58
1 BAB 1 PENDAHULUAN Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabya adalah plasenta previa. Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3% dari semua persalinan, yang terbagi kira-kira rata antara plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi kasus-kasus dengan perdarahan antepartum memegang peranan yang terbatas. Walaupun demikian, beberapa pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal dapat mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan dan perhatian yang dimaksud ialah penentuan golongan darah ibu dan golongan darah calon donornya, pengobatan anemia dalam kehamilan, seleksi ibu untuk bersalin di rumah sakit,

Plasenta Previa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 2

Citation preview

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan

yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan

yang berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan

syok yang fatal. Salah satu sebabya adalah plasenta previa. Oleh sebab itu,

perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum sampai

ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya.

Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3% dari semua persalinan,

yang terbagi kira-kira rata antara plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan

yang belum jelas sumbernya. Pengawasan antenatal sebagai cara untuk

mengetahui atau menanggulangi kasus-kasus dengan perdarahan antepartum

memegang peranan yang terbatas. Walaupun demikian, beberapa pemeriksaan dan

perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal dapat mengurangi

kesulitan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan dan perhatian yang dimaksud ialah

penentuan golongan darah ibu dan golongan darah calon donornya, pengobatan

anemia dalam kehamilan, seleksi ibu untuk bersalin di rumah sakit,

memperhatikan kemungkinan adanya plasenta previa, dan mencegah serta

mengobati penyakit hipertensi menahun dan pre-eklampsia.

Di negara yang sedang berkembang, perdarahan hampir selalu merupakan

malapetaka besar bagi penderita maupun penolongnya. Keadaan yang serba

kurang akan memaksa penolong menangani setiap kasus secara individual,

tergantung pada keadaan ibu, keadaan janin dan keadaan fasilitas pertolongan dan

penolongnya pada waktu itu. Jadi pada prinsip dasar penanganan, setiap ibu

dengan perdarahan antepertum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki

fasilitas melakukan transfusi darah dan operasi. Pada umumnya memilih cara

persalinan yang terbaik tergantung dari derajat plasenta previa, paritas, dan

banyaknya perdarahan.

2

Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena

plasenta previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya

penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal berangsung-angsur dapat

diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan

prematuritas tetap memegang peranan utama.

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI PLASENTA

Istilah plasenta mulai diperkenalkan pada zaman Renaissance

oleh Realdus Columbus pada tahun 1559. Plasenta diambil dari istilah Latin yang

memberi arti flat “cake”. Plasenta adalah struktur yang berfungsi sebagai media

penyambung/penghubung antara organ fetus dan jaringan maternal agar

pertukaran fisiologi dapat terjadi.2

Pada persalinan aterm, plasenta yang dilahirkan berbentuk cakram dengan

ukurannya dapat mencapai diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, dan berat sekitar 450-

500 gram.1

  Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada

bagian maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan mempunyai

struktur poligonal yang disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon terbentuk

berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh darah fetal yang akan

menvaskularisasi stem vili dan cabang-cabangnya. Permukaan plasenta bagian

maternal berwarna merah tua dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut

tertempel keluar.1

4

GAMBAR 4. Anatomi plasenta

Selaput korion akan tersebar menjadi lapisan luar untuk 2 membran, yaitu

yang menutupi plat korion pada plasenta bagian fetal dan cairan amnion. Amnion

merupakan lapisan membran yang tipis dan avaskuler yang membungkus fetus,

dapat dipisahkan dari korion setelah lahir. . Dibawah lapisan amnion, pembuluh

darah korion bersambungan dengan pembuluh darah fetus membentuk struktur

yang dinamakan tali pusat. Biasanya panjang tali pusat dapat mencapai 30– 90

sentimeter dan berinsersi pada tengah permukaan plasenta, tetapi ada juga yang

berinsersi dipinggir plasenta. Tali pusat berisi 2 arteri, 1 vena umbilikalis dan

massa mukopolisakarida yang disebut jeli Wharton. Vena berisi darah penuh

oksigen sedangkan arteri yang kembali dari janinberisi darah kotor. Pembuluh

darah tali pusat berkembang dan berbentuk seperti heliks agar terdapat

fleksibilitas.1

Struktur plasenta hampir keseluruhannya dibentuk oleh vili korion yang

memanjang danmenyebar didalam rongga intervili yang berisi darah. Oleh itu

plasenta sebagai organ yang mempunyai fungsi sebenarnya adalah rongga yang

beisi darah ibu, yang pada sisi maternal tertempel pada plat desidua, dan pada sisi

5

fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-vili korion yang bercabang ke dalam

takungan darah ibu.1

Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang keluar

dari pembuluhdarah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-sinus arteri

dan vena yang tersebar padaplat desidua yang berfungsi untuk mensuplai dan

aliran keluar darah dari rongga ini.1

Sebelum plasenta terbentuk dengan sempurna dan sanggup untuk

memelihara janin, fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum yang

dikonversi dari korpus luteum normal akibat pengaruh hormon korionik

gonadotropin (hCG) yang dihasilkan setelah beberapa jam berlakunya proses

implantasi.1

6

PERKEMBANGAN PLASENTA

 a) Perkembangan Trofoblas

Setelah nidasi, trofoblas terdiri atas 2 lapis, yaitu sitotrofoblas dan

sinsiotrofblas. Endometrium atau sel desidua di mana terjadi nidasi menjadi pucat

dan besar disebutsebagai reaksi desidua yang berfungsi sebagai pasokan makanan.

Sebagian lapisan desidua mengalami fagositosis oleh sel trofoblas.2

 b) Stadium Pre- Lakuna

Pada hari ke-7-8 setelah konsepsi, blastosis tertanam sepenuhnya di dalam

endometrium. Embrio yang terbentuk telah dikelilingi oleh plasenta yang

sedang berkembang, dimanapada stadium ini terdiri daripada dua subtipe asas

trofoblas, yaitu sinsiotrofoblas yang berhubungan langsung dengan jaringan tisu

ibu serta sitotrofoblas yang akan berkembangmenjadi vili.2

c) Stadium Lakuna

Pada hari ke 8-9 pasca-konsepsi, vakuola kecil berisi cairan muncul dalam

lapisan sinsitiotrofoblas, dan merupakan awal lacunar stage. Vakuola tumbuh

dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna, yang merupakan prekursor

pembentukan ruang intervillosa. Lakuna dipisahkan oleh pita trabekula, dimana

dari trabekula inilah nantinya villi berkembang. Pembentukan lakuna membagi

trofoblas kedalam 3 lapisan, yaitu: (1)Plat korion primer (sebelah dalam), (2)

sistim lakuna yang akan membentuk ruang intervillosa bersama trabekula yang

akan menjadi anchoring villi serta perkembangan cabang yang akan

membentuk floating villi, dan (3) plasenta bagian maternal yang terdiridari

trofoblas yang akan membentuk plat basal. Aktifitas invasif lapisan

sinsitiotrofoblas menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium (kapiler,

arteriole dan arteriaspiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh

darah – pembuluh darah ini dilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah

ibu. Pada perkembanganselanjutnya lakuna yang baru terbentuk bergabung

dengan lakuna yang telah ada dandengan demikian terjadi sirkulasi intervillosa

7

primitif. Peristiwa ini menandai terbentuknya “hemochorial” placenta, dimana

darah ibu secara langsung meliputi trofoblas.2

GAMBAR 6. Struktur plasenta

d) Stadium Villi

Stadium ini bermula dari hari ke-12 setelah konsepsi dan merupakan stadium

pembentukan vili yang telah diterangkan dengan jelas pada pendahuluan referat

ini.2

GAMBAR 7. Diferensiasi trofoblas dan subtipe

e) Invasi ateri spiralis

8

Pada awalnya, trofoblas endovaskular memasuki lumen arteri spiralis

membentuk plak. Kemudian, ia merusakkan endotelium vaskular secara

mekanisme apoptosis, menginvasidan melakukan modifikasi pada media

pembuluh darah. Akhirnya, menyebabkan fibrin menggantikan otot polos dan

jaringan tisu melapisi vaskular. Proses invasi ini melibatkandua fase, pertama

berlaku sebelum minggu ke-12 setelah fertilisasi yang hanya melibatkan setinggi

batas desidua dan miometrium, dan fase kedua berlaku diantara minggu ke 12-16

dan melibatkan invasi segmen intramiometrium arteri spiralis. Proses ini

mengubah lumen ateri yang sempit, dan berotot kepada pembuluh darah utero-

plasenta yang lebih berdilatasi dan kurang resistensi.2

GAMBAR 8:

 Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arterimaternal 1/3 bagian dalam

miometrium. Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta

kedalam vaskularisasi yang bersifat“low resistance– high flow vascular bed”yang

diperlukan untuk tumbuh kembang janin intra uterin.

f) Pembentukan Sirkulasi Utero-fetoplasental

Pada akhir trimester pertama, plak trofoblas menjadi lama dan darah ibu

masuk ke ronggaintervili membentuk aliran darah arteri pertama ke plasenta.

Aliran masuk bermula padabagian atas plasenta yaitu bagian yang lebih dekat

9

dengan epitelium endometrium (Gambar 8). Disebabkan bagian ini berkembang

paling akhir berbanding bagian bawahyang mulai berkembang sejak awal setelah

implantasi, maka plak yang terbentuk lebih senang untuk dipenetrasi oleh sel

darah. Pada stadium ini, vili plasenta akan berdegenerasi menjadi lebih luas dan

krion menjadi lebih licin. Regresi ini kemudian menyebabkan pembentukan

membran fetus atau korion leave dan bagian selebihnyamenjadi korion

frondosum- yaitu bentuk definit cakera plasenta.2

 GAMBAR 9: Skema yang menunjukkan embrio yang sedangberkembang.

Aliran masuk bermula pada bagian atas plasentayaitu bagian yang lebih dekat

dengan epitelium endometrium

g) Pematangan plasenta

Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan, ditandai

denganterjadinya proses degeneratif pada plasenta. Proses ini meliputi komponen

ibumaupun janin. Perubahan pada villi meliputi : 1). Pengurangan ketebalan sinsit

ium danmunculnya simpul sinsitium (agregasisinsitium pada daerah kecil pada

sisi villi, 2).Hilangnya sebagian sel-sel Langhan‟s, 3). Berkurangnya jaringan

stroma termasuk sel Hofbauer, 4) obliterasi beberapa pembuluh darah dan dilatasi

kapiler, 5). Penebalan membrana basalis endotel janin dan sitotrofoblas, dan 6)

deposit fibrin pada permukaanvilli. Perubahan pada desidua berupa deposit

10

fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch pada bagian luar sinsitiotrofoblas,

sehingga menghalangi invasi desidua selanjutnya oleh trofoblas . Pada ruang

intervillus juga terjadi degenerasi fibrinoid dan membentuk suatu massa yang

melibatkan sejumlah villi disebut dengan white infarct, berukuran dari beberapa

milimeter sampai satu sentimeter atau lebih. Klasifikasi atau bahkan pembentukan

kista dapat terjadi daerah ini. Dapat juga terjadi deposit fibrin yang tidak menetap

yang disebut Rohr‟s stria pada dasar ruang intervillus dan disekitar villi.2

FUNGSI PLASENTA

Fungsi plasenta bagi janin :1

1.Organ respirasi 

2. Organ transfer nutrisi dan ekskresi 

3. Organ untuk sintesa hormon

Diperkirakan pula memiliki peranan sebagai barier imunologis yang melindungi

janin dari reaksi penolakan oleh sistem imunologi maternal. Transportasi bahan

melalui plasenta berlangsung melalui-

Transportasi pasif :

* Difusi sederhana [simple diffusion]

* Difusi dengan fasilitas [facilitated diffusion]-

Transportasi aktif :

* Reaksi enzymatic

* Pinocytosis

Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta

sebanding denganyang terjadi pada hepar atau ginjal

11

Vaskularisasi yang luas didalam villi dan perjalanan darah ibu dalam

ruang intervilus yang relatif  pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO2

antara darah ibu dan janin melalui difusi  pasif. Pertukaran diperkuat dengan

saturasi dalam ruang intervilus sebesar 90 ± 100% dan PO2 sebesar 90 ±

100 mmHg.

Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin mengambil oksigen

dengan saturasi 70%dan PO230 ± 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi

kebutuhan janin. CO2 melewati plasenta dengan difusi pasif . Ion Hidrogen,

bicarbonate dan asam laktat dapat menembus plasenta melalui difusi sederhana 

sehingga status keseimbangan asam-basa antara ibu dan anak sangat berkaitan

erat.Oleh karena transfer berlangsung perlahan, janin dapat melakukan³buffer

´pada kejadian penurunan pH, kecuali bila asidosis maternal diperberat dengan

dehidrasi atau ketoasidosis sebagaimana yang terjadi pada partus lanjut dimana

janin dapat mengalami asidosis. Efisiensi pertukaran ini tergantung pada pasokan

darah ibu melalui arteri spiralis dan fungsi plasenta.Bila pasokan darah ibu

terbatas seperti yang terjadi pada penyakit hipertensi dalam kehamilan, penuaan

plasenta sebelum saatnya , kehamilan postmatur, hiperaktivitas uterus atau

tekanan talipusat, maka ketoasidosis pada janin dapat terjadi secara terpisah dari

asidosis maternal.

12

TRANSFER NUTRIEN2

 Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode

transfer aktif  yangmelibatkan proses enzymatik. Nutrien yang komplek akan

dipecah menjadi komponen sederhana sebelum di transfer danmengalami

rekonstruksi ulang pada villi chorialis janin.Glukosa sebagai sumber energi utama

bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperolehdari asam amino.Jumlah

glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai

akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram berat janin,

kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan lemak.

Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung,

belakang skapula. Padatrimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari

sehingga pada kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin berupa lemak. Hal ini

menyebabkan adanya cadangan energi sebesar 21.000 KJ dan diperlukan

untuk fungsi metabolisme dalam regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari pertama

setelah lahir.Pada bayi preterm atau dismatur, cadangan energi lebih rendah

sehingga akan menimbulkan permasalahan. Lemak dalam bentuk asam lemak

bebas sulit untuk di transfer. Lemak yang mengalami prosestransfer di resintesa

13

kedalam bentuk fosfat dan lemak lain dan disimpan dalam jaringan lemak sampai

minggu ke 30. Setelah itu, hepar janin memiliki kemampuan untuk sintesa lemak

danmengambil alih fungsi metabolisme.

TRANSFER OBAT2

  Transfer obat melalui plasenta tidak berbeda dengan nutrien lain pada

umumnya.Kecepatan transfer dipengaruhi oleh kelarutan dari molekul ion didalam

lemak dan ketebalantrofoblas. Pada paruh kedua kehamilan, trofoblas menjadi

tipis dan area plasenta bertambah luassehingga transfer obat dapat berlangsung

lebih mudah.

  Obat ilegal (narkotika, cocain dan marihuana) yang dikonsumsi oleh ibu

hamil dapat melewati plasenta dan dapat mengganggu perkembangan

janin.Dampak dari hal ini sulit ditentukan oleh karena selain obat ilegal, pasien

biasanya juga adalah perokok atau peminum alkohol.Pertumbuhan janin

cenderung terhambat dan mengalami kelainan kongenital tertentu,

Seringkalimengakibatkan terjadinya persalinan preterm dan anak yang dilahirkan

dapat menunjukkansindroma withdrawal.

FUNGSI ENDOKRIN PLASENTA2

  Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya

hormon yang analogdengan hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon

steroid.Sejumlah produk juga dihasilkan oleh plasenta. Beberapa diantaranya

adalah glikoprotein seperti misalnya Pregnancy Associated Protein A B C dan D,

Pregnancy Specific Glycoprotein (SP1) dan Placental Protein 5 (PP5) . Peran dari

bahan ini dalam kehamilan masih belum jelas.

2.2. DEFINISI

Terdapat beberapa defenisi dari plasenta previa, namun beberapa defenisi di

bawah ini mengadung pengertian yang hampir sama tentang plasenta previa.3

Evans AT dalam buku Manual of Obstetrics mengatakan bahwa “Plasenta

Previa ialah terdapatnya bagian dari plasenta yang berimplantasi pada segmen

14

bawah rahim yang terjadi pada fase lanjut dari kehamilan (trimester ketiga)”,

sedangkan Winkjosastro dalam buku Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran UI

mengatakan bahwa “Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu

pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

permukaan jalan lahir”. Beberapa defenisi lain mengatakan plasenta previa adalah

plasenta yang berlokasi dekat dengan ostium uteri internum (Williams). Yang lain

mengatakan plasenta previa adalah plasenta yang berlokasi, sebagian maupun

seluruhnya pada daerah serviks. Sedangkan menurut Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002, Plasenta Previa adalah

keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau di dekat serviks.7

2.3. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan hasil penelitian Martin dkk yang mengambil data sertifikat

kelahiran, plasenta previa terjadi hampir 1 dari 300 persalinan di Amerika Serikat.

Pada rumah sakit Parkland insidensi plasenta previa ini terjadi pada 1 dari 390

persalinan dalam 280.0000 persalinan hal ini didapat berdasarkan data dari tahun

1998 sampai 2006.

Di Amerika Serikat, insiden plasenta previa terjadi pada 0,3 – 0,5 %

dengan resiko peningkatan 1,5 – 5 % untuk setiap wanita yang mempunyai

riwayat sectio caesaria. Plasenta previa totalis terjadi 20-45%, plasenta previa

persialis terjadi 30%, plasenta previa marginalis terjadi 25-50%.8

Di Indonesia sendiri, Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 di antara 200

persalinan. plasenta previa terjadi kira-kira 1,7 sampai 2.9% diantara berdasarkan

15

dari data yang dilaporkan beberapa rumah sakit umum pemerintah.8 Antara tahun

1971-1975 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, terjadi 37 kasus plasenta

previa di antara 4781 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125

persalinan terdaftar.2 Frekuesi terjadinya plasenta previa di RS. Pirngadi Medan

kira-kira 10% dari seluruh persalinan.9

2.4. KLASIFIKASI

Beberapa klasifikasi plasenta previa:

Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm 4

1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba

plasenta menutupi seluruh ostium.

2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian

pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :

- Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostium bagian

belakang.

- Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostium bagian

depan.

3. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium

yang ditutupi plasenta.

Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat : 4

1. Plasenta previa totalis; seluruh ostium ditutupi plasenta.

2. Plasenta previa partialis; sebagian ditutupi plasenta.

3. Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir

pembukaan. Tipe ini tidak teraba dalam pemeriksaan dalam

Menurut Browne: 5

1. Tingkat I, Lateral plasenta previa

16

Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim,

namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.

2. Tingkat II, Marginal plasenta previa

Plasenta mencapai pinggir pembukaan ostium.

3. Tingkat 3, Complete plasenta previa

Plasenta menutupi ostium waktu tertutup namun tidak menutupi ostium

jika pembukaan lengkap.

4. Tingkat 4, Central plasenta previa

Plasenta menutupi seluruh ostium pada pembukaan hampir lengkap.

2.5. ETIOLOGI

Etiologi dari plasenta previa belum diketahui secara pasti namun dari beberapa

penelitian diduga ada beberapa faktor penyebab yang dapat diidentifikasi, yaitu :3

1. Jaringan parut di endometrium yang merupakan perbatasan uterus.

2. Plasenta besar yang biasanya terdapat pada kehamilan kembar

3. Pembentukan plasenta yang abnormal

4. Implantasi letak rendah dari blastokista

5. Perkembangan dari vili khorion dalam desidua kapsularis yang menuju

17

bagian bawah uterus.

Sedangkan beberapa faktor predisposisi yang diperkirakan turut meningkatkan

kejadian plasenta previa, yaitu :4

1. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa sebelumnya.

2. Usia wanita lebih dari 35 tahun sangat bersiko menjadi plasenta previa.

3. Riwayat sectio caesaria sebelumnya. Diketahui meningkatkan angka

terjadinya plasenta previa sebanyak tiga kali lipat dibandingkan dengan

wanita yang belum pernah mengalami sectio caesaria.

4. Kehamilan ganda.

5. Multiparitas.

6. Riwayat operasi didaerah uterus seperti miomektomi, dilatasi dan kuretase.

7. Merokok meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa sebnayak dua

kali lipat. Hal ini telah diteliti oleh Handler pada tahun 1994 dan oleh

Ananth pada tahun 2003

8. Penggunaan kokain.

9. Wanita yang berada di daerah dataran tinggi.

10. Janin laki-laki.

2.6. FAKTOR RISIKO

Usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko plasenta previa. Pada lebih dari 169.000

pelahiran di Parkland Hospital dari tahun 1988 sampai 1999, insiden plasenta

previa meningkat secara bermakna di setiap kelompok usia. Pada kedua ujung,

insidennya adalah 1 dari 1500 untuk wanita berusia 19 tahun atau kurang dan 1

dari 100 untuk wanita berusia lebih dari 35 tahun. Frederiksen dkk. (1999)

melaporkan bahwa insiden plasenta previa meningkat dri 0,3 persen pada tahun

1976 menjadi 0,7 persen pada tahun 1997. Mereka memperkirakan bahwa hal ini

dsebabkan oleh bergesernya usia populasi obstetris ke arah yang lebih tua.5

Multiparitas dilaporkan berkaitan dengan plasenta previa. Dalam sebuah studi

terhadap 314 wanita para 5 atau lebih, Babinszki dkk. (1999) melaporkan bahwa

18

insiden plasenta previa adalah 2,2 persen dan meningkat drastis dibandingkan

dengan insiden pada wanita dengan para yang lebih rendah. Pada lebih dari

169.000 wanita di Parkland Hospital, insidennya untuk wanita para 3 atau lebih

adalah 1 dari 175.5

Riwayat seksio sesarea meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa.

Nielsen dkk. 1989 mendapatkan peningkatan insiden plasenta previa lima kali

lipat pada wanita Swedia dengan riwayat seksio sesarea. Di Parkland, insiden

meningkat dua kali lipat dari 1 di antara 400 menjadi 1 di antara 200 pada riwayat

seksio sesarea minimal satu kali. Miller dkk. (1996), dari 150.000 lebih pelahiran

di Los Angeles County Women’s Hospital, menyebutkan peningkatan tiga kali

lipat plasenta previa pada wanita dengan riwayat seksio sesarea. Insiden

meningkat seiring dengan jumlah seksio sesarea yang pernah dijalani – angkanya

1,9 persen pada riwayat seksio sesarea dua kali dan 4,1 persen pada riwayat seksio

tiga kali atau lebih. Jelaslah, riwayat seksio sesarea disertai plasenta previa

meningkatkan insiden histerektomi. Frederiksen dkk. (1999) melaporkan angka

histerektomi 25 persen pada wanita dengan seksio sesarea berulang atas indikasi

plasenta previa dibandingkan dengan hanya 6 persen pada mereka yang menjalani

seksio sesarea primer atas indikasi plasenta previa.5

Williams dkk. (1991b) mendapatkan risiko relatif untuk plasenta previa

meningkat dua kali lipat akibat merokok. Mereka berteori bahwa hipoksemia

akibat karbonmonoksida menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatorik.

Temuan-temuan ini dikomfirmasi oleh Handler dkk. (1994). Mungkin terdapat

kaitan antara gangguan vaskularisasi desidua – yang mungkin disebabkan oleh

peradangan atau atrofi – dengan terjadinya plasenta previa. 5

2.7. PATOFISIOLOGI

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding

uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena

19

permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat

untuk berimplantasi. Di tempat-tempattertentu pada implantasi plasenta terdapat

vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir

plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk

menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang

mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada

kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.2

Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan

berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah

akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan

sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,

mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan

lebih mendekati lapisan tropoblast.2

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya

terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami

perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Menurut Manuaba

Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan 2

a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi

b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu

memberikan nutrisi janin

c. Villi korealis pada korion leave yang persisten

Menurut Davood (2008) Sebuah penyebab utama perdarahan trimester

ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa

sakit. Pendarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan

segmen bawah uterus pada trimester ketiga.3

Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih

melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen

bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat

diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari

dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna

merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang

20

berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang

terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus

marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena

ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi

menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus

menghentikan perdarahan pada kala tII dengan plasenta yang letaknya normal.

Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,

perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta

letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan.5

2.8 GAMBARAN KLINIK

Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar

melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir

trimester kedua ke atas. Perdarahan pada plasenta previa sering mucul tanpa

peringatan, dengan darah yang berwarna merah segar. Perdarahan pertama

berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa

sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian (berulang). Pada setiap

pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada

plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan. 6,8

Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi

abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis

dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Sering juga dijumpai kelainan

letak janin. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut

tidak tegang. Janin biasanya masih baik pada plasenta previa. 6,8

2.9 DIAGNOSIS

2.9.1 Anamnesis7,8,9

a) Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar terutama pada  multigravida

21

pada kehamilan 28 minggu/lebih atau pada kehamilan lanjut (trimesterIII).

b) Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan

berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa

sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur;

pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan

cenderung berulang sebelum partus dengan volume yang lebih banyak dari

sebelumnya. Sebab dari perdarahan ialah karena ada

Plasenta dan pembuluh darah yang robek karena:

(i) terbentuknya segmen bawah rahim

(ii) terbukanya ostium atau oleh manipulasi intravaginal atau rektal.

Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung pada besar dan banyaknya

pembuluh darah yang robek dan Placenta yang lepas. Biasanya wanita

mengatakan banyaknya perdarahan dalam beberapa kain karung, berapa gelas,

dan adanya darah-darah beku (stolsel)

2.9.2 Inspeksi7,8,9

a. Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam : banyak, sedikit, darah

beku, sebagainya.

b. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/anemis.

2.9.3 Palpasi abdomen7,8,9

a. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.

b. Sering dijumpai kesalahan letak janin.

c. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala

masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas

panggul.

d. Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen

bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.

22

2.9.4 Pemeriksaan inspekulo7,8,9

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan asal perdarahan dan

menyingkirkan kemungkinan yang bukan plasenta previa (trauma, varises vagina,

karsinoma porsio, polip, endoserviks). Inspekulo dilakukan bila perdarahan sudah

berhenti.

2.9.5 Ultrasonografi

Penentuan lokasi Placenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak

menimbulkan bahaya radiasi terhadap ibu dan janin serta tidak menimbulkan rasa

nyeri.

2.9.6 Pemeriksaan dalam (VT) 7,8,9

DSU (Doubel Set-Up) yaitu VT di kamar operasi dengan persiapan operasi

seksio sesarea. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena

bahayanya sangat besar.

a. Bahaya pemeriksaan dalam :

- Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat

- Terjadi infeksi

- Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematur

b. Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam :

- Pasang infus dan persiapkan donor darah

- Kalau dapat, pemeriksaan dilakukan di kamar bedah, di mana fasilitas

operasi segera telah tersedia

- Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara lembut

- Jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikalis, tetapi raba dulu

bantalan antara jari dan kepala janin pada forniks (anterior dan posterior)

yang disebut uji forniks (fornices test)

23

- Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-

pelan

c. Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum :

- Menegakkan diagnosa apakah perdaran oleh Placenta Previa atau oleh

sebab-sebab lain

-    Menentukan jenis klasifikasi Placenta Previa, supaya dapat diambil sikap

dan tindakan yang tepat

d. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum :

-     Perdarahan banyak, lebih dari 500cc

-     Perdarahan yang sudah berulang-ulang (recurrent)

-     Perdarahan sekali, banyak dan Hb dibawah 8 gr%,

-     His telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar rahim (viable)

2.10 KOMPLIKASI 10,11

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita

plasenta previa:

1. Komplikasi maternal

Tingkat mortalitas maternal adalah 0,2 %

Selama masa kehamilan dapat terjadi

a. Abortus

b. Persalinan premature

c. Perdarahan antepartum

d. Malpresentasi

e. Kepala tidak bisa memasuki PAP

Selama masa persalinan dapat terjadi

a. Ruptur membran premature

b. Tali pusat menumbung

c. Inersia uteri

d. PPH

24

e. Plasenta rest

f. Plasenta akreta

g. Laserasi uterus bagian bawah

h. Emboli udara melalui bagian bawah plasenta

2. Komplikasi fetus

Tingkat mortalitas fetus adalah 20%. Komplikasi lain yang dapat terjadi

adalah:

a) Prematuritas, terjadi pada 46-60% dan juga merupakan penyebab

utama dari komplikasi neonatal.

b) Asfiksia ( respiratory distress syndrome )

c) Malformasi congenital

d) Anemia

2.11 DIAGNOSIS BANDING

a.   Solusio Placenta

b. Abruptio plasenta

c.   Kehamilan dengan :

- Trauma pada vagina

- Varises yang pecah

- Ca cervik

- Polip endocervik

2.12 PENATALAKSANAAN

Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester

kedua atau ketiga harus dirawat di Rumah Sakit. Dilakukan pemeriksaan darah

lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh (jika Rh negatif RhoGram perlu

diberikan pada pasien yang belum pernah mengalami sensitisasi). Bila pasien

dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus segera diperbaiki

keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah. 6,8

Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :

- Keadaan umum pasien, kadar Hb

25

- Jumlah perdarahan yang terjadi

- Umur kehamilan / taksiran berat badan janin

- Jenis plasenta previa

- Paritas dan kemajuan persalinan

Rencana penanganan :

- Istirahat baring mutlak

- Infus D5 % dan elektrolit

- Spasmolitik, tokolitik, plasenotropik, roboransia

- Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah

- Pemeriksaan USG

- Awasi perdarahan terus menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung

janin

- Apabila ada tanda-tanda plasenta previa, tergantung keadaan, pasien

dirawat sampai kehamilan 37 minggu, selanjutnya penanganan segera aktif

Kriteria penanganan ekspektatif :

- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu, atau berat bada janin di bawah

2500 gr

- Perdarahan sedikit dan berhenti

- Belum ada tanda-tanda persalinan

- Keadaan umum pasien baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih

Pada keadaan ini pasien dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan

dengan syarat telah mendapatkan konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga

agar dengan segera kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang,

walaupun kelihatannya tidak mencemaskan. Pada kehamilan antara 24 minggu

sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan

paru janin. Dalam keadaan stabil tidak ada keberatan pasien dirawat di rumah

atau rawat jalan. 6,8,12

Pada keadaan yang kelihatan stabil dalam rawatan di luar rumah sakit

hubungan suami istri dan kerja rumah tangga perlu dihindari kecuali jika setelah

26

pemeriksaan USG ulangan (yang dianjurkan minimal setelah 4 minggu),

memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostium uteri internum.

Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan terhadap pasien

dilakukan pemantauan kesejahteraan janin dan observasi kesehatan maternal.

Perdarahan pada plasenta previa berasal dari ibu karenanya keadaan janin tidak

sampai membahayakan. Pada lebih kurang 20 % pasien plasenta previa datang

dengan tanda his. Dalam keadaan janin masih prematur dipertimbangkan

pemberian tokolitik untuk menekan his buat sementara waktu sembari memberi

steroid untuk mempercepat pematangan paru janin.

Perdarahan pada trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat. Serangan

perdarahan ulang yang banyak bisa saja terjadi sekalipun pasien

diistirahatbaringkan. 6,8,12

2.12.1 Penanganan konservatif

Jika perdarahan sedikit dan janin masih prematur, pasien dirawat dengan

sikap istirahat baring di rumah sakit dimana terdapat cukup fasilitas untuk

memantau keadaan ibu dan janin dengan baik serta mampu mendukung tindakan-

tindakan jika ini kemudian ternyata diperlukan disamping tersedia fasilitas

pendukung lain seperti unit transfusi darah, anestesia, ultrasonografi, electronic

fetal monitoring, kamar rawat intensiv neonatus, dsb bila sewaktu-waktu fasilitas

tersebut diperlukan. Jika perlu ibu diberi transfusi darah dengan packed red cell

untuk menjaga kadar Hb yang normal dan diberi tokolitik sulfas magnesium untuk

memperpanjang masa kehamilan serta kortikosteroid untuk mempercepat

pematangan paru janin sebagai langkah antisipasi jika tiba-tiba terjadi perdarahan

ulangan yang biasanya semakin banyak dan terminasi kehamilan terpaksa

dilakukan. Pemeriksaan ultrasonografi serial diperlukan pada pasien dengan

perdarahan awal dalam kehamilan muda. Dengan uterus yang bertambah besar

dan segmen bawah rahim bertambah lebar, plasenta akan mengikutinya kearah

fundus seolah ikut bermigrasi/pindah bergerak ke atas. Dengan adanya fenomena

ini, plasenta yang pada kehamilan lebih muda terdeteksi dengan ultrasound

menutupi ostium uteri, pada pemeriksaan ulangan di usia kehamilan yang lebih

tua mungkin telah tidak menutupi ostium lagi. Oleh sebab itu pemeriksaan

27

ultrasonografi ulangan penting untuk menentukan sikap dalam penanganan

sekaligus mengetahui letak dan maturitas janin.

Penanganan konservatif dapat dilanjutkan sampai kehamilan mencapai usia

37 minggu. Umumnya pada waktu ini janin sudah matur. Kalau perlu dilakukan

amniosentesis untuk menetapkan rasio lesitin/sfingomielin dalam cairan ketuban

sebelum terminasi dengan induksi dilakukan. Rasio L/S 2 berarti bahan

surfaktan di paru-paru janin telah cukup untuk mencegah kolapsnya alveolus

setelah bayi lahir dan bayi tidak akan menderita sindroma kesukaran pernafasan

(respiratory distress syndrome) yang dulu dikenal dengan sebutan “hyaline

membrane disease”. Induksi partus dengan amniotomi dapat dilakukan pada kasus

dengan plasenta previa parsialis bila tidak ada perdarahan banyak dan partus

spontan telah mulai. Dengan pemecahan ketuban volume uterus menjadi lebih

kecil dan his menjadi lebih kuat serta bagian terdepan janin akan terdorong lebih

kedepan dan mentampon plasenta hal mana membantu mengurangi bahkan bisa

meniadakan perdarahan selanjutnya sementara pembukaan serviks bertambah

lebar dan kepala makin turun.6,8,12

2.12.2 Penanganan aktif

Dilakukan terminasi kehamilan dengan bedah sesar pada plasenta previa

totalis atau dengan perdarahan banyak, dan induksi partus pada plasenta previa

parsialis dengan keadaan ibu dan fetus yang stabil bila kehamilan telah mencapai

usia 37 minggu tanpa menunggu partus mulai spontan. Dasarnya adalah untuk

menghindari komplikasi perdarahan pada ibu karena diketahui perdarahan

ulangan biasanya semakin banyak dan membahayakan kalau sekiranya ini terjadi.

Bila induksi ternyata gagal dilanjutkan dengan bedah sesar. Bedah sesar langsung

dilakukan sekali pun janin masih prematur atau bahkan pada janin yang telah mati

jika ibu mengalami perdarahan banyak yang membahayakan untuk mencegah

morbiditas yang lebih berat atau mortalitas maternal. Bayi yang prematur dirawat

dalam unit rawat intensiv neonatus.6,8,12

Kriteria penanganan aktif :

28

- Umur kehamilan > 37 minggu, berat badan janin > 2500 gram, tes maturasi

menunjukkan paru janin sudah matang

- Perdarahan banyak, 500 cc atau lebih

- Ada tanda-tanda persalinan

- Keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemis, Hb < 8 gr%

Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan

dipilih adalah :

- Jenis plasenta previa

- Banyaknya perdarahan

- Keadaan umum ibu hamil

- Keadaan janin : hidup, gawat, atau meninggal

- Pembukaan jalan lahir

- Paritas

- Fasilitas penolong dan Rumah Sakit

Indikasi seksio sesarea :

- Plasenta previa totalis

- Plasenta previa pada primigravida

- Plasenta previa, letak janin lintang atau sungsang, atau panggul sempit

- Anak berharga dan fetal distress

- Plasenta previa lateralis jika :

a. Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak

b. Sebagian besar orifisium uteri internum ditutupi plasenta

c. Plasenta terletak disebelah belakang / posterior

d. Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan

cepat

Seksio sesarea dilakukan pada hampir semua kasus plasenta previa,

dengan tujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan

demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi

29

menghentikan perdarahan, dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan

segmen bawah uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan

pervaginam. Kebanyakan seksio sesarea pada plasenta previa dapat

dilaksanakan melalui insisi melintang pada segmen bawah rahim, bagian

anterior terutama bila plasenta terletak di belakang dan segmen bawah

rahim telah terbentuk. Apabila plasenta terletak di anterior insisi ini dapat

juga dilakukan oleh dokter yang ahli dengan melakukan insisi pada dinding

rahim dan plasenta dengan cepat dan dengan cepat pula mengeluarkan janin

dan menjepit tali pusat sebelum janin sempat mengalami perdarahan (fetal

exsanguination) akibat plasentanya terpotong. Seksio sesarea klasik dengan

insisi vertikal pada rahim hanya dilakukan bila janin dalam letak lintang

atau terdapat varises yang luas pada segmen bawah rahim.

Partus per vaginam dilakukan pada pasien plasenta previa

marginalis atau lateralis pada multipara. Persalinan pervaginam bertujuan

agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang

berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti.

Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk

melangsungkan persalinan pervaginam. Indikasi amniotomi pada plasenta

previa adalah 7,8,9 :

a) Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila

telah ada pembukaan

b) Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis

dengan pembukaan 4 cm atau lebih

c) Plasenta previa lateralis / marginalis dengan janin yang sudah

meninggal

2.13 PROGNOSIS

30

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik

jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih

dini dan tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah

dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit. Rawat inap yang

lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus dengan riwayat seksio

sesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.

Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi juga

menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian, banyak

komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum

terlepas dari komplikasi kelahiran prematur. Kelahiran prematur belum

sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan,

karena tidak semua wanita dengan plasenta previa dan janin prematur dapat

menjalani penatalaksanaan konservatif. Hubungan pertumbuhan janin

terhambat dan kelainan bawaan dengan plasenta previa belum terbukti. 8,11,12

31

BAB 3

LAPORAN KASUS

STATUS IBU HAMIL

Anamnesa Pribadi

Nama : Ny. B

Umur : 33 Tahun

Alamat : Jln. Taufik, Gg. Sarjana

Agama : Kristen Protesten

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Tanggal masuk : 01 Desember 2015

G P A : G3 P2 A0

Anamnesa Penyakit

Ny. B, 33 tahun, G3P2A0, Batak, Kristen, IRT, i/d. Tn. H, 35 tahun, Batak,

Kristen, Wiraswasta, datang dengan

Keluhan utama: Mules- mules mau melahirkan

Telaah : Hal ini dialami oleh pasien sejak 2 jam yang lalu. Riwayat darah

lendir (+). Riwayat keluar air - air dari kemaluan (-). Riwayat

keputihan (-), berbau (-), gatal (-). Riwayat kusuk (-). Pasien

merupakan pasien ANC rujukan dari Poli Ibu Hamil dengan

32

diagnosa plasenta previa totalis. BAK (+) normal, BAB(+)

normal

RPT : tidak jelas

RPO : tidak jelas

Riwayat Haid:

HPHT : ?/02/2015

TTP : ?/11/2015

ANC : Dokter 4x

Riwayat persalinan :

1. ♀, aterm, 3500gr, PSP, bidan, 6 tahun, sehat.

2. ♂, aterm, 3000gr, PSP, bidan, 4 tahun, sehat.

3. Hamil ini.

Pemeriksaan Fisik

Status Presens:

Sensorium : Compos mentis Anemia : (-)

Tek.darah : 120/90 mmHg Ikterus : (-)

Frek. Nadi : 96 x/i Sianosis : (-)

Frek. Nafas : 18 x/i Dyspnoe : (-)

Suhu : 36,3 0C Edema : (-)

Status Generalisata:

Mata : Konj. palp. inf. pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)

T/H/M : tidak dijumpai kelainan

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorak : Paru : SP vesikuler, ST: wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung: S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-)

Ekstremitas : Superior : Oedem (-/-), Clubbing finger (-)

Inferior : Oedem (-/-), Clubbing finger (-)

33

Status Obstetrikus

Abdomen : Membesar asimetris

Tinggi fundus uteri : 3 cm di bawah procesus xyphoideus

Bagian tegang : kiri

Bagian terbawah : kepala

Gerak janin : (+)

His : 2x10”/10’

DJJ : 147 x/menit

Pemeriksaan penunjang

Hasil laboratorium tanggal:

Hb : 8,6 g/dL

Ht : 24,40 %

Leu : 10,29 103/mm3

Tromb : 243 103/mm3

KGD ad random : 98,30 mg/dl

Ur/Cr : 10,00/0,57 mg/dl

Na/K/Cl : 137/3,3/110 mEq/L

Albumin : 3,1 g/dL

Fibrinogen : 383,0 mg/dL

D-dimer : 890 ng/dL

PT/INR/aPTT/TT : 12,2/0,87/24,5/13,8

Hasil USG tanggal 27/7/2015:

TAS

JT, AH, PK

FM (+), FHR (+)

34

BPD : 9,52 cm

FL : 2,9 cm

AC : 34,4 cm

Air ketuban cukup

Plasenta : Previa Totalis

Kesan: IUP936-38) minggu+ plasenta previa totalis+ PK+ AH

Diagnosis:

Plasenta Previa Totalis + MG + KDR (36-38)mgg + PK+ Anak Hidup + Inpartu +

Prev. SC 1x

Penatalaksanaan:

Tirah Baring Total

IVFD RL 20gtt/i

Inj. Ampicilin 2gr/12 jam

Awasi tanda-tanda vital, his, dan Denyut jantung janin

Rencana:

SC cito

Follow up Tgl 02 Desember 2015

S : Nyeri pada bekas operasi

O:

Status

Presens

Sens : CM Anemis (-)

TD : 100/60 mmHg Ikterik (-)

HR : 84x/i Sianosis (-)

RR : 20x/i Dispnoe (-)

Temp : 36.8 Edema (-)

35

Status

Obstetri

Abdomen : soepel, peristaltik(+)N

TFU : 2 jari bawah pusat

P/V : lochia(+) rubra

BAK : (+) via kateter

BAB : (-) Flatus(+)

A : Post SC a/I Plasenta Previa Totalis+ NH1

P :

IVFD RL 20 gtt/i + oxytocin 10-10-5-5 20gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam

Inj. Ketorolac 30mg/8jam

Inj. Ranitidine 50mg/12jam

Inj. Transamin 500mg/24jam

R : Transfusi PRC 3 Bag

Mobilisasi bertahap

Aff kateter

BAB 4

ANALISA KASUS

Teori Kasus

Faktor risiko terjadinya plasenta previa

adalah :

Pada kasus ini, pasien mempunyai

faktor risiko berupa :

36

Usia ibu > 35 tahun

Multiparitas

Operasi pada uterus sebelumnya

(mis: SC, Miomectomy, dll)

Merokok

Riwayat abortus

Riwayat plasenta previa

sebelumnya

Gemeli

Multiparitas

Operasi SC sebelumnya

Diagnosis dilakukan dengan cara

anamnesis, pemeriksaan obstetrik dan

pemeriksaan penunjang yaitu USG.

Dari USG TAS dijumpai plasenta

menutupi seluruh OUI.

Penatalaksanaan tergantung pada :

• Keadaan umum pasien, kadar Hb.

• Jumlah perdarahan yang terjadi.

• Umur kehamilan/taksiran BB janin.

• Jenis plasenta previa.

• Paritas dan kemajuan persalinan.

Penanganan Ekspektatif dilakukan pada :

- Umur kehamilan < 37 minggu.

- Perdarahan sedikit

- Belum ada tanda-tanda persalinan

- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr%

atau lebih.

Rencana penangan :

- Istirahat baring mutlak

- Infus NaCl 0,9% / RL

- Tokolitik jika terdapat kontraksi

- Pematangan paru dengan

Pada pasien ini diberi penanganan

ekspektatif sesuai dengan teori. Terapi

yang diberikan adalah :

- Total Bed Rest

- IVFD RL 20 gtt/i

- Transfusi PRC 3 bag @ 175cc

Pasien dipulangkan setelah 3 hari

bebas perdarahan.

37

kortikosteriod

- Periksa Hb, HST, CT, golongan darah

- Periksa USG

- Awasi perdarahan terus menerus, VS

dan DJJ

- Pasien dirawat sampai kehamilan 37

minggu selanjutnya penanganan secara

aktif.

Penangan Aktif jika :

- Umur kehamilan ≥ = 37 minggu, BB

janin ≥ 2500 gram.

- Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.

- Ada tanda-tanda persalinan.

- Keadaan umum pasien tidak baik ibu

anemis Hb < 8 gr%.

Partus Pervaginam :

- Hanya jika pada plasenta previa letak

rendah anterior dan plasenta previa

marginalis anterior dengan jumlah

perdarahan sedikit.

- Jika pembukaan serviks sudah 4-5 cm

dilakukan amniotomi, jika his lemah

diberikan oksitosin drips.

- Bila perdarahan masih terus

berlangsung dilakukan SC.

Permasalahan

1. Apakah penanganan pada pasien ini sudah tepat?

38

2. Sebagai dokter umum apabila menemukan kasus seperti ini apa yang harus

dilakukan?

DAFTAR PUSTAKA

39

1. Chamberlain G., Obstetrics by Ten Teachers:

Anatomy & Physiology of The Placenta,cord, & membranes, 16thed, 1995,

Edward Arnold, London, pg 7-12

2. John C., Hauth C., Leveno K. J., Gilstrap III L., Bloom Steven, Wenstrom

KD.,Williams Obstetrics

Implantation, Embryogenesis, and Placental Development, 23nd ed, 2010,

USA, McGraw-Hill Companies, Inc., pg 34-46

3. Prawirohardjo S., Wiknjosastro H., Sumapraja S. 1997. Ilmu Kebidanan.

Perdarahan Antepartum: Plasenta Previa. Ed 3. Jakarta. Pg 363-76

4. Baerger N. R. 2011. Manual of Pathology of the Human Placenta. Placenta

Previa. 2nd Ed. USA. Pg 216

5. Babycentre Medical Advisory Board. 2010. Placenta Previa.

Diunduh dari:

www.babycentre.com/0_placenta-previa_830.bc

6. Obstetrical Hemorrhage, ALARM International, Jakarta, Juni 2010.

7. Placenta previa. Department of Women & Infant Nursing The Ohio State

University Medical Center.

8. Perdarahan Antepartum, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri –

Ginekologi RS Dr. Pirngadi Medan, 1993. Hal : 6 – 17.

9. Saifuddin AB, Winkjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, Perdarahan pada

Kehamilan Lanjut dan Persalinan, Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, 2002. Hal : M18 – 24.

40

10. Wikanjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Penerbit Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005.

11. Ratnam SS, et al. Problem Oriented Approach to Obstetric & Gynaecology.

Oxford University Press Pte Ltd. Singapore. 1997

12. Leveno, Kenneth J, Cunningham, F, Gary, et al. Williams Manual of

Obstetrics. 21st edition. International Edition. McGraw-Hill. Singapore.

2003.