22
BAB I STATUS PASIEN A. Identitas Nama : Ny. W Jenis kelamin : Perempuan Umur : 41 tahun Alamat : Jl. Yos Sudarso No. 32 Agama : Islam Pekerjaan : - Pendidikan : - Tanggal masuk : 13 Januari 2015 Jam masuk : 10.20 WIB Nomor CM : 141000292 Nama suami : Tn. Gustiono Pendidikan : - B. Anamnesis Diberikan oleh : dokter Keluhan : keluar perdarahan pervaginam tidak nyeri dengan warna perdarahan merah segar Riwayat Perkawinan Kawin : Kawin Umur waktu kawin : - 1

Plasenta Previa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Plasenta Previa

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas

Nama : Ny. W

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 41 tahun

Alamat : Jl. Yos Sudarso No. 32

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Tanggal masuk : 13 Januari 2015

Jam masuk : 10.20 WIB

Nomor CM : 141000292

Nama suami : Tn. Gustiono

Pendidikan : -

B. Anamnesis

Diberikan oleh : dokter

Keluhan :

keluar perdarahan pervaginam tidak nyeri dengan warna perdarahan merah segar

Riwayat Perkawinan

Kawin : Kawin

Umur waktu kawin : -

Umur suami waktu kawin : -

Lama perkawinan : -

1

Page 2: Plasenta Previa

Riwayat Menstruasi

Menarche : -

Jumlah darah menstruasi : -

Rasa sakit saat menstruasi : -

Perdarahan di luar siklus : -

HPM : -

Riwayat Fertilisasi

Riwayat kehamilan sekarang

HPM : -

HPL : -

Mual-mualan : -

Sesak nafas : -

Gangguan BAK / BAB : -

Hipertensi : ditemukan sistolik meningkat, tekanan darah 142/86

mmHg

Kejang : -

Riwayat keluarga berencana : -

C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

KU : Tampak sakit sedang

Vital sign :

Tekanan darah: 142/86 mmHg

Denyut nadi: 90 kali per menit

Suhu afebris

Pernapasan: 20 kali per menit

Berat badan : -

Gizi : -

Kepala : -

Leher : -

2

Page 3: Plasenta Previa

Dada : tidak ditemukan rhonki dan wheezing

Abdomen : tidak ditemkan bising usus dan nyeri tekan epigastrium

Extremitas : Akral hangat

Status Obstetri

Inspeksi : Perut tampak cembung

Palpasi : -

Leopold I : TFU 3 jari di bawah pusat

Leopold II : Punggung kiri

Leopold III : Presentasi kepala

Leopold IV : Belum masuk pintu atas panggul

Auskultasi : DJJ 154 kali per menit

Vaginal Toucher : ≠ dilakukan

Lain-lain : His : -

TBJ : 154 kali per menit

BTA : -

Periksa I

Umur Kehamilan ( Minggu ) 37 – 38 minggu

TFU 3 jari di bawah pusat

Presentasi Kepala

Letak anak dan turunnya bagian bawah Normal, kepala

Punggung Di perut kiri

DJJ 154 kali per menit

Edema -

Tekanan darah ( mmHg ) 142/86 mmHg

Berat badan ( kg ) -

3

Page 4: Plasenta Previa

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Hb : 10.5 mg/dl Bilirubin total : -

AL : - Bilirubin direk : -

Hmt : 33.7 Bilirubin indirek : -

LED : - Protein total : -

AT : - Albumin : -

Masa perdarahan : 3 menit Globulin : -

Masa pembekuan : 8 menit SGOT : -

HJL : - SGPT : -

Eosinophyl : -

Staf : - Alkali phosphatase : -

Segmen : - Ureum : -

Lymphocyte : - Creatinin : -

Monocyte : - Uric : -

Malaria : -

Golongan darah : -

Rhesus : -

Urin : kuning jernih

pH : 6.5

Albumin : -

Gula : -

Urobilin : -

BJ : -

Keton : -

Darah samar : -

Epithel : -

Leucocyte : 10.8

Erythrocyte : 4.02 %

4

Page 5: Plasenta Previa

USG : -

Radiologi : -

E. Diagnosis : G6P4A1H4 Gravid aterm + Plasenta Previa

F. Prognosis :

Dubia ad bonam

G. Terapi

Cefotaxim 2 gr 2x1 IV

Keterolac 4x1 IV

RL D5 40 tpm

5

Page 6: Plasenta Previa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.DEFINISI PLASENTA PREVIA[1]

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

yang terjadi pada kehamilan trismester ketiga sehingga menutupi seluruh atau sebagian

dari ostium uteri internum.

