26
PROPOSAL PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG RISIKO MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 1 BONTOBAHARI, KABUPATEN BULUKUMBA HUDRIANI JAMAL K111 10 004 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011

Pngetahuan Dan Sikap

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengetahuan dan sikap

Citation preview

Page 1: Pngetahuan Dan Sikap

PROPOSAL

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG RISIKO MEROKOK

PADA SISWA SMA NEGERI 1 BONTOBAHARI, KABUPATEN

BULUKUMBA

HUDRIANI JAMAL

K111 10 004

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2011

Page 2: Pngetahuan Dan Sikap

JUDUL: PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG RISIKO

MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 1 BONTOBAHARI

KABUPATEN BULUKUMBA

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dengan mengingat bahwa merokok merupakan salah satu faktor

risiko utama dari beberapa penyakit kronis yang dapat mengakibatkan kematin

(Sirait, 2002). Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya yang

dimana lebih mempunyai kemungkinan terkena risiko 2 kali lebih besar dari

pada perokok aktif tersebut sehingga akan berdampak pada meningkatnya

kasus atau penyakit yang berhubungan dengan rokok. Dari sisi kesehatan,

bahaya rokok sudah tak terbantahkan lagi. Bukan hanya menurut WHO, tetapi

lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membuktikan hal tersebut. Dalam kepulan asap

rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat

karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker).

Reaksi terhadap perang anti rokok melalui media massa akan membentuk

sikap positif untuk berhenti merokok, tetapi sering hanya untuk jangka pendek,

dan tingkah merokok akan kambuh lagi. Karena adanya pengaruh lingkungan

sekitar.

Konsumsi rokok di Indonesia antara tahun 1992-2000 menurut laporan

UNDP (2002) adalah 1.504 batang per orang per tahun. Hal ini menyebabkan

konsumsi rata-rata rokok di Indonesia menjadi 189,2 juta batang per tahun.

Selain itu, jumlah perokok di Indonesia juga memiliki kecenderungan

meningkat utamanya kaum remaja. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun

1995 menunjukkan hasil bahwa usia mulai merokok adalah usia antara 15-20

tahun. (Musdalipa, 2003:3)

Page 3: Pngetahuan Dan Sikap

Sikap sebagian remaja Indonesia telah menganggap bahwa merokok

adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan, kebutuhan untuk “Gaul”,

kebutuhan untuk santai atau berbagi alasan lain yang membuat merokok adalah

hal biasa.

Oleh karena itu, pemberian informasi kepada siswa Sekolah Menengah

Atas (SMA) sebagai kelompok remaja yang biasa dianggap sebagai kelompok

yang “Labil” dan gampang meniru perilaku tertentu merupakan suatu hal yang

penting dipikirkan dan dipertimbangkan. Hal ini sesuai pendapat yang

menyatakan bahwa:

Lingkup persekolahan peserta didik tidak semata belajar dalam artian penumpukan pengetahuan dari kegiatan intruksional. Dalam proses belajar, peserta didik menghadapi situasi-situasi dalam kehidupan pribadinya, dan mereka bergelut pula dengan pergaulan sosialnya. Oleh karena itu, bimbingan dalam lingkup persekolahan sangat diperlukan.1

Oleh karena itu, pengetahuan dan sikap remaja atau siswa SMA dalam hal

merokok utamanya pada aspek pencegahan merupakan salah satu hal yang

dapat menentukan meningkatnya penyakit yang disebabkan oleh rokok, dan

untuk itu akan dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja

tentang risiko merokok.

Berdasarkan latar belakang di atas dan pengalaman selama mengikuti

pendidikan di SMA, yakni di SMA Negeri 1 Bontobahari dengan melihat

banyaknya siswa yang telah mulai merokok bahkan telah terang-terangan

memperlihatkan kepada temannya yang lain, maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih mendalam mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang

risiko merokok pada siswa SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba

dalam bentuk karya ilmiah.

1 Ahmadi, Rohani. Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta. Rineka Cipta. 1991: 106

Page 4: Pngetahuan Dan Sikap

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa SMAN 1 Bontobahari tentang

risiko merokok?

2. Bagaimana gambaran sikap siswa SMAN 1 Bontobahari tentang risiko

merokok?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan rumusan masaah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan tentang risiko merikok pada

siswa SMA Negeri 1 Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

2. Untuk mendapatkan gambaran sikap tentang risiko merokok pada siswa

SMA Negeri 1 Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti menjadi bahan acuan atau referensi untuk mengkaji lebih

dalam sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja tentang risiko merokok.

2. Bagi Siswa, Sebagai informasi dan masukan untuk membantu dirinya

dalam mengetahui dan menyikapi risiko merokok agar dapat

menghindarinya.

3. Bagi Mahasiswa, Diharapkan dapat dijadikan bahan pelajaran atau rujukan

kedepannya jika sudah terjun kelapangan sebagai seorang penyuluh

kesehatan.

4. Bagi orang tua, sebagai masukan akan pentingnya mengetahui risiko

merokok untuk mengembangkan pribadi yang positif pada anak.

Page 5: Pngetahuan Dan Sikap

II. Kajian Pustaka

A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan dan Sikap

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat pentng untuk terbentuknya tindakan

seseorang.

Menurut Bloom bahwa pengetahuan merupakan bagian dari “cognitif

domain” yang secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Knowledge, bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar

apa yang telah dipelajarinya.

b) Coinprehension, bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar

dan menerangkan kembalisecara mendasar ilmu pengetahuan yang telah

dipelajarinya.

c) Application, bila seseorang teah mampu menggunakan apa yang telah

dipelajarinya dari satu situasi untuk diterapkan pada situasi yang lain.

d) Analysis, bila kemampuan seseorang lebih meningkat lagi sehingga ia

dapat menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu entuk

pengetahuan tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan yang

lainnya.

e) Syntesis, bila seeorang di samping mempunyai kemampuan untuk

menganalisis, ia pun mampu menyusun kembali ke bentuk semual atau

ke bentuk lain.

f) Evaluation, bila seseorang telah mampu untuk mengetahui secara

menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajrinya.

Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingindiukur dari subyek

peneliti atau responden. Ke dalam pengetahuan yang kita inginkan, kita

ketahui atau kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

Page 6: Pngetahuan Dan Sikap

Mengukur pengetahuan seseorang tentang apa pun, dapat diukur

dengan membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelompoknya

dalam arti luas (Musdalipa, 2003:8-9)

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulas atau obyek. Sikap secara nyata

menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari meupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial (Notoatmojo, 1993)

Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalh predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakan suatu reaksi tertutup, bukan

merupakn reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

tehadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

obyek. (Musdalipa, 2003:9)

Allport dalam Musdalipa (2003:10), menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yakni:

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude).

B. Tinjauan Umum Merokok

1. Pengertian Rokok

Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditi

internasional yang mengandung sekitar 1.500 bahan kimiawi. Unsur-unsur

yang penting antara lain tar, nikotin, benzopyrin, metilklorida, aseton,

amonia, dan karbon monoksia. Di antara sekian banyak zat berbahaya ini,

Page 7: Pngetahuan Dan Sikap

ada tiga yang paling penting, khususnya dalam hal kanker, yakni tar,

nikotin, dan karbon monoksida. (Bustan, 2000)

2. Pengertian Merokok

Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia

dengan mengingat bahwa merokok merupakan salah satu faktor risiko

utama dari beberapa penyakit kronis yang dapa mengakibatkan kematian.

(Sirait, 2002)

Perilaku merokok dewasa ini seolah menjadi budaya. Hal ini ditambah

dengan gencarnya iklan rokok yang mengidentikkan perokok dengan

kejantanan, kesegaran, dan keperkasaan. Bagi pria, semakin muda usia

merokok, makin tumbuh rasa bangga yang besar. Dan ironisnya, bagi kaum

wanita, merokok merupakan bagian dari life style modern

(Mangoenprasodjo, 2005)

3. Klasifikasi Perokok

Tipe perokok menurut WHO (Manguma, 2007:13) dapat

diklasifikasikan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, yakni:

a) Perokok ringan (¿ 10 batang/hari)

b) Perokok sedang (10-20 batang/hari) dan

c) Perokok berat (¿20 batang/hari)

4. Bahan-bahan yang terkandung dalam Rokok

Di antara sekian banyak zat berbahaya yang terkandung dalam rokok,

ada tiga yang paling penting, khususnya dalam hal kanker, yakni tar,

nikotin, dan karbon monoksida. (Manguma, 2007: 12)

a) Tar

Bahasa Indonesianya disebut ter. Zat ini sejenis cairan kental berwarna

cokelat atau hitam yang diperoleh dengan cara distilasi sari kayu atau

arang. Ter juga dapat diperoleh dari getah tembakau. Ter terdapat daam

rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang dapat menyebabkan

Page 8: Pngetahuan Dan Sikap

kanker pada manusia, dan apabila zat-zat tersebut terhisap pada saat

merokok akan mengakibatkan kanker paru.2

b) Karbon Monoksida

Merupakan jenis gas yang tidak mempunyai bau. Unsur ini dihasilkan

oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.

Zat ini sangat beracun. Oksigen dan karbon monoksida dapat dibawa

oleh hemoglobin ke dalam otot-otot dalam seluruh tubuh. Satu molekul

hemoglobin dapat membawa 4 molekul oksigen. Apabila hemoglobin

dibebani dengan karbon monoksida, maka oksigen yang dibawa ke

seluruh tubuh akan berkurang. Akibatnya tubuh kekurangan O2. Oleh

karena itu banyak ATP yang dibutuhkan untuk otak dari fungi otot, racun

CO akan membuat seseorang mudah capek dan grogi.3

c) Nikotin

Merupakan cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat membuat

rasa perih yang sangat. Nikotin dapat menghalangi kontraksi rasa lapar.

Hal inilah yang menyebabkan seorang perokok tidak mudah lapar dan

ketika berhenti merokok akan menjadi gemuk karena dia mudah

merasakan lapar dan ingin terus makan.4

5. Penyakit yang Timbul Akibat Merokok

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan rokok sangat banyak, di

antaranya ialah:

a) Kanker

Penyakit kanker dapat menyerang berbagai macam sel: sel hati, sel

kulit, sel jantung, sel darah, sel-sel pada saluran pencernaan seperti

lambung dan usus, sel paru-paru dan sebagainya.

Kanker bukanlah penyakit tunggal penyebabnya yang belum ada dan

mungkin tidak akan ada satu penyebab tunggal yang dapat ditunjuk

sebagai kuasa kanker. Namun, kebiasaan merokok merupakan ancaman

2 Agustina Manguma. Gambaran Epidemiologi Perilaku Merokok pada Remaja Usia 10-19 Tahun di Kecamatan Tondon Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007 (Skripsi Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin) Makassar. 2007:183 Manguma Loc.sit. hlm.14-154 Manguma Loc.sit.

Page 9: Pngetahuan Dan Sikap

yang serius dan luas bagi penyakit kanker karena merokok merupakan

salah satu kebiasaan yang sangat mudah dijumpai dalam kehidupan

masyarakat.

b) Penyakit pernapasan

Permukaan paru sangat luas dan hanya dipisahkan oleh membran tipis

dari sistem sirkulasi. Hal ini menyebabkan paru mudah kemasukan benda

asing dan bakteri bersama dengan udara.

Asap rokok merupakan iritan pada saluran pernapasan yang

menyebabkan timbulnya reaksi radang dalam sistem pernapasan. Akibat

reaksi radang ini akan dikeluarkan zat-zat yang menyebabkan konstriksi

saluran napas.

c) Kardiovaskuler

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

1999, dilaporkan bahwa mortalitas penyakit kardivaskuler di Indonesia

12,8% dan berada pada peringkat ketiga. Penyakit kardiovaskuler yang

timbul pada usia muda sering berhubungan dengan kebiasaan merokok.

Timbulnya Infark Miokard Akut (IMA) berkaitan dengan jumlah rokok

yang dihisap. Dan banyak peneliti sepakat bahwa rokok merupakan

faktor risiko utama penyakit jantung koroner.

d) Penyakit terhadap kehamilan

Pengaruh merokok terhadap kehamilan dapat berupa abortus spontan,

kelahiran premature, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kematian

perinatal.

e) Penyakit Gastrointestinal

Rokok menyebabkan peninggian kejadian ulkus peptikum dan

menghambat penyembuhannya karena penurunan aktifitas sfingter

esofagus dan pitorus, selain itu rokok menghambat kerja obat antaginis

reseptor H2. (Musdalipa, 2003:15-17)

C. Tinjauan Umum Remaja Merokok

Page 10: Pngetahuan Dan Sikap

1. Pengertian Remaja

Mubarok dalam (http://id.shvoong.com diakses pada 20/5/2011)

mengemukakan bahwa masa remaja yaitu masa di mana terjadinya

kelabilan jiwa karena telah memasuki fase dari anak-anak menuju fase

dewasa. Pada umumnya masa remaja yaitu antara 12-21 tahun. Pada

perkembangan manusia, terdapat tuntutan-tuntutan psikologis yang harus

dipenuhi, jika tidak maka akan menimbulkan dampak yang berkelanjutan.

Remaja pun juga seperti itu, jika tuntutan itu tidak dipenuhi, maka akan

menimbulkan dampak yang signifikan dalam perkembangannya menuju

kedewasaan.

Ciri-ciri khusus pada remaja antara lain :

a. pertumbuhan fisik yang sangat cepat.

b. emosinya tidak stabil.

c. perkembangan seksual sangat menonjol.

d. cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat).

e. terikat erat dengan kelompoknya.

2. Alasan Remaja Merokok

Menurut Joemana (2004) (online) http://fajarjuliansyah.

wordpress.com /2010/02/07 diakses: 20 Mei 2011 mengemukakan bahwa:

Beberapa motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive).

Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja

yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan

kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya

atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.

Masa remaja bisa jadi masa di mana individu mengkonsumsi rokok.

Smet (1994) berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya

Page 11: Pngetahuan Dan Sikap

berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok

sebelum usia 18 tahun. Lebih jauh lagi Data WHO dalam Republika (1988)

mempertegas bahwa remaja memiliki kecenderungan yang tinggi untuk

merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang

ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja.

Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi remaja untuk merokok.

Secara umum berdasarkan kajian Kurt Lewin, merokok merupakan fungsi

dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan

dari faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri atau kepribadian.

Faktor dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan

remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989)

berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa

perkembangannya yaitu masa ketika mencari jati diri. Upaya-upaya untuk

menemukan jati diri tersebut tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan

harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai

cara kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991),

bahwasanya perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi.

Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap

lawan jenis.

Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa

sakit baik psikis maupun fisik. Sehingga tidak jarang perokok mendapatkan

kenikmatan yang dapat menghilangkan ketidaknyamanan yang sedang

dialaminya. Gejala ini dapat djelaskan dari konsep tobacco dependency

(ketergantungan rokok). (http://fajarjuliansyah.wordpress.com/2010/02/07

diakses pada 20/5/2011)

Page 12: Pngetahuan Dan Sikap

III.Metodelogi Penelitian

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini survey dengan pendekatan deskriptif yang

dimasukkan untuk memperoleh informasi pengetahuan dan sikap siswa SMA

Negeri 1 Bontobahari Bulukumba.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Bontobahari Bulukumba

pada bulan Januari 2012 untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap

siswa tentang bahaya merokok. SMA Negeri 1 Bontobahari Bulukumba

merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bontobahari.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Ruang belajar yang terdiri dari 18 kelas, perpustakaan 1 ruangan,

laboratorium 2 ruang, dan kelas komputer 1 ruang.

2. Ruang kantor terdiri dari ruang kepala sekolah dan wakilnya, ruang guru,

tata usaha, dan ruang tamu.

3. Ruang penunjang yang terdir dari: gudang, kamar mandi/WC, ruang

BP/BK, ruang Ibadah/Mushalla, tempat parkir dan rumah penjaga/pelayan

sekolah.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan hal mutlak sebagai sunber

data dan informasi penelitian. Sugiyono (2007: 117) mengemukakan

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Hal ini

berarti, populasi penelitian meliputi semua obyek atau subyek yang

mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diteliti guna menjawab

permasalahan penelitian.

Page 13: Pngetahuan Dan Sikap

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki di SMA

Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba pada tahun ajaran 2010/2011 yang

berjumlah 342 0rang. Adapun gambaran populasi penelitian dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 1.1. Keadaan populasi penelitian siswa laki-

laki SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba.

No Kelas Jumlah siswa Pop. Penelitian

1 XII 183 91

2 XI 229 114

3 X 281 137

Jumlah 693 342

(sumber: tata usaha SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba)

2. Sampel

Menurut Nana & Ibrahim (2004 : 85) “Sampel adalah sebagian dari

populasi terjangkau yang memiliki sifat yang yang sama dengan populasi”.

Pertimbangan bahwa populasi penelitian sebanyak 342 orang siswa

dipandang besar, maka ditetapkan untuk dilakukan penarikan sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki Kelas X, XI, dan

XII SMA Negeri 1 Bontobahari Bulukumba yang terpilih sebagai sampel

dan ditarik secara proporsional yaitu berdasarkan metode proportional

stratified random sampling sehingga setiap siswa dalam kelas memiliki

kesempatan yang sama menjadi sampel penelitian (responden). Besarnya

sampel ditetapkan 15% dari populasi 342 siswa, sehingga diperoleh sampel

sebanyak 51 siswa.

Berdasarkan uraian di atas bahwa besarnya sampel penelitian dengan

mengacu pendapat berikut :

Page 14: Pngetahuan Dan Sikap

Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih bergantung kemampuan peneliti.5

Adapun gambaran sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2. Tabel keadaan sampel penelitian siswa kelas XI SMA Neg. 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba.

No Kelas Jumlah Siswa Sampel penelitian

1 XII 43 17

2 XI 229 17

3 X 43 17

Jumlah 229 51

(sumber: tata usaha SMA Negeri 1 Bontobahari, Kab. Bulukumba)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat dibutuhkan dalam penelitian, sebab

dapat menentukan keberhasilan suatu penelitian. Kualitas data ditentukan oleh

kualitas alat pengumpulan data yang cukup valid.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data primer yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada

5 5 Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. 2004: 112.

Page 15: Pngetahuan Dan Sikap

respon untuk dijawabkan. Kuesioner dibuat oleh peneliti yang isinya

menyangkut tentang pengetahuan dan sikap tentang risiko merokok kepada

subyek penelitian.

Sebelum Angket digunakan untuk penelitian lapangan, angket

terlebih dahulu divalidisasi oleh dosen validator Jurusan Kesehatan

Masyarakat, kemudian diuji coba di lapangan dan kemudian dilakukan uji

validitas dan relibilitas angket penelitian.

2. Teknik Wawancara

Dalam wawancara ini, peneliti yang melakukan wawancara secara

langsung dengan informan penelitian yakni siswa guna mendapatkan

informasi yang mendukung mengenai masalah yang akan diteliti. Pedoman

wawancara merupakan instrumen dalam pengumpulan data penelitian untuk

mengungkap pengetahuan dan sikap tentang risiko rokok pada siswa di

SMA Negeri 1 Bontobahari, dengan menggunakan pedoman wawancara

tidak terstruktur atau wawancara bebas dengan informan. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2007: 197)

Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari Instansi terkait yang

berhubungan dengan penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data

Data diolah dengan meggunakan program aplikasi komputer dan

disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai dengan penjelasan-penjelasan

(narasi).

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskritif.

Teknik analisis data penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis atau

menggambarkan data hasil angket berkaitan dengan pengetahuan dan sikap

siswa SMA Negeri 1 Bontobahari tentang risiko merokok.

Page 16: Pngetahuan Dan Sikap

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A & Rohani, A. 1991. Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bustan, N.M. 1993. Epidemiologi Penyakit Menular. Ujungpandang: FKM UNHAS

(http://fajarjuliansyah. wordpress.com/2010/02/07 diakses pada 20 Mei 2011)

Mangoenprasodjo. 2005. Manusia Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing

Manguma, Agustina. 2007. Gambaran Epidemiologi Perilaku Merokok pada Remaja Usia 10-19 Tahun di Kecamatan Tondon Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007. Makassar: FKM UNHAS

Mubarok. Remaja dan Perilaku Merokok (online) (http://id.shvoong.com/medicine-and-health diakses pada 20 Mei 2011)

Musdalipa. 2003. Pengetahuan dan Sikap Siswa SMU tentang Risiko Merokok pada Siswa SMU Negeri Bungoro Kabupaten Pangkep. Makassar: FKM UNHAS

Nana & Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Anggota IKAPI

Notoadmojo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta: Pradipta Publishing

Roan. 1999. Pengaruh Paparan Rokok terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan Masyarakat. Jakarta: IAKMI

Sirait et . al . 2002. Perilaku Merokok di Indonesia. Majalah Cemin Dunia Kedokteran Vol. 30 No. 3

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Page 17: Pngetahuan Dan Sikap
Page 18: Pngetahuan Dan Sikap