Upload
phamtu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
POLA PERILAKU ASUH KESEHATAN PADA ANAK BALITA DI KELUARGA LAPISAN BAWAH
(Studi Deskeptif Kualitatif Tentang Pola Perilaku Asuh Kesehatan Pada
Anak Balita Di Keluarga Lapisan Bawah Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosiologi Jurusan Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh : Widian Lupitasari S
(D3207054)
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Motto
*Hidup memerlukan pengorbanan. pengorbanan memerlukan perjuangan. perjuangan memerlukan ketabahan. ketabahan
memerlukan keyakinan. keyakinan pula menentukan kejayaan. kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan*
*Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk
masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi*
*Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama*
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, karya yang sederhana ini ku persembahkan
kepada:
Ø ALLAH SWT atas segala rahmat dan berkah
yang diberikan padaku selama ini.
Ø Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Gatot Subroto
dan Ibu Winarni) terima kasih atas untaian do’a dan
kasih sayangnya selama ini.
Ø Adikku yang tersayang (Arga dan Hillan) terima
kasih atas motivasi dan dukungannya.
Ø Keluarga Besar Pringgondani yang telah
membantuku dan memberikan motivasi selama ini.
Ø Sahabat-sahabat terbaik ku yang selalu memberikan
dukungan dan semangat kepadaku.
Ø Almamater tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosiologi. Allah telah
menguatkan, dan memberi petunjuk di tengah ketidaksanggupan menghadapi
masalah dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul: “PERILAKU IBU MUDA DALAM POLA ASUH
KESEHATAN ANAK (BALITA) PADA LAPISAN BAWAH (Studi
Deskriptif Kualitatif Mengenai Perilaku Ibu Muda dalam Pola Asuh
Kesehatan Anak (balita) pada Lapisan Bawah Desa Pomah Kecamatan
Tulung Kabupaten Klaten).
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini dapat selesai
berkat keterlibatan banyak pihak yang turut membantu. Untuk itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Supriyadi SN. SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. LV. Ratna Devi S, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Non
Regular Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Bapak Drs. TA Gutama, M.Si, selaku Pembimbing Akademik Jurusan
Sosiologi Non Regular angkatan 2007 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Prof. Dr. RB. Soemanto, MA, selaku pembimbing untuk pemikiran
yang telah diberikan selama membimbing penulis hingga tersusunnya skripsi
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Sosiologi atas ilmu yang telah diberikan sehingga
menambah pengetahuan diri penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
7. Bapak serta Ibu staff Administrasi Akademis yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis selama kuliah.
8. Bapak serta Ibu petugas perpustakaan FISIP yang telah memberikan
pelayanan buku-buku dan referensi yang penulis butuhkan.
9. Bapak Lurah Pomah, MU. Mulyoto, atas kesediaannya memberikan berbagai
informasi dan data untuk memudahkan penulisan skripsi ini.
10. Bapak Gatot Subroto dan Ibu Winarni yang telah setia merawat dan mendidik
aku sampai saat ini.
11. Para informan dalam penelitian ini yang telah mengorbankan banyak waktu
untuk membimbing penulis.
12. Buat sahabat-sahabatku : Tyas, Eni, Aga, Adit, Betha, Meme, yang telah
memberi semangat dan dukungan serta telah membantuku selama pembuatan
skripsi ini.
13. Terimakasih untuk semua teman-teman Sosiologi FISIP Non-Reguler UNS
angkatan 2007 : Bintang, Puput, Dicky, Senja, Wely, Hanif, Mbk Suly, Ely,
Suci, Nindy, Ikek, Ana, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa aku
sebutkan satu-persatu.
14. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangan, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun demi kebaikan skripsi ini sangat
diharapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii
DAFTAR MATRIKS ....................................................................................... xiii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
1. Konsep Yang Digunakan ............................................................... 8
2. Landasan Teori ............................................................................... 19
3. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 23
F. Kerangka Berfikir ................................................................................. 27
G. Metodologi Penelitian .......................................................................... 29
1. Jenis Penelitian .............................................................................. 29
2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 29
3. Sumber Data .................................................................................. 30
4. Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 31
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 31
6. Validitas Data ................................................................................ 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
7. Analisis Data ................................................................................. 33
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN................................................. 36
A. Keadaan Geografis ............................................................................... 36
B. Keadaan Demografi.............................................................................. 37
1. Jumlah Penduduk .......................................................................... 37
2. Komposisi Penduduk .................................................................... 37
C. Sarana Dan Prasarana ........................................................................... 44
1. Sarana Kesehatan ............................................................................ 44
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 49
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 50
1. Profil Informan .............................................................................. 50
2. Usaha Yang Diberikan Keluarga Ibu Muda Dalam Membantu
Mengasuh Anak ............................................................................. 60
3. Program Dan Layanan Kader Yang Ada Dalam Posyandu ........... 65
4. Perilaku Ibu Muda Dalam Pola Asuh Kesehatan Anak ................. 72
4.1 Pengetahuan ..................................................................... 73
4.2 Kesadaran ......................................................................... 84
4.3 Perilaku ............................................................................. 91
B. Pembahasan .......................................................................................... 112
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 124
A. Kesimpulan........................................................................................... 124
B. Implikasi ............................................................................................... 128
1. Implikasi Teoritis ........................................................................... 128
2. Implikasi Empiris ........................................................................... 130
3. Implikasi Metodologis .................................................................... 134
C. Saran ..................................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Komposisi Penduduk menurut Umur kelompok Pendidikan Desa
Pomah ........................................................................................... 37
Tabel 2 Komposisi Penduduk menurut Umur kelompok Tenaga Kerja
Desa Pomah ................................................................................... 38
Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Pomah ... 39
Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Pomah 42
Tabel 5 Komposisi Penduduk Menurut Agama Desa Pomah .................... 43
Tabel 6 Jumlah Sarana Kesehatan Desa Pomah ......................................... 44
Tabel 7 Laporan Bulanan Posyandu Desa Pomah ...................................... 46
Tabel 8 Tabel Informan Inti ........................................................................ 54
Tabel 9 Tabel Informan Pendukung ........................................................... 58
Tabel 10 Tabel informan pendukung .......................................................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Kerangka Berfikir ........................................................................... 28
Bagan 2 : Model Analisis Interaktif ................................................................ 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR MATRIKS
Matriks 1 : Usaha yang diberikan Keluarga Ibu Muda dalam Mengasuh
Anak ........................................................................................ 63
Matriks 2 : Program dan Pelayanan Kader yang ada dalam Posyandu ...... 69
Matriks 3 : Pengetahuan .............................................................................. 80
Matriks 4 : Kesadaran ................................................................................. 85
Matriks 5 : Perilaku .................................................................................... 94
Matriks 6 : Perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak ................ 110
Matriks : Matrik jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
WIDIAN LUPITASARI SUBRATA, D3207054, SKRIPSI, PERILAKU IBU MUDA DALAM POLA ASUH KESEHATAN ANAK (BALITA) PADA LAPISAN BAWAH (Study Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Ibu Muda dalam Pola Asuh Kesehatan Anak pada Lapisan bawah Desa Pomah Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.
Kesehatan anak (balita) itu sangat penting diperhatikan karena perkembangan anak itu tergantung dengan perilaku seorang ibu yang mengasuhnya, yang mana sangat berperan penting dalam membesarkan anaknya agar tumbuh sehat. Apalagi ibu muda berada dalam perekonomian pada lapisan bawah, ini sangat berpengaruh dalam perilaku pola asuh sehat terhadap anak. Dan perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak pada lapisan bawah yang berada di Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten ini menarik untuk diteliti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah dan juga bisa mengetahui tentang cara-cara yang dilakukan ibu muda dalam mengasuh anak balitanya yang berada di Desa Pomah. Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah data dan informasi dari informan di lokasi penelitian, dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Validitas data dengan menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data yaitu dengan model analisis interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Model analisis ini merupakan alur kegiatan yang terjadi bersama- sama serta sebagai proses siklus dan interaktif. Teori yang digunakan adalah teori pertukaran sosial dan teori sosiologi perilaku.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perilaku ibu muda mengasuh anaknya itu dilihat dari pengetahuan, kesadaran dan juga perilaku ibu muda tersebut. Dalam perilakunya ibu muda mendapatkan pengetahuan itu dari lingkungan keluarga, pengalaman kerja, tetangga dan belajar sendiri. Serta ibu muda tersebut menerapkan sebagian ilmu yang mereka dapatkan dengan bersikap kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan dalam mengasuh anaknya. Perilaku di dalam mengasuh anak bisa dilihat para ibu muda juga memberikan ASI sebagian dengan batas waktu atau aturan sesuai kesehatan karena mereka mengetahui kualitas ASI itu sangat bagus. Selain ASI juga memberikan makanan yang bergizi dengan se pengetahuan ibu muda tersebut serta juga semampu ibu muda memberikan makanan bergizi. Dan juga jika sakit ibu muda mengambil tindakan dengan membawanya ke puskesmas atau dengan memberikan obat tradisional yang sudah menjadi kebiasaan ibu muda jika anaknya sakit. Keluarga juga mempunyai peranan penting selain memberikan pengetahuan dalam mengasuh anak juga membantu dalam mengasuh anak ibu muda, secara kesadaran sendiri membantu ibu muda mengasuh anak. Selain itu juga kegiatan dalam masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
yang ada hubungannya dengan kesehatan ibu dan anak yaitu posyandu juga memberikan bantuan dalam mengetahui perkembangan anak ibu muda masing-masing, karena dalam posyandu tersebut adanya penimbangan, imunisasi serta pemberian vitamin agar anak bisa berkembang lebih baik lagi. Tetapi dalam kegiatan ini tidak adanya program khusus untuk membantu ibu muda memberikan pengetahuan yang lebih detail tentang pola asuh kesehatan anak disebabkan karena kurangnya kordinasi antara bidan serta kader posyandu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
WIDIAN LUPITASARI SUBRATA. D03207054. THESIS, NEW MOTHER’S BEHAVIOR IN CHILDREN (UNDER-FIVE AGE) HEALTH CARE PATTERN IN LOW LAYER (A Descriptive Qualitative Study on New Mother’s Behavior in children Health Care Pattern in Low Layer in Pomah Village of Tulung Sub District of Klaten Regency) Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University.
Children (under-five age) health is very important to consider because the children development depends on a mother’s behavior caring them, playing a very important role in raising children in order to grow healthily. Moreover the new mother belonging to low-layer economy highly affects the health care pattern behavior on the children. And new mother’s behavior in children health care pattern in the low layer in Pomah Village of Tulung Sub District of Klaten Regency is interesting to study.
The objectives of research are to find out the new mother’s behavior in children (Under-five age) health care pattern in low layer and also to find out the measures taken by the new mothers in caring their under-five age children in Pomah Village of Tulung Sub District of Klaten Regency.
This study belongs to a descriptive qualitative research. The data sources of research were data and information from informants in the research location, document and archive. Techniques of collecting data used were observation, in-depth interview and documentation. Meanwhile, the sampling technique used was purposive sampling. The data validation was done using source triangulation. Technique of analyzing data used was an interactive analysis model encompassing data collection, data reduction, data display and conclusion drawing. This analysis model is the plot of activities occurring simultaneously and as the cycle and interactive process. The theory used was social exchange and behavioral sociology theories.
The result of research shows that in the new mothers’ behavior, caring their children is viewed from their knowledge, awareness and behavior. In their behavior, new mothers also obtain their knowledge from family environment, work experience, neighbor, and learning by themselves. The new mothers also apply a part of knowledge they obtained with their self-awareness without compellation in caring their children. The behavior of caring children can be seen from the new mothers who breastfeed their children in the time and rules consistent with the health standard because they know that breastfeed quality is very good. In addition to breastfeed, mothers also give nutritious food according to their knowledge and the best they can. And if their children are sick, they bring them to puskesmas (public health center) or give them traditional medicine that has become their habit when their children are sick. Family also plays an important role, in addition to giving knowledge in caring children, in helping to care the new mother’s child voluntarily. In addition, the activity in the community relevant to maternal and children health, namely posyandu (integrated service post) also gives help in monitoring the development of each new mother’s child, because posyandu undertakes weighing, immunization as well as vitamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
administration in order that the children can grow better. However, in this activity, there is no special program to help new mother giving more detail knowledge about the children health care pattern because the less coordination between the midwife and posyandu cadres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di Indonesia, masalah kesehatan termasuk permasalahan besar.
Terutama permasalahan kesehatan ibu dan anak (KIA). Hal ini ditunjukan
dengan tingkat kematian ibu dan bayi yang masih tinggi di beberapa wilayah
ini. Angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per 1.000
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka kematian bayi di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 10,48/1.000 kelahiran hidup. Angka
ini menurun dibandingkan pada tahun 2006 yaitu 11,03/1.000 kelahiran hidup.
Apabila dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDG (Millenium
Development Goals) ke - 4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup, berarti
angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah sudah di bawah angka tersebut.
Hal ini dimungkinkan karena peningkatan pelayanan kesehatan bayi dimana
cakupan kunjungan neonatus dan kunjungan bayi terus meningkat dan sudah
mencapai target standar pelayanan minimal tahun 2010 sebesar 90%.
Sedangkan kematian ibu maternal paling banyak adalah waktu bersalin
sebesar 50,09%, kemudian disusul waktu nifas sebesar 30,58%, dan pada
waktu hamil sebesar 19,33%. Urutan penyebab kematian ibu dari yang
terbanyak adalah perdarahan, eklamsi, perdarahan sebelum persalinan, dan
infeksi. Secara sosiologis masalah kesehatan tidak hanya sebatas tidak sakit,
akan tetapi jauh lebih luas karena masalah kesehatan lebih banyak disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
oleh perilaku sehat itu sendiri serta punya dampak terhadap masalah sosial
lainnya. Masalah-masalah kesehatan yang tidak baik akan berdampak kepada pola
pengasuhan dan gizi keluarga. Kekurangan gizi terhadap ibu dan bayi akan
memiliki dampak kepada kesehatan dan kecerdasan anak, sedangkan kecerdasan
anak itu sendiri berdampak kepada tersedianya sumber daya manusia berkualitas.
(http://repository.unand.ac.id/id/eprint/1389).
Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kualitas
sumber daya manusia. Indikator utama derajat kesehatan penduduk adalah
meningkatkan umum harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan
ibu, menurunya angka kesakitan dari beberapa penyakit penting, menurunnya
angka kecacatan dan ketergantungan, meningkatnya status gizi masyarakat,
dan menurunnya angka fertilitas (Rencana Program Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat). Untuk mencapai derajat kesehatan tersebut maka
diadakannya berbagai upaya kesehatan yang terdiri dari Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), yang diarahkan
pada masyarakat rentan (bayi, anak, ibu), masyarakat miskin, masyarakat di
daerah konflik, daerah perbatasan, dan terpencil (Hapsara Habib Rachmat,
2004).
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun
manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak
yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya
kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan,
ditujukkan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukkan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas
hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental,
emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesui dengan
potensi genetiknya (Departemen Kesehatan RI, 2007:1).
Perkawinan pada masyarakat di pedesaan sering terjadi pada usia
muda, yaitu sekitar usia “menarche” adalah resiko untuk melahirkan BBLR
(berat badan bayi rendah) sekitar dua kali lipat dalam dua tahun setelah
“menarche”. Hal ini juga berpengaruh dari gizi ibu saat hamil sampai
perkembangan anaknya saat lahir, itu semua merupakan salah satu pola asuh
yang harus diperhatikan seorang ibu pada saat hamil sampai anak itu lahir dan
berkembang (Soetjiningsih, 1995:96).
Saat ini masih banyak perempuan yang menikah pada usia di bawah 20
tahun. Secara fisik dan mental mereka belum siap untuk hamil dan
melahirkan. Hal ini karena karena rahimnya belum siap menerima kehamilan
dan ibu muda tersebut belum siap untuk merawat, mengasuh serta
membesarkan bayinya. Bayi yang lahir dari seorang ibu muda kemungkinan
lahir belum cukup bulan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan mudah
meninggal sebelum bayinya berusia satu tahun. Sebaliknya perempuan yang
umurnya diatas 35 tahun akan lebih sering menghadapi kesulitan selama
kehamilan dan pada saat melahirkan serta akan mempengaruhi kelangsungan
hidupnya (Soetjiningsih, 1995:11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Masa balita ini merupakan masa yang menentukan dalam tumbuh
kembangnya, yang akan menjadi dasar terbentuknya manusia seutuhnya. Oleh
karena itu pemerintah memandang perlu untuk memberikan suatu bentuk
pelayanan yang menunjang tumbuh kembang Balita secara menyeluruh
terutama dalam aspek mental dan sosial. Karena aspek pertumbuhan fisiknya
telah lebih dahulu mendapat perhatian, antara lain melalui berbagai usaha
perbaikan gizi keluarga, penimbangan dengan menggunakan KMS (kartu
menuju sehat) sebagai alat untuk mengetahui pertumbuhan anak, upaya
peningkatan penggunaaan Air Susu Ibu, keluarga berencana, dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tsb antara
lain dengan Program BKB (Bina Keluarga Balita). Program BKB ini terutama
bermanfaat bagi keluarga yang berpenghasilan rendah baik itu daerah
pedesaan, pantai maupun perkotaan. Pada keluarga-keluarga yang kurang
mampu ini upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anaknya masih
belum merupakan prioritas utama di dalam kehidupan keluarganya. Mereka
masih menghadapi berbagai masalah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya (Soetjiningsih, 1995:115).
Sikap seorang ibu dalam mengasuh anaknya merupakan suatu
pancaran kasih sayang. Seorang ibu akan merasa sangat berbahagia jika ia
dapat menyusui anaknya sendiri. Rasa kasih sayang melalui hangatnya
pelukan si ibu pada saat menyusui akan dirasakan oleh bayinya dan
menimbulkan rasa aman. Disamping itu ASI juga bermanfaat untuk bayi,
sehingga tumbuh kembang bayi yang minum ASI tersebut lebih optimal. ASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
juga merupakan salah satu penunjang untuk kesehatan seorang bayi karena
bayi memerlukan pengasuhan baik secara lahiriyah juga secara kejiwaan
(Soetjiningsih, 1995:123).
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orang tua, paling utama
adalah seorang ibu, dengan cara segera membawa anaknya yang sakit
ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Anak yang sehat pada umumnya
akan tumbuh dengan baik. Berbeda dengan anak yang sering sakit, biasanya
pertumbuhannya akan terganggu. Selain dengan perilaku ibu dalam pola asuh
kesehatan anak juga ada faktor lain yang mempengaruhi kesehatan anak yaitu
kebersihan perorangan memegang peranan penting untuk tumbuh kembang
anak. Selain itu, anak memerlukan linkungan yang memungkinkan anak untuk
tumbuh kembang dengan optimal antara lain, perumahan yang layak, gizi
yang baik, pemeliharaan kesehatan yang memadai, kasih sayang serta
stimulasi (lingkungan luar anak) yang terarah. Semua usaha ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak (Soetjiningsih,
1995:135).
Mengingat jumlah balita di indonesia sangat besar yaitu sekitar 10
persen dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa,
kualitas tumbuh kembang balita di indonesia perlu mendapat perhatian serius
yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh
pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu
dieliminasi (Departemen Kesehatan RI, 2007:1).
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas dalam pola asuh anak. Tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak
selalu membawa perbaikan pada susunan pengasuhan anak. Tingkat
pendapatan juga ikut menentukan dalam perilaku ibu dalam pengasuhan anak.
Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan mereka untuk makanan,
sedangkan orang kaya jauh lebih rendah. Semakin tinggi pendapatan semakin
besar pula persentase dari pendapatan tersebut dipergunakan untuk mencukupi
keburuhan hidupnya masing-masing (Satoto, 1990).
Keadaan sosial ekonomi merupakan salah faktor dalam perilaku
seorang ibu pada pola asuh anak. Apalagi ibu muda ini berada dalam
perekonomian pada lapisan bawah, ini sangat berpengaruh dalam perilaku
pola asuh sehat terhadap seoarang anak. Kebanyakan ibu-ibu muda ini tidak
mempunyai pekerjaan yang tetap dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Dan
ini juga merupakan salah satu perilaku pola asuh anak dalam kesehatan
anaknya masing-masing. Kesehatan anak (balita) itu sangat penting untuk
diperhatikan, karena perkembangan anak ini tergantung dengan perilaku
orangtuanya yang paling utama adalah seorang ibu yang mana berperan
penting dalam pola asuh kesehatan terhadap anaknya (Sunarti, 1989).
Dari uraian latar belakang diatas, merupakan gambaran tentang
perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak balita. Dan di desa Pomah,
ditemukan ibu-ibu muda yang mengasuh anak balitanya disini akan mengkaji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada
lapisan bawah Desa Pomah Keacamatan Tulung Kabupaten Klaten.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut: “Bagaimana pola perilaku asuh kesehatan
pada anak balita di keluarga lapisan bawah Desa Pomah Kecamtan Tulung
Kabupaten Klaten?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu
muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah (studi di
Desa Pomah Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten). Selain itu juga bisa
mengetahui cara-cara yang dilakukan ibu dalam mengasuh anak balitanya.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi kajian tentang
sosiologi kesehatan, dan mengembangkan serta menanamkan teori sosiologi
pada umumnya.
b. Manfaat Praktis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Untuk memberikan wacana pemikiran bagi pembaca yang tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh
kesehatan anak pada lapisan bawah.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Yang Digunakan
a. Lapisan Bawah
Lapisan bawah pada penelitian ini yang di maksud adalah
keluarga yang kurang mampu atau keluarga miskin. Kata miskin
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tidak berharta, serba
kekurangan ( berpenghasilan sangat rendah). Miskin sendiri
merupakan situasi dimana seseorang hanya dapat memenuhi makanan,
pakaian dan perumahan yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan tingkat kehidupan yang minimum (KBBI, 1998).
Miskin menurut WHO umumnya didefinisikan sebagai
ketidakmampuan individu atau rumah tangga untuk mencapai standar
minimum kehidupan (Laporan Komisi WHO. Mengenai Kesehatan
dan Lingkungan, 2001). Miskin atau biasa disebut tidak mampu atau
kurang mampu dalam bahasa sehari-hari adalah keadaan interval batas
bawah dari kemampuan ekonomi seseorang atau keluarga atau
masyarakat. Miskin dalam Wikepedia Indonesia adalah keadaan
dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
berhubungan dengan erat dengan kualitas hidup. Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lapisan bawah adalah
suatu unit atau kesatuan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan
mencapai standar minimum kehidupan. Dalam penelitian ini yang di
maksud keluarga miskin atau lapisan bawah adalah sebagaimana yang
ditetapkan oleh BPS, ada 14 kriteria, yaitu:
1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi per
orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan
rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam
seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas
lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di
bawah Rp. 600.000,- (Enam Ratus Ribu Rupiah) perbulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai
minimal Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah), seperti sepeda
motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.
b. Perilaku
Perilaku adalah pengembangan pribadi yang dapat di
manifestasikan ke dalam tindakan individu yang diamati atau
diobservasi secara obyektif. Penjelasan lain tentang perilaku yaitu,
suatu cara bertingkah laku yang di ciptakan untuk ditiru oleh banyak
orang. Suatu cara bertindak yang tetap melakukan proses dalam waktu
relatif lama sehingga terbentuk kebiasaan (Hendro Puspito, 1991:160).
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kata lain perilaku merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
respon individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
berasal dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa
tindakan, berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif melakukan
tindakan (Salito Sarwono, 1993:1). Perilaku adalah suatu perbuatan
kelakuan yang dilakukan atau dijalankan oleh seorang individu dalam
suatu masyarakat (KBBI, 1998). Disimpulkan bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, kesadaran, perilaku, tradisi dari orang-orang dan
masyarakat yang bersangkutan.
c. Pola Asuh
Pengertian Pola Asuh
Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan
dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber
lainnya untuk kelangsungan pangan, pertumbuhan, dan perkembangan
anak. Pola asuh yang baik akan mempengaruhi keadaan kesehatan dan
keadaan gizi pada anak (Sunarti, 1990).
Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia dibawah lima
tahun. Masa anak usia 1 – 5 tahun (balita) adalah masa dimana anak
masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah
yang memadai. Pada masa ini juga, anak – anak masih sangat
tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Oleh karena itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan
sangat penting untuk perkembangan anak.
Seorang ibu memegang peranan penting dalam pengasuhan
anaknya. Pola pengasuhan pada tiap ibu berbeda karena dipengaruhi
oleh faktor yang mendukungnya, antara lain latar belakang pendidikan
ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak dan sebagainya. Aspek pola asuh yaitu
pengasuhan psiko-sosial terwujud dalam pola interaksi dengan anak.
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga. Pengasuhan psiko-sosial ini antara lain
terdiri dari cinta dan kasih sayang serta interaksi antara ibu dan anak.
Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan dilindungi. Pengasuhan
psiko-sosial didasarkan pada frekuensi interaksi antara ibu dan anak
(Departemen Kesehatan RI, 2007:5).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh antara lain :
a. Pendidikan Ibu
Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
didalam masyarakat tempat ia hidup. Pendidikan ibu dalam hal ini
adalah latar belakang pendidikan ibu.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang
penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan
yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga
kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya
(Soetjiningsing, 1995:10).
b. Pengetahuan Gizi Ibu
Seorang ibu rumah tangga bukan merupakan ahli gizi, tetapi
juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan
disajikan kepada anggota keluarganya. Pengetahuan gizi ibu
merupakan pengetahuan seorang ibu dalam menyediakan makanan
yang bergizi guna mendapat kesehatan yang baik serta
mempertahankan kesehatan.
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang
kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan masalah yang sudah
umum. Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya
pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari – hari (Soetjiningsing,
1995:6 ).
c. Aktifitas Ibu
Dewasa ini makin banyak ibu berperan ganda selain
sebagai ibu rumah tangga juga sebagai wanita karier semua itu
guna menciptakan keluarga yang lebih mapan tapi juga
menimbulkan pengaruh terhadap hubungan dengan anggota
keluarga terutama pada anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dapat mengasuh anaknya dengan baik dan mencurahkan kasih
sayangnya (Soetjiningsing, 1995:10 ).
d. Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan
sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya
perhatian dan kasih sayang yang diterima anak lebih – lebih kalau
jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan
sosial ekonominya yang kurang jumlah anak yang banyak akan
mengakibatkan selain kurangnya perhatian dan kasih sayang pada
anak juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan
perumahan tidak terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana
tetap diperlukan (Soetjiningsing, 1995:10 ).
e. Umur Ibu
Saat ini masih banyak perempuan yang menikah pada usia
di bawah 20 tahun. Secara fisik dan mental mereka belum siap
untuk hamil dan melahirkan. Hal ini karena karena rahimnya
belum siap menerima kehamilan dan ibu muda tersebut belum siap
untuk merawat, mengasuh serta membesarkan bayinya. Bayi yang
lahir dari seorang ibu muda kemungkinan lahir belum cukup bulan,
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan mudah meninggal sebelum
bayinya berusia satu tahun. Sebaliknya perempuan yang umurnya
diatas 35 tahun akan lebih sering menghadapi kesulitan selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kehamilan dan pada saat melahirkan serta akan mempengaruhi
kelangsungan hidupnya (Soetjiningsih, 1995:11).
d. Pola Asuh Kesehatan
Pola asuh adalah berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh
lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi kasih sayang, dan
sebagainya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan
(fisik atau mental) (Satoto, 1990). Pola asuh adalah kemampuan
keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian,
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaik-
baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pengasuhan merupakan faktor
yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita)
adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan
dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak-anak
masih sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Oleh
karena itu, pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama
kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak (Sunarti, 1990).
Pemeliharaan kesehatan anak balita adalah perilaku
sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health
promotion behavior). Misalnya makan-makanan yang bergizi, olahraga
dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
prevention behavior) yang merupakan respons untuk melakukan
pencegahan penyakit.
· Adapun aspek Pemeliharaan Kesehatan Anak balita :
a) Perawatan dan perlindungan bagi anak balita
Setiap orang tua berkewajiban untuk memberikan
perawatan dan perlindungan bagi anaknya. Masa lima tahun
pertama merupakan masa yang akan menentukan pembentukan
fisik, psikis, maupun intelegensinya sehingga masa ini
mendapatkan perawatan dan perlindungan yang intensif.
Bentuk perawatan bagi anak dimulai sejak bayi lahir sampai
dewasa misal sejak bayi lahir memotong tali pusar bayi,
pemberian makan dan sebagainya. Perlindungan bagi anak
berupa pengawasan waktu bermain dan pengaturan tidur
(Departemen Kesehatan RI, 2007:4).
b) Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Peran orang tua
dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi
lingkungan yang sehat. Hal ini menyangkut dengan keadaan
bersih, rapi, dan teratur (Departemen Kesehatan RI, 2007:4).
Oleh karena itu anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-
sifat sehat meliputi: : (1) Mandi dua kali sehari; (2) Cuci tangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sebelum dan sesudah tidur; (3) Menyikat gigi sebelum tidur;
(4) Membuang sampah pada tempatnya; (5) Buang air kecil
pada tempatnya atau WC.
c) Praktek kesehatan
Praktek kesehatan di rumah dan Pola pencarian
pelayanan terpadu. Bayi dan anak perlu diperiksa
kesehatannya oleh bidan atau dokter bila sakit sebab mereka
masih memiliki risiko tinggi untuk terserang penyakit
(Departemen Kesehatan RI, 2007:5 ). Adapun praktek
kesehatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemeriksaan
pemantauan kesehatan adalah : (1) Imunisasi; (2)
Pemantauan pertumbuhan balita.
· Ruang Lingkup Pemeliharaan Kesehatan
Secara naluriah setiap orang tua pasti akan melindungi
anaknya, terlebih apabila anak masih dalam usia balita dan
dianggap masih belum bisa mandiri dan belum memiliki
keterampilan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan
menjaga dirinya dari penyakit. Dalam konteks ini akan terasa aneh
jika seorang anak balita yang seharusnya masih sangat tergantung
dengan pengasuhan orang tuanya justru malah banyak yang
mengalami gangguan gizi seiring dengan bertambahnya usia.
Tahun - tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun
waktu yang sangat penting dan kritis : tumbuh kembang fisik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mental, dan psiko-sosial berjalan demikian cepatnya sehingga
keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar
menentukan hari depan anak. Kelainan/penyimpangan apapun
apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan
tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersikap
purna yaitu : promotif, preventif, dan rehabilitatif. Peran ibu dalam
kontrol sumber daya keluarga kaitannya dengan status gizi balita
dan mempunyai peran yang tinggi dengan makanan, mulai dari
perencanaan, penyusunan menu, pembelian, dan pemberian
makanan. Selain itu aspek perawatan kesehatan yang bersifat
preventif dan promotif sebagai suatu hal yang penting, walaupun
kedua faktor tersebut (makanan dan non makanan) merupakan
faktor yang menentukan (asuh) (Departemen Kesehatan RI,
2007:7).
Status kesehatan merupakan salah satu aspek pola asuh
yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah membaik. Status
kesehatan adalah hal – hal yang dilakukan untuk menjaga statsu
gizi anak, menjauhkan dan menghindarkan penyakit serta yang
dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak.
Status kesehatan meliputi: hal pengobatan penyakit pada
anak apabila anak menderita sakit dan tindakan pencegahan
terhadap penyakit sehingga anak tidak sampai terkena suatu
penyakit. Status kesehatan anak dapat ditempuh dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasinya,
kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta
upaya ibu dalam hal mencari pengobatan terhadap anak apabila
sakit. Jika anak sakit hendaknya ibu membawanya ke tempat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, dan
lain – lain (Departemen Kesehatan RI, 2007:8).
2. Landasan Teori
Fokus dalam penelitian ini adalah perilaku ibu muda dalam pola
asuh kesehatan anak (balita). Dan dalam hal ini menjadi informan dalam
peneltian ini adalah para ibu muda sebagai informan inti serta keluarga dan
kader, bidan setempat sebagai informan pendukung.
Weber memandang sosiologi sebagai ilmu yang bertujuan untuk
memahami perikelakuan sosial melalui penafsirannya dan dengan itu
menerangkan jalan perkembangannya dan akibat-akibatnya menurut
sebab-sebabnya. Perilaku sosial hanya dan sejauh mana arti maksud subjek
dengan tingkah laku yang membuat individu memikirkan dan
mempertentangkan kelakuan orang lain dan mengarahkannya kepada itu
(Veeger, 1993:171). Berbeda dengan pendapat B.F. Skinner bahwa objek
studi sosiologi yang konkret dan realistis adalah perilaku manusia yang
nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and
contingencies of reinforcement). Kebudayaan masyarakat tersusun dari
tingkah laku, dengan kata lain adalah tingkah laku yang berpola. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
memahami tingkah laku yang terpola itu tidak diperlukan konsep-konsep
seperti ide-ide dan nilai-nilai. Maka dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan paradigma perilaku sosial. Paradigma ini memusatkan
perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya.
Lingkungan itu terdiri atas:
a. Bermacam-macam obyek sosial
b. Bermacam-macam obyek non-sosial
Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan obyek sosial
adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu
dengan obyek non sosial. Singkatnya hubungan antara individu dengan
obyek sosial dan hubungan antara individu dengan obyek non sosial di
kuasai oleh prinsip yang sama. Secara singkat pokok persoalan dalam
sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang
berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan
menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku (Ritzer, 2010: 71-72).
Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan Teori
Pertukaran Sosial (exchange theory). Teori ini bertumpu pada asumsi
bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran atau
menghindari hukuman. Sehingga tindakan yang dilakukan seseorang itu
bergantung pada ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) yang
diberikan terhadap tindakan tersebut. Proposisi yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a) Makin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh atau yang akan
diperoleh makin besar kemungkinan sesuatu tingkah laku akan
diulang.
b) Demikian sebaliknya. Makin tinggi biaya atau ancaman hukuman
(punishment) yang akan diperoleh makin kecil kemungkinan tingkah
laku yang serupa akan diulang.
c) Adanya hubungan berantai antara berbagai stimulus dan antara
berbagai tindakan.
Keseluruhan materi teori exchange itu secara garis besarnya dapat
dikembalikan kepada lima proposisi (Ritzer, 2010 : 78). George homans
percaya bahwa proses pertukaran ini dapat dijelaskan lewat lima proposisi
berikut ini :
1. Proposisi sukses
Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu
memperoleh ganjaran maka kian kerap tindakan itu dilakukan
seseorang.
2. Proposisi stimulus
Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat
stimuli merupakan penyebab peristiwa dimana seseorang memperoleh
ganjaran, maka stimuli yang mirip pada sekarang ini dengan yang lalu
itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau
yang agak sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Proposisi nilai
Semakin tinggi nilai tindakan, maka kian senang seseorang melakukan
tindakan itu.
4. Proposisi Deprivasi – Satiasi
Semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu
ganjaran tertentu, maka semakin kurang nilai dari suatu tindakan bagi
orang tersebut.
5. Proposisi Restu – Agresi (Aproval Agression)
Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang
diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka
dia akan marah, dia akan cenderung menunjukkan perilaku yang
agresif, dan hasil dari perilaku yang demikian menjadi lebih bernilai
baginya. Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang
diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikiranya,
atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan
merasa senang, dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang
disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi
lebih bernilai baginya.
Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan dan
harus diperlukan sebagai satu perangkat. Masing-masing proposisi hanya
menyediakan sebagian penjelasan untuk menjelaskan seluruh perilaku,
kelima prorosisi tersebut harus dipertimbangkan (Poloma, 1994 : 62-64).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Selain teori pertukaran ( exchange theory ) dalam paradigma
perilaku sosial adalah teori sosiologi perilaku ( behaviour sociology ).
Teori behaviour sociology memusatkan perhatiannya kepada hubungan
antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor. Ini
bearti tingkah laku-tingkah laku yang terjadi tersebut melalui akibat-akibat
yang mengikutinya kemudian. Konsep dasarnya adalah adanya
“reinforcement” yang berarti ganjaran ( reward ). Suatu ganjaran yang
tidak membawa pengaruh terhadap aktor tidak akan diulang ( Ritzer,
2010:73 )
3. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah pola pengasuhan
anak adalah peelitian yang dilakukan oleh Diah Kumalasari. Peneltian
tersebut berjudul Pola Pengasuhan anak usia Sekolah Dasar (6-12
tahun) dalam keluarga yang ditinggal orangtuanya merantau di Desa
Karanganyar, Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.
Hasil dari penelitian tersebut adalah selama orangtua pergi merantau,
anak dididik dan diasuh oleh kerabat dekat ataupun memperkerjakan
seseorang untuk menjadi pengasuh ataupun dititipkan oleh tetangga
dekat. Pola pengasuhan yang diterapkan adalah dengan pola
pengajaran, pengganjaran dan pembujukan. Meskipun bukan anaknya
sendiri, pengasuh atau tetangga yang dititipi mengasuh dan mendidik
anak layaknya anak sendiri. Sehingga dalam mengasuh dan
mendidiknya tidak dibedakan dengan mendidik dan mengasuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Dalam journal ini dibahas tentang bagaimana hubungan yang masuk
akal antara tanggung jawab orangtua atas perawatan anak dengan
sistem pekerjaan yang ada di negara eropa sebagai berikut.
The reconciliation of family and employment is currently a popular
theme in social sciences. It is mainly used in order to discuss how a
coherent relationship between the responsibility of parents for
childcare and the employment system could be developed and why this
relationship is often incoherent in many European countries. The main
focus of the debate is on problems of gender inequality and limitations
for women to participate in the labour market. Much less emphases is
placed on the question what this means from the perspective of
children and the well-being of children. It is argued here that the
concept of “reconciliation” is not an adequate academic concept to
analyse the relationship between family and the employment system
and the tensions and contradictions that might develop. Also, it is not
an adequate concept to analyse the situation of children in thiscontext.
Moreover, the way it is used does not adequately take into account that
what people perceive as an adequate relationship of family and
employment and a good life situation of children, because of cultural
differences, in part differs in a comparative perspective between
societies. It is suggested here to use instead a broader approach of the
“arrangement of work and family” which is based on historical
institutionalism. This approach conceptualises the ways in which the
situation of mothers, fathers and children develops in the context of the
specific institutional constellation and cultural context of family,
employment system and social policies in a society and offers a
theoretical framework for cross-national comparative analyses (
international journal of behaviour development sociology & education
2007 ).
( www.ciimu.org/webs/wellchi/publications.htm )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Perdamaian antara keluarga dengan pekerjaan saat ini
merupakan sebuah tema yang populer dalam ilmu pengetahuan sosial.
Hal ini terutama dituangkan guna membahas bagaimana suatu
hubungan yang masuk akal antara tanggung jawab orang tua atas
perawatan anak dengan sistem pekerjaan dapat dikembangkan dan
mengapa hubungan ini seringkali tidak masuk akal di banyak negara
Eropa. Fokus utama dari perdebatan ini adalah terhadap masalah
ketidaksetaraan gender dan pembatasan bagi wanita untuk berpartisipasi
di pangsa pasar. Penekanan yang jauh lebh kecil diletakkan kepada
pertanyaan tentang apa arti hal ini dari perspektif anak dan kesejahteaan
anak. Disini dikatakan bahwa konsep “rekonsiliasi (perdamaian)” bukan
merupakan sebuah konsep akademis yang cukup untuk menganalisa
hubungan antara keluarga dengan sistem pekerjaan dan ketegangan dan
pertentangan yang dapat berkembang. Lagipula, cara ia digunakan tidak
cukup memperhitungkan apa yang orang persepsikan sebagai suatu
hubungan yang memadai antara keluarga dengan pekerjaan dan situasi
kehidupan yang baik bagi anak, karena perbedaan budaya sebagian
berbeda dalam perspektif komparatif antar masyarakat.
Disini dianjurkan agar menggunakan sebuah pendekatan yang
lebih luas pada “struktur pekerjaan dan keluarga” yang didasarkan pada
institusionalisme sejarah. Pendekatan ini memahami cara-cara dimana
situasi ibu, ayah dan anak-anak berkembang dalam konteks konstelasi
(perbintangan) kelembagaan tertentu dan konteks budaya keluarga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
system pekerjaan dan kebijakan sosial dalam suatu masyarakat dan
menawarkan sebuah kerangka teoretis untuk analisis perbandingan
antar Negara (jurnal sosiologi perkembangan dan pendidikan perilaku
internasional 2007)
3. Penelitian terdahulu dalam journal internasional di negara pakistan
tentang dampak pertumbuhan anak yang hidup dalam keluarga miskin.
The role of care as a critical influence on child nutrition, health, and
development has received increasing attention in the last decade.
While the role of care has been well elaborated at a conceptual level,
we still lack simple valid and reliable tools to measure many aspects of
care. Psychosocial care includes the behaviors and practices that
support children's healthy growth and psychosocial development. The
research presented here constitutes one of the first attempts to quantify
some of the various dimensions of child-care practices (namely type,
quality, and frequency) and to summarize the information into a
composite, age-specific index of child-care practices. The main
purpose of this research is to examine, specifically within the context
of Pakistan, which of the maternal and household characteristics
constituted more severe constraints to the provision of good child care.
The main findings of this research have important policy implications.
They suggest that specific training in child feeding and the use of
preventive health services for poor mothers with little formal education
could have a large impact on the growth of children living in
impoverished environments ( International journal of social economics
2004 ).
( www.journal.org/web/of socialeconomic.htm )
Peran asuhan sebagai pengaruh kritis terhadap gizi, kesehatan dan
perkembangan anak telah mendapatkan semakin banyak perhatian dalam
sepuluh tahun terakhir. Meskipun peran asuhan telah diuraikan panjang lebar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pada suatu tingkat konseptual, namun kita masih kekurangan alat sederhana
yang valid, dan terpercaya untuk mengukur banyak aspek asuhan. Asuhan
psikososial meliputi perilaku dan praktek-praktek yang mendukung
pertumbuhan yang sehat dan perkembangan psikososial anak. Penelitian yang
disajikan disini merupakan salah satu upaya pertama untuk menghitung
beberapa dimensi praktek asuhan anak (yaitu jenis, kualitas, dan frekuensi)
dan untuk merangkum informasi tersebut kedalam sebuah indeks gabungan
khusus usia tentang praktek asuhan anak. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji, khususnya didalam konteks Pakistan, karakteristik
ibu dan rumah tangga manakah yang merupakan penghalang yang lebih berat
terhadap penyediaan asuhan anak yang baik. Temuan-temuan pokok dari
penelitian ini memiliki implikasi yang penting. Mereka menunjukkan bahwa
pelatihan khusus dalam memberi makan anak dan penggunaan layanan
kesehatan pencegahan bagi ibu-ibu miskin dengan pendidikan formal rendah
dapat memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan anak-anak yang
hidup di lingkungan miskin (Jurnal Sosial Ekonomi Internasional 2004).
F. KERANGKA BERPIKIR
Agar penelitian bisa dilaksanakan secara lancar, dan mengarah pada
analisanya disini perlu dikembangkan kerangka pikir yang akan digunakan.
Adapun kerangka pikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Bagan I
Kerangka Berpikir
Perilaku Ibu Muda Dalam Pola Asuh Kesehatan Anak (Balita)
Pada Lapisan Bawah
Perilaku ibu muda itu sangat mempengaruhi dalam pola asuh kesehatan
anak. Perkembangan kesehatan anak itu juga tergantung pada seorang ibu
dalam pengasuhannya, dan dalam perilaku ibu muda juga tergantung pula
dengan keluarga dan diluar keluarga. Keduanya itu sangat mempengaruhi
pengetahuan, kesadaran dan perilaku ibu muda dalam pengasuhan kesehatan
anak (balita). Yang di maksudkan pengaruh dari luar keluarga itu, misalnya
ibu muda mendapatkan pengetahuan dalam mengasuh anak (balita) dari
program KIA yang di dapat dari posyandu ataupun puskesmas setempat.
Keduanya tersebut juga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku ibu
muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah. Maka dari
itu pentingnya perilaku ibu dalam pola asuh kesehatan anak, agar menjadikan
tumbuh kembang anaknya seperti yang diinginkan oleh semua orang.
Pengetahuan, kesadaran, perilaku
Pengasuhan kesehatan anak (balita)
Program
KIA
Keluarga
Perilaku ibu muda dalam pola asuh
Kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
G. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk menghasilkan data dan
analisis data yang sahih untuk menemukan jawab yang benar atas suatu
masalah penelitian sehingga tercapainya tujuan dari penelitian tersebut.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
menggambarkan situasi sebenarnya yang terdapat dilapangan dengan
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata, kalimat, atau gambar
yang memiliki arti (Sutopo, 2002:35) yang nantinya bisa menggambarkan
tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada
lapisan bawah. Alasan menggunakan jenis penelitian ini karena sesuai
dengan masalah yang di kaji di samping itu, agar peneliti lebih bisa
memahami atau mengerti maksud yang disampaikan informan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di desa Pomah, Kecamatan Tulung,
Kabupaten Klaten adapun alasan memilih lokasi ini karena melihat
banyaknya ibu-ibu muda lapisan bawah mempunyai anak (balita) dan
ingin mengetahui perilaku dalam pola asuh kesehatan anak, serta juga
dekat dengan tempat tinggal peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Sumber Data
Menurut Moleong, Lofland&Lofland mengatakan bahwa sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan dokumen dan yang lainnya. Kata-kata
dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai adalah sumber data
utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan merupakan hasil kegiatan dari melihat, mendengar, dan bertanya.
Pada penelitian kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar,
terarah, dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang
diperlukan (Moleong, 2007:157-158).
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan yang
diperoleh melalui wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah ibu
muda yang mempunyai anak balita, keluarga ibu muda seperti ibu
kandung atau ibu mertua dan juga bidan setempat dan kader posyandu
yang ada di desa Pomah.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh bukan secara langsung dari
sumbernya. Dalam penelitian ini data monografi yang ada dikantor
kelurahan Pomah dan data anak balita yang ada di posyandu
merupakan data sekundernya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4. Tehnik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian kualitatif, hasil sampel yang dikumpulkan tidak
dimaksudkan untuk mewakili hasil keseluruhan populasi. Oleh karena itu,
fungsi sampel lebih ditekankan untuk menggali serta menemukan sejauh
mungkin informasi yang penting. Dalam penelitian ini pengambilan
sampelnya dengan menggunakan tehnik purposive sampling, yaitu peneliti
memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya
secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah ibu muda yang ber
usia dibawah 30 tahun, keluarga ibu muda seperti ibu kandung dan ibu
mertua yang tinggal dalam satu rumah dan tidak satu rumah serta kader
posyandu atau bidan setempat. Ibu muda disini mempunyai kriteria
tersendiri yaitu dengan ibu muda yang tidak bekerja, ibu muda yang
bekerja antara lain bekerja dirumah maupun diluar rumah, serta usia
pernikahan muda atau menikah dibawah usia 20 tahun. Keluarga ibu muda
yang dimaksudkan disini adalah mungkin ibu mertuanya ataupun orang
tua ibu muda tersebut yang tinggal dalam satu rumah dan keluarga ibu
muda yang tidak satu rumah. Sedangkan kader posyandu ataupun bidan
setempat tersebut adalah yang memberikan program di desa pomah
tentang perkembangan kesehatan anak.
5. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186).
Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi,
guna menggali padangan subjek yang diteliti tentang fokus penelitian
yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian
informasinya secara lebih jauh dan mendalam.
Tehnik wawancara ini tidak dilakukan secara ketat dan
terstruktur, tertutup dan formal, tetapi lebih menekankan pada suasana
akrab dengan mengajukan pertanyaan terbuka, yang mana pewawancara
telah mempersiapkan daftar pertanyaan yang dimungkinkan dapat
berkembang saat wawancara berlangsung.
b. Observasi tak berperan
Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan
maupun pencatatn secara langsung terhadap hal yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang diteliti.
Pada saat pengumpulan data primer yang berupa pengamatan
terhadap perilaku ibu muda, peneliti tidak terlibat secara langsung
dalam kegiatan yang dilakukan obyek penelitian, namun hanya sebatas
seorang pengamat.
6. Validitas Data
Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul, peneliti
menggunakan tehnik Triangualasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Tehnik triangulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jaln : (1). Membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. (2). Membandingkan
apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi. (3). Membandingkan apa yang dikatakan orang-oarang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
(4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang (5). Membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong,2007:331). Untuk
melakukan pembandingan dan pengecekan, peneliti melakukannya dengan
menanyakan kembali kebenarannya pada suami, keluarganya.
7. Analisis Data
Menurut Moleong, Patton (1980:268) mengatakan bahwa analisa
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sperti disampaikan oleh data
(Moleong, 2007:280).
Dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis data model
interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan. Proses
ini berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang
dimulai sebelum pengumpulan data yang dilakukan. Data reduksi
dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dalam memilih kasus,
pertanyaan yang akan diajukan, dan tentang cara pengumpulan data
yang dipakai.
b. Penyajian Data
Kegiatan merakit informasi atau mengorganisasikan data serta
menyajikannya dalam bentuk cerita agar dapat diambil suatu
kesimpulan.
c. Penarikan Kesimpulan
Yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Yang mana
kesimpulan masih bersifat sementara sampai penelitian berakhir baru
dapat diambil kesimpulan yang sesungguhnya.
Jika laporan penelitian mengalami kesulitan, maka diadakan
proses pengumpulan data lagi dari awal sehingga dapat diperoleh yang
diinginkan.
Ketiga komponen tersebut, aktivitasnya berbentuk interaksi
dengan proses siklus. Dari uraian tersebut dapat dibuat skema sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 2.
Bagan II
Model Analisis Interaktif (Sumber : Sutopo, 2002)
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
PENARIKAN KESIMPULAN
PENYAJIAN DATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Desa Pomah secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Tulung,
Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Desa Pomah mempunyai orbitasi
sebagai berikut : jarak dari pusat pemerintahan kelurahan atau desa ke pusat
pemerintahan kecamatan adalah 10 km, sedangkan ke ibu kota kabupaten 30
km, kemudian ke ibukota propinsi 80 km, dan jarak ke ibukota Negara 800
km.
Dari jarak tersebut dapat diketahui bahwa Desa Pomah itu sangat jauh
jaraknya dengan kota baik kota Kecamatan maupun kota Kabupaten. Hal
tersebut, bisa dilihat tidak terlalu mudah dalam mobilitas untuk urusan
pemerintahan desa dalam hubungannya dengan jajaran pemerintahan. Desa
Pomah mempunyai luas 242 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Desa Bono
b. Sebelah selatan : Desa Socokangsi Kec. Jatinom
c. Sebelah barat : Desa Sedayu
d. Sebelah timur : Desa Krajan Kec. Jatinom
Desa Pomah secara keseluruhan merupakan dataran tinggi. Penggunaan
lahan secara dominan untuk pertanian, sehingga desa Pomah jumlah penduduk
yang sebagian besar itu adalah petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. KEADAAN DEMOGRAFI
1. Jumlah Penduduk
Desa Pomah terbagi menjadi 13 dusun dan 30 RT. Dilihat dari
pembagian RT yang tidak banyak dapat diketahui jumlah penduduk yang
relatif sedikit. Desa Pomah pada tahun 2010 mencapai 3225 jiwa, yang
terdiri dari 1591 penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sebanyak
1634 jiwa. Dari 3225 jiwa tersebut dapat diperinci menjadi 1006 KK. Dari
jumlah tersebut juga bisa dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
besar daripada penduduk laki-laki.
2. Komposisi Penduduk
a. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Berdasarkan data monografi Desa Pomah keadaan penduduk bila
ditinjau dari tingkat umurnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
kelompok pendidikan dan kelompok tenaga kerja. Untuk mengetahui
lebih lanjut berikut data dari dua kategori komposisi penduduk
berdasarkan umur.
Tabel 1
Komposisi Penduduk Menurut Umur
Kelompok Pendidikan Desa Pomah
No Kelompok Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 0-3 80 2,48
2 4-6 293 9,08
3 7-12 376 11,65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4 13-15 96 2,97
5 16-18 84 2,60
6 >19 2296 71,19
Jumlah 3225 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010
Dari data tersebut mayoritas penduduk Desa Pomah berusia > 19
tahun yaitu sebesar 2296 orang atau 71,19 % dari keseluruhan
penduduk menurut umur kelompok pendidikan. Dari data tersebut juga
diketahui bahwa penduduk yang tergolong usia produktif cukup besar.
Sedangkan data penduduk dari kelompok tenaga kerja adalah
sebagai berikut :
Tabel 2
Komposisi Penduduk Menurut Umur
Kelompok Tenaga Kerja Desa Pomah
No Kelompok Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 10-14 87 3,34
2 15-19 295 11,35
3 20-26 253 9,73
4 27-40 321 12,35
5 41-56 703 27,05
6 >57 939 36,14
Jumlah 2598 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa angkatan tenaga
kerja terbesar ditempati oleh kelompok umur > 57 tahun yaitu sebesar
939 orang atau 36,14 % dari keseluruhan penduduk menurut umur
kelompok tenaga kerja. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa
penduduk angkata tenaga kerja Desa Pomah mayoritas sudah tergolong
usia lanjut jika digolongkan sesuai dengan usianya.
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Berdasarkan data monografi di bawah ini yang disusun setiap
semester/6 bulan dapat diketahui mata pencaharian penduduk Desa
Pomah sangat beragam. Data desa Pomah sangat beragam. Data desa
Pomah untuk bulan Juli-Desember disusun berdasarkan data yang
diambil dari penduduk dalam sensus penduduk.
Tabel 3
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Desa Pomah
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1 PNS 51 4,99
2 ABRI 10 0,97
3 Swasta 63 6,16
4 Wiraswasta 41 4,01
5 Tani 477 46,67
6 Tukang 195 19,08
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
7 Buruh tani 135 13,20
8 Pensiunan 21 2,05
9 Jasa 29 2,83
Jumlah 1022 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa mata pencaharian
penduduk Desa Pomah terbesar adalah sebagai petani yaitu sebesar
46,67 % atau 477 orang dari keseluruhan penduduk menurut mata
pencaharian. Yang di maksudkan petani disini adalah masyarakat yang
bekerja sebagai petani yang mempunyai lahan untuk bisa dikerjakan,
karena di desa Pomah ini banyak mempunyai lahan untuk dikerjakan,
atau juga masyakatnya sangat menyukai bekerja seperti itu.
Kebanyakan petani tersebut menanam berbagai jenis tanaman seperti
padi, jagung, cabai, kacang dan masih banyak lagi. Kemudian tukang
sebesar 19,08 % atau 195 orang. Dalam hal ini tukang tersebut bekerja
pada bangunan yang ada disekitar desa Pomah, atau juga ada yang
memjadi tukang yang bekerja di luar desa Pomah, yang ada di kota-
kota lain atau di daerah lain. Untuk mata pencaharian terbesar ketiga
adalah buruh tani sebesar 13,20 % atau 135 orang. Kemudian swasta
sebesar 6,16 % atau 63 orang, disini yang di maksudkan swata adalah
sebagai karyawan perusahaan ataupun karyawan industri. Penduduk
desa Pomah ini juga ada yang bermata pencaharian sebagai PNS yaitu
sebesar 4,99 % atau 51 orang kebanyakan disini sebagai guru dan
perangkat desa. Wiraswasta di desa Pomah ini sebesar 4,01 % atau 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
orang sebagian mereka atau penduduk desa sini berwiraswasta sebagai
buka toko, minimarket, salon, dan bengkel. Kemudian jasa 2,83 %
atau 29 orang dan pensiunan 2,05 % atau 21 orang.
Untuk mata pencaharian jasa dan pensiunan memang tergolong
minim bila diletakkan dalam posisi desa. Karena dalam kenyataan
sangat kurang yang bekerja dengan memberikan jasanya untuk orang
lain, tidak adanya warga yang menjadi pengacara, psikolog, tukang
ojek, sopir, dan kernek. Kebanyakan masyarkat desa Pomah bekerja
sebagai petani, karena mempunyai banyak lahan ataupun sawah, dan
mempunyai kegemaran untuk bercocok tanam. Pensiunan juga
tergolong sangat sedikit, itu disebabkan juga pensiunan disini bukan
hanya dari PNS tetapi dari ABRI atau militeran jaman dulu. Dilihat
dari data tersebut dapat diketahui bahwa kesejahteraan masyarakat
penduduk Pomah pas-pasan atau sedang-sedang saja. Hal ini juga
terlihat dari rumah dan fasilitas yang dimiliki.
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Mengenai tingkat pendidikannya, penduduk Desa Pomah sangat
bervariasi. Hal ini disebabkan karena tingkat perekonomian yang
berbeda. Mereka kebanyakan kelas ekonomi menengah. Kita ketahui
bahwa salah satu faktor pendukung pendidikan adalah tingkat
ekonomi, walaupun disamping itu semangat/motivasi adalah juga hal
yang penting. Namun sebagai pola kehidupan desa, banyak dari
merekan setelah lulus SMA lebih memilih bekerja. Hal ini di dukung
dengan adanya lapangan kerja yang relatif luas yang ada di desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tersebut. Untuk variasi tingkat pendidikan di Desa Pomah dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat pendidikan
Desa Pomah
No Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 Tamat Taman kanak-kanak 52 30,76
2 Tamat Sekolah Dasar 63 37,27
3 Tamat SMP/SLTP 25 14,79
4 Tamat SMA/SLTA 21 12,42
5 Tamat Akademi (D1 – D3) 5 2,95
6 Tamat Sarjana (S1 – S3) 3 1,77
Jumlah 169 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk Desa
Pomah menduduki terbesar ditingkat tamat SD yaitu sebesar 37,27 %
atau 63 orang. Kemudian kemudian pada tingkat tamat taman kanak-
kanak mencapai 30,27 % atau 52 orang. Selanjutnya ditempayi tamat
SMP sebesar 14,79 % atau 25 orang, terus tamat SMA sebesar 12,42 %
atau 21 orang. Dan kemudian tamat D1-D3 sebesar 2,95 % atau 5
orang dan yang tamat S1-S3 sebesar 1,77 % atau 3 orang.
Oleh karena itu tingkat pendidikan Desa Pomah sedang-sedang
saja, karena terlihat pada tabel diatas sangat sedikit tahun 2010 ini
kelulusannya. Kebanyakan pendidikan anak jaman sekarang berhenti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
pada tingkat SMP/SMA itu dikarenbakan mereka memilih untuk
bekerja karena biaya untuk melanjutkan sekolah tidak punya ataupun
mereka tidak mau sekolah lagi. Alasan yang paling kuat tidak
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi adalah didasari faktor
ekonomi keluarga. Dan juga yang malas untuk sekolah dengan alasan
meringankan beban orangtuanya.
d. Komposisi Penduduk Menurut Agama
Sebagian besar penduduk Desa Pomah memeluk agama Islam,
disamping itu juga agama yang lain seperti Kristen. Komposisi
penduduk Desa Pomah menurut agama adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Komposisi Penduduk Menurut Agama
Desa Pomah
No Agama Jumlah Persentase (%)
1 Islam 3202 99,28
2 Kristen 23 0,77
Jumlah 3225 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010.
Dari tabel diatas diketahui bahwa mayoritas penduduk beragama
Islam yaitu sebesar 99,28 % atau 3202 orang, kemudian Kristen
sebesar 0,77 % atau 23 orang. Dan di Desa Pomah ini hanya ada dua
agama yang dianut oleh masyarakatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana yang ada pada suatu daerah mempengaruhi
perkembangan daerag tersebut, jika suatu daerah memiliki sarana dan
prasarana yang lebih komplek dan memadai, maka segala aktifitas penduduk
daerah tersebut akan cepat berkembang.
Sarana dan prasarana di Desa Pomah untuk menunjang kehidupan
masyarakat yang sudah memadai. Ini terlihat dengan adanya sarana kesehatan
yang ada di desa pomah seperti berikut :
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Desa Pomah kurang memadai, karena
hanya terdapat beberapa saja sehingga masyarakat kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya. Berikut tabel sarana kesehatan yang
dimiliki masyarakat Desa Pomah :
Tabel 6
Jumlah Sarana Kesehatan
Desa Pomah
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit Bersalin 1 buah
2 Poliklinik/Balai Pelayanan Masyarakat 1 buah
3 Posyandu 4 buah
Jumlah 6 buah
Sumber : Data Monografi Desa Pomah, Desember, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa fasilitas
kesehatan yang ada kurang memadai. Maka masyarakat Desa Pomah
sangat kesulitan untuk memeriksakan kesehatannya. Dari tabel tersebut
juga dapat diketahui bahwa hanya terdapat 1 Rumah Sakit Bersalin yang
melayani kesehatan bagi ibu hamil dan anak balita. Selain itu juga tersedia
4 buah posyandu yang tersebar di beberapa dusun untuk memberikan
pelayanan kesehatan untuk ibu-ibu usia subur dan anak balita. Ibu-ibu
dapat mengetahui kesehatan anaknya setiap sebulan sekali di Posyandu
dengan biaya yang relatif murah dibandingkan pelayanan kesehatan di
tempat lain. Dengan adanya posyandu tersebut masyarakat diharapkan
untuk berpartisipasi penuh untuk mendukung kesehatan anak dari ancaman
gizi buruk yang saat ini meresahkan ibu dan anak di indonesia serta juga
dapat mengetahui pola asuh seorang ibu.
Dalam kegiatan posyandu yang ada di Desa Pomah ini merupakan
suatu kegiatan rutin yang di adakan satu bulan sekali. Diantaranya terbagi
menjadi empat tempat yang terpisah. Dan setiap pos posyandu itu terdiri
dari lima orang kader dan satu orang bidan yang mengurusinya. Kader
disini diambil dari ibu-ibu PKK yang ada di Desa Pomah tersebut, sesuai
dengan wilayah dusun-dusun tertentu. Kader tersebut bertugas atau
mempunyai tugas yang telah ada misalnya, menimbang, mencatat absensi,
memberi makanan, serta menulis laporan secara global. Sedangkan
seorang bidan itu bertugas untuk memeriksa kesehatan bayi atau balita
yang datang ke posyandu ini. Sehingga dengan adanya posyandu ini bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
membantu ibu-ibu khususnya yang mempunyai balita untuk melihat
perkembangan bayinya setiap bulan. Berikut ini adalah tabel laporan
bulanan kegiatan posyandu di desa Pomah :
Tabel 7
Laporan Bulanan Posyandu
Desa Pomah
No Kegiatan
UPGK
0 s.d 1 1 s.d 3 3 s.d 5 Jumlah
L P J L P J L P J L P J
1 S 36 28 64 54 36 90 42 39 81 132 103 235
2 K 36 28 64 54 36 90 42 39 81 132 103 235
3 D 34 20 54 34 32 66 33 30 63 101 82 183
4 N1 5 4 9 - - - - - - 5 4 9
5 N2 9 7 16 20 22 42 12 7 19 41 36 77
6 N 14 11 25 20 22 42 12 7 19 46 40 86
7 T1 14 9 23 1 2 3 - - - 15 11 26
8 T2 6 - 6 8 - 8 11 5 16 25 5 30
9 T3 - - - 5 8 13 10 18 28 15 26 41
10 T 20 9 29 14 10 24 21 23 44 55 42 97
11 B1 1 1 2 - - - - - - 1 1 2
Sumber : Data Laporan Gizi Desa Pomah, Februari, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan Tabel tersebut diatas diketahui bahwa data atu jumlah
bayi dan balita yang datang posyandu lumayan banyak, hal ini terlihat
dengan data yang ada diatas. Serta juga tabel diatas tersebut dikategorikan
sesuai dengan poin-poin yang ada. Dan dibawah ini akan di terangkan
poin-poin tersebut :
1. Jumlah semua Balita yang ada di desa bulan ini (S)
2. Jumlah balita yang terdaftar atau punya KMS bulan ini (K)
3. Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di posyandu (D)
4. Jumlah balita yang garis pertumbuhannya melebihi arah garis baku
KMS/ Tumbuh Kejar (N1)
5. Jumlah balita yang garis pertumbuhannya sesuai arah garis baku
KMS/ Tumbuh Normal (N2)
6. Total jumlah balita yang naik berat badannya bulan ini (N)
7. Jumlah balita yang BB lebih di banding bulan lalu, tetapi
peningkatannya BB-nya tidak sesuai arah garis baku KMS/ Tumbuh
kurang sesuai (T1)
8. Jumlah balita yang tidak meningkat BB-nya dalam dan periode
penimbangan/ Tumbuh Datar (T2)
9. Jumlah balita yang turun BB-nya bulan ini (T3)
10. Total jumlah balita yang tidak naik / tetap berat badannya bulan ini
(T)
11. Jumlah bayi yang baru pertama kali datang dan ditimbang di
posyandu (B1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Keterangan diatas merupakan kegiatan dalam posyandu untuk
mengetahui beberapa macam tumbuh kembang bayi dan balita yang harus
diperhatikan dalam masa pertumbuhan. Tumbuh kembang bayi itu semua
tergantung dengan cara pola asuh seorang ibu atau orang tuanya. Serta dari
lingkungan yang ada. Posyandu hanya sebuah sarana untuk mengetahui
perkembangan balita, masuk dalam kategori normal ataupun kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perkembangan penduduk indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk akan
mempengaruhi tingkat kepadatan suatu daerah, dimana kepadatan penduduk yang
sangat bervariasi di berbagai daerah distribusinya tidak merata. Susunan
penduduk yang demikian menyebabkan timbulnya permasalahan berbagai bidang
salah satunya adalah kesehatan. Dan yang paling menonjol disini bisa kita lihat
tentang kesehatan anak balita, yang disebabkan oleh beberapa faktor bisa dilihat
dari cara pengasuhan oleh orang tuanya, kemiskinan, kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya kesehatan pada sekarang ini. Keluarga merupakan salah satu
kelompok kecil yang terpenting dalam tumbuh kembang seorang anak, apalagi
seorang ibu yang mengasuhnya. Ibu merupakan faktor yang terpenting demi
tumbuh kembang anak, bagaimana perilaku seorang ibu diberikan untuk
mengasuh anaknya, itu semua tergantung dengan lingkungan yang ada. Dan tidak
hanya seorang ibu saja yang berperan dalam mengasuh anaknya tapi keluarga
yang lainnya misalnya suami, keluarganya. Apalagi kalau seorang ibu harus
bekerja untuk mencari nafkah yang disebabkan karena kurangnya pendapatan
untuk keluarganya, maka bisa jadi anaknya kurang diperhatikan dan hanya diasuh
oleh keluarga dekatnya misalnya neneknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
A. HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini penulis menyajikan hasil penelitian dilapangan seperti
profil informan, perilaku ibu muda, usaha keluarga dalam membantu mengasuh
anak dan program yang ada di posyandu. Profil informan ini tidak hanya
terpusat pada ibu muda saja tapi juga ada informan pendukungnya seperti
keluarga ibu muda dan kader posyandu. Penulis juga menjelaskan dengan
detail perilaku yang diberikan ibu muda dalam mengasuh anaknya, dari
pengetahuan, kesadaran dan perilakunya ibu muda tersebut. Selain itu juga
usaha keluarga dalam membantu mengasuh anak ibu muda tersebut. Dan juga
dari kegiatan posyandu tentang program yang ada disitu, adakah program yang
akan diberikan kepada ibu muda cara mengasuh anaknya menurut ketentuan
yang diberikan dari posyandu.
Berikut ini akan dijelaskan tentang informan antara lain informan inti
dan pendukung yang memberikan informasi tentang pola asuh kesehatan anak
balita yang berada di Desa Pomah ini.
1. PROFIL INFORMAN
Informan yang sangat membantu dalam penelitian ini adalah
keluarga ibu muda yaitu ibu mertua dan ibu kandung serta bidan setempat
dan kader posyandu. Yang mana ibu-ibu diatas merupakan informan
pendukung. Sedangkan informan inti adalah berjumlah 6 orang. Untuk
mengetahui gambaran umum tentang kehidupan informan tersebut dapat
dilihat dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Ibu Iis
Usianya 21 tahun. Pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga,
mengurus anak dan suami serta membantu dalam pekerjaan rumah seperti
memasak dan bersih-bersih. Pendidikan terakhir SMA. Usia perkawinan
1,5 tahun. Mempunyai satu orang anak perempuan berumur 9 bulan.
Masih tinggal bersama mertuanya. Suami ibu iis bekerja sebagai buruh
bangunan dengan penghasilan kurang lebih Rp. 25000,- perhari, tetapi ibu
iis dalam satu hari hanya diberikan Rp. 5000,- perhari. Selain suami yang
mencari nafkah ibu iis juga masih mengandalkan mertuanya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Ibu Dina
Ibu dina ini berusia 25 tahun. Pekerjaan sehari-hari juga sebagai ibu rumah
tangga, dulu sempat bekerja dijakarta ketika anaknya berusia 9 bulan tapi
hanya dua bulan pulang lagi karena tidak tega meninggalkan anaknya, dan
sekarang hanya dirumah mengurus anak dan rumah saja karena jauh dari
suami. Pendidikan terakhir SMK. Usia perkawinan ibu dina 1 tahun 10
bulan. Mempunyai satu anak perempuan berusia 1 tahun 3 bulan. Ibu dina
tinggal bersama orangtua kandungnya, karena kan suaminya kerja di luar
kota jadi dia masih ikut sama orangtuanya. Suami ibu dina bekerja diluar
kota sebagai penjaga malam, penghasilannya Rp. 500.000,- per bulan.
3. Ibu Surani
Usianya 27 tahun. Pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga yang
hanya mengurus anak, suami dan rumahnya. Pendidikan terakhir hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tamat SD. Usia perkawinan ibu surani 4 tahun. Mempunyai satu anak laki-
laki usianya 2,5 tahun. Ibu surani ini sudah tinggal dirumah sendiri
bersama anak dan suaminya, tapi juga jarak dengan rumah orangtuanya
masih dekat. Suami ibu surani bekerja sebagai buruh pelihara ayam yang
ada di dekat rumahnya, dan penghasilannya Rp. 450.000,- perbulan.
4. Ibu Rahayu
Ibu rahayu berusia 29 tahun. Pekerjaannya adalah jualan kecil-kecilan
dirumah sambil juga jadi ibu rumah tangga, mengurus anak, rumah dan
suaminya. Penghasilannya dari ibu rahayu jualan ini Rp. 17.500,- perhari,
ibu rahayu ini berjualan karena untuk membantu suami, dan daripada
menganggur. Pendidikan terakhir yaitu tamat SMAE. Usia perkawinannya
adalah 3 tahun. Mempunyai satu anak laki-laki berusia 1,5 tahun. Dan
masih tinggal bersama orangtua sendiri. Suami ibu rahayu sebagai buruh
tukang, yang penghasilannya tidak tetap setiap harinya terkadang Rp.
20.000,- perhari kadang juga lebih.
5. Ibu Wahyuti
Berusia 28 tahun. Pekerjaannya jualan atau dagang makanan di pasar,
untuk tambah uang jajan anaknya. Penhasilannya Rp. 17.500,- perhari,
biasanya kalau ibu wahyuti berjualan anaknya yang mengajak mbah
kakungnya karena kalau ke pasar berangkatnya jam 3 pagi. Pendidikannya
tamat SMK. Usia perkawinannya 4 tahun. Mempunyai dua anak laki-laki
semua, anak pertama usianya 3,5 tahun dan anak keduanya 1 tahun,
jaraknya antara anak pertama dan kedua yaitu 2,5 tahun. Ibu wahyuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
masih satu rumah dengan orangtuanya. Suaminya bekerja di jakarta
sebagai tukang masak, penghasilannya kira-kira Rp. 500.000,-perbulan.
6. Ibu Sri Lestari
Usianya masih 20 tahun. Bekerja sebagai buruh ayam potong untuk
menambah penghasilan. Penghasilannya Rp. 20.000,- perhari biasanya
kalau ibu sri ini bekerja anaknya di ajak sama mertuanya. Pendidikan ibu
sri ini tamat SMP. Usia perkawinannya 4,5 tahun. Mempunyai satu anak
perempuan berusia 3 tahun. Ibu sri ini masih tinggal bersama mertuannya.
Suaminya tidak tetap bekerja Cuma kadang-kadang saja, jadi
penghasilannya juga tidak mesti.
Semua informan yang diambil untuk penelitian ini adalah ibu-ibu
muda yang berusia dibawah 30 tahun di Desa Pomah yang mempunyai
anak balita dengan karakteristik berdasarkan usia anak balita yang
dimiliki. Untuk menyingkan gambaran umum informan dapat dilihat dari
tabel 12 tentang tabel informan inti dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 8
Tabel Informan Inti
No Nama
infoman
inti
Umur
(thn)
Jenis
Kelamin
Anak
Balita
Ke/usia
Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
1 Iis 21 Perempuan 1/9 bln SMA Ibu rumah
tangga
-
2 Dina 25 Perempuan 1/ 1 thn 3
bln
SMK Ibu rumah
tangga
-
3 Surani 27 Perempuan 1/2,5 thn SD Ibu rumah
tangga
-
4 Rahayu 29 Perempuan 1/1,5 thn SMAE Jualan
kecil2an
dirumah
Rp. 17500,-
perhari
5 Wahyuti 28 Perempuan 1/3,5 thn.
2/1 thn
SMK Dagang
makanan di
pasar
Rp. 17500,-
perhari
6 Sri Lestari 20 Perempuan 1/3 thn SMP Buruh ayam
potong
Rp. 20000,-
perhari
Berikutnya adalah gambaran umum tentang informan pendukung yang
mana ada 2 kategori yaitu yang pertama orangtua dan mertua ibu muda, dan
yang kedua kader posyandu dan bidan setempat, yang akan di jelaskan oleh
penulis dibawah ini :
Secara tidak langsung keluarga ibu muda ini juga ikut berperan dalam
mengasuh anak balita tersebut. Karena keluarga yang paling penting
orangtuannya seorang ibu dan mertuanya juga ikut campur dalam hal
mengasuh balita, karena mereka itu sumber informasi yang paling utam bagi
ibu muda untuk mereka bertanya dan mencari informasi dalam hal
membesarkan dan merawat anaknya. Di sini penulis akan sedikit memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
gambaran tentang profil informan orangtua kandung ibu muda dan mertuanya
yang ikut berperan dalam mengasuh anak balita:
1. Ibu Siti
Ibu siti ini berusia 40 tahun. Pekerjaannya sebagai buruh rumah tangga. Ibu
siti ini adalah mertua dari ibu iis. Dan masih tinggal satu rumah dengan
anak dan menantunya. Selain itu ibu siti juga mempunyai dua orang anak
yang mana anak pertama sudah menikah dengan iis tadi dan yang kedua
masih SD. Suami ibu siti juga bekerja sebagai buruh bangunan,
penghasilannya pun juga tidak tentu, selain itu juga sebagai tani
mengerjakan lahan di sawahnya, itu untuk menambah penghasilan. Karena
kan untuk menghidupi satu rumah, walaupun anaknya juga sudah bekerja
tapi juga masih bergantung kepada ibu siti dan suaminya. Kadang juga ibu
siti ini juga membantu dalam mengasuh cucunya, tapi juga tidak setiap hari
karena ibu siti juga sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
2. Ibu Marto
Usianya 55 tahun. Bekerja sebagai petani. Ibu marto adalah mertua ibu sri
lestari. Masih satu rumah dengan anaknya dan menantu. Ibu marto ini
sebenarnya mempunyai 4 orang anak tapi yang tinggal bersamanya hanya 1
orang anak saja, yang lainnya sudah punya rumah sendiri-sendiri. Suami
ibu marto sudah lama meninggal sejak anaknya yang masih kecil umur 5
tahun, jadi terbiasa hidup Cuma bersama anak-anaknya dan mencari nafkah
sendiri, dengan mengandalkan hasil panen yang ada di sawahnya.
Walaupun ibu marto juga bekerja, tetapi juga ikut dalam mengasuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
cucunya karena kalau ditinggal ibu sri bekerja, anaknya yang mengajak ibu
marto itu. Tapi ibu sri tidak setiap hari bekerja dalam satu minggu itu hanya
4 kali saja.
3. Ibu Endang
Berusia 46 tahun. Sebagai ibu rumah tangga. Ibu endang ini adalah ibu
kandung dari ibu dina. Ibu endang ini mempunyai 4 orang anak, yang
tinggal satu rumah sama ibu endang hanya anak pertama yaitu ibu dina dan
anak ke empatnya karena yang kedua anaknya itu bekerja di luar kota, serta
yang berkeluarga baru 1 orang anak saja. Suami ibu endang ini juga bekerja
di luar kota, pulangnya saja hanya 1 bulan sekali, dan ibu endang
mengandalkan penghasilan yang didapat dari suaminya, karena untuk
menghidupi anaknya yang masih sekolah dan cucunya. Ibu endang ini juga
ikut serta dalam mengasuh cucunya malah sejak lahir sampai sekarang
masih membantunya.
4. Ibu Cipto
Usianya 53 tahun. Pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga. Dan ibu cipto ini
merupakan ibu kandung dari ibu surani. Tapi sudah tidak tinggal satu
rumah karena ibu surani sudah mempunyai rumah sendiri dan mengikuti
suaminya. Ibu cipto ini mempunyai tiga orang anak dan semuanya sudah
berkeluarga. Dan suami ibu cipto bekerja sebagai buruh tani, jadi
penghasilannya juga cuma dari suami ibu cipto sendiri. Tapi terkadang ibu
cipto juga ikut dalam membantu mengasuh cucunya kalau cucunya datang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kerumah atau kadang ibu cipto sendiri yang kerumah ibu surani karena
jaraknya cuma dekat.
5. Ibu Juminten
Berusia 45 tahun. Pekerjaannya sebagai pedagang sayur di pasar. Ibu
juminten merupakan ibu kandung dari ibu wahyuti. Masih juga satu rumah
dengan ibu wahyuti karena suami ibu wahyuti bekerja di luar kota, jadi ibu
wahyuti masih ikut dengan orangtuanya. Ibu juminten mempunyai 3 orang
anaknya, anak pertamanya juga ibu wahyuti itu dan kedua anaknya yang
lain bekerja juga diluar kota. Dan suami ibu juminten tersebut juga
membantu berjualan dipasar, mereka menggantungkan hidupnya juga dari
pasar. Karena walaupun satu rumah dengan ibu wahyuti itu pendapatannya
juga sudah sendiri-sendiri. Dalam mengasuh cucunya ibu juminten juga
ikut serta, tapi tidak sepenuhnya Cuma terkadang kalau pas ibu juminten
tidak ada kerjaan pasti ikut mengasuh cucunya. Jadi ibu juminten sama ibu
wahyuti bisa bagi tugas, antara mengasuh balita sama mengurusi rumah.
6. Ibu Juatri
Usianya 50 tahun. Bekerja sebagai pedagang makanan di pasar.
Meruapakan ibu kandung dari ibu rahayu. Ibu juatri ini tinggal satu rumah
dengan ibu rahayu, karena ibu juatri ini Cuma bersama suaminya jadi
dirumah kesepian dan ibu rahayu suruh tinggal disitu. Karena anak ibu
juatri yang lain telah berkeluarga semua dan mengikuti suaminya semua.
Suami ibu juatri hanya dirumah mengerjakan lahan di sawah, mereka
berpenghasilan juga dari jualan ibu juatri dan penghasilan sawah. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
walaupun satu rumah dengan anaknya yang bekerja, pendapatan anaknya
juga digunakan untuk kebutuhan sehari-harinya. Tetapi dalam mengasuh
cucunya ibu juatri juga turun tangan kalau pas ibu rahayu tidak bisa
mengasuh atau masih repot, ibu juatri juga membantu mengasuhnya tapi
cuma saat-saat tertentu saja.
Tabel 9
Tabel Informan Pendukung
( Ibu mertua dan Ibu kandung )
No Nama pendukung
informan
Umur
(thn)
Pekerjaan Hubungan dengan
ibu muda
1 Ibu Siti 40 Buruh rumah
tangga
Ibu mertua iis
2 Ibu Marto 55 petani Ibu mertua sri
lestari
3 Ibu Endang 46 Ibu rumah tangga Ibu kandung dina
4 Ibu cipto 53 Ibu rumah tangga Ibu kandung surani
5 Ibu Juminten 45 Pedagang sayur di
pasar
Ibu kandung
wahyuti
6 Ibu juatri 50 Pedagang makanan
di pasar
Ibu kandung rahayu
Informan pendukung selain ibu kandung dan ibu mertua juga ada yaitu
1 bidan setempat dan 2 kader posyandu sebagai berikut :
1. Ibu Melati
Berusia 24 tahun. Bekerja sebagai bidan desa. Masih tergolong baru
menjadi bidan dari 2 tahun yang lalu. Dan masih muda pula, belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
mempunyai seorang anak karena belum lama menikah. Bu melati ini sering
atau rutin datang ke posyandu karena mempunyai tugas yang sangat penting
yaitu memeriksa balita yang datang ke posyandu serta memberikan
imunisasi rutin setiap bulannya. Selain diposyandu bu melati ini juga
menbuak praktek di puskesmas desa Pomah, untuk melayani ibu hamil dan
anak anak balita serta juga melayani KB.
2. Ibu Pujiani
Berusia 31 tahun. Bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mempunyai 2 orang
anak yang masih kecil, anak pertamanya perempuan sekolah kelas 6 dan
anak yang kedua laki-laki kelas 3. Dan suaminya bekerja sebagai tukang
kayu yang bikin meja, kursi dan almari. Ibu pujiani ini menjadi kader
posyandu kurang lebih juga baru 4 tahun jalan, menggantikan kader yang
sudah tua. Dan ibu pujiani ini bertugas sebagai pencatat dalam absen dan
buku KIA.
3. Ibu Sri Lestari
Berusia 43 tahun. Bekerja sebagai buruh. Mempunyai dua orang anak. Anak
yang pertama sudah bekerja dan yang kedua masih duduk di bangku SMA.
Suami ibu sri sebagai buruh tukang. Mereka berpenghasilan dari mereka
kerja itu. Dan ibu sri di posyandu sebagai kader, yang bertugas menimbang,
mengukur lingkar kepala dan membagikan makanan tambahan. Ibu sri ini
menjadi kader kurang lebih baru 5 tahun berjalan. Semenjak bergantinya
kader yang sudah tua, diganti dengan yang muda-muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 10
Tabel Informan Pendukung
( Kader Posyandu )
No Nama
informan
pendukung
Umur
(thn)
Jabatan di
Posyandu
Lama
Menjadi
Kader (thn)
Pekerjaan
1 Ibu Melati 24 Bidan 2 Bidan desa
2 Ibu Pujiani 31 Kader 4 Ibu rumah
tangga
3 Ibu Sri Lestari 43 Kader 5 Buruh
2. USAHA YANG DIBERIKAN KELUARGA IBU MUDA DALAM
MEMBANTU MENGASUH ANAK
Keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu mengasuh
anak ibu muda tersebut, selain suami juga ada orangtua yang bisa disebut
sebagai ibu kandung ataupun ibu mertua yang satu rumah. Sejauh mana
keluarga dalam membantu mengasuh memberi pengetahuan menilai
perilaku yang ada pada ibu muda ini. Keluarga ibu muda ini selalu ada pada
saat dibutuhkan oleh ibu muda ini serta semuanya membantu setiap hari,
yang mana mungkin karena masih anaknya atau masih satu rumah,
alasannya bermacam-macam. Sperti yang di ungkapkan oleh Ibu Endang
merupakan Ibu kandung dari Dina dan masih tinggal dalam satu rumah,
sebagai berikut :
“Ya bertanya terus, ya selalu tukar pendapat dan pengalaman dalam mengasuh anaknya, paling juga cara memandikan dengan baik selain itu juga cara memberikan makanan dengan teratur. Tapikan anak saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
juga sudah punya pengalaman saat kerja dulu mengasuh anaknya” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Dan menurut Ibu Endang bahwa anaknya selalu tukar pendapat dan
pengalaman dalam mengasuh anaknya, dan pengetahuan yang diberikan
cara memandikan meberikan makananan. Selain itu sudah mempunyai
pengalaman dalam mengasuh anak orang lain sewaktu bekerja. Lain
halnya yang disampaikan oleh Ibu Marto sebagai mertua dari Sri Lestari
yang masih tinggal satu rumah dengannya :
“Ya suka bertanya caranya memandikan, mengasih maem ganti popok, ya yang ditanyakan sama menatu saya, saya kasih tahu semua, dari mandiin, maemi, ganti popok” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Sedikit berbeda pengetahuan yang diberikan dari keluarga Ibu Dina
diatas, tetapi semua mempunyai maksud yang sama memberikan atau
membagi ilmu kepada ibu muda tersebut, agar mereka tahu dan paham
cara mengasuh anak yang benar. Walaupun bukan anak kandung hanya
anak menantu tapi kasih sayang serta perhatiaannya yang diberikan itu
sama, tidak membeda-bedakan satu sama lain.
Dalam hal-hal kecil, keluarga ibu muda ini sering membantu
mengasuhnya dengan baik, tidak dimintapun keluarga ibu muda
membantu secara sukarelawan. Seperti bergantian dalam mengajak,
memandikan, memberi makan dan ketika anaknya nangis. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Endang :
“Ya, sejak anaknya lahir sampai sekarang dan secara langsung juga serta dengan kesadaran sendiri karena kan baru anak pertama dan cucu pertama saya, jadi saya iklas membantunya. Untuk membesarkan cucu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
saya. Secara langsung dari kebutuhan saat bangun tidur dan saat tidur lagi, karenakan dulu pernah ditinggal ibunya bekerja, jadi saya yang merawatnya” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Menurut Ibu Endang bahwa membantu anaknya itu dari sejak
cucunya lahir dan secara langsung serta dengan kesadaran sendiri karena
menurut Ibu Endang itu baru cucu pertama jadi dengan iklas
membantunya, semua kebutuhannya dipenuhi soalnya dulu pernah
ditinggal bekerja oleh ibunya. Ibu Endang ini sangat memperhatikan sekali
perkembangan yang ada pada cucunya, dilihat dari sejak lahir sudah
membantu mengasuhnya. Berbeda lagi dengan keluarga Ibu Iis membantu
mengasuh anaknya tidak sepenuhnya dan juga tidak tia hari dibantu dalam
mengasuh anak, hanya kadang-kadang saja. Hal ini diungkapkan oleh Ibu
Siti adalah Ibu mertua Ibu Iis yang masih tinggal satu rumah :
“Yo tak bantu, sedikit-sedikit kan bisa gantian, kalau melihat ya kasihan momong sendiri. Sejak cucu lahir, ya langsung mbak saya bantunya, secara kesadaran sendiri mbak, namanya juga momong putu, iis itu tidak pernah meminta saya untuk momong tapi yo kadang memang tak momong biar gantian” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Dari ungkapan yang telah disampaikan oleh Ibu Siti tersebut bahwa
beliau membantu mengasuh cucunya atas inisiatif sendiri serta kesadaran
sendiri dan menantunya tidak pernah menyuruh Ibu Siti untuk membantu
mengasuhnya. Karena Ibu Siti merasa kasihan jadi secara langsung dan
tidak setiap hari membantu mengasuh cucunya. Seperti matrik yang ada
dibawah ini menggambarkan tentang usaha yang diberikan kelurga ibu
muda dalam mengasuh anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matrik. 1
Usaha yang diberikan Keluarga Ibu Muda dalam mengasuh Anak
Pengetahuan yang diberikan Cara membantu dalam mengasuh anak Penilaian terhadap perilaku ibu muda
· Cara memandikan
· Menggendong
· Memberi makan
· Menggantikan popok
· Memakaikan baju
· Kalau anak menangis
· Melatih kesabaran
- Membantu secara langsung tapi
tidak semuanya dan tidak tiap hari,
hanya kadang-kadang saja.
- Bantuin sejak lahir, serta dengan
kesadaran sendiri, semua
kebutuhan anak ikut menyiapkan.
- Sudah bisa mengasuh anaknya,
tidak ada yang perlu dirubah
kareana sudah mempunyai 2 anak,
banyak pengalamannya.
- Dari perilakunya dalam mengasuh
anaknya tidak perlu ada yang
dirubah, tapi harus sabar dalam
menangani anaknya.
Sumber : Data primer bulan Maret 2011
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Dari matrik diatas menerangkan tentang kelurga ibu muda yang
khusunya adalah ibu mertua dan ibu kandung yang berperan penting dalam
membantu mengasuh cucunya atau anak dari ibu muda tersebut. Selain itu
berbeda lagi pendapat dari keluarga ibu muda yang menilai tentang
perilaku ibu muda tersebut, menurut keluarganya adakah yang perlu
dirubah dari berbagai perilaku yang telah dipraktekkan dalam mengasuh
anak. Sebagian kecilnya juga masih ada yang harus dirubah dalam mereka
mengasug anaknya menurut keluarganya, ada yang tidak sabar
menghadapi anaknya, ada yang terlalu sabar dalam menghadapi anaknya
itu sudah berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Marto sebagai
ibu mertua dari Sri Lestari yang masih satu rumah :
“Kalau cara perilakunya dan cara mengasuh anaknya sudah benar karena sudah bisa semua mengurus anak. Dan masih ada satu ada satu perilaku yang harus dirubah yaitu emosi dan kesabarannya, menantu saya ini duka memarahi cucu saya, pokoknya ngadepi anak itu harus sabar” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu Marto ini menjelaskan bahwa menantunya itu kurang sabar
dalam menghadapi anaknya, selalu emosi yang diutamakan, tetapi
menantunya sudah memahami dalam mengasuh anaknya dan tidak ada
yang perlu dirubah perilakunya. Sedangkan kalau keluarga ibu muda yang
satu ini dalam menilai perilaku anaknya itu sudah membenarkannya
artinya ibu muda sudah bisa mengasuh anaknya dengan baik, serta tidak
ada yang perlu dirubah sama sekali. Seperti yang disampaikan oleh Ibu
Juminten :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
“Udah, bisa momong anaknya dan mengasuh anaknya dengan baik. Apalagi anaknya udah dua jadikan sudah pengalaman banyak merawat anaknya. Tidak ada yang perlu dirubah, telaten kalau momong anaknya” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Ibu juminten ini menilai bahwa Ibu Wahyuti tersebut sudah bisa
mengasuh anaknya dengan baik karena sudah mempunyai anak 2 jadi
banyak pengalamannya dan tidak ada perilaku yang harus dirubah dalam
mengasuh anaknya. Sebagian besarnya keluarga yang membantu itu
adalah seorang ibu atau mertua yang dulunya juga mempunyai
pengalaman dalam mengasuh anak. Ibu-ibu tersebut memberikan
bantuannya secara langsung dan dengan kesadaran sendiri tanpa ibu muda
itu menyuruhnya para ibu-ibu itu membantunya, tetapi tidak setiap hari
membantu hanya kadang-kadang saja. Jadi kebanyakan ibu muda masih
membutuhkan tambahan bantuan dari keluarganya walaupun tidak setiap
hari. Selain itu mereka juga masih membutuhkan pengetahuan selain
pengetahuan dasarnya yang nantinya sebagai bekal dalam mengasuh
anaknya.
3. PROGRAM DAN PELAYANAN KADER YANG ADA DALAM
POSYANDU
Dalam program ini telah diikutsertakan para ibu ( masyarakat )
dalam perawatan anak-anak mereka, dengan bimbingan kader poyandu dan
bidan setempat. para ibi dilatih untuk dapat menimbang sendiri anak-anak
mereka. Sedangkan pengisian KMS dilakukan oleh kader posyandu di Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pomah dilakukan setiap satu bulan sekali di tiap-tiap kelompok
berdasarkan tanggal yang telah ditetapkan. Kader posyandu adalah ibu-ibu
setempat yang menawarkan diri untuk menjadi kader sebagai wujud
pelayanan sosial, karena mereka tidak memperoleh imbalan. Biasanya
peserta posyandu itu kurang lebih sekitar 25-50 orang setiap kali posyandu
diadakan. Setiap kader mempunyai tugas sendiri sendiri. Seperti yang
dingkapkan oleh Ibu Sri Lestari:
“Tugas ibu kader biasanya ada yang nulis berat badan, ada yang menimbang, ada yang ngasih snack, ada yang nulis KMS. Ibu kader memberi bimbingan kepada ibu muda kalau anaknya kurang timbangannya ibu kader kasih saran untuk menambah makanannya atau gizinya. Ibu muda kalau posyandu nggak ada program cuman menimbangkan anaknya. Ya yang tahu programnya itu kan bu bidan, ibu kader hanya membantu menimbang dan mencatat saja, kalau tidak ada pemberian dari bu bidan ya tidak tahu. Kadang bu bidan hanya ngasih penyuluhan saja pada bayi yang kurang sehat pertumbuhannya” (Sumber : Wawancara 23 Maret 2011)
Ibu Sri Lestari ini menyebutkan para ibu kader sudah mempunyai
tugas sendiri-sendiri dan ber beda-beda. Dan juga dijelaskan bahwa yang
tahu program yang ada diposyandu ini adalah bidan desa, kalau pas ada
program sebelum diadakannya posyandu biasanya dihubungi terlebih
dahulu. Kalaupun program rutin yang ibu kader itu juga sudah tahu tentang
penyuluhan jika ada bayi yang pertumbuhannya kurang, langsung kepada
ibu bayi tersebut, dan dikasih tau tentang cara-cara perawatannya lebih
lanjut. Hal berbeda disampaikan oleh Ibu pujiani juga selaku kader
setempat :
“Kader, Cuma ngasih atau perkembangan kesehatan balitanya. Kadang-kadang dikasih penyuluhan bila balitanya ada kelainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kesehatan misala berat badan dibawah garis merah, atau lingkar kepalanya kurang normal penyampeannya secara langsung kepada ibunya tersebut” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Ibu Pujiani menyampaikan bahwa tugas kader hanya mengasih tahu
perkembangan kesehatan balitanya, dan kadang juga ada penyuluhan tapi
itu diberikan kepada balita yang mempunyai kelainan kesehatannya,
sedangkan penyampaian ini dilakukan secara langsung kepada ibu muda
yang mempunyai anak balita.
Program yang diberikan ibu kader kepada ibu muda yang
mempunyai anak balita itu hanya diberikan kepada balita yang mengalami
gangguan dalam perkembangan tubuhnya misalnya kurangnya berat badan,
tidak normalnya ukuran lingkar kepala. Dari situ ibu kader atau bidan
setempat segera mengambil tindakan yang di berikan kepada ibu muda
berupa penyuluhan yang dilakukan secara langsung. Selain program itu
juga kalau akan diadakanya lomba balita sehat, itu baru di kasih tau. Bidan
Melati menyampaikan bahwa :
“Pelayanan berupa penyuluhan dan konseling tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak. Ada kunjungan rumah tetapi kunjungan rumah dilaksanakan jika anak ibu muda tersebut mengalami masalah misalnya gizi kurang/gizi buruk” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Bidan melati mengatakan program atau pelayanan berupa
konseling tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak, dan juga
dijelaskan lagi ada kunjungan rumah jika ada anak ibu muda yang
mengalami masalah kurang gizi. Lain halnya yang disampaikan oleh kader
posyandu ini, yaitu Ibu Sri Lestari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
“Pelayanan ibu kader kepada ibu muda ya tanya, udah ditimbang belum kalau udah ya udah kalau belum ya ditimbang. Ya ada kunjungan dirumah kalau ibu bidan menyuruh misalanya ada lomba balita gitu baru berkunjung” (Sumber : Wawancara 23 Maret 2011)
Dari situ bisa dilihat bahwa hanya pelayanan atau program standar-
standar saja dan tidak adanya program kusus yang diberikan oleh ibu
muda tersebut. Maka dari itu posyandu yang ada di Desa Pomah ini kalau
tidak ada program yang diberikan dari pusat, tidak ada pula program yang
diberikan kepada ibu muda ini. Hanya masalah perkembangan yang
kurang normal yang nantinya akan diadakannya program berupa
penyuluhan kepada ibu muda tersebut. Hal ini bisa dilihat dari matrik
program dan pelayanan kader yang ada dalam posyandu pada setiap
bulannya kegiatan tersebut dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matrik. 2
Program dan pelayanan kader yang ada dalam posyandu
Kegiatan Tugas kader Program Pelayanan Penilaian perilaku ibu muda
dalam mengasuh anak
· Posyandu 1 bulan
sekali
· Pesertanya 25-50
orang
· Memberikan
imunisasi
· Memberikan vit,
· Menimbang
· Mengukur lingkar
kepala
· Menulis buku KMS
Program hanya
diberikan kepada anak
balita yang mengalami
pertumbuhan kurang
atau berat badan di
bawah garis merah. Itu
dilakukan kunjungan
kusus untuk memberi
tahu dan harus ditindak
lanjuti. Serta juga jika
akan diadakan lomba
balita itu juga baru
dikasih tau.
Melayani
pemeriksaan bayi,
ada imunisasi,
menimbang,
mengukur lingkar
kepala, memberi
tambahan vit, dan
yang paling rutin
memberikan
tambahan makana
kecil untuk balita,
yang diberikan
secara geratis.
· Cukup baik, cukup peduli
dan memperhatikan
kesehatan serta tumbuh
kembang, terbukti banyak
ibu muda yang bertanya
kepada bidan desa.
· Kurang perhatian, karena
kesibukan orang desa, tapi
bagi ibu muda yang
berpengalaman juga lebih
memperhatikan balita tapi
hanya sebagian kecil saja.
Sumber : Data primer bulan Maret 201
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Selain program yang ada pastinya juga ada pelayanan dari ibu kader
kepada ibu muda yang mempunyai balita, bukan hanya menimbang,
mengukur lingkar kepala dan mencatat pada buku KMS tapi juga adanya
pelayanan yang lain seperti memberi makanan tambahan yang diberikan
secara gratis serta juga tambahan vitamin setiap 3 bulan sekali. Seperti yang
diungkapkan oleh bidan Melati :
“Ada pemberian makanan tambahan. Makanan yang diberikan biasanya berupa telur rebus, biskuit, makanan tersebut disediakan oleh kader posyandu. Yang menentukan makanan tersebut juga ibu-ibu kader posyandu, tidak ada kriteria kusus dalam pemberian makanan kepada anak balita, semua makanan boleh diberikan asalkan makanan tersebut tidak mengandung pewarna berlebihan, bahan pengawet dan MSG (micin) yang berlebihan” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Bidan Melati menyampaikan bahwa ada pemberian makanan
tambahan yang ada pada posyandu, makanan tersebut tidak ada kriteria kusus,
semua makanan boleh diberikan asalakan tidak mengandung pewarna
makanan, bahan pengawet dan MSG (micin) yang berlebihan. Hal senada
juga disampaikan oleh Sri Lestari bahwa :
“Di posyandu ada makanan tambahan. Makanannya sperti telur puyuh, roti, bubur kacang ijo. Makanan dari ibu kader, ibu kader uang dari kelurahan satu tahun di jatah Rp. 400000,- “(Sumber : Wawancara 23 Maret 2011)
Sama seperti yang disamapaikan oleh bidan Melati, ada makanan
tambahan, ibu kader ini juga menyampaikan seperti itu, tapi ada
penjelasannya makanan yang diberikan dari ibu kader sedangkan biayanya
dari kelurahan yang setiap tahunnya mendapat empat ratus ribu rupiah. Bisa
dilihat bahwa kegiatan posyandu ini juga menguntungkan bagi ibu muda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
karean selain bisa melihat perkembangan anaknya juga bertambahnya ilmu
mereka dalam mengasuh anaknya.
Kader posyandu dan bidan setempat mestinya bisa menilai tentang
perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya. Itu dapat dilihat kader posyandu
dan bidan dari seringnya ibu muda datang ke posyandu, dari situ dapat dilihat
perilaku ibu muda sudah benar belum dalam mereka mengasuh anaknya. ibu
kader pun punya penilaian sendiri-sendiri dalam melihat ibu muda mengasuh
anaknya. Ibu pujiani berpendapat bahwa :
“Kurang perhatian, karena kesibukan orang desa, tapi bagi ibu muda yang berpengalaman juga lebih memperhatikan balitanya tapi hanya sebagian kecil saja” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Ibu Pujiani menilai bahwa kurang perhatiannya ibu sekaran ini dalam
mengasuh anaknya karena kesibukan mereka, tapi bagi ibu muda yang
mempunyai pengalaman juga memperhatikan balitanya tapi hanya sebagian
kecil saja. Lain halnya pendapat yang disampaikan oleh bidan Melati :
“Cara mengasuh anaknya sangat baik, para ibu muda peduli dan memperhatikan kesehatan serta tumbuh kembang anaknya, terbukti dengan banyak ibu muda yang bertanya kepada bidan desa tentang hasil penimbangan di posyandu” (Sumber : Wawancara 22 Maret 2011)
Bidan melati menilai lain dari ibu kader, menyebutkan sangat baik
dalam mengasuh anak serta peduli terhadap kesehatan serta tumbuh kembang
anaknya. dari semua program dan pelayanan dalam posyandu ini juga bisa
dilakukan untuk melihat perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan
balitanya, karena dari segi rajin atau tidaknya mereka datang ke posyandu itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
juga tergantung dengan ibu mudanya, Tetapi posyandu tidak sepenuhnya bisa
menilai perilaku yang ada pada ibu muda, hanya dengan kegiatan sehari-
harinya saja itu bisa dinilai dengan benar atau tidak mereka mengasuh
anaknya, posyandu hanya untuk sarana bagi ibu muda dalam mengetahui
perkembangan tumbuh kembang bayi. Dari sini bisa dilihat bahwa posyandu
ini tidak memberikan banyak program kepada ibu muda yang mempunyai
anak, tapi program hanya disampaikan ketika ada salah satu balita yang
mengalami pertumbuhan yang kurang baik, serta program tersebut diadakan
jika ada pengumuman dari pusat. Serta juga ibu kader dan bidan setempat
menilai bahwa perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya itu sudah baik
karena dilihat anaknya tumbuh kembang dengan baik, tetapi ada juga yang
menilai bahwa ibu muda sekarang ini kurang perhatian pada anaknya karena
kurangnya mereka datang ke posyandu dan ada juga yang datang tapi hanya
diwakilkan oleh salah satu kelurganya. Jadi sangat bermacam-macam kalau
dilihat dari penilaian tersebut, balik lagi semua hanya tergantung pada pribadi
dari ibu muda masing-masing. Serta juga kegiatan posyandu tersebut kurang
maju karena kurangnya dana yang akan dilakukan untuk berbagai kegiatan
atau program untuk memajukan posyandu di desa Pomah ini.
4. PERILAKU IBU MUDA DALAM POLA ASUH KESEHATAN
ANAK
Masa balita sering dikatakan sebagai masa kritis karena kegagalan
orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak pada masa ini akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
berdampak buruk di kemudian hari. Pola asuh berupa sikap dan perilaku
ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi
kasih sayang dan sebagainya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal
kesehatan (fisik atau mental) (Satoto, 1990). Didalam hal tersebut juga
perlu adanya pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang diberikan ibu muda
dalam hal mengasuh anak, karena itu sangat mempengaruhinya. Apalagi
kalau masih muda atau seumuran di bawah 30 tahun itu belum banyak
mereka mempunyai ilmu untuk mengasuh anak. Ibu muda masih
bergantung dengan orang terdekatnya.
4.1. Pengetahuan
Di dalam bersikap dan berperilaku mengasuh anaknya di
dasari dengan pengetahuan yang ada dari seorang ibu muda untuk
mengasuh anaknya. Dan itu juga bisa dilihat dari ilmu ataupun
pengalaman ibu muda dalam mengasuh anak sehari-hari. Dari
pengalaman yang didapat itu menjadi suatu bekal seorang ibu muda
untuk merawat anaknya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Dina :
“Dari pengalaman mengasuh anak orang lain, dan keluarga sendiri, itu juga buat pengetahuan saya dalam mengasuh anak saya. Dari kedua-duanya karena menurut saya itu sangat baik “ (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Pengetahuan ataupun pengalaman bisa di dapat dari luar
maupun dari dalam keluarga sendiri. Dari luar itu bisa dari bekerja
maupun dari tetannga, dan itupun yang menjadi bekal dalam mengasuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
anaknya. Hal senada juga di ungkapkan oleh Ibu Sri Lestari sebagai
berikut:
“Dari orang-orang yang lebih tua dari saya atau tetangga saya. Karena orang yang lebih tua pasti tau, saya lebih suka pengetahuan kedua-duanya karena kan tidak semua pengetahuan itu sama pasti kan berbeda-beda jadi mana yang baik itu saya ambil” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Menurut Ibu Sri Lestari, bahwa pengetahuan yang dia dapat itu
bisa dari orang yang lebih tua misalnya dari mertua ataupun dari
tetangga. Karena orang yang lebih tua terutama seoarng ibu itu pasti
pengetahuannya lebih banyak dari pengalaman yang ada, dan
pengetahuan dari orang satu ke yang lain itukan berbeda, jadi bisa
diambil salah satu yang menurutnya itu baik.
Dalam hal-hal yang kecil, biasanya ibu mengasuh anak itu
kebanyakan pengetahuannya dari orangtuanya karena merasakan
kenyamanan dan tidak adanya rasa sungkan kalau sewaktu-waktu
bertanya. Dan orangtua pasti juga memberikan pengetahuan mengasuh
anaknya seperti yang dilakukan dulu saat mengasuh anaknya juga.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Wahyuti :
“Dari orangtua saya, karena kalau bertanya sewaktu-waktu bisa dan pengaruh positifnya lebih banyak dan saya lebih suka pengetahuan dari dalam keluarga saya karena saya lebih yakin untuk mempraktekkannya” (Sumber : Wawancara 17 Maret 20011)
Menurut Ibu Wahyuti bahwa pengetahuan mempunyai
pengaruh positif adalah dari orangtua sendiri, karena kalau bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
sewaktu-waktu pasti ada jawabannya serta lebih meyakinkan untuk
dipraktekkan jika dari orangtua sendiri.
Selain dari pengetahuan yang dipunyai oleh ibu muda
mengasuh anaknya, dalam mengasuh pasti ibu muda juga mempunyai
pengalaman yang didapat atau pengetahuan yang dipunyai sebelum ibu
itu bertanya dengan orangtua dan tetangga. Yang mana mungkin dulu
pengalaman itu dari belajar memandikan, menyuapi dan menggendong
adiknya atau anak saudaranya. Dari situ bisa dilihat bahwa
pengalaman yang ada merupakan pembelajaran yang sudah di jalani
oleh ibu muda, dengan secara langsung ibu muda mengasuh anak,
walaupun bukan anaknya sendiri. Pengalaman yang di dapatpun masih
ilmu dasar dalam mengasuh anak, misalnya cara menggendong,
memandikan, menyuapi, memakaikan pakain, hal-hal seperti itulah
yang pernah dilakukan ibu muda dalam mengasuh anak. Belum
sepenuhnya atau dengan detail ibu muda mengetahui dalam mengasuh
anak. Hal tersebut di ungkapkan oleh Ibu Iis, yang menceritakan
pengalaman mengasuh anak :
“Pengalaman yang saya dapat adalah bisa memandikan anak, menyuapi saat makan, mengatur anak dengan baik, mengetahui perkembangan anak, dan cara memakaikan pakaian” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Dan menurut Ibu Iis bahwa pengalaman yang di dapat hanya
bisa memandikan, menyuapi saat makan, mengatur anak dengan baik,
mengetahui perkembangan anak, dan cara memakaikan pakaian. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
situ bisa di lihat pengalaman yang di punyai oleh salah satu ibu muda
merupakan sebagai ilmu atau pengetahuan dasar dalam mengasuh
anaknya. Bahkan ibu ini belum mengetahui secara dalam tentang
bagaimana mengasuh anaknya dengan benar, hanya saja dengan ilmu-
ilmu dasarnya saja. Dalam mengasuh anak terutama balita itu tidak
hanya mengetahui ilmu dasarnya saja, melainkan juga harus
mempunyai rasa sabar yang juga diterapkan dalam mengasuh anak.
Sabar di sini bisa di maksudkan dalam situasi pada saat mengasuh
misalnya saat anak nangis/rewel, saat anak sakit. Dan menjadi seorang
ibu itu tidak mudah, maka dari itu harus mempunyai rasa sabar yang
harus diterapkan dalam mengasuh anak. Seperti yang diungkapkan
oleh ibu Rahayu :
“Pengalaman saya hanya sabar dalam mengasuh anak, karena jadi seorang ibu itu tidak mudah, harus bisa melatih kesabarannya” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Menurut Ibu Rahayu, pengalamannya hanya sabar, karena
menjadi seorang ibu itu tidak mudah dan harus bisa melatih kesabaran
dengan baik. Kunci mengasuh anak itu selain mempunyai ilmu
dasarnya juga rasa sabar, sabar dalam menghadapi tingkah laku
anaknya. Orangtua sangat berperan dalam mendidik dan membantu
perkembangan anak balitanya, terutama seorang ibu. Sebab, sebagian
besar dari waktu yang dilewatkan bersama orangtua. Orangtualah yang
memberi makan, minum, merawat, mengasuh dan bermain dengan
anak. Bilamana anak menjadi lebih besar dapat diajak bercakap-cakap,
bertanya jawab, bernyanyi bersama dan seterusnya. Mengingat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
peranannya sangat besar, hendaknya seorang ibu mengetahui dengan
tepat dan bagaimana pembinaan yang harus di lakukan oleh ibu kepada
anaknya. Tetapi dengan semua itu, ataupun hal-hal yang sudah
diketahui atau ilmu yang didapat ibu muda dalam mengasuh anaknya,
masih juga ada kesulitan dalam mengasuhnya, terkadang ibu muda
masih merasa sulit untuk bisa mengasuh anaknya dengan benar.
Mengasuh anak itu memang tidak semudah yang dibayangkan, perlu
kesabaran dan pengetahuan yang banyak dalam menerepkannya.
Kadang ilmu atau pengetahuan saja tidak cukup untuk diterapkan, itu
semua juga tergantung dengan ibu muda itu sendiri. Dalam penelitian
ini ada beberapa ibu muda yang mengalami kesulitan dalam mengasuh
anaknya. Dan hal ini di ungkapkan oleh Ibu Sri Lestari :
“Ya terkadang ada, ya saya memilih cara itu juga saya harus hati-hati karena mengasuh anak itu tidak gampang, perkembangan anak sekarang cepat, juga daya ingatnya bagus jadi kita harus berhati-hati dalam kita bicara atau melakukan sesuatu” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Yang disampaikan Ibu Sri Lestari bahwa mengasuh anak itu
juga ada kesulitannya dalam ilmu yang diterapkannya, karena melihat
perkembangan anak sekarng ini sangat cepat, dan cerdas, terkadang
juga ibu muda mengalami kewalahan dalam mengasuhnya. Maka dari
situ sebagai ibu muda harus hati-hati dalam bersikap dan bertindak jika
di depan anak balita. Pada zaman sekarang ini memang zaman
modern, perkembangan dari segi alat komunikasi sangat canggih,
apalagi sekarang anak balita saja sudah sedikit banyak dikenalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dengan alat-alat tersebut. Misalnya seperti tv, hp, komputer, maka ibu
muda harus berhati-hati dalam mendidiknya, apabila ibumuda salah
dalam mengambil cara dalam mengasuhnya saja nanti jadi
menghambat perkembangan dan pertumbuhan yang sehat bagi anak.
Selain itu juga ada seorang ibu muda yang dengan gampangnya
mengasuh anak, dengan cara yang sudah mereka dapat dari berbagai
pihak untuk diterapkan. Menganggap bahwa cara yang sudah di ambil
itu merupakan cara yang sudah baik, dan dengan berbagai banyaknya
pengetetahuan dari tempat yang berbeda itu juga bisa lebih memahami
dalam mengasuh anak. Serta juga ibu muda bisa membandingkan dan
memilah-milah pengetahuan yang di dapat dari berbagai pihak, mana
pengetahuan itu yang harus di terapkan dalam mengasuh anak. Sperti
yang diungkapkan oleh Ibu Dina ini yang mana beliau mendapatkan
pengalaman atau pengetahuan dari mengasuh anak orang lain, sebagai
berikut :
“Tidak, karena dengan banyaknya pandangan akan lebih cepat saya memahami polah-polah anak dan menambah pengetahuan” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Dina bahwa banyaknya
padangan dalam mengasuh anak menjadikan tidak adanya kesulitan
yang ada, dan akan lebih cepat dalam memahami polah-polah anak
serta menambah pengetahuan Ibu Dina dalam mengasuh anaknya.
Hal ini juga bisa dilihat dalam matrik yang ada dibawah ini
tentang pengetahuan ibu muda dalam pola asuh anak. Dan didalamnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
mempunyai beberapa pengetahuan tentang dasar-dasar mengasuh
anaknya, dari sumbernya, hal yang diketahui dalam mengasuh anak,
serta kesulitan dalam pengambilan sikap, seperti berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matrik. 3
Pengetahuan
Ibu muda Sumber
pengetahuan
mengasuh anak
Hal yang di ketahui dalam
mengasuh anak
Kesulitan dalam
pengambilan sikap
mengasuh anak
Keterangan
Ibu Iis Dari lingkungan
keluarga
Memandikan anak
Menyuapi saat makan
Mengatur anak dengan baik
Mengetahui perkembangan anak
Cara memakaikan pakaian
Ada kesulitan, kalau
dijalani dengan pelan-
pelan pasti bisa, tapi
kewajiban sebagai
seorang ibu tidak mudah.
Memilih dari lingkungan
keluarga karena masih
banyak pengalaman
mengasuh anak serta tidak
kekuk mau tanya tentang
apapun juga.
Ibu Dina Pengalaman
mengasuh anak
orang lain dan
keluarga sendiri.
Saat anak terbangun dari tidur
harus ditemani dan diperhatikan
perkembangan anak serta tau
tentang mempersiapkan peralatan
makannya setiap hari.
Tidak ada, semakin
banyaknya padangan akan
lebih bisa memahami
polah polah anak, dan
menambah pengetahuan.
Pengalaman mengasuh
anak orang lain dan
pengetahuan dari keluarga
dan kedua-duanya itu
sangat baik untuk
dipraktekkan.
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ibu Surani Dari orangtua dan
belajar sendiri.
Dapat merawat dan mendidik
anak dari hal cara memandikan,
menyuapi dan mengajak bermain
anak.
Tidak ada, sudah yakin
cara itu sudah baik untuk
anak.
Memilih cara dari orangtua
yang bisa mengarahkan
kalau ada yang salah dan
belajar sendiri, tapi lebih
komplit pengetahuan dari
orangtua dibanding belajar
sendiri, karena lebih
berpengalama,
Ibu Rahayu Dari ibu sendiri. Harus selalu sabar dalam
mengasuh anak, menjadi seorang
ibu itu tidak mudah, harus bisa
melatih kesabaran.
Tidak, karena sudah
menjadi kewajiban
seorang ibu untuk
mengasuh anaknya.
Pengalaman dari ibu
sendiri, karena bisa
langsung dipraktekkan dan
lebih bisa dipercaya, yang
paling penting melatih
kesabaran.
Ibu
Wahyuti
Dari orangtua. Tau cara mengasuh anak,
momong anak, cara memberikan
makan, memandikan dan
menggantikan popoknya kalau
Tidak, karena yakin
dengan cara ini dalam
mengasuh anak ada yang
membantu.
Kalau pengetahuan dari
orangtua itu jika bertanya
sewaktu-waktu bisa dan
pengaruhnya positif lebih
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ngompol. banyak dan lebih yakin
untuk mempraktekkannya.
Ibu Sri
Lestari
Dari orang-orang
yang lebih tua dan
tetangga.
Menggendong anak, memberi
makanan, dan memandikan. Yang
lainnya masih bertanya-tanya.
Terkadang ada kesulitan,
karena dengan cara itu
juga harus berhati-hati
karena mengasuh anak itu
tidak gampang.
Memilih dari orang yang
lebih tua itu karena pasti
lebih tau dan tetangga.
Dari kedua-duanya itu
bagus karena tidak semua
itu sama pengetahuannya.
Sumber : Data primer, bulan Maret 2011
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa setiap pengetahuan yang
di dapat oleh beberapa Ibu muda ini berbeda-beda serta tingkat
kesulitannya dan tidak sulitnya dalam menerapkan pengetahuan ini juga
berbeda-beda. Untuk merawat tumbuh kembang seorang balita agar
nantinya bisa menjadi sehat itu tidak cukup dengan adanya pengetahuan
saja, tetapi juga harus adanya kesabaran yang dipunyai oleh setiap para ibu
muda. Perilaku yang dipunyai oleh ibu muda ini, sebagain besar mereka
hanya mempunyai pengetahuan dasar dalam mengasuh anaknya, serta
sebagian besar pengetahuan itu dari dalam keluarga, masih sangat awam
bagi mereka mendapatkan ilmu dari luar, misalnya baca buku, bertanya
dengan orang yang lebih tau tentang perkembangan anak. Hal ini di
pengaruhi karena ibu muda kurang percaya dengan pengetahuan yang di
dapat dari luar keluarga, serta tidak nyamannya ibu muda itu untuk
bertanya, masih adanya rasa canggung dalam berkomunikasi jika ibu muda
tersebut ingin bertanya tentang pengetahuan mengasuh anaknya.
Walaupun bisa dilihat disini bahwa pendidikan mereka yang cukup tinggi,
tapi kurangnya komunikasi dengan dunia luar serta kurangnya pergaulan
membuat ibu muda ini hanya sampai segitu dalam mendapatkan
pengatahuan dalam mengasuh anaknya. Ibu muda yang mempunyai
pengalaman dari luar dalam mengasuh anaknya itu hanya dari pengalaman
mereka bekerja dan bertanya dengan tetangganya yang lebih tua dari ibu
muda itu. Dalam mengasuh anaknya, ibu muda ini menginginkan semua
pengetahuan yang didapat dari dalam keluarga karena mereka berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
bahwa dari orangtua lah yang paling mereka sukai, karena merasakan
kenyamanan dan kemudahan bertanya sewaktu-waktu tentang mengasuh
anaknya.
4.2. Kesadaran
Tidak hanya pengetahuan yang harus diterapkan didalam
mengasuh anak, tetapi juga pentingnya kesadaran yang harus diterapkan.
Tanpa adanya kesadaran para ibu muda tidak bisa menerapkan
pengetahuan yang mereka punya.
Mengenai kesadaran yang berkaitan dengan perilaku ibu muda
dalam pola asuh kesehatan anak, disini di maksudkan bahwa seorang ibu
muda itu melakukan atau menerapkan ilmu atau pengetahuan tentang
mengasuh anak yang didapatnya serta juga sikap dalam mengasuh anak
masih dengan paksaan atau kesadaran sendiri, tidak adanya paksaan dari
manapun, karena ibu muda sudah menyadari bahwa mengasuh anak itu
memang tanggung jawabnya yang harus di lakukan dengan sebaik-
baiknya. Hal ini bisa dilihat pada matrik yang ada dibawah ini tentang
kesadaran ibu muda dalam mengasuh anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matrik. 4
Kesadaran
Ibu muda Kesadaran dalam menerapkan pengetahuan dan sikap mengasuh
anak
keterangan
Praktek Paksaan / kesadaran
Ibu Iis Dari pengetahuan yang di dapat
sudah dipraktekkan tapi tidak
semua dipraktekkan cuma diambil
hal hal yang penting, terkadang ada
yang lupa.
Dengan kesadaran sendiri Dengan kesadaran sendiri karena sudah
mempunyai pengalaman mengasuh anak
dari yang di dapatkan.
Ibu Dina Sudah dijalankan dan
mempraktekkan hal-hal yang
penting saja dalam mengasuh anak.
Tidak ada paksaan Dijalankan dan tidak ada paksaan karena
dengan iklas dalam mengasuh anak, serta
selalu bertanya jika ada yang tidak tahu
dan merawatnya.
Ibu Surani Sudah dijalankan pengetahuan dari
orangtunya, dan dijalankan
Kesadaran sendiri Karena sudah tau dari orangtua dan
pengalaman menjaga dan merawat anak.
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
semampunya saja.
Ibu Rahayu Pengetahuan dari ibu tentang
kesabaran itu, selalu ditanamkan
dalam membesarkan anak.
Tidak terpaksa Karena dengan memberikan ASI kepada
anak bisa menjaga kekebalan tubuh, dan
makanan bergizi sangat diperlukan dalam
perkembangan dan pertumbuhan, karena
kesehatan selalu dijaga agar tidak mudah
sakit.
Ibu Wahyuti Sudah dijalankan, karena
pengetahuannya dipraktekkan
semua jadi nyaman.
Kesadaran sendiri Karena naluri seorang ibu menunjukkan
kasih sayangnya kepada anak dari
memandikan, ngasih makanan,
menidurkan dan ketika memberikan
pengetahuan yang ada disekitarnya.
Ibu Sri Lestari Pengetahuan yang didapat, dari
orangtua dan tetangga itu semua di
jalankan atau dipraktekkan.
Tidak ada paksaan Karena mengurus anak harus hati-hati dan
perhatian yang lebih, agar tumbuh sesuai
dengan umurnya serta tidak mudah sakit.
Sumber : Data primer, bulan Maret 2011
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dari penelitian ini dan beberapa ibu muda kebanyakan dalam hal
mengasuh anaknya secara kesadaran sendiri atau tidak adanya paksaan
dari siapapun, karena sudah menjadi kewajiban yang harus di jalankan
oleh semua ibu yang mempunyai anak. Misalnya seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Surani sebagai berikut :
“Sudah, tidak ada paksaan, dengan kesadaran sendiri kan sudah tahu dari orangtua dan pengalaman saya menjaga dan merawat anak saya” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Ibu Surani mengatakan bahwa, sudah menjalankan praktek dalam
mengasuh anaknya dengan benar, dan juga dengan kesadaran sendiri,
sudah mempunyai pengetahuan atau bekal dalam mengasuh anaknya dari
orangtua jadi menurut ibu surani itu dalam mengasuh anaknya itu sudah
yakin dengan cara yang di pilih dalam merawat anaknya. Seorang ibu
muda dalam mengasuh anak biasanya dia memilih dengan cara yang lebih
mudah, apalagi saat menikah masih berumur dibawah 20 tahun,
kebanyakan masih bergantung pada orangtua. Melakukan kegiatan apapun
itu masih juga dengan orangtuanya. Ini disebabkan karena seumuran 20
tahun itu masih masa-masa menginjak ke dewasa jadi masih labil
emosinya, terkadang kelakuannya masih seperti gadis yang belum
mempunyai anak. Umur itu juga sangat mempengaruhi sekali dengan
tingkat kesadaran yang dipunyai oleh ibu-ibu muda sekarang ini, umurnya
sudah mencukupi tapi kelakuannya masih seperti anak kecil.
Tetapi hal seperti itu berbeda dengan seorang ibu muda yang satu
ini, ibu muda ini sangat sayang kepada anaknya, mengasuh anak dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
hati seorang ibu tidak dengan emosi sesaat. Itu semua jika seorang wanita
itu sudah menjadi ibu atau sudah mempunyai seorang anak, akan tumbuh
dewasa dengan sendirinya, karena terdesak oleh hati, nalurinya keluar
sebagai perempuan dewasa. Seperti yang di ungkapkan oleh ibu wahyuti
seperti berikut ini :
“Ya sudah saya jalankan, ya dengan kesadaran sendiri. Karena naluri seorang ibu kan menunjukkan kasih sayangnya kepada anaknya dari memandikan, ngasih makanan, menidurkan dan ketika memberi pengetahuan yang ada disekitarnya” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Maksudnya adalah, dalam mengasuh anak itu sudah di jalankan dan
dengan kesadaran sendiri bahwa naluri seorang ibu itu ditunjukkan dengan
kasih sayangnya kepada anak dalam mengasuh anaknya dengan baik.
Dalam mengasuh anak, tidak dengan kita mencukupi kebutuhan lahiriyah
saja tetapi juga kebutuhan batiniyah juga harus dipenuhi, karena hal seperti
itu juga sangat penting dalam mengasuh anak. Tanpa adanya kasih sayang
dari orangtua terutama seorang ibu, pertumbuhan anak yang ada pasti akan
terhambat, yang mana mungkin dari pertumbuhan psikologynya. Anak
akan cenderung menjadi pemalu, penakut dengan orang jika besar nanti,
serta tidak akan bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Hal seperti ini di
karenakan kurangnya kasih sayang dari seorang ibu disaat balitanya.
Banyak cara yang dapat di lakukan untuk merangsang tumbuh kembang
anak. Senyum, belaian, kasih sayang serta penghargaan seperti ucapan
terimakasih dan pujian pada balita merupakan cara berinteraksi yang tidak
perlu di beli tetapi sangat bermanfaat bagi perkembangan balita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Kesehatan fisik juga sangat penting dalam mengasuh anak, karena
itu merupakan sumber untuk bertahan hidup. Tanpa mempunyai fisik sehat
anak juga tidak bisa berkembang dengan baik. Tetapi semua ini balik dari
seorang ibu mengasuh anaknya, tidak cukup hanya diberi makan yang
bergizi dalam mengasuh anak, selain itu juga masih memerlukan tambahan
yang lainnya, seperti diberikannya ASI selama 2 tahun, karena ASI
merupakan makanan yang sangat penting dan berkwalitas tinggi. ASI jika
masih bayi itu sangat dibutuhkan banyak karena pengganti makanan yang
paling utama, tanpa ASI anak tidak bisa berkembang dengan baik. Seperti
ibu muda yang satu ini, sangat pduli sekali dengan perkembangan anak
terutama