Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
oleh :
Thomas Arian Adrianto
NIM : 048114030
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
oleh :
Thomas Arian Adrianto
NIM : 048114030
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA
Yang diajukan oleh :
Thomas Arian Adrianto
NIM : 048114030
telah disetujui oleh:
Dosen pembimbing :
Christine Patramurti, M.Si., Apt.
Tanggal: 18 Januari 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Pengesahan Skripsi Berjudul
ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA
Oleh :
Thomas Arian Adrianto
048114030
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Sanata Dharma
pada tanggal : 4 Februari 2008
Mengetahui
Dekan
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Rita Suhadi,M.Si,Apt
Pembimbing:
Christine Patramurti,M.Si.,Apt
Panitia Penguji: Tanda tangan
1. Christine Patramurti, M.Si, Apt. ....................................
2. Drs. Sulasmono, Apt. ....................................
3. Jeffry Julianus, M.Si. ....................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“SESUATU KESUKSESAN BUKAN HANYA KARENA KEBERUNTUNGAN TAPI JUGA KERJA KERAS”
“JANGANLAH PERNAH MENJADI RESAH TENTANG APAPUN JUGA TETAPI NYATAKANLAH APAPUN ITU DENGAN SUATU UNGKAPAN SYUKUR”
KUPERSEMBAHKAN KEPADA: JESUS CHRIST
SIMBAH PUTRI DISURGA BAPAK DAN MAMA KAKAK DAN ADIKU
ALMAMATERKU TEMAN – TEMAN ANGKATAN 2004
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Thomas Arian Adrianto NIM : 048114030 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS BIKOMPONEN CAMPURAN SIPROHEPTADIN HCl DAN KETOTIFEN FUMARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DENGAN APLIKASI PANJANG GELOMBANG BERGANDA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharmahak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan ke internet atau media lain untuk kepentikan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan yang sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 25 Februari 2008 Yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik. Selain itu, penulis juga telah dapat menyusun skripsi
penelitian yang berjudul “Analisis Bikomponen Campuran Siproheptadin
HCl dan Ketotifen Fumarat Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan
Aplikasi Panjang Gelombang Berganda”.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak – pihak
terkait yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan fakultas farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan, kesempatan berdiskusi, informasi
dan saran koreksi terhadap pelaksanaan penelitian ini.
3. Drs. Sulasmono, Apt. dan Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran kepada penulis untuk
menyempurnakan karya tulis ini.
4. Bapak, Mama, Mbak Anti dan Febri yang telah memberikan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Tante Neni, Mas Andhi, Tante Dita, dan Ganish, terima kasih atas bantuan
dan dukungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Teman – teman seperjuangan, Tika, Novi, Reni, Lidia, Frenky yang telah
rela berbagi suka dan duka, canda dan tawa, dan lain – lain.
7. Pak Wagiman, Pak Sudiana selaku laboran kimia farmasi fakultas farmasi
UGM yang telah rela menemani kami lembur hari minggu.
8. Pak Mukmin dan mas wagiran yang telah sabar menemani kami
melakukan penelitian.
9. Mbak Rini dan tim ‘Algae’ yang berebut mikropipet Biohit dengan kami.
10. Mahasiswa angkatan 2004 seluruhnya khususnya kelas FST atas semua
kenangan, suka dan duka yang ditorehkan kepada penulis selama
menuntut ilmu.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – satu.
Ada peribahasa mengatakan bahwa “tak ada Mawar yang tidak
berduri”, oleh karena itu penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tidak ada
suatu apapun yang sempurna termasuk pada penulisan penelitian ini. Penulis
sangat mengharapkan setiap pendapat, saran dan kritik yang bersifat konstruktif
dari berbagai pihak dalam penyempurnaan penelitian ini di masa yang akan
datang.
Akhir kata, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, baik kepada mahasiswa, lingkungan akademisi
maupun masyarakat umum. Atas perhatiaannya diucapkan terima kasih.
Yogyakarta, Januari 2008
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Februari 2008
Thomas Arian Adrianto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl merupakan obat antihistamin.
Siproheptain HCl dan ketotifen fumarat memiliki struktur kimia yang mirip sehingga akan sulit dipisahkan secara konvensional, oleh karena itu kadar kedua senyawa dapat ditentukan secara simultan dengan metode panjang gelombang berganda secara spektrofotometeri UV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi, presisi, linearitas, LOD dan LOQ dari metode yang digunakan.
Penelitian ini bersifat non–eksperimental deskriptif. Campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dibuat dalam 2 seri perbandingan dengan 6 kali pengulangan yaitu 2:1 dan 1:1. Panjang gelombang pengamatan yang digunakan sebanyak 5 panjang gelombang yang berada diaerah tumpang tindih kedua senyawa. Penetapan kadar dilakukan menggunakan operasi persamaan matriks.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Metode panjang gelombang berganda untuk analisis bikomponen secara spektrofotometri ultraviolet terhadap campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat memiliki akurasi, presisi dan linearitas yang baik. LOD dan LOQ untuk siproheptadin HCl berturut – turut sebesar 2,54 ppm dan 10,24 ppm sedangkan untuk ketotifen fumarat berturut – turut yaitu 0,30 ppm dan 0,87 ppm. Kata kunci: Siproheptadin HCl, ketotifen fumarat, metode panjang gelombang
berganda, parameter validitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Ketotifen fumarate and cyproheptadine HCl as antihistamine. Cyproheptadine HCl and ketotifen fumarate have similar chemical structure. So, it will difficult to separate it conventionally. Therefore, the dose of both substance can be defined stimulating by multiple wavelength with ultraviolet spectrophotometer. This research aim is for checking the accuracy, precision, linearity, LOD and LOQ from multiple wavelength method with used in this case.
This research is non – experimental descriptive. Cyproheptadin HCl and ketotifen fumarate made in 2 comparison series with six replication are 2:1 and 1:1. The wave length of observation which use is 5 wave length in the overlapping area. The dose decided by matrix operation.
The result is ultraviolet spectrofotometric bicomponents analisys of cyproheptadine HCl and ketotifen fummarat mixture with multiple wavelength methode has a good accuracy, precision and linearity. LOD and LOQ for continual cyproheptadin HCl 2,54 ppm and 10,24 ppm, then for continual ketotifen fumarate 0,30 ppm and 0,87 ppm. Keywords: Cyproheptadin HCl, Ketotifen fumarate, Multiple wavelength,
Validities parameter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... .........iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................... . ..................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................v
KATA PENGANTAR ...................................................................................vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................ix
INTISARI .......................................................................................................x
ABSTRACT .....................................................................................................xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xviii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Permasalahan ............................................................................3
C. Keaslian penelitian ...................................................................4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5
A. Ketotifen ...................................................................................5
B. Siproheptadin HCl ....................................................................6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
C. Spektrofotometri ultraviolet .....................................................7
1. Deskripsi umum spektrofotometri UV ...............................7
2. Interaksi elektron dengan radiasi elektromagnetik
(REM). ................................................................................8
3. Pemilihan pelarut ................................................................10
4. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV ...............10
D. Analisis multikomponen ..........................................................12
E. Validitas Metode ......................................................................18
1. Akurasi ...............................................................................18
2. Presisi ..................................................................................19
3. Linearitas.............................................................................19
4. LOD dan LOQ ....................................................................19
5. Range ..................................................................................20
F. Keterangan Empiris ..................................................................21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .....................................................23
A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................23
B. Definisi Operasional .................................................................23
C. Bahan – bahan Penelitian ..........................................................23
D. Alat – alat Penelitian .................................................................24
E. Tata Cara Penelitian ..................................................................24
1. Pembuatan larutan Stok.......................................................24
a. Pembuatan larutan stok ketotifen fumarat......................24
b. Pembuatan larutan stok siproheptadin HCl....................24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
c. Pembuatan seri larutan baku ketotifen fumarat..............24
d. Pembuatan seri larutan baku siproheptadin HCl ............24
e. Pembuatan sampel campuran siproheptadin HCl dan
ketotifen fumarat ...........................................................25
2. Optimasi metode ................................................................25
a. Pengamatan spektrum serapan ketotifen fumarat...........25
b. Pengamatan spektrum serapan siproheptadin HCl.........25
c. Pengamatan panjang gelombang pengamatan................25
d. Penentuan absorptivitas Siproheptadin HCl dan
ketotifen fumarat ...........................................................26
3. Penetapan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin
HCl dalam campuran...........................................................27
a. Penetapan kadar ketotifen fumarat dalam campuran......27
b. Penetapan kadar siproheptadin HCl dalam campuran....27
F. Analisis Hasil ............................................................................28
1. Akurasi ................................................................................28
2. Presisi ..................................................................................28
3. Linearitas.............................................................................29
4. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation
(LOQ)..................................................................................29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................30
A. Pembuatan Larutan Baku Siproheptadin HCl dan
Ketotifen fumarat .....................................................................30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
B. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan ............................31
C. Penentuan Absorptivitas Siproheptadin HCl dan Ketotifen
fumarat .......................................................................................36
D. Penetapan Kadar Siproheptadin HCl dan Ketotifen
fumarat dalam campuran ..........................................................40
E. Parameter Validitas metode ......................................................42
1. Akurasi ................................................................................42
2. Presisi ..................................................................................42
3. Linearitas.............................................................................43
4. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation
(LOQ)..................................................................................44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN … ...................................................46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................47
LAMPIRAN .....................................................................................................48
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pelarut untuk daerah ultraviolet dan daerah tampak...................... 10
Tabel II. Parameter validitas yang dipersyaratkan untuk setiap
kategori ...........................................................................................21
Tabel III. Hasil perhitungan harga absorptivitas dan koefisien korelasi
(r) siproheptadin HCl pada multi panjang gelombang................... 39
Tabel IV. Hasil perhitungan harga absorptivitas dan koefisien korelasi
(r) ketotifen fumarat pada multi panjang gelombang .................... 39
Tabel V. Hasil perhitungan kadar, recovery dan KV dari siproheptadin
HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 2:1 .......................... 41
Tabel VI. Hasil perhitungan kadar, recovery dan KV dari siproheptadin
HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 1:1 ........................... 41
Tabel VII. Hasil perhitungan Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of
Quantitation (LOQ) dari siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat. .......................................................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Ketotifen fumarat ............................................................. 5
Gambar 2. Struktur Siproheptadin HCl............................... ……... ........…. ...6
Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik ................................................. 8
Gambar 4. Spektra serapan senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih
pada dua panjang gelombang) ..................................................... 13
Gambar 5. Spaktra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih satu cara ..... 14
Gambar 6. Spektra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih dua cara...... 15
Gambar 7. Sistem kromofor dan sistem terkonjugasi dari Siproheptadin
HCl .............................................................................................. 32
Gambar 8. Sistem kromofor, auksokrom dan sistem terkonjugasi dari
ketotifen fumarat ......................................................................... 32
Gambar 9. Spektra hasil scanning siproheptadin HCl ................................... 34
Gambar 10. Spektra hasil scanning ketotifen fumarat.................................... 35
Gambar 11.Spektra tumpang tindih siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat (1:1)................................................................................ 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat analisis ketotifen fumarat..............................................49
Lampiran 2. Sertifikat analisis siproheptadin HCl............................................50
Lampiran 3. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan contoh
perhitungan seri larutan baku siproheptadin HCl ........................51
Lampiran 4. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan contoh
perhitungan seri larutan baku ketotifen fumarat ......................... 53
Lampiran 5. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat (2:1) dan contoh perhitungan konsentrasi sampel ......... 55
Lampiran 6. Hasil penimbangan baku siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat (1:1) dan contoh perhitungan konsentrasi sampel ......... 57
Lampiran 7. Harga serapan jenis dan koefisien korelasi Siproheptadin
HCl pada 5 panjang gelombang .................................................. 59
Lampiran 8. Harga serapan jenis dan koefisien korelasi Siproheptadin
HCl pada 5 panjang gelombang ................................................ 60
Lampiran 9. Absorbansi sampel pada 5 panjang gelombang............................61
Lampiran 10. Contoh perhitungan kadar dan recovery siproheptadin HCl
dan ketotifen fumarat ...................................................................62
Lampiran 11. Hasil perhitungan kadar, recovery, KV dari sampel ..................63
Lampiran 12. Uji Chi – squere siproheptadin HCl pada campuran 1:1............64
Lampiran 13. Spektra serapan baku siproheptadin HCl, ketotifen fumarat
dan sampel campuran 2:1..........................................................65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 14. Spektra serapan baku siproheptadin HCl, ketotifen fumarat
dan sampel 1:1 .........................................................................66
Lampiran 15. Perhitungan LOD .......................................................................67
Lampiran 16. Perhitungan LOQ .......................................................................68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat yang diberikan di Rumah Sakit umumnya merupakan obat yang
diresepkan oleh dokter, tidak terkecuali untuk pasien anak. Umumnya pasien anak
tidak menyukai obat karena rasanya yang pahit dan sukar untuk ditelan, hal ini
dapat menjadi masalah dalam kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat.
