robinson, 1995)
Semua varian flavonoid memiliki jalur biosintesis yang sama sehingga
memiliki struktur dasar yang sama. Flavonoid dikelompokkan menjadi beberapa
kelas berdasarkan tingkat oksidasi cincin pirannya (Brunetton, 1999). Masing-
masing flavonoid dalam tiap kelasnya dibedakan oleh posisi gugus hidroksi,
metoksi dan substituen gula pada struktur molekulnya. Umumnya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tumbuhan, flavonoid berada dalam bentuk glikosida. Gula yang umumnya terikat
pada flavonoid yaitu gula heksosa seperti glukosa, galaktosa, dan ramnosa ; dan
gula pentosa seperti arabinosa dan silosa. Molekul-molekul gula tersebut dapat
terikat sendirian atau berkombinasi dengan molekul gula yang lain pada molekul
flavonoid (Anonima, 2007).
Flavonoid yang memiliki sejumlah gugus hidroksi yang tak tersulih, atau
suatu gula, sifatnya polar dan disebut sebagai glikosida. Oleh karena sifatnya yang
polar, maka glikosida mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH),
metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO),
dimetilformamida (DMF), dan lain-lain. Glikosida flavonoid (flavonoid dengan
gula terikat) lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut
di atas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya,
aglikon (flavonoid tanpa gula terikat) yang sifatnya kurang polar, seperti
isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih
mudah larut dalam pelarut seperti eter atau kloroform (Markham, 1988).
Bentuk glikosida dari flavonoid terdapat pada vakuola, dan tergantung dari
spesiesnya, glikosida bisa terdapat pada epidermis daun ataupun tersebar baik di
jaringan epidermis maupun mesofil. Pada bunga, glikosida terdapat pada sel-sel
epidermisnya. Glikosida tersebut dapat diekstraksi, umumnya pada suhu tinggi,
dengan aseton atau alkohol (etanol, metanol) yang dicampur dengan air.
Penguapan solven dilakukan jika terdapat fase air hasil ekstraksi menggunakan
dua pelarut yang tak saling campur, misalnya: petroleum eter akan mengeliminasi
klorofil dan lemak; dietil eter akan mengekstraksi aglikon bebas; etil asetat akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
melarutkan sebagian besar glikosida. Sedangkan sakarida bebas akan tertinggal
dalam fase air bersama glikosida yang paling polar (jika ada) (Bruneton, 1999).
Robinson (1995) menyebutkan bahwa glikosida flavonoid dapat larut dalam
air dan pengekstraksian kembali larutan dalam air dengan pelarut organik yang
tidak bercampur dengan air tetapi agak polar sering kali bermanfaat untuk
memisahkan flavonoid dari senyawa yang lebih polar seperti karbohidrat. Etil
asetat merupakan pelarut yang baik untuk menangani hal ini.
Ketika ada flavonoid yang ditemukan dalam kutikula daun biasanya dalam
bentuk aglikon. Aglikon ini memiliki sifat lipofilik karena adanya metilasi
sebagian atau total pada gugus hidroksinya. Flavonoid yang bersifat lipofilik yang
terdapat pada jaringan-jaringan di permukaan daun dapat diekstraksi
menggunakan pelarut yang memiliki polaritas medium; kemudian dipisahkan dari
lemak dan lilin atau pengotor-pengotor lain yang ikut terekstraksi (Bruneton,
1999).
Analisis kualitatif flavonoid dapat dilakukan dengan kromatografi kertas
dan kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis (KLT) lebih banyak
digunakan karena waktu pemisahan lebih cepat dan hasil pemisahan lebih baik.
Fase diam yang dapat dipilih untuk KLT antara lain selulosa, silika, dan poliamid.
Pemilihan fase diam didasarkan pada tujuan KLT. Sedangkan untuk fase gerak
dapat digunakan air, asam asetat, dan asam klorida maupun campuran pelarut.
Untuk campuran pelarut, yang dapat digunakan biasanya n-butanol : asam asetat :
air (4:1:5), t-butanol : asam asetat : air (3:1:1), kloroform : asam asetat : air
(30:15:2), dan asam asetat : air : asam klorida (30:10:30) (Markham, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dipakai fase atas,
digunakan untuk memisahkan glikosida, aglikon, dan gula. Kelebihan fase gerak
campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) dibandingkan t-butanol : asam
asetat : air (3:1:1) adalah waktu pengembangan yang lebih pendek per
kromatogram (Markham, 1988).
Bercak flavonoid hasil kromatografi dapat diamati dengan sinar tampak dan
ultraviolet (UV). Sebagian besar bercak flavonoid tidak terlihat pada sinar
tampak. Karena alasan tersebut, untuk mendeteksi bercak, kromatogram diperiksa
dengan sinar UV 365 nm. Memberikan uap amonium (NH3) pada kromatogram
yang sudah benar-benar kering akan meningkatkan kepekaan deteksi dan
menghasilkan perubahan warna yang ada kaitannya dengan struktur senyawa yang
bersangkutan (Markham, 1988).
Penyemprotan kromatogram menggunakan pereaksi yang berlainan dapat
memberikan informasi terbatas tentang struktur flavonoid. Ada empat pereaksi
semprot yang biasanya digunakan, yaitu:
1. FeCl3. Deteksi kromatogram dengan larutan FeCl3 akan menyebabkan
terbentuknya kompleks berwarna yang dapat diamati dengan sinar tampak.
2. AlCl3. Larutan AlCl3 5% yang bisa digunakan untuk spektroskopi UV-tampak
bila disemprotkan pada kromatogram kemudian dikeringkan, menunjukkan
semua 5-hidroksi-flavonoid sebagai bercak berfluoresensi kuning bila dilihat
di bawah sinar UV 366 nm. Selain itu, bercak yang semula tidak tampak
menjadi terlihat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Kompleks difenil-asam borat-etanolamin. Pemakaian larutan 1% dalam
metanol menunjukkan semua 3’, 4’-dihidroksi-flavon dan 3’, 4’-dihidroksi-
flavonol sebagai bercak jingga.
4. Asam sulfanilat yang terdiazotasi. Kromatogram disemprot dengan pereaksi
ini kemudian disemprot dengan natrium karbonat 20%. Kebanyakan senyawa
yang mempunyai gugus hidroksi fenol akan terlihat sebagai bercak kuning,
jingga, atau merah.
5. Vanilin-HCl. Bercak merah atau merah lembayung segera setelah
penyemprotan dan pemanasan oleh katekin dan proantosianidin, dan terbentuk
lebih lambat oleh flavon dan dihidroflavonol (Markham, 1988).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pramono, dkk (1993) menyebutkan
pelarutan batu ginjal oleh daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) diduga melalui
efek diuretik oleh karena adanya kandungan mineral atau melalui pembentukan
kompleks antara kandungan flavonoid dalam daun tempuyung dengan ion kalsium
penyusun batu ginjal.
Flavonoid yang terkandung dalam daun tempuyung, menurut hasil
penelitian Pramono, dkk (1993), mengarah pada apigenin 7-glukosida dan luteolin
7-glukosida. Kedua senyawa ini mempunyai gugus hidroksi karbonil yang terdiri
dari gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4. Gugus
hidroksi karbonil ini mempunyai sifat dapat membentuk kompleks khelat yang
stabil dengan logam-logam seperti Pb, Fe, Al. Kebanyakan komposisi batu ginjal
terdiri dari kalsium. Adanya ion kalsium ini merupakan agen yang mempunyai
kemungkinan membentuk kompleks dengan gugus hidroksi karbonil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
flavonoid. Gugus lain yang terdapat pada luteolin 7-glukosida dan mempunyai
kemungkinan membentuk kompleks adalah gugus orto dihidroksi pada cincin
benzen lateral.
C. Batu Ginjal
Batu ginjal adalah material kristalin dan mineral yang keras yang
terbentuk di ginjal atau di sepanjang saluran kemih. Terbentuknya batu bisa
terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu
atau kurangnya inhibitor pembentukan batu (Anonimb,2007). Penyebab lain
terbentuknya batu ginjal yaitu kerusakan tubular pada ginjal, hiperkalsiuria,
hiperoksaluria, penurunan volume urin, dan faktor keturunan (Dale, 2003).
Gambar 2. Ginjal dan batu ginjal (Anonim c, 2007)
Menurut Dorland (2000) pembentukan batu di saluran kemih disebut
urolithiasis sedangkan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
disebut nephrolithiasis. Dale (2003) menyebutkan pasien penyakit batu ginjal
mengalami beberapa gejala seperti nyeri hebat yang tiba-tiba di bagian panggul
(flank pain) atau terkadang menyebar sampai ke bagian bawah dekat alat kelamin
(groin pain). Nyeri hebat ini dapat disertai dengan nausea dan vomiting. Letak
penyumbatan oleh batu menentukan lokasi nyeri yang dialami pasien. Batu yang
berada pada pelvis ginjal atau di ureter bagian atas dapat menyebabkan nyeri pada
panggul (flank pain). Sedangkan batu yang berada di bagian tengah atau bawah
dari ureter menyebabkan nyeri pada bagian bawah dekat alat kelamin (groin pain)
dan alat kelamin itu sendiri. Adanya batu pada kantung kemih ditandai dengan
nyeri pada bagian bawah perut, berkurangnya volume urin, disuria, dan nyeri saat
mengeluarkan urin. Gejala lain dari penyakit batu ginjal adalah terjadi hematuria.
Smith dan Guay (1996) menyebutkan bahwa ada tiga teori tentang
pembentukan batu ginjal, yaitu:
a) Teori matrix, menyebutkan bahwa semua batu ginjal mengandung 2-3%
material organik pada komposisi kristalnya. Material organik inilah yang
menginisiasi mekanisme pembentukan batu ginjal. Namun setelah penelitian
lebih lanjut, material organik tersebut hanya melindungi permukaan kristal
batu ginjal sehingga melindungi kristal dari disolusi.
b) Teori defisiensi inhibitor. Urin merupakan cairan kompleks yang
mengandung sejumlah inhibitor kristalisasi, antara lain sitrat, sulfat,
pirofosfat, magnesium, glikosaminoglikan. Penurunan aktivitas inhibitor pada
urin menyebabkan terjadinya presipitasi yang memicu terbentuknya batu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
c) Teori presipitasi-kristalisasi. Teori ini berdasar pada pengenalan tingkat
kejenuhan suatu larutan yang mengandung mineral. Tingkat kejenuhan suatu
larutan didefinisikan dengan dua istilah yaitu solubility product dan formation
product. Solubility product adalah tingkat kejenuhan di mana fase cair berada
dalam kondisi ekual dengan fase padat. Formation product adalah tingkat
kejenuhan di mana terjadi pembentukan kristal secara spontan. Tingkat
kejenuhan larutan di bawah tingkat solubility product adalah larutan tidak
jenuh (undersaturated). Tingkat kejenuhan larutan diantara solubility product
dan formation product merupakan larutan jenuh (supersaturated). Sedangkan
tingkat kejenuhan larutan diatas formation product merupakan larutan lewat
jenuh dan terjadi pembentukan kristal. Pembentukan kristal inilah yang
menginisiasi pembentukan batu ginjal jika kondisi urin lewat jenuh.
Jenis batu ginjal ,menurut Heptinstall (1983), bervariasi tergantung dari
komponen-komponen penyusunnya. Berikut adalah jenis-jenis batu ginjal:
a) Batu Kalsium
Batu kalsium biasanya keras dan bentuknya tidak beraturan. Batu berwarna
agak gelap pada permukaanya, karena kristal oksalat yang tajam menyebabkan
abrasi pada mukosa pelvis sehingga terjadi hemoragi yang melapisi batu.
Bentuknya yang tidak beraturan merupakan hasil kristalisasi dan biasanya
ditemukan pada urin yang asam. Terkadang ratusan batu ini bergabung
menjadi satu di dalam calyx, yang kemudian oleh sinar X terdeteksi sebagai
batu tunggal. Jika batu ini bergabung dengan fosfat, batu akan menjadi lebih
halus, lebih pucat, dan lebih lunak, dan disebut sebagai batu fosfat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b) Batu Struvite
Batu struvite berwarna abu-abu atau agak keputihan dan memiliki konsistensi
yang bervariasi. Beberapa ada yang keras namun beberapa juga ada yang
rapuh dan lunak. Batu ini terbentuk pada urine basa dan juga terbentuk karena
adanya infeksi bakteri sehingga sering disebut sebagai batu infeksi. Biasanya
batu struvite mengandung campuran kalsium fosfat dan magnesium fosfat,
tetapi dapat juga mengandung sedikit kalsium oksalat atau kalsium karbonat.
c) Batu Asam Urat
Batu asam urat keras dan berwarna coklat kekuningan dengan permukaan
yang halus dan bulat. Seringkali batu ini berada dalam bentuk ganda. Menurut
Dale (2003), biasanya batu ini ditemukan pada kantung kemih dan terjadi
pada kantung kemih yang tidak terinfeksi. Batu ini terbentuk pada urin yang
asam dan dapat menjadi besar memenuhi kaliks ginjal.
d) Batu Sistin
Umumnya berwarna kekuningan dan agak berlemak, menjadi berwarna gelap
setelah dioperasi atau otopsi. Batu ini berada dalam bentuk ganda, halus,
bulat, dan biasanya kecil. Pembentukan batu ini terjadi pada pasien yang
mengalami sistinuria.
Dari keempat jenis batu ginjal di atas, batu kalsium merupakan jenis batu
yang paling sering ditemukan pada penderita batu ginjal. Jenis batu kedua yang
paling sering ditemukan adalah batu fosfat. Batu asam urat berhubungan dengan
penyakit gout. Batu sistin ditemukan pada penderita sistinuria. Faktor keturunan
mempengaruhi terbentuknya batu sistin pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
batu infeksi sebagian besar ditemukan pada wanita sebagai akibat dari infeksi
saluran urin.
Beberapa tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat peluruh batu ginjal
yaitu tempuyung (Sonchus arvensis L.), kumis kucing (Orthosiphon stamineus
Benth.), keji beling (Strobilanthus crispus Bl.), meniran (Phyllantus niruri L.).
Infusa daun tempuyung pada percobaan in vivo menunjukkan efek menghambat
pembentukan batu kandung kemih buatan pada tikus. Selain itu secara in vitro
infusa daun tempuyung mempunyai efek melarutkan kalsium oksalat batu ginjal.
Daun kumis kucing digunakan sebagai terapi untuk penyakit kadar urin
rendah dan pembengkakkan pada penyakit batu ginjal. Dari hasil penelitian secara
praklinis dan klinis, tanaman ini memiliki khasiat sebagai diuretik, menurunkan
kadar asam urat, dan pelarut batu kalsium. Penelitian tentang ekstrak air dari
herba meniran secara in vitro menunjukkan adanya efek penghambatan terhadap
pembentukan kristal kalsium oksalat sehingga herba ini dapat dijadikan obat
alternatif dari penyembuhan kencing batu (Anonim, 2000).
Tanaman keji beling berbau lemah dan memiliki rasa yang pahit,
berkhasiat melancarkan air seni serta menghancurkan batu dalam empedu, ginjal,
dan kandung kemih. Untuk pengobatan batu ginjal daun keji beling dapat direbus
dengan air dengan jumlah tertentu (Sulaksana, 2005).
D. Kelarutan
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen (Martin, 1990).
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika kimia zat terlarut
dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan
untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut
(Martin, 1990).
Martin (1990) menyebutkan air adalah pelarut yang baik untuk garam,
gula dan senyawa sejenis, sedang minyak mineral dan benzena biasanya
merupakan pelarut untuk zat yang hanya sedikit larut dalam air.
Kelarutan zat dalam pelarut ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya
momen dipol pelarut. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain.
Selain momen dipol, kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen,
khususnya jika pelarutnya adalah air, merupakan faktor yang jauh lebih
berpengaruh dibandingkan dengan polaritas yang direfleksikan dalam dipol
momen yang tinggi. Kelarutan zat juga bergantung pada gambaran struktur seperti
perbandingan gugus polar terhadap gugus nonpolar dari molekul. Jika suatu
molekul banyak memiliki gugus polar maka molekul tersebut akan mudah larut
dalam pelarut polar. Sebaliknya, jika suatu molekul lebih banyak memiliki gugus
non polar maka molekul tersebut akan larut dalam pelarut non polar (like disolve
like).
Pelarut berdasarkan polaritasnya dibedakan atas pelarut polar, semipolar,
dan nonpolar. Pelarut polar umumnya memiliki tetapan dielektrik yang tinggi,
misalnya: air, memiliki tetapan dielektrik 80. Tetapan dielektrik yang tinggi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menyebabkan pelarut polar dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion dalam
kristal yang bermuatan berlawanan (misal: natrium klorida). Sedangkan pelarut
non polar memiliki tetapan dielektrik yang rendah sehingga tidak dapat
mengurangi gaya tarik menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah. Pelarut
nonpolar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan dalam yang sama
melalui interaksi dipol induksi. Pelarut semipolar, seperti keton dan alkohol, dapat
menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar.
Pelarut semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat
menyebabkan bercampurnya cairan polar dan nonpolar, misalnya: aseton
menaikkan kelarutan eter dalam air.
E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode kromatografi cair
yang sederhana selain kromatografi kertas. KLT dapat dipakai untuk analisis
kualitatif, kuantitatif, dan preparatif. Selain itu dapat juga digunakan untuk
menentukan sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai pada
kromatografi kolom (Gritter, Bobbit, Schwarting, 1991).
KLT digunakan pada pemisahan zat secara cepat, dengan memakai zat
penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan secara merata pada lempeng kaca
(Anonim, 1989). Pada KLT pemisahan komponen-komponen terjadi atas dasar
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut
pengembang atau pelarut pengembang campur. Pemilihan pelarut pengembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
atau pelarut pengembang campur dipengaruhi oleh macam dan polaritas zat-zat
kimia yang dipisahkan (Mulja dan Suharman, 1995).
Fase diam yang umum dan banyak dipakai adalah silika gel yang dicampur
dengan CaSO4 untuk menambah daya lengket partikel silika gel pada pendukung
(pelat). Perlu diperhatikan bahwa ukuran partikel dibuat pada rentang kehalusan
tertentu 1-25 µm dalam keadaan seragam. Tujuan dibuat dalam keadaan seragam
ini yaitu untuk didapatkannya pemisahan yang baik, laju aliran pelarut
pengembangan yang cepat dan merata (Mulja dan Suharman, 1995).
Kromatogram pada KLT merupakan bercak-bercak yang terpisah setelah
visualisasi dengan cara fisika atau kimia. Visualisasi dengan cara fisika yaitu
dengan melihat bercak kromatogram yang mengabsorpsi radiasi ultraviolet atau
berfluoresensi dengan radiasi ultraviolet pada π = 254 nm atau π = 365 nm.
Sedangkan visualisasi secara kimia yaitu dengan mereaksikan kromatogram
dengan pereaksi warna yang memberikan warna atau fluoresensi yang spesifik
(Mulja dan Suharman, 1995).
Data KLT diberikan dalam bentuk harga Rf senyawa dalam sistem pelarut
tertentu. Faktor retardasi atau Rf didefinisikan sebagai:
awaltitikdarigerakfaseakhirgarisjarakawaltitikdaribercakpusattitikjarakRf =
Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal. Harga hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h) menghasilkan nilai 0
sampai 100 (Stahl, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
F. Validitas Metode
Validasi metode analisis adalah proses terdokumentasi yang menjamin
bahwa pelaksanaan metode analisis yang bersifat karakteristik telah sesuai dengan
tujuan pelaksanaannya. Metode-metode analisis yang digunakan dalam
laboratorium kimia analisis bisa berupa metode standar, metode komparatif
ataupun metode pengembangan. Semua metode analisis yang dipilih untuk
penentuan rutin ataupun riset terlebih dahulu mutlak harus divalidasi dengan
beberapa parameter validasi (Mulja dan Hanwar, 2003).
Menurut Mulja dan Hanwar (2003), pada analisis kuantitatif besarnya
batasan angka persyaratan parameter validasi sangat tergantung pada macam
sampel yang dianalisis, sedangkan pada analisis kualitatif mempersyaratkan hasil
analisisnya harus memberikan kesalahan 0% pada penentuan analit yang
menyangkut nasib seseorang.
Istilah-istilah parameter analisis yang perlu dipahami adalah:
1. Spesifisitas
Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan
akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang
mungkin ada dalam matrik sampel.
2. Linieritas
Linieritas dari suatu prosedur analisis merupakan kemampuannya untuk
mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi
(jumlah) analit di dalam sampel. Persyaratan data linieritas yang bisa diterima
jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,999 atau nilai variasi fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(Vxo) < 2% sedangkan untuk bioanalisis (penetapan hayati/analisis pada
matrik sampel biologis) dipersyaratkan nilai Vxo = 5% - 10%.
3. Akurasi
Akurasi suatu metode merupakan keterdekatan nilai pengukuran dengan nilai
sebenarnya dari analit dalam sampel. Indikasi yang paling umum untuk
menyatakan akurasi yang tinggi adalah perolehan kembali (% recovery).
Akurasi untuk bahan obat dengan kadar kecil biasanya disepakati 90 – 110%,
akurasi untuk kadar obat yang lebih besar biasanya disepakati 95 – 105%,
akurasi untuk bahan baku biasanya disepakati 98 – 102%, sedangkan untuk
bioanalisis rentang akurasi 80 – 120 % masih bisa diterima.
4. Presisi
Presisi suatu metode analisis merupakan sejumlah pencaran hasil yang
diperoleh dari analisis berulangkali pada suatu sampel homogen. Presisi
biasanya dinyatakan dengan Coefficient of Variation (CV) dan Relative
Standard Deviation (RSD). Harga RSD < 20 ppt atau CV < 2% dapat
dikatakan metode tersebut memberikan presisi yang bagus, sedangkan untuk
bioanalisis CV = 15 – 20% masih dapat diterima.
G. Analisis Kualitatif Batu Ginjal
Identifikasi secara kualitatif suatu zat dapat dilakukan dengan mereaksikan
zat atau sampel dengan pereaksi kimia. Analisis kualitatif dapat dilakukan pada
bermacam-macam skala diantaranya skala makro dan semimikro. Adapun
perbedaan antara keduanya didasarkan pada kuantitas zat yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dalam batu ginjal terkandung kalsium yang berada dalam bentuk ion
(kation) maka dilakukan analisis kualitatif terhadap keberadaan kalsium tersebut.
Kalsium merupakan kation yang terdapat dalam golongan IV bersama barium dan
stronsium. Pada golongan ini kation tidak bereaksi dengan reagensia golongan I,
II, dan III. Reagensia yang bereaksi dengan golongan ini tidak dapat bereaksi
dengan kation golongan V (Vogel, 1979).
Reagensia yang biasa digunakan dalam identifikasi kualitatif kalsium
sehingga terjadi reaksi pengendapan diantaranya adalah amonium karbonat, asam
sulfat encer, amonium oksalat, kalium kromat, dan kalium ferosianida. Kalsium
dengan amonium karbonat membentuk endapan amorf putih yang merupakan
endapan kalsium karbonat, dengan asam sulfat encer membentuk endapan putih
yang merupakan endapan kalsium sulfat, dengan kalium kromat kalsium tidak
membentuk endapan dari larutan-larutan encer dan juga larutan-larutan pekat
dengan adanya asam asetat. Hal inilah yang membedakan dari barium, karena
barium membentuk endapan kuning barium kromat. Reaksi kalsium dengan
larutan kalium ferosianida menghasilkan endapan putih garam campuran dan hal
ini yang membedakan kalsium dengan stronsium (Vogel, 1979).
H. Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom atau atomic absorption spectrophotometry
(AAS) merupakan suatu metode yang digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif pada kurang lebih 70 elemen. Sensitivitas metode ini berada dalam
rentang parts-per million hingga parts-per billion (Skoog, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Adapun prinsip dari AAS adalah penyerapan sumber radiasi oleh atom-atom
netral dalam keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh
atom-atom netral dalam keadaan gas tadi merupakan radiasi sinar tampak (visibel)
atau ultraviolet (UV). Namun demikian AAS berbeda prinsip dengan
spektrofotometri UV-Vis dalam hal instrumentasi, penanganan sampel, serta
bentuk spektrumnya (Mulja dan Suharman, 1995).
Penentuan jenis atom menggunakan metode ini hanya dapat dilakukan
ketika atom-atom dipisahkan satu dengan yang lainnya dan berada dalam bentuk
gas. Oleh karena itu langkah awal dalam prosedur spektrofotometri serapan atom
yaitu proses atomisasi, proses di mana larutan sampel diuapkan dan mengalami
dekomposisi untuk menghasilkan atom dalam keadaan gas (Skoog, 1994). Dalam
spektrofotometri serapan atom hanya ada transisi elektronik pada atom ketika
menyerap sumber radiasi. Hal ini karena atom merupakan bagian terkecil dari
suatu molekul dan tidak dapat berotasi ataupun bervibrasi seperti yang terjadi
pada molekul (Christian, 2004).
Dalam AAS, cuplikan yang diukur berupa larutan, biasanya air sebagai
pelarut. Metode kerjanya yaitu penyemprotan larutan sampel (larutan garam
logam) berupa tetesan-tetesan yang sangat halus ke dalam nyala api, pelarut akan
menguap meninggalkan serbuk garam yang halus yang kemudian diatomkan.
Nyala api unsur logam akan memancarkan warna yang khas dan memberikan
spektrum absorpsi atom yang khas pula. Berbeda dengan spektrofotometri visibel,
metode ini tidak mempedulikan warna larutan (Mulja dan Suharman, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Secara umum instrumentasi spektrofotometer serapan atom terdiri dari
sumber radiasi yang berupa Hollow Cathode Lamp (HCL), kuvet nyala (flame),
monokromator, detektor, dan amplifier.
Gambar 3. Instrumentasi spektrofotometer serapan atom (Christian, 2004)
Lampu yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom adalah
Hollow Cathode Lamp (lampu katoda berongga) merupakan lampu yang
memancarkan radiasi pada panjang gelombang yang spesifik sesuai dengan
panjang gelombang atom yang akan dianalisis (Christian, 2004).
Atom-atom netral suatu unsur di dalam nyala api akan menyerap radiasi
yang datang sehingga akan mengalami transisi ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Energi akan dipancarkan ketika atom kembali ke tingkat energi dasar
dan akan menghasilkan garis-garis spektrum serapan atom. Garis-garis
spektrum serapan atom tersebut disebut sebagai garis-garis resonansi. Garis-
garis resonansi serapan atom jauh lebih sempit dibandingkan pita spektrum
sumber radiasi yang sinambung. Hal ini karena radiasi dari sumber radiasi
yang dilewatkan pada garis resonansi atom dalam nyala akan diserap oleh
atom-atom tersebut dalam bagian yang sangat kecil (Mulja dan Suharman,
1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
I. Landasan Teori
Pandan wangi memiliki kandungan senyawa flavonoid khususnya
dibagian daun. Adanya kandungan flavonoid menyebabkan daun pandan wangi
mampu melarutkan kalsium batu ginjal. Hal ini diduga terjadi melalui mekanisme
pembentukan kompleks antara ion kalsium penyusun batu ginjal dengan
flavonoid.
