83
POLA KOMUNIKASI USTADZ ALI FAHRUDIN, MA DALAM PEMBINAAN TAHFIZHUL QURAN Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I) Di susun oleh : ZAINUDDIN LUBIS NIM : 105051001879 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M  

POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

POLA KOMUNIKASI USTADZ ALI FAHRUDIN, MA DALAM

PEMBINAAN TAHFIZHUL QURAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Di susun oleh :

ZAINUDDIN LUBIS

NIM : 105051001879

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

 

Page 2: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

POLA KOMUNIKASI USTADZ ALI FAHRUDIN, MA DALAM

PEMBINAAN TAHFIZHUL QURAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

ZAINUDDIN LUBIS

NIM 105051001879

Pembimbing :

DRS. MASRAN, MAG

NIP : 150275384

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

 

Page 3: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta

Bogor, 12 Desember 2009

Zainuddin Lubis

NIM : 105051001879

 

Page 4: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

ABSTRAK

Zainuddin Lubis, Pola Komunikasi Pembinaan Hufazh oleh Ustadz Ali

Fahrudin, MA

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi di mana kondisi seorang Ustadz

muda sukses membina para hufadz ditengah-tengah kehidupan yang penuh

dengan glamornya kota jakarta. Kondisi Jakarta sebagaimana diketahui di mana

segala sesuatunya dinilai dengan uang. Ustadz muda ini mendidik santrinya

penuh dengan kesabaran dan kesahajaan. Kondisi seperti ini amat jauh berbeda di

mana kebanyakan orang malah sibuk memikirkan kehidupan dunia belaka. Ia juga

tidak mengharapkan bayaran dari pembinan tersebut.

Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

terjadi antara Ustadz Ali Fahrudin, MA dengan peserta didik dalam pembinaan

tahfizul Quran serta Pola Komunikasi antara sesama peserta didik. Bentuk

komunikasi merupakan salah satu penentu berhasil tidaknya seorang ustadz

mendekati muridnya. Setelah 5 unsur komunikasi terpenuhi yakni komunikator,

pesan, komunikate, media, dan juga efek.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan ialah interview dan

wawancara mendalam. Penulis melakukan wawancara kepada Ustadz Ali

Fahrudin (selaku pembina), beserta peserta tahfizul Quran mereka ialah Asep

Saepul Amri, Aruma Adi Sutrisno, Mustofa Hulayin, Safran Harahap,

Rahmatullah Nurhidayat, dan Mas Arif.

Kesimpulan yang penulis dapatkan dari penelitian ini ialah Ustadz Ali

Fahrudin dalam membina hafidz berinteraksi dengan peserta didik menggunakan

komunikasi antar pribadi untuk mengenal lebih dekat para peserta. Mereka

dikelompokan oleh Ustadz dengan tujuan agar terjadi komunikasi yang intim

diantara mereka sehingga nantinya mereka tidak merasa canggung. Komunikasi

antar pribadi juga terjadi antar sesama peserta didik yang di tandai dengan

masing-masing peserta menanyakan asal mereka, tujuan mereka dan lain

sebagainya.

 

Page 5: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang selalu memberikan kesehatan serta kekuatan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Shalawat

serta salam tetaplah kepada Nabi Muhammad saw yang telah berjuang dengan

sepenuh hati mentransformasikan ajaran Islam keseluruh dunia sehingga

terbentuklah insan cendikia dan insan-insan progresive.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah turut serta

membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Di antaranya ialah:

1. Bapak DR. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Umum

Dekan I, Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA selaku pembantu Umum Dekan

II, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku pembantu Umum Dekan

III

2. Ibu Ummi Musyarrafah, MA selaku Sekjur Komunikasi dan Penyiaran

Islam dan Dosen Pembimbing skripsi ini

3. Semua Dosen yang telah mentransformasikan ilmunya di KPI A

angkatan 2005. terutama Bapak Drs. Masran M.Ag (pembimbing), Ibu

DR. Umaimah MA, Bapak Gun-Gun Msi, Bapak DR. Asep Usman

Ismail MA, Bapak Prof. Andi FB Phd, Bpk. Rachmat Baihaky MA, yang

selalu menjadi inspirator penulis.

4. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, LIPI Jakarta Pusat,

 

Page 6: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Perpustakaan UT Pondok Cabe. Yang telah memberikan pelayanan

terbaik dalam menunjang penyusunan skripsi ini.

5. Uma’ku tercinta yang selalau menjadi inspirator juga Ayahanda alm.

Malim Ruddin Lubis (sulthan Pagul Lubis) motivator sekaligus

inspirator penulis selama penulis menyusun skripsi ini dan sampai beliau

menutup mata untuk selama-lamanya pada tanggal 11 Juli 2009 di Rs

PMI Bogor.

6. Dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Akhirnya penulis berdoa semoga Allah swt memberikan balasan yang

terbaik kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Amin.

Bogor, 17 Ramadhan 1430 H

06 September 2009 M

Zainudin Lubis

NIM : 105051001879

 

Page 7: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 3

D. Metodologi Penelitian .......................................................... 4

E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 7

F. Sistematika Penulisan .......................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pola Komunikasi ............................................... 9

1. Pengertian Pola .............................................................. 9

2. Pengertian Komunikasi ................................................. 11

3. Unsur-unsur komunikasi ............................................... 12

4. Jenis-jenis Pola Komunikasi .......................................... 17

B. Pembinaan dan Ruang Lingkupnya ...................................... 40

1. Pengertian Pembinaan .................................................... 40

2. Program Pembinaan ....................................................... 41

C. Pengertian Hufadz ................................................................ 43

 

Page 8: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

BAB III USTD. ALI FAHRUDDIN, MA

A. Ustd. Ali Fahruddin, MA ...................................................... 47

B. Pembinaan Tahfizul Quran ( Lembaga Tahfizul Quran) ...... 55

BAB IV POLA KOMUNIKASI USTADZ ALI FAHRUDIN, MA

DALAM PEMBINAAN TAHFIZHUL QURAN

A. Komunikasi Non Verbal ...................................................... 63

B. Komunikasi Verbal yang Diikuti Komunikasi Non Verbal . . 66

C. Tata Cara Komunikasi yang Dipilih …………………… ..... 67

D. Cara Memberikan Respon Dalam Berinteraksi ................ .... 68

E. Penyingkapan Diri Dalam Berinteraksi ……………….... .... 68

F. Empati…………………………………………………… .... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. ........................................................................................ Kes

impulan ............................................................................... 71

B. ........................................................................................ Sar

an-Saran ............................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73

LAMPIRAN

 

Page 9: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

BAB I

PENDAHULUAN

G. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia akan hadirnya agama ditengah-tengah kehidupan

duniawi merupakan dambaan setiap insan karena ia mampu menghadirkan

ketenangan kepada setiap pemeluk agama. Agama tersebut merupakan karunia

yang diberikan oleh sang Pencipta kepada hamba-Nya baik yang beriman

maupun yang tidak beriman. Agama juga merupakan wahyu yang diyakini

sebagai juru selamat yang mengajarkan betapa pentingnya kehidupan dunia

maupun kehidupan akhirat.

Terkadang hadir masa di mana manusia merasa tidak tenang, tidak puas

terhadap agama yang dianutnya sehingga seringkali timbul konflik dalam diri

dan kegelisahan yang biasanya menyebabkan orang tersebut mudah putus asa.

Tuhan menurunkan agama kepada manusia dilengkapi dengan berbagai

aturan dan juga isyarat-isyarat akan pedoman hidup. Aturan dan isyarat

tersebut dihimpun secara urut dan indah dalam satu kumpulan yakni kitab

suci. Dalam agama Islam kitab suci memiliki peran yang amat penting, karena

ia merupakan sumber rujukan utama yang memiliki kedudukan yang sangat

sakral.

 

Page 10: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Di zaman modern seperti sekarang ini di mana arus globalisasi menerpa

dengan kuat seluruh sendi kehidupan umat manusia yang mengakibatkan

manusia cenderung bergaya hidup hedonis, materialis, instan, dan berorientasi

hanya pada kehidupan dunia semata, bahkan mereka “melupakan” Tuhan dan

kitab-Nya.

Dalam kondisi seperti di ataslah seorang ustad muda hadir untuk

membina masyarakat yang ingin lebih dekat kepada sang khalik terutama

kepada para hamba Allah yang ingin dengan mudah menghafal al-Quran.

Ustad muda ini membimbing para calon hafid berbeda dengan yang lain. Ia

menempatkan para peserta didik layaknya teman dan anak. Terdapat proses

interaksionisme simbolik sehingga peserta didik dapat dengan mudah

menyerap ilmu yang diberikan oleh beliau. Yang menarik bagi penulis untuk

mengadakan penelitian ini ialah beliau dalam membina para calon hafid

menggunakan beragam pola seperti komunikasi kelompok, dan interpersonal.

Dalam menuntun pesertanya beliau tidak seperti kebanyakan ustadz yang

penulis ketahui yakni otoriter, selalu ingin di hormati. Ustadz. Ali Fahrudin

malah tampil apa adanya, santun terhadap peserta didik sehingga mereka

merasa senang dan cepat dalam mencerna ayat-ayat yang beliau anjurkan

untuk dihafal. Sudah banyak hufadz yang lahir yang disebabkan oleh tangan

dinginnya.

Kehadiran beliau seakan-akan menjadi air penyejuk di tengah-tengah

gurun pasir yang tandus. Pembinaan terhadap hafidz Quran sangat urgent

mengingat masyarakat saat ini tidak banyak yang menaruh perhatian terhadap

 

Page 11: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

kegiatan tersebut padahal, ia (hafidz) merupakan penjaga dan pemelihara akan

ayat-ayat al-Quran.

Oleh karena alasan-alasan itulah, penulis mengambil judul Pola

Komunikasi Pembinaan Hufadz oleh Ustd. Ali Fahruddin di Kelurahan

Pisangan Ciputat.

H. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini hanya

dibatasi pada pola komunikasi yang terjadi antara Ustadz Ali dengan

peserta didik (calon hafizh) dan antara sesama peserta didik.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan penulis rumuskan yakni :

a. Bagaimana Pola Komunikasi antara Ustd. Ali Fahrudin dengan

peserta didik dalam pembinaan tahfizul Quran?

b. Bagaimana Pola Komunikasi yang terjadi antara sesama peserta didik ?

I. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah ingin mengetahui :

a. Bagaimana Pola Komunikasi antara Ustd. Ali Fahrudin dengan

peserta didik dalam pembinaan tahfizul Quran

b. Bagaimana Pola Komunikasi antara sesama peserta didik

 

Page 12: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kegunaan akademis

Menerapkan ilmu komunikasi secara teoritis dalam hasil

penelitian dan dapat menunjang serta mengembangkan ilmu

pengetahuan yang diterapkan dalam ilmu dakwah dan komunikasi.

b. Kegunaan praktis

Diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis,

praktisi, dan ilmuwan komunikasi dalam mengelola cara efektif dan

efisien berkomunikasi dalam pembinaan calon hufadz

J. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi penelitian

kualitatif deskriptif.

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan sekunder

yakni :

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

berupa hasil temuan dari observasi serta wawancara dengan pihak

instansi yang bersangkutan dalam hal ini ialah Pembina, dan hafidz

 

Page 13: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

b. Data Sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis

seperti buku-buku, jurnal, kutipan-kutipan, dokumen, Tesis atau arsip-

arsip serta literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek. Menurut Jalaludin secara tersirat menyebutkan bahwa subjek

penelitian merupakan lembaga atau orang-orang (responden) yang

sedang diteliti1. Dalam hal ini yang penulis maksudkan ialah Pembina

dan hafidz

b. Objek. Yang menjadi objek penelitian ialah Bagaimana pola

komunikasi kedua belah pihak dalam proses pembinaan

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan ialah :

a. Observasi atau pengamatan langsung, yaitu sebuah metode ilmiah

berupa pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap

fenomena-fenomena yang sedang diselidiki. Sehingga dalam hal ini

penulis langsung mengadakan pengamatan. Wawancara mendalam

atau depth Interview. Ialah bentuk komunikasi antara dua orang yang

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan

tertentu2. Secara umum wawancara dibagi menjadi dua yaitu

wawancara terstruktur dan tidak terstruktur . wawancara mendalam

merupakan wawancara tidak terstruktur atau bisa juga disebut

1 Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi contoh analisis statistik,

h. 26 2 Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif; h. 181-186

 

Page 14: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka (opened

interview). Wawancara bersifat luwes, karena susunan pertanyaan

maupun susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada

saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat

wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya, agama, budaya,

gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Oleh

karena itu, menurut Deddy seorang peneliti dapat mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang sama terhadap informan akan tetapi cara

yang disampaikannya berbeda. Tidak ada kriteria baku mengenai

berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan

umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi

jenuh maksudnya ialah sampai peneliti tidak menemukan aspek baru

dalam fenomena yang diteliti3.

b. Document Research. Penulis mendapatkan data-data atau arsip-arsip

yang berasal dari berbagai sumber yang terkait dengan tujuan

penelitian.

4. Analisa Data

Peneliti menganalisa data setelah data dihasilkan dari wawancara dan

observasi pada berbagai informan yang penulis sebutkan di atas. Yaitu

dengan cara mengkategorikan, serta mengorganisasikan berbagai data

yang diperoleh di lapangan kemudian penulis melakukan analisa terhadap

data-data yang diperoleh.

3 Ibid., h. 181

 

Page 15: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

K. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis telah mengadakan tinjauan

pustaka ke perpustakaan baik itu perpustakaan Fakultas Dakwah maupun

perpustakaan utama UIN Jakarta. Menurut hasil pengamatan penulis bahwa

sampai saat ini penulis tidak menemukan adanya judul yang serupa dengan

judul yang penulis ajukan, akan tetapi terdapat beberapa skripsi yang mirip

yaitu skripsi tahun 2006 “Pola Komunikasi di Divisi Pembinaan Mental

Kodam Jaya/Jayakarta” oleh Purnomo Hakim kemudian skripsi tahun 2007

“Pola Komunikasi dalam Pembinaan Keagamaan di Panti Sosial Bina Laras

04 Cipayung Jakarta Timur” oleh Asrul Muharram, dan “Pola Komunikasi

Kelompok Mentoring dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Lingkungan

Yayasan al-Wafi Jakarta” oleh Haidir, serta “Pola Komunikasi KH.

Mahmudi dalam Pembinaan Santri di Pondok Pesantren al-Mubarok Serang

Banten” oleh Muhammad Fathullah tahun 2008. Penulis tidak menemukan

adanya skripsi yang meneliti pola pembinaan Hufadz. Oleh karena itulah

penulis mengadakan penelitian mengenai pola komunikasi pembinaan hufadz

oleh Ustdz. Ali Fahruddin, MA, di Kelurahan Pisangan, Pisangan Ciputat.

L. Sistematika Penulisan

 

Page 16: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang diuraikan

dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam

lima bab seperti berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi

penelitian, tinjauan teoritis dan sistematika penulisan.

BAB II KONSEP TEORITIS

Bab ini memuat pengertian pola komunikasi, bentuk-bentuk

komunikasi serta pembinaan dan ruang lingkupnya.

BAB III PROFIL USTD. ALI FAHRUDDIN, MA

Bab ini memuat tentang riwayat hidup Ustad Ali Fahrudin,

Prestasi, dan Aktivitas Ustad Ali Fahrudin.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini memuat Pola Komunikasi Antara Ustad Ali Fahrudin, MA

dengan Peserta Hufadz dan Pola Komunikasi Antara sesama

peserta Hufadz.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Pada bab ini dimuat kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

rumusan permasalahan yang diajukan pada bab satu serta terdapat

juga kesimpulan.

 

Page 17: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

D. Pengertian Pola Komunikasi

1. Pengertian Pola

Kata pola komunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan

komunikasi. Pola dalam kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa

makna yakni sistem, cara atau bentuk yang tetap4. Akan tetapi dalam

pembahasan ini pola yang dimaksud ialah bentuk komunikasi yang terjadi

dalam suatu masyarakat.

Menurut Sereno dan Mortenson, yang dikutip oleh Deddy Mulyana

dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, suatu model

komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan

untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara

abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak

perlu dalam dunia ”nyata”5.

Sedangkan B. Aubrey Fisher, seperti yang dilansir oleh Mulyana

menurutnya model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih

bagian dari keseluruhan unsur, sifat atau komponen yang penting dari

fenomena yang dijadikan model. Sedangkan model artinya ialah gambaran

informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain

4 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia. H.778 5 Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung : Remaja Rosdakarya,2004),

h. 2

 

Page 18: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

model adalah teori yang lebih disederhanakan. Model berguna untuk

mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur

tersebut berhubungan6.

Stewart L Tubbs dan Sylvia Maoss dalam buku Human

Communication menguraikan adanya tiga model dalam komunikasi.

Pertama model komunikasi linier, yaitu adanya pandangan komunikasi

satu arah (one way view of communication). Dalam model ini komunikator

memberikan stimulus dan komunikate memberikan respon atau tanggapan

yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Model ini

juga biasa disebut sebagai teori jarum hipodermik.

Kedua adalah interaksional, dalam model ini diperkenalkan adanya

umpan balik (feed back). Penerima melakukan seleksi, interpretasi, dan

memberikan respon terhadap pesan dari pengirim. Komunikasi dalam

model ini dipertimbangkan sebagai proses dua arah. Komunikator maupun

komunikate memiliki peran ganda, dalam arti suatu waktu mereka menjadi

sender, pada waktu lain mereka sebagai receiver.

Model yang ketiga adalah transaksional, komunikasi dipahami

dalam konteks hubungan di antara dua orang atau lebih. Pandangan ini

menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif, tidak ada satu pun

yang tidak dapat dikomunikasikan7.

Adapun yang dimaksud dengan model komunikasi adalah gambaran

yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara

6 Ibid 7 Stewart L. Tubbs dan Silvia Maoss, Human Communication: Konteks-Konteks

Komunikais Antar budaya ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 79

 

Page 19: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

satu komponen komunikasi dengan komponen yang lainnya. Adapun

penyajian model dalam hal ini bertujuan untuk mempermudah memahami

proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam

suatu proses komunikasi8.

2. Pengertian Komunikasi

Sedangkan Komunikasi berasal dari bahasa Inggris Communication

dan bahasa Latinnya Communicatio yang bersumber dari kata Communis

yang berarti sama, maksudnya ialah sama makna9. Oleh karena itu, ketika

ada beberapa orang yang terlibat berkomunikasi dalam bentuk dialog,

curhat dan lain sebagainya, akan mengalir terus selama ada kesamaan

makna mengenai sesuatu yang diperbincangkan. Kesamaan bahasa yang

digunakan dalam perbincangan tersebut belum tentu paham mengenai

makna yang disampaikan oleh bahasa tersebut. Sehingga jelaslah bahwa

komunikasi dalam kehidupan sehari-hari bisa dikatakan komunikatif, jika

kedua-duanya yaitu bahasa dan maknanya bisa dimengerti oleh

komunikate. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat

berjalan secara efektif maka setidaknya harus mengetahui unsur-unsur

komunikasi yaitu: Komunikator, Pesan,, Media, Komunikate, serta efek.

Sehingga menurut paradigma di atas komunikasi ialah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikate melalui media

yang menimbulkan efek tertentu.

8 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 2 9 Onong Uchjana Effendi, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja

Rosdakarya), 2005, h. 9

 

Page 20: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

3. Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur komunikasi ialah komunikator, pesan, komunikate,

media, feed back dan efek

a. Komunikator

Komunikator disebut juga sebagai encoder, yakni seseorang yang

memformulasikan pesan yang akan disampaikannya kepada

komunikate, ia merupakan unsur yang sangat menentukan, karena ia

memilah pesan, media, dan efek yang diharapkan dalam proses

komunikasi. Komunikator juga disebut sources atau sumber10.

Menurut Onong, komunikator memiliki syarat-syarat tersendiri yaitu :

1) Memiliki kredibilitas

2) Kecakapan berkomunikasi

3) Mempunyai pengetahuan yang luas

4) Memiliki attitudes yang kredibel

5) Memiliki daya tarik terhadap perubahan sikap atau perubahan

pengetahuan pada diri komunikate11.

Pendapat lain mengatakan bahwa selain persyaratan di atas

terdapat beberapa gaya yang harus dipenuhi oleh komunikator agar

komunikasi yang sedang berlangsung sesuai dengan harapan. Beberapa

gaya serta ciri-cirinya tersebut ialah :

1) Komunikator yang membangun, memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

10 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 18 11 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59

 

Page 21: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

a) Bersedia mendengar pendapat yang lain dan tidak ”besar

kepala”

b) Memiliki keinginan untuk bekerja sama dalam membahas suatu

permasalahan dengan lawan bicaranya sehingga menimbulkan

rasa pengertian

c) Tidak mendominasi keadaan

d) Tidak menganggap pendapatnya yang lebih benar

2) Komunikator yang mengendalikan, memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

a) Pendapatnya merupakan yang paling unggul dibandingkan

dengan yang lain

b) Hanya menginginkan komunikasi berlangsung satu arah

3) Komunikator yang melepas diri, bercirikan sebagai berikut :

a) Banyak menyerap pendapat dari komunikate

b) Mengeluarkan ketidak mampuannya

c) Lebih senang mendengar pendapat orang lain tapi tidak

menanggapinya

d) Lebih senang melemparkan tanggung jawab kepada pihak

lain12

b. Pesan (Messages)

Pesan ialah pernyataan yang disampaikan oleh komunikator baik

berupa kata-kata maupun lambang. Pesan yang disampaikan tersebut

12 Ibid., h. 4

 

Page 22: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

pada hakikatnya untuk mempengaruhi lawan bicaranya atau seseorang

yang menjadi objek. Terdapat beberapa bentuk pesan yakni :

1) Informatif, yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator

memberikan informasi-informasi, kemudian komunikate dapat

memberikan kesimpulan-kesimpulan

2) Persuasif, yaitu pesan yang berisi bujukan, rayuan, ataupun ajakan

yang membangkitkan kesadaran seseorang terhadap pesan yang

disampaikan oleh komunikator

3) Koercif ialah pesan yang berisi sanksi-sanksi. Pesan ini juga

disebut dengan agitasi yakni adanya penekanan-penekanan yang

menimbulkan tekanan batin terhadap komunikate13.

Dalam hal ini Wilbur Schramm juga memberikan pendapatnya

yaitu :

1) Terlebih dahulu pesan harus diformulasikan atau dirumuskan dan

disampaikan dengan menggunakan media tertentu sehingga

menarik perhatian komunikate

2) Pesan tersebut harus menggunakan simbol-simbol yang sama-sama

dipahami oleh kedua belah pihak

3) Pesan yang disampaikan harus langsung kepada inti dan mengena

sehingga isi dari pesan tersebut memberikan anjuran-anjuran untuk

mengatasinya

13 H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, ( Jakarta: Bumi Aksara,

1997 ), h.12

 

Page 23: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

4) Pesan yang disampaikan tersebut harus menyarankan untuk

memperoleh yang diinginkan komunikate sesuai dengan konteks

waktu, dan tempat ia berada14.

c. Media

Ialah saluran atau sarana yang digunakan oleh komunikator untuk

mentransformasikan pesan kepada komunikate. Kata media itu sendiri

berasal dari medium. Arti secara harfiahnya ialah perantara,

penyampai dan penyalur15. Bisa juga diartikan sebagai sarana yang

dipakai untuk memberikan feed back dari komunikate kepada

komunikator.

Dalam berkomunikasi tentunya terdapat banyak media yang

digunakan oleh komunikator maupun komunikate. Ini mengandung

makna bahwa komunikasi bisa dilakukan melalui berbagai macam

media bahkan kata-kata dan bahasa tubuh itu sendiri pada hakikatnya

merupakan media. Konteks ini bisa disebut face to face atau direct

communication (komunikasi langsung). Terdapat beberapa ciri

komunikasi langsung yaitu :

1) Arus pesan dua arah

2) Dilakukan secara tatap muka

3) Frekuensi feed back tinggi

4) Selective exposure tinggi

5) Jangkauan terhadap pesan sangat cepat

14 Ibid., h. 34 15 Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi Yang Efektif: Bahan Ajar Diklat Prajabatan

Golongan III (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003), h. 8

 

Page 24: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

6) Efeknya ialah perubahan sikap16.

d. Komunikate

Decoder ialah nama lain dari komunikate yakni seseorang yang

menerima pesan. Ia melakukan decoding yakni interpretasi,

menganalisa isi pesan yang ia terima. Jika ia memberikan reaksi atau

umpan balik maka akan terjadi komunikasi dua arah. Dalam hal ini

tanggung jawab komunikate ialah :

1) Berkonsentrasi pada pesan dengan sebaik mungkin untuk berusaha

memahami dan mengerti akan pesan yang disampaikan

2) Memberikan umpan balik sebagai tindak lanjut bahwa pesan yang

diberikan telah tersampaikan17

e. Efek (Feed Back)

Ialah pengaruh yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikan

oleh komunikator kepada khalayak (komunikate). Kegiatan

komunikasi dapat dikatakan berhasil jika efeknya mampu mengubah

sikap dan tingkah laku komunikate18.

Terdapat beberapa implikasi atau efek yaitu :

1) Dampak kognitif. Ialah dampak yang menyebabkan seseorang

menjadi tahu terhadap sesuatu atau juga mampu meningkatkan

intelektualitasnya

16 Ibid., h. 9 17 Ibid., h 24-26 18 Onong, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59

 

Page 25: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

2) Dampak afektif. Ialah dampak lanjutan, maksudnya ialah

komunikator tidak hanya menginginkan komunikate mengetahui

tetapi juga menginginkan hatinya tergerak, menimbulkan perasaan

tertentu seperti terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

3) Behavioral impact. Ini merupakan dampak yang paling tinggi yang

ditimbulkan oleh suatu pesan. Dampaknya dalam bentuk perilaku,

sikap, tindakan, ataupun kegiatan19.

4. Jenis-jenis pola komunikasi

Sesungguhnya, terdapat banyak pola komunikasi beberapa

diantaranya ialah :

1. Komunikasi Kelompok (Group communication)

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut misalnya keluarga, tetangga, kelompok

diskusi, kelompok pemecahan masalah, kelompok pengajian dan lain

sebagainya.

Pada dasarnya kelompok adalah bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia, karena melalui kelompok manusia

dapat berbagi dan bertukar informasi, pengalaman, dan pengetahuan

antara anggota kelompok satu dengan yang lain20.

19 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),

h. 4 20 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi,

Editor Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 69

 

Page 26: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Menurut Hommans kelompok ialah sejumlah orang yang

berkomunikasi satu sama lainnya, seringkali melewati suatu jangka

waktu dan dengan jumlah orang yang cukup kecil sehingga setiap

orang dapat berkomunikasi dengan semua orang lainnya tanpa

melewati orang ketiga melainkan secara tatap muka.

Kemudian dalam bahasa Inggris terdapat kata community yang

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi komunitas yang

memiliki arti sekelompok organisme, corong dan sebagainya yang

hidup dan saling berinteraksi di daerah tertentu seperti dalam

masyarakat ataupun paguyuban21.

Sedangkan komunikasi kelompok ialah komunikasi antara

seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka.

Komunikasi kelompok secara tatap muka seperti yang terjadi dalam

rapat, brifing, dan lain-lain.

Selanjutnya menurut Michael Burgon dan Michael Ruffner

seperti yang telah dikutip oleh Djuarsa, komunikasi kelompok adalah

interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh

maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi,

pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota

dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan

21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 586

 

Page 27: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

akurat. Kemudian Komunikasi kelompok ini dapat dibagi menjadi dua

bagian yakni kelompok kecil dan kelompok besar22.

a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication)

Menurut Onong, komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi

antara seorang menejer atau administrator dengan sekelompok

karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah

seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal23. Oleh karena itu,

komunikasi kelompok kecil memungkinkan pemimpin melakukan

komunikasi antar persona dengan salah seorang peserta kelompok.

Robert F. Bales dalam bukunya Interaction Process Analysis

mendefinisikan kelompok kecil sebagai sejumlah orang yang terlibat

dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat

tatap muka ( face to face meeting) setiap peserta mendapat kesan atau

penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara sehingga

ketika timbul pertanyaan dapat memberikan tanggapan kepada masing-

masing sebagai perseorangan24.

Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu

yang dapat mempengaruhi satu sama lainnya dan berkomunikasi

dengan cara tatap muka25.

Individu-individu dalam kelompok kecil bersifat rasional

sehingga setiap pesan yang sampai kepadanya akan ditanggapi secara

22 S.Djuarsa Sendjaja, Materi Pokok Teori Komunikasi (Jakarta: UT, 2005), h 21 23 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi (Yogyakarta: PT al-Amin

Press, 1996), h. 59 24 Ibid., h. 92 25 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 182

 

Page 28: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

kritis dan feed back terjadi secara langsung karena memungkinkan

untuk terjadinya situasi komunikasi yang dialogis di dalamnya.

Yang dimaksud kelompok kecil ialah sejumlah orang yang

terlibat satu sama lain dalam suatu forum yang bersifat wawan muka,

dalam konteks ini setiap peserta mendapatkan kesan tersendiri atau

memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi interpersonal

dengan anggota kelompok26. Oleh karena itu, ketika terdapat

pertanyaan maupun sesudahnya akan langsung diberikan tanggapan.

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil oleh komunikator

yang melakukan komunikasi kelompok kecil beberapa di antaranya

ialah :

1) Terjadinya kontak pribadi

2) Umpan balik berupa Immediate Feed back atau feed back

berlangsung secara cepat

3) Suasana lingkungan dapat diketahui, sehingga ia dapat mengetahui

tanggapan dan reaksi komunikator ketika ia menyampaikan pesan.

Apabila komunikasi tidak berhasil komunikator akan mengubah

strategi komunikasinya.

b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication)

Dinamakan komunikasi kelompok besar dikarenakan jumlahnya

yang banyak, dalam konteks ini bisa dikatakan hampir tidak ada

26 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 88

 

Page 29: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal27. Contohnya

ialah Tablig Akbar yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan orang.

Komunikasi seperti ini hanya ditujukan kepada afeksi komunikate.

Pada saat demikian terjadi kepaduan perasaan.

Karakteristik Komunikasi Kelompok

Menurut Djuarsa karakteristik yang melekat pada suatu kelompok

adalah norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang

bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan

yang lainnya. Kadang-kadang norma oleh para sosiolog disebut juga

dengan hukum atau aturan, yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas

dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Terdapat tiga

kategori norma dalam kelompok yaitu : norma sosial ; yang mengatur

hubungan di antara para anggota kelompok, norma prosedural ;

menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus membuat

keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan

pembicaraan sampai tercapai kesepakatan, norma tugas yaitu memusatkan

perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan28.

Menurut Wiryanto, kelompok mempunyai 5 karakteristik yaitu :

a. Kepribadian kelompok, kelompok memiliki kelompok sendiri, berbeda

dengan kepribadian individu dan anggotanya contohnya ialah ketika

27 Ibid., h. 128 28 Ibid., h. 93

 

Page 30: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

seseorang berbicara di rumah dikenal pendiam, berbicara seperlunya

saja namun, setelah berada dalam kelompok ia menjadi orang yang

suka berbicara mencurahkan isi hati dengan penuh gairah dan

semangat

b. Norma kelompok, ialah norma di dalam kelompok yang

mengidentifikasikan anggota kelompok itu berperilaku. Misalnya

tentang cara-cara yang menurut kelompok benar. Tiap kelompok

menetapkan sistem nilai dan konsep perilaku normatif mereka sendiri.

Norma kelompok ini akan menjadi norma individu. Pengembangan

norma dalam suatu kelompok digunakan untuk mengatur perilaku

kelompok. Norma kelompok ini berlaku bagi anggota kelompok secara

individu maupun keseluruhan. Efektivitas kelompok dapat dilihat dari

aspek produktivitas moral, dan kepuasan para anggotanya.

Produktivitas kelompok dapat dilihat dari keberhasilan mencapai

tujuan kelompok moral dapat diamati dari semangat dan sikap para

anggotanya. Kepuasan anggota kelompok dapat dilihat dari

keberhasilan anggotanya dalam mencapai tujuan pribadinya.

c. Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan yang saling tarik menarik

di antara anggota-anggota kelompok faktor-faktor yang menentukan

kohesivitas kelompok antara lain : perilaku normatif yang kuat ketika

individu diidentifikasikan kedalam kelompok yang diikuti. Lamanya

menjadi anggota kelompok, semakin lama seseorang menjadi anggota

 

Page 31: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

kelompok akan memperlihatkan sifat kooperatif dan solidaritas yang

tinggi

d. Pemenuhan tujuan ; individu memiliki tujuannya paralel dengan tujuan

kelompoknya. Oleh karena itu, anggota kelompok berusaha untuk

mencapai keberhasilan tujuan kelompok dan menghindari kegagalan

tujuan kelompok

e. Pergeseran risiko ; keputusan yang diambil kelompok akan lebih besar

mengandung risiko dari pada keputusan itu diambil oleh suatu anggota

kelompok. Hal ini disebabkan adanya penyebaran tanggung jawab

yang terjadi di dalam proses pengambilan keputusan kelompok.

Tanggung jawab dipikul bersama oleh anggota-anggota kelompok

tersebut29.

Komunitas Dalam Komunikasi Kelompok

Komunitas merupakan kelompok organisme (orang dan sebagainya)

yang hidup dan saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu, dan

masyarakat.

Kelompok dalam perspektif interaksional seperti yang dikemukakan

oleh Djuarsa, sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain

dalam suatu cara tertentu, masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh pihak lainnya. Suatu kelompok kecil adalah kelompok yang terdiri

dari dua puluh orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita lebih

29 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grafindo, 2005), h. 5

 

Page 32: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

berkepentingan dengan kelompok yang terdiri dari lima orang atau

malahan kurang30.

Dengan demikian komunitas dalam komunikasi kelompok dapat

diartikan sebagai suatu kelompok kecil yang berjumlah dua puluh orang

atau kurang, mereka berinteraksi dalam satu wilayah, dan saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kelompok terbagi atas tiga tipe

yaitu : kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan

(growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem solving

group).

Kelompok merupakan bagian yang sangat penting dari aktivitas

suatu masyarakat. Clovis Sheperd menjelaskan bahwa kelompok

merupakan suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama

dari tatanan sosial, seseorang mendapatkan nilai dan sikap mereka

sebagian besar dari kelompok dimana mereka berada. Karenanya

kelompok memberikan suatu fungsi perantara yang penting antara individu

dengan masyarakat luas31.

Fungsi Komunikasi Kelompok

Fungsi-fungsi tersebut adalah :

a. Fungsi hubungan sosial ; fungsi ini diartikan dengan bagaimana suatu

kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial

diantara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara

30 Djuarsa, Materi Pokok Teori Komunikasi, h. 111 31 Ibid.

 

Page 33: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan

aktivitas yang informal, santai, dan menghibur

b. Fungsi pendidikan ; dalam arti bagaimana sebuah kelompok baik

secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan

mempertukarkan pengetahuan, melalui pendidikan ini kebutuhan-

kebutuhan dari para kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan

masyarakat dapat terpenuhi

c. Fungsi persuasi ; seorang anggota kelompok berupaya mempersepsi

anggota supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang

yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok membawa

risiko untuk tidak diterima oleh para anggota yang lainnya. Misalnya

jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-

nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha

mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik. Dengan

demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok

d. Fungsi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan ; pemecahan

masalah (solving problem) berkaitan dengan penemuan alternatif atau

solusi yang tidak diketahui sebelumnya. Sedangkan pembuatan

keputusan (decision making) berhubungan dengan pemenuhan antara

dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan masalah menghasilkan materi,

atau bahan untuk pembuatan keputusan

e. Fungsi terapi ; kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok

lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari

 

Page 34: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan

personalnya. Tentunya individu tersebut harus berintegrasi dengan

anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat. Namun usaha

utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu

kelompok mencapai konsensus. Contohnya ialah kelompok penderita

narkotik, kelompok konsultasi perkawinan, dan sebagainya. Tindak

komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama

pengungkapan diri (self disclosure). Artinya dalam suasana yang

mendukung setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka

tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar

anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin

atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya32.

Kelompok bisa dijadikan sebagai media untuk mengungkapkan

persoalan-pesoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), atau

meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan dapat

pula untuk dijadikan sebagai alat untuk memecahkan persoalan bersama

yang dihadapi para anggotanya (kelompok pemecahan masalah )

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

pengalaman, latihan, perubahan tingkah laku. Akibat belajar itu dapat

berupa memperoleh perilaku baru atau memperbaiki, meningkatkan

perilaku yang sudah ada. Hasil dari belajar tersebut dapat berupa positif

maupun negatif melalui usaha membaca, mendengar, mengikuti petunjuk,

32 Ibid., h. 95

 

Page 35: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba

sendiri, atau pengalaman dan latihan33.

Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum

atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan

penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan

peristiwa belajar. Teori belajar tersebut ialah :

a. Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan

dikembangkan oleh Edward L. Thorndike yang dalam eksperimennya

ia menggunakan kucing untuk mengetahui fenomena belajar.

Menurutnya belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Teori

koneksionisme juga dapat disebut ” S-R Bond theory” dan ”S-R

Psichology of Learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan

sebutan ”Trial and Error Learning”

b. Pembiasan klasik (clasical conditioning) berkembang berdasarkan

hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov, pada dasarnya teori

ini adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara

mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut

c. Pembiasan perilaku respon yakni tingkah laku terbentuk oleh

konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu

sendiri

33 Ahsuf Sabri, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Ilmu Jaya, 1995), h. 54

 

Page 36: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

d. Pembiasan asosiasi dekat. Sebuah teori belajar yang mengasumsikan

terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan hubungan antara

stimulus dengan respon yang relevan

e. Teori kognitif, dalam belajar terdapat proses internal mental manusia.

Dalam teori ini tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur

dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi,

kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya

f. Teori belajar sosial ; Albert Bandura mengatakan bahwa, tingkah laku

manusia itu bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R

Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil

interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri

(belajar sosial dan moral) yang dipelajari manusia terjadi melalui

peniruan dan penyajian contoh perilaku34.

Kelompok belajar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang terhadap sesamanya merupakan termasuk dalam fungsi dari

komunikasi kelompok, dalam suatu forum pengkajian suatu ilmu

menjadikan para anggota kelompok tersebut saling bertukar pengalaman,

pengetahuan, satu sama lainnya sehingga dengan demikian, tercapailah

suatu maksud dari sebuah adanya pembelajaran. Perbendaharaan untuk

memperoleh ilmu pengetahuan jika dilakukan dengan belajar bersama

akan sangat berbeda dibandingkan dengan belajar sendiri.

2. Komunikasi Antarpribadi

34 Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 82-95

 

Page 37: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Ialah komunikasi antara komunikator dengan komunikate yang

berlangsung secara private. Bahasa lainnya ialah pengiriman pesan-pesan

dari seseorang kepada komunikate dengan harapan umpan balik yang

langsung35. Sasa Djuarsa memberikan pendapatnya mengenai hal ini yakni

komunikasi antara dua orang di mana terjadi kontak langsung dalam

bentuk percakapan (face to face) atau melalui sebuah medium seperti

telepon36. Senada dengan pengertian tersebut namun berbeda redaksi

menurut Devito mengutip pendapat Djuarsa dan Turnomo, komunikasi

antar pribadi ialah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang

saling berkomunikasi. Pengertian proses berpacu pada perubahan dan

tindakan (action) yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi

antar pribadi juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan

menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.

Sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses

tersebut, kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi

terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi37.

Devito menjelaskan komunikasi antar pribadi adalah penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau

sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang

untuk memberikan umpan balik segera38.

35 Alo Lilweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991), h. 72 36 Ibid., h. 21 37 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar (Jakarta: Professional

books, 1997), h. 231 38 Ibid

 

Page 38: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Hubungan antar pribadi akan berlangsung lama apabila dalam

interaksi antar kedua orang tersebut terjadi transaksi yang adil (equity).

Dalam prinsip equity, keadilan akan terjadi apabila masing-masing pihak

yang terlibat dalam interaksi sosial sama-sama memberi dan menerima

dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan menurut Barlund menurutnya

komunikasi antar pribadi harus ada dua orang atau lebih yang secara fisik

dekat dan merasa keberadaannya di tengah dan dengan orang lain.

Komunikasi antar pribadi melibatkan komunikasi yang bebas. Artinya

setiap tingkah laku komunikasi mengandung sebab dan akibat tertentu

yang langsung diterima pada saat itu juga. Dengan demikian, setiap pesan

sebagai aksi selalu mendapat reaksi dari yang menerimanya. Peristiwa

berlangsungnya komunikasi antar pribadi terjadi tidak berstruktur, bersifat

tidak formal, tidak kaku, dan sangat luwes39.

Gerald R. Miller dan Mark Steinberg memaparkan komunikasi antar

pribadi terjadi apabila seorang komunikator mengerti dan memahami

kultur, tingkat sosial, dan psikologi, komunikatenya. Karena tiap individu

mempunyai kepribadian dan watak yang tidak pernah sama dengan yang

lain dan ini merupakan hasil dari tempaan dan terbentuk berdasarkan

pengalaman di masa lalu40.

Menurut mereka bahwa terdapat tingkatan analisis yang digunakan

agar komunikasi antar pribadi berjalan secara efektif yaitu:

a. Tingkat kultural. Pada tingkatan ini guna mencapai efek yang

diharapkan komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus

39 Weri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, h. 122-123 40 Ibid

 

Page 39: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

mengerti dan memahami kultur terutama yang bersifat immaterial dari

pihak yang diajak berkomunikasi dengan mengenal atau menguasai

kultur yang immaterial ini seperti bahasa, dan adat istiadat, paling

tidak kita mampu untuk berkomunikasi dengan pihak lain.

b. Tingkat sosiologis. Apabila komunikator melakukan prediksi

mengenai reaksi komunikate terhadap pesan yang ia sampaikan

berdasarkan keanggotaan komunikate dalam kelompok sosial tertentu

maka, dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada

tingkat sosiologis. Pada tingkat ini, prediksi atau prakira yang

dilakukan komunikator terhadap reaksi komunikate dapat dilihat dari

segi keanggotaan dari kelompok tepat komunikate berada.

c. Tingkat psikologis. Apabila prediksi atau prakira yang dibuat

komunikator terhadap reaksi komunikate sebagai atribut menerima

pesan didasarkan atas analisis pengalaman individual yang unik dari

komunikate maka, dapat dikatakan komunikator melakukan prediksi

pada tingkat psikologis, prediksi pada tingkat psikologis ini

memerlukan analisis yang cermat dan hati-hati mengenai perilaku

seseorang dan sekali-kali tidak boleh dikaitkan dengan perilaku orang

lain yang pernah melakukan kontak dengan kita sebelumnya41.

a. Karakteristik komunikasi antar pribadi

41 Budyatna dan Nina Mutmainnah, h. 6-10

 

Page 40: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Onong menjelaskan bahwa karakteristik komunikasi

antarpribadi adalah dua arah atau timbal balik (two way traffic

communication), masing-masing bisa saling menggantikan posisi.

Suatu ketika komunikate bisa menjadi komunikator dan sebaliknya42.

Menurut Djuarsa dan Turnomo terdapat enam karakteristik komunikasi

antarpribadi yaitu :

1) Komunikasi antar pribadi dimulai dengan diri sendiri

2) Bersifat transaksional

3) Mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi

4) Mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang

berkomunikasi

5) Melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang

lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi

6) Komunikasi antar pribadi tidak dapat diulang ataupun diubah

Devito memberikan pemaparannya mengenai hal ini yaitu

hubungannya terbina melalui tahap kontak sosial, tahap keterlibatan

diri untuk mengenal orang lain, tahap penurunan hubungan dan tahap

pemutusan hubungan dengan orang lain43. Sedangkan menurut Everett

Rogers karakteristik komunikasi antar pribadi (KAP) adalah arus

pesannya cenderung dua arah, konteks komunikasi berupa tatap muka,

tingkat umpan balik yang terjadi sangat tinggi, kemampuan mengatasi

tingkat selektivitas (terutama selektiv eksposure) sangat tinggi,

42 Ibid., h. 48 43 Djuarsa, Materi Pokok Teori Komunikasi, h. 21

 

Page 41: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat dan

efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap44.

b. Tujuan KAP

Toto Hernawo memberikan pendapatnya mengenai tujuan KAP

yakni :

1) Sebagai sarana pembelajaran, melalui KAP kita belajar mengenai

dunia luar atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia ini.

Walaupun sebagian besar informasi tersebut kita dapatkan melalui

media massa. Informasi tersebut dapat kita bicarakan melalui

komunikasi antar pribadi

2) Mengenal diri sendiri dan orang lain. Melalui KAP kita dapat

mengenal diri kita sendiri dengan membicarakan tentang diri

sendiri kepada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif

tentang diri kita dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan

perilaku, persepsi diri kita, sebagian besar merupakan hasil

interaksi dengan orang lain

3) KAP membantu kita membentuk relasi. Karena kita adalah

makhluk sosial maka kebutuhan akan berhubungan dengan orang

lain merupakan kebutuhan yang paling besar

4) Melalui KAP kita dapat mempengaruhi individu untuk melakukan

sesuatu sesuai dengan yang kita inginkan

5) Melalui KAP kita dapat mengakrabkan dengan orang lain

44 Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 232

 

Page 42: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

6) Bermain dan mencari hiburan. Dalam berkomunikasi tidak

selamanya kita mempengaruhi orang lain. Kita berkomunikasi juga

untuk memperoleh kesenangan, bercerita tentang film yang kita

tonton, melontarkan lelucon, membicarakan hobi, merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan hiburan.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KAP

Menurut M. Budyatna dan Nina dalam KAP diperlukan adanya

keterbukaan perasaan dan pikiran secara terbuka, jujur, dan langsung

tanpa berusaha menyembunyikan objek yang ril dan hal yang tidak

disetujui, menampilkan sikap empati terhadap orang lain, menyatakan

perasaan secara spontan, mengundang orang lain secara positif, dan

memberlakukan orang lain sebagai mitra dalam berkomunikasi45.

Onong menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

KAP adalah homophily (memiliki kesamaan dalam sifatnya seperti

kepercayaan, nilai, dan sebagainya), heterophily (memiliki perasaan

berbeda dengan orang lain), dan empati (ikut merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain). Salah satu syarat dalam berkomunikasi

adalah pengalihan informasi senantiasa terjadi antara sumber informasi

yang memiliki persamaan-persamaan tertentu.

d. Fungsi KAP

Komunikasi dipandang dari arti yang luas tidak hanya diartikan

sebagai pertukaran berita, dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu

45 Ibid

 

Page 43: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide maka,

fungsinya dalam sistem sosial adalah sebagai berikut :

1) Sosialisasi. Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang

memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota

masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya

dan dapat aktif di dalam masyarakat

2) Motivasi. Menjelaskan tujuan setiap masyarakat, jangka pendek

maupun jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan

pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan

kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar

3) Perdebatan dan diskusi. Menyediakan dan saling menukar fakta

yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau

menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik,

menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk

kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan

masalah yang menyangkut kepentingan bersama

4) Pendidikan. Peralihan ilmu pengetahuan dapat mendorong

pembangunan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk

keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang

kehidupan

5) Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni

dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan

kebudayaan dengan memperluas horison seseorang, serta

 

Page 44: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan

estetiknya

6) Agar saling kenal satu dengan yang lain

e. Efektifitas KAP

KAP suatu ketika dapat berubah dari sangat efektif menjadi tidak

efektif bahkan menjadi buruk oleh karena itu, ia memiliki

karakteristik-karateristik yang dapat dilihat dari 2 perspektif yaitu :

1) Perspektif humanistik meliputi sifat-sifat :

a) Keterbukaan (openness)

b) Perilaku suportif (supportiveness)

c) Perilaku positif (Positiveness)

d) Kesamaan (equity)

2) Perspektif pragmatis meliputi siat-sifat

a) Percaya diri (confidence)

b) Kebersamaan ( togetherness)

c) Menejemen interaksi

d) Perilaku ekspresif

e) Orientasi pada orang lain

Dua perspektif tersebut saling melengkapi satu sama lain,

masing-masing perspektif memberikan penjelasan tentang sifat-sifat

tersebut dalam upaya meningkatkan komunikasi antar personal.

Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik dari dua perspektif

tersebut yang mempunyai maksud yang hampir sama

 

Page 45: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Dalam konteks ini komunikasi berlangsung dalam situasi yang

pribadi. Bisa dilakukan secara tatap muka berupa dialog langsung

sehingga tanggapan komunikate dapat langsung diketahui atau feed

back bersifat langsung. Ada juga yang menggunakan media seperti

telephone, mobile / HP, chatting melalui internet, akan tetapi hasilnya

atau feeed backnya tentu saja mengalami hambatan, karena amat

tergantung dari kondisi sinyal dan jarak.

Faktor-faktor penting dalam komunikasi antar pribadi yakni :

1) Komunikator dapat mengetahui kerangka referensi komunikate

secara utuh dan jelas

2) Komunikasi berlangsung secara dialogis

3) Komunikasi berlangsung secara wawan muka atau face to face

sehingga komunikator dapat melihat langsung ekspresi wajah,

sikap, dan lain-lain46.

Melihat penjabaran di atas bisa dikatakan bahwa komunikasi

antar pribadi merupakan kegiatan yang dinilai paling tepat untuk

mengubah sikap, opini, ataupun perilaku. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam melakukan komunikasi antar pribadi ialah :

1) Bersikap empatik dan simpatik

2) Menunjukkan bahwa komunikator memiliki kredibilitas yang baik

3) Bersikap sebagai pembimbing, bukan pemerintah

4) Kemukakan fakta

46 Onong, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 72

 

Page 46: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

5) Berbicara dengan gaya yang menarik, mengajak, bukan menyuruh

6) Jangan bersikap superioritas

7) Jangan mengentengkan atau memudahkan hal-hal yang

mengkhawatirkan

8) Jangan mengkritik

9) Kontrol emosi

10) Berbicara secara meyakinkan47.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa hubungan antar

pribadi akan mengalami proses awal. Pada proses ini setiap individu

akan saling mengenalkan diri dan menjajaki satu sama lainnya.

Dengan kata lain pada tahap ini merupakan tahap proses pengenalan.

Selanjutnya ialah tahap kedua. Pada tahap ini setiap individu

mulai mengarah pada permasalahan yang lebih dalam dan terfokus

pada inti permasalahan yang nantiya akan mengalami titik temu atau

dengan kata lain terjadinya persepsi yang sama.

Tahap ketiga. Setiap individu akan memasuki tahap yang lebih

intim yang akan berimplikasi pada sesuatu yang nantinya memberikan

keuntungan bagi kedua belah pihak. Sedangkan pada tahap keempat,

sudah terciptanya saling memahami dan diharapkan memberikan suatu

kontribusi bagi individu yang terlibat di dalamnya.

Dalam penetrasi sosial dituntut adanya saling pengertian antar

pribadi dalam berkomunikasi agar terciptanya hubungan yang

47 Ibid., h. 127

 

Page 47: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

harmonis dan langgeng antar satu individu dengan individu yang

lainnya.

3. Komunikasi Massa (mass communication)

Ialah komunikasi yang menggunakan perantara media massa seperti

Tv, news paper, tabloid, radio, serta film. Dalam hal ini beberapa expert

memberikan definisinya yakni :

a. Komunikasi massa selain menggunakan media modern juga

menggunakan media tradisional seperti teater rakyat (Everett M.

Rogers)

b. Komunikasi massa ialah komunikasi yang ditujukan kepada massa,

khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak

meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau juga

semua orang yang menonton Tv, karena sejatinya khalayak amat sulit

untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa ialah komunikasi yang

disalurkan oleh pemancar-pemancar audio visual48.

4. Komunikasi Organisasi

Ialah proses menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan

hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi

lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah49.

Sedangkan R. Wayne Peace & Don F. Faules mendefinisikan

komunikasi organisasi sebagai penunjukan dan penafsiran pesan di antara

unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi

48 Ibid., h. 21-22 49 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 67

 

Page 48: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

tertentu50. Organisasi menurutnya terdiri dari unit-unit komunikasi dalam

hubungan-hubungan hirarki antara satu bagian dengan bagian yang

lainnya. Meskipun bermacam-macam persepsi mengenai definisi

komunikasi organisasi ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan.

a. Komunikasi organisasi sesungguhnya terjadi dalam suatu sistem

terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar

komunikator baik internal maupun eksternal

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan dan media

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaan,

hubungan, serta keterampilannya

B. Pembinaan dan Ruang Lingkupnya

a. Pengertian Pembinaan

Pembinaan merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris

yaitu Training yang berarti latihan, pendidikan, serta pembinaan. Secara

istilah, pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal

baru ynag belum dimiliki dengna tujuan membantu orang yang

menjalaninya untuk membenarkan dan mengembangkan pengetahuan dan

kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan

baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih

efektif51. Pembinaan merupakan program, peerta berkumpul untuk

50 R. Wayne Pace dan Don F. Fales, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan

Kinerja Perusahan ( Bandung: Rosda Karya, 2002), h. 31 51 Mangun Hardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h.

11-12

 

Page 49: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

memberi, menerima dan mengolah informasi, pengetahuan, dan kecakapan

dengan mengembangkan yang sudah ada dengan menambah yang baru.

Pembinaan diikuti oleh sejumlah peserta yang diperhitungkan dari tujuan

dan efektifitasnya.

Adapun fungsi pokok pembinaan mencakup tiga hal yaitu :

a. penyampaian informasi

b. perubahan dan pengembangan sikap

c. latihan dan pengembangan sikap

b. Program Pembinaan

Ialah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan

urutan acara-acara pembinaan yang akan dilakukan52. Program pembinaan

menyangkut sasaran, isi, pendekatan, serta metode pembinaan.

i. Sasaran program

Tidak jarang terjadi bahwa sasaran, objektif, program pembinaan

tidak dirumuskan dengan tegas dan jelas. Hal ini terjadi karena

berbagai sebab yaitu :

1) Pembina tidak tahu kepentingan perumusan sasaran program

pembinaan

52 Ibid., h.11

 

Page 50: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

2) Pembina terlalu yakin diri sehingga dia tidak merasa perlu untuk

membuatnya

3) Penyelenggara tidak mampu membedakan antara isi dan sasaran

program pembinaan

4) Program pembinaan sudah biasa dijalankan

Apapun alasannya suatu pembinaan yang mempunyai sasaran

yang jelas mengandung bahaya bagi kelangsungan pembinaan. Jangan

sampai pembinaan tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas pula.

Kecuali tanpa sasaran yang dirumuskan, suatu pembinaan sulit dinilai

berhasil tidaknya. Oleh karena itu, sasaran harus dirumuskan dengan

jelas dan tegas agar pembinaan itu pada akhirnya sejalan dengan minat

para peserta53.

ii. Isi Program

Isi pembinaan program berhubungan dengan sasaran. Maka

betapapun baiknya acara sebagai isi program pembinaan yang

dipimpinnya kalau tidak mendukung tercapainya sasaran program.

Agar dapat sejalan dengan sasaran program, waktu merencanakan isi

program Pembina sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :

1) Isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan para

peserta pembinaan dan berhubungan dengan pengetahuan dan

pengalaman mereka

53 Ibid., 16

 

Page 51: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

2) Isi tidak melulu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas dan

dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman para

peserta, serta dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata.

3) Isi tidak terlalu banyak tetapi disesuaikan dengan daya tangkap

para peserta dan waktu yang tersedia

iii. Pendekatan program kita mengenal beberapa pendekatan utama dalam

program pembinaan antara lain :

1) Pendekatan informatif

Dalam pendekatan ini seseorang menjalankan program degan

menyampaikan informasi kepada para peserta dengan pendekatan

informatif biasanya program pembinaan diisi dengan ceramah, atau

kuliah oleh berbagai pembicara tentang berbagai hal yang dianggap

perlu bagi para peserta. Dengan pendekatan itu, partisipasi para

peserta dalam pembinaan kecil. Partisipasi para peserta terbatas

pada permintaan penjelasan atau penyampaian pertanyaan

mengenai hal yang belum dimengerti benar-benar.

2) Pendekatan partisipatif

Partisipatif approach berlandaskan kepercayaan bahwa para

peserta sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka,

dalam pembinaan, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian mereka

dimanfaatkan. Lebih merupakan situasi belajar bersama, di mana

para peserta saling melakukan interaksi.

 

Page 52: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

C. Pengertian Hufazh

Hufazh ialah orang-orang yang melakukan kegiatan menghafal Alquran

sebagai tanda keseriusannya dalam menjalankan agama. Menghafal Al-quran

merupakan bagian dari menyelamatkan isi dan keotentikan Al-quran. Menurut

Muhammad Zen menghafal Alquran adalah mudah akan tetapi mudah pula

lupa oleh karena itu ketekunan amat diperlukan54.

Di kalangan umat Islam Indonesia terdapat perhatian yang besar

terhadap membaca Al-quran. Anak-anak diajarkan membaca Al-quran yang

merupakan bagian dari pendidikan agama, dan para anggota keluarga sekali-

kali membaca Al-quran bersama-sama di rumah sebagai bagian dari tanda

ketaatan keluarga tersebut terhadap agama terutama dalam bulan Ramadhan.

Orang-orang yang lebih serius berusaha untuk menghafalnya atau

membacanya dengan berbagai gaya . Pengucapan huruf-huruf yang tepat dan

gaya alunan merupakan inti dari kegiatan tersebut.

Howard F. Federspiel mengutip pendapat Muhammad Zen yang

mengatakan bahwa menjalankan kegiatan menghafal Al-quran yang

sebenarnya ialah seorang calon hafizh biasanya membaca Al-quran tujuh kali

khatam dengan memusatkan perhatian pada cara pengucapan dan tanda-tanda

baca agar semakin menguasainya55.

Menurut Muhammad al-Ghazali, membaca dan menghafal Al-quran

harus dilakukan secara terus menerus sebab kekalnya Al-quran merupakan

54 Howard M. Federspiel, Kajian Al-quran di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996), h. 204 55 Ibid,

 

Page 53: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

salah satu keistimewaan tersendiri56. ia juga merupakan kegiatan yang

dianggap istimewa oleh kalangan umat Islam sebab tidak banyak yang

melakukannya hanya orang-orang yang teguh pendiriannya yang menghafal

Al-quran. Oleh sebab itu jumlahnya dari generasi ke generasi jumlahnya tidak

begitu banyak. Namun demikian setiap generasi selalu tidak putus yang

menghafal Al-quran, termasuk masih berlanjutnya hafalan dan bacaan secara

lisan. Membaca dan menghafal Al-quran merupakan ruh yang memberikan

kekuatan maknawiyah kepada sang pembaca. Bagi mukmin Al-quran

berfungsi sebagai obat penentran hati. Ia juga huda dan rahmat. Darinya

seseorang tidak hanya mendapatkan ketenangan dan kekuatan ruhiyah namun

juga petunjuk ilmu pengetahuan yang berlimpah ruah.

Senada dengan Howard, Cahyadi Takariawan juga mengatakan bahwa

menjadi seorang hafizh tidaklah mudah sebab ia memerlukan keahlian

tersendiri dan juga ketekunan. Membacanya harus tartil dan juga teliti serta

sepenuh hati hingga merasakan betul getaran-getaran Ilahiyah yang terpancar

dari kalamullah tersebut. Selebihnya bisa meresapkan makna ayat-ayat yang

dibaca sehingga mampu meninggalkan bekas yang mendalam57.

Membaca Al-quran harus sesuai dengan aturan-aturn yang baku. Aturan-

aturan tersebut meliputi metode pembacaan yang tepat, tempat berhenti ketika

membaca, ciri-ciri huruf, dan panjangnya bacaan. Ini merupakan metode

klasik yang dipakai dalam mempelajari bahasa Arab baik yang berhubungan

dengan Al-quran maupun tidak, dan struktur kalimat.

56 Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan Al-quran (Bandung: Mizan, 1997), h. 28 57 Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005),

h 52

 

Page 54: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Terdapat beberapa adab dalam membaca Al-quran. Adab tersebut harus

dilakukan dengan jelas, sungguh-sungguh dan perasaan takzim serta ikhlas.

Al-quran harus dibaca dengan suara yang indah dan harus dibaca perlahan-

lahan dengan penuh kekuatan. Sebelum membacanya seseorang diwajibkan

berwudu terlebih dahulu, memakai pakaian yang suci, duduk pada tempat

yang suci, tempat yang tepat (dianjurkan menghadap ke arah kiblat), jika

sambil berdiri berdirilah pada tempat yang kokoh, seperti mimbar, peganglah

ia dengan kedua tangan, jika duduk simpanlah ia di tempat yang agak tinggi

sedikit dari lutut, awali dengan taawudz, dan basmalah, baca dengan niat

karena Allah dengan suara yang indah dan akhiri dengan kalimat

Shadaqallahhul azim. Jika membawanya, bawalah dengan tangan kanan serta

tempelkan pada dada58.

Selain adab terdapat juga larangan yaitu : Al-quran tidak boleh dibaca

dengan nada yang ditentukan seperti yang digunakan dalam bernyanyi, tidak

boleg dibaca dengan suara yang bergelombang tanpa aturan, tidak boleh

dibaca dengan suara yang bergetar59.

Al-quran dengan segala keindahannya harus diperlakukan dengan

sebaik-baiknya walaupun ia dicetak di atas kertas putih yang tidak ada

bedanya dengan buku-buku yang lain. Akan tetapi ia memiliki makna khusus

sebab posisinya yang sangat fital dalam ajaran Islam.

58 Ghazali, Berdialog dengan Al-quran 59 Ibid,.

 

Page 55: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

BAB III

USTD. ALI FAHRUDDIN, MA

C. Ustd. Ali Fahruddin, MA

Tahun 1976 adalah tahun kelahiran ustad. Ali Fahruddin, tepatnya pada

tanggal 6 Januari di Pemalang Jawa Tengah dari orang tua, Bapak H.

Marsetyo dan Ibu Jaziroh. Setelah menamatkan sekolah dasar pada tahun

1988, beliau melanjutkan studi di pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa

Timur. Keinginan untuk mondok ini telah menjadi cita-cita beliau sejak SD

karena melihat keberhasilan paman-paman beliau yang merupakan alumni dari

sana (Jombang). Pada tahun itu juga, beliau dengan diantar seluruh keluarga

pergi ke Jombang. Pamannya menyarankan agar beliau dipondokkan di

Madrasatul Quran, salah satu pondok yang berada di Tebuireng. Ternyata,

pondok ini di samping mempelajari kitab kuning juga menganjurkan agar para

santrinya menghafal Al-quran. Setahun kemudian timbul keinginannya yang

sangat kuat untuk menghafalkan Al-quran. Ketika kelas 2 Aliyah, Allah

memberi anugerah untuk menjadi pemelihara kalam-kalam suci-Nya. Selepas

Aliyah pada tahun 1995, beliau mengabdikan diri untuk menjadi pembina

adik-adik kelas sambil belajar Qira`ah Sab’ah selama satu tahun sampai tamat

30 juz.

Pada tahun 1996, setelah diwisuda Qira`ah Sab’ah beliau ke Jakarta

untuk meneruskan studi di IAIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin

jurusan Tafsir Hadis. Di kampus inilah beliau menemui hal-hal yang baru

 

Page 56: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

yang belum pernah dirasakan selama berada di pondok. Organisasi yang

pernah diikuti tergolong banyak karena keinginannya untuk mengetahui

semua yang ada di dalam organisasi keislaman, seperti: HMI, LDK, Irmafa,

dan bersama teman-teman yang hafal Al-quran beliau mendirikan Lembaga

Tahfizh dan Ta’lim Al-quran pada tahun 2001. Ketika itu beliau masih

menjabat sebagai ketua Irmafa sehingga ketika teman-temannya menawari

menjadi ketua, beliau menolak karena khawatir salah satunya ada yang

terbengkalai.

Selama menjadi Ketua Irmafa di tahun 2000-2001, banyak kegiatan yang

dilakukan. Ketika itu, masih ada imbas dari krisis moneter sehingga kegiatan

lebih banyak terarah kepada bantuan bagi masyarakat miskin di sekitar

kampus, serta Ciputat pada umumnya. Pengadaan sembako murah,

pengumpulan dan pendistribusian pakaian layak pakai merupakan bagian dari

program-program organisasi ini. Dalam acara-acara tersebut Irmafa tidak

sendirian, Remaja Islam Fatahillah (RIF) dan Remaja Masjid al-Husna (RMH)

seringkali dilibatkan. RIF adalah kumpulan pemuda-pemudi komplek dosen

IAIN sedangkan RMH merupakan remaja masjid di lingkungan beliau karena

sejak awal masuk IAIN sampai semester 7, beliau tinggal di Masjid Al-husna

sebagai takmirnya. Satu hal cita-citanya selama menjabat sebagai ketua Irmafa

ialah ingin menjadikan remaja masjid sebagai pemimpin dan teladan bagi

seluruh remaja masjid kampus se-Indonesia, mengingat keberadaan IAIN

Jakarta sebagai sentral bagi perguruan tinggi Islam di Indonesia. Ketika itu,

proposal untuk mengadakan Muktamar Nasional antar remaja masjid kampus

 

Page 57: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

sudah jadi, tetapi waktu dua bulan terasa sangat mendesak karena sebulan

berikutnya beliau harus mempersiapkan pergantian kepemimpinan. Akhirnya,

cita-cita ini kandas tetapi beliau berusaha mensosialisasikan kepada seluruh

ketua Irmafa berikutnya, namun satu pun di antara mereka belum ada yang

merespon dengan baik.

Salah satu alasannya mengapa ingin cita-cita ini tercapai adalah karena

belum ada remaja Masjid kampus dari perguruan tinggi Islam yang citranya

baik di mata masyarakat, justru yang lebih dikenal adalah Remaja Masjid

Salman ITB dan Remaja Masjid UGM. Sementara di Jakarta sendiri YISCH

(Remaja Masjid al-Azhar) dan Remaja Masjid Sunda Kelapa lebih terkenal

dari pada Irmafa.

Program lain yang pernah dilaksanakan adalah studi banding ke Remaja

Masjid Salman di Bandung. Banyak hal yang bisa diambil dari sana. Satu hal

yang terpenting yang belum dapat diaplikasikan di Irmafa adalah metode

pengkaderan. Disana sangat sistematis dan teratur. Dari masjid Salman itu

banyak muncul tokoh-tokoh nasional yang mahir di bidang teknologi dan

loyal di bidang agamanya, seperti DR. Imaduddin Abdurrahim. Mengapa

Irmafa tidak bisa?

Selepas menjabat sebagai ketua Irmafa, beliau dan teman-teman kelas

Tafsir Hadis dengan bimbingan DR. Lutfi Fathullah, MA mendirikan sebuah

lembaga kajian Tafsir dan Hadis yang dikenal dengan LP2QH (Lembaga

Pengkajian dan Penelitian al-Quran dan Hadis). Ketika itu, teman-teman

menunjuk beliau sebagai direktur eksekutifnya karena pengalamannya sebagai

 

Page 58: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

ketua Irmafa. Sejak itu pula, beliau pindah dari Masjid al-Husna ke sekretariat

LP2QH yang berada di belakang TIP TOP Ciputat.

Tahun 2001, beliau diwisuda S1 ketika itu masih menjabat sebagai

direktur eksekutif LP2QH. Selama masa perkuliahan, selain aktif di beberapa

organisasi tersebut, beliau juga seringkali mengikuti MTQ dari tingkat

kabupaten hingga tingkat nasional. Sesuai dengan keahliannya di bidang

tahfizh al-Quran dan keinginannya memperdalam dan menguji kemampuan di

bidang tafsir, maka cabang yang di ikuti Tafsir al-Quran plus Tahfizh 30 juz,

baik dengan bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Prestasi beliau paling

tinggi adalah juara 1 tafsir bahasa Indonesia tingkat propinsi Banten dan

beberapa kali mengikuti cabang ini di tingkat Nasional, baik mewakili Banten,

Jakarta, dan Lampung, namun satu pun belum ada yang lolos menjadi juara di

tingkat Nasional.

Setelah wisuda S1, timbul keinginannya untuk mencari pengalaman di

luar negeri. Tiba-tiba keinginan ini bersambut dengan kehadiran seorang

teman yang sedang mencari guru tahfizh untuk mengajar di Al-imam

International Institute Kelantan Malaysia. Tawaran itu langsung di sanggupi,

lalu tidak lama kemudian beliau berangkat ke Malaysia dengan visa pelajar.

Selama kurang lebih dua tahun, beliau mengajar di sana. Menginjak tahun

kedua di Malaysia, beliau pulang kampung dan menyatakan keinginan untuk

menikah. Dengan izin Allah Swt keluarganya menyetujui lalu beliau menikah

dengan gadis mantan sekretarisnya di Irmafa. Beliau mengakui bahwa, bukan

berarti selama menjabat sebagai ketua Irmafa pacaran dengannya, justru

 

Page 59: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

pernyataan cinta disampaikan setelah lengser dari kepengurusan Irmafa.

Makanya, banyak teman-temannya yang merupakan aktivis Irmafa kaget

karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Setelah menikah, mereka

berangkat ke Malaysia dan mengajar di sana.

Setahun kemudian mereka pulang kampung untuk meneruskan cita-cita

melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi lagi yaitu post graduate (S2).

Meski berbekal uang seadanya, mereka kembali ke Jakarta dan atas saran DR.

Ahsin Sakho beliau kuliah di UIN Jakarta dengan bantuan beasiswa dari

Menteri Agama, Prof. DR. Said Agil Husain al-Munawwar, yang kala itu

masih menjabat sebagai Menteri Agama. Alhamdulillah, Allah memberikan

kemurahan rizki sehingga selama dua semester diberi beasiswa oleh Beliau.

Dan selama dua semester berikutnya mendapat beasiswa dari Pusat Studi al-

Quran untuk belajar disana secara langsung dengan Prof. DR. M. Quraish

Shihab, MA dan Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA sekaligus menjadi

pembimbing selama pembuatan tesis. Judul tesisnya: Pengaruh Perbedaan

Qira`at dalam Penafsiran Ayat-ayat tentang Relasi Gender. Akhirnya, pada 29

Juli 2006 beliau diwisuda S260.

1. Biodata Pribadi Ustdz. Ali Fahruddin, MA

Nama : Ali Fahrudin, MA.

TTL : Pemalang, 6 Januari 1976

Status : Menikah

Alamat : Jl. Sedap Malam Rt 09/08 No. 104 Pisangan Ciputat

60 Hasil interview dengan Ustadz Ali

 

Page 60: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Tangerang

Pendidikan Formal

a. Madrasah Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar Pemalang Th. 1982-1988

b. Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Madrasatul Quran

Tebuireng Jombang Th. 1988-1991

c. Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng

Jombang Th. 1991-1995

d. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fak. Ushuluddin, jurusan Tafsir

Hadis, Th. 1996-2001

e. Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, konsentrasi Tafsir

Hadis, Th. 2003-2006

Pendidikan Non Formal

a. Menghafal Al-Quran 30 juz di Pon. Pes. Madrasatul Quran Tebuireng

Jombang, 1992-1994

b. Takhassus Qira’at Sab’ah di Pon. Pes. Madrasatul Quran Tebuireng

Jombang Th. 1994-1996

c. Training Instruktur Bahasa Arab ASL Arabic Super Learning, Th.

2000

d. Kursus Bahasa Inggris di Jombang, Th. 1995

e. Kursus Bahasa Inggris di LIA, Th. 1998

f. Mahasiswa Pendidikan Kader Mufassir di Pusat Stadi al-Quran (PSQ)

di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, Th.

2005-2006

 

Page 61: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

2. Aktivitas Ustadz Ali Fahrudin, MA

a. Staf Pengajar tetap di MTs Madrasatul Quran Tebuireng Jombang,

1995-1996

b. Staf Pengajar tidak tetap di MA Pon. Pes. Wali Songo Cukir Jombang,

1995

c. Pengurus Pon. Pes. Madrasatul Quran Tebuireng Jombang, Th. 1995-

1996

d. Staf Pengurus Lembaga Dakwah Kampus Syarif Hidayatullah Jakarta,

Th. 1998-1999

e. Ketua Ikatan Remaja Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Th. 1999-2001

f. Staf Instruktur Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al-Quran Jakarta, 2000-

sekarang

g. Direktur Rumah Qurani Indonesia

h. Staf Pengajar Kursus Bahasa Arab ASL (Arabic Super Learning), Th.

2000-2001

i. Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Penelitian Tafsir dan

Hadis Jakarta, Th. 2000-2001

j. Staf Pengajar Al-Imam International Institute Kelantan Malaysia, Th.

2001-2003

k. Tim Dakwah Jam’iyyah Li Tahfizh al-Quran (JATIQU) Jakarta, 2003-

sekarang.

 

Page 62: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

l. Anggota Ustad dan Da’i Majelis Ulama Indonesia cabang Ciputat,

2004-2006

m. Asisten Dosen di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Th. 2005

n. Asisten Dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Th. 2006- sekarang

o. Menjadi imam tarawih dan Qiyamullail di beberapa Masjid besar,

seperti: Masjid BI, Masjid Pondok Indah, dan Masjid Fathullah UIN.

3. Prestasi

a. Juara terbaik III cabang Tahfidz 30 Juz + Tafsir Bahasa Arab di MTQ

DKI Jakarta, Th. 1999

b. Duta DKI Jakarta cabang Tahfidz 30 Juz + Tafsir Bahasa Arab di STQ

Nasional di Jakarta, Th. 2000

c. Juara terbaik II cabang Tahfidz 30 Juz di MTQ Propinsi Lampung, Th.

2001

d. Duta Propinsi Lampung pada cabang Tahfidz 30 Juz + Tafsir Bahasa

Arab di MTQ Nasional di Palu Sulawesi Selatan, Th. 2001

e. Juara terbaik I cabang Tahfidz 30 Juz + Tafsir Bahasa Indonesia di

MTQ Propinsi Banten, Th. 2006

f. Duta Propinsi Banten pada cabang Tahfidz 30 Juz + Tafsir Bahasa

Indonesia di MTQ Nasional di Kendari Sulawesi Tenggara, Th. 2006.

 

Page 63: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

D. Pembinaan Tahfizul Quran ( Lembaga Tahfizul Quran)

Ustadz Ali Fahrudin sukses melakukan pembinaan para hufadz di RUQI

(Rumah Qurani Indonesia) ini merupakan wadah yang secara resmi didirikan

pada tanggal 1 sepetember 2000 hadir guna mengikat dan mengembalikan

kita kepada khittahnya secara kaffah dengan harapan dapat mencetak generasi

intelektual muslim qurani yang nantinya dapat menjadi motor penggerak

masyarakat, budaya, dan agama demi kemaslahatan umat keseluruhan menuju

Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Visi yang di emban oleh lembaga

ini ialah . Mencetak generasi muda yang mencintai al-Quran, hafal ayat-

ayatnya, memahami isi kandungannya dan berakhlak mulia. Adapun misinya

ialah Rumah Qurani Indonesia dituangkan dalam beberapa aspek sebagai

berikut:

1. Mengajarkan al-Quran dengan baik dan benar

2. Membimbing para penghafal al-Quran

3. Memahamkan makna al-Quran

4. Membina trainer-trainer muda yang berwawasan al-Quran

5. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntunan al-

Quran.

Rumah Qurani ini hadir untuk memperkenalkan kepada kaum muslimin

agar mereka tidak anti pati dengan al-Quran. Ia sebenarnya “surat cinta” dari

Sang Kekasih yang patut dihayati betul maksud kata-katanya. Karena itu,

tujuan utama Rumah Qurani ini adalah “mengajak bercinta dengan al-Quran”

melalui pengenalan al-Quran dari berbagai segi, dari mulai baca tulis,

 

Page 64: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

menghafal al-Quran hingga mengenal ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya,

dengan metode yang diracik khusus supaya tidak menjemukan bagi para

peminatnya. Sebagaimana Nabi bersabda: Sesungguhnya al-Quran ini

hidangan Allah, maka kenalilah hidangan itu sesuai dengan kemampuanmu.

(HR. Hakim).

Adapun yang menjadi landasan hukum dari lembaga ini ialah Al-Qur’an

Al- Karim dan Sunnah Raslullah saw (Al- Hadits), Sejalan dengan cita-cita

pembukaan UUD 1945, yaitu Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. SK Bersama

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

128 Tahun 1982/44 A Tahun 1982 mengenai peningkatan baca tulis Al-Quran

bagi umat Islam dalam rangka peningkatan, penghayatan, dan pengamalan

kitab suci Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari dan juga Hasil Musyawarah

Umum I RUQI tanggal 9 Mei 2000. RUQI memiliki 2 tujuan yakni umum dan

khusus yaitu:

a. Umum

Tujuan pendidikan ini ingin mencetak generasi yang berakhlak al-Quran:

hafal al-Quran atau membacanya dengan baik, memahami isi

kandungannya, dan mengamalkannya.

b. Khusus

Mengenalkan dunia al-Quran yang menyenangkan kepada anak-anak serta

kaum muslimin pada umumnya dan membuat mereka menghayati makna

al-Quran serta bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Page 65: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

1. Model Intervensi

a. Memberikan pengajaran al-Quran: baca tulis, membaca dengan baik,

dan menghafal al-Quran.

b. Mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-Quran: terjemah dan

isi kandungannya.

c. Mempersiapkan trainer-trainer berwawasan al-Quran dan teknologi.

2. Strategi Program

a. Partisipatif :

Tidak membatasi untuk kalangan usia tertentu, semua umur boleh

belajar di Rumah Qurani sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

b. Kualitatif :

Tidak mengutamakan jumlah kelompok sasaran tetapi lebih

mementingkan kualitas pelaksanaan program dan outputnya

3. Inovasi Program

a. Siswa tidak bisa membaca

Dalam program pertama ini siswa dianalogikan tidak tahu menahu

mengenai membaca Al-quran. Ia sama sekali ”buta” mengenai Al-

quran. Dalam tahapan pertama ini Ia diberikan arahan-arahan bahwa

membaca Al-quran itu tidak sesulit yang dibayangkan. Sang calon

hufazh diberikan motivasi agar ia yakin bahwa membaca Al-quran itu

menyenangkan, Al-quran merupakan surat dari yang maha kuasa yang

 

Page 66: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

harus selalu dibaca dan juga surat cinta dari kekasih kepada hambaNya.

Selain itu calon hufazh juga ditanya mengenai sejauh mana ia

mengetahui Al-quran. ia ditanya tujuan untuk membaca dan menghafal

Al-quran. kemudian setelah proses itu dilalui langkha selanjutnya ialah

ustadz dan calon hufazh melakukan kontrak belajar mengenai waktu

yang tepat untuk melakukan pembinaan. Setelah terjadi kesepakatan

lalu dilanjutkan dengan bimbingan. Calon hufazh dibimbing

sedemikian intensif oleh ustadz sampai ia mengenal huruf perhuruf,

mampu mengucapkan, membedakan huruf hijaiyah dengan baik.

Bimbingan tersebut di laukan sampai ia bisa membaca Al-quran dengan

baik. Dalam tahap ini antara ustadz dan peserta terjadi komunikasi antar

pribadi yang cukup intensif.

b. Tidak fasih membaca Al-quran

Dalam program yang kedua ini calon hufazh dianalogikan telah tahu

mengenai Al-quran dan tahu membaca Al-quran hanya saja, masih

terdapat beberapa kesalahan dalam membaca. Dalam tahapan ini calon

hufazh ditanya alasan mengapa ia harus membaca Al-quran dengan

baik, kemudian dampak yang ditimbulkan dari membaca Al-quran

secara fasih. Setelah itu baru kemudian dilakukan kontrak belajar

mengenai waktu yang tepat untuk belajar membaca. Setelah disepakati.

Kemudian ustadz memberikan contoh-contoh membaca yang baik dan

benar. Setelah beberapa contoh diberikan kemudian peserta dituntun

 

Page 67: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

untuk menirukan ucapan ustadz. Proses ini terus dijalankan sampai

peserta benar-benar bisa membaca secara fasih.

c. Sukar hafal ayat-ayatnya

Dalam program yang ketiga ini calon hufazh dianalogikan telah tahu

mengenai Al-quran dan tahu membaca Al-quran hanya saja ia kesulitan

dalam menghafal ayat perayat dari Al-quran. Dalam program yang

ketiga ini penangannya berbeda dengan yang pertama dan yang kedua.

Disini ia dikumpulkan dengan beberapa peserta yang lain. Mereka

dikumpulkan dengan tujuan untuk memunculkan jiwa kompetisi dan

juga agar terdapat komunikasi tidak hanya antara ustadz dan peserta

akan tetapi antara sesama peserta pun harus ada komunikasi. Sehingga

proses menghafal tidak membosankan dan juga yang tidak kalah

penting ialah agar mereka terpacu untuk terus menghafal. Dalam

program ini ustadz memberikan tawaran untuk mengahafal apakah akan

mengahafal dari juz awal atau juz terakhir dengans istem setoran.

d. Bosan mengulang hafalan

Dalam program yang ke empat ini peserta dianalogikan telah tahu

mengenai Al-quran dan tahu membaca Al-quran bahkan ia telah

mempunyai kemauan yang besar untuk menghafal dan telah menghafal

Al-quran. Dalam tahapan ini calon hufazh ditanya alasan mengapa ia

harus menghafal Al-quran, kemudian dampak yang ditimbulkan dari

 

Page 68: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

menghafal Al-qura. Kemudian ustadz menjelaskan kepada mereka

mengenai utjuan dan dampak dari menghafal Al-quran.

Seringkali dalam proses penghafalan para peserta mengalami masa

kebosanan dalam menghafal. Dalam tahapan ini ustadz memposisikan

diri sebagai motivator. Beliau memberikan arahan-arahan, memberikan

materi dan juga games yang dapat memacu mereka untuk kembali

menghafal inti dari kegiatan tersebut ialah mengingatkan kembali akan

tujuan dan manfaat jangka panjang dari menghafal Al-quran.

e. Tidak tahu ilmu pengetahuan yang terkait dengan Al-quran

Dalam program ini semua peserta yang ingin mengetahui akan

kehebatan Al-quran mengenai sains dan teknologi diputarkan film

dokumenter karya Harun Yahya yang berdurasi lebih kurang 2 jam.

Setelah menonton kemudian dijelaskan isi kandungan dari film tersebut.

Kemudian para peserta diminta pendapatnya mengenai film tersebut

sehingga terjadi Tanya jawab antara ustadz dan peserta dan sesama

peserta61.

4. Lokasi Kegiatan:

Lokasi Rumah Qurani Indonesia Jl. Sedap Malam RT 08/08 Pisangan

Ciputat Tangerang.

61 Hasil wawancara dengan Ustadz Ali tgl 17 Desember 2009

 

Page 69: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

5. Jumlah Kelompok Sasaran

No. Jenis Pendidikan

Tahun Usia

Jumlah

Siswa 3 – 4 4 – 5 6 – 16 17–50

1. Tingkat pendidikan usia dini/ TPA - - - - -

2. Tingkat TK - 10 - - 10

3. Tingkat SD - - 10 - 10

4. Tingkat SMP - - 10 - 10

5. Tingkat SMA - - - 10 10

6. Tingakat Dewasa/ orang tua - - - 30 30

TOTAL - 10 20 40 70

6. Penawaran Program

a. Belajar baca tulis al-Quran

b. Tahsin, memperbaiki bacaan al-Quran

c. Tahfizh, menghafalkan al-Quran

d. Terjemah, mempelajari makna al-Quran

e. Training of trainer al-Quran

7. Lama Kegiatan

Program baca tulis, tahsin, terjemah, dan training dijadwalkan sesuai

dengan paket masing-masing. Sementara menghafal al-Quran 30 juz

selama 3 tahun dan program menghafal terbatas selama 1-2 tahun sesuai

dengan kemampuan dan tingkat usia siswa.

 

Page 70: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

8. Sumber Dana

Sumber dana yang dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan Rumah

Qurani diambil dari beberapa sumber, antara lain:

a. Pendiri Rumah Qurani

b. Gerakan Infak Cinta al-Quran Club (GericiQ-Club)

c. Sumbangan dari donatur yang tidak mengikat62.

62 Hasil dari pengolahan data yang diberikan oleh Ustadz Ali

 

Page 71: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

BAB IV

POLA KOMUNIKASI USTADZ. ALI FAHRUDIN, MA DALAM

PEMBINAAN TAHFIZHUL QURAN

G. Komunikasi Non Verbal

Pembinaan dan komunikasi mempunyai hubungan yang erat. Seseorang

membina menggunakan bahasa komunikasi yang dimilikinya. Kapan, dengan

siapa, berapa banyak hal yang dikomunikasikan, sangat bergantung pada

komunikasi dari orang-orang yang berinteraksi. Tidak ada satu aspek pun dari

kehidupan manusia yang tidak disentuh oleh komunikasi baik itu verbal

maupun nonverbal. Dengan demikian, komunikasi dan pembinaan tidak dapat

dipisahkan. Hubungan antara keduanya merupakan faktor kunci untuk

memahami hasil dari pembinaan.

Komunikasi menelaah elemen-elemen komunikasi yang sangat

mempengaruhi interaksi ketika antara ustadz dan peserta maupun antara

sesama peserta melakukan komunikasi. Komunikasi terjadi ketika pesan yang

harus ditangkap dan dipahami, diproduksi oleh anggota dari lawan bicara

yang lain. Jadi, menandai komunikasi ialah sources dan receivers.

Demikian halnya komunikasi yang dibangun antara ustadz dan peserta.

Perilaku komunikasi seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa elemen

berikut seperti : persepsi, dan proses-proses non-verbal.

Segala sesuatu yang dikomunikasikan adalah persepsi seseorang tentang

manusia, dunia dan lingkungannya. Kebiasaan dimana orang-orang dari suatu

 

Page 72: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

wilayah merespon sesuatu menunjukkan hubungan-hubungan persepsi dan

komunikasi. Terdapat beragam persepsi seperti : persepsi tentang usia, ruang

dan jarak sosial, etnik, kerja, waktu, persaingan, jabatan, dan perilaku agresif.

Dalam proses penghafalan Alquran ini ustadz. Ali mempersepsikan

dirinya sebagai orang tua yang selalu membimbing peserta didik seperti anak

sendiri. Peserta di bimbing seintensif mungkin sehingga mereka dapat

menyerap ayat perayat dari kitab suci Alquran. Sebelum mereka didik ustadz

Ali terlebih dahulu melakukan komunikasi non-verbal yaitu beliau

memberikan tempat penginapan Cuma-Cuma kepada peserta. Mereka

dibimbing untuk mengerjakan amalan-amalan sunah yang menunjang pada

penghafalan seperti salat malam, saum sunnah, dan lain sebagainya.

Komunikasi ini memiliki makna yaitu para peserta didik dianggap sebagai

anak beliau yang sedang dalam proses pendidikan. Tidak ada satu peserta pun

yang mendapat keistimewaan melainkan semuanya sama. Beliau selalu

memberikan senyuman kepada para peserta ketika mereka (peserta)

mengerjakan perintah beliau. Ada banyak komunikasi nonverbal yang terjadi

selama pennulis melakukan observasi seperti mengajak peserta sharing,

mengundang peserta kerumah beliau, mengajak peserta kepertemuan-

pertemuan para hafizh. Dan lain sebgaianya. Makna mengajak disni memiiki

arti kedekatan antara ustadz dengan peserta, seolah-olah tidak ada pembatas

yang menghalangi, mereka bukan orang asing bagi ustadz. Akan tetapi,

mereka adalah seorang anak yang harus diajar, diberi wawasan sehingga

mereka tidak bosan dan jenuh.

 

Page 73: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Sedangkan para peserta mereka mempersepsikan diri sebagai anak yang

sedang dididik. Konsekuensinya ialah mereka harus mengikuti apapun yang

diperintahkan oleh sang ustadz selama hal itu tidak keluar dari jalur agama.

Kondisi seperti ini diakui oleh peserta sangat nyaman apalagi mereka

berpendapat bahwa ustadz sangat baik dan tidak pernah marah. Selain itu

karismatik ustadz juga sangat dirasakan dalam proses penghafalan seperti

ketegasan, lemah lembut, tidak memarahi peserta ketika salah, terbukanya

beliau ketika para peserta menghadapi masalah. Selain mempersepsikan diri

sebagai orang tua dalam hal ini bapak beliau juga mempersepsikan dirinya

sebagai teman para peserta didik.

Perspektif humanistik memandang konteks komunikasi di atas sebagai

sebuah “komoditas” yang masing-masing individu merasakan bahwa

komunikasi sangat urgen dalam kehidupan mereka. Karena dengan

mengadakan kontak komunikasi mereka akan mendapatkan informasi satu

sama lainnya. Yakni terjadinya pertukaran informasi antara satu individu

dengan individu yang lainnya. Selain itu mereka juga merasakan adanya

eksistensi diri dalam proses pembinaan. Mereka merasakan akan kehadiran

diri mereka, masing-masing individu dipandang penting akan keberadaannya.

Ciri yang lain ialah mereka memahami kompleksitas masing-masing individu

seperti kehidupan pribadi yang beraneka corak dan ragam dan lain sebagainya.

Yang menarik dari konteks di atas juga ialah terjadinya transaksional

communication yaitu komunikasi yang timbal balik. Seringnya kontak antar

 

Page 74: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

pribadi yang dijalankan oleh ustadz sangat berpengaruh besar terhadap proses

pembinaan tahfizhul quran.

Kedekatan hubungan yang dibangun antara sesama peserta didik tampak

dari frekuensi dan intensitas pertemuan serta interaksi yang terjadi di antara

mereka. Hal tersebut dapat terlihat secara kasat mata dari bentuk-bentuk

interaksi yang sering mereka jalani dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk-

bentuk interaksi yang sangat dipengaruhi oleh tempat, waktu, situasi, dan

kondisi masing-masing. Secara umum dapat disebutkan beberapa interaksi

yang digunakan oleh keduanya tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

H. Komunikasi verbal yang diikuti oleh komunikasi non-verbal

Basa-basi, dan tegur sapa yang disertai dengan ekspresi wajah juga

gerakan-gerakan tubuh yang menunjang merupakan bagian dari ekspresi

berkomunikasi mereka. Ini berlangsung terutama ketika mereka bertemu

antar sesama peserta didik dan bertemu dengan ustadz. Komunikasi

tersebut tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Artinya ialah komunikasi

yang mereka lakukan selalu terjadi kapan pun, dan dimana pun selama

kondisinya memungkinkan. Ketika komunikasi berlangsung kemudian

tidak diikuti oleh komunikasi non verbal seperti menyalami, ataupun

senyuman masing-masing pihak dan tidak ada respon yang positif dari

lawan bicaranya. Maka mereka langsung melakukan koreksi. Mungkinkah

ada hal yang telah terjadi yang merusak hubungan mereka ?

 

Page 75: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Oleh karena hubungan emosional yang begitu dekat di antara mereka

maka ketika tidak terjadi komunikasi yang disertai dengan ekspresi wajah,

bisa dikatakan telah terjadi “konflik” di antara mereka. Ini terjadi

biasanya di jalan, kampus, asrama, maupun ketika akan menyetor hafalan.

Pertemuan keduanya yang dibarengi dengan tegur sapa, basa-basi

pada akhirnya bisa menggiring mereka ke obrolan santai. Kata-kata

pembuka biasanya bersifat informarif seperti menanyakan keadaan

keluarga, kesehatan, bisnis, ataupun seputar peristiwa yang terjadi di

sekitar mereka yang mungkin kebetulan terlintas dalam benak mereka.

Ketika terjadi obrolan biasanya ini mengalir dengan sendirinya.

Mereka hanya membicarakan hal-hal yang informatif adapun pembicaraan

yang memasuki wilayah privasi biasanya mereka menjawab dengan polos,

dijawab apa adanya sehingga emosi mereka benar-benar terikat. Seakan-

akan mereka merupakan keluarga.

Obrolan santai dapat melibatkan orang-orang yang kebetulan

berkumpul di asrama, depan mesjid Al-muhajirin ataupun yang kebetulan

lewat dan di ketahui oleh salah satu pihak. Obrolan santai seperti ini

biasanya lebih meriah karena tidak terjadi dalam satu arah akan tetapi dua

arah, dimana masing-masing pihak bisa saling menggantikan.

I. Tata cara komunikasi yang dipilih

Berbicara mengenai tata cara berbicara sesungguhnya amat

tergantung dari tiga hal yaitu : Pertama, apakah keduanya terdapat

 

Page 76: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

hubungan darah / keluarga? Ataukah di antara mereka terdapat hubungan

pertemanan? Apakah di antara mereka mitra kerja? Ataukah mereka telah

saling kenal satu sama lain sejak lama?

Kedua, karakter umum masing-masing yang mempengaruhi cara dan

gaya mereka berkomunikasi. Ketiga, kapan, di mana dalam situasi, dan

kondisi apa mereka berinteraksi? Apakah dalam interaksi tersebut terdapat

peluang bagi keduanya untuk hanya melakukan tegur-sapa walaupun

hanya sekedar basa-basi belaka.

Hal ini berarti tata cara berkomunikasi telah disesuaikan dengan

fungsi masing-masing yang dimainkan dalam interaksi di atas.

J. Cara memberikan respon dalam berinteraksi

Keduanya yang ekstrovet dengan keramah-tamahan yang dimilikinya

ia selalu berusaha untuk merespon segala sesuatu yang terjadi di

sekitarnya, terutama dengan ungkapan verbal. Sebaliknya beberapa

peserta biasanya melihat dulu siapa yang ia ajak berkomunikasi. Dengan

siapakah ia berhadapan? Apakah ustadz atau peserta yang telah ia kenal?

K. Penyingkapan diri dalam berinteraksi

Keterbukaan yang dimiliki oleh keduanya membuatnya tidak sulit

untuk mengungkapkan dirinya: siapa sebenarnya ia, apa yang mereka

rasakan, apa yang mereka inginkan, harapan, apa yang mereka cari,

butuhkan, bagaimana mereka berinteraksi, atau berhubungan dengan orang

 

Page 77: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

lain, bagaimana mereka menilai orang lain dalam membangun

kebersamaan dan lain sebagainya. keduanya selalu menampilkan dirinya

apa adanya.

L. Empati ( keterlibatan yang mendalam dalam berinteraksi)

Sikap empati mereka tunjukkan dengan keterlibatan penuh mereka

dalam berkomunikasi dan dalam menghayati kebersamaan. Terjadinya

tegur-sapa. Basa-basi, canda-tawa, sampai kepada hal yang serius

merupakan partisipasi aktif kedua belah pihak dalam membangun

komunikasi. Sikap empati nampak sewaktu tiap-tiap individu yang

berinteraksi melibatkan seluruh dirinya : pikiran, perasaan, keinginan dan

harapan. Hal ini acapkali terjadi dalam hubungan yang benar-benar

merasa dekat satu sama lain kongkritya empati ini seringkali hadir dalam

situasi-situasi tertentu seperti ketika seorang peserta kehabisan bekal atau

ketika salah satu dari mereka mendapat kabar belasungkawa.

Peserta yang kehabisan bekal biasanya akan dibantu oleh peserta

yang lain ataupun oleh ustadz untuk mencari jalan keluar. Bentuk bantuan

tersebut bisa dalam bentuk materi atau pun dalam bentuk sekadar nasehat

yang tentunya bermanfaat baginya.

Selain terjadi antara ustadz dengan peserta nampaknya,

transaksional communication juga terjadi antara sesama peserta didik. Ini

disebabkan mereka membawa jati diri mereka masing-masing sesuai

dengan karakteristik dari masing-masing mereka.

 

Page 78: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

Dalam konteks ini juga transaksional communication63 amat

berpengaruh dimana masing-masing individu terlebih dahulu menyingkap

diri mengenai siapa mereka, dari mana asal mereka, kondisi keluarga

mereka. Sehingga komunikasi yang terbangun amat mendalam. Masing-

masing individu seakan-akan masuk kedalam kehidupan satu sama lain.

Dari gambaran di atas peran kelompok juga amat berpengaruh

maksudnya ialah setelah masing-masing tahu diri masing-masing dengan

sendirinya mereka juga terkelompokan secara emosional, mereka terikat

secara emosional. Sehingga masing-masing peserta didik memandang

kepada peserta yang lain adalah keluarga. Di mana eksistensi mereka

diakui, mereka merasa dihargai, tidak terjadi senioritas antara peserta yang

lama dengan yang baru. Kondisi demikian merupakan kondisi yang ideal

di mana masing-masing anggota merasa nyaman untuk berinteraksi dan

juga menghafal. Rasa kaku juga akan hilang dengan sendirinya.

63 Andi Faisal Bhakti, Kuliah Komunikasi Antar Budaya

 

Page 79: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

C. Kesimpulan

Dari penelitian dan pembahasan mengenai Pola Komunikasi Pembinaan

Hufazh oleh Ustadz Ali Fahrudin, MA maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pola komunikasi yang terjadi antara ustadz dengan perserta. Pembina

selaku komunikator dalam membina calon hufazh menggunakan

komunikasi antar pribadi. Ini terjadi ketika para hufazh telah menyetor

hafalan ataupun ketika para hufazh melihat ustadz sedang memiliki waktu

senggang. Komunikai ini terjadi untuk mengetahui keadaan hufazh secara

langsung. Bentuknya berupa sharing, ataupun curhat dengan ustadz.

Permasalahan yang disampaikan meliputi masalah pribadi, masalah

dengan teman, ataupun masalah baik yang berhubungan dengan

pembinaan ataupun di luar pembinaan. Adapun metode yang digunakan

yaitu diskusi, dan komunikasi secara pribadi. Pembina dalam hal ini

memiliki 3 peran yaitu, pertama sebagai pembimbing yang memiliki peran

sebagai pendidik dan Pembina calon hufazh dengan baik. Kedua, sebagai

pengontrol tidak hanya bimbingan yang dibutuhkan akan tetapi

pengawasan juga diperlukan, kemudian yang terakhir ialah sebagai

penyalur pengetahuan ia memberikan ilmu yang dimilikinya kepada para

peserta didik. Dalam hal ini Pembina dituntut untuk memahami akan

 

Page 80: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

keadaan daya tangkap binaannya dalam menyerap materi yang

disampaikan. Semakin baik komunikasi yang terjadi dalam proses

pembinaan maka keberhasilan menghafal dapat tercapai secara optimal.

2. Komunikasi yang terjadi antara sesama peserta didik (hufazh). Interaksi

yang terjadi antar sesama peserta ialah komunikasi kelompok hal ini

terjadi ketika para hufazh akan menyetor kepada ustadz. Mereka membuat

lingkaran untuk melakukan simakan yaitu seseorang yang membaca

Alquran kemudian disimak dan dilakukan koreksi oleh yang lainnya ini

terjadi secara dua arah sehingga tidak monoton dan tidak ada rasa

senioritas. Selain komunikasi kelompok juga terjalin komunikasi antar

pribadi. Biasanya diawali dengan basa basi kemudian berlanjut dengan

menceritakan siapa diri mereka, dari mana asal mereka, dan apa yang akan

mereka lakukan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mereka merasa

senasib antara peserta didik sehingga mereka bisa hidup berdampingan

saling memperhatikan satu sama lainnya layaknya saudara. Selain itu

kesadaran bahwa mereka adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan

juga terus dikembangkan. Sehingga satu sama lain merasa diperlukan dan

merasa ada dalam kehidupan proses penghafalan. Yang terpenting juga

bahwa keberhasilan dalam pembinaan ini disebabkan adanya proses

memanusiakan manusia.

 

Page 81: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

D. Saran-Saran

Ada beberapa saran yang penulis hendak ajukan kepada ustadzz Ali

Fahrudin agar komunikasi yang telah terjadi di pertahankan bahkan

ditingkatkan sehingga komunikasi bisa lebih harmonis lagi yakni:

1. Para santri hendaknya membuat forum diskusi rutin (terjadwal) bersama

sehingga intensitas bertemunya antar santri semakin meningkat

2. Masing-masing peserta hendaknya selalu meluangkan waktu untuk

berdiskusi (menjadwal diskusi : mingguan, dwi mingguan, bulanan dsb.)

3. Hendaknya ustadz meluangkan waktu untuk out bon sehingga lebih erat

lagi hubungan antara santri dengan ustadz

4. Hendaknya ustadz memusyawarahkan kas bagi kepentingan bersama

5. Hendaknya mempublikasikan RUQI agar masyarakat luas lebih mengenal

RUQI

 

Page 82: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

DAFTAR PUSTAKA

Akmad, Ali Bachruddin. Komunikasi Antara Masyarakat Asli Banjar Dengan

Transmigran Asal Jawa: Studi Komunikasi Tatap Muka Verbal dan Non

Verbal Dalam Konteks Antar Budaya di Desa Telaga Langsat

KALSEL.”Disertasi S3 FISIP UI Jakarta, 1996.

Devito, A. Joseph. Komunikasi Antarmanusia: Kuliah Dasar. Jakarta:

Professional Books, 1997.

Effendi, Uchjana Onong. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosda karya,

2005

-----------------------------. Kepemimpinan dan Komunikasi. Yogyakarta: Amin,

1996

------------------------------. Dinamika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 2000

Florentinus Sio Sewa, Tarsisius. Pola Komunikasi Antara Etnis Asli Dengan Etnis

Pendatang, ”Tesis S2 FISIP UI Jakarta, 2002.

Furuta, Prof. Komunikasi Antarbudaya: Sebuah Perbandingan Antara Jepang-

Amerika. Jakarta: CV Antar Karya, 2005

Ghazali, Muhammad. Berdialog dengan al-Quran. Bandung: Mizan, 1997

Ju Lan, Thung. Posisi dan Pola Komunikasi Antar Budaya Antara Etnis Cina dan Masyarakat Indonesia Lainnya Pada Masa Kini: Suatu Studi

Pendahuluan. Jakarta: Jurnal Katahanan Nasional, LIPI, 1985

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta: Renika Cipta, 1996

Lestari, Endang dan Maliki. Komunikasi Yang Efektif: Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003

Moleong, J Lexy. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya,

2007

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2005

Mulyana, Dedi. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya, 2003

--------------------. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2006

 

Page 83: POLA KOMUNIKASI PEMBINAAN HUFADZ - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...Adapun yang menjadi concern penelitian ini ialah Pola Komunikasi yang

----------------------------. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 1991

.................................... Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi

Antarbudaya. Bandung: Rosdakarya, 2001

Noor, Arifin. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia, 1997

Rachmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 2004,

-----------------------. Psikologi Komunikasi (ed.revisi). Bandung: Rosdakarya

…………………. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan. Bandung: Rosdakarya, 2002.

Rumondor Alex, H. Dkk. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: UT, 2001

Sabri, Ahsuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ilmu Jaya, 1995

Sendjaya, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: UT, 1999

Susanto, Astrid S. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta,

1974

Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wahana Ilmu, 1999

Takariawan, Cahyadi. Prinsip-prinsip Dakwah. Yogyakarta: Izzah Pustaka, 2005

Widjaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara,

1997

Wiryanto. Pegantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo, 2005