Upload
duongcong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA)
KOTA TANGERANG DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
DI KECAMATAN CIPONDOH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
' __ ,,,, ,,, _____ ,,,_,,_l 1::;;Ef~F't.Js·r1\~<.i\.:\i'1 lJ'r/l.f\.11~ \
tJH·"J S'\(,;\}·11[) .J/\V-./\Ffl A j
!-··--·--·----·--·~--·-----·---~·-·"-•'
Ol~h SHOLAHUDDIN ~= 102054025802
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA
1429 H./ 2008 M.
POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKA T DAERAH (BAZDA)
KOTA TANGERANG DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
DI KECAMATAN CIPONDOH
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untulc Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh: SHOLAHUDDIN
Nllvi: 102054025802
Di bawah Bimbingan;
Drs. Has uddin Ibnu Hibban, M.A. NIP. 150.270.815
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H./ 2008 M.
PENGESAHAN P ANITIA UJIAN
Sk:ripsi berjudul POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN DI KECAMATAN CIPONDOH telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2008. Sk:ripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.
Ciputat, 23 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
-Drs. H. M ud Jalal, MA.
NIP. 150.202.342
Penguji I,
Tantan Hermansyah, M.Si. NIP. 150.370.228
Pembimbing,
Sekretaris Merangkap Anggota,
D a. Sukrna eti NIP. 150.234.867
Penguji II,
Dra ati Nilamsari M.Si. NIP. 150.293.232
Drs. Has ud · Ibnu Ribb M.A. NIP. 150.270.815
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Sholahuddin
ABSTRAK
Sholahuddin Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kecamatan Cipondoh.
Alasan penulis mengambil judul ini, karena penulis ingin lebih mengetahui tentang pola pendayagunaan zakat. Kerena zakat secara tidak langsung merupakan sumber dana yang potensial bagi suksesnya pembangunan ekonomi ummat khusunya ummat Islam. Dengan alasan demikian maka zakat harus dikelola dengan sungguh-sungguh dan dikembangan sebagaimana seharusnya menurut syariat Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh. Untuk memperoleh gambaran yang tidak gamblang tentang hal tersebut diatas, melalui wawancara, dokumentasi dan observasi diketahui subjek utama adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi representatif, mereka terdiri dari dewan pengurus, direktur dan karyawannya serta beberapa masyarakat yang telah diberdayakan oleh Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang. Seadangkan yang menjadi objek penelitian ini yaitu bagaimana pendayagunaan zakat pada Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu sifat otentik. Sebagaimana telah penulis kemukakan bahwa untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data-data terkumpul kemudian mengambil kesimpulan.
Bahwa pendayagunaan zakat oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang telah dilakukan dengan pelbagai cara dan program. Program yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang lebih diutamakan yang bersifat jangka panjang dan bersifat produktif meski tanpa menghilangkan program charity. Program yang bersifat produktif diantaranya, Paket A, untuk Program Modal Bergulir (PMB), Paket B, untuk program Pinjaman Modal Usaha (PMU), Paket C, untuk program Kemitraan Umum dan program Kemitraan Progresif. Program tersebut dibidang ekonomi agar para kaum miskin bisa bertahan serta melanjutkan hidupnya dengan mandiri dan tidak selalu berpangkutangan dan tidak membudidayakan kemiskinan. Alhasil dari program yang telah dilakukan oleh BAZDA Kota Tangrerang sedikit banyak telah membantu mengurangi jumlah kemiskinan berada di daerah kota Tangerang.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt sebagai pemilik alam semesta yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya serta berbagai nikmat terutama nikmat
sehat wal afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Dan tak luput seraya panjatkan shalawat serta salam kepada Sang idola
seluruh wnmat yaitu Nabi Muhammad Saw, Beliaulah sosok yang tak pernah
tergantikan dan cermin insan kamil. Beliau yang telah membimbing umatnya ke
jalan yang diridhai oleh Allah Swt.
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati dan mengingat akan jasa
baik yang telah diberikan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam
proses penyelesaian skripsi ini, baik berupa materi dan in-materi. Maka penulis
menyampaikan banyak terimakasih serta penghargaan yang tinggi kepada :
I. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Bapak Dr. Murodi M.A, besertajajaranya.
2. lbunda Dra. Mahmudah Fitriah Z.A, M.Pd, Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi U1N Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tak henti-henti menghimbau dan memotivasi
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
3. lbu Dra. Wati Nilam Sari, M.Si, Sekretaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi U1N Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis secara
4. Dr. Asep Usman Ismail, M.A, Dosen Penasehat Akademik yang juga
banyak memberi masukan serta bimbingan kepada penulis mengenai
masalah perkuliahan.
5. Bapak Drs. Hasanuddin lbnu Hibban, M.A, selaku pembimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas luang waktu, bimbingan,
kesabaran, pengarahan dan petunjuk-petunjuk yang berharga kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kbazanah keilmuan kepada
penulis sewaktu penulis berada di perkuliahan. Semoga ilmu yang engkau
berikan bermanfaat.
7. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memfasilitasi penulis dalam
mencari bahan Jiteratur berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
8. Staf BAZDA Kota Tangerang. Bapak Abdul Latief, SE dan Ir. Nur
Tachlis, MM, lbu Sari, lbu Uli serta Camat Cipondoh Bapak Drs. H.
Sachruddin dan staf kecamatan Cipondoh Kasie. Kemasyarakatan Bapak
Asep Kusnadi yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan
informasi kepada penulis terkait tentang data yang penulis butuhkan guna
penyusunan skripsi ini.
9. Syukron katsiran teruntuk Ayah Drs. H. Ghozali Barmawi, M.Si dan
Mamah Hj. Siti Masyitoh yang telah memberikan lautan kasih sayang,
bimbingan serta kesabarannya dalam mendidik penulis. Doakan anakmu
ini agar menjadi anak yang shaleh dan berbakti kepada kepada orang tua
serta nusa dan bangsa.
10. Adik-adiku. Bustomi Arifin, Wildan Fikri dan Fattiah Maulida Eratkan
tali persaudaraan kalian dan semangat untuk menjadi yang terbaik karena
kalian adalah penerus keluarga dan bangsa.
11. Keluarga besar 'Bani Arja' dan 'Barmawie' yang telah banyak
memberikan penulis pembelajaran dalam hidup.
12. Anita Puspitasari atas motivasi dan kesetiannya menemani penulis baik
dalam keadaan stabil dan Jabil. Penantianmu takkan ku sia-siakan.
ILMUso ..... .
13. Sahabat-sahabat Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
angkatan 2002. Akup, Ahmad Nabhani, Jajang Heriana, M. Andi Fakhri,
Calim, A. Musthofa, Dd Keling, Suryadi, Imat Ruhimat, Trie, Ita, Aar,
Mumun, Nuraini, Dede serta semua sahabat-sahabat sekelas. Mengenal
kalian tak merugi dan menjadi sejarah hidup.
14. Kawan-kawan sepergerakan HMI Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
untuk penghuni Aula Insan Cita, khususnya Amay, Umar Kalake, , Rama,
Samsupian, Suryadi, Mujahid, Uci. Rafi'i serta kawan-kawan yang
lainnya. Semoga kita menjadi Insan Akademis, Pencinta, Pengabdi Y akin
Usaha Sampai.
15. Teman Bermain dan Belajar : Mimi, Icank, Irman, Dzikri, H. Kokom,
Syahroni, I-Boy, Tony, Pudin Sue, Jamal+Warungnya, aNNa, Iis dan Nur.
Makasih ya atas doanya dan masukan yg berharga. Makasih juga untuk
kesetiaannya mendengarkan keluh kesah perjalanan hidup penulis.
Pada akhimya hanya kepada Allah Swt semua amal baik tersebut penulis
kembalikan, semoga Allah Swt membalas semua kebaikan mereka yang telah
diberikan kepada penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Semoga hasil
penulisan skripsi ini bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi
penulis pribadi dan umumnya bagi insan akademis yang bersedia membaca.
Jazakumullah Khairan Kastiraan
Amien Yarobbal Alamien
Ciledug, 16 Juni 2008
Penulis
DAFfARISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFf AR ISi ..................................................................................................... vi
DAFf AR T ABEL ............................................................................................. ix
BABI
BAB II
PENDAHULUAN
A .. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 9
D. Metodologi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 10
E. Tinjauan Pustaka ................................................... 14
F. Sistematika Penulisan ............................................. 17
TINJAUAN TEORITIS
TENTANGPOLAPENDAYAGUNAAN,ZAKAT
BAZDA DAN PENGENTASAN KEMISKINAN
A. Pola Pendayagunaan
1. Pengertian Pendayagunaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 19
2. Re-interpretasi Makna Pendayagunaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 19
3. Pola Pendayagunaan .......................................... 20
B. Zakat
1. Pengertian Zakat ............................................... 22
2. Jenis-jenis Zakat ............................................... 23
3. Mustahik Zakat ................................................ 24
C. Badan Amil Zakat Daerah
1. Pengertian Badan Amil Zakat Daerah ........................ 27
2. Dasar Pembentukan ............................................. 28
3. Fungsi Badan Amil Zakat Daerah ............................ 29
4. Struktur Badan Amil Zakat Daerah ........................... 30
BABIIl
BAB IV
D. Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan ......................................... 3 9
2. Faktor Penyebab Kemiskinan ................................. 42
3. Penanggulangan Kemiskinan .................................. 4 7
GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT
DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG
DAN KECAMATAN CIPONDOH
A. Baclan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
1. Sejarah Berdirinya Baclan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang ................................... 52
2. Visi clan Misi Baclan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang .................................... 53
3. Sruktur clan Manajemen Baclan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang .................................... 54
4. Program-program Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang ................................... 67
5. Kiprah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
Kota Tangerang dalam Pengembangan Masyarakat ...... 70
B. Kecamatan Cipondoh
1. Letak Geografis ................................................ 73
2. Jumlah Penduduk ............................................. 75
3. Peta Sosial Ekonomi Kecamatan Cipondoh ................ 77
4. Peta Kemiskinan Kecamatan Cipondoh .................... 79
5. Upaya-upaya Pengentasan Kemiskinan . . . . . . . . . . . . . . . .....• 80
POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT BADAN AMIL
ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG
DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN
A. Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah fnA'7~J.,T}" _ _.__.,...,
B. Hasil-hasil di Lapangan ........................................... 97
C. Analisis .............................................................. I 02
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................... 107
B. Saran-saran .......................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA LAMP IRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur .................. 75
2. Tabel 2 Status Kewarganegaraan Kecamatan Cipondoh ........................ 76
3. Tabel.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja ....................... 78
4. Tabel 4 Peta Kemiskinan Kecamatan Cipondoh ................................. 79
5. Tabel 5 Daftar Penerima Bantuan Modal Bergulir
Kecamatan Cipondoh 2007 .......................................................... 91
6. Tabel 6 Daftar Penerima Bantuan Peminjaman Modal Usaha
Kecamatan Cipondoh 2007 ......................................................... 94
J(ft'l@. 'Y}f!N(j f(fl.'l()l'l(ft9{1(ft<JJIS
ft©fl[,Jtl{
Il:MV
A. Latar Belakang Masalab
BABI
PENDAHULUAN
Kemiskinan itu adalah persoalan yang sudah tua, setua usia manusia itu
sendiri, namun kini masih tetap menjadi persoalan, bahkan menjadi tantangan,
baik di negara-negara maju yang sudah maju, lebih-lebih di negara yang sedang
berkembang. Termasuk negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Setiap negara dan bangsa yang menjunjung azas-azas prikemanusiaan,
tentu tidak akan membiarkan kemiskinan merajalela, karena ia merupakan musub
besar bagi pembangunan bangsa dan negara, bahkan kalau tidak segera diatasi, ia
akan meruntubkan sendi-sendi moral dan akblak bangsa, yang berarti habislah
riwayat bangsa itu.
Kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi di sebuah negara yang kaya
dengan sumber daya alam dan mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti
Indonesia merupakan suatu keprihatinan yang mendalam. Jumlah penduduk
miskin semakin terus meningkat sejak krisis ekonomi 1997 bingga sekarang.
Pengabaian atau tidak keseriusan penanganan terbadap nasib dan masa depan
puluhan juta kaum miskin yang tersebar di seluruh tauah air merupakan sikap
yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap persaudaraan
dan keadilan sosial. Jika dicermati secara jelas ditemukan bukti-bukti empiris
bahwa pertambahan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan
bukanlah karena persoalan kekayaan alam yang tidak sebanding dengan jumlah
2
penduduk (over population), akan tetapi karena persoalan distribusi pendapatan
dan akses ekonomi yang tidak adil diakibatkan tatanan sosial yang buruk serta
rendalmya rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota masyarakat.1
Problematika sosial yang paling serius saat ini ialah masalah kemiskinan,
sebab kemiskinan dapat memicu timbulnya konflik dan sesuai dengan ajaran
Islam kemiskinan dapat mendekatkan kepada kekufuran. Meningkatnya tindak
kejahatan seperti pencurian, perampokan, dan sebagainya akhir-akhir ini adalah
akibat dari kondisi sosial masyarakat yang sangat rendah sehingga mereka
menghalalkan segala cara demi kelangsungan hidup mereka. Oleh sebab itu untuk
meredam berkembangnya konflik, meningkatnya tindakan kekerasan dalam
masyarakat dan membebaskan masyarakat dari kekufuran serta meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat, maka kemiskinan harus sesegera mungkin
ditanggulangi.
Sesuai dengan hadist Rasulullah Saw :
Artinya ; "Hampir-hampir kemiskinan itu menjadikan seseorang kufar." (H. R.
Abu Nu'aim).
Dilematika kemiskinan juga menjadi sorotan dalam agama Islam, orang-
orang miskin harus dibantu dalam memecahkan kebuntuan perekonomiannya
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Salah satu jalan
3
altematif bagi pemecahan persoalan yang kini menimpa golongan fakir miskin ini
adalah melalui optimalisasi dana zakat di Indonesia.
Banyaknya golongan fakir rniskin, kaum gelandangan dan penganguran
yang harus segera ditanggulangi, karena dituntut oleh Undang-undang Dasar
(UUD) 1945. sesuai dengan Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila
dan sesuai dengan ketentuan Pasal 29 UUD 1945, maka pemerintah mempunyai
tugas kewajiban untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam memperlancar
usaha pembangunan agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing, termasuk
mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan soal-soal agama Islam,
mencaknp masalah pengelolaan zakat. 2
Salah satu syari'at Islam yang menjadi sumber dana kegiatan masyarakat
dalam upaya menanggulagi masalah-masalah sosial, pengentasan kerniskinan, dan
pemberdayaan ekonorni umat adalah zakat. Konsepsi Islam tentang zakat tidak
hanya mencaknp dimensi ibadah tetapi juga dimensi sosial. Dari sisi sosial, zakat
dapat digali, dikembangkan dan didayagunakan sebagai solusi dan altematif
utama pemecahan pengentasan kerniskinan, menanggulangi masalah-masalah
sosial, dan pemberdayaan ekonorni umat.
Secara ekonorni, zakat dapat berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk
mengentaskan kerniskinan, memeratakan pendapatan dan mempersempit
kesenjangan antara kelompok kaya dan rniskin,3 sehingga terciptanya suatu
masyarakat yang harmonis.
2 Sjechul Hadi Permono, Pemerintah Republik lndanesia sebagai Pengelola Zakat, (Jakarta: PustakaFirdaus, 1993), h. 151-152.
4
Islam pantas memperoleh penghargaan, bukan hanya karena dapat
membangun nilai-nilai yang luhur dan membangun watak yang merupakan sendi
dasar bagi tegaknya peradaban manusia. Hal ini dilaksanakan Islam dengan
pengumpulan dana yang disebut dengan zakat agar harta kekayaan tidak hanya
beredar di kalangan tertentu, dan sekaligus sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan secara menyeluruh.4
Zakat pada dasarnya merupakan tatanan sosial yang dimiliki Islam, yang
merniliki dampak sangat besar dalam memperkecil kesenjangan antara si kaya dan
si rniskin, karena dalam konsep Islam harta tidak sepenuhnya ia rniliki, tetapi ada
hak orang-orang lain pada harta yang di kuasainya, karena itu hak-hak tersebut
harus di berikan setiap waktu sesuai dengan ketentuan syari'at.
Dengan dernikian, jika syari'at Islam tentang zakat ini dilaknkan seluruh
umat Islam, maka kerniskinan di kalangan umat Islam akan dapat di kurangi,
bahkan mungkin dapat dihapuskan. 5 Sayangnya, kesadaran sosial umat Islam
untuk menunaikan zakat dirasa masih sangat kurang. Ini karena Perhatian umat
Islam lebih tertuju kepada ibadah-ibadah lain, semacam shalat, puasa, dan haji.
Pandangan umum masyarakat hampir semuanya mengatakan pentingnya ibadah
ibadah tersebut, tetapi zakat pada umumnya mendapatkan posisi yang lebih kecil.
Lemalmya kesadaran masyarakat untuk membayar zakat juga disebabkan
oleh beberapa ha! diantaranya adalah masalah kepercayaan terhadap proses
pengelolaan zakat. Secara tradisional masyarakat sebenarnya telah memulai
4 Maulana Muhammad Ali, lslamologi, (Jakarta: PT.1khtiar l3aru Van lioeve, 1991), ii. 315.
5
menunaikan zakat, infak dan sedekahnya dilingkungan masing-masing. Dan
tentunya, zakat itu dikelola secara tradisional, artinya dikumpulkan kepada Kyai,
dan diserahkan kepada mustahiknya menurut ijtihad Kyai tersebut.
Menurut ajaran Islam, zakat sebenarnya dipungut oleh negara atau
pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh sebagian
haknya yang ada pada harta orang-orang kaya. 6
Oleh karena itu maka pemerintah membuat Undang-undang Nomor 38
tahun 1998 tentang pengelolaan zakat, di tambah dengan Keputusan Menteri
Agama Republik Indonesia Nomor 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan Undang
undang No.38 tahun 1998, maka kuatlah pemerintah sebagai wakil fakir miskin
melalui lembaga zakat yang legitimasi oleh pemerintah.
Disinilah, perlunya lembaga pengelola zakat didirikan dan salah satunya
adalah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang sebagai lembaga
pengelola zakat dari pemerintah, dimana zakat yang terkumpul dari masyarakat itu
bisa di manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan lembaga ini pula yang
bertanggungjawab terhadap proses pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat.
Pemerintah memandang zakat sebagai hal yang penting · dikalangan
masyarakat. Untuk menuju efektifitas, insentif, profesionalisme, peningkatan
kesadaran dan hasil pengumpulan, serta penempatan zakat sebagai dana yang
sangat potensial bagi peningkatan kesejahteraan, pendidikan, dan perekonomian
umat, maka pemerintahlah yang paling tepat untuk bertindak sebagai arnil. Karena
6
bagaimanapun, mempunyai aparat yang cukup lengkap dan sarana serta prasarana
yang memadai, sehingga menjadi pendapat dan kecenderungan umum babwa
pemerintab yang menjadi titik sentral dalam proses pengelolaan zakat. 7
Keterlibatan pemerintab dalam persoalan zakat, terdapat pada Q.S. At-
Taubab : 103.
Artinya : " Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. "(Q.S. At-Taubab: 103).
Masalab penting yang harus di perhatikan dalam permasalab zakat ini
adalab masalab pendistribusian dan pendayagunaan zakat, mengingat selama ini
pendistribusian zakat kepada fakir miskin sebagian besar masih bersifat sporadis
dan konsumtif belaka, yakni untuk pemenuhan kebutuhan sesaat tetapi setelah itu
mereka tetap tergolong fakir miskin, pa<labal visi zakat adalab mengubab
mustahik menjadi muzakki atau dengan kata lain mengubab kebiasaan menerima
dengan kebiasaan memberi.
Kemiskinan yang terjadi di Kota Tangerang ini jelas menjadi problem
serius bagi pemerintaban saat ini. Karena Kota Tangerang merupakan kota yang
sangat berdekatan dengan Ibukota Republik Indonesia yaitu Jakarta, jarak antara
DK! Jakarta dengan Kota Tangerang ± 27 km, luas Kota Tangerang 183.78 km'
7
dan jumlah penduduk 1.488.666 jiwa.8 Dari jumlah penduduk tersebut terdapat
penduduk yang kurang mampu atau miskin sebanyak 242 ribu jiwa atau 58 KK
(Kepala Keluarga). Hal ini yang membuat Kota Tangerang semakin padat dengan
penduduk yang heterogen, sehingga bertambah pula jumlah orang miskin. Jika
kemiskinan tidak segera terpecahkan, maka dampaknya terhadap kehidupan sosial
politik dan ekonomi sangat terasa. Tentu kita masih ingat, betapa akibat
menurunnya daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi pada tahun 1998
akibatnya justru memunculkan gejolak sosial politik yang begitu luar biasa yang
pada akhirnya berkembang menjadi tindakan anarkhisme di mana-mana. Tentu
kita tidak menginginkan hal-hal seperti itu terjadi dan terulang kembali di tengah
perekonomian yang sedang membutuhkan energi barn untuk menata kembali roda
kehidupannya.
Kecamatan Cipondoh merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kota
Tangerang terdiri dari sepuluh Kelurahan dengan jumlah penduduk ± 152.697
jiwa yang heterogen dengan mata pencarian dan agamanya, namun mayoritas
penduduk masyarakat Cipondoh beragama Islam. Jumlah masyarakat yang kurang
mampu pun berjumlah 1.802 jiwa pada pra-harga BBM melonjak, pasca harga
BBM melonjak maka secara otomatis masyarakat yang kurang mampu bertambah
menjadi 2.868 jiwa. Pihak Kecamatan sudah memberikan bantuan yang telah
disediakan oleh pemerintah seperti; Program Pengentasan Kemiskinan
Diperkotaan (P2KP), Program Nasional Pendayagunaan Mandiri (PNPM) dan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan lain sebagainya, namun hasilnya tidak
8
memuaskan. Hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan bersifat caritas
(santunan) saja, maka melihat ini pihak Kecamatan Cipondoh memberikan
bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu dengan memberi bantuan yang
bersifat konsumtif dan produktif dari dana zakat BAZ Kecamatan Cipondoh yang
bekerjasama dengan BAZDA Kota Tangerang.
Dengan dana zakat ini diharapkan dapat sedikit-banyak membantu
pemerintah dalam mengentaskan kerniskinan. Sebab kalau di tinjau lebih dalam
zakat memang merupakan sarana yang efektif bagi penanggulangan kerniskinan
sepanjang pola yang digunakan seperti; pengelolaan dan pendayagunaannya
dilaksanakan secara profesional. Oleh sebab itu Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang lebih memfokuskan program kerja pendayagunaan
kepada masalah kerniskinan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin
menguraikan lebih lanjut yang ditulis dalam bentuk skripsi yang diberi judul :
"POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT DAERAH
(BAZDA) KOTA TANGERANG DALAM MENGENTASKAN
KEMISKINAN DI KECAMATAN CIPONDOH."
B. Pembatasan dan Pemmusan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, penulis membuat batasan masalah
yang akan dibahas, yaitu pada pola pendayagunaan dan basil dari pola
pendayagunaan yang dilak:ukan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang dalam mengentaskan kerniskinan di Kecamatan Cioondoh.
9
Penulis merumuskan permasalahan pada hal-hal yang tidak terlalu luas,
agar pembahasan tidak melebar. Permasalahan yang akan difokuskan dan dibahas
dalam skripsi ini, secara sederhana dapat disimpulkan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
I. Bagaimana pola pendayagunaan zakat yang dilakukan Badan Amil Zak.at
Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan di
Kecamatan Cipondoh?
2. Apakah pola pendayagunaan zakat Badan Amil Zak.at Daerah (BAZDA)
Kota Tangerang dapat mengentaskan kemiskinan di Kecamatan
Cipondoh?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
I. Untuk mengetahui bagaimana pola pendayagunaan yang dilakukan
Badan Amil Zak.at Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam
mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh.
2. Untuk mengetahui apakah pola pendayagunaan zakat Badan Amil
Zak.at Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dapat inengentaskan
kemiskinan di Kecamatan Cipondoh.
b. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
a) Manfaat penelitian ini secara akademis adalah untuk mendapatkan
gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.).
IO
b) Untuk memperkaya atau menambah wawasan dan khazanah
keilmuan penulis tentang pola pendayagunaan dana zakat sebagai
pengembang masyarakat.
2. Secara Praktis
a) Memberikan masukan bagi perkembangan studi pengembang
masyarakat Islam, khususnya mengenai upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
b) Untuk menggambarkan kinerja Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang, penelitian ini diharapkan memberikan
masukan kepada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang dan menjadikan parameter dalam menjalankan tugas
tugas selanjutnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, karena penulis bermaksud untuk meneliti secara mendalam.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau
tulisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati secara langsung.9
2. Metode
Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan adalah :
0 -
11
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan secara mendalam
yang diarahkan pada masalah tertentu dengan tujuan tertentu dan dengan
bertanya langsung dengan responden, baik komunitas sasaran atau pihak
pelaksana. Wawancara itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara, yang memberikan jawaban
atau pertanyaan yang diajukan. Wawancara itu sendiri dilakukan secara
langsung terhadap penerima bantuan dari Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang.
b. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan
data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat,
serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut.
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai
berbentuk data tertulis (buku-buku, dokumen) yang terdapat di BAZDA
Kota Tangerang, Kecamatan Cipondoh, Perpustakaan dan Sumber-sumber
tertulis lainnya.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pada jenis
penelitian deskkriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angk:a Dengan demikian laooran oenelitian akan berisi
12
kutipan-kutipan data untuk memberikan garnbaran penyajian tersebut.
Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan atau memo
dan catatan resmi lainnya.10
4. Tempat dan Waktu
Penulis mengarnbil Penelitian ini pada Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang yang berdomisili di Jl.Jenderal Ahmad Yani
No.08 Kota Tangerang dan Kecarnatan Cipondoh yang beralarnatkan di
JI.KR. Hasyim Ashari Cipondoh - Kota Tangerang 15148. Waktu
penelitian dirnulai pada bulan Febrnari sampai dengan bulan Juni 2008.
on~Vjjv~ 5. Teknik P~~an Subjek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian knalitatif, dalam memilih
~.e,.. ~;~t'"' re~ell ·mi dipilih secara sengaja, setelah sebelumnya membuat
tripologi (ideal) individu dalam masyarakat, yang penting disini bukan
jumlah responden khususnya, melainkan potensi tiap kasus untuk
memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang
dipelajari.
Berdasarkan pada konteks tersebut, maka penulis memilih
responden sebagai berikut :
a Sebagai data primer, pennlis mewancarai 4 (empat) orang yang
mendapat bantuan modal bergulir dan 1 (satu) orang yang
mendapatkan bantuan modal usaha Adapun informasi yang diperoleh
13
mengenai harapan penerima bantuan terhadap BAZDA Kota
Tangerang dalam program pengentasan kemisk:inan.
6. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu :
I) Kredibilitas (derajat kepercayaan)
Kredibilitas yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, ha! ini dapat dicapai denganjalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
misalnya untuk mengetahui perasaan penerima bantuan ketika
menerima bantuan.
b. Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang Jain, misalnya peneliti
membandingkanjawaban yang diberikan kepada pengurus dan staf
BAZDA Kota Tangerang dengan penerima bantuan.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil doknmen yang
berkaitan, masalah yang yang diajukan peneliti memanfaatkan
doknmen atau data sebagai bahan perbandingan.
2) Ketekunan atau keajengan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Maksud penulis hanya memusatkan dan mencari
jawaban sesuai dengan rumusan masalah saia.
14
3) Kepastian dan teknik pemeriksaan audit kepastian
Auditor dalam ha! ini adalah dosen pembimbing. Disini
pemastian bahwa sesuatu itu adalah objektif atau tidak bergantung
pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan. Pendapatan dan
penemuan seseorang dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang
itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah
dapat dikatakan objektif.
7. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisa data penelitian ini, penulis akan
menggunakan analisis deskriptif, dengan menggunakan proses induktif.
Menurut Lexy J. Moleong, "analisis ini lebih merupakan pembentukan
abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian
dikelompokan." Jadi penyususan teori ini berasal dari bawah ke atas, yaitu
sejumlah bagian yang banyak data dikumpulkan dan saling berhubungan.11
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut
kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis
lakukan dengan mengkaji terlebih dahulu skripsi yang sudah ada dan buku yang
berisi hasil-hasil penelitian yang telah diterbitkan yang mempunyai judul hampir
sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah dapat
15
diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian
dari skripsi-skripsi terdahulu dan buku-buku yang telah diterbitkan.
Oleh karena itu, Wltuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
menduplikasi hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan
antara masing-masing judul skripsi dan buku dengan yang akan penulis bahas,
yaitu sebagai berikut :
1. "Pola Pendayagunaan Dana Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Elwnomi
Lemak " Skripsi ini disusWl oleh Abdul Fikri, mahasiswa Fakultas
Dakwah dan KomWlikasi Jurusan Manajemen Dakwah Universitas UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahWl 2007. Skripsi berisikan tentang:
Pemberdayaan usaha ekonomi lemah serta kontribusi Badan Amil Zakat
Daerah Kota Tangerang dalam pemberdayaan usaha ekonomi lemah.
2. "Pola Pendayagunaan Zakat BMI' ATTIA dalam Pemberdayaan Elwnomi
Masyarakat di Kelurahan Mekarsari Cimanggis Depok. " Pada tahun
2007, disusun oleh mahasiswi Fakultas Dakwah dan KomWlikasi Jurusan
Manajemen Dakwah Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
ini berisikan tentang: Fiqih dan manajemen pendayagllilaan zakat BMT
ATTIA serta kontribusi BMT ATTIA terhadap pemberdayaan ekonomi
masyarakat di Kelurahan Mekarsari.
Setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis
menemukan buku-buku berjudul :
16
l. "Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS." Karangan Masdar F. Mas'udi
(et.al). buku ini memuat persoalan dan pemikiran dalam ha!
pendayagnnaan zakat dari para ulama dan praktisi zakat yang ada di
Indonesia, bagaimana pandangan seputar pendayagnnaan zakat menurut
mereka dari berbagai aspek. Akan tetapi menitikberatkan kemungkinan
dan kelayakan ZIS untuk program-program non-charity (penyantunan),
seperti; advokasi kebijakan, pemberdayaan perempuan, pelestarian
lingkungan dan sebagainya.
2. "Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk Memerangi Kemiskinan. "
Karangan Drs. H. Djamal Doa, buku ini memuat persoalan urgensi zakat
dikelola oleh Negara, manfaat zakat dikelola oleh Negara, intitusi atau
lembaga serta syarat-syarat menjadi amil, dan perbedaan zakat dengan
pajak.
Berbeda dengan karya-karya ilrniah diatas, bahwa penelitian yang akan
penulis lakukan berjudul "Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kecamatan
Cipondoh. " Skripsi ini bertujuan untuk memberikan penilaian secara kritis
tentang pendayagnnaan zakat di Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang dan
sekaligus memaparkan antara teori dengan relitas yang terjadi di lapangan. Dalam
penelitian ini penulis isinya lebih memaparkan tentang kerniskinan serta langkah
langkah yang telah di lakukan Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang dalam
mengentaskan kerniskinan di Kecamatan Cipondoh.
17
Demikan perbedaan pokok bahasan atau materi antara penulis dengan
skripsi dan buku tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dalam menguraikan dan
menganalisa yang akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami
uraian selanjutnya, maka penulis membuat sistematika penulisan dalam beberapa
bab, yaitu:
BAB I, berisi tentang Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang
Masalab, Pembatasan dan Perumusan Masalab, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II, berisi tentang Tinjauan Teoritis tentang Pola Pendayagunaan,
Zakat, BAZDA dan Pengentasan Kemiskinan, yang terdiri dari : Pola
Pendayagunaan yang terdiri dari : Pengertian Pendayagunaan, Re-interpretasi
Makna Pendayagunaan, Pola Pendayagunaan. Zakat yang terdiri dari Pengertian
Zakat, Jenis-jenis, Mustahik Zakat. Badan Amil Zakat Daerah yang terdiri dari:
Pengertian Badan Amil Zakat Daerab, Dasar Pembentukan, Fungsi Badan Amil
Zakat Daerah, Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah. Kemiskinan yang terdiri
dari : Pengertian Kemiskinan, Faktor Kemiskinan dan Penanggulangan
Kemiskinan.
BAB m, berisi tentang Gambaran Umum Badan Amil Zakat Daerah Kota
Tangerang dan Kecamatan Cipondoh, yang terdiri dari : Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) Kota Tangerang vang terdiri dari :Seiarah Berdirinva. Visi dan
18
Misi, Struktur dan Manajemen, Program-program, dan Kiprah BAZDA Kota
Tangerang dalam Pengembangan Masyarakat. Kecamatan Cipondoh yang terdiri
dari : Letak Geogra:fis, Jumlah Penduduk, Peta Ekonomi Kecamatan Cipondoh,
Peta Kemiskiuan Kecamatan Cipondoh, dan Upaya-upaya Pengentasan
Kemiskinan.
BAB IV, berisi tentang, Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskiuan, yang terdiri
dari : Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang, Hasil-hasil di Lapangan dan Analisis.
BAB V, berisikan tentang, Penutup, yang terdiri dari : Kesimpulan dan
Saran-saran yang di ambil berdasarkan analisa dari uraian terdahulu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TENTANG, POLA PENDAYAGUNAAN, ZAKAT, BAZDA DAN
PENGENTASAN KEMISKINAN
A. Pola Pendayagunaan
1. Pengertian Pendayagunaan
Kata pendayagunaan berasal dari kata "daya" yang artinya kemampuan
untuk melakukan sesuatu atau tindakan dan kata "guna" yang berarti manfaat,
adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia:
a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan basil dan manfaat.
b. Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas
dengan baik.1
Beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam mengusahakan
dan menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan (tenaga dan sebagainya) secara
baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dari Pengertian pendayagunaan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendayagunaan adalah cara atau usaha mendatangkan basil dan manfaat yang
lebih besar dan lebih baik.
2. Re-interpretasi Makna Pendayagunaan
Pendayagunaan mempunyai makna cara atau usaha mendatangkan basil
dan manfaat yang lebih besar dan lebih baik. Makna pendayagunaan ini jika
20
didampingkan dengan kata zakat maka akan lebih terarah dengan yang akan
dilakukan, karena zakat harus di dayagunakan baik yang bersifat konsumtif
maupun yang bersifat produktif.
Adapun pendayagunaan zakat berarti usaha atau kegiatan yang saling
berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara
baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan zakat itu disyari'atkan.2
Pada masa lalu zakat hanya diberikan bagi orang yang berhak secara
charity atau bersifat konsumtif semata, namun dengan adanya perkembangan
zaman maka zakat di berikan bukan saja bersifat konsumtif akan tetapi
didayagunakan yang lebih bersifat produktif agar para mustahik dapat merubah
dirinya menjadi muzakki. Pendayagunaan zakat membutuhkan keilmuan,
keterampilan dan keseriusan tersendiri. Pendayagunaan yang baik maka akan
mendapatkan hasil yang baik pula.
3. Pola Pendayagunaan
Kata "pola" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya Sistem; cara
kerja, bentuk (struktur/yang tetap).3 Sedangkan "pendayagunaan" adalah
pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil atau pengusahaan (tenaga dan
sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik. 4
Pembicaraan tentang sistem atau pola pendayagunaan berarti
membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam
menciptakan tujuan tertentu dari hasil secara baik, tepat dan terarah.
2 Hl,\mi<.I Al:>ic;lin, Reint'!l'pret~i Pentft;IJ't;JK!Jnt;It,m Z/1$, (Jlllautil; Pinunedia. 2004). h. 8.
21
Pola pendayagunaan zakat BAZDA Kota Tangerang yaitu menggunakan
dana zakat, infak dan shadaqah yang sudah terkumpul yang kemudian dipetakan
sesuai dengan skala prioritas terkait program yang akan dijalani setelah melihat
kebutuhan mustahik. Eksitensi dari pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh
BAZDA Kota Tangerang agar para kaum mustahik bisa mandiri, sehingga tidak
selalu ketergantungan atau juga dapat dikatakan merubah hidup kaum mustahik
(tidak mampu) menjadi muzakki (mampu).
Pola pendayagunaan mempunyai ciri-ciri dan unsur-unsur pokok sebagai
berikut:
1. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai
2. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir
3. Aktifitas yang dilakukan terrencana, berkelanjutan serta harus sesuai
dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat
4. Ada tindakan bersama dan terpadu dari berbagai aspek yang terkait
5. Ada perubahan sikap pada masyarakat selama tahap-tahap pemberdayaan
6. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi
terutama dalam wirausaha. 5
Jika melihat cirri-ciri pola pendayagunaan di atas, BAZDA Kota
Tangerang telah memenuhi kriteria tersebut. Dengan demikian pola
pendayagunaan bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk
mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam
setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pendayagunaan.
23
kedudukan antara shalat dan zakat adalah sebanding bagi setiap muslim yang
mukallaf
2. Jenis-jenis Zakat
Secara umum zakat terbagi menjadi dua: pertama, zakat yang
berhubungan dengan badan atau raga manusia yang disebut zakat fitrah. Kedua,
zakat yang berhubungan dengan harta atau zakat ma/. Dalarn penulisan ini, lebih
memfokuskan mengenai kajian zakat ma/ yang telah mengalami perkembangan
pada perekonomian modem dalarn artian bisa didayagunakan yang bersifat
produktif dari dana zakat ma! yang terkumpul, sehingga dengan demikian hanya
sedikit membahas tentang zakat fitrah.
Zakat fitrah, merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap
muslim yang mempunyai kelebihan dari na1kah. Zakat fitrah diberikan kepada
yang berhak berupa beras senilai 2.5 liter. Hal ini dilaksanakan sesudah umat
muslim melakukan ibadah puasa ramadhan sebulan penuh dan batas waktu
mengeluarkan zakatnya maksimal sebelum khatib turun dari mirnbar pada hari
Raya I' dul Fitri, sebagai tanda syukur seorang makhluk kepada Allah karena telah
selesai menunaikan ibadah puasa. Selain untuk menggembirakan hati fakir miskin
pada hari Raya I' dul Fitri, zakat fitrah dimaksudkan untuk menyuci bersihkan
dosa-dosa kecil yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa Rarnadhan.
Zakat Mal, adalah bagian dari harta kekayaan seseorang Quga badan
hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah
dimiliki selarna iangka waktu tertentu dalarn iumlah minimal tertentu. Menurut
24
Unclang-undang No.38 tahun 1999 dalam penjelasan pasal 11, zakat ma/ adalah
bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan dengan ketentuan
agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Pada zakat mal inilah akan dielaborasi tentang pendayagunaan dari dana
zakat tersebut clan termasuk infak clan shadaqah yang dapat ditumbuhkembangkan
dari hasil dana yang terkumpul.
3. Mustahik Zakat
Sesuai dengan Firman Allah Swt, bahwa zakat diberikan kepada delapan
ashnaf (golongan) :
Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untukjalan Allah dan orang.orang yang sedang dalam peljalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan A!lah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Q.S. At-Taubah : 60).
a. Golongan Fakir
Orang yang memiliki harta namun kebutuhan hidupnya lebih banyak
dibandingkan dengan harta yang mereka miliki, atau orang-orang yang sehat clan
jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan, sehingga tidak memiliki penghasilan.
Fakir berarti orang yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan, atau mempunyai
26
perkembangan zaman, budak dalam arti harfiyah seperti pada masa pra-Islam
mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain masih banyak
maka alokasi dana zakat pada sektor ini, diberikan untuk menolong buruh-buruh
agar lebih berdaya.
f Golongan Gharim
Gharim adalah orang yang berhutang bukan untuk keperluan maksiat
seperti hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan istrinya serta hamba
sahaya miliknya.
g. Fisabilillah
Fisabilillah adalah sarana untuk menuju ridha Allah dalam semua
kepentingan bagi umat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan negara,
bukan untuk keperluan pribadi yang tujuannya untuk kebaikan serta kemaslahatan
orang banyak.
h. Ibnu sabil
Yang dimaksud ibnu sabil adalah musafir, orang yang bepergianjauh dan
kehabisan bekal dalam berpergian dengan maksud baik, misalnya menuntut ilmu,
mengajarkan agama dan sebagainya. 8
27
C. Badan Amil Zakat Daerah
1. Pengertian Badan Amil Zakat Daerah
Badan Amil Zakat Daerah atau yang disingkat dengan BAZDA merupakan
bagian dari struktur Badan Amil Zakat (BAZ) secara keseluruhan. Badan Amil
Zakat (BAZ) merupakan pergantian nama dari BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq,
dan Shadaqah). Mengenai pengertian BAZDA tidak jauh berbeda dengan Badan
Amil Zakat (BAZ) atau BAZIS namun dispesifikasikan pada daerahnya.
BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah) mempunyai pengertian
lembaga swadaya masyarakat yang mengelola penerimaan, pengumpulan,
penyaluran dan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah secara berdaya guna dan
berhasil guna. Pengertian ini tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB)
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 tahun 1991/47 tahun 1991
tentang pembinaan badan amil zakat, infaq, dan shadaqah pada Pasal 1.
Secara subtansial, pengertian tersebut dapat ditemukan pula dalam UU
Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Pengertian itu kemudian
dipertegas lagi dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581
tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat. Dalam Pasal 1 Ayat 1 Keputusan Menteri itu disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan badan amil zakat adalah organisasi pengelola zakat
yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah
dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat
sesuai dengan ketentuan agama.
28
Kalau kita melihat lebih tegas lagi dari pengertian kedua di atas antara
SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama serta UU Nomor 38 tahun 1999,
tampak adanya perbedaan. Menurut SKB, BAZIS itu adalah lembaga swadaya
masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat; sedangkan menurut UU Nomor 38
tahun 1999, BAZIS itu dibentuk oleh Pemerintah. Untuk menengahi perbedaan
persepsi itu, maka dalam UU Nomor 38 tahun 1999 Pasal 1 Ayat 2 selain badan
amil zakat dilengkapi pula dengan lembaga amil zakat. Lembaga amil zakat ini
sama pengertiannya dengan BAZIS yang dikemukakan SKB. Dengan demikian,
dalam struktur organisasi pengelolaan zakat menurut UU Nomor 38 tahun 1999
dibedakan antara badan amil zakat dengan lembaga amil zakat. Kalau badan amil
zakat dibentuk oleh Pemerintah, sedangkan lembaga arnil zakat dibentuk atas
prakarsa masyarakat.9
Namun demikian, kedua pengelola zakat itu memiliki tugas dan fungsi
yang sama, yaitu mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan harta
zakat yang dikumpulkan oleh umat Islam. Jika mayoritas muslim menyadari
kewajibannya dalam mengeluarkan zakat dan dikelola melalui lembaga-lembaga
zakat maka akan menjadi sumber pendapatan nasional yang signifikan.
2. Dasar Pembentukan
Sesuai dengan tuntutan Undang-undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat dalam BAB III Pasal 6, bahwa badan arnil zakat dibentuk oleh
pemerintah. Akan tetapi pemerintah tidak melakukan pengelolaan zakat, tetapi
29
pemerintah ber:fungsi sebagai fasilitator, koordinator, motivator dan regulator bagi
pengelolaan zakat yang dilakukan oleh badan amil zakat.
Jadi dasar pembentukan Badan Amil Zakat (BAZ) diprakasi oleh
pemerintah. Badan amil zakat ini mempunyai hirarki dari tingkat nasional,
propinsi, kabupaten/kota dan sampai kecamatan. Adapun pembentukan badan
amil zakat disesuaikan pada pemerintah setempat. Misalnya: BAZ Nasional
dibentuk oleh Presiden atas usu! Menteri, BAZ Daerah Propinsi dibentnk oleh
Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Daerah Propinsi, BAZ
Daerah Kabupaten/Kota dibentnk oleh Bupati atau Wali Kota atas usul Kepala
Kantor Departemen Kabupaten atau Kota dan BAZ Daerah Kecamatan dibentnk
oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.10
3. Fungsi Badan Amil Zakat Daerah
Badan Amil Zakat Daerah merupakan salah satu lembaga amil zakat yang
dibentnk oleh pemerintah, adapun fungsi dari badan amil zakat itu sendiri yaitu
sebagai berikut :
1. Mengumpulkan
2. Mengelola
3. Mendistribusikan
4. mendayagunakan.'1
'° Oepartemen Agama Rl, Pedoman Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Oirektorat
30
Dengan demikian dana zakat yang telah dikumpulkan, dikelola,
didistribusikan dan didayagunakan oleh badan amil zakat sepatutnya merubah
nasib para mustahik menjadi para muzakki.
4. Struktur Badan Amil Zakat Daerah
Agar kinerja dapat berjalan secara optimal, maka dalam ha! ini pihak
pemerintah telah membentuk suatu badan lembaga yang bertugas untuk
mengumpulkan, mengelola, mendistribusikan, dan mendayagunakan daua zakat
tersebut tepat sasaran yaitu badan amil zakat. Badan amil zakat ini dibentuk oleh
pemerintah secara berjenjang dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Sebagaimana yang dicantumkan dalam UU Nomor 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat disebutkan dalam Pasal 2 mengenai susunan organisasi Poin 3
badan amil zakat mempunyai susunan hierarki mulai dari BAZ Nasional yang
berkedudukan di lbukota Negara, BAZ Propinsi berkedudukan di lbu Kota
Propinsi, BAZ Daerah berkedudukan di lbu Kota Kabupaten/Kota, dan terakhir
BAZ Kecamatan yang berkedudukan di !bu Kota Kecamatan.
31
SUSUNAN HIERARKI
BADAN AMIL ZAKAT
BAZ Nasional
I BAZ
Propinsi
I BAZ
Kabupaten/Kota
I I I
BAZ BAZ Kecamatan Kecamatan
Adapun susunan struktur badan amil zakat daerah mempunyai susunan
sebagai berikut :
l. Badan amil zakat terdiri atas dewan pertimbangan, komisi pengawas dan
badan pelaksana.
2. Dewan pertimbangan meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota.
3. Komisi pengawas meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota.
4. Badan pelaksana meliputi unsur ketua, sekretaris, bagian keuangan,
balrian rengumoulan. balrian rendistribusian dan rendavlll!Uilllan.
32
5. Anggota pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
unsur pemerintab. Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, katun
cendikia, tokoh masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan
yang terkait.
STURKTUR BADAN AMIL ZAKAT
DEWAN 1---------- BAD AN .._ __________
KOMIS! PERTIMBANGAN PELAKSANA PENGAWAS
·~
KETUA KETUA WAKJLKETUA WAKJLKETUA
KETUAUMUM KETUA!
BENDAHARA - KETUAII ~ SEKRETARJS
SEKRETARlS l SEKRETARISil
SEKRETARIS SEKRETARIS WKL SEKRET ARIS WKL SEKRETARIS
ANGGOTA ANGGOTA 30RANG 30RANG
i i i i KEPALA DIVIS! KEPALADMSI KEPALADIVJSI KEPALADMSI PENGUMPULAN PEND!STRIBUSIAN PENDAYAGUNAAN PENGEMBANGAN
- "' ., .,,
UPZ.UPZ STAF-STAF STAF·STAF STAF-STAF
.,, .,, .,, .. MUZAKKI MUSTAlDK MUSTAIDK MOTIVATOR
Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Badan Amil Zakat
a. Dewan Pertimbangan
1. Fungsi
33
Memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi kepada badan
pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan badan amil zakat, meliputi
aspek syari'ah dan aspek manajerial.
2. Tugas Pokok
a Memberikan garis-garis kebijakan umum badan amil zakat.
b. Mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi pengawas.
c. Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta rnaupun tidak berkaitan dengan
hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat.
d. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan
pelaksana dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak.
e. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana
dan komisi pengawas.
f. Menunjuk akuntan publik.
b. Komisi Pengawas
I. Fungsi
Sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang
dilaksanakan badan pelaksana
2. Tugas Pokok
a Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.
34
b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dewan
pertimbangan.
c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana, yang
mencaknp pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
d. Melaknkan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari'ah.
c. Badan Pelaksana
1. Fungsi
Sebagai pelaksana pengelolaan zakat
2. Tugas Pokok
a. Membuat rencana kerja.
b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang
telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menyusun laporan tahunan.
d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah.
e. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas badan amil zakat ke
dalam maupun ke luar.
Diantara tugas-tugas penting di atas, ada lagi salah satu tugas penting lain
dari lembaga pengelola zakat adalah melaknkan sosialisasi tentang zakat kepada
masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui media cetak:,
media audio dan visual, media khutbah jumat, majelis ta'lim, seminar, dan
diskusi.
35
5. Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah
Syari'at zakat sudah dimulai semenjak Rasul-rasul sebelum Nabi
Muhammad Saw akan tetapi menunjukan kewajiban pelaksanaannya secara actual
action yang konkrit bentuk pengamalannya di tengah masyarakat yang beriman
kepada Allah Swt barn pada masa kerasulan Muhammad Saw.
Hal tersebut di atas diawali pada masa periode Makkah, pada periode ini
mayarakat yang mau diajak untuk beragama Islam oleh Nabi Muhammad belum
begitu banyak, barn beberapa saja Dengan kondisi demikian, datangnya perintah
berzakat dari Allah Swt di Makkah belum ditentukan secara riil batas dan
besarnya zakat.
Pada masa Makkah ini diduga keras bahwa Nabi sendirilah yang menjadi
amil (petugas zakat) secara langsung yang memungut zakat dari orang-orang yang
telah beriman. Akan tetapi zakat yang termaktub di dalam surat-surat yang turun
di Makkah tidaklah sama dengan zakat yang diwajibkan di Madinah, dimana
nisab dan besarnya sudah ditentukan, orang-orang yang mengumpulkan dan
menyalurkannya sudah diatur serta negara yang bertanggungjawab mengelolanya.
Pengelolaan zakat di Makkah tidak ditentukan batas dan besarnya, diserahkan saja
kepada rasa iman, kemurahan hati dan perasaan tanggungjawab seseorang atas
seseorang yang sama-sama beriman.12
Sedangkan pada periode Madinah, zakat diwajibkan serta ditentukan nisab
dan haulnya Di Madinah mereka sudah merupakan jama'ah yang memiliki
daerah, eksistensi dan pemerintahan sendiri. Oleh karena itu beban tanggungjawab
36
mereka mengambil bentuk baru sesuai dengan perkembangan tersebut yaitu
bentuk delimitasi bukan generalisasi, bentuk hukum-hukum yang mengikat bukan
hanya pesan-pesan yang bersifat anjuran. Hal itu mengakibatkan penerapannya
memerlukan kekuasaan di samping didasarkan atas perasaan iman tersebut.
Selanjutnya pada periode Madinah ini, dengan semakin berkembangnya
Islam dan bertambahnya wilayah kekuasaan serta pengaruh agama Islam, maka
Nabi Muhammad Saw menunjuk beberapa sahabat untuk membantu beliau di
dalam beberapa tugas. Diantara tugas-tugas itu yang diembankan oleh sahabat
sahabat yang ditunjuk adalah sebagai sekretaris (katib), arnil (petugas pemungut
zakat) dan sebagai qadhi (haldm). 13
Setiap wilayah yang dibagi dalam propinsi saat itu mempunyai seorang
arnil. Saat itu konsentrasi pengumpulan zakat terpusat dalam arnil sendiri pada
setiap propinsi dan hasil pengumpulan zakatnya juga didistribusikan untuk
wilayah di mana zakat dikumpulkan. Tidak diketahui dengan jelas apakah zakat
yang terkumpul dari setiap wilayah propinsi-propinsi dihimpunkan dalam satu
wadah atau tidak.
Walaupun demikian pada periode Madinah sudah ada satu wadah sebagai
ciri-ciri keusahaan yang lebih konkrit terhadap masalah zakat, yakni dengan
adanya arnil-amil zakat yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah.
Setelah Nabi Muhammad Saw wafat maka Abu Bakar sebagai khalifah
(pengganti Rasul) melanjutkan kepemimpinan Nabi Muhammad Saw sesuai
dengan apa yang beliau jalankan sebelumnya. Masalah zakat pertama Abu Bakar
37
benahi adalah pembangkangan sebagian kaum muslimin yang tidak mau
menjalankan syari'at zakat. Orang-orang yang membangkang ini oleh Abu Bakar
diperangi. Hal ini menunjukan keseriusan soal zakat dalam Islam, sehingga
pemimpin Islam berhak untuk melakukan serangkaian tindakan yang bisa
mengembangtumbuhkan sekaligus menyadarkan masyarakat akan pentingnya
zakat. Beliau menegaskan : "Demi Allah, jika mereka enggan membayar seutas
tali yang mengikat seekor unta, yakni apa yang patut mereka bayarkan kepada
Nabi, saya akan menyatakan perang terhadap mereka karena keengganan
mereka. 14 Pada periode Abu Bakar pelaksanaan penghimpunan zakat tetap sama
polanya seperti pada zaman Rasulullah.
Setelah Abu Bakar wafat, maka sepeninggalanya kedudukan tersebut
digantikan oleh Umar R.A .. Beliau terkenal dengan manuver-manuver ijtihadnya
dalam menentukan suatu masalah terlebih-lebih yang bersinggungan dengan
permasalahan umat. Pada masa beliau menjabat, beliau menerapkan suatu gagasan
yang cemerlang yaitu dengan mendirikan suatu lembaga yang mengurusi
keuangan negara sebagai penopang ekonomi di dalam kenegaraan, lembaga ini
dikenal dengan Baitul Mal. Gagasan ini memang tidak muncul begitu saja dari
Umar melainkan sudah diawali semenjak zaman Nabi Muhammad Saw, yakni
kebiasaan Nabi Muhammad Saw mengumpulkan harta-harta yang didapat dari
perang (al-Ghanimah) di masjid yang selanjutnya dibagi rata kepada seluruh
tentara yang ikut perang.15
14 Afzaalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Y ogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), jilid I, h. 162.
38
Dengan adanya lembaga tersebut maim lebih luas jangkaunya dan lebih
terorganisir. Hal ini terbukti dari unsur-unsur harta yang dikumpulkan di baitul
ma!, yakni ghanimah, jizyah (pajak wajib non muslirn), urs, zakat dan sumber
harta lainnya termasuk barang yang terkena pajak eksport dan import pada masa
Umar.16
Dibawah baitul ma! inilah, zakat mengalami perkembangan dengan pola
dan sistem yang ditentukan oleh negara melalui amil-amil zakat yang ditunjuk
langsung oleh Umar sebagai Kepala Negara. Harta zakat yang pada masa khalifah
Abu Bakar masih terkonsentrasi pada amil-amil disetiap propinsi tidaklah
demikian lagi, sebab kebijakan Umar adalah setiap harta zakat yang terhirnpun
disetiap propinsi wajib diserahkan dan dikumpulkan kepada amil zakat tersebut
diwilayahnya. Kemudian harta zakat itu dibagikan keseluruh rakyat yang
membutuhkannya sesuai dengan ketentuan syari'at. Bila dari pembagian itu
temyata ada sisa dikarenakan kemakmuran yang telah tercapai dalam wilayah itu
barulah sisa harta zakat tersebut diserahkan ke baitul ma!. Pada masa inilah masa
keemasan umat Islam dalam perzakatan karena dana yang terkumpulkan melebihi
batas sehingga kaum miskin pada masa itu tidak ada lagi dan dana yang lebih itu
dipergunakan untuk keperluan negara.
Setelah wafatnya khalifah Umar R.A.. Malm kedudukan tersebut
dilanjutkan oleh khalifah Usman Bin Affan R.A. dan Ali Bin Abi Thalib. Pada
masa kepemimpinan Usman dan Ali masih saja menggunakan wadah untuk
39
mengumpulkan zakat yaitu baitul ma!, akan tetapi hanya program kerja dan
pendistribusiannya saja yang berbeda.
Di Indonesia pun lembaga yang mengurusi masalah zakat sudah ada sejak
dahulu yang benamakan Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah (BAZIS). Namun
sekarang lembaga tersebut berganti nama menjadi Badan Amil Zakat (BAZ)
setalah adanya UU No.38 tahun 1999, lembaga ini mempunyai stuktur
kepengurusan dari tingkat nasional sampai ke tingkat daerah. Lembaga ini
diprakasai oleh pemerintah, namun pemerintah tidak melakukan pengelolaan
zakat, tetapi berfungsi sebagai fasilitator, koordinator, motivator dan regulator
bagi pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga tersebut.
D. Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
Miskin adalah bentuk kata dasar dari kemiskinan, dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, kata "miskin" memiliki arti tidak berharta benda, sebab
kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Sedangkan "kemiskinan" mempunyai
arti ha! miskin, keadaan miskin, situasi penduduk atau sebagaian penduduk yang
hanya dapat memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan
untuk mempertahankan tingkat kebutuhan yang minimum.17
Dalam bahasa Arab kata "miskin" diambil dari dari kata sakana yang
berarti tenang atau diam. Kata miskin biasanya berkaitan dengan kata fakir yang
berasal dari kata faqr yang artinya orang yang patah tulang punggungnya, dalam
40
arti bahwa beban yang dipikulnya sedemikian berat sehingga mematahkan tulang
punggungnya.18
KH. Ali Y a:fie berpendapat bahwa miskin adalah barang siapa yang
memiliki harta benda atau mata pencarian tetap, akan tetapi salah satunya atau
kedua-duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya.19
Para ahli sosiologi banyak berkomentar tentang kemiskinan ini,
diantaranya Soejono Soekanto yang menyatakan bahwa kemiskinan diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sangup untuk memelihara dirinya
sendiri yang sesuai dengan taraf hidup kelompoknya, dan tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental, serta fisiknya dalam kelompok tersebut.20
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah diambil kesimpulan, bahwa hidup
dalam keadaan yang dialami oleh sebagian penduduk yang hidup dalam keadaan
serba keknrangan untuk memperoleh kebutuhan hidupnya yang pokok disebabkan
kurangnya kemampuan ekonomi atau bisa disebut juga dengan lemah usahanya
dan kemampuannya
Dalam kehidupan di masyarakat, kemiskinan adalah suatu hal yang nyata
adanya. Bagi mereka yang tergolong miskin, mereka sendiri merasakan dan
menjalankan kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Tetapi kesadaran akan
kemiskinan mereka itu baru terasa bila mereka membandingkan kehidupan yang
mereka jalani dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat
kehidupannya.21
18 M. Qmaish Shihab, Wawasan Al-Qur'an. (Bandung: Miz.an, 1994), b. 449. ~~Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial, (Bandung: Miz.an, 1994), h. 170.
42
agar tidak jatuh dalam kemiskinan. Dengan sikap orang kaya yang menahan zakat
tersebut, maka modal kekayaan akan menumpuk di lingkungan orang-orang kaya
saja.
2. Faktor Penyebab Kemiskinan
Bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda musibah berupa berbagai macam
krisis, terutama krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ekonomi masyarakat kini
kian porak poranda. Meskipun banyak sumber daya alam di negara ini tetapi tidak
banyak yang bisa memanfaatkannya, sehingga menjadi masalah serius terjadinya
kemiskinan.
Kemiskinan adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh setiap orang,
namun demikian kemiskinan ini pun banyak terjadi dalam masyarakat. Terdapat
banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan ini. Dr. M. Quraish
Shihab berpendapat bahwa faktor utama penyebab kemiskinan adalah sikap
berdiam diri, enggan atau tidak dapat bergerak atau berusaha. Keengganan
berusaha adalah penganiayaan terhadap diri sendiri, sedang ketidakmampuan
berusaha antara lain disebabkan oleh penganiyaan orang lain. Ketidakmampuan
berusaha yang disebabkan oleh orang lain di istilahkan pula dengan kemiskinan
struktural. Kemiskinan terjadi akibat adanya ketidakseimbangan dalam perolehan
atau penggunaan sumber daya alam yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada
makhluknya. 23
Seseorang yang hidupnya selalu diam atau tidak man berusaha atau tidak
dapat berusaha, tidak akan dapat memiliki sesuatu, padahal Allah Swt telah
43
menyediakan sumber daya alam yang bisa dikelola oleh manusia yang tidak
terbatas jumlahnya. Sebagaimana Firman Allah Swt:
{it : · I I} • ~ • J~'-1 -. ~"1 ~ Y.. .) ('~ (J ',f
Artinya : "Dan Allah telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari sega/a apa yang kamu mohonkan kepadanya, dan jika kamu menghitung-hitung rahmat Allah, niscaya kamu tidak mampu menghinggakanya. Sesungguhnya manusia sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Q.S. Ibrahim : 34).
KH. Ali Yafie mengemukakan ada 6 (enam) hal yang menjadi penyebab
terjadinya kemiskinan :24
1. Kelemahan, yang meliputi kelemahan hati dan semangat, kelemahan
aka! dan ilmu atau kelemahan fisik.
2. Kemalasan, sifat ini merupakan pangkal utama dari kemiskinan.
3. Ketakutan, merupakan penghambat untuk mencapai sukses atau usaha
Keberhasilan pekerjaan tergantung pada keberanian pelakunya
4. Kepelitan, hal ini bersangkutan dengan pihak si kaya Karena dengan
sifat ini tanpa disadari, pelitnya itu membantu untuk tidak mengurangi
kemiskinan, sehingga kemiskinan terns terpelihara
5. Tertindih hutang, orang yang sudah terbiasa berhutang, maka ia akan
tersulit lepas dari jeratannya, sehingga dia tidak bisa keluar dari
kemiskinan.
6. Diperas atau diknasai oleh sesama manusia Pemerasan terhadap
manusia ini sangat rentan untuk menimbulkan perbudakan.
44
Dari enam ha! diatas, ada tiga ha! yang merupakan penyebab kemiskinan
yang disebabkan oleh faktor intern yang muncul dari individu itu sendiri, ha!
tersebut adalah: kelemahan, kemalasan dan ketakutan. Ketiga faktor ini
merupakan faktor utama penyebab kemiskinan. Sedangkan tiga faktor lain
dimunculkan oleh faktor ekstern yang oleh orang lain, faktor ini merupakan faktor
penunjang terciptanya kemiskinan.
Sedangkan Dr. Musthofa Husni Assiba'i berpendapat bahwa kemiskinan
itu disebabkan karena salah satu dari dua sebab, yaitu kemalasan dan
ketidakmampuan bekerja atau karena kehilangan syarat-syarat untuk bekerja.25
Para ahli ilmu-ilmu sosial berpendapat bahwa sebab utama yang
melahirkan adanya kemiskinan adalah sistem ekonomi yang berlaku dalarn
masyarakat yang bersangkutan. Sistem ekonomi ini tercermin dalam pelbagai
pranata yang ada dalam masyarakat tersebut, yaitu sistem antar hubungan
peranan-peranan dan norma-norma yang terorganisasi untuk usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan sosial utama yang dirasakan sangat perlu dalam masyarakat.
Sistem ekonomi tersebut memberikan corak pada pola kehidupan ekonomi, yang
menghasilkan adanya ketidakmerataan ekonomi yang dirasakan oleh warga
masyarakat karena tidak semua warga masyarakat dapat mencapai pola ideal yang
ada dalam pola kehidupan ekonomi yang bersumber pada sistem ekonominya. 26
Ketidakmerataan ekonomi yang berpangkal dari orang-orang kaya dan
tidak memperoleh kesempatan berperan sebagai pelaku ekonomi karena
tertahannya hak-hak orang miskin berupa modal (zakat) di tangan orang-orang
25 Musthofil Husni Assiba'i. Kehiduoan Sosial Menuntt Islam. Tuntutan Hidun
45
kaya merupakan sebuah realita yang dialami oleh masyarakat sekarang ini. Oleh
karena itu diharapkan bagi orang-orang kaya menjalankan fungsi harta dengan
berzakat melalui badan amil zakat. Agar harta tidak berkumpul pada golongan
orang-orang kaya saja sehingga terjadinya pemerataan ekonomi, dan selanjutnya
dari dana zakat itu bisa dijadikan modal usaha bagi orang miskin atau orang yang
kurang mampu dalam perekonomiannya.
Ahmad Sanusi menjelaskan bahwa dari segi sebabnya, kemiskinan dapat
dibedakan antara kemiskinan temporer atau aksidental dan kemiskinan struktural.
Atau antara kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskian temporer
adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh cacat jasmani atau jiwa, atau akibat
malapetaka yang menimpa seseorang.27
Cacat jasmani atau mental dapat mengakibatkan seseorang tidak bisa
bekerja, sehingga ia tidak dapat produktif dan menjadi miskin. Demikian juga
bencana alam dapat menyebabkan kemiskinan. Jenis kemiskinan seperti ini
biasanya bersifat individual atau hanya menimpa pada sekelompok orang saja, dan
terjadi bersifat temporer. Karenanya akibat yang ditimbulkan dan cara relatiflebih
sederhana jika dibandingkan dengan kemiskinan struktural yang biasanya bersifat
masal dan telah berkembang sedemikian komplek.
Sedang kemiskinan struktural, Ahmad Sanusi mengutif pendapat Frans
Maguis Suseno, bahwa kemiskinan bukanlah akibat kehendak jelek orang miskin
itu sendiri (misalnya malas, suka main judi), atau orang kaya (misalnya ia pribadi
yang rakus), melainkan akibat strukturisasi proses-proses ekonomi, politik (bahwa
46
hanya sekelompok kecil yang menguasai sarana produksi dan pengambilan
keputusan mengenai kehidupan masyarakat), sosial, budaya, dan ideologis,
sehingga masyarakat dibelenggu faham-faham yang menutup-nutupi
ketidakadilan, kemiskinan dan memperlihatkannya sebagai akibat faktor-faktor
obyektif be I aka. 28
Antropolog Oscar Lewis dalam bukunya The Children of Sanchez
mengungkapkan bahwa kemiskinan tidak bermula dari struktur sosial, tetapi
berasal dari karakteristik khas orang-orang miskin itu sendiri. Orang menjadi
miskin karena ia tidak mau bekerja keras, tidak mempunyai perencanaan, kurang
memiliki jiwa wiraswasta, tidak ada hasrat berprestasi dan sebagainya. Orang
yang miskin adalah orang yang mempunyai budaya tersendiri yaitu culture of
poverty (budaya kemiskinan), artinya kemiskinan adalah suatu cara hidup yang
diwariskan dari generasi ke generasi di sepanjang garis keluarga, sehingga budaya
kemiskinan ini memiliki modalitas dan akibat-akibat sosial dan kejiwaanya
sendiri bagi para anggotanya. 29
Dari beberapa pendapat dan analisa mengenai sebab-sebab terjadinya
kemiskinan, tampak bahwa pendapat masing-masing mengenai penyebab
kemiskinan selain tergantung pada jenis kemiskinan, juga sangat tergantung pada
kerangka berpikir atau cara memandang kemiskinan, serta kedudukan dan
kepentingannya.
47
3. Penanggulangan Kemiskinan
Kemiskinan merupakan problem bagi kemanusiaan, khususnya disini bagi
ummat Islam. Kemiskinan merupakan masalah yang membebani laju dari
pergerakan menuju keteraturan.
Dalam masyarakat kita memunculkan sebuah kesepakatan baru atau
konsepsi bahwa siapa yang mempunyai keahlian, kepintaran, gelar yang tinggi
dan jaringan komunikasi yang luas akan bisa menacapai kesuksesan. Sedangkan
banyak sekali orang-orang pergi ke kota hanya bennodal nekat dan ingin mengadu
nasib, alhasil yang meraka rasakan hanya akan menjadi orang-orang pinggiran
yang bisa masuk dalam kategori orang miskin.
Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak
pula dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung,
P2KP, PNPM dan BLT. Karena problem kemiskinan bersifat multi dimensional,
maka strategi penanggulangannya harus bersifat multi dimensional juga. Selama
ini (studi kasus Indonesia) yang dilakukan oleh pemerintah hanya bersifat
ek.onomi semata sehingga apabila kebutuhan ekonomi sudah tercapai, seolah-olah
proyek penanggulangan kemiskinan yang tidak berdeminsi ekonomi, seperti
kemiskinan struk:tural atau politik. Untuk itu ada beberapa langkah yang perlu
diperhitungkan dalam pemberdayaan lapisan masyarakat miskin guna sebagai
penanggulangan kemiskinan tersebut :
I. Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya
penanggulangan masalah kemiskinan, yang bertujuan menekan perasaan
ketidakberdayaan masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur
48
2. Upaya-upaya memutus hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap
Iapisan orang miskin perlu dilakukan.
3. Tanamkan rasa kesamaan (egaliterian) dan berikan gambaran bahwa
kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan dari
konstruksi sosial.
4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat
miskin secara penuh. Seperti Proyek Kawasan Terpadu (PKT).
5. Perlunya pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin. Selain
perubahan struktur yang diperlukan, juga perubahan nilai-nilai budaya
6. Diperlukan redistribusi infrastruktur pembangunan yang lebih merata,
meskipun keenam langkah diatas dapat dipenuhi tanpa dukungan
infrastruktur yang memadai, orang miskin tetap saja tidak akan
memperoleh akses ekonomi yang akibatnya tidak memiliki juga akses
dibidang-bidang lainnya Apabila langkah-langkah dapat dilakukan secara
terpadu maka kemiskinan akan dapat ditanggulangi, langkah diatas
merupakan gambaran bahwa antara ekonomi dan politik tidak dapat
dipisahkan.30
Menurut pandangan Islam kemiskinan tidak semata-mata persoalan
ekonomi, kemiskinan juga harus dilihat salah satunya dari sisi sejauhmana
manusia yang mengalami kemiskinan tersebut menggunakan potensi yang ada
pada dirinya semaksimal mungkin. ini berkaitan dengan fungsi manusia di bumi
sebagai khalifah Allah Swt. Kemiskinan dalam pandangan Islam dilihat sebagai
49
suatu kelemahan, ketidakberdayaan yang menjadi problem yang dapat
menurunkan martabat kehormatan manusia yang harus diatasi.
Strategi dan pendekatan yang dipakai dalam pengentasan kemiskinan akan
sangat dipengaruhi oleh masalah yang melatarbelakanginya Oleh karena itu,
apabila masalah kemiskinan disebabkan oleh individual, maka usaha yang
dilakukan adalah dengan merubah aspek manusia sebagai individu atau warga
masyarakat. Sedangkan apabila masalahnya disebabkan oleh faktor struktural atau
sistem, maka usaha yang harus dilakukan adalah perubahan pada struktur sistem.
Adapun kemiskinan alarniah biasanya diatasi dengan cara bentuk
pembangunan secara fisik, pemasukan modal dan pengenalan teknologi.
Sedangkan kemiskinan buatan bisa diatasi oleh perubahan struktural, perubahan
kelembagaan dan perubahan dalam berbagai bentuk sosial ekonomi.
Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan program pengentasan kemiskinan
agar tepat sasaran, partisipasi kaum miskin dalam proses pelaksanaan program
tersebut mutlak diperlukan. Dalam ha! ini Kramer mengajukan model Community
Action Program (CAP) yang terdiri dari 4 (empat) bentuk partisipasi antara lain.31
1. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan pada kebijakasanaan
program yang akan dijalankan. Perwujudan partisipasi kaum miskin dalam
model ini dapat diwujudkan dengan adanya presentasi wakil-wakil mereka
dalam pelaksanan program.
50
2. Partisipasi dalam perkembangan program. Dalam kapasitasnya sebagai
sasaran, maka pendapat, saran dan aspirasi kaum miskin harus didengar
terutama tentang kebutuhan dan kepentingan yang betul-betul riil.
3. Keterlibatan dalam gerakan sosial. Dalam bentuk ini, kaum miskin sebagai
pihak yang tidak berdaya (powerless) diberikan motivasi dan stimulasi
untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.
4. Keterlibatan dalam berbagai pekerjaan. Karena kaum miskin menjadi
miskin akibat terbatasnya kesempatan dan kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan, maka
diperlukan penyegaran lapangan usaha yang banyak melibatkan kaum
miskin. Padat karya adalah salah satu contohnya.
Bahwa bukan saja pemerintah Indonesia yang menyoroti problem
kemiskinan dan cara mengentaskannya, akan tetapi menjadi sorotan atau perhatian
suatu ajaran Islam. Karenanya ha! ini merupakan suatu ajaran Islam untuk
membantu menanggulaginya, baik melalui bantuan individu maupun lembaga
keuangan yang berperan mengisi pembangunan di negara Indonesia ini.
Dengan kesadaran membayar zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), maka kaum
muslimin telah melihat lebih jauh bahwa dalam permasalahan kemiskinan ini
adalah masalah kita bersama. Maira dari itu diharapkan kaum muslimin membayar
ZIS guna membantu kaum yang kurang mampu.
Oleh karena itu, untuk pencapaian usaha pengentasan kemiskinan perlu
penelusuran akar masalah tersebut baik ditinjau dari dimensi ekonomi, sosial,
oolitik. ekolosris mauoun osiko]ogis situasi serta kondisi masvarakat. Selain itu.
51
adanya keinginan dari kaum miskin itu sendiri untuk mengubah nasibnya menjadi
lebih baik, adanya usaha meningkatkan dan mengintensifkan kepedulian sosial
melalui zakat atau di luar zakat, dan perlunya perhatian pemerintah dalam
menjamin kehidupan rakyatnya. Disamping itu, mutlak diperlukan keterlibatan
kaum miskin dalam setiap program usaha tersebut, karena mereka itulah yang
nanti akanfollow-up (menindaklanjuti) program yang dijalankan.
BABlll
GAMBARAN UMUM
BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA)
KOTA TANGERANG
A. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
1. Sejarab Berdirinya Badan Amil Zakat Daerab (BAZDA) Kota
Tangerang
Dalam langkah pemberdayaan ekonomi wnat Islam dan mengentaskan
kemiskinan perlu adanya lembaga yang mampu dalam pengwnpulan dan
pendistribusian dana zak:at.
Dengan demikian terbentuklah UU RI. No.38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zak:at dari tingkat pusat sampai daerah-daerah. Pada dasamya
pembentukan lembaga atau badan yang mengeiola ZIS pada tingkat daerah sudah
lama terbentuk, hal ini terbukti dengan adanya Bazis Kota Tangerang yang
mengacu pada SK. Walikota Madya KDH Tingkat II Tangerang No.452.12/SK
171 Bag.Sos/1998 tentang pembentukan pengurus Badan amil zak:at, infak dan
shadaqah kota madya DT II Tangerang periode 1998-2002.1
Akan tetapi dengan berlakunya UU. No.38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zak:at, maka perlu diadakan penyesuaian dan karena adanya
perubahan nama kota madya menjadi kota Tangerang maka turunlah keputusan
Walikota Tangerang No. 451.12/KP 112 - Depag 2003 pada tanggal 22 Oktober
2003 tentang pembentukan BAZDA Kota Tangerang yang dahulu bernama Bazis
53
Kota Madya DT II Tangerang yang mengacu pada UU. No.22 tahun 1999 tentang
pemerintah daerah. 2
Bazda Kota Tangerang bertekad untuk bisa ikut ambil bagian dalam
menumbubkan kesadaran religius masyarakat dan mengatasi masalah kesulitan
ekonominya, dan Bazda Kota Tangerang pun berkeyakinan bahwa dana zakat
yang dikelola dengan baik dan terprogram akan mampu membangun dan
mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang berdampak Juas bagi
masyarakat serta dapat menggugah kesadaran religius masyarakat bahwa berzakat
bukan semata-mata untuk kepentingan ibadah privat yang melangit namun lebih
kepada nilai ibadah yang membumi dan berdampak sosial Juas. Dengan berzakat
atau dana zakat mampu mengatasi kemiskinan kaum dhuafa, menumbuh
kembangkan kemandirian ekonominya dan mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
Dengan bermottokan "Merubah Mustahik Menjadi Muzakki" , maka
BAZDA Kota Tangerang akan melaksanakan tugas dan amanahnya secara jujur,
professional dan transparan dengan visi dan misi sebagai berikut:
Visi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
Menjadi lembaga amanah yang terpercaya, professional dan transparan
yang berusaha turut membangun dan mengembangkan masyarakat religius yang
sejahtera dan mandiri secara ekonomis.
55
Adapun susunan organisasi BAZDA Kota Tangerang:4
1. Badan pelaksana
2. Dewan pertimbangan
3. Komisi pengawas
4. Bendahara
5. Sekretaris
6. Wakilketua
7. Sie. Pengumpulan
8. Sie. Pendayagunaan
9. Sie. Pendistribusian
10. Sie. Pengembangan
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi dapat dilihat pada bagan
berikut:
56
STRUKTUR ORGANISASI
BAZDA KOTA TANGERANG
DEWAN BADAN PELAKSANA KOMIS! PERTIMBANGAN <KETUA> PENGAWAS
BENDAHARA SEKRETARIS
I I
WKL.KETUAI WKL.KETUAil WKL. KETUA III
- SEKSI - SEKSI SE KS I PENGUMPULAN PENDISTRIBUSIAN - PENGEMBANGAN
~ SE KS I PENDAYAGUNAAN
SUSUNANPENGURUSDEWANPERTIMBANGAN
PERIODE 2003-2006
KETUA (Sekda Kota) WKL.KETUA (Ka Kan Depag)
Sekretaris (Drs. H. Munir Al-Rasyid) Wkl.Ketua (KH. Romlie Fadhil) -
Anggota Anggota
57
H. Muhtar Djamil KH. Edy Djunaedi
Anggota Anggota Drs. H. Andi Bakri M. Naisan, SH
1. Dewan pertimbangan mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Memberikan pertimbangan fatwa, saran dan rekomendasi tentang
pengembangan hukum dan pemahaman mengenai pengelolaan zakat.
b. Menetapkan garis-garis kebijakan umum badan amil zakat bersama komisi
pengawas dan badan pelaksana
c. Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta maupun tidak yang berkaitan
dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat
d. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan
pelaksana dan komisi pengawas
e. Menampung, mengelola dan menyampaikan pendapat tentang pengelolaan
zakat.5
58
SUSUNAN PENGURUS BADAN PELAKSANA
PERIODE 2003-2006
Ketua Ors. H. A. Saefulmillah, MM. MBA
Bendabara Sekretaris : Drs. Asep Maman K Ors. Hadi Soelistijo
,___ Wkl. Sekrl : Drs. M. Bahtera Y Wkl.Sekrll : Drs. H. Adli M
Sekretaris
~ I. H. Taufiqurrobman, S.Ag 2. H. Hasmuni, Bsc 3. Abdul Latiel; SE
I I I
Wkl.Ketual WkLKetnall WkLKetnam H. A. Kemal Fauzie, SE. MM H. Hamidi Rnsdi H. M.Natsir
' I I
Kasie Kasie Kasie Kasie Pengumpnlan Pendayagunaan Pendistribnsian Pengembangao
Ors. H. Bambang S Ir. Nur Tachlis, MM Drs. H. Nasrullah, MN Ors. H. AriefF
Anggota Aoggota Aoggota Aoggota - Drs. H. Hany MZ - Ors. H. Ghozali B - Ors. Ali Usman - Drs. H. Encep,
Drs. H. Yahyal Ors. H. M. Nadjib Drs.ZaizM MM.MSc Drs.H. Masturo
Ust H. Zawawi, BA Ors. H. Encep M Ors. Fachrurahman H. Rahmat Abdul G H. A. Ghozali M f- Ors. Amsari N, M.Si ~ UntungS I -Ust H. Hasan Basri -
Sumber: SK Walikota No.451.12/Kep.112-DEPAG/2003
2. Badan pelaksana mempunyai togas sebagai berikut:
a. Badan pelaksana melaksanakan kebijakan badan amil zakat dalam
59
b. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana kerja pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan
c. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang
telah disahkan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan
d. Menyusun Japoran tabunan
e. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintab dan
dewan perwakilan rakyat sesuai tingkatnya
f. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama badan amil zakat ke
dalam maupun keluar. 6
SUSUNAN PENGURUS KOMISI PENGAWAS
PERIODE 2003-2006
KE TUA : Ir. Istiarso Soerjo, Meg. Sc WKL.Ketua : H. Yuyu Rohedi
Sekretaris : Drs. H. A. Lutfi
I I
Anggota Anggota Anggota H. Nur Hasan M, S.Ag KH. Lahmuddin Baihaki KH. Rahmatullah M
60
3. Komisi pengawas
a. Melaksanakan pengawasan internal atas operasional kegiatan yang
dilaksanakan badan pelaksana
b. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan
c. Mengawasi pelaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
d. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana yang
mencakup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
e. Melaknkan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari'ah dan
peraturan perundang-undangan
f. Menunjuk akuntan publik
4. Seksi pengumpulan mempunyai tugas sebagai berikut7:
a Membuat daftar list nama dan alamat muzakki di seluruh wilayah kota
Tangerang
b. Membuat surat himbauan atau permintaan pengumpulan ZIS dilampirkan
brosur dan lain-Jain ditunjukan kepada golongan kaya
c. Merancang metode pengumpulan dari kelompok masyarakat umum
melalui jenjang pegawai, dinas, karyawan swasta, sekolah negeri, jaiur
pemerintahan kota
d. Membuat organisasi pengumpulan ZIS yang efektif untuk keperluan
pelaksaan poin c
e. Membuat formulir atau kupon yang diperlukan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan dan pelaporan
61
f. Mengatur mekanisme pendistribusian formulir atau kupon dan mekanisme
pengumpulan uang ZIS dengan membentuk tim yang solid
g. Melaksanakan tertib adminsitrasi dengan ketatusahaan yang memadai pada
poin e - f untuk membangun kepercayaan masyarakat
h. Mengurusi sistem pemungutan zakat yang dapat mengurangi pembayaran
setoran pajak dan mensosialisasikan penerapannya pada lefel pimpinan
baik pegawai dinas maupun swasta dan juga perusahaan swasta muslim
i. Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan pengumpulan ZIS di lapangan
j. Membuat laporan administrasi rinci dan sistematik
k. Dana ZIS yang terkumpul langsung dimasukan dalam rekening Bank
BAZDA kota, bukti setoran asli sebagai lampiran untuk pembukuan
bagian bendahara
I. Mempublikasikan hasil pengumpulan melalui media majalah, koran, radio
atau internet.
5. Seksi pendayagunaan mempunyai tugas sebagai berikut8:
a Bertanggungjawah penuh terhadap dana pendayagunaan untuk dikelola
bagi kepentingan mustahik.
b. Membuat program pendayagunaan dengan skala prioritas.
c. Membentuk tim survei untuk mendapatkan data yang akurat tentang
kondisi mustahik di bidang ekonomi, lingkungan, budaya dan
intelektualitas.
62
d. Menganalisa data bersama tim survey dan konsultan pendamping untuk
membuat proposal terpadu yang komperhensif dan meliputi :
a) Bimbingan usaha mandiri dalam bidang ekonomi yang tergolong:
1. UKS (Usaha Kecil Sekali)
1) Perorangan pemula
2) Perorangan lanjutan
2. UKB (Usaha Kelompok Bersama)
1) Kelompok keahlian
2) Kelompok pedagang mandiri.
b) Bantuan dana yang terarah, meliputi:
I. Pemberian bantuan dana dengan persyaratan teknis
2. Penyertaan pendamping untuk memonitor, memberi bantuan
manajemen dan teknis.
e. Memberi perhatian pada industri kerajinan daerah (kalau ada), berusaha
menghidupkan kembali dan mengembangkannya.
f. Membentuk Baitul Qirath atau BMT untuk bantuan dana teknik
manajemen sebagai usaha yang berkelanjutan dan untuk pendidikan
mental usaha.
g. Berusaha membantu mengenai masalah-masalah lingkungan terutama
dalamhal:
a) Sumber air
b) Penataan MCK dan sanitasinya
63
h. Berusaha membantu mengatasi masalah-masalah kesehatan dengan pola
pandang sehat, peduli kepada kebersihan dan perhatian terhadap gizi
makanan.
i. Berusaha membantu memanfaatkan pelayanan kesehatan baik dari
pemerintah maupun dari badan sosial swasta yang bersifat tindakan
preventif maupun yang bersifat pemeriksaan kesehatan berkala.
j. Memberi bimbingan rutin mental keagamaan terutama bagi mustahik yang
dibina yang dihimpun dalam program "Tabligh Dakwah''.
k. Mengadakan pelatihan ekonorni manajemen, ekonomi teknik,
kewiraswastaan, keterampilan dan kerajinan.
I. Menyalurkan bantuan biaya pendidikan bagi pelajar berbakat atau
berpotensi.
m. Berusaha membangun balai bacaan .
n. Membangun kernitraan usaha baik dengan instansi pemerintah, perusahaan
swasta, yayasan dan pihak terkait lainnya.
o. Membuat Japoran terinci dalam pertanggungjawaban keuangan dan
laporan evaluasi pemantapan secara berkala.
6. Seksi pendistribusian mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Bertanggungjawab terhadap kebijaksanaan mendistribusikan dana
santunan kepada mustahik yang berhak.
b. Membuat peta daerah kerniskinan yang akurat dan senantiasa diperbahrui
setiap tahunnya.
c. Menyusun daftar mustahik fakir rniskin dan k:Jasifika~inva_
64
d. Menyusun daftar badan sosial yang layak dilengkapi dengan identitas yang
lengkap.
e. Melayani permintaan bantuan amal sosial dengan ramah bijaksana selektif
sesuai dengan anggaran yang tersedia.
f. Memberikan bantuan pada mustahik selain fakir msikin yang tidak
tergabung dalam badan sosial berdasarkan rekomendasi RT/RW dan lain
lain atau menurut pengamatan pengurus.
g. Membuat surat jawaban resmi dengan alasan yang dapat diterima atas
permintaan bantuan yang tidak adapat diluluskan.
h. Membentuk tim penanggulangan bencana alam untuk menyalurkan
bantuan.
i. Membuat sistem atau aturan pendistribusian secara menyeluruh dari
tingkat DKM, kelurahan, kecamatan dan UPZ.
j. Memberikan pengarahan dan memonitor pendistribusian-pendistribusian
dari semua tingkatan.
k. Membuat laporan pertanggungjawaban dan pendistribusian dan
pelaksanaan secara kese!uruhan.9
7. Seksi pengembangan mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Memonitor perkembangan sistem organisasi BAZ di luar BAZ kota
Tangerang melalui pertukaran informasi, bentuk kerjasama, seminar,
artikel dari majalah atau koran maupun dari internet.
66
Dan mengenai manajemen penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Penyaluran yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang adalah sesuai dengan ketentuan tuntunan syari'at, yakni delapan asnaf
kecuali asnaf Riqoob (memerdekakan budak). Dana-dana yang terkumpul tersebut
disalurkan dalam berbagai bentuk program baik produktif maupun konsumtif.
Dana tersebut disalurkan kemasyarakat sekitar yang meliputi bidang sosial,
ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Secara umum penyaluran dana tersebut
Iebih diprioritaskan pada penyaluran dana yang bersifat jangka panjang dan
produktif. Meskipun demikian penyaluran dana untuk tujuan konsumtif dan
jangka pendek juga tidak dihilangkan sepenulmya.
Program penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah yang dilakukan oleh
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang meliputi tiga program.
Pertama adalah program pengembangan sumber daya manusia (SDM). Program
ini meliputi program pemberian bea-siswa bagi pendidikan sekolah, program
kursus keterampilan dan peningkatan kompetensi bagi masyarakat, serta program
bantuan operasional atau fasilitas pendidikan. Kedua, adalah program peningkatan
kesejahteraan ummat yang terdiri dari program bantuan kesejahteraan bagi guru
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ), Ustadz, penjaga masjid (marbot) dll,
bantuan pangan, bantuan kesehatan, serta bantuan bencana alam bagi masyarakat.
Ketiga, adalah program pengembangan ekonomi skala mikro yang meliputi
program pemberdayaan wirausaha masyarakat. Tujuan program ini adalah
membantu masyarakat baik dari segi permodalan maupun peningkatan kapasitas/
67
kualitas sumber daya manusia melalui program yang dibentuk seperti kursus
kursus dan keterampilan agar mereka dapat berdaya dan mandiri secara ekonomi.
4. Program-program Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
Kata program menurut kamus besar bahasa indonesia mempunayai arti
rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan.11
Program dapat diartikan sebagai daftar atau rancangan suatu rangkaian
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Dalam ha! ini BAZDA Kota Tangerang mempunyai program-program
yang akan dilaksanakan, diantaranya:
I. Pengembangan kelembagaan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
I) Penerapan Budaya Kerja dan Good Governance
a. Penerapan disiplin dan profesionalisme lembaga (reward and
punishment)
b. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat dilandasi
itikad baik
c. Setiap kebijakan dipandu oleh ketentuan yang telah ditentukan (sistem
dan prosedur).
2) Peningkatan Kualitas SDM
a. Rekruitment pelaksana secara selektifberdasarkan kriteria tertentu
b. Pendidikan dan pelatihan berkala bagi pengurus dan pelaksana
68
c. Kerja sama dan studi banding dengan lembaga lain yang sukses.
3) Perbaikan Administrasi dan Keuangan
a. Pemanfaatan teknologi informasi (komputer) untuk kegiatan
administrasi terutama administrasi keuangan (komputerisasi aknntasi)
b. Pelaksanaan kerja berdasarkan sistem dan prosedur yang telah
dibaknkan
c. Pengendalian keuangan berdasarkan sistem anggaran yang terbuka
d. Seluruh kegiatan dilaporkan secara aknrat dan terbuka.
4) Networking- UPZ dan LAZ
a. Membentuk dan membinajaringan UPZ
b. Mensosialisasikan kesamaan visi dan misi kelembagaan dan zakat
kepada UPZ & LPZ
c. Mendorong pengelolaan UPZ & LPZ dengan baik (good governance).
2. Penghimpun, sosialisasi ZIS Layanan penerimaan dana dan layanan donator
1) Sosialisasi ZIS
a. Publikasi di media massa, media cetak, SK folder, Jeaflef, radio dll
tentang visi, misi Jembaga dan visi zakat
b. Presentasi, syi'ar dan penggalangan kesamaan visi
c. Konsultasi ZIS (tatap muka, via phone, call, kontak e-mail)
d. Perusahaan peduli zakat, donasi, sherring bisnis.
2) Layanan Penerimaan Dana
a. Layanan langsung melalui outlet, UPZ dan layanan jemput
b. Layanan via Bank.
69
3) Layanan Donatur
a Layanan komunikasi muzakki clan mitra
b. Pnblikasi penerimaan, penyaluran dan pendayagunaan dana
c. Insentif Pengurangan Penghasilan Kena Pajak sesuai UU Rl
No.17/2000.
3. Pendistribusian ( santunan dan layanan sosial)
I) Layanan Charity atau Santunan
a Penyedian clana darurat kritis clan dak.wah
b. Penyediaan clana santunan anak yatim, rumah jompo dan sarana sosial
c. Penyediaan clana pengembangan sarana ibadah.
2) Layanan Sosial
a. Penyedian layanan kesehatan, khitanan massal, pengobatan gratis bagi
kaum dhu'afa
b. Penyedian sarana sanitasi pedesaan, MCK, sumur pantek (penyedian
air bersih).
4. Pendayagunaan (pendayagunaan ekonomi clan Pendayaan SDM)
I) Pendayaan Ekonomi
a Pengembangan kelompok ekonomi mandiri
b. Pengembangan ekonomi produktif individual
c. Membangun kemitraan usaha
d. Mengembangkan iptek tepat guna
2) Pendayaan SDM
a Beasiswa atau Beastudi
70
b. Pendidikan dan pelatihan kerja
c. Magang
d. Sekolah gratis.
5. Kiprah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam
Pengembangan Masyarakat
Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang
dikelola dengan baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pendapatan (economic growth with equity) yang diterima oleh golongan ekonomi
lemah, memiliki irnplikasi positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat
yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan produksi. Zakat dalam sistem
pewarisan Islam mendorong distribusi pendapatan secara egaliter dan dinamis,
sehingga dengan demikian harta yang ada di tangan sebagian masyarakat atas
akan selalu beredar, tidak menumpuk.12
Zakat bukanlah sesuatu yang sifatnya ibadah individu semata, namun lebih
jauh zakat memiliki dua fungsi ganda, ibarat sebuah mata uang yang sisi-sisinya
tidak bisa terpisahkan begitu saja.
Salah satu fungsi zakat yang pada saat ini harus kita kobarkan kembali
dalam konteks kekinian. Maka re-orientasi zakat harus kita bangun, bahwa zakat
bukanlah sesuatu yang sifatnya membantu sesaat, danjangka pendek. Tetapi lebih
jauh dari itu, bahwa zakat merupakan sumber kekuataan umat Islam dalam
71
memberdayakan para mustahik agar mereka mampu dan berdaya dalam posisi
ekonomi sekaligus mengurangi kemiskinan.
Sebagaimana yang telah menjadi visi pengelolaaan zakat dari Badan Amil
Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, menjadikan mustahik menjadi muzzaki.
Maka kegiatan yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang adalah berupaya mengembangkan masyarakat agar berdaya dan
mandiri sehingga mereka dapat menolong dirinya sendiri dan orang Jain. Karena
itu sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa program-program yang
dibuat oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang khususnya pada
program penyaluran/pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan
shadaqah lebih banyak diorientasikan pada pelbagai bentuk program yang sifatnya
jangka panjang dan produktif yang mencakup berbagai bidang kehidupan
masyarakat seperti bidang pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, dan
keagamaan. Semua program yang dibuat oleh Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat agar
mereka mandiri serta peningkatan kualitas kehidupan masyarakal
Usaha yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang dalam usahanya menjadikan mustahik menjadi muzzaki terrangknm
dalam tiga program besar, yakni program peningkatan SDM, program
peningkatan kesejahteraan umat, dan program pengembangan ekonomi skala
mikro.
Dalam program Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Misalnya,
Badan Amil Zakat Daemh ffiAZDA) Kofa T"""""'"" tel"h herh,.~il m1'nv,.lnrlrnn
72
dan keberbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai Perguruan
Tinggi dalam bentuk program pemberian bea-siswa bagi murid yang berprestasi
dan knrang mampu.
Selain program beasiswa, Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang juga telah menyalurkan dana dalam bentuk program kursus
keterampilan dan peningkatan kompetensi bagi masyarakat sekitar. Tujuan
program ini adalah memberikan keterampilan sekaligus upaya peningkatan
kompetensi bagi kelompok masyarakat yang menganggur, sehingga diharapkan
setelah mereka lulus dari program yang dibuat oleh Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang ini, mereka dapat membuka usaha sendiri tanpa harus
bergantung pada lapangan pekerjaan dari orang lain. Selain itu Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) Kota Tangerang juga telah menyalurkan dana zakat dalam
bentuk program bantuan operasional dan fasilitas pendidikan bagi lembaga
pendidikan yang membutuhkan.
Dalam program Peningkatan Kesejahteraan Ummat, Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) Kota Tangerang juga telah berhasil menyalurkan dana zakat
untuk para guru Taman Pendidikan AI-Qur'an (TPQ), Ustadz/Ustadzah, penjaga
masjid (marbot) di!, bantuan pangan, bantuan kesehatan, serta bantuan bencana
alam bagi masyarakat Program yang terakhir adalah program pengembangan
ekonomi skala mikro. Dalam program ini, dana zakat yang terkurnpul disalurkan
dalam bentuk pinjaman usaha bagi para pedagang kecil yang kesulitan pendanaan
dalam usaha Selain itu tujuan program ini adalah bagaimana memberdayakan
masvarnlrnt auar kehiclnnan ekonominva meniacli lehih haik sehimn>a nredikat
73
sebagai rnustahik dapat berubah rnenjadi rnuzzaki sesuai dengan cita-cita yang
ingin diwujudkan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang.
B. Kecamatan Cipondoh
1. Letak Geografts
Kota Tangerang keseluruhan secara geografis terletak antara 6°6' Lintang
Selatan sampai dengan 6°13' Lintang Selatan dan 106°36' Bujur Timur sampai
dengan 106°42' Bujur Timur. Batasnya wilayahnya
• Sebelah utara, berbatsan dengan Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang.
• Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan
Serpong dan Kecamatan Pondok Aren Kabupaten Tangerang.
• Sebelah timur berbatasan dengan DKl Jakarta.
• Sebelah barat,, berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang.
Letak geografis yang sedemikian itu sangat menguntungkan bagi daerah
Kota Tangerang, terutama dalam pengembangan ekonomi.
Luas wilayah kota Tangerang tercatat 183, 78 Km2 (termasuk luas Bandara
Soekarno-Hatta sebesar 19,69 Km2) yang berjarak sekitar 60 Km dari Ibukota
Propinsi Banten dan sekitar 27 Km dari DKl Jakarta.
Wilayah Kota Tangerang meliputi 13 Kecamatan yaitu Kecamatan
Ciledug (8.769 Km2), Larangan (9.397 Km2
), Karang Tengah (10.474 Km2),
74
Jatiuwung (14.406 Km2), Cibodas (9.611 Km2
), Periuk (9.543 Km2), Batuceper
(11.583 Km2), Neglasari (16.077 Km2), Benda (5.919 Km2
) dan Kecamatan
Cipondoh (17.91 Km2).
13
Karena objek dari skripsi ini Kecamatan Cipondoh maka penulis akan
memfokuskan pada keadaan umum Kecamatan Cipondoh. Keadaan Cipondoh
terletak disebelah Timur Kota Tangerang dengan luas wilayah 1.833 Ha terdiri
dari Tanah Darat 1.483 Ha, Tanah Sawah 275 Ha dan Tanah Rawa 78 Ha. Letak
ketinggian dari permukaan laut sekitar 0,14 Km dengan curah hujan rata-rata
perbulan 100 mm.
Wilayah Kecamatan Cipondoh terbagi dalam 10 (sepuluh) Kelurahan,
terdiri dari 91 RW dan 525 RT, dengan pembagian wilayah sebagai berikut :14
l. Kelurahan Cipondoh
2. Kelurahan Cipondoh Makmur
3. Kelurahan Cipondoh Indah
4. Kelurahan Poris Plawad
5. Kelurahan Poris Plawad Utara
6. Kelurahan Poris Plawad Indah
7. Kelurahan Gondrong
8. Kelurahan Kenanga
9. Kelurahan Petir
10. Kelurahan Ketapang
75
2. Jumlab Penduduk
1. Kependudukan
Jumlah Kepala Keluarga : 35.537 Jiwa
Jumlah Penduduk : 152697 jiwa
Jumlah Laki-laki : 77.711 Jiwa
Jumlah Perempuan : 74.986 Jiwa
2. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel.1
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No. KELOMPOK UMUR LAKl-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. Umur 0- 5 Tahun 5.887 5.824 11.711
2. Umur 6 - 10 Tahun 5.105 5.026 10.131
3. Umur 11 -16 Tahun 7.140 6.901 14.041
4. Umur 17 - 20 Tahun 7.459 6.966 14.425
5. Umur 21-25 Tahun 6.521 6.156 12.677
6. Umur 26 - 30 Tahun 7.211 6.955 14.166
7. Umur 31 - 35 Tahun 7.514 7.248 14.762
8. Umur 36 - 40 Tahun 7.170 6.866 14.036
9. Umur 41 - 45 Tahun 5.779 5.839 11.618
10. Umur 46 - 50 Tahun 4.859 4.687 9.546
11. Umur 51 - 55 Tahun 4.473 4.224 8.697
12. Umur 56 - 60 Tahun 3.888 3.935 7.823
13. Umur 61 - 65 Tahun 2.836 2.664 5.500
14. Umur 66 Tahun Keatas 1.869 1.695 3.564
JUMLAH 77.711 74.986 152.697
76
Berdasarkan kelompok umur ternyata jumlah penduduk terbanyak adalah
penduduk umur (5-45) dan penduduk yang sedikit berdasarkan umur (46-66
keatas).
3. KTP (Kartu Tanda Penduduk)
Jumlah Penduduk Wajib KTP : 103.357 Jiwa
Jumlah Penduduk yang Memiliki KTP s.d.Bulan Ini 84.948 Jiwa
Jumlah Penduduk yang Belum Memiliki KTP s.d. Bulan Ini 18.426Jiwa
4. Status Kewarganegaraan
Status kewarganegaraan untuk membedakan antara penduduk asli
Indonesia atau penduduk asing dan atau penduduk asing yang menetap di
Indonesia. Berikut ini tabel status kewarganegaraan di kecamatan Cipondoh:
Tabel.2
Status Kewarganegaraan Kecamatan Cipondoh
a. WNIAsli 137.668 Jiwa Lk= 71.343 Pr= 66.482
b. WNI Keturunan
• Cina . 15.007 Jiwa Lk= 6.355 Pr= 8.495
.. Arab : - Jiwa Lk= - Pr= -• Pakistan . - Jiwa Lk= - Pr= -.
• Be Janda . - Jiwa Lk= - Pr= -.
• Perancis . - Jiwa Lk= - Pr= -• Jepang - Jiwa Lk= - Pr= -.. Taiwan . - Jiwa Lk= - Pr= -.. India . 16 Jiwa Lk= 8 Pr= 8
c. WNA
• Cina 3 Jiwa Lk= 3 Pr= -
77
• Pakistan . - Jiwa Lk= - Pr= -• Belanda - Jiwa Lk= - Pr= -
• Perancis . - Jiwa Lk= - Pr= -
.. Jepang . 3 Jiwa Lk= 2 Pr= 1
• Taiwan - Jiwa Lk= - Pr= -Lainnya . - Jiwa Lk= - Pr= -.
JUMLAH 152.697 Jiwa Lk= 77.608 Pr= 74.986
Sumber : BPS Kecamatan Cipondoh
Pengklasifikasian penduduk kecamatan Cipondoh menurut
kewarganegaraan yaitu: WNI Asli berjumlah 137.668, WNI Keturunan dari Cina
berjumlah 15.007 jiwa, WNI Keturunan dari India berjumlah 16 jiwa, WNA Cina
berjumlah 3 jiwa, WNA Jepang berjumlah 3 jiwa.
5. Mutasi Penduduk
Selama bulan terakhir ini terjadi mutasi penduduk :
a. Datang : 369 Jiwa
Lahir : 36 Jiwa
b. Pindah
Mati
Jumlah
Jumlah
3. Peta Sosial Ekonomi Kecamatan Cipondoh
405 Jiwa
: 214 Jiwa
: 18 Jiwa
232Jiwa
Jumlah Penduduk di suatu daerah sebenarnya merupakan aset dan potensi
78
dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi dengan kualitas yang
rendah akan menjadi beban besar bagi proses pembangunan.
Jumlah penduduk Kecamatan Cipondoh tahun 2007 tercatat 152697 jiwa.
Disamping itu sebagai daerah yang berbatasan dengan Ibukota Negara,
Kecamatan Cipondoh mau tidak mau harus menampung pula penduduk yang
aktifitas ekonomi kesehariannya di wilayah DKI Jakarta.
Dari jumlah penduduk sebanyak 152.697 jiwa tersebut terdapat angkatan
kerja sebanyak 29.657 jiwa dengan lapangan kerja sebagai berikut:
TabeL3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja
No. PEKERJAAN JUMLAH
1. Petani 517 jiwa
2. Petani Penggarap 2.565jiwa
3. Buruh Tani 453jiwa
4. Pedagang 4.789 jiwa
5. Industri Rakyat 505jiwa
6. Buruh Industri 10.641 jiwa
7. Pertukangan 1.173 jiwa
8. PNS 1.287 jiwa
9. TNI?POLRI 203jiwa
10. Pensiunan 389jiwa
11. Purnawirawan 99jiwa
12. Perangkat Kelurahan 149jiwa
13. Penganguran Tidak Kentara 2.459 jiwa
14. Penganguran 3.982jiwa
79
Peta sosial ekonomi Kecamatan Cipondoh menurut lapangan kerja
didominasi oleh pekerja yang berpenghasilan kecil seperti; Buruh lndustri
berjumlah 10.641 jiwa, Pedagang berjumlah 4.789 jiwa, Pengangguran berjumlah
3.928 jiwa, Petani Penggarap berjumlah 2.565 jiwa, Pengangguran Tidak Kentara
berjumlah 2.459 jiwa.
4. Peta Kemiskinan Kecamatan Cipondoh
Kemiskinan sangat berkaitan dengan ekonomi dan struktur sosial. Sturktur
sosial masyarakat yang ada relevansinya dengan kehidupan ekonomi, maka peta
kemiskinan di Kecamatan Cipondoh sangat bervariasi.
Tabel.4
Peta Kemiskinan Kecamatan Cipondoh
NO. KELURAHAN JUMLAH WARGA MISKIN
1. CIPONDOH 394jiwa
2. CIPONDOH MAKMUR 238jiwa
3. CIPONDOH lNDAH 201 jiwa
4. PORIS PLA WAD 373jiwa
5. PORIS PLAW AD UTARA 194 jiwa
6. PORIS PLA WAD lNDAH 180jiwa
7. GONDRONG 393jiwa
8. KENAN GA 379jiwa
9. PETIR 285jiwa
10. KETAPANG 231 jiwa
JUMLAH 2868jiwa
Sumber : BPS Nasional Tahun 200R
81
1. Paket Senyum
Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo dan bantuan sarana
keagamaan.
2. Paket Mawaddah Fil Qurba (Pendekatan Kasih Sayang)
Memberikan beasiswa, keterampilan dan bimbingan usaha disertai modal
agar lebih tegar mandiri.
3. Paket Bulan Sabit Hijau
Memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu'afa dan sanitasi
lingkungan.
4. Paket Tabligh As-Sakinah
Pembentukan akhlak mulia para mustahik untuk mengkaji masalah
masalah yang dihadapi.
5. Paket Baitul Qirath
Lembaga keuangan mikro sebagai basil infak atau shadaqah para mustahik
yang dibina dalam Usaha Kecil Sekali (UKS) atau Usaha Kelompok
Bersama (UKB).15
Sedangkan yang bersifat produktif atau pemberdayaan ekonomi dan
pengembangan usaha kaum dhuafa yang terbentuk dalam program sebagai
berikut16:
1. Paket A, untuk program Modal Bergulir (MB)
Pinjaman ini diberikan kepada WKS (Wiraswasta Kecil Sekali) sebagai
tambahan modal bagi WKS yang sudah mempunyai usaha dan mempunyai
82
peluang untuk ditingkatkan atau yang pernah menjadi WKS tapi modalnya
habis karena alasan yang dibenarkan. Untuk saat ini berjalan dengan
sistem usaha kelompok, masing-masing kelompok 10 orang yang
diusulkan dari tiap kecamatan kepada BAZDA Kota Tangerang.
Yang dimaksud WKS (Wiraswasta Kecil Sekali) itu adalah penjualan
sayuran, pedagang gado-gado, penjual kecil di pasar, penjual keliling
(tukang bakmi, tukang bakso, tukang buah) atau pedagang kecil yang
mangkal (tukang koran/rnajalah, penjual minuman ringan dan lain-lain).
Untuk besar pinjamanya, untuk tiap individu Rp.300.000,- dengan
pinjarnan selarna 12 bulan, dari 12 bulan tersebut dibagi menjadi 10 bulan
untuk membayar angsuran dan pada 2 bulan awal untuk masa tenggang
memutarkan modal. Pembayaran angsuran pinjaman sebesar Rp.30.000,
tiap bulan yang paling lambat tanggal 5 tiap bulannya dan tanpa dikenakan
bunga pinjaman.
Mengenai prosedur peminjarnan: WKS yang akan mendapatkan modal
bergulir di usulkan oleh pihak keluruhan yang kemudian diajukan ke BAZ
Kecarnatan dan di sarnpaikan ke BAZDA Kota Tangerang, jumlah WKS
yang akan mendapatkan modal bergulir di tentukan pada setiap keluruhan
sebanyak 5 orang.
2. Paket B, untuk program Pinjaman Modal Usaha (PMU)
Pinjaman modal diberikan kepada WK (Wiraswasta Kecil) yang
kekurangan modal untuk pengernbangan usaha atau kepada dhu'afa yang
83
merupakan kelanjutan dari program PDU (Pendayagunaan Dana Ummat
untuk Ummat), hanya saja PDU dengan sistem hibah.
Yang dimaksud WK (Wiraswasta Kecil) itu adalah wiraswasta kecil yang
jenis usaha umumnya, seperti: jual-beli sembako, usaha mebel, penjual
nasi soto dan pecel, tekstil kiloan dan konveksi, temak kambing, jual
limbah kayu dari pabrik, dan lain-lain. WK ini tingkatannya sudah agak
lumayan dari WKS.
Besar pinjaman di setiap kecamatan maksimal Rp.5.000.000,-. Mengenai
pembagian modal usaha Rp.5.000.000,- diatur oleh pihak BAZ Kecamatan
dan kemudian diajukan ke BAZDA. Rentang waktu pengembalian selama
30 bulan, dikembalikan ke BAZDA kota secara bertahap diatur dalam
skema pinjaman yang disetujui bersama Modal pengembalian di angsur,
pembayaran per 6 bulan sebesar 1/5 atau 20% dari pinjaman. Pinjaman ini
menggunakan sistem mudharabah, yaitu 6 bulan pertama dengan bagi hasil
50%, kedua 40%, ketiga 30%, keempat 20%, kelima 10% dan serta pihak
peminjam diupayakan memberikan shadaqah dan infak.
3. Paket C, untuk Program:
- Program Kemitraan Umum
Kemitraan adalah bentuk usaha patungan (Joint Venture) atau BAZDA
Kota Tangerang dengan patner yang mempunyai usaha mapan atau
membuat unit usaha baru dengan modal bersama
Jenis usaha yang menjadi patner adalah jenis usaha apa saja yang halal
dan ditentukan setelah di adakan kaiian kelavakan.
84
Yang menjadi patner adalah tentunya orang muslim yang mempunyai
modal (harta dan kecakapan). Besarnya modal yang akan diinvest
sangat tergantung dari jenis usaha yang dilaksanakan. Mengenai
pengembalian modal dan pembagian keuntungan dirundingkan dengan
patner sesuai dengan saham masing-masing dan tertuang dalam MOU
(Memorandum of Understanding).
- Program Kemitraan Progresif
Program progresif adalah mengembangan dari program kemitraan.
Program ini tidak jauh berbeda dengan program kemitraan. Program
kemitraan progresif dikhususkan bagi pengusaha yang mendadak
membutuhkan bantuan modal untuk usaha atau proyek yang akan
dijalankan. Kriteria dan besarnya pinjaman akan ditentukan oleh
BAZDA langsung. Pengembalian modal pinjaman berjangka waktu
selama sebulan, keuntungan dibagi menjadi 60% untuk pengusaha dan
40% untuk BAZDA.
BAB IV
POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT
BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG
DALAM MENANGGULANGI KEMISKINAN
A. Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota
Tangerang
Zakat merupakan suatu konsep yang di dalamnya berisi ajaran tentang
pemerataan pendapatan, solidaritas antara kaum berpunya terhadap kaum yang
lemah. Di dalam harta orang yang berpunya (kaya) terdapat sebagian kecil harta
orang yang tak berpunya (miskin), karena itu Islam mewajibkan untuk
memberikan sebagian harta yang terkandung dalam harta seseorang tersebut
kepada orang yang berhak menerimanya.
Permasalahan zakat pada akhirnya berkembang sejalan dengan kemajuan
zaman. Zakat yang disalurkan secara pribadi dirasa kurang berdampak besar
terhadap kemaslahatan ummat kbususnya para mustahik. Sebab zakat yang
dikeluarkan langsung oleh muzakki kepada mustahik l:.anya sesaat dirasakan
manfaatnya. Karena itu perlu dilakukan perubahan terhadap pola penyaluran dana
zakat ke arah yang sifatnya jangka panjang dan produktif.
Zakat yang ada harus disalurkan melalui sebuah badan kbusus atau
lembaga yang benar-benar secara serius mengelola dana-dana zakat baik lembaga
pemerintahan atau non-pemerintahan. Dengan adanya sebuah lembaga yang
mengelola dana zakat tersebut, diharapkan permasalahan sosial yang dihadapi
oleh umat Islam kbususnya bangsa Indonesia dalam mengatasi dapat terpecahkan.
86
Perlu adanya manajemen agar semua yang diharapkan bisa tercapai,
manajemen organisasi zakat ; pertarna. amanah, artinya sifat amanah merupakan
syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat, karena ha! ini
bersangkutan dengan moral dan akhlak. Kedua Profesonal, artinya hanya dengan
professional yang tinggi dana-dana zakat yang dikelola akan menjadi efektif dan
efesien, jadi dengan amanah saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan
professional. Ketiga. Transparan, dengan transparan menciptakan kontrol yang
baik. Dari ketiga unsur manajemen zakat, pihak BAZDA selalu menggunakan
unsur-unsur tersebut dalam melaksanakan program.
Dalam mengelola dan menyalurkan dana zakat sangat dibutuhkan adanya
sebuah konsep yang matang, khususnya konsep tentang penyaluran dana zakat
yang berorientasi pada manfaat produktif, meskipun manfaat secara konsumtif
tidak diabaikan sepenuhnya. Salah satu lembaga pengelolaan dana zakat yang
bernaung dibawah pemerintah Kota Tangerang yang ada di Indonesia adalah
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang. Lembaga zakat
pemerintahan ini berperan dalam mengelola dana zakat yang terkumpul dari
masyarakat Kota Tangerang pada umumnya, baik dari lembaga pengumpul dana
zakat di kecamatan atau di kelurahan disekitar daerah Kota Tangerang maupun
muzakki yang menyetorkan langsung ke BAZDA Kota Tangerang dan
menyalurkan dana zakat tersebut kepada para mustahik yang membutuhkan yang
berada di daerah Kota Tangerang.
Sebagaimana pengertian zakat adalah proses optimalisasi distribusi dana
zakat lll!ar lebih efektif. bermanfaat dan berdavlll!llila. Maka dalam menentukan
87
pola pendayagunaan dana zakat, skala prioritas harus ditetapkan dengan melihat
kebutuhan dan kesesuaian yang ada di masyarakat.
Dalam pendayagunaan zakat, ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan
yaitu:
1. Diberikan kepada delapan ashnaf
2. Manfaat zakat itu dapat diterima dan dirasakan manfaatnya
3. Sesuai dengan keperluan mustahik (konsumtif dan produktit).1
Pendayagunaan zakat yang dikumpulkan oleh Badan Amil Zakat
diarahkan pada program-program yang memberi manfaat jangka panjang untuk
perbaikan kesejahteraan mustahik. Pendayagunaan zakat pada prinsipnya
bertujuan untuk meningkatkan status mustahik menjadi muzakki, melalui
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan sosial serta
pengembangan ekonomi.
Adapun langkah konkrit dalam mendayagunakan dana zakat, maka
BAZDA Kota Tangerang melaksanakan tugasnya dalam pendayagunaan zakat
berupa:
1. Melaksanakan pelatihan keterampilan.
Aplikasi pemberdayaan pengusaha kecil dan mikro, maka BAZDA Kota
Tangerang melaksanakan pelatihan keterampilan, salah satunya dengan
memberikan pelatihan pembuatan Mie Ayam yang bekerjasama dengan
indofood. Adapun pesertanya adalah perwakilan 1 orang dari setiap
kecamatan yang ada di Kota Tangerang.
88
2. Memberikan bea siswa berkelanjutan.
Bea siswa diberikan unruk meningkatkan kualitas diri yang tidak hanya
bertumpu pada kecerdasan intelektual, melainkan juga pada dasar-dasar
moral serta akhlakul karimah. Bea siswa ini diberikan unruk pelajar dan
mahasiswa yang memiliki potensi, prestasi (bisa mempertahankan
prestasinya) serta memiliki akhlak yang baik.
3. Melaksanakan bimbingan usaha agar tegar madiri dan berakhlak mulia.
Dalam ha! ini BAZDA mengadakan pertemuan bulanan unruk
memberikan motivasi dan sharing kepada peserta yang menerima modal
unruk usaha. Dalam program ini dibungkus dengan acara pengajian unruk
membina para mustahik agar memiliki akhlak mulia.
4. Melaksanakan kerjasama usaha dengan pihak lain unruk lebih
meningkatkan dan memperluas jaringan pemberdayaan ekonomi mandiri.
Pihak BAZDA membuka pintu lebar-lebar bagi pengusaha yang ingin
bekerjasama. Hal ini bertujuan meningkatkan pemberdayaan ekonomi
mandiri serta unruk memperluas jaringan usaha. Program ini dibungkus
dengan program kemitraan.
5. Menciptakan lapangan kerja baru unruk para mustahik.
Dengan memberikan pelatihan keterampilan dan memberikan modal unruk
usaha merupakan salah satu langkah membuka lapangan kerja baru bagi
para mustahik yang ingin berusaha dan merubah hidupnya.
89
Seclangkan BAZDA Kota Tangerang menyalurkan clana zakatnya sebagai
dana charity (bantuan sesaat) clan menganut prinsip manfaat dan produktif dalam
kemasan sebagai berikut:2
1. Paket Senyum.
Santunan anak yatim piatu, orang tua jompo clan bantuan sarana
keagamaan.
2. Paket Mawaddah Fil Qurba (Pendekatan Kasih Sayang).
Memberikan beasiswa, keterampilan clan bimbingan usaha disertai modal
agar lebih tegar mandiri.
3. Paket Bulan Sabit Hijau.
Memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu'afa clan sanitasi
lingkungan.
4. Paket Tabligh As-Sakinah.
Pembentukan akhlak mulia para mustahik untuk mengkaji masalah
masalah yang dihadapi.
5. Paket Baitul Qirath.
Lembaga keuangan mikro sebagai hasil infak atau shadaqah para mustahik
yang dibina dalam Usaha Kecil Sekali (UKS) atau Usaha Kelompok
Bersama (UKB).
Pada kemasan paket Mawaddah Fil Qurba inilah program pendayagunaan
pada BAZDA Kota Tangerang berpijak, karena paket ini merupakan program
pemberdayaan ekonorni clan pengembangan usaha para kaum dhu'afa, BAZDA
90
Kota Tangerang memiliki pola pendayagunaan tersendiri dalam rangka aplikasi
program kerja BAZDA Kota Tangerang yang dibagi dalam tiga paket yaitu:
1) Paket A, untuk program Modal Bergulir (MB)
Pinjaman ini diberikan kepada WKS (Wiraswasta Kecil Sekali) sebagai
tambahan modal bagi WKS yang sudah mempunyai usaha dan mempunyai
peluang untuk ditingkatkan atau yang pemah menjadi WKS tapi modalnya habis
karena alasan yang dibenarkan. Untuk saat ini berjalan dengan sistem usaha
kelompok, masing-masing kelompok 10 orang yang diusulkan dari tiap kecamatan
kepada BAZDA Kota Tangerang.
Yang dimaksud WKS (Wiraswasta Kecil Sekali) itu adalah penjualan
sayuran, pedagang gado-gado, penjual kecil di pasar, penjual keliling (tukang
bakmi, tukang bakso, tukang buah) atau pedagang kecil yang mangkal (tukang
koran/majalah, penjual minuman ringan dan lain-lain).
Untuk besar pinjamanya, untuk tiap individu Rp.300.000,- dengan
pinjaman selama 12 bulan, dari 12 bulan tersebut dibagi menjadi 10 bulan untuk
membayar angsuran dan pada 2 bulan awal untuk masa tenggang memutarkan
modal. Pembayaran angsuran pinjaman sebesar Rp.30.000,- tiap bulan yang
paling lambat tanggal 5 tiap bulannya dan tanpa dikenakan bunga pinjaman.
Mengenai prosedur peminjaman: WKS yang akan mendapatkan modal
bergulir di usu1kan oleh pihak keluruhan yang kemudian diajukan ke BAZ
Kecamatan dan di sampaikan ke BAZDA Kota Tangerang, jumlah WKS yang
akan mendapatkan modal bergulir di tentukan pada setiap keluruhan sebanyak 5
oran11:.
91
Kontrol pelaksanaan di monitoring oleh BAZ Kecamatan yang telah
ditunjuk seeara intens, tetapi tetap tidak terlepas kontrol dari BAZDA Kota
Tangerang.
Pada periode 2006-2007 BAZDA mengumpulkan dana ZIS sebesar
Rp.388.924.460,- dan alokasi untuk pemberdayaan ekonomi sebesar
Rp.43.500.000,- untuk modal bergulir seluruhnya 14 kelompok dengan rincian
sebagai berikut:
a
b.
e.
d.
e.
f.
g.
NO. I. 2. 3. 4. 5.
6. 1. 8. 9.
Kee. Cipondoh : 3 kelompok
Kee. Tangerang : 3 kelompok
Kee. Neglasari : 3 kelompok
Kee. Karawaci : 1 kelompok
Kee. Batu Ceper : 2kelompok
Kee. Priuk : 1 kelompok
Kee. Pinang : 1 kelompok
TabeL5
Daftar Penerima Bantuan Modal Bergnlir
Kecamatan Cipondoh 2007
NAMA ALAMAT USAHA Acih Ku. Gunun11: Rt.04/03 Warun11: Emi Suhaemi Jl.KH.Hasvim Ashari Rt.03/02 Warun2 Nemik JLKH.Hasvim Ashari Rt.03/02 Warun1>; Salmah Cinondoh Rt.O 1/03 Warun2 Sumantrl Ko. Gtllluntz Rt.04/03 Ped.Rokok
AcbmadRudi Ketanan" Rt.O 1/06 Pe Carolina Laurensia Griva Indah No, 12 Rt.05/01 Ped, Klonton2 Hanniyatun Ketanan2 Rt.02/02 Pedairan" Ita Julvati JI. Darussalam VII Rt.06/01 Pedagang
KELURAHAN
CIPONDOH
KET AP ANG
92
11. Marhumah JI. Kihajar Dewantoro Rt.03/04 Mie Rebus 12. Maryuti Gonclrong Rt.01/03 Nasi Uduk GONDRONG 13. Mursinah Gonclrone Rt.02/10 Ped. Savuran 14. Nenih JI. Kihaiar Dewantoro Rt.04/01 Nasi Uduk 15. Ruoiah JI. H. Mansur Rt.002/05 Ped. Savuran
16. Dahliah JI. Tueu K•rva 1 Rt.04/03 Tukang Pakaian PORIS 17. Khusnah JI. Panglima Polim Rt.02/05 Tukane Pakaian PLAWAD 18. Mardiah JI. Panglima Polim Rt.02/05 Ped. Rokok 19. Mariyati JI. KH. Mustofu Rt.01/04 Tukang Jahid UTARA
20. Sukavah Puri Dewata lndah Rt.06/06 Nasi Uduk
21. Ango:raini JI. Panelima Polim Rt.01/03 Wanmg 22. Eli Hermawati JI. Panglima Polim Rt.04/03 Wanmg PORlS 23. Neateman JI. Pan<'lima Polim Rt.04/03 Wanmg 24. Robiah JI. Pemban!!llllan Rt.02/03 Wanmg PLAWAD 25. Sunarti JI. Pan.,lima Polim Rt.03/03 Wanmg
26. Ar JI. Alhidayah Rt.04/03 Pedagaog Nasi
27. Budi JI. Nurul Yaqin Rt.04/04 Ped. Kelontong PORIS 28. Harnimah JI. Perdamaian Rt.O 1/03 Pedagaog Nasi PLAWAD 29. Sahri Irawan JI. Nurul Y aqin Rt.04/04 Ped. Kelontong IND AH 30. Sri Mastuti JI. H. ridan 1 Rt.02/02 Pedagang Kopi
31. Limah Kenanga Rt.03/01 Wanmg
32. Maesaroh Kenanga Rt.03/02 WanmgNasi
33. Nursiah Kenanga Rt.03/02 Wanmg KENAN GA 34. Sudarto Kenanga Rt.03/02 Wanmg
35. Syarifuddin/Masripah Kenanga Rt.03/02 Wanmg
36. Dulhadi Bin Wahid Kp. Dongkal Rt.008/03 PedagangEs
37. Ptijrull Porls Ibdah Balok E/744 Rl.13/0S Empek-empek CIPONDOH 38. Asna Diansyah Kp. Dongkal Rt.008/03 Batagor IND AH 39. Marini Kp. Dongkal Rt.007 /03 Otak-otak
40. Mudini Kp. Dongkal Rt.007 /03 Bakso
41. Jamilatief Rt.01/03 Toko Alat Jahit
42. H. Masari JI. M. Hasanuddin Rt.01/03 AyamPotong CIPONDOH 43. Mahluddin Rt.01/03 Pedagang Dean MAKMUR 44. Mulyanah Sipon Cipondoh Rt.01/03 Toko Klontong
45. Suadah JI. Karya Bakti No.20 Rt.O 1/02 Ped. Sayur
46. Hariroh JI. KH. A. Dahlan Rt.06/01 Pedagaog
47. Mailiyah Cantiga Rt.01/06 Pedagang
48. Mas'ud Basyar Kp. Petir Gg. H. Lebe Rt.09/01 Pedagaog PETIR 49. Rumsiah JI. KH. A. Dahlan Rt.02/01 Pedagaog
50. Y azid Hatomi JI. KH. A. Dahlan Rt.06/01 Pedagang
93
2) Paket B, untuk program Pinjaman Modal Usaha (PMU)
Pinjaman modal diberikan kepada WK (Wiraswasta Kecil) yang
kekurangan modal untuk pengembangan usaha atau kepada dbu'afa yang
mempunyai kecakapan kemampuan clan peluang usaha. PMU ini merupakan
kelanjutan dari program PDU (Pendayagunaan Dana Ummat untuk Ummat),
hanya saja PDU dengan sistem hibah.
Yang dimaksud WK (Wiraswasta Kecil) itu adalah wiraswasta kecil yang
jenis usaha umumnya, seperti: jual-beli sembako, usaha mebel, penjual nasi soto
clan pecel, tekstil kiloan clan konveksi, temak kambing, jual limbah kayu dari
pabrik, clan lain-lain. WK ini tingkatannya sudah agak lumayan dari WKS.
Besar pinjaman di setiap kecamatan maksimal Rp.5.000.000,-. Mengenai
pembagian modal usaha Rp.5.000.000,- diatur oleh pihak BAZ Kecamatan clan
kemudian diajukan ke BAZDA. Rentang waktu pengembalian selama 30 bulan,
dikembalikan ke BAZDA kota secara bertahap diatur dalam skema pinjaman yang
disetujui bersama. Modal pengembalian di angsur, pembayaran per 6 bulan
sebesar 1/5 atau 20% dari pinjaman. Pinjaman ini menggunakan sistem
mudbarabah, yaitu 6 bulan pertama dengan bagi hasil 50%, kedua 40%, ketiga
30%, keempat 20%, kelima 10% clan serta pihak peminjam diupayakan
memberikan shadaqah clan infak.
Kontrol pelaksanaan sama dengan program MB, BAZ Kecamatan secara
intens melakukan kontrol, tetapi tetap tidak terlepas kontrol dari BAZDA Kota
Tangerang.
94
Untuk program Peminjaman Modal Usaha (PMU) sebanyak sembilan
orang, dengan rincian sebagai berik:ut:
a.
b.
c.
d.
e.
NO.
l.
2.
3.
Kee. Batu Ceper : 2 orang
Kee. Neglasari : 2orang
Kee. Cipondoh : 3 orang
Kee. Larangan : I orang
Kee. Pinang : I orang
Tabel.6
Daftar Penerima Bantuan Peminjaman Modal Usaha
Keeamatan Cipondoh 2007
NAMA ALAMAT US AHA JUMLAH
A.Rogayah JI. KH. Hasyim Ashari Warung Rp.5.000.000
No.66 Rt.01/02 Semboko
An. Eka Setiati Puri Dewata Indah Cattering Rp2.500.000
No21 Rt.01/06
JamiLatief JI. Maulana Hasanuddin Semba.'<o Rp.2.500.000
No.3 Rt.O 1/03
KELURAHAN
Kenanga
Poris Plawad Utara
Cipondoh Malonur
3) Paket C, untuk Program :
a) Program Kemitraan Umum
Kemitraan adalah bentuk usaha patungan (Joint Venture) atau BAZDA
Kota Tangerang dengan patner yang mempunyai usaha mapan atau
95
Jenis usaha yang menjadi patner adalahjenis usaha apa saja yang halal
dan ditentukan setelah di adakan kajian kelayakan.
Yang menjadi patner adalah tentunya orang muslim yang mempunyai
modal (harta dan kecakapan). Besarnya modal yang akan diinvest
sangat tergantung dari jenis usaha yang dilaksanakan. Mengenai
pengembalian modal dan pembagian keuntungan dirundingkan dengan
patner sesuai dengan saham masing-masing dan tertuang dalam MOU
(Memorandum of Understanding).
Untuk program kemitraan umum pada tahun 2007 ini telah berjalan
kerjasama dengan usaha "Depot Air Isi Ulang" yang bertempat di
Kecamatan Karawaci dan "Klinik Restu lbu" di Kecamatan Periuk.
b) Program Kemitraan Progresif
Program progresif adalah mengembangan dari program kemitraan.
Program ini tidak jauh berbeda dengan program kemitraan. Program
kemitraan progresif dikhususkan bagi pengusaha yang mendadak
membutuhkan bantuan modal untuk usaha atau proyek yang akan
dijalankan. Kriteria dan besarnya pinjaman akan ditentukan oleh
BAZDA langsung. Pengembalian modal pinjaman berjangka waktu
selama sebulan, keuntungan dibagi menjadi 60% untuk pengusaha dan
40% untuk BAZDA.
Untuk program kemitraan progresif telah berjalan yang dijalani oleh
Bapak Syaeful Ikhsan dengan usaha "pembuatan tas serta
nemasarannva" di Kecamatan Cioondoh.
96
Dalam proses pemberdayaan dan pemberian pmJaman modal usaha,
BAZDA Kota Tangerang menggunakan metode:
I. Seleksi
2. Pengarahan
3. Pembekalan
4. Pelatihan
5. Pemberian atau pinjaman modal
6. Penilaian, untuk menilai layak atau tidaknya mustahik menerima bantuan
kembali dilihat dari kemajuan dan kemundurannya dalam menjalankan
usaha.
Penyaluran dana ZIS untuk bantuan dalam bentuk pinjaman modal usaha
memang mempunyai resiko macet, penyebabnya bisa jadi karena usaha mustahik
bangkrut, mustahiknya pindah alamat atau mustahiknya meninggal dunia sedang
ahli warisnya tidak mampu membayar. BAZDA Kota Tangerang pun mengalami
hal demikian, ada sebagian mustahik tidak mampu membayar cicilan pinajaman,
tetapi BAZDA Kota Tangerang memiliki solusi tersendiri yakni melakukan
pendekatan-pendekatan kepada mustahik diantaranya menganalisa masalah yang
urgent kenapa hal itu bisa terjadi, apakah penyebab terkait dengan modal, sumber
daya manusia atau hal yang lainnya. Dan BAZDA Kota Tangerang pun
mempunyai langkah-langkah preventif agar dana bantuan itu dapat digulirkan
kepada yang lainnya. Usaha yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang antara
lain dengan membuat perjanjian antara BAZDA Kota Tangerang dengan calon
mustahik untuk menaembalikan dana beruna surat nerianiian vana ham.~
97
ditandatangani kedua belah pibak, yakni antara mustahik yang meminjam modal
dengan pengurus BAZDA Kota Tangerang.
B. Hasil-hasil di Lapangan
Pada setiap tahunnya besar prosentase ZIS yang disalurkan untuk
mustahik disesuaikan dengan perkembangan sosial masyarakat Tangerang dengan
terlebih dahulu di musyawarahkan melalui Rapat Badan Pembina kemudian di
tetapkan dengan keputusan BAZDA Kota Tangerang.
Untuk pendayagunaan basil pengumpulan ZIS BAZDA Kota Tangerang
pada periode 2006-2007 disalurkan sesuai dengan basil musyawarah antara
Dewan Pertimbangan, Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas di tetapkan sebagai
berikut:3
- Untuk Fakir Miskin 54%
- Untuk Sabilillah
- Untuk Muallaf
- Untuk Gharimin
Untuk Ibnu Sabil
- Untuk Amilin
33,4%
1,8%
0,9%
0,9%
9%
Pemberian bantuan ini disesnaikan dengan kebutuhan nyata atau kondisi
(skala prioritas), kemudian aspek bantuan yang diberikan kepada mustahik
tersebut antara Jain bantuan fakir miskin yakni bantuan yang bersifat produktif
dan konsumtif, sedangkan untuk sabilillah untuk pembangunan baik yang bersifat
98
, fisik maupun non-fisik, sedangkan umtuk muallaf, gharimin dan ibnu sabil
mendapatkan bantuan yang bersifat konsumtif.
Dalam penyaluran/pengeluaran dana ZIS terbagi dua yaitu bagian
penyaluran dari dana zakat dan penyaluran dari dana infak dan sedekah.
Penyaluran dari dana zakat khusus dialokasikan untuk delapan aslmaf, sedangkan
penyaluran yang terkumpul dari dana infak dan sedekah untuk pemberdayaan
usaha produktif dan keperluan operasional BAZDA, seperti; insentif pengurus,
kendaraan operasional, publikasi, kesekretariatan dan lain-lain.
Dengan demikian bila penyaluran dan kontrol yang dilakukan BAZDA
Kota Tangerang secara baik, serta dengan memperhatikan skala prioritas
penyaluran dana ZIS, maka dana ZIS benar-benar akan terasakan fungsi dan
manfaatnya oleh para mustahik.dan tentunya yang sangat diharapkan dari
penyaluran dana ZIS kepada mustahik adalah bagaimana nantinya para mustahik
bukan lagi sebagai penerima dana ZIS akan tetapi sebagai muzakki yang
memberikan dana ZIS.
Dalam mekanisme penyaluran dana ZIS, BAZDA Kota Tangerang
melakukan beberapa tahapan:
1. Bantuan diberikan atas dasar rekomendasi BAZ Kecamatan, karena BAZ
Kecamatan berada dibawah naungan BAZDA Kota Tangerang.
2. Bantuan diberikan sesuai kemampuan anggaran yang dialokasikan
BAZDA Kota Tangerang. Maksudnya apabila anggaran tersebut di luar
batas atau tidak sesuai dengan kemampuan anggaran yang dialokasikan
99
BAZDA Kota Tangerang, dana tidak diberikan atau hanya diberikan
sebagai dana yang diminta.
Selanjutnya dalam mekanisme penyaluran bantuan pada BAZDA, berawal
dari BAZ Kecamatan. Artinya, proposal kegiatan yang diajukan oleh panitia
pelaksana yang ada di kelurahan dengan melampirkan foto copy KTP baik ketua,
sekretaris, maupun bendahara. Misalnya, meminta bantuan dalam kegiatan sosial
atau membentuk Usaha Kecil Sekali (UKS) dan Usaha Kelompok Bersama
(UKB).
Setelah proposal diajukan, harus ada rekomendasi dari kelurahan dan
tokoh masyarakat daerah yang bersangkutan. Setelah itu proposal di seleksi
kelayakannya di kecamatan, kemudian diusulkan ke BAZDA Kota Tangerang
dengan skala prioritas. Setelah diusulkan kepada BAZDA Kota Tangerang,
kemudian bantuan diberikan sesuai anggaran yang telah dialokasikan BAZDA
Kota Tangerang.
Dalam proses pencairan dana bantuan, ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan yaitu:
I. Surat usulan atau proposal masuk ke sekretariat (kegiatan operasional
BAZDA) setelah ada rekomendasi dari BAZ Kecamatan.
2. Disposisi dari ketua ke wakil ketua yang membidanginya Artinya, badan
pelaksana (ketua BAZDA) memberikan wewenang kepada wakil ketua,
misalnya dalam BAZDA ada wakil ketua 1 yang bertugas sebagai
pengumpul dan pendayagunaan.
100
3. Disposisi wakil ketua ke seksi yang melaksanakan melalui secretariat.
Maksudnya, setelah wakil ketua 1 diberikan wewenang tersebut kepada
seksi yang melaksanakan melalui sekretariat atau kegiatan operasional
BAZDA Kota Tangerang, misalnya, secretariat "membentuk Usaha Kecil
Sekali (UKS) dan Usaha Kelompok Bersama (UKB)".
4. Sekretariat mendistribusikan proposal tersebut di atas ke seksi pelaksana
teknis untuk dikaji kelayakan mendapat bantuan dan merekomendasi
kepada wakil ketua yang membidanginya agar mendapat persetujuan.
Atrinya, pelaksana teknis disini adalah orang berkompenten dan mengerti
tentang UKS dan UKB, yang selanjutnya proposal tersebut dikaji
kelayakannya. Apakah proposal tersebut layak mendapatkan bantuan atau
tidak? Apabila proposal tersebut layak mendapatkan bantuan, maka
proposal tersebut direkomendasikan kepada wakil ketua 1 agar mendapat
persetujuan.
5. Wakil ketua yang membidangi memberikan disposisi ke bendahara untuk
pencairan dana dan disesuaikan dengan kemampuan anggaran.
6. Bendahara koordinasi dengan ketua untuk pencairan dana.
7. Bendahara memberikan dana bantuan kepada pemohon dengan bukti
kuintasi sesuai aturan yang berlaku.
Dari pemberian bantuan Modal Bergulir dan Pinjaman Modal Usaha yang
diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang kepada mustahik, tranformasi
101
pemberdayaan yakni menuju kemandirian mustahik dan mustahik menjadi
muzakki cukup berhasil, di antara mustahik yang telah menjadi muzakki adalah:4
I. Bapak Jasim Damiri, beralamat di Kp. Kunciran RT.003/03, Kelurahan
Kunciran Kecamatan Pinang. Jenis usahanya adalah usaha sembako,
Bapak Jasim ini termasuk mustahik yang menerima dana bantuan modal
usaha dari program PDU (Pendayagunaan Dana Umat untuk Umat) tahun
2005-2006.
2. Bapak H. Jawahir, beralamat di n.H. llyas RT.001/03 Kelurahan
Peninggilan Utara Kecamatan Ciledug, jenis usahanya adalah service
telepon alat-alat listrik. Bapak Jawahir ini juga termasuk mustahik yang
mendapatkan dana bantuan modal usaha dari program PDU
(Pendayagunaan Dana Umat untuk Umat) tahun 2004-2005.
3. Bapak Kemal Pasya, beralamat di JI. Slada Raya No.4 RT.001/08
Kelurahan Cibodas Kecamatan Cibodas, jenis usahanya adalah usaha
konveksi atau dagang kain, Bapak Kemal ini juga termasuk mustahik yang
menerima bantuan modal usaha dari program PDU pada tahun 2004-2005.
4. Bapak Saefuddin, beralamat di JI. Mujaer I No.140 RT.005/10 Kelurahan
Karawaci Barn Kecamatan Karawaci, jenis usahanya adalah usaha mebeul,
Bapak Kemal ini juga termasuk mustahik yang menerima bantuan modal
usaha dari program PDU pada tahun 2004-2005.
5. Siti Syariah, beralamat di n. Larinda Timur Raya No.16 RT.00/07
Kelurahan Larangan Indah Kecamatan Larangan, jenis usahanya adalah
102
usaha penjual sembako, Siti Syahriah ini mustahik yang mendapatkan
bantuan modal usaha dari program PMU pada tahun 2005-2006.
6. Bapak Usman, beralamat di Kecamatan Batuceper, jenis usahanya adalah
usaha rumah makan, Bapak Usman ini mustahik yang mendapat bantuan
modal usaha dari program PMU 2005-2006.
7. Muslilah Nurul Hasanah, beralamat di Kecamatan Priulc, jenis usahanya
Bimbel (bimbingan belajar), termasuk mustahik yang menerima bantuan
modal usaha dari program PMU tahun 2005-2006.
Dengan demikan pentingnya peran BAZDA Kota Tangerang dalam upaya
pengembangan masyarakat dalam menunjang keberhasilan membangun ataupun
mengembangkan usaha yang telah dijalani masyarakat, BAZDA Kota Tangerang
berharap bantuan modal yang diberikan dapat digunakan sebagaimana mestinya
dan bermanfaat serta dapat membawa perubahan yang signifikan dari kategori
mustahik menjadi muzakki.
C. Analisis
Problematika kemiskinaan serentak hampir di seluruh dunia
mengalarninya, bahkan di Indonesia sendiri masalah kemiskinan terus berlanjut
dan berkembang jumlahnya Secara umum masalah kemiskinan merupakan
tanggungjawab negara Kemiskinan tercipta karena pelbagai faktor penyebabnya,
meskipun secara garis besar kemiskinan tercipta karena faktor strukturaJ dan
kultural. Pelbagai macam solusi untuk mengentaskan kemiskinan telah dilakukan,
104
Keberhasilan dan nilai keefektifan suatu lembaga amil zakat dapat dilihat
dari pengelolaan dana zakatnya. Baik dari . penghimpunannya atau
pendayagunaannya Apabila lembaga tersebut mengelola dana ZIS dapat
disalurkan secara tepat sasaran untuk kepentingan masyarakat yang kurang
mampu, maka lembaga tersebut dapat dikatakan berhasil dalam menyelesaikan
permasalahan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan sekaligus
meningkatakan kesejahteraan masyarakat.
Kurangnya animo masyarakat untuk membayar ZIS pada lembaga yang
sudah ada dikarenakan kurangnya rasa percaya masyarakat terhadap lembaga
lembaga ZIS. Akan tet.api bila pengelolaan dan pemanfaat.an dana ZIS yang baik
akan menciptakan kepercayaan masyarakat, sehingga terjadinya simbiosis
mutualisme dan masyarakat pun akan terketuk hatinya untuk menyalurkan
dananya kepada BAZDA Kot.a Tangerang daripada menyalurkannya secara
langsung kepada mustahik.
Mengenai manajemen pengelolaan zakat, BAZDA Kot.a Tangerang telah
melaksanakan tiga kat.a kunci di atas. Amanah, terbukti masih banyaknya para
muzakki yang menyerahkan dana zakatnya ke BAZDA Kot.a Tangerang,
meskipun jumlah dana zakat yang diterima oleh BAZDA Kot.a Tangerang masih
begitu kecil jika dibandingkan dengan BAZIS DKI, Dompet Dhuafa Repubika,
Rumah Zakat dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
Pemda Kot.a Tangerang yang tidak membuat Perda tent.ang perzakatan, kendati
dari pihak BAZDA Kot.a Tangerang sudak berkali-kali mengajukan Raperdanya
kepada Pemda Kot.a Taneeran!!:. Profesional. terhnkti natla snsnnan ru>nmm•~ v»no
105
berkompenten dan berpengalaman dalam bidangnya yang termaktub dalam
susunan struktur organisasi BAZDA Kota Tangerang. Transparan, adanya
laporan tahunan yang di publikasikan kepada para muzakki dan masyrakat luas.
hnplementasi pandayagunan untuk mengentaskan kemiskinan sudah
berjalan dengan baik. Berupa program cahrity; Paket Senyum (santunan anak
yatim piatu, orang tua jompo dan bantuan sarana keagamaan), Paket Mawaddah
Fil Qurba (Pendekatan Kasih Sayang) berupa memberikan beasiswa,
keterampilan dan bimbingan usaha disertai modal agar lebih tegar mandiri, Paket
Bulan Sabit Hijau (memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu'afa dan
sanitasi lingkungan), Paket Tabligh As-Saldnah (pembentukan akhlak mulia para
mustahik untuk mengkaji masalah-masalah yang dihadapi), Paket Baitul Qirath
(lembaga keuangan mikro sebagai basil infak atau shadaqah para mustahik yang
dibina dalam Usaha Kecil Sekali atau Usaha Kelompok Bersama). Sedangkan
program yang bersifat produktif dan berjangka panjang untuk pemberdayaan
ekonomi dan pengembangan usaha para kaum dhu'afa, BAZDA Kota Tangerang
memiliki pola pendayagunaan tersendiri dalam rangka aplikasi program kerja
BAZDA Kota Tangerang yang dibagi dalam tiga paket yaitu : Pemberian bea
siswa, Pemberian Ketrampilan. Untuk pemberian modal usaha dibagi menjadi;
Paket A, untuk program Modal Bergulir (MB), Paket B, untuk program Pinjaman
Modal Usaha (PMU, Paket C, untuk Program Kemitraan Umum dan Program
Kemitraan Progresif.
Berdasarkan uraian diatas bahwa implentasi dari program pendayagunaan
yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tan!l'eranu ~mfoh "nlmn h,.a, ,fan ,,.f',,.Jrtif' Aalam
106
mengentaskan kemiskinan. Apalagi program pendayagunaan yang bersifat
produktif berupa pinjaman modal usaba, agar para masyarakat yang
membutuhkan bisa merubah kehidupannya secara mandiri dengan usaha yang
dijalaninya, tanpa harus berpangkutangan dengan mengahrapakan santunan.
Dengan beberapa langkah yang telah dilakukan oleh BAZDA Kota
Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan, maka BAZDA Kota Tangerang
berharap agar para mustahik tidak selamanya menjadi mustahik, akan tetapi suatu
saat akan menjadi muzakki dan menjadi donator tetap di BAZDA Kota
Tangerang. Agar adanya keseimbangan antara program pengentaskan kemiskinan
dan biaya operasional, maka pihak BAZDA Kota Tangerang selalu
mensosialisasikan kepada muzakki untuk berzakat di BAZDA Kota Tangerang.
A. Kesimpulan
BABY
PENUTUP
Kemiskinan yang terjadi di Indonesia identik dengan kemiskinan umat
Islam, karena sebagian terbesar penduduk Indonesia adalah mayoritas Muslim.
Kondisi demikian sangat ironis. Islam yang memiliki ajaran dasar pemerataan
ekonomi melalui zakat, karena zakat merupakan bukti otentik sebagai obat
mujarab untuk mengentaskan kemiskinan, asalkan pengelolaannya dan
pendayagunaannya dilakukan oleh negara, karena negara atau pemerintah lebih
mengetahui jumlah yang wajib menerima, ha! ini guna tepat sasaran dan
berjangka panjang. Lembaga yang dibentuk oleh negara seperti BAZDA (Bdan
Amil Zakat Daerah) Kota Tangerang yang memprioritaskan program kerja
pendayagunaan zakat untuk kemiskinan, tentu saja pendayagunaannya yang
bersifat berproduktif agar kaum miskin bisa mandiri dan tidak selalu
berpangkutanggan terhadap santunan.
Pola pendayagunaan dana zakat untuk mengentaskan kemiskinan yang
dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang di kecamatan Cipondoh yaitu dengan
cara dana zakat yang sudah terkumpul kemudian dikelola dan didayagunkan
menurut skala prioritas dengan melihat kebutuhan setempat yang diprogramkan
berupa charity (santunan) yang bersifat produktif, sepeti;
a) Paket Senyum
108
Paket Senyum yaitu santunan anak yatim piatu, orang tua jompo dan
bantuan sarana keagamaan, dalam kemasan ini merupakan bantuan yang
bersifat konsumtif dan insindental saja.
b) Paket Mawaddah Fil Qurba
Yaitu memberikan beasiswa bagi pelajar yang mempunyai prestasi dan
potensi. Memberikan keterampilan bagi msutabik agar bisa dikembagkan
sendiri keterampilan yang telah didapat. Diberikan bimbingan usaha agar
mustabik termotivasi dan termenej dalam meajalankan usahanya. Serta
diberikan modal usaha, seperti;
a. Paket A. program Modal Bergulir, program ini dikhususkan untuk
wiraswasta kecil sekali.
b. Paket B. program Pinjaman Modal Usaha, program ini
dikhususkan untuk wiraswasta kecil.
c. Paket C. Program Kemitraan.
- Kemitraan Umum diperutukan bagi pengusaha yang ingin
bekerjasama dengan pihak BAZDA Kota Tangerang dalam
menjalankan usahanya.
- Kemitraan Progresif diperuntukan bagi pengusaha yang
mendadak mendapatkan peluang usaha atau proyek, akan tetapi
waktunya dipersempit untuk pengembalian dana pinjaman
terse but.
c) Paket Bulan Sabit Hijau.
109
Yaitu Memberikan pelayanan kesehatan bagi kaum dhu'afa dan sanitasi
lingkungan.
d) Paket Tabligh As-Sakinah.
Pembentukan akhlak mulia para mustahik untuk mengkaji masalah
masalah yang dihadapi, ha! ini diaplikasikan dalam bentuk pengajian
bulanan rutin.
e) Paket Baitul Qirath
Lembaga keuangan mikro sebagai hasil infak atau shadaqah para mustahik
yang dibina dalam Usaha Kecil Sekali (UKS) atau Usaha Kelompok
Bersama (UKB).
Dari pola pendayagunaan yang telah dibentuk sehingga mengahasilkan
program-program diatas, keselurahan sudah berjalan dengan baik dan efektif,
sehingga dapat membantu para mustahik dalam kebuntuan hidupnya dan dapat
mengurangi jumlah kemiskinan yang berada di Kota Tangerang.
B. Saran
1. Untuk Pemerintah
Pemerintah atau khususnya pemerintah Kota Tangerang hendaknya lebih
memperhatikan keberadaan lembaga badan amil zakat secara keseluruban
yang berada di Kota Tangerang dan Perda tentang perzakatan segera
terrealisasikan demi menunjang Motto Kota Tangerang "Berakhlakul
Karimah".
2. Bail Badan Amil 7.akat Daerah lRAZDA \ Knfa T"no,,...,.no
110
a) Diharapkan agar selalu memperbaiki diri dalam hal manajemen
perencanaan, pengelolaan, pendayagunaan dan pendistribusian dana
zakat sehingga badan amil zakat daerah Kota Tangerang dapat diterima
penuh oleh kaum muslim sebagai sebuah lembaga pengumpul dan
penyaluran dana zakat yang amanah.
b) Harus lebih inisiatif dan kreatif dalam membuat program
pendayagunaan dana zakat yang bersifat produktif agar lebih berdaya
guna bagi masyarakat
c) Dan yang tak kalah pentingnya juga mengenai penyebaran informasi
tentang pentingnya membayar zakat melalui lembaga zakat juga harus
ditingkatkan sosialisasinya sehingga penyaluran dana zakat tidak
sebatas pada kelompok-kelompok tertentu saja melainkan juga diikuti
oleh masyarakat secara luas.
3. Bagi Masyarakat
Dalam prakteknya masyarakat masih saja kurang percaya terhadap kinerja
lembaga badan arnil zakat. Mulai dari sekarang kita harus menaruh rasa
percaya terhadap lembaga zakat untuk membayar zakat melalui lembaga
tersebut, khususnya para muzaki diharapkan kesadaran tentang pentingnya
membayar zakat dan melalui lembaga zakat serta disiplin membayar zakat,
sehingga dana tersebut dapat disalurkan ke arah yang lebih produktif
sebagai wujud kepedulian sosial kita kepada sesama.
Demikian kesimpulan dan saran yang penulis dapat utarakan, semoga apa
111
perkembangan dan kemajuan lembaga amil zakat, khususnya Badan Amil Zakat
(BAZDA) Kota Tangerang dan pihak yang terkait dan yang terlebih bagi kita
semua pada umumnya.
DAFTARPUSTAKA
Abidin, Hamid, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, Jakarta: Piramedia, 2004.
Abu Bakar Al Husni Imam Taqiyyuddin, Kifayatul Ahyar Tarjamah, Surabaya:
PT Bina Ilmu, 1997, Jilid 1.
Afzaalurrahman, Doktrin Elwnomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995, jilid 1.
Alfian, et.al, Kemiskinan Sruktural : Suatu Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan
Ilmu-ilmu Sosial, 1980.
Ali, Muhammad Daud, Sistem Elwnomi Islam: Zakat dan Wakaf, Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1998, cet. Ke-I.
Ali, Maulana Muhammad, Islamologi, Jakarta: PT. Ikhtiar Barn Van Hoeve, 1997.
Arikunto, Suharsimi Prosedur Suatu Penelitian Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
1992, cet. Ke-1.
Arsip BAWA Kota Tangerang.
Arsip Kecamatan Cipondoh.
Assiba'I, Musthofa Husni, Kehidupan Sosial Menurut Islam, Tuntutan Hidup
Bermasyarakat, alih bahasa M. Adhi Ratomi, Bandung: CV Diponegoro,
1993, cet. Ke-4.
Bariadi, Lili, et.al, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005.
Brosur Info Zakat BAZDA Kota Tangerang.
Bungin Burhan, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003, Cet. Ke-2.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemah, Bandung: Tiara Wacana, 1986,
cet. Ke-1.
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Zakat Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003.
----------, Peraturan Perundang-undangan Pengelolaan Zakat, Jakarta:
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2003.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet. Ke-1.
Doa, Djamal, Membangun Elwnomi Umat Melalui Pengeluaran Zakat Harta,
Jakarta: Nuansa Madani, 2000, cet. Ke-2.
---------------, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Mengentaskan Kemiskinan,
Jakarta: KORPUS, 2004.
Kota Tangerang dalam Angka, 2004.
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Nata, Abuddin, Pengelolaan Zakat dan Infak I Sedekah di DKI Jakarta, Jakarta:
BAZIS DKI, 1999.
Nugroho, Heru, Negara Pasar dan Keadilan Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Cetakan Ke-I.
Permono, Sjechul Hadi, Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pengelola Zakar,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
Profile BAZDA Kota Tangerang.
Pulungan, J. Suyuti, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke-3.
Qardhawi, Yusuf; Al-lbadah Fi Al-Islam, Mesir: Muassasah Al-Risalah, 1979.
---------, Konsepsi Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan, Surabaya: PT.
Bina Ihnu, 1996, cet. Ke-3.
--------------, Hukum Zakar, Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa dan Mizan,
1996, Cet ke-4.
--------------, Musykilah Al-faqr wa Kalfa 'Alajaha al-Islam, Mesir: Dar Ihya al-
Kutub al-Arabia, 1973.
Rahmat, Jalaluddin, Islam Aktual, Bandung: Mizan, 1998, cet. Ke X.
-------, IslamAlternatif, Bandung: Mizan, 1997, cet. Ke-7.
Ra'na, Irfan Mahmud, Sistem Elwnomi Pemerintahan Umar bin Khatab, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1997, cet. Ke-3.
Shihab, M. Quraish, WawasanAl-Qur'an, Bandung: Mizan, 1994.
Tulus, H, Kebijakan Pemerinlah dalam Pengelolan Zakal dan Waka/, Jakarta:
Pusat Bahasa dan Budaya UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2003.
Y afie, Ali, Menggagas Fiqih Sosial, Bandung: Mizan, 1994.
Hasil wawancara peneliti dengan :
Narna
Jabatan
Tempat
Tanggal
Waktu
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
: Ir. Nur Tachlis, MM.
: Kasie. Pendayagunaan
: Kantor BAZDA Kota Tangerang
: 12 Mei 2008
: 12.20 WlB-14.15 WlB
: Apa program pendayagunaan dana zakat dalarn mengentaskan
kemiskinan yang ada di BAZDA Kota Tangerang?
: Program pendayagunaan dana zakat BAZDA mempunyai
program tersendiri untuk mengentaskan kemiskinan yaitu; Paket
Senyum., Paket Mawaddah Fil Qurba, Paket Bulan Sabit Hijau,
Paket Tabligh As-Sakinah, dan Paket Baitul Qirath. Pada
kemasan paket mawaddah jil qurba inilah program
pendayagunaan dibidang ekonomi pada BAZDA Kota
Tangerang, dibagi dalam tiga paket yaitu: Paket A, untuk
program Modal Bergulir (MB), Paket B, untuk program
Pinjaman Modal Usaha (PMU), dan Paket C, untuk Program:
Program Kemitraan Umum dan Program Kemitraan Progresif
: Bagaimana pola pendayagunaan dana zakat yang dilakukan oleh
BAZDA Kota Tangerang untnk pengentasan kemiskinan?
: Dari dana zakat yang telah dikumpulkan dibagi menurut skala
prioritas untuk didayagunakan bagi mustahik.
: Siapa saja yang mendapat bantuan dari BAZDA Kota
Tangerang?
: Secara keseluruhan mustahik yang berada di Kola Tangerang,
akan tetapi mustahik yang dimaksud mustahik yang
membutuhkan dan ingin berkembang.
: Berupa barang atau uang modal?
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
: Mayoritas diberikan berupa uang modal, agar bisa
dikembangkan. Ka/au barang, tidak ada dan berkesan BAZDA
menjadi tukang kredit.
: Bagaimana mekanisme prosesnya? Dan pengembaliannya?
: Program yang bersifat produktif mekanisme pemilifaman
melalui proposal yang dibuat oleh pihak peminjam yang
diajukan ke BAZ Kecamatan yang kemudian BAZ Kecamatan
yang menyampaikan ke BAZDA. Dari pihak BAZDA yang
mensurvey dan memberi penilaian kelayakan.
: Apakah program pengentasan kemiskinan menjadi prioritas
dalam program kerja BAZDA Kota Tangerang?
: Tentu saja, program yang telah dibuat untuk membantu para
mustahik atau bisa dikatakan untuk mengentaskan kemiskinan,
karena ini meraupakan misi dari BAZDA "membantu mengatasi
kaum dhua 'fa secara proaktif. serta menumbuh kembangkan
ekonomi umat miskin. "
: Apakah program pengentasan kemiskinan sudah efektif?
: Sejauh ini program pengentasan kemiskinan sudah beljalan
dengan baik dan efektif. meskipun masih banyak yang harus
dibenahi.
: Bagaimana basil pelaksanan program untuk mengentaskan
kemiskinan?
: Hasilnya sudah cukup baik, terbukti dengan adanya mustahik
yang bisa menjadi muzakki dengan adanya bantuan ekonomi
dari BAZDA dan program ini sudah berjalan kurang lebih
selama tiga tahun.
: Bagaimana pelaksanaan pengawasan yang dilakukan?
: Pelalrsanaan pengawasan dilakukan oleh BAZ Kecamatan,
karena BAZ Kecamatan masih dibawah naungan BAZDA dan
tanpa lepas tangan dari pengawasan pihak BAZDA langsung.
Tanya
Jaw ab
:Apakah yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam
pelaksanaan program pengentasan kemiskinan?
: Faktor yang menjadi penghambat yaitu; kurang adanya
dukungan dari Pemda Kofa Tangerang (be/um adanya Perda
yang mengatur tentang perzakatan), masih adanya sebagian
kecamatan yang be/um ingin memanfaatkan alokasi dana ZIS
yang telah dianggarkan BAZDA untuk pemberdayaan ekonomi,
pengawasan atau kontrol yang dilakukan oleh BAZ Kecamatan
kurang berjalan dengan baik, dan kurangnya dana Z/S yang
masuk. Sedangkan faktor pendukung yaitu; keljasama yang baik
dengan koordinator usaha kelompok yang membantu melakukan
kontrol terhadap kelompoknya, para mustahik memanfaatkan
program yang bersifat produktif (dana yang dialokasikan dapat
terrealisasi dengan baik dan tepat guna).
Narasumber Pewawancara a.-,
Sholahuddin
Hasil wawancara peneliti dengan :
Nama
Status
Alamat
Tempat
Tanggal
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
: Sukayah
: Penerima Bantuan Modal Bergulir
: JI. Puri Deawta Indah Rt.06/06
Poris Plawad Utara - Cipondoh
: Warung Thu Sukayah
: 09 Juni 2008
: Berapa jumlah keluarga Bapak/lbu?
: Jumlah keluarga saya ada 3 (tiga) orang, I (satu) anak puteri
: Apa pendidikan terakhir Bapak/lbu?
: Pendidikan saya cuma sampai SD (Sekolah Dasar)
: Berapa pengeluaran Bapak/lbu selama sebulan?
: Rp.J.500.000,- (termasuk pengeluaran untukjualan)
: Dalam tingkatan ekonomi, apakah Bapak/Ibu tergolong dalam
tingkat ekonomi?
: Miskin
: Usaha apa yang sedang Bapak/Ibu tekuni sekarang ini?
: Warung Nasi Uduk
: Berapa jumlah pinjaman yang diperoleh dari BAZDA Kota
Tangerang?
: Rp.300.000,-
: Berapa bunganya yang harus diangsur?
: Tidak dikenakan bunga pinjaman
: Apakah setelah memperoleh pinjaman, usaha yang dijalani
mengalami peningkatan?
: Biasa-biasa saja
: Apakah Bapak/lbu merasa tertolong dengan adanya bantuan dari
BAZDA Kota Tangerang?
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
: Apa yang Bapak/Ibu rasakan dari adanya program pinjaman
modal usaha yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang?
: Membantu keuangan saya
: Dari segi perekonomian apakah Bapak/Ibu merasa pendapatan
Bapak/Ibu menjadi meningkat setelah mendapatkan pmJaman
modal usaha dari BAZDA Kota Tangerang?
: Menambah pemasukan keuangan
Narasumber Pewawancara
~=3 Sukayah
Hasil wawancara peneliti dengan :
Nama : Sumantri
Status : Penerima Bantuan Modal Bergulir
Alamat : JI. Kp. Gunung Rt.04/03
Tempat
Tanggal
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Kel. Cipondoh Kee. Cipondoh
: Warung Bapak Sumantri
: 09 Juni 2008
: Berapa jumlah keluarga Bapak/lbu?
: Jumlah keluarga saya ada 5 (Zima) orang, 2 (dua) anak puteri
dan 1 (satu) anak putera
: Apa pendidikan terakhir Bapak/lbu?
: SLTA (Sekolah Lanjutan Ting!rat Atas)
: Berapa pengeluaran Bapak/lbu selama sebulan?
: Rp.1.000.000,-
: Dalam tingkatan ekonomi, apakah Bapak/lbu tergolong dalam
tingkat ekonomi?
: Miskin
: Usaha apa yang sedang Bapak/lbu tekuni sekarang ini?
: Pedagang Rokok
: Berapa jumlah pinjaman yang diperoleh dari BAZDA Kota
Tangerang?
: Rp.300.000,-
: Berapa bunganya yang harus diangsur?
: Tidak dikena!ran bunga pinjaman
: Apakah setelah memperoleh pinjaman, usaha yang dijalani
mengalami peningkatan?
: Alhamdulillah ada pening!ratan dalam pemutaran modal
: Apakah Bapak/lbu merasa tertolong dengan adanya bantuan dari
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
: Merasa tertolong dan tidak terbebani
: Apa yang Bapak/Ibu rasakan dari adanya program pmJaman
modal usaha yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang?
: Senang dengan adanya pinjaman tanpa bunga
: Dari segi perekonomian apakah Bapak/Ibu merasa pendapatan
Bapak/Ibu menjadi meningkat setelah mendapatkan pinjaman
modal usaha dari BAZDA Kota Tangerang?
: Tidak terlalu banyak, namun sudah ada peningkatan
Pewawancara
Sumantri
Hasil wawancara peneliti dengan :
Nama : H. Masari
Status : Penerima Bantuan Modal Bergulir
Alamat : JI. Irigasi Rt.01/03
Tempat
Tanggal
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Kel. Cipondoh Makmur Kee. Cipondoh
: Kediaman Bapak H. Masari
: 10 Juni 2008
: Berapa jurnlah keluarga Bapak/lbu?
: 11 (sebelas) orang, 4 (empat) anak puteri dan 5 (lima) anak
put era
: Apa pendidikan terakhir Bapak/lbu?
: SD (Sekolah Dasar)
: Berapa pengeluaran Bapak/lbu selama sebulan?
: Rp.J.000.000,-
: Dalam tingkatan ekonomi, apakah Bapak/lbu tergolong dalam
tingkat ekonomi?
: Menengah
: Usaha apa yang sedang Bapak/lbu tekuni sekarang ini?
: Ayam Potong
: Berapa jurnlah pinjaman yang diperoleh dari BAZDA Kota
Tangerang?
: Rp.300.000,-
: Berapa bunganya yang harus diangsur?
: Tidak dikenakan bunga pinjaman
: Apakah setelah memperoleh pinjaman, usaha yang dijalani
mengalami peningkatan?
: Meningkat walau sedikit biar berkah
: Apakah Bapak/lbu merasa tertolong dengan adanya bantuan dari
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
: Alhamduli/lah bisa tertolong
: Apa yang Bapak/Ibu rasakan dari adanya program pinjaman
modal usaha yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang?
: Bersyukur atas pirifaman dari BAZDA dan pemerintah masih
ingat sama kaum miskin
: Dari segi perekonomian apakah Bapak/Ibu merasa pendapatan
Bapak/Ibu menjadi meningkat setelah mendapatkan pinjaman
modal usaha dari BAZDA Kota Tangerang?
: Alhamdulillah bisa meningkat
T-ber--r. ~=::::::::::;;;;=:::::::::~~
Pewawancara
H. Masari Sholahuddin
Hasil wawancara peneliti dengan :
Nama : Sri Mastuti
Status : Penerima Bantuan Modal Bergulir
Alamat : JI. Poris Plawad Indah Rt.02/02
Tempat
Tanggal
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Ke!. Poris Plwad Indah Kee. Cipondoh
: Kediaman lbu Sri Mastuti
: 10 Juni 2008
: Berapa jumlah keluarga Bapak/lbu?
: Jumlah keluarga saya ada 3 (tiga) orang, 1 (satu) anak puteri
: Apa pendidikan terakhir Bapak/lbu?
: SMP (Seko/ah Menengah Pertama)
: Berapa pengeluaran Bapak/lbu selama sebulan?
: Rp.1.000.000,-
: Dalam tingkatan ekonomi, apakah Bapak/lbu tergolong dalam
tingkat ekonomi?
: Menengah
: Usaha apa yang sedang Bapak/lbu tekuni sekarang ini?
: Warung Kopi
: Berapa jumlah pinjaman yang diperoleh dari BAZDA Kota
Tangerang?
: Rp.300.000,-
: Berapa bunganya yang harus diangsur?
: Tidak dikenakan bunga pinjaman
: Apakah setelah memperoleh pinjaman, usaha yang dijalani
mengalami peningkatan?
: Masih /ancar berkat adanya bantuan dari BAZDA
: Apakah Bapak/lbu merasa tertolong dengan adanya bantuan dari
BAZDA Kota Tangerang?
Hasil wawancara peneliti dengan :
Nama : Eka Setiati
Status : Penerima Bantuan Pinjaman Modal Usaha
Alamat : JI. Puri Dewata Indah No.21 Rt.01/06
Ke!. Poris Plawad Utara Kee. Cipondoh
Tempat : Kantor Kelurahan Poris Plawad Utara
Tanggal : 11 Juni 2008
Tanya : Berapajwnlah keluarga Bapak/Ibu?
Jawab : 4 (empat) orang, 2 (dua) anak putera
Tanya : Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
Jawab : SMA (Sekolah Menengah Atas)
Tanya : Berapa pengeluaran Bapak/Ibu selama sebulan?
Jawab : Rp.1.000.000,-sampai Rp.2.000.000,-
Tanya : Dalam tingkatan ekonomi, apakah Bapak/Ibu tergolong dalam
tingkat ekonomi?
Jawab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
Jaw ab
Tanya
: Menengah
: Usaha apa yang sedang Bapak/Ibu tekuni sekarang ini?
: Usaha Cattering
: Berapa jwnlah pinjaman yang diperoleh dari BAZDA Kota
Tangerang?
: Rp.2.500.000,-
: Berapa bunganya yang harus diangsur?
: Tidak dikenakan bunga pinjaman, akan tetapi infak/shadaqah
seikhlasnya
: Apakah setelah memperoleh pinjaman, usaha yang dijalani
mengalami peningkatan?
: Sedikit-sedikit mengalami peningkatan
: Apakah Bapak/Ibu merasa tertolong dengan adanya bantuan dari
Jawab
Tanya
Jawab
Tanya
Jaw ab
: Merasa tertolong dan tidak terbebani
: Apa yang Bapak/Ibu rasakan dari adanya program pinjaman
modal usaha yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang?
: Membantu modal usaha, karena dengan adanya bantuan modal
dari BAZDA bisa menambah modal saya yang sedikit
: Dari segi perekonomian apakah Bapak/Ibu merasa pendapatan
Bapak/Ibu menjadi meningkat setelah mendapatkan pinjaman
modal usaha dari BAZDA Kota Tangerang?
: Dari pinjaman modal, usaha saya bisa meningkat dan secara
otomatis pendapatan ekonomi saya bertambah pula
Sholahuddin
BAD AN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG
JI. Ahmad Yani No. 8 Telp. (021) 5534906
SURAT KETERANGAN Nomor : 15/BAZDA-KOTA/2008
Yang bertanda tangan di bawah ini pengurus BADAN AMIL ZAKAT
DAERAH (BAZDA) Kota Tangerang menerangkan bahwa :
N am a : Sholahuddin
Nomor Pokok : 102054025802
Jurusan : PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKW AH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Nama tersebut di atas sesuai surat nomor : Un.Ol/F5/KM.01.3/249/2008
Tanggal 28 Januari 2008, telah melaksanakan wawancara I riset pada Badan Amil
Zakat Daerah Kota Tangerang untuk kepentingan penyusunan skripsi yang berjudul
"Pola Pendayagunaan Zakat BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kota
Tangerang Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kecamatan Cipondoh."
Demikian surat keterangan ini di buat agar yang berkepentingan menjadi
maklum.
PEMERINTAH KOTA TANGERANG
CAMAT CIPONDOH JL. KH. HASYIM ASHARI NO ............ TELPON 55746255
CIPONDOH (15148)
REI<OMENDASI IJIN PENELITIAN/SURVEY NOMOR : 070.3/ J;..8 -Umum/2008
Berdasarkan Surat dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Nomor : Un.Ol/F5/KM.01.3/248/2008, Tanggal 28 Januari 2008, Camat Cipondoh Kota
Tangerang dengan ini memberikan Ijin Penelitian/Survey kepada :
I. Nama : SHOLAHUDIN
NomorPokok : 102054025802
Jurusan/Semester : Pengembangan Masyarakat Islam I XI
Program : SI
Untuk melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang
berjudul 'Upaya Pendayagunaan Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) Kota Tangerang dalam
upaya Mengentaskan Kemiskinan di Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang .
. Demikian untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN : CIPONDOH
PADA TANGGAL : 02 Pebruari 2008
6~IPONDOH
NO
1
2
3
4
5
NAMA
KECAMATAN
INSTANSI
ZISBULANAN
INFAQHAJI
BAZDA PROPINSI
JUMLAH
REKAPITULASI PENERIMAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH
BAZDA KOTA TANGERANG TAHUN 1428 H/2007 M
JENIS
FITRAH MAL INFAQ SHODAQOH
Ro 171.345.800 - . ' RP 46 379.230 RP 38,863,099 Ro 21.512.100
. Ro 26 990 213 Ro 41.784.018
- - Ro 36.050000
RP 6,000,000 - -Rp 223,725,030 Rp 65,853,312 Rp 99,346,118
JUMLAH
Ro 171 345.800
Ro 106,754.429
Ro 68 774.231
Ro 36.050.000
Ro 6,000,000
RP 388,924,460 ;
I KE TUA :,.: l. ·.~:·,;·;:: :.
'•·<"'.:;'.:::.,
TANGERANG, 31 DESEMBER 2007 / BENDAHARA
1;1i•'• . ,, , '\ ·:r
;,·-1 J l '!f ,. :1~ . •' .,,. i ,., I • .,,
, , ,/tl• I
-:;,' ·'!: :'1;,;;;·;;:::~~'.>·'/ Ors. H. A. SAEFULMILLAH, MM. MBA ABDUL LA'TIF, SE
,., ..... ,.
I
I I I I I
I
I I I I I
I
I I
' I
I I I
I I
/ ' I
' I I
' I
' ' ' I
I I
ii~~A l{<j·(~ ;(i~icll.\~il
• ~i:TAN(;ERANG MULAI MENITI DAN c~~l:S<BAIK BIDANG KELEMBAGAAN,
..... ·· !:.!N,.MN. MAUPUN PEMBERDAYAAN
.-·",", ,.
:~e~. l'(QJ.t\. TANGERANG •,;KE[).~e:Jl,NAl{AN .. LEBIH
..... ·· '':1;1,.£0UNTER ZIS "····"··~·•1illfll.JM
·~··.····· ......... ·.·····.· .. · .. ··. ' ' i '
'
PROGRAM KERJA ffUJUAN
TERWUJUDNYA PEMBERDAY AAN EKONOMI MANDIRI
TERCIPTANYA MUSTAHIK MENJADI
MUZAKI
KONDISI RHL
BELUM OPTIMALNYA KEGIATAN PEMBINAAN USAHA DAN PESERTA
YANG TERLIBAT (MUSTAHIK YANG MAU BERUSAHA)
KURANGNYA DUKUNGAN DARI BAZDA KEC.
BELUM SIAPNYA MUSTAHIK UNTUK BERUSAHA
"' w ¢'" "''' --~C!lill~mmma3[ITWOU +•··;·.······.:····c············· ·.········ ··.······1~.•·.·MJ~~~~lff'~:JFf~I~~~~!~~~~~~N
3. MEMBERll<AN)=•1N~AMAN MODAL USAHA/MITRA USAHA . . . 4: MEMBERIKAN BEA SISWA BERKELANJUTAN
5. MEl..AKSANAKAN BIMBINGAN USAHA AGAR TEGAR MANDIRI DAN BERAKHLAK MUUA. 6 .. MELAKSANAKAN KERJASA\'JIA USAHA DENGAN PIHAK LAIN UNTUK LEBIH
MENINGKATKAN DAN MEMPERLUAS JARINGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MANDIRI > 7. l\llENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA BARU UNTUK PARA MUSTAHIK.
""'"
<Pendayagunaan C])ana ZIS
Dana yang terkumpul pada BAZDA Kota Tangerang, disalurkan sebagai dana charity (bantuan sesaat) dan yang menganut prinsip manfaat I produktif dalam kemasan sebagai berikut :
Paket Senyum Santunan anak yatim piatu, Orang Tua jompo dan bantuan sarana keagamaan.
·~c .·· I .
Ors. H.A. Saefulmillah, MM. MBA sedang menyerahan bantuan kepada kaum Dhu'afa secara simbolis melalui Pengurus BAZDA Kecamatan.
i . l
CO;•;)
sedang menyerahkan Bantuan Kemanusiaan langsung kepada korban Tsunami
Paket Mawaddatan Fil Qurba (Pendekatan Kasih Sayang) Memberikan beasiswa, keterampilan dan bimbingan usaha disertai modal agar lebih tegar mandiri.
Tiga tahun lalu Ust. Jasim Damisi tidak berkecukupan. Setelah mendapat bantuan dana dari BAZDA KOT A, saat ini bisa menyisihkan rezekinya untuk bantu bangun mushola, masjid dan fakir miskin disekitamya. Ustad Jasim Damisi (berbaju koko) Pemilik warung sembako tengah menerima arahan dari Sekum BAZDA Kota Tangerang, Disaksikan Kasie Pendayagunaan (Ir. Nur Tachlis, MM) bersama r•u~l"f""'lt.\IU....,i DA 7n.A l .... il'\rn1 ....
' i i
•,)
Paket Baitul Qiroth Lembaga Keuangan Mikro sebagai hasil infaq I Shodaqoh para Mustahiq yang di bina dalam
Usaha Kecil Sekali (UKS) atau Usaha Kelompok Bersama (UKB).
MITRAUSAHA BAZDA KOTA TANGERANG
DENGAN MASJID AL-MUHAJIRIN KEC. KARAWACI