Pneumonia 1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUANA. SKENARIO (LBM) An. Rifqi (6 bulan) digendong ibunya ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas dan batuk. Saat diperiksa Ns Rani didapatkan respirasi rate 52 kali/menit. Klien susah minum/menyusu pada ibunya. Ibu klien tampak cemas saat datang ke puskesmas. Dokter juga menegakkan diagnose medis pneumonia. Maka Ns Rani pun menentukan klasifikasi MTBS. Masalah keperawatan yang diangkat Ns Rani adalah tentang status respiratorius dan kemampuan untuk menyusu. Selain itu Ns Rani juga memberikan penyuluhan tentang factor resiko pneumonia pada saat keluarga mau pulang.

B. ANALISA KASUS 1. LANGKAH 1 Klasifikasi Istilah a. b. c. d. e. f. MTBS Pneumonia Respirasi rate Status respiratorius Faktor resiko Diagnosa medis Identifikasi Istilah a. MTBS : Manajemen terpadu balita sakit, terfokus pada balita 0-5 tahun secara menyeluruh. b. Pneumonia : Penyakit di saluran pernapasan terutama di daerah paru yang disebabkan oleh agen infeksi c. Proses infeksi akut yang mengenai paru/alveoli disebabkan oleh mikroorganisme Respirasi rate : Rata-rata pernapasan dalam 1 menit, pada laki-laki normalnya 14-18 x/menit dan pada perempuan normalnya 16-20 x/menit.

Keperawatan penyakit tropis

1

d.

Status respiratorius : keadaan pernapasan, bisa dilihat dari komponen sistem pernapasan secara keseluruhan.

e.

Faktor resiko : faktor yang dapat memperparah suatu penyakit/ faktor kemungkinan/yang berhubungan.

f.

Diagnosa medis : diagnosa yang ditegakkan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan.

2.

LANGKAH 2 Membuat Daftar Masalah (define the problems)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Patofisiologi dan patogenesis penyakit pneumonia? Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat untuk kasus penyakit pneumonia? Bagaimana cara menentukan klasifikasi dengan MTBS? Program dari MTBS? Pengobatan yang dilakukan pada penyakit pneumonia? Mengapa anak yang mengalami pneumonia tidak dapat menyusu pada ibu nya? Etiologi pada penyakit ini? Discharge planning yang dapat diberikan? Respirasi rate normal pada anak 0 18 tahun?

10. Manifestasi klinisnya? 11. Cara mendiagnosa/ pemeriksaan diagnosis? 12. Pengobatan herbal ? 13. Penatalaksanaan medis dan non medis? 14. Komplikasi penyakit lain yang dapat ditimbulkan oleh penyakit pneumonia? 15. Klasifikasi Penyakit Pneumonia 16. Faktor resiko pneumonia? 17. Vaksinasi Pneumonia? 18. Apakah ISPA sama dengan dengan Pneumonia? 19. Apakah pneumonia mempengaruhi tumbuh kembang anak ? 20. Apa diagnosa bandingnya? 21. Bagaimana pencegahannya?

Keperawatan penyakit tropis

2

3.

LANGKAH 3 Menganalisis masalah (analyze the problems) 16. Faktor resiko pneumonia

Orang yang berhubungan dengan penderita pneumonia dan terpapar secara langsung tanpa alat pelindung. Orang yang terpapar agen penyebab pneumonia tetapi tergantung lagi dari sistem imun orang tersebut.

1.

Patofisiologi penyakit pneumonia Agen --> saluran pernapasan --> pada keadaan normal agen dibunuh oleh makropag --> agen yang masih hidup masuk ke alveolus --> menyebabkan peradangan sehingga terjadi penumpukan dari makropag , sel darah putih, darah, pus, sehingga tersumbat pada alveolus --> menyebabkan susah nafas.

12. Pengobatan yang dilakukan pada penyakit pneumonia Antibiotik, tapi tergantung penyebabnya apakah bakteri, virus, dll Penisilin g untuk bakteri streptococcus Amantadin untuk virus

7. Etiologi pada penyakit ini Bakteri streptococcus pneumonia, stapilococcus auriens Virus para influenza, influenza Jamur Inhalasi candidiasis gas, debu, rokok, dll

Aspirasi makanan dan minuman

10. Manifestasi klinisnya Demam (39,5-40,5), sesak nafas, batuk (dahak berwarna hijau kental), gelisah, sianosis, nyeri dada.

Keperawatan penyakit tropis

3

11. Cara mendiagnosa Foto rontgen Pemeriksaan sputum Untuk lebih spesifik tes serologis

Biopsi paru diambil bagian parunya Spirometri

14. Komplikasi penyakit lain yang dapat ditimbulkan oleh penyakit pneumonia Efusi pleura Pneumonia kronik Hipoksemia

Keperawatan penyakit tropis

4

4.

LANGKAH 4 Pohon Masalah

Etiologi dan Faktor Resiko

Patogenesis dan Patofisiologis

PNEUMONIA

Insiden dan Epidemiologi

Manifestasi Klinis

Klasifikasi

Diagnosa Banding

Pemeriksaan Utama dan Penunjang

Penatalaksanaan

Asuhan Keperawatan

Pengobatan Medis

Pengobatan Herbal

Prognosis dan Komplikasi

Keperawatan penyakit tropis

5

5.

LANGKAH 5 Sasaran Pembelajaran BBM

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Patofisiologi dan patogenesis penyakit pneumonia? Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat untuk kasus penyakit pneumonia? Bagaimana cara menentukan klasifikasi dengan MTBS? Program dari MTBS? Mengapa anak yang mengalami pneumonia tidak dapat menyusu pada ibu nya? Discharge planning yang dapat diberikan? Respirasi rate normal pada anak 0 18 tahun? Vaksinasi Pneumonia? Apakah ISPA sama dengan dengan Pneumonia?

10. Apakah pneumonia mempengaruhi tumbuh kembang anak ?

6.

LANGKAH 6 Belajar Mandiri

7.

LANGKAH 7 Sintesis

2.

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat untuk kasus penyakit pneumonia

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d ada inflamasi dan obstruksi jalan nafas Defiisit volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipneu, dan demam Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratori Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan pada alveolus Nyeri akut b.d agen injury (biologi) Koping keluarga tidak efektif b.d Pola nafas tidak efektif b.d infeksi paru Anxietas b.d proses penyakit

Keperawatan penyakit tropis

6

3. Bagaimana cara menentukan klasifikasi dengan MTBS Perawat bertanya pada ibu ttg keadaan si anak diklasifikasikan berdasarkan data yang didapat untuk menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan, apakah dirawat atau tidak sesuai jenisnya. Bukan pneumonia Pneumonia tanpa nafas cepat

napas cepat ada tanda bahaya

Pneumonia berat

6. Kenapa mengangkat masalah kemampuan menyusunya Pada pneumonia berat ada gangguan pada sistem pernapasan perbatasan antara takutnya ada yang masuk ke paru-paru.

saluran pernapasan dan pencernaan

8. Discharge planning yang dapat diberikan Jangan makan sembarangan Memberi pengobatan untuk mencegah agen infeksi Jauhkan anak dari asap ex. Rokok,dll Jaga kebersihan rumah : ventilasi agar sinar matahari masuk dll

9. Respirasi rate normal pada semua umur a. b. c. d. e. f. < 2bulan 60x/menit 2bulan-< 1 tahun 50x/menit 1 tahun- 5 tahun Laki-laki Perempuan 40x/menit

14-18x/menit 16-20x/menit

Respirasi Rate pada semua umur Bayi baru lahir 1 tahun 3 tahun 6 tahun 14 tahun Dewasa normalnya 30-50X/ menit normalnya 20-40X/ menit normalnya 20-30X/ menit normalnya 16-22X/ menit normalnya 14-20X/ menit normalnya 12-20X/ menit

Keperawatan penyakit tropis

7

11. Cara mendiagnosa pneumonia a. b. c. d. e. f. g. Sinar X dada Pewarnaan gram dari biakan serta uji sensitifitas Biakan darah Pemeriksaan darah untuk mengetahui peningkatan leukosit atau tidak Kadar gas darah arteri Bronkoskopi atau aspirasi transtrakeal Oksimeter nadi

BAB II

Keperawatan penyakit tropis

8

PEMBAHASAN

A. Pengertian ISPA Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Adapun saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneksa seperti sinus-sinus, rongga telinga dan pleura. Istilah ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paruparu) dan organ adneksanya saluran pernapasan. Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

B. Pengertian Pneumonia Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah/kedalam. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Pneumonia di sebabkan oleh beberapa mikooganisme seperti virus, bakteri, parasit dan fungi. Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui : 1. Inhalasi (penghirupan) mikroorgnisme dari udara yang tercemar 2. Aliran darah dari infeksi di organ tubuh yang lain 3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Keperawatan penyakit tropis

9

Yang lebih jarang, bakteri dapat mencapai parenkim paru melalui aliran darah dari bagian ekstrapulmonal (khususnya stafilokokus) ataupun dari penggunaan obat intravena.

Tabel 3. Kriteria takipnea menurut WHO Gittens MM. Pediatric Pneumonia. Clin Ped Emerg Med J 2002;3(3): 200-14 Umur Laju nafas normal Takipnea (frekuensi/menit) (frekuensi/menit)0-2 bulan 2-12 bulan 1-5 tahun >5 tahun 30-50 25-40 20-30 15-25 60 50 40 20

C. Epidemiologi Pneumonia dapat menyerang semua orang, semua umur, jenis kelamin serta tingkat sosial ekonomi. Menurut Depkes RI. Kejadian kematian pneumonia pada anak balita berdasarkan SKRT 2001, urutan penyakit menular penyebab kematian pada bayi adalah pneumonia, diare, etanus, infeksi saluran pernafasan akut sementara proporsi penyakit menular penyebab kematian pada balita yaitu pneumonia (22,5%), diare (19,2%) infeksi saluran pernafasan akut (7,5%), malaria (7%), serta campak (5,2%). Berikut ini jumlah penderita pneumonia balita yang ada di Kalimantan Selatan Table 1. Jumlah Penderita Pneumonia Balita di Kalimantan Selatan No. Propinsi 2008 Jumlah Penderita Pneumonia Balita 1 2 3 4 5 6 7 TANAH LAUT KOTA BARU BANJAR BARITO KUALA TAPIN HULU SUNGAI SELATAN HULU SUNGAI TENGAH 412 1 289 1 64 281 1

Keperawatan penyakit tropis

10

8 9 10 11 12 13

HULU SUNGAI UTARA TABALONG TANAH BUMBU BALANGAN KOTA BANJARMASIN KOTA BANJAR BARU

1 149 48 257 2 2

D. Etiologi Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain : 1. Bakteri Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gramnegatif seperti : steptococcus pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, haemophilus influenza. 2. Virus Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus insial pernapasan, hanta virus. 3. Fungi Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum. Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahanbahan lain/noninfeksi 15: 1. Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral. 2. Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti berillium. 3. Extrinsik alergik alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula. 4. Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat. 5. Pneumonia karena radiasi. 6. Pneumonia dengan penyebab tak jelas. E. Patogenesis

Keperawatan penyakit tropis

11

Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu : 1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus neurologis dan usia lanjut 2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien 3. Hematogenik 4. Penyebaran langsung Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar berhasil masuk ke dalam saluran napas bagian bawah yang steril, maka pertahanan pejamu yang gagal membersihkan inokulum dapat menimbulkan proliferasi dan inflamasi sehingga terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor pejamu (endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau pencernaan makanan. Patogen penyebab pneumonia nosokomial ialah bakteri gram negatif dan Staphylococcus aureus yang merupakan flora normal sebanyak < 5%. Kolonisasi di saluran napas bagian atas karena bakteribakteri tersebut merupakan titik awal yang penting untuk terjadi pneumonia. Proses inflamasi pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu :1. Stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus

terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.2. Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat

dan tidak menggabung udara, warna mernjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.3. Stadium hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah

menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis

Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongesif.

Keperawatan penyakit tropis

12

4. Stadium resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah

dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.

F. Faktor Risiko Faktor-faktor resiko pneumonia antara lain : Usia yang ekstrem (sangat muda atau sangat tua), infeksi virus saluran nafas atas, merokok, penyalahgunaan etanol, kanker (khususnya kanker paru), penyakit kronis (misalnya diabetes militus, uremia), bedah abdomen atau toraks, dirawat di tempat tidur terlalu lama, Pipa endotrakeal atau trakostomi, fraktur tulang iga, terapi imunoupresif dan AIDS, malnutrisi, COPD dan aspirasi secret orofaringeal dll. Faktor yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas Berbagai publikasi melaporkan tentang faktor risiko yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pneumonia. Jika dibuat daftar faktor risiko tersebut adalah seperti berikut : 1. Faktor risiko yang meningkatkan insidens pneumonia o Umur < 2 bulan - Laki-laki o Gizi kurang o Berat badan lahir rendah o Tidak mendapat ASI memadai o Polusi udara o Menempatkan kandang ternak dalam rumah o Kepadatan tempat tinggal o Imunisasi yang tidak memadai o Membedung anak (menyelimuti berlebihan) o Defisiensi Vitamin A 2. Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia o Umur < 2 bulan o Tingkat sosio ekonomi rendah

Keperawatan penyakit tropis

13

o Gizi kurang o Berat badan lahir rendah o Tingkat pendidikan ibu yang rendah o Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah o Kepadatan tempat tinggal o Imunisasi yang tidak memadai o Menderita penyakit kronis

G. Manifestasi Klinik Secara tradisional bentuk pneumonia ini diperkirakan terdapat sebagian dua sindrom yang berbeda, yaitu dengan gambaran tipikal dan atipikal. Sindroma yang tipikal ditandai oleh awitan febris yang mendadak, batuk produktif dengan sputum yang purulen dan kemungkinan nyeri dada pleuretik, tanda konsolidasi paru (pekak pada perkusi, peningkatan fremitus, esofonia, suara nafas bronkhial dan ronkhi). Sindroma pneumonia atipikal ditandai oleh awitan yang lebih bertahap, batuk kering, penonjolan gejala ekstra pulmonalis (seperti: nyeri kepala, mialgia, keletihan, sakit leher, mual muntah serta diare)

H. Pemeriksaan Diagnostik Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa Streptococcus pnemoniae dan Hemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian tentang etiologi di negara berkembang. Jenis bakteri ini ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi spesimen darah. Sedangkan di negara maju dewasa ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus. Menurut WHO, klasifikasi pnemonia adalah penderita dengan gejala

batuk atau sukar bernafas dengan tanda-tanda nafas cepat. Untuk anak umur 1-5 tahun, dikatakan mempunyai nafas cepat apabila frekuensi nafasnya lebih dari 40 kali per menit. Gejala umum pnemonia adalah batuk atau sukar bernafas dan beberapa tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada kedalam atau stridor pada anak dalam keadaan tenang.

Keperawatan penyakit tropis

14

Diagnosis

pneumonia

didapatkan

dari

anamnesis,

gejala

klinis,

pemeriksaan fisik, foto toraks dan laborataritim. Diagnosis pneumonia terutama didasarkan pada gejala klinis berupa batuk, kesukaran berafas. Gambaran rontgen toraks tidak menunjukkan kelainan yang jelas pada penderita bronkitis sedang pada penderita pnemonia atau broncopnemonia didapatkan gambaran infiltrat di paru. Diagnosis pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai umur. Penentuan nafas cepat dilakukan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan dengan menggunkan sound timer.

Batas nafas cepat adalah: 1) Pada anak usia 2 bulan - < 1 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih 2) Pada anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali per menit atau lebih 3) Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih. Diagnosis pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Rujukan penderita pneumonia berat dilakukan dengan gejala batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat minum. Pada klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosisnya adalah : batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit lainnya. Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian terapi yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit, dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Diagnosis didasarkan pada riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisis yang teliti dan pemeriksaan penunjang.

Keperawatan penyakit tropis

15

Anamnesis Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis, sepsis atau ileus.

Pemeriksaan Fisik Tanda yang mungkin ada adalah suhu 390C, dispnea : inspiratory effort

ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena dan meningkat pada daerah yang sehat pada pemeriksaan palpasi, perkusi normal atau redup sampai pekak, pada daerah paru normal tepat diatas area konsolidasi, sering terdengar suara perkusi timpani. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang terkena, pada pemeriksaan inspeksi, dada daerah yang terkena terlihat lebih mencembung, penderita tampak kesakitan pada daerah yang terkena, sehingga mempengaruhi posisi tidur.

Pemeriksaan Penunjang y Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri. y Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas. y Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal. y Pada foto thorak terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding

Keperawatan penyakit tropis

16

dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai : y y y Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris Penebalan pleura pada pleuritis Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel.

I. Pencegahan Pencegahan penyakit pneumonia dapat dilakukan dengan cara: Pencegahan Primer Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain: a. Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan. b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.Di samping itu, zat-zat gizi yang dikonsumsi bayi dan anak-anak juga perlu mendapat perhatian. c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar ruangan. d. Mengurangi kepadatan hunian rumah.

-

Pencegahan Sekunder Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan penambahan oksigen. b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksilin.

Keperawatan penyakit tropis

17

c. Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotik. Bila demam tinggi diberikan parasetamol. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri penisilin dan dipantau selama 10 hari ke depan. Pencegahan Tertier Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah agar tidak munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi balita, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat ini dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti perawatan dan pengobatan. Upaya yang dilakukan dapat berupa: a. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di rumah, beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk. b. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke sarana kesehatan terdekat agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian.

J. Vaksinasi PPV dapat memproteksi tubuh dari agen invasif pneumococcal yang bakteremik. PPV ini bersal dari 23 virus Pneumococcal yang dijinakkan. Vaksinasi yang tersedia untuk mencegah secara langsung pneumonia adalah vaksin pertussis (ada dalam DTP), campak, Hib (Haemophilus influenzae type b) dan Pneumococcus (PCV). Dua vaksin diantaranya, yaitu pertussis dan campak telah masuk ke dalam program vaksinasi nasional di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sedangkan Hib dan pneumokokus sudah dianjurkan oleh WHO dan menurut laporan, kedua vaksin ini dapat mencegah kematian 1.075.000 anak setahun. Namun, karena harganya mahal belum banyak negara yang memasukkan kedua vaksin tersebut ke dalam program nasional imunisasi. 1. Vaksin Campak Campak adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini dapat dikatakan ringan karena dapat sembuh dengan sendirinya, namun dapat dikatakan berat dengan berbagai komplikasi seperti pneumonia yang

Keperawatan penyakit tropis

18

bahkan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak kurang gizi dan anak dengan gangguan sistem imun. Komplikasi pneumonia yang timbul pada anak yang sakit campak biasanya berat. Menurunkan kejadian penyakit campak pada balita dengan memberikan vaksinasi dapat menurunkan kematian akibat pneumonia. Sejak 40 tahun lalu telah ada vaksin campak yang aman dan efektif, cakupan imunisasi mencapai 76%, namun laporan tahun l2004 menunjukkan penyakit campak masih menyerang 30 40 juta anak. 2. Vaksin Pertusis Penyakit pertussis dikenal sebagai batuk rejan atau batuk seratus hari. Penyakit ini masih sering ditemui. Penyakit ini disebabkan infeksi bacteria Bordetella pertussis. Vaksinasi terhadap penyakit ini sudah lama masuk ke dalam program imunisasi nasional di Indonesia, diberikan dalam sediaan DTP, bersama difteri dan tetanus. Pada negara yang cakupan imunisasinya rendah, angka kematian masih tinggi dan mencapai 295.000 390.000 anak pertahun. 3. Vaksin Hib Pada negara berkembang, bakteri Haemophilus influenzae type b (Hib) merupakan penyebab pneumonia dan radang otak (meningitis) yang utama. Diduga Hib mengakibatkan penyakit berat pada 2 sampai 3 juta anak setiap tahun. Vaksin Hib sudah tersedia sejak lebih dari 10 tahun, namun penggunaannya masih terbatas dan belum merata. Pada beberapa negara, vaksinasi Hib telah masuk program nasional imunisasi, tapi di Indonesia belum. Di negara maju, 92% populasi anak sudah mendapatkan vaksinasi Hib. Di negara berkembang, cakupan mencapai 42% sedangkan di negara yang belum berkembang hanya 8% (2003). Hal ini dimungkinkan karena harganya yang relatif mahal dan informasi yang kurang. WHO menganjurkan agar Hib diberikan kepada semua anak di negara berkembang 4. Vaksin Pneumococcus Pneumokokus merupakan bakteri penyebab utama pneumonia pada anak di negara berkembang. Vaksin pneumokokus sudah lama tersedia untuk anak usia diatas 2 tahun dan dewasa. Saat ini vaksin pneumokokus untuk bayi dan anak dibawah 3 tahun sudah tersedia, yang dikenal sebagai pneumococcal conjugate

Keperawatan penyakit tropis

19

vaccine (PCV). Vaksin PCV ini sudah dimanfaatkan di banyak negara maju. Hasil penelitian di Amerika Serikat setelah penggunaan vaksin secara rutin pada bayi, menunjukkan penurunan bermakna kejadian pneumonia pada anak dan keluarganya terutama para lansia. Saat ini yang beredar adalah vaksin PCV 7, artinya vaksin mengandung 7 serotipe bakteri pneumokokus dan dalam waktu dekat akan tersedia vaksin PCV 10. Hasil penelitian di Gambia (Afrika), dengan pemberian imunisasi PCV 9 terjadi penurunan kasus pneumonia sebesar 37%, pengurangan penderita yang harus dirawat di rumah sakit sebesar 15%, dan pengurangan kematian pada anak sebesar 16%. Hal ini membuktikan bahwa vaksin tersebut sangat efektif untuk menurunkan kematian pada anak karena pneumonia.

K. Penatalaksanaan Medis Pengobatan Kuman Penyebab Urutan pemilihan obat Pertama Staphylococcus aureus Nafacillin Oxacillin Kedua atau Sephalosporin generasi ke 1 Vancomicin Ketiga Clindamycin Makrolide

Streptococcus pyrogenes (grup A)

Penicillin Amoxicillin

Sephalosporin generasi 1 Vancomicin

Makrolide Clindamicin

Streptococcus pneumonia

Penicillin G Amoxicillin

Sephalosporin generasi 1

Sephalosporin generasi 1

Pseudomonas aeruginosa

Penicillin spekrum luas+tobramycin

Ciprofloxacin+ Penicillin spektrum luas

Azetronam+ Tobramycin

Klebsiella

Sephalosporin

Ciprofloxacin

Imipinem

Keperawatan penyakit tropis

20

pneumonia

Aztreonam

TrimethopriHaemophilus influenza msulfamethoxazole AmoxillinClavulanate

Cefuroxime Amoxicillin atau Ampicillin

Ciprofloxacin Azithromycin

Doxycycline

Makrolide

Mycoplasma pneumonia Doxycycline Azitromycine atau Clamydia pneumonia clarithromycine Fluoroquinolone

-

Ciprofloxacin: dosis, pemberian IV paling baik sebagai infus singkat dibagi dalam pemberian setiap 12 jam 200-400 mg/hari. Pemberian po dibagi dalam pemberian setiap 12 jam 1000 mg/hari. Volume distibusi: 2,5 1/kg, didalam LCS mencapai 15% dari konsentrasi plasma. Eliminasi: 60% dieliminasi renal tanpa diubah (filtrasi glomeruler dan sekresi aktif tubuler), sisanya dimetabolisme dan diekskresi sebagian bilier dan sebagian renal. Resistensi timbul dengan frekuensi sekitar satu dalam 107 -109, terutama di antara stafilokokkus, pseudomonas dan serratia. Resistensi disebabkan satu atau lebih titik mutasi dalam regio pengikat kuinolone dari enzim target, atau karena perubahan dalam permeabilitas organisme tersebut. Waktu paruh serum berkisar antara 3 jam, bioavailabilitas oral 70%, konsentrasi serum puncak 2,4 ug/ml. Efek samping dari ciprofloxacin ialah: mual, muntah, sakit perut, dan diare. Kadang-kadangtimbul sakit kepala, pusing, imsomnia, ruam kulit, gatal-gatal dan demam.

-

Clindamycin: dosis, pemberian IV paling baik sebagai infus dibagi dalam pemberian secara individual setiap 6-12 jam, dewasa 0,6-2,4 g/hari, anak-anak 1540 mg/kg/hari21, dosis oral sebesar 0,15-0,3 g setiap 6 jam (10-20 mg/kg/hari untuk anak-anak menghasilkan kadar serum 2-3 mg/ml. Sekitar 90% obat ini

Keperawatan penyakit tropis

21

terikat protein. Ekskresi terutama dilakukan melalui hati, empedu, dan urin. Clindamycin stafilokokkus, sebesar dan 0,5-5 mg/ml dapat menghambat streptokokkus, dan

pneumokokkus.

Namun,

enterokokkus

organismeorganisme aerob gram negatif resisten terhadap clindamycin (sangat kontrasdengan kerentanan mereka terjadap erytromycin). Resistensi terhadap clindamycin mengakibatkan resistensi silang dengan makrolide lain, disebabkan oleh: (1) mutasi situs reseptor ribosom; (2) modifikasi oleh suatu methilase yang tampak jelas; dan (3) inaktivasi clindamycin secara enzimatis. Efek samping dari clindamycin ialah: diare, mual, dan ruam kulit. Kadang-kadang terjadi juga kerusakan fungsi hati (dengan atau tanpa ikterus) dan neutropenia18. Diperkirakan sekitar 0,01-10% pasien dilaporkan menderita kolitis

pseudomembranosa yang ditandai oleh demam, nyeri abdomen, diare dengan darah dan lendir pada tinja. Oxacillin: dosis pemberian (iv) paling baik sebagsi infus singkat dibagi dalam pemberian setiap 6-8 jam, orang dewasa 2-6 g/hari (sampai 12 hari), dosis untuk anak-anak 20 mg/hari. Waktu paruh plasma 0,5 jam. Eliminasi 50% tidak diubah dieliminasi oleh ginjal, sisanya dimetabolisme oleh hati menjadi metabolit yang tidak aktif18,9,19. Efek samping dari oxacillin ialah: sakit dan thrombophlebitis pada tempat injeksi, mual, muntah, pada kasus berat colitis pseudomembranosa, iritasi neuromuskuler, pada pasien gagal ginjal dapat mengakibatkan hepatitis. Oxacillin: dosis pemberian (iv) paling baik sebagsi infus singkat dibagi dalam pemberian setiap 6-8 jam, orang dewasa 2-6 g/hari (sampai 12 hari), dosis untuk anak-anak 20 mg/hari. Waktu paruh plasma 0,5 jam. Eliminasi 50% tidak diubah dieliminasi oleh ginjal, sisanya dimetabolisme oleh hati menjadi metabolit yang tidak aktif. Efek samping dari oxacillin ialah: sakit dan thrombophlebitis pada tempat injeksi, mual, muntah, pada kasus berat colitis pseudomembranosa, iritasi neuromuskuler, pada pasien gagal ginjal dapat mengakibatkan hepatitis. Penicillin: Untuk penisillin G, dosis pemberian (iv) untuk orang dewasa 1-4 mu/ 4-6 jam, dosis untuk anak-anak 25.000-400.000 unit/kg/hari dalam 4-6 dosis, sedangkan untuk penisillin V, dosis pemberian po untuk orang dewasa 0,25-0,5 g qid, dosis untuk anak-anak 25-50 mg/kg/hari dalam 4 dosis. Ekskresi melalui proses ditubuli ginjal yang dapat dihambat oleh probenesid. Waktu paruh

Keperawatan penyakit tropis

22

eliminasi penisilin darah diperpanjang oleh probenesid, beberapa obat lain juga meningkatkan masa paruh eliminasi penisilin darah, antara lain fenilbutazon, sulfinpirazon, asetasol, dan indometasin. Resitensi penicillin dan agen-agen betalaktam lainnya disebabkan oleh satu dari 4 mekanisme umum : (1) inaktivasi antibiotik oleh beta-laktamase; (2) modifikasi PBPs target; (3) kerusakan penetrasi obat ke dalam PBPs target; dan (4) adanya suatu pompa aliran keluar. Efek samping dari penicillin ialah: semua preparat yang mengandung penicillin, termasuk makanan atau kosmetik, dapat menginduksi sensitisasi. Reaksi-reaksi alergi meliputi; reaksi-reaksi serum sickness (sekarang jarang terjadi-urtikaria, demam, pembengkakan persendian, edema angioneurosis, pruritus berat, dan kesukaran bernafas yang timbul 7-12 hari setelah pemaparan), serta beragam ruam kulit. Selain itu, dapat juga timbul lesi oral, demam, nefritis interstisial (reaksi autoimunterhadap suatu komplek penicillin-protein), eosinofilia, anemia

hemolitik, dan gangguan-gangguan vaskulitis. Amoxicillin: dosis (po) untuk orang dewasa 0,25-0,5 g/qid, dosis untuk anakanak 20-40mg/kg/hari dalam 3 dosis. Eliminasi 80% dieliminasi oleh ginjal dalam keadaan tidak diubah, sisanya dimetabolisme oleh hati menjadi metabolit yang tidak aktif. Ikatan protein plasma 20%, waktu paruh plasma 1 jam (bayi baru lahir 3,5 jam). Absorbsi amoxicillin disaluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoxicillin mencapai kadar dalam darah yang tingginya 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin9. Efek samping dari amoxicillin dapat menimbulkan ruam kulit yang secara alamiah bukan alergi. Penicillin G: pemberian dosis penicillin G tinggi dengan iv secara kontinyu juga dapat diterima, sekalipun jarang digunakan. Dosis penicillin G oral haruslah sampai 4-5 kali lebih besar daripada dosis IM. Oleh karena itu penicillin G tidak dianjurkan untuk diberikan oral. Penicillin yang diberikan pada dosis 18-24 juta unit dapat menghambat enterokokkus, namun pemberian aminoglikoside secara simultan penting untuk mencapai bakterisid yang diperlukan dalam pengobatan endokarditis enterokokkus18. Waktu paruh normal penicillin G sekitar 30 menit, pada gagal ginja waktu paruh dapat mencapai 10 jam. Penicilin G didistribusi luas dalam tubuh, kadar obat memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, finjal, usus, limfe, dan semen, tetapi dalam CSS sukar dicapai9. Penicillin G mudah rusak

Keperawatan penyakit tropis

23

dalam suasana asam. Penicillin G dapat mengakibatkan nefropati, berupa nefritis interstitium, diperkiran terjadi berdasrakn mekanisme reaksi imun yang tidak tergantung dari dosis dan lamanya terapi. Diatesi hemoragik dapat pula ditimbulkan oleh penicillin G. Sephalosporin generasi 1 : kelompok ini meliputi cefadroxil, cefazolin, cephalotin, cephapirine, dan cephradine. Cefadroxil: dosis (po) untuk orang dewasa 0,5-1 g/hari-2X, dosis untuk anakanak 30 mg/kg/hari dalam 2 dosis9. Efek samping dari cefadroxil ialah: parestesi pada tungkai, keluar banyak keringat, palpitasi, sakit kepala, pusing, gatal-gatal, demam, anaphylaxie, eosinoflia, leukopenia, anemia hemolitik yang reversibel, thrombositopenia, urticaria dan exanthema. Cefaleksin: dosis untuk orang dewasa 0,25-0,5 g/4X, dosis untuk anak-anak 2550 mg/kg/hari dalam 4 dosis9. Pemberian (po) jam sebelum makan dalam perut kosong dibagi dalam 6-12 jam, untuk orang dewasa 1-4 g/hari (dosis maksimal harian 10 g), dosis untuk anak-anak 25-100 mg/kg/hari. Efek samping dari obat ini antara lain: neurotoksisitas dengan sakit kepala, diplopia, pendengaran bising bingung, hallusinasi, koma, dan serangan kram cerebral pada kelebihan dosis insufesiensi ginjal. Cefazolin dosis (iv) untuk orang dewasa 0,5-2 g/8 jam, dosis untuk anak-anak 25100 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis9. Sefazolin melakukan penetrasi dengan baik ke dalam sebagian besar jaringan18. Efek samping dari sefazolin ialah: walaupun dapat timbul reaksi coom positif langsung, jarang terjadi anemia hemolitik yang jelas. Syok anafilaktik, neutropenia dan leukositopenia juga jarang terjadi. Kenaikan kadar SGOT dan nitrogen urea darah (BUN) dapat terjadi, tetapi dapat kembali normal selama pengobatan masih berlangsung. Vancomycin : dosis untuk orang dewasa pemberian (iv) 30 mg/kg/hari dalam 2- 3 dosis, dosis untuk anak-anak 40 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis9,18. Eliminasi 95% melalui renal tanpa diubah. Waktu paruh plasma 6 jam. Vankomycin tidak diserap melalui saluran cerna, dan untuk mendapatkan efek sistemik selalu harus diberikan iv karena pemberain im meninbulkan nekrosis. Resistensi terhadap vancomycin disebabkan oleh modifikasi situs pengikat D-Ala-D-Ala pada elemen peptidoglikan sehingga ujung D-Ala digantikan oleh D-lactate18. Efek samping

Keperawatan penyakit tropis

24

dari obat ini antara lain; ketulian permanen dan uremia yang fatal dapat terjadi pada pemberian dosis besar, terapi yang lama atau bila diberikan pada pasien payah ginjal9. Anemia, leukopenia, thrombopenia sementara waktu, exanthema, urticaria, gatal-gatal, demam, sakit otot dada dan punggung, anaphylaxie. Imipinem: dosis untuk dewasa (iv) 0,25-0,5 g/6-8 jam. Imipinem tidak diabsorbsi melalui saluan cerna, sehingga harus diberikan secara suntikan. Waktu paruh imipinen 1 jam pada orang dewasa. Pada kelainan fungsi ginjal waktu paru

imipinem dapat mencapai 3,5 jam sampai 4 jam. Efek samping yang paling sering ialah mual, muntah, kemerahan kulit dan reaksi lokal pada tempat infus. Azteronam : dosis pemberian iv paling baik sebagai infus singkat dibagi dalam individual setiap 6-12 jam 1,5-6,0 g/hari (sampai 8,0 g/hari) untuk keseluruhan 514 hari. Eliminasi 66% oleh ginjal dalam keadaan tidak diubah, sisanya dimetabolisme di dalam hati dan dieliminasi melalui tinja dan urin (10% dimetabolisme menjadi metabolit yang masih bersifat farmakologik aktif). Waktu paruh plasma 1,5 jam. Efek samping dari azteronam ialah mual, muntah, diare, peradangan mukosa, sakit dan thrombophlebitis pada tempat injeksi. Doxycycline : dosis untuk orang dewasa (po) dosis awal 200 mg, selanjutnya 100200 mg/hari. Eliminasi 40% melalui renal tanpa diubah, sisanya dimetabolisme didalam hati dan dileiminasi bilier, mengalami sirkulasi enterohepatik. Waktu paruh plasma 16 jam, doxicyclin hampir seluruhnya diabsorbsi dan diekskresi secara perlahan, maka dapat diberikan dalam dosis sekali sehari. Resistensi doxicyclin terdapat tiga mekanisme; (1) penurunan akumulasi intraseluler yang disebabkan oleh gangguan aliran ke dalam atau peningkatan aliran keluar oleh suatu transport aktif dari suatu protein; (2) Proteksi ribosom yang disebabkan oleh produksi protein-protein yang mengganggu ikatan tetracyclin ke ribosom; (3) penonaktifan tetracyclin secara enzimatis. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain: penimbunan lemak didalam hati, pancreatitis, peninggian TIK yang reversible, anemia aplastik atau hemolitik, neutropeni dan thrombopenia. Azithromycin: dosis untuk orang dewasa 1x500 mg/hari selama 3 hari, dosis untuk anak-anak 10 mg/kg/BB/hari, sekali sehari selama 3 hari. Kadar azithromycine yang tercapai dalam serum setelah pemberian oral relatif rendah, tetapi kadar di jaringan dan sel fagosit sangat tinggi. Obat yang disimpan dalam

Keperawatan penyakit tropis

25

jaringan ini kemudian dilepaskan perlahan-lahan sehingga dapat diperoleh waktu paruh eliminasi sekitar 3 hari. Sifat-sifat yang unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali sehari dan pemendekan durasi pengobatan dalam banyak kasus. Absorbsinya berlangsung cepat, namun terganggu bila diberikan bersama makanan. Azithromycin harus diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

L. Pengobatan Suportif 1. Istirahat, tergantung dari berat penyakit, umumnya memerlukan istirahat baring. 2. Diet harus cukup kalori agar tidak hiperkatabolisme. Jika tidak terpenuhi, dapat berikan secara parenteral. 3. Pengobatan paru. 4. Keluarkan sputum dengan batuk atau postural drainage yang dilakukan 3-4 kali sehari. Bila penderita lemah untuk mengeluarkan sputum, hisap dengan nasotracheal suction atau bronkoskopi. 5. Pemberian oksigen dapat diberikan dengan nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetri. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.

M. Asuhan Keperawatan pada Pasien Pneumonia

No. 1.

Diagnosa Keperawatan Inefektif bersihan jalan napas Batasan Karakteristik y Kelainan suara napas y Batuk y Gelisah y Perubahan frekuensi dan irama napas Faktor yang berhubungan y Akumulasi sekret

NOC Respiratory Status: Airway Patency Indikator : - Respiratory rate - Ritme respiratory - Kedalaman inspirasi - Kemampuan membersihkan sekresi

NIC Airway suctioning y Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning y Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning. y Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning y Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal y Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan26

Keperawatan penyakit tropis

2.

Ketidakefektifan Pola Makan Bayi Batasan Karakteristik y Ketidakmampuan bayi untuk mengkoordinasi aktivitas mengisap, menelan, dan bernapas

Aspiration Prevention Indikator : - Identifikasi faktor resiko - Memposisikan diri dengan benar saat makan dan

Monitor position oksigen pasien y Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion y Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll. Airway Management y Posisikan pasien untuk potensi bernapas maksimal y Indentifikasi kebutuhan aktual pasien / insersi jalan napas potensial y Tambahkan jalan napas oral atau nasoparingeal, jika diperlukan y Melakukan terapi fisik dada, jika diperlukan y Membuang sekret dengan mendorong batuk atau suction y Auskultasi bunyi napas y Melakukan endotrakheal atau nasotrakheal suctioning, jika diperlukan y Mengatur pengobatan aerosol, jika diperlukan y Mengatur oksigenasi, jika diperlukan y Monitor respiratori dan status oksigenasi, jika diperlukan Breastfeeding Assistance Activities : y Mendiskusikan bersama orang tua mengenai aktivitas lamanya waktu yang akan digunakan untuk menyusui y Dampingi orang tua untuk mengidentifikasi y

Keperawatan penyakit tropis

27

Faktor yang Berhubungan y Kelainan anatomik

-

minum Menegakkan badan bayi sekitar 30 menit sesudah makan Breastfeeding Maintenance Indikator : - Bayi tumbuh sesuai dengan tumbuh kembang normal - Keluarga mendukung bayi untuk menyusu - Kepuasan terhadap proses menyusu

y

y

y

y

y

y

y

y

y

y

keinginan menyusu bayi sebagai kemampuan dalam praktek menyusui Memantau atau memonitor kemampuan mengisap bayi Dorong ibu untuk melakukan upaya awal menyusu oleh perawat, dapat menyelesaikan atau menyusui sebanyak delapan sampai sepuluh kali dalam 24 jam Observasi posisi bayi (apakah sudah benar), adanya bunyi pada saat menelan, dan kemampuan mengisap atau menelan pada saat bayi menyusu Monitor atau memantau kemampuan bayi untuk memegang puting susu ibu ( latch-on skill) Instruksikan ibu untuk selalu mengamati bayi saat mengisap puting susu ibu Dorong ibu melakukan pemberian ASI dengan nyaman dan terjaga privasinya Dorong ibu untuk membantu bayi menyusu selama mungkin Instruksikan ibu untuk melakukan teknik yang tepat untuk mengajak bayi beristirahat saat menyusu Diskusikan dengan ibu terkait penggunaan pompa ASI ketika bayi tidak mampu berinisaitif untuk menyusu Instruksikan ibu bagaimana cara membuat28

Keperawatan penyakit tropis

3.

Kurang Pengetahuan Batasan Karakteristik y Tidak tepat saat mengikuti instruksi y Tingkah laku yang tidak sesuai y Mengungkapkan masalah Faktor yang berhubungan y Tidak akrab dengan sumber informasi y Kurang paparan informasi

Pengetahuan : Proses Penyakit (Tingkat pemahaman proses penyakit dan pencegahan komplikasi) Pengetahuan : Perawatan Penyakit (Tingkat Pemahaman tentang penyakit berkaitan dengan Informasi yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mempertahankan kesehatan optimal) Pengetahuan : Resimen Pengobatan (Tingkat Pemahaman tentang resimen pengobatan khusus) Pengetahuan : Prosedur Pengobatan (Tingkat pemahaman tentang prosedur yang dibutuhkan sebagai bagian dari resimen pengobatan) Pengetahuan : Medikasi (Tingkanpemahama n tentang penggunaan obat yang aman)

bayi bersendawa Teaching : Prescribe Medication y Anjurkan keluarga mengenali sifat-sifat khusus dari obatobatannya y Informasikan kepada keluarga tentang obat generik dan nama dagangnya pada setiap obat y Ajarkan keluarga tujuan dan kerja setiap obat y Jelaskan cara pemberi pelayanan kesehatan memilih obat yang tepat y Ulangi kembali pengetahuan keluarga tentang pengobatannya y Evaluasi kemampuan keluarga untuk meminum obat sendiri y Informasikan pada keluarga konsekuensi jika putus obat y Ajarkan keluarga efek samping yang dimiliki setiap obat y Ajarkan pada keluarga cara mencegah dan menghilangkkan efek sampingnya y Ajarkan keluarga tindakan tepat yang harus dilakukan bila ada efek samping y Ajarkan kepada keluarga cara menyimpan obatobatnya y Bantu keluarga menulis perkembangan jadual pengobatan y Sediakan keluarga informasi tertulis tentang tujuan, cara kerja, efek

Keperawatan penyakit tropis

29

samping dan lain-lainnyatentang pengobatannya Teaching : Procedure/Treatment y Informasikan ke keluarga tentang kapan dan dimana tindakan/pengobatan akan dilakukan y Informasikan ke keluarga berapa lama tindakan/pengobatan akan dilakukan hingga akhir y Jelaskan kepada keluarga tujuan dari tindakan/pengobatan kepada keluarga y Gambarkan kegiatan pengobatan/tindakan yang akan dilakukan y Jelaskan kepada keluarga tindakan/pengobatan yang dilakukan y Diskusikan dengan keluarga terkait pengobatn alternatif lainnya y Sediakan waktu untuk keluarga bertanya dan memperhatikan Teaching : Disease Process y Nilai tingkat pengetahuan keluarga sekarang tetang psoses penyakit y Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya dengan anatomi dan fisiologi y Review pengetahuan keluarga tentang kondisi klien y Gambarkan tanda dan gejala umum tentang penyakit klien Keperawatan penyakit tropis30

y

y y y y

y

y

y y

y

Kaji apa yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi gejala penyakit Kenali kemungkinan penyebab Berikan informasi tentang kondisi klien Berikan ketenangan tentang kondisi pasien Berikan informasi kepada keluarga/orang terdekat tentang perkembangan klien Berikan informasi tentang pengukuran diagnostik yang tersedia Diskusikan perubahan gaya hidup yang dibutuhkan untuk mencegah komplikasi di masa depan dan/atau mengendalikan proses penyakit Diskusikan pilihan terapi dan tindakan Diskusikan alasan dibelakang managemen/terapi/ tindakan yang dianjurkan Gali sumber/dukungan yang tersedia

Keperawatan penyakit tropis

31

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah/kedalam. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Pneumonia di sebabkan oleh beberapa mikooganisme seperti virus, bakteri, parasit dan fungi. Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui : 1. Inhalasi (penghirupan) mikroorgnisme dari udara yang tercemar 2. Aliran darah dari infeksi di organ tubuh yang lain 3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru. Yang lebih jarang, bakteri dapat mencapai parenkim paru melalui aliran darah dari bagian ekstrapulmonal (khususnya stafilokokus) ataupun dari penggunaan obat intravena.

B. SARAN Berdasarkan pemaparan hasil Belajar Berdasarkan Masalah (BBM) tentang Penyakit Anak dengan Pneumonia di atas, didapatkan saran yaitu pneumonia bukan merupakan penyakit baru yang ada di Indonesia. Pada kasus yang berat bisa menimbulkan kematian. Mengetahui faktor penyebab dan cara penanganan dini sangat penting diketahui agar terhindar dari peneumonia.

Keperawatan penyakit tropis

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuwono TA. Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja puskesmas kawunganten kabupaten cilacap. Semarang: program pascasarjana universitas diponegoro, 2008

2. Anonymous. Jumlah Penderita Pneuonia Balita. http://www.depkes.go.id di unduh pada hari Minggu 25 November 2011)

3. Khairuddin. Kajian rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien Pneumonia yang dirawat pada bangsal penyakit dalam Di RSUP dr.kariadi semarang tahun 2008. Semarang: Fakultas kedokteran universitas diponegoro, 2009

4. Musher DM, Adriana RJ, Edward EG, Maria CRB. Effect of Pneumococcal Vaccination: A Comparison of Vaccination Rates in Patien with BActeremic and Nnbacteremic Pneumococcal Pneumonia Clinical Infectious Diseases 2006; 43:10048 5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia. 2003. 6. www.perhimpunandokterparuindonesia.com, diakses tanggal 30 November 2011

Keperawatan penyakit tropis

33