37
POLA ASUH OTORITATIF DAN SELF-ESTEEM SEBAGAI PREDIKTOR KEMANDIRIAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI RUMAH KOST DI SALATIGA OLEH: ANA VERONIKA SUGIANTO 802011801 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

POLA ASUH OTORITATIF DAN SELF-ESTEEM SEBAGAI PREDIKTOR

KEMANDIRIAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI RUMAH KOST DI

SALATIGA

OLEH:

ANA VERONIKA SUGIANTO

802011801

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 2: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor
Page 3: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor
Page 4: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

i

Page 5: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

ii

Page 6: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

iii

Page 7: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

iv

POLA ASUH OTORITATIF DAN SELF-ESTEEM SEBAGAI PREDIKTOR

KEMANDIRIAN MAHASISWA YANG TINGGAL DI RUMAH KOST DI

SALATIGA

Ana Veronika Sugianto

Berta Esti Ari Prasetya

Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 8: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

v

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh otoritatif dan self-

esteem secara simultan terhadap kemandirian mahasiswa yang tinggal di rumah kost

di Salatiga. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya

Wacana angkatan 2013 yang tinggal di rumah kost di Salatiga yang berjumlah 110

mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian dilakukan

dengan cara menyebarkan skala. Ada tiga skala yang digunakan, yaitu Skala Pola

Asuh Otoritatif (Robinson, Mandleco, Olsen, Hart, 1995), Skala Self-Esteem

(Tafarodi dan Swann, 2001), dan Skala Kemandirian (Steinberg, 1993). Data yang

terkumpul dianalisis dengan analisis regresi linear berganda melalui program SPSS

windows versi 16.00. Melalui analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil bahwa

pola asuh otoritatif dan self-esteem dapat dijadikan sebagai prediktor kemandirian

mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga. Besar kontribusi secara simultan

variabel pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian sebesar 28,3%

(R= 0,283), dan Fhitung = 22,512; dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 , p< 0,05.

Nilai β untuk variabel pola asuh otoritatif sebesar -0,384, dan nilai β untuk variabel

self-esteem sebesar 0,422.

Kata Kunci : Pola Asuh Otoritatif, Self-Esteem, dan Kemandirian Mahasiswa

Page 9: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

vi

Abstract

This study aims to know the effect of authoritative parenting and self-esteem

simultaneously towards autonomy boarding students living at home in Salatiga. The

subjects were students of Christian University of Satya Wacana Force 2013 that lived in

the boarding house Salatiga totaling 110 students. Data collection techniques were

performed in the study is done by distributing questionnaires. There are three were used,

namely Authoritative Parenting Scale (Robinson, Mandleco, Olsen, Hart, 1995), Self-

Esteem Scale (Tafarodi and Swann, 2001) and Autonomy Scale (Steinberg, 1993). The

data were analyzed with multiple linear regression analysis through SPSS windows

version 16.00. Through multiple linear regression analysis, the results showed that

authoritative parenting and self-esteem can be used as a predictor of autonomy of

student who lives in boarding house in Salatiga. Major contribution simultaneously

authoritative parenting variables and self-esteem to autonomy by 28.3% (R= 0.283), and

Fcount = 22,512; with a significance level of 0.000, (p <0.05). value of β for the

variable of authoritative parenting was -0,384, and the value of β for the self-esteem

variable was 0.422.

Keywords: Authoritative Parenting, Self-Esteem, and Autonomy Student

Page 10: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

1

PENDAHULUAN

Setiap individu pasti mempunyai keinginan untuk mendapatkan masa depan

yang cerah, mempunyai pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang baik, dan

menjalani suatu kehidupan yang cukup, bahkan lebih dari cukup untuk memenuhi

semua kebutuhan di dalam kehidupannya. Dengan didorong oleh keinginan

tersebut, banyak usaha yang dilakukan, salah satu cara yang banyak dilakukan

masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupannya adalah mengenyam pendidikan

yang tinggi, hingga masuk ke perguruan tinggi, sebab di perguruan tinggi individu

dapat menentukan bidang pekerjaan apa yang ia minati, dan setelah itu individu

tersebut dapat mencari jurusan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang

diinginkannya. Oleh karena itu, banyak individu yang menuntut ilmu disebuah

lembaga pendidikan atau perguruan tinggi yang bermutu, terkenal, dan sering

mencetak lulusan yang berkualitas, supaya dapat dijadikan sebuah bekal dan acuan

untuk dapat masuk ke dalam dunia kerja dengan penghasilan yang menjanjikan

(Umar, 2009).

Namun, universitas atau perguruan tinggi tidak dimiliki oleh semua kota di

Indonesia. Oleh karena itu, banyak individu yang berasal dari luar kota biasanya

memilih untuk memiliki tempat tinggal sementara (tempat kost) di dekat perguruan

tinggi tempat mereka mengenyam pendidikan dengan tujuan untuk mempermudah

mobilitas selama masa belajar. Hal ini yang membuat mereka menjadi mahasiswa

yang tinggal ditempat kost. Mahasiswa yang tinggal ditempat kost merupakan

pelajar yang sedang menetap dirumah orang lain untuk kepentingan melanjutkan

kepentingan formal, serta melanjutkan rutinitas sehari hari, dilingkungan kost,

Page 11: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

2

seperti: istirahat, belajar, berdiskusi, berkreasi, mengerjakan tugas kuliah, dan

kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Bagi mahasiswa yang tinggal ditempat kost memang membutuhkan sikap

kemandirian yang tinggi, mengingat mereka tinggal jauh dari keluarga, terutama

orangtua (Arifin, 2009).

Kemandirian, menurut Steinberg (1993), istilah independence dan autonomy

sering disejajarartikan dalam penelitan mengenai remaja. Autonomy memiliki arti

yang sedikit berbeda dari independence. Independence secara umum mengacu pada

kapasistas seseorang untuk memperlakukan diri sendiri. Sementara itu, Steinberg

menyimpulkan bahwa Autonomy merupakan kemampuan seseorang untuk

mengatur dirinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa adanya pengawasan dari

orangtua maupun guru. Ada tiga dimensi kemandirian menurut steinberg (1993),

yaitu kemandirian emosi (emotional autonomy), kemandirian perilaku (behavioral

autonomy), dan kemandirian nilai (value autonomy).

Namun kenyataannya, terdapat beberapa mahasiswa kost yang belum dapat

membagi waktu antara belajar dan bermain. Masalah lain yang muncul, yaitu

mereka kurang mampu dalam mengambil keputusan yang tepat bagi diri mereka

sendiri. Seperti misalnya pada saat menghadapi masalah dengan teman-temannya,

mereka selalu bertanya dan meminta bantuan serta pendapat dari orang tua,

mengenai langkah apa yang harus mereka lakukan untuk dapat menghadapi

masalah tersebut.

Menurut Walgito (1982), remaja yang biasanya dilindungi dan disayang oleh

orangtua, bila kemudian tiba-tiba harus berpisah jauh dengan orangtua, karena

Page 12: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

3

menuntut ilmu diluar kota, akan mempunyai sikap ragu-ragu, tidak berani berdiri

sendiri, tidak berani mengambil resiko, dan selalu menggantungkan diri pada orang

lain.

Menurut Monks, (1999) orang yang mandiri, akan memperlihatkan perilaku

yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri, dan kreatif. Selain itu,

mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam

aktifitasnya, percaya diri, mampu menerima realitas, serta mampu memanipulasi

lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada tujuan, dan

mampu mengendalikan diri. Sebaliknya, tidak adanya kemandirian pada individu,

akan menghasilkan berbagai macam problem, yaitu rendahnya harga diri, pemalu,

tidak punya motivasi sekolah, kebiasaan belajar yang jelek, perasaan yang tidak

aman, dan kecemasan.

Kemandirian merupakan aspek kepribadian yang sangat penting untuk dimiliki

oleh setiap individu, karena seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah

lepas dari cobaan dan tantangan kehidupan. Individu yang memiliki kemandirian

yang tinggi, relatif mampu menghadapi segala permasalahan, karena individu yang

mandiri tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha untuk menghadapi dan

memecahkan masalah yang ada. Sebaliknya individu yang tidak dapat hidup

mandiri, akan mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada tanggung jawab serta

peran yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang, maka

semakin besar pula tanggung jawab serta pilihan hidup yang harus diambil

(Manoppo, 2012).

Menurut Masrun, dkk (dalam Goeritno, Soeharsono, dan Arsitasari, 2006),

kemandirian secara sosiopsikologis dianggap penting karena seseorang berusaha

Page 13: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

4

untuk menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungan. Tanpa kemandirian usaha

penyesuaian diri tidak mungkin berhasil untuk mempengaruhi dan menguasai

lingkungan, bahkan seseorang akan dikuasai oleh lingkungan. Dengan kata lain,

kemandirian merupakan modal dasar bagi manusia dalam menentukan sikap dan

perbuatan terhadap lingkungan. Selanjutnya Dahlan (dalam Goeritno, dkk 2006),

mengemukakan bahwa kemandirian merupakan aspek kualitas non fisik yang

menjadikan seseorang mau atau mampu mencari sendiri pemecahan masalahnya.

Kemandirian bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada

diri individu sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai

stimulasi yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang telah dimiliki sejak

lahir sebagai keturunan dari orangtuanya. Menurut Ali dan Ashori (2012), ada

sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi perkembangan

kemandirian, yaitu sebagai berikut: gen atau keturunan orangtua, pola asuh

orangtua, sistem pendidikan disekolah, dan sistem kehidupan di masyarakat.

Sementara itu, menurut Soetjiningsih (1993), kemandirian seseorang tidak

terbentuk secara mendadak atau terjadi begitu saja dalam tempo yang singkat, tetapi

melalui proses panjang semenjak masa kanak-kanak. Selain itu, dalam

perkembangannya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kecerdasan,

pola asuh orangtua, status pekerjaan ibu, umur, kebudayaan, jenis kelamin, jumlah

anak dalam keluarga dan tingkat pendidikan ibu.

Dapat dikatakan bahwa pola asuh merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kemandirian seseorang. Pola asuh merupakan salah satu pengaruh

yang dominan yang dapat mempengaruhi kemandirian seseorang. Dengan adanya

pola asuh yang tepat bagi seorang anak, maka akan terbentuklah kepribadian yang

Page 14: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

5

mandiri pada anak tersebut (Manoppo, 2012). Menurut Baumrind (dalam Syamsu,

2004), mendefinisikan pola asuh sebagai pola sikap atau perlakukan orangtua

terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap

perilaku anak antara lain terhadap kompetensi emosional, sosial, dan intelektual

anak.

Baumrind (dalam Santrock 2002), menyatakan ada empat macam bentuk pola

asuh. Bentuk pola asuh yang pertama adalah pola asuh otoriter yang merupakan

suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap

semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa ada kebebasan untuk

bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri. Bentuk pola asuh yang kedua

adalah pola asuh otoritatif atau demokratis, pada pola asuh ini orangtua yang

mendorong anak-anaknya agar mandiri, namun masih memberikan batas-batas dan

pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal dimungkinkan

dengan kehangatan-kehangatan dan kasih sayang yang diperlihatkan. Bentuk pola

asuh yang ketiga adalah pola asuh penelantaran, yaitu pola asuh dimana orang tua

mengembangkan perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orangtua lebih

penting dari pada anak-anak. Orangtua lebih cenderung membiarkan anak-anaknya

dibesarkan tanpa kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Bentuk

pola asuh yang keempat adalah pola asuh permisif, pada pola asuh ini orangtua

sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, namun menetapkan sedikit

batas atau kendali terhadap anak mereka. Namun yang menjadi topik penelitian,

dalam penelitian ini adalah pola asuh otoritatif (authoritative parenting).

Page 15: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

6

Sementara itu, memurut Baumrind (1966), pola asuh otoritatif merupakan pola

asuh, dimana orangtua mengarahkan anak ke dalam kebiasaan yang rasional,

berorientasi pada masalah, melakukan pengawasan dan tuntutan pada anak, tetapi

mereka juga bersikap hangat pada anak, memberi dan berbagi alasan di balik

kebijakan-kebijakan yang mereka buat, serta memberlakukan perspektif mereka

sendiri sebagai orang dewasa, tetapi mereka juga mengenali kepentingan anak dan

cara-cara yang khusus.

Menurut Robinson, Mandleco, Olsen, dan Hart (1995), ditemukan ada empat

komponen pola asuh otoritatif, yaitu: kehangatan atau keterlibatan (wamth and

involvement), pertimbangan (reasoning or induction), keikutsertaan demokratis

(democratic participation), dan pengasuhan yang baik (good natured or easy

going).

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiana dan Nugraheni

(2008), terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara pola asuh

demokratis dengan kemandirian pada remaja. Semakin tinggi pola asuh demokratis,

semakin tinggi pula kemandirian remaja. Demikian juga sebaliknya, semakin

rendah pola asuh demokratis, maka semakin rendah pula kemandirian remaja.

Namun, terdapat penelitian yang mengatakan bahwa pola asuh otoriter

(authoritarian parenting) berkaitan dengan tingginya kemandirian remaja. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Golonka (2013) menyatakan bahwa pola asuh

otoriter (authoritarian parenting), berhubungan positif dengan kemandirian emosi

pada mahasiswa. Hal ini disebabkan karena mahasiswa dengan orangtua otoriter

Page 16: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

7

(authoritarian parents) lebih mudah untuk meraih kebebasan dalam kehidupan di

perkuliahannya atau memisahkan diri dari tingginya kontrol orangtua.

Selain itu, menurut penelitian Garcia dan Gracia (2009) yang membuktikan

bahwa pola asuh demokratis bukanlah satu-satunya pola asuh yang daoat

memberikan hasil perkembangan kepribadian remaja yang baik pada keluarga di

Spanyol. Pola asuh orangtua permissif lah yang ditentukan sebagai pola asuh yang

memberikan hasil yang optimal pada perkembangan kepribadian remaja. Dengan

mengalami pola asuh permisif, anak justru menemukan tingkat keketatan yang

sangat longgar dibandungkan dengan pola asuh demokratis.

Selanjutnya, faktor lain yang mempengaruhi kemandirian seseorang, yaitu self

esteem atau harga diri (Clemes, Bean, dan Clarck 1995). Harga diri yang tinggi

merupakan salah satu sumber daya yang paling berharga yang dapat dimiliki

remaja. Lebih lanjut, Clemes, Bean, dan Clarck, (1995) menyatakan bahwa remaja

dengan harga diri yang tinggi akan belajar lebih efektif, mengembangkan hubungan

yang lebih kaya, lebih mampu memanfaatkan kesempatan dan bekerja secara

produktif dan mandiri. Menurut Tafarodi dan Swann (2001), harga diri (self-

esteem), merupakan dua aspek yang saling terkait, dimana individu mempunyai

penilaian pribadi tentang dirinya sebagai pribadi yang baik atau buruk (self-liking),

dan penilaian individu terhadap kemampuan pribadinya (self-competence). Lebih

lanjut, Tafarodi dan Swann (2001), mengemukakan ada dua dimensi dari self-

esteem, yaitu self-liking yang didefinisikan sebagai penilaian individu akan dirinya

sendiri sebagai pribadi yang baik atu buruk, dan self-competence, yang

didefinisikan sebagai penilaian individu terhadap kemampuan pribadinya.

Page 17: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

8

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifianto, (dalam Pancariatno 2009)

mengenai hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada siswa-siswa kelas 2

SMK PGRI 2 Salatiga, menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan

antara harga diri dengan kemandirian, artinya semakin tinggi skor harga diri maka

semakin tinggi pula skor kemandiriannya, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini

didukung oleh pendapat Buss (dalam Handiati, 1991), bahwa individu yang

memiliki harga diri yang tinggi akan mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungannya karena individu tersebut lebih memiliki kemantapan diri, kebebasan

dan bertanggung jawab, sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah

akan merasa mudah cemas dan depresi. Namun demikian, berdasarkan hasil

wawancara (21 Mei 2013) yang dilakukan oleh penulis terhadap salah satu

mahasiswa kost, partisipan wawancara menyatakan bahwa ia mempunyai gambaran

yang positif dengan dirinya sendiri, (ia merasa bangga akan usaha-usahanya untuk

meraih prestasi, seperti belajar dengan tekun, dapat mempersiapkan ujian dari jauh-

jauh hari). Namun ia merasa kesulitan dalam memutuskan sesuatu hal, seperti pada

saat ia mengalami masalah dengan pacarnya, ia masih bergantung kepada orangtua

atau kepada teman-teman dekatnya, mengenai langkah apa yang harus ia lakukan.

Berdasarkan persoalan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga”. Tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh otoritatif dan self-

esteem terhadap kemandirian mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga

Page 18: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

9

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis penelitian ini, menggunakan metode penelitian asosiatif. Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel atau lebih. Dengan penelitian asosiatif ini, maka akan dapat dibangun

suatu teori yang dapat berfungsi untuk meramalkan, menjelaskan, dan mengontrol

suatu gejala (Sugiyono, 2004).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Pedekatan

kuantitatif, menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada

penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan

kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.

Dengan metode kuantitatif, akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau

signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 1997).

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel tergantung, adalah kemandirian.

Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu pola asuh otoritatif dan self-

esteem.

Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2013 Universitas

Kristen Satya Wacana yang berasal dari luar kota Salatiga. Alasan peneliti

mengambil populasi mahasiswa 2013, karena pada saat peneliti melakukan

pengambilan data, mahasiswa angkatan 2013 merupakan mahasiswa angkatan

termuda, dan sebagian dari mereka belum lama tinggal jauh dari orangtua.

Page 19: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

10

Menurut Sugiyono (2010), sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik insidental sampling, karena tidak diketahui

jumlah populasinya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

angkatan 2013 yang tinggal di rumah kost di Salatiga, dan besarnya sampel yang

digunakkan dalam penelitian ini sebesar 110 mahasiswa

Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah metode skala. Dalam penelitian ini

menggunakan tiga skala, yaitu Skala Kemandirian, Skala Pola Asuh Otoritatif, dan

Skala Self-Esteem. Untuk item dalam skala kemandirian dan self-esteem,

dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan unfavorable dengan menggunakan

4 alternatif jawaban dari skala Likert yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak

Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan untuk item dalam skala

pola asuh otoritatif, menggunakan 5 alternatif jawaban, dari skala Likert yaitu:

1:Tidak Pernah; 2: Kadang-Kadang; 3: Separuh Waktu; 4: Sangat Sering; 5: Selalu.

Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada

subjek.

Pengujian ketiga rancangan skala tersebut menggunakan metode try out

terpakai, artinya hasil dari skala yang diujikan akan digunakan langsung untuk

kepentingan penelitian setelah dilakukan seleksi item.

1. Skala Kemandirian

Skala Kemandirian yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan skala

yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori Steinberg (1993), yang

Page 20: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

11

mempunyai tiga dimensi, yaitu kemandirian emosi, kemandirian perilaku, dan

kemandirian nilai. Skala ini terdiri dari 60 item. Dari hasil penghitungan uji seleksi

item dari 60 item dengan try out terpakai pada mahasiswa angkatan 2013 yang

tinggal ditempat kost, didapatkan 32 item yang gugur dan jumlah item yang

terpakai dalam penelitian ini adalah 28 item, dengan koefisien item totalnya

bergerak antara 0,251 sampai dengan 0,633. Sedangkan teknik pengukuran untuk

menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach,

sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala kemandirian sebesar 0,875

(reliabilitas baik).

2. Skala Pola Asuh Otoritatif

Skala Pola Asuh Otoritatif yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan

adaptasi dari skala Parenting Practice Questionaire (PPQ), yang disusun oleh

Robinson, Mandleco, Olsen, dan Hart (1995). Sebelumnya Robinson, dkk sudah

melakukan uji reliabilitas dan diperoleh reliabilitas alpha, sebesar 0,91 (untuk pola

asuh authoritative), 0,86 (untuk pola asuh authoritarian), dan 0,75 (untuk pola asuh

permissive). Kemudian peneliti menguji kembali skala pola asuh authoritative,

skala ini terdiri dari 27 item, yang menunjukkan beberapa komponen dari pola asuh

otoritatif, yaitu kehangatan atau keterlibatan (warmth or involvement),

pertimbangan (reasoning or induction), keikutsertaan demokratis (democratic

participation), pengasuhan yang baik (good natured or easy going). Dari hasil

penghitungan uji seleksi item dari 27 item dengan try out terpakai, tidak terdapat

item yang gugur, sehingga jumlah item terpakai dalam penelitian adalah 27 item,

dengan koefisien item totalnya bergerak antara 0,275 sampai dengan 0,735. Dan

koefisien Alpha pada skala pola asuh otoritatif sebesar 0,932 (reliabilitas baik).

Page 21: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

12

3. Skala Self-Esteem

Skala Self-Esteem yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan skala

yang diadaptasi dari Self-Liking/Self-Competence Scale (SLCS), yang disusun oleh

Tafarodi dan Swann (2001). Sebelumnya Tafarodi dan Swann sudah melakukan uji

reliabilitas, dan diperoleh reliabitias alpha sebesar 0,83 (untuk item self-

competence pada wanita) 0,82 (untuk item self-competence pada pria), dan 0,90

(untuk item self-liking pada pria dan wanita). Kemudian, peneliti menguji kembali

skala self-esteem, skala ini terdiri dari 16 item, yang menunjukkan beberapa

dimensi dari self-esteem yaitu self-liking dan self-competence. Penghitungan uji

seleksi item dari 16 item dengan try out terpakai, terdapat 5 item gugur dan jumlah

item terpakai dalam penelitian ini adalah 11 item dengan koefisien item totalnya

bergerak antara 0,262 sampai dengan 0,582. Dan koefisien Alpha pada skala self-

esteem sebesar 0,710 (reliabilitas dapat diterima).

Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dan pengumpulan data

dilakukan pada hari rabu, tanggal 2 Juli 2014, dengan cara peneliti mendatangi

tempat-tempat kost seperti kos dipo 69, dipo 71, dipo 74, dipo 66, kos unihouse,

dan sebagainya. Selain itu, peneliti juga mendatangi beberapa ruang kuliah, seperti

gedung E, gedung G, gedung A, dan sebagainya. Kemudian peneliti membagi

secara langsung kepada subjek untuk diisi, namun sebelumnya peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan seperti: subjek angkatan berapa, apakah subjek tinggal

ditempat kost, atau tinggal bersama orangtua, dan berapa umur subjek. Jumlah

skala psikologi yang dibagikan sesuai dengan sample yang telah ditentukan,

dikarenakan penelitian ini menggunakan tekhnik insidental sampling, karena tidak

Page 22: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

13

diketahui secara pasti jumlah mahasisiwa Universitas Kristen Satya Wacana

angkatan 2013 yang kost di Salatiga. Jumlah sample yang digunakkan dalam

penelitian ini yaitu sebesar 110 mahasiswa angkatan 2013 yang tinggal dirumah

kost. Selama pengisian skala, peneliti berusaha untuk berada didekat subjek,

dengan maksud apabila terdapat persoalan yang tidak dimengerti subjek. Setelah

skala selesai diisi, skala langsung diberikan kembali oleh peneliti, dan kemudian

peneliti langsung mengecek kembali skala yang sudah diisi. Pada penelitian ini,

penulis menggunakan try out terpakai, yaitu subjek yang digunakan untuk try out,

sekaligus juga digunakan sekaligus untuk penelitian. Setelah dilakukan

pengambilan data, maka dilakukan penghitungan reliabilitas, uji asumsi, (meliputi

uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, uji korelasi), dan uji regresi

menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00 for windows.

Teknik Analisa Data

Metode analisis data menggunakan uji regresi untuk melihat pengaruh pola asuh

otoritatif dan self-esteem dengan kemandirian mahasiswa yang tinggal di rumah

kost di Salatiga. Tekhnik analisa data dilakukan dengan program bantuan SPSS

versi 16.00 for windows.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Deskriptif

a. Kemandirian

Jumlah item kemandirian yang digunakan sebesar 28 item baik, dengan

jenjang skor 1 sampai 4, maka skor minimum 28, dan skor maksimumnya 112,

dengan range 21.

Page 23: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

14

Tabel 1.

Kategorisasi Pengukuran Skala Kemandirian

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar

deviasi

1. 91 ≤ x ≤ 112 Sangat tinggi 11 10%

77,12

9,34

2. 70 ≤ x < 91 Tinggi 79 71,82 %

3. 49 ≤ x < 70 Rendah 20 18,18%

4. 28 ≤ x < 49 Sangat rendah 0 0%

Total 110 100%

Data di atas menunjukkan tingkat kemandirian dari 110 subjek yang berbeda-

beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga tinggi. Pada kategori rendah didapati

sebesar 18,18%, kategori tinggi sebesar 71,82 % dan kategori sangat tinggi sebesar

10%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 77,12 dengan standar deviasi sebesar

9,34. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kemandirian mahasiswa yang

tinggal dirumah kost di Salatiga ini berada pada tingkat yang tinggi.

b. Self-esteem

Jumlah item self-esteem yang digunakan sebesar 11 item yang baik, dengan

jenjang skor 1 sampai 4, maka skor minimum 11, skor maksimumnya 44, dengan

range 8,25.

Tabel 2.

Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Esteem

Data di atas menunjukkan tingkat self-esteem dari 110 subjek yang berbeda-

beda, mulai dari tingkat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori rendah didapati

sebesar 32,73%, kategori tinggi sebesar 65,45% dan kategori sangat tinggi sebesar

1,82%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 28,54 dengan standar deviasi sebesar

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar

deviasi

1. 35,75 ≤ x ≤ 44 Sangat tinggi 2 1,82%

28,54

3,334 2. 27,5 ≤ x < 35,75 Tinggi 72 65,45%

3. 19,25 ≤ x < 27,5 Rendah 36 32,73%

4. 11 ≤ x < 19,25 Sangat rendah 0 0%

Total 110 100%

Page 24: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

15

3,334. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat self-esteem mahasiswa yang

tinggal dirumah kost di Salatiga ini berada pada tingkat yang tinggi.

c. Pola asuh otoritatif

Jumlah item pola asuh otoritatif yang digunakan sebesar 27 item yang baik,

dengan jenjang skor 1 sampai 4, maka skor minimum 27, skor maksimumnya 135,

dengan range 27.

Tabel 3

Kriteria Skor pola asuh otoritatif

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar

deviasi

1. 108 ≤ x ≤ 135 Sangat tinggi 29 26,36%

92,37

19,79

2. 81 ≤ x < 108 Tinggi 51 46,36%

3. 54 ≤ x < 81 Rendah 26 23,64%

4. 27 ≤ x < 54 Sangat

Rendah

4 3,64%

Total 110 100%

Data di atas menunjukkan tingkat pola asuh otoritatif orangtua dari 110 subjek

yang berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori

sangat rendah didapati sebesar 3,64%, kategori rendah 23.64% , kategori tinggi sebesar

46,36% dan kategori sangat tinggi 26,36%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah

92,37 dengan standar deviasi sebesar 19,79. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa

tingkat pola asuh otoritatif orangtua mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga

ini berada pada tingkat yang tinggi.

2. Uji Asumsi

Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari: uji normalitas, uji,

uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji korelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini, menggunakan metode Kolmogrov Smirnov.

Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila p>0,05 yang didapat dari hasil analisa

menggunakan program SPSS 16.0. Pada skala kemandirian diperoleh hasil skor sebesar

Page 25: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

16

0,940, dengan nilai signifikansi sebesar 0,340 (p >0,05). Pada skala pola asuh otoritatif

memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,697, dengan nilai signifikansi sebasar 0,716 (p >0,05).

Sedangkan pada skala self-esteem memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,338, dengan nilai

signifikansi sebesar 0,056 (p >0,05). Dengan demikian ketiga variabel memiliki

distribusi yang normal.

b. Uji Linearitas

Pada uji linearitas, variabel self-esteem dengan kemandirian, didapatkan nilai F

sebesar 2,968 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa

hubungan antara variabel self-esteem dengan kemandirian adalah tidak linear.

Sementara itu hasil uji linearitas pada variabel pola asuh otoritatif dengan kemandirian,

didapatkan nilai F sebesar 1,159, dengan signifikansi 0,295 (p>0,05) hal ini

menunjukkan bahwa hubungan antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian adalah

linear.

c. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas, diperlukan untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara dua atau lebih variabel bebas. Dalam penelitian ini menggunakan metode VIF

(Variance Inflation Factor). Dikatakan tidak terdapat hubungan antara dua atau lebih

variabel bebas apabila nilai VIF < 10. Dari hasil pengujian multikolinearitas, didapatkan

hasil bahwa nilai VIF = 1,008, ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara dua

variabel bebas dalam penelitian ini. Pengujian multikolinearitas, terdapat pada tabel di

bawah ini.

d. Uji Korelasi

Pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung. Dalam penelitian ini menggunakan metode

Page 26: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

17

korelasi pearson. Dikatakan terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel

tergantung apabila nilai signifikan (p <0,05). Dari hasil pengujian korelasi pearson,

didapatkan bahwa hasil uji korelasi antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian,

sebesar -0,345, dengan nilai signifikansi 0,000 (p <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

ada hubungan yang negatif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian. Sedangkan

untuk variabel self-esteem dengan kemandirian didapatkan hasil koefisien korelasi

sebesar 0,388 dengan nilai signifikan 0,000 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang positif antara self-esteem dengan kemandirian.

3. Uji Regresi

Pengujian regresi, diperlukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel bebas,

dan satu variabel tergantung. Kedua variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel

tergantung, dengan nilai R sebesar 0,544, dan signifikansi 0,000 (p <0,05). Pengujian

regresi tiga variabel tertera dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4

Uji regresi pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian:

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .544a .296 .283 7.907

Predictors: (Constant), self_asteem, pola_asuh

ANOVAa

Model Sum of Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 2815.185 2 1407.592 22.512 .000b

Residual 6690.279 107 62.526

Total 9505.464 109 a. Dependent Variable: kemandirian

b. Predictors: (Constant), self_esteem, pola_asuh

Page 27: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

18

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 60.073 7.166 8.383 .000

pola_asuh -.181 .038 -.384 -4.711 .000

self_esteem 1.183 .228 .422 5.187 .000

a. Dependent Variable: kemandirian

Dari hasil uji regresi pola asuh otoritatif dan self-esteem dengan kemandirian,

secara bersama-sama pola asuh otoritatif dengan self-esteem dapat digunakan sebagai

prediktor kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga, didapatkan

nilai adjusted R square sebesar 0,283 (28,3%). Nilai beta dari variabel pola asuh

otoritatif sebesar -0,384. Dengan signifikansi sebesar 0,000 (p< 0,05) dan nilai beta

variabel self-esteem sebesar 0,422, dengan signifikansi 0,000 (p< 0,05).

Bedasarkan data diatas, maka model persamaan linear berganda, Y =

α+β1X1+β2X2, maka persamaan persamaan regresi linear, yaitu

Y = 60,073 – 0,384X1+0,422X2.

Keterangan:

1. Konstanta sebesar 60,073 mengandung arti bahwa jika variabel independen

dianggap konstan, maka nilai kemandirian sebesar 60,073. Hal ini dapat diartikan

bahwa tingkat kemandirian mahasiswa yang tinggal di tempat kos tinggi.

2. Koefisien regresi pola asuh otoritatif sebesar -0,384, memberi pemahaman bahwa

semakin tinggi tingkat pola asuh otoritatif maka akan berdampak pada menurunnya

tingkat kemandirian mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga.

3. Koefisien regresi self-esteem sebesar 0,422, memberi pemahaman bahwa semakin

tinggi tingkat self-esteem maka akan berdampak pada meningkatnya kemandirian

mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga.

Page 28: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

19

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, ditemukan bahwa secara

simultan terdapat pengaruh antara pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap

kemandirian. Besarnya pengaruh pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap

kemandirian, tercermin dalam nilai adjusted R Square (R²) sebesar 0,283, yang

menjelaskan bahwa sebesar 28,3% dari total varians kemandirian mahasiswa yang

tinggal dirumah kost di Salatiga dapat dijelaskan secara simultan oleh pola asuh

otoritatif dan self-esteem. Lebih lanjut hasil temuan ini didukung oleh, nilai Fhitung

sebesar 22,512, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Maka hipotesis

yang menyatakan bahwa pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

kemandirian diterima.

Self-Esteem merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap

kemandirian mahasiswa. Hal ini terbukti dari uji pada tabel 4 (β = 0,422), dengan

nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0,05), dan ternyata self-esteem memberi pengaruh

yang lebih besar dari pola asuh otoritatif. Ini berarti bahwa self-esteem dapat

dijadikan sebagai prediktor kemandirian mahasiswa. Maka hipotesis yang

menyatakan bahwa ada pengaruh self-esteem dengan kemandirian diterima. Hal ini

sesuai dengan pendapat Buss (dalam Handiati, 1991), bahwa individu yang memiliki

harga diri yang tinggi akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena

individu tersebut lebih meniliki kemantapan diri, kebebasan dan bertanggung jawab,

sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah akan merasa mudah cemas

dan depresi. Pentingnya peranan self-esteem (harga diri), adalah bahwa setiap orang

memerlukan harga diri, berapapun usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, atau

arah serta pekerjaan dalam hidupnya.

Page 29: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

20

Harga diri hampir mempengaruhi setiap segi kehidupan (Clemes, Bean, dan

Clarck, 1995). Menurut penelitian Royani (2009), self-esteem (harga diri) merupakan

hal yang paling krusial didalam hidup setiap manusia, tanpa terkecuali, dan self

esteem ini tidak dapat dilepaskan dari identitas diri. Identitas diri yang jelas akan

menghantar individu untuk menghargai dirinya secara tepat pula. Individu yang

memiliki harga diri (self-esteem) yang tinggi, akan dapat bertindak mandiri.

Pentingnya memiliki self esteem yang positif, secara khusus dalam diri remaja ini

terkait dengan kehidupan remaja itu sendiri, dimana remaja sudah mulai membaur

dalam masyarakat yang lebih luas. Sangat berbahaya bila remaja tidak memiliki self

esteem yang positif, mereka akan mudah terbawa oleh pengaruh dari masyarakat

yang negatif, karena mereka yang memiliki self-esteem yang negatif tidak mampu

mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya, mereka kerap kali dikontrol oleh

lingkungannya.

Bagi mahasiswa yang tinggal di tempat kost, mereka dihadapkan dalam situasi

dimana mereka berada jauh dari orangtua, dan harus dapat melakukan segala

aktivitas sendiri secara mandiri seperti mulai dari: memilih teman, memilih mata

kuliah apa yang hendak diambil, memecahkan masalah secara mandiri, mengambil

sutu keputusan secara mandiri, dan sebagainya. Bagi mereka yang mempunyai harga

diri yang tinggi, mereka akan dapat bertindak mandiri. Hal ini sesuai dengan

pendapat Clemes, Bean, dan Clark (1995), bahwa salah satu ciri individu yang

memiliki harga diri yang tinggi, mereka dapat bertindak mandiri, ia akan membuat

pilihan dan mengambil keputusan tentang masalah seperti pemanfaatan waktu, uang,

pekerjaan, pakaian, dan lain-lain dan ia akan mencari teman dan kesenangannya

sendiri.

Page 30: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

21

Sementara itu, berdasarkan hasil penghitungan uji regresi self-esteem dengan

kemandirian, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara self-esteem

dengan kemandirian. Dengan nilai beta sebesar 0,422, dan nilai signifikan sebesar

0,000 (p <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara self-

esteem dengan kenandirian, artinya semakin tinggi tingkat self-esteem, maka semakin

tinggi pula tingkat kemandiriannya, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat

self-esteem maka semakin rendah pula tingkat kemandiriannya. Hasil penelitian ini,

sesuai dengan hasil penelitian Dickstein dan Hardy (1979) yang meneliti hubungan

antara self-esteem, kemandirian, dan perilaku moral pada mahasiswa laki-laki dan

perempuan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara self-esteem

dengan kemandirian, dengan nilai korelasi sebesar 0,43, dengan nilai signifikansi

(p<0,01). Selanjutnya hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Handiati

(1991), yang meneliti hubungan antara harga diri dengan kemandirian remaja pada

SMA Kristen YSKI dan SMA Nasional Karangturi Semarang, menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara harga diri dengan kemandirian dengan nilai

korelasi sebebesar 0,598, dan nilai signifikansi (p<0,01).

Selain self-esteem, pola asuh otoritatif juga berpengaruh terhadap kemandirian

mahasiswa. Hasil uji t pada tabel 4, memperlihatkan bahwa pola asuh memberi

pengaruh yang lebih kecil dari self-esteem (β = -0,384), hal ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang negatif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian,

artinya semakin tinggi tingkat pola asuh otoritatif, maka semakin rendah tingkat

kemandiriannya, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat pola asuh otoritatif,

maka semakin tinggi tingkat kemandiriannya. Mengingat ternyata hasil penelitian ini

menemukan adanya korelasi yang sifatnya negatif, maka hipotesis yang menyatakan

Page 31: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

22

ada pengaruh positif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian ditolak. Hasil

penelitian ini tidak mendukung pendapat Baumrind (dalam Turner, Chander, dan

Heffer, 2009) yang menyatakan bahwa pola asuh yang dapat mendorong

kemandirian adalah pola asuh otoritatif (authoritative parenting), karena dalam pola

asuh ini terdapat beberapa ciri, dan salah satunya yaitu mendorong kemandirian.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan pendapat Lestari, Susanti dan Indrayani,

(2012) yang menyatakan bahwa pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang

paling tepat diterapkan oleh orangtua demi meningkatkan kemandirian remaja.

Dalam penelitian ini, justru ditemukan bahwa pola asuh otoritatif menurunkan

tingkat kemandirian remaja.

Dalam penelitian ini, didapatkan nilai beta untuk variabel pola asuh otoritatif

sebesar -0,384, dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Adanya korelasi negatif

antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian, mungkin disebabkan karena orangtua

authoritative dicirikan dengan tingginya tingkat dukungan dan kedekatan emosional

(Yaffe, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Golonka (2013), yang meneliti tentang hubungan antara pola asuh orangtua,

komunikasi elektronik antara orangtua-anak, dan perkembangan kemandirian dan

penyesuaian diri mahasiswa, menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara

pola asuh authoritative dengan kemandirian emosi pada mahasiswa, karena

mahasiswa dengan orangtua otoritatif memiliki kesempatan lebih untuk merasa

sangat dekat, merasa nyaman, dan bergantung pada orangtua yang berperilaku

mendukung secara emosional, yang dapat menurunkan keinginan mahasiswa untuk

memisahkan diri dari orangtua dimasa dewasa, sebagai hasilnya terjadi penurunan

kemandirian emosional. Begitu pula dengan mahasiswa yang tinggal ditempat kost,

Page 32: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

23

dimana ia dihadapkan pada situasi dimana ia berada jauh dari kedua orangtuanya, ia

harus dapat memecahkan masalah yang dialaminya secara mandiri, dan harus dapat

menentukan dan memilih apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Dengan adanya

kedekatan emosional antara anak dengan orangtua, maka ia merasa nyaman dengan

orangtua, dan selalu bergantung pada orangtua yang berperilaku mendukung secara

emosional, yang dapat menurunkan keinginan anak untuk memisahkan diri dari

orangtua, dan pada akhirnya menurunkan tingkat kemandirian anak.

Berdasarkan hasil uji regresi pola asuh otoritatif dan self-esteem dengan

kemandirian, didapatkan jumlah sumbangan relatif dari kedua variabel bebas pola

asuh otoritatif (X1) dan self-esteem (X2), sebesar 0,283 (28,3%). Hal ini

menunjukkan bahwa kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga

dipengaruhi oleh pola asuh otoritatif dan self-esteem. Sedangkan sisanya 71,7%

dipengaruhi oleh faktor lain, seperti: latar belakang budaya, jumlah anak dalam

keluarga, tingkat pendidikan ibu, dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1993).

Penelitian ini, tentunya memiliki kelemahan, yaitu: menurut peneliti kelemahan

penelitian ini adalah saat pelaporan jumlah populasi, peneliti sudah mengidentifikasi

populasi yang berasal dari luar kota Salatiga sebagai anak kost, padahal belum tentu

mereka anak kost.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai

prediktor kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

Page 33: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

24

a) Ada pengaruh pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian mahasiswa.

Dengan kata lain pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor kemandirian

mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga.

b) Ada pengaruh yang negatif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian

mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga, semakin tinggi pola asuh

otoritatif, maka semakin rendah kemandiriannya. Begitu juga sebaliknya, semakin

rendah tingkat pola asuh otoritatif, maka semakin tinggi tingkat kemandiriannya.

c) Ada pengaruh yang positif antara self-esteem dengan kemandirian, semakin tinggi

tingkat self-esteem maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya. Begitu juga

sebaliknya, semakin rendah tingkat self-esteem, maka semakin rendah pula tingkat

kemandiriannya.

d) Besarnya sumbangan efektif pola asuh otoritatif dan self-esteem sebesar 28,3%.

Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif dan self-esteem merupakan faktor

yang cukup besar memengaruhi kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost

di Salatiga.

e) Sebagian besar subjek (71,82%) memiliki tingkat kemandirian berada pada kategori

tinggi, sebagian subjek (65,45%) memiliki tingkat self-esteem berada pada kategori

tinggi, dan sebagian besar subjek (46,36%) memiliki tingkat pola asuh otoritatif

yang tinggi.

Saran

Dengan demikian, maka para mahasiswa diharapkan agar tetap mengembangkan

self-esteem yang positif untuk dapat bertindak lebih mandiri, bertanggung jawab,

dapat lebih mengahargai usaha dan prestasinya, serta tidak mudah terpengaruh oleh

hal-hal yang lain yang ada disekitarnya. Bagi para orangtua, orangtua perlu

Page 34: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

25

memberikan kebebasan yang bertanggungjawab pada anak sejak kecil, agar saat anak

tumbuh dewasa ia dapat mengurus dirinya sendiri dan dapat bertindak mandiri. Bagi

peneliti selanjutnya penelitian ini masih sangat terbatas, karena hanya meneliti

pengaruh pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian mahasiswa yang

tinggal dirumah kost di Salatiga. Peneliti selajutnya dapat meneliti lebih lanjut

dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan, sehingga

terungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, seperti: faktor jenis

kelamin, sistem pendidikan disekolah, sistem kehidupan dimasyarakat, jumlah anak

dalam keluarga, dan kecedasan. Selain itu, penulis menyadari bahwa dalam

penelitian ini terdapat kelemahan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis seperti:

saat pelaporan jumlah populasi, peneliti sudah mengidentifikasi populasi yang

berasal dari luar kota Salatiga sebagai anak kost, padahal belum tentu mereka anak

kost.

Page 35: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

26

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Ashori, M. (2012). Psikologi remaja: perkembangan peserta didik.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin, A.S. (2009). Kemandirian dalam pengambilan keputusan pada mahasiswa

kost ditinjau dari komunikasi dengan orangtua. Skripsi (tidak diterbitkan).

Diunduh pada 7 Mei 2013, dari

http://eprints.unika.ac.id/2507/1/02.40.0202_Arrest_Setyanto_Arifin.pdf

Azwar, S. (1997). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative parental control on child behavior.

Child Development, 37, 887-908. Retrieved May 2, 2013, from

http://web.b.ebscohost.com

Clemes, H., Bean, R., & Clarck A. (1995). Bagaimana meningkatkan harga diri

remaja. Jakarta: Binarupa Aksara.

Dickstein, E.B., & Hardy, B.W. (1979). Self-esteem, autonomy, and moral behavior

in college men and woman. Journal Of Genetic Psychology, 134, 51-55.

Retrieved May 05, 2013, from www.ebscohost.com.

Garcia, F., & Gracia, E. (2009). Is always authoritative the optimum parenting style?

evidence from spanish families. Adolescence, 44 (173), 101-131. Retrieved

June 12, 2013, from http://www.uv.es/garpe/C_/A_/C_A_0037.pdf

Goeritno, H., & Anggita, I.A. (2006). Kemandirian wanita dan sikap terhadap

kekerasan dalam berpacaran. Psikodemensia. vol. 5, no. 1, (17-26). Diunduh

pada 29 Mei 2013, dari

http://eprints.unika.ac.id/3414/1/kemandirian_awanita.pdf.

Golonka, M.M (2013). Keep touching: relationship between parenting style, parent-

child electronic communication and the developing autonomy and adjustment

of college student Doctoral disertation (unpublished). Retrieved September

28, 2014 from http://dukespace.lib.duke.edu

Handiati. (1991). Hubungan antara harga diri dengan kemandirian pada remaja di

SMA kristen YSKI Dan SMA nasional karangturi Semarang. Skripsi (tidak

diterbitkan). Diunduh pada tanggal 16 September 2013, dari

http://eprints.unika.ac.id/11721/

Lesatari, S.B., Susanti, S., & Indriyani, S. (2013). Hubungan antara pola asuh

otoritatif dengan kemandirian pada siswa kelas XI jurusan akuntansi SMKN

12 Jakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, 1 (2), 54-69. Diunduh pada

tanggal 24 September 2013, dari www.jpeb.net

Page 36: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

27

Manoppo, N.O. (2012). Kemandirian anak tunggal ditinjau dari pola asuh

demokratis. Skripsi (tidak diterbitkan). Diunduh pada 24 Mei 2013, dari

http://eprints.unika.ac.id/4258/

Monks, F.J. (1999). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nazir, M. (1985). Metode penelitian. Ghalia Indonesia

Pancariatno, Sunu. (2009). Hubungan pola asuh anak yang ditinggal orangtuanya

dan harga diri dengan kemandirian siswa SMP negeri di wilayah kecamatan

Pabelan kabupaten semarang Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi (tidak

diterbitkan). Diunduh tanggal 9 November 2013, dari

http://lib.unnes.ac.id/view/creators/SUNU_PANCARIATNO=

3A1103506087_=3A=3A.html

Robinson, C.C., Mandleco. B., Olsen, S.F., & Hart, C.H. (1995). Authoritative,

authoritarian, and permissive parenting practices: development of a new

measure. Psychological Reports, 77, 817-830. Retreived May 23 2014, from

www.researchgate.net

Royani, I. (2009). Pengaruh dukungan sosial orangtua dan monitoring orangtua

terhadap self-esteem remaja awal: studi pada SMP pangudi luhur, salatiga.

Thesis (tidak diterbitkan). Fakultas psikologi: Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga.

Santrock. J. W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidup (edisi

kelima). Jakarta: Erlangga

Soetjiningsih, C.H. (1993). Kemandirian remaja suku jawa dan cina ditinjau dari

tahapan perkembangannya Dan Tingkat Pendidikan Ibu. Laporan Penelitian.

Salatiga: Fakultas Psikologi: Universitas Kristen Satya Wacana.

Steinberg, L. (1993). Adolescence (edisi ketiga). New York: McGraw-Hill, Inc.

Syamsu, Yusuf. (2004). Psikologi anak dan remaja. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. (2004). Metode penelitian bisnis. Alfabeta, CV. Bandung

________ (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif & RND. Bandung:

Alfabeta.

Tafarodi, R.W., & Jr, Swann, W.B. (2001). Two dimensional self-esteem: theory

and measurement. Personality and Individual Differences, 31, 653-673.

Retrieved November 8, 2013, from

www.psych.utoronto.ca/~tafarodi/Papers/PID01.pdf

Page 37: Pola Asuh Otoritatif Dan Self-Esteem Sebagai Prediktor …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9247/2/T1_802011801_Full... · pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor

28

Turner, E.A., Chandler, M., Heffer, R.W. (2009). The influence of parenting styles,

achievement motivation, and self-efficacy on academic performance in college

students. Journal of College Student Development, 50, 337-346. Retrieved

September 10, 2014 from

http://www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2009_TurnerChandle

retal_JCSD.pdf

Umar, D.P. (2009). Studi deskriptif mengenai self-efficacy pada mahasiswa/i double

degree di universitas “x” kota Bandung. Skripsi (tidak diterbitkan). Diunduh

dari http://repository.maranatha.edu/4964/

Walgito, B. (1982). Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi. Yogyakarta:

Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Widiana, A. A., & Nugraheni, H. (2008). Hubungan antara pola asuh demokratis

dengan kemandirian pada remaja. Psikohumanika, 1, 1-11. Diunduh pada 5

Mei 2013, dari

http://setiabudi.ac.id/jurnalpsikologi/images/files/JURNAL%202.pdf

Yaffe, Y. (2014). Corporal punishment as a parental practice and anxiety in are-

adolescent children. Journal of Social Science Studies 1 (2), 13-31. Retreived

September 28, 2014 from http://dx.doi.org/10.5296/jsss.v1i2.5099