Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POKOK-POKOK MASALAH RUU CIPTA KERJAPANDANGAN KONSORSIUM PEMBARUAN AGRARIA (KPA)
Dewi Kartika - Sekretaris Jenderal KPA
Dalam Indonesia Environment Talks 2020: Omnibus Law, Krisis Iklim dan Pola Pembangunan Pasca Covid-19
Jakarta, 6 Mei 2020
081 394 475 [email protected]@kpa.or.id
▪ Ada motif tersembunyi hendak merubah UUPA 1960, melanggar 15 prinsip utama UUPA; bersembunyi di balik argumentasi “menciptakan” norma baru (RUU Pertanahan)
▪ Selain UUPA, ada 13 lebih UU terkait agraria dan SDA yang substansinya hendak direvisi, dicabut dan/ataudiperkuat demi kepentingan investasi besar.
• Bertentangan dengan Konstitusi dan UUPA 1960
• Pengabaian Banyak Keputusan MK
• Hak Pengelolaan (HPL) sebagai PenyimpanganHak Menguasai dari Negara (HMN) dan kembalinya prinsip domein verklaring kolonial
• Keistimewaan investor via hak guna usaha(HGU)
• Alat hukum baru mendorong perampasan tanah, penggusuran dan pelepasan hak atas tanahmasyarakat atas nama pengadaan tanah demi pembangunan dan penciptaan lapangan kerja(baru) yang semu
• Penyimpangan reforma agraria melaluipembentukan Bank Tanah
• Pengingkaran hak (ulayat) masyarakat adat
• Membuka lebih luas bentuk hak atas tanahbagi asing
• Memperparah ketimpangan struktur agrariadan konflik agraria structural di Indonesia
• Mempercepat laju konversi tanah pertanianke non pertanian atas nama investasi
• Alat hukum baru melakukan diskriminasihak konstitusional dan kriminalisasiterhadap rakyat, utamanya petani, buruhtani, masyarakat adat dan masyarakatmiskin.
RUU Cipta Kerja samasekali tidak menjawab5 krisis agraria nasional
Porsi terbesar RUU justru banyakmerumuskankepentingan korporasidan perilaku Negara yang bertentangandengan IdeologiPancasila, UUD 1945 dan UUPA 1960.
Tiga faktor utama saling terkait, tidak terpisahantara sumber-sumber agraria utamanya
Tanah, Modal dan Tenaga Kerja
TANAH
MODAL
TENAGA KERJA
KONSTITUSI
MASALAH OMNIBUS LAW
BUKAN MASALAH KLASTER PER KLASTER, ATAU HANYA MASALAH KLASTER KETENAGAKERJAAN
TETAPI MASALAH IDEOLOGI BANGSA YANG SEDANG DIORIENTASIKAN SEMAKIN LIBERAL
Tiga Faktor utama hendakdidominasi oleh pemilik modal via RUU Ciptaker
Akan merontokan sendi-sendiekonomi kerakyatan
“bahwa hukum agraria nasional itu harus mewujudkan penjelmaan daripada KetuhananYang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial, sebagai
azas kerohanian Negara dan cita-cita bangsa seperti yang tercantum di dalamPembukaan Undang-undang Dasar”
“mewajibkan Negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin penggunaannya, hingga semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan maupun secara gotong-royang”
RUU CIPTA KERJA
Bertentangan Dengan Konstitusi dan UUPA 1960 (1)
RUU Cipta Kerja BertentanganDengan Konstitusi dan UUPA 1960 (2)
• Secara terang-terangan spirit dan isi RUU Ciptaker bermaksudmenggantikan UUPA. Padahal dalam NA maupun batang tubuh RUU tidak secara eksplisit menyatakan perubahan/penggantian ini.
• Prinsip UUPA yang dikhianati RUU Ciptaker: prinsip keadilan, kemanusiaan, kedaulatan bangsa, fungsi sosial atas tanah, tanah bagipenggarap, kesuburan tanah, anti penelantaran tanah, anti monopoliusaha swasta, anti feodalisme (tanah bukan menjadi alat penghisapanmanusia atas manusia lainnya), hak semua laki-laki dan perempuanatas tanah, prioritas lapangan usaha agraria yang bersifat gotong-royong (kerakyatan).
Motif TersembunyiMengganti UUPA 1960
MENGABAIKAN KONSTITUSI
PROMOSI “CIPTAKAN LAPANGAN KERJA BARU” YANG DIPROMOSIKAN RUU CIPTA KERJA
DASAR PEMIKIRAN: HAMBATAN INVESTASI SOAL KESULITAN INVESTOR
MEMPEROLEH TANAH AKIBAT REGULASI DAN BIROKRASI
TANAH : DIPROYEKSIKAN SEBAGAI BARANG KOMODITAS YANG
DIKOMERSILKAN (BERTENTANGAN DENGAN UUPA 1960)
TENAGA KERJA: OBYEK PEMBANGUNAN, SUMBER PARA KULI,
BURUH UPAH MURAH
KARENA TANAH HENDAK DIPRIORITASKAN KEPADA PEMEGANG MODAL (INVESTOR) DAN WARGA/SDM
DIPROYEKSIKAN SEBAGAI TENAGA KERJA MURAH, MAKA YANG AKAN TERJADI ADALAH PROSES PLOLETARISASI
PETANI DAN MASYARAKAT AGRARIS MENJADI BURUH DI LAPANGAN KERJA (BARU) YANG TENGAN DIRANCANG DAN
HENDAK DICIPTAKAN OMNIBUS LAW
Catatan Akhir Tahun KPA (2019)mencatat di tahun 2019 sajaterjadi 279 letusan konflikagraria seluas 734.239,3 hektaryang berdampak pada 109.042 KK.
Selama 5 tahun tahun terakhir terjadi 2.047 letusan konflik agraria akibat pembangunan di sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan, pesisir pulau-pulau kecil, pertanian, infrastruktur dan properti.
Sementara ketimpangan penguasaan tanah di Indonesia mencapai 0.68, artinya hanya 1% penduduk menguasai 68 % tanah di Indonesia.
Apabila disahkan RUU CiptaKerja akan memperparah krisisagraria di atas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
• Tanah dan sumber-sumber agraria Indonesia memiliki fungsi sosial, ekologi, kultural dan religi, bukanhanya fungsi ekonomi, apalagi hendak dijadikan barang komoditas/komersial semata;
• RUU terkait agraria, SDA penting dan strategis untuk mewujudkan keadilan sosial, keberlanjutan, dan kemakmuran rakyat (ke dalam), sekaligus menerjemahkan kedaulatan bangsa Indonesia ataswilayahnya (keluar);
• RUU gagal menjamin penuh perlindungan, pengakuan, pemulihan dan penguatan hak-hak atas tanahmelalui reforma agraria sekaligus penyelesaian konflik agraria bagi kelompok masyarakat yang selamaini diabaikan (secara sistemik dimarginalkan), yakni petani, buruh tani, petani penggarap, masyarakatadat, nelayan kecil, dan masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan;
• RUU akan memperparah disharmoni peraturan perundangan di bidang agraria (pertanahan dan SDA), termasuk memperhatikan keputusan-keputusan Mahkamah Konstitusi terkait agraria, petani, masyarakat adat, nelayan, pertanian, perkebunan, dan hak menguasai dari negara;
• RUU gagal menerjemahkan amanat dan prinsip dasar dari Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945, TAP MPR IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, dan UU No. 5 tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), yaitu keadilan, kemanusiaan, kebangsaan(nasionalisme), kerakyatan (sosialisme), kesejahteraan dan keberlanjutan.
Kesimpulan dan Rekomendasi
• RUU Ciptaker tidak memenuhi syarat secara filosofis, ideologis, sosiologis, historis dan ekologis sehingga bertentangan dengan Pancasila, Pasal 33 UUD, TAP MPR IX/2001 dan UUPA 1960.
• Jika disahkan RUU Ciptaker, Indonesia hanya mengikuti desakan pembangunan ala kapitalisme ultra-neoliberal, yang semakin memperkuat liberalisasi pasar tanah dan sumber agraria lainnya di Indonesia: Anti Reforma Agraria.
• DPR RI dan Presiden wajib membatalkan pembahasan keseluruhan RUU Cipta Kerja; Tarik Supres oleh Presiden dan fokus pada penanganan dampak meluas pandemiCorona; agar pemerintah bersama rakyat bisa bergotong royong mendukung Negara mengatasi krisis berlapis, termasuk defisit pangan yang tengah terjadi.
• Kembali ke Pancasila, UUD 1945, UUPA 1960 dan TAP IX/2001.
• Jalankan segera refoma agraria (sejati).