98
1 POKOK-POKOK UU POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA KEUANGAN NEGARA DAN DAN UU PERBENDAHARAAN UU PERBENDAHARAAN

POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN UU PERBENDAHARAAN

  • Upload
    elewa

  • View
    119

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN UU PERBENDAHARAAN. UPAYA REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA DI INDONESIA. Perkembangan Penyusunan RUU bidang Keuangan Negara sejak Tahun 1945. PERIODE 1945 - 1965. PANITIA ACHMAD NATANEGARA (1945 - 1947) - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

1

POKOK-POKOK UUPOKOK-POKOK UUKEUANGAN NEGARAKEUANGAN NEGARA

DAN DAN UU UU

PERBENDAHARAANPERBENDAHARAAN

Page 2: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

2

UPAYA REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA DI INDONESIA

Perkembangan Penyusunan RUU bidang Keuangan

Negara sejak Tahun 1945

Page 3: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

3

PERIODE 1945 - 1965

1. PANITIA ACHMAD NATANEGARA (1945 - 1947)Menyusun konsep RUU Keuangan Republik Indonesia disingkat “UKRI”.

2. PANITIA HERMANS (1950 - 1957)Menyusun RUU Pokok tentang Pengurusan Keuangan Negara disingkat “UUPKN” (dalam bahasa Belanda).

3. PANITIA AHLI DEPARTEMEN KEUANGAN (1959 - 1962)Tidak berhasil menyelesaikan konsep RUU.

4. PANITIA AHLI DEPARTEMEN KEUANGAN DAN POLITISI (1963 - 1965)Tidak berhasil menyelesaikan konsep RUU.

Page 4: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

4

5. PANITIA SOEDARMIN (1969 - 1974)Menyusun konsep RUU tentang Pengurusan Keuangan Negara.

6. Seminar ICW yang diselenggarakan Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1970 menyarankan undang-undang diberi judul “Undang-undang tentang Anggaran dan Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Negara” atau disebut “Undang-undang Keuangan Negara” disingkat “UKN”.

7. PANITIA GANDHI (1975 - 1983)Menyusun konsep RUU semula berjudul “Undang-undang tentang Cara Pengurusan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara” berubah menjadi “Undang-undang tentang Keuangan Negara”, dan akhirnya berubah menjadi “Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara”.

8. PANITIA PROF. DR. ROCHMAT SOEMITRO (1983 - 1984). Dibentuk oleh Departemen Kehakiman dan menyusun konsep RUU semula berjudul “Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara” kemudian menjadi “Undang-undang tentang Pokok-Pokok Perbendaharaan Negara”.

9. PANITIA …

PERIODE 1966 - 1998

Page 5: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

5

9. PANITIA SOEGITO (1984 - 1988)Mengolah kembali RUU hasil PANITIA GANDHI yang kemudian diberi judul “Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara”.

10. PANITIA TAUFIK (1989 - 1993)Mengkaji ulang hasil PANITIA SOEGITO dan hasilnya tetap diberi judul “Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara”.

11. TIM INTERN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (1990)Menyusun konsep RUU berjudul “Undang-undang tentang Keuangan Negara”.

12. TIM PENGKAJIAN DAN PENYEMPURNAAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERBENDAHARAAN NEGARA (1998 - 1999)

Mengkaji dan menyempurnakan RUUPN hasil PANITIA TAUFIK . Menghasilkan paket RUU bidang Keuangan Negara yang terdiri atas :a) RUU tentang Keuangan Negara, danb) RUU tentang Perbendaharaan Negara.

PERIODE 1966 - 1998

Page 6: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

6

13. TIM COUNTERPART RUU BPK-RI (1999 - 2000). –Dibentuk oleh BPK-RI, menghasilkan RUU Pemeriksaan Tanggung Jawab Atas Pengelolaan Keuangan Negara. RUU disampaikan kepada Pemerintah untuk diusulkan kepada DPR-RI.•Pemerintah melakukan sinkronisasi RUU Pemeriksaan Tanggung Jawab Atas Pengelolaan Keuangan Negara dengan Paket RUU yang dihasilkan Tim Pengkajian dan Penyempurnaan RUU Perbendaharaan Negara. Pemerintah membentuk Tim Penyusunan Rancangan Undang-undang Ketentuan Pokok Keuangan Negara yang beranggotakan unsur pejabat Pemerintah dan BPK-RI.

14. TIM PENYUSUNAN …

PERIODE 1999 - 2002

Page 7: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

7

14. TIM PENYUSUNAN RUU KETENTUAN POKOK KEUANGAN NEGARA (1999 - 2001). –Dibentuk oleh Pemerintah dan beranggotakan unsur pejabat Pemerintah dan BPK-RI. Melakukan penyusunan kembali RUU bidang Keuangan Negara dalam rangka sinkronisasi RUU yang dihasilkan Tim Pemerintah dengan RUU yang dihasilkan Tim BPK-RI. Tim menghasilkan Paket 3 RUU Bidang Keuangan Negara, yaitu:a.RUU Keuangan Negara,b.RUU Perbendaharaan Negara, danc.RUU Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara. –Paket RUU Bidang Keuangan Negara disampaikan Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal 29 September 2000. Pembahasan dimulai pada tanggal 23 Oktober 2000. Sosialisasi secara luas terus dilakukan Pemerintah baik di lingkup nasional maupun internasional.

15. Komite …

PERIODE 1999 - 2002

Page 8: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

8

15. KOMITE PENYEMPURNAAN MANAJEMEN KEUANGAN (2001 - sekarang). –Dibentuk oleh Pemerintah (Keputusan Menteri Keuangan No. 196/KMK.01/2001 tanggal 19 April 2001) dalam rangka penyempurnaan manajemen keuangan dengan program :a. Jangka Pendek (Mei 2001 s.d. Mei 2002), menyiapkan

kerangka hukum pengelolaan Keuangan Negara dengan prioritas memberikan dukungan dan koordinasi dalam rangka pembahasan Paket RUU Bidang Keuangan Negara di DPR-RI,

b. Jangka Menengah (Mei 2002 – 2004), merumuskan sistem manajemen keuangan Pemerintah dengan prioritas penyusunan Peraturan Pemerintah sebagai amanat Paket UU Bidang Keuangan Negara, penyiapan software dan hardware dalam rangka penerapan sistem manajemen keuangan Pemerintah,

c. Jangka Panjang (2005 – 2009), implementasi sistem manajemen keuangan Pemerintah serta evaluasi dan penyempurnaan.

PERIODE 1999 - sekarang

Page 9: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

9

LANDASAN HUKUM LANDASAN HUKUM REFORMASIREFORMASI

o Paket RUU Bidang Keuangan Negara yang terdiri atas RUU Keuangan Negara, RUU Perbendaharaan Negara, dan RUU Pemeriksaan Tanggung jawab Keuangan Negara :o landasan hukum reformasi sistem pengelolaan

keuangan negara;o memperkokoh landasan pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah;o UU Keuangan Negara disetujui DPR pada tanggal 6

Maret 2003 dan diundangkan pada tanggal 5 April 2003.

o UU PERBENDAHARAAN NEGARA DISETUJUI DPR PADA TANGGAL 18 DESEMBER 2003.

Page 10: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

10

UNDANG-UNDANG

KEUANGAN NEGARA

POKOK-POKOK

Page 11: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

12

Akuntabilitas berorientasi pada hasil,

Profesionalitas,Proporsionalitas,Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara,

Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

PRINSIP-PRINSIP PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN

NEGARANEGARA

Page 12: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

13

I. Ketentuan UmumII. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan NegaraIII. Penyusunan dan Penetapan APBNIV. Penyusunan dan Penetapan APBDV. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga Asing

VI. Hubungan Keuangan antara Pemerintah dan Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat

VII.Pelaksanaan APBN dan APBDVIII. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan

APBDIX. Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti

RugiX. Ketentuan PeralihanXI. Ketentuan Penutup

SISTIMATIKA SISTIMATIKA UNDANG-UNDANG KEUANGAN NEGARAUNDANG-UNDANG KEUANGAN NEGARA

Page 13: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

15

DARI SEGI DARI SEGI OBJEKOBJEK

semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,

DARI SEGI SUBJEK

seluruh objek tersebut di atas seluruh objek tersebut di atas yang dimiliki dan/atau dikuasai yang dimiliki dan/atau dikuasai

oleh Pemerintah dan badan oleh Pemerintah dan badan hukum publik lainnya. hukum publik lainnya.

DARI SEGI PROSES

seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan objek tersebut di atas

mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai

dengan pertanggungjawaban

DARI SEGI TUJUAN

seluruh kebijakan, kegiatan dan seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan hubungan hukum yang berkaitan

dengan pemilikan dan/atau dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana penguasaan objek sebagaimana

tersebut di atas dalam rangka tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan penyelenggaraan pemerintahan

negaranegara

Beberapa PENDEKATAN dalam perumusan pengertian KEUANGAN NEGARA

Angka 3 Penjelasan Angka 3 Penjelasan Umum Umum

UU Keuangan NegaraUU Keuangan Negara

Page 14: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

16

PENGERTIAN PENGERTIAN KEUANGAN NEGARAKEUANGAN NEGARA

Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Pasal 1 angka 1 UU Keuangan Negara

Page 15: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

17

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

• Presiden: Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara;

• Menteri Keuangan: Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

• Menteri/pimpinan lembaga: Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga.

Pasal 6 UUKN

Page 16: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

18

TUGAS MENTERI KEUANGAN SELAKU PENGELOLA FISKAL

a. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;b. menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan

APBN;c. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;d. melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;e. melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah

ditetapkan dengan undang-undang;f. melaksanakan fungsi bendahara umum negara;g. menyusun laporan keuangan yang merupakan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;h. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal

berdasarkan ketentuan undang-undang. Pasal 8 UUKN

Page 17: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

19

TUGAS MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SELAKU PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

a. Menyusun anggaran kementerian negara/lembaga;b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran

kementerian/lembaga;c. Melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga;d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak

dan menyetorkannya ke Kas Negara;e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung

jawab kementerian negara/lembaga;f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawab kementerian negara/lembaga;g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian

negara/lembaga;h. Melaksanakan tugas-tugas lain berdasarkan ketentuan

undang-undang. Pasal 9 UUKN

Page 18: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

20

PENDELEGASIAN KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

KEPADA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI TEKNIS

Presiden(sebagaiCEO)

Kepala KPPN(selaku KuasaCFO)

Kepala Kantor(selaku KuasaCOO)

Menteri Keuangan (sebagaiCFO)

Menteri Teknis (sebagaiCOO)

Page 19: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

21

REFORMASI PENYUSUNAN DAN PENETAPAN

ANGGARAN

Page 20: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

22

ALASAN PERUBAHAN SISTEM PENGANGGARAN

1. Kondisi infrastruktur dan pelayanan publik serta profil kegiatan/proyek APBN/APBD;

2. Pelurusan tujuan dan fungsi anggaran pemerintah;3. Peningkatan peran dunia usaha;4. Peningkatan wewenang Daerah;5. Peningkatan peran dan akuntabilitas kementerian

negara/lembaga;6. Peningkatan peran DPR/DPRD dan masyarakat;7. Perubahan sistem pemilihan Presiden/Gubernur/

Walikota;8. Respons terhadap pengaruh globalisasi.

Page 21: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

23

PENGGUNAAN KERANGKA PENGELUARAN JANGKA

MENENGAH Penyusunan anggaran tahunan perlu

dilakukan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework);

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah dimaksudkan untuk menggantikan fungsi PROPENAS;

Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah menghendaki penyusunan prakiraan anggaran beberapa tahun ke depan secara bergulir;

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah menjaga konsistensi penyusunan Kebijakan Fiskal, Kebijakan Anggaran serta Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

Page 22: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

24

PENYATUAN ANGGARAN

Penyatuan kembali anggaran rutin dan

pembangunan ke dalam satu dokumen anggaran instansi perlu dilakukan

untuk mencegah/mengurangi duplikasi, penumpukan,

dan penyimpangan anggaran.

Page 23: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

25

PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

Inpres No. 7 tahun 1999 mewajibkan setiap instansi menyusun Visi dan Misi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing serta melaporkan pencapaian visi dan misi tersebut;

Dalam rangka penyusunan APBN, setiap instansi wajib menyusun Daftar Usulan Kegiatan/Proyek;

Dalam sistem penganggaran saat ini tidak tersedia informasi yang relevan untuk mengukur kinerja unit pengguna anggaran;

Sistem anggaran berbasis kinerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi;

Sistem penganggaran dan pelaporan perlu diselaraskan;

Sejalan dengan perubahan dalam pendekatan penganggaran, usulan anggaran perlu disertai dengan indikator kinerja;

Klasifikasi anggaran perlu disesuaikan dengan klasifikasi Government Finance Statistics (GFS).

Page 24: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

26

KLASIFIKASI BELANJA MENURUT FUNGSI

Pelayanan Umum; Pertahanan; Ketertiban dan Keamanan; Ekonomi; Lingkungan hidup; perumahan dan Fasilitas Umum; Kesehatan; Pariwisata dan Budaya; Agama; Pendidikan; Perlindungan Sosial. Penjelasan Pasal 11 ayat (5) dan Pasal 16 ayat (4)

UUKN

Page 25: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

27

KLASIFIKASI BELANJA MENURUT JENIS

Belanja Pegawai; Belanja Barang; Belanja Modal; Bunga; Subsidi; Hibah; Bantuan Sosial; Belanja Lain-Lain. Penjelasan Pasal 11 ayat (5) dan Pasal 16 ayat (4)

UUKN

Page 26: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

28

ALASAN PERUBAHAN KLASIFIKASI BELANJA

• Memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja;

• Memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan Pemerintah;

• Menjaga konsistensi dengan Standar Akuntansi Sektor Publik;

• Memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.

Page 27: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

29

PENYUSUNAN PROGRAM INVESTASI PUBLIK (PIP) DALAM RKA

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

1. PIP dibatasi pada belanja modal;2. PIP dibatasi pada investasi yang layak secara

ekonomis;3. PIP mencakup periode 3 atau 4 tahun ke depan;4. PIP disusun dan di review setiap tahun secara

bergulir sejalan dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (MTEF);

5. Kegiatan tahun pertama PIP ditetapkan dalam UUAPBN, kegiatan PIP tahun-tahun berikutnya bersifat prakiraan;

6. PIP memungkinkan pembiayaan bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Swasta.

Page 28: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

30

REFORMASI PELAKSANAAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN

ANGGARAN

Page 29: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

31

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN

• Anggaran kementerian negara/lembaga ditetapkan sesuai dengan RKA yang telah disepakati Komisi DPR yang bersangkutan;

• Anggaran kementerian negara/lembaga yang ditetapkan dalam UUAPBN terinci sampai dengan unit organisasi, kegiatan dan jenis belanja;

• Dokumen Pelaksanaan Anggaran disusun oleh kementerian negara/lembaga sesuai dengan UUAPBN;

• Dokumen Pelaksanaan Anggaran disahkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Pasal 14 ayat (5), Pasal 15 ayat (5),

Pasal 8 huruf c, Pasal 9 huruf b UUKN.

Page 30: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

32

PEMBUATAN PEMBUATAN KOMITMENKOMITMEN

PENGUJIAN & PENGUJIAN & PEMBEBANANPEMBEBANAN

PERMINTAANPERMINTAANPEMBAYARANPEMBAYARAN PENGUJIANPENGUJIAN PENCAIRAN PENCAIRAN

DANADANA

Tahapan administratifTahapan administratif Tahapan pembayaranTahapan pembayaran

Menteri TeknisMenteri Teknis Menteri KeuanganMenteri Keuangan

Pemisahan pemegang fungsi administratif dari pemegang fungsi pembayaran dalam pelaksanaan anggaran

Page 31: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

33

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN

o RUU tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

o Laporan keuangan (setidak-tidaknya) : o Laporan Realisasi APBN,o Neraca,o Laporan Arus Kas, dano Catatan atas Laporan Keuangan

(dilampiri laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya).

Pasal 30 UUKN

Page 32: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

34

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.

Pasal 31 UUKN

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Page 33: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

35

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN

SistemAkuntansiInstansi

SistemAkuntansi

Kas UmumNegara

Neraca

LaporanRealisasiAngg.

Catatanatas LRA & Neraca

LaporanArus Kas

Catatan atasLaporanArus Kas

Neraca

LaporanArus Kas

LaporanRA

Catatan atasLaporanKeuangan

Diperiksaoleh BPK

MenteriTeknis

BendaharaUmumNegara

Page 34: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

36

PENGGUNAAN STANDAR PENGGUNAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANAKUNTANSI PEMERINTAHAN

Bentuk dan isi laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi pemerintahan.

Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari BPK.

Pasal 32 UUKN

Page 35: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

37

SANKSI PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF

• Ancaman Pidana Penjara dan denda bagi :– Menteri/Pimpinan

lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam UU tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD

– Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam UU tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD.

• Presiden memberi sanksi administratif kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam UU ini.

Pasal 34 UUKN

Page 36: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

38

GANTI RUGI•Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan

bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud.

•Setiap BENDAHARA (orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara) :– wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban

kepada BPK. – bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian

keuangan negara yang berada dalam pengurusannya. •Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara

diatur di dalam UU mengenai perbendaharaan negara.Pasal 35 UUKN

Page 37: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

39

KETENTUAN PERALIHAN Ketentuan mengenai pengakuan dan

pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

Batas waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah, demikian pula penyelesaian pemeriksaannya oleh BPK, berlaku mulai APBN/APBD tahun 2006.

Pasal 36 UUKN

Page 38: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

40

KETENTUAN PENUTUP

• Ketentuan pelaksanaan UUKN sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak UUKN diundangkan;

• Pelaksanaan penataan sudah selesai dalam waktu 2 (dua) tahun.

Pasal 38 UUKN

Page 39: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

41

Peraturan Pemerintah Pelaksanaan UU Nomor

17/2003 tentang Keuangan Negara• PP Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian

Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

• PP tentang Penyusunan Rencana Kerja dan PP tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

• RPP tentang Standar Akuntansi Pemerintah;• RPP tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas, dan

Kewenangan Menteri Keuangan pada PERSERO, PERUM, dan PERJAN kepada Menteri Negara BUMN;

• RPP tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BHMN;

• RPP tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

Page 40: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

42

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG

PENGENDALIAN JUMLAH KUMULATIF DEFISIT APBN DAN APBD, SERTA JUMLAH

KUMULATIF PINJAMAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Page 41: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

43

DASAR PERTIMBANGAN PP 23/2003

• Dalam rangka mencapai dan menjaga kestabilan ekonomi makro diperlukan kinerja fiskal yang sehat dan berkesinambungan;

• Dalam rangka mewujudkan kinerja fiskal yang sehat dan berkesinambungan perlu dilakukan pengendalian jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD serta jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

• Untuk menjaga agar penyusunan APBN dan APBD dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan negara, perlu ditetapkan PP tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Page 42: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

44

BATAS JUMLAH KUMULATIF DEFISIT DAN PINJAMAN

o Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% dari PDB tahun bersangkutan.

o Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB tahun bersangkutan.

o Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah total pinjaman Pemerintah Pusat setelah dikurangi pinjaman yang diberikan kepada Pemerintah Daerah ditambah total pinjaman seluruh Pemerintah Daerah setelah dikurangi pinjaman yang diberikan kepada Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah lain.

Pasal 4 PP 23/2003

Page 43: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

45

• Dalam hal jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD tidak melebihi 3% dari PDB dan/atau jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak melebihi 60% dari PDB:– Pemerintah Pusat dapat melakukan pinjaman baik dalam

negeri maupun luar negeri. – Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman baik dari

Pemerintah Pusat maupun dari sumber lainnya. – Pinjaman daerah yang bersumber dari luar negeri, dilakukan

melalui mekanisme penerusan pinjaman. • Pelaksanaan pinjaman Pemerintah Daerah dari Pemerintah

Pusat maupun dari sumber lainnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.  

Pasal 5 PP 23/2003

PELAKSANAAN PINJAMAN OLEH PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH

DAERAH

Page 44: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

46

• Menteri Keuangan memantau perkembangan defisit APBD

dan pinjaman Pemerintah Daerah agar tidak melebihi

ketentuan;• Menteri Keuangan menetapkan Pedoman pelaksanaan

dan mekanisme pemantauan;• Dengan memperhatikan keadaan dan perkiraan

perkembangan perekonomian nasional, Menteri Keuangan

setiap bulan Agustus menetapkan batas maksimal

pinjaman Pemerintah Daerah secara keseluruhan untuk

tahun anggaran berikutnya.

Pasal 6 dan Pasal 7 PP No 23/2003

PEMANTAUAN DEFISIT DAN PENETAPAN BATAS MAKSIMAL

PINJAMAN

Page 45: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

47

PERBENDAHARAAN

NEGARA

POKOK-POKOK

UNDANG-UNDANG

Page 46: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

50

RUANG LINGKUP PERBENDAHARAAN NEGARA

• Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah;

• Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara/daerah;

• Pengelolaan kas negara/daerah;• Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;• Pengelolaan investasi dan barang milik

negara/daerah;• Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi

manajemen keuangan negara/daerah;• Penyusunan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD;• Penyelesaian kerugian negara/daerah;• Pengelolaan keuangan badan layanan umum;• Perumusan standar, kebijakan, sistem dan prosedur

yang berkaitan dengan pengelolaan Keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

Pasal 2 UUPN

Page 47: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

53

PEJABAT PERBENDAHARAAN

NEGARA

Page 48: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

54

PEJABAT PERBENDAHARAAN

NEGARA• PENGGUNA ANGGARAN/BARANG: Menteri/pimpinan lembaga/Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah;

• BENDAHARA UMUM NEGARA/DAERAH: Menteri Keuangan/Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah;

• BENDAHARA PENERIMAAN/PENGELUARAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA/SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Pasal 4, 6, 7, 9, dan Pasal 10 UUPN

Page 49: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

552 January 2004 Tkd - SPD 03 134

POLA HUBUNGAN DAN KEWENANGAN PEJABATPERBENDAHARAAN NEGARA DALAM UUPN

PRESIDEN( Sela k u K epa la P em er i n t a ha n)

KEP AL A K PK N( sela k u K ua sa

Benda ha r a U m um N ega r a )

K EP A L A K A N T O R( sela k u

K ua sa P engguna A ngga r a n/ Ba r a ng)

MENTERI KEUANGAN( sela k u B enda ha r a

U m um N ega r a )

M EN T ER I T EK N I S( sela k u P e nggunaA ngga r a n/ Ba r a ng)

Pe nde lega s ia n ke w e na ngan pe la ksa naa n progra m

Pe nde lega s ia n ke w e na ngan pe rbe nda ha ra a n

Benda ha r a P ener im a a n/P engelua r a n

Page 50: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

56

WEWENANG MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SELAKU PENGGUNA ANGGARAN

1. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;2. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran dan Pemegang

Kas;3. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan

pemungutan penerimaan negara;4. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan

pengelolaan utang-piutang negara;5. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

atas beban anggaran belanja negara;6. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan

pengujian dan perintah pembayaran;7. menggunakan barang milik negara;8. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan

pengelolaan barang milik/kekayaan negara;9. mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan

anggaran belanja. Pasal 4 ayat (2) UUPN

Page 51: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

57

WEWENANG MENTERI KEUANGAN SELAKU BENDAHARA UMUM NEGARA

1. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBN;2. melakukan pengendalian pelaksanaan APBN;3. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran negara;4. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka

pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;5. mengusahakan dan mengatur pengelolaan dana yang diperlukan

dalam pelaksanaan APBN;6. menyimpan dan menempatkan uang negara;7. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna

Anggaran atas beban rekening Kas Negara;8. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama

pemerintah;9. memberikan pinjaman atas nama pemerintah;10. melakukan pengelolaan utang-piutang negara;11. mengajukan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi

pemerintahan;12. menetapkan kebijakan dan sistem akuntansi keuangan Pemerintah

Pusat;13. menyajikan informasi keuangan negara;14. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan

barang milik negara15. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam

rangka pembayaran pajak. Pasal 7 ayat (2) UUPN

Page 52: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

60

PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA/DAERAH

Page 53: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

61

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN• Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan

kepada semua menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran.

• Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.

• Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, diuraikan :– sasaran yang hendak dicapai, – fungsi, – program dan rincian kegiatan, – anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan – rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta – pendapatan yang diperkirakan diterima.

• Pada dokumen pelaksanaan anggaran dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan Layanan Umum dalam lingkungan kementerian negara yang bersangkutan.

• Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada:– menteri/pimpinan lembaga, – kuasa bendahara umum negara, dan – Badan Pemeriksa Keuangan.      

Pasal 14 UUPN

Page 54: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

63

TAHAPAN PEMBUATAN KOMITMEN

• Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan.

• Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

Pasal 17 UUPN

Page 55: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

64

TAHAPAN PENGUJIAN DAN PERINTAH PEMBAYARAN

• Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk :– menguji, – membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan – memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN/APBD.

• Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang:

– menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;

– meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;

– meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;– membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran

pengeluaran yang bersangkutan;– memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.

• Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud. Pasal 18 UUPN

Page 56: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

65

TAHAPAN PEMBAYARAN• Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan

oleh Bendahara Umum Negara (BUN)/Kuasa BUN.• Dalam rangka pelaksanaan pembayaran BUN/Kuasa BUN

berkewajiban untuk:– meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan

oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;– menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN

yang tercantum dalam perintah pembayaran;– menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;– memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran

negara;– menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang

diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 19 UUPN

Page 57: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

66

PEMBAYARAN OLEH BENDAHARA PENGELUARAN

• Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.

• Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

• Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah :– meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;– menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah

pembayaran;– menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

• Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan tidak dipenuhi.

• Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.

• Pengecualian dari ketentuan ini diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 21 UUPN

Page 58: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

67

PENGELOLAAN UANG

Page 59: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

71

Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Kantor Pusat Bank

Bank IndonesiaBank Indonesia

Kantor PelayananPerbendaharaan

NegaraKantor

Cabang Bank

Pengguna Anggaran Pembayar Pajak

Ikhtisar Realisasi Penerimaan dan

Pengeluaran Negara

Rekonsiliasi Saldo Rekening Kas Umum Negara

•Laporan Pengeluaran pada bank operasional•Laporan Penerimaan pada bank persepsi

Otorisasi untuk mengadakan settlement dengan

Rekening Kas Umum Negarapada Bank Indonesia

Perintah Bayar dari Pengguna Anggaran

Settlement harian dengan Rekening Kas Umum Negara

Laporan Saldo Harian Rekening

Kas Negara

Page 60: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

72

Struktur Rekening Kas Umum NegaraStruktur Rekening Kas Umum Negara

Bank IndonesiaBank Indonesia

Rekening Kas Rekening Kas Umum NegaraUmum Negara

Rekening Operasional

Rekening Rekening PembiayaanPembiayaan Rekening Simpanan

Sub Rekening di KPPN

Sub Rekening di KPPN

Sub Rekening di KPPN

Page 61: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

73

PENGELOLAAN PIUTANG DAN UTANG

Page 62: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

74

• Penyelesaian piutang negara/daerah yang timbul sebagai akibat hubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang.

• Penyelesaian piutang yang menyangkut piutang negara ditetapkan oleh: – Menteri Keuangan, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati tidak lebih

dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);– Presiden, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

– Presiden, setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

• Pelaksanaan ketentuan yang menyangkut piutang Pemerintah Daerah ditetapkan oleh:

– Gubernur/bupati/walikota, jika bagian piutang daerah yang tidak disepakati tidak lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

– Gubernur/bupati/walikota, setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), jika bagian piutang daerah yang tidak disepakati lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

• Perubahan atas jumlah uang, ditetapkan dengan undang-undang.

Penyelesaian Piutang Negara/Daerah melalui

Perdamaian

Pasal 36 Pasal 36 UUPNUUPN

Page 63: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

75

• Piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang.

• Penghapusan piutang, sepanjang menyangkut piutang Pemerintah Pusat, ditetapkan oleh:– Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah); – Presiden untuk jumlah lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); – Presiden dengan persetujuan DPR untuk jumlah lebih dari Rp100.000.000.000,00

(seratus miliar rupiah).• Penghapusan piutang, sepanjang menyangkut piutang Pemerintah Daerah,

ditetapkan oleh:– Gubernur/bupati/walikota untuk jumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah); – Gubernur/bupati/walikota dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).• Perubahan atas jumlah uang, ditetapkan dengan undang-undang.• Tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara/daerah diatur dengan

peraturan pemerintah.

Penghapusan Piutang Negara/Daerah

Pasal 37 UUPN

Page 64: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

76

BAB VIPENGELOLAAN

INVESTASI

Page 65: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

77

INVESTASI PEMERINTAHINVESTASI PEMERINTAH

Pasal 41 UUPN

• Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.

• Investasi dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung.

• Investasi diatur dengan peraturan pemerintah.• Penyertaan modal pemerintah pusat pada

perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

• Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.

Page 66: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

78

PENGELOLAAN BARANG MILIK

NEGARA/DAERAH

Page 67: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

79

Pemindahtanganan Barang Milik Negara

• Barang milik negara yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negara tidak dapat dipindahtangankan.

• Pemindahtanganan barang milik negara dilakukan dengan cara :• dijual, • dipertukarkan, • dihibahkan, atau • disertakan sebagai modal Pemerintah, setelah mendapat persetujuan DPR.

• Persetujuan DPR dilakukan untuk: • pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan,• Pemindahtanganan barang milik negara selain

tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Pasal 45 dan Pasal 46 ayat (1)

UU Perbendaharaan Negara

Page 68: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

80

• Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.

• Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

 

Pasal 46 ayat (2) dan ayat (3) UUPN

Pemindahtanganan Barang Milik Negara

Page 69: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

81

• Barang milik daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah tidak dapat dipindahtangankan.

• Pemindahtanganan barang milik daerah dilakukan dengan cara :• dijual, • dipertukarkan, • dihibahkan, atau • disertakan sebagai modal Pemerintah,setelah mendapat persetujuan DPRD.

• Persetujuan DPRD dilakukan untuk: • pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan. • Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah

dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

• Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota.

Pasal 45 dan Pasal 46 UUPN

Pemindahtanganan Barang Milik Daerah

Page 70: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

82

Penjualan Barang Milik Negara/Daerah

• Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu.

• Ketentuan mengenai penjualan barang milik negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 48 UUPN

Page 71: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

83

LARANGAN PENYITAAN UANG DAN BARANG MILIK

NEGARA/DAERAH DAN/ATAU YANG DIKUASAI

NEGARA/DAERAH

Page 72: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

84

Larangan Penyitaan Uang dan Barang Negara/Daerah

Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap:– uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang

berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;

– uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;

– barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;

– barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/daerah;

– barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan. Pasal 50 UUPN

Page 73: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

85

PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

APBN/APBD

Page 74: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

86

PERTANGGUNGJAWABAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARABENDAHARA

• Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa BUN/Bendahara Umum Daerah (BUD).

• Kuasa BUN bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan selaku BUN dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

• BUN bertanggung jawab kepada Presiden dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

• BUD bertanggung jawab kepada gubernur/bupati/walikota dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

Pasal 53 UUPN

Page 75: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

87

PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNA ANGGARAN

Pasal 54 UUPNPasal 54 UUPN

• Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Presiden/gubernur/bupati/ walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya.

• Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya

Page 76: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

88

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT• Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

• Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat:• Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun

dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi :• Laporan Realisasi Anggaran, • Neraca, dan • Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum

(BLU). • Laporan Keuangan disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2

(dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.• Menteri Keuangan selaku BUN menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat;• Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan negara

yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.• Laporan Keuangan disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling

lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.• Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan

pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 55 Pasal 55 UUPNUUPN

Page 77: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

8918 December 2003Pokok-pokok UU No. 17/2003

tentang Keuangan Negara 18

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN

SistemAkuntansi

Instansi

SistemAkuntansiKas Umum

Negara

Neraca

LaporanRealisasiAngg.

Catatan atasLRA & Neraca

LaporanArus Kas

Catatan atasLaporan ArusKas

Neraca

LaporanArus Kas

LaporanRA

Catatan atasLaporanKeuangan

Dip

erik

saol

ehB

PK

MenteriTeknis

BendaharaUmumNegara

Page 78: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

90

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

• Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).

• KSAP bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan (SAP) yang berlaku baik untuk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi yang berlaku umum.

• Pembentukan, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan masa kerja KSAP ditetapkan dengan keputusan Presiden.

Pasal 57 UUPN

Page 79: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

91

PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Page 80: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

92

Pengendalian Intern Pemerintah

• Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.

• Sistem pengendalian intern ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Pasal 58 UUPNPasal 58 UUPN

Page 81: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

93

PENYELESAIAN KERUGIAN

NEGARA/DAERAH

Page 82: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

94

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

• Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

• Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

• Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.

Pasal 59

Page 83: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

95

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

• Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada BPK selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui.

• Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.

• Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian negara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 60 UUPN

 

 

Page 84: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

96

PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN

• Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK.

• Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerah ditemukan unsur pidana, BPK menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara terhadap bendahara diatur dalam undang-undang mengenai pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

 

Pasal 62 UUPN

Page 85: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

97

• Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.

• Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah. Pasal 63 UUPN

PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN

Page 86: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

98

PENGELOLAAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM

Page 87: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

99

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

• BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

• Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan.

• Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

• Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pasal 68 UUPNPasal 68 UUPN

Page 88: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

100

• Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan.• Rencana kerja dan anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan

kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/Lembaga/pemerintah daerah.

• Pendapatan dan belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam RKA kementerian negara/Lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.

• Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah.

• BLU dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain.

• Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLU yang bersangkutan.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam peraturan pemerintah.

Pasal 69 UUPN

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Page 89: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

101

BAB XIIIKETENTUAN PERALIHAN

Page 90: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

102

Pembentukan Jabatan Fungsional Bendahara

Pasal 70 ayat (1) UUPN

Jabatan fungsional bendahara dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan.

 

Page 91: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

103

Penerapan Penganggaran dan Akuntansi Berbasis Akrual

Pasal 70 ayat (2) UUPN

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

 

Page 92: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

104

Penerapan Sistem Kas Tunggal

Pasal 70 ayat (4) dan ayat (5) UU Perbendaharaan Negara

• Penyimpanan uang negara dalam Rekening KUN pada Bank Sentral dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006.

• Penyimpanan uang daerah dalam Rekening Kas Umum Daerah (Rekening KUD) pada bank yang telah ditentukan dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006.

 

Page 93: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

105

Pelaksanaan Penggantian SBI dengan SUN

Pasal 71 UUPNPasal 71 UUPN

 

• Pemberian bunga dan/atau jasa giro mulai dilaksanakan pada saat penggantian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan Surat Utang Negara (SUN) sebagai instrumen moneter.

• Penggantian SBI dengan SUN dilakukan mulai tahun 2005.

• Selama SUN belum sepenuhnya menggantikan SBI sebagai instrumen moneter, tingkat bunga yang diberikan adalah sebesar tingkat bunga SUN yang berasal dari penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Page 94: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

106

KETENTUAN PENUTUP

Page 95: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

107

Pencabutan ICW

Pasal 72 UUPN

 

Pada saat berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) dinyatakan tidak berlaku.

Page 96: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

108

Penyelesaian Ketentuan Pelaksanaan

Pasal 73 UUPN

 Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Undang-undang ini sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan.

Page 97: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

109

1. PP tentang Pelaksanaan APBN/APBD [Pasal 16 ayat (2) dan Pasal 21 (ayat 6)];

2. PP tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah [Pasal 28 ayat (1)];3. PP tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah [Pasal 48 ayat (2)

dan Pasal 49 ayat (6)];4. PP tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah [Pasal 55

ayat (5)];5. PP tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Pembiayaan

dan Perhitungan [Pasal 3 ayat (6)];6. PP tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Badan

Layanan Umum [Pasal 69 ayat (7)];7. PP tentang Tata Cara Pemberian Pinjaman atau Hibah [Pasal 33 ayat (3)];8. PP tentang Tata Cara Penyelesaian dan Penghapusan Piutang

Negara/Daerah [Pasal 37 ayat (5)];9. PP tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Penatausahaan Utang

Negara/Daerah [Pasal 39 ayat (4)];10. PP tentang Investasi Pemerintah [Pasal 41 ayat (3)];11. PP tentang Pengendalian Intern Pemerintah [Pasal 58 ayat (2)];12. PP tentang Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah [Pasal 63 ayat (2)].

Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara

Page 98: POKOK-POKOK UU KEUANGAN NEGARA DAN  UU PERBENDAHARAAN

110

TERIMA KASIHTERIMA KASIH