Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT
KEMBALI IRIAN BARAT (1950-1963)
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
CHORYNA DEWI USNA
091314022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan makalah ini untuk:
Kedua orang tua saya yang telah membesarkan, mendidik dan
membimbing saya dengan penuh cinta kasih, kesabaran dan kasih sayang
serta pengertian.
Abangku Albert yang selalu memberikan motivasi dan semangat.
Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan dukungan semangat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Pergunakanlah kesempatan kedua yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya
karena belum tentu ada kesempatan ketiga.
Biarlah Tuhan yang bekerja atas hidup ku, dalam nama-Nya ku percaya setiap
perbuatan ada balasannya karena siapa yang menabur benihnya akan menuai
buahnya.
Gitu aja kog repot (Gusdur)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan
dalam kutipan dan daftarpustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Februari 2015
Penulis
Choryna Dewi Usna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Choryna Dewi Usna
Nomor Mahasiswa : 091314022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI
IRIAN BARAT (1950-1963)”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 5 Februari 2015
Yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT
KEMBALI IRIAN BARAT (1950-1963)
Oleh : Choryna Dewi Usna
Nim : 091314022
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan: 1) Perjuangan
diplomasi bangsa Indonesia merebut Irian Barat, 2) Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perjuangan diplomasi bangsa Indonesia merebut Irian Barat,
3) Hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat.
Penulisan makalah ini menggunakan metode sejarah yang meliputi:
heuristik, verifikasi, interprestasi dan historiografi, sedangkan pendekatan yang
dipakai adalah: historis, politik, ekonomi dan militer. Makalah ini merupakan
penulisan yang bersifat deskripif analitis.
Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa: 1) Perjuangan diplomasi bangsa
Indonesia untuk merebut Irian Barat dengan perundingan mengalami kegagalan
kemudian ditingkatkan menjadi konflik politik, ekonomi dan militer. 2) Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap perjuangan diplomasi bangsa Indonesia
merebut Irian Barat antara lain: kebijakan politik pemerintah Indonesia, kebijakan
politik pemerintah Belanda dan perubahan politik luar negeri Amerika Serikat. 3)
Perjuangan diplomasi Indonesia akhirnya berhasil mendapatkan Irian Barat
melalui perjanjian New York dan penentuan pendapat rakyat yang menyatakan
bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE INDONESIA DIPLOMATIC STRUGGLE SEIZED BACK WEST
IRIAN (1950-1963)
By : Choryna Dewi Usna
Student number : 091314022
The research a was conducted in order to explain: 1) The diplomatic struggle
of Indonesia in seizing West Irian, 2) The factors which affected Indonesia's
diplomacy in seizing West Irian, 3) The result of Indonesian diplomatic struggle
in seizing West Irian.
The writing this paper used historical methods a that include: heuristic,
verification, interpretation and historiography, while the approach used is:
historical, political, economic and military. This paper a written in analytical
writing is descriptive model.
The results of the research shown in the paper ane 1) The diplomatic
struggle of Indonesia in seizing West Irian with the negotiation failed, then it
increased to political conflicts, economic, and military. 2) The factors that
affected Indonesia's diplomacy in seizing West Irian, among others ane the
Indonesian government policy, Dutch government policy and changes in The
United States of America (USA) foreign policy. 3) Indonesia’s diplomacy
struggle finally managed to get West Irian by New York agreement and the
determination of the people’s opinion who joined the Unitary Republic of
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan, atas segala berkat dan kasih karunia-Nya yang
begitu berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan maklah ini.
Atas terselesaikannya makalah ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.
Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan khususnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan
bimbingan, masukan dan arahan dalam terselesaikannya makalah ini.
4. Seluruh Dosen Pendidikan Sejarah yang telah banyak memberikan ilmu
kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma.
5. Staf Sekretariat Pendidikan Sejarah, Staf dan karyawan dekanat FKIP
yang telah membantu memberikan pelayanan.
6. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan sumber demi
kelancaran penyusunan makalah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Kedua orang tua saya yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan
moral dan materil serta selalu memberikan doa, nasehat yang tidak pernah
putus kepada saya.
8. Saudara saya Albert, sahabat-sahabat karib saya Karyono, Claudya,
Kristina yang selalu membantu memberikan motivasi dan semangat.
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan dan doanya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Yogyakarta, 5 Februari 2015
Penyusun
Choryna Dewi Usna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH ........................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Lata Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat penulisan ............................................................... 7
BAB II USAHA-USAHA DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT
KEMBALI IRIAN BARAT ............................................................................. 10
A. Usaha Diplomasi melalui Kabinet-Kabinet (1950-1954) ...................... 10
B. Usaha Diplomasi Melalui Forum Organisasi Internasional ................... 20
C. Usaha Diplomasi Indonesia Merebut Kembali Irian Barat di Era
Demokrasi Terpimpin (1959-1960) ...................................................... 23
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERJUANGAN
DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT .......... 28
A. Faktor Politik Pemerintah Indonesia ...................................................... 29
B. Faktor Politik Pemerintah Belanda ........................................................ 40
C. Faktor Perubahan Politik Luar Negeri Amerika Serikat ........................ 43
BAB IV HASIL PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA MEREBUT
KEMBALI IRIAN BARAT ............................................................................. 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
A. Persetujuan New York ........................................................................... 52
B. Masa Pemerintahan Transisi UNTEA .................................................... 56
C. Irian Barat Kembali Kepangkuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ................................................................................................ 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71
LAMPIRAN ...................................................................................................... 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Silabus ............................................................................................... 74
Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....................................... 78
Lampiran Gambar .............................................................................................. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia yang baru merdeka tanggal 17 Agustus 1945, sudah
dihadapkan pada permasalahan politik dan perekonomian yang tidak stabil.
Selain itu juga harus berjuang mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatannya. Bangsa Belanda belum dapat menerima kemerdekaan
Indonesia, kemudian berusaha memecah belah negara Kesatuan Republik
Indonesia. Wilayah Irian Barat yang kemudian menjadi Irian Jaya dan
sekarang menjadi Papua, merupakan daerah terakhir bekas jajahan Belanda
yang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi pada tahun 1963. Pengembalian daerah
ini diperoleh melalui perjuangan panjang baik dalam bentuk diplomasi
maupun kekuatan militer. Pada akhirnya konflik Indonesia dengan Belanda
dimediasi oleh PBB (Persrikatan Bangsa-Bangsa) dalam bentuk United
Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).
Permasalah konflik Irian Barat muncul setelah Perjanjian Konferensi
Meja Bundar (KMB) Tahun 1949 yang diadakan di Den Haag. Adapun
masalah yang sangat krusial dari hasil yang diperoleh dalam KMB, yaitu
setahun setelah perjanjian KMB pihak Belanda tidak mau menyerahkan Irian
Barat kepada Indonesia, bahkan untuk membicarakannya saja pihak Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tidak mau lagi.1 Terhambatnya penyelesaian Irian Barat karena faktor
perbedaan persepsi masing-masing negara, dan berakibat timbulnya
ketegangan-ketegangan baru yang mempengaruhi kebijaksanaan politik luar
negeri kedua negara.
Belanda menolak dimasukkannya Irian Barat sebagai bagian Republik
Indonesia Serikat yang akan menerima “penyerahan” kedaulatan dari Belanda.
Delegasi Belanda berpendapat, bahwa masalah Irian Barat perlu mendapatkan
status khusus. Dalam bidang ekonomi, wilayah Irian Barat dianggap tidak
mempunyai hubungan dengan wiayah-wilayah Indonesia.2 Sebaliknya Irian
Barat mempunyai hubungan politik yang khusus dengan Belanda untuk
mengusahakan kemajuan melalui pendidikan rakyatnya serta mengembangkan
perekonomiannya. Adapun motif lain Belanda tidak bersedia menyerahkan
kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia, mulanya berasal dari keinginan
untuk menjamin suatu daerah sendiri bagi kaum Indo-Eropa.3
Delegasi Indonesia berpendapat bahwa Irian Barat harus tetap
diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan alasan bahwa
selama ini telah terjalin hubungan etnologis, ekonomi, dan agama. Sejak dari
persetujuan Linggarjati dan Denpasar telah ditetapkan bahwa kedaulatan akan
diserahkan atas wilayah Hindia Belanda. Dalam Konferensi Denpasar, Van
Mook menyatakan bahwa Irian Barat akan digabungkan dengan negara
1Sartono Kartodirjo, Dkk, Sejarah Nasional Indonesia VI, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1975, Hal. 111 2Ridhani, P, Mayor Jendrral Soeharto Panglima Komand Mandala Pembebasan Irian Barat,
Jakarta, Sinar Harapan, 2009, Hal 11-12 3 Smit. C, Dekolonisasi Indonesia, Jakarta, Daya Sarana, 1986, Hal. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Indonesia Timur (NIT) sebagai salah satu bagiannya dengan memberikan hak
otonomi pada daerah-daerah secara bertahap.4
Selain itu, pihak Indonesia berpendapat bahwa Irian Barat merupakan
bagian mutlak karena apabila ditinjau dari segi politis, berdasarkan perjanjian
international 1896 yang diperjuangkan oleh Prof. Van Vollen Houven (pakar
hukum adat Indonesia) di sepakati bahwa ”Indonesia” meliputi seluruh
wilayah bekas kekuasaan Hindia Belanda. Sedangkan Irian Barat walaupun
dikatakan oleh Belanda secara kesukuan berbeda dengan bangsa Indonesia,
tetapi secara sah merupakan wilayah Hindia Belanda oleh sebab itu
pemerintah Indonesia berusaha untuk menegakkan kedaulatannya dan
berkewajiban untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Pengertian
tentang seluruh tumpah darah Indonesia ialah keutuhan wilayah Indonesia
tanpa mengecualikan suatu bagiannya, termasuk daerah Irian Barat. Hal ini
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Status Irian
Barat sesudah proklamasi kemerdekaan masih dikuasai oleh pemerintah
kolonial Belanda. Untuk mendapatkan Irian Barat, pemerintah Indonesia
melakukan upaya diplomasi. Pada akhirnya pemerintah Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia setelah melalui Konferensi Meja Bundar (KMB).
Akan tetapi wilayah Irian Barat masih dikuasai oleh pihak Belanda dan akan
diserahkan satu tahun setelah KMB. Ini jelas merupakan trik politik Belanda
untuk menguasai Irian Barat.5
4Saleh. A dkk, Tri Komando Rakyat Edisi Ke, Semarang, Yayasan Telapak, 2000, Hal5-6
5Baharudin Lopa, Djalannja Revolusi Indonesia Membebaskan Irian Barat. Jakarta, Daya
Upaya, 1962, Hal. 41.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Kebijakan Belanda menganeksasi Irian Barat bertujuan untuk
memisahkan Irian Barat dari wilayah kekuasaan Indonesia secara permanen.
Kebijakan tersebut memunculkan reaksi dari pihak Indonesia untuk
menyelesaikan permasalahan dengan Belanda dengan menempuh jalan
diplomasi. Pada masa Kabinet Natsir, pemerintah berusaha melakukan
perundingan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat namun gagal. Belanda
semakin meningkatkan pertahanan militernya di Irian Barat. Bahkan secara
politik wilayah Irian Barat dimasukkan ke dalam wilayah kerajaan Belanda.
Kebijakan Belanda tersebut tidak dapat diterima oleh pihak Indonesia. Pada
tanggal 21 April 1953, Kabinet Wilopo menghapuskan Missie Military
Belanda di Indonesia. Kabinet Ali I melakukan upaya diplomasi untuk
menyelesaikan masalah Irian Barat dalam forum Sidang Umum PBB tahun
1954. Namun usahan ini juga mengalami kegagalan karena pihak diplomat
Indonesia hanya mendapatkan dukungan 34 negara.
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengajak Belanda
menyelesaikan masalah Irian Barat secara damai dengan jalan perundingan,
baik secara bilateral maupun melalui PBB namun upaya-upaya tersebut tidak
memberikan hasil yang menguntungkan pihak Indonesia.6 Kemudian
pemerintah Indonesia mengambil tindakan politik yang tegas dengan
membatalkan perjanjian KMB.
Pada mulanya Indonesia berharap permasalahan Irian Barat dapat
diselesaikan dengan cara diplomasi namun demikian usaha tersebut selalu
6 Darnoto. Dkk, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa Kurun Waktu
1960-1965 Jilid III, Jakarta, Departemen Luar Negeri RI, 2005, Hal. 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
gagal. Ketidakberhasilan itu disebabkan oleh sikap Belanda yang selalu
menolak untuk membicarakan status ketatanegaaraan Irian Barat. Ambisi
koloniallah yang menyebabkan Belanda tidak mengindahkan lagi norma-
norma hukum Internasional (norma-norma the law of treaties dari pada
KMB). Belanda tetap pada sikapnya tidak mau melakukan perundingan
dengan Indonesia untuk mencari penyelesaian masalah Iran Barat.
Menghadapi sikap politik Belanda yang keras kepala, pihak Indonesia
memutuskan untuk mengubah kebijakan politik mengenai penyelesaian
masalah Irian Barat. Kebijkan baru itu bersikap ofensif dan berubah dari
meminta menjadi memaksa Belanda untuk mau berunding. Penyelesaian
dilakukan lebih menekankan perjuangan militer namun demikian usaha-usaha
diplomasi Indonesia terus dilakukan.
Lazimnya hubungan antarnegara diwarnai oleh pasang surut dan
dipengaruhi kebijakan politik luar negeri masing-masing negara. Politik luar
negeri tiap negara adalah lanjutan dan merupakan refleksi dari politik dalam
negeri. Konflik Irian Barat selain menjadi ganjalan hubungan diplomatik
kedua negara, juga mengancam perdamaian dunia saat puncak persaingan
perang dingin. Dengan keterlibatan internasional, konflik Irian Barat menjadi
sangat kompleks dan banyak faktor kepentingan yang berpengaruh di
dalamnya.
Sejarah perjuangan pembebasan Irian Barat kembali ke dalam wilayah
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari dinamika politik nasional Indonesia.
Proses panjang untuk membebaskan Irian Barat dari kekuasaan Belanda telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengerahkan segenap potensi negara yang tidak sedikit. Perjuangan diplomasi
yang melibatkan berbagai unsur internasional juga telah memberikan andil
untuk mengantarkan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam membebaskan
Irian Barat. Secara prinsip yang menjadi faktor penentu dalam pembebasan
Irian Barat adalah perjuangan diplomasi yang dipadukan dengan kekuatan
militer.7 Selain itu berkaitan dengan konteks sejarah modern, perjuangan
pembebasan Irian Barat tidak lepas dari pengaruh konflik Perang Dingin
antara ideologi Barat (kapitalis) dengan ideologi Timur (komunis). Hal ini
tampak ketika pengerahan kekuatan militer dalam Tri Komando Rakyat
(Trikora) pembebasan Irian Barat, Indonesia mengandalkan persenjataan
perang dari Blok Timur (Uni Soviet), hal tersebut telah membuat cemas Blok
Barat (Amerika Serikat) akan bahaya komunis di Asia Tenggara. Dengan
tekanan Amerika Serikat, Belanda akhirnya mau menyerahkan Irian Barat
kepada Indonesia lewat perantara Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Diplomasi internasional yang dilakukan pihak Indonesia memberi
dampak yang besar untuk mendapatkan bantuan politik maupun militer.
Indonesia melakukan pendekatan kepada negara-negara lain seperti Uni Soviet
dan Amerika Serikat. Pendekatan diplomasi kepada negara-negara Adikuasa
tersebut berdampak positif bagi Indonesia, terbukti bantuan yang diberikan
pemerintah Amerika kepada Indonesia telah mampu membantu penyelesaian
konflik Irian Barat, sebab tanpa perjuangan Diplomasi mustahil jikalau
perjuangan Militer saja dapat menarik simpati negara-negara lain di PBB.
7 Nasution A.H, Mengamankan Pandji-Pandji Revolusi, Jakarta, 1964, hlm. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Berdasarkan gambaran di atas penulis ingin membahas bagaimana
sejarah pembebasan Irian Barat dari segi perjuangan diplomasi, karena secara
realitas awal dan akhir perjuangan pembebasan Irian Barat ditentukan lewat
jalur perundingan damai (peace-keeping operations), meskipun pada momen
tertentu juga didukung oleh perjuangan militer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada bagian latar belakang,
maka permasalahan dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perjuangan diplomasi Bangsa Indonesia merebut kembali Irian
Barat?
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap usaha-usaha diplomasi
Bangsa Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat ?
3. Bagaimana hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian
Barat?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali
Irian Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis Faktor-faktor penghambat apa
saja yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam perjuangan diplomasi untuk
merebut kembali Irian Barat.
c. Untuk mendeskripsikan hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut
kembali Irian Barat.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
a. Bagi civitas Akademika Universitas Sanata Dharma
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan
khususnya karya ilmiah dan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa
lain dalam melakukan penulisan historis dan sebagai bahan dasar bagi
penelitian lanjutan mengenai Perjuangan Diplomasi Indonesia Merebut
Kembali Irian Barat.
b. Bagi Ilmu Sejarah
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai usaha-usaha dan perjuangan yang di lakukan
Bangsa Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat terutama perjuangan
diplomasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia serta perjuangan bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Selain itu penulisan ini dapat
dijadikan sebagai sumber referensi tambahan bagi penelitian historis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
c. Bagi Program Studi Pendidikan Sejarah
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah referensi lanjutan
mengenai Perjuangan Diplomasi Indonesia Merebut Kembali Irian Barat.
khususnya mata kuliah Sejarah Indonesia Baru dan di harapkan dapat
menambah pengetahuan pembaca tentang bagaimana perjuangan
diplomasi Bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat pada masa
lampau, yang kini sekiranya dapat di contoh bagaimana semangat
perjuangan untuk mengisi kemerdekaan seluruh Indonesia termasuk
Papua.
d. Bagi Penulis
Hasil Penulisan ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman
baru bagi penulis. Selain itu dapat menambah keterampilan penulis dalam
menulis karya ilmiah. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber, serta memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
USAHA-USAH DIPLOMASI
BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT
Konflik bersenjata antara pihak Indonesia dengan militer Belanda yang
berusaha menjajah kembali Indonesia diakhiri dengan persetujuan perdamaian.
Kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), diantaranya Belanda akan
membahas masalah wilayah Irian Barat dengan pihak Indonesia satu tahun setelah
penyerahan kedaulatan. Akan tetapi ini hanyalah siasat politik Belanda untuk
mempertahankan Irian Barat. Sementara itu pihak Indonesia tetap berpegang
teguh pada isi perjanjian KMB. Setelah satu tahun perjanjian KMB, pihak
Indonesia berupaya untuk mendapatkan kejelasan tentang status masalah Irian
Barat. Pemerintah Indonesia mengedepankan pendekatan politik dengan
melakukan perundingan secara langsung dengan pemerintah Belanda. Namun
upaya ini tidak berhasil karena pemerintah Belanda tetap berpegang teguh untuk
menguasai Irian Barat. Berikut usaha-usaha diplomasi yang dilakukan pemerintah
Indonesia:
A. Usaha Diplomasi melalui Kabinet-Kabinet (1950-1954)
1. Usaha Diplomasi Kabinet Mohammad Natsir
Pada tanggal 7 September 1950, Mohammad Natsir dilantik sebagai
Perdana Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mohammad Natsir
menjalankan pemerintahan dengan mengedepankan upaya diplomasi dalam
menyelesaikan masalah Irian Barat. Ini merupakan program utama yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
segera direalisasikan. Mohammad Natsir memerintahkan kepada Menteri Luar
Negeri Mr. Moh. Roem untuk memimpin delegasi Indonesia ke negeri
Belanda. Pada tanggal 4 Desember 1950 berlangsung perundingan antara
pihak Indonesia dengan pihak Belanda di Den Haag. Perundingan politik ini
ternyata diwarnai dengan perbedaan pendapat yang cukup mencolok antar
kedua belah pihak.8
Pihak pemerintah Belanda tetap bersikeras mempertahankan wilayah
Irian Barat. Sedangkan pihak Indonesia berusaha secara diplomatis dalam
penyelesaian untuk mendapatkan Irian Barat. Mr. Moh. Roem kemudian
menawarkan sebuah konsesi politik kepada pihak pemerintah Belanda untuk
menyerahan Irian Barat secara de jure. Konsesi politik yang ditawarkan pihak
Indonesia antara lain:9
a. Dalam lingkungan kerjasama antara Indonesia dengan Belanda di
lapangan ekonomi, pemerintah Indonesia mengakui hak dan konsesi yang
sekarang ada dan diberi perhatian yang istimewa kepada Belanda
mengenai pemberian konsensi baru dan menempatkan kapital. Selanjutnya
dalam mengembangkan sumber-sumber di Irian Barat akan diberi
perhatian khusus kepada kepentingan-kepentingan Belanda di sana, antara
lain dalam mengusahakan dan mengelola kekayaan tanah. Pada umumnya
pemerintahan Indonesia bersedia memajukan Irian Barat di lapangan
ekonomi, memperhatikan dengan sepenuhnya kepentingan Belanda di
lapangan perdagangan, perkapalan, dan industri.
8 Ridhani, op.cit, hlm.22.
9 Saleh A. Djamhari, dkk, op.cit, Hlm.10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Dalam aparat administrasi Irian Barat akan dipergunakan tenaga-tenaga
Belanda.
c. Pensiunan pegawai-pegawai Belanda Irian Barat akan dijamin seperti
dalam persetujuan KMB.
d. Imigrasi rakyat Belanda akan diperbolehkan oleh pemerintah Indonesia.
Selanjutnya akan diperhatikan benar-benar supaya diadakan tenaga buruh
yang diperlukan untuk Irian Barat.
e. Pemerintah Indonesia akan memajukan supaya Irian Barat dimasukkan
dalam sistem perhubungan Pemerintah Indonesia (perhubungan udara,
laut, telepon, telegraf dan radio) dengan memperhatikan konsensi-konsensi
yang sudah diperoleh Maskapai Belanda.
f. Kemerdekaan beragama akan dijamin sepenuhnya dan usaha-usaha dari
zeding dan missi dalam lapangan kemanusian, seperti pengajaran dan
pemeliharan orang sakit dapat diteruskan. Dalam usaha kemanusiaan itu
jika diperlukan missi dan zending akan dapat bantuan dari pemerintah
Indonesia.
g. Di Irian Barat akan diusahakan supaya pemerintahannya berjalan dengan
cara demokrasi yang penuh. Kepada daerah akan diberikan otonomi dan
hak ikut memerintah (medebewind) segera akan diraih dengan
pembentukan badan perwakilan sendiri.
Konsesi politik yang ditawarkan oleh pihak perwakilan pemerintah
Indonesia ditolak dengan tegas oleh pemerintah Belanda. Sebaliknya, pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pemerintah Belanda kemudian menawarkan usulan kepada delegasi Indonesia
yang berbunyi:
a. Bahwa rakyat “Nederland Nieuw Guinea” mempunyai hak untuk
menentukan hari depannya sendiri.
b. Pembentukan Dewan Irian dan Belanda tetap memerintah Irian.
Menanggapi usulan dari pihak Belanda tersebut, pimpinan delegasi
Indonesia Mr. Moh Roem dengan tegas menolaknya. Delegasi Indonesia tetap
berpegang teguh pada pendirian politiknya yaitu Irian Barat harus diserahkan
oleh Belanda kepada Indonesia. Perundingan ini ternyata tidak menghasilkan
kesepakatan tentang penyelesaian masalah Irian Barat. Delegasi pemerintah
Indonesia yang diwakili oleh Mr. Moh.Roem gagal.10
Kegagalan diplomasi yang dilakukan oleh Mr. Moh. Roem ternyata
tidak menyurutkan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan perundingan
secara damai. Pada bulan Desember 1951, Prof. Dr. Supomo memimpin
delegasi Indonesia untuk melakukan perundingan dengan pihak Belanda.
Perundingan kali ini juga mengalami kegagalan. Pemerintah Kerajaan Belanda
mengeluarkan kebijakan politik yang mengejutkan pemerintah Indonesia.
Pada pertengahan Agustus 1952, parlemen Belanda menyetujui wilayah Irian
Barat dimasukan ke dalam wilayah lingkungan Kerajaan Belanda. 11
Kebijakan pemerintah Belanda ini jelas sangat provokatif tanpa
meminta persetujuan pihak pemerintah Indonesia. Menindaklanjuti aksi
provokatif tersebut, pemerintah Indonesia menyampaikan nota protes kepada
10
Ibid, hlm. 12. 11
Baharuddin Lopa. op.cit, Hlm. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pemerintah Belanda. Pemerintah Indonesia sangat keberatan atas tindakan
parlemen Belanda karena masalah Irian Barat masih dalam status sengketa.
Permasalahan ini kemudian dibawa ke Sidang Umum PBB, namun usaha ini
juga mengalami kegagalan. Kebijakan parlemen Belanda yang menyetujui
aneksasi wilayah Irian Barat telah mengakibatkan ketegangan antara Indonesia
dengan Belanda.12
Perkembangan hubungan antara Indonesia dengan Belanda semakin
memanas. Kolonialis Belanda di Irian Barat telah memobilisasi para pemuda
pribumi untuk memasuki dinas militer. Rakyat Indonesia kemudian
melakukan desakan kepada pemerintah supaya mengambil tindakan yang
tegas terhadap pihak Belanda. Kemudian pemerintah Indonesia mengambil
kebijakan politik dengan meningkatkan upaya diplomatik lewat forum
internasional untuk menekan pemerintah Belanda. Upaya tersebut ternyata
mendapat dukungan dari negara-negara lain yang simpatik terhadap
perjuangan bangsa Indonesia.13
Tahun 1951 Kabinet Natsir jatuh hal ini dikarenakan persoalan yang
lebih berat, yang menyangkut persoalan Irian Barat dan peraturan
pemerintahan daerah.14
Kegagalan kabinet Natsir dalam menyelesaikan Irian
Barat menyebabkan presiden Soekarno secara terang-terangan menyatakan
bahwa ia ingin menggunakan kesempatan yang ditimbulkan oleh kegagalan
perundingan tersebut. Untuk menentang kepentingan ekonomi Belanda di
12
Saleh A. Djamhari, op.cit, hlm. 13. 13
Idem 14
Moedjanto .G, Indonesia Abad Ke 20 Jilid 2, Yogyakarta, Kanisius, 1988, Hal. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Indonesia dan juga menentang Uni Indonesia-Belanda yang dianggap sebagai
simbol provokatif atas suatu kemerdekaan yang terbatas.
Keinginan presiden Soekarno yang disampaikan dalam pidato
umumnya ditolak oleh Perdana Menteri Mohamad Natsir dengan menyatakan
bahwa hanya kabinetlah yang berhak menentukan apakah Presiden yang
mengemukakan secara umum kebijakan luar negeri yang terpenting atau tidak.
Pertentangan konsitusional ini dimenangkan oleh Mohamad Natsir, tetapi
presiden Soekarno berhasil menggunakan pengaruhnya kepada kekuatan
oposisi di parlemen untuk menjatuhkan kabinet Natsir. Oleh karena itu,
pengganti kabinet Natsir mengambil posisi yang lebih keras terhadap
pemerintahan Belanda.15
2. Usaha Diplomasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Pada tanggal 30 Juli 1953, Ali Sastroamijoyo diangkat menjadi
Perdana Menteri menggantikan Mohammad Natsir yang mengundurkan diri.
Kabinet Ali I mempunyai 4 program pokok, yaitu:16
a. Dalam negeri (meningkatkan keamanan dan kemakmuran dan segera
melaksanakan pemilu)
b. Pembebasan Irian Barat secara cepat
c. Luar Negeri (melakukan politik bebas aktif dan peninjauan kembali
persetujuan KMB).
d. Penyelesaian pertikaian politik.
15
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 58. 16
Moedjanto .G, op.cit, hal 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dalam masalah Irian Barat Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I
menerapkan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang kuat. Perjuangan
diplomasi untuk mendapatkan Irian Barat kepangkuan Indonesia menjadi
prioritas kerja pemerintahannya. Perdana Menteri Ali berusaha keras mencari
dukungan internasional untuk membantu Indonesia dalam menyelesaikan
sengketa dengan Negara Belanda yang tetap bersikeras atas masalah Irian
Barat yang tetap dianggapnya sebagai internal question. Sikap keras
pemerintah Belanda yang tetap bersikukuh bahwa Irian Barat merupakan
wilayahnya telah mendorong pemerintah Indonesia untuk bertindak lebih
tegas.17
Perundingan Bilateral yang dilakukan antara pemerintah Indonesia
dengan Belanda di Den Haag tidak pernah mendapatkan suatu kemajuan yang
berarti. Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I kemudian membawa masalah
Irian Barat dalam Sidang Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Pada
tahun 1954, PBB mengadakan Sidang Umum yang ke IX dan membahas
permasalahan Irian Barat yang disengketakan antara Indonesia dan Belanda.
Akan tetapi usaha diplomasi ditingkat internasional ini tidak berjalan lancar
karena Sidang Umum PBB tidak mencapai suara mayoritas 2/3 dari anggota
yang ada. Walaupun mengalami kegagalan, namun usaha Perdana Menteri Ali
Sastroamijoyo I mampu mendapatkan simpatik dari negara-negara lain dan
mempengaruhi Belanda.18
17
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 60. 18
Leifer, Michael, Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta, Gramedia, 1989 hlm. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3. Usaha Diplomasi Kabinet Burhanuddin Harahap
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menjalankan pemerintahan
dengan kebijakan luar negeri yang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya.
Pada tahun 1955 masalah Irian Barat tetap diperjuangkan dalam forum
internasional. Sidang Umum PBB X juga membahas masalah Irian Barat.
Dalam sidang PBB tersebut diputuskan bahwa perundingan antara pemerintah
Indonesia dengan Belanda tentang masalah Irian Barat akan dilangsungkan di
Jenewa. Akan tetapi pemerintah Belanda mengajukan berbagai persyaratan
dalam perundingan tersebut. Pihak Belanda mengajukan syarat agar
pemerintahan Indonesia membebaskan warga Negara Belanda yang bernama
Van Krieken. Pihak Indonesia juga dituduh melakukan tindakan infiltrasi ke
Irian Barat secara tidak sah. Pernyataan pemerintah Belanda ini jelas sangat
mengada-ada. Tiada seorangpun secara obyektif dapat menuduh seorang
sebagai infiltrastor yang memasuki wilayah tumpah darahnya sendiri. Perdana
Menteri Burhanuddin Harahap tidak mengakui klaim sepihak yang dilakukan
Belanda menciptakan perbatasan wilayah Indonesia dengan wilayah Irian
Barat. Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menilai pernyataan pemerintah
Belanda tersebut hanya lelucon belaka. Selain itu Perdana Menteri
Burhanuddin Harahap menilai perundingan yang akan digelar di Jenewa tidak
akan menyinggung soal pengakuan kedaulatan wilayah Irian Barat ke
pangkuan Indonesia. Pemerintah Belanda tetap mau melanjutkan perundingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tetapi hanya mau membahas sebatas soal keuangan dan bukan hakekat
masalah utama.19
Pemerintah Indonesia masih mengedepankan upaya diplomasi untuk
mendapatkan Irian Barat, maka Van Krieken dibebaskan. Akan tetapi
pembebasan ini dijadikan kesempatan goodwill untuk membuka perundingan
dengan Belanda di Jenewa.20
Perundingan Indonesia-Belanda berlangsung di
Jenewa pada tanggal 10 Desember 1955 s/d 11 Februari 1956. Perundingan
ini membahas permasalahan tentang keinginan pemerintah Indonesia untuk
membubarkan Uni Indonesia-Belanda. Keberadaannya ini sangat
memberatkan Indonesia dalam bidang ekonomi dan keuangan sesuai
kesepakatan Konferensi Meja Bundar. Kesepakatan sementara tentang
pembubaran Uni berhasil disepakati, namun pada perkembangannya
dimentahkan lagi oleh delegasi Belanda. Masalah Irian Barat mengalami jalan
buntu. Akhirnya perundingan mengalami deadlock dan delegasi pemerintah
Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ida Anak Agung Gede
mengalami kekecewaan.21
Pada tanggal 13 Februari 1956, pemerintah Indonesia secara sepihak
mengumumkan pengunduran diri dari Uni Indonesia-Belanda. Langkah ini
merupakan pelanggaran legalitas yang pertama kali dari pihak pemerintah
Republik Indonesia terhadap Belanda sejak revolusi. Ketegasan dan
keberanian pemerintah Indonesia dalam kebijakan politik luar negeri ini
merupakan pukulan pertama terhadap Belanda. Tindakan yang dilakukan oleh
19
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 61. 20
Ibid, hlm. 62 21
Leifer, Michael, op.cit, hlm. 62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Perdana Menteri Burhanuddin Harahap ini ternyata menimbulkan pro dan
kontra di dalam negeri. Pihak yang kontra menganggap bahwa tindakan
pemerintah tidak mempunyai legalitas konstitusional yang tetap. Akan tetapi
langkah politik ini merupakan tindakan pendobrak terhadap sikap politik
pemerintah Belanda yang keras.22
4. Usaha diplomasi Kabinet Ali Sastroamijoyo II
Tak lama setelah kabinet Burhanuddin jatuh, Presiden Sukarno pada
tanggal 8 Maret 1956 menunjuk formatur Ali Sastroamidjojo untuk
membentuk Kabinet baru.23
Pada masa pemerintahannya yang kedua ini tetap
memprioritaskan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat. Langkah awal
yang dilakukannya adalah memperjuangkan penerimaan oleh parlemen dan
presiden agar menyetujui suatu undang-undang yang membatalkan
keseluruhan persetujuan Konferensi Meja Bundar. Pada tanggal 3 Mei 1956,
Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo II menyatakan bahwa pemerintah
Indonesia tidak terikat lagi dengan perjanjian Konferensi Meja Bundar. Dasar
kekuatan hukum kebijakan politik ini adalah UU No. 13 Tahun 1956.24
Adapun program pokok kabinet Ali II ialah:25
a. Pembatalan KMB
b. Perjuangan Irian Barat
22
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 63. 23
Sartono Kartodirjo, dkk, op.cit, hal. 95 24
Idem. 25
Moedjanto .G, op.cit, hal 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Memulihkan keamanan dan ketertiban pembangunan ekonomi, keuangan
industri, pertanian, perhubungan, pendidikan, pertahanan.
d. Melaksanakan keputusan Konferensi Asia Afrika (KAA)
Dengan demikian telah terjadi perubahan dasar perjuangan bangsa
Indonesia untuk mendapatkan kembali Irian Barat. Pemerintah Indonesia
menggunakan dasar perjanjian Konferensi Meja Bundar untuk menyelesaikan
masalah Irian Barat telah berganti dengan menggunakan dasar kekuatan yang
lebih tegas dan revolusioner yaitu: Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
dan Undang-Undang Dasar 1945. Keduanya menjadi dasar pokok perjuangan
baik secara hukum dan politik bangsa Indonesia untuk mendapatkan Irian
Barat ke pangkuan wilayah Indonesia.26
B. Usaha Diplomasi Melalui Forum Organisasi Internasional
Usaha Indonesia untuk memperoleh dukungan internasional dalam
rangka memperjuangkan Irian Barat, mulai ditempuh lewat forum Konferensi
Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955. Indonesia mulai memasukkan
permasalahan Irian Barat sebagai perjuangan dari sisa-sisa kolonialisme dan
imperialisme dunia, yang menjadi isu utama waktu itu. Hasilnya, Indonesia
mendapat dukungan dan spirit dalam memperjuangan pembebasan Irian Barat
dari kolonialisme Belanda. Dukungan dan spirit dari peserta KAA itu
membuka jalan bagi Indonesia untuk memperjuangkan masalah Irian Barat di
forum organisasi internasional PBB.
26
Ibid, hal. 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Setelah dukungan Internasional semakin meluas, rakyat Indonesia
mulai bangkit dengan menyelenggarakan rapat-rapat umum untuk
membebaskan Iran Barat. Akibatnya sikap anti Belanda semakin meningkat,
buruh-buruh yang bekerja pada perusahaan Belanda melakukan pemogokan,
majalah dan film yang menggunakan bahasa Belanda dilarang, kapal-kapal
terbang Belanda (KLM) juga dilarang mendarat dan terbang di atas wilayah
Indonesia, bahkan semua kegiatan konsuler Belanda di Indonesia juga diminta
untuk berhenti. 27
Perjuangan diplomasi juga dilakukan lewat Sidang Umum (SU) PBB.
Usaha Indonesia untuk membawa persoalan Irian Barat ke forum PBB
mendapat reaksi keras dan penolakan dari pihak Belanda. Belanda
menganggap bahwa PBB tidak berhak atau tidak competent ikut campur
dalam persoalan Irian Barat, dan menilai Indonesia melakukan ekspansi untuk
mendapatkan Irian Barat. Walaupun begitu, akhirnya Indonesia berhasil
membawa masalah Irian Barat di forum internasional tersebut. Perdebatan soal
Irian Barat di forum Sidang umum PBB mulai dari tahun 1954 sampai Tahun
1956 mengalami kegagalan, karena tidak memenuhi forum persetujuan 2/3
anggota yang hadir. Atas kegagalan di forum PBB itu strategi perjuangan
Indonesia dalam membebaskan Irian Barat berubah dari diplomasi secara
damai menjadi diplomasi tekanan dengan konfrontasi di segala bidang. 28
Kegagalan usaha-usaha penyelesaian secara damai konflik Irian Barat
melalui perundingan-perundingan, baik dengan bilateral maupun lewat
27
Wiharyanti, A.K, Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta:
Univ. Sanata Dharma, 2011, hal. 98. 28
Ridhani P, op.cit, hal. 26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
perantaran PBB, telah menyebabkan perubahan sikap perjuangan Indonesia
yaitu dari defensif ke ofensif dari meminta Belanda untuk berunding, menjadi
memaksa Belanda untuk berunding. Setelah berkali-kali mengalami
kegagalan, Indonesia akhirnya memutuskan untuk mencapai penyelesaian
Irian Barat di luar PBB.29
Indonesia kemudian menjalankan politik konfrontasi total terhadap
Belanda, bukan saja secara politis tetapi juga secara ekonomis dan militer.
Tindakan-tindakan tegas diambil terhadap kepentingan-kepentingan ekonomi
Belanda di Indonesia, antara lain menasionalisasikan perusahaan-perusahaan
Belanda. Menyangkut hubungan luar negeri, Indonesia melakukan tindakan
sepihak dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan negeri Belanda
Tahun 1960. Tindakan tersebut merupakan upaya tekanan terhadap Belanda
agar mau segera menyelesaikan masalah Irian Barat dan dikembalikannya
wilayah itu kepada Indonesia.
C. Usaha Diplomasi Indonesia Merebut Kembali Irian Barat di Era
Demokrasi Terpimpin (1959-1960)
Dengan pergantian sistem pemerintahan dari demokrasi parlementer ke
demokrasi terpimpin tahun 1959, arah perjuangan pembebasan Irian Barat
menjadi radikal. Jika sistem pemerintah sebelumnya banyak ditentukan di
meja perundingan yang ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet yang
berkuasa, maka sejak tampilnya Soekarno sebagai pengendali utama
29
M. Sabir, Politik Bebas Aktif, Jakarta, Haji Masagung, 1987, Hal. 122.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pemerintahan, arah perjuangan pembebasan Irian Barat banyak ditentukan
oleh manuver-manuver strategi diplomasi dengan kekuatan militer. Presiden
Soekarno mempunyai keyakinan bahwa pemerintah Belanda tidak berhasrat
untuk menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui perundingan dan
cara-cara damai. Soekarno menyimpulkan bahwa Indonesia hanya akan dapat
memperoleh Irian Barat melalui cara-cara yang menegangkan dan eksplosif.
Cara ini akan melibatkan negara-negara besar, dan akan memberikan hasil
yang positif. Alat pertama yang dipakai untuk melaksanakan strategi itu ialah
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). 30
Pada pidato pertemuan di Sidang Majelis Umum PBB yang kelima
belas Tahun 1960, di hadapan para pemimpin dunia, Presiden Sukarno
mengajukan tantangan kepada pemerintah Belanda, bahwa Indonesia bertekat
bulat untuk membebaskan Irian Barat dengan cara apapun. Dalam pidatonya
yang berjudul “Membangun Dunia Kembali”, strategi Soekarno telah berhasil
mendapatkan simpati dunia, terutama menyangkut penghapusan kolonialisme
dan imperialisme di dunia, termasuk masalah Irian Barat. Banyak yang
bersimpati akan pidato Soekarno, ada yang sangat terkesan untuk bertemu,
yaitu Perdana Menteri Harold Mac Millan dari Inggris dan Pangeran Norodom
Sihanouk dari Kamboja. Efek pidatonya menjadi sangat berarti yaitu
undangan Kerajaan Inggris kepada Soekarno, oleh karena itu muncul
kekecewaan Belanda pada sekutunya yang dianggap besimpati pada musuh.
Meskipun dunia internasional mulai bersimpati pada perjuangan Indonesia,
30
Ganis Harsono, Cakrawala Politik Era Sukarno,Jakart,: Inti Idayu Press, 1985, Hlm. 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Belanda justru membangun kekuatan militernya di Irian Barat. Pemerintah
Belanda mengadakan move-move politik dengan mengundang utusan peninjau
dari PBB untuk menyaksikan pelantikan Dewan Papua ciptaan Belanda di
Irian Barat dengan maksud mendirikan sebuah negara Papua merdeka.
Terhadap hal ini pemerintah Indonesia mengatakan bahwa tiap urusan atau
misi yang dikirim ke Irian Barat tanpa persetujuan Indonesia dianggap sebagai
tindakan ilegal dan tidak bersahabat.31
Pada saat puncak konflik Irian Barat, karena terpojok oleh simpati
dunia internasional terhadap claim Indonesia atas Irian Barat, Belanda
mengadakan manuver membentuk negara Papua merdeka di Irian Barat dan
membentuk seperangkat unsur untuk sebuah negara, seperti menentukan nama
negara menjadi West Papua, bangsa Papua, bendera Bintang Kejora dan lagu
kebangsaan Papua “Hai Tanahku Papua”. Lebih lanjut Menteri luar negeri
Belanda Joseph Luns, mengajukan usul kepada PBB mengenai dekolonialisasi
wilayah Niew Guinea. Tindakan itu membuat kemarahan dari pihak Indonesia
terutama Presiden Sukarno dan mencap usaha Belanda itu sebagai
memperkukuh kolonialisme dan imperialisme.
Presiden Soekarno sebagai Panglima Tertinggi Militer melihat bahwa
rakyat Irian bersama Belanda telah menaikkan bendera Papua dan
menyanyikan lagu kebangsaan Papua serta persiapan lain menuju
kemerdekaan de jure. Maka pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1961,
dengan terang-terangan Soekarno menjawab ancaman Belanda itu dengan
31
Ibid., hlm. 138.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengadakan konfrontasi total pembebasan Irian Barat yang lebih dikenal
dengan “Trikora”. Selanjutnya atas tindakan itu dibentuk Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat yang akan merencanakan dan melaksanakan operasi
militer terhadap Belanda.32
Gagalnya Indonesia memperoleh persenjataan militer dari Amerika
Serikat (AS), telah berakibat condongnya haluan politik Soekarno (Indonesia)
ke arah Blok Timur (komunis), dan mendapat dukungan yang luas dari seluruh
lapisan masyarakat maupun pemimpin dan organisasi-organisasi massa. Dari
sini arah kebijakan politik Indonesia menyangkut pembebasan Irian Barat juga
berubah, dari diplomasi damai lewat organisasi internasional PBB berhaluan
ke arah konfrontasi dengan kekuatan militer dan isu perang dingin.
Pemerintah Indonesia kemudian memanfaatkan situasi perang dingin
untuk mendapatkan dukungan dari salah satu blok. Indonesia menyadari
bahwa di belakang Belanda ada kepentingan yang sangat besar yang
berpengaruh, yaitu Amerika Serikat dengan Blok Baratnya yang selalu
mendukungnya. Sedangkan di Blok Timur ada Uni Soviet (US) sebagai
kekuatan rivalnya. Untuk itu awal strategi diplomasi Indonesia ialah
mendekatkan diri pada negara-negara Komunis (US dan Eropa Timur) yang
sedang mengekspansi ideologi komunisme di dunia untuk memperoleh
dukungan agar memenangkan suara terbanyak dalam konflik Irian Barat di
Sidang Umum PBB. Akan tetapi pada tingkat akhir perjuangan dalam resolusi
32
Baharudin Lopa, op.cit, Hal. 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Sidang Umum PBB 1957 mengalami kegagal karena tidak mencapai forum
dua per tiga suara anggota sidang.33
Tindakan Indonesia tidak berhenti sampai di situ, dengan aksi Presiden
Soekarno untuk mengadakan lawatan ke berbagai negara yang sangat
berpengaruh, seperti ke Amerika Serikat (AS), Uni Soviet (US) dan Republik
Rakyat Cina (RRC) telah memperoleh dampak yang positif bagi perjuangan
pembebasan Irian Barat. Kunjungan Soekarno ke AS telah membuat kecewa
Soekarno karena dalam kunjungan itu tidak diterima secara baik. Hal ini
karena telah tertanam dalam hati Presiden AS Eisenhower, sikap anti
Soekarno yang dianggap sangat komunis selain itu Eisenhower bersikap netral
dan pasif dalam sengketa Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat.34
Pada kunjungan selanjutnya ke Uni Soviet Presiden Soekarno
mendapat sambutan yang luar biasa dari rakyat Uni Soviet layaknya pemimpin
besar dunia.35
Sebaliknya Amerika telah menolak kunjungan balasan dari
Indonesia. Hal ini merupakan kesalahan besar AS karena saat itu Indonesia
telah berpaling ke Timur (Uni Soviet) dan segala macam kekuatan baik bidang
sosial-ekonomi, politik dan militer diarahkan ke Blok Timur. Puncak dari
hubungan itu ditandai pembelian secara besar-besaran persenjataan militer
dari negara-negara Blok Timur. Dengan demikian ada pembagian keuntungan
kedua belah pihak, Indonesia memperoleh kekuatan persenjataan modern
33
Smith. C, op.cit, Hal 52 34
Darnoto. Dkk, op.cit, Hal 140. 35
Hamka Sastra, Kundjungan P.J.M Sukarno Presiden Republik Indonesia Di Sowjet Uni,
1963, Hal. 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
untuk menghadapi Belanda di Irian Barat, pihak Uni Soviet memperoleh
pengaruh ideologinya di Indonesia yang condong ke Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERJUANGAN
DIPLOMASI BANGSA INDONESIA
MEREBUT IRIAN BARAT
Kebijakan pemerintah Belanda yang berusaha untuk memisahkan Irian
Barat dari wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia terlihat nyata dalam
Konferensi Meja Bundar (KMB). Dalam KMB yang berlangsung tanggal 23
Agustus sampai 2 November 1949, pihak Indonesia menginginkan masalah Irian
Barat juga masuk pembahasan untuk diselesaikan. Akan tetapi pihak pemerintah
Belanda menolak usul dari pihak Indonesia. Sikap keras pihak Belanda ini tidak
menyurutkan pihak Indonesia untuk mendapatkan Irian Barat. Pemerintah
Indonesia terus aktif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan damai
lewat berbagai perundingan baik bilateral maupun melalui Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB).36
Berbagai upaya diplomasi yang dilakukan sejak tahun 1950 sampai tahun
1957 tidak memberikan hasil yang memuaskan bagi pemerintah Indonesia.
Menghadapi sikap pemerintah Belanda yang tidak mau menyelesaikan masalah
dengan cara damai telah mengubah kebijakan politik pemerintah Indonesia. Jalan
konfrontasi harus ditempuh untuk menekan pihak Belanda. Perubahan kebijakan
politik itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat ialah:
36
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
A. Faktor Politik Pemerintah Indonesia
1. Menggalang kekuatan nasional
Melihat kenyataan bahwa Belanda melakukan program Papuanisasi di
Irian Barat dengan tujuan utama memisahkan Irian Barat dari Indonesia, pihak
Indonesiapun melakukan usaha-usaha untuk menggagalkan tipu muslihat
Belanda. Melalui Menteri Luar Negeri Subandrio di sidang XVI MU PBB 19
Oktober 1961, pihak Indonesia membuat pernyataan yang berhasil menarik
simpatik para anggota PBB, terutama negara Barat dan Afrika. Pihak
Indonesia pun membuka kedok Belanda yang tidak mau berunding
menyelesaikan masalah Irian Barat. Pernyataan tersebut antara lain:37
a. Dalam perundingan-perundingan bilateral yang diadakan sejak tahun1950
sampai 1954, Belanda selalu menolak penyelesaian sengketa Indonesia-
Belanda mengenai Irian Barat.
b. Ketika Indonesia mengajukan masalah Irian Barat ke MU PBB untuk
mengupayakan penyelesaian masalah Irian Barat dari 1954-1957, Belanda
juga selalu menolak melakukan pembicaraan dengan Indonesia untuk
menyelesaikan sengketanya mengenai Irian Barat.
c. Setiap kali masalah Irian Barat dibicarakan dalam MU PBB 1954-1957,
Belanda selalu menolak campur tangan PBB dalam masalah Irian Barat.
Belanda bahkan mengajukan masalah Irian Barat ke MU PBB dengan
dalih “dekolonisasi”.
37
Enny Soeprapto, Pengembalian Irian Barat Ke Dalam Wilah Kekuasaan Republic
Indonesia, Jakarta, Departemen Luar Negeri RI, 2008, Hal. 189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Walaupun pernyataan Menteri Subandrio dapat menarik simpatik
anggota PBB tetapi hal tersebut masih tidak membuahkan hasil Belanda masih
enggan melakukan perundingan.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya cara diplomasi
merupakan cara yang terbaik akan tetapi diplomasi belum menjamin kepastian
terhadap penyelesaian masalah secara tuntas. Berbagai usaha diplomatik yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda untuk
mendapatkan Irian Barat mengalami kegagalan. Itikad baik dari pihak
Indonesia ditanggapi dengan sikap keras oleh pihak Belanda yang tetap
bersikukuh terhadap penguasaan atas Irian Barat. Gagalnya pengembalian
Irian Barat ke dalam pangkuan wilayah Indonesia melalui jalan perundingan
damai mengakibatkan pemerintah Indonesia mengakhiri politik damai dengan
pihak Belanda.38
Adapun cara lain adalah dengan konfrontasi dalam hal ini tidak
menutup kemungkinan jalan konfrontasi militer. Konfrontasi militer pastinya
akan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Cara ini akan
lebih memberikan jaminan dan kepastian untuk memperoleh hasil yang
memuaskan untuk mendapatkan Irian Barat. Pemerintah Indonesia kemudian
mengambil kebijakan politik dengan cara menggalang dan menghimpun
seluruh potensi nasional dan juga dari pihak luar negeri. Hal ini dilakukan
38
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk mensukseskan opsi operasi militer di Irian Barat melawan militer
Belanda.39
Penggalangan kekuatan nasional inilah yang kemudian berkembang
menjadi politik konfrontasi total terhadap pemerintah Belanda. Konfrontasi
total ini tidak hanya sebatas pada aspek politik melainkan juga pada bidang
ekonomi dan militer. Pengalaman selama perang kemerdekaan melawan
kekuatan militer Belanda telah menyadarkan bangsa Indonesia tentang politik
kolonial. Belanda tidak akan mundur selama dia belum yakin bahwa dia kalah.
Kebijakan pemerintah Belanda yang memperkuat posisi militernya di Irian
Barat telah menunjukkan kekuatannya atas Indonesia.40
Sementara itu tuntutan nasional untuk mengembalikan Irian Barat ke
pangkuan wilayah Indonesia semakin kuat. Untuk mewujudkan tuntutan
nasional tersebut diperlukan kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan
militer sebagai landasan perjuangan yang kuat. Kemudian pemerintah
Indonesia membentuk organisasi FNPIB (Front Nasional Pembebasan Irian
Barat) yang langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno. Dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh sekretariat Pengurus Besar Front Nasional (PBFN) yang
bertugas:
a. Menyusun dan membina potensi nasional untuk pembebasan Irian Barat.
b. Merencanakan aksi-aksi dan tindakan-tindakan untuk pembebasan Irian
Barat.
39
Ridhani, op,cit, hlm. 37. 40
Nasution, A.H, Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 5: Kenangan Masa Orde Lama, Gunung
Agung, Jakarta, 1985, hal. 79.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Semua kekuatan nasional harus disatukan sehingga mampu memberi
tekanan kepada pihak Belanda. Pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban
untuk memperjuangkan pengembalian Irian Barat yang merupakan bagian dari
Republik Indonesia Serikat bahwa wilayahnya meliputi semua bekas jajahan
Belanda.41
Presiden Soekarno kemudian mengintensifkan perjuangan untuk
mendapatkan Irian Barat kembali ke pangkuan wilayah Indonesia secara fisik.
Perjuangan secara fisik dilakukan dengan cara mengirimkan sukarelawan dan
sukarelawati Indonesia ke daratan Irian Barat. Hal ini ditempuh untuk
menentang setiap kekuasaan asing yang ingin menguasai Irian Barat.
Disamping itu juga untuk mempersiapkan kantong-kantong gerilya sebagai
inti kekuasaan de facto pemerintah Republik Indonesia. Presiden Soekarno
dengan cepat membangun kekuatan militer Indonesia untuk mengimbangi
kekuatan militer Belanda.42
2. Dukungan Politik dan Militer dari Uni Soviet
Pada bulan Februari 1960 Ketua Dewan Menteri Uni Soviet Nikita S.
Khruschev melakukan kunjungan ke Denspasar. Selama kunjungan Khruschev
diadakan pula pembahasan mengenai hubungan dan kerjasama antara
Indonesia dan Uni Soviet, salah satunya mengenai sengketa Irian Barat.
Dalam pidato kenegaraannya yang berbunyi “satukan kembali Irian Barat
dengan Indonesia” Khruschev menyatakan dukungannya kepada Indonesia.
41
Idem. 42
Ridhani, op.cit, hlm. 40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Selanjutnya pernyataan dukungan Uni Soviet pada perjuangan merebut
kembali Irian Barat dicantumkan dalam Deklarasi bersama Indonesia-Uni
Soviet. Deklarasi tersebut menyatakan kedua pemerintahan menegaskan
kembali bahwa dalam segala manifestasinya harus dihapuskan dan bahwa
penghapusan kolonialisme itu adalah sesuai dengan kepentingan-kepentingan
perdamaian dunia. Dalam hubungan ini, Uni Soviet mendukung sepenuhnya
hak dan tuntutan Republik Indonesia atas Irian Barat.43
Pernyataan dukungan yang berasal dari salah satu negara adikuasa
dalam suasana perang dingin itu mempunyai arti politis yang sangat penting
yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dalam perjuangan diplomatik
selanjutnya untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan
Indonesia, dengan tetap mempertahankan poitik luar negeri yang bebas aktif.44
Pada bulan Oktoer 1960, Presiden Soekarno memerintahkan Jenderal
A.H. Nasution untuk membeli persenjataan ke Amerika Serikat. Misinya ke
Amerika Serikat ini ternyata tidak membuahkan hasil. Kemudian, pemerintah
Indonesia menjalin hubungan dengan Uni Soviet untuk mendapatkan peralatan
militer. Perdana Menteri Uni Soviet Khrushchev pernah menawarkan bantuan
militer kepada Presiden Soekarno.45
Dalam memberikan dukungan politis
kepada Indonesia dalam masalah Irian Barat sudah tentu Uni Soviet
mempunyai pertimbangan, kepentingan dan tujuannya sendiri. Sebaliknya
dukungan politis Uni Soviet itu dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
kepentingan nasionalnya. Dukungan dari Uni Soviet dipergunakan oleh
43
Enny Soeprapto, op.cit, hal 144-145. 44
Idem 45
Michael Leifer, op.cit, hlm. 92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Indonesia untuk meningkatkan perhatian internasional pada masalah Irian
Barat sebagai masalah yang dapat memicu konflik antara kedua blok di dunia
yang sedang berada dalam perang dingin dan perebutan pengaruh ideologi,
jika masalah Irian Barat tidak terselesaikan dengan baik.
Pada tanggal 28 Desember 1960, Presiden Soekarno mengutus
Jenderal A.H. Nasution ke Moskow untuk membicarakan dan merundingkan
pembelian persenjataan dari pemerintah Uni Soviet. Pembicaraan tersebut
memberikan isyarat tentang kebutuhan Indonesia di bidang persenjataan,
antara lain pesawat yang dapat terbang dari Jawa membawa bom ke Irian
Barat dan kembali ke pangkalan Jawa.46
Khruschev mengindikasi kesedian
pemerintahannya untuk memberikan bantuan militer kapan saja Indonesia
memerlukannya.
Sebelumnya Indonesia memang tidak pernah secara ekspansip
menyatakan kemungkinan digunakannya kekuatan militer untuk merebut
kembali Irian Barat. Namun dalam pidato Presiden Soekarno 17 Agustus 1960
yang menyatakan Indonesia akan menggunakan seluruh kekuatan nasionalnya
baik politik, ekonomi, sosial dan militer.47
Negosiasi tentang pembelian
persenjataan dari Uni Soviet berlangsung pada tanggal 2 sampai 6 Januari
1961. Misi militer yang diemban Jenderal A.H. Nasution ternyata berhasil
dengan mendapatkan bantuan kredit sebesar 450 juta dolar untuk membeli
segala macam persenjataan dari Uni Soviet. Seluruh pembelian itu dilakukan
46
Nasution, A.H, op.cit, Hal. 51. 47
Tim Departemen Penerangan RI, Dari Proklamasi Sampai Resopim, , Jakarta, Departemen
Penerangan, 1963, Hal. 468
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
secara kredit selama 12 tahun dengan bunga 2,5% pertahun.48
Dari hasil
kesepakatan tersebut, kemudian peralatan militer dalam jumlah yang besar
mulai mengalir ke Indonesia. Adapun jenis peralatan yang didatangkan oleh
pemerintah Indonesia antara lain:49
a. Untuk angkatan udara antara lain:
1) 41 Helikopter MI-4
2) 9 Helikopter MI-6
3) 30 pesawat jet MiG-15
4) 49 pesawat buru sergap MiG-17
5) 10 pesawat buru sergap MiG-19
6) 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21
7) Sistem radar udara lengkap dengan persenjataannya
b. Untuk angkatan laut antara lain:
1) 12 kapal selam kelas Whiskey
2) Puluhan korvet buah
3) Kapal penjelajah kelas Sverdlov
c. Kapal penjelajah kelas Untuk angkatan darat antara lain:
1) Tank
2) Roket Launcher
3) Peluru kendali ke udara dan ke darat
Pembelian persenjataan dari Uni Soviet itu merupakan pembelian
terbesar yang dilakukan Indonesia saat itu. Tujuannya tidak lain adalah
48
Nasution, A.H, op.cit, hal 70. 49
Sabir, op.cit, Hlm. 124.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mempersiapkan potensi militer Indonesia dengan kekuatan yang dapat
diperhitungkan, jika perlu untuk membebaskan Irian Barat dengan kekuatan
bersenjata. Dengan demikian Belanda mulai menyadari apabila Irian Barat
tidak diserahkan secara damai kepada Indonesia dalam waktu tertentu, maka
Indonesia akan berusaha membebaskannya dengan kekuatan militer.50
3. Tri Komando Rakyat
Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengambil
kebijakan politik tentang komando rakyat untuk membebaskan Irian Barat
yang diberi nama Trikora (Tri Komando Rakyat). Kebijakan ini diambil dalam
rangka untuk mengakomodasi semangat rakyat Indonesia yang sangat kuat
untuk mengusir Belanda dari Irian Barat. Trikora ini merupakan jawaban
pemerintah Republik Indonesia terhadap Belanda yang membentuk dan
menyetujui Komite Nasional Papua untuk membentuk Negara Papua. Trikora
yang dikomandokan oleh Presiden Soekarno secara revolusioner di
Yogyakarta berisikan tiga perintah, yaitu:
a. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua buatan Belanda kolonial
b. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa
Komando Trikora ini merupakan bentuk ketegasan Presiden Soekarno
untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan wilayah Indonesia sekalipun
50
Sartono Kartodirjo, dkk, op.cit, hal. 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dengan jalan perang.51
Implementasi dari Trikora banyak rakyat Indonesia
yang dimobilisasi menjadi sukarelawan dan dilatih kemiliteran untuk kesiapan
berperang. Home front juga diperkuat dengan gerakan dan peningkatan
produksi bahan makanan untuk mendukung perang. Hal ini dilakukan untuk
mensukseskan Trikora pembebasan Irian Barat. Kemudian Angkatan Perang
Republik Indonesia mengambil gerak cepat untuk melakukan tindakan di Irian
Barat. Pengamanan dan pengintaian secara intensif dilakukan oleh militer
Indonesia di perbatasan wilayah Irian Barat yang dikuasai oleh Belanda.52
Trikora telah meyakinkan Belanda dan Amerika Serikat bahwa
rencana menggunakan kekuatan militer membebaskan Irian Barat bukanlah
sebagai gertakan belaka. Mengingat berbagai kondisi tersebut maka tidaklah
ada pilihan lain bagi Amerika Serikat, baik demi kepentingan strategisnya di
Asia-Pasifik maupun demi kepentingan globalnya, untuk mengintensifkan
upaya diplomatiknya guna membantu tercapainya penyelesaian secara damai
dalam masalah Irian Barat.
4. Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
Untuk menjamin koordinasi dan kelancaran Trikora, kemudian
dibentuk Staf Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat yang langsung
dipimpin oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar. Presiden Soekarno
memerintahkan kepada Jenderal A.H. Nasution selaku KSAD untuk
menyusun operasi gabungan. Perintah ini mengandung arti bahwa tingkat
51
Baharuddin lopa, op.cit, hlm. 87 52
Ridhani, op.cit, hlm. 74.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
perjuangan pembebasan Irian Barat telah memasuki perjuangan bersenjata.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan kemampuan militernya untuk
menghadapi perang terbuka melawan militer Belanda di Irian Barat. Pada
tanggal 15 Januari 1962 telah terjadi kontak senjata antara militer Indonesia
dengan militer Belanda di laut Arafuru.53
Dalam kontak senjata tersebut, kapal perang Republik Indonesia yang
bernama MTB RI Macan Tutul yang dikomandani oleh Komodor Yosaphat
Sudarso tenggelam. Presiden Soekarno yang mendapat berita tentang
gugurnya Deputi Kepala Staf Angkatan Laut Komodor Yosaphat Sudarso
menjadi marah. Presiden Soekarno kemudian memerintahkan Mayor Jenderal
Soeharto selaku Panglima Komando Mandala untuk segera mengadakan
operasi militer di Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto, kemudian menyusun
strategi pembebasan Irian Barat dengan tahapan infiltrasi, exploitasi dan
konsolidasi. Pelaksanaan operasi Komando Mandala dengan berbagai sandi
operasi ternyata berhasil menekan posisi militer Belanda di Irian Barat. Mayor
Jendral Soeharto terkejut adanya perintah dari Presiden Soekarno untuk
menghentikan operasi militer karena adanya kesepakatan perdamaian dengan
Belanda. Adanya kesepakatan penghentian permusuhan tidak mengurangi
kewaspadaan militer Indonesia untuk tetap siaga penuh. Hal ini dilakukan
untuk menjaga hasil diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Pada tanggal 28 Agustus 1962, Panglima Mandala Mayjend Soeharto
mengeluarkan sebuah gagasan strategi baru. Strategi baru ini dilakukan
53
Baharuddin Lopa, op. cit, hlm. 89.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berdasarkan perkembangaan politik yang sudah berubah. Kebijakan strategi
baru ini berisikan:
a. Kebijaksanaan pelaksanaan strategi sampai 1 Oktober 1962:
1) Menghentikan semua infiltrasi ke daratan Irian Barat.
2) Merencanakan dan mempersiapkan perebutan sasaran terbatas.
3) Merencanakan dan mempersiapkan penyelenggaraan penambahan untuk
pasukan yang telah didaratkan.
4) Mengkonsolidasikan dan mempersiapkan pasukan yang berada di Irian
Barat untuk tugas penguasaan wilayah.
b. Kebijaksanaan pelaksanaan strategi setelah 1 Oktober 1962:
1) Mengkonsolidasikan keamanan dalam negeri untuk menghadapi offensive
Belanda dengan dalih lalu lintas bebas
2) Merencanakan dan melaksanakan operasi penguasaan wilayah daratan
Irian Barat.
3) Mempersiapkan unsur-unsur Kodam, Kodamar, Korud. Komisariat
Kepolisian dan Pemerintahan Sipil serta alat-alat kekuasan Republik
Indonesia untuk mengawasi penyerahan administrasi pemerintahan
sementara PBB kepada Indonesia.
c. Kebijaksanaan pelaksanaan strategi setelah tanggal 1 Mei 1963:
1) Menegakan kekuasaan Republik Indonesia.
2) Memajukan kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Irian Barat
3) Mengamankan pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri sebagai hasil
persetujuan resmi yang menguntukan perjuangan rakyat Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pada tanggal 31 Oktober 1962, Panglima Komando Mandala
memerintahkan pelaksanaan Operasi Sadar. Hal ini dilakukan untuk:54
i. Mengamankan pelaksanaan persetujuan New York, bahwa pada tanggal 31
Desember 1962 akan dilakukan penurunan bendera Belanda dan bendera
Indonesia dikibarkan.
ii. Pengamanan unsur-unsur pemerintahan dan melakukan tugas pengawasan
di wilayah Irian Barat.
Sebagai petunjuk dari Operasi Sadar ini, kemudian diperintahkan
untuk mempersiapkan menghadapi penyerahan administrasi pemerintahan
Irian Barat dai UNTEA kepada Indonesia tanggal 1 Mei 1963. Operasi ini juga
dilakukan untuk melaksanakan operasi bakti untuk menanamkan kesadaran
mental terhadap penduduk Irian Barat.55
B. Faktor Politik Pemerintah Belanda
Pada bulan Oktober 1959, Pemerintah Belanda mengadakan
pembicaraan dengan pemerintah Australia membahas penggabungan Irian
Barat dengan Irian Timur yang dikuasai Australia. Diplomasi politik yang
dilakukan pemerintah Belanda ini jelas menunjukkan kepada pihak
pemerintah Indonesia tentang pengukuhan pemisahan Irian Barat. Upaya-
upaya yuridis dan politis yang dilakukan oleh pihak Belanda sejak 1950 untuk
memisahkan Irian Barat dari Indonesia diperkuat dengan dukungan militer.
Disamping itu, pemerintah Belanda juga mengajak Jerman Barat dan Amerika
54
Ridhani, op,cit, hlm. 228. 55
Idem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Serikat untuk membangun perekonomian di Irian Barat. Sejak bulan Mei
1960, pihak Belanda telah melakukan ekspedisi militer dengan melakukan
pengiriman kapal-kapal perang, pesawat militer dan pasukan untuk
memperkuat posisinya di Irian Barat.56
Perkembangan politik internasional ternyata telah mempengaruhi
kebijakan politik pemerintah Belanda. Pada tahun 1960, Majelis Umum PBB
menerima deklarasi tentang dekolonisasi. Melihat perkembangan politik ini,
pemerintah Belanda kemudian mengubah siasatnya mengenai Irian Barat.
Belanda mendukung dekolonisasi dan mempromosikan hak penentuan nasib
sendiri di Irian Barat. Langkah pemerintah Belanda ini hanya untuk
menciptakan kesan baik kepada masyarakat internasional. Akan tetapi ini
hanyalah taktik politik belaka untuk memisahkan Irian Barat dari bagian
Indonesia dan sebagai daya upaya dekolonisasi.57
Di Irian Barat, pemerintah
Belanda membentuk Dewan Papua yang dimaksudkan sebagai badan
perwakilan sementara. Disamping itu, dibentuk pula partai politik dengan
nama Partai Nasional. Kebijakan politik ini merupakan langkah persiapan bagi
pelaksanaan penentuan nasib sendiri di Irian Barat. Pembentukan Dewan
Papua, Partai Nasional dan Komite Nasional Papua bertujuan untuk
memisahkan Irian Barat dari wilayah Indonesia.58
Kemudian pemerintah Belanda melakukan program Papuanisasi dan
internasionalisasi Irian Barat. Program ini menunjukkan bahwa pemerintah
Belanda berusaha memantapkan kebijakan politiknya atas Irian Barat. Komite
56
Ibid, hlm. 77. 57
Smit. C, op.cit, hlm. 53 58
Ridhani, op.cit, hlm. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Nasional Papua yang diresmikan tanggal 19 Oktober 1961, menyampaikan
manifest politiknya yang berisi tentang:
a. Penentuan bendera Papua
b. Penentuan lagu kebangsaan Papua
c. Penggantian nama West Nieuw Guinea menjadi Papua Barat
d. Penentuan nama bangsa di wilayah itu sebagai bangsa Papua
e. Penentuan tanggal pengibaran bendera Papua 1 November 1961.
Pemerintah Belanda akhirnya memutuskan tanggal pengibaran bendera
Papua jatuh pada 1 Desember 1961 dan sekaligus memberikan kemerdekaan.
Tindakan ini merupakan manuver politik sebagai manifesto suara rakyat Irian
Barat yang menghendaki kemerdekaan.59
Tindakan Belanda untuk menginternasionalkan masalah Irian Barat
dan langkah-langkah Papuanisasi dipandang oleh Indonesia sebagai provokasi.
Tindakan-tindakan Belanda itu telah memaksa Indonesia memilih jalan lain
yaitu jalan kekerasan. Indonesiapun mulai meningkatkan kekuatan militer dan
persenjataan. Melihat keadaan gawat tersebut Amerika yang khawatir akan
dampak konflik persenjataan antara Indonesia-Belanda, sangat aktif
melakukan kegiatan-kegiatan diplomatik dengan Indonesia dan Belanda, yang
mendorong kedua negara ini mau melakukan perundingan.
Tiga belas tahun lamanya diperlukan Belanda untuk mengubah
sikapnya sejak 1949. Baru Juni 1962 Belanda bersedia menerima
59
Idem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kemungkinan penempatan Irian Barat di bawah pemerintahan Indonesia.
Perubahan sikap itu disebabkan oleh faktor sebagai berikut:60
a. Kegagalan usaha Belanda di PBB untuk menginternasioanlkan masalah
Irian Barat dengan mengundang campur tangan PBB.
b. Kegagalan memperoleh dukungan internasional atas program “Negara
Papua”
c. Tekanan Amerika Serikat terhadap Belanda untuk menerima kenyataan
bahwa penyelesaian masalah Irian Barat hanya mungkin akan tercapai
bilamana Indonesia menerima kondisi-kondisi penyelesaian itu.
d. Meningkatnya tekanan-tekanan terhadap kedudukan Belanda di Irian Barat
sebagai akibat meningkatnya operasi-operasi yang dilancarkan angkatan
bersenjata Indonesia dalam melaksanakan Trikora.
C. Faktor Perubahan Politik Luar Negeri Amerika Serikat
Pada tahun 1961 masa jabatan kedua President Eisenhower berakhir.
Penggantinya adalah Presiden John F. Kennedy yang mengambil kebijakan
berbeda dari pendahulunya Presiden Eisenhower. Sebagai kepala
pemerintahan, Presiden John F. Kennedy memegang kendali atas kebijakan
politik luar negeri secara langsung. Ia lebih menghargai keinginan negara-
negara yang baru merdeka untuk bersikap netral dalam antagonisme
internasional. Dalam hal ini, akan terjalin hubungan kerja sama yang saling
menguntungkan antara Amerika dengan negara-negara tersebut. Pemerintah
60
Darnto, dkk, op.cit, hal 186-187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kennedy yakin kerjasama semacam itu dalam jangka panjang akan lebih
efektif dalam mencegah negara-negara tersebut menjadi komunis.61
Presiden Kennedy dalam merumuskan kebijakan politik luar negerinya
ada dua kelompok pembantunya yang berseberangan. Kelompok yang pertama
bersikap anti Presiden Soekarno, sedangkan kelompok yang kedua lebih
menganut cara pendekatan yang positif terhadap Indonesia. Para penasehat
yang berasal dari kelompok pertama cenderung berpandangan Eropa-sentris.
Orang-orang dari kelompok ini mendasarkan pandangan mereka atas
persahabatan yang sudah lama terjalin antara Amerika dan Belanda. Alasan
lain adalah pentingnya posisi Belanda sebagai sekutu Amerika Serikat dalam
pakta pertahanan NATO di Eropa Barat. Berdasarkan pertimbangan itu para
penasehat dari kelompok ini cenderung mendukung posisi Belanda atas Irian
Barat. Mereka juga curiga bahwa pemerintahan Indonesia itu cenderung
condong ke blok komunis dan oleh karena itu tidak selayaknya mendapat
dukungan dari Amerika.62
Sedangkan kelompok penasehat yang kedua cenderung membela
Indonesia. Menurut mereka, dukungan terhadap Indonesia itu penting untuk
mencegah ketidakstabilan politik yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok
komunis. Dengan maksud agar Indonesia tidak menjadi sumber krisis
internasional baru yang akan menguntungkan Blok Komunis. Mereka
mengusulkan supaya Presiden Kennedy menjalankan kebijakan politik yang
mendukung kepentingan Indonesia. Pemerintahan Kennedy berusaha
61
Baskara T Wardaya, Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin 1953-1963,
Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm. 230. 62
Ibid, hlm. 232.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
membangun kembali hubungan Amerika dengan pemerintahan Presiden
Soekarno yang sebelumnya renggang. Amerika juga mempunyai tujuan untuk
mencegah supaya dalam konteks perseteruan perang dingin Indonesia tidak
makin erat dengan blok komunis. Dengan kata lain kebijakan Kennedy
terhadap Indonesia merupakan discontinuity tetapi sekaligus continuity atas
kebijakan pemerintahan sebelumnya. Dua aspek ini tampak sangat jelas dalam
kebijakan pemerintahan Kennedy atas permasalahan Indonesia dengan
Belanda soal Irian Barat.63
Betapapun banyaknya tekanan, pemerintahan Kennedy tetap menolak
untuk memberikan dukungan kepada Belanda dalam sengketa Irian Barat.
Kebijakan politik Amerika Serikat ini sangat berbeda dari sikap yang diambil
pemerintahan sebelumnya. Kebijakan pemerintahan Kennedy terhadap
Indonesia banyak didasarkan pada keinginan untuk mencari solusi terbaik atas
masalah Irian Barat. Kebijakan ini menyiratkan adanya keinginan dari
pemerintahan Kennedy untuk membangun kembali hubungan baik dengan
pemerintahan Indonesia. Presiden Kennedy kemudian segera mengambil
kebijakan politik untuk membawa persoalan Irian Barat ke forum PBB.
Presiden Soekarno menanggapinya dengan pesimis karena kebijakan politik
Amerika sebelumnya selalu mendukung Belanda. Kesabaran Presiden
Soekarno sudah habis untuk melakukan diplomasi, salah satu jalan untuk
mendapatkan Irian Barat hanya dengan kekuatan militer.
63
Ibid, hlm. 234.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ternyata apa yang diucapkan Presiden Soekarno bukan hisapan jempol
belaka. Pemerintah Indonesia mulai mengirim personil militernya untuk
melakukan penyusupan ke Irian Barat. Kekuatan militer Angkatan Perang
Republik Indonesia dikerahkan untuk merebut Irian Barat. Pertempuran antara
militer Indonesia dengan militer Belanda tidak dapat terelakan lagi. Bahkan
posisi militer Belanda keadaannya semakin terdesak di berbagai front
pertempuran. Ekskalasi konflik bersenjata di Irian Barat telah menciptakan
suasana krisis di antara para pembuat kebijakan luar negeri Amerika. Mereka
berusaha keras untuk mencegah konflik Irian Barat menjadi konflik
internsional dan mendesak kedua pihak untuk mencari solusi damai.64
Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi bentrokan bersenjata antara
militer Indonesia dengan militer Belanda di Laut Aru. Presiden Kennedy
sangat cemas bahwa sengketa Irian Barat telah berkembang menjadi konflik
militer. Keadaan ini telah mendorong pihak Amerika Serikat untuk
meningkatkan aksi diplomasinya. Amerika Serikat tidak menginginkan
terjadinya perang terbuka di Irian Barat untuk mencegahnya diupayakan
kontak hubungan dengan pihak Indonesia dan Belanda untuk berunding. Akan
tetapi pihak Belanda tetap menolak untuk berunding dengan pihak
Indonesia.65
Serangkaian insiden bersenjata antara angkatan bersenjata Republik
Indonesia dan angkatan perang Belanda terus terjadi di Irian Barat. Pesawat B-
25 AURI berhasil mengalahkan kapal perang Belanda dalam pertempuran di
64
M. Sabir, op.cit, hlm. 126. 65
Darnoto, dkk, op.cit, hlm. 224.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Barat Laut Sorong. Dalam pertempuran ini pihak militer Belanda menderita
kerugian yang sangat besar. Peristiwa ini telah meningkatkan keprihatinan
pihak Amerika Serikat. Kemudian Amerika Serikat berusaha menekan pihak
Belanda agar mau berunding dengan pemerintah Republik Indonesia. Hal ini
terpaksa dilakukan bahwa krisis Irian Barat telah menunjukan fase ekskalasi
yang meningkat.66
Kemudian upaya diplomatik dilakukan untuk mencegah peran Uni
Soviet yang terlalu besar terhadap Indonesia. Kemudian pemerintah Amerika
Serikat mengirim Roberth Kennedy untuk menjalankan misi khusus ke
Indonesia dan juga Belanda. Meskipun suasana krisis semakin terasa, baik
Indonesia maupun Belanda enggan menerima usulan Washington untuk
mengadakan pembicaraan bilateral. Belanda tidak mau berunding tanpa
jaminan bahwa rakyat Papua akan diberi kesempatan untuk menentukan nasib
mereka sendiri, sementara Indonesia hanya mau berunding dengan syarat
bahwa Belanda akan mengalihkan kekuasaan wilayah Irian Barat kepada
Indonesia.
Dalam pembicaraannya dengan Presiden Soekarno, Robert Kennedy
mendesak agar persoalan pengalihan kekuasaan itu tidak lagi menjadi
persyaratan negosiasi. Dia juga menekankan pentingnya menyelesaikan
pertikaian itu secara permanen melalui perundingan, dan bukan melalui
konflik militer. Namun demikian Soekarno tetap teguh pada pendiriannya
menyangkut persyaratan bagi negosiasi, dan masih belum yakin dengan
66
Ibid, hlm. 254.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
argument Robert Kennedy. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan
kesan seolah-olah Soekarno menyerah pada tekanan Amerika Serikat.67
Setelah melakukan perundingan yang panjang dan berkat kepiawaian dalam
bernegosiasi akhirnya Robert Kannedy berhasil membujuk Soekarno hingga
setuju untuk mengadakan pembicaraan diplomatik dengan Belanda di bawah
pengawasan PBB.
Sepeninggal dari Indonesia Robert Kennedy melakukan kunjungan ke
Den Haag 25-26 Februari 1962 Robert Kennedy bertemu dengan Ratu Juliana
dan anggota-anggota kabinet Belanda. Pembicaraan dengan pihak Belanda
tidak lancar. Robert Kennedy dianggap lebih memihak Indonesia. Ia dinilai
sebagai orang yang “kurang ajar” dan “kasar”. Robert Kennedy mengecam
prestasi negatif Belanda selama tiga abad menduduki Irian Barat sebagaimana
terlihat dari sedikitnya rumah sakit dan sedikitnya orang yang menyelesaikan
pendidikan tinggi. Namun Menteri Luar Negeri Luns menolak permintaan
Robert Kennedy untuk menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Baginya
penyerahan Irian Barat sama saja dengan penyerahan diri. Akan tetapi, tak
lama setelah Robert Kennedy meninggalkan Belanda, Luns menemuinya lagi
di Paris dan mengatakan ia berubah pikiran. Luns telah melunak akan
sikapnya dan mengatakan bersedia benegosiasi dengan Indonesia, khususnya
bila ditengahi oleh pihak ketiga. Kesediaan Belanda untuk bernegosiasi
sebagian disebabkan oleh Presiden Kannedy menolak memberi ijin kepada
Belanda untuk mengangkut kekuatan militernya yang akan diberangkatkan ke
67
Ibid, hal 235.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Irian Barat melalui Terusan Panama yang berada di bawah kendali Amerika.
Penolakan tersebut memberi sinyal yang sangat jelas bahwa Washington tidak
mendukung solusi militer Belanda bagi permasalahan Irian Barat.68
Pihak pemerintah Indonesia dan Belanda akhirnya sepakat untuk
menyelesaikan persoalan Irian Barat di bawah pengawasan PBB. Kemudian
Amerika Serikat menjadi mediator perundingan dan menunjuk Ellsworth
Bunker untuk menjajaki perundingan perdamaian antara Indonesia dengan
Belanda. Ellsworth Bunker kemudian mengajukan usulan pada bulan Maret
1962, yang kemudian dikenal sebagai Rencana Bunker. Isi pokok rencana
Bunker adalah sebagai berikut:69
1. Pemerintah Irian Barat harus diserahkan kepada Indonesia.
2. Rakyat Irian Barat diberi kesempatan menetukan pendapat tentang tetap
bergabung dalam wilayah Indonesia atau memisahkan diri.
3. Pelaksanaan penyerahan Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu 2
tahun
4. Untuk menghindari terjadinya bentrokan fisik antara kekuatan-kekuatan
Indonesia dan Belanda, diadakan masa peralihan di bawah Pemerintahan
PBB yang lamanya 1 tahun. Waktu ini dipakai untuk memulangkan
seluruh militer dan pegawai Belanda.
68
Baskara T Wardaya, op.cit, hal 182 69
Moedjanto. G, op.cit, hal. 123-124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA
MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT
Penggunaan kekuatan militer Indonesia dalam operasi pembebasan Irian
Barat ternyata mampu memberikan tekanan terhadap Belanda. Satu persatu
wilayah yang dikuasai oleh Belanda berhasil direbut oleh tentara dan sukarelawan
Indonesia melalui pertempuran. Ekspansif militer Indonesia menyebabkan tentara
dan orang-orang Belanda yang ada di Irian Barat menjadi ketakutan. Posisi militer
Belanda yang semakin terdesak telah mendorong pemerintah Den Haag
melakukan protes ke PBB. Luns selaku Menteri Luar Negeri Belanda melaporkan
bahwa pihak Indonesia telah melakukan agresi militer dan mengancam
perdamaian dunia. Tuduhan Belanda ini tidak sedikitpun menyurutkan semangat
perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan Irian Barat. Posisi militer
Indonesia yang sudah berhasil menekan militer Belanda, tiba-tiba pemerintah
Belanda memutuskan mau mengadakan perundingan. Perubahan sikap Belanda ini
atas desakan pemerintah Amerika supaya kedua belah pihak menghentikan
pertempuran dan kembali ke meja perundingan.70
Atas peran serta Amerika
Serikat akhirnya Indonesia dan Belanda sepakat untuk melakukan perundingan
kembali. Dari perundingan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai
berikut:
70
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
A. Persetujuan New York
Setelah serangkaian manuver diplomasi di antara semua pihak yang
berkepentingan, akhirnya Jakarta dan Den Haag sepakat untuk berunding.
Perundingan ini langsung di bawah pengawasan PBB untuk mencari
penyelesaian masalah Irian Barat. Perundingan ini dimediasi oleh Amerika
Serikat. Pemerintah Indonesia menuntut pengalihan pemerintahan atas
wilayah Irian Barat kepada Indonesia sebagai syarat mendasar untuk
pembicaraan lebih jauh. Sedangkan pihak Belanda menekankan bahwa syarat
untuk berunding tentang pengalihan pemerintahan adalah tercapainya
kesepakatan yang memuaskan dalam hal penentuan nasib sendiri rakyat
Papua.
Menanggapi penangguhan tersebut, para pejabat di Amerika Serikat
merumuskan sebuah usulan penyelesaian masalah Irian Barat. Dalam hal ini,
bahwa pihak Belanda dan Indonesia dapat menerimanya sebagai landasan
perundingan damai. Pada tanggal 29 Maret, Departemen luar negeri Amerika
Serikat mengajukan sebuah usulan kompromi yang dikenal dengan nama
Formula Bunker. Adapun pokok-pokok formula Bunker antara lain:71
1. Pemerintah Indonesia dan Belanda akan menandatangani suatu persetujuan
yang diajukan kepada pejabat sekretaris PBB
2. Pemerintah Belanda menyetujui penyerahan pemerintahan di Irian Barat
kepada suatu badan eksekutif sementara di bawah PBB yang akan
71
Ridhani, op.cit, hlm. 222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mengangkat kepala pemerintahan sementara dan disetujui oleh kedua
belah pihak.
3. Penyelenggaraan pemerintahan akan berlangsung tidak kurang satu tahun,
tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun ke dua pemerintahan mulai
diganti oleh pejabat-pejabat Indonesia, sehingga pada akhir tahun ke dua
kekuasaan telah di tangan Indonesia kecuali tenaga teknik khusus dari
PBB akan tetap pada kedudukannya sebagai penasihat.
4. Indonesia menyetujui memberikan kesempatan kepada rakyat di Irian
Barat untuk menyatakan pilihannya secara bebas, selambat-lambatnya
tujuh tahun setelah pemerintahan berada ditangan Indonesia.
5. Indonesia dan Belanda setuju untuk secara bersama-sama memikul biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk pembentukan pemerintahan sementara PBB.
6. Setelah persetujuan ditandatangani, kedua pemerintahan Indonesia dan
Belanda membuka kembali hubungan diplomatiknya.
Secara terperinci pihak Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri
(Menlu) Subandrio kurang dapat menerima usul dari Elsworth Bunker. Akan
tetapi secara keseluruhan dapat menerima terutama mengenai prinsip
penyerahan pemerintahan dari Belanda kepada Indonesia secara tidak
langsung. Sedangkan mengenai pemerintahan sementara selama dua tahun
tidak dapat menyetujuinya. Hal ini dinilai terlalu lama dan membuang waktu
yang tidak berguna. Menlu Subandrio menginginkan pemerintahan transisi
PBB dalam waktu yang singkat.72
72
Baskara T Wardaya, op.cit, hlm. 263.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pihak Indonesia juga mengusulkan supaya personil militer Indonesia
yang sudah ada di Irian Barat tetap menjalankan tugas militernya. Tuntutan
Indonesia ini ditolak pihak Belanda, kemudian Menlu Subandrio mengancam
akan meninggalkan perundingan. Atas peran Robert Kennedy akhirnya
ketegangan dapat diredakan. Sedangkan pihak Belanda pada dasarnya
menerima pokok-pokok yang diusulkan oleh Elsworth Bunker. Di antara
kedua belah pihak ada ketidaksamaan penafsiran mengenai syarat-syarat
pertahanan dan penentuan nasib sendiri.73
Menghadapi adanya perbedaan cara pandang antar kedua belah pihak
yang saling bertikai ini, Elsworth Bunker segera bertindak cepat untuk
menjembataninya. Sebagai seorang diplomat yang berpengalaman, ia
menjawab dua hambatan utama perundingan dengan suatu solusi yang
langgeng. Indonesia akan dipenuhi tuntutan dasarnya, yakni soal peralihan
kekuasaan. Pada saat yang sama keinginan kuat Belanda supaya rakyat Papua
diberi hak untuk menentukan nasibnya sendiri juga terakomodasi. Meskipun
demikian sebenarnya esensial formula perdamaian ini lebih menguntungkan
pada posisi Indonesia. Pihak pemerintah Indonesia dan Belanda sama-sama
menerima pokok-pokok perdamaian yang diusulkan oleh Elsworth Bunker. Ini
merupakan suatu langkah diplomatik yang cerdik dan piawai dari diplomat
Elsworth Bunker untuk menyelesaikan sengketa Irian Barat.74
73
Idem. 74
M. Sabir, op.cit, hlm. 126.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Pada tanggal 31 Juli 1962, setelah adanya kesesuaian pendapat antar
kedua belah pihak yang saling bertikai maka tercapai kesepakatan sementara
yang berisi:
1. Pada tanggal 1 Oktober 1962 utusan dari PBB akan mengoper pemerintah
Irian Barat dari Belanda dan bendera Belanda akan diturunkan dan diganti
dengan bendera PBB.
2. Penguasa PBB akan menggunakan tenaga-tenaga Republik Indonesia
bersama-sama dengan alat-alat yang sudah ada di Irian Barat yang terdiri
atas penduduk Irian Barat.
3. Pasukan Indonesia yang sudah ada di sana akan tetap tinggal di Irian Barat
di bawah kekuasaan PBB.
4. Angktan Perang Belanda berangsur-angsur akan dipulangkan ke negeri
Belanda.
5. Antara Irian Barat dan daerah Republik Indonesia lainya akan dibuka lalu
lintas bebas
6. Pada tanggal 31 Desember 1963 bendera Indonesia akan dikibarkan di
Irian Barat di samping bendera PBB.
7. Pada tanggal 1 Mei 1963 pemerintah Indonesia secara resmi akan
mengoper pemerintahan Irian Barat dari PBB.
8. Pada tahun 1969 akan diadakan pemungutan suara untuk menentukan
apakah Irian Barat akan tetap di dalam atau keluar dari Republik
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Nota Sekjen PBB ini diterima oleh kedua belah pihak yang saling
bertikai. Pada tanggal 15 Agustus 1962, bertempat di Markas Besar PBB di
New York ditandatangani persetujuan antara pihak Republik Indonesia dengan
Kerajaan Belanda tentang Irian Barat. Pihak Indonesia di wakili oleh Menteri
Luar Negeri Subandrio sedangkan pihak Belanda di wakili oleh Menteri Luar
Negeri Luns. Persetujuan perdamaian ini kemudian disahkan dalam Sidang
Majelis Umum PBB, dan dikenal dengan persetujuan New York.75
Presiden Soekarno menerima persetujuan New York, karena didalam
persetujuan tersebut jelas dan tegas bahwa administrasi Irian Barat diberikan
kepada Indonesia melalui sebuah tim PBB. Kemudian, ia juga menekankan
bahwa bangsa ndonesia yang cinta damai akan menghormati persetujuan New
York. Ini merupakan kemenangan bangsa Indonesia karena mulai 1 Oktober
kolonialis Belanda akan meninggalkan Irian Barat. Presiden Soekarno juga
menegaskan untuk tetap waspada terhadap Belanda jangan sampai terjadi
penghianatan perjanjian New York. Angkatan Perang Republik Indonesia
harus tetap siaga penuh untuk menghadapi hal-hal yang sangat merugikan
pemerintah Indonesia.76
B. Masa Pemerintahan Transisi UNTEA
Berdasarkan persetujuan New York yang ditandatangani tanggal 15
Agustus 1962, maka dibentuk badan pelaksana sementara PBB. Badan PBB
ini bernama UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) yang
75
Ridhani, op.,cit, hlm. 224 76
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 144.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
langsung di bawah kendali Sekjend PBB. UNTEA dipimpin oleh seorang
administrator PBB yang telah disetujui baik oleh pemerintah Indonesia
maupun pemerintah Belanda. Sekretariat Jendral PBB U Thant menunjuk
Rolsz Bennet dari Guatemala sebagai Gubernur UNTEA dan merangkap
sebagai wakil Sekjend PBB di Irian Barat. Akan tetapi kemudian digantikan
oleh Dr. Djalal Abdoh Khan dari Iran untuk menjadi kepala pemerintahan
interim di Irian Barat. Dr. Djalal Abdoh Khan mempunyai kewenangan yang
penuh untuk memerintah Irian Barat selama masa transisi.77
Untuk menjalankan tugas administrasi pemerintahan peralihan,
kemudian dibentuk staf administrasi lengkap dengan susunan personilnya dari
Malayan Civil Service, sebagai berikut:
1. George S. Harley sebagai Residen Biak.
2. Da Somerville sebagai Residen Distrik Manokwari.
3. Gordon Carter sebagai Residen Distrik Fak-Fak.
4. David C.L. Wilson sebagai Kepala Bagian Dalam Negeri.
Adapun tugas pokok UNTEA antara lain:
1. Menerima penyerahan pemerintahan atau wilayah Irian Barat dari pihak
Belanda.
2. Menyelenggarakan pemerintahan yang stabil di Irian Barat selama suatu
masa tertentu.
3. Menyerahkan pemerintahan atas Irian Barat kepada pihak Republik
Indonesia.
77
Ibid, hlm.147.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Sedangkan dalam menyelenggarakan pemerintahan di Irian Barat,
UNTEA wajib melaksanakan tugasnya sebagai berikut:
1. Memelihara keamanan dan ketertiban umum.
2. Mengumumkan dan menerangkan secara luas ketentuan-ketentuan dalam
persetujuan Indonesia dan Belanda serta memberitahukan kepada
penduduk Irian Barat mengenai penyerahan pemerintahan kepada pihak
Indonesia dan mengenai ketentuan penentuan nasib sendiri sebagaimana
ditetapkan dalam persetujuan.
Dalam menjalankan tugasnya, UNTEA juga mempunyai kewenangan
untuk mempekerjakan pegawai-pegawai bangsa Indonesia dan Belanda. Biaya
operasional UNTEA di Irian Barat akan ditanggung bersama antara
pemerintah Indonesia dan Belanda. Pada tanggal 15 Agustus 1962, UNTEA
juga berwenang untuk mengeluarkan paspor bagi penduduk Irian Barat yang
memerlukannya. Untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum, PBB
menyiapkan suatu United Nations Security Forces (UNSF). UNSF ini
beranggotan pasukan yang berasal dari Negara Pakistan, Amerika Serikat dan
Kanada. Pasukan keamanan PBB ini di bawah komandan Mayor Jenderal Said
Uddin Khan dari Pakistan. Brigader Jenderal Hindrajit Rikhye dari India
menjabat sebagai perwira penghubung PBB.78
Sedangkan pasukan Indonesia yang telah ada di Irian Barat
digabungkan dengan pasukan PBB sebagai kontingen Indonesia. Pada tanggal
21 September 1962, dalam Sidang Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi
78
Saleh A. Djamhari, dkk, op.cit, hlm. 288.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
No. 1752 tentang penyerahan Irian Barat kepada UNTEA. Sekjend PBB akan
mengirimkan diplomatnya ke Irian Barat untuk menerima penyerahan dari
pihak Belanda.79
Pada tanggal 1 Oktober 962 mulai berlangsung pemerintahan
peralihan PBB di Irian Barat. Bendera PBB mulai berkibar di samping
bendera Belanda sampai tanggal 31 Desember 1962. Setelah itu bendera
Belanda diturunkan dan sebagai gantinya dikibarkan bendera Indonesia Merah
Putih. Dr. Djalal Abdoh selaku administrator PBB mulai menjalankan
pemerintahan peralihan dengan mengganti pejabat-pejabat tinggi Belanda.80
Hanya 11 orang berkebangsaan Belanda yang tetap dipekerjakan dan
selebihnya para pekerja dari PBB. UNTEA juga mempekerjakan penduduk
Irian Barat dibidang administrasi dan teknis. Sedangkan untuk jabatan
pemerintah seperti pengadilan, kejaksaan, perhubungan dan lain-lain para
pegawainya berasal dari pemerintah Republik Indonesia. Disamping itu,
pejabat-pejabat dari Indonesia juga diangkat sebagai Deputy Directur dan
Deputy Resident untuk memimpin tiap-tiap departemen dan divisi. Kemudian
para pegawai yang berasal dari Belanda berangsur-angsur meninggalkan Irian
Barat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan memperlancar
pemerintahan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia dikemudian hari.81
Pemerintahan UNTEA di Irian Barat dapat berjalan dengan lancar
berkat kerjasama yang baik antara perwakilan Indonesia dan juga Belanda.
Keberhasilan UNTEA ditandai dengan terpeliharanya stabilitas keamanan,
ketertiban dan perekonomian dengan tercukupi kebutuhan penting.
79
Ridhani, op.cit, hlm. 231, 80
Idem. 81
Ibid, hlm. 233.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pembangunan sarana dan prasarana umum seperti rumah sakit, sekolah, jalan,
dermaga dan sebagai dapat terlaksana dengan baik. Pada bulan Desember
1962, tujuh orang delegasi Irian Barat yang dipimpin oleh Eliezer Jan Bonay
mendesak UNTEA agar menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia
secepatnya.Akan tetapi usaha mereka ini tidak membuahkan hasil karena
ditolak oleh PBB. Penolakan ini berdasarkan perjanjian New York yang
menyatakan bahwa penyerahan kekuasaan kepada Indonesia akan dilakukan
tanggal 1 Mei 1963. Selain itu, menurut peraturan tata tertib PBB suatu
delegasi atau perutusan yang menghadap PBB harus mendapatkan dukungan
dari satu negara anggota PBB.82
Penolakan tersebut telah mengakibatkan terjadinya gelombang
demonstrasi pro Indonesia di berbagai kota di Irian Barat. Menghadapi aksi
demonstrasi, UNTEA mendesak pihak Indonesia tetap netral supaya tidak
menimbulkan gejolak yang merugikan bagi semua pihak. Akan tetapi tuntutan
rakyat Irian Barat untuk memperpendek masa pemerintahan UNTEA terus
terjadi. Pada tanggal 14 Januari 1963, di Kotabaru rakyat Irian Barat
menyampaikan pernyataan kepada Dr. Djalal Abdoh Khan selaku
administrator UNTEA yang berisikan:83
1. Menuntut perpendekan pemerintahan UNTEA.
2. Menggabung segera kepada Republik Indonesia secara mutlak dan tanpa
syarat.
3. Setia kepada Proklamasi 17 Agustus 1945.
82
Ibid, hlm. 234. 83
Saleh A. Djamhari, dkk, op.,cit, hlm. 302.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4. Menghendaki adanya negara kesatuan yang berwilayah dari Sabang
sampai Merauke.
5. Menghendaki otonomi yang seluas-luasnya dari Republik Indonesia bagi
wilayah Irian Barat.
Walaupun dalam perjalanan pemerintahan UNTEA di Irian Barat
dihadapkan pada permasalahan namun dapat diatasi. Berbagai tugas yang
diemban oleh UNTEA dapat dilaksanakan dengan baik. Proses penyerahan
kekuasaan yang telah disiapkan UNTEA kepada pemerintah Indonesia sesuai
persetujuan New York juga sudah matang.84
Menjelang berakhirnya pemerintahan UNTEA di Irian Barat, seluruh
personel militer yang tergabung dalam UNSF secara bertahap mulai ditarik.
Pada tanggal 21 April 1963, pasukan UNSF yang berasal dari Pakistan yang
berjumlah 800 personil meninggalkan Irian Barat dengan KRI Halmahera.
Begitu juga perlengkapan perang milik Belanda juga diserahkan kepada pihak
Indonesia. Perlengkapan perang tersebut meliputi:85
1. Komplek pangkalan militer beserta perumahan angkatan laut di Biak.
2. Landing Craft Tank.
3. Landing Craft Personil
4. Landing Craft dengan seluruh perlengkapannya.
84
Ibid, hlm237. 85
Saleh A. Djamhari, dkk, op.,cit, hlm. 306.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
C. Irian Barat Kembali ke Pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pada tanggal 1 Mei 1963, dilaksanakan upacara penyerahan
pemerintahan UNTEA kepada pemerintah Republik Indonesia. Proses
penyerahan ini dilakukan oleh ketua UNTEA Dr. Djalal Abdoh Khan kepada
pihak Indonesia yang diwakili oleh Sudjarwo Tjondronegoro. Penyerahaan
kekuasaan ini ditandai dengan upacara penurunan bendera UNTEA dan
pengibaran bendera Merah Putih. Disamping itu, juga dilakukan defile
pasukan dari Pakistan, APRI, dan polisi Papua. Adanya penyerahan kekuasaan
ini maka berakhirlah masa kolonial Belanda di Irian Barat. Irian Barat menjadi
bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai dengan
Persetujuan New York, pemerintah Indonesia berkewajiban Untuk
melaksanakan penentuan pendapat rakyat (PEPERA) di Irian Barat sebelum
akhir tahun 1969.86
Untuk menjalankan roda pemerintahan Indonesia di Irian Barat,
Presiden Soekarno mengangkat Eliezer Jan Bonay sebagai kepala
pemerintahan atau gubernur.Secara de jure dan de facto Irian Barat kembali ke
pangkuan ibu pertiwi, maka wilayah kekuasaan Republik Indonesia meliputi
seluruh bekas jajahan pemerintah Belanda. Presiden Soekarno kemudian
mengeluarkan Penpres (Penetapan Presiden) Nomor 1 tahun 1963 tentang
ketentuan pokok penyelenggaraan pemerintahan masa peralihan. Susunan
pemerintahan masa peralihan di Irian Barat adalah sebagai berikut:87
86
Idem. 87
Ibid, hlm. 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
1. Pimpinan pemerintah dipegang oleh Gubernur.
2. Wakil Gubernur membantu Gubernur dalam semua tugas pemerintahan
dan mewakilinya apabila Gubernur berhalangan.
3. Gubernur mempunyai sekretariat yang dikepalai oleh sekretaris propinsi.
4. Dalam menjalankan tugasnya, Gubernur dan Wakil Gubernur dibantu oleh
kepala-kepala dinas, semua tenaga pemerintahan dalam arti luas, dibagi
dalam dinas-dinas yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala
dinas.
Pada tanggal 19 September 1966, pemerintah Indonesia melakukan
kerjasama aktif kembali dengan PBB yang sebelumnya sempat terhenti.
Menteri Luar Negeri Adam Malik menegaskan bahwa Indonesia akan
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan isi persetujuan New York.
Sekjend PBB U Thant kemudian menugaskan Rolz Bennet ke Indonesia untuk
membahas Pepera di Irian Barat. Kunjungannya ke Indonesia menghasilkan
kesepakatan tentang:
1. Pemerintah Indonesia akan melaksanakan Pepera sebelum Sidang XXIV
Majelis Umum PBB TAHUN 1969.
2. Pemerintah Indonesia akan melakukan konsultasi dengan dewan daerah di
Irian Barat mngenai bentuk paling tepat bagi Pepera dan menyetujui
partisipasi PBB dalam konsultasi itu.
3. Pemerintah Indonesia memberikan persetujuan atas penugasan wakil-
wakil PBB sebagaimana disebut dalam pasal XVI Persetujuan New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4. Pemerintah Indonesia setuju agar suatu pernyataan singkat dari Sekjend
PBB mengenai pengertian ini dimasukan dalam laporan tahunan kepada
Majelis Umum PBB.
5. Mengenai dana pembangunan PBB untuk pembangunan Irian Barat,
pemerintah menyampaikan harapan agar proyek-proyek di Irian Barat
dapat dilaksanakan secepatnya.
Kesepakatan ini merupakan langkah diplomatik yang sangat penting
untuk menunjukan kepada masyarakat internasional bahwa Indonesia
berkomitmen melaksanakan persetujuan New York. Sekjend PBB merasa
senang dengan sikap pemerintah Indonesia yang proaktif untuk melaksanakan
persetujuan New York.88
Pada tanggal 23 Agustus 1968, Fernando Ortiz Sanz utusan PBB
mengadakan kunjungan ke Irian Barat untuk melihat kondisi masyarakatnya.
Selama berada di Irian Barat, ia menyaksikan kehidupan sendiri tentang
geografis dan keprimitifan penduduk asli yang merupakan satu kendala.
Setelah melakukan peninjauan secara langsung untuk persiapan pelaksanaan
Pepera di Irian Barat, kemudian melaporkan hasilnya kepada Sekjend PBB U
Thant. Dalam laporannya ia mengatakan bahwa:
“Pemerintah harus diberikan kredit atas kemajuan dalam pendidikan
dasar, proses pembauran melalui pemakaian bahasa umum (Indonesia),
pembangunan sekolah dan menunjukan usaha-usaha pergaulan yang
bersahabat. Kita juga mengetahui bahwa prinsip „satu orang satu suara‟
tidak dapat dilaksanakan di semua daerah Papua, karena kurangnya
pengalaman luar dari penduduk. Kita Juga mengakui bahwa
Pemerintah Indonesia dimana memperlihatkan ketidak pastian tentang
hasil-hasil musyawarah, akan mencoba, dengan semua maksud-
88
Darnoto,dkk, op.cit hlm. 325.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
maksud pembagian itu, mengurangi jumlah orang, perwakilan-
perwakilan, dan lembaga-lembaga musyawarah.
Proses pelaksanaan Pepera akan dilaksanakan tanggal 24 Juli sampai
Agustus 1969 secara musyawarah. Pepera dilaksanakan di 8 kabupaten yang
meliputi: Merauke, Jayawijaya, Paniai, Fakfak, Sorong, Manokwari, Biak dan
Jayapura. Pelaksanaan Pepera diikuti oleh 1026 anggota Dewan Musyawarah
Pepera (DMP) yang mewakili jumlah penduduk Irian Barat kurang lebih
809.327 jiwa. Ke 1026 anggota DMP itu terdiri atas 400 orang mewakili unsur
adat, 360 orang mewakili unsur daerah dan 226 orang mewakili unsur
organisasi baik politik ataupun kemasyarakatan. Dalam pelaksanaan Pepera ini
berlangsung secara demokratis dan dalam situasi yang kondusif. Pepera ini
diawasi oleh masyarakat internasional di bawah naungan PBB.89
Presiden Soekarno, atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia
menyatakan terimakasih kepada Ortiz Sanz yang telah membantu pelaksanaan
Pepera. Dengan selesainya Pepera di Irian Barat maka tuntaslah tugas
pemerintah Indonesia melaksanakan kewajibannya sesuai persetujuan New
York. Perjuangan diplomasi bangsa Indonesia untuk memasukan Irian Barat
menuai hasil yang memuaskan.90
Pepera yang dilaksanakan di 8 kabupaten
menghasilkan keputusan suara bulat bahwa Irian Barat merupakan bagian
tidak terpisahkan dari wilayah Indonesia. Hasil ini kemudian disepakati dan
disetujui dengan membubuhkan tanda tangan dari semua yang hadir dalam
rapat Pepera. Keputusan ini menandai bahwa secara de facto masyarakat Irian
89
Ridhani, op.,cit, hlm. 242. 90
Darnto, dkk, op.,cit, hlm. 348.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Barat memilih berintegrasi dengan wilayah Indonesia. Pada tanggal 19
November 1969, dilaksanakan Sidang Umum PBB membahas hasil
pelaksanaan Pepera di Irian Barat. Sidang Umum PBB ini menghasilkan
sebuah resolusi tentang pelaksanaan Pepera di Irian Barat yang dituangkan
dalam Resolusi 2504. Resolusi ini diterima oleh Majelis Umum PBB dengan
imbangan suara sebanyak 84 setuju, 30 abstain dan tidak ada satupun negara
yang menentang. Resolusi PBB ini merupakan penegasan pengakuan bahwa
Irian Barat adalah bagian integral dari wilayah kesatuan Indonesia.91
Dengan demikian, maka Pepera merupakan bentuk pelaksanaan
penentuan nasib sendiri oleh rakyat Irian Barat tidak cacat hukum.
Pelaksanaannya sendiri dilakukan secara demokratis dan transparan karena
melibatkan semua komponen masyarakat Irian Barat. Prosesnya juga
melibatkan partisipasi, pemberian nasihat, dan bantuan dari PBB. Hasilnya
juga disahkan oleh masyarakat internasional melalui Sidang Umum PBB.
Secara hukum internasional Irian Barat diakui merupakan bagian yang sah
dari wilayah kesatuan Indonesia.
91
Ridhani, op.,cit, hlm. 244.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab II sampai bab IV, maka
kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan pada masalah yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Perjuangan diplomasi Indonesia dalam membebaskan Irian Barat dari
kekuasaan Belanda adalah peristiwa sejarah yang multikmpleks. Diawali
dengan strategi perundingan sampai pada tingkat konfrontasi politik, ekonomi,
dan militer. Usaha diplomasi tersebut dilakukan melalui perundingan-
perundingan bilateral dengan pihak Belanda yang diadakan dari tahun 1950-
1956, masalah Irian Barat juga dimasukkan dalam program kerja kabinet,
dimulai dari kabinet Natsir sampai Kabinet Ali II namun usaha diplomasi
bilateral tidak memberikan hasil yang berarti. Setelah upaya diplomatik
bilateral tidak memberikan hasil, Indonesia mengambil jalan diplomasi
multibilateral dengan mengajukan masalah Irian Barat ke forum Internasional
PBB tujuannya agar PBB dapat memaksa Belanda untuk menyelesaikan
masalah Irian Barat dengan Indonesia. Tetapi masalah Irian Barat masih
belum terselesaikan dikarenakan Belanda tidak mau berunding dengan
Indonesia, lebih lanjut Belanda justru melakukan program “Papuanisasi”.
Melihat kenyataan bahwa perjuangan diplomasi bilateral dan multibilateral
mengalami kegagalan, kemudian Indonesia mulai melakukan upaya-upaya
pendekatan dengan negara Adikuasa seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet
dengan tujuan mencari dukungan internasional. Kedekatan Indonesia dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Uni Soviet telah memberikan dampak yang positif bagi perkembangan
masalah Irian Barat. Dukungan politik dan militer dari Uni Soviet kepada
Indonesia telah membuat khawatir Amerika.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perjuangan diplomasi Indonesia merebut
kembali Irian Barat merupakan kombinasi antara perjuangan diplomasi yang
dipadukan dengan kekuatan militer. Melihat kenyataan bahwa usaha-usaha
diplomasi yang dilakukan Indonesia selalu mengalami kegagalan maka
Indonesia mengambil jalan lain yaitu dengan memutuskan untuk membatalkan
secara sepihak isi KMB. Hal tersebut membuat hubungan kedua belah pihak
semakin memanas. Belanda kemudian melakukan peningkatan kekuatan
angkatan bersenjata di Irian Barat. Sikap Belanda tersebut menyebabkan
Indonesia terpaksa mengambil satu-satunya alternatif terakhir, yakni
penggunaan kekuatan militer untuk membebaskan Irian Barat. Indonesia
kemudian meningkatkan kekuatan militer hal ini diperkuat dengan pembelian
persenjataan dari Uni Soviet. Walaupun demikian Indonesia masih
memberikan kesempatan perundingan, jika Belanda bersedia melakukannya
dengan itikad yang jujur. Kemampuan nyata angkatan bersenjata Indonesia
untuk melakukan invasi ke Irian Barat jika waktunya tiba berkat persenjataan
modern yang diperoleh Indonesia, telah sangat mengkhawatirkan Amerika
Serikat karena seandainya peperangan di kawasan Irian Barat antara Indonesia
dan Belanda benar-benar pecah, maka Amerika Serikat akan berada dalam
posisi yang benar-benar sulit. Oleh karena itu berkaitan dengan konteks
sejarah modern, faktor-faktor yang mempengaruhi perjuangan diplomasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pembebasan Irian Barat tidak lepas dari pengaruh konflik Perang Dingin
antara ideologi Barat (kapitalis) dengan ideologi Timur (komunis). Hal ini
antara lain tampak ketika pengerahan kekuatan militer dalam Tri Komando
Rakyat (Trikora) pembebasan Irian Barat, Indonesia mengandalkan
persenjataan perang dari Blok Timur (Uni Soviet) dan hal itu mencemaskan
Blok Barat (Amerika Serikat) akan bahaya masuk dan bertumbuhnya paham
komunis di Asia Tenggara.
3. Hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat
dipengaruhi keterlibatan Amerika Serikat yang mengintensifkan kegiatan-
kegiatan diplomatiknya untuk dapat membawa Indonesia dan Belanda ke meja
perundingan serta membantu mencari formula penyelesaian yang dapat
diterima kedua belah pihak. Sehingga konflik bersenjata di kawasan Irian
Barat dapat dihindarkan, dan kepentingan Amerika Serikat sendiri
teramankan. Berkat upaya keras Amerika Serikat dan kerjasama Indonesia
maka akhirnya pembicaraan antara Indonesia dan Belanda dapat berlangsung.
Pembicaraan yang akhirnya menghasilkan Persetujuan New York itu berjalan
sulit, namun Indonesia berada pada posisi yang kuat, karena diplomasinya
didukung oleh kekuatan riil di dalam negeri dalam bentuk kekuatan militer
yang pada saatnya akan mampu membebaskan Irian Barat secara militer jika
diplomasi gagal. Dengan tekanan Amerika Serikat, Belanda akhirnya
menyerahkan Irian Barat (Papua) kepada Indonesia. Dengan menandatangani
Perjanjian New York, berdasarkan pasal 14 perjanjian tersebut Belanda akan
menyerahkan kekuasaan pemerintahan atas Papua melalui perantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Perserikatan Bangsa Bangsa UNTEA dan kemudian akan diteruskan kepada
Indonesia. Selanjutnya, sesuai dengan Persetujuan New Work, Indonesia
berkewajiban untuk melaksanakan penentuan pendapat rakyat (Pepera) di
Irian Barat yang harus diselesaikan sebelum akhir 1969.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Baskara T Wardaya, 2008, Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin
1953-1963, Yogyakarta: Galang Press.
Darnoto. Dkk, 2005, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa
Kurun Waktu 1960-1965 Jilid III, Jakarta: Departemen Luar Negeri RI.
Departemen Penerangan RI, 1963, Dari Proklamasi Sampai Resopim: Kumpulan
Pidato Presiden Soekarno, Jakarta: Departemen Penerangan.
Enny Soeprapto, 2008, Pengembalian Irian Barat Ke Dalam Wilah Kekuasaan
Republic Indonesia, Jakarta: Departemen Luar Negeri RI.
Ganis Harsono, 1985, Cakrawala Politik Era Sukarno,Jakart: Inti Idayu Press.
Hamka Sastra, 1963, Kundjungan P.J.M Sukarno Presiden Republik Indonesia Di
Sowjet Uni, Jakarta.
Leifer. Michael, 1989, Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Lopa, Baharudin, 1962, Djalannja Revolusi Indonesia Membebaskan Irian Barat,
Jakarta: Daya Upaya.
Moedjanto .G, 1988, Indonesia Abad Ke 20 Jilid 2, Yogyakarta: Kanisius.
Nasution A.H, 1964, Mengamankan Pandji-Pandji Revolusi, Jakarta: Gunung
Agung.
Nasution, A.H, 1985, Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 5: Kenangan Masa Orde
Lama, Jakarta: Gunung Agung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Ridhani .P, 2009, Mayor Jendrral Soeharto Panglima Komand Mandala
Pembebasan Irian Barat, Jakarta: Sinar Harapan.
Sabir .M, 1987, Politik Bebas Aktif, Jakarta: Haji Masagung.
Saleh. A dkk, 2000, Tri Komando Rakyat Edisi Ke, Semarang: Yayasan Telapak.
Sartono Kartodirjo, Dkk, 1975, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Smit. C, 1986, Dekolonisasi Indonesia, Jakarta: Daya Sarana.
Wiharyanto, A.K, 2011, Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009,
Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
SILABUS
Nama Sekolah : SMP Nusantara Sintang
Mata Pelajaran : IPS Terpadu
Kelas /Semester : IX / 2 (Dua)
Standar Kompetensi : Memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia
Alokasi Waktu : 2 JP
Kompetensi
Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
waktu
Sumber
Belajar/Bahan/
Alat
Teknik
Bentuk
Instrum
en
Contoh
Instrumen
2.1
Mendeskripsikan
perjuangan bangsa
Indonesia merebut
kembali Iran Barat
Perjuangan Bangsa
Indonesia merebut
kembali Irian Barat:
1. Latar belakang
perjuangan Bangsa
Indonesia merebut
kembali Irian Barat.
Menganalisis latar
belakang
perjuangan
Bangsa Indonesia
merebut kembali
Irian Barat
Menjelaskan
latar
belakang
terjadinya
perjuangan
merebut
kembali Irian
Barat
Tes
tertulis
Esay
1. Sebutkan
salah satu
factor
terjadinya
konflik
perebutan
wilayah
Iraian
2x45
Wardiyatmoko,
K,2009, Ips
Tepadu Kelas IX
SMP, Jakarta: PT.
Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kompetensi
Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
waktu
Sumber
Belajar/Bahan/
Alat
Teknik
Bentuk
Instrum
en
Contoh
Instrumen
2. Perjuangan
diplomasi Bangsa
Indonesia merebut
kembali Irian Barat
3. Faktor-faktor
pendukung
perjuangan
diplomasi Indnesia
Menjelaskan
perjuangan
bangsa Indonesia
melalui usaha
diplomasi.
Diplomasi
bilateral
Usaha kabinet-
kabinet
Diplomasi Forum
PBB
Menjelaskan
perjuangan
operasi militer
dan
keterkaitannya
dengan
Menganalisis
perjuangan
diplomasi
Indonesia
merebut
kembali Irian
Barat
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mendukung
Barat!
1. Sebutkan
salah satu
usaha
perjuangan
diplomasi
untuk
merebut
kembali
Irian Barat!
Sebutkan
dampak
positif
perang
Yudhistira, 2010,
Seri IPS Sejarah
Kelas XI SMP,
Jakarta: Ghalia
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kompetensi
Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
waktu
Sumber
Belajar/Bahan/
Alat
Teknik
Bentuk
Instrum
en
Contoh
Instrumen
4. Hasil Perjuangan
diplomasi
Indonesia merebut
kembali Irian Barat
perjuangan
diplomasi
Indonesia
Menjelaskan
dampak perang
dingin terhadap
perjuangan
diplomasi
Indonesia dalam
merebut kembali
Irian Barat
Menjelaskan hasil
kesepakatan
Indonesia-
Belanda dalam
penyelesaian
sengketa Irian
Barat.
Rencana Bunker
Perjanjian New
York
Pembentukan
UNTEA
Perpera
perjuangan
diplomasi
Indonesia dalam
merebut kembali
Irian Barat
Mendeskirpsi
kan hasil
perjuang
diplomasi
Indonesia
merebut
kembali Irian
Barat.
dingin
terhadap
perjuangan
diplomasi
bagsa
Indonesia
Apa yang
dimaksud
dengan
Pepera?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Yogyakarta……………. 2015
Guru Mata Pelajaran
Choryna Dewi Usna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KD 2.1
TAHUN AJARAN 2012-2013
Satuan Pendidikan : SMP
Nama Sekolah : SMP Nusantara Sintang
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas / Program / Semester : IX / 2 (dua)
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia
B. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan perjuangan bangsa Indonesia merebut kembali Iran Barat
C. Indikator
1. Ranah Kongnitif
Produk
Menjelaskan latar belakang terjadinya konflik sengketa perebutan
Irian Barat.
Menjelaskan perjuangan diplomasi pemerintah Indonesia merebut
Irian Barat.
Mendeskripsikan fakor-faktor yang mendukung perjuangan
diplomasi Indonesia dalam merebut Irian Barat.
a. Proses
Menganalisis usaha politik luar negeri pemerintah Indonesia dalam
merebut Irian Barat.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung usaha diplomasi
pemerintah Indonesia merebut Irian Barat.
1. Ranah Afektif
a. Karakter
Menanamkan jiwa nasionalisme kepada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Menanamkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa
b. Keterampilan sosial
Menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan yang
telah berjasa dalam merebut Irian Barat.
2. Ranah Psikomotorik
Menunjukan lokasi pusat komando operasi militer pembebasan Irian
Barat dengan menggunakan peta.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Ranah Kongnitif
a. Produk
Siswa dapat menjelaskan latar belakang terjadinya konflik sengketa
perebutan Irian Barat.
Siswa dapat menjelaskan perjuangan diplomasi pemerintah
Indonesia merebut Irian Barat.
Siswa dapat mendeskripsikan fakor-faktor yang mendukung
perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut Irian Barat
b. Proses
Siswa dapat menganalisis usaha politik luar negeri pemerintah
Indonesia dalam merebut Irian Barat.
Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung usaha
diplomasi pemerintah Indonesia merebut Irian Barat.
2. Ranah Afektif
a. Karakter
Siswa dapat menanamkan jiwa nasionalisme dalam kehidupan
sehari-hari
Siswa dapat menanamkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
b. Keterampilan sosial
Siswa dapat menghargai dan menghormati perjuangan para
pahlawan yang telah berjasa dalam merebut Irian Barat.
3. Ranah Psikomotorik
Siswa dapat menunjukan lokasi pusat komando operasi militer
pembebasan Irian Barat dengan menggunakan peta.
E. Materi Pembelajaran (terlampir)
Pada pertemuan tatap muka guru memberikan materi tentang:
a. Latar belakang terjadinya perjuangan mengembalikan Irian Barat
b. Perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat
F. Metode dan Model Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Pemberian tugas (portofolio)
2. Model Pembelajaran: Metode CTL Tipe Jigsaw
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit):
a. Apersepsi : Guru memberi salam selama pagi kepada siswa, memeriksa
kehadiran siswa, kebersihan kelas. Guru kemudian meminta salah satu
siswa untuk memimpin menyanyikan lagu Dari Sabang Sampai Merauke
b. Motivasi : Guru meminta salah satu siawa untuk menunjukkan letak Irian
Barat pada peta Indonesia. Guru kemudian memberi pertanyaan tentang isi
Trikora yang diketahui oleh murid.
c. Orientasi : Guru memberi gambaran mengenai tujuan pembelajaran dan
beberapa materi yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti (35menit).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Guru membagi kelas dalam 8 kelompok , setiap kelompok terdiri dari 5
siswa.
Guru membagi pokok permasalahan :
a. Kelompok 1: Upaya perundingan kabinet pada masa demokrasi Liberal
untuk pengembalian Irian Barat.
b. Kelompok 2: Perjuangan diplomasi pengembalian Irian Barat Melalui
forum PBB
c. Kelompok 3: Perjuangan pengembalian Irian Barat Dengan pembentukan
pemerintahan sementara Tahun 1956.
d. Kelompok 4: Perjuangan pengembalian Irian Barat melalui politik luar
negeri.
Masing - masing kelompok berdiskusi, guru membimbing dan
mengadakan penilaian.
Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali
kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka
tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan seksama.
Guru meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
lain Menanggapi .
3. Kegiatan Penutup (10menit)
Dalam kegiatan penutup, guru:
Membuat kesimpulan bersama-sama dari hasil diskusi.
Memberikan refleksi tentang nilai-nilai yang didapatkan dalam kegiatan
pembelajaran.
Memberikan tugas individu pada siswa untuk mengerjakan latihan soal
yang sudah yang disiapkan guru.
H. Sumber/ alat/ bahan
1. Sumber:
Alfian Magdalia, Soeyono Nurliana Nana, & Suhartono Sudarini.
(2006). Sejarah untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Badrika, I Wayan. (2006). Sejarah untuk SMP Kelas IX. Jakarta:
Erlangga.
Baskara T Wardaya, 2008, Indonesia Melawan Amerika Konflik
Perang Dingin 1953-1963, Yogyakarta: Galang Press.
Darnoto. Dkk, 2005, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari
Masa ke Masa Kurun Waktu 1960-1965 Jilid III, Jakarta: Departemen
Luar Negeri RI.
Enny Soeprapto, 2008, Pengembalian Irian Barat Ke Dalam Wilayah
Kekuasaan Republic Indonesia, Jakarta: Departemen Luar Negeri RI.
2. Alat:
- Papan tulis
- Gambar/ photo
- White board
3. Bahan:
- Power point
I. Penilaian
1. Aspek Kognitif (terlampir)
2. Aspek Afektif (terlampir)
3. Aspek Psikomotorik (terlampir)
Penilaian Nilai Akhir Rapot Menggunakan Rumus:
NA= 70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik
Skor Nilai
86-100 Baik sekali
76-85 Baik
71-75 Cukup
< 70 Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4. Tindak Lanjut Penilaian
Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat pencapaiannya minimal 75%.
Memeberikan program remidi untuk siswa yang tingkat pencapaian kurang
dari 75%.
Memberikan program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapiannya
lebih dari 75%.
Yogyakarta, ………. Januari 2015
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Choryna Dewi Usna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN
A. Latar belakang perjuangan Irian Barat
Menurut Konferensi Meja Bundar 27 desember 1949 yang
diselenggarakan di deen haag, bahwa masalah Irian Barat akan di tunda
setahun kemudian. Waktu perjanjian Belanda belum juga menyerahkan irian
barat ketangan bangsa Indonesia. Belanda berniat akan membentuk Negara
Papua yang lepas dari Indonesia. Sedangkan Indonesia tetap menuntut agar
irian barat dikembalikan ke Indonesia. Akibatnya pemerintah Indonesia
menempuh jalur lain seperti jalur diplomasi dan jalur konfrontasi untuk
membebaskan irian barat dari cengkraman Belanda.
B. Perjuangan Diplomasi Indonesia merebut Irian Barat
5. Perjuangan diplomasi bilateral.
Setahun setelah Irian Barat dikuasai Belanda, pemerintah Belanda
berusaha menyelesaikan masalah melalui perundingan bilateral dalam
lingkungan ikatan Uni Indonesia-Belanda (1950-1953), perundingan ini gagal.
Berikut ini beberapa langkah diplomasi dalam penyelesaian Irian Barat :
a. Tanggal 4 desember 1950 di adakan konferensi Uni Indonesia Belanda.
Indonesia mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat secara de jure .
namun ditolak Belanda.
b. Pada bulan desember 1951 diadakan perundingan bilateral antara Indonesia
dan Belanda. Perundingan ini membahas pembatalan uni dan masuknya Irian
Barat wilayah NKRI, namun gagal.
c. Pada bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang
perundingan Indonesia Belanda mengenai Irian Barat, namun gagal.
Dalam usaha pembebasan irian barat, langkah-langkah diplomasi yang di
tempuh melalui jalur yang panjang dari kabinet ke kabinet lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
1) Usaha kabinet natsir kabinet natsir pada bulan desember 1950 mengadakan
perundingan dengan Belanda, tetapi menempuh jalan buntu (deadlock).
Belanda kemudian justru memperkuat pertahanannya di Irian Barat.
2) Usaha kabinet Ali 1 Program kabinet Ali melanjutkan usaha diplomasi yang
telah dilakukan cabinet sebelumnya.maksud dari program tersebut adalah
untuk menarik perhatian internasional terhadap masalah irian barat. Memang
Belanda menganggap masalah Irian Barat sebagai masalah internasional. Pada
tahun 1954 mulailah masalah ini diangkat untuk pertama kali dalam siding
PBB, tetapi mengalami kegagalan karena tidak mencukupi 2/3 jumlah
anggota.
3) Usaha kabinet Burhanuddin Harahap Kabinet Burhanuddin pada tahun 1955
memulai lagi perundingan dalam siding umum PBB. Pada saat itu Belanda
menentukan syarat-syarat yang mengada-ada. Perundingan pun mengalami
deadlock. Indonesia terpaksa membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada
tanggal 15 februari 1956.
4) Usaha Kabinet Ali II Kabinet Ali II Melanjutkan tindakan keras cabinet
Burhanuddin Harahap dengan membubarkan seluruh isi perjanjian KMB.
5) Perjuangan diplomasi Indonesia menempuh tahap kedua, yakni membawa
masalah irian barat kesidang PBB. Sambil melakukan cara ini, Indonesia
menyiapkan operasi militer untuk menunjukan kesungguhan sekaligus
memperkuat posisi Indonesia.
C. Perjuangan dengan Konfrontasi Bersenjata
Secara politik Irian Barat belum berhasil,untuk itu Indonesia mencari
alternatif lain, yakni perjuangan dengan konfrontasi bersenjata. Apa saja yang
dimaksud dengan perjuangan bersenjata itu ? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, kita dapat menelaah uraian berikut ini.
1. Perjuangan Melalui Trikora
Berbagai cara dan usaha Indonesia untuk membebaskan Irian Barat
belum menunjukan hasil yang nyata. Belanda makin bersikap keras dan tidak
mau mengalah. Bahkan, Belanda kemudian menyatakan bahwa Irian Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
merupakan wilayah Belanda sebagai bagian dari Nederlands. Oleh belanda,
Irian Barat disebut dengan Nederlans-Nieuw Gunea.Menghadapai kenyataan
bahwa berbagai cara yang ditempuh belum berhasil maka Indonesia
maningkatkan konfrontasi di segala bidang. Tanggal 17 Agustus 1960
Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan belanda.
Perjuangan pembebesan Irian Barat selanjutnya diarahkan dengan cara
militer.Untuk menghadapi komfrontasi, pemerintahan melakukan perjanjian
pembelian senjata dari luar negeri, seperti dengan Uni soviet. Selain itu,
Indonesia juga mencari dukungan dengan negara-negara lain. Melihat aksi
Indonesia,Belanda tidak tinggal diam, Bulan April 1961 Belanda membentuk
Dewan Papua. Dewan ini akan menyelenggarakan penentuan nasib sendiri
bagi rakyat Irian Barat. Bahkan lebih lanjut, Belanda menunjukkan keberanian
dan kekuatannya dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membentuk Negara Boneka Papuadengan lagu dan bendera Papua.
b. Mendatangkan bantuan dan mengirimkan pasukan dengan kapal
perangnya ke perairan Irian, antara lain kapal Karel Doorman.
c. memperkuat angkatan perang Belanda di Irian Barat.
Dengan kenyataan itu, perjuangan pembebasan Irian Barat secara
militer tampaknya tidak mungkin dihindarkan. Tanggal 19 Desember 1961
melalui rapat umum di Yogyakarta, Presiden Soekarno Mencanangkan
TRIKORA (Tri Komanda Rakayat),dan berikut isi TRIKORA:
a. Gagalkan pembentukan Negara papua
b. Kibarkan Sang merah putih di Irian Barat.
c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan
dan kesatuan Tanah air.
2. Operasi Militer dibawah Komando MandalaSebagai tindak lanjut program
TRIKORA,Presiden Soekarno membentuk Mandala pembebasan Irian Barat.
Yang dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 yang dipimpin oleh Mayor Jendral
Suharto.Pusat dari komanda mandala berada di Ujungpandanguntuk
melaksanan Trikora. Untuk melaksanakan tugas itu,Komando Mandala
melakuakan langkah-langkah berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
a. Merencanakan,mempersiapkan dan melaksanakn operasi militer.
b. Mengembangkan situasi militer di wilayah Provinsi Irian Barat
Dalam rangka mempersiapkan operasi militer. Komando Mandala telah
tahapan perjuangan.Pada bulan Maret sampai Agustus 1962 telah dimulai
pendaratan pasukan ABRI dan sukarelawan dari laut & udara,dengan
mendaratkan pasukan ditempatnya,misalnya:
a. Operasi Banteng di Fak-Fak Dan Kaimana
b. Operasi Srigala di Sorong dan Teminabiuan
c. Operasi Naga di Merauke
d. Operasi Jatayu di Sorong,Kaimana,dan Merauke
Pada tahapan persiapan dan infiltrasi telah terjadi insiden pertempuran di
Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962.Pada waktu itu kapal RI motor terpedo
boat Macan Tutul yang sedang patroli diserang oleh Belanda.Terjadilah
pertempuran akan tetapi kapal RI Macan Tutul terbakar dan tenggelam.Dalam
insiden ini meniggalah Komodor Yos Sudarso dan Kapten Laut Wiratno
Gerakan infiltrasi terus dilakukan.Pasukan mulai mendarat dan menguasai
beberapa daerah di Irian Barat. Berikut para sukarelawan dan sukarelawati.
Bendera merah putih mulai dipancangkan di berbagai daerah.
3. Rencana Bunker Melihat pasukan Indonesia itu, Belanda mulai khawatir dan
kewalahan. Dunia Internasional mangetahui dan mulai khawatir Amerika
serikat mulai menekan Belanda agar mau beruding. Ellswoth Bunker, seorang
diplomat AS ditunjuk sebagai penengah. Bunker selanjutnya mengusulka
pokok-pokok penyalsaia masalah Irian Barat secara damai. Poko-poko usulan
Bunker itu,antara lain berisi sebagai berikut:
a. Belanda akan menyarahkan Irian Barat kepada Idonesia melalui badan
PBB, yAkni UNTEA(United Nations Temporary Executive Authority)
b. Pemberian hak bagi rakyat Irian Barat untuk menetukan pendapat tentang
kedudukan Irian Barat. Pokok tersebtu dikenal dengan Rencana Bunker.
Berdasarkan Rencana tersebut maka pada tanggal 15 Agustus 1962
tercapailah persetujuan antara indonesia dan belanda yang dikenal dengan
Persetujuan New York. Adapun isi Perjanjian New York, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
1) Belanda harus sudah menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA
selambat-selambatnya 1 Oktober 1962.Bendera Belanda diganti dengan
bendera PBB
2) Pasukan Yang sudah ada di Irian Barat tetap tinggal di Irian Barat dan
dibawah kekuasaan UNTEA
3) Angkatan perang Belanda berangsur-angsur ditarik dan dikembalikan
ke negeri Belanda.
4) Bendera Indonesia malai berkibar di Irian Barat disamping bendera
PBB sejak tanggal 31 Desember 1962
5) Pemerintah RI akan menerima pemerintahan Irian Barat dari UNTEA
selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963
4. Akhir Konfrotasi Irian Barat Dan Papua
Setelah perundingan di New York,datanglah pemerintah untuk
tembak-menembak antara kedua pihak.Dengan demikian Operasi
Jayawijwya batal dilancarkan. Sebagai pelaksanaan isi perjanjian New
York secara resmi belanda menyerahkan irian baratkepada UNTEA. Pada
tanggal 1 mei 1963 PBB menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia.
Penyerahan Itu dengan syarat pemerintah Indonesia mengadakan pungutan
pendapat rakyat. Dengan damikian, Berakhiralah kekuasaan Belanda di
Indonesia. Dan kemudian Irian Barat diganti menjadi menjadi Irian Jaya
dan bergabung dengan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN PENILAIAN
1. Aspek Kognitif
Teknik: Tes tertulis
Bentuk: Uraian
Soal:
1) Jeaskan secara singkat salah satu usaha diplomasi bangsa Indonesia
merebut kembali Irian Barat!
2) Jelaskan salah satu penyebab konflik sengketa Irian Barat!
3) Jelaskan salah satu fakor yang mendukung keberhasilan perjuangan
diplomasi Indonesia dalam merebut Irian Barat!
2. Aspek Afektif
Teknik: Non tes
Bentuk: Instrumen observasi kerja
Nama Menghargai
Teman
Mengambil
Giliran
Mengajukan
Pertanyaan
Mempresentas
ikan hasil
Menjawab
pertanyaan
Mendengar
kan Hasil
Kriteria Penilaian menggunakan skala sikap 1 sampai 5, kriterianya:
Skor 1 : pasif, tidak kooperatif dan tidak menghargai teman
Skor 2 : pasif, tidak kooperatif dan menghargai teman
Skor 3 : pasif, kooperatif dan menghargai teman
Skor 4 : aktif, kooperatif dan menghargai teman
Skor 5 : sangat aktif, sangat kooperatif dan mengahargai
teman
N (Proses) = Jumlah Skor x 100%
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
NA= 70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik
Skor Nilai
86-100 Baik sekali
76-85 Baik
71-75 Cukup
< 70 Kurang
Tindak Lanjut Penilaian
Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat pencapaiannya minimal 75%.
Memeberikan program remidi untuk siswa yang tingkat pencapaian kurang
dari 75%.
Memberikan program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapiannya
lebih dari 75%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN GAMBAR
Lampiran 1
Keterangan: Irian Barat merupakan wilayah sengketa Indonesia dengan
Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 2
Keterang: Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia
dan Belanda dalam membahas sengketa Irian Barat
Lampiran 3
Keterangan: Pihak Indonesia untuk pertama kalinya dalam sidang umum
PBB ke IX membahas sengketa Irian Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 4
Keterangan: Suasana Rapat Anggota Parlement Niuew Gunea Raad
tanggal 19 Oktober 1961
Lampiran 5
Keterangan: penandatanganan perjanjian New York tanggal 15 Agustus
1962 oleh pihak Indonesia dan Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 6
Keterangan: Para Pejabat UNTEA, UNSF dan Indonesia bertemu sebagai
persiapan pengalihan kekuasaan Irian Barat dari UNTEA kepada
Indonesia, April 1963.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI