15
Implementasi Peraturan Menteri Keuangan Implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.011/2012 Nomor 224/PMK.011/2012 Pemungutan PPh Pasal 22 di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain Jakarta, Februari 2013

PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

Implementasi Peraturan Menteri KeuanganImplementasi Peraturan Menteri KeuanganNomor 224/PMK.011/2012Nomor 224/PMK.011/2012

Pemungutan PPh Pasal 22 di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain

Jakarta, Februari 2013

Page 2: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

2

Page 3: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

3

PPh Pasal 22 Impor atau Usaha Lain

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010 Tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Lain (disempurnakan)

Dasar HukumDasar Hukum

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.011/2012 Tanggal 26 Desember 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 Tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Lain

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 Tanggal 30 April 2001 Tentang Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran dan Pelaporannya (dicabut)

Page 4: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

4

Pemungut Pajak

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Tidak ada Ps 1 ayat (1) e.

Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:1. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan2. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara,berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.

Ps 1 huruf e.Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;

Ps 1 ayat (1) f.Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri;

Tidak ada Ps 1 ayat (1) g.Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;

Page 5: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

5

Pemungut Pajak

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012

Tidak ada Ps 1 ayat (2) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja dalam hal ini adalah industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.

Tidak ada Ps 1 ayat (3)Pedagang pengumpul sebagaimana dimaksud PMK ini adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:a. mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan; danb. menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.

Page 6: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

6

Tarif Pungutan Pajak

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012

Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012

Ps 2 ayat (1) a.Atas impor :1. Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% dari nilai impor, kecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% dari nilai impor;2. tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 7,5% dari nilai impor; dan/atau3. tidak dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.

Ps 2 ayat (1) b.Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c, dan huruf d sebesar 1,5% dari harga pembelian.

Ps 2 ayat (1) b.Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e, sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

Ps 2 ayat (1) c. angka 1.1. BBM sebesar: a. 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada SPBU Pertamina; b. 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada SPBU bukan Pertamina dan Non SPBU;

Ps 2 ayat (1) c.Atas penjualan BBM, BBG, dan pelumas oleh produsen atau importir BBM, BBG, dan pelumas adalah sebagai berikut:1. BBM sebesar:a) 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada SPBU Pertamina;b) 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada SPBU bukan Pertamina;c) 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada pihak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b).2. BBG sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN;3. pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN.

Page 7: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

7

Tarif Pungutan Pajak

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Ps 2 ayat (1) d. Tidak ada untuk industri farmasi (angka 5. pada PMK 224/PMK.011/2012)

Ps 2 ayat (1) d.Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi: 1. penjualan semua jenis semen sebesar 0,25%; 2. penjualan kertas sebesar 0,1%; 3. penjualan baja sebesar 0,3%; 4. penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih sebesar 0,45%; 5. penjualan semua jenis obat sebesar 0,3%,dari dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Tidak ada Ps 2 ayat (1) e.Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor sebesar 0,45% dari dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

Ps 2 ayat (1) e.Sama dengan huruf f. PMK 224/PMK.011/2012

Ps 2 ayat (1) f.Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012

Ps 2 ayat (3)Besarnya tarif pemungutan yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.

Ketentuan Ps 2 ayat (3) hanya berlaku untuk Pemungutan PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final

Page 8: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

8

Dikecualikan dari Pemungutan PPh Ps 22

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012 Ps 3 ayat (1) a.

Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan

Ps 3 ayat (1) b, c, dan dSama dengan PMK 224/PMK.011/2012

Ps 3 ayat (1) b, c, dan dSama dengan PMK 154/PMK.03/2010

Ps 3 ayat (1) e.Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d, berkenaan dengan:1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.

Ps 3 ayat (1) e.Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan:1. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;2. pembayaran yang dilakukan pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;3. pembayaran untuk:a) pembelian BBM, BBG, pelumas, benda-benda pos;b) pemakaian air dan listrik.

Ps 3 ayat (1) f.Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG);

Dicabut

Page 9: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

9

Dikecualikan dari Pemungutan PPh Ps 22

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012

Ps 3 ayat (2) Pengecualian dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tetap berlaku dalam hal barang impor tersebut dikenakan tarif bea masuk sebesar 0%.

Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012

Ps 3 ayat (3) dan (4)Pengecualian dari Pemungutan PPh Ps 22 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf f dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak, kecuali untuk yang dimaksud pada ayat (1) huruf d, e, dan g dilakukan tanpa SKB.

Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012

Ps 3 ayat (5)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c dan ayat (2) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang tata caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan/atau Direktur Jenderal Pajak.

Page 10: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

10

Saat Terutang PPh Ps 22

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012 Ps 4 ayat (1)

PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk.

Ps 4 ayat (2) Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB).

Ps 4 ayat (2) Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan dan tidak termasuk dalam pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas impor (PIB).

Ps 4 ayat (3) PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d terutang dan dipungut pada saat pembayaran.

Ps 4 ayat (3) PPh Pasal 22 atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e, terutang dan dipungut pada saat pembayaran

Ps 4 ayat (4) PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif terutang dan dipungut pada saat penjualan

Ps 4 ayat (4) PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf f dan penjualan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf g, terutang dan dipungut pada saat penjualan.

Ps 4 ayat (5) PPh Pasal 22 atas penjualan hasil bahan bakar minyak, gas dan pelumas terutang dan dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery order).

Ps 4 ayat (5) PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf h, terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang (delivery order).

Ps 4 ayat (5) PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul terutang dan dipungut pada saat pembelian.

Ps 4 ayat (6) PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf i, terutang dan dipungut pada saat pembelian.

Page 11: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

11

Tata Cara Pemungutan PPh Ps 22

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Sama dengan PMK 224/PMK.011/2012 Ps 5 ayat (1)

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh: a. importir yang bersangkutan; atau b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Ps 5 ayat (2) Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.

Ps 5 ayat (2) Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.

Ps 5 ayat (3) Pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan BBM, BBG dan pelumas, dan penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP.

Ps 5 ayat (3) Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.

Ps 5 ayat (4) Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP

dicabut

Page 12: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

12

Tata Cara Penyetoran PPh Ps 22

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Ps 6 ayat (1) Penyetoran PPh Pasal 22 oleh importir, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d, menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai Bukti Pemungutan Pajak.

Ps 6 ayat (1) Penyetoran PPh Pasal 22 oleh importir, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dilakukan dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai Bukti Pemungutan Pajak.

Ps 6 ayat (2) Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf e, huruf f, dan huruf g, wajib menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangkap 3 (tiga), yaitu :a. lembar kesatu untuk Wajib Pajak (pembeli/pedagang pengumpul);b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22); danc. lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.

Ps 6 ayat (2) Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i, wajib menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:a. lembar kesatu untuk Wajib Pajak yang dipungut;b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22); danc. lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.

Page 13: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

13

Pelaporan PPh Ps 22

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Ps 7Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib melaporkan hasil pemungutannya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayanan Pajak.

Ps 7 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i, wajib melaporkan hasil pemungutannya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayanan Pajak.

Ps 8Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan pelaporan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dilakukan sesuai jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran dan pelaporan pemungutan pajak.

dicabut

Page 14: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

14

Pemungutan PPh Ps 22

PMK 154/PMK.03/2010 PMK 224/PMK.011/2012Ps 9 ayat (1)Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, pembelian barang oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d, penjualan hasil produksi industri semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif dan pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut.

Ps 9 ayat (1) Pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf i bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut.

Ps 9 ayat (2)Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas kepada: a. penyalur/agen bersifat final;b. selain penyalur/agen bersifat tidak final.

Ps 9 ayat (2) Pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf h atas penjualan kepada: a. penyalur/agen bersifat final;b. selain penyalur/agen bersifat tidak final.

Page 15: PMK 224/PMK.011/2012 (PPH Psl. 22)

PERTAMINA

15