Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM
PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH
DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA)
MUHAMMADIYAH TUNTANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Arif Dwi Susianto
NIM. 111-14-172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
نسان لفي خسر ﴾١﴿والعصر الحات ﴾٢﴿إن ال إل الذين آمنوا وعملوا الص﴾٣﴿وت واصوا بالحق وت واصوا بالصبر
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.”(Q.S Al-Asr: 1-3).
vii
viii
KATA PENGANTAR
السلا م عليكن ورحمةالله وبركاته
Alhamdulillah Robil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-
Nya yang lemah tiada daya dan kekuatan kecuali atas ijin dari-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pola
Kepemimpinan Pengasuh Dalam Pembentukan Karakter Anak Asuh Di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Tuntang”
Shalawat berbingkai salam semoga senantiasa tercurah kepada
seorang tokoh revolusioner, seorang pemimpin yang tak berdasi, beliau
adalah habibana wanabiyana Muhammad saw, sebagai nabi akhir zaman
yang mampu memberikan syafa‟at kepada seluruh umatnya. Besar harapan
agar dapat menjadi salah satu golongan umat yang mendapat syafa‟atnya
di hari kiamat nanti. Amin.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali ujian dan cobaan yang
penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi M.Pd, Ketua IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi M.Pd, Ketua Dekan Tarbiyah IAIN Salatiga
3. Ibu. Hj. Siti Rukhayati M.Ag, Dosen Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
ix
x
ABSTRAK
Susianto, Arif Dwi. 2018. Pola Kepemimpinan Pengasuh dalam Pembentukan
Karakter Anak Asuh di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
Muhammadiyah Tuntang . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Drs. H. Bahroni, M.Pd.
Kata Kunci: Pola Kepemimpinan dan Karakter
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepemimpinan
pengasuh dalam pembentukan karakter pada anak asuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Tujuan ini penulis ambil berdasarkan latar
belakang anak asuh di LKSA tersebut yang karakternya masih kurang
jika dilihat dari perilaku mereka sehari-hari. Rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu: (1) Pola kepemimpinan seperti apa yang pengasuh
terapkan. (2) Bagaimana karakter anak asuh. (3) Bagaimana pengasuh
membentuk karakter anak asuh. (4) Hambatan apa saja yang dialami.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field
research) dengan metode kualitatif. Teknik dalam pengumpulan data
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian
adalah pengasuh dan anak asuh LKSA.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) kepemimpinan
yang diterapkan pengasuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang adalah
demokratis yang tegas. Apapun yang dilakukan pengasuh atas
persetujuan dari pengurus dan dalam mendidik anak tegas. (2)
Karakter yang dimiliki anak asuh adalah rendah dalam hal akhlak dan
kedisiplinan dikarenakan keadaan anak yang masih labil, masih
mengikuti kehendaknya sendiri sehingga tanggungjawabnya belum
ada. (3) Dalam pembentukan karakter pengasuh menerapkan
pendidikan akhlak dan kedisiplinan yang harus menjadi kebiasaan
anak asuh agar ketika kembali ke lingkungan masing-masing bisa
menjadi anak yang bermanfaat. (4) Hambatan bagi pengasuh dalam
pembentukan karakter adalah anak yang sulit diatur yang memiliki
usia dan latar belakang berbeda baik dari orang tua, lingkungan
maupun orang lain, maka pengasuh bertindak tegas bagi siapapun,
terutama dalam pemberian hukuman bagi mereka yang menghambat
menuju kebaikan.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. v
MOTTO ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
E. Definisi Operasional ......................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 13
A. Pengertian Kepemimpinan…. ........................................................... 13
B. Pola Kepemimpinan........................................................................... 18
C. Pengertian Pembinaan……………………………………………… 24
xii
D. Pendidikan Karakter………………………………………………... 25
E. Pengasuh dan Anak Asuh…….......................................................... 27
F. Lembaga Kesejahteraan SosialAnak (LKSA)…............................... 27
G. Kajian Terdahulu……………........................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31
A. Jenisdan Pendekatan………………................................................ 31
B. Lokasi dan Waktu…………………..…........................................... 32
C. Kehadiran Peneliti……… ……………………………………........ 33
D. Sumber Data….…………................................................................ 33
E. Prosedur Pengumpulan Data……..................................................... 34
F. Analisis Data…………………………............................................. 37
G. Pengecekan Keabsahan Data............................................................. 39
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA…… .................................... 40
A. Gambaran Umum LKSA……………………………....................... 40
1. Letak Geografis……………………………………………….... 40
2. Visidan Misi……………………................................................ 40
3. Struktur Kepengurusan…............................................................ 41
4. Saranadan Fasilitas…….............................................................. 42
5. Daftar Anak Asuh……………………………............................ 43
6. Jadwal Harian………………………........................................... 44
7. Jadwal Piket……......................................................................... 45
B. Hasil Temuan Penelitian……………………………........................ 47
1. Pola Kepemimpinan Pengasuh LKSA........................................ 47
xiii
2. Karakter Anak Asuh LKSA......................................................... 50
3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membentuk Karakter Anak
Asuh............................................................................................ 53
4. Hambatan dalam Membentuk Karakter Anak............................ 55
C. Analisis Data..................................................................................... 58
1. Pola Kepemimpinan Pengasuh LKSA........................................ 59
2. Karakter Anak Asuh LKSA......................................................... 60
3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membentuk Karakter Anak.... 62
4. Hambatan dalam Membentuk Karakter Anak............................. 64
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 66
A. Kesimpulan ....................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Transkrip Wawancara
Lampiran 2 : Dokumentasi
Lampiran 3 : Tata Tertib
Lampiran 4 : Surat Ijin Melakukan Penelitian
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi
Lampiran 6 : Daftar Nilai SKK
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Allah SWT
berbeda dengan makhluk yang lain. Namun dengan kesempurnaan itu
manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, manusia dituntut untuk berfikir. Di
sisi lain Allah SWT juga menyuruh hamba-Nya untuk beribadah sebagaimana
yang telah dituliskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Dzariyat ayat 56:
عبدون نس إل لي وما خلقت الجن وال“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan mereka
beribadah kepada-Ku”.
Dalam perspektif ayat ini, tujuan manusia muslim adalah beribadah
kepada Allah SWT, yaitu melakukan segala amal perbuatan yang tidak
dilarang agama dan diniatkan untuk beribadah mencari ridho Allah SWT.
Berkaitan dengan kepemimpinan, manusia dalam hal ini telah
disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30:
وإذ قال ربك للملئكة إني جاعل في الرض خليفة
2
“Dan ingatlah ketika Allah berkata kepada malaikat, sesungguhnya
Aku (akan) menjadikan di muka bumi seorang khalifah”!
Manusia sebagai makhluk berdimensional memiliki peran dan
kedudukan yang sangat mulia.Manusia memiliki eksistensi dalam hidupnya
sebagai khalifah.Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan
eksistensi tersebut. Manusia ditetapkan sebagai khalifah yang berarti sebagai
pengganti generasi sebelumnya ataupun seorang nabi dan penerus misi
sebelumnya. Khalifah disini diartikan sebagai pemimpin. Dan dimana ada
pemimpin maka ada yang dipimpin. Maka ketika membahas antara keduanya
tentu sangat erat hubungannya. Tidak hanya dalam satu aspek saja, namun
dalam berbagai aspek masuk dalam hubungan kepemimpinan.Sebagaimana
yang telah kita ketahui bersama di lembaga-lembaga nonformal seperti
pondok pesantren, asrama, yayasan, panti asuhan, dan lain-lain.
Salah satu lembaga nonformal adalah LKSA Muhammadiyah
Tuntang, yaitu lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat
dalam memajukan pendidikan negara. Sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Dasar1945 salah satu tujuan negara adalah “mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Dalam hal ini LKSA ini ikut andil sebagai lembaga sosial
yang mewadahi masyarakat kalangan menengah ke bawah dalam
mewujudkan tujuan negara.
3
LKSA Muhammadiyah Tuntang terletak di Jl.Fatmawati no 96
Tuntang. Lembaga ini berada di bawah naungan Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM) Kab. Semarang yaitu beliau Bapak Moh. Saerozi.
M.Ag. Lembaga ini juga tercatat di Dinas Sosial Kab. Semarang sebagai salah
satu lembaga yang terakreditasi A. Dengan akreditasi A tersebut lembaga ini
menjadi acuan lembaga-lembaga sosial se-Jawa Tengah. Tentu dengan
dipercayanya lembaga ini sebagai acuan bagi lembaga-lembaga yang lain,
lembaga ini mempunyai nilai tersendiri baik dalam hal fisik maupun nonfisik.
Untuk bisa menjadi lembaga yang sehebat itu tentu diawali dengan
kerja keras dari berbagai komponen.Baik itu dari anak asuh, pengasuh,
pengurus bahkan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) pun ikut
berkontribusi. Ketika dari semua komponen tersebut mampu menjalin korelasi
yang baik dan maksimal sudah barang tentu hasilnya akan memuaskan.
Karena di Muhammadiyah memiliki pedoman turun temurun dari KH.Ahmad
Dahlan yaitu “Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di
Muhammadiyah”. Pedoman inilah yang digalakkan oleh pimpinan-pimpinan
Muhammadiyah untuk membantu pemerintah dalam memajukan negara lewat
Muhammadiyah.Salah satunya adalah dengan berkiprah di LKSA
Muhammadiyah Tuntang.
Sejak lembaga ini didirikan hingga sekarang tentu mengalami
regenerasi dan pergantian pimpinan atau pengasuh. Pada periode 2018 ini
4
LKSA Muhammadiayah Tuntang dipimpin atau diasuh oleh Ustadz
Muhammad Taufik.S.Pd.I. Dari kepemimpinan beliau harapannya LKSA
tersebut mampu menjadikan lembaga ini menjadi lembaga yang maju, baik
dari segi SDM maupun dari segi manapun. Terutama jika dipandang dari
perkembangan zaman yang perlu dan harus memiliki perhatian khusus adalah
perkembangan pendidikan karakter anak asuh.
Dalam memimpin organisasi maupun perkumpulan sangat tidak
mudah. Seorang pemimpin dalam mendidik anak tidak hanya dibutuhkan anak
yang pintar, tetapi juga baik akhlaknya. Anak yang pintar saja tetapi tidak
baik akan menghasilkan orang yang berbahaya, karena dengan kepandaiannya
ia bisa menjadikan kerusakan dan kehancuran. Setidaknya pendidikan masih
lebih bagus mencetak orang baik walaupun tidak pintar, karena paling tidak
dengan tipe ini akan memberikan suasana kondusif, karena ia memiliki
akhlakyang baik. Thomas Stanley (Hidayatullah, 2009: 1) mengemukakan
lima faktor teratas yang dianggap paling berperan dalam keberhasilan, yaitu:
1. Jujur pada semua orang
2. Menerapkan disiplin
3. Bergaul baik dengan orang lain
4. Memiliki suami atau istri yang mendukung
5. Bekerja lebih giat daripada kebanyakan orang
5
Dari penjelasan di atas tentang faktor yang paling berperan dalam
keberhasilan seseorang sudah diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang
sejak dulu didirikan. Jujur, disiplin, menghormati orang lain dan giat dalam
hal apapun sudah menjadiciri khas bagi anak asuh sejak LKSA ini didirikan.
Masyarakat sekitar dan para donatur pun sudah memeberikan kepercayaan
kepada LKSA tersebut dalam hal mendidik anak. Bahkan saking percayanya,
ada dari beberapa donatur yang berniat menyekolahkan anak-anak lulusan
SMA atau SMK di LKSA Muhammadiyah Tuntang untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi tanpa biaya sedikit pun. Dari pengalaman tahun-
tahun yang lalu banyak anak asuh dari LKSA Muhammadiyah Tuntang yang
melanjutkan ke perguruan tinggi dengan beasiswa dari donatur maupun
beasiswa prestasi.
Dari hal di atas bisa kita simpulkan bahwa LKSA Muhammadiyah
Tuntang memang mendapat nilai plus tersendiri. Hal tersebut tentu tidak lepas
dari peran pemimpin. Pemimpin yang baik akan melahirkan generasi yang
baik pula dan pemimpin yang buruk akan melahirkan generasi yang buruk
pula.
Oleh karena itu, pada kepemimpinan yang sekarang ini tentu harus
dapat meneruskan jejak para pemimpin terdahulu. Terutama yang menjadi
sorotan awal oleh orang luar atau masyarakat sekitar adalah akhlak (karakter).
Namun yang terjadi dari kepemimpinan saat ini adalah berbanding terbalik
6
dari apa yang diharapkan. Pengasuh sudah berusaha untuk selalu memberikan
contoh yang baik kepada anak asuhnya, bahkan sampai menganggap anak
asuhnya seperti anak sendiri. Tetapi sungguh sangat disayangkan apa yang
diberikan anak asuh tidak seperti apa yang diberikan pengasuh kepada
mereka. Dalam artian anak asuh belum bisa memposisikan dirinya sebagai
anak asuh. Bagaimana seorang anak asuh bersikap kepada pengasuh,
pengurus, bahkan kepada orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari dari kehidupan anak asuh dapat dilihat
perkembangannya, lebih baik atau menjadi lebih buruk. Harapannya
perkembangan yang terjadi adalah kebaikan, namun justru sebaliknya,
kejelekan yang terjadi. Terutama perubahan karakter pada diri anak asuh.
Sebagai contoh, perilaku anak asuh dalam berkomunikasi dengan pengasuh
atau orang yang lebih tua dianggap seperti teman sendiri, tidak ada rasa ewuh
pekewuh atau rasa hormat. Bahkan ada dari sebagian anak yang ketika diberi
tahu oleh pengasuh malah membantah dan mengajak bercanda. Begitu pula
dengan akhlak anak asuh dalam kehidupan sehari-hari.
Seharusnya sebagai anak asuh harus patuh kepada pengasuh, apa yang
diperintahkan harus dilaksanakan. Hubungan pengasuh dengan anak asuh di
sini sama dengan hubungan antara orang tua dengan anaknya. Bisa dikatakan
status antara pengasuh dengan anak asuh adalah keluarga. Jadi ironis sekali
jika anak asuh tidak patuh dan taat kepada pengasuhnya. Hal ini belum
7
diketahui sebabnya, apakah ini dampak dari pola kepemimpinan sebelumnya
atau dampak dari penerapan pola kepemimpinan saat ini. Namun berdasarkan
observasi peneliti bahwa problem yang terjadi di LKSA Muhammadiyah
Tuntang adalah anak asuh tidak patuh terhadap pengasuh, menyepelekan
nasehat dari pengasuh dan pengurus, bertindak sesuai keinginannya sendiri
(tidak mau diatur), tanggungjawabnya kurang baik terhadap diri sendiri atau
lingkungan LKSA, terhadap sesama teman saling mengejek, dan sering
melanggar aturan yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyelesaikan
masalah melalui penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul “POLA
KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER
ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK
(LKSA) MUHAMMADIYAH TUNTANG ”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh di LKSA Muhammadiyah
Tuntang tahun 2018?
2. Bagaimana karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun
2018?
3. Bagaimana kepemimpinan pengasuh dalam membina karakter anak asuh
di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018?
8
4. Bagaimana hambatan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di
LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pola kepemimpinan pengasuh di LKSA Muhammadiyah
Tuntang tahun 2018.
2. Mendeskripsikan karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang
tahun 2018.
3. Mendeskripsikan kepemimpinan pengasuh dalam membina karakter anak
asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.
4. Mendeskripsikan hambatan pengasuh dalam membina karakter anak asuh
di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis
a. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan tentang pola kepemimpinan
pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang dalam meningkatkan
kualitas pendidikan formal maupun informal.
b. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan atas pola kepemimpinan.
c. Sebagai bacaan atau referensi bagi anak asuh LKSA Muhammadiyah
Tuntang terkait pembinaan karakter anak.
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga, sebagai revolusi pembenahan sistem pendidikan
karakter terhadap anak asuh. Yang mana menjadi wawasan baru bagi
pengurus dan pengasuh guna membenahi pola kepemimpinan dalam
menghadapi berbagai karakter anak asuh yang berbeda dalam satu
lingkungan yang sama.
b. Bagi anak asuh, sebagai hasil dari pola kepemimpinan pengasuh yang
mana anak asuh diharapkan mampu memberikan kontribusi
bagaimana menilai, menanggapi, menumbuhkan dan membentuk
karakter diri sendiri terhadap lingkungan .
c. Bagi masyarakat, sebagai motivasi kepada masyarakat terhadap
kepekaan sosial. Sehingga menumbuhkan semangat untuk saling
berkontribusi dan bertanggungjawab terhadap kehidupan di
lingkungan sekitar.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul diatas,
maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan pada judul
penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pola Kepemimpinan
Pola dalam KBBI yaitu sistem : cara kerja pada pemerintah atau
organisasi. Pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Kepemimpinan
10
adalah proses perilaku untuk memenangkan hati, pikiran, emosi dan
perilaku orang lain untuk berkontribusi terhadap terwujudnya visi
(Suprayoga, 2010: 13).
Pola kepemimpinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
proses dimana pemimpin dengan caranya sendiri melakukan suatu hal
demi terwujudnya sebuah tujuan.
2. Pengasuh dan Anak Asuh
Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak
dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak
sebagai makhluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan
(Lestari & Ngatini, 2010: 2). Dari arti kata asuh di atas maksud dari
pengertian pengasuh dalam penelitian ini adalah orang yang mendidik,
mengajar, dan merawat anak dari sejak kehadiranya sampai batas waktu
tertentu tanpa mengharap imbalan. Sedangkan anak asuh dapat disebut
anak didik yaitu anak yang dididik, diajar, dirawat oleh pendidik,
pengajar, atau pengasuh.
3. Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,
W.J.S: 521) karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan dari yang lain. Menurut
11
Suyanto (Agus, 2013: 65) karakter adalah cara berfikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Maksud karakter dalam penelitian ini adalah kualitas diri berupa
moral, akhlak atau budi pekerti sesuai ajaran Islam yang membedakan
antara satu individu dengan individu lain.
4. LKSA
LKSA adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Sebuah
lembaga sosial yang mewadahi masyarakat khususnya anak kurang
mampu, terlantar, atau yatim piatu supaya berkehidupan yang mapan.
Lembaga ini bertujuan memberikan layanan sosial terutama bagi
pendidikan anak. Lembaga ini juga berada di bawah pengawasan Dinas
Sosial.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam membaca dan memahami penelitian ini,
maka penulis memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bagian awal meliputi judul, lembar berlogo, halaman nota
pembimbing, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan kelulusan, motto,
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
12
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika penulisan
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Meliputi landasan teori, pengertian kepemimpinan, pengertian pola
kepemimpinan, pengertian pembinaan, pengertian karakter, pengertian
pengasuh dan anak asuh, pengertian LKSA, dan kajian pustaka (kajian
penelitian terdahulu).
BAB III: METODE PENELITIAN
Meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kehadiran
peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan data.
BABIV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Meliputi paparan data dan analisis data
BAB V : PENUTUP
Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. Bagian akhir
meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan
1. Pengertian kepemimpinan secara umum
Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam sebuah
organisasi. Tidak akan bertahan lama sebuah negara tanpa adanya
kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu
sosial, sebab pada prinsipnya kepemimpinan diharapkan mampu
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Kepemimpinan dapat
dijelaskan atau diuraikan dalam berbagai macam, tergantung dari sudut
mana melihat atau memaknai dari kepemimpinan.
Kepemimpinan menurut para ahli sebagai berikut. Rauch dan
Behling berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sesuatu proses yang
mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan
bersama. Sementara George P. Terrye mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras
dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok. Sedangkan H. Koontz
dan C. Donnell mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang lain agar ikut dalam mecapai tujuan umum.
Pernyataan hampir sama diungkapkan oleh Ordway Tead bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk
14
bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan (Sutikno,
2014: 15-16).
Tidak kita sadari bahwa dalam sejarah kehidupan manusia banyak
sekali pengalaman yang kepemimpinan yang dapat dipelajari. Misalnya,
dalam hadits Nabi,”setiap kamu adalah pemimpin” dan dalam
kesehariannya manusia tidak sadar bahwa ia telah mekukan unsur-unsur
kepemimpinan seperti “mempengaruhi, memotivasi, mengajak dan
mengkoordinasi” sesama mereka. Tanpa sadar hal ini sudah terjadi dan
kita lakukan.
2. Kepemimpinan dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam adalah kemampuan untuk
mempengaruhi dengan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan,
yang didasari atas nilai-nilai Islam (Sutikno, 2014: 85). Kepemimpinan
Islam meliputi banyak hal, karena seorang pemimpin dalam perspektif
Islam memiliki fungsi ganda yaitu sebagai seorang khalifatullah (wakil
Allah) di muka bumi yang harus merealisasikan misi sucinya sebagai
pembawa rahmat bagi alam semesta. Dan sekaligus sebagai Abdullah
(hamba Allah) yang patuh serta senantiasa terpanggil untuk mengabdikan
segenap dedikasinya di jalan Allah (Fakih, 2001: 4). Berkaitan dengan
15
pengertian kepemimpinan dalam Islam di atas Allah SWT telah
menyebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30:
وإذ قال ربك للملئكة إني جاعل في الرض خليفة
“Dan ingatlah ketika Allah berkata kepada malaikat,
sesungguhnya Aku (akan) menjadikan di muka bumi seorang khalifah”!
Kepemimpinan dalam Islam merupakan fitrah bagi setiap
manusia. Manusia telah diamanahi oleh Allah untuk menjadi khalifah di
muka bumi yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa
rahmat bagi seluruh alam. Dengan diembannya amanah itu manusia
dituntut untuk senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan dirinya
di jalan Allah SWT.
Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap
kepemimpinannya. Dalam kitab Riyadhus Shalihin disebutkan:
هما أن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول كلكم عن ابن عمر رضي اللو عن مام راع ومسئول عن رعيتو والرجل راع في أىلو وى و راع وكلكم مسئول عن رعيتو ال
عن رعيتو والمرأة راعية في ب يت زوجها ومسئولة عن رعيتها والخادم راع في مسئول
مال سيده ومسئول عن رعيتو وكلكم راع ومسئول عن رعيتو
Artinya :
Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata
:”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban.
16
Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah
pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola
harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“ (Muslich, 2004:
174)
Hal yang demikian telah disebutkan dalam hadits bahwa setiap
orang adalah pemimpin pada level apapun, baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain. Setiap kepemimpinan pasti ada resiko yang
harus dipertanggungjawabkan.
Adapun sifat-sifat pemimpin dalam Islam yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah Saw, sebagai berikut:
a. Shiddiq (jujur)
b. Amanah (terpercaya)
c. Tabligh (menyampaikan)
d. Fathanah (cerdas)
e. Istiqomah
Akhlak seorang pemimpin dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah
menurut Fakih (2001: 41-49) sebagai berikut:
a. Mencintai kebenaran
b. Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain
17
c. Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian
d. Baik dalam pergaulan masyarakat
e. Bijaksana
f. Memimpin untuk melayani bukan dilayani
g. Zuhud terhadap kekuasaan
h. Jujur dan tidak munafik
i. Memiliki visi keumatan
j. Memiliki tanggung jawab moral
3. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam
Dalam kepemimpinan Islam setidaknya dapat diidentifikasikan
secara konseptual, dan hubungan-hubungannya antarindividu atau
antarkelompok dalam konteks praktis. Sebagaimana ciri-ciri
kepemimpinan yang dikemukakan oleh Sutikno (2014: 87-90) sebagai
berikut:
a. Prinsip saling menghormati dan memuliakan
b. Prinsip menyebarkan kasih saying
c. Prinsip keadialan
d. Prinsip persamaan
e. Prinsip perlakuan yang sama
f. Prinsip berpegang kepada akhlak yang utama
g. Prinsip kebebasan
h. Prinsip menepati janji
18
B. Pengertian Pola Kepemimpinan
Pola dalam KBBI yaitu sistem : cara kerja pada pemerintah atau
organisasi. Pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Dapat diartikan bahwa
pola adalah bagaimana cara, model, sistem seseorang dalam melakukan
sesuatu.
Kepemimpinan diadopsi dari bahasa inggris yaitu
leadership.Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja
yang berarti memimpin (Sulistiyani, 2008: 9). Kepemimpinan adalah
bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi anggotanya untuk bergerak
melakukan sesuatu hal demi terwujudnya sebuah tujuan.
Dalam upaya menggerakkan dan memotivasi seseorang dalam
melakukan suatu tindakan yang terarah pada pencapaian sebuah tujuan, maka
seorang pemimpin mempunyai cara, model atau bentuk kepemimpinannya
sendiri. Cara kepemimpinan ini sering disebut sebagai tipologi atau dapat
diartikan sebagai perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan. Tipologi
kepemimpinan yang sering dikenal dan diakui keberadannya adalah sebagai
berikut:
a. Kepemimpinan Otokratis
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa segala sesuatunya
adalah atas kewenangnnya sendiri, sehingga ia tidak perlu berkonsultasi
kepada orang lain dan tidak boleh ada orang yang ikut campur dalam
kepemimpinannya. Jadi seakan-akan segala sesuatu adalah miliknya.
19
Bahkan kantor, mobil dan fasilitas lainnya yang ada dianggap miliknya
(Sutikno, 2014: 35).
Menurut Kartono (2002: 71) kepemimpinan otokratis itu
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus
dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada
a one-man show. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi.
Adapun ciri-ciri kepemimpinan otokratis menurut Siagian (2003:
32) sebagai berikut:
1) Kecenderungan memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat
lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka.
2) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas
tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan
kebutuhan para bawahan.
3) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan
kepurusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan
tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para
bawahan itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya
saja.
b. Kepemimpinan Laisez Faire
20
Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis
tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat
semau sendiri (Kartono, 2002: 71-72).
Sedangkan menurut Siagian (2003: 38) seorang pemimpin yang
laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada
pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar
dengan sendirinya karena para anggota terdiri dari orang-orang yang
sudah dewasa yang mengetahuai apa yang menjadi tujuan organisasi,
sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan
oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu
sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
Tipe kepemimpinan ini berbanding terbalik dengan gaya
kepemimpinan otokratis. Dalam kepemimpinan ini pemimpin berlaku
pasif dan cenderung menghindar dari tanggungjawab (Sutikno, 2014:
36).Sang pemimpin meyakini bahwa bawahannya atau anggotanya
mampu mengetahui dan cukup dewasa untuk berlaku taat pada aturan.
Jadi sang pemimpin memberikan kebebasan kepada anggotanya dalam
mengambil keputusan atau melakukan segala sesuatu.
c. Kepemimpinan Paternalistis
Menurut Siagian (2003: 35) biasanya seorang pemimpin yang
peternalistis mengutamakan kebersamaan. Artinya pemimpin yang
21
bersangkutan berusaha memperlakukan semua orang dan semua satuan
kerja yang terdapat di dalam organisasi seadil dan serata mungkin.
Adapun ciri-ciri kepemimpinan paternalistis menurut Sutikno
(2014: 37) sebagai berikut:
1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
2) Bersikap terlalu melindungi.
3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan.
4) Jarang memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengambil
inisiatif
5) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
6) Sering bersikap serba tahu.
d. Kepemimpinan Kharismatis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemuakakan bahwa
“kharismatis berarti bersifat kharisma”. Pemimpin yang kharismatis
adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para
pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa
orang tertentu ini dikagumi (Siagian, 2003: 37).
22
Sedangkan menurut Karim (2010: 17) pemimpin kharismatis
adalah pemimpin yang ide/gagasan/pemikiran, konsep, teori, suasana
batin, dan perilakunya meyakinkan orang lain.
Maka pemimpin seperti ini sangat disegani dan punya pengikut
yang sangat besar jumlahnya serta mempunyai pengawal yang dapat
dipercaya.Bahkan dia dianggap mempunyai kekuatan supranatural dan
superhuman yang diperolehnya sebagai karunia dari Yang Maha Kuasa.
e. Kepemimpinan Militeristis
Pemimpin tipe militeristis adalah pemimpin yang dalam
menggerakkan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah,
senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada
formalitas yang berlebih-lebihan.Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku
dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya
(Sutikno, 2014: 38-39).
Seorang pemimpin militeristis dikatakan oleh Kartono(2002: 70)
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Lebih banyak menggunakan system perintah/komando terhadap
bawahannya, keras sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana.
2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
23
3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berelebih-lebihan.
4) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.
5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahan.
6) Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
f. Kepemimpinan Pseudo-demokratis
Tipe kepemimpinan ini disebut juga kepemimpinan manipulative
atau semi demokratis. Tipe kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap
seorang pemimpin yang berusaha mengemukakan keinginan-
keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia, dengan pura-pura
untuk berunding tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan
saran-sarannya (Sutikno, 2014: 39).
g. Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis adalah dimana pemimpin selalu
bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat
dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata
sepakat (Sutikno, 2014: 40).
Menurut Kartono (2002:73) kepemimpinan demokratis
menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
24
sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan
bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Siagian
(2003:40) menyatakan bahwa tipe kepemimpinan ini adalah tipe
kepemimpinan yang paling ideal dan paling didambakan.
C. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an,
sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik (http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html).
Pembinaan merupakan proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha
tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan teratur secara bertanggung
jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan
kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.
Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang
dilakukan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab
dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan
mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan
25
selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat,
kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal,
untuk selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah
tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan
pribadi yang mandiri (Simanjutak, 1990: 84).
D. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan (Purwanto, 2007: 11).
Menutut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertya didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperluakan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Sobirin (Zubaedi, 2011: 8) mengemukakan pengertian karakter
menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak.
26
Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan
berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud
dalam perilaku (Salahudin & Alkrienciehie, 2013: 42).
Karakter merupakan sifat-sifat khas (typical) yang menonjol pada diri
seseorang. Ketika seseorang mati, maka ia hanya meninggalkan nama yang
dibalut dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Sifat-sifat yang menonjol itulah
yang mudah diingat oleh seseorang pada umumnya, baik itu secara jasmani,
rohani, sosial, maupun spiritual.Maka ada pepatah mengatakan, “harimau
mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading”. (Susilo, 2013:
28)
Karakter adalah kualitas yang dimiliki seseorang yang membuatnya
menarik dan dikagumi. Karakter sangat erat dengan sebuah reputasi atau nama
baik seseorang. Karakter menunjukkan who, we, are (Y.S.Lon, 2016: 167).
Pendidikan karakter adalah usaha seseorang dalam mempengaruhi
orang lain untuk menjadi orang yang beradab, berkepribadian, berwatak,
bersifat. Tujuan dari pendidikan karakter ini adalah menurut Socrates dalam
(Majid dan Andayani, 2013: 30) bahwa tujuan paling mendasar dari
pendidikan karakter adalah untuk membuat seseorang menjadi good and
smart.Dalam sejarah Islam juga sudah ditegaskan bahwa misi utamanya
dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter
yang baik (good character).
27
E. Pengertian Pengasuh dan Anak Asuh
Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari
awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai
makhluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan (Lestari & Ngatini,
2010: 2). Dari arti kata asuh diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pengasuh adalah orang yang mendidik, mengajar, dan merawat anak dari
sejak kehadiranya sampai batas waktu tertentu tanpa mengharap imbalan.
Sedangkan anak asuh dapat disebut anak didik yaitu anak yang dididik, diajar,
dirawat oleh pendidik, pengajar, atau pengasuh.
F. Pengertian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
LKSA adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.Sebuah lembaga
sosial yang mewadahi masyarakat kurang mampu, miskin, terlantar, yatim
piatu supaya berkehidupan yang mapan.Lembaga ini bertujuan memberikan
layanan sosial terutama bagi pendidikan anak agar menjadi anak yang berguna
bagi masyarakat, agama, bangsa, dan negara.Lembaga ini juga berada
dibawah pengawasan Dinas Sosial.
Lembaga Kesejateraan Sosial Anak (LKSA) menurut Departemen
Sosial RI (2004: 4), yaitu suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial anak yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial pada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali
anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh
sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi
28
pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian
dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta
aktif dalam bidang pembangunan nasional.
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997), panti asuhan
atau lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) memiliki fungs sebagai
berikut:
a. Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai
pemulih, pelindung, pengembangan dan pencegahan.
b. Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.
c. Pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang).
Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan
masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia
(1997) yaitu:
a. Memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial
kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke
arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan
kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup
layak dan penuh tanggungjawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan
masyarakat.
b. Penyelenggara pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan
sehingga terbentuk manusia-manusia yang berkepribadian matang dan
29
berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang
hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan
keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.
G. Kajian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini peneliti mencoba untuk membandingkan
antara penelitian yang akan peneliti garap dengan penelitian-penelitian
sebelumya. Dengan harapan penelitian ini mampu melahirkan teori-teori baru
yang berkaitan dengan penelitian yang akan peneliti garap yaitu, “Pola
Kepemimpinan Pengasuh Dalam Pembentukan Karakter Anak Asuh di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Tuntang
Tahun 2018”.Sehingga dapat memberikan referensi bagi peneliti-peneliti
yang akan datang.
Diantara penelitian terdahulu yang peneliti ambil sebagai
perbandingan adalah sebagai berikut:
1. Muhamad Zaenal Arifin (Institut Agama Islam Negeri, 2017) dalam
skripsinya yang berjudul Pola Kepemimpinan Kyai Terhadap Ranak Afektif
Santri Di Pondok Pesantren Al-Hasan Banyuputih Timur, Sidorejo Lor,
Salatiga, Salatiga, Tahun 2017, penelitian ini memaparkan tentang ranah
afektif santri yang simpang siur dengan pola kepemimpinan sang kyai.
Siklus kehidupan yang terjadi ialah tidak seimbangnya sikap dari
kepribadian masing-masing santri yang hidup dalam satu rumpun tanpa ada
30
sekat diantara mereka. Akibatnya tidak mendapat keseimbangan porsi dari
masing-masing santri.
2. Imania Majmuna (Institut Agama Islam Negeri, 2016) dengan judul Pola
Asuh Orang Tua Pengarajin Bambu Dalam Mendidik Anak Di Dusun
Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga, yang mana kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa pola orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anaknya.
Disini walaupun hidup di daerah pengrajin bambu anak tetap diberi
bimbingan yang tegas dalam pendidikannya sehingga mampu menjalankan
kewajibannya sebagai anak dan peserta didik dengan memberi kebebasan
anak dalam menggali potensi yang dimiliki. Sedangkan yang akan penulis
teliti dalam penelitiannya adalah tentang pola kepemimpinan pengasuh
dalam pembentukan karakter anak asuh dari berbagai latar belakang yang
berbeda.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (KBBI W.J.S Poerwadinata, 1982: 362). Langkah-
langkah yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono
(2016: 13) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut
juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;disebut sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Dalam pendekatannnya, penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan
(field research).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya: perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan secara holistic, dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 1988: 6).
32
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini
merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai
status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan (Arikunto, 2005: 234).
Penilitian ini yang akan diamati adalah pengasuh dan anak asuh guna
menggambarkan fakta tentang pola kepemimpinan pengasuh terhadap ranah
pendidikan karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang 2018.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan
penelitiannya yaitu di LKSA Muhammadiyah Tuntang yang beralamat di Jln.
Fatmawati no 96 Tuntang, Kab. Semarang.
Adapun peneliti memilih tempat penelitian ini adalah berdasarkan
permasalahan yang timbul di lembaga tersebut berbeda dengan yang
seharusnya terjadi. Menurut peneliti permaslahan yang ada di lembaga ini
menarik untuk diteliti karena hal yang terjadi tidak sebagaimana mestinya.
b. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah saat dimana peneliti melakukan penelitian
pada waktu yang ditentukan hingga selesai.
33
3. Kehadiran Peneliti
Penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan pengumpulan
data, adapun karakterstik dalam penelitian ini adalah: Pertama, peneliti
menggunakan sistem wawancara tidak terstruktur, sehingga memungkinkan
peneliti untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara lebih mendalam.
Kedua, peneliti mengadakan komunikasi dengan objek dengan menggunakan
bahasa pertemanan agar lebih mudah dipahami, sehingga terjalin suasana yang
baik antara peneliti dan informan. Ketiga, peneliti mengumpulkan dan mencatat
data secara terperinci dengan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti.
4. Sumber Data
Salah satu hal yang penting dalam penelitian adalah sumber data. Sumber
data dalam penelitian adalah dari mana data-data diperoleh.
a. Sumber data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik
dari individu maupun perorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Sugiarto dkk,
2003:16). Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari informan
atau tempat objek penelitian yang dilakukan. Informan utama dalam
penelitian ini adalah pengasuh dan anak asuh di LKSA Muhammadiyah
Tuntang.
34
Informan digunakan sebagai sumber data dan aktor atau pelaku yang
ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi
yang diberikan oleh informan tersebut. Informan dalam penelitian ini adalah
pengurus, pengasuh, yang dijadikan sebagai responden yaitu anak asuh
LKSA Muhammadiyah Tuntang yang berperan untuk mengklarifikasi
kebenaran pola kepemimpinan pengasuh dalam membentuk karakter anak
asuh. Data yang dimaksud yaitu berupa transkip wawancara, observasi dan
dokumentasi.
b. Sumber data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari buku , jurnal,
internet, artikel, majalah atau koran serta hasil penelitian lainnya.
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan
suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa berupa rekaman atau dokumen
tertulis seperti arsip data base, surat-surat, atau gambar benda-benda
peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa (Suprayogo, 2001: 163).
Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang digunakan adalah data
lembaga
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
35
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006: 156). Pada teknik
ini peneliti menggunakan observasi partisipatif yaitu pengamatan akan
manusia pada habitatnya. Menurut Wolcott (2005) dalam Samiaji (2012: 56)
dalam studi lapangan (observasi partisipatif), peneliti berusaha menemukan
“habitat” asli para partisipan. Peneliti juga harus “tinggal” bersama para
partisipan dan berperan dalam dinamika kehidupan sehari-hari para partisipan.
Dengan demikian terlibatnya peneliti untuk hidup bersama dan memiliki
fungsi sosial yang sama maka peneliti akan dianggap sebagai sesama atau
teman. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk mengamati perilaku dan
kehidupan sehari-hari para partisipan tanpa mengganggu.
Dalam hal ini penulis akan melakukan observasi di LKSA
Muhammadiyah Tuntang mengenai pola kepemimpinan pengasuh dalam
membina karakter anak asuh. Observasi ini dilakukan supaya peneliti dapat
mengetahui bagaimana cara pengasuh dalam menerapkan pola
kepemimpinannya dalam membina karakter anak asuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak , yaitu pewawancara (interviewer) yang
36
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186).
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden (Gulo, 2002: 119). Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan
telepon maupun media elektronik lain. Wawancara adalah salah satu alat yang
paling sering digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif.
Peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur dalam mencari
data dari informan. Sehingga dalam memberikan pertanyaan akan lebih
meluas dengan tujuan bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
c. Dokumen
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yang lalu (Gulo, 2002: 123). Dokumen yang dimaksud
adalah segala catatan baik dalam catatan kertas maupun catatan elektronik.
Dokumen sudah lama digunkan dalam penelitian sebagai sumber data yang
dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan maupun meramalkan.
Dalam hal ini peneliti akan mencari dokumen-dokumen apaun yang
berkaitan dengan penelitian baik itu dari pengurus, ustadz, maupun dari anak
asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang. Dengan harapan dari berbagai
37
dokumen yang terkumpul bisa dijadikan sebagai sumber data yang bisa
mengantarkan penelitian ini menjadi valid.
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (1982) dalam Moleong
(2009: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada
orang lain.
Dalam sebagian besar pendekatan kualitatif, analisis data tidak dilakukan
dalam satu tahap saja, setelah data terkumpul. Analisis data kualitatif merupakan
proses sistematis yang berlangsung terus-menerus, bersamaan dengan
pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2016:
334) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas analisis data model Miles dan Huberman,
yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
a. Reduksi Data (data reduction)
Memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-potongan
yang lebih teratur dengan mengcoding, menyusunnya menjadi katagori, dan
38
merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana (Rhenald, 2008:
369)
b. Penyajian Data (data display)
Setelah dilakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2016: 339). Dengan menyajikan
data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan
merencanakan kerja selanjutnya sesuai dengan apa yang dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing/verification)
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kegiatan ini adalah
menarik kesimpulan dari data yang telah tersaji dan memverifikasinya
dengan cara menelusuri kembali data yang diperoleh. Karena data
kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap pengumpulan data
berikutnya.
39
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2009: 324) untuk menetapkan keabsahan data ada
empat kriteria yang digunakan, yaitu derajad kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data menggunakan teknik
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan
triangulasi (bandingan data hasil wawancara antar narasumber serta
membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen). Mencocokkan antara
data, dokumen dan observasi lapangan.
40
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum LKSA Muhammadiyah Tuntang
1. Letak Geografis
LKSA Muhammadiyah Tuntang terletak di Jl. Fatmawati no 96
Tuntang. Berada di jalan Solo – Semarang samping utara Pom bensin
Cikal terletak persis di sebelah kiri jalan raya. Luas tanah seluruhnya
±2.000 M². Luas tanah yang didirikan bangunan sekitar ±1.400 M².
Selebihnya ditanami pohon jati yang terletak di belakang asrama.
2. Visi dan Misi
Visi
1. Menjadi lembaga sosial yang dapat mencetak anak asuh berkualitas
2. Berintegritas tinggi dan berakhlak mulia
Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan pengasuhan terbaik kepada anak asuh
2. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada anak asuh
3. Memberikan bimbingan akidah dan akhlak kepada anak asuh
4. Menyelenggarakan dan mengembangkan skill anak asuh di bidang
ekonomi kreatif
41
3. Struktur Kepengurusan
Tabel 4.1 Struktur LKSA Muhammadiyah Tuntang Kabupaten Semarang
Pelindung : Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Semarang
Dr. H. Muh.Saerozi,M.Ag
Pembina : MKKS PD. Muhammadiyah Kab. Semarang
Ketua : Qi Mangku Bahjatulloh, Lc.M.SI
Wakil Ketua : Imamul Huda, M.Pd
Sekretaris : Rifa‟i, M.HI
Bendahara : Sutono, S.PdI
PDM MAJELIS
PELAYANAN SOSIAL
PPEPEPEPEPPEPPENG
URUS PANTI ASUHAN
JURU MASAK PENGASUH TATA USAHA
ANAK-ANAK ASUH
PENGURUS
42
Pendidikan dan
Pesantren
: Erham Masykuri, Lc, M.HI
Kesehatan : dr. Imama Delafri PN
Humas : Widodo, S.Pd
Sarpras : Ruwiyanto, Sh.MH
Pengasuh : Leni Rahmawati, S.Pd.I
4. Sarana dan Fasilitas
LKSA Muhammadiyah Tuntang termasuk lembaga yang sudah berdiri
lama, sejak tahun didirikan pada tahun 1991 hingga sekarang yang
berumur 27 tahun. Dengan seiring berkembangnya zaman sarana dan
prasarana di lembaga ini sudah bisa dikatakan cukup memadai, baik dari
segi bangunan maupun yang lain. Sehingga anak asuh bisa melaksanakan
proses pendidikan dan pengajaran dengan sebagaimana mestinya. Adapun
sarana prasarana di LKSA Muhammadiyah Tuntang antara lain:
Tabel 4.2 Sarana Prasarana LKSA Muhammadiyah Tuntang
No Nama Jumlah
1 Aula 2
2 Kamar anak asuh 2
3 Ruang kantor 1
43
4 Ruang TU 1
5 Masjid 1
6 Dapur 1
7 Ruang makan 1
8 Gudang gizi 1
9 Gudang catering 1
10 Gudang barang bekas 1
11 Perpustakaan 1
12 Kamar tamu 1
13 Ruang pengasuh 1
14 Toilet atau kamar mandi 11
15 Lapangan bermain 1
16 Sumber air 2 PDAM
17 Alat rebana 1 set
18 Computer 1 set
(Sumber: Data pengurus LKSA Muhammadiyah Tuntang)
5. Daftar Anak Asuh
Data anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang seluruhnya
berjumlah 32 anak. Dari 32 anak ini ada beberapa yang tinggalnya di luar
asrama (tinggal di rumah) karena berbagai hal yang tidak bisa pengasuh
sebutkan. Berikut data anak asuh, yaitu:
44
Tabel 4.3 Daftar Anak Asuh
NO NAMA L/P ALAMAT
1 C C L Temenggungan Rt 04/03 Panjang Ambarawa
2 R A P L Jagung Kesei Pekalongan
3 R D S L Demakan, Rt 03/02 Banyubiru
4 Y L Ngablak, Rt 02/05 Magelang
5 A M L Klumpit Rt02/01 Karanggede
6 A T W L Kedungweru Rt 01/01 Ayah Kebumen
7 M S L Gogodalem Barat Rt 07/03 Gogodalem
8 P T L Wonorejo Kec. Pringapus
9 E S L Sumowo Kec. Pabelan
10 A S L
Sidomukti Rt 04/01 Sidomukti
Kec.Bandungan
11 G S A L Mantran Kulon Ngablak
12 R A S L Tegalrejo Salatiga
13 A A R W L Tempelan Plumbon Suruh
14 R H L Sadong, Genting, Jambu
15 Z A M L Krajan Rt 3/1 Lemahireng Bawen
16 A D S L Pelemrejo Kec. Bringin
17 D A D S L
Karanggeneng Rt 01/01 Sumurejo Gunung
Pati
18 M A L Sumber Panjang Ambarawa
19 M C L Gedat Kalikurmo Rt01/06 Bringin
20 A S D S L Pringapus Kec. Pringapus
21 S L Sidomukti Rt1/1 Bandungan
22 N W L Karang Tengah Kec. Tuntang
23 F H L
Blok Desa Rt 01/01, Situgede, Subang,
Kuningan
24 M S L Candirejo Tuntang
25 S R L Gading Rt1/9 Sumberejo, Pabelan
26 A D S L Lemahireng Rt 3/1 Lemahireng Bawen
27 B W L Mrican, salatiga
28 M A L Pabelan
29 A K L KARANGDUREN RT 02/09 TLOGO
30 N R L Celengan, Rt 05/02 Lopat Lopait Tuntang
31 N R L Celengan, Rt 05/02 Lopat Lopait Tuntang
32 A U A M L Celengan, RT 09/ 02 Lopait Tuntang
(Sumber: Data pengurus LKSA Muhammadiyah Tuntang)
45
6. Jadwal Harian
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Harian
No Waktu Kegiatan
1 04.15-04.30 Bangun pagi, persiapan ke masjid
2 04.30-14.45 Sholat subuh
3 04.45-05.30 Ngaji/hafalan
4 05.30-05.45 Sarapan
5 05.45-06.15 Piket kebersihan lingkungan
6 06.15-06.30 Persiapan sekolah
7 06.30-15.00 Sekolah
8 15.00-15.15 Sholat asar
9 15.15-16.15 Olahraga/kegiatan sesuai jadwal
10 16.15-16.30 Bersih diri
11 16.30-17.30 Kegiatan sesuai jadwal
12 17.30-18.15 Sholat maghrib
13 18.15-19.15 Kegiatan sesuai jadwal
14 19.15-20.00 Makan malam dan persiapn belajar
15 20.00-21.30 Belajar
16 21.30-04.15 Istirahat/tidur
(Sumber: Data pengurus LKSA Muhammadiyah Tuntang)
7. Jadwal Piket
Tabel 4.5 Jadwal Piket Harian
NO TEMPAT PIKET NAMA
1 Masjid/Aula atas STR dan AYB
46
(Sumber: Data pengurus LKSA Muhammadiyah Tuntang)
Tabel 4.6 Jadwal Piket Adzan dan Masak
NO Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6
1 Suryadi Arif Solikin Sofyan Nahrowi Sutarno
2 Adi Zuhan Rahmad Chamaludin Rahul Duta
3 Eko Ayub Tyas Gupito Panji Husen
4 Arifin Rohman Wahyu Maulana
2 Halaman atas RHM
3 Kamar mandi atas ( Masjid) CMLD
4 Aula Bawah ARFN
5 Aula tengah sampai tangga hijau dapur SFN dan E
6 Halaman depan aula bwah GPT dan CDA
7 Halaman depan Pengasuh sampai pintu gerbang ZH dan ZD
8 Lapangan depan kamar 4 s/d depan dapur NW dan RM
9 Halaman depan gudang s/d tangga kmr
mandi atas PJ
10 Kamar mandi samping kamar lima T
11 WC samping kamar mandi kamar lima A
12 Lapangan samping gudang HSN dan ADT
13 Kamar mandi bawah samping kamar satu DT dan WY
14 Ruang makan, meja dapur dan washtafel RMD dan MLN
15 Dapur, meja dapur, meja kompor, tempat
pencucian RHL
16 Menyirami bunga halaman atas dan bawah RZ
47
Kewajiban:
1. Sebelum piket masak wajib tidur di aula atas/di masjid selambat-
lambatnya pukul 21.40 WIB.
2. Mengunci pintu gerbang utama selambat-lambatnya pukul 21.30 WIB
3. Membuka pintu gerbang utama setiap selesai adzan subuh.
4. Bertugas melaksanakan adzan lima waktu sholat wajib.
5. Membangunkan teman-temankannya 15 menit sebelum adzan
dikumandangkan.
6. Masak untuk makan pagi, malam dan makan siang sesuai menu yang
telah disediakan.
7. Mencuci semua peralatan dapur yang kotor.
8. Menyapu dan ngepel ruang dapur, ruang makan serta membersihkan
meja makan, meja dapur, tempat kompor dll.
9. Selesai masak wajib untuk tidur di aula atas selambat-lambatnya pukul
21.40 WIB.
10. Kelompok masak berlaku sekaligus untuk kelompok piket adzan
B. Hasil Temuan Penelitian
1. Pola Kepemimpinan Pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang
Pola kepemimpinan pengasuh dalam membina karakter anak asuh
adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan apa
yang sudah ada menjadi lebih baik atau sempurna baik dengan melalui
48
pembinaan atau pemeliharaan baik mengenai perbuatan, sikap dan
kewajiban, akhlak, susila pada anak asuh yang tinggal di lembaga
tersebut.
Hasil data yang peneliti peroleh tentang pola kepemimpinan yang
diterapkan oleh Bapak Muhammad Taufik di LKSA Muhammadiyah
Tuntang dapat digambarkan melalui hasil wawancara kepada anak asuh
(santri) di LKSA Muhammadiyah tuntang, dengan pertanyaan
kepemimpinan seperti apa yang diterapkan di LKSA Muhammadiyah
Tuntang pada hari kamis, 05 juli 2018, pukul 21.15 WIB sebagai berikut:
“Pak Taufik menerapkan pola kepemimpinan demokratis, karena
apapun yang beliau berikan dan lakukan kepada anak asuh adalah
atas persetujuan dari pengurus” (SRYD).
Bapak Muhammad Taufik memang pemimpin yang demokratis.
Kepemimpinan ini diterapkan oleh Bapak Muhammad Taufik dalam hal
keorganisasian di LKSA Muhammadiyah Tuntang. Dan ini sudah menjadi
aturan bagi lembaga bahwa di atas pengasuh ada pengurus, dan di atas
pengurus ada PDM, maka pengasuh tidak memutuskan suatu hal tanpa ada
persetujuan dari pengurus dan PDM. Karena pengurus, pengasuh dan
PDM merupakan bagian dari menjalankan visi dan misi LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Masih dalam pertanyaan yang sama,
diungkapkan oleh anak asuh (santri) yang lain yaitu kepemimpinan seperti
49
apa yang diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang ini pada hari rabu,
04 juli 2018, pukul 12.30 sebagai berikut:
“Kepemimpinan yang diterapkan adalah kepemimpinan demokratis.
Karena memang beliau tidak bisa memutuskan suatu hal dengan
satu pihak saja. Malah bahkan hampir setiap minggu pengurus dan
pengasuh mengadakan rapat untuk menimbang dan memutuskan
apa saja yang berkaitan dengan LKSA Muhammadiyah Tuntang”
(NW).
Musyawarah dalam menyelesaikan masalah individu santri dan
membenahi sistem LKSA selalu dilakukan dengan dua pihak, yaitu antara
Bapak Muhammad Taufik dengan pengurus. Demi menjaga kualitas
lembaga dilakukan evaluasi dan inovasi dalam hal kegiatan, peraturan,
yang setiap tahun disesuaikan dengan kondisi anak asuh (santri) dan
zamannya menjadi suatu kegiatan yang harus dan semestinya dilakukan
pengasuh dan pengurus LKSA.
Di sisi lain pengasuh juga berusaha untuk selalu bermusyawarah
kepada wali dan orang tua anak asuh tentang keadaan anak asuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Ketika liburan Idul Fitri misalnya, pengasuh
selalu mengundang wali atau orang tua anak asuh (santri) untuk datang
menjemput anaknya liburan di rumah masing-masing. Di kesempatan
itulah pengasuh menggunakan waktu sebaik mungkin untuk berbincang,
berkonsultasi, saling tukar pendapat antara wali atau orang tua dengan
pengasuh dan pengurus demi kebaikan anak-anaknya. Peryataan seperti ini
50
juga disampaikan oleh anak asuh (santri) pada hari selasa, 03 juli 2018,
pukul 21.40 WIB sebagai berikut:
“Wayah liburan mesti wong tuo nak ra waline diundang kon rene
tanpa terkecuali. Wajib!” (CML)
Musyawarah seperti ini sudah menjadi tradisi di LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Sehingga orang tua atau wali paham kapan
mereka diundang ke LKSA untuk menjemput anaknya dan mengetahui
secara langsung kabar baik dan buruknya perkembangan anak mereka.
Kepemimpinan demokrasi yang pengasuh terapkan juga dibarengi
dengan sifat tegas dan keras, pernyataan ini berdasarkan hasil wawancara
terhadap anak asuh pada hari rabu, 04 juli 2018, pukul 12.30, yaitu
sebagai berikut:
“Dalam mengasuh beliau keras. Maksudnya dalam mendidik anak
asuh sangat keras dan disiplin. Semua yang dilakukan anak asuh
harus sesuai dengan perintah atau aturan yang ada baik dari
lembaga maupun dari pengasuh.” (NW)
Tegas dan keras dalam hal kedisiplinan memang dibutuhkan, karena
disiplin sangat dibutuhkan ketika berada di sebuah instansi. Tujuannya
adalah nanti ketika anak sudah keluar dan bekerja di kantor, sekolah atau
pabrik mereka tidak kaget dengan dunianya yang baru.
Kepemimpinan yang diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang
ini adalah demokrasi yang bersifat tegas. Terutama pendidikan
kedisiplinan dalam kegiatan dan mentaati peraturan.
51
2. Karakter Anak Asuh LKSA Muhammadiyah Tuntang
Setiap orang mempunyai karakteristik masing-masing sesuai
dengan latar belakang mereka. Dari keberagaman karakter itu
memunculkan sikap dan perilaku yang berbeda pula. Karakter adalah
potret diri seseorang yang sesungguhnya. Setiap orang memiliki karakter
dan itu bisa menggambarkan diri seseorang yang sebenarnya, apakan baik
atau buruk. Pembentukan karakter harus dibentuk sejak dini. Maka
pengasuh memiliki cara untuk membentuk karakter anak asuh (santri) di
LKSA Muhammadiyah Tuntang ini. Sebagaimana pertanyaan peneliti
bagaimana cara saudara membentuk karakter anak asuh (santri)? Bapak
Taufik dengan keterangannya pada hari sabtu, 07 juli 2018, pukul 19.45
WIB sebagai berikut:
“Saya berusaha untuk membentuk karakter anak sebaik mungkin.
Maka dengan sifat bocah seng koyo ngono mau saya terapkan dua
hal, yaitu akhlak dan kedisiplinan. Dua hal ini yang paling utama
harus dimiliki oleh anak asuh sebagai pegangan hidup mereka
terutama nanti ketika kembali ke masyarakat.” (M. Taufik)
Akhlak memang sangat penting dalam kita berhubungan dengan
orang lain. Dengan pentingnya akhlak ini maka pengasuh bermaksud untuk
membentuk karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang ini
dengan mengutamakan kedisiplinan dan ahlakul karimah. Karena
berdasarkan yang pengasuh amati tentang karakter anak asuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang ini yang sangat kurang sekali akhlak dan
kedisiplinannya. Sebagaimana yang diutarakan oleh pengasuh tentang
52
karakter anak asuh. Berikut penyataan pengasuh pada hari sabtu, 07 juli
2018, pukul 19.45 WIB sebagai berikut:
“Sejak saya awal mengasuh sampai saat ini yang saya pahami
tentang karakter anak asuh disini sangat memprihatinkan, terutama
dalam bidang akhlak. Anak asuh disini sangat rendah akhlaknya,
contohnya ketika ada tamu yang datang ke panti mereka tidak
memberikan salam atau jabat tangan kepada tamu tersebut, itu dulu
yang saya lihat.” (M. Taufik)
Jadi keadaan anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang ini
masih kurang akan akhlak dan tanggungjawab terhadap profesi meraka
sebagai anak asuh. Demi mendukung akurasi informasi dari pengasuh,
peneliti menanyakan kepada anak asuh bagaimana saudara melaksanakan
perintah pengasuh LKSA ini, berikut keterangan anak asuh pada hari
selasa, 02 juli 2018, pukul 20.12 WIB:
“Aku manut, nak dikon opo wae tak laksanakan. Tapi kadang ketika
saya nggak mood atau sedang malas ya saya juga malas
melaksanakan perintah dari pengasuh. Ora tak gagas.” (MS)
Dari pengakuan anak asuh tersebut, bahwasannya faktor yang
mempengaruhi perintah pengasuh adalah kondisi anak asuh itu sendiri
yaitu semangat yang menurun. Ini artinya bukan anak asuh tidak patuh
pada pengasuh, tetapi perubahan emosional yang tidak baik,
menyebabkan anak asuh tidak patuh pada pengasuh.
53
Dalam hal lain yang menandakan bahwa anak asuh memiliki
karakter yang kurang baik adalah disebabkan oleh latar belakang anak
yang berbeda-beda baik dari latar belakang orang tua ataupun lingkungan
sebelumnya. Karena pada dasarnya beda lingkungan sudah beda perilaku,
beda orang tua berbeda pula pendidikannya.
Namun di sisi lain ada juga anak asuh yang melaksanakan perintah
pengasuh dengan sami‟na wa atha‟na (manut). Mereka memahami bahwa
apa yang diperintahkan oleh pengasuh adalah hal yang positif.
Sebagaimana hasil wawancara pada hari Rabu, 4 juli 2018, pukul 12.30
WIB, sebagai berikut:
“Manut (sami‟na wa atha‟na), karena tidak mungkin pengasuh
menyuruh anaknya untuk melakukan kejelekan, pasti yang disuruh
adalah dalam hal kebaikan.” (NW)
Sebagian anak asuh memang sudah memiliki kesadaran untuk
menjalani hidupnya. Ini merupakan hasil dari ketegasan pengasuh dalam
mendidik anak. Sebagaimana yang telah pengasuh katakan bahwaannya
suatu saat nanti anak pasti akan taat pada aturan. Pengasuh selalu
menyampaikan, “Disiplin itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi
jika tidak disiplin.”
Dari berbagai penjelasan di atas, karakter yang dimiliki oleh anak
asuh di LKSA ini adalah rendah dalam hal akhlak dan kedisiplinan
terhadap aturan dan perintah dari pengasuh.
54
3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membina Karakter Anak Asuh di
LKSA Muhammadiyah Tuntang.
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari
menjadi perbincangan dan diakui oleh masyarakat Indonesia saat ini
terlebih dilihat dari lulusan sekolah formal, misalnya tawuran, narkoba,
seks bebas di kalangan remaja dan pengangguran lulusan sekolah atas.
Harapan orang tua tentu ingin anaknya menjadi anak yang sholeh,
berkarakter baik, berakhlakul karimah, beradab, dan berhati nurani yang
bersih. Seperti yang dirasakan oleh pengasuh Bapak Muhammad Taufik
terhadap anak asuhnya, harapannya ingin anak asuhnya mempunyai
akhlak yang baik dan disiplin. Sebagaimana ungkapan dalam pertanyaan
bagaimana cara saudara membentuk sikap dan kepribadian anak asuh pada
hari sabtu, 07 juli 2018, pukul 19.45 WIB sebagai berikut:
“Dalam membentuk karakter anak asuh yang saya terapkan adalah
akhlakul karimah dan disiplin. Karena kedua hal ini sangat erat
hubungannya, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Maka kedua hal
ini harus saling beriringan. Saya menerapkan dua hal ini karena
yang sering dilihat oleh orang lain di luar diri kita adalah akhlaknya
kemudian baru diikuti dengan kedisiplinan.Untuk membentuk
kepribadian dimulai dari pembiasaan. Memang awalnya anak pasti
memberontak dengan penerapan dua hal tersebut, namun nanti
dengan seiring berjalannya waktu anak pasti menerimanya.
Memang disiplin itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi jika
tidak disiplin. Karena yang saya khawatirkan adalah masa depan
mereka yang nanti akan kembali ke masyarakat mereka masing-
masing.” (M. Taufik)
Jadi pola yang diterapkan pengasuh ialah mencetak anak asuh yang
berakhlakul karimah, mempunyai sopan santun, dan adab yang baik
55
dengan tujuan mempersiapkan anak asuh yang siap menghadapi tantangan
masa depan. Pengasuh selalu menggalakkan kata “selalu siap” dalam hal
apapun. Maka, di lembaga ini anak selalu diajarkan bagaimana bersikap
dan bertingkah laku yang baik di hadapan umum. Hal ini juga diterapkan
pengasuh lewat kegiatan latihan pidato baik dalam bahasa Indonesia atau
bahasa jawa. Di sisi lain yang pengasuh terapkan selain akhlak dan
disiplin adalah mental. Mental sangat diperlukan sekali dalam kehidupan
sehari-hari. Semua itu pengasuh terapkan dengan penuh ketegasan.
Siapapun yang tidak mau taat pada aturan dan berakhlak baik maka
pengasuh akan memberikan hukuman (punishment) kepada anak asuh.
Dan sebaliknya, terhadap anak asuh yang beralkhlak baik dan berprestasi
akan diberi hadiah (reward). Sebagaimana pernyataan pengasuh pada hari
sabtu, 07 juli 2018, pukul 19.45 WIB sebagai berikut:
“Dalam hal pendidikan baik akhlak maupun kedisiplinan saya
selalu menerapkan hadiah (reward) dan hukuman (punishment).
Anak yang mendapat prestasi di sekolah dan berakhlak baik akan
mendapat hadiah dari pengasuh dan pengurus, sebaliknya anak yang
nakal tidak taat pada aturan akan diberikan hukuman.”
Hadiah dan hukuman memang sangat diperlukan dalam sebuah
kependidikan. Karena dengan adanya hadiah anak akan semakin semangat
dalam yang ia lakukan, begitu pula dengan hukuman anak akan semakin
tahu dan sadar bahwa jika ia melakukan hal yang dilarang maka akan
56
mendapat hukuman. Didukung oleh pernyataan anak asuh tentang hadiah
dan hukuman, ia mengungkapkan:
“Kalau dalam menaati peraturan beliau sangat tegas. Barang siapa
yang melanggar aturan akan mendapat hukuman, tetapi di sisi lain
barang siapa yang berprestasi dan baik akhlaknya akan mendapat
hadiah. Karena saya pernah mendapat hadiah.” (CML)
Dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan pengasuh dalam
membentuk karakter anak asuh adalah dengan menerapkan dua hal yaitu
akhlak yang baik dan kedisiplinan dalam mentaati peraturan. Dalam
prosesnya pengasuh menerapkan hukum reward dan punishment sebagai
tolok ukur keberhasilan dalam kepemimpinannya.
4. Hambatan dalam Pembinaan Karakter Anak Asuh
Dalam mempersiapkan generasi Islam yang berkarakter dan mampu
menhadapi tantangan dunia pendidikan Islam yang modern, tidak hanya
dituntut untuk mempelajari teorinya saja tetapi juga mampu menerapkan
dan mempraktekannya. Lebih dari itu sebuah lembaga pendidikan harus
lebih menekankan pada pendidikan karakter anak. Pendidikan Islam
sebagai lembaga alternative diharapkan mampu meyiapkan kualitas
generasi bangsa yang berkarakter sesuai dengan syariat Islam.
Menyikapi realitas moral dan karakter pada generasi zaman
sekarang, yang terjadi dalam kehidupan adalah generasi yang sudah jauh
dari nilai-nilai dan ajaran Islam. Akibatnya bentuk penyimpangan
terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di kalangan lembaga sosial
57
seperti panti asuhan atau pondok pesantren. Hal ini dapat dilihat dari
peristiwa yang terjadi, yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai-
nilai dan ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan paparan hasil wawancara
dengan Bapak Muhammad Taufik selaku pengasuh LKSA
Muhammadiyah Tuntang, pada hari sabtu, 07 Juli 2018, yang menyatakan
sebagai berikut:
“Di sini pernah mendapat teguran dari salah satu PDM yang
menyampaikan kepada kepada saya tentang sikap anak asuh, “mas,
kae bocah-bocah opo ora diajari sopan santun?” itu pertama saya
mendapat teguran. Di samping itu tentang kedisiplinan juga belum
ada. Hal ini sangat terlihat sekali ketika anak asuh dalam
menghargai waktu. Mereka belum bisa menghargai waktu yang
mereka miliki. Sholat sering telat. Waktu ngaji malah ngobrol
dewe. Yo ngono kui mas bocah-bocah kene ki.”
Minimnya kesadaran anak akan penerapan nilai-nilai Al-Qur‟an,
yang menyebabkan anak mengalami dekadensi moral. Oleh karena itu
untuk mengembalikan kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran
Islam, upaya yang dilakukan pengasuh adalah melakukan pendekatan
dengan anak asuh, lebih memperhatikan anak asuh, memberikan motivasi,
membantu anak asuh ketika mengalami kesulitan. Semua itu dilakukan
agar anak asuh merasa diperhatikan dan mudah dibina serta mau
menjunjung tinggi nilai-nilai dan ajaran Islam.
Selain itu problem yang terjadi pada pembinaan karakter anak asuh
juga salah satunya disebabkan dari latar belakang anak asuh. Hal ini sesuai
58
dengan hasil wawancara yang dipaparkan oleh Pengasuh Bapak
Muhammad Taufik, sebagai berikut:
“Karakter anak yang memprihatinkan ini juga merupakan sifat
bawaan yang mereka bawa dari rumah. Karena mohon maaf ada
diantara mereka yang orang tuanya agak kurang dalam berfikir, dan
ada juga yang korban perceraian, dan lain-lain.”
Islam sebagai agama yang universal meliputi semua aspek
kehidupan manusia mempunyai sistem nilai yang mengatur hal-hal yang
baik, yang dinamakan dengan akhlak Islami. Sebagai tolok ukur yang pasti
dalam berbuat antara yang baik dan buruk adalah dengan merujuk pada
ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya yang sangat mulia akhlaknya.
Di dalam Al-Qur‟an terdapat perilaku (akhlak) terpuji yang
hendaknya diterapkan atau diaplikasikan oleh umat manusia, terutama pada
generasi muda masa kini. Karena akhlak merupakan tolok ukur manusia
dalam mencapai kebahagiaan, kenyamanan, keamanan, ketertiban dalam
hidup. Melihat fenomena yang sering terjadi di zaman sekarang terutama di
kalangan umat Islam akhlak mulia menjadi hal yang sangat mahal dan sulit
diperoleh. Oleh karena itu, sebagian anak asuh di LKSA Muhammadiyah
Tuntang melanggar peraturan lembaga, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
dekadensi moral atau kurangnya karakter pada anak asuh terjadi akibat
adanya dampak negative dari berkembangnya zaman yang tidak diimbangi
dengan akhlak yang baik dan kedisiplinan terhadap aturan.
59
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh pengasuh dalam membina
karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang, seharusnya dapat
dijadikan bahan pelajaran bagi pengurus, orang tua atau wali yang
sekiranya berkecimpung di dalamnya. Itulah yang dihadapi pengasuh
LKSA Muhammadiyah Tuntang dalam membentuk karakter anak asuh.
Dalam menghadapi problem atau hambatan yang disebabkan oleh pribadi
anak asuh, pengasuh mempunyai cara yaitu dengan terlebih dahulu
mengingatkan, kemudian jika masih melanggar maka akan diberi hukuman.
Jika masih melanggar pengasuh berusaha untuk mendekati dan berbicara
dari hati ke hati, memberikan perhatian dengan memberi masukan dan
motivasi. Jalan terakhir jika anak masih melanggar lagi maka akan
dilakukan musyawarah kepada pengurus, menunggu keputusan dari
pengurus apakan anak tetap bertahan atau dikeluarkan.
C. Analisis Data
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkarkan tersebut, maka
selanjutnya akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis
adalah: pola kepemimpinan pengasuh, karakter anak asuh (santri), pengaruh
pola kepemimpinan pengasuh terhadap karakter anak asuh (santri), problem
atau penghambat pengasuh dalam membentuk karakter anak asuh (santri) di
LKSA Muhammadiyah Tuntang.
60
1. Pola Kepemimpinan Pengasuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang
Meskipun beliau Bapak Taufik bukan sosok yang kharismatik
tetapi beliau di mata anak asuh menunjukkan bahwasannya beliau
mempunyai sifat tauladan yang baik. Sifat tauladan beliau inilah yang
menjadikan kiblat dan tauladan dalam bentuk perilaku keseharian yang
dicontoh oleh anak asuh.
Dalam sebuah lembaga pasti ada satu pemimpin yang bertugas
memimpin lembaga tersebut demi mewujudkan tujuan dari sebuah
lembaga itu. Begitu pula di LKSA Muhammadiyah Tuntang, yaitu
lembaga yang bergerak di bidang sosial masyarakat tentu memiliki peran
yang sangat penting. Maka diperlukan seorang pemimpin atau kepala
lembaga yang sekiranya mampu untuk mengelola LKSA Muhammadiyah
Tuntang ini dengan sesuai tujuan dari LKSA tersebut.
Dari kepemimpinan Bapak Muhammad Taufik di LKSA
Muhammadiyah Tuntang peneliti menemukan gambaran bagaimana pola
kepemimpinan beliau. Data diperoleh dari sumber wawancara kepada
anak asuh (santri). Dari semua data yang diperoleh dapat diklarifikasikan
sebagai berikut:
Bapak Muhammad Taufik menerapkan pola kepemimpinan
demokrasi yang bersifat tegas. Hal ini diterapkan oleh pengasuh kepada
anak asuh dalam kegiatan antara lembaga dan sekolah, karena lembaga
memiliki otoritas untuk anaka asuh (santri) agar memiliki kepribadian
61
yang berkualitas. Pengasuh menekankan anak asuh (santri) untuk selalu
berakhlak yang baik dan disiplin dalam berbagai hal.
Selain itu. demokrasi ini juga pengasuh tegakkan dalam perihal
kebijakan-kebijakan lembaga. Keterlibatan pengurus dan pihak lain dalam
mengurus lembaga dan anak asuh (santri) yang tercantum dalam
peraturan lembaga sudah menunjukkan bahwa demokrasi selalu berperan
dalam lembaga ini. Karena sebagai lembaga yang berada di bawah
naungan organisasi Muhammadiyah sudah menjadi kewajiban bagi para
pelaku kelembagaan untuk patuh pada pimpinan dan aturan yang sudah
dibuat bersama.
2. Karakter Anak Asuh LKSA Muhammadiyah Tuntang
Karakter adalah kualitas diri yang berkaitan dengan reputasi atau
nama baik diri itu sendiri. Karena dengan karakter itulah kita bisa
menunjukkan siapa kita, oleh sebab itu membangun karakter merupakan
sebuah proses mengukir diri dengan corak yang unik, menarik dan
berbeda dengan orang lain. Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti
akan menggambarkan kondisi karakter anak asuh (santri) di LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Berikut hasil olah dari temuan data:
a. Anak asuh (santri) belum memiliki akhlak yang mulia dan
kedisiplinan dalam berbagai hal. Belum memiliki kesadaran diri
untuk bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Disamping itu pergaulan luar selama sekolah yang begitu besar
62
memberikan pengaruh buruk pada kepribadian anak asuh (santri).
Hasilnya perilaku yang kurang baik akan mempengaruhi anak asuh
(santri) yang lainnya.
b. Anak asuh (santri) yang berada di LKSA Muhammadiyah
Tuntang ini berasal dari berbagai macam latar belakang, baik dari
sejarah orang tua maupun lingkungan. Dari latar belakang inilah yang
membuat anak asuh lebih sulit untuk taat pada aturan.
c. Dari seluruh anak asuh (santri) yang berada di LKSA
Muhammadiyah Tuntang terdiri dari berbagai macam usia, mulai dari
usia kanak-kanak sampai usia remaja. Berdasarkan usia anak asuh
menandakan bahwa anak asuh masih dalam proses pembeajaran dan
pendewasaan.
d. Ada sebagian anak asuh (santri) yang masih membawa
kebiasaan jelek selama di rumah dan diterapkan di LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Hal semacam ini yang membuat anak asuh
(santri) itu sendiri sulit untuk menerima nasehat dan motivasi dari
pengasuh maupun pengurus.
3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membina Karakter Anak Asuh di
LKSA Muhammadiyah Tuntang
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
harus dibentuk sejak dini. Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya
adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik dengan tumbuh dan
63
berkembangnya karakter yang baik akan mendorong anak untuk tumbuh
dengan kapasitas komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang
terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan
hidup. Masyarakat juga berperan dalam membentuk karakter anak
melalui orang tua dan lingkungan.
Dalam hal ini pengasuh dan pengurus termasuk komponen yang
berperan dalam membina karakter anak asuh (santri) di LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Tentu dengan ini pengurus mempunyai
tanggungjawab terutama pengasuh dalam membina karakter anak asuh
agar mereka mempunyai komitmen dan tujuan hidup yang baik.
Pengasuh dalam hal ini mempunyai cara tersendiri untuk membina
penerus bangsa yang berkarakter, yaitu dengan bermula pada pembinaan
akhlak yang baik dan disiplin dalam segala hal. Dua hal tersebut yang
ditekankan oleh pengasuh untuk membina karakter yang baik. Karena
manusia yang berakhlak lebih disegani daripada manusia yang hanya
mengandalkan kecerdasannya saja. Dalam hal pelaksanaanya pengasuh
memberikan ketegasan pada anak asuh, barang siapa yang tidak taat pada
aturan dan tidak mau berakhlak yang baik maka akan dihukum. Ini telah
menjadi prinsip pengasuh dalam membina karakter anak asuh.
64
4. Hambatan Pengasuh dalam Membina Karakter Anak Asuh di LKSA
Muhammadiyan Tuntang
Bagi seorang anak asuh (santri), pengasuh merupakan orang tua
kedua setelah orang tua kandungnya yang mengasuh mereka selama di
LKSA Muhammadiyah Tuntang. Oleh karena itu, hubungan antara
pengasuh dengan anak asuh sangatlah erat dan orang tua atau wali dari
anak asuh sangat percaya pada pengurus dan pengasuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang. Dalam berbagai hal banyak orang tua atau wali
menyerahkan “nasib” anaknya kepada pengasuh, mulai dari kehidupan
sehari-hari, masalah belajar bahkan masa depan anak asuh.
Untuk membina karakter anak asuh yang bermacam-macam latar
belakang dan usia ini tentu pengasuh memiliki problem dan hambatan
dalam prosesnya. Tetapi bagi pengasuh tidak menjadi masalah yang berat
dalam melaksanakannya, karena sudah terbiasa dalam menangani
berbagai masalah anak asuh. Begitu pula pengasuh juga merupakan
alumni dari LKSA Muhammadiyan Tuntang yang sudah beberapa tahun
mengetahui dan memahami betul bagaimana sifat dan karakter anak asuh
di LKSA Muhammadiyah Tuntang tersebut.
Hambatan yang sering dialami oleh pengasuh adalah dari sebagian
kecil anak asuh yang belum bisa taat pada aturan, disiplin dan berakhlak
mulia yang disebabkan oleh latar belakang anak asuh. Sudah berbagai
cara dan usaha yang dilakukan mulai dari penerapan reward dan
65
punishment, pendekatan dari hati ke hati, pemberian motivasi, dan
bimbingan karakter. Jika anak belum bisa diatur, jalan terakhir yang
pengasuh gunakan adalah bermusyawarah dengan pengurus guna
memberikan keputusan terbaik bagi anak asuh.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data dan laporan yang tersaji dalam skripsi ini
penulis mengambil kesimpulan:
1. Kepemimpinan yang diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang
ini adalah demokratis yang bersifat tegas. Terutama pendidikan
kedisiplinan dalam kegiatan dan mentaati peraturan. Konsultasi atau
musyawarah memang selalu pengasuh lakukan baik dalam menyelesaikan
masalah maupun yang lainnya. Karena sudah menjadi peraturan bagi
pengasuh untuk taat pada pengurus, begitu juga pengurus harus taat pada
PDM.
2. Karakter yang dimiliki oleh anak asuh di LKSA ini adalah rendah
dalam hal akhlak dan kedisiplinan terhadap aturan dan perintah dari
pengasuh. Karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang
berhubungan dengan kondisi anak yang masih labil, masih mengikuti ego,
mengikuti kehendaknya sendiri sehingga tanggungjawabnya belum ada.
3. Kepemimpinan pengasuh dalam membentuk karakter anak asuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang menerapkan dengan model pembiasaan. Dengan
seperti ini maka anak asuh seiring dengan berjalannya waktu akan terbiasa
dengan sendirinya baik dalam berakhlak maupun berdisiplin.
67
4. Hambatan pengasuh dalam membentuk karakter anak asuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang anak yang sulit diatur. Pengasuh tetap
memberikan hukuman kepada mereka yang menjadi penghambat menuju
kebaikan. Hambatannya yaitu latar belakang anak baik dari orang tua
maupun lingkungan, serta usia anak yang berbeda-beda.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, kepemimpinan tentu harus memiliki
kesungguhan agar terwujud visi misi bersama dari sebuah lembaga. Adapun
saran untuk anak asuh yaitu:
1. Hubungan antara pengasuh dan anak asuh merupakan hubungan dialektika
dimana di atara keduanya saling memberikan pengaruh dan akibat.
Bagaimana anak asuh berdialektika dengan pengasuh dengan baik supaya
tercipta lingkungan yang harmonis.
2. Anak asuh (santri) harus patuh terhadap pengasuh dan pengurus demi
keberhasilan pembentukan karakter.
3. Apabila melakukan pelanggaran, anak asuh (santri) hendaknya sadar
bahwa sikapnya salah dan tidak mengulanginya lagi.
Adapun saran untuk pengasuh dan pengurus yaitu:
1. Sebagai upaya pembentukan karakter anak asuh, maka pengasuh dan
pengurus diharapkan meningkatkan hubungan dengan memberikan
perhatian dan pembinaan demi tercapainya keberhasilan pembentukan
karakter yang sesuai dengan harapan LKSA Muhammadiyah Tuntang.
68
2. Pengasuh dan pengurus merupakan cermin dan teladan bagi anak asuh,
oleh karena itu hendaknya lebih memperhatikan hal-hal yang bisa diambil
contoh dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Dinas Sosial. 2018. Fungsi dan Tujuan LKSA. Ungaran.
http://dinsos.bulelengkab.go.id/artikel/lembaga-kesejahteraan-sosial-anak-
lksa-93
http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html. diakses pada 29
September 2018.
Fakih, Ainur Rohim. 2001. Kepemimpinan Islam. Yogyakarta: UII Press
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hidayatullah, M. Furqon. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter
Kuat dan Cerdas.Surakarta: Yuma Pustaka.
Karim, Mohammad. 2010. Pemimpin Transformasional. Malang: UIN-
MALIKI Press.
Kartono, Kartini. 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo
Pesada.
Kasali, Rhenald. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations & Marketing Communications. Yogyakarta: Bentang.
Lestari, S & Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Lon, Y.S. (2016). Mendidik Pribadi Berkarakter “Uwa Haeng Wulang,
Langkas Haeng Ntala”. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science
Education Journal, 3(2), 2016, 166-174. doi: 10.
15408/sd.v3i2.4387.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif .
Bandung: Rosda Karya.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
70
Salahudi, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan
KarakterPendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa.
Bandung: Pustaka Setia.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: INDEKS.
Shabir, Muslich. 2004. Terjemah Riyadhus Shalihin. Semarang: Karya Toha
Putra.
Siagian, Sodang P. 2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Simanjuntak, B., I. L Pasaribu. 1990. Membina dan Mengembangkan
GenerasiMuda. Bandung: Tarsito).
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: ALFABETA.
Suprayogo, Imam dkk. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Susilo, Willy. 2013. Membangun Karakter Unggul. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Sutikno, M.Sobry. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan. Lombok: Holistica.
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
W.J.S., Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana.
71
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Bapak Muhammad Taufik, S.Pd.I
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Pengasuh
Hari/tanggal : Sabtu, 7 Juli 2018
Pukul : 19.45 WIB
Fokus : Pola Kepemimpinan Pengasuh
B. Butir – butir pertanyaan
1. Menurut saudara seberapa penting kepemimpinan di Lembaga ini?
Jawab: Dimanapun kepemimpinan sangat penting sekali. Mau sebagus
apapun lembaga itu atau sejelek apapun lembaga itu tergantung
pemimpinnya. Ibaratkan sopir bus, ketika sopir mengendarai bus belok
kanan maka semua penumpang ikut belok kanan, dan sebaliknya.
Pemimpin itulah yang menentukan akan dibawa kemana sebuah lembaga
itu.
2. Bagaimana saudara menerapkan kepemimpinan di LKSA Muhammadiyah
Tuntang?
Jawab: untuk kepemimpinan saya manut sama pengurus, pengurus matur
ngene yo saya manut. Semua yang disarankan pengurus pasti baik. Gak
mungkin pengurus menjerumuskan anak. Tapi saya sebagai pengasuh juga
punya prinsip sendiri dalam mengasuh anak. Saya tetep manut pengurus,
tapi kan kadang gak semua yang saya mau pengurus menghendaki. Jane
yang tau dan paham tentang keseharian anak kan pengasuh. Pengurus kan
72
gak begitu paham, maka kadang saya mengusulkan suatu hal yang
dibutuhkan anak. Masalah diterima atau gak urusan nanti, seng penting
usul sek. Kadang nak pas rapat saya usulkan tentang kebutuhan lembaga
dan anak.
3. Apa yang saudara ketahui tentang karakter anak asuh di LKSA
Muhammadiyah Tuntang?
Jawab: sejak saya awal mengasuh sampai saat ini yang saya pahami
tentang karakter anak asuh di sini sangat memprihatinkan, terutama dalam
bidang akhlak. Anak asuh di sini sangat rendah akhlaknya, contohnya
ketika ada tamu yang datang ke panti mereka tidak salam atau jabat tangan
kepada tamu tersebut, itu dulu yang saya lihat. Apalagi ketika
berkomunikasi dengan orang yang lebih tua belum bisa berbahasa yang
sopan. Di sini pernah mendapat teguran dari salah satu PDM yang
menyampaikan kepada saya tentang sikap anak asuh, “mas, kae bocah-
bocah opo ora diajari sopan santun?” itu pertama saya mendapat teguran.
Di samping itu tentang kedisiplinan juga belum ada. Hal ini sangat terlihat
sekali ketika anak asuh dalam menghargai waktu. Mereka belum bisa
menghargai waktu yang mereka miliki. Sholat sering telat. Waktu ngaji
malah ngobrol dewe. Yo ngono kui mas bocah-bocah kene ki. Karakter
anak yang memprihatinkan ini juga merupakan sifat bawaan yang mereka
bawa dari rumah. Karena mohon maaf ada di antara mereka yang orang
tuanya agak kurang dalam berfikir, dan ada juga yang korban perceraian,
dan lain-lain
4. Bagaimana cara saudara membentuk karakter anak asuh?
Jawab: Dalam membentuk karakter anak asuh yang saya terapkan adalah
akhlakul karimah dan disiplin. Karena kedua hal ini sangat erat
hubungannya, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Maka kedua hal ini
73
harus saling beriringan. Saya menerapkan dua hal ini karena yang sering
di lihat oleh orang lain di luar diri kita adalah akhlaknya kemudian baru
diikuti dengan kedisiplinan.
Untuk membentuk kepribadian dimulai dari pembiasaan. Memang
awalnya anak pasti memberontak dengan penerapan dua hal tersebut,
namun nanti dengan seiring berjalannya waktu anak pasti menerimanya.
Memang disiplin itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi jika tidak
disiplin. Karena yang saya khawatirkan adalah masa depan mereka yang
nanti akan kembali ke masyarakat mereka masing-masing. Saya berusaha
untuk membentuk karakter anak asuh sebaik mungkin. Maka dengan sifat
bocah seng koyo ngono mau saya terapkan dua hal, yaitu akhlak dan
kedisiplinan. Dua hal ini yang paling utama harus dimiliki oleh anak asuh
sebagai pegangan hidup mereka terutama nanti ketika kembali ke
masyarakat. Kedua hal tersebut sangat penting dan tidak bisa dipisahkan
satu sama lain, dua hal ini saling berkaitan. Soale gak mungkin kan anak
selamanya arep neng kene terus, suatu saat akan kembali ke lingkungan
mereka.
Dalam hal pendidikan baik akhlak maupun kedisiplinan saya selalu
menerapkan hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Anak yang
mendapat prestasi di sekolah dan berakhlak baik akan mendapat hadiah
dari pengasuh dan pengurus, sebaliknya anak yang nakal tidak taat pada
aturan akan diberikan hukuman.
5. Bagaimana respon anak asuh terhadap penerapan kepemimpinan saudara?
Jawab: awalnya mereka menolak dengan penerapan kedisiplinan dan
akhlak ini. Tapi nanti pasti pada akhirnya mereka akan menerima ini
semua. Untuk saat ini bisa dikatakan dari 100% yang bisa dan memahami
74
kepemimpinan yang saya terapkan kurang lebih sekitar 80%. Hanya satu
dua anak yang sulit menerimanya. Ya hanya itu itu saja orangnya.
6. Bagaimana saudara menyelesaikan masalah yang timbul dari anak asuh?
Jawab: masalah seng piye mas? Mengenai masalah individu anak pasti ada
hukuman. Reward dan punishment pasti ada. Anak yang melakukan
kesalahan atau pelanggaran yo mesti entuk hukuman. Ketika pelanggaran
itu kecil maka saya selesaikan sendiri, tapi ketika sudah sangat keterlaluan
maka kami musyawarahkan dengan pengurus.
7. Bagaimana hubungan sosial anak asuh terhadap masyarakat sekitar?
Jawab: masalah pergaulan anak kepada masyarakat cukup menurut saya.
Ketika di event masyarakat kita usahakan untuk selalu ikut berpartisipasi.
Kemarin ketika ada acara kadeso kita diminta masyarakat untuk ikut
berpartisipasi kanggo rame-rame. Pak RT juga meminta anak-anak untuk
ada yang menampilkan sesuatu ketika acara.
8. Hambatan apa saja yang saudara alami dalam proses pembentukan
kepribadian anak asuh?
Jawab: hambatan pasti ada dalam menjalankan suatu kepemimpinan.
Hanya saja tidak begitu banyak hambatan yang saya alami. Hambatannya
hanya anak asuh yang sulit diajak kerjasama. Berbagai hal sudah
dilakukan untuk membuat anak tersebut sadar. Tetapi ketika anak itu
sudah tidak bisa diberi masukan maka pengasuh tidak bisa berbuat apa-
apa. Inilah hal yang menghambat saya dalam memimpin lembaga ini.
Kalau hal yang lain saya kira tidak ada. Ngasuh anak ki gampang asline
mas, tinggal anake gelem pora. Perbedaan sifat wajar, mergone neng kene
ki yo anake wong akeh. Kadang seng sak pak wae wes bedo sifate
opomeneh iki seng pirang-pirang pak.
75
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Muhammad Chamaludin
Umur : 15 tahun
Jeniskelamin :Laki-laki
Status :Pelajar
Hari/tanggal :Selasa, 03Juli 2018
Pukul : 21.40 WIB
Fokus :Pola Kepemimpinan Pengasuh
B. Butir - butirpertanyaan
1. Menurut saudara kepemimpinan yang seperti apa yang diterapkan oleh
pengasuh LKSA MuhammadiyahTuntang?
Jawab: demokrasi, karenaapapun yang beliau lakukan selalu dibicarakan
dengan pengurus terlebih dahulu. Hasil dari anak-anak pun juga
diberitahukan kewaliatau orang tuaanakasuh, mulai dari perkembangan
diri, prestasi, dan lain-lain.Wayah liburan mesti wong tuo nak ra waline di
undang kon rene tanpa terkecuali. Wajib! Ya tujuannya agar orang tua
atau wali tahu perkembangan anaknya. Kalau dalam menaati peraturan
beliau sangat tegas. Barang siapa yang melanggar aturan akan mendapat
hukuman, tetapi di sisi lain barang siapa yang berprestasi dan baik
akhlaknya akan mendapat hadiah. Karena saya pernah mendapat hadiah.
2. Berapakah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pengasuh dalam
mendidik anak asuh di LKSA MuhammadiyahTuntang?
76
Jawab: menurutsayayademokrasiitudantegas, semua yang
menjadiaturanasramaataulembagawajibdilaksanakan.
Jikatidakakanmendapathukuman.
3. Menurutsaudara, kepemimpinanpengasuhdalamsebuahLembaga Social
itupenting? Berikanalasannya?
Jawab: penting,
denganadanyakepemimpinannyabisamengantarkananakasuhnyakejalan
yang iamaudaninsyaallahbisatercapai.
4. Bagaimanasaudaramelaksanakanperintahpengasuh?
Jawab: melaksanakandenganapa yang sayamampu, tidakmelanggar,
selalutercapaidanlancar.
5. Bagaimanacarasaudaramelaksanakannasehatdaripengasuh?
Jawab: denganhati yang penuhikhlas, denganpenuhhati-
hatidantidakmenyeleweng.
6. Bagaimana respond saudaramelihatgayakepemimpinanpengasuh di LKSA
MuhammadiyahTuntang?
Apakahkepemimpinanpengasuhberdampakpadasikapdanperilakusaudara?
Jawab: sedikitmenyakitihatiterkadang, tidaklangsung kami laksanakanapa
yang telahdiperintahkan, memberikanpengaruh yang
lebihbaikwalaupunbelummenyeluruh.
77
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Nahrowi Wibowo
Umur : 17
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Pelajar
Hari/tanggal : Rabu, 4 Juli 2018
Pukul : 12.30
Fokus : Pola Kepemimpinan Pengasuh
B. Butir - butir pertanyaan
1. Menurut saudara kepemimpinan yang seperti apa yang diterapkan oleh
pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang?
Jawaban: Dalam mengasuh beliau keras. Maksudnya dalam mendidik
anak asuh sangat keras / disiplin. Semua yang dilakukan anak asuh harus
sesuai dengan perintah atau aturan yang ada baik dari lembaga maupun
dari pengasuh. Memang banyak dari anak asuh yang merasa tertekan
dengan kepemimpinan seperti ini. Mereka merasa tertekan dengan semua
aturan dan hukuman yang ada. Tapi saya yakin semua itu demi tujuan
yang baik.
Kepemimpinan yang diterapkan adalah kepemimpinan
demokratis. Karena memang beliau tidak bisa memutuskan suatu hal
dengan satu pihak saja. Malah bahkan hampir setiap minggu pengurus dan
pengasuh mengadakan rapat untuk menimbang dan memutuskan apa saja
yang berkaitan dengan LKSA Muhammadiyah Tuntang
2. Berapakah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pengasuh dalam
mendidik anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang?
78
Jawab: menurut saya ada satu cara pengasuh dalam memimpin. Karena
berdasarkan yang saya liat kadang pengasuh keras ketika menghadapi
anak yang melanggar aturan. Tetapi ketika dalam kesehariannya pengasuh
juga menunjukkan hubungan keharmonisannya kepada anak asuh.
3. Menurut saudara, kepemimpinan pengasuh dalam sebuah Lembaga Social
itu penting? Berikan alasannya?
Jawab: Ya penting, jajal ketika gak ada presiden, apa yang akan terjadi?
Intinya penting, untuk mengatur kehidupan.
4. Bagaimana saudara melaksanakan perintah pengasuh?
Jawaban: Manut (sami‟na wa atha‟na)
5. Bagaimana cara saudara melaksanakan nasehat dari pengasuh?
Jawaban: Saya kadang berfikir dahulu tentang nasehat dari pengasuh,
sekiranya itu mampu untuk saya lakukan maka saya lakukan, tetapi ketika
saya tidak bisa melakukannya maka saya hanya diam.
6. Bagaimana respond saudara melihat gaya kepemimpinan pengasuh di
LKSA Muhammadiyah Tuntang? Apakah kepemimpinan pengasuh
berdampak pada sikap dan perilaku saudara?
Jawaban: Saya setuju dengan kepemimpinan yang diterapkan oleh
pengasuh. Karena saya termasuk orang yang sering melanggar peraturan
dan sering mendapat hukuman. Tetapi dengan itu semua saya menjadi
sadar, bahwa ternyata semua yang dikatakan pengasuh memang benar.
Semua yang kita lakukan saat ini akan membentuk kepribadian kita di
masa depan.
79
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : M. Sholichin
Umur : 18
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Pelajar
Hari/tanggal : Senin, 02 Juli 2018
Pukul : 20.12 WIB
Fokus : Pola Kepemimpinan Pengasuh
B. Butir - butir pertanyaan
1. Menurut saudara kepemimpinan yang seperti apa yang diterapkan oleh
pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang?
Jawab: Tegas. Adil. Mantep.
2. Berapakan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pengasuh dalam
mendidik anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang?
Jawab: Hanya satu yaitu demokrasi.
3. Menurut saudara, kepemimpinan pengasuh dalam sebuah Lembaga Sosial
itu penting? Berikan alasannya?
Jawab: Sangat penting, karena jika tidak ada kepemimpinan akan morak-
marik. Penyebabnya karena tidak ada yang memimpin atau
mengkoordinirnya.
4. Bagaimana saudara melaksanakan perintah pengasuh?
80
Jawab: “Aku manut, nak dikon opo wae tak laksanakan. Tapi kadang
ketika saya nggak mood atau sedang malas ya saya juga malas
melaksanakan perintah dari pengasuh. Ora tak gagas.”
5. Bagaimana cara saudara melaksanakan nasehat dari pengasuh?
Jawab: langsung tak praktekkan.
6. Bagaimana respond saudara melihat gaya kepemimpinan pengasuh di
LKSA Muhammadiyah Tuntang? Apakah kepemimpinan pengasuh
berdampak pada sikap dan perilaku saudara? Saya setuju. Baik tujuannya.
Saya biasa saja dengan pengasuh, tidak merasa takut berbeda dengan
temen yang lain ketika bertemu pegasuh langsung takut menghindar dari
hadapannya.
81
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Suryadi
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Mahasiswa
Hari/tanggal : Kamis, 05 Juli 2018
Pukul : 21.15 WIB
Fokus : Pola kepemimpinan pengasuh
B. Butir - butir pertanyaan
1. Menurut saudara kepemimpinan yang seperti apa yang diterapkan oleh
pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang?
Jawab: Pak Taufik menerapkan pola kepemimpinan demokratis, karena
apapun yang beliau berikan dan lakukan kepada anak asuh adalah atas
persetujuan dari pengurus.
2. Berapakan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pengasuh dalam
mendidik anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang?
Jawab: Hanya satu yang diterapkan pengasuh yaitu kepemimpinan
demokratis, namun tegas dalam pendidikan selalu beliau terapkan,
terutama kepada anak asuh tingkat SMP kebawah. Untuk tingkat SMA
keatas ketegasannya sudah agak berkurang karena dianggap mampu
menyelesaikan masalah serta bisa mengambil keputusan secara bijak.
3. Menurut saudara, kepemimpinan pengasuh dalam sebuah Lembaga Social
itu penting? Berikan alasannya?
82
Jawab: sangat penting. Dimanapun disebuah Organisasi atau
perkumpulan, atau instansi dibutuhakan yang namanya pemimpin guna
memimpin Organisasi tersebut menuju terwujudnya tujuan. Karena
disetiap ada perkumpulan perlu ada salah satu yang dijadikan panutan.
4. Bagaimana saudara melaksanakan perintah pengasuh?
Jawab: taat (sendiko dawuh) kepada perintahnya, karena anggapan saya
pengasuh sudah tahu apa yang seharusnya saaya lakukan. Maka dari itu
setiap apa yang diperintah pengasuh saya laksanakan dan pasti apa yang
pengasuh perintah sudah pasti tujuannya adalah baik.
5. Bagaimana cara saudara melaksanakan nasehat dari pengasuh?
Jawab: saya lakukan selagi saya bisa lakukan. Karena seyogyanya nasehat
dari pengasuh pasti bersifat positif dan demi kebaikan anak asuh itu
sendiri. Maka saya merasa senang ketika diberi nasehat oleh pengasuh,
karena disisi lain saya juga merasa diperhatikan.
6. Bagaimana respond saudara melihat gaya kepemimpinan pengasuh di
LKSA Muhammadiyah Tuntang? Apakah kepemimpinan pengasuh
berdampak pada sikap dan perilaku saudara?
Jawab: saya sutuju dengan apa yang dilakukan pengasuh terhadap anak
asuh, terutama dalam mendidik anak asuh. Semua yang telah dilakukan
oleh pengasuh semua tidak lain tujuannnya adalah untuk masa depan anak
asuh iti sendiri. Mungkin untuk sekarang dengan kepemimpinan yang
diterapkan oleh pengasuh menjadi momok bagi anak asuh, terlalu
memaksa. Tapi sebenarnya itu adalah demi masa depan anak asuh
nantinya, supaya nanti ketika mereka kembali ke lingkunagn masing-
masing dapat menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
83
DOKUMENTASI
Wawancara dengan pengasuh LKSA
Wawancara dengan anak asuh LKSA
84
Wawancara dengan anak asuh LKSA tingkat SMA
Wawancara dengan anak asuh LKSA tingkat Mahasiswa
85
Wawancara dengan anak asuh LKSA tingkat SMK
Kegiatan tafsir
86
Kegiatan kumpulan bersama wali santri LKSA
Kegiatan pembinaan karakter oleh pengasuh LKSA
87
Kegiatan latihan pidato Bahasa Indonesia
Kegiatan KADESO bersama masyarakat dusun Cikal
88
TATA TERTIB DAN PERATURAN SANTRI
LKSA MUHAMMADIYAH TUNTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Yang dimaksud dengan agama adalah agama Islam
2. Yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah Republik
Indonesia
3. Yang dimaksud pengasuh adalah pengasuh LKSA Muhammadiyah
Putera Tuntang
4. Yang dimaksud ustadz adalah ustadz pesantren LKSA
Muhammadiyah putera tuntangyang telah ditunjuk serta disahkan oleh
pengasuh.
5. Yang dimaksud santri adalah setiap anak yang berdomisili dan
terdaftar di LKSA Muhammadiyah Putera Tuntang
Pasal 2
Aturan Umum
Peraturan berlaku bagi setiap santri, baik yang masih dalam jenjang
pendidikan/siswa, atau sudah menjadi pembina.
89
Pasal 3
Perkecualian
Perkecualian dari tata tertib ini hanya bisa dilakukan dan diberikan oleh
pengasuh.
BAB II
KWAJIBAN dan HAK
Pasal 1
Umum
1. Setiap santri wajib melaksanakan perintah
Agama
2. Setiap santri wajib melaksanakan ketentuan dari LKSA
Muhammadiyah Putera Tuntang
3. Setiap santri wajib mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh
LKSA Muhammadiyah Putera Tuntang
Pasal 2
Administrasi
1. Santri wajib mendaftarkan diri di LKSA Muhammadiyah Putera
Tuntang
2. Memiliki kartu tanda santri
90
3. Santri yang pindah atau berhenti setelah mendapatkan persetujuan
pengasuh, harus menyelesaikan administrasi serta menyerahkan kartu
tanda santri.
4. Santri yang pulang/pergi dari pesantren lebih dari 1 (satu) bulan tanpa
izin dari pengasuh atau memberitahukan kepada pengurus, maka di
anggap berhenti dengan sendirinya. Dan apabila akan masuk kembali
lagi tidak diperkenankan.
Pasal 3
Pendidikan
1. Santri wajib mengikuti kegiatan belajar yang diadakan LKSA
2. Setiap santri wajib mengikuti jam wajib belajar.
3. Mengikuti kegiatan rutinitas LKSA
Pasal 4
Keamanan
1. Setiap santri wajib menetap di dalam Pondok LKSA Muhammadiyah
Putera Tuntang
2. Setiap santri wajib menjaga ketertiban dan keamanan LKSA
Muhammadiyah Putera Tuntang.
3. Setiap santri wajib meminta izin pengasuh bila keluar lingkungan
LKSA.
4. Setiap santri wajib lapor pengasuh bila kembali ke LKSA.
91
5. Setiap santri wajib lapor kepada pengasuh apabila kehilangan atau
menemukan barang.
Pasal 5
Akhlak
1. Taat kepada pengasuh dan kebijakan pengurus.
2. Menjaga etika dan prestasi serta menjungjung tinggi nama baik LKSA
Muhammadiyah Tuntang.
3. Mengikuti sholat berjama‟ah dengan menggunakan baju berkrah tidak
bergambar/logo, kecuali dalam keadaan darurat.
4. Memenuhi panggilan pengasuh.
5. Menghormati sesama, menghormati yang lebih tua dan menyayangi
yang lebih muda.
6. Berpakaian sopan, rapidan baik.
7. Menghormati tamu.
8. Menghadiri pengajian umum atau pengarahan yang diadakan pengasuh
atau pengurus.
Pasal 6
Kebersihan, Kesehatan dan Pemakaian Fasilitas
1. Menjaga kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan LKSA
Muhammadiyah Tuntang.
92
2. Memelihara gedung/bangunan dan peralatan yang ada di dalam LKSA
Muhammadiyah Tuntang.
3. Mengikuti kerja bakti dan bakti sosial.
4. Membuang sampah pada tempatnya.
5. Menggunakan aliran listrik sesuai dengan watt dan peruntukan yang
telah ditentukan.
6. Memasak pada tempat yang telah disediakan.
7. Menggunakan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) dengan selayaknya
dan menjaga kebersihan dan kelestariannya.
Pasal 7
Organisasi
1. Mengikuti organisasi intern dan ekstern yang direkomendasi oleh
LKSA Muhammadiyah Tuntang.
2. Meminta izin kepada pengasuh pada setiap kegiatan yang diadakan di
dalam / diluar lingkungan.
3. Kegiatan yang dilaksanakan bersifat positif.
Pasal 8
Hak
1. Memperolah pendidikan baik sekolah maupun LKSA Muhammadiyah
Tuntang
2. Menggunakan fasilitas LKSA Muhammadiyah Tuntang
3. Memperoleh pelayanan yang baik
93
BAB III
LARANGAN
Pasal 1
Umum
1. Setiap santri dilarang melakukan segala sesuatu yang dilarang Agama
2. Setiap santri dilarang melakukan sega sesuatu yang dilarang
Pemerintah.
Pasal 2
Administrasi
1. Masuk pesantren tanpa izin pengasuh.
2. Pindah LKSA tanpa izin dan sepengetahuan pengasuh.
Pasal 3
Keamanan
1. Menetap di luar lingkungan LKSA Muhammadiyah Tuntang.
2. Menyaksikan pertunjukan di luar LKSA Muhammadiyah Tuntang.
3. Melanggar larangan syar‟i seperti zina, mencuri, taruhan, mengghosob
dan lain-lain.
4. Mengkonsumsi, memiliki menyimpan atau mengedarkan MIRAS dan
NARKOBA.
5. Memiliki, menyimpan, melihat dan membaca atau mengedarkan
gambar PORNO menurut pandangan LKSA Muhammadiyah Tuntang.
94
6. Memiliki, menyimpan, dan memperjualbelikan senjata api maupun
senjata tajam.
7. Bertengkar atau berkelahi.
8. Bermain atau menyimpan remi, domino, catur, play station, layang-
layang dan sejenisnya.
9. Menyembunyikan atau menyimpan alat-alat music, radio, tape
recorder, TV, hand phone, dan barang-barang elektronik lainnya.
10. Menyewa, meminjam atau membawa sepeda motor, kecuali dengan
izin tertulis dari pengasuh.
11. Menyalah gunakan surat izin.
12. Menemui atau menerima lawan jenis yang bukan mahramnya.
13. Menerima tamu putra atau putri di dalam kamar.
14. Mengikuti, mengadakan demonstrasi, unjuk rasa dan sejenisnya.
15. Mengakses internet di WARNET tanpa seizin pengasuh.
16. Bermain play station di rental.
17. Nonton bola di Stadion/tempat lainnya tanpa izin.
18. Surat-menyurat dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
19. Bepergian atau pulang pada malam hari.
Pasal 4
Akhlak
1. Santri dilarang merokok.
2. Bergurau atau duduk di tepi jalan.
95
3. Menghina atau melawan pengurus.
4. Membully/menindas santri lain.
5. Berambut gondrong, berkuku panjang, berkalung, bergelang, bertindik,
atau bertato.
6. Menyemir rambut.
7. Bersorak-sorak, menggangu atau menghina tamu.
8. Mengumpat atau berkata jorok.
9. Memakai pakaian yang mempertontonkan aurat.
10. Berkata kotor.
Pasal 5
Kebersihan, Kesehatan, dan Pemakaian Fasilitas
1. Membuang air dan melempar botol dari lantai atasdan membuang
sampah di sembarang tempat.
2. Memelihara binatang.
3. Buang air kecil atau besardi tempatlain yang telah disediakan.
4. Corat-coret pada dinding, meja dan kursi.
5. Olah raga atau kegiatan lain di luar LKSA tanpa izin pengasuh
6. Menempatkan alas kaki tidak pada tempatnya.
7. Memindah atau merusak inventaris LKSA Muhammadiyah Tuntang
96
Pasal 6
Organisasi
1. Menjadi anggota organisasi yang tidak ada kaitan langsung dengan
pondok pesantren, kecuali mendapat izin pengasuh.
2. Menyalah gunakan izin organisas
BAB IV
JENIS HUKUMAN
Pasal 1
Ringan
1. Diperingatkan.
2. Membuat surat pernyataan diri tidak mengulangi lagi.
3. Membaca Al‟quran
4. Kerja bakti
5. Disita barang buktinya.
6. Ganti rugi.
7. Dihukum sesuai kebijaksanaan.
Pasal 2
Sedang
1. Peringatan dan disita barang buktinya.
2. Potong pendek/bros dan disita barang buktinya.
3. Gundul dan disita barang buktinya
97
Pasal 3
Berat
Gundul, guyur dan dikembalikan kepada orang tua atau wali santri setelah
dilakukan komunikasi dengan orang tua/wali santri.
Pasal 4
Keputusan Hukuman
1. Jenis hukuman untuk pelanggaran berat diputuskan oleh pengasuh dan
pengurus dengan mempertimbangkan jenis pelanggaran.
2. Jenis hukuman untuk pelanggaran sedang diputuskan oleh pengasuh.
3. Hukuman yang tidak diindahkan akan ditindak lanjuti dengan
hukuman yang lebih berat.
Pasal 5
Pelaksanaan Hukuman
Dihukum sesuai jenis hukuman ringan yaitu setiap santri yang:
1. Tidak sholat berjama‟ah pada waktu yang diwajibkan berjama‟ah
2. Tidak membuang sampah pada tempatnya.
3. Membuat gaduh terutama waktu shalat berjama‟ah, pengajian, jam
wajib belajar sekolah
4. Membuang air dan botol dari atas lantai, atau membuang sampah di
sembarang tempat.
5. Coret-coret pada dinding, meja dan bangku.
6. Bepergian atau pulang pada malam hari.
98
7. Tidak mengikuti kegiatan rutinitas.
8. Masuk kamar, aula, ruang makan, dapur dan tempat wudhu kaki dalam
keadaan kotor.
9. Tidak melaksanakan piket pagi dan sore, dan piket adzan.
10. Tidak tidur siang hari bagi anak MI/SD
11. Tidak memelihara barang pribadi seperti pakaian, sabun dan lainnya.
12. Meminjam barang temannya tanpa izin.
13. Menggunakan fasilitas LKSA tanpa izin.
14. Tidur saat kegiatan (belajar atau mengaji dan lain-lain).
15. Bermain atau tidak serius saat kegiatan.
Pasal 6
Dihukum dengan hukuman bros/gundul serta disita barang
buktinya yaitu setiap santri yang:
1. Bermain atau menyimpan remi, domino, play station, layang-layang
dan sejenisnya.
2. Menyembunyikan atau menyimpan; alat-alat musik, radio, tape
recorder, TV, hand phone, dan barang-barang elektronik lainnya.
3. Menyalah gunakan izin.
4. Surat-menyurat dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
5. Olah raga atau berkegiatan di luar LKSA.
6. Mengakses internet di WARNET.
99
7. Nonton bola di luar LKSA.
8. Bermain play station di rental.
9. Keluar malam hari tanpa izin pengasuh meskipun hanya sekali.
10. Menyemir rambut.
Pasal 7
Dihukum dengan hukuman gundul disita barang buktinya.
Yaitu setiap santri:
2. Tidak menetap di Pondok LKSA.
3. Rekreasi atau menyaksikan pertunjukan.
4. Memiliki, menyimpan, melihat dan membaca atau mengedarkan
buku/gambar PORNO menurut pandangan LKSA.
5. Memiliki, menyimpan, dan memperjual belikan senjata tajam/senjata
api.
6. Mengganggu atau berkenalan dengan lawan jenis (pacaran).
7. Tidak mengikuti jam wajib belajar.
8. Tidak meminta izin pengasuh bila keluar dari LKSA
Dihukum dengan hukuman gundul dan dihadapkan kepada
pengasuh atau dikembalikan kepada orang tua atau wali, yaitu orang
yang:
1. Tidak taat kepada pengasuh dan kebijaksanaan pengurus.
2. Tidak mengikuti sekolah tanpa keterangan sekurang-kurangnya
seminggu dan kegiatan wajib yang diadakan LKSA
100
3. Tidak menjaga ketertiban LKSA.
4. Melanggar larangan syar‟i seperti berzina, mencuri dan lain-lain.
5. Mengkonsumsi, memilik, menyimpan atau mengedarkan MIRAS dan
NARKOBA.
6. Bertengkar atau berkelahi.
7. Menghina atau melawan pengurus pesantren.
8. Pencemaran nama baik LKSA.
BAB V
TUJUAN TATA TERTIB
Pasal 1
Tujuan pembentukan petunjuk keputusan hukuman tata tertib
LKSA Muhammadiyah Tuntang meningkatkan kedisiplinan, wawasan dan
pandangan pengurus dan santri.
2. Menjamin tercapainya kebenaran formal dan terlindunginya
kepentingan semua pihak.
3. Pedoman bagi pengurus atau pengasuh dalam menentukan dan
mengambil suatu keputusan yang jujur dan adil serta dapat
dipertanggungjawabkan.
101
102
103
104
DAFTAR NILAI SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Arif Dwi Susianto Jurusan : PAI
NIM : 111-14-172 Dosen PA : Fatchurrohman, M.Pd
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Skor
1 OPAK STAIN SALATIGA
2014 dengan tema dengan
tema “Aktualisasi Gerakan
Mahasiswa yang Beretika,
Disiplin dan Berfikir Terbuka”
18-19 Agustus
2014
Peserta 3
2 OPAK JURUSAN
TARBIYAH STAIN
SALATIGA 2014 dengan
tema “Aktualisasi Pendidikan
Karakter Sebagai Pembentuk
Generasi yang Religius,
Educative, dan Humanis”
20-21 Agustus
2014
Peserta 3
3 ORIENTASI DASAR
KEISLAMAN (ODK) dengan
tema “Pemahaman Islam
Rahmatal Lil „alamin Sebagai
Langkah Awal Menjadi
Mahasiswa Berkarakter” oleh
LDK dan ITTAQO STAIN
Salatiga
21 Agustus 2014 Peserta 2
4 ACHIEVEMENT
MOTIVATION TRAINING
(AMT) dengan tema “Dengan
AMT Semangat Menyongsong
Prestasi” oleh CEC dan JQH
STAIN SALATIGA
23 Agustus 2014 Peserta 2
5 “ LIBRARY USER
EDUCATION (Pendidikan
Pemustaka) oleh UPT
PERPUSTAKAAN STAIN
28 Agustus 2014 Peserta 2
105
SALATIGA”
6 “Training Pembuatan
Makalah” oleh lembaga
dakwah kampus (LDK )
STAIN salatiga.
17 September
2014
Peserta 2
7 MASA TA‟ARUF (MASTA)
2014 oleh Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM)
Salatiga
26 September
2014
Peserta 2
8 Sarasehan dan Donor Darah
oleh Pimpinan Cabang Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) Salatiga dengan tema
“Berkarya Sesuai Potensi”
26 Oktober 2014 Peserta 2
9 Latihan Administrasi
Manajemen Organisasi
(LAMO) oleh Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) Salatiga
13-14 Desember
2014
Panitia 4
10 MASTA dan SEMINAR
NASIONAL dengan tema
“Membumikan Gerakan
Mahasiswa Berilmu Amaliah,
Amal Ilmiah” oleh IMM
Salatiga
12 September
2015
Panitia 4
11 DARUL ARQAM DASAR
(DAD) dengan tema
“Aktualisasi Gerakan Menuju
Kader Ikatan yang
Berintelektual, Religius dan
Humanis” oleh IMM Salatiga
23-25 Oktober
2015
Panitia 4
12 Rapat Koordinasi Daerah
(RAKORDA) DPD IMM
Jawa Tengah dengan tema
“Ejawantah Aktualisasi
Keilmuan Menuju Jawa
28-29 November
2015
Panitia 6
106
Tengah Berkemajuan”
13 Seminar Motivasi dengan
tema “Kenali Diri Raih
Prestasi” oleh Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam (UKMI)
STIE “AMA” Salatiga
16 Desember
2015
Peserta 3
14 NOBAR (Nonton Bareng) dan
Sharing bersama Bpk.
Hammam, S.Pd.,M.Pd dengan
judul film “BAJRANGI
BHAIJAAN” oleh IMM
Salatiga
17 Desember
2015
Panitia 4
15 LATIHAN ADMINISTRASI
MENEJEMEN ORGANISASI
(LAMO) dengan tema
“Rekonstruksi Substansi
Administrasi Ikatan dalam
Membangun Paradigma
Berorganisasi” oleh IMM
Salatiga
25 Desember
2015
Panitia 4
16 PELATIHAN JURNALISTIK
dengan tema “Realisasi
Intelektualitas Kader sebagai
Aktivis Melalui Gerakan
Menulis” oleh IMM Salatiga
16-17 Januari
2016
Panitia 4
17 SK Pimpinan Komisariat
Ahmad Dahlan IMM Salatiga
periode 2016-2017
13 Maret 2016 Bendahara
Umum
6
18 Dakwah Administrasi
Manajemen Ikatan IX 2016
dengan tema “Mempersiapkan
Kader Bercendekia sebagai
Langkah Perkaderan” oleh
IMM Komisariat Ahmad
Dahlan UMS
20-22 Mei 2016 Peserta 3
19 MASTA dan SEMINAR
NASIONAL dengan tema
10 September Panitia 4
107
“Membangun Intelektualitas
Mahasiswa Melalui Budaya
Literasi di Era Virtual” oleh
IMM Salatiga
2016
20 Jambore Panti Asuhan
Muhammadiyah dan
„Aisyiyah se Jawa Tengah
dengan tema “Membangun
Kemandirian Anak Panti
Asuhan Menuju
Muhammadiyah
Berkemajuan” oleh Majelis
Pelayanan Social (MPS) PWM
Jawa Tengah
14-16 Oktober
2016
Peserta 4
21 SEMINAR NASIONAL
INSPIRA dengan tema
“Mengenal Cinta dalam
Bingkai Ridho-Nya untuk
Mencapai Surga-Nya” oleh
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
26 Februari 2017 Peserta 2
22 SYAHADAH DARUL
ARQOM MADYA oleh PC
IMM Banyumas
17-21 Mei 2017 Peserta 6
23 Pelatihan Kader Taruna Melati
I (PK-TM 1) Pimpinan
Wilayah Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Jawa Tengah
dengan tema “Penyiapan
Kader Ikatan Dalam
Meneruskan Estafet
Kepemimpinan Untuk IPM
Kabupaten Semarang”
28-30 Juli 2017 Peserta 3
24 DIALOG INTERAKTIF
KEBANGSAAN dengan tema
“Pendidikan Pemilih dalam
17 Oktober 2017 Panitia 4
108
109
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Arif Dwi Susianto
NIM : 11114172
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang. 02 Maret 1997
Alamat : Jl. Fatmawati No 96 Tuntang
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. TK Pertiwi 01 Suruh : Tahun 2002-2003
2. SDN 02 Suruh : Tahun 2003-2004
3. SDN 02 Lemah Ireng : Tahun 2004-2008
4. SMP Muhammadiyah Ambarawa : Tahun 2008-2011
5. SMA Muhammadiyah (plus) Salatiga : Tahun 2011-2014
Riwayat Organisasi
1. 2014-2018 : Kaderisasi IMM Kota Salatiga
2. 2015-2018 : Kaderisasi IPM Kab. Semarang
3. 2018-selesai : Dema Institut IAIN Salatiga