2.KLASIFIKASI PLASENTA PREVIA[1,3]

1. Plasenta previa totalis atau komplit

Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

internum.

2. Plasenta previa parsialis atau lateralis

Plasenta previa parsialis atau lateralis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium

uteri internum.

3. Plasenta marginalis

Plasenta marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri

internum.

4. Plasenta letak rendah

Plasenta letak rendah adalah plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim yang

sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium

uteri internum.

6

Page 7: Plasenta Previa

3.EPIDEMIOLOGI PLASENTA PREVIA[1,2,3]

Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan pada kehamilan trismester

ketiga dengan risiko komplikasi sekitar 0,3-0,5% pada kehamilan dan secara signifikan

dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janin. Plasenta previa lebih

banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia d iatas 30 tahun. Plasenta

previa juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. Uterus

yang abnormal serta dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang

memungkinkan deteksi lebih dini berisiko meningkatkan insiden atau angka kejadian

plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya

berkisar 1,7% samapi dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitiu kurang

dari 1% mungkin disebabkan karena berkurangnya wanita hamil dengan paritas tinggi.

4.ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO PLASENTA PREVIA[1,3]

1. Usia ibu yang lanjut dapat meningkatkan risiko terjadinya plasenta pervia

2. Ibu dengan multiparitas

3. Ibu dengan kehamilan multipel

4. Merokok selama kehamilan

5. Jenis kelamin janin laki-laki

6. Riwayat aborsi

7. Riwayat seksio sesarea

8. Riwayat plasenta previa sebelumnya

7

Page 8: Plasenta Previa

5.PATOFISIOLOGI PLASENTA PREVIA[1,3]

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trismester ketiga atau mungkin

lebih awal, tapak plasenta (desidua endometrium) akan mengalami pelepasan dan

berimplantasi pada segmen bawah rahim karena telah terbentuk segmen bawah rahim.

Tapak plasenta (desidua endometrium) terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian

desidua basalis endometrium yang tumbuh sebagai bagian dari uri.

Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka desidua

endometrium akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua endometrium

sebagai tapak plasenta. Ketika serviks mendatar dan membuka akan menyebabkan bagian

tapak plasenta (desidua endometrium) ada yang terlepas dan bagian yang mengalami

laserai akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan

intervillus plasenta (anvoidable bleeding) dengan darah bewarna merah segar.

Perdarahan dapat terjadi dengan mudah dan banyak karena segmen bawah rahim

dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang minimal yang

berakibat pembuluh darah tidak akan tertutup sempurna dan perdarahan akan berhenti jika

terjadi pembekuan darah oleh faktor koagulasi darah. Oleh karena pembentukan segmen

bawah rahim berlangsung progresif dan bertahap maka sangat berisiko terjadinya

perdarahan berulang akibat adanya laserasi pada desidua endometrium tersebut.

Plasenta previa dapat juga terjadi apabila berkurangnya vaskularisasi desidua

akibat proses inflamasi atau atrofi endometrium yang disebabkan oleh paritas tinggi, usia

lanjut, dan cacat rahim misalnya bekas bedah sesar dan kuretase atau pun merokok selama

kehamilan yang dapat menyebabkan hipoksemia karena karbon monoksida hasil

8

Page 9: Plasenta Previa

pembakaran yang dapat menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah

rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

6.DIAGNOSIS PLASENTA PREVIA[1,3]

Kriteria diagnosis yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan uterus

yang keluar dari vagina bewarna merah segar tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru

terjadi pada akhir trismester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak

dan berhenti sendiri . perdarahan kembali terjadi tanpa sesutatu sebab yang jelas setelah

beberapa waktu yang kemudian berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan

yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.

Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan;

perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip solusio plasenta. Perdarahan semakin hebat

karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan

demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan.

Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada

plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robek. Robekan lebih mudah terjadi

pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai

komplikasi plasenta akreta. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta di segmen bawah

rahim dapat berlanjut setelah plasenta dikeluarkan karena lebih rentan mengalami

gangguan kontraksi.

9

Page 10: Plasenta Previa

7.PEMERIKSAAN FISIK PLASENTA PREVIA[1,3]

Pada pemeriksaan fisik dengan plasenta previa dapat dilakukan pemeriksaan luar

dan dalam. Pemeriksaan luar yang dapat dilakukan adalah palpasi abdomen karena tidak

membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tegang. Pada palpasi abdomen akan ditemukan

bagian terbawah janin di atas pintu atas panggul atau di atas simfisis dengan letak janin

tidak dalam letak memanjang.

Sedangkan pada pemeriksaan dalam dapat dilakukan dengan vaginal toucher tapi

tidak boleh dilakukan kecuali apabila wanita yang bersangkutan sudah di meja operasi

dengan segala persiapan untuk seksio sesarea segera dan harus dilakukan secara hati-hati

karena dapat menyebakan perdarahan masif akan tetapi sebaiknya tidak dilakukan karena

meskipun dilakukan secara hati-hati dan lembut tidak menjamin tidak terjadi perdarahan

yang banyak yang akan berdampak pada prognosis yang lebih buruk.

Vaginal toucher dapat dilakukan dalam posisi litotomi di atas meja operasi dalam

lingkungan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) secara hati-hati dengan dua jari telunjuk dan

jari tengah meraba forniks posterior untuk meraba ada atau tidak ada bantalan antara jari

dengan bagian terbawah janin. Perlahan jari-jari digerakkan menuju pembukaan servis

untuk meraba jaringan plasenta. Kemudian jari-jari digerakkan mengikuti seluruh

pembukaan serviks untuk mengetahui derajat dan klasifikasi plasenta.

8.PEMERIKSAAN PENUNJANG PLASENTA PREVIA[1,3]

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan metode paling sederhana, tepat dan aman unutuk mengetahui

lokasi plasenta. USG dapat dibagi dengan beberapa cara yaitu:

10

Page 11: Plasenta Previa

1. Transabdominal ultrasonografi

Dilakukan dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan akan memberi

kepastian diagnosis plasenta pervia dengan tingakat akurasi sekitar 96-98% akrena hasil

positif palsu sering disebabkan oleh distensi kandung kemih. Hasil USG transabdominal

dengan plasenta letak rendah atau menutupi serviks, diperlukan konfirmasi dengan

ultrasografi transvaginal.

2. Transvaginal ultrasonografi

Dilakukan untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum akan tetapi dapat

menyebabkan perdarahan lebih banyak jika dilakukan pada tenaga medis yang tidak ahli.

Jika dilakukan oleh tenaga medis yang ahli dapat dicapai 98% positive predictive value

dan 100% negative predictive value pada upaya diagnosis plasenta previa.

3. Transperineal ultrasonografi

Dapat dilakukan untuk mendeteksi ostium uteri internum dan segmen bawah

rahim. Teknik ini dilaporkan 90% positive predictive value dan 100% negative predictive

value dalam mendiagnosis lasenta previa.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat juga dipergunakan untuk mendeteksi atau memvisualisasikan kalainan pada

plasenta termasuk plasenta previa dengan keuntungan lebih praktis dibandingkan USG

terlebih dalam suasana mendesak.

11

Page 12: Plasenta Previa

9.DIAGNOSIS BANDING PLASENTA PREVIA[1,3]

Solusio plasenta

Solusio plasenta terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta

dari tempat implatasi yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum janin lahir.

Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu

perdarahan melalui vagina pada trismester ketiga/sebelum janin lahir bewarna kehitaman,

rasa nyeri perut dan uterus tegang teru-menerus mirip his partus prematurus dengan air

ketuban biasanya bewarna kemerah-merahan karena bercampur dengan darah.

Tabel diagnosis banding antara plasenta previa dan solusio plasenta

Plasenta previa Solusio plasenta

Kejadian Pada trismester kedua/

ketiga

Hamil tua

Pada trismester ketiga

Hamil tua

Inpartu (sebelum janin

lahir)

Anamnesa Perdarahan pervaginam

bewarna merah segar, tanpa

disadari, tanpa nyeri dan

tanpa trauma

Perdarahan pervagiam

bewarna kehitaman

mendadak, nyeri dan tanpa

trauma

Palpasi abdomen Lembek tanpa rasa nyeri

Bagian janin mudah teraba

Tegang, nyeri, bagian janin

sulit diraba

Denyut jantung janin Asfiksia sampai mati jika

Hb <5gr %

Asfiksia sampai mati

tergantung lepasnya

plasenta

Pemeriksaan dalam Jaringan plasenta dapat Selaput ketuban tegang

12

Page 13: Plasenta Previa

teraba, tapi sebaikanya tidak

dilakukan pemeriksaan

karena berisiko

meningkatkan perdarahan

menonjol, air ketuban

bewarna kemerah-merahan

karena bercampur darah

10.PENATALAKSANAAN PLASENTA PREVIA[1,3]

Terapi konservatif

1. Setiap wanita hamil yang mengalami perdarahan pada trismester kedua atau ketiga

harus dirawat inap atau rawat jalan, tirah baring dan dilakukan pemeriksaan darah

lengkap.

2. Jika perdarahan pada trismester kedua serta perdarahan banyak dan berulang perlu

diberikan transfusi darah dan dilakukan pemantauan secara ketat terhadap ibu dan

janin.

3. Jika perdarahan pada trismester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan tirah

baring lebih lama karena berisiko terjadi perdarahan ulang.

4. Jika perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin sehat tapi masih prematur di

bolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan dengan syarat segera kembali ke

rumah sakit jika terjadi perdarahan ulang.

5. Pada pasien yang stabil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan USG dan

mengurangi aktivitas fisik seperti hubungan suami istri dan pekerjaan rumah tangga

sebagai antisipasi etrhadap perdarahan ulang sewaktu-waktu.

13

Page 14: Plasenta Previa

6. Pada kehamilan 24-34 minggu bisa diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk

pematangan paru janin.

11.Terapi aktif

1. Jika terjadi perdarahan yang banyak dan berulang pada kehamilan trismester ketiga

perlu segera di lakukan terminasi bila keadaan janin sudah matur atau viabel.

2. Jika perdarahan tidak banyak pada kehamilan trismester ketiga pasien diistirahatkan

sampai kehamilan 36 minggu dan jika pada pemeriksaan amniosentesis menunjukkan

paru janin telah matang, terminasi dapat dilakukan dan jika perlu dilakukan seksio

sesarea.

3. Pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa dalam trismester ketiga yang dideteksi

dengan ultrasonografi transvaginal belum ada pembukaan pada serviks dapat

dilakukan terminasi dengan seksio sesarea.

4. Seksio sesarea pada plasenta previa dapat dilakukan melalui insisi melintang pada

segmen bawah rahim bagian anterior terutama bila plasentanya terletak di belakang

dan dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik, atau dapat dilakukan

melalui insisi vertikal yang hanya dilakukan bila janin dalam letak lintang atau

terdapat varises yang luas pada segmen bawah rahim.

12.KOMPLIKASI PLASENTA PREVIA[1,3]

1. Dapat terjadi perdarahan yang sangat banyak sehingga penderita menjadi anemia

bahkan syok.

14

Page 15: Plasenta Previa

2. Dapat menyebabkan melekatnya plasenta seperti plasenta inkreta atau plasenta

perkreta.

3. Dapat menyebabkan ruptur jalan lahir, robeknya serviks atau segmen bawah rahim

yang rapuh disertai perdarahan yang banyak.

4. Kelainan letak janin seperti letak bokong dan letak lintang.

5. Kelahiran prematur, asfiksia, gawat janin atau kematian janin dalam uterus, kelainan

kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.

13.PROGNOSIS PLASENTA PREVIA[1,3]

Prognosis ibu dan janin pada plasenta previa saat ini jauh lebih baik karena

diagnosis dilakukan lebih dini dengan pemeriksaan ultrasografi (USG) dan

penatalaksanaan yang dilakukan dengan tepat berupa rawat inap. Kematian pada ibu dapat

di hindari apabila ibu segera memperoleh transfusi darah dan segera melakukan

pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena kelahiran

yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui proses persalinan

spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.

15

Page 16: Plasenta Previa

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina pustaka. 2010; 4(3): 495-511.

2. Hung H, Hsieh H, Hsu J, et al. Risk factors for placenta previa in an Asian population.

International journal of gynecology and obstetrics. April 2007; 97(1): 26-30.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0020729206006047

3. Cunningham GF, et al. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. 2006; 21(1): 698-703

16