Keadaan seperti itu dapat diatasi dengan memberikan bentuk sediaan obat yang
cocok untuk pasien anak yaitu sirup. Bentuk sediaan sirup umumnya disukai
karena lebih mudah ditelan daripada tablet dan rasanya yang manis, akan tetapi
tidak semua obat dapat dibuat dalam bentuk sirup karena ada beberapa obat yang
tidak stabil dalam bentuk larutan atau obat tersebut sukar larut dalam air. Masalah
ini dapat diatasi dengan pembuatan obat dalam bentuk sediaan padat. Sediaan obat
padat yang cocok untuk pasien anak yaitu pulveres karena sediaan pulveres lebih
mudah ditelan daripada tablet.
Bentuk sediaan pulveres memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu
dokter dapat mengkombinasikan dua atau lebih obat menjadi satu demi
tercapainya tujuan terapi. Sebagai salah satu contohnya kombinasi siproheptadin
HCl dan ketotifen fumarat (2:1) yang digunakan sebagai anti – histamin untuk
pengobatan asma pada pasien anak di rumah sakit X. Pada prakteknya di rumah
sakit X, pulveres dari kombinasi siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(2:1) dibuat dengan menggerus tablet, kemudian dibagi – bagi secara visual sesuai
dosis yang diinginkan dan dikemas. Pembagiaan dosis secara visual
mengakibatkan tidak ada jaminan untuk keseragaman sediaan.
Patient safety merupakan isu kritis yang harus ditangani dengan tepat
karena menyangkut keselamatan pasien terutama pada pasien anak yang rentan
terhadap adverse effect. Obat hasil racikan yang digunakan di Rumah Sakit di
Indonesia sebagian besar tidak dilakukan pemeriksaan baik kualitatif maupun
kuantitatif, sehingga tidak ada jaminan keamanan dan khasiat penggunaannya.
Jika dilihat dari sudut farmasetika dan good manufacturing practice (GMP) obat
jadi yang dibuat oleh suatu industri merupakan produk akhir dan tidak layak untuk
diformulasikan kembali (reformulasi) atau dicampur dengan obat lain.
Proses peracikan obat umumnya akan mempengaruhi stabilitas dari
sediaan yang dibuat, baik stabilitas fisika maupun stabilitas kimia. Proses
peracikan obat di Rumah Sakit X dibuat dengan jumlah yang berlebih
dimaksudkan untuk persediaan, oleh karena itu uji stabilitas perlu dilakukan untuk
menjamin kelayakan sediaan yang dibuat. Stabilitas fisika dapat diketahui dengan
melihat perubahan sediaan (meliputi bau, warna, rasa dan bentuk), sedangkan
stabilitas kimia dapat dilihat dari kandungan zat aktifnya. Uji stabilitas kimia
dapat dilakukan melalui pemerikasaan kuantitatif. Penelitian ini merupakan
penelitian pendahuluan untuk melakukan uji stabilitas secara kimia untuk
campuran obat siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat yang dibuat oleh Rumah
Sakit X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Pada pemeriksaan kuantitatif dibutuhkan suatu metode analisis yang
sesuai. Metode yang dapat digunakan salah satunya yaitu spektrofotometri.
Analisis suatu zat dalam campuran secara spektrofotometri dapat dilakukan
dengan teknik tunggal maupun simultan tergantung dari spektra dari masing –
masing komponen. Siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat memiliki struktur
kimia yang mirip sehingga akan sulit dipisahkan secara konvensional, oleh karena
itu petetapan kadarnya dapat dilakukan secara simultan. Salah satu teknik
penetapan kadar secara simultan dengan spektrofotometri yaitu dengan aplikasi
panjang gelombang berganda. Perhitungan kadar secara spektrofotometri dengan
aplikasi panjang gelombang berganda dapat dilakukan melalui perhitungan
matriks seperti yang telah dilakukan oleh Zainuddin (1999). Agar metode ini
memiliki hasil yang dapat dipertanggungjawabkan maka perlu dilakukan validasi
metode. Suatu metode dapat dikatakan memiliki validitas yang baik maka akurasi,
presisi, dan koefisien korelasi (r) harus memenuhi persyaratan validitas yang
didukung oleh LOD dan LOQ dari masing – masing senyawa.
1. Permasalahan
Bagaimanakah akurasi, presisi, linearitas, limit of detection (LOD) dan
limit of quantitation (LOQ) dari penggunaan metode spektrofotometri ultraviolet
(UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda (multiple wavelength) pada
analisis bikomponen campuran siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan penulis, penetapan kadar campuran secara
spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda
(multiple wavelength) telah banyak digunakan. Namun penetapan kadar
siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran secara spektrofotometri
ultraviolet (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda (multiple
wavelength) belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
metode alternatif untuk penetapan kadar senyawa campuran.
b. Manfaat praktis. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan metode penetapan kadar yang cepat dan praktis karena metode ini
tidak diperlukan pemisahan terlebih dahulu.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi, presisi, linearitas,
limit of detection (LOD) dan limit of quantitation (LOQ) dari penggunaan metode
spektrofotometri ultraviolet (UV) dengan aplikasi panjang gelombang berganda
(multiple wavelength) pada analisis bikomponen campuran siproheptadin HCl dan
Ketotifen fumarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketotifen
Ketotifen fumarat berbentuk serbuk kristal berwarna putih dengan titik
leleh antara 1900C sampai 1960C. Kelarutan ketotifen yaitu larut dalam air, etanol,
praktis tidak larut dalam kloroform. Dalam larutan asam ketotifen fumarat
memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 297 nm (Clarke, 1986).
Berikut adalah struktur dari ketotifen fumarat:
S
O
N
CH3
Gambar 1. Struktur ketotifen fumarat
C19H19NOS BM 309,43
(Anonim, 1989)
Ketotifen, sebagai antihistamin dilaporkan tidak memiliki efek klinis
pada asma broonkial dan terbukti mengecewakan. Ketotiifen memiliki efek
samping mengantuk, mulut kering, pusing, stimulasi susunan syaraf pusat. Dosis
yang diberikan yaitu 1 mg 2 kali sehari waktu makan, bila perlu dinaikkan 2 mg 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kali sehari, untuk anak diatas 2 tahun dosis yang diberikan yaitu 1 mg 2 kali sehari
(Anonim, 2000).
B. Siproheptadin HCl
Siproheptadin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
100,5% C21H21N.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
siproheptadin HCl yaitu serbuk hablur, putih sampai agak kuning; tidak berbau
atau praktis tidak berbau. Kelarutan siproheptadin yaitu sukar larut dalam air,
mudah larut dalam metanol, larut dalam kloroform, agak sukar larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Dalam larutan asam, siproheptadin
HCl memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 286 nm (Clarke,
1986). Berikut adalah struktur dari siproheptadin HCl:
N
CH3
H Cl
Gambar 2. Struktur siproheptadin HCl
C21H21N.HCl.1,5H2O BM 350,89
(Anonim,1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Siproheptadin HCl digunakan sebagai antihistamin. Obat ini memiliki
indikasi sebagai hay fever, urtikaria, migren. Obat ini memiliki efek samping
mual, muntah, anemia hemolitik, leucopenia, agranulositosis, trombositopenia.
Dosis yang diberikan yaitu 4 mg 3-4 kali sehari, rentang dosis: 4-20 mg sehari
maksimal 32 mg sehari; untuk anak dibawah 2 tahun tidak dianjurkan, anak 2-6
tahun 2 mg 2-3 kali sehari maksimal 12 mg sehari, anak 7-14 tahun 4 mg 2-3 kali
sehari maksimal 16 mg sehari (Anonim, 2000).
C. Spektrofotometri Ultraviolet
1. Deskripsi umum spektrofotometri UV
Spektrofotometri adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik
(REM) (Mulja dan Suharman, 1995).
Interaksi antara senyawa yang mepunyai gugus kromofor dengan radiasi
elektromagnetik pada daerah UV-Vis (100-800 nm) akan menghasilkan transisi
elektromagnetik dan spektra absorbansi elektromagnetik. Jumlah radiasi
elektromagnetik yang diserap akan sebanding dengan jumlah molekul
penyerapnya, sehingga spektra absorbansi dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif. Spektrum visible mempunyai rentang absorbansi antara 400-800 nm,
sedangkan spektrum UV mempunyai rentang aborbansi antara 100-400 nm.
Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan
panjang gelombang radiasi (Fessenden, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Interaksi elektron dengan radiasi elektromagnetik (REM)
Ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik
secara umum yang selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron pi (π), sigma (σ),
dan elektron tidak berpasangan (n). Apabila pada suatu molekul dikenakan
radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang
lebih tinggi yang dikenal sebagai elektron anti-bonding (Mulja dan Suharman,
1995).
σ* Anti bonding
π* Anti bonding
E
n Non bonding
π Bonding
σ Bonding
Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik (Mulja dan Suharman, 1995)
Jika suatu elektron dalam molekul memiliki tenaga yang tidak sama,
maka tenaga yang diserap dalam proses eksitasi dapat mengakibatkan terjadinya
satu atau lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terlihat. Transisi-
transisi tersebut dapat diklasifikasikan seperti berikut (Sastrohamidjodjo, 2001):
Transisi σ → σ*. Eksitasi elektron σ → σ* memberikan energi yang
terbesar dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan
tunggal kovalen dan menduduki orbital σ, sebagai contoh pada alkana. Tingkat
energi yang dibutuhkan untuk eksitasi sangat besar. Transisi ini terjadi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
daerah ultraviolet jauh (100 – 190 nm) (Mulja dan Suharman, 1995; Christian,
2004).
Transisi π → π*. Transisi ini menunjukkan pergeseran merah dengan
adanya substitusi gugus – gugus yang memberi atau menarik elektron dan dengan
kenaikan dalam tetapan dielektrik dari pelarut. Dalam kedua keadaan ini akan
menstabilkan “tingkatan tereksitasi polar” (Sastrohamidjodjo, 2001). Transisi ini
diberikan oleh ikatan rangkap dua dan tiga (alkena dan alkuna) (Mulja dan
Suharman, 1995). transisi ini juga yang paling mudah terbaca dan bertanggung
jawab terhadap spektra elektronik dalam daerah UV dan Visible (Christian, 2004).
Transisi n → π*. Transisi dari jenis ini meliputi transisi elektron –
elektron heteroatom tak berikatan ke orbital anti ikatan π*. Serapan ini terjadi
pada panjang gelombang yang panjang dan intensitas rendah. Transisi n → π*
menunjukkan pergeseran batoromik dalam pelarut-pelarut yang lebih polar dan
dengan substituen yang bersifat pemberi elektron (Sastrohamidjodjo, 2001).
Transisi n → σ*. Senyawa – senyawa jenuh yang mengandung
heteroatom seperti oksigen, nitrogen, belerang, atau halogen, memiliki elektron –
elektron yang tidak berikatan disamping elektron – elektron σ. Senyawa –
senyawa heteroatom menunjukkan jalur serapan yang kemungkinan disebabkan
oleh transisi elektron – elektron dari orbital tak berikatan atom – atom hetero ke
orbital anti ikatan σ*. Transisi n → σ* membutuhkan tenaga yang lebih sedikit
daripada transisi σ → σ* (Silverstein, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Pemilihan pelarut
Spektrofotometri UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel
yang berupa larutan, gas atau uap. Menurut Mulja dan Suharman, untuk sampel
yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai,
antara lain:
a. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna
b. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
c. Kemurniaannya harus tinggi atau derajat untuk analisis
Pada umumnya pelarut yang sering digunakan dalam analisis
spektrofotometri UV-Vis adalah air, etanol, sikloheksan, dan isopropanol. Namun
demikian perlu diperhatikan absorpsi pelarut yang dipakai pada daerah UV-Vis
(penggal UV = UV cut off) (Mulja dan Suharman, 1995).
Tabel I. Pelarut untuk daerah ultraviolet dan daerah tampak (Day and Underwood, 1996)
4. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV
Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam
medium itu, dan sisanya akan diteruskan. Jika intensitas sinar masuk dinyatakan
Jenis pelarut UV cut off (nm) Jenis pelarut UV cut off (nm) Air
Metanol Sikloheksana
Heksana Dietil eter p-Dioksan
Etanol
190 210 210 210 220 220 220
Kloroform Karbon tetraklorida
Benzena Toluena Piridina Aseton
Karbon disulfida
250 265 280 285 305 330 380
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
oleh Io, Ia intensitas sinar terserap, It intensitas sinar diteruskan, Ir intensitas sinar
terpantulkan, maka:
Io = Ia + It +Ir
Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca,
dapatlah dinyatakan bahwa sekitar 4% cahaya masuk dipantulkan. Ir biasanya
terhapus dengan penggunaan suatu kontrol, seperti misalnya sel pembanding,
sehingga persamaannya menjadi:
Io = Ia + It
Hukum Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya
monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas
oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini
setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang
secara eksponensial dengan bertambahnya medium yang menyerap.
Hukum Beer. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna
dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Beer menemukan
hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi seperti yang dikemukakan
oleh Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas
cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
konsentrasi zat penyerap secara linier.
Menurut Mulja dan Suharman (1995), dari kedua hukum tersebut dapat
diperoleh suatu persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara
transmitan atau absorban terhadap konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan
yang mengabsorbsi sebagai:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
T =
ItIo
=10−a.b.c
A = log 1T
= a.b.c
dimana: T = persen transmitan Io = intensitas radiasi yang datang It = intensitas radiasi yang diteruskan
a = absorptivitas b = tebal kuvet c = konsentrasi (gram/liter)
Absorptivitas ( a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung
pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai sampel.
Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang
gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan – satuan dari b dan c. Jika
satuan c dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absortivias molar
dan dilambangkan dengan ε dan diberi satuan M-1cm-1 atau liter.mol-1.cm-1
didefinisikan sebagai daya serap molar atau absorptivitas molar (Rohman, 2007),
sehingga rumus lambert – beer dapat ditulis menjadi
A = ε.b.c
Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1% zat terlarut
dalam sel dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A (1 cm,1%) atau
(Anonim,1995). Menurut Rohman (2007), hubungan antara ε dengan E1cm1% yaitu:
ε = E1cm1% x BM
10
D. Analisis multikomponen
Analisis kuantiitatif campuran dua komponen merupakan teknik
pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
adalah mencari absorban atau beda absorban tiap-tiap komponen yang
memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat
dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah
satu komponen dalam campurannya dengan komponen yang lainnya (Mulja dan
Suharman, 1995).
1. Kemungkinan I
Spektra tidak tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan untuk
menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak, serta
panjang gelombang serupa untuk mengukur Y. Situasi kemungkinan I dapat
dilihat pada gambar 4. Konstituen X dan Y semata-mata diukur masing-masing
pada panjang gelombang λ1 dan λ2 (Day and Underwood, 1996).
X Y a b s o r b a n
λ 1 λ2
Panjang gelombang
Gambar 4. Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan) (Day and Underwood,
1996)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Kemungkinan II
Tumpang tindih satu-cara (dari) spektra: seperti ditunjukkan pada gambar
5, Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ1, tetapi X memang menyerap
cukup banyak bersama-sama Y pada λ2. Pendekatan soal ini pada prinsipnya
sederhana. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorbans larutan pada λ1.
Kemudian absorbans yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung dari
absortifitas molar X pada λ2, yang telah diketahui sebelumnya. Sumbangan ini
dikurangkan dari absorbans terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh
absorban yang disebabkan oleh Y; konsentrasi Y kemudian dapat diukur dengan
cara yang umum (Day and Underwood, 1996). Spektra kemungkinan dua dapat
dilihat pada gambar 5.
X Y a b s o r b a n
λ 1 λ2 Panjang gelombang
Gambar 5. Spektra serapan senyawa X dan Y. Tumpang tindih satu
cara: X dapat diukur tanpa gangguan Y, namun X mengganggu pengukuran Y (Day and Underwood, 1996)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Kemungkinan III
Tumpang tindih dua cara (dari) spektra: bila tidak dapat ditemukan
panjang gelombang di mana X atau Y menyerap secara eksklusif, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 6
Ac(λ 2) Ac(λ 1)
AY(λ 2) Y AX(λ1) X AX(λ 2) AY(λ 1) λ 1 λ2 Panjang gelombang
Gambar 6. Spektra serapan senyawa X dan Y. dimana serapan
kedua komponen saling mempengaruhi (Sastroamidjojo, 2001)
Spektra saling tumpang tindih dari dua komponen X dan Y, pada
absorbansi maksimum dari komponen X pada λ1, komponen Y juga mempunyai
absorbansi tersendiri. Demikian juga pada absorbansi maksimum senyawa Y pada
λ2, komponen X juga mempunyai absorbansi tersendiri. Spektrum serapan dari
campuran X dan Y merupakan jumlah dari dua kurva individu. Sehingga dapat
ditulis persamaan – persamaan absorbansi total pada setiap panjang gelombang
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada λ1:
AX(λ1) = εX(λ1) . b . cX dan εY(λ1) = aY(λ1) . b . cY
Absorbansi campuran pada λ1:
Ac(λ1) = AX(λ1) +AY(λ1)
= εX(λ1) . b. cX + εY(λ1) . b . cY (1)
pada λ2:
AX(λ2) = εX(λ2) . b . cX dan AY(λ2) = εY(λ2) . b . cY
Absorbansi campuran pada λ2:
Ac(λ2) = AX(λ2) +AY(λ2)
= εX(λ2) . b . cX + εY(λ2) . b . cY (2)
dimana:
Ac(λ1) dan Ac(λ2) = absorbansi – absorbansi campuran yang teramati dari campuran pada panjang gelombang λ1 dan λ2
AX(λ1) dan AX(λ2) = absorbansi – absorbansi komponen X dalam campuran pada panjang gelombang λ1 dan λ2
AY(λ1) dan AY(λ2) = absorbansi – absorbansi komponen X dalam campuran pada panjang gelombang λ1 dan λ2
εX(λ1), εX(λ2), εY(λ1), εY(λ2) = absorptivitas molar dari komponen X dan Y pada panjang gelombang λ1 dan λ2 cX dan cY = konsentrasi komponen X dan Y dalam campuran
Absorptivitas - absorptivitas molar ditentukan pengukuran terhadap
larutan murni X dan Y pada kedua panjang gelombang tersebut. Jadi untuk dua
konsentrasi X dan Y yang tidak diketahui diperoleh dengan menyelesaikan dua
persamaan (1) dan (2) secara bersama dengan pengukuran absorbansi campuran
pada dua panjang gelombang yang berbeda (Pescok, 1986).
Penggunaan teknik persamaan simultan memerlukan beberapa
persyaratan agar diperoleh hasil yang memuaskan, antara lain harga selisih
panjang gelombang maksimum masing – masing komponen harus relatif besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(Zainuddin, 1999) atau harga rasio serapan jenis antar komponen pada panjang
gelombang serapan maksimum cukup besar. Pada campuran multikomponen yang
ada, terutama pada sediaan farmasi syarat tersebut akan sulit terpenuhi. Untuk
mengatasi hal tersebut, telah diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan
prinsip persamaan regresi berganda (multiple regression) melalui perhitungan
matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang (multiple
wavelength) (Zainuddin,1999).
Jika suatu campuran bikomponen diamati serapannya pada multi
panjang gelombang 1, 2, 3, 4, …..j, maka akan diperoleh j persamaan yaitu:
Ac1 = a 1x.cx + a 1y.cy Ac2 = a 2x.cx + a 2y.cy Ac3 = a 3x.cx + a 3y.cy . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Acj = a jx.cx + a jy.cy
Dimana: Ac1, Ac2, Ac3, …Acj = serapan campuran pada panjang gelombang 1, 2, 3, ... j. a 1x, a 2x, a 3x, … a jx = absorptivitas senyawa X pada panjang gelombang 1, 2, 3, j a 1y, a 2y, a 3y, … a jy = absorptivitas senyawa Y pada panjang gelombang 1, 2, 3, j cx = konsentrasi senyawa X cy = konsentrasi senyawa Y
Jika masing – masing disusun dalam persamaan matriks [:] maka akan
didapat persamaan matriks sebagai berikut:
Ac[ ]= aij[ ]x cim[ ]
Dari persamaan matriks tersebut maka dapat ditentukan harga c1 dan c2
secara bersamaan, dengan persamaan matriks:
c[ ]= a[ ]x a1[ ][ ]−1x a[ ]x Ac[ ]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Perhitungan tersebut akan valid jika pengukuran serapan dilakukan pada
multi panjang gelombang dengan jumlah melebihi komponen dan dikenal dengan
istilah over-determained system (Zainuddin cit Massart, 1999).
E. Validitas metode
Validitas metode analisis diartikan sebagai suatu prosedur yang
digunakan untuk membuktikan bahwa metode analisis tersebut secara taat asas
memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan ketelitian yang
memadai (Mulja dan Suharman, 1995). Menurut Mulja dan Hanwar (2003)
validasi metode atau kesahihan metode diartikan sebagai proses terdokumentasi
yang menjamin bahwa pelaksanaan metode analisis yang bersifat karakteristik
adalah telah sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Parameter – parameter
validitas dari metode analisis yaitu:
1. Akurasi
Akurasi adalah ketelitian suatu metode analisis atau kedekatan antara
nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau
nilai rujukan. Akurasi dapat ditunjukkan dengan persen perolehan kembali atau
recovery. Akurasi untuk bahan obat dengan kadar kecil yang masih dapat diterima
yaitu 90 – 110 %, untuk obat dengan kadar yang lebih besar yaitu 95 – 105 %,
untuk bahan baku yaitu 98 – 102 %. Kriteria recovery ini cukup fleksibel,
semakin kompleks dan semakin sulit metode analisis yang digunakan maka
recovery diperbolehkan semakin rendah atau kisarannya semakin lebar (Rohman,
2007; Mulja dan Hanwar, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2. Presisi
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
dinyatakan dalam simpangan baku relatif atau koefisien korelasi (KV) dari
sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Rohman, 2007). Suatu
metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang bagus bila memilki KV < 2 %
(Mulja dan Hanwar, 2003), tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi
analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Pada kadar 1%
atau lebih, KV antara laboratorium adalah sekitar 2,5%, untuk satu per seribu
adalah 5%. Sedangkan untuk kadar satu per satu juta (ppm) dan untuk kadar part
per billion secara berturut – turut yaitu 16% dan 32% (Harmita, 2004).
3. Linearitas
Linearitas suatu metode analisis merupakan kemampuan untuk
mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi
analit pada kisaran yang diberikan (Rohman, 2007). Persyaratan data linearitas
yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,99 (Anonim,
2004).
4. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ)
Limit deteksi (Limit of Detection) adalah konsentrasi analit terendah
dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak dapat dikuantitasi.
LOD seringkali diekspresikan sebagai suatu konsentrasi pada rasio signal
terhadap derau (signal to noise ratio) yang biasanya 2 atau 3 dibanding 1
(Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Sedangkan LOQ (Limit of quantitation) merupakan konsentrasi analit
terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang
dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Rasio signal to
noise LOQ umumnya 10:1 (Rohman, 2007).
5. Range
Range adalah interval antara kadar terendah sampai kadar tertinggi dari
suatu analit yang masih dapat diukur secara kuantitatif menggunnakan metode
tertentu yang masih dapat menghasilkan akurasi dan presisi yang mencukupi.
Biasanya range memiliki satuan yang sama dengan satuan yang digunakan pada
metode analisis, misalnya persen atau ppm (Rohman, 2007; Anonim, 2005).
Menurut The United States Pharmacopea (USP) (2005), metode Analisis
dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Kategori 1
Mencakup metode – metode analisis kuantitatif, untuk
menetapkan kadar komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam
sediaan farmasi.
b. Kategori 2
Mencakup metode – metode analisis kualitatif dan kuantitatif
yang digunakan untuk menganalisis impurities ataupun degradation
compounds dalam sediaan farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Kategori 3
Mencakup metode – metode analisis yang digunakan untuk
menentukan karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi.
d. Kategori 4 (tes identifikasi)
Tabel II. Parameter validitas metode yang dipersyaratkan untuk setiap kategori (Anonim, 2005)
Kategori 2 Parameter analisis Kategori 1 Kuantitatif Kualitatif Kategori 3 Kategori 4
Akurasi Ya Ya * * Tidak Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak LOD Tidak Tidak Ya * Ya LOQ Tidak Ya Tidak * Tidak
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak Range Ya Ya * * Tidak
* = Mungkin tidak diperlukan (tergantung sifat spesifik tes)
F. Keterangan Empiris
Siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat berfungsi sebagai antihistamin.
Siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dapat ditetapkan kadarnya secara
spektrofotometri ultraviolet. Kedua obat ini larut dalam alkohol, sehingga akan
sulit dipisahkan secara konvensional. Siproheptadin HCl memiliki panjang
gelombang serapan maksimum pada 286 nm, sedangkan ketotifen fumarat
memiliki panjanggelombang serapan maksimum pada 297 nm. Selisih panjang
gelombang dari kedua obat saling berdekatan yang memungkinkan terjadinya
spektra tumpang tindih. Sehingga untuk penetapan kadar kedua senyawa dalam
campuran dapat dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan metode
panjang gelombang berganda (multiple-wavelength).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Validitas metode dapat diketahui dari akurasi, presisi, linearitas, LOD
dan LOQ. Dimana suatu metode dapat dikatakan valid jika menghasilkan akurasi
pada rentang 90 – 110% dan presisi kurang dari 2%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penggunaan metode panjang
gelombang berganda (multiple wavelength) pada analisis bikomponen secara
spektrofotometri ultraviolet (UV) terhadap campuran siproheptadin HCl dan
Ketotifen fumarat adalah penelitian non-eksperimental deskriptif.
B. Definisi Operasional
1. Campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat adalah campuran antara
siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dengan perbandingan 2:1 dan 1:1.
2. Spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi panjang gelombang berganda
adalah aplikasi metode spektrofotometri ultraviolet dengan pengamatan pada
panjang gelombang berganda (multiple wavelengths) dan dengan prinsip
persamaan regresi berganda (multivariate regression) melalui perhitungan
matriks.
3. Parameter validitas metode analisis yang digunakan yaitu akurasi, presisi,
linearitas, LOD dan LOQ.
C. Bahan-bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketotifen fumarat
(Dankos), siproheptadin HCl (Pharos), methanol p.a (E.Merck).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
D. Alat-alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Genesis
Spectrofotometer 10UV , neraca analitik merk Scaltec, mikropipet biohit, labu
ukur, dan alat-alat gelas lain yang lazim digunakan dalam laboratorium analisis.
E. Tatacara Penelitian
1. Pembuatan larutan stok
a. Pembuatan larutan stok ketotifen fumarat 1000 ppm
Lebih kurang 10 mg baku ketotifen fumarat ditimbang seksama
dilarutkan dengan metanol p.a sampai volume 10,00 ml
b. Pembuatan larutan stok siproheptadin HCl 1000 ppm
Lebih kurang 10 mg baku siproheptadin HCl ditimbang seksama
dilarutkan dengan metanol p.a sampai volume 10,00 ml
c. Pembuatan seri larutan baku ketotifen fumarat
Larutan stok ketotifen fumarat dipipet 0,100; 0,125; 0,150; 0,175;
0,200 ml dimasukkan kedalam labu takar 10,00 ml. Kemudian diencerkan
dengan metanol p.a hingga tanda sehingga didapat larutan ketotifen
fumarat dengan konsentrasi 10,00; 12,50; 15,00; 17,50; 20,00 ppm.
d. Pembuatan seri larutan baku siproheptadin HCl
Larutan stok siproheptadin HCl dipipet 0,100; 0,125; 0,150;
0,175; 0,200; 0,225; 0,250 ml dimasukkan kedalam labu takar 10,00 ml.
kemudian encerkan dengan metanol p.a hingga tanda sehingga didapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
larutan siproheptadin HCl dengan konsentrasi 10,00; 12,50; 15,00; 17,50;
20,00; 22,50; 25,00 ppm.
e. Pembuatan sampel campuran siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat
Lebih kurang baku siproheptadin HCl ditimbang seksama 20 mg
dan ketotifen fumarat ditimbang seksama 10 mg untuk campuran dengan
perbandingan 2:1 dan siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat ditimbang
seksama masing – masing 10 mg untuk campuran 1:1. Kemudian
dilarutkan dalam labu takar 10,00 ml hingga tanda.
2. Optimasi metode
a. Pengamatan spektrum serapan ketotifen fumarat
Tiga seri kadar larutan ketotifen fumarat yang telah dibuat diukur
absorbansinya pada rentang panjang gelombang 220-380 nm. Kemudian
dibuat spektrum serapannya antara panjang gelombang dan absorbansi.
b. Pengamatan spektrum serapan siproheptadin HCl
Tiga seri kadar larutan siproheptadin HCl yang telah dibuat
diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang 220-380 nm.
Kemudian dibuat spektrum serapannya antara panjang gelombang dan
absorbansi.
c. Penentuan panjang gelombang pengamatan
Dari spektrum serapan yang didapat dari ketotifen fumarat dan
siproheptadin HCl (butir 2a dan 2b), dapat ditentukan panjang gelombang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
yang akan digunakan dalam penelitian yaitu 5 panjang gelombang yang
berada pada daerah tumpang tindih antara spektrum serapan kedua
senyawa tersebut. Kelima panjang gelombang ini disebut panjang
gelombang pengamatan.
d. Penentuan absorptivitas Siroheptadin HCl dan Ketotifen fumarat
1) Penentuan absorptivitas ketotifen fumarat. Seri larutan baku
ketotifen fumarat yang telah dibuat (butir 1c) diukur serapannya pada 5
panjang gelombang pengamatan (butir 2c). Kemudian dihitung harga
absorptivitas ketotifen fumarat pada masing-masing panjang gelombang
dengan menggunakan persamaan regresi. Harga absorptivitas pada
masing-masing panjang gelombang merupakan koefisien regresi (b) dari
persamaan regresi Y = bX + a ; dimana Y merupakan harga serapan, X
menunjukkan kadar (ppm) dan a merupakan konstanta.
2) Penentuan absorptivitas siproheptadin HCl. Seri larutan baku
siproheptadin HCl yang telah dibuat (butir 1d) diukur serapannya pada 5
panjang gelombang pengamatan (butir 2c). Kemudian dihitung harga
absorptivitas siproheptadin HCl pada masing-masing panjang gelombang
dengan menggunakan persamaan regresi. Harga absorptivitas pada
masing-masing panjang gelombang merupakan koefisien regresi (b) dari
persamaan regresi Y = bX + a ; dimana Y merupakan harga serapan, X
menunjukkan kadar (ppm) dan a merupakan konstanta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. Penetapan kadar ketotifen dan siproheptadin HCl dalam campuran
a. Penetapan kadar ketotifen fumarat dalam campuran
Larutan sampel yang telah dibuat (butir 1e), diukur serapannya
pada 5 panjang gelombang pengamatan (butir 2c), kemudian dilakukan
perhitungan kadar ketotifen fumarat dalam campuran berdasarkan
absorbansi campuran berdasarkan absorbansi campuran menggunakan
persamaan matrix:
[c]=[[a] x [a1]]-1 x [a] x [Ac]
keterangan:
[c] = matrix konsentrasi komponen dalam campuran sampel [a] = matrix absorptivitas komponen campuran [a1] = transpose matrix absorptivitas komponen campuran [[a] x [a1]]-1 = inverse matrix absorptivitas x transpose matrix absorptivitas
komponen [Ac] = matrix absorbansi campuran
b. Penetapan kadar siproheptadin HCl dalam campuran
Larutan sampel yang telah dibuat (butir 1e), diukur serapannya
pada 5 panjang gelombang pengamatan (butir 2c), kemudian dilakukan
perhitungan kadar siproheptadin HCl dalam campuran berdasarkan
absorbansi campuran berdasarkan absorbansi campuran menggunakan
persamaan matrix:
[c]=[[a] x [a1]]-1 x [a] x [Ac]
keterangan:
[c] = matrix konsentrasi komponen dalam campuran sampel [a] = matrix absorptivitas komponen campuran [a1] = transpose matrix absorptivitas komponen campuran [[a] x [a1]]-1 = inverse matrix absorptivitas x transpose matrix absorptivitas
komponen [Ac] = matrix absorbansi campuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
F. Analisis Hasil
Validitas dari metode yang digunakan dalam penetapan kadar ketotifen
fumarat dan siproheptadin HCl dalam campuran secara spektrofotometri
ultraviolet dengan aplikasi panjang gelombang berganda (multiple wavelength)
dapat ditentukan berdasarkan parameter berikut:
1. Akurasi
Akurasi metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dihitung
dengan cara berikut:
recovery =kadar terukur
kadar diketahuix 100%
Metode yang digunakan cukup mudah dan sederhana maka dalam
penelitian ini rentang recovery yang digunakan yaitu 90 – 110% agar metode
analisis yang dilakukan dapat dikatakan memiliki akurasi yang baik.
2. Presisi
Presisis metode analisis dinyatakan dengan koefisien variasi (KV) yang
dihitung dengan cara berikut:
KV = simpangan kadar terukurrerata kadar terukur
x 100%
Metode yang digunakan cukup mudah dan sederhana sehingga agar
metode ini dapat dikatakan memiliki presisi yang baik, maka KV yang dihasilkan
harus < 2%. Dipilih standar 2% karena semakin kecil standar KV yang digunakan
maka presisi metode yang digunakan semakin baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Linearitas
Linearitas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) dari pengukuran seri
baku pada 5 panjang gelombang pengamatan. Suatu metode dapat dikatakan
memiliki linearitas yang baik jika r > 0,99.
4. Limit of detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ)
LOD dihitung dari:
Y-Yb = 3Sb
LOQ dihitung dari
Y-Yb = 10Sb
Dimana Y merupakan absorban dari masing-masing komponen, Yb merupakan
intersep dari pengukuran seri larutan baku dan Sb merupakan Sx/y. Y dari masing
– masing komponen kemudian dijumlahkan lalu dimasukkan kedalam persamaan
matriks sebagai absorban campuran Ac.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Baku Siproheptadin HCl dan Ketotifen Fumarat
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), siproheptadin HCl
memiliki kelarutan dalam metanol sedangkan ketotifen fumarat memiliki
kelarutan dalam etanol (Clarke, 1986), tetapi pada penelitian ini pelarut yang
digunakan adalah metanol. Hal ini dikarenakan siproheptadin HCl sukar larut
dalam etanol (Anonim, 1995), sedangkan ketotifen fumarat memiliki kelarutan
yang cukup baik dalam metanol. Pelarut metanol yang digunakan yaitu metanol
pro analysis yang memiliki tingkat kemurnian cukup tinggi sehingga hasil yang
diperoleh diharapkan cukup akurat. Selain itu metanol juga memiliki UV-cut off
pada panjang gelombang 210 nm (Day dan Underwood, 1996) sehingga metanol
akan meneruskan sinar yang memiliki panjang gelombang lebih panjang dari 210
nm, oleh karena itu scanning dilakukan pada panjang gelombang 220 – 380 nm
agar saat pengukuran serapan tidak dipengaruhi oleh metanol.
Seri konsentrasi yang dibuat harus memberikan serapan pada rentang 0,2
– 0,8 saat dilakukan pengukuran pada panjang gelombang saat serapannya
maksimum karena akan memberikan persentase kesalahan analisis yang dapat
diterima yaitu 0,5 – 1 % (Mulja dan Suharman, 1995), sehingga seri konsentrasi
larutan baku dari siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat yang digunakan yaitu
10,00 ppm; 12,50 ppm; 15,00 ppm; 17,50 ppm; 20,00 ppm; 22,50 ppm dan 25,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ppm. Tujuh seri konsentrasi larutan baku tersebut akan diamati pada 5 panjang
gelombang pengamatan sehingga data total yang akan diperoleh dari pengukuran
seri konsentrasi larutan baku yaitu 35 data. Secara statistik jumlah data tersebut
sudah memenuhi jumlah minimum yaitu 30 data (Zainnudin cit Daniel, 1999), hal
ini perlu dilakukan agar keseluruhan data mempunyai karakteristik populasi data
dengan distribusi normal.
B. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan
Panjang gelombang pengamatan perlu ditentukankan karena pada metode
panjang gelombang berganda digunakan lebih dari satu panjang gelombang.
Penentuan panjang gelombang pengamatan berdasarkan pada spektra tumpang
tindih dari siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat.
Siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dapat diukur menggunakan
spektrofotometri ultraviolet karena siproheptadin HCl memiliki sistem kromofor
(ikatan tidak jenuh). Sedangkan, ketotifen fumarat selain memiliki sistem
kromofor juga memiliki gugus auksokrom. Sistem kromofor dan gugus
auksokrom dari kedua senyawa dapat dilihat pada gambar berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
N
CH3
HCl
N
CH3
HCl N
CH3
H
N
CH3
H Cl
(a)(b) (c)
(d)
keterangan:= Sistem kromofor
gambar b, c, dan d merupakan sistem terkonjugasi dari siproheptadin HCl yang diuraikan dari gambar a
Gambar 7. Sistem kromofor dari siproheptadin HCl (a) dan sistem terkonjugasi dari siproheptadin HCl (b, c, dan d)
N
CH3
O
S
N
CH3 N
CH3
O
S
N
CH3
O
S
N
CH3
S(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
keterangan= sistem kromofor= gugus auksokrom
gambar b, c, d dan e merupakan sistem terkonjugasi dari ketotifen fumarat yang diuraikan dari gambar a
Gambar 8. Sistem kromofor dan auksokrom dari ketotifen fumarat (a) dan
sistem terkonjugasi dari ketotifen fumarat (b, c, d, dan e)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ikatan tidak jenuh (kromofor) dari kedua senyawa akan mengakibatkan
terjadinya transisi π → π*. Semakin panjang sistem kromofor maka energi yang
dibutuhkan untuk terjadinya transisi π → π* semakin kecil, akibatnya akan terjadi
pergeseran panjang gelombang serapan maksimum ke panjang gelombang yang
lebih panjang (bathochromic shift). Sehingga jika dilihat dari sistem kromofor
saja maka siproheptadin HCl akan memiliki panjang gelombang serapan
maksimum lebih besar daripada ketotifen fumarat.
Selain memiliki sistem kromofor, pada ketotifen fumarat terdapat gugus
auksokrom yaitu (- s -). Adanya gugus auksokrom akan menyediakan elektron
bebas n yang akan berinteraksi dengan elektron π yang akan memantapkan
keadaan π* sehingga akan menurunkan energi yang dibutuhkan untuk transisi π
→ π*. Akibatnya panjang gelombang akan bergeser ke panjang gelombang yang
lebih panjang (pergeseran batokromik) yang menyebabkan panjang gelombang
serapan maksimum ketotifen fumarat lebih besar daripada siproheptadin HCl.
Dengan demikian, siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dapat memberikan
serapan pada daerah ultraviolet. Secara teoritis siproheptadin HCl memiliki
panjang gelombang serapan maksimum pada 286 nm dan ketotifen fumarat
memiliki panjang gelombang serapan maksimum pada 297 nm (Clarke, 1986).
Pada scanning larutan baku dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
Pengulangan dilakukan karena baku yang digunakan memiliki grade working
standart, sehingga perlu dipastikan agar baku yang digunakan memenuhi syarat
yang berlaku. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), baku dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
digunakan sebagai standart analisis jika panjang gelombang serapan maksimum
tidak menyimpang + 2 nm dari panjang gelombang teoritis.
Gambar 9. Spektra hasil scanning siproheptadin HCl dengan konsentrasi 10,00 ppm (a); 15,00 ppm (b); dan 20,00 ppm (c) dengan panjang gelombang
maksimum 286 nm
Berdasarkan spektra hasil scanning pada gambar 9, Panjang gelombang
serapan maksimum siproheptadin HCl hasil scanning yaitu 286 nm. Panjang
gelombang serapan maksimum tersebut sama dengan panjang gelombang serapan
maksimum teoritis siproheptadin HCl, sehingga spektra yang diperoleh dapat
digunakan untuk penentuan 5 panjang gelombang pengamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Gambar 10. Spektra hasil scanning ketotifen fumarat dengan konsentrasi 10,00 ppm (a); 15,00 ppm (b); dan 20,00 ppm (c) dengan panjang gelombang
serapan maksimum 298 nm
Berdasarkan spektra hasil scanning pada gambar 10, panjang gelombang
serapan maksimum ketotifen fumarat hasil scanning yaitu 298 nm. Panjang
gelombang serapan maksimum tersebut lebih panjang 1 nm jika dibandingkan
dengan panjang gelombang serapan maksimum teoritis ketotifen fumarat yaitu
297 nm. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) panjang gelombang
serapan maksimum masih dapat diterima jika panjang gelombang serapan
maksimum yang terukur + 2 nm dari panjang gelombang serapan maksimum
teoritis, sehingga spektra yang diperoleh dapat digunakan untuk penentuan 5
panjang gelombang pengamatan.
Perbandingan konsentrasi siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat yang
digunakan untuk pengamatan daerah tumpang tindih yaitu 1:1. Hal ini
dikarenakan kedua senyawa ini memiliki intensitas serapan yang hampir sama
maka dengan perbandingan 1:1 akan mempermudah pengamatan. Daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tumpang tindih dari penggabungan spektra siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat yaitu antara 220 – 350 nm. Penggabungan spektra dapat dilihat pada
gambar 11.
Gambar 11. Spektra tumpang tindih antara siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat (1:1). (a) spektra siproheptadin HCl (λmax 286 nm); (b)
spektra ketotifen fumarat (λmax 298 nm)
Pemilihan panjang gelombang pengamatan didasarkan pada
penggabungan kedua spektra siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat. Dalam
penelitian ini, panjang gelombang yang dipilih sebagai panjang gelombang
pengamatan yaitu 275 nm, 286 nm, 290 nm, 298 nm dan 310 nm. Selanjutnya
kelima panjang gelombang tersebut akan digunakan untuk mengukur absorban
dari seri larutan baku dan sampel campuran.
C. Penentuan Absorptivitas Siproheptadin HCl dan Ketotifen Fumarat
Absorptivitas dari siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat perlu
ditentukan karena absorptivitas dari suatu senyawa bersifat khas tergantung dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pelarut yang digunakan dan panjang gelombang yang digunakan untuk
pengukuran. Berdasarkan hukum Lambert – Beer, absorptivitas dapat dihitung
menggunakan rumus:
A = a.b.c
Dimana A merupakan serapan dari senyawa, a merupakan absorptivitas ,
b merupakan tebal kuvet dan c merupakan konsentrasi senyawa. Tetapi hukum
Lambert – Beer tersebut akan sulit terpenuhi karena adanya gangguan yang
berasal dari instrumen yang berupa derau atau biasa disebut dengan noise (e).
Gangguan dari instrumen dapat berasal dari getaran dalam gedung atau temperatur
saat penelitian. Akibat adanya noise maka persamaan dari hukum Lambert – Beer
menjadi:
A = a.b.c + e
Tebal kuvet yang digunakan yaitu 1 cm maka persamaan hukum Lambert
– Beer dapat ditulis menjadi:
A = a. c + e
Persamaan tersebut memiliki analog dengan persamaan regresi linier
dimana A dapat ditulis sebagai Y, a dapat ditulis sebagai b (slope), c dapat ditulis
sebagai X dan e dapat ditulis sebagai a (intercept). Jadi perhitungan harga
absorptivitas siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dapat dilakukan
menggunakan rumus berikut ini:
Y = b X + a
Pengkuran seri larutan baku dari kedua senyawa dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali tetapi hanya satu harga absorptivitas yang akan digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dalam penetapan kadar siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat. Pemilihan harga
absorptivitas didasarkan pada harga koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi
dapat dikatakan baik jika nilainya melebihi r tabel pada derajat bebas dan tingkat
signifikansi tertentu. Dari setiap pengulangan yang dilakukan, diperoleh harga r
melebihi harga r tabel yaitu 0,874 dengan df 5 dan tingkat signifikansi 99%.
Sehingga, selain didasarkan pada r tabel pemilihan harga absorptivitas juga
didasarkan pada harga r yang paling mendekati + 1.
Harga koefisien korelasi yang mendekati satu menunjukkan hubungan
antara kadar dengan serapan semakin menunjukan hubungan yang linier sehingga
hukum lambert – beer akan terpenuhi. Menurut hukum Lambert – Beer, linearitas
tidak berhubungan dengan panjang gelombang serapan maksimum tetapi
tergantung dari konsentrasi (c) dan serapan (A) yang dihasilkan (c ~ A). Jadi,
walaupun pengukuran tidak dilakukan pada panjang gelombang serapan
maksimum perbandingan lurus antara konsentrasi dengan serapan masih dapat
dicapai. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan harga absorptivitas dan
koefisien korelasi dari masing – masing senyawa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel III. Hasil perhitungan harga absorptivitas dan koefisien korelasi (r) siproheptadin HCl pada multi-panjang gelombang
275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm Kadar (ppm) A a 11 A a 12 A a 13 A a 14 A a 15 10,13 0,294 0,353 0,346 0,299 0,178 12,66 0,329 0,405 0,396 0,341 0,197 15,20 0,380 0,468 0,460 0,395 0,227 17,73 0,467 0,574 0,563 0,483 0,280 20,26 0,516 0,633 0,621 0,534 0,310 22,79 0,595 0,737 0,726 0,627 0,358 25,35 0,660
0,0249
0,813
0,0311
0,799
0,0307
0,688
0,0265
0,396
0,0149
A B r
0,0219 0,0249 0,995
0,0172 0,0311 0,996
0,0142 0,0307 0,996
0,0119 0,0265 0,996
0,0135 0,0149 0,994
Keterangan: a 11 = absorptivitas pada panjang gelombang 275 nm a 12 = absorptivitas pada panjang gelombang 286 nm a 13 = absorptivitas pada panjang gelombang 290 nm a 14 = absorptivitas pada panjang gelombang 298 nm a 15 = absorptivitas pada panjang gelombang 310 nm
Tabel IV. Hasil perhitungan harga absorptivitas dan koefisien korelasi (r) ketotifen fumarat pada multi panjang gelombang
275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm Kadar (ppm) A a 11 A a 12 A a 13 A a 14 A a 15 10,17 0,179 0,262 0,289 0,311 0,250 12,71 0,231 0,328 0,360 0,383 0,306 15,26 0,281 0,412 0,455 0,487 0,386 17,80 0,309 0,454 0,501 0,537 0,422 20,34 0,380 0,543 0,596 0,633 0,493 22,88 0,429 0,621 0,683 0,727 0,565 25,43 0,491
0,0201
0,711
0,0290
0,780
0,0318
0,829
0,0335
0,642
0,0253
A B r
-0,0292 0,0201 0,996
-0,0401 0,0290 0,997
-0,0416 0,0318 0,997
-0,0389 0,0335 0,997
-0,0125 0,0253 0,997
Keterangan: a 11 = absorptivitas pada panjang gelombang 275 nm a 12 = absorptivitas pada panjang gelombang 286 nm a 13 = absorptivitas pada panjang gelombang 290 nm a 14 = absorptivitas pada panjang gelombang 298 nm a 15 = absorptivitas pada panjang gelombang 310 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel III dan IV menunjukkan bahwa nilai r pada masing – masing
panjang gelombang pengamatan melebihi r tabel, hal tersebut menunjukkan
adanya hubungan antara kadar dengan serapan pada lima panjang gelombang
pengamatan memiliki hubungan yang linear. Harga r yang diperoleh pada masing
– masing panjang gelombang > 0,99 (Anonim, 2004), dengan demikian syarat
linearitas dari suatu metode telah terpenuhi dan harga absorptivitas yang
diperoleh pada masing – masing panjang gelombang dapat digunakan untuk
menetapkan kadar siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran.
D. Penetapan Kadar Siproheptadin HCl dan Ketotifen Fumarat
Selain sebagai antihistamin, efek menambah nafsu makan pada
penggunaan siproheptadin HCl juga diinginkan muncul pada pasien anak. Oleh
karena itu, dosis siproheptadin HCl yang diberikan paling tidak sama atau lebih
besar daripada dosis ketotifen fumarat. Perbandingan campuran siproheptadin
HCl dan ketotifen fumarat dalam penelitian ini yaitu siproheptadin HCl : ketotifen
fumarat 2:1 dan 1:1. Perbandingan 2:1 digunakan karena pada rumah sakit X,
kombinasi kedua senyawa yang diberikan pada pasien anak yaitu 2:1 dan
perbandingan 1:1 digunakan karena perbandingan ini merupakan perbandingan
yang mungkin diberikan pada pasien anak.
Perhitungan kadar siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dapat
dilakukan dengan prinsip persamaan regresi berganda (multivariate regression)
yang dapat disederhanakan melalui operasi matriks. Hasil perhitungan kadar,
recovery dan koefisien variansi (KV) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel V. Hasil perhitungan kadar, recovery dan KV dari siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 2:1 Siproheptadin HCl Ketotifen Fumarat
Repli-kasi
Kadar diketahui
(ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
Kadar diketahui
(ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
I 23,72 24,76 104,38 12,16 12,22 100,49 II 24,11 23,50 97,50 12,10 12,05 99,59 III 24,34 24,77 101,77 12,11 12,17 100,50 IV 24,12 23,94 99,25 12,17 12,10 99,42 V 24,08 25,00 103,82 12,16 12,80 105,26 VI 24,12 24,41 101,20 12,08 12,28 101,66
Rata-rata SE KV
101,32 1,08
1,07 %
Rata-rata SE KV
101,15 0,88
0,87 %
Tabel VI. Hasil perhitungan kadar, recovery dan KV dari siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 1:1 Siproheptadin HCl Ketotifen Fumarat
Repli-kasi
Kadar diketahui
(ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
Kadar diketahui
(ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
I 17,09 16,09 94,15 17,12 17,28 100,93 II 17,07 16,10 94,32 17,10 16,03 93,74 III 17,14 17,65 102,96 17,07 17,73 103,87 IV 17,17 17,93 104,43 17,17 18,39 107,11 V 17,17 17,87 104,08 17,17 18,02 104,95 VI 17,17 16,56 96,45 17,19 17,57 102,21
Rata-rata SE KV
99,40 2,02
2,03 %
Rata-rata SE KV
102,14 1,89
1,85 %
Tabel V dan VI menunjukkan bahwa pada campuran siproheptadin HCl
dan Ketotifen fumarat (2:1) dan (1:1) memiliki recovery masih dalam rentang 90
– 110 %. Dari hasil perhitungan koefisien variansi (KV) menunjukkan bahwa
untuk campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dengan perbandingan
2:1 memiliki KV lebih kecil dari pada campuran siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat dengan perbandingan 1:1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
E. Parameter Validitas Metode
1. Akurasi
Akurasi suatu metode menunjukkan seberapa dekat hasil yang akan
diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Menurut Mulja dan Suharman (2003),
suatu metode dapat dikatakan memiliki akurasi yang baik jika recovery yang
diperoleh masih dalam rentang 90 – 110 %.
Pada campuran siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat 2:1 recovery
untuk siproheptadin HCl yang diperoleh yaitu (101,32 + 1,08) % dan recovery
untuk ketotifen fumarat yang diperoleh yaitu (101,15 + 0,88) %, sedangkan pada
campuran 1:1 recovery untuk siproheptadin HCl yang diperoleh yaitu (99,40 +
2,02) % dan recovery untuk ketotifen fumarat yang diperoleh yaitu (102,14 +
1,89) %. Recovery yang diperoleh masih berada dalam rentang 90 – 110 %.
Dengan demikian, penggunaan metode panjang gelombang berganda untuk
penetapan kadar siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 2:1
maupun 1:1 secara spektofotometri ultraviolet memiliki akurasi yang baik.
2. Presisi
Presisi menunjukkan keterulangan hasil yang diperoleh. Presisi
umumnya ditunjukkan dengan KV. Semakin besar KV maka semakin kecil pula
keterulangan hasil yang akan diperoleh, begitu juga sebaliknya. Menurut Mulja
dan Suharman (2003), suatu metode analisis dapat dikatakan memilki presisi yang
baik jika KV yang diperoleh kurang dari 2%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Pada campuran siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat 2:1 KV untuk
siproheptadin HCl yang diperoleh yaitu 1,07 % dan KV untuk ketotifen fumarat
yang diperoleh yaitu 0,87 %, sedangkan pada campuran 1:1 KV untuk
siproheptadin HCl yang diperoleh yaitu 2,03 % dan KV untuk ketotifen fumarat
yang diperoleh yaitu 1,85 %. Pada campuran 1:1, KV yang diperoleh untuk
siproheptadin HCl lebih dari 2%, tetapi berdasarkan uji chi – square dengan
tingkat signifikansi 95% menunjukkan hasil bahwa KV dari siproheptadin pada
campuran 1:1 tidak berbeda bermakna dengan 1,99 %. Dengan demikian,
penggunaan metode panjang gelombang berganda untuk penetapan kadar
siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 2:1 maupun 1:1 secara
spektofotometri ultraviolet memiliki presisi yang baik. Walaupun pada campuran
2:1 memiliki presisi yang lebih baik daripada campuran 1:1, hal ini dikarenakan
KV pada campuran 2:1 lebih kecil daripada KV pada campuran 1:1.
3. Linearitas
Linearitas menunjukkan adanya hubungan korelasi antara kadar dengan
absorbansi yang dihasilkan. Menurut anonim (2004), suatu metode dapat
dinyatakan linear jika memiliki nilai koefisien korelasi (r) > 0,99. Nilai r yang
diperoleh pada kelima panjang gelombang baik pada baku siproheptadin HCl
maupun baku ketotifen fumarat lebih besar dari 0,99. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan metode panjang gelombang berganda untuk penetapan kadar
siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran secara spektofotometri
ultraviolet memiliki linearitas yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4. Limit of detection (LOD) dan Limit of quantitation (LOQ)
Hasil perhitungan LOD dan LOQ untuk metode panjang gelombang
berganda untuk penetapan kadar siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam
campuran secara spektofotometri ultraviolet dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel VII. Hasil perhitungan LOD dan LOQ dari siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat
LOD (ppm) LOQ (ppm)
Siproheptadin HCl 2,54 10,26
Ketotifen fumarat 0,30 0,87
LOD menunjukkan kadar terkecil dari sampel yang masih dapat
memberikan tanggap detektor 2 – 3 kali lebih besar daripada blanko. Jadi LOD
merupakan kadar terkecil yang masih dapat terdeteksi oleh detektor. Dari tabel
hasil perhitungan LOD (tabel VII), kadar terkecil dari siproheptadin HCl dan
ketotifen fumarat yang masih dapat dideteksi pada metode ini secara berturut –
turut yaitu 2,54 ppm dan 0,30 ppm.
LOQ menunjukkan kadar terkecil dari sampel yang masih dapat
memberikan tanggap detektor 9 – 10 kali lebih besar daripada blanko. Jadi LOQ
merupakan kadar terkecil yang masih dapat dikuantitasikan. Dari tabel hasil
perhitungan LOQ (tabel VI), kadar terkecil dari siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat yang masih dapat dideteksi pada metode ini secara berturut – turut yaitu
10,24 ppm dan 0,87 ppm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Jadi, agar sampel masih dapat dideteksi oleh detektor maka kadar
minimum siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dari cuplikan yang akan diukur
harus lebih besar atau sama dengan LOD dan agar sampel dapat dianalisis secara
kuantitatif maka kadar minimum siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dari
cuplikan yang akan diukur harus lebih besar atau sama dengan LOQ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Metode spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi panjang gelombang
berganda untuk analisis bikomponen campuran siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat memiliki akurasi, presisi dan linearitas yang baik dengan limit of
detection (LOD) dan limit of quantitation (LOQ) untuk siproheptadin HCl
berturut – turut sebesar 2,54 ppm dan 10,24 ppm sedangkan untuk ketotifen
fumarat berturut – turut yaitu 0,30 ppm dan 0,87 ppm.
B. SARAN
1. Perlu dilakukannya penetapan kadar siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat dalam sampel pulveres.
2. Perlu dilakukan penggunaan metode lain yang menggunakan pemisahan
kedua senyawa terlebih dahulu pada penetapan kadar siproheptadin HCl
dan ketotifen fumarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
DAFTAR PUSTAKA
Anggriani, Y., Martono, S., Sardjiman, 1999, Analisis Spektrofotometri
Ultraviolet – Tampak Pentagamavunon – 1 dan Heksagamavunon – 1, Majalah Farmasi Indonesia 10(4), 207-214.
Anief, Moh., 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, 32, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Anonim, 1989, The Merck Index An Encyclopedia of Chemical Drugs and
Biologicals,11th ed., 836, Merck and co., inc., Ranway, N.J., USA. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 271,1002, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 111,115, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004, Guidelines for the Validation of Analytical Methods for Active
Constituent, Agricultural and Veterinary Chemical Products, 4-5, www.apvma.gov.au/guidlines/downloads/gl69_analytical__methoda.pdf. diakses pada tanggal 28 Agustus 2007.
Anonim, 2005, The United States Pharmacopeia 28 The National Formulary 23,
Vol II, 2748-2751, United States Pharmacopeal Convention, inc., New York.
Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H., Mendham, J., 1994, Vogel’s Texbook of
Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Anaysis. 812-813, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Christian, G.D., 2004, Analytical Chmistry, 6th Ed, 464-465, 473, John Wiley &
Son Inc., United State of America. Clarke, E.G.C., 1986, Isolation and Isentification of drugsi, 2nd Ed, 505-506, 698,
The Pharmaceutical Press, London. Day, R.A., Underwood, A.L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, 413-415, 417,
diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H., Penerbit Erlangga, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Emiliana, L., 2006, Analisis Campuran Metilparaben dan Propilparaben dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet secara Panjang Gelombang Berganda, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1995, Kimia Organik, jilid II, 436-437,
diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H., edisi ke 3, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya, 5-7,8, Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok, Jakarta. Mulja, H.M., Hanwar, D., 2003, Prinsip – Prinsip Cara Berlaboratorium yang
Baik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Indonesia Airlangga, Vol III, No2, 71-76.
Mulja, H.M., Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-11, 26-28, 32, 34,
Airlangga University Press, Surabaya. Pescok, R.L., Shields, L.D., Cairns, T., McWilliam, I.G., 1986, Modern Methods
of Chemical Analysis, 2nd ed., 136-137, John Wiley and Sons corp., New York.
Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, 229 – 250, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta. Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, 17-19, 23-26, 39-43, Penerbit Liberty,
Yogyakarta. Silverstein, R.M., Bassler, G.C., Morrill, T.C., 1991, Spectrometric Identification
of Organic Compounds, 2nd Ed, 292-294, John Wiley and Sons Inc., Singapura.
Zainuddin, M., 1999, Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda pada
Analisis Multikomponen Secara Spektrofotometri Terhadap Campuran Fenilbutazon dan Metampiron, Majalah Farmasi Indonesia 10(4), 217-223.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 1. Sertifikat analisis ketotifen fumarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 2. Sertifikat analisis Siproheptadin HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Lampiran 3. Tabel hasil penimbangan baku siproheptain HCl dan contoh
perhitungan seri larutan baku siproheptadin HCl
Contoh perhitungan konsentrasi larutan stok siproheptadin HCl: Replikasi I
konsentrasi larutan stok = berat zat yang ditimabng10 ml
= 10,13 mg10 ml
= 1,013 mg/ml = 1013 ppm
Pembuatan seri larutan baku:
Larutan stok siproheptadin HCl ↓
diambl sebanyak: 0,100 ml add 10,00 ml (seri 1) 0,125 ml add 10,00 ml (seri 2) 0,150 ml add 10,00 ml (seri 3) 0,175 ml add 10,00 ml (seri 4) 0,200 ml add 10,00 ml (seri 5) 0,225 ml add 10,00 ml (seri 6) 0,250 ml add 10,00 ml (seri 7)
Contoh perhitungan seri larutan baku: Seri 1: Vstok . Cstock = V1 . C1 0,100 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C1
C1 = 10,13 ppm Seri 2: Vstok . Cstok = V2 . C2 0,125 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C2
C2 = 12,66 ppm Seri 3: Vstok . Cstok = V3 . C3 0,150 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C2
C3 = 15,20 ppm
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2156 gram 0,2260 gram 0,22606 gram 0,21593 gram
0,2163 gram 0,2267 gram 0,22652 gram 0,21661 gram
0,2164 gram 0,2265 gram 0,22658 gram 0,21658 gram
Berat Zat 0,01013 gram 0,00991 gram 0,01000 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Seri 4: Vstok . Cstok = V4 . C4 0,175 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C2
C4 = 17,73 ppm Seri 5: Vstok . Cstok = V5 . C5 0,200 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C2
C5 = 20,26 ppm Seri 6: Vstok . Cstok = V6 . C6 0,225 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C6
C6 = 22,79 ppm Seri 7: Vstok . Cstok = V7 . C7 0,250 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C7
C7 = 25,35 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 4. Tabel hasil penimbangan baku ketotifen fumarat dan contoh perhitungan seri larutan baku ketotifen fumarat
Contoh perhitungan konsentrasi larutan stok siproheptadin HCl: Replikasi III
konsentrasi larutan stok = berat zat yang ditimabng10 ml
= 10,17 mg10 ml
= 1,017 mg/ml = 1017 ppm
Pembuatan seri larutan baku ketotifen fumarat:
Larutan stok ketotifen fumarat ↓
diambl sebanyak: 0,100 ml add 10,00 ml (seri 1) 0,125 ml add 10,00 ml (seri 2) 0,150 ml add 10,00 ml (seri 3) 0,175 ml add 10,00 ml (seri 4) 0,200 ml add 10,00 ml (seri 5) 0,225 ml add 10,00 ml (seri 6) 0,250 ml add 10,00 ml (seri 7)
Contoh perhitungan seri larutan baku: Seri 1: Vstok . Cstock = V1 . C1 0,100 ml . 1017 ppm = 10,00 ml . C1
C1 = 10,17 ppm Seri 2: Vstok . Cstok = V2 . C2 0,125 ml . 1017 ppm = 10,00 ml . C2
C2 = 12,71 ppm Seri 3: Vstok . Cstok = V3 . C3 0,150 ml . 1017 ppm = 10,00 ml . C2
C3 = 15,26 ppm
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2404 gram 0,2413 gram 0,24149 gram 0,23202 gram
0,2327 gram 0,2428 gram 0,24290 gram 0,23282 gram
0,2348 gram 0,2451 gram 0,24518 gram 0,23501 gram
Berat Zat 0,00947 gram 0,01008 gram 0,01017 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Seri 4: Vstok . Cstok = V4 . C4 0,175 ml . 1017 ppm = 10,00 ml . C2
C4 = 17,80 ppm Seri 5: Vstok . Cstok = V5 . C5 0,200 ml . 1017 ppm = 10,00 ml . C2
C5 = 20,34 ppm Seri 6: Vstok . Cstok = V6 . C6 0,225 ml . 1017 ppm = 10,00 ml . C6
C6 = 22,88 ppm Seri 7: Vstok . Cstok = V7 . C7 0,250 ml . 1017 ppm = 10,00 ml . C7
C7 = 25,43 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 5. Tabel penimbangan sampel siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat (2:1) dan perhitungan konsentrasi sampel
Contoh perhitungan konsentrasi larutan stok sampel (2:1): Replikasi I
konsentrasi larutan stok siproheptadin = berat zat yang ditimabng10 ml
= 19,77 mg10 ml
= 1,977 mg/ml = 1977 ppm
konsentrasi larutan stok ketotifen = berat zat yang ditimabng10 ml
= 10,13 mg10 ml
= 1,013 mg/ml = 1013 ppm
Replikasi I Replikasi II Siproheptadin Ketotifen Siproheptadin Ketotifen Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2218 gram 0,2418 gram 0,24198 gram 0,22221 gram
0,2397 gram 0,2498 gram 0,24991 gram 0,23978 gram
0,2300 gram 0,2501 gram 0,25021 gram 0,23012 gram
0,2298 gram 0,2399 gram 0,24013 gram 0,23005 gram
Berat Zat 0,01977 gram 0,01013 gram 0,02009 gram 0,01008 gram
Replikasi III Replikasi IV Siproheptadin Ketotifen Siproheptadin Ketotifen
Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2131 gram 0,2331 gram 0,23325 gram 0,21297 gram
0,2295 gram 0,2396 gram 0,23953 gram 0,22944 gram
0,2034 gram 0,2236 gram 0,22371 gram 0,20361 gram
0,2077 gram 0,2178 gram 0,21794 gram 0,20780 gram
Berat Zat 0,02028 gram 0,01009 gram 0,02010 gram 0,01014 gram
Replikasi V Replikasi VI Siproheptadin Ketotifen Siproheptadin Ketotifen
Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2256 gram 0,2456 gram 0,24575 gram 0,22568 gram
0,2074 gram 0,2175 gram 0,21776 gram 0,20763 gram
0,2176 gram 0,2377 gram 0,23790 gram 0,21787 gram
0,2319 gram 0,2419 gram 0,24213 gram 0,23206 gram
Berat Zat 0,02007 gram 0,01013 gram 0,02003 gram 0,01007 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
contoh perhitungan konsentrasi sampel yang digunakan untuk pengukuran: Siproheptadin → Vstok sampel . Cstok sample = V1 . C1
0,120 ml . 1977 ppm = 10,00 ml . C1
C1 = 23,72 ppm Ketotifen→ Vstok sampel . Cstok sample = V1 . C1
0,120 ml . 1013 ppm = 10,00 ml . C1
C1 = 12,16 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 6. Tabel penimbangan sampel siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat (1:1) dan contoh perhitungan konsentrasi sampel
Contoh perhitungan konsentrasi larutan stok sampel (1:1) : Replikasi I
konsentrasi larutan stok siproheptadin = berat zat yang ditimabng10 ml
= 10,05 mg10 ml
= 1,005 mg/ml = 1005 ppm
konsentrasi larutan stok ketotifen = berat zat yang ditimabng10 ml
= 10,07 mg10 ml
= 1,007 mg/ml = 1007 ppm
Replikasi I Replikasi II Siproheptadin Ketotifen Siproheptadin Ketotifen Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2365 gram 0,2465 gram 0,24681 gram 0,23676 gram
0,2371 gram 0,2472 gram 0,24734 gram 0,23727 gram
0,2207 gram 0,2306 gram 0,23070 gram 0,22066 gram
0,2340 gram 0,2439 gram 0,24401 gram 0,23395 gram
Berat Zat 0,01005 gram 0,01007 gram 0,01004 gram 0,01006 gram
Replikasi III Replikasi IV Siproheptadin Ketotifen Siproheptadin Ketotifen
Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2217 gram 0,2317 gram 0,23182 gram 0,22174 gram
0,2308 gram 0,2407 gram 0,24082 gram 0,23078 gram
0,2243 gram 0,2343 gram 0,23456 gram 0,22446 gram
0,2314 gram 0,2414 gram 0,24172 gram 0,23162 gram
Berat Zat 0,01008 gram 0,01004 gram 0,01010 gram 0,01010 gram
Replikasi V Replikasi VI Siproheptadin Ketotifen Siproheptadin Ketotifen
Berat kertas Berat kertas + zat Berat kertas + zat (analitik) Berat kertas + sisa
0,2147 gram 0,2249 gram 0,22499 gram 0,21489 gram
0,2189 gram 0,2290 gram 0,22909 gram 0,21899 gram
0,2208 gram 0,2307 gram 0,23094 gram 0,22084 gram
0,2172 gram 0,2274 gram 0,22752 gram 0,21741 gram
Berat Zat 0,01010 gram 0,01010 gram 0,01010 gram 0,01011 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
contoh perhitungan konsentrasi sampel yang digunakan untuk pengukuran: Siproheptadin → Vstok sampel . Cstok sample = V1 . C1
0,170 ml . 1005 ppm = 10,00 ml . C1
C1 = 17,09 ppm Ketotifen→ Vstok sampel . Cstok sample = V1 . C1
0,120 ml . 1007 ppm = 10,00 ml . C1
C1 = 17,12 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 7. Harga absorptivitas siproheptadin HCl pada 5 panjang gelombang
Replikasi I:
Replikasi II:
Replikasi III:
* adalah harga absorptivitas yang digunakan dalam perhitungan matriks
Konsentrasi (ppm) 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
10,13 0,294 0,353 0,346 0,299 0,178 12,66 0,329 0,405 0,396 0,341 0,197 15,19 0,380 0,468 0,460 0,395 0,227 17,72 0,467 0,574 0,563 0,483 0,280 20,26 0,516 0,633 0,621 0,534 0,310 22,79 0,595 0,737 0,726 0,627 0,358 25,35 0,660 0,813 0,799 0,688 0,396
A B R
0,0218 0,0249* 0,995
0,0172 0,0311* 0,996
0,0142 0,0307* 0,996
0,0119 0,0264* 0,996
0,0134 0,0149* 0,994
Konsentrasi (ppm) 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
9,91 0,255 0,270 0,263 0,226 0,136 12,39 0,289 0,357 0,350 0,300 0,172 14,86 0,366 0,446 0,437 0,375 0,220 17,34 0,433 0,534 0,525 0,452 0,260 19,82 0,472 0,581 0,571 0,489 0,282 22,30 0,566 0,692 0,679 0,585 0,340 24,78 0,584 0,720 0,706 0,608 0,351
A B R
-0,0149 0,0250 0,993
-0,0245 0,0311 0,994
-0,0258 0,0306 0,994
-0,0239 0,0264 0,994
-0.0092 0,0150 0,993
Konsentrasi (ppm) 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
10,00 0,271 0,335 0,329 0,285 0,167 12,50 0,326 0,397 0,390 0,338 0,201 15,00 0,399 0,493 0,485 0,419 0,244 17,50 0,475 0,589 0,581 0,503 0,293 20,00 0,510 0,633 0,624 0,540 0,312 22,50 0,605 0,752 0,741 0,642 0,370 25,00 0,691 0,853 0,845 0,735 0,430
A B R
-0,0141 0,0276 0,996
-0,0221 0,0343 0,996
-0,0265 0,0341 0,996
-0,0252 0,0297 0,995
-0,0106 0,0171 0,994
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 8. Tabel absorptivitas ketotifen fumarat pada 5 panjang gelombang pengamatan
Replikasi I:
Replikasi II:
Replikasi III:
* adalah harga absorptivitas yang digunakan dalam perhitungan matriks
Konsentrasi (ppm) 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
9,47 0,144 0,216 0,240 0,260 0,208 11,84 0,214 0,317 0,351 0,379 0,306 14,21 0,255 0,375 0,414 0,446 0,357 16,57 0,340 0,494 0,545 0,584 0,463 18,94 0,384 0,556 0,613 0,659 0,528 21,31 0,425 0,621 0,685 0,737 0,585 23,68 0,484 0,707 0,779 0,834 0,654
A B R
-0,0962 0,0256 0,995
-0,1226 0,0362 0,995
-0,1314 0,0397 0,995
-0,1362 0,0424 0,995
-0,1058 0,0337 0,996
Konsentrasi (ppm) 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
10,08 0,198 0,285 0,313 0,334 0,266 12,60 0,239 0,340 0,373 0,397 0,315 15,12 0,286 0,416 0,457 0,448 0,388 17,64 0,342 0,495 0,545 0,580 0,455 20,16 0,383 0,558 0,614 0,653 0,507 22,68 0,450 0,654 0,719 0,764 0,588 25,20 0,462 0,674 0,743 0,793 0,615
A B R
0,0094 0,0186 0,995
0,0046 0,0275 0,995
0,0315 0,0303 0,995
0,0037 0,0323 0,996
0,0197 0,0243 0,996
Konsentrasi (ppm) 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
10,17 0,179 0,262 0,289 0,311 0,250 12,71 0,231 0,328 0,360 0,383 0,306 15,26 0,281 0,412 0,455 0,487 0,386 17,80 0,309 0,454 0,501 0,537 0,422 20,34 0,380 0,543 0,596 0,633 0,493 22,88 0,429 0,621 0,683 0,727 0,565 25,43 0,491 0,711 0,780 0,829 0,642
A B R
-0,0292 0,0201* 0,996
-0,0401 0,0290* 0,997
-0,0416 0,0318* 0,997
-0,0389 0,0335* 0,997
-0,0125 0,0253* 0,997
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 9. Tabel absorbansi sampel pada multi – panjang gelombang a. Tabel hasil pengukuran serapan siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat
dalam campuran 2:1
Replikasi 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
I 0,869 1,123 1,144 1,062 0,684
II 0,829 1,080 1,103 1,025 0,657
III 0,864 1,122 1,146 1,063 0,679
IV 0,845 1,094 1,116 1,038 0,667
V 0,883 1,148 1,172 1,090 0,699
VI 0,856 1,115 1,138 1,057 0,676
b. Tabel hasil pengukuran serapan siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat
dalam campuran 1:1
Replikasi 275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm
I 0,750 1,002 1,041 1,003 0,680
II 0,728 0,965 1,000 0,961 0,650
III 0,797 1,063 1,104 1,061 0,713
IV 0,817 1,091 1,133 1,090 0,734
V 0,813 1,077 1,118 1,073 0,728
VI 0,772 1,030 1,071 1,031 0,696
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 10. Contoh perhitungan kadar dan recovery siproheptadin HCl
dan ketotifen fumarat
a. Contoh perhitungan kadar untuk replikasi I pada campuran 2:1
C 1C 2
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ =
0 ,0249 0 ,0311 0 ,0307 0 ,0265 0 ,01490 ,0201 0 ,0290 0 ,0318 0 ,0335 0 ,0253
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ x
0 ,0249 0 ,02010 ,0311 0 ,02900 ,0307 0 ,03180 ,0265 0 ,03350 ,0149 0 ,0253
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
− 1
x
0 ,0249 0 ,0311 0 ,0307 0 ,0265 0 ,01490 ,0201 0 ,0290 0 ,0318 0 ,0335 0 ,0253
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ x
0,8691,1231,1441.0620,684
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
C 1C 2
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ =
24,7612,22
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥
C1 merupakan kadar siproheptadin HCl dan C2 merupakan kadar ketotifen fumarat dalam campuran 2:1. Jadi, kadar siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dalam campuran 2:1 berturut – turut yaitu 24,74 ppm dan 12, 22 ppm.
b. Contoh perhitungan % recovery:
%re covery siproheptadin HCl =24,7623,72
x100% = 104,38%
%re covery ketotifen fumarat =12,2212,16
x100% = 100,49%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 11. Tabel hasil perhitungan kadar, Recovery, Koevisien variansi
(KV)
Tabel hasil perhitungan kadar dan recovery siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat dalam campuran 2:1
Siproheptadin HCl Ketotifen Fumarat Replikas
i Kadar
diketahui (ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
Kadar diketahui
(ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
I 23,72 24,76 104,38 12,16 12,22 100,49 II 24,11 23,50 97,50 12,10 12,05 99,59 III 24,34 24,77 101,77 12,11 12,17 100,50 IV 24,12 23,94 99,25 12,17 12,10 99,42 V 24,08 25,00 103,82 12,16 12,80 105,26 VI 24,12 24,41 101,20 12,08 12,28 101,66
Rata-rata SE KV
101,32 1,08
1,07 %
Rata-rata SE KV
101,15 0,88
0,87 % Tabel hasil perhitungan kadar dan recovery siproheptadin HCl dan ketotifen
fumarat dalam campuran 1:1
Siproheptadin HCl Ketotifen Fumarat
Replikasi
Kadar diketahui
(ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
Kadar diketahui
(ppm)
Kadar terukur (ppm)
% recovery
I 17,09 16,09 94,15 17,12 17,28 100,93 II 17,07 16,10 94,32 17,10 16,03 93,74 III 17,14 17,65 102,96 17,07 17,73 103,87 IV 17,17 17,93 104,43 17,17 18,39 107,11 V 17,17 17,87 104,08 17,17 18,02 104,95 VI 17,17 16,56 96,45 17,19 17,57 102,21
Rata-rata SE KV
99,40 2,02
2,03 %
Rata-rata SE KV
102,14 1,89
1,85 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 12. Uji Chi-squere siproheptadin HCl pada campuran 1:1
Siproheptadin: Acuan:
KV1 = 2,03 % X 1 = 99,40 KV0 = 1,99 % X 1 = 99,40
SE =KV1xX1
100% SE =
KV0xX1
100%
SE = 2,03%x99,40%100%
= 2,01% = 0,0201 SE = 1,99%x99,40%
100% =1,98% = 0,0198
SE2 = σ 2 = 4,04 . 10-4 SE2 = σ 2 = 3,92 . 10-4
Uji Chi – Squere
a. H0 : σ12 = σ 0
2
b. H1: σ12 ≠ σ 0
2
c. α = 0,05
d. Uji Statistik:
X 2 =
(n −1)xσ12
σ 02
X 2 =(6 −1)x4,04.10−4
3,92.10−4 = 5,15
e. Daerah penolakan H0
H0 ditolak jika X2 > Xα2
2 ,n −1
Xα2
2 ,n −1 = 12,832
Karena X2 hitung lebih kecil daripada Xα2
2 ,n −1 maka H0 diterima, artinya 2,03 %
tidak memberikan perbedaan yang bermakna dengan 1,99 %, jadi pada campuran
1:1 untuk siproheptadin memiliki presisi yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 13. Spektra serapan baku siproheptadin HCl, ketotifen fumarat dan sampel campuran 2:1
keterangan: a : spektra siproheptadin HCl b : spektra ketotifen fumarat c : spektra sampel campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat 2:1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 14. Spektra serapan baku siproheptadin HCl, ketotifen fumarat dan sampel campuran 1:1
keterangan: a : spektra siproheptadin HCl b : spektra ketotifen fumarat c : spektra sampel campuran siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat 1:1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 15. Perhitungan LOD
Dimana: y = absorbansi terukur dari pengukuran seri larutan baku ˆ y = absorbansi yang diperoleh dengan memasukkan kadar baku kedalam persamaan kurva baku yang diperoleh
Sx/y diperoleh dari persamaan:
Sy / x =(y − ˆ y )2∑n − 2
Y diperoleh dari persamaan Y-YB = 3 Sb, Dimana YB merupakan intersep dan Sb merupakan Sx/y. LOD dihitung dengan memasukkna jumlah nilai Y yang diperoleh dari siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat ke persamaan multiple regression yang digunakan untuk menghitung kadar sampel. Berikut merupakan cara perhitungan LOD:
C1C 2
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ =
0 ,0249 0 ,0311 0 ,0307 0 ,0265 0 ,01490 ,0201 0 ,0290 0 ,0318 0 ,0335 0 ,0253
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ x
0 ,0249 0 ,02010 ,0311 0 ,02900 ,0307 0 ,03180 ,0265 0 ,03350 ,0149 0 ,0253
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
− 1
x 0 ,0249 0 ,0311 0 ,0307 0 ,0265 0 ,01490 ,0201 0 ,0290 0 ,0318 0 ,0335 0 ,0253
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ x
0,06870,11540,06450,06230,0634
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
C1C 2
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ =
2,540,30
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥
dimana C1 merupakan nilai LOD dari siproheptadin HCl dan C2 merupakan nilai LOD dari ketotifen fumarat, jadi nilai LOD siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat secara berturut – turut adalah 2,54 ppm dan 0,30 ppm.
275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm λ
siproheptadin ketotifen siproheptadin ketotifen siproheptadin ketotifen siproheptadin ketotifen sipproheptadin ketotifen
∑(y- ˆ y )2 106,5 . 10-5 54,2 .10-5 138,1 .10-5 86,9 .10-5 135,2 .10-5 100,5 .10-5 113,8 .10-5 107,2.10-5 43,5 . 10-5 65,9 .10-5
Sx/y 0,01494 0,01041 0,01662 0,02948 0,01644 0,01418 0,01509 0,01464 0,00933 0,01148
Y 0,006664 0,00205 0,06710 0,04830 0,06352 0,00097 0,05719 0,00507 0,04147 0,02191
∑Y 0,0687 0,1154 0,0635 0,0623 0,0634
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 16. Perhitungan LOQ
Dimana: y = absorbansi terukur dari pengukuran seri larutan baku ˆ y = absorbansi yang diperoleh dengan memasukkan kadar baku kedalam persamaan kurva baku yang diperoleh
Sx/y diperoleh dari persamaan:
Sy / x =(y − ˆ y )2∑n − 2
Y diperoleh dari persamaan Y-YB = 10 Sb, Dimana YB merupakan intersep dan Sb merupakan Sx/y. LOD dihitung dengan memasukkna jumlah nilai Y yang diperoleh dari siproheptadin HCl dan Ketotifen fumarat ke persamaan multiple regression yang digunakan untuk menghitung kadar sampel. Berikut merupakan cara perhitungan LOD:
C1C 2
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ =
0 ,0249 0 ,0311 0 ,0307 0 ,0265 0 ,01490 ,0201 0 ,0290 0 ,0318 0 ,0335 0 ,0253
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ x
0 ,0249 0 ,02010 ,0311 0 ,02900 ,0307 0 ,03180 ,0265 0 ,03350 ,0149 0 ,0253
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
− 1
x 0 ,0249 0 ,0311 0 ,0307 0 ,0265 0 ,01490 ,0201 0 ,0290 0 ,0318 0 ,0335 0 ,0253
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ x
0,24610,43810,27880,27040,2091
⎡
⎣
⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢
⎤
⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥
C1C 2
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥ =
10,260,87
⎡
⎣ ⎢
⎤
⎦ ⎥
dimana C1 merupakan nilai LOQ dari siproheptadin HCl dan C2 merupakan nilai LOQ dari ketotifen fumarat, jadi nilai LOQ siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat secara berturut – turut adalah 10,26 ppm dan 0,87 ppm.
275 nm 286 nm 290 nm 298 nm 310 nm λ
siproheptadin ketotifen siproheptadin ketotifen siproheptadin ketotifen siproheptadin ketotifen sipproheptadin ketotifen
∑(y- ˆ y )2 106,5 . 10-5 54,2 .10-5 138,1 .10-5 86,9 .10-5 135,2 .10-5 100,5 .10-5 113,8 .10-5 107,2.10-5 43,5 . 10-5 65,9 .10-5
Sx/y 0,01494 0,01041 0,01662 0,02948 0,01644 0,01418 0,01509 0,01464 0,00933 0,01148
Y 0,17122 0,07492 0,18344 0,02547 0,17860 0,010023 0,16282 0,10755 0,10678 0,10227
∑Y 0,2461 0,4381 0,2788 0,2704 0,2091
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Thomas Arian Adrianto
dilahirkan di Yogyakarta, 3 Juli 1986, anak kedua dari tiga
bersaudara. Riwayat pendidikan penulis yaitu: pada tahun
1990 – 1992, penulis sekolah di taman kanak – kanak
Indriasana Padokan. Pada tahun 1992 – 1998, penulis
melanjutkan sekolah di SD Kanisius Padokan. Pada tahun
1998 – 2001 penulis bersekolah di SLTP N 2 Yogyakarta.
Penulis melanjutkan ke tingkat sekolah menengah umum
pada tahun 2001 – 2004 di SMU Pangudi Luhur Yogyakarta. Pada tahun 2004
melanjutkan kuliah di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama aktif sebagai mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum
Spektroskopi (tahun 2006 dan 2007), asisten praktikum Kimia Analisis (tahun
2006), asisten praktikum kromatografi (tahun 2007 dan 2008), asisten praktikum
Biokimia (tahun 2008), asisten praktikum Analisis kosmetik (tahun 2008), asisten
praktikum Biofarmasetika (tahun 2008) dan asisten praktikum sintesis obat (tahun
2008). Selain itu, penulis juga pernah ikut dalam penelitian payung dosen. Selain
kegiatan akademik, penulis juga mengikuti beberapa kegiatan non – akademik.
Kegiatan tersebut antara lain aktif sebagai anggota PSF Veronika (tahun 2006 –
2007), ikut dalam kepanitiaan Titrasi (tahun 2006) dan beberapakali ikut dalam
kepanitiaan pelepasan wisuda dan sumpahan apoteker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI