117
POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : MUHAMMAD RIZAL DJANTI NIM : 105381120216 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI OKTOBER 2020

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM …1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun. 2. Dalam penyusunan

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

    MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEKOLAH DI

    SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

    Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh :

    MUHAMMAD RIZAL DJANTI

    NIM : 105381120216

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

    OKTOBER 2020

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    iv

    Jalan Sultan Alauddin No. 259Makassar Telp : 0411-860837/860132 (Fax) Email : [email protected] Web : www.fkip.unismuh.ac.id

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Muhammad Rizal Djanti

    Nim : 105381120216

    Jurusan : Pendidikan Sosiologi

    Judul :Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan

    Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar

    Skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri. Bukan

    hasil jiplikan atau dibuatkan oleh orang lain.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya berbeda menerima

    sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

    Makassar, Oktober 2020

    Yang Membuat pernyataan

    MUH. RIZAL DJANTI

    Nim: 105381120216

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    v

    Jalan Sultan Alauddin No. 259Makassar Telp : 0411-860837/860132 (Fax) Email : [email protected] Web : www.fkip.unismuh.ac.id

    SURAT PERJANJIAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Muhammad Rizal Djanti

    Nim : 105381120216

    Jurusan : Pendidikan Sosiologi

    Judul :Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan

    Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar

    Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya

    menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

    2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

    pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan Fakultas.

    3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skpripsi

    saya.

    Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

    Makassar, Oktober 2020

    Yang Membuat pernyataan

    MUH. RIZAL DJANTI

    Nim: 105381120216

  • vi

    MOTO

    Hidup itu harus optimis.........

    “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

    (HR. Ahmad)

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya ini Sebagai darma baktiku untuk Ayahanda dan

    Ibundaku tercinta Serta saudara dan keluargaku tersayang.

  • vii

    ABSTRAK

    Muhammad Rizal Djanti, 2020. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah

    Memaksimalkan fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Skripsi.

    Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Jamaluddin Arifin sebagai pembimbing

    I dan Lukman Ismail sebagai pembimbing II.

    Sekolah sebagai tempat proses pembelajaran yang terdapat tenaga pendidik dan

    kependidikan, siswa dan sarana prasarana sehingga membutuhkan kepemimpinan

    kepala sekolah untuk menggerakkan sumber daya sekolah dalam mencapai tujuan

    sekolah dan pendidikan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah

    dalam memaksimalkan fungsi sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar serta

    faktor pendorong dan penghambat. penelitian ini menggunakan metode kualitatif

    dengan pendekatan fenomenologi yang berlokasi di SMP Muhammadiyah 12

    Makassar dengan menggunakan informan sebanyak 7 orang, jenis dan sumber data

    penelitian yang di gunakan yaitu: data primer dan sekunder. Pengumpulan data

    yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis

    data yaitu: 1) Data Reduction, 2) Data Display dan, 3) Verifikasi. Serta analisis dan

    keabsahan data yang di gunakan yaitu, 1) Trianggulasi Sumber, 2) Trianggulasi

    waktu dan, 3) Trianggulasi Teori.

    Hasil penelitian ini menunjukkan pola kepemimpinan kepala sekolah yaitu:

    kedisiplinan bagi warga sekolah (guru, staf dan siswa). tertib pada administrasi

    sekolah bagi guru dan staf. Gaya kepemimpinan kepala sekolah alah kepemimpinan

    yang demokratis. Kepala sekolah mampu menggerakkan seluruh warga sekolah

    dalam memaksimalkan fungsi sekolah mulai guru staf, siswa dan sarana prasarana

    sebagai faktor pendorong dan penghambat.

    Kata kunci: Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah, Fungsi Sekolah

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah Subhanahu wata’ala

    atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan nikmat

    empat keterampilan berbahasa kepada manusia yang terdiri dari keterampilan

    menyimak yang berkaitan dengan pendengaran yang diperintahkan untuk

    mendengar hal yang baik-baik saja. Kemudian, keterampilan membaca yang

    berkaitan dengan penglihatan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Subhana

    wata’ala. Selanjutnya, keterampilan berbicara yang berkaitan dengan ucapan yang

    bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang positif. Dan keterampilan menulis

    yang bertujuan untuk mengikat ilmu yang telah diperoleh. Penulis bersaksi bahwa

    tiada Tuhan selain Allah Subhanahu wata’ala.

    Selawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad

    Salallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Beliau adalah

    nabi yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliahan dan membentangkan

    permadani keislaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

    Sehingga umat manusia dapat merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan.

    Terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta atas doa dan

    kasih sayangnya yang tak pernah padam agar menjadi anak yang sukses. Penulis

    tak pernah lupa atas semua yang telah mereka berikan. Semoga mereka selalu

    diberikan umur yang panjang, kesehatan, dan dilingdungi Allah Subuhana

    Wata’ala.

    Terima kasih pula kepada Dr. Jamaluddin Arifin, S.Pd., M.Pd dan Lukman

    Ismail, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah

    membimbing, mengarahkan, serta memberikan motivasi yang sangat bermanfaat.

    Penulis sangat bersyukur atas bimbingan yang telah diberikan baik melalui tatap

    muka secara langsung maupun melalui media sosial. Penulis meminta maaf

  • ix

    sebesar-besarnya apabila selama proses pembimbingan penulis melakukan

    kekhilafan.

    Akhir kata, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari

    berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu

    persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan

    dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

    Billahi Fii sabililhaq, fastabiqul khaerat, wassalamu alaikum

    warahmatullahi wabarakatuh.

    Makassar, Oktober 2020

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman Judu ..................................................................................................... i

    Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii

    Persetujuan Pembimbing .................................................................................. iii

    Surat Pernyataan ............................................................................................... iv

    Surat Perjanjian ................................................................................................. v

    Moto dan Persembahan ..................................................................................... vi

    Abstrak Bahasa Indonesia ................................................................................ vii

    Kata Pengantar................................................................................................. viii

    Daftar Isi .............................................................................................................. x

    Daftar Gambar ................................................................................................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

    E. Definisi Operasional.................................................................................. 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 9

    A. Kajian Konsep ........................................................................................... 9

    1. Definisi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah .................................... 9

    2. Bentuk Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ................................... 10

    3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan

    Kepala Sekolah ................................................................................. 15

    4. Sekolah .............................................................................................. 16

    a. Pengertian Sekolah ..................................................................... 16

    b. Krakteristik Sekolah ................................................................... 17

    c. Fungsi Sekolah ............................................................................ 18

    B. Kajian Teori ............................................................................................ 20

    a. Teori Sistem Sosial ........................................................................... 20

  • xi

    b. Teori Struktural Fungsional .............................................................. 22

    C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 24

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 27

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.............................................................. 27

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 27

    C. Informan Penelitian ................................................................................. 27

    D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 27

    E. Instrumen Penelitian................................................................................ 28

    F. Jenis dan Sumber..................................................................................... 28

    G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 29

    H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 30

    I. Teknik Pengabsahan Data ....................................................................... 32

    BAB IV GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN ....................... 34

    A. Sejarah SMP Muhammadiyah 12 Makassar ........................................... 34

    B. Keadaan Lingkungan Sekolah................................................................. 36

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 42

    A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 42

    1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan

    Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ................... 42

    a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan.......................................... 43

    b. Siswa SMP Muhammadiyah 12 Makassar ................................ 50

    2. Faktor pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala

    Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ............................... 55

    a. Faktor Pendorong ........................................................................ 55

    b. Faktor Penghambat...................................................................... 59

    B. Pembahasan ............................................................................................. 63

    1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan

    Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ................... 63

    2. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala

    Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ............................... 67

    a. Faktor Pendorong ...................................................................... 68

  • xii

    b. Faktor Penghambat.................................................................... 70

    BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 72

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 72

    B. Saran ........................................................................................................ 74

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................. 26

    Gambar : 5.1. Pengawasan langsung Kepala Sekolah terhadap administrasi

    Sekolah dan perangkat pembelajaran guru. ........................................................ 46

    Gambar 5.2. proses pembelajaran dalam keadaan pandemi covid 19 ................. 49

    Gambar 5.3 Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ................................. 59

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu cepat perlu

    disikapi oleh dunia pendidikan. Reformasi Pendidikan merupakan respon terhadap

    perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasi sistem

    pendidikan untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Pendidikan

    harus bersifat dinamis, karena pembaharuan-pembaharuan itu perlu dilakuakan

    sesuai dengan kebutuhan sumber daya manusia dan masyarakat.

    Pelaksanaan pendidikan tentu tidak lepas dari peran serta dari sumber daya

    manusia, karena majunya pendidikan harus di tunjang dengan kualitas tenaga

    pendidik, lingkungan dan sumber daya manusia yang mumpuni. Hal ini pun diatur

    dalam Undang-Undang sebagaimana disebutkan dalam Bab I Pasal 1 ayat 23, yaitu

    Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam

    penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana,

    sarana, dan prasarana. (Bekti 2016). Dalam Undang - Undang tersebut memberikan

    gambaran jelas bahwa pelaksanaan pendidikan tidak hanya memerlukan sarana dan

    prasarana yang memadai, tetapi juga memerlukan tenaga pendidikan dan

    kependidikan yang lebih profesional.

    Sekolah sebagai suatu sistem organisasi yang memiliki struktural dalam

    mengelola dan menjalakan fungsi sebagai tempat pembelajaran. Sekolah sebagai

  • 2

    lembaga pendidikan membutuhkan kepala sekolah yang mampu memimpin dan

    mengelola sekolah dengan profesional.

    Kepemimpinan Kepala Sekolah dikatakan sebagai pemimpin yang efektif

    bilamana mampu menjalankan proses Kepemimpinannya yang mendorong,

    mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan dan tingkah laku kelompoknya. Inisiatif

    dan kreativitas kepala sekolah yang mengarah kepada kemajuan sekolah merupakan

    bagian integratif dari tugas dan tanggungjawab. Fungsi utamanya ialah

    menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kepala sekolah

    juga wajib mengelola tenaga kependidikan yang mampu meningkatkan pelayanan

    pendidikan dengan baik sumber daya tersebut adalah tenaga tata usaha,

    pustakawan, tenaga kebersihan, petugas keamanan yang masing masing

    meningkatkan kemampuan dan kinerjanya tenaga kependidikan.

    Keberhasilan ataupun kesuksesan kepala sekolah dalam memimpin sekolah

    di lembaga pendidikan dapat dilihat dari pola kepemimpinan yang diterapkan,

    apakah pola yang diterapkan itu salah satu dari tipe kepemimpinan seperti otoriter,

    laissez faire (bebas), demokratis, kharismatik, paternalistik, transformasional,

    militeristik, atau menggunakan kombinasi dua atau tiga tipe kepemimpinan.

    Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat menentukan akan kesuksesan

    lembaga pendidikan, seperti penelitian terhadap kepemimpinan Kepala sekolah di

    SMP Raden Fatah Cimanggu, Dalam penelitian ini ditemukan ada beberapa hal

    pokok yang telah dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dalam

    membesarkan dan mengembangkan lembaga pendidikan dengan memaksimalkan

    fungsi sekolah yaitu: Pertama, Kepala Sekolah mampu menciptakan atmosfer yang

  • 3

    mendorong siswa untuk belajar, melalui penciptaan lingkungan kondusif belajar,

    melalui penyediaan fasilitas belajar, layanan khusus, inovasi pengajaran,

    penyelenggaraan intra-ekstra kurikuler, pembelajaran yang bersifat individual, dan

    kebermaknaan belajar melalui tumbuhnya motivasi dan kegairahan siswa dalam

    belajar. Kedua, kepala sekolah sebagai pemimpin piawai memotivasi dan

    mendorong para guru untuk memiliki komitmen tinggi terhadap kemajuan sekolah,

    mengelola konflik secara efektif, menanamkan nilai-nilai kedisiplinan,

    menyamakan visi, meningkatkan kesejahteraan yang kesemuanya itu

    membutuhkan kemampuan para ustad untuk berkembang secara personal maupun

    profesional. Kepala Sekolah menyadari bahwa guru merupakan salah satu kunci

    bagi kesuksesan sekolah. Sehingga dampak dari kepemimpinan kepala sekolah

    dalam memaksimalkan fungsi sekolah menjadikan SMP Raden Fatah Cimanggu

    menjadi sekolah berprestasi. (Arifin. A. S : 2018).

    Menurut Webstar, (Zaitun :2015 hal 4). dalam Hasbullah atau

    institusi/lembaga yang secara khusus didirikan untuk menyelenggarakan proses

    belajar mengajar atau pendidikan. Sebagai institusi, sekolah merupakan tempat

    untuk mengajar siswa-siswa anak didik, tempat untuk melatih dan memberi

    instruksi-instruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu

    kepada siswa. Wahjosumidjo mengemukakan bahwa: “Sekolah adalah lembaga

    yang bersifat kompleks dan unik”. Bersifat kompleks, menunjukkan bahwa sekolah

    sebagai suatu sistem sosial di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling

    berkaitan satu sama lain. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah

    merupakan suatu organisasi yang memiliki ciri-ciri tertentu dan tidak dimiliki oleh

  • 4

    organisasi-organisasi lain, seperti tempat terjadinya proses pembelajaran dan

    pembudayaan kehidupan manusia. (Zaitun: 2015 hal 3).

    Masalah yang masih terjadi sampai sekarang, masih ada sekolah yang prestasi

    belajar siswanya rendah, guru dan siswanya kurang disiplin, kemampuan guru

    dalam mengelola pembelajaran rendah, serta lambatnya staf tata usaha dalam

    melayani kebutuhan siswa serta perangkat-perangkat sekolah yang tidak berjalan

    secara maksimal. Masalah-masalah ini merupakan cerminan kurangnya

    kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan stafnya, disamping rendahnya

    etos kerja komunitas sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah seharusnya

    mampu mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dan

    efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. (Nuryani : 2013).

    Peran Kepala Sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah, tidak dapat

    dilepaskan dari strategi kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Dalam

    konteks persekolahan, kepala sekolah merupakan pemimpin yang menggerakkan

    guru-guru agar mau berbuat sesuatu untuk mewujudkan program kerja yang telah

    dirumuskan bersama. Kemampuan kepala sekolah dalam memimpin organisasi

    dianggap dapat berpengaruh pada kinerja perangkat sekolah yang secara langsung

    maupun tidak langsung berkontribusi pada keberhasilan yang dicapai oleh sekolah.

    Sebagaimana yang terjadi pada SMP Muhammadiyah 12 yang senantiasa kepala

    sekolah selalu memaksimalkan fungsi sekolah dalam meningkatkat kualitas

    pendidikan.

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Maskassar

    merupakan salah satu amal usaha Muhammadiyah yang beralamat di Jl. Bonto

  • 5

    Daeng Ngirate No.22. Lingkungan SMP Muhammadinyah 12 Makassar terdapat

    dua sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 9 dan Sekolah

    Dasar (SD) Muhammadiyah Perumnas dan memiliki satu halaman. Ini sangat

    mempengaruhi proses pembelajaran dan menghambat proses kerja perangkat

    sekolah. Disamping itu keberagaman budaya, status sosial di antara guru, siawa di

    lingkungan sekolah ini menimbulkan adanya kesenjangan antara mereka dalam

    bekerja dan melaksanakan proses belajar mengajar.

    Infrastruktur dan media-media pembelajaran yang masih terbatas membuat

    perangkat- perangkat sekolah bekerja kurang maksimal seperti pemberdayaan

    laboratorium, perpustakaan, bimbingan konseling dan perangkat lainnya. Sekolah

    sebagai unit sosial yang memiliki struktur yang saling mempengaruhi dan

    perangkat-perangkat sekolah yang berintegrasi dan bekerja pada sesuai fungsinya.

    Pemberdayaan perangkat-perangkat sekolah di SMP Muhammadiyah 12 makassar

    melibatkan tenaga pendidik atau guru untuk menjadi tenaga Tata usaha dan

    memberdayakan guru-guru untuk mengawal Shalat Dzuhur dan memberdayakan

    organisasi kesiswaan (Osis) dan Hizbul Wathan untuk meningkatkan kemampuan

    dan keterampilan siswa dan sebagai wadah untuk penanaman ideologi

    Muhammadiyah.

    Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat di butuhkan untuk

    memaksimalkan fungsi sekolah agar setiap prangkat-perangkat sekolah itu bisa

    berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing, Agar fungsi sekolah sebagai tempat

    proses pembelajaran baik itu pengetahuan, sikap dan ketrampilan bisa dilaksanakan

    secara maksimal.

  • 6

    Uraian diatas maka Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ini sangat menarik

    untuk diteliti lebih mendalam, karena tidak semua kepala sekolah mampu

    melaksanakan tugas dan fungsi tersebut dengan baik dalam memaksimalkan fungsi

    sekolah, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih mendalam, dengan

    mengangkat judul “Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

    Memaksimalkan Fungsi Sekolah Di SMP Muhammadiyah 12 Makassar”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan

    Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar?

    2. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah

    dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

    Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

    2. Untuk menganalisis Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan

    Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar.

  • 7

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Naskah Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan kepada

    tenaga pendidik. Sebagai wadah untuk menjadikan referensi dalam

    memecahkan masalah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan

    pemikiran yang signifikan sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi peneliti

    dan sebagai bahan kajian konsep pendidikan Sosiologi dll.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Peserta Didik

    Penelitian ini dapat digunakan untuk melatih mengembangkan dan

    mengupgrade siswa dalam kegiatan sosial ataupun iklim terkait

    pembelajaran di sekolah atau penerapan dalam kehidupan masyarakat.

    b. Bagi Guru

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan guru

    dalam proses pembelajaran.

    c. Bagi Sekolah

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan

    Sekolah berkaitan dengan bahan ajar dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.

    d. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mempelajari Pola

    Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah

    yang terdapat pada penelitian ini.

  • 8

    E. Definisi Operasional

    Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam memaksimalkan Fungsi Sekolah

    adalah cara atau strategi kepala sekolah dalam memberdayakan sumber daya

    sekolah melalui gaya-gaya kepemimpinan, bentuk-bentuk kepemimpinan yang

    sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar

    dan merupakan organisasi pendidikan yang memiliki perangkat-perangkat sekolah

    maka kepala sekolah harus mampu menggerakkan dan mempengaruhi seluruh

    perangkat sekolah.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. KAJIAN KONSEP

    1. Definisi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah

    Pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambar yang dipakai

    untuk sesuatu. Pola dapat dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau bagian dari

    sesuatu, misalkan dalam sebuah organisasi atau lembaga tertentu, dalam hal ini

    digunakan dalam mengelola lembaga pendidikan yaitu sekolah dan yang berperan

    penting adalah kepemimpinan kepala sekolah.

    Kepemimpinan dilihat dari sisi bahasa Indonesia “Pemimpin” sering disebut

    ketua, kepala, pembimbing, penggerak. Sedangkan istilah pemimpin Merupakan

    cara mempengaruhi orang dalam menjalanjakan perannya. (Akhmad : 2018).

    Kepemimpinan diterjemahkan dari bahasa Inggris “Leadership”.

    kepemimpinan diartikan sebagai hubungan antara Individu dan kelompok manusia,

    yang memiliki kepentingan yang sama. ini ditandai oleh tingkah laku yang tertuju

    dan terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin. Sutrisno menyatakan bahwa;

    Kepemimpinan merupakan suatu proses yang melibatkan pemimpin dan para

    pengikutnya, di mana sang pemimpin mempengaruhi mereka untuk melakukan apa

    yang diinginkannya. (Firman : 2016).

    Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Sekolah, Menurut Sri Dayanti, dikutip

    oleh Jamal, Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “Kepala” dan “Sekolah”.

    Kata “Kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi

  • 10

    atau lembaga. Sedangkan “sekolah” diartikan sebagai sebuah lembaga tempat

    menerima dan memberi pelajaran. Maka kepala sekolah merupakan tenaga

    fungsional guru dan memimpin yang menyelengggarakan proses belajar mengajar

    di mana terjadi interaksi antar siswa dan guru dalam memberi pelajaran. (Bekti

    :2016).

    Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan Pola Kepemimpinan Kepala

    Sekolah adalah cara atau strategi seorang pemimpin atau kepala sekolah dalam

    mengelola Sekolah dengan memberdayakan sumber daya Sekolah serta perangkat-

    perangkat sekolah untuk mencapai prestasi sekolah dan tujuan pendidikan.

    2. Bentuk Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah

    Kepemimpinan merupakan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi,

    membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain agar mau berbuat

    sesuatu dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

    bersama. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengeluarkan Standar

    Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, standar tersebut

    dibagi:

    Kepribadian : a). Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi,

    akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah, b).

    Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin, c). Memiliki keinginan yang

    kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah, d). Bersikap terbuka dalam

    melaksanakan tugas pokok dan fungsi, c). Mengendalikan diri dalam menghadapi

    masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah, d). Memiliki bakat dan minat

    jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

  • 11

    Manajerial : a). Menyusun perencanaan sekolah untuk sebagai tingkatan

    perencanaan, b). Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan, c).

    Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara

    optimal, d). Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi

    pembelajaran yang efektif, d). Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang

    kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, e). Mengelola guru dan staf

    dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal, f). Mengelola

    sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal, g).

    Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan

    ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah, h). Mengelola peserta didik dalam

    rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan

    kapasitas peserta didik, i). Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan

    pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional, j). Mengelola

    keuangan sekolah sesuai dengan prinsip keuangan yang akuntabel, transparan dan

    efisien, k). Mengelola ketatausahaan sekolah dalam upaya mendukung pencapaian

    tujuan sekolah, l). Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung

    kegiatan pembelajaran kegiatan peserta didik di sekolah, m). Mengelola sistem

    informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan

    keputusan, n). Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

    pembelajaran dan manajemen sekolah, o). Melakukan monitoring, evaluasi, dan

    pelaporan program pelaksanaan kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat. Serta

    melaksanakan tindak lanjutnya.

  • 12

    Kewirausahaan : a). Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan

    sekolah, b). Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi

    pembelajaran efektif, c). Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam

    melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, d). Pantang

    menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang

    dihadapi sekolah, e). Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

    produksi atau jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.

    Supervisi : a). Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka

    peningkatan profesionalisme guru, b). Melaksanakan supervisi akademik terhadap

    guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, c).

    Menindaklanjuti supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan

    profesionalisme guru.

    Sosial : a). Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah, b).

    Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, c). Memiliki kepekaan sosial

    terhadap orang atau kelompok lain. (Bekti : 2016).

    Gaya Kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan

    sering diterapkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh

    dari tindakan seorang pemimpin baik yang tampak maupun tidak tampak oleh

    bawahannya. ) Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah kepemimpinan yang bertindak

    sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin

    adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa yang diperintahkan harus

    dilaksanakan secara utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak dapat dibantah

    sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. b) Gaya Kepemimpinan

  • 13

    laissez faire Bentuk kepemimpinan ini menitik beratkan kepada kebebasan

    bawahan untuk melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin

    laissez faire banyak memberikan kebebasan kepada personil untuk menentukan

    sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan sedikit

    sekali memberikan pengarahan kepada personilnya. c) Gaya Kepemimpinan

    Demokratis Bentuk Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,

    dinamis, terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan

    perkembangan organisasi pendidikan. (Arifin: 2018)

    Dalam menjalankan peran kepemimpinannya, seorang kepala sekolah akan

    menerapkan sejumlah pola yang dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar

    dalam menggunakan kekuasaanya untuk memengaruhi para guru, staf, siswa, dan

    juga masyarakat yang berada di lingkungan sosial sekolah yang dipimpinnya.

    Kepala Sekolah merupakan Pemimpin Pendidikan dalam tingkat operasional

    yang berada pada garis depan yang mengkordinasikan upaya meningkatkan kualitas

    pendidikan. Mulyasa (Nurssyifa :2019) menyebutkan bahwa untuk mendukung visi

    dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan, 1) Kepala sekolah sebagai

    educator (pendidik) Dalam melakukan fungsinya kepala sekolah harus memiliki

    strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di

    sekolah, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada

    warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, 2)

    Kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat

    untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif,

    memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

  • 14

    profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam

    berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah, 3) Kepala sekolah sebagai

    administrator, kepala sekolah harus mempunyai keahlian di bidang administrasi,

    yaitu mengawasi keseluruhan bagaimana data sekolah, persiapan sekolah tenaga

    personalia sekolah, serta bagaimana pengelolaan keuangan sekolah, 4) Kepala

    sekolah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh

    tenaga kependidikan, 5) Kepala sekolah sebagai leader, Wahjosumijo

    mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter

    khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan

    profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. 6) Kepala sekolah

    sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat, untuk menjalin

    hubungan yang harmonis dengan lingkungan mencari gagasan baru,

    menginteggrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga

    kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang

    inovatif, 7) Kepala sekolah sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki

    strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan

    dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

    Kepala sekolah merupakan penggerak dalam menentukan arah gerakan

    melalui kebijakan yang ditetapkan dalam meningkatkan kulitas pendidikan. Kepala

    sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan dapat mengembangkan

    kepemimpinannya melalui upaya-upaya yang di lakukannya. Upaya yang di

    lakuakan melalui kepemimpinannya (Ekosiswoyo: 2016) yaitu: 1).

    Memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik lancar

  • 15

    dan produktif, 2). Menyelesaikan tugas dan dan pekerjaan sesuai dengan waktu

    yang ditetapkan, 3). Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat

    sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan

    pendidikan dan tujuan sekolah, 4) Menerapkan prinsip-prinsip efektifitas, efisian,

    adil, bertanggung jawab dan akuntabel, 5). Bekerja dengan tim manajemen dan

    melibatkan semua komponen sekolah.

    Uraian diatas dapat di simpulkan bahwa bentuk kepemimpinan kepala

    sekolah itu terlihat dari kepribadian, kemampuan dalam merencanakan,

    mengorganisasikan dan mengawasi dalam setiap pelaksanaan proses pembelajaran.

    Bentuk kepemimpinan dari kepala sekolah yaitu bagaimana kepala sekolah

    menjalakan tugas dan fungsinya dalam memberdayagunakan sumber daya sekolah.

    3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah

    Faktor Pendorong lainnya adalah dalam rangka melakukan peran dan

    fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah tentunya memiliki pendukung yang kuat

    dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai kepala sekolah. Adapun berbagai

    pendukung keterampilan kepala sekolah yaitu seluruh stakeholder yang ada di

    sekolah termasuk, guru, siswa dan masyarakat.

    Keberhasilan Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas tergantung dari

    kepemimpinannya. Efektivitas pengelolaan bidang, garapan sekolah dan kegiatan

    pembinaan tergantung pada, efektivitas kerja personal sekolah. Apabila kepala

    sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan para personal

    secara tepat akan, bisa membawa, organisasi sekolah pada keberhasilan yang

    optimal.

  • 16

    Faktor Penghambat dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah yaitu sarana dan

    prasarana, lingkungan yang kurang kondusif, tata ruang sekolah yang tidak teratur,

    media-media pembelajaran yang kurang mendukung dan kurangnya tenaga

    pengajar serta pola komunikasi yang tidak efektif. faktor penghambat lainnya

    adalah kemampuan memimpin yang kurang baik, rendahnya mental kepala sekolah

    yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin

    dalam melakukan tugas dan, seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah

    yang masih sempit serta banyak faktor lain yang menghambat kinerja seorang

    kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada lembaga yang

    dipimpinnya. Ini mengimplikasikan, rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah

    yang berimplikasi juga pada mutu. (Sri,dkk :2016).

    Uraian diatas dapat disimpulkan faktor pendorong dan penghambat sangat

    berpengaruh dalam kepemimpinan kepala sekolah ketersediaan sumber daya

    sekolah dari tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana merupakan

    tenaga pelaksana dan media pendukung dalam melaksanakan fungsi sekolah yaitu

    sebagai tempat proses pembelajaran.

    4. Sekolah

    a. Pengertian Sekolah

    Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni skole,scola, scolae atau skola

    yang mempunyai arti “waktu luang” atau “waktu senggang” yakni waktu luang di

    tengah kegiatan utama mereka bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa

    kanak-kanak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah mempelajari waktu

  • 17

    berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang etika (moral: budi pekerti)

    dan estetika (seni keindahan). (Maksum: 2016 hal.91).

    Gorton, mengemukakan bahwa “Sekolah adalah suatu sistem organisasi, di

    mana terdapat sejumlah orang yang bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan

    sekolah,...” Sekolah merupakan satuan pendidikan yang memiliki fungsi mendasar,

    yaitu sebagai wahana atau tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses

    penanaman dan pengembangan potensi-potensi individu manusia, sehingga akan

    membentuk insan manusia yang mulia. (Zitun : 2015 hal.3)

    Talcott Parsons menyebutkan sekolah sebagai sistem, yang didalamnya

    terdiri atas berbagai sub sistem. Sub sistem yang ada dalam sekolah, berkaitan

    antara satu dengan yang lainnya. Interaksi di sekolah berlangsung dalam empat

    kategori. Keempat kategori itu meliputi pimpinan sekolah, guru, pelajar,dan

    karyawan non guru. sekolah merupakan suatu sistem sosial yang didalamnya

    terdapat seperangkat hubungan yang mapan, yang menentukan apa yang terjadi di

    sekolah. (Zitun : 2015 hal.3).

    Pendapat diatas dapat di simpulkan sekolah merupakan lembaga pendidikan

    yang berfungsi sebagai tempat transformasi ilmu pengetahuan, penanaman sikap

    dan pengembangan keterampilan terhadap siswa dan sekaligus sekolah sebagai

    penghasil sumber daya manusia yang terdidik.

    b. Karakteristik Sekolah

    Ciri khas sekolah adanya ruang belajar. Sekolah merupakan tempat yang

    dinamakan sekolah itu merupakan satu kompleks bangunan, laboratorium, fasilitas

    fisik yang disediakan sebagai pusat kegiatan belajar dan mengajar. Berdasarkan

  • 18

    pendapat itu maka sekolah mengandung dua makna, secara fisik sekolah terdiri dari

    bangunan-bangunan gedung dan laboratorium, jadi sekolah dalam artian material.

    Sedangkan yang non fisik terdiri dari sistem-sistem hubungan antara mereka yang

    ditugaskan untuk mengajar (guru, pelatih dan lain-lain) dengan yang diajar (anak

    didik). (Zitun : 2015 hal.4)

    Uraian diatas dapat disimpulkan karakteristik sekolah dibagi menjadi dua

    yaitu fisik dam non fisik. Fisik terdiri dari sarana dan prasarana sedangkan non fisik

    terdiri dari Tenaga Pendidik dan kependidikan dan siswa.

    c. Fungsi Sekolah

    Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang di dalam terdapat kepala

    sekolah, guru-guru, staf dan peserta didik, memerlukan organisasi yang baik agar

    jalannya sekolah itu lancar menuju kepada tujuannya. Dalam Undang-Undang

    Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jalur

    pendidikan sekolah, formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan

    berjenjang (Pasal 1 ayat 10). Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu

    lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik, mengajar, memperbaiki dan

    memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.

    Fungsi Sekolah itu sendiri adalah sebagai berikut. (Zitun : 2015 hal.7). 1).

    Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan. disamping

    bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, fungsi

    sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan

    melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual

    dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral, 2). Spesialisasi;

  • 19

    sebagai konsekuensi makin meningkatnya kemajuan masyarakat makin bertambah

    diferensiasi sosial yang melaksanakan tugas tersebut. Sekolah mempunyai fungsi;

    sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan

    pengajaran, 3). Efisiensi; terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang

    berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan

    dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien, sebab apabila tidak ada

    sekolah dan pekerjaan mendidik hanya harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini

    tidak akan efisien, karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak

    orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan dimaksud. Oleh karena itu

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu

    dan sistematis. Di sekolah dapat mendidik sejumlah besar anak secara sekaligus.

    Konsep Sosiologi Pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu sosiologi pendidikan

    makro, sosiologi pendidikan meso dan sosiologi pendidikan mikro. Sosiologi

    pendidikan meso, yang mempelajari hubungan-hubungan dalam suatu organisasi

    pendidikan. Pada sosiologi pendidikan meso ini sekolah dipandang sebagai suatu

    organisasi yang menjalankan aturan-aturan tertentu sehingga dapat mancapai suatu

    tujuan. Di sini dibahas struktur organisasi sekolah, peran dan fungsi organisasi

    sekolah, serta hubungan organisasi sekolah dengan struktur organisasi masyarakat

    lainnya. Sekolah merupakan sebuah organisasi sekolah, yakni unit sosial yang

    sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam

    melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan bersama. (Noho : 2019).

  • 20

    Sekolah memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan tugas dan tanggung

    jawabnya. Talcot Parson, (Rasyid : 2015). Mempunyai pandangan terhadap fungsi

    sekolah diantaranya:

    1. Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Sekolah mengubah orientasi kekhususan ke

    universalitas salah satunya yaitu, mainset selain mewarisi budaya yang ada juga

    membuka wawasan baru terhadap dunia luar. Selain itu juga mengubah alokasi

    seleksi (sesuatu yang diperoleh bukan dengan usaha seperti, hubungan darah,

    kerabat dekat dan seterusnya) ke peran dewasa yang diberikan penghargaan

    berdasarkan prestasi yang sesungguhnya.

    2. Sekolah sebagai seleksi dan alokasi, sekolah memberikan motivasi-motivasi

    prestasi agar dapat siap dalam, dunia pekerjaan dan dapat dialokasikan bagi

    mereka yang unggul.

    3. Sekolah memberikan kesamaan kesempatan. Suatu sekolah yang baik pastinya

    memberikan kesamaan hak dan, kewajiban tanpa memandang siapa dan

    bagaimana asal usul peserta didiknya.

    Kepala Sekolah harus menjadi agen perubahan di mana kepala sekolah harus

    mengikuti perubahan yang ada. kepemimpinan kepala sekolah yang fungsional

    sangat menentukan kemajuan dari, lembaga pendidikan yang dipimpinnya dan

    dapat memberikan manfaat bagi warga sekolah terutama bagi guru dan siswa.

    B. KAJIAN TEORI

    1. Teori Sistem Sosial

    Talcott Parsons mendefinisikan Sistem sosial hanya sebagai segmen “sub

    sistem” dari apa yang disebut, Parsons sebagai teori tindakan. Parsons

  • 21

    mengorganisir sistem sosial dalam hal unit tindakan, di mana satu tindakan yang

    dilakukan oleh seorang individu, adalah satu unit. Beliau mendefinisikan sistem

    sosial sebagai jaringan interaksi antar aktor. Menurut Parsons, sistem sosial

    bergantung pada sistem bahasa, dan budaya harus ada dalam masyarakat agar

    memenuhi syarat sebagai sistem sosial.

    Parsons dalam Ritzer dan Goodmans (2010:257) mempercayai bahwa ada

    empat imperatif fungsional yang diperlukan seluruh sistem. Fungsi adalah “Suatu

    gugusan aktifitas yang diarahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan

    sistem”. Secara bersama-sama empat imperative, fungsional tersebut disebut

    sebagai skema A.G.I.L. Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan empat

    fungsi tesebut: a). Adaptasi adalah sistem harus mengatasi kebutuhan situasional

    yang datang dari luar. harus beradaptasi dengan lingkungan dan, menyesuaikan

    lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya, b). Goal attainment (pencapaian

    tujuan) adalah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya,

    c). Integrasi adalah sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi

    komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional

    tersebut (A, G, L), d). Latensi (Pemeliharaan Pola) adalah sistem harus melengkapi,

    memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang

    menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut. Parsons melihat sistem sosial

    sebagai satu dari tiga cara di mana tindakan sosial bisa terorganisir.

    Menurut Parsons masyarakat adalah Sistem Sosial yang dilihat secara total.

    Jika sistem sosial dilihat secara parsial, maka masyarakat, itu adalah berupa jumlah

    dari sekian banyak sistem yang kecil-kecil, misalnya keluarga, sistem pendidikan,

  • 22

    dan lembaga-lembaga agama. Parsons dalam teori sistem umumnya melihat suatu

    nalogi diantara masyarakat dan lingkungannya merupakan suatu sistem yang

    terbuka. Kedua hal, tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi, individu

    ataupun kelompok merupakan bagian dari masyarakat. Setiap kehidupan

    masyarakat memiliki norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan

    mengatur perilaku. Menurut parsons yang utama bukanlah tindakan individual,

    melainkan norma-norma dan nilai-nilai tersebut. (Syawaluddin : 2014).

    Lembaga pendidikan merupakan satu kesatuan yang terorganisir dan

    memiliki sistem untuk mengelola dan mengatur lembaga tersebut. Sekolah sebagai

    lembaga pendidikan yang memiliki struktur kepemimpinan dan komponen-

    komponen sekolah mulai dari tenaga pendidik sampai pada sara dan prasarana,

    semuanya itu adalah bagian dari sistem yang saling bekaitan dalam mencapai

    tujuan. Maka komponen-komponen sekolah saling berkaitan dan memiliki

    fungsinya masing-masing dan sangat berpengaruh pada prestasi sekolah. Mulai dari

    kepala sekolah dalam memimpin sampai pada aktifitas-aktifitas sekolah yang

    dilakukan.

    2. Teori Struktural Fungsional

    Teori Struktural Fungsional dinamakan juga sebagai fungsionalisme

    struktural. Fungsionalisme struktural memiliki domain di teori Konsensus.

    Masyarakat dalam perspektif teori ini dilihat sebagai jaringan kelompok yang

    bekerja sama secara terorganisasi dan bekerja secara teratur, menurut norma dan

    teori yang berkembang (Maunah: 2016).

  • 23

    Teori Fungsional Struktural mmenekankan pada unsur-unsur stabilitas,

    Integritas, Fungsi, Koordinasi dan Konsensus. Konsep fungsionalisme maupun

    unsur-unsur normatif maupun perilaku sosial yang menjamin stabilitas sosial. Teori

    fungsional menggambarkan masyarakat yang merupakan sistem sosial yang

    kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling

    ketergantungan. (Juwita, dkk : 2020)

    Pendidikan dalam teori struktural adalah sebuah satu kesatuan yang

    terintegritas dan berjalan dengan teratur dan saling berhubungan. Sekolah

    merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting, sebagai lembaga

    penyempurna setelah keluarga. Talcott Parson menyebutkan sekolah sebagai sistem

    yang didalamnya terdiri atas berbagai sub sistem. Sub sistem yang ada dalam

    sekolah berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Interaksi di dalam sekolah

    berlangsung dalam empat kategorti. Keempat kategori itu meliputi pimpinan

    sekolah, guru, pelajar dan karyawan non guru. Sekolah merupakan suatau sistem

    sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan yang

    menentukan apa yang terjadi di sekolah. (Juwita, dkk : 2020)

    Sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan formal yang membutuhkan

    pengelolaan dalam menjalankan fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat

    berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman pengembangan potensi

    individu manusia sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

    Kepemimpinan Kepala Sekolah harus menjalankan fungsinya sebagai

    pemimpin sekolah dan mempunyai kemampuan manajemen. Menurut Kaplan

    dalam Kresna mengatakan bahwa Fungsionalisme mempunyai kaidah yang bersifat

  • 24

    mendasar bagi suatu antropologi yang berorentasi pada teori, yakni metodologi

    bahwa kita harus mengekplorasi ciri sistemik budaya, hal ini dikandung maksud

    bahwa kita harus mengetahui bahwa bagaimana keterkaitan antara instuisi-instuisi

    atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang

    bulat, disamping itu para fungsionalis menyatakan pula bahwa fungsionalisme

    merupakan Teoi tentang proses kultural. (Maunah: 2016).

    Perspektif Fungsionalisme fokus utamanya terhadap persyaratan fungsional

    atau kebutuhan dari suatu sistem sosial yang harus dipenuhi apabila sistem tersebut

    survive dan hubunganya dengan struktur. pandangan tersebut, suatu sistem sosial

    selalu cenderung menampilkan tugas-tugas tertentu yang diperlukan untuk

    mempertahankan hidupnya dan analisis sosiologi yang mencakup usaha untuk

    menemukan struktur sosial yang dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut atau yang

    dapat memenuhi kebutuhan sistem sosial tersebut.

    Kepala Sekolah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab utama

    terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, memberikan pelayanan terhadap siswa

    dan mampu mengarahkan setiap perangkat-perangkat sekolah dalam mencapai

    tujuan sekolah.

    C. KERANGKA BERPIKIR

    Pola kepemimpinan kepala sekolah merupakan cara untuk mempengaruhi

    dan menggerakkan perangkat-perangkat sekolah untuk bekerja dalam mencapai

    tujuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan penting dalam

    kinerja perangkat sekolah mulai dari guru, staf dan peserta didik. Kepala sekolah

    memiliki standar tugas dan fungsi yang sudah diatur dalam Menteri Pendidikan

  • 25

    Nasional Republik Indonesia yang memiliki kemampuan dan layak untuk

    memimpin sekolah. kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan

    dalam mengeluarkan kebijakan yang mampu meningkatkan prestasi sekolah.

    Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang di mana menjadi tempat proses

    pembelajaran dan sebagai sarana penanaman nilai serta mengembangkan potensi

    siswa dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik. sekolah mengajarkan cara berfikir

    ilmiah, rasional, kritis serta cenderung berfikir objektif. Sekolah juga berfungsi

    sebagai difusi budaya (cultural difussion), kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang

    kemudian diambil berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya.

    Sekolah juga menanamkan sikap, nilai dan pandangan hidup baru yang

    semuanya dapat memberikan kemudahan serta memberikan dorongan bagi

    terjadinya perubahan sosial berkesinambungan. Maka kepemimpinan kepala

    sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah harus di lakukan dalam

    meningkatkan mutu pendidikan.

  • 26

    Gambar. 2.1 Kerangka Pikir

    KEPALA

    SEKOLAH

    FAKTOR PENDORONG DAN

    PENGHAMBAT

    Faktor pendorong

    1. Motivasi dan Integritas Guru

    2. Kegiatan Ekstrakulikuler

    3. Sara dan Prasarana

    Faktor penghambat

    1. Penggunaan Sistem Sekolah Satu

    Atap dengan jenjang berbeda

    2. Persaingan penerimaan siswa

    dengan sekolah lain

    3. Rendahnya kemampuan mengajar

    guru dalam menggunakan metode

    4. Kurangnya Kesadaran dan Motivasi

    Siswa

    POLARISASI

    KEPEMIMPINAN

    KEPALA SEKOLAH

    1. Disiplin dan Tertib

    2. Pengawasan

    3. Model

    Kepemimpinan

    Demokratis

    4. Peningkatan

    kemampuan guru

    SEKOLAH

    GURU

    1. Kemampuan

    mengajar

    2. Disiplin dan

    tertib

    administrasi

    STAF SEKOLAH

    1. Disiplin dan

    integritas

    2. Kemampuan

    berkerja

    dalam urusan

    administrasi

    sekolah

    SISWA

    1. Perubahan

    perilaku

    2. Prestasi siswa

  • 27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif Deskriptif dengan

    pendekatan Fenomenologi. Menurut Creswell (2017), Penelitian Kualitatif adalah

    proses untuk memahami masalah sosial berdasarkan metodologi yang berbeda.

    Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor Penelitian Kualitatif adalah prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari

    orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi Penelitian yang terkait dengan judul penelitian yakni di SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar dengan waktu penelitian kurang lebih dua bulan

    dilaksanakan selama masa pandemi Covid 19 dengan sistem bimbingan Ofline dan

    online.

    C. Informan Penelitian

    Penelitian ini digunakan informan yang terdiri dari : 1). Informan kunci (key

    informan) : kepala sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar 2). Informan utama

    : guru, Staf Sekolah dan siswa SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

    D. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian pada Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

    memaksimalkan fungsi sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar seperti

  • 28

    dengan melihat tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan sarana prasarana serta

    faktor pendorong dan faktor penghambat.

    E. Instrumen Penelitian

    Untuk mendukung tercapainya hasil penelitian maka peneliti menggunakan

    alat bantu berupa Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh

    penelitian pada saat melakukan pengamatan langsung di lapangan, Panduan

    wawancara merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh

    peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan peneliti yang akan dijawab

    melalui proses wawancara, Catatan dokumentasi adalah data pendukung yang

    dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa

    gambar, data sesuai dengan kebutuhan penelitian, Kamera, ponsel sebagai alat

    dokumentasi setiap kegiatan peneliti dan Buku catatan, alat tulis dan laptop sebagai

    penunjang dalam penelitian ini.

    F. Jenis dan Sumber Data

    Jenis dan sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah data primer dan data

    sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang

    memenuhi kriteria penelitian melalui teknik observasi dan wawancara secara

    langsung atau melalui whatsapp secara mendalam. Sedangkan data sekunder yaitu

    sumber data yang memberikan informasi secara tidak langsung. Adapun sumber

    data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen berupa

    buku, jurnal, blog, web, dan arsip yang terkait dengan penelitian.

  • 29

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan metode sebagai berikut:

    1. Observasi

    Pengamatan menurut Sutrisno Hadi dalam Andi Prastowo (2011: 220)

    merupakan pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala

    yang tampak pada objek penelitian. Pada dasarnya teknik observasi digunakan

    untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan

    berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas perbuatan tersebut.

    Observasi dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas, keadaan dalam

    sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

    2. Wawancara

    Wawancara menurut Sugiyono (2007: 72) adalah pertemuan dua orang untuk

    bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat di kontruksikan

    makna dalam topik tertentu. Wawancara menurut Andi Prastowo (2011: 212)

    adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

    jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang

    diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

    Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Tanya jawab kepada

    Narasumber atau informan pada penelitian, yaitu Kepala Sekolah SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar.

  • 30

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi menurut Sugiyono (2007: 82) adalah catatan peristiwa yang

    sudah berlalu. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007: 216)

    dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, dokumen sudah lama digunakan

    dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai

    sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.

    Metode Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,

    seperti arsip-arsip dan buku-buku tentang pendapat, teori atau hukum yang

    berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

    penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam

    penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data yang

    bersifat dokumenter seperti foto-foto pada saat kegiatan.

    H. Teknik Analisis Data

    Penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, dengan pendekatan fenomenologi

    maka lebih banyak bersifat uraian dari hasil observasi, wawancara dan studi

    dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta

    diuraikan dalam bentuk deskriptif.

    Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Bilken dalam Moleong (2007:

    248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

    mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang

    dipelajari, dan memutusakan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

  • 31

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin

    (2003: 70) yaitu sebagai berikut :

    1. Reduksi Data (Data Reduction)

    Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

    tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan dimulai dengan

    membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis

    memo, dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak

    relevan. Contohnya yaitu membuat suatu catatan, misalnya catatan wawancara.

    Catatan tersebut dikumpulkan sampai jenuh, kemudian dipilih catatan yang

    dianggap paling relevan dan menyisihkan data yang tidak terpakai, kemudian

    dimunculkan dalam bentuk display.

    2. Display Data

    Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

    memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

    tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian

    juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

    3. Penarikan Kesimpulan

    Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa

    kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara

    display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada.

    Dalam pengertian ini analisis kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang, dan

  • 32

    terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

    verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara beruntun sebagai rangkaian

    kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data telah dianalisis, dijelaskan dan

    dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk medeskripsikan fakta yang ada di lapangan,

    pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil

    intisarinya saja.

    Berdasarkan keterangan diatas maka setiap tahap dalam proses tersebut

    dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang

    dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan data dokumentasi melalui

    metode wawancara.

    I. Teknik Pengabsahan Data

    Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data

    dari berbagai sumber dengan berbagai waktu (Wiliam Wiersma,1986). Dengan

    demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan

    waktu (Sugiyono, 2007:273).

    1. Triangulasi Sumber

    Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang

    telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh

    peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan

    kesepakatan (memberchek) dengan sumber data (Sugiyono, 2007:274). Jadi tujuan

    memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam

    penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan

    (Sugiyono, 2007:276).

  • 33

    2. Triangulasi Waktu

    Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara tergantung dengan

    kesepakatan dengan informan kapan waktu yang tepat untuk melakukan proses

    wawancara dan informan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.

    Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau

    teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data

    yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan

    kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274).

    3. Triangulasi Teori

    Memanfaatkan dua teori atau lebih untuk dipadu. Untuk itu di perlukan

    rancangan penelitian, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap. Dengan

    demikian akan dapat memberikan hasil yang lebih komperhensih. (Bachir : 2010).

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, waktu dan

    teori. Triangulasi dengan memanfaatkan sumber artinya membandingkan dan

    mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

    dan teori yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Triangulasi dalam penelitian

    ini yaitu membandingkan hasil wawancara dari informan atau narasumber yang

    menjadi subjek penelitian dengan objek penelitian, kemudian dibuktikan dengan

    pengamatan peneliti dilapangan dan dikuatkan melalui cerita, dokumen atau arsip

    tertulis.

  • 34

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah SMP Muhammadiyah 12 Makassar

    Setelah Muhammadiyah berdiri di awal tahun 1980-an, dalam rangka

    memenuhi tujuan pendidikan Muhammadiyah yakni terbentuknya manusia muslim

    yang berakhlak mulia, cakap terampil dan berguna bagi masyarakat terhadap dunia

    pendidikan, maka pengurus Muhammadiyah Ranting Tidung merasa terpanggil

    jiwanya untuk mendirikan sekolah sebagai amal usaha Muhammadiyah di bidang

    pendidikan. Dibawah koordinasi Alm. Drs. H.M Hasyim Hamzah, SH., selaku

    ketua ranting Muhammadiyah dan H. Abdul Razak MT, BA selaku ketua

    Dikdasmen kota Makassar, maka dibentuklah panitia pembangunan sekolah pada

    tahun 1981 yang diketuai oleh Bapak H.M. Nasrum.

    Panitia memperoleh tanah wakaf dari Bupati Gowa Let. Kol. Mas’ud yang

    seluas ±60 x 40 M2 dijalan Bonto Dg. Ngirate kecamatan Rappocini. Panitia

    mengupayakan kepada pemerintah daerah agar diberikan bantuan berupa gedung

    kepada Muhammadiyah Daerah Kota Makassar secara serentak. Maka berdirilah 3

    komponen jenjang pendidikan di kompleks ini yaitu SD, SMP dan SMA. Pada

    tahun ajaran 1982/1983, tanggal 18 Juni 1983 SMP Muhammadiyah 12 Makassar

    berdiri dengan menerima siswa baru sebanyak ± 60 orang siswa sebagai angkatan

    pertama. Hingga pada tahun 2015-2016 sekolah ini mengalami beberapa pergantian

    kepala sekolah:

  • 35

    1. Drs. Harun Masruni Periode tahun 1983 - 1984

    2. H.M Abd. Razak MT, BA Periode tahun 1984 – 1986

    3. Amin Rauf B, BA Periode tahun 1986 – 1999

    4. Dra. Hj. Shafiah Andi Patongai Periode tahun 1999 – 2006

    5. Athifah Nur, BA, S.Pd.I Periode tahun 2006 – 2016

    6. Nurmiati Halim, S.Ag Periode tahun 2016 –

    Sekarang.

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar ini terletak

    di Jl.Bonto Dg.Ngirate, No.22, Kel. Bonto Makkio. Dalam lokasi sekolah ini,

    terdapat 3 lembaga pendidikan di dalam satu lokasi yakni SMA Muhammadiyah 9

    Makassar, SMP Muhammadiyah 12 Makassar, dan SD Perumnas.

    Visi misi yang berjalan optimal akan tercapai tujuan yang dicitakan sesuai

    rumusan visi misi, tanpa visi misi kegiatan di sekolah tidak akan berjalan secara

    optimal dan terarah. Hal tersebut akan membahayakan kelangsungan prestasi suatu

    sekolah. Oleh karena itu visi misi perlu bagi sebuah sekolah.

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar selalu

    menjunjung Sami’na Wa’atho’na terhadap aturan pemerintah dalam hal ini Dinas

    Pendidikan Nasional yang selalu mengalami perubahan dan pergeseran dari waktu

    ke waktu. Dari tahun ketahun SMP Muhammadiyah 12 Makassar mengalami

    kemajuan dan perkembangan, meskipun lambat tapi pasti hal ini amat

    menggembirakan dengan semakin meningkatnya minat orang tua untuk

    mempercayakan kepada pihak sekolah untuk membina dan mendidik putra-putri

    mereka di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

  • 36

    Pendidikan di wilayah perkotaan khususnya masih rendah karena program

    pemerataan pendidikan belum membuat SMP Muhammadiyah 12 Makassar

    mendapatkan pendidikan yang layak. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh

    dalam dunia kerja, terutama pada era modern ini untuk mencari pekerjaan tidaklah

    mudah karena yang berpendidikan tinggi saja masih banyak yang menganggur.

    Penerimaan siswa baru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar dilaksanakan

    dengan cara para peserta didik yang ingin mendaftarkan diri di SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar mengambil formulir dan mengisi formulir tersebut,

    dilengkapi dengan lampiran berupa kartu keluarga dan akta kelahiran. SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar menerima siswa baru dengan melakukan ujian seleksi

    dan yang dinyatakan lulus seleksi maka akan diterima sebagai murid baru di SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar. Sebagian kecil ialah siswa pindahan dari sekolah

    lain.

    B. Keadaan Lingkungan Sekolah

    Lingkungan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar terbangun interaksi sosial

    yang sangat harmonis dan rukun satu sama lain, saling menghargai dan

    menghormati sehingga tercipta lingkungan yang kondusif, aman, tentram dengan

    menjunjung tinggi nilai-nilai kegotongroyongan. Masih jauh dari kata modern dan

    kehidupan kota sehingga kehidupan perkotaan masih sangat terasa.

    SMP Muhammadiyah 12 Makassar sendiri memiliki lingkungan yang

    agamis. Sehingga Interaksi sosial yang ada di sekolah masih sangat terjalin dengan

    baik. Interaksi antara siswa dan guru sangat baik begitupun dengan kepala sekolah,

  • 37

    wakil kepala sekolah dan yang lainnya termasuk masyarakat yang ada dilingkungan

    SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

    Saat Peneliti melakukan melakukan penelitian merasa sangat nyaman,

    interaksi yang terjadi sangat baik dan ramah-ramah penduduknya, begitupun

    dengan warga sekolah. Terlihat pada saat melakukan penelitian masih menyambut

    dengan baik warga sekolah dan penduduk yang ada disana. Peneliti merasa

    kehidupan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar nyaman, kekeluargaan, hubungan

    kekerabatan yang sangat erat dan kompak.

    Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di SMP Muhammadiyah 12

    Makasssar berawal dari jam 07 : 15 – 12 : 30, yang selalu diawali dengan pembacaan

    Al- Qur’an (Tadarrus) ± 5 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai,

    begitupun di akhir pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan shalat dzuhur

    secara berjamaah.

    Kegiatan ini merujuk pada visi misi Sekolah. Visi misi merupakan keperluan

    pemangku kepentingan dalam mengelola sekolah, dengan harapan visi misi yang

    ada di Sekolah dapat dijadikan sebagai panduan semua kegiatan proses

    pembelajaran baik akademik atau non akademik. Sebab semua kegiatan akademik

    atau non akademik bermuara dari visi misi sekolah.

    Sekolah Menengah Sekolah (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar sendiri

    tentu mempunyai visi misi yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan pendidikan

    dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

    pada Bab 2 pasal 3 di mana visi misi SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebagai

    berikut :

  • 38

    1. Visi

    Menciptakan lulusan yang unggul dalam Imtaq dan Iptek.

    2. Misi

    a. Melakukan peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

    b. Membentuk pribadi Muslim yang berakhlakul karimah dan memiliki

    kepedulian sosial.

    c. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

    d. Mengoptimalkan kegiatan pembinaan ortom.

    e. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,

    sehingga dapat berkembang secara optimal.

    Mutu sekolah sangat bergantung pada proses pembelajaran ini yang ditunjang

    oleh penyediaan fasilitas oleh sekolah, baik dalam bentuk fisik (sarana dan

    prasarana) maupun kompetensi tenaga pengajar. Semakin baik fasilitas sekolah, dan

    kualitas tenaga pendidik dan kependidikan akan menghasilkan sumber daya

    manusia yang berkualitas dan berprestasi bagi Sekolah. SMP Muhammadiyah 12

    Makassar memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang menunjang dan sarana

    prasarana dalam proses belajar mengajar.

    1. Guru

    Guru bertugas sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran dan disinilah

    kreatifitasnya dituntut untuk memberikan inovasi – inovasi dalam proses

    pembelajaran sehingga, belajar memberi kesenangan yang berbeda dan siswa akan

    merasa kerasan di sekolah dan tidak takut belajar.

  • 39

    Keadaan Guru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar memliki latar belakang

    sosial dan pendidikan yang berbeda. Jumlah guru di SMP Muhammadiyah 12

    Makassar 16 orang yang terdiri dari guru honor 3 orang, guru tetap yayasan 12

    orang dan PNS 1 orang, status guru yagn beragam mempengaruhi pelaksanaan

    proses belajar mengajar di sekolah. Mulai dari pada intensitas kehadiran sampai

    pelaksaanan proses belajar mengajar pun berbeda misakan guru honor di SMP

    Muhammadiya 12 Makssar mereka memiliki jam mengajar di sekolah lain sehingga

    intensitas kehadiran di sekolah tidak setiap hari. Ketersedian tenaga pendidik di

    SMP Muhammadiyah 12 Makassar cukup dan seimbang dengan jumlah sisiwa dan

    jam mengajar.

    2. Staf Sekolah

    Staf sekolah merupakan pegawai non guru yang bertugas dalam Tata Usaha

    merangkap pegawai Perpustakaan, dan penjaga Sekolah. Sedangkan diluar struktur

    sekolah. SMP Muhammadiyah 12 Makassar memiliki tenaga administrasi dua

    orang pelayanan administrasi sekolah selalu berjalan lancar dengan mulai dari

    pelaporan-pelaporan sekolah administrasi siswa. Staf Sekolah SMP

    Muhammadiyah merupaka tenaga honorer dan tenaga kontrak yayasan.

    3. Siswa

    Siswa, sebagai pelaksana pendidikan yang berhak mendapatkan pelayanan

    dari pihak sekolah. Keadaan siswa di SMP Muhammadiyah Berdasarkan data

    sekolah bahwa jumlah peserta didik 107 orang yang terdiri dari laki-laki 65 orang

    dan perempuan 42 orang. Rata-rata usia peserta didik 6-15 tahun, usia ini

    merupakan usia ideal bagi sesorang di tingkat sekolah menengah pertama.

  • 40

    Siswa SMP Muhammadiyah 12 Makssar semuanya beragama Islam dan

    memiliki latar belakang keluarga yang berbada baik itu mulai dari segi pendapatan

    orang tua dan lingkungan sosial sehingga terjadi kebaragaman di lingkungan

    sekolah. Ha ini mengakibatkan ada klaster-kalaster di lingkungan sekolah. Namun

    pada saat proses pembelajaran mulai semua siswa tertib dan di siplin dalam

    mendengarkan pelajaran. Di sampaing itu siswa berperan aktif dengan kegiatan-

    kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

    4. Saran dan Prasarana SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

    Sekolah membutuhkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung

    berlangsungnya proses pendidikan. Jadi, sarana dan prasarana suatu alat yang

    memiliki peran penting untuk kelancaran dan keberhasilan suatu proses dalam

    ruang lingkup pendidikan. Sarana prasarana harus terpenuhi guna untuk

    menyelenggarakan kegiatan agar lebih mudah dalam berlangsungnya kegiatan

    tersebut. SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam miningkatkan proses belajar

    mengajar maka harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dari

    hasil observasi yang dilakukan SMP Muhammadiyah 12 Makssar keadaan sarana

    dan prasarana masih dalam keadaan baik. Mulai dari ruang kantor, laboratorium

    IPA Laboratorium Komputer, perpustakaan, Musallah. SMP Muhammadiyah 12

    Memiliki 6 ruang kelas yaitu kelas VII terdiri dari kelas VII A dan VII B, kelas VIII

    terdiri dari VIII A dan VIII B dan Kelas IX terdiri dari Kelas IX A dan IX B ini

    seimbang dengan jumlah siswa di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

    Keadaan Sarana yang menunjang proses pembelajaran masih kurang seperti

    ketersedian LCD dan media-media belajar yang lain. Selain itu ketersedian Buku-

  • 41

    buku di perpustakaan juga masih kurang tetapi Buku-buku yang digunakan sesuai

    dengan kurikulim yang di terapkan di SMP Muhammadiyah 12. Selain itu ada

    sarana-sarana penunjang dalam kegiatan ekstrakulikuler yaitu SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar memiliki lapangan, dan ruangan pencak silat selain

    itu alat-alat pun tersedia namun masih terbatas.

  • 42

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi

    Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

    Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan suatu proses menggerakkan,

    mengarahkan dan mengendalikan anggota organisasi serta mendayagunakan

    seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan.

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar merupakan

    amal usaha Muhammadiyah tentu ada upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah

    melalui strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh

    sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan.

    Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan antara lain melalui

    kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas,

    kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas serta tradisi dan perilaku warga sekolah secara

    kontinyu dan konsisten, sehingga tercapai fungsi sekolah secara maksimal.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu N.H (47) mengenai upaya-upaya

    yang dilakukan oleh kepala sekolah SMP Muhamadiyah 12 Makassar

    “Kami selalu membiasakan disiplin dan gembangan nilai-nilai Islami di

    ilingkungan sekolah, terlihat dari pembiasaan yang dilakukan dengan

    bertumpu pada Visi Misi sekolah SMP Muhamadiyah 12” (Wawancara, N.H.

    08/09/2020)

  • 43

    Ibu N.H (47) mengatakan bahwa dalam kepemimpinannya selalu berdasarkan

    visi misi sekolah dan SMP Muhammadiyah merupakan Amal usaha

    Muhammadiyah sehingga setiap merumuskan program kerja harus sesuai dengan

    visi misi dan organisasi Muhammadiyah. Maka upaya yang dilakukan adalah

    pembiasaan Nilai-nilai keislaman di lingkungan sekolah.

    Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tanggungjawab penuh dalam

    menjalankan organisasi sekolah, mulai dari perencanaan program,

    pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan sebagai usaha dalam

    pengevaluasian. Dalam menjalankan kepemimpinan kepala sekolah SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar mempunyai pola-pola dalam menyusun strategi dan

    program sesuai dengan keadaan sekolah yaitu tenaga pendidik dan kependidikan,

    siswa dan sarana prasarana.

    a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

    Dari hasil Observasi yang dilakukan bahwa keadaan tenaga pendidik dan

    kependidikan intensitas kehadiran mereka di sekolah kurang dan tidak setiap hari

    mereka hadir di sekolah ada guru yang kesekolah hanya pada saat ada jam pelajaran

    apa lagi dalam keadaan pademi Covid 19 sehingga sebagaian guru melakukan

    pembelajaran daring. Tetapi ada juga yang datang kesekolah untuk melakukan

    pembelajaran secara langsung. (Observasi/21/9/2020).

    Hal ini dipertegas lagi dengan hasil Wawamcara peneliti dengan kepala

    sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar ibu N.H(47).

    “kalau tenaga pendidik memang hampir sebagian besar guru di SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar memiliki jam mengajar di sekolah lain. Tetapi

  • 44

    kalau ada jam mengajarnya di sekolah pasti datang kecuali guru PNS dan

    guru tetap di sekolah pasti dia datang terus” (Wawancara, N.H. 08/09/2020)

    Senada dengan apa yang di katakan oleh bapak FM (30). Sebagai guru seni

    budaya.

    “iya saya punya jam di sekolah lain tetapi saya selalu datang dan

    memberikan pelajaran bagi ketika ada jam mata pelajaran di

    sekolah”(wawancar FM 24/09/2020)

    Dari hasil Observasi dan wawancara bahawa kehadiran guru di sekolah sangat

    kurang karena di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ada bebarapa guru yang

    mempunyai jam pelajaran di sekolah lain sehingga mereka datang kesekolah itu

    ketika ada jam pelajaran. Tetapi di pertegas ibu NH bahwa guru yang tidak

    mempunyai jam pelajaran di sekolah lain harus selalu datang kesekolah. Di SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar juga ada perbedaan status guru, ada guru honorer dan

    PNS. Tatapi dengan ketegasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sehingga semua

    tenaga pendidiki dan kependidikan tetap terlaksana tugasnya.

    Hal ini dipertegas lagi dengan hasil Wawancara peneliti dengan kepala

    sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar ibu N.H(47).

    “ya walaupun ada guru yang mempunyai jam mengajar di sekolah lain saya

    membolehkan karena mereka juga punya kebutuhan yang lain tetapi saya

    tegasi pada saat ada jam pelajaran di sekolah harus hadir dan selalu saya

    mengontrol setiap kegiatan pembelajaran dan perangkat-perangkat

    pembelajaran mereka” (Wawancara, N.H. 08/09/2020).

    Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu N

    sebagai kepala staf tata usaha sekolah.

    “kepala sekolah sangat disiplin dan tertib orangnya, tegas, sangat percaya

    diri, jujur, amanah dan baik dan tidak membeda-bedakan status guru

    semuanya sama”(Wawancara, N.10/09/2020)

  • 45

    Dari Hasil wawacara diatas bahwa Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 12

    Makassar dalam kepemimpinannya menjunjung tinggi kedisiplinan dan tertib pada

    aturan sekolah dan administrasi-administrasi sekolah, dengan bersikap tegas oleh

    kepala sekolah memberikan dapampak positif sekolah dalam pelaksanaan proses

    pembelajaraan, karena memang pada hakikatnya seorang pemimpin yang baik

    harus bisa memberikan panutan kepada bawahannya, begitu juga yang harus

    dilakukan oleh tenaga pendidik dan kependidikan.

    Kepala Sekolah harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada warga

    sekolah melalui proses pembelajaran, maka tugas pengawasan oleh kepala sekolah

    harus di maksimalkan mulai dari kehadiran, model pembelajaran, memberikan

    inovasi – inovasi dan perangkat-perangkat pembelajaran.

    Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 12

    Makassar ibu N.H (47).

    “saya selalu mengntrol setiap proses pembelajar, perangkat-perangkat

    pembelajaran guru, mulai dari silabus, RPP dan jadwal megajar guru”

    (Wawancara, N.H. 08/09/2020).

    Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu N.I.M (29).

    sebagai guru mata pelajaran bahasa inggris.

    “kepala sekolah selalu melakuna pengawasan tentang perangkat-perangkat

    pembelajaran, seperti menanyakan tentang RPP, Laporan nilai dan kalau

    ada guru yang telat masuk kelas ibu selalu mengingatkan” (Wawancara,

    N.I.M.10/09/2020.

    Dari hasil wawancara diatas bahwa kepala sekolah menjalakan tugas

    pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja dari Guru dalam melaksanakan proses

    belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar guru harus menggunakan

  • 46

    Rancangan Proses Pembalajar (RPP) sabagai pedoman, selain itu guru juga harus

    memiliki kemampuan dengan menerapkan model pembalajaran yang kreatif dan

    inovati agar siswa tidak bosan dalam menerima pelajaran.

    Gambar : 5.1. Pengawasan langsung Kepala Sekolah terhadap administrasi

    sekolah dan perangkat pembelajaran guru.

    Pengawasan merupakan tugas pokok yang dijalankan oleh kepala sekolah

    untuk melihat bagaimana kinerja dari tenaga pendidik dan kependidikan agar setiap

    tenaga pendidik dan kependidikan lebih menunjukan integritas dalam bekerja. Guru

    sebagai pendidik harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses belajar

    mengajar.

    Hasil wawancara peneliti dengan ibu N.H (47) sebagai kepal sekolah SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar.

    “kalau kemapuan dari para guru semua memiliki standar dan mampu

    melaksanakan tugas-tugasnya. Dan kalau model-model pembelajarankan

    pasti di upgreid terus seperti “Mendorong atau mengikutkan guru dalam

    kegiatan workshop/MGMP baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun

    sekolah itu sendiri”” (Wawancara, N.H. 08/09/2020)

    Tambahan dari Ibu N.H (47).

    “saya, selalu melakukan supervisi baik secara langsung melihat PBM

    maupun cara wawancara dengan guru yang bersangkutan setiap semester

    atau minimal 2x dalam setiap tahun ajaran”(Wawancara, N.H. 08/09/2020)

  • 47

    Ibu N.H (47) mengatakan bahwa ada berbagai upaya yang dilakukan oleh

    kepala sekolah dalam meningkatkan kulialitas dari tenaga pendidik yaitu

    Mendorong atau mengikutkan guru dalam kegiatan workshop/MGMP baik yang

    dilakukan oleh pemerintah maupun sekolah itu sendiri karena guru merupakan hal

    yang sentaral dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga kemampuan guru

    harus di tingkatkan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat selain itu kepala

    sekolah selalu melakukan supervisi sebagai bentuk evaluasi dalam pelaksanaan

    proses belajar mengajar.

    Kepemimpinan Kepala Sekolah juga tidak terlepas pada pengambilan

    keputusan dalam setiap penentuan kebijakan dan program kerja. Hasil wawancara

    yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu N.H (47). sebagai kepal sekolah SMP

    Muhammadiyah 12 Makassar

    “Oh iya, dalam menetapkan program kerja atau kebijakan saya selalu

    melibatkan guru-guru dan staf sekolah untuk memberikan pendapat,

    masukan, yang sesuai dengan kebutuhan sekolah”(Wawancara, N.H.

    08/09/2020).

    Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu N

    (51) Kepala Tata usaha SMP Muahammadyah 12 Makassar.

    “Ibu selalu melibatka kami dalam merencanakan program kerja dalam

    menetapkan keputusan sehingga kami tau proses pelaksanaan, apa

    hambatan-hambatanya dan ibu sealalu siap memberikan soslusi ketika ada

    masalah. ”(Wawancara, N.08/09/2020).

    Ibu N.H (47) mengatakan bahwa selalu melibatan tenaga pendidik dan

    kependidikan dalam me