Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Ternate

Embed Size (px)

Citation preview

POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KOTA TERNATE TAHUN 2001 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Garis garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 2004 yang ditetapkan dalam Ketetapan MPR RI Nomor :IV/MPR/1999 Merupakan dokumen Nasional yang harus dijadikan Pedoman dan dijabarkan dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunaa Daerah melalui langkah-langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan pembangunan daerah, selama lima tahun kedepan guna mewujudkan kemajuan disegala bidang. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi telah memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah, yaitu kewenangan untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Pembangunan daerah sebagai bagian integral pembangunan nasional yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan merupakan upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan untuk masyarakat dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memperhatikan dampak krisis multi dimensi dan tuntutan reformasi serta globalisasi pada Era milinium III, maka dalam pelaksanaan pembangunan daerah juga senantiasa mempertimbangkan kondisi, potensi, kemampuan daerah dan aspirasi masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, menuju masyarakat madani yang diidamkan. Pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir ini lebih banyak diarahkan pada penanggulangan dampak krisis dan pemenuhan tuntutan agenda reformasi, namun demikian hasilnya belum sepenuhnya memenuhi harapan. Oleh karena itu kelanjutan agenda reformasi perlu terus diupayakan dengan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, memantapkan kemandirian daerah melalui demokratisasi kehidupan politik, penegakan hukum dan perbaikan sektor-sektor ekonomi sejalan peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan paradigma otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dalam rangka merespon dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan tuntutan reformasi dengan memperhatikan dampak krisis globalisasi, dalam pelaksanaan pembangunan dearah perlu disusun perencanaan pembangunan daerah yang baik, menyeluruh dan terpadu yang dituangkan dalam Pola Dasar Pambangunan Daerah Kota Ternate Tahun 2001-2006, yang memberikan kejelasan Visi, Misi dan arah kebijaksanaan pembangunan pada 5(lima) tahun mendatang untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik menuju Masyarakat Madani di Kota Ternate. B. Pengertian Pola Dasar Pembangunan Daerah adalah dokumen induk perencanaan pembangunan daerah Kota Ternate yang memuat visi,misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang didsarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata serta mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di Kota Ternate yang ditetapkan dengan peraturan daerah. C. Kedudukan dan Fungsi

Kedudukan Pola Dasar Pembangunan Daerah adalah sebgai kerangka dasar perencanaan pembangunan daerah yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat Kota Ternate dengan tetap memperhatikan arahan GBHN 19992004. Fungsi Pola Dasar Pembangunan Daerah adalah sebagai landasan Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana program pembangunan 5 (lima) tahun dan tahunan daerah serta bagi dunia usaha dan seluruh masyarakat di Kota Ternate guna mewujudkan pertumbuhan dan kemajuan daerah diberbagai bidang. D. Maksud dan Tujuan Pola Dasar Pembangunan Daerah ditetapkn dengan maksud memberikan arah penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan didaerah agar diperoleh pemahaman yang sama bagi segenp aparatur pemerintah, dunia usaha dan lembaga sosial kemasyarakatan serta masyarakat Kota Ternate dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah. Tujuan adalah mempertahankan dan menjamin kelangsungan reformasi dangan mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak azazi manusia, menegakan supremsi hukum dalam tatanan masyarakat dan bngsa yang beradap, berakhlaq mulia, sejahtera dan sebagai dasar kerangka Pembangunan Lima Tahun kedepan. E. Landasan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Ternate disusun dengan landasan sebagai berikut : Landasan Idiil Landasan Konstitusional Landasan Operasional F. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pola Dasar mencakup aspek pembangunan disegala bidang kehidupan dalam jangka waktu lima tahun yang akan dilaksanakan di Kota Ternate. Untuk memudahkan memperoleh pemhaman yang menyeluruh, mka sistematika Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Ternate sebagai berikut : BAB I. BAB II BAB III BAB IV. BAB V. BAB VI. PENDAHULUAN KONDISI UMUM VISI DAN MISI ARAH KEBUJAKAN KAIDAH PELAKSANAAN PENUTUP KONDISI UMUM A. Kondisi Daerah Kota sebagai pusat aktifitas masyarakat, lembaga swasta dan pemerintah memiliki keaneka-ragaman yang khas serta mempunyai dampak yang cukup luas terhadap penduduk dan masyarakat sekitarnya. Disisi lain Kota : Pancasila : UUD 1945 : GBHN 1999

merupakan wadah yang menimbulkan dinamika interaksi sosial antara berbagai kepentingan baik masyarakat dengan pemerintah atau antar lembaga. Dari fenomena tersebut menyebabkan kota mengalami kecenderungan sebagai pusat konflik dari berbagai kepentingan yang kontradiksional sehingga menimbulkan polarisasi dan dikotomi yang secara kategorikal diungkapkan dengan memunculkan orang kaya dan miskin, orang besar dan kecil atau terjadi disparitas antara golongan pendapatan. Fenomena perkotaan ini mulai terasa di Kota Ternate apalagi dari aspek pemerintahan, Ternate disamping sebagai Kota Otonom juga merupakan Ibukota Kabupaten Maluku Utara dan Ibukota (sementara) Propinsi Maluku Utara. Beban ini telah menimbulkan kondisi Centere of Exellence sebagai akibat berkembangnya sektor moderen antara lain pendidikan, perbankkan, jasa perdagangan, pariwisata, transportasi dan sebagainya. Akibatnya memunculkan beberapa kecenderungan hambatan fisik dalam perkembangan kota antara lain : Dari aspek organisasi Pemerintah Kota muncul masalah manajemen yang menyangkut kewenangan, koordinasi dan pengendalian pembangunan fisik. Berkembangnya kawasan kumuh (slum area) dibeberapa tempat terutama dikawasan timur (pinggiran Pantai) serta meningkatnya aktifitas sektor informal. Rencana Umum Tata Ruang Kota yang belum dilaksanakan secara konsekwen

B.

Geografis dan Topografis Secara geografis Kota Ternate terletak antara 200 300 200 350 Bujur Timur dan 00 440 00 500 Lintang Utara dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Halmahera Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Makian Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku

Luas seluruh wilayah administrative adalah 132,09 Km2 yang terbagi kedalam tiga kecamatan masing-masing : Kecamatan Ternate Utara seluas : 23, 68 Km2 Kecamatan Ternate Selatan seluas : 31,95 Km2 Kecamatan Pulau Ternate Seluas : 76,46 Km2

Disamping itu apabila dilihat dari aspek teritorialnya maka Kota Ternate merupakan gabungan dari beberapa gugus pulau yaitu : Pulau Ternate seluas Pulau Hiri seluas Pulau Mayau seluas : 92, 12 Km2 : 6,68 Km2 : 8,50 Km2

C.

Pulau Tifure seluas Pulau Moti seluas

: 7,00 Km2 : 17,72 Km2

PENDUDUK Perkembangan penduduk Kota Ternate selama lima tahun terakhir mengalami kecenderungan peningkatan khususnya diwilayah Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate Utara. Peningkatan ini disebabkan faktor urbanisasi maupun migrasi dari kawasan pulau Halmahera dan regional antara lain dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Ambon bahkan dari Jawa. Meningkatnya arus urbanisasi dan migrasi diakibatkan oleh semakin terbukanya arus transportasi laut yang menghubungkan Kota Ternate dengan hiterlandnya dan beberapa kota lainnya dalam kawasan regional. Jumlah penduduk pada tahun 1998 dalah 115.609 Jiwa yang tersebar ditiga wilayah kecamatan, masing-masing : Kecamatan Ternate Utara Kecamatan Ternate Selatan Kecamatan Pulau Ternate : 45.139 Jiwa : 52.332 Jiwa : 18. 138 Jiwa

Kepadatan rata-rata penduduk Kota Ternate adalah 875 Jiwa/Km2 dimana kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Ternate Selatan yaitu 1.906 Jiwa/Km2, kemudian Kecamatan Ternate Utara 1.637 Jiwa/Km2 dan Pulau Ternate 237 Jiwa/Km2 D. Potensi Ekonomi 1. Pertanian Potensi terbesar disektor pertanian terdapat pada sub sektor perkebunan dan perikanan kemudian sub sektor tanaman pangan/holtikultura dan peternakan. Produksi perkebunan rakyat yang menonjol adalah kelapa, cengkeh dan pala, disamping coklat, casiavera dan komoditas lain dapat dikembangkan vanilla dan lada. Data menunjukan bahwa luas areal potensial perkebunan 7.355 Ha, sementara yang sudah manfaatkan/ ditanami adalah 3.352 Ha yang terdiri dari : Tanaman Kelapa Tanaman Pala Tanaman Cengkeh Tanaman Coklat Tanaman Casiavera Tanaman Lada/Vanili - 1.352 Ha - 549 Ha - 1.268 Ha 8 Ha 99 Ha 77 Ha

Oleh karena asset ekonomi ini merupakan milik rakyat dan pada saat seluruh bangsa diterpa badai krisis ekonomi, justru pada sektor ini tidak tersentuh sama sekali. Bahkan fluktuasi harga mengikuti pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar, karena komonitas tersebut berakses ekpor. Sub sektor perikanan menduduki posisi penting bagi kehidupan masyarakat karena rata-rata pemukiman penduduk adalah berada di pesisir pantai dan sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup pada usaha ini. Melihat potensi laut diwilayah Kota Ternate seluas 339.37 Km2 maka kemungkinan pengembangan usaha perikanan akan menjadi salah satu andalan bagi kehidupan ekonomi rakyat. Sub sektor pertanian lain yang perlu dikembangkan Tanaman Palawija dan Holtikultura, satu dan lain karena pemasaran local sangat potensial sejalan dengan pertambahan penduduk Kota Ternate. 2. Perdagangan dan Industri Disamping sebagai Ibukota Ternate sejak lama telah berkembang menjadi Kota Perdagangan, hal ini ditandai dengan semakin tumbuhnya kegiatan usaha berskala menengah dan kecil. Berkembangnya sector ini karena didukung oleh sejumlah fasilitas jasa perdagangan seperti : Pasar Umum Pasar Ikan Pasar Hewan Bank Toko/Kios Koperasi Terminal Hotel/Penginapan Pelabuhan samudera/ : Pelabuhan Rakyat/ Pelabuhan Ferry Tersedianya berbagai fasilitas jasa perdagangan dan perhubungan tersebut memungkinkan berkembangnya usaha industri walaupun dalam skala menengah dan kecil. Terdapat 4 (empat) unit usaha industri menengah dengan fasilitas PMDN dan industri kecil sebanyak 327 unit. 3. Pariwisata Sebagai kota tua dan bersejarah Ternate memiliki sejumlah objek wisata, antara lain : Wisata Sejarah berupa Benteng Peninggalan Portugis / Belanda : : : : 3 unit 3 unit 2 unit 9 unit

: 1.633 unit : : : 1 unit 91 unit 2 unit 25 unit

Wisata Budaya berupa Kedaton, Mesjid Tua dan Kesenian Wisata Agro berupa Pohon Cengkeh Tertua dan Perkebunan Wisata Bahari di Pulau Moti, Hiri dan Batang Dua Wisata Alam berupa panorama pantai, gunung dan bebatuan

Objek-objek wisata ini secara maksimal belum dikembangkan. 4. Perhubungan Kota Ternate memiliki sejumlah fasilitas perhubungan baik darat, laut maupun udara. Posisi Kota Ternate sebagai salah satu gate masuk-keluar dikawasan Maluku bagian utara menjadikan peranan sektor ini sangat penting. Adapun fasilitas perhubungan dimaksud adalah : Perhubungan Laut : Pelabuhan Samudera Ahmad Yani Pelabuhan Rakyat/Antar Pulau di Bastiong dan Dufa-dufa Pelabuhan Ferry di Bastiong Pelabuhan/tempat pendaratan ikan di Bastiong Pelabuhan Khusus Pertamina di Desa Jambula

Perhubungan Udara : Bandara Sultan Babullah yang dapat melayani penerbangan jenis Fokker 27, Cassa dan lain-lain.

Perhubungan Darat : Berdasarkan data tahun 1998 panjang jalan di Kota Ternate adalah 222,50 Km yang etrdiri dari jalan Propinsi, jalan Kota dan jalan Desa. Disamping itu selama perkembangan 3 (tiga)tahun terakhir fasilitas pejalan kaki (trotoar) dari 5,400 Km tahun 1996 menjadi 16.024 Km tahun 1999. Fasilitas terminal, terdiri dari Terminal Utama di pusat Kota, Terminal Bastiong dan Terminal Dufa-dufa. Kondisi Terminal Utama sangat memprihatinkan karena sudah tidak memadai dengan jumlah kendaraan yang ada. Indikasi lain kemajuan di sector perhubungan adalah telah berkembangnya fasilitas telekomunikasi, antara lain berupa : Kantor Pos dan Giro 3 unit

F. Pendidikan

Kantor Daerah Telepon Kantor Telegrap Telepon Umum Wartel Pelanggan Telepon Stasiun Pemancar RRI Pelanggan Pesawat Radio Stasiun Pemancar TVRI Pelanggan Pesawat TV 11.106 unit 98 unit

1 unit 1 unit

15 unit 4.117 unit 2 unit 2.214 unit 1 unit

Stasiun Pemancar Radio Swasta

5 unit

Kondisi Pendidikan secara umum sudah mulai membaik walaupun harus diakui bahwa dari segi kualitas perlu terus ditingkatkan. Sarana Pendidikan yang tersedia mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi, Yaitu : Taman kanak-kanak Sekolah Dasar SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi 48 unit 83 unit 18 unit 15 unit 1 unit 2 unit

Sementara itu jumlah guru/pengajar yang tersedia secara kuantitas sudah memadai hanya saja untuk bidang studi tertentu perlu mendapatkan perhatian. Begitu juga dengan pengajar / dosen di Perguruan Tinggi baik di Universitas Khairun maupun STAIN perlu ditingkatkan. G. Kesehatan Sarana Kesehatan yang ada di Kota Ternate relatif memadai namun khusus menyangkut tenaga medis perlu menjadi perhatian. Sejumlah fasilitas yang tersedia antara lain : Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Swasta/ABRI 1 unit 2 unit

H.

Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Klinik Bersalin Klinik Ronsen Laboratorium Apotik 12 unit

5 unit 8 unit 2 unit

2 unit 2 unit 8 unit

Permasalahan Pembangunan Kota Ternate A. Masalah Pokok Terbatasnya ruang / lahan Kota pada kawasan dengan tingkat kemiringan lereng antara 0-15 %. Selain itu ruang wilayah kepulauan (Pulau Moti dan Batang Dua) relatif berjauhan dengan Pulau Ternate yang memerlukan sistem jaringan transportasi laut. Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi terutama disebabkan arus migrasi dan urbanisasi menyebabkan permintaan terhadap berbagai fasilitas dan utilitas kota yang esensil akan semakin bertambah. Kondisi ini diperlukan penciptaan strstegi program yang berdimensi deglomerasi sehingga Kota Ternate memberikan 2 trickle down effect terhadap daerah hiderland. Meningkatnya pedagang skala kecil (sektor informal) membawa konsekwensi terhadap kebutuhan jasa publik (pasar dan terminal) semakin besar pula. Kondisi ini menciptakan ketidak seimbangan (unbalanced capacity) antara pertambahan sektor informal dan ketersediaaan fasilitas jasa publik. Berkembangnya penduduk yang relatif cepat, disamping ketersediaan lahan permukiman yang relatif terbatas menyebabkan munculnya kawasan kumuh (slum area) dipinggiran pantai bagian timur. Ketersediaan infra Struktur Perkotaan yang relatif kurang khususnya di Kecamatan Pulau Ternate. Belum maksimalnya pengelolaan sektor pariwisata secara efisien dan professional sehingga pemberdayaan masyarakat kota dari sektor ini relatif belum memadai.

B.

Masalah Aktual Kerusuhan bernuansa SARA di Ternate dan Kabupaten Maluku Utara telah memberikan dampak yang tidak menguntungkan dan menjadi masalah bagi perkembangan Kota Ternate. Dampak tersebut antara lain : Rapuh dan bahkan rusaknya tatanan kehidupan sosial budaya masyarakat. Budaya persatuan dan kesatuan yang diikat dengan simbol marimoi ngone futuru, suasana kekeluargaan dan

persaudaraan terpaut dengan rasa hormat menghormati sesama manusia sesuai keyakinan agama masing-masing telah tercabik-cabik. Melemahnya kegiatan ekonomi pada level menengah keatas telah pula berpengaruh terhadap level bawah yang justru memiliki akses dan ketergantungan yang sangat tinggi dari masyarakat banyak. Menumpuknya pengungsi dari pulau Halmahera dan sekitarnya akibat kerusuhan yang terjadi sejak akhir Oktober 1999 (Kao-Malifut) dan akhir Desember 1999 (Tobelo,Galela,Jailolo, Sahu, Ibu, dan Morotai ) yang berjumlah 70.000 Jiwa telah menimbulkan masalah baru dibidang sosial dan ekonomi. Kerusuhan yang terjadi di Ternate pada tanggal 6 Nopember 1999 dan 28 Desember 1999 telah mengakibatkan kerugian harta benda berupa rumah tinggal bahkan hilangnya puluhan nyawa manusia. Akibat lain adalah 17.000 jiwa penduduk (beragama Kristen) diefakuasi ke Sulawesi Utara dan Halmahera. Sementara 4 kelurahan di Kecamatan Ternate Selatan (Kampung Pisang, Tanah Tinggi, Maliaro dan Takoma) yang menjadi korban kerusuhan tanggal 28 Desember 1999 masih dalam penantian, menunggu bantuan pemerintah dan proses hukum.

C. Kendala Dalam upaya memecahkan masalah penyelenggaraan pemerintahan dan pembanguan perlu diperhatikan faktorfaktor yang menghambat yang menjadi kendala, : 1. Upaya peningkatan kualitas kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang optimal dalam rangka menyongsong pelaksanaan otonomi daerah. Yang menjadi kendala antara lain usia Pemerintah Kota yang relatif masih muda serta tuntutan penataan kelembagaan menyusul terbentuknya Pemerintah Kota Ternate Defenitif berdasarkan Undang-undang No : 11 Tahun 1999 masih dalam proses yang belum selesai sehingga sangat mempengaruhi kinerja organisasi. Pada pelaksanaan pembangunan : a) Sumber daya Daerah meliputi sumber daya alam dan manusia sebagai potensi pembangunan memiliki keterbatasan dan belum dikelola secara optimal. Sebagian besar angkatan kerja mempunyai latar belakang pendidikan dan ketrampilan yang masih rendah, disamping itu ratio pencari kerja dan formasi yang tersedia belum seimbang Infra struktur perkotaan sebagai penunjang potensi ekonomi local belum memadai. Krisis ekonomi yang belum teratasi sepenuhnya sangat berpengaruh pada pengembangan ekonomi lokal yang pada gilirannya menghambat kontribusi pendapatan daerah dalam membiayai pelaksanaan pembangunan.

2.

b)

c) d)

D. Tantangan Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan adalah sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan Pemerintahan :

Mewujudkan pemerintahan yang akuntabel, demokratis dan transparan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance dengan titik tolak pada peningkatan pelayanan pada masyarakat melalui penataan kelembagaan dan peningkatan kinerja dalam rangka memantapkan pelaksanaan otonomi daerah. 2. Pelaksanaan Pembangunan Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota dalam pelaksanaan pembangunan tentunya tidak terlepas dari kondisi riil serta berbagai permasalahan yang dihadapi sebagaimana tertuang dalam catur program pembangunan kota sebagai berikut : a. Reformasi administrasi pemerintahan (administrasi Publik) yang meliputi pelaksanaan : 1. 2. Agenda Perilaku (memperbaiki sikap dan perilaku aparatur sebagai pelayan masyarakat) Agenda Intelektual (peningkatan wawasan melalui proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan) Agenda Managerial ( pemantapan menajemen dan kinerja organisasi)

3. b. c.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia Pemberdayaan Masyarakat meliputi : 1. 2. 3. 4. Peningkatan kesejahteraan mesyarakat Peningkatan pertumbuhan ekonomi Pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada masyarakat Memperkuat pranata sosial masyarakat pasca kerusuhan yang mengarah pada pemulihan stabilitas kamtibnas.

d.

Peningkatan infra struktur perkotaan yang meliputi : 1. 2. 3. Penataan kawasan kota dan pantai Pengembangan kawasan sentra produksi baru Penyediaan sarana dan prasarana ekonomi. BAB III VISI DAN MISI

Merumuskan sebuah VISI adalah sesuatu yang mudah, tetapi bagaimana membangun sebuah Visi bersama adalah sesuatu yang membutuhkan waktu panjang (sosialitation procces). Artinya agar Visi itu menjadi milik bersama semua orang. Keberagaman komunitas masyarakat merupakan faktor penting dalam merumuskan aebuah Visi. Mengamati perkembangan global, karakter Kota Ternate, kultur masyarakat dengan sejumlah permasalahan pokok dan actual maka dirumuskan Visi dan Misi Membangun Kota Ternate sebagai Berikut :

A. V I S I

:MENJADIKAN TERNATE SEBAGAI KOTA BUDAYA MASYARAKAT MADANI : MEMBANGUN TERNATE MENUJU : KOTA BUDAYA KOTA PERDAGANGAN DAN WISATA KOTA PANTAI

MENUJU

B. M I S I

Sebuah kota harus memiliki jati diri sehingga dari jati diri itulah dapat diketahui kearah mana kota itu dikembangkan. Kota Ternate adalah bagian dari sejarah masa lalu yang mengalami perjalanan panjang kolonialisme sejak abad XV dan kota ini pun sejak abad VII Masehi telah tersentuh dengan peradaban dunia. Membanguna Kota Budaya, bukan sekedar merevitalisasikan adat dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan induvidu, masyarakat berbudaya yabg saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan Masyarakat Madani yang diidamkan bukan semata-mata milik suatu komunitas tertentu, tetapi iti merupakan pemaknaan dari sebuah pemahaman tentang civil society. Terbangunnya Kota Budaya dengan nilai-nilai interensiknya akan merupakan jalan lapang menuju Masyarkat Madani yaitu Masyarakat Berperadaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,Masyarakat yang demokratis dan masyarakat sejahtera yang cinta damai. C. Strategi o o o 1. Membangun Kota Budaya Membangun Kota Perdagangan dan Wisata Memnagun Kota Pantai STRATEGI PROGRAM STRAPO MEMBANGUN TERNATE SEBAGAI KOTA BUDAYA Kota masa depan tidak lagi dipandang sebagai suatu tempat konsentrasi penduduk dan aktivitasnya serta berkembang akibat perubahan-perubahan internal, akan tetapi dipengaruhi pula oleh situasi eksternal diantaranya adalah dampak globalisasi politik, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain. Namun pembentukan kota akan mengikuti keadaan dan kebudayaannya yang berkembang dalam wilayah tersebut dimana pola dan struktur akan berbeda untuk setiap wilayah. Demikian halnya dengan kecenderungan tumbuh dan berkembangnya Kota Ternate, Karena adanya comperative advantage yang dimilikinya seperti potensi ekonomi, geografis, sejarah dan budaya akan menjadi dorongan perubahan. Gejala Kota serupa ini menggambarkan bagaimana kaitan antara berbagai unsure lingkungan serta proses yang ada diantaranya dalam dimensi ruang dan waktu. Strategi Program Pambangunan Ternate sebagai Kota Budaya diarahkan upaya mengintegrasikan pembangunan fisik dan non fisik yang mengakar pada nilai dan norma keagamaan serta tradisi dan budaya masyarakat. Arah dan tujuan dimaksud adalah meliputi :

Memelihara, membina dan mendorong tumbuh dan berkembangnya hubungan social bersama warga masyarakat sebagai hasil interaksi antara nilai-nilai budaya, tradisi dan nilai keagamaan dalam suasana kekeluargaan dan persaudaraan. Terwujudnya keterpaduan sarana dan prasarana kawasan perkotaan sebagai suatu kesatuan ekosistem lingkungan alam, lingkungan social budaya dan lingkungan buatan dengan mengutamakan peran serta masyarakat. Mendukung pelestarian warisan budaya dan sejarah serta unsure-unsur yang menjadi pembentuk jati diri kota. Memacu produktivitas ekonomi perkotaan melalui penciptaan unsure-unsur budaya yang memiliki daya saing.

Secara umum sasaran dari STRAPO Pembangunan Ternate sebagai Kota Budaya adalah : o Tersusunnya skenario pengembangan program pembangunan perkotaan yang merupakan elaborasi dari pengembangan system social, budaya dan tradisi masyarakat yang akan dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengarahkan program dan kebijakan pembangunan kota. Mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang menjadi cirri masing-masing kawasan pengembangan serta lingkungan strategis dimana simbol-simbol itu berkembang. Tersusunya rencana dan program yang mengutamakan keserasian, kebersamaan dan kesejahteraan secara berkelanjutan sesuai dengan potensi kota dan kebutuhan masyarakat. Terciptanya kebijaksanaan program dan strategi penataan spesial kota sesuai dengan peruntukan kawasan pengembangan yang bertujuan untuk keindahan kota atau preservasi wilayah keseimbangan ekologis.

o

o

o

Kebijaksanan program yang dilakukan guna mewujudkan Misi Koata Budaya tersebut adalah : Merevitalisasikan keluruhan khasnah budaya dengan keberagaman masyarakat Ternate. Mempertinggi harkat dan martabat manusia sebagai konsekwansi dari interaksi social masyarakat kota. Memperkokoh kepribadian dan jati diri masyarakat berbudaya. Meningkatkan peran serta masyarakat dengan menggunakan symbol tradisi dan budaya Ternate. Amemelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan sesuai dengan nilai-nilai agama yang diyakini.

Profil Kota Budaya yang diinginkan adalah terbangunnya sebuah masyarakat kota yang berbudaya, artinya suatu masyarakat yang memiliki hrg diri, menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan, beradap dalam keserasian dengan lingkungan perkotaan yang bernuansa budaya Ternate. 2. STRATEGI PROGRAM STRAPO PEMBANGUNAN TERNATE SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN WISATA

Salah satu factor yang menyebabkan adanya perbedaan laju pertumbuhan antar daerah, desa dan kota adalah di akibatkan adanya perbedaan infra struktur kota dengan pertumbuhan yang tinggi, sementara daerah dengan tingkat pertumbuhan yang relatif rendah. Kota Ternate memiliki sejumlah fasilitas dan infrs struktur perkotaan yang relatif memadai dibandingkan dengan kota kota yang berda dikawasan Maluku (selain Ambon) dengan posisi geografis menjadikan Ternate merupakan salah satu gate masuk keluar barang, jasa dan manusia yang berakses local, regional dan internasional. Kondisi ini telah menjadikan Ternate sebagai Kota Perdagangan yang relatif ramai dikawasan Maluku bagian Utara dan akan lebih sinergi jika potensi pariwisata berupa tinggalan budaya dan sejarah dapat dikembangkan secara maksimal. Strategi Program-Strategi Program Pembangunan Kota Perdagangan dan Wisata diarahkan pada upaya untuk lebih meningkatkan poduktivitas, sehinggga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan penyediaan lahan perkotaan dn penyiapan infra struktur perdagangan dan pariwisata yang memadai. Arah dan tujuan dimaksud adalah meliputi : o Mempersiapkan dan menyediakan lahan perkotaan dengan berbagai fsilitas jasa perdagangan dan wisata yang memungkinkan tumbuhnya ekonomi kota. Meningkatkan infra struktur perkotaan (sarana dan prasarana) sehingga mampu mendorong dan memperlancar arus barang dan jasa serta angkutan manusia. Memperluas jangkauan pasar produk dalam negeri dan ekspor dengan jalan meningkatkan daya saing produksi melalui peningkatan efesiensi, kualitas dan diversivikasi produk. Mendorong dan membantu pengembangan industri kecil, koperasi, usaha rumah tangga serta usaha informal melalui pembinaan menejemen, pelatihan dan penyuluhan. Memacu peran serta aktif masyarakat untuk mendorong perkembangan kepariwisataan yang diarahkan pada Wisata Sejarah, budaya,agro wisata dan maritime.

o

o

o

o

Secara umum sasaran STRAPO Pembangunan Ternate sebagai Kota Perdagangan dan Wisata adalah : o Tersusunnya skenario pengembangan program kota yang merupakan elaborasi kemampuan, potensi ekonomi dan keuangan kota. Mengidentifikasi posisi wilayah perencanaan kota dalam suatu system perekonomian local dan ragional terkait melalui konsep strategi makro. Meningkatkan nilai ekonomis bagian-bagian kota (termasuk pulau-pulau) guna mendukung pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan. Memanfaatkan dan mengembangkan potensi pariwisata yang merupakan push and pull factor menuju kota yang berbudaya.

o

o

o

Kebijaksanaan Program yang dilakukan guna mewujudkan Misi Kota Perdagangan dan Wisata tersebut adalah : Meningkatkan dan memperluas infra struktur perekonomian yang esensial (pasar,terminal dan perluasan dermaga ).

Relokasi pengembangan kawasan perdagangan sesuai kawasan peruntukan lahan perkotaan yang telah di adjusted. Peningkatan Pelayanan jasa angkutan udara (penambahan kapasitas dan frekuensi angkutan udara). Revitalisasi fungsi kawasan sentral ekonomi bagian Utara, Selatan dan Pulau Ternate. Revitalisasi fungsi kawasan sentral kota yang diprioritaskan sebagai kawasan perdagangan utama. Mendorong peran investor local, regional, nasional bhkan internasional yang memiliki keterkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat akibat kerusuhan dengan memanfatkan pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang bertumpu pada penguatan fundamental ekonomi rakyat. Penelitian, inventarisasi dan pengembangan obyek-obyek wisata dengan melibatkan peran serta dunia usaha swasta. Memanfatkan secara optimal obyek-obyek wisata yang tersedia melalui peningkatan promosi dan pemasaran secara terencana dan terpadu. Meningkatkan mutu menejemen pelayanan jasa kepariwisataan yang profesional melalui pendidikan, pelatihan, pemagangan serta pembinaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendukung pelayanan jasa kepariwisataan.

3.

STRATEGI PROGRAM STRAPO PEMBANGUNAN TERNATE SEBAGAI KOTA PULAU / KOTA PANTAI Kotamadya Ternate terdiri dari empat pulau, yaitu Pulau Ternate, Pulau Moti, Pulau Hiri, Pulau Tifure dan Pulau Mayau (Batang Dua), sehinnga Ternate dapat disebut sebagai Kotamadya Kepulauan. Penduduk di pulau-pulau tersebut rata-rata menempati wilayah pesisir pantai (coastal communities)serta meliputi sejumlah etnis / sub etnis yang tersebar dengan bahasa yang berbeda-beda. Strategi program STRAPO Pembangunan Kota Pantai / Kota Pulau diarahkan pada upaya meningkatkan dan mengembangkan Kota Ternate dalam suatu sistem wilayah kepulauan melalui peningkatan infra struktur perkotaan, sumber daya alam, sumber daya manusia dalam kerangka pengembangan ekonomi rakyat. Arah dan tujuan tersebut adalah : o Meningkatnya peran fungsi Kota Ternate sebagai Kota Pantai / Kota Pulau dalam suatu sistim wilayah kepulauan. Mengintegrasikan pola pembangunan infra struktur perkotaan dengan mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan kepulauan. Terciptanya kawasan pesisir pantai yang tertata, indah, bersih dan sehat yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis.

o

o

Sedangkan secara umum sasaran pembangunan Ternate sebagai Kota Pantai / Kota Pulau, antara lain meliputi :

Tersusunnya scenario pengembangan pembangunan perkotaan yang bertumpu pada karakter kota pantai / kota pulau, sumber daya alam dan sistim lingkungan. Penataan pengembangan kawasan perkotaan sesuai kondisi dan potensi dengan mempertimbangkan keterhubungan Pulau Ternate sebagai Central City dengan pulau-pulau lainnya. Penataan dan pembangunan kawasan sentra ekonomi baru sesuai dengan potensi dan keunggulan masing-masing pulau.

Kebijakan program yang akan dilakukan guna mewujudkan Misi Kota Pantai / Kota Pulau adalah : o o Penataan lingkungan kepulauan terutama dipesisir pantai dan menetapkan kawasan lindung. Menetapkan batas toleransi kawasan permukiman penduduk guna mencegah pengrusakan lingkungan, erosi dan banjir karena umumnya bentuk pulau-pulau adalah bergunung. Penataan kawasan kumuh di pesisir pantai melalui reklamasi sekaligus sebagai upaya untuk memperluas lahan kota bagi pengembangan jasa perdagangan dan wisata.

o

4.

STRATEGI PENATAAN RUANG Penataan ruang daerah mencakup tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya dengan melakukan peninjauan atau penyempurnaan kembali rencana tata ruang sesuai dengan jenis perencanaannya secara berkala. Penataan ruang bertujuan demi terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan den pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan beberapa strategi : a. Penataan ruang berdasarkan aspek administrative pemerintahan dan aspek fungsi kawasan serta aspek kegiatan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya, kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, kawasan tertentu dengan memperhatikan lingkungan alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial dan interaksi antar lingkungan. Rencana tata ruang disusun untuk mampu mengakomodasikan berbagai kegiatan sector pembangunan. Pengembangan rencana umum tata ruang kota harus mampu menyikapi dan mengantisipasi dinamika pertumbuhan kota dengan tidak menghalangi kemungkinan pengembangan kawasan perkotaan, seperti penataan kawasan pantai menjadi kawasan sentra produksi baru, mengingat keterbatasan lahan perkotaan. Rencana tata ruang sebagai pedoman dalam kegiatan pemanfaaatan ruang dan pengendalian ruang, bersifat mengikat dan mempunyai kekuatan hukum sesui dengan peraturan perundangan yang berlaku, sehingga selain dapat menjadi pedoman penyusunan perencanaan pembangunan tahunan juga menjadi landasan yang efektif bagi terselenggaranya pelayanan umum pemanfaatan ruang kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pengawasan ruang.

b.

c.

d.

e.

f.

Meningkatkan koordinsi instsnsi pemerintah dan masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan untuk kesesuaian dengan rencana tata ruang. Mengembangkan sisitem intensif dan dis-intensif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang. Mangembangkan system perijinan dalam mekanisme pemanfaatan ruang. Mengembangkan pelayanan umum pemanfaatan ruang yang tidak bersifat perijinan. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan penataan ruang wilayah.

g. h. i. j.

5.

STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN a. Untuk mendukung terlaksananya pembangunan daerah sesuai dengan arah dan kebijaksanaan pembangunan daerah, maka ditetapkan strategi : 1) Pemanfaatan secara optimal semua potensi pembiayaan yang tersedia serta menggali sumbersumber pembiayaan yang mungkin diperoleh atau dapat ditarik ke Kota Ternate, baik dana dari pemerintah maupun dana dari peran serta masyarakat. Diupayakan peranan swasta dapat membiayai pembangunan lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Menggunakan dana-dana pembangunan tersebut secara berdaya guna dan obyektif rasional serta proporsional dalam mengelola program-program pembangunan yang benar-benar berorientasi pada pencapaian tujuan pembangunan.

2)

b. :

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menangani strategi pembiayaan ini, antara lain adalah

1)

Menyempurnakan struktur dan pengelolaan anggaran dan pendapatan dan belanja Pemerintah, baik APBN maupun APBD Propinsi dan APBD Kota Ternate sehingga : Dana pembangunan di segala sektor menjadi semakin meningkat melalui : Penyempurnaan materi perpajakan Intensifikasi cara pemungutan pajak dan retribusi daerah Peningkatan kemampuan aparat perpajakan agar semakin profesional dan bersih dari KKN Pemanfaatan sumber-sumber alam secara optimal dan bertanggung jawab Penciptaan kondisi yang mendorong ekspor dan pengembangan kegiatan ekonomi pada umumnya.

Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengeluaran-pengeluaran pemerintah daerah dapat dipertajam, sehingga : Peranan tabungan pemerintah didalam anggaran pembangunan menjadi semakin meningkat

2)

Infestasi pemerintah diharapkan dapat lebih mendorong peranan infestasi swasta

Mengitensifikasikan upaya penggalian sumber pembiayaan yang ada di Kota Ternate, melalui : Penelitian-penelitian yang lebih diarahkan pada pengendalian sumber-sumber pembiayaan, baik terhadap sumber-sumber kekayaan alam maupun terhadap sumbersumber potensial dikalangan masyarakat. Peningkatan partisipasi investasi masyarakat pada sector-sektor tertentu, yang secara ekonomis dapat memberikan keuntungan yang layak, melalui pemberian fasilitas penanaman modal dan penciptaan iklim investasi yang lebih baik. Pemerintah Daerah dapat melakukan investasi dalam benruk pendirian BUMD, penyertaan modal / pembelian saham Deposito atau bentuk investasi lainnya sepanjang hal tersebut menguntungkan bagi daerah baik jangka pendek maupun jangka panjang.

3)

Menarik dana-dana dari luar Kota Ternateuntuk di investasikan di Kota Ternate baik dalam bentuk Pananaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Modal Asing serta menarik investasi swasta lainnya secara terkendali dan terarah.

6.

FAKTOR FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN Faktor-faktor yang perlu di pertimbangkan untuk keberhasilan misi pembangunan daerah, yang teridentifikasi dari kondisi internal dan eksternal, adalah sebagai berikut : 1. Komitmen pimpinan untuk meningkatkan kinerja pemerintah Daerah dan karakteristik kepemimpinan yang berorietasi pada pencapaian visi dan misi serta mampu menerapkan fungsi manajemen yang realistis dan obyektif. Harmonisasi hubungan Pemerintah Daerah dan Badan Legislatif dalam mendukung penentuan kebijaksanaan dan penertiban produk hukum Daerah. Kondisi kelembagaan dan aparatur Pemerintah Daerah sebagai badan eksekutif Daerah. Kelembagaan system perencanaan pembangunan bottom up an top down planning. Pelaksanaan pembangunan yang berskala prioritas dan menghindari sifat egosektoral. Dukungan SDM yang professional, penyediaan sumber daya pembangunan yang memadai yaitu sumber daya alam, sumber daya olahan dan teknologi. Dukungan anggaran yang memadai, yang diwujudkan dalam pemantapan APBD Kota terutama peningkatan PAD. Kesamaan pandang atas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang diwujudkan dalam keterlibatan masyarakat dan peran serta masyarakat / swasta. Keadaan yang kondusif bagi keamanan dan ketertiban umum

2.

3. 4. 5. 6.

7.

8.

9.

10.

Latak strategis Kota Ternate sebagai jalur transportasi niaga dan pariwisata yang menghubungkan Ternate-Bitung, Ternate-Irian Jaya, Ternate-Namlea dan Ternate-Ambon sangat berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi kota. BAB IV ARAH KEBIJAKAN

A.

Kebijakan Umum Menumbuhkan ketahan dan sikap kemandirian anggota masyarakat dalam mengatasi dampak krisis multi dimensi melalui peningkatan peran ulama beserta segenap lapisan masyarakat dalam rangka keberpihakan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, menegakkan kembali kepercayaan kepada penyelenggaraan pemerintah daerah, mewujudkan keamanan dan ketentraman serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan.

B.

Kebijakan Bidang Dengan mengacu pada dasar pemikiran di atas, sekaligus merespon dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat serta tuntutan-tuntutan perubahan yang lebih baik, maka disusunlah arah penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat konsepsi pengembangan Kota Ternate sebagai daerah santri yang impementasinya melandasi dan menjiwai arah kebijakan Perencanaan Pemerintah dan Pembangunan yang menyeluruh untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. Bidang Ekonomi Kebijakan dibidang ekonomi bertujuan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi, serta memulihkan pertumbuhan ekonomi kota pasca kerusuhan dengan sasaran pemberdayaan ekonomi masyarakat. Agenda yang dijalankan adalah sebagai berikut : a. Menyediakan sembilan bahan pokok dan obat-obatan yang cukup dengan harga yang dapat terjangkau oleh masyarakat. Memantapkan pertanian yang tangguh Terwujudnya industri yang maju Pemanfaatan potensi ekonomi dari sumber daya alam secara rasional dan berkesinambungan Peningkatan kualitas sumber daya manusia / ketenagakerjaan Pemantapan dan pengembangan kualitas pelaku ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan Peningkatan perdagangan melalui pembenahan system distribusi dan pemasaran Pendayagunakan dan pengembangan potensi pariwisata

b. c. d. e. f. g. h. 2.

Bidang Politik

Kebijakan dibidang politik bertujuan untuk membangun kehidupan politik yang demokratis dan stabil dengan sasaran menegakkan kembali secepatnya wibawa dan legitimasi pemerintah, didukung partisipasi dan kepercayaan rakyat. Agenda yang harus dijalankan adalah sebagai berikut : a. Bidang Politik : Meningkatkan kemandirian dan fungsi partai-partai politik dan organisasi kemasyarakatan secara sehat dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat. Meningkatkan peran DPRD dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab. Pemantapan kehidupan politik yang bertanggung jawab dan didukung oleh iklim yang kondusif bagi kehidupan dan budaya politik yang demokratis Penyelenggaraan pemilu tahun 2004, atas dasar prinsip demokratis, langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur, adil dan beradab

b.

Bidang Aparatur Pemerintah : Penataan kelembagaan, pembentukan dinas-dinas baru menyusul Undang-undang No. 11 tahun 1999 tentang pembentukan Kotamadya Ternate, pembinaan moral dan profesionalisne aparatur dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehungga memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas dan good governance melalui program reformasi administrasi publik. Meningkatkan kredibilitas dan kewibawaan pemerintah dimata masyarakat Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Penerangan, Komunikasi dan Media Massa : Peningkatan kemampuan penerangan dalam pembangunan Perwujudan kebebasan pers yang sesuai dengan kode etik jurnalistik

c.

3. Bidang Keamanan dan Ketertiban a. Mewujudkan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di segala bidang Peningkatan profesionalitas aparat keamanan dan ketertiban baik preventif maupun represif dalam pelaksanaan tugas pokoknya

b.

4. Bidang Hukum Kebijakan dibidang hukum bertujuan menegakkan supremasi hukum demi terwujudnya keadilan, ketertiban, kenyamanan dan ketentraman masyarakat. Agenda yang harus dijalankan adalah sebagai berikut :

a. b. c. d.

Terjaminnya kepastian hukum Perlakuan yang sama didepan hukum Peningkatan profesionalitas aparat penegak hukum Menumbuh kembangkan kesadaran dan ketaatan anggota masyarakat dan aparatur pemerintah terhadap kaidah hukum

5. Bidang Agama dan Sosial Budaya Kebijakan dibidang agama dan sosial budaya bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, membangkitkan kesadaran masyarakat dan sikap rasionalitas dalam menghadapi keanekaragaman suku, agama, ras dan golongan sehingga mempercepat proses terciptanya masyarakat madani. Agenda yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Bidang Agama Tertatanya kehidupan beragama Meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam memantapakan kerukunan kehidupan umat beragama Makin meningkatnya pendidikan agama dilingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah, termasuk upaya penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Meningkatnya pelayanan keagamaan pada masyarakat

b.

Bidang Sosial Budaya 1. Kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan a. b. Kesejahteraan rakyat Meningkatnya kesejahteraan rakyat diseluruh lapisan masyarakat Tercukupinya pangan, sandang dan perumahan serta kesehatan

Pendidikan Pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan Melaksanakan kebijakan penyelamatan pelajar dan mahasiswa dari ancaman putus sekolah Peningkatan akhlak mulia dan budi luhur dengan berbasis pengembangan pokok pesantren.

c.

Kebudayaan Meningkatnya kebanggaan dan upaya-upaya pelestarian nilai luhur budaya bangsa.

d.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Penguasaan, pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penyediaan sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi

C. Kebijakan Sektor 1. Bidang Ekonomi a. Sektor Industri Pembanguan industri diarahkan pada pemantapan dan pemulihan perekonomian daerah dalam menyikapi dampak krisis ekonomi dengan keberpihakan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada potensi perdesaan seperti industri kecil, kerajinan dan pertambangan dan mendorong bangkitnya industri berskala besar dan menengah menuju industri yang maju dan mandiri. 1) 2) Tujuan pembangunan industri : Memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja Meningkatkan ekspor dan produk unggulan daerah Meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja Kebijaksanaan pembanguan industri : Pendalaman dan penyerasian struktur industri Pengembangan secara bertahab dan terpadu melalui keterkaitan antar industri dan antar sector industri dengan sector ekonomi lainnya, seperti perdagangan, transportasi dan teknologi, utamanya sector ekonomi yang memasok bahan baku industri. Pembangunan industri disesuaikan dengan rencana umum tata ruang dan menghindari penggunan lahan pertanian produktif. Pembangunan industri harus tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Adanya lembaga pengelola pinjaman, bantuan dan hibah didaerah Adanya lembaga penanganan penanaman modal Pengembangan industri ditekankan pada :

3)

Industri menengah, utamanya industri kecil, industri kerajinan dan industri rumah tangga agar menjadi industri yang mandiri mampu meningkatkan hasil produksi untuk memenuhi permintaan pasar dan dapat meningkatkan pendapatan. Industri yang benyak menyerap tenaga kerja (padat karya) dan mengolah potensi daerah Industri yang menghasilkan bahan baku untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor. Aneka industri agar mampu menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal Industri yang mengolah bahan mentah termasuk hasil tambang Industri pengolahan hasil hutan dan hasil laut

4. Upaya Pengembangan Industri 1) Pengembangan iklim investasi dan usaha seperti : Pemberian kemudahan akses dalam perijinan Pematangan dan perluasan kawasan industri Penyediaan jaringan infrastruktur Stabilitas politik dan keamanan Pemberian insentif bagi penanaman modal Pemberian insentif dan penghargaan bagi usaha masyarakat yang melakukan penelitian dan penemuan serta pelatihan tenaga kerja.

2)

Peningkatan peran aktif dan kemampuan masyarakat dalam pengusahaannya dengan berbagai skala usaha dan memanfaatkan peluang usaha dan pasar. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam wujud penyiapan tenaga kerja yang produktif dan profesional didalam penguasaan dan pemanfaatan kemajuan teknologi Penggalakan kecintaan masyarakat terhadap penggunaan produksi dalam negeri. Pembinaan dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas produksi industri dalam mencapai standarisasi mutu. Pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi dalam pembangunan industri : Pemberian kemudahan akses dalam permodalan, informasi, teknologi, pelatihan, perijinan, pemasaran, perlindungan pasar dan perlindungan hak cipta. Pengembangan pola kemitraan sepadan dengan industri berskala besar.

3)

4) 5)

6)

Pengembangan sentra-sentra industri.

b. Sektor Pertanian 1) Pembanguan pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan diarahkan pada pemantapan ketahanan sector pertanian terhadap dampak krisis ekonomi melalui keberpihakan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada potensi pertanian perdesaan, yaitu tanaman-tanaman, peternakan dan perikanan, menuju pertanian yang tangguh dan mandiri dengan dukungansarana pengairan yang mantap untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Tujuan pembangunan pertanian : a. b. c. d. e. f. 3) Meningkatkan kontribusi pertanian dalam pertumbuhan ekonomi pedesaan. Memenuhi kebutuhan bahan pangan, gizi dan bahan baku industri. Menghasilkan produk-produk yang berdaya saing Meningkatkan pendapatan petani Meningkatkan dan mewujudkan kemandirian petani. Memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja

2)

Kebijaksanaan pembangunan pertanian : a. b. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta keanekaragaman hasil pertanian. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian dalam kemampuan berusaha dan meningkatkan keunggulan komparatif hasil pertanian. Mempertahankan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Pelaksanaan pembangunan agro industr dan agri bisnis secara terpadu dengan pembangunan pedesaan dalammenumbuhkan proses industrialisasi. Pembangunan pertanian didukung oleh tata ruang, tata guna tanah dan tata guna air sehingga pemanfaatan tanah-tanah subur diprioritaskan untuk lahan pertanian. Menjaga fungsi tanah sebagai faktor produksi dan sumber kehidupan yang layak bagi petani. Pengawasan penggunaan, penguasaan pemilikan dan pengalihan hak atas tanah untuk menjamin kelangsungan usaha pertanian.

c. d.

e.

f.

g.

4)

Pembangunan pertanian ditekankan pada : a. b. Pertanian sebagai penyediaan bahan pokok pangan. Pengembangan agroindustri dan agribisnis.

c. d. 5)

Pertanian yang berorientasi ekspor. Pertanian lahan kering dan pekarangan.

Upaya pembangunan pertanian : a. Pemantapan pelaksanaan usaha pertanian melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi serta percontohan. Peningkatan peran swasta dan masyarakat perdesaan sebagai subyek pembangunan pertanian. Peningkatan kemampuan usaha petani dan memperluas spektrum kegiatan pembangunan pertanian. Penyediaan sarana produksi pertanian dengan stabilitas harga yang terjangkau oleh petani. Peningkatan dan optimalisasi pembangunan pengairan. Peningkatan peran serta aktif petani melalui kelompok tani. Pemantapan peran koperasi Peningkatan dan pemantapan peran pendamping Rehabilitasi lahan kritis untuk memulihkan dan mempertahankan kesuburan tanah dan memelihara sumber air. Penumbuhan sentra-sentra pengembangan komoditas unggulan.

b.

c.

d.

e. f. g. h. i.

j. b.1.

Pertanian tanaman pangan 1) Pembangunan pertanian tanaman pangan diarahkan sebagai pendorong utama dalam memantapkan pertanian yang tangguh dalam menyikapi dampak krisis ekonomi dan mencapai tujuan pertanian secara umum dengan prioritas pada pertanian tanaman pangan sebagai penyediaan bahan pangan pokok den pengembangan holtikultura yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian perdesaan dan meningkatkan kesejahteraan para petani tanaman pangan. Peningkatan sumber daya manusia utamanya para petani dalam penguasaan dan pemanfaatan kemajuan teknologi. Peningkatan produksi dalam rangka memelihara kemantapan suasembada pangan antara lain melalui gerakan massa penanaman padi, palawija dan jagung (Gema palagung). Perluasan pemasaran dan kebijaksanaan harga yang menguntungkan petani. Pengembangan agroindustri dan agribisnis, utamanya melalui pengembangan tanaman hortikultura.

2)

3)

4) 5)

6) 7)

Mekanisasi pertanian dan pengendalian pasca panen. Pemantapan pelaksanaan Gerakan Kembali ke Desa (GKD), gerakan sadar pangan dan gizi melalui pemanfaatan lahan pekarangan, pemanfaatan lahan non produktif dan lahan tidur dalam pengentasan kemiskinan. Pengembangan lembaga pertanian dan koperasi

8) b.2.

Perkebunan 1) Pembangunan perkebunan diarahkan untuk mendorong terwujudnya pertanian yang tangguh dan tercapainya tujuan pertanian secara umum dalam menyikapi dampak krisis ekonomi dengan prioritas pada perkebunan rakyat yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian perdesaan dan meningkatkan kesejahteraan petani perkebunan. Tercapainya Tri Dharma perkebunan, yaitu peningkatan produksi, mutu dan jenis bahan ekspor, penciptaan dan pemerataan kesempatan kerja, pemeliharaan dan peningkatan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Peningkatan kuantitas dan kualitas usaha pokok perkebunan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi. Pembinaan perkebunan rakyat terpadu atau usaha tani terpadu dalam kelompok hamparan melalui pola unit pelayanan perkebunan dan pola swadaya / partial. Pengembangan system agroindustri dan agribisnis melalui pengembangan produk unggulan kopi, kelapa,tebu dan lain-lain. Peningkatan iklim usaha perkebunan melalui pelaksanaan kebijaksanaan kebebasan menanam komoditas perkebunan bagi petani. Pengentasan kemiskinan melalui pengembangan komoditi perkebunan dalam suatu hamparan di desa-desa tertinggal.

2)

3)

4)

5)

6)

7)

b.3.

Peternakan 1) Pembangunan peternakan diarahkan untuk mendorong terwujudnya pertanian yang tangguh dan pencapaian tujuan pertanian secara umum dengan penekanan pada perluasan usaha peternakan sapi, kambing dan ayam serta sistem pembibitan ternak diperdesaan yang berwawasan agribisnis dalam rangka meningkatkan pendapatan peternak dan perekonomian diperdesaan. Peningkatan kemampuan dan ketrampilan peternak sebagai sumber daya manusia yang produktif melalui kemampuan pemanfaatan teknologi. Peningkatan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi ternak untuk memacu peningkatan produksi ternak melalui usaha pengembangan protein hewani, ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan mutu genetik ternak, mutu daging, telur, dan hasil ikutan seperti intensifikasi ternak kerja, inseminasi buatan, penyediaan hijauan makanan ternak dan intensifikasi ayam buras. Pengembangan peluang pembangunan peternakan melalui pola kemitraan.

2)

3)

4)

5)

Pengentasan kemiskinan melalui pelayanan terpadu bagi kelompok penerima bantuan ternak berupa bimbingan den penyuluhan, pencegahan dan pengobatan penyakit ternak, pemeriksaan kebuntingan, pelayanan inseminasi buatan, penyediaan pangan ternak dengan harga yang terjangkau dan mudah diperoleh petani ternak diperdesaan.

b.4.

Perikanan 1) Pembangunan perikanan diarahkan untuk mendorong terwujudnya perikanan yang tangguh dan pencapaian tujuan pembangunan pertanian secara umum dalam menyikapi dampak krisis ekonomi dengan penekanan pada penangkapan ikan dilaut, dalam rangka meningkatkan pendapatan petani ikan dan nelayan serta mendorong tumbuhnya perekonomian di desa pantai. Pengembangan usaha perikanan dengan memanfaatkan sumber daya dan kawasan pantai dan perairan umumnya dengan tetap memperhatikan sumber hayati perairan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia utamanya petani ikan, nelayan dan pada kelembagaan perikanan melalui pembinaan dan penyuluhan yang intensif serta percontohan dan penelitian. Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha rumah tangga perikanan sebagai kontribusi perikanan untuk menanggulangi kebutuhan bahan pangan yang lebih merata, dalam rangka perbaikan gizi dan peningkatan ekspor non migas melalui gerakan perikanan rakyat. Peningkatan dan memperluas kesempatan kerja serta berusaha melalui upaya intensifikasi, ekstensifikasi dan pengembangan industri penunjang perikanan yang berwawasan lingkungan, meliputi penangkapan ikan serta optimalisasi fungsi Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

2)

3)

4)

5)

b.5.

Pengairan 1) Pembangunan pengairan diarahkan untuk menyediakan air baik untuk keperluan irigasi / pertanian maupun untuk menunjang penyediaan air baku untuk air minum, industri dan perikanan dengan tetap memelihara kelestarian sumber air dan lingkungannya. Optimalisasi bangunan irigasi untuk meningkatkan hasil pertanian diupayakan dengan penyempurnaan den pemeliharaan jaringan dan bangunan, pengembangan pengairan daerah minus dan pengairan perdesaan secara terpadu, yang dalam pelaksanaannya dengan memberdayakan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dan pelembagaan Iuran Pemakai Air (IPAIR).

2)

c.

Sektor Koperasi 1) Pembangunan koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional diarahkan pada pemantapan posisi dan peran koperasi sebagai pilar utama keberpihakan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui gerakan ekonomi rakyat dan sebagai badan usaha, guna memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya sekaligus memacu pertumbuhan perekonomian terutama di perdesaan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan peran serta aktif anggota koperasi melalui bimbingan manajemen koperasi,

2)

kewirausahaan koperasi, pembinaan moral bagi pengelola, pengurus dan anggota koperasi. 3) Koperasi sebagai badan usaha, pembangunannya diupayakan melalui pembinaaan profesionalisme dalam pelaksanaan prinsip-prinsip ekonomi, penguatan dan perluasan basis usaha, seperti pengadaan pangan oleh koperasi, usaha peternakan sapi dan hewan ternak lainnya. Peningkatan pembinaan koperasi dan pengusaha kecil menuju pada koperasi yang mandiri dan sehat sehingga memiliki daya saing, dikembangkan melalui keterkaitan usaha antar koperasi dan antar koperasi dengan usaha swasta dan usaha negara dalam bentuk kemitraan, memantapkan kelembagaan koperasi, seperti KUD Mandiri menjadi KUD Mandiri Inti, menumbuhkan Koperasi Karyawan Mandiri Inti dan Koperasi Perkotaan Mandiri Inti serta penumbuhan koperasi diberbagai sektor seperti bagi karyawan, lingkungan mesjid, pedagang pasar dan sebagainya. Pembinaan pengusaha kecil diarahkan untuk mewujudkan pengusaha kecil yang tangguh. Penciptaan iklim usaha melalui kemudahan memperoleh permodalan dan faktor produksi, peran seluas-luasnya dalam penyediaan dan pedistribusian kebutuhan pokok, perlindungan dari praktek bisnis yang tidak sehat dan pelaksanaan penetapan bidang ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh koperasi. Pengentasan kemiskinan pada pembangunan koperasi dan pembinaan pengusaha kecil/menengah diupayakan melalui program KUT untuk meningkatkan produksi pangan, pendistribusian kebutuhan bahan pokok masyarakat, penguatan permodalan dan pendayagunaan skim pendanaan, peningkatan dan penumbuhan koperasi melalui kelompok tani, disertai dengan pengawasan, pembinaan dan peningkatan kualitas system dan kelembagaan dalam hal bantuan modal secara selektif, transparan dan berkeadilan.

4)

5)

6)

d.

Sektor Perdagangan 1) Pembangunan perdagangan diarahkan pada pelaksanaan system perdagangan yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa, penyediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan pengendalian gejolak harga melalui pemberdayan pengusaha kecil/menengah dan koperasi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat utamanya petani, pedagang dan pendapatan daerah. Peningkatan peran dunia usaha melalui penciptaan iklim usaha dengan mengurangi dan menghapus berbagai aturan yang dianggap mengganggu kelancaran pelaksanaan dan pembebasan kegiatan usaha, keterkaitan antar pengusaha dan antara pengusaha dan sector ekonomi lainnya serta pelaksanaan deregulasi dan debirokratisasi dalam mendorong efisiensi produksi dan pemasaran. Pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi melalui pemberian kemudahan dalam mengembangkan usahanya, pemberian kredit atau permodalan lainnya, informasi perdagangan, penyediaan tempat usaha yang layak, pembinaan kemampuan berusaha dan perlindungan usaha disertai dukungan pasar. Usaha meningkatakan peranan pengusaha golongan lemah melalui kegiatan peningkatan ketrampilan dan kewiraswastaan dalam bentuk pelatihan, pendampingan, penumbuhan dan rehabilitasi pasar desa dan pasar daerah. Pemantapan pasar dalam rangka pengadaan, penyaluran dan pengendalian kenaikan harga bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan penting lainnya agar berjalan sesuai dengan

2)

3)

4)

pola produksi dan komsumsi masyarakat, mekanisme pasar yang berlaku, seperti sembilan bahan pokok, bahan bangunan serta pupuk dan obat-obatan untuk pertanian. 5) Peningkatan prasarana pemasaran baik fisik maupun kelembangaan dunia usaha khususnya padagang golongan ekonomi lemah sebagai upaya untuk meningkatkan penyaluran distribusi komoditi perdagangan. Mendorong ekspor komoditas non migas utamanya perikanan, pertanian, kerajinan bambu, melalui peningkatan efisiensi produksi, mutu produk, pengnekaragaman produk, jaringan informasi pasar, promosi dan peningkatan akses pasar. Memperlancar pemenuhan kebutuhan barang dan jasa impor, khususnya barang modal, bahan baku dan bahan penolong bagi pengembangan industri penunjang.

6)

7)

e.

Sektor Tenaga Kerja 1) Pembangunan ketenaga kerjaan diarahkan pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang produktif, terampil, mandiri, berjiwa wirausaha dan beretos kerja sehingga mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Penciptaan dan perluasan kesempatan kerja melalui penciptaan iklim usaha yang menarik investasi, keterpaduan kebijaksanaan pembangunan daerah dan bursa tenaga kerja. Penciptaan usaha disektor industri dilaksanakan melalaui padat karya dan penempatan tenaga kerja antar negara untuk meningkatkan produktivitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tenaga kerja melalui pelatihan pada Balai Latihan Kerja (BLK) dan Kursus Latihan Kerja (KLK). Sedang untuk meningkatakan ketrampilan tenaga kerja diperusahaan dilaksanakan melalui wajib latih tenaga kerja perusahaan. Perlindungan tenaga kerja diwujudkan melalui hubungan yang serasi antara pekerja, pengusaha/perusahaan dan pemerintah, yang berupa jaminan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja serta kesejahteraan tenaga kerja. Pengupahan dan pengajian didasarkan pada pemenuhan kebutuhan fisik minimum, prestasi kerja, masa kerja dan nilai kemanusiaan yang menumbuhkan rasa harga diri, dengan memperhatikan kemampuan tenaga kerja dan kemampuan perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan yang berlaku.

2)

3)

4)

5)

6)

f.

Sektor Transportasi 1) Pembangunan transportasi diarahkan pada pemenuhan kebutuhan jasa angkutan orang dan barang yang diselenggarakan dengan tertib, lancar, aman dan selamat melalui peningkatan dan perluasan jaringan trasportasi darat sehingga tercipta trasportasi darat yang menjangkau perdesaan, pusat-pusat produksi dan perdagangan serta mendorong pemberdayaan perekonomian masyarakat. Peningkatan pelaksanaan sistem transportasi dengan pengembangan keterpaduan antar unit yang berkompoten.

2)

3)

Pembangunan prasarana jalan terus ditumbuh kembangkan dan diserasikan dengan perkembangan angkutan jalan raya, dengan pembangunan jalan baru, pembangunan jaringan jalan yang menghubungkan daerah pusat produksi dengan pemasaran, daerah perkotaan, daerah perkotaan dan daerah pariwisata potensial. Disamping itu juga mempertahankan jalan kondisi mantap yang ditekankan pada rehabilitasi, peningkatan dan pemeliharaan jalan. Keselamatan dan keamanan pengguna jasa transportasi ditingkatkan melalui penerapan standar kelayakan jalan kendaraan bermotor, disiplin penyelenggara transportasi dan masyarakat dalam mematuhi peraturan serta penyediaan dan peningkatan rekayasa lalu lintas. Pembangunan jasa meteorology dan geofisika dilanjutkan untuk menunjang berbagai sector pambangunan, khususnya informasi cuaca. Upaya pengkajian dan penelitian pengembangan transportasi laut dan udara.

4)

5)

6) g.

Sektor Pos, Telekomunikasi dan Informatika 1) Pembangunan Pos, Telekomunikasi dan informatika diarahkan untuk memperlancar dan meningkatkan keamanan arus surat, barang, berita, komunikasi dan informasi, serta memperluas jangkauan dan kualitas pelayanan keseluruh lapisan masyarakat dan pelosok perdesaana, baik untuk hubungan lokal, nasional maupun internasional dalam mendukung pemberdayan ekonomi masyarakat. Peningkatan pelayanan jasa pos dan giro melalui gerakan nasional Gemar Berkirim, memasyarakatkan kode pos dan meningkatkan fasilitas unit pelayanan pos seperti bis surat pembantu, kotak dan tromol pos, pos keliling kota dan desa, rumah pos, kantor pos pembantu, kantor pos desa, agen pos dan depot pos. Peningkatan palayanan jasa telekomunikasi melalui peningkatan peran serta masyarakat melalui penyediaan sarana warung telekomunikasi (wartel) yang semakin meningkat, dan mendayagunakan kapasitas sambungan telepon yang tersedia dan perluasan jaringan telepon melalui peningkatan jumlah pelanggan, telepon umum koin dan telepon umum kartu. Peningkatan pelayanan informatika diarahkan pada penyelenggaraan system informasi, pengembangan dan penatan serta pengelolaan kelembagaan informasi, pemanfaatan dan penyebaran informasi yang didukung oleh tenaga yang berkualitas. Sistem informasi data diupayakan dengan penataan data/basis data, kelembagaan jaringan informasi, pemasyarakatan system informasi, peningkatan fungsi loket pelayanan informasi dan komputerisasi.

2)

3)

4)

h.

Sektor Pariwisata 1) Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan, yang dilaksanakan sejalan dengan upaya memelihara nilai-nilai budaya dan kelestarian lingkungan hidup, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. Pengembangan pengenalan obyek dan daya tarik wisata melalui kegiatan promosi dan pemasaran, pemeliharaan budaya daerah, pemeliharaan benda-benda dan khasanah

2)

bersejarah, pemeliharaan keindahan panorama alam, penggalian dan infentarisasi obyek wisata. 3) Promosi dan pemasaran yang merupakan unsure pokok pengembangan pariwisata, diupayakan melalui pemanfaatan kerja sama, pemasaran produk unggulan daerah, penerbitan media cetak dan audio visual yang menggambarkan kekayaan dan keindahan obyek wisata, kerja sama dengan perhotelan, dan biro perjalanan. Peningkatan kualitas dan kelancaran pelayanan serta kenyamanan wisatawan melalui pendidikan dan pelatihan, penyediaan sarana dan prasarana yang semakin baik, peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan. Sadar wisata melalui sapta pesona, ditingkatkan pemasyarakatannya melalui penggalakan pariwisata remaja, pembinaan dan kesempatan usaha masyarakat sekitar lokasi wisata,pembinaan dan penyuluhan kelompok sadar wisata, seni budaya dan industri kerajinan. Iklim usaha yang kondusif dibidang kepariwisataan diupayakan melalui kemudahan pengurusan perijinan, bantuan permodalan dan kesempatan usaha, penyusunan rencana umum tata ruang kawasan pengembangan pariwisata merupakan sumber informasi dan koordinasi pembangunan kepariwisataan, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, seperti dana pembangunan, infrastruktur, jaringan jalan, kelistrikan, penyediaan air bersih, komunikasi dan informasi serta sarana akomodasi. Dalam mendorong usaha masyarakat dikembangkan peranan koperasi melalui pola kemitraan usaha di bidang kepariwisataan.

4)

5)

6)

i.

Sektor Pertambangan 1) Pembangunan pertambangan diarahkan untuk mendayagunakan sumber daya alam tambang bahan galian dan pengambilan air bawah tanah secara hemat, optimal dan proporsional dengan tetap menjaga kelestarian fungsi sumber daya alam den lingkungan hidup, melindungi usaha pertambangan rakyat yang dapat memberikan peningkatan pendapatan masyarakat penambang dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan daerah. Peningkatan kuantitas dan kualitas produk bahan tambang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan kebutuhan pemabngunan lainnya, diupayakan melalui perluasan areal pertambangan pemanfaatan teknologi, peningkatan penanaman modal dan pemantapan iklim usaha yang mendukung. Perlindungan pertambangan rakyat melalui pembinaan kemampuan pengelolaan usaha pertambangan, pemberdayaan masyarakat penambang setempat dan pengembangan sentra-sentra tambang baru, pengembangan kemitraan dan keterkaitan usaha yang terintegrasi dalam wadah koperasi. Pengambilan air bawah tanah untuk air minum dan irigasi mengalami peningkatan setiap tahunnya, oleh karena itu perlu dilakukan penertiban dan pengawasan terhadap pengambilan air bawah tanah bagi perusahaan-perusahaan industri.

2)

3)

4)

j.

Sektor Energi 1) Pembangunan energi diarahkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan energi yang makin meningkat baik bagi kehidupan masyarakat maupun bagi kegiatan ekonomi dan pembangunan, utamanya kebutuhan industri dan jasa, yang dilakukan secara hemat dan

bertanggung jawab serta memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan dengan harapan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat perkotaan dan perdesaan serta perekonomian daerah. 2) Peningkatan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi diupayakan dengan berpegang pada prinsip layak secara teknis dan ekonomis, harga yang wajar dan aman bagi masyarakat dengan penganekaragaman sumber energi tidak terbarukan seperti minyak bumi dan yang terbarukan seperti tanaga air, tenaga surya, dan panas bumi. Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan pada peningkatan penyediaan tenaga listrik dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat disegala sector pembangunan, diupayakan melalui peningkatan pemasaran, efisiensi, mutu, keandalan dan pelayanannya antara lain melalui penyiapan system warung listrik (warlis). Pengembangan listrik perdesaan terus dilanjutkan utamanya bagi desa yang belum terlistriki dan pengembangan jaringan listrik bagi pelanggan baru. Bagi desa yang belum terlistriki atau yanf sulit terjangkau program kelistrikan diupayakan dengan pengembangan listrik tenaga surya. Dalam mendorong kegiatan perekonomian perdesaan, peril diberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat setempat melalui koperasi dalam pengelolaan kelistrikan.

3)

4)

k.

Sektor Kehutanan 1) Pembangunan kehutanan diarahkan pada pemantapan fungsi hutan sebagai hutan lindung dan hutan budi daya melalui pengusahan dan pemanfaatan hasil hutan secara terpadu, optimal dan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan perhatian khusus pada hutan rakyat, yang nantunya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dikawasan hutan serta pemberdayaan ekonomi masyarakat dan daerah. Pelestarian hutan lindung sebagai penyanggah ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup yang memberi manfaat bagi pengambangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi dan budaya, diupayakan melalui pengawasan pengusahaan hutan, rehabilitasi hutan lindung melalui reboisasi dengan system banjar harian, penerapan teknologi ramah lingkungan dan pembinaan masyarakat sekitar hutan. Pengusahaan dan pengolahan hasil hutan dalam meningkatkan produktifitas dan mutu hasil hutan diupayakan secara terpadu dengan mengembangkan usaha hutan rakyat, reboisasi dengan system tumpang sari untuk tanaman pokok jati dan rimba, budi daya hutan dengan pembangunan hutan tanaman baru, yang didukung penyedian bibit unggul, pengembangan industri pengolahan hasil hutan, pengendalian pengusahaan hutan oleh swasta (HPH), pelaksanaan system tebang pilih tanam oleh HPH, penanaman pengkayaan dengan system TPT dan pembuatan kebun pangkas yang bersih dari stek pucuk. Pengembangan usaha perhutanan rakyat untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan hutan tanaman pada lahan milik rakyat dan hutan konversi yang tidak berhutan melalui pengembangan jenis tanaman kayu energi biomassa. Perlindungan hutan dan pelestarian alam diupayakan melalui pengendalaian gangguan keamanan seperti pencurian dan pembibrikan, penetapan batas maksimum ekploitasi, penertiban kawasan hutan dan peredaran lalu lintas hasil hutan. Rehabilitasi hutan, lahan kritis dan konversi tanah untuk memulihkan kesuburan tanah, air dan kelestarian daya dukung lingkungan diupayakan melalui reboisasi dengan

2)

3)

4)

5)

6)

penyusunan pola rehabilitasi lahan dan konversi tanah didaerah aliran sungai dan rencana teknik lapangan untuk lahan kritis diluar kawasan hutan. Untuk mencegah kerusakan lingkungan dan pelestarian fungsi ekosistem pantai dilakukan rehabilitasi hutan mangrove perairan. Sedang untuk lahan kritis dikawasan hutan diupayakan melalui reboisasi tumpang sari untuk tanaman pokok jati dan rimba, pemeliharaan hutan dengan cara tunjuk tolet, tebang pungut hasil, tebang tanpa pungut, pangkas tanaman sela dan babat tumbuhan liar. 7) Peningkatan peran aktif masyarakat baik dalam konfersi dan rehabilitasi hutan maupun dalam pengusahaan dan pemanfaatan hutan melalui kemitraan usaha, meningkatkan peran koperasi, kelompok tani hutan dan usaha masyarakat lainnya.

i.

Sektor Pembangunan Daerah 1) Pembangunan Daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan pendayagunaan potensi daerh secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dengan mengglakan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat yang berakses meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan perekonomian dalam rangka mewujudkan kemandirian perekonomian daerah. Pembangunan daerah diselenggarakan dengan melanjutkan usaha penyempurnaan organisasi pemerintah daerah dan pola mekanisme kerja antar aparatur, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan aparatur, meningkatkan kemampuan keuangan daerah dengan meningkatkan kemampuan dan menertibkan pengelolaan keuangannya, baik dari penerimaan daerah sendiri maupun dari perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah, memantapkan peran koordinasi, keterpaduan dan efisiensi perencanaan melalui system bottom up and top down planning pelaksanaan, pengendalian dan pengwasan pembangunan daerah, memantapkan pelaksanaan dan penyempurnaan kebijaksanaan tata ruang dalam tingkat yang nyata. Pembangunan desa dilaksanakan denganmemantapkan dan meningkatkan lembaga pemerintahan desa / kelurahan, Badan Perwakilan Desa (BPD), kegiatan peranan wanita melalui PKK, pemantapan UDKP sebagai system manajemen perencanaan pembangunan ditingkat kecamatan, penanggulangan penduduk mislin dan desa tertinggal. Pembangunan kota sebagai pusat pemukiman, pusat pelayanan jasa, produksi, distribusi, simpul transportasi dengan kegiatan penduduk non pertanian di selenggarakan melalui pembangunan prasarana dan sarana perkotaan dan pemantapan fungsi kota serta pelaksanaan rencana umum tata ruang ibukota kecamatan dan batas kota kecamatan secara nyata.

2)

3)

4)