Di dalam tumbuhan, flavonoid biasanya berikatan dengan gula sebagai
glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tersebut disebut aglikon. Oleh
karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi yang tak tersulih, atau suatu gula,
flavonoid merupakan senyawa polar dan larut dalam pelarut polar. Bentuk
glikosida flavonoid juga mudah larut dalam air. Dengan demikian campuran
pelarut seperti etanol, metanol, aseton, dimetilsulfoksida, dan pelarut polar lainnya
dengan air merupakan pelarut yang baik untuk menyari flavonoid.
Pengekstraksian kembali ekstrak tanaman dalam air menggunakan pelarut
organik yang tidak saling campur dengan air tetapi agak polar bermanfaat untuk
memisahkan flavonoid dari senyawa yang lebih polar. Etil asetat merupakan salah
satu contoh pelarut organik yang umumnya digunakan untuk ekstraksi kembali
ekstrak tanaman dalam air. Dari hasil pengekstraksian kembali ini akan
didapatkan dua fase, yaitu fase air dan fase etil asetat. Di dalam fase air akan
terkandung sejumlah senyawa yang polar yaitu glikosida flavonoid. Sedangkan di
dalam fase etil asetat akan terkandung senyawa yang kurang polar yaitu aglikon
flavonoid dan kemungkinan glikosida flavonoid yang polaritasnya lebih rendah
daripada glikosida yang tersari di fase air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
J. Hipotesis
Baik fraksi air maupun fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga mampu
melarutkan kalsium batu ginjal karena adanya kandungan flavonoid pada kedua
fraksi. Oleh karena pada fase etil asetat terdapat flavonoid dalam bentuk aglikon
dan glikosidanya sedangkan pada fase air hanya terdapat flavonoid dalam bentuk
glikosida, maka fraksi etil asetat daun pandan wangi diduga mampu melarutkan
kalsium batu ginjal lebih banyak daripada fraksi airnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental murni
lengkap pola satu arah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar fraksi air dan etil asetat
daun pandan wangi yaitu: 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, dan 10% v/v.
b. Variabel tergantung (Dependent variable)
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar kalsium batu ginjal
terlarut dalam masing-masing kelompok perlakuan (ppm/10 ml).
c. Variabel pengacau
i. Variabel pengacau terkendali
Terdiri dari :
a) Derajat halus serbuk batu ginjal (20/50 mesh)
b) Suhu lingkungan perendaman batu ginjal (37o C)
c) Waktu penggojogan batu ginjal saat perendaman (1 menit)
d) Daerah dan waktu pengumpulan tanaman pandan wangi
ii. Variabel pengacau tak terkendali
Terdiri dari:
a) pH fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Definisi Operasional
a. Fraksi air daun pandan wangi adalah sari yang diperoleh dari ekstrak
kental etanol-air daun pandan wangi yang dapat larut dalam air.
b. Fraksi etil asetat daun pandan wangi adalah sari yang diperoleh dari
ekstrak kental etanol-air daun pandan wangi yang dapat larut dalam etil
asetat.
c. Kadar fraksi air daun pandan wangi adalah jumlah (mililiter) air yang
sudah bebas etanol dengan penambahan tween 80 yang kemudian
dilarutkan dalam air hingga 100 ml.
d. Kadar fraksi etil asetat daun pandan wangi adalah jumlah (mililiter) etil
asetat yang sudah bebas etanol dengan penambahan tween 80 yang
kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml.
e. Kadar kalsium batu ginjal terlarut adalah jumlah (ppm) kalsium batu
ginjal yang terlarut dalam sepuluh mililiter perlakuan setelah direndam
selama 6 jam pada suhu 37oC.
f. Derajat halus serbuk batu ginjal yang digunakan adalah 20/50.
g. Waktu penggojogan batu ginjal saat perendaman adalah selama 1 menit.
Batu ginjal yang direndam dalam setiap kelompok perlakuan digojog tiap
30 menit.
h. Kadar kalsium batu ginjal terlarut yang terbesar sebatas pada range kadar
yang diuji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
C. Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. daun pandan wangi yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat
Tawangmangu.
2. batu ginjal yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran UGM.
3. kalsium karbonat (Merck), etil asetat (Merck), petroleum eter (GT Baker),
etanol p.a (Merck), n-butanol (Merck), asam asetat (Merck), asam klorida
(Merck).
4. tween 80, aquadest, larutan amonium karbonat, larutan asam sulfat encer,
larutan amonium oksalat, larutan kalium kromat, larutan kalium ferosianida
dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi USD.
D. Instrumen penelitian
Instrumen atau alat yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :
spektrofotometer serapan atom (Instrumentation Laboratory aa/ae
Spectrophotometer 451), mortir dan stamper, ayakan ukuran 12/18 dan 20/50
mesh (Retsch), Soxhlet (Quickfit) , corong Buchner, rotaevaporator (Janke &
Kunkel IKA-Labortechnik RV 05-ST), alat-alat gelas (Pyrex), penangas air
(Memmert), termometer (Filled), dan bejana KLT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
E. Tata Cara Penelitian
1. Tanaman pandan wangi segar tanpa bunga dan buah dideterminasi di Balai
Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu.
2. Pengumpulan bahan
Pengumpulan daun pandan wangi dilakukan pada bulan Agustus 2006. Batu
ginjal diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
3. Penyiapan bahan
a. Pembuatan serbuk daun pandan wangi
Daun pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini sudah berada
dalam bentuk serbuk. Pembuatan serbuk daun pandan wangi dilakukan
oleh Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Serbuk daun pandan
wangi tersebut diayak sehingga diperoleh derajat halus serbuk daun 12/18.
b. Pembuatan serbuk batu ginjal
Batu ginjal digerus dengan mortir dan stamper lalu diayak dengan ayakan
20/50 mesh.
4. Pembuatan fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi
a. Penghilangan lemak serbuk daun
Serbuk daun pandan wangi ditimbang 30,0 gram, dibungkus dengan kertas
saring sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan dalam Soxhlet tanpa
ada bagian yang bocor. Ekstraksi dengan 150 ml petroleum eter, volume 2
kali sirkulasi, dengan pemanasan pada suhu 40 – 60oC hingga pelarut tidak
berwarna. Setelah itu serbuk dikeringkan kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Penyarian flavonoid
Serbuk yang telah dihilangkan lemaknya kemudian dimaserasi dengan 225
ml etanol 70% selama 5 x 24 jam hingga pelarut jernih. Selanjutnya
disaring dengan corong Buchner sehingga didapatkan filtrat. Filtrat
dipekatkan dengan rotaevaporator sampai sebagian besar etanolnya
menguap dan diperoleh ekstrak kental bebas etanol.
c. Fraksinasi flavonoid
Ekstrak kental bebas etanol yang diperoleh dari hasil penyarian flavonoid,
diekstraksi dengan 25 ml etil asetat beberapa kali sampai lapisan etil
asetatnya tidak berwarna. Lalu sari etil asetat dipekatkan hingga tidak
berbau. Setelah itu sari etil asetat dipipet 10,0 ml kemudian ditambah 1,0
ml tween 80 dan diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml. Dengan
demikian diperoleh fraksi etil asetat dengan konsentrasi 10% v/v. Ekstrak
kental bebas etanol sisa yang telah dipekatkan, dipipet 10,0 ml kemudian
ditambah dengan 1,0 ml tween 80 dan diencerkan dengan aquadest sampai
100 ml sehingga diperoleh fraksi air dengan konsentrasi yang sama dengan
fraksi etil asetat yaitu 10% v/v.
5. Kromatografi Lapis Tipis
Dari fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v, masing-
masing dipipet 10,0 ml, diuapkan di atas waterbath hingga tersisa 5 ml.
Selanjutnya kedua fraksi ditotolkan pada lempeng selulosa, dielusi dengan
fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5 v/v), dipakai fase atas, dengan
panjang elusi 10 cm, sebagai pembanding digunakan rutin 0,05% b/v. Deteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
bercak dengan sinar UV 365 nm, uap amonia, pereaksi semprot AlCl3 dan
sitroborat.
6. Analisis kualitatif batu ginjal
Serbuk batu ginjal dengan derajat halus 20/50 mesh ditambah dengan
aquadest, diasamkan dengan HCl 0,1 M dan disaring. Filtrat yang didapat
digunakan untuk uji individual kation kalsium (Ca2+) dan juga diukur
menggunakan spektrofotometer serapan atom. Reagensia yang digunakan
untuk uji individual kation kalsium (Ca2+) yaitu larutan amonium karbonat,
asam sulfat encer, amonium oksalat, kalium kromat, dan kalium ferosianida
(Vogel, 1979).
7. Pengelompokan subjek uji dan perlakuannya
Subjek uji batu ginjal dibagi menjadi sembilan kelompok perlakuan, yaitu:
I. Kontrol negatif (aquadest ditambahkan 1,0 ml tween 80 kemudian diencerkan sampai 100 ml).
II. Fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v III. Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v IV. Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v V. Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v
VI. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v VII. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v
VIII. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v IX. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v
Pembuatan fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v, 5% v/v,
7,5% v/v, 10% v/v dilakukan dengan mengambil 2,5 ml ; 5 ml ; 7,5 ml ; dan 10
ml fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v hasil fraksinasi
flavonoid kemudian diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
8. Perendaman batu ginjal dalam kelompok perlakuan
Subjek uji batu ginjal direndam pada sembilan kelompok perlakuan. Sebanyak
100,0 mg serbuk batu ginjal dimasukan ke dalam tabung reaksi bertutup.
Tabung reaksi diletakkan di atas penangas air pada suhu 37oC selama 6 jam
dan digojog setiap 30 menit selama 1 menit. Setelah 6 jam, hasil perendaman
disaring dengan kertas saring dan diperoleh filtrat yang digunakan untuk
pengukuran kadar kalsium terlarut dengan spektrofotometer serapan atom.
9. Preparasi alat
Untuk penetapan kadar kalsium, digunakan spektrofotometer serapan atom
dengan kondisi alat sebagai berikut:
Sumber Cahaya : Hollow Cathode Lamp Arus lampu : 7-15mA λ : 422,7 nm Oksidan : udara (11,4 liter/menit) Bahan bakar : asetilena (1,3 liter/menit)
Setelah kondisi alat sesuai, dilakukan pembacaan serapan baku dan sampel.
10. Analisis kadar kalsium batu ginjal yang larut dalam fraksi air dan etil asetat
dengan spektrofotometer serapan atom
a. Pembuatan kurva baku kalsium
Pembuatan kurva baku diawali dengan membuat larutan stok kalsium
1000 ppm. Larutan stok kalsium dibuat dengan melarutkan 249,7 mg
CaCO3 dalam 50 ml HCl 0,1M dan ditambah aquadest hingga 100 ml.
Larutan standar dibuat dengan mengambil 0,6 ml ; 1,2 ml ; 1,8 ml ; 2,4 ml
; 3,0 ml larutan stok, diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml sehingga
diperoleh larutan baku kalsium dengan kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pmm, 30 ppm. Pembacaan serapan larutan baku menggunakan
spektrofotometer serapan atom.
b. Pengukuran kadar kalsium batu ginjal yang larut dalam fraksi air dan
fraksi etil asetat daun pandan wangi
Filtrat hasil perendaman dari masing-masing kelompok perlakuan dipipet
1,0 ml kemudian ditambahkan aquadest hingga 10 ml sebagai larutan
sampel. Pembacaan serapan larutan sampel menggunakan
spektrofotometer serapan atom.
F. Tata cara analisis hasil
Data diperoleh dari perendaman batu ginjal berkalsium berupa kadar
kalsium yang terlarut dalam fraksi air dan fraksi etil asetat daun pandan wangi
serta larutan kontrol negatif. Analisis data dilakukan menggunakan analisis
statistik deskriptif Explore untuk mengetahui model distribusinya. Setelah itu
dilanjutkan dengan analisis statistik One Way Annova untuk mengetahui adanya
perbedaan rata-rata dari setiap kelompok perlakuan. Kemudian untuk mengetahui
apakah rata-rata kelarutan kalsium batu ginjal tersebut berbeda bermakna atau
tidak maka analisis dilanjutkan dengan uji post hoc Least Significant Difference
(LSD).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Tanaman pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Determinasi tanaman
dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan tidak salah dan
benar-benar berasal dari species Pandanus amaryllifolius Roxb. Berdasarkan hasil
determinasi yang dilakukan (lampiran I), dapat dipastikan bahwa tanaman pandan
wangi yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar Pandanus amaryllifolius
Roxb.
B. Fraksi Air dan Etil Asetat Daun Pandan Wangi
Serbuk daun pandan wangi dengan derajat halus 12/18 dihilangkan dari
klorofil dan lemak menggunakan petroleum eter secara Soxhletasi. Lemak dan
klorofil dihilangkan agar tidak mengganggu saat fraksinasi flavonoid (Harborne,
1989). Soxhletasi dilakukan hingga petroleum eter tidak berwarna hijau. Hal ini
sebagai parameter bahwa klorofil telah hilang.
Maserasi serbuk daun pandan wangi dilakukan menggunakan etanol 70%.
Hal ini karena flavonoid dalam tanaman umumnya berada dalam bentuk glikosida
yang dapat larut dalam campuran air dan pelarut polar. Markham (1988)
menyebutkan bahwa metanol, etanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, dan lain-lain dicampur dengan air merupakan pelarut polar
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang sering digunakan untuk ekstraksi glikosida flavonoid. Beberapa aglikon
flavonoid kemungkinan juga dapat terlarut dalam campuran pelarut air-etanol
(etanol 70%). Adapun tujuan maserasi yaitu untuk menarik flavonoid dari serbuk
daun pandan wangi. Pemilihan metode maserasi ini didasarkan atas zat aktif
dalam daun pandan wangi, flavonoid, yang mudah larut dalam cairan penyarinya
(etanol-air). Selain itu dipilih metode maserasi karena cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah.
Maserat yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotaevaporator dengan
tujuan untuk menguapkan etanol sehingga didapatkan ekstrak kental bebas etanol.
Fraksinasi ekstrak kental bebas etanol menggunakan etil asetat dengan cara
ekstraksi berulang. Hasil ekstraksi yang didapat yaitu sari etil asetat dan air. Sari
etil asetat yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotaevaporator hingga tidak
berbau. Pembuatan fraksi etil asetat 10%v/v dengan mengambil 10,0 ml sari etil
asetat yang telah dipekatkan, ditambah 1,0 ml tween 80 dan diencerkan dengan
aquadest hingga 100 ml. Tween 80 berperan sebagai surfaktan agar etil asetat
dapat bercampur dengan air ketika diencerkan. Sedangkan sari air hasil ekstraksi
juga diberi perlakuan yang sama dengan sari etil asetat sehingga diperoleh fraksi
air dengan kadar 10% v/v.
Fraksinasi bertujuan untuk memisahkan flavonoid dari senyawa yang
lebih polar yang terdapat dalam ekstrak kental bebas etanol seperti karbohidrat,
gula bebas. Sebagian besar gula dan glikosida flavonoid dengan kepolaran yang
tinggi akan tertinggal pada lapisan air sedangkan aglikon flavonoid dan
kemungkinan glikosida dengan kepolaran yang lebih rendah dari yang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
terlarut dalam fase air akan terlarut dalam lapisan etil asetat (Brunetton, 1999 ;
Harborne, 1989).
C. Preparasi Batu Ginjal
Batu ginjal yang digunakan dalam penelitian memiliki bentuk dan ukuran
yang tak beraturan, berwarna putih kecoklatan, serta berlapis-lapis. Batu ginjal
dihaluskan menjadi serbuk dengan derajat halus 20/50 mesh. Dengan demikian
diharapkan akan terjadi interaksi yang sama antara batu ginjal dan zat aktif dalam
tanaman pada semua kelompok perlakuan.
D. Analisis Kualitatif Kalsium Batu Ginjal
Batu ginjal memiliki jenis yang beragam dengan kandungan yang
berbeda-beda pada setiap batu. Dale (2003) menyebutkan persentase insidensi
batu ginjal yang mengandung kalsium yaitu sebanyak 70%. Oleh karena itu dalam
penelitian ini digunakan batu ginjal yang mengandung kalsium. Untuk
mengetahui ada tidaknya kalsium dalam batu ginjal yang digunakan dilakukan
analisis kualitatif secara kimiawi dan dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom.
Analisis kualitatif secara kimiawi dilakukan dengan menambahkan
reagensia yang meliputi larutan amonium karbonat, asam sulfat encer, amonium
oksalat, kalium kromat, dan kalium ferosianida ke dalam filtrat serbuk batu ginjal.
Reagensia tersebut merupakan reagensia yang selektif untuk identifikasi kalsium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(Vogel, 1979). Analisis kualitatif ini didasarkan pada reaksi pengendapan. Hasil
analisis kualitatif kalsium batu ginjal yaitu sebagai berikut:
1. Larutan Amonium karbonat
Penambahan larutan amonium karbonat ke dalam filtrat serbuk batu ginjal
menghasilkan endapan putih kalsium karbonat. Reaksi yang terjadi yaitu:
Ca2+ + CO32- CaCO3(s)↓
2. Larutan amonium oksalat
Larutan amonium oksalat yang ditambahkan ke dalam filtrat serbuk batu ginjal
menyebabkan terbentuknya endapan putih kalsium oksalat dengan reaksi
sebagai berikut:
Ca2+ + (COO-)2 Ca(COO)2(s) ↓
3. Larutan asam sulfat encer
Filtrat serbuk batu ginjal dengan penambahan asam sulfat encer tidak
membentuk endapan putih kalsium sulfat. Vogel (1979) menyebutkan reaksi
kalsium dengan asam sulfat encer membentuk endapan putih kalsium sulfat.
Berikut reaksi yang terjadi:
Ca2+ + SO42- CaSO4 (s)↓
Tidak terbentuknya endapan putih kalsium sulfat pada reaksi ini kemungkinan
disebabkan kurangnya kadar kalsium dalam batu ginjal sehingga tidak cukup
mampu untuk membentuk endapan dengan larutan asam sulfat encer.
4. Larutan kalium ferosianida
Larutan kalium ferosianida dengan filtrat serbuk batu ginjal tidak membentuk
endapan putih garam campuran karena kurangnya kadar kalsium dalam batu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
ginjal untuk dapat membentuk endapan dengan larutan kalium ferosianida.
Endapan putih garam campuran seharusnya terbentuk menurut reaksi di bawah
ini seperti yang disebutkan oleh Vogel (1979). Reaksi :
Ca2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4 - K2Ca[Fe(CN)6] (s)↓
5. Larutan kalium kromat
Endapan kuning-jingga kalsium kromat terbentuk ketika larutan kalium
kromat ditambahkan pada filtrat serbuk batu ginjal. Warna endapan yang
terbentuk mengikuti warna anion dari reagen yang ditambahkan. Ion kromat
berwarna kuning sehingga endapan kalsium kromat yang terbentuk berwarna
kuning-jingga (Vogel, 1979).
Ca2+ + CrO42- CaCrO4 (s) ↓
Berdasarkan hasil analisis kualitatif tersebut menunjukkan filtrat
mengandung kalsium. Adanya kandungan kalsium dalam batu ginjal yang
digunakan dalam penelitian ini juga ditunjukkan dari hasil pengukuran filtrat
menggunakan spektrofotometer serapan atom (tabel I).
Tabel I. Serapan filtrat serbuk batu ginjal yang diukur pada spektrofotometer serapan atom
Replikasi Serapan I 0,09582 II 0,10728 III 0,11326 IV 0,10614 V 0,10340 VI 0,09731
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Nilai serapan yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan
spektrofotometer serapan atom menunjukkan adanya kalsium dalam filtrat.
Dengan demikian dari analisis kualitatif batu ginjal baik secara kimiawi maupun
dengan spektrofotometer serapan atom dapat disimpulkan terdapatnya kandungan
kalsium dalam subjek uji batu ginjal yang digunakan dalam penelitian.
E. Analisis Kualitatif Flavonoida
Analisis kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi.
Digunakan kromatografi lapis tipis dengan fase diam selulosa dan fase gerak
campuran n-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan 4 : 1 : 5 v/v dipakai
fase atas. Fase atas dari campuran n-butanol : asam asetat : air merupakan n-
butanol dan asam asetat yang jenuh dengan air.
Sampel fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dielusi berdampingan
bersama standar rutin 0,05% b/v. Elusi dilakukan pada jarak 10 cm dari tempat
penotolan sampel. Deteksi bercak dilakukan menggunakan uap amonia dan
pereaksi semprot AlCl3, sitroborat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel II. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 : 5 v/v)
Tanpa uap amonia Dengan uap amonia
Sinar tampak UV 365 nm Sinar tampak UV 365 nm
Deteksi
Bercak Warna Rf Warna Rf Warna Rf Warna Rf
Fraksi
Air
a.tidak tampak b.coklat muda
-
0,27
a. agak gelap
b. tidak tampak
0,38 -
a. tidak tampak
b. coklat muda
-
0,27
a. gelap
b. kuning redup
0,38
0,27
Fraksi
Etil
Asetat
a. tidak tampak b. tidak tampak
- -
a. putih redup
b. gelap
0,88
0,64
a. tidak tampak
b. kuning muda
-
0,64
a. putih redup
b. gelap
0,88
0,64
Rutin
tidak tampak - gelap 0,65 kuning 0,65 gelap 0,65
Pengamatan bercak dilakukan sebelum dan sesudah pemberian uap
amonia di bawah sinar tampak dan UV 365 nm. Berdasarkan hasil pengamatan,
tiap bercak menunjukkan warna dan Rf yang berbeda (tabel II). Sebelum diuapi
amonia dan diamati di bawah sinar tampak, hampir semua bercak tidak terlihat
warnanya, kecuali bercak c2 fraksi air daun pandan wangi. Bercak tersebut
memperlihatkan warna coklat muda dengan harga Rf 0,27. Perubahan warna
bercak terjadi ketika diamati di bawah sinar UV 365 nm. Tanpa uap amonia,
masing-masing bercak tampak berwarna gelap. Harga Rf bercak c1 fraksi air daun
pandan wangi 0,38 ; 0,64 untuk bercak b2 fraksi etil asetat daun pandan wangi ;
0,65 untuk rutin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
0,00
0,50
1,00
a b c
0,00
0,50
1,00
a b c
b1
b2
c1
c2
A B Gambar 4. Kromatogram rutin, fraksi etil asetat, fraksi air daun pandan wangi dengan fase diam selulosa dan fase gerak campuran n-butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v) Keterangan: a : rutin b : fraksi etil asetat daun pandan wangi c : fraksi air daun pandan wangi A : deteksi bercak di bawah sinar UV 365 nm setelah diberi uap amonia dan AlCl3 B : deteksi bercak di bawah sinar tampak setelah disemprot sitroborat
Pemberian uap amonia menunjukkan perubahan warna pada bercak rutin
dan fraksi etil asetat daun pandan wangi dengan pengamatan di bawah sinar
tampak. Kedua bercak tersebut berwarna kuning. Sedangkan bercak fraksi air
daun pandan wangi tidak mengalami perubahan warna. Di bawah sinar UV 365
nm setelah diuapi amonia, masing-masing bercak tidak menunjukkan perubahan
warna dari sebelum diuapi amonia. Perubahan yang terjadi hampir tidak terlihat
karena hanya terjadi perbedaan intensitas warna yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Bercak yang semula tidak terlihat pada pengamatan di bawah sinar tampak
menjadi terlihat ketika diamati di bawah sinar UV 365 nm. Hal ini karena terjadi
penyerapan sinar UV oleh molekul flavonoid yang memiliki gugus kromofor.
Terikatnya gugus auksokrom pada molekul flavonoid menyebabkan pergeseran
batokromik rangkaian kromofor (Mulja dan Suharman, 1995).
O
OOH
OH
OH
auksokrom
kromofor
OH
Gambar 5. Gugus kromofor dan auksokrom pada flavonol
Penambahan uap amonia yang merupakan basa menyebabkan flavonoid
mengalami ionisasi. Reaksi yang terjadi antara amonia dengan flavonoid
merupakan reaksi asam basa. Akibat dari ionisasi tersebut molekul flavonoid
mengalami resonansi elektron. Terjadinya resonansi elektron memperpanjang
rantai karbon terkonjugasi sehingga molekul flavonoid dapat menyerap sinar
tampak (gambar 6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
+NH3
O
OO-
OH
- H++ NH4
+
Resonansi
OH
OH
O
O-
OH
O
OH
OH
O
OOH
OH
OH
OH
kuning
Gambar 6. Reaksi flavonol dengan basa amonia
Deteksi dengan pereaksi semprot AlCl3 di bawah sinar tampak
menghasilkan bercak berwarna kuning pada bercak fraksi etil asetat daun pandan
wangi dan rutin. Bercak fraksi air daun pandan wangi berwarna kecoklatan.
Pengamatan dengan sinar UV 365 nm menghasilkan bercak berwarna kuning
berfluoresensi pada bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi dan rutin.
Demikian juga pada bercak fraksi air daun pandan wangi, berwarna kuning, hanya
saja dengan intensitas warna yang lebih rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel III. Hasil KLT fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan pereaksi semprot AlCl3 dan sitroborat
Dengan AlCl3 Dengan Sitroborat
Sinar tampak UV 365 nm Sinar tampak
Deteksi
Bercak Warna Rf Warna Rf Warna Rf
Fraksi
Air
a. tidak tampak
b. kecoklatan
-
0,27
a. kuning-coklat
b. kuning muda
0,38
0,27
coklat muda 0,47
Fraksi
Etil Asetat a. kekuningan b. kuning
0,88
0,64
a. kuning-hijau terang
b. kuning terang
0,88
0,64
kuning muda 0,72
Rutin
kuning 0,65 kuning tua 0,65 kuning
muda 0,70
Timbulnya warna kuning pada bercak disebabkan oleh terbentuknya
kompleks antara Al-flavonoid. Ion Al3+ membentuk kompleks dengan gugus
hidroksi pada posisi 5 dan karbonil pada posisi 4 (gambar 7). Menurut Markham
(1988), pereaksi semprot AlCl3 bila disemprotkan pada plat KLT yang telah
dikeringkan menunjukkan semua 5-hidroksi-flavonoid sebagai bercak
berfluoresensi kuning dengan pengamatan di bawah sinar UV 365 nm. Selain itu
bercak yang semula tidak terlihat menjadi terlihat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
O
O
OH
O
OH
OH
AlO
O
OH O
OH
OH
OH
+ AlCl3
+ 3HClO
O
OH
OH
O
kuning
2
Gambar 7. Reaksi flavonol dengan AlCl3
Deteksi dengan pereaksi semprot sitroborat menghasilkan warna kuning
muda pada bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi dan rutin dengan
pengamatan di bawah sinar tampak. Pada fraksi air daun pandan wangi, bercak
berwarna coklat muda. Harga Rf untuk masing-masing bercak yaitu 0,70 untuk
rutin, 0,72 untuk bercak fraksi etil asetat daun pandan wangi, dan 0,47 untuk
bercak fraksi air daun pandan wangi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Pereaksi semprot sitroborat bereaksi dengan flavonoid membentuk
senyawa kompleks pada gugus 3’,4’ orto-dihidroksi. Selain itu, borat juga
membentuk kompleks pada gugus hidroksi posisi 5 dan karbonil posisi 4 dari
molekul flavonoid. Terbentuknya kompleks antara flavonoid dengan borat
menyebabkan bercak berwarna kuning.
O
OH O
OH
OH
OH
+ H3BO3
O
O O
O
O
OH
BHO OH
B-
OH
OH
+ 3H2O
Gambar 8. Reaksi flavonol dengan asam borat
Hasil analisis kualitatif dengan kromatografi lapis tipis menunjukkan
adanya flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan
wangi. Hal ini dapat dilihat dari penampakan bercak dengan deteksi UV 365 nm,
uap amonia, pereaksi semprot AlCl3 dan sitroborat. Hasil deteksi bercak dengan
masing-masing pereaksi menunjukkan warna bercak yang mirip antara bercak
fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan rutin. Kemiripan warna
tersebut menunjukkan flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat
daun pandan wangi kemungkinan berada dalam golongan yang sama dengan rutin.
Harga Rf yang tidak jauh berbeda dari bercak fraksi etil asetat daun
pandan wangi dengan rutin menunjukkan adanya flavonoid dalam fraksi etil asetat
daun pandan wangi yang memiliki kepolaran yang mirip dengan rutin. Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
harga Rf bercak fraksi air daun pandan wangi yang berbeda dengan rutin
menunjukkan flavonoid yang terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi
memiliki kepolaran yang berbeda dengan rutin. Berdasarkan warna bercak yang
diperoleh dilakukan penafsiran jenis flavonoid dalam fraksi air dan etil asetat daun
pandan wangi.
Tabel IV. Penafsiran warna bercak dari segi struktur jenis flavonoid yang mungkin terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi (Markham, 1988)
Warna bercak dengan UV 365 nm Tanpa NH3 Dengan NH3
Jenis flavonoid yang mungkin
Lembayung gelap Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
a. biasanya flavon atau flavonol tersulih pada 3-O mempunyai 5-OH tetapi tanpa 4’-OH bebas
b. beberapa 6- atau 8-OH flavon dan flavonol tersulih pada 3-O serta mengandung 5-OH
c. isoflavon, dihidroflavonol, biflavonil dan beberapa flavanon yang mengandung 5-OH
d. khalkon yang mengandung 2’ atau 6’-OH tetapi tidak mengandung 2- atau 4-OH
Kuning redup dan kuning atau fluoresensi jingga
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan mempunyai atau tak mempunyai 5-OH (kadang berasal dari dihidroflavonol)
Rutin merupakan glikosida flavonoid yang termasuk dalam golongan
flavonol. Oleh karena warna bercak dan harga Rf fraksi etil asetat daun pandan
wangi menyerupai warna bercak dan harga Rf rutin, flavonoid yang mungkin
terkandung dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi mengarah pada jenis
flavonol. Hasil deteksi dengan uap amonia menunjukkan flavonol yang diduga
terdapat dalam fraksi etil asetat daun pandan wangi kemungkinan merupakan
flavonol tersulih pada 3-O dan memiliki gugus hidroksi pada posisi 5. Hal ini
didukung dari hasil deteksi bercak dengan pereaksi semprot AlC3. Fraksi etil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
asetat daun pandan wangi menghasilkan bercak berwarna kuning setelah
disemprot dengan AlCl3. Sedangkan berdasarkan hasil deteksi dengan sitroborat,
maka kemungkinan flavonol yang diduga ada dalam fraksi etil asetat daun pandan
wangi mempunyai gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’ dan 4’. Dengan demikian
flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil asetat mengarah pada golongan flavonol
tersulih pada 3-O dengan gugus hidroksi pada posisi 5, 3’, dan 4’.
Pada fraksi air daun pandan wangi, warna bercaknya menyerupai rutin
namun harga Rf bercak fraksi air daun pandan wangi berbeda dengan harga Rf
rutin. Kemungkinan flavonoid dalam fraksi air daun pandan wangi berada dalam
satu golongan yang sama dengan rutin, yaitu flavonol namun memiliki kepolaran
yang berbeda. Deteksi dengan AlCl3 menghasilkan bercak berwarna kuning,
sehingga kemungkinan flavonol yang diduga memiliki gugus hidroksi pada posisi
5. Sedangkan deteksi dengan sitroborat menghasilkan warna coklat muda, berbeda
dengan rutin yang berwarna kuning, sehingga flavonol yang diduga mungkin
tidak memiliki gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’, 4’. Dengan demikian jenis
flavonoid yang terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi mengarah pada
flavonol tersulih pada 3-O serta memiliki gugus hidroksi posisi 5.
Menurut Seikel (1962), pada fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 :
5 v/v) glikosida flavonoid memiliki harga Rf yang lebih kecil dari 0,70, dilihat
berdasarkan jumlah gugus hidroksi yang terikat pada cincin aromatis, atau pada
gula yang terikat pada glikosida tersebut. Semakin banyak jumlah gugus hidroksi
yang terikat semakin kecil harga Rf. Sedangkan aglikon flavonoid bergerak lebih
cepat pada fase gerak ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Baik fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi diduga mengandung
glikosida flavonoid yang mengarah pada golongan flavonol. Berdasarkan hasil
penafsiran jenis flavonoid yang mungkin terdapat dalam kedua fraksi, gugus
hidroksi pada flavonoid yang terkandung dalam fraksi air lebih sedikit jumlahnya
daripada yang terdapat dalam fraksi etil asetatnya.
Flavonoid dalam fraksi air daun pandan wangi memiliki gugus hidroksi
pada posisi 5 sedangkan flavonoid dalam fraksi etil asetat memiliki gugus
hidroksi pada posisi 5, 3’ dan 4’. Namun harga Rf flavonoid dalam fraksi air daun
pandan wangi lebih kecil daripada harga Rf flavonoid dalam fraksi etil asetatnya.
Hal ini karena glikosida flavonoid yang terkandung dalam fraksi air daun pandan
wangi kemungkinan memiliki jenis gula terikat yang berbeda dengan glikosida
flavonoid pada fraksi etil asetat daun pandan wangi. Molekul gula memiliki gugus
hidroksi menyebabkan adanya tambahan gugus hidroksi pada glikosida flavonoid
dalam fraksi air daun pandan wangi. Dengan demikian, glikosida flavonoid yang
terkandung dalam fraksi air daun pandan wangi diduga lebih polar daripada yang
terkandung dalam fraksi etil asetatnya.
Rutin yang merupakan glikosida flavonol, memiliki harga Rf yang lebih
tinggi daripada glikosida yang diduga terkandung dalam fraksi air daun pandan
wangi. Harga Rf yang berbeda antara rutin dan glikosida dalam fraksi air daun
pandan wangi disebabkan jenis dan jumlah gula yang terikat pada kedua glikosida
flavonoid tersebut. Pada rutin terikat disakarida rutinosa sedangkan pada glikosida
dalam fraksi air daun pandan wangi belum diketahui jenis dan jumlah gula yang
terikat. Kemungkinan jenis dan jumlah gula yang terikat pada glikosida dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
fraksi air daun pandan wangi berbeda dengan rutin mengakibatkan bertambah
banyaknya gugus hidroksi yang terikat sehingga harga Rf-nya lebih kecil daripada
rutin. Selain itu harga Rf yang kecil dari fraksi air daun pandan wangi
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh kandungan flavonoid yang kurang
banyak daripada flavonoid dalam fraksi etil asetatnya. Untuk mengetahui secara
pasti jenis flavonoid yang terkandung dalam kedua fraksi perlu dilakukan analisis
lebih lanjut secara spektroskopi.
F. Analisis Kuantitatif Kelarutan Kalsium Batu Ginjal
Dalam analisis kuantitatif kelarutan kalsium batu ginjal dengan
spektrofotometer serapan atom menggunakan larutan baku CaCO3 yang dibuat
pada seri kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm. Hasil pengukuran
serapan seri larutan baku menghasilkan persamaan kurva baku yang digunakan
untuk mengukur serapan kalsium yang terlarut dalam kelompok perlakuan kontrol
negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v,
5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Adapun persamaan kurva baku yang diperoleh dari hasil
pengukuran serapan larutan baku yaitu :
Tabel V. Persamaan kurva baku hasil pengukuran serapan seri larutan baku pada spektrofotometer serapan atom
Replikasi Persamaan Kurva Baku Linieritas I y = 0,009552 x – 0,00147 r = 0,99991 II y = 0,009705 x – 0,00301 r = 0,99954 III y = 0,008794 x – 0,00236 r = 0,99960
Ketiga replikasi persamaan kurva baku memiliki linieritas yang mendekati
± 1. Namun dari ketiga persamaan kurva baku tersebut, persamaan kurva baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
replikasi I memiliki nilai linieritas yang paling mendekati ± 1. Oleh karena itu,
persamaan kurva baku replikasi I dipilih untuk menghitung kadar kalsium terlarut
dalam kelompok perlakuan kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan
wangi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, dan 10% v/v.
-0,05
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi larutan baku kalsium (ppm)
Abso
rban
si
Gambar 9. Kurva baku kalsium hubungan antara konsentasi larutan baku kalsium versus absorbansi dengan persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147
Validasi suatu metode analisis merupakan suatu proses yang menunjukkan
karakteristik suatu metode memenuhi persyaratan untuk diaplikasikan dalam
kepentingan analisis (Mulja dan Hanwar, 2003). Suatu metode analisis yang baik
harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya nilai perolehan kembali dan
kesalahan acak.
Nilai perolehan kembali merupakan indikasi untuk menyatakan akurasi
suatu metode analisis. Akurasi adalah kedekatan nilai hasil pengukuran dengan
nilai sebenarnya dari analit dalam sampel. Rentang nilai akurasi yang tinggi yaitu
antara 98-102% (Mulja dan Hanwar, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan, seri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
larutan baku Ca kadar 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm memiliki
nilai perolehan kembali yang berada dalam rentang 98-102%.
Tabel VI. Nilai perolehan kembali (%) dari tiga replikasi seri larutan baku
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata Perolehan kembali
1 98,17% 97,15% 100,77% 98,70% 2 100,33% 95,40% 98,33% 98,03% 3 99,06% 101,28% 98,02% 99,45% 4 99,63% 101,21% 99,08% 99,97% 5 100,60% 99,60% 101,54% 100,58%
× 99,346% Keterangan : 1. Larutan baku Ca 6 ppm 2. Larutan baku Ca 12 ppm 3. Larutan baku Ca 18 ppm 4. Larutan baku Ca 24 ppm 5. Larutan baku Ca 30 ppm
Koefisien variasi (KV) merupakan nilai yang digunakan untuk
menunjukkan presisi suatu metode analisis. Presisi menunjukkan reprodusibilitas
pengukuran yang berarti kedekatan hasil yang diperoleh ketika prosedur yang
sama digunakan berulang pada sampel yang homogen. Nilai KV < 2% dapat
menunjukkan bahwa metode analisis yang digunakan memberikan presisi yang
baik. Berdasarkan hasil perhitungan, seri larutan baku Ca kadar 6 ppm, 12 ppm,
18 ppm, 24 ppm, dan 30 ppm memiliki nilai KV < 2%.
Tabel VII. Nilai koefisien variasi (%)
Simpangan baku Kadar rata-rata (ppm)
Koefisien variasi (KV)
×
1 0,121 5,91 2,05% 2 0,327 11,75 2,78% 3 0,261 17,88 1,46% 4 0,207 23,96 0,86% 5 0,351 30,13 1,16%
1,66%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Keterangan : 1. Larutan baku Ca 6 ppm 2. Larutan baku Ca 12 ppm 3. Larutan baku Ca 18 ppm 4. Larutan baku Ca 24 ppm
5. Larutan baku Ca 30 ppm
Oleh karena nilai rata-rata perolehan kembali yang didapat adalah
99,346% yang berarti masuk dalam rentang nilai akurasi yang tinggi dan nilai
rata-rata koefisien variasi yang didapat 1,66 % yang berarti kurang dari 2%, maka
spketrofotometri serapan atom memenuhi persyaratan validitas metode untuk
digunakan dalam analisis kadar kalsium terlarut pada kelompok perlakuan kontrol
negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v,
5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v.
Subjek uji batu ginjal direndam dalam sembilan kelompok perlakuan,
yaitu kontrol negatif, fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi dengan
konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v. Perendaman dilakukan selama 6
jam pada suhu 37oC dan setiap 30 menit dilakukan penggojogan selama 1 menit.
Filtrat hasil perendaman kemudian disaring, dipipet 1,0 ml dan diencerkan 10 kali
menggunakan aquadest dan diukur kadar kalsium terlarutnya menggunakan
spektrofotometer serapan atom. Hal ini agar serapannya dapat terbaca pada
spektrofotometer serapan atom dan berada dalam range kurva baku.
Penggunaan kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
larutnya kalsium dalam pelarut yang digunakan pada fraksi air dan etil asetat daun
pandan wangi. Kontrol negatif yang digunakan yaitu aquadest ditambah 1,0 ml
tween 80 diencerkan hingga 100 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel VIII. Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) setelah pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom
Kel. Perlakuan Rata-rata kadar kalsium terlarut
(ppm)
SD
I Kontrol negatif 8,7170 0,6186
II Fraksi air daun pandan wangi 2,5%v/v 14,2052 1,4082
III Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v 15,8121 0,7061
IV Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v 20,0964 0,4839
V Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v 24,4357 1,6570
VI Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v 182,2565 2,1336
VII Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v 241,6899 3,4267
VIII Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v 281,7353 1,2343
IX Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v 282,5650 0,8114
0
50
100
150
200
250
300
Rat
a-ra
ta k
adar
kal
sium
terla
rut
(ppm
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelompok perlakuan
Gambar 10. Diagram batang rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap kelompok perlakuan setelah pengukuran dengan spektrofotometer serapan atom
Keterangan : 1. Kontrol negatif 2. Fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v 3. Fraksi air daun pandan wangi5% v/v 4. Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v 5. Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v 6. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v 7. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v 8. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v 9. Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) pada fraksi air daun pandan wangi
lebih rendah daripada fraksi etil asetat daun pandan wangi. Diagram batang
(gambar 10) menunjukkan kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut tidak terlihat
jelas pada kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi di setiap konsentrasi.
Pada kelompok perlakuan fraksi etil asetat daun pandan wangi tampak adanya
kenaikan rata-rata kadar kalsium terlarut. Namun pada kelompok perlakuan fraksi
etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v dan 10% v/v kenaikan rata-rata kadar
kalsium terlarut tidak terlihat jelas. Terhadap kontrol negatif, kedua fraksi daun
pandan wangi memiliki rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) yang lebih tinggi
(tabel VIII).
Data kadar kalsium terlarut hasil analisis spektrofotometer serapan atom
(lampiran VI) diuji dengan metode analisis statistik deskriptif Explore untuk
mengetahui ditribusi data tersebut. Dalam analisis Explore, kenormalan suatu data
dilihat dari nilai perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan
nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis, harus diantara -2
dan 2 (Trihendradi, 2005). Hasil analisis Explore menunjukkan data kadar
kalsium terlarut (ppm) memiliki distribusi yang normal karena nilai perbandingan
Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis
dengan Standard Error of Kurtosis masing-masing kelompok perlakuan berada
dalam rentang -2 sampai 2 (lampiran VII).
Analisis lanjutan dilakukan dengan metode statistik One Way Anova untuk
menguji ada tidaknya perbedaan data dari tiap kelompok perlakuan. Hasil analisis
menggunakan One Way Anova menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05 (Sig. < 0,05) dan ini berarti bahwa
terdapat perbedaan kadar kalsium terlarut dalam kontrol negatif, fraksi air dan etil
asetat daun pandan wangi dengan konsentrasi 2,5% v/v, 5% v/v, 7,5% v/v, 10% v/v.
Analisis dilanjutkan menggunakan metode Least Significant Difference (LSD)
untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada perbedaan yang bermakna atau tidak
dari rata-rata kadar kalsium terlarut pada setiap kelompok perlakuan.
Dalam analisis LSD adanya perbedaan bermakna rata-rata kalsium terlarut
antar kelompok perlakuan ditunjukkan dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05.
Nilai signifikansi yang diperoleh dari perbandingan rata-rata kelarutan kalsium
tiap kelompok perlakuan dalam analisis LSD kurang dari 0,05. Namun hal ini
tidak terjadi pada kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi konsentrasi
2,5%v/v dan 5%v/v ; kelompok perlakuan fraksi air daun pandan wangi konsentrasi
5%v/v dan 7,5%v/v ; dan kelompok perlakuan fraksi etil asetat konsentrasi 7,5%v/v
dan 10%v/v. Kelompok-kelompok perlakuan tersebut memiliki nilai signifikansi
yang lebih besar dari 0,05. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kelarutan kalsium batu ginjal yang tidak
bermakna.
Tabel IX. Rata-rata kadar kalsium terlarut pada fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi
Rata-rata kadar kalsium terlarut (ppm) No. Konsentrasi Fraksi air
daun pandan wangi Fraksi etil asetat
daun pandan wangi
Nilai Sig. hasil uji
LSD 1. 2,5% v/v 14,2052 182,2565 0,000 2. 5% v/v 15,8121 241,6899 0,000 3. 7,5% v/v 20,0964 281,7353 0,000 4. 10% v/v 24,4357 282,565 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
0
50
100
150
200
250
300
350
2,50% 5% 7,50% 10,00%
Konsentrasi fraksi daun pandan wangi
Rat
a-ra
ta k
alsi
um te
rlaru
t (pp
m)
Fraksi etil asetat daun pandan w angi
Fraksi air daun pandan w angi
Gambar 11. Grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi setelah pengukuran pada spektrofotometer serapan atom
Daun pandan wangi mengandung flavonoida, alkaloida, saponin, tanin,
polifenol dan klorofil (Sugati dan Hutapea, 1991). Penelitian terdahulu oleh
Rahardjo (2003) menyebutkan bahwa kemampuan infusa daun pandan wangi
dalam melarutkan kalsium batu ginjal disebabkan oleh adanya kandungan
flavonoid. Oleh karena itu dilakukan ekstraksi flavonoid dari daun pandan wangi
menggunakan etanol-air, dilanjutkan dengan pengekstraksian kembali ekstrak
kental bebas etanol menggunakan etil asetat. Pada awal proses ekstraksi, klorofil
daun pandan wangi dihilangkan terlebih dahulu menggunakan petroleum eter.
Dengan demikian diperoleh senyawa flavonoid dari daun pandan wangi yang
dapat melarutkan kalsium batu ginjal.
Berdasarkan grafik rata-rata kalsium terlarut (ppm) fraksi air dan etil asetat
daun pandan wangi setelah pengukuran pada spektrofotometer serapan atom dapat
dilihat bahwa fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium
batu ginjal lebih tinggi daripada fraksi air daun pandan wangi. Kelarutan kalsium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
batu ginjal yang lebih tinggi dalam fraksi etil asetat daripada fraksi air daun
pandan wangi diduga karena kandungan flavonoid pada fraksi etil asetat daun
pandan wangi lebih banyak daripada fraksi air daun pandan wangi.
Dalam penelitian tentang flavonoid daun Sonchus arvensis L. senyawa
aktif pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium (Pramono dkk, 1993)
disebutkan kemungkinan mekanisme pelarutan batu ginjal adalah melalui
pembentukan kompleks antara gugus hidroksi karbonil dalam molekul flavonoid
dengan ion kalsium penyusun batu ginjal. Daun Sonchus arvensis L. mengandung
flavonoid yang memiliki gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada
posisi 4. Gugus hidroksi karbonil ini mempunyai sifat dapat membentuk
kompleks khelat yang stabil dengan logam.
Fernandez et al (2002) menyebutkan bahwa adanya gugus karbonil pada
posisi 4 dan gugus hidroksi pada posisi 3, 5, 3’, dan 4’ pada flavonoid
menyebabkan flavonoid memiliki tiga sisi yang mungkin membentuk kompleks
khelat dengan logam, yaitu: antara gugus hidroksi pada posisi 3 dan gugus
karbonil pada posisi 4, antara gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil
pada posisi 4, dan antara gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’,4’.
Flavonoid yang terkandung dalam fraksi air dan etil asetat daun pandan
wangi diduga termasuk dalam golongan flavonol. Kedua fraksi daun pandan
wangi mengandung flavonoid golongan flavonol yang memiliki gugus hidroksi
pada posisi 5. Namun pada fraksi etil asetat, flavonol yang terkandung di
dalamnya selain memiliki gugus hidroksi pada posisi 5 diduga juga memiliki
gugus hidroksi pada posisi 3’ dan 4’. Adanya gugus hidroksi inilah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menyebabkan flavonoid dalam kedua fraksi dapat membentuk kompleks dengan
kalsium dari batu ginjal (gambar 12).
OHO
O
O
OO
O
Ca
Ca
O
OO
O
HO
gula
Ca
O
O
O
O gula
OO
OHO
O
O
Ca
O
gula
gula
(12.a) (12.b) Gambar 12. Kompleks flavonol fraksi etil asetat daun pandan wangi (12.a) dan fraksi air daun pandan wangi (12.b) dengan kalsium batu ginjal
Kalsium yang terkandung dalam batu ginjal akan membentuk kompleks
khelat dengan gugus hidroksi pada posisi 5 dan gugus karbonil pada posisi 4 dari
flavonol yang terkandung dalam kedua fraksi daun pandan wangi. Pada fraksi etil
asetat daun pandan wangi, kalsium yang terkandung dalam batu ginjal juga
membentuk kompleks khelat dengan gugus orto-dihidroksi pada posisi 3’, 4’.
Oleh karena flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun pandan
wangi diduga lebih banyak daripada dalam fraksi airnya, maka kemungkinan
pembentukan kompleks Ca-flavonoid pada fraksi etil asetat lebih banyak daripada
fraksi airnya. Hal inilah yang menyebabkan kelarutan kalsium batu ginjal pada
fraksi etil asetat daun pandan wangi lebih besar daripada fraksi airnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan:
1. Fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium
batu ginjal secara in vitro.
2. Fraksi etil asetat daun pandan wangi mampu melarutkan kalsium batu
ginjal lebih tinggi daripada fraksi air daun pandan wangi secara in vitro.
3. Fraksi air dan etil asetat daun pandan wangi memberikan kelarutan
terbesar pada kalsium batu ginjal pada konsentrasi 10% v/v
B. Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan dari penelitian ini:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi flavonoid dari
daun pandan wangi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengujian isolat flavonoid
tersebut terhadap kelarutan kalsium batu ginjal
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan jenis flavonoid
yang terkandung dalam daun pandan wangi.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Alex, W., 1974, Manual of Urology, 2nd edition, 324, 335-336, A William Heinemann Medical Books Publication, United States of America.
Anonim, 1978, Dyeing Reagents for Thin Layer and Paper Chromatography,
page 1, 52, E. Merck Darmstadt, Federal Republic of Germany. Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia edisi IV, 90, 95-96, Departemen
kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Acuan Sediaan Herbal, edisi 1, 67- 68, 70, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 2005, Sriwijaya Post, www. sriwijayapost.com, diakses tanggal 4
Januari 2007. Anonima
, 2007, Flavonoid, www.answers.com, diakses tanggal 4 Januari 2007.
Anonimb, 2007, Batu Ginjal, http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal, diakses tanggal 24 Februari 2007.
Anonimc, 2007, Kidney Stone, http://www.medicinenet.com/kidney stone/article.htm, diakses tanggal 27 Mei 2007.
Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants, 2nd edition, translated by Caroline K. Hatton, 311-312, 318-319, Lavoiser Publishing Inc., Paris.
Christian, G. D., 2004, Analytical Chemistry, 6th edition, page 522-526, John
Willey and Sons, Inc. USA. Dale, D. C., 2003, Scientific American Medicine, volume II, 1993-1998, Web MD
Inc., New York. Dorland, W. A. N., 2000, Kamus Kedokteran Dorlan, edisi 29, 424, 652, EGC
Medical Publisher, Jakarta. Fernandez, M., Tereza., L.M., Florêncio, H. & Jennings, K.R., 2002, Iron And
Copper Chelation By Flavonoids – An Electrospray Mass Spectrometry Study, Departamento de Química e Bioquímica Faculdade de Ciências da Universidade de Lisboa, Edifício C8Campo Grande, 1749-016, Lisboa. http://www.dqb.fc.ul.pt/docentes/tfer-nandez/publicacoes/FeCu-Flavon-JIB19-06.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2007.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gritter, R.J., Bobbit, J. M. & Schwarting, A. E., 1991, Introduction to Chromatography, diterjemahkan oleh Dr. Kosasih Padmawinata, hal 107-109, Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J.B., 1989, Methods in Plant Biochemistry vol. 1, page 290-298,
Academic Press, Harcourt Brace Jovanovich Publishers, London. Hargono, D. dkk, 1986, Sediaan Galenik, hal 10-16, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Hatori, S., 1962, Glycosides of Flavones and Flavonols, chapter 11, in T. A.
Geismann, The Chemistry of Flavonoid Compounds, page 317, 318, The Macmillan Company, New York.
Heptinstall, R. H., 1983, Pathology of The Kidney, 3rd edition, CRC Press, INC.
Boca Raton, Florida. Mabry, T. J., Markham, K. R. & Thomas, M. B., 1970, The Systematic
Identification of Flavonoids, page 50-55, Springer-Verlag New York Inc., United States of America.
Markham, K.R., 1988, Techniques of Flavonoid Identification, alih bahasa
Padmawinata, 15-26, ITB Press, Bandung. Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 1990, Physical Pharmacy, 2nd edition,
diterjemahkan oleh Yoshita, hal 558-564, Penerbit UI Press, Jakarta. Mulja & Hanwar, 2003, Prinsip Cara Berlaboratorium yang Baik (Good
Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, vol.III, No.2, Agustus 2003, 71-76.
Mulja, M. & Suharman, 1995, Analisis Instrumental, hal 107-112, 223-227,
Airlangga University Press, Surabaya. Mursyidi, A., 1990, Analisis Metabolit Sekunder, hal 171-175, UGM Press,
Yogyakarta. Pramono, S., Sumarno, Wahyono S., 1993, Flavonoid Daun Sonchus arvensis L.:
Senyawa Aktif Pembentuk Kompleks Dengan Batu Ginjal Berkalsium, Warta Tumbuhan Obat Indonesia (The Journal on Indonesian Medicinal Plants), volume II, No. 3, hal 5-7, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Price, W.J., 1972, Analytical Atomic Absorption Spectrometry, page 8-15,19-22,
Heyden and Son LTD, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Rahardjo, K.H., 2003, Pengaruh Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Secara In Vitro Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 191, 198, 208-212,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung. Selamihardja, N., 1998, Batu Ginjal, Intisari, dalam www.indomedia.com,
diakses tanggal 20 September 2006. Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J. 1994, Analytical Chemistry : An
Introduction, 6th edition, page 453-456, 463- 467, Saunders College Publishing, Philadelphia.
Smith, C.L. & D. R. P. Guay, 1996, Nephrolithiasis, chapter 48, in J. T. DiPiro, R.
L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells, L. M. Posey, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 3rd edition, page 1033 – 1047, Appleton & Lange, Stamford, Conneticut.
Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography And Microscopy : A Practical
Supplement To Pharmacopoias, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro, Penerbit ITB, Bandung.
Sugati, S. & Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid I,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Sulaksana, J. 2005, Keji Beling : Mencegah dan Menggempur Batu Ginjal,
cetakan 1, hal 11, Penebar Swadaya, Jakarta. Trihendradi, C., 2005, Step by Step SPSS 13 ; Analisis Data Statistik, hal 110-
119,155- 161, Penerbit Andi, Yogyakarta. Vogel, A. I., 1979, Textbook of Macro And Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis, 5th edition, hal 518-524, diterjemahkan oleh L. Setiono, A. Handyana, Pudjaatmaka, PT kalman Media Pusaka, Jakarta.
Yanti, L., Anggraeni & Yuniningsih, 1993, Daya Larut Infus Meniran
(Phyllanthus niruri L.) Terhadap Batu Kalsium, Warta Tumbuhan Obat Indonesia (The Journal on Indonesian Medicinal Plants), volume II, No. 4, hal 23, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN I
DETERMINASI TANAMAN
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
LAMPIRAN II
PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Gambar 13. Tanaman Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 14. Serbuk daun pandan wangi
Kadar air serbuk simplisia daun pandan wangi Replikasi Kadar air X ±SD
1 5,032 2 5,056 3 5,049
5,046±0,0123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
LAMPIRAN III
BATU GINJAL
Gambar 15. Batu ginjal yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta (perbesaran 4x)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
LAMPIRAN IV
SERI LARUTAN BAKU
1. Larutan stok Ca 1000 ppm
Untuk membuat larutan stok Ca 1000 ppm menggunakan CaCO3 dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
BM Ca = 40,08
BM CaCO3 = 100,09
1000 ppm = 1000 mg/L = 100 mg%
100 mg % = 100 mg/ 100 ml
)(09,10008,40
100100 Ax
mlmg
=
A= 2,4973 mg/ml
A=0,24973 gram/100 ml
Dari perhitungan tersebut maka CaCO3 yang ditimbang untuk membuat larutan
Ca 1000 ppm yaitu 0,24973 gram.
Data penimbangan CaCO3
Replikasi Berat CaCO3(gram)
I 0,24995 II 0,24861 III 0,24962
Berdasarkan hasil penimbangan dilakukan perhitungan konsentrasi Ca dalam
larutan stok dengan cara sebagai berikut, misalnya untuk penimbangan CaCO3
0,24995 gram :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
24995,0100,0940,08Ca gram x= g
=Ca mg 100,09 mg
Konsentrasi Ca dalam 100 ml aquadest = 100,09 mg/100ml
= 1000,90 mg/L = 1000,90 ppm
Replikasi Berat CaCO3 (gram)
Konsentrasi Ca dalam stok (ppm)
I 0,24995 1000,90 II 0,24861 995,50 III 0,24962 999,58
2. Seri larutan baku Ca konsentrasi 6 ppm, 12 ppm, 18 ppm, 24 ppm, 30 ppm
Seri larutan baku Ca dibuat dari larutan stok Ca dengan mengambil sejumlah
mililiter larutan stok berdasarkan perhitungan
C1 . V1 = C2 . V2 , dengan :
C1 = konsentrasi larutan stok Ca
V1 = volume larutan stok Ca yang diambil
C2 = konsentrasi larutan baku Ca
V2 = volume larutan baku Ca
Contoh perhitungan untuk membuat larutan baku Ca 6 ppm yaitu:
C1 . V1 = C2 . V2
1000,90 ppm . V1 = C2 . 100 ml
C2 = 0,6 ml
Dari setiap replikasi, dicari konsentrasi terhitung larutan baku Ca berdasarkan
konsentrasi terhitung larutan stok Ca. Sebagai contoh perhitungan yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pada replikasi I, dengan konsentrasi terhitung larutan stok Ca 1000,90 ppm,
maka konsentrasi terhitung larutan baku Ca 6 ppm yaitu:
C1 . V1 = C2 . V2
1000,90 ppm . 0,6 ml = C2 . 100 ml
C2 = 6,005 ppm
Konsentrasi terhitung larutan baku Ca dan serapannya setelah pengukuran
menggunakan spektrofotometer serapan atom
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 No Konsentrasi
terhitung (ppm)
Serapan Konsentrasi terhitung
(ppm)
Serapan Konsentrasi terhitung
(ppm)
Serapan
1 6,00 0,05475 5,97 0,05332 5,99 0,05072 2 12,01 0,11366 11,95 0,10767 11,99 0,10134 3 18,02 0,16900 17,92 0,17317 17,99 0,15272 4 24,02 0,22708 23,89 0,23165 23,99 0,20667 5 30,03 0,28715 29,87 0,28574 29,98 0,26534
Dari hasil pengukuran diperoleh persamaan kurva baku untuk masing-masing
replikasi, yaitu:
Replikasi I : y = 0,009552 x – 0,00147 ; r = 0,99991
Replikasi II : y = 0,009705 x – 0,00301 ; r = 0,99954
Replikasi III : y = 0,008794 x – 0,00236 ; r = 0,99960
Dari ketiga persamaan kurva baku dari masing-masing replikasi dipilih salah
satu yang akan digunakan untuk menghitung konsentrasi terukur dari seri
larutan baku Ca. Persamaan kurva baku yang dipilih adalah persamaan kurva
baku replikasi I. Berikut contoh perhitungan konsentrasi terukur larutan baku
Ca 6 ppm replikasi I:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147, dengan
y = serapan
x = konsentrasi terukur larutan baku Ca, maka:
y = 0,009552 x – 0,00147
0,05475 = 0,009552x – 0,00147
x = 5,89 ppm
Perhitungan tersebut dilakukan pada seluruh seri larutan baku Ca dari tiap
replikasi sehingga didapatkan data:
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 No serapan konsentrasi
terukur (ppm)
serapan konsentrasi terukur (ppm)
serapan konsentrasi terukur (ppm)
1 0,05475 5,89 0,05332 5,80 0,05072 6,04 2 0,11366 12,05 0,10767 11,40 0,10134 11,79 3 0,16900 17,85 0,17317 18,15 0,15272 17,63 4 0,22708 23,93 0,23165 24,18 0,20667 23,77 5 0,28715 30,21 0,28574 29,75 0,26534 30,44
3. Nilai perolehan kembali (%)
Berdasarkan perhitungan konsentrasi terukur dihitung nilai perolehan kembali.
%100% ×=sebenarnyaikonsentras
terukurikonsentraskembaliperolehan
Contoh perhitungan % perolehan kembali:
pada replikasi I, konsentrasi teoretis larutan baku Ca = 6,00 ppm dan
konsentrasi terukurnya = 5,89 ppm, maka % perolehan kembalinya yaitu:
%17,98%10089,500,6
=×
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Setiap seri larutan baku Ca pada masing-masing replikasi dihitung nilai
perolehan kembalinya. Nilai perolehan kembali dari masing-masing replikasi
yakni sebagai berikut:
Perolehan kembali Replikasi I Konsentrasi
teoretis (ppm)
Absorbansi Konsentrasi
terukur (ppm)
Perolehan kembali
6,00 0,05475 5,89 98,17% 12,01 0,11366 12,05 100,33% 18,02 0,16900 17,85 99,06% 24,02 0,22708 23,93 99,63% 30,03 0,28715 30,21 100,60%
Perolehan kembali Replikasi II Konsentrasi
teoretis (ppm)
Absorbansi Konsentrasi
Terukur (ppm)
Perolehan kembali
5,97 0,05332 5,80 97,15% 11,95 0,10767 11,40 95,40% 17,92 0,17317 18,15 101,28% 23,89 0,23165 24,18 101,21% 29,87 0,28574 29,75 99,60%
Perolehan kembali Replikasi III Konsentrasi
teoretis (ppm)
Absorbansi Konsentrasi
Terukur (ppm)
Perolehan kembali
5,99 0,05072 6,04 100,77% 11,99 0,10134 11,79 98,33% 17,99 0,15272 17,63 98,02% 23,99 0,20667 23,77 99,08% 29,98 0,26534 30,44 101,54%
4. Nilai koefisien variasi (KV)
Untuk mencari nilai koefisien reaksi (KV) dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
%100arg
×−
=ratarataah
bakusimpanganKV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Contoh perhitungan nilai KV sebagai berikut:
Setiap replikasi dihitung harga rata-rata konsentrasi dan simpangan baku dari
masing-masing seri larutan baku. Harga rata-rata konsentrasi dan simpangan
baku masing-masing seri larutan baku Ca dari ketiga replikasi yaitu
Replikasi I (ppm)
Replikasi II (ppm)
Replikasi III (ppm)
Rata-rata kadar (ppm)
Simpangan baku
5,89 5,80 6,04 5,91 0,121 12,05 11,40 11,79 11,75 0,327 17,85 18,15 17,63 17,88 0,261 23,93 24,18 23,77 23,96 0,207 30,21 29,75 30,44 30,13 0,351
Berdasarkan harga rata-rata kadar dan simpangan baku maka diperoleh nilai
KV sebagai berikut:
misalnya pada larutan baku Ca 6 ppm,
%05,2
%10091,5
1212,0
=
×=KV
Nilai KV untuk masing-masing seri larutan baku dari ketiga replikasi
Seri larutan baku Ca Rata-rata kadar (ppm) Simpangan baku % KV 6 ppm 5,91 0,121 2,05%
12 ppm 11,75 0,327 2,78% 18 ppm 17,88 0,261 1,46% 24 ppm 23,96 0,207 0,86% 30 ppm 30,13 0,351 1,16%
× 1,66%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN V
HASIL KLT FLAVONOID
Gambar 16. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar UV 365 nm tanpa uap amoni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 17. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar UV 365 nm setelah pemberian uap amonia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 18. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar tampak setelah pemberian uap amonia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 19. Pengamatan bercak rutin, fraksi etil asetat daun pandan wangi, fraksi air daun pandan wangi di bawah sinar tampak setelah disemprot dengan AlCl3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LAMPIRAN VI
DATA KALSIUM TERLARUT DALAM KELOMPOK PERLAKUAN
Perlakuan Repli-kasi Serapan
Ca terlarut (ppm)
Rata-rata Ca terlarut
(ppm) SD
1 0,00578 7,59 2 0,00591 7,73 3 0,00764 9,54 Kontrol negatif
4 0,00809 10,01
8,72 1,24
1 0,01169 13,78 2 0,01250 14,63 3 0,01537 17,63
Fraksi air daun pandan
wangi 2,5%v/v 4 0,00883 10,78
14,21 2,82
1 0,01198 14,08 2 0,01518 17,43 3 0,01409 16,29
Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v 4 0,01328 15,44
15,81 1,41
1 0,01908 21,51 2 0,01726 19,61 3 0,01704 19,38
Fraksi air daun pandan
wangi 7,5% v/v 4 0,01752 19,88
20,10 0,97
1 0,02370 26,35 2 0,02324 25,87 3 0,01713 19,47
Fraksi air daun pandan
wangi 10% v/v 4 0,02341 26,05
24,44 3,31
1 0,16660 175,95 2 0,17422 183,93 3 0,17561 185,38
Fraksi etil asetat
daun pandan wangi 2,5% v/v 4 0,17407 183,77
182,26 4,27
1 0,22292 234,91 2 0,22538 237,48 3 0,23742 250,09
Fraksi etil asetat
daun pandan wangi 5% v/v 4 0,23187 244,28
241,69 6,85
1 0,27020 284,40 2 0,26732 281,39 3 0,26459 278,53
Fraksi etil asetat
daun pandan wangi 7,5% v/v 4 0,26849 282,61
281,74 2,47
1 0,26962 283,80 2 0,26902 283,17 3 0,26897 283,12
Fraksi etil asetat
daun pandan wangi 10% v/v 4 0,26616 280,18
282,57 1,62
Keterangan: kadar Ca terlarut (ppm) dalam tabel merupakan hasil perhitungan menggunakan persamaan kurva baku y = 0,009552 x – 0,00147 dan dikalikan 10 sebagai faktor pengenceran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
LAMPIRAN VII
HASIL ANALISIS STATISTIK
1. Analisis Explore
Analisis Explore berguna untuk mengetahui distribusi suatu data. Beberapa
ukuran umum distribusi yang sering digunakan, yaitu:
a. Skewness adalah nilai kemiringan distribusi data. Bila bernilai positif maka
distribusi data akan miring ke kanan, dan bila negatif sebaliknya.
b. Kurtosis adalah nilai keruncingan atau tinggi distribusi data.
Kenormalan suatu data dapat dilihat dari nilai perbandingan Skewness dengan
Standard Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standard
Error of Kurtosis, harus diantara -2 sampai 2 (Trihendradi, 2005).
Hasil analisis data kelarutan Ca dalam kelompok perlakuan menggunakan analisis
Explore menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang normal karena nilai
perbandingan Skewness dengan Standard Error of Skewness; dan nilai
perbandingan Kurtosis dengan Standard Error of Kurtosis, ada diantara -2 sampai
2.
Kelompok perlakuan
Perbandingan Skewness dengan
Std. Error of Skewness
Perbandingan Kurtosis dengan
Std. Error of Kurtosis
Kontrol negatif 0,112 -1,997 Fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v 4,93 . 10-3 0,402 Fraksi air daun pandan wangi 5% v/v -0,202 -0,061 Fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v 1,712 1,190 Fraksi air daun pandan wangi 10% v/v -1,951 1,501 Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5% v/v -1,797 1,337 Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5% v/v 0,457 -0,858 Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v -0,577 0,216 Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v -1,751 1,295
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
PRLAKUAN N Percent N Percent N Percent KADAR Kontrol negatif 4 100,0% 0 ,0% 4 100,0% Fraksi air daun
pandan wangi 2,5%
4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
Fraksi air daun pandan wangi 5% 4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
Fraksi air daun pandan wangi 10%
4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
4 100,0% 0 ,0% 4 100,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Descriptives PRLAKUAN Statistic Std. Error KADAR Kontrol negatif Mean 8,7170 ,61861 95% Confidence
Interval for Mean Lower Bound 6,7483
Upper Bound 10,6856
5% Trimmed Mean 8,7076 Median 8,6332 Variance 1,531 Std. Deviation 1,23721 Minimum 7,59 Maximum 10,01 Range 2,42 Interquartile Range 2,2665 Skewness ,114 1,014 Kurtosis -5,231 2,619 Fraksi air daun
pandan wangi 2,5%
Mean 14,2052 1,40822
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 9,7236
Upper Bound 18,6868
5% Trimmed Mean 14,2049 Median 14,2025 Variance 7,932 Std. Deviation 2,81644 Minimum 10,78 Maximum 17,63 Range 6,85 Interquartile Range 5,3469 Skewness ,005 1,014 Kurtosis 1,054 2,619
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
KADAR Fraksi air daun pandan wangi 5%
Mean 15,8121 ,70609
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 13,5650
Upper Bound 18,0592
5% Trimmed Mean 15,8182 Median 15,8671 Variance 1,994 Std. Deviation 1,41218 Minimum 14,08 Maximum 17,43 Range 3,35 Interquartile Range 2,7245 Skewness -,205 1,014 Kurtosis -,161 2,619 Fraksi air daun
pandan wangi 7,5%
Mean 20,0964 ,48386
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 18,5566
Upper Bound 21,6363
5% Trimmed Mean 20,0575 Median 19,7457 Variance ,936 Std. Deviation ,96772 Minimum 19,38 Maximum 21,51 Range 2,14 Interquartile Range 1,6698 Skewness 1,736 1,014 Kurtosis 3,116 2,619
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
KADAR Fraksi air daun pandan wangi 10%
Mean 24,4357 1,65704
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 19,1623
Upper Bound 29,7091
5% Trimmed Mean 24,6049 Median 25,9589 Variance 10,983 Std. Deviation 3,31408 Minimum 19,47 Maximum 26,35 Range 6,88 Interquartile Range 5,2029 Skewness -1,978 1,014 Kurtosis 3,930 2,619 Fraksi etil asetat
daun pandan wangi 2,5%
Mean 182,2565 2,13355
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 175,4666
Upper Bound 189,0464
5% Trimmed Mean 182,4333 Median 183,8478 Variance 18,208 Std. Deviation 4,26711 Minimum 175,95 Maximum 185,38 Range 9,43 Interquartile Range 7,1135 Skewness -1,822 1,014 Kurtosis 3,502 2,619
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
KADAR Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
Mean 241,6899 3,42669
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 230,7847
Upper Bound 252,5952
5% Trimmed Mean 241,6001 Median 240,8812 Variance 46,969 Std. Deviation 6,85339 Minimum 234,91 Maximum 250,09 Range 15,18 Interquartile Range 13,0833 Skewness ,463 1,014 Kurtosis -2,247 2,619 Fraksi etil asetat
daun pandan wangi 7,5%
Mean 281,7353 1,23426
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 277,8073
Upper Bound 285,6633
5% Trimmed Mean 281,7650 Median 282,0023 Variance 6,094 Std. Deviation 2,46853 Minimum 278,53 Maximum 284,40 Range 5,87 Interquartile Range 4,7109 Skewness -,585 1,014 Kurtosis ,567 2,619
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
KADAR Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Mean 282,5650 ,81136
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 279,9829
Upper Bound 285,1471
5% Trimmed Mean 282,6292 Median 283,1434 Variance 2,633 Std. Deviation 1,62271 Minimum 280,18 Maximum 283,80 Range 3,62 Interquartile Range 2,7297 Skewness -1,776 1,014 Kurtosis 3,391 2,619
2. Analisis One-Way Annova
Analisis lanjutan menggunakan One-Way Annova bertujuan untuk mengetahui
adanya perbedaan rata-rata kalsium terlarut antara kelompok perlakuan. Adanya
perbedaan rata-rata kalsium terlarut antara kelompok perlakuan ditandai dengan
nilai signifikansi < 0,05. Nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil analisis yaitu
0,000, lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing
kelompok perlakuan memiliki rata-rata kalsium terlarut yang berbeda.
Oneway
ANOVA
KADAR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 499227,30
4 8 62403,413 5773,293 ,000
Within Groups 291,842 27 10,809 Total 499519,14
6 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
3. Analisis Least Significant Different (LSD)
Adanya perbedaan yang bermakna atau tidak dari rata-rata kalsium terlarut pada
setiap kelompok perlakuan dapat diketahui dengan melakukan analisis Least
Significant Difference (LSD). Hasli analisis LSD ini menujukkan bahwa rata-rata
kalsium terlarut dari masing-masing kelompok perlakuan berbeda bermakna
kecuali kelompok fraksi air daun pandan wangi 2,5% v/v dengan kelompok fraksi
air daun pandan wangi 5% v/v ; kelompok fraksi air daun pandan wangi 5% v/v
dengan kelompok fraksi air daun pandan wangi 7,5% v/v ; kelompok fraksi air
daun pandan wangi 7,5% v/v dengan kelompok fraksi air daun pandan wangi 10%
v/v ; kelompok fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5% v/v dengan kelompok
fraksi etil asetat daun pandan wangi 10% v/v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: KADAR LSD
(I) PRLAKUAN (J) PRLAKUAN
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol negatif Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
-5,4882* 2,32476 ,026 -10,2582 -,7182
Fraksi air daun pandan wangi 5% -7,0952* 2,32476 ,005 -11,8652 -2,3252
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
-11,3795* 2,32476 ,000 -16,1495 -6,6095
Fraksi air daun pandan wangi 10% -15,7187* 2,32476 ,000 -20,4888 -10,9487
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
-173,5396* 2,32476 ,000 -178,3096 -168,7696
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
-232,9730* 2,32476 ,000 -237,7430 -228,2030
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
-273,0184* 2,32476 ,000 -277,7884 -268,2484
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-273,8480* 2,32476 ,000 -278,6180 -269,0780
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
Kontrol negatif 5,4882* 2,32476 ,026 ,7182 10,2582
Fraksi air daun pandan wangi 5% -1,6069 2,32476 ,495 -6,3770 3,1631
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
-5,8913* 2,32476 ,017 -10,6613 -1,1213
Fraksi air daun pandan wangi 10% -10,2305* 2,32476 ,000 -15,0005 -5,4605
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
-168,0514* 2,32476 ,000 -172,8214 -163,2814
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
-227,4848* 2,32476 ,000 -232,2548 -222,7148
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
-267,5301* 2,32476 ,000 -272,3001 -262,7601
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-268,3598* 2,32476 ,000 -273,1298 -263,5898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Fraksi air daun pandan wangi 5% Kontrol negatif 7,0952* 2,32476 ,005 2,3252 11,8652
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
1,6069 2,32476 ,495 -3,1631 6,3770
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
-4,2843 2,32476 ,076 -9,0543 ,4857
Fraksi air daun pandan wangi 10%
-8,6236* 2,32476 ,001 -13,3936 -3,8536
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
-166,4444* 2,32476 ,000 -171,2144 -161,6744
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
-225,8778* 2,32476 ,000 -230,6478 -221,1078
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
-265,9232* 2,32476 ,000 -270,6932 -261,1532
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-266,7528* 2,32476 ,000 -271,5228 -261,9828
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
Kontrol negatif 11,3795* 2,32476 ,000 6,6095 16,1495
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
5,8913* 2,32476 ,017 1,1213 10,6613
Fraksi air daun pandan wangi 5%
4,2843 2,32476 ,076 -,4857 9,0543
Fraksi air daun pandan wangi 10%
-4,3393 2,32476 ,073 -9,1093 ,4307
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
-162,1601* 2,32476 ,000 -166,9301 -157,3901
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
-221,5935* 2,32476 ,000 -226,3635 -216,8235
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
-261,6389* 2,32476 ,000 -266,4089 -256,8689
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-262,4685* 2,32476 ,000 -267,2385 -257,6985
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Fraksi air daun pandan wangi 10%
Kontrol negatif 15,7187* 2,32476 ,000 10,9487 20,4888
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
10,2305* 2,32476 ,000 5,4605 15,0005
Fraksi air daun pandan wangi 5% 8,6236* 2,32476 ,001 3,8536 13,3936
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
4,3393 2,32476 ,073 -,4307 9,1093
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
-157,8208* 2,32476 ,000 -162,5908 -153,0508
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
-217,2542* 2,32476 ,000 -222,0242 -212,4842
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
-257,2996* 2,32476 ,000 -262,0696 -252,5296
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-258,1293* 2,32476 ,000 -262,8993 -253,3592
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
Kontrol negatif 173,5396* 2,32476 ,000 168,7696 178,3096
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
168,0514* 2,32476 ,000 163,2814 172,8214
Fraksi air daun pandan wangi 5% 166,4444* 2,32476 ,000 161,6744 171,2144
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
162,1601* 2,32476 ,000 157,3901 166,9301
Fraksi air daun pandan wangi 10%
157,8208* 2,32476 ,000 153,0508 162,5908
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
-59,4334* 2,32476 ,000 -64,2034 -54,6634
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
-99,4788* 2,32476 ,000 -104,2488 -94,7088
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-100,3084* 2,32476 ,000 -105,0784 -95,5384
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
Kontrol negatif 232,9730* 2,32476 ,000 228,2030 237,7430
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
227,4848* 2,32476 ,000 222,7148 232,2548
Fraksi air daun pandan wangi 5% 225,8778* 2,32476 ,000 221,1078 230,6478
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
221,5935* 2,32476 ,000 216,8235 226,3635
Fraksi air daun pandan wangi 10%
217,2542* 2,32476 ,000 212,4842 222,0242
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
59,4334* 2,32476 ,000 54,6634 64,2034
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
-40,0454* 2,32476 ,000 -44,8154 -35,2754
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-40,8750* 2,32476 ,000 -45,6450 -36,1050
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
Kontrol negatif 273,0184* 2,32476 ,000 268,2484 277,7884
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
267,5301* 2,32476 ,000 262,7601 272,3001
Fraksi air daun pandan wangi 5% 265,9232* 2,32476 ,000 261,1532 270,6932
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
261,6389* 2,32476 ,000 256,8689 266,4089
Fraksi air daun pandan wangi 10%
257,2996* 2,32476 ,000 252,5296 262,0696
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
99,4788* 2,32476 ,000 94,7088 104,2488
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
40,0454* 2,32476 ,000 35,2754 44,8154
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
-,8296 2,32476 ,724 -5,5996 3,9404
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 10%
Kontrol negatif 273,8480* 2,32476 ,000 269,0780 278,6180
Fraksi air daun pandan wangi 2,5%
268,3598* 2,32476 ,000 263,5898 273,1298
Fraksi air daun pandan wangi 5% 266,7528* 2,32476 ,000 261,9828 271,5228
Fraksi air daun pandan wangi 7,5%
262,4685* 2,32476 ,000 257,6985 267,2385
Fraksi air daun pandan wangi 10%
258,1293* 2,32476 ,000 253,3592 262,8993
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 2,5%
100,3084* 2,32476 ,000 95,5384 105,0784
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 5%
40,8750* 2,32476 ,000 36,1050 45,6450
Fraksi etil asetat daun pandan wangi 7,5%
,8296 2,32476 ,724 -3,9404 5,5996
* The mean difference is significant at the .05 level
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
BIOGRAFI PENULIS
Natalia Ni Putu Olivia Paramita S.D. lahir pada tahun
1986 di Kudus, Jawa Tengah. Mita, panggilan akrabnya,
adalah putri pertama dari pasangan Georgegius I Ketut
T. Dharmawan dan Floriberta Erna Suswiyandani.
Penulis mulai menempuh pendidikan formalnya pada
tahun 1990. Berawal dari pendidikan di TK St. Maria
Monica pada tahun 1990-1991 kemudian dilanjutkan ke
tingkat sekolah dasar pada tahun 1991-1997 di yayasan
sekolah yang sama.
Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Marsudirini, Kemang
Pratama, Bekasi. Selama tiga tahun, penulis menempuh pendidikan di sekolah
lanjutan tingkat pertama dan lulus pada tahun 2000. Untuk melanjutkan ke tingkat
sekolah menengah atas, SMA Stella Duce I, Yogyakarta menjadi pilihan penulis.
Sejak saat itu, penulis menetap di Yogyakarta dan bertempat tinggal di asrama
Stella Duce Samirono.
Tamat dari sekolah menengah atas pada tahun 2003, penulis melanjutkan
perjalanan studinya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Di bangku
perkuliahan, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Tergabung
dalam anggota Paduan Suara Cantus Firmus menjadi sebuah kebanggaan bagi
penulis. Selain itu, penulis juga pernah tergabung dalam keanggotaan Badan
Eksekutif Mahasiswa periode 2004/2005. Keterlibatan penulis dalam kegiatan
semasa perkuliahan juga terwujud dengan menjadi asisten praktikum Kimia
Organik (2004) dan Spektroskopi (2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI