22
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR (Studi Korelasi antara Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga, Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo) Fachrudin Rahmat Bintoro Tanti Hermawati Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract This study aims to investigate the influence of interpersonal communication patterns of parents , achievement motivation and academic achievement among children in V - VI grade students of State Elementary School Parangjoro 01 Sukoharjo . The method used in this study is the correlation method for mngetahui relationship of two or more variables using test hypotheses or predictions . Research analysis technique used was chi square . Data collection techniques used in this research is the primary data is data obtained from questionnaires distributed students This type of research uses explanatory, the study describes causal relationships between variables research with hypothesis testing. The population in this study is a Class V - VI State Primary School Parangjoro 01 Sukoharjo primary data by coding sheet ( coding sheet) . This data collection is done by recording , select and encode the data required in accordance with the object of further studies to restock literature data. Results of the study can be seen from the table correlations obtained by variable patterns of interpersonal communication with the family of achievement motivation and methods of the two sides (sig [2-tailed]) of the output value is greater than the probability of 0.05 propabilitas Sig or (0.000 <0.05), then Ho rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that family interpersonal communication patterns have a significant relationship with achievement motivation, achievement motivation variable and academic achievement of output sig. 0,003 less than propabilitas Sig or (0.003 <0.05), then Ho is rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that achievement motivation has a significant relationship with student achievement, the variable patterns of interpersonal communication with family and academic achievement sig. amounted to 0,021 smaller than propabilitas Sig or (0.021 <0.05), then the family interpersonal communication patterns have a significant relationship with student achievement.

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, · PDF fileberkembang sesuai dengan harapan masyarakat, remaja perlu untuk memiliki nilai yang tepat bagaimana mereka seharusnya berperilaku

Embed Size (px)

Citation preview

0

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR

(Studi Korelasi antara Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga, Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI

Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo)

Fachrudin Rahmat Bintoro

Tanti Hermawati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

This study aims to investigate the influence of interpersonal communication patterns of parents , achievement motivation and academic achievement among children in V - VI grade students of State Elementary School Parangjoro 01 Sukoharjo . The method used in this study is the correlation method for mngetahui relationship of two or more variables using test hypotheses or predictions . Research analysis technique used was chi square . Data collection techniques used in this research is the primary data is data obtained from questionnaires distributed students

This type of research uses explanatory, the study describes causal relationships between variables research with hypothesis testing. The population in this study is a Class V - VI State Primary School Parangjoro 01 Sukoharjo primary data by coding sheet ( coding sheet) . This data collection is done by recording , select and encode the data required in accordance with the object of further studies to restock literature data.

Results of the study can be seen from the table correlations obtained by variable patterns of interpersonal communication with the family of achievement motivation and methods of the two sides (sig [2-tailed]) of the output value is greater than the probability of 0.05 propabilitas Sig or (0.000 <0.05), then Ho rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that family interpersonal communication patterns have a significant relationship with achievement motivation, achievement motivation variable and academic achievement of output sig. 0,003 less than propabilitas Sig or (0.003 <0.05), then Ho is rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that achievement motivation has a significant relationship with student achievement, the variable patterns of interpersonal communication with family and academic achievement sig. amounted to 0,021 smaller than propabilitas Sig or (0.021 <0.05), then the family interpersonal communication patterns have a significant relationship with student achievement.

1

Keywords :communication patterns, achievement motivation, academic achievement

Pendahuluan

Komunikasi dalam interaksi keluarga penyampai pesan dapat ayah, ibu,

orang tua, anak, suami, isteri, mertua, kakek, nenek. Begitupun sebagai penerima

pesan. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi, nasihat, petunjuk,

pengarahan, meminta bantuan.Pembicaraan ringan pada suku primitive yang

bertujuan untuk menunjukkan rasa suka atau tidak suka, atau yang tidak

menjelaskan sebuah peristiwa, serta komentar atas sesuatu yang sudah jelas

merupakan kajian baru. Menurut Malinowski, menyebutkan tipe baru ini dengan

istilah phatic communion. Phatic communion didefinisikan sebagai “a type of

speech in which in which ties of union are created of word”.1 Phatic communion

mempunyai fungsi social, yang dapat digunakan dalam suasana ramah tamah dan

dalam ikatan personal antar perserta komunikasi.

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi untuk

berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, remaja perlu untuk memiliki nilai

yang tepat bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Anak juga merupakan cikal

bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan

bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah asset

bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan

anak sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula

kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak

tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.

Menilik dari pentingnya peran anak dimasa mendatang, menurut Ali

bahwa lingkungan keluarga sangat mempengaruhi bagi pengembangan

kepribadian anak dalam hal ini orang tua harus berusaha untuk menciptakan

lingkungan keluarga yang sesuai dengan keadaan anak.

1. B. Malinowski, 1993, "The Problem of Meaning in Primitive Languages," in The Meaning of

Meaning. London, C. K. Ogden and I. A. Richards, Eds. London: K. Paul, Trend, Trubner, pp. 296-336. Hlm 315.

2

Dalam lingkungan keluarga harus diciptakan suasana yang serasi,

seimbang, dan selaras, orang tua harus bersikap demokrasi baik dalam

memberikan larangan, dan berupaya merangsang anak menjadi percaya diri.

Pendapat lain tentang peran dan tugas orang tua adalah sebagai berikut,

”Komunikasi ibu dan ayah dalam keluarga sangat menentukan pembentukan

pribadi anak-anak di dalam dan di luar rumah. Selanjutnya dikatakan bahwa

seorang ayah umumnya berfungsi sebagai dasar hukum bagi putra-putrinya,

sedangkan seorang ibu berfungsi sebagai landasan moral bagi hukum itu sendiri”.2

Terkait dengan motivasi berprestasi, menurut Sprinthall & Sprinthall

dalam Woolfolk, siswa yang bermotivasi untuk belajar adalah sisiwa yang

cenderung untuk menemukan aktifitas akademi yang berarti dan bermanfaat, serta

berusaha untuk mendapatkan manfaat yang diharapakan dari aktifitas-aktifitas

akademi tersebut. Selanjutnya terkait hasil penelitian Sprinthall & Sprinthall,

menyatakan bahwa anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai

banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Anak dengan motivasi belajar

tinggi memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi

kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang

bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, senang mencari dan

memecahkan soal-soal.3

Dilihat dari sisi motivasi berprestasi, terlihat betapa pentingnya motivator

dalam diri siswa. Komunikasi interpersonal orang tua terhadap anak memiliki

kedudukan yang strategis dalam proses belajar siswa di rumah. Prestasi anak didik

dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan salah satunya

adalah pola komunikasi orang tua, namun tidak boleh mengsampingkan

kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu, faktor yang sangat

menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk

berprestasi.Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi

prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang

2. Alif Gunawan. 2013. Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan. Vol 1, No. 3,

Oktober 2013, ISNN: 2302-4119. Hlm 21. 3. Woolfolk, A.E, 2004, Educational Psychology 9th ed. United State of America: Mc.Grawhill.

Hlm 34.

3

dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung

agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal

adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Motivasi

merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan

afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.4

Pendapat Sudono yang mengemukakan bahwa untuk memotivasi anak

agar gairah belajarnya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka

dan membuat mereka merasa berguna. Hal ini dapat terwujud jika orang tua

mampu membina hubungan yang baik melalui komunikasi yang intensif dan

diwarnai suasana santai dengan saling berbagi, saling mendengarkan dan

mengungkapkan isi hati.Sebaliknya jika orang tua tidak mampu mempertahankan

kesinambungan komunikasi yang intensif dengan anak, maka motivasi belajarpun

dapat terhambat.Komunikasi merupakan hal yang dilakukan oleh setiap orang

dalam kehidupan, terkadang dianggap sederhana, namun untuk mencapai tujuan

komunikasi yang efektif tidak semudah yang kita bayangkan.5

Interaksi dalam hal ini intensitas komunikasi keluarga sangat mendukung

tingkat pendidikan dalam membimbing anak agar berprestasi. Menurut Wirawan,

definisi prestasi belajar adalah hasil yang di capai seseorang dalam usaha

belajarnya sebagaimana di cantumkan dalam nilai rapor.6 Selanjutnya menurut

Surya mengatakan prestasi belajar adalah seluruh hasil yang telah di capai

(achievement) yang di peroleh melalui proses belajar akademik (academic

achievement).7

Prestasi bejalar menurut Tjundjing adalah suatu istilah yang menunjukkan

tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diajarkan yang

diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan

baik. Sebuah data dari dinas pendidikan yang dirilis oleh harian Kompas tanggal

22 Juli 2005 menunjukkan sekitar 27 % anak-anak di seluruh Indonesia putus

4. Wasti Sumanta. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.. Hlm 203. 5. Sudono. 2000. Keluarga Kunci Sukses Anak, cet.I. Jakarta: Kompas. Hlm 3. 6. Murjono, 2001.Pengaruh persepsi siswa terhadap tugas guru tehadap prestasi belajar bidang

studi matematika. Jurnal Anima, Indonesia Psichological 15, 246-254. Hlm 253-254. 7. Ibid. Hlm 253-254.

4

sekolah sebelum lulus sekolah menengah (SMU). Beberapa laporan panel dan

komisi nasional yang mengkaji pendidikan umum di Indonesia setuju bahwa

prestasi sekolah anak-anak berada di bawah standar.Alasan utama yang

dikemukakan banyak diantara mereka kurang memiliki motivasi belajar di

sekolah.8

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini:

1. Adakah hubungan antara pola komunikasi interpersonal keluarga dengan

motivasi berprestasi di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar di Sekolah

Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?

2. Adakah hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar anak-anak di

Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?

3. Adakah hubungan antara pola komunikasi interpersonal keluarga dengan

prestasi belajar di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar di Sekolah

Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola komunikasi interpersonal

keluarga dengan motivasi berprestasi di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah

Dasar di Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.

2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar dengan prestasi belajar

anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01

Sukoharjo.

3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola komunikasi interpersonal

keluarga dengan prestasi belajar di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar

Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.

8. Hodijah , 2010. Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dengan

Motivasi Belajar Anak.Jurnal Psychology. Universitas Gunadarma. . Hlm 4.

5

Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Komunikasi

Penelitian yang bertujuan hendak mencari penjelasan mengenai

hubungan antar gejala haruslah mempunyai landasan suatu teori atau kerangka

teori tertentu. Apabila hendak diteliti pengaruh atau efek media, hal tersebut

bias dijelaskan melalui berbagai teori komunikasi yang antara lain ialah : teori

peluru (bullet teori) yang sering juga disebut dengan teori jarum suntik

(hyperdermic theory), teori pengaruh terbatas yang moderat dan sebagainya.9

Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun

tidak langsung (melalui media).10

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan

siapa ? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat

atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what

effect?).11

Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah: a)

Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan

kepada pihak lain, b) Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan

disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain, c) Saluran (channel) adalah

media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi

antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan

getaran nada/suara, d) Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang

menerima pesan dari pihak lain, e) Umpan balik (feedback) adalah tanggapan

dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya, f) Aturan yang

disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan

dijalankan ("Protokol").12

9. Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.. Hlm 19. 10. Effendi, Unong Uchana, 1999, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja

RusdaKarya. Hlm 234. 11. Ibid. Hlm 235. 12. Ibid. Hlm 236.

6

2. Komunikasi Phatic

Komunikasi Fatis (Phatic)adalah komunikasi yang bertujuan untuk

menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Pada

umumnya komunikasi fatis ini dilakukan melalui komunikasi yang dilakukan

secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali

rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh

individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai

potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku

yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi

secara keseluruhan.13

Komunikasi fatis digunakan untuk menyatakan dua belas fungsi, yaitu

untuk memecahkan kesenyapan, untuk memulai percakapan, untuk melakukan

basa-basi, untuk melakukan gosip, untuk menjaga agar percakapan tetap

berlangsung, untuk mengungkapkan solidaritas, untuk menciptakan harmoni,

untuk menciptakan perasaan nyaman, untuk mengungkapkan empati, untuk

mengungkapkan persahabatan,untuk mengungkapkan penghormatan, dan

untuk mengungkapkan kesantunan.14

Komunikasi fatis merupakan lembaga sosial (Phatic communication

as a social institution) yang dalam pelembagaannya memiliki dua tipe, yaitu

standarisasi (standardization) dan konvensionalisasi (conventionalization).

Standarisasi berarti bahwa dalam komunikasi fatis interpretasi yang terjadi

dalam makna yang terungkap dan dipahami tanpa ada unsur konvensional.

Sedangkan Konvensionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dilakukan dengan

ekspresi yang bersifat konvensional, seperti penggunaan kata hai dan halo.

Dari paparan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya

komunikasi fatis itu dilakukan secara verbal dan nonverbal, yakni mencakup

lisan, tulisan dan isyarat tubuh.15

13. Sasa Djuarsa, 2004, Teori Komunikasi, Bandung: Rosda. Hlm 6. 14. Ibid. Hlm 6. 15. Jumanto, 2005, Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris.Jakarta : Bumi

Aksara.. Hlm 7.

7

3. Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses

komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi

dengan komponen lainnya.16 Pola Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau

pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan

cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas

terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.

a. Authotarian (Cenderung bersikap bermusuhan)

Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun

kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando

(mengharuskan / memeritah anak untuk melakukan sesuatu tanpa

kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap

menolak.

b. Permissive (Cenderung berprilaku bebas)

Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namun kontrolnya

rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau

keinginannya. Sedang anak bersikap impulsif serta agresif, kurang

memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya

dan prestasinya rendah.

c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan)

Dalam hal ini acceptance orang tua dan kontrolnya tingg, bersikap

responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan

pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan

yang baik dan buruk. Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik

jika antara komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan

sportif untuk saling menerima satu sama lain.

4. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam

tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya

16. Agoes Soejanto. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Roedakarya. Hlm 27.

8

pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan

dan saling menyerahkan diri yang dijalin oleh kasih sayang.17

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

kelurga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Soelaeman,

secara psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama

dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya

pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan

dan saling menyerahkan diri.Untuk menciptakan keluarga sejahtera tidaklah

mudah, kaya atau miskin bukan satu-satunya indikator untuk menilai sejahtera

atau tidak suatu keluarga. Dalam rangka untuk membangun keluarga yang

berkualitas tidak terlepas dari usaha anggota keluarga yang berkualitas yang

diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga keluarga yang dicirikan

kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga.18

Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari

tradisi budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam

konteks sosial, anak pasti hidup bermasyarakat dan bersatu dengan budaya

yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini orang tua memiliki tanggung jawab

untuk mendidik anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasayarakat

dan hidup dengan budaya yang lebih baik dalam masyarakat. Sebagaiu

anggota masyarakat, anak dituntut untuk terlibat di dalamnya dan bukan

sebagai penonton tanpa mengambil peranan.19

5. Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam

kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari

kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya

kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu

komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dengan anak

17. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta:

Rineka Cipta. Hlm 16.

18. Alif Gunawan. Op Cit. Hlm 16.

19. Ibid. Hlm 17.

9

perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungan yang

baik dalam keluarga. 20

Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan keluarga

dimana didalamnya terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan

perilaku anak yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.Komunikasi

dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari

orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua ataupun anak ke anak. Dalam

komunikasi keluarga, tanggung jawab orang tua adalah mendidik anak, maka

komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan. Ada sejumlah norma

yang diwariskan orang tua pada anak, misalnya norma agama, norma akhlak, norma

sosial, norma etika dan estetika dan juga norma moral.21

Komunikasi interpersonal dalam keluarga yang terjalin antara orang

tua dan anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan

perkembangan individu komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang

efektif, karena menurut effendi, komunikasi yang efektif dapat menimbulkan

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang baik dan

tindakan.22 Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina

komunikasi yang efektif antara orang tua dan anaknya, sehingga akan terjadi

hubungan yang harmonis.23

Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap penting untuk

mencapai tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan.Komunikasi

dikatakanberhasil kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi

demikian harus dilakukan dengan efektif. Orang tua sebagai pemimpin dalam

keluarga, dapat berperan sebagai komunikator atau dapat menunjuk salah

seorang anggota keluarga menjadi komunikator. Fungsi komunikator adalah

menyediakan sumber informasi. Selanjutnya menjaring dan mengevaluasi

informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam suatu bentuk yang

cocok dengan bagi beberapa anggota keluarga sebagai penerima informasi.

Peranan utama komunikator adalah menciptakan suasana yang baik dalam

20. Djamarah, Syaiful Bahri. Op Cit. Hlm 16.

21. UPI Liliweri, Alo. 2007. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti. Hlm 16. 22. Effendi, Unong Uchana. 2002. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya

Bakti. Hlm 8.

23. Gunawan.Op Cit. Hlm 218.

10

proses komunikasi tersebut.Anggota keluarga lainnya menjadi komunikan

yang aktif berpartisipasi.24

6. Motivasi

Menurut Hillgard & Russel, motivasi dapat diartikan sebagai proses

perubahan tenaga dalam diri seseorang, yang ditandai oleh dorongan efektif

dan reaksi-reaksi mencapai tujuan.25 Sedangkan menurut Woodworth &

Marquis, mengatakan bahwa motivasi adalah satu set motif atau kesiapan

yang menjadikan individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.26

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen

pokok, yaitu menggerakkan, yang berarti menimbulkan kekuatan pada

individu, mengarahkan, yang berarti menyalurkan prestasi belajar terhadap

sesuatu, menopang prestasi belajar manusia, yakni lingkungan sekitar harus

menguatkan (Reinforce) intensitas, dan arah dorongan-dorongan dan

kekuatan-kekuatan individu.27

Menurut Brophy (dalam Woolfolk, 2004) motivasi belajar adalah

suatu kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti

dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut.Menurut

Winkle (dalam Abror 1993), motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.28

Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), bahwa motivasi belajar

merupakan suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang yang

memberikan gairah atau semangat dalam belajar, mengandung usaha untuk

mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan

belajar.29

24. Cecep Darmawan, 2007, Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global”dalam

Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam kehidupan Keluarga Sekolah dan Masyarakat, Bandung : Jurusan PKK FPTK UPI. Hlm 1..

25. Wasti Sumanta. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 3. 26. Abror R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hlm 3. 27. Purwanta. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 31. 28. Woolfolk, A.E, 2004, Educational Psychology 9th ed. United State of America: Mc.Grawhill. 29. Wlodkowski, RJ & Jaynes, J.H. 2004.Motivasi Belajar cet. I. Depok: Cerdas Pustaka.

11

Sprinthall &Sprinthall menggolongkan motivasi ke dalam dua

bagian :30

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena berasal dari dalam diri siswa

sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, yang

termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi

materi, dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Misalnya, untuk

kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri

siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti

pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang

tua, guru, dan seterusnya.Merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik

yang dapat menolong siswa dalam belajar. Namun demikian Sprinthall

&Sprinthall menyimpulkan bahwa dalam proses interaksi belajar-

mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan

untuk mendorong anak agar tekun belajar.31

7. Prestasi belajar

Prestasi merupakan hasil akhir dari pekerjaan yang telah dilakukan. Hal

ini sesuai dengan makna prestasi yang diungkapkan oleh Poerwadarminto

mendefinisikan bahwa : “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan,

dikerjakan”.32Sedangkan menurut Omar Hamalik, Prestasi belajar adalah

sebagai hasil yang dicapai dari usaha seseorang untuk mengubah dirinya

dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil perubahan itu diperoleh

melalui latihan dan pengalaman.33

30. Sprinthall, N.A, Sprinthall, R.C, 1990, Educational Psychology :A Developmental approach

ed.5. New York: Mc. Grawhill.. Hlm 45. 31. Ibid. Hlm 45. 32. Poerwodarminta. 1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka, Ed. 3,

Cet.2..Jakarta: Balai Pustaka Hlm 768. 33. Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara. Hlm 11.

12

Syaiful Bahri Djamarah berpendapat, “Prestasi adalah suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun

kelompok.”34Prestasi tidak akan pernah dicapai jika seseorang tidak

melakukan kegiatan.Chosiyah berpendapat bahwa, “Prestasi adalah hasil yang

diperoleh setelah mngikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya bias

ditentukan dengan memberi tes pada akhir pendidikan”.35

Prestasi belajar adalah sebagai hasil yang dicapai dari usaha seseorang

untuk mengubah dirinya dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil

perubahan itu diperoleh melalui latihan dan pengalaman.36Prestasi belajar

merupakan suatu hal yang penting dalam dunia pendidikan, karena

mempunyai beberapa fungsi utama. Fungsi prestasi belajar dikemukakan oleh

Zainal Arifin adalah:37

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kauntitas pengetahuan yang

telah dikuasai anak didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang kepuasan hasrat ingin tahu.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi

pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan).

Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pola komunikasi

interpersonal orang tua, motivasi berprestasi dengan prestasi belajar anak di

kalangan siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.

2. Jenis Penelitian

Jenis peelitian ini adalah penelitian eksplanatori (Explanatory

Research).Menurut Singarimbun merupakan penelitian menjelaskan hubungan

34. Syaiful Bahri Djamarah. Op Cit. Hlm 19.

35. Ibid. Hlm 19. 36. Oemar Hamalik. Op Cit. Hlm 11. 37. Ibid. Hlm 11.

13

kausal antara variable penelitian dengan pengujian hipotesa.38 Pendekatan

penelitian ini dengan metode survey yaitu untuk memperoleh fakta-fakta

mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek penelitian dan

mencari keterangan secara actual dan sistematis.

3. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel menggunakan sensus, dengan sampel

siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo sebanyak

51 siswa.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

a. Kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada siswa Kelas V-VI

Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.

b. Dokumentasi, dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai

sumber baik secara pribadi, maupun kelembagaan.

5. Metode Analisis Data

a. Uji Kualitas Data

1) Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya

suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

keusioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner itu.39

Korelasi tata jenjang spearman(rho) digunakan untuk menguji

hipotesa hubungan antara dua variabel dan untuk melihat kuat

lemahnya hubungan dan arah hubungan antara dua variabel dengan

tidak harus memenuhi syarat-syarat keparametrikan. Rumus yang

digunakan:

NN

b

−−=

∑2

261ρ

Keterangan :

38. Suracmad, Warsito, 2004. Dasar-dasar dan Teknik Research, Bandung : Tarsito. Hlm 34. 39. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hlm 40.

14

ρ = Nilai korelasi rank spearman

b = jumlah kuadrat selisih rangking variabel x dan y

N = jumlah sampel

Untuk menguji signifikan mengunakan uji Z

1

1

=

n

Mengambil kesimpulan : a) Bila Zhitung> Z tabel, maka

hubungan x dan y adalah signifikan, dan b) Bila Zhitung< Z tabel,

maka tidak hubungan x dan y adalah signifikan.

2) Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Arikunto menyatakan bahwa “Untuk uji reliabilitas

digunakan Teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dapat

dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau

alpha sebesar 0,6 atau lebih.40 Pada penelitian ini perhitungan

reliabilitas menggunakan rumus alpha sebagai berikut:41

Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyan σb2

= jumlah varians butir σt2

= jumlah varians total

b. Pengolahan data dan Analisis Data

1) Pengolahan Data

a) Editing, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap ketetapan

pengisian, kelengkapan pengisian dan konsistensi jawaban pada

kuesioner yang telah terkumpul.

40. Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka Karya. Hlm 145. 41. Ibid. Hlm 138.

15

b) Coding, untuk memudahkan pengolahan data, semua data yang

telah diedit perlu disederhanakan dengan memberikan tanda baik

berupa symbol maupun nilai tertentu.

c) Scoring, adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi skor

berdasarkan jawaban responden.

d) Tabulating, melakukan penataan data kemudian menyusun dalam

bentuk tabel pengumpulan data.

2) Analisa Data

a) Analisa Univariat, yaitu mendiskripsikan karakteristik frekuensi

berdasarkan mean dan standar deviasi untuk semua variabel yang

diteliti yaitu pola komunikasi interpersonal keluargadan motivasi

berprestasi dihubungkan dengan prestasi belajar.

b) Analisa Bivariat, yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi Dua variabel

yang dimaksud adalah hubungan antara sanitasi rumah dengan

angka kejadian diare. Analisa penelitian ini menggunakan rumus

tata jenjang spearman (rho) dengan taraf kepercayaan 95% atau

taraf kesalahan. (α =0,05).42

Korelasi Spearman (rho) digunakan untuk menguji hipotesa

hubungan antara dua variabel dan untuk melihat kuat lemahnya

hubungan dan arah hubungan antara dua variabel. Rumus yang

digunakan:

NN

b

−−=

∑2

261ρ

Keterangan :

ρ = Nilai korelasi rank spearman

b = jumlah kuadrat selisih rangking variabel x dan y

N = jumlah sampel

Untuk menguji signifikan mengunakan uji Z

42. Sugiyono. Op Cit. Hlm 54.

16

1

1

=

n

Mengambil kesimpulan :

§ Bila Zhitung> Z tabel, maka hubungan x dan y adalah signifikan.

§ Bila Zhitung< Z tabel, maka tidak hubungan x dan y adalah

signifikan.

Hasil Penelitian

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui bahwa setiap butir

pertanyaan dinyatakan valid atau tidak, dengan melihat hasil rhitung dan

membandingkannya dengan rtabel dengan alpha 5 % (α = 0,05).

Hasil uji validitas data pola komunikasi interpersonal keluarga

untuk item No. 1. Item dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15)

= 0,451. Dari perhitungan diatas, r hitung (0,647> r tabel (α = 0,05; 15) =

0,451, maka dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak

digunakan. Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid

kecuali butir No. 5 (0,093), No. 12 (0,263), dan No. 14 (0,424).

Hasil uji validitas data motivasi berprestasi untuk item No. 1. Item

dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451. Dari

perhitungan diatas, r hitung (0,751> r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451, maka

dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat digunakan

sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak digunakan.

Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid kecuali butir

No. 5 (0,353), No. 9 (0,213), dan No. 10 (0,391).

Hasil uji validitas data prestasi belajar untuk item No. 1. Item

dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451. Dari

perhitungan diatas, r hitung (0,782> r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451, maka

dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat digunakan

17

sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak digunakan.

Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan yaitu uji reliabilitas internal.

Dengan cara menganalisis data satu kali hasil pengetesan. Batasan uji

reliabilitas dilihat dengan koefisien alfa > 0,75 (Handoko, 2009). Hasil

olah data dengan SPSS versi 17.0, untuk variabel pola komunikasi

interpersonal keluarga diperoleh nilai croncach’s alpha sebesar 0,762>

0,75 dengan demikian semua butir angket dinyatakan reliabel. Variabel

motivasi berprestasi diperoleh nilai croncach’s alpha sebesar 0,756> 0,75

dinyatakan reliabel. Selanjutnya Variabel motivasi berprestasi diperoleh

nilai croncach’s alpha sebesar 0,784 > 0,75 dinyatakan reliabel.

2. Analisis Data

Penelitian ingin mengetahui hubungan yang signifikan antara kategori

yang diteliti, hubungan antar variabel dapat dijelaskan .

a. Hubungan Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga dengan motivasi

berprestasi

Tabulasi hubungan pola komunikasi interpersonal keluarga dengan

motivasi berprestasi menunjukkan hasil correlation nilai yang diperoleh

untuk pola komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi

berprestasisebesar 0,500 berarti terdapat hubungan yang sedang antara

pola komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi

berprestasi.Sedangkan dari tabel correlations diperoleh variabel pola

komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi berprestasi dengan

metode dua sisi (sig [2-tailed]) dari output nilai sig. Sebesar 0,000,

kemudian dibanding dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas

0,05 lebih besar dari propabilitas Sig atau (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak

dan Ha diterima, artinya signifikan. Terbukti bahwa pola komunikasi

interpersonal keluarga mempunyai hubungan secara signifikan dengan

motivasi berprestasi.

18

b. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar

Tabulasi hubungan motivasi berprestasi dengan prestasi

belajarmenunjukkan hasil correlation nilai yang diperoleh untuk

motivasi berprestasi dengan prestasi belajarsebesar 0,405 berarti terdapat

hubungan yang sedang antara motivasi berprestasi dengan prestasi

belajar.Sedangkan dari tabel correlations diperoleh variabel motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar dengan metode dua sisi (sig [2-tailed])

dari output nilai sig. sebesar 0,003, kemudian dibanding dengan

probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari

propabilitas Sig atau (0,003 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya signifikan. Terbukti bahwa motivasi berprestasi mempunyai

hubungan secara signifikan dengan prestasi belajar.

Hasil perhitungan ini dapat diinterprestasikan bahwa ada korelasi

positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi

belajar, adapun tingkat hubungan variable termasuk dalam kategori yang

sedang (0,400 - 0,599).

c. Hubungan Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga dengan Prestasi

Belajar

Tabulasi hubungan pola komunikasi interpersonal keluarga

dengan prestasi belajar menunjukkan hasil correlation nilai yang

diperoleh untuk pola komunikasi interpersonal keluarga dengan prestasi

belajarsebesar 0,375 berarti terdapat hubungan yang rendah antara pola

komunikasi interpersonal keluarga dengan prestasi belajar.Sedangkan

dari tabel correlations diperoleh variabel pola komunikasi interpersonal

keluarga dengan prestasi belajar dengan metode dua sisi (sig [2-tailed])

dari output nilai sig. sebesar 0,021, kemudian dibanding dengan

probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari

propabilitas Sig atau (0,021 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya signifikan. Terbukti bahwa pola komunikasi interpersonal

keluargamempunyai hubungan secara signifikan dengan prestasi belajar.

Hasil perhitungan ini dapat diinterprestasikan bahwa ada korelasi

positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi

19

belajar, adapun tingkat hubungan variable termasuk dalam kategori yang

rendah (0,200 - 0,399).

Kesimpulan

Setelah menyajikan data dan menganalisis serta menginterpretasikan

dengan melihat hubungan masing-masing variabel, pada bab ini, penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan signifikan antara pola komunikasi interpersonal keluarga

dengan motivasi berprestasi.

2. Ada hubungan signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.

3. Ada hubungan signifikan antara pola komunikasi interpersonal keluarga

dengan prestasi belajar.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-

saransebagai berikut:

1. Untuk menciptakan intensitas komunikasi yang mendalam, orang tua dapat

memperhatikan aspek-aspek intensitas komunikasi seperti keterbukaan,

pengertian, kejujuran, kepercayaan serta dukungan untuk menciptakan

intensitas komunikasi yang mendalam antara orang tua dan anak

sehinggaselalu tercipta hubungan harmonis antara keduanya.

2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat faktor-faktor lain yang

menentukan motivasi belajar. Dengan demikian dinilai perlu untuk disarankan

kepada peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi

motivasi belajar diluar faktor intensitas komunikasi, seperti faktor sekolah,

budaya, dan juga individu itu sendiri.

20

Daftar Pustaka

Alif Gunawan. (2013). Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan. Vol 1, No. 3, Oktober 2013, ISNN: 2302-4119.

B. Malinowski, (1993), "[The Problem of Meaning in Primitive Languages," in The Meaning of Meaning]. London, C. K. Ogden and I. A. Richards, Eds. London: K. Paul, Trend, Trubner, pp. 296-336

Cecep Darmawan, (2007), Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global”dalam Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam kehidupan Keluarga Sekolah dan Masyarakat, Bandung : Jurusan PKK FPTK UPI.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, Unong Uchana, (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

_______________, (2000). Komunikasi Modern. Bandung : Alumni. Jallaudin Rahmat. (2006). TV sudah menjadi The First God. Tabloid Detik, No.

028/th ke-17. Jumanto, (2005), Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa

Inggris.Jakarta : Bumi Aksara. _______, (2014), Phatic Communication: How English Native Speakers Create

Ties of Union, American Journal of Linguistics2014, 3(1): 9-16 DOI: 10.5923/j.linguistics.20140301.02.

Murjono, (2001).Pengaruh persepsi siswa terhadap tugas guru tehadap prestasi belajar bidang studi matematika. Jurnal Anima, Indonesia Psichological 15, 246-254

Oemar Hamalik (2008). Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara. Onong Uchjana Effendi. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung :

PT. Citra Aditya Bhakti. Sasa Djuarsa, (2004), Teori Komunikasi, Bandung: Rosda Seregar, Ashadi, (1992), Pers. Diktat Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu

Komunikasi. Yogayakarta : UGM. Sprinthall, N.A, Sprinthall, R.C, (1990), Educational Psychology :A

Developmental approach ed.5. New York: Mc. Grawhill. Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat, (2014), Lima Tanda

Komunikasi Efektif, http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20/psikologi_komunikasi-jalaludin_rahmat, diakses: 15 Desember 2014.

Sudono. (2000). Keluarga Kunci Sukses Anak, cet.I. Jakarta: Kompas Sugiyono.(2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka Karya Sumadi Suryabrata. (2000). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Rajawali Press. UPI Liliweri, Alo. (2007). Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT.Citra Aditya

Bakti Woolfolk, A.E, (2004), Educational Psychology 9th ed. United State of America:

Mc.Grawhill

21

Yuli Setyowati. (2005). Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Emosi Anak Pada Keluarga Jawa). Jurnal Komunikasi. VOLUME 2, NOMOR 1,JUNI 2005: 67-78 Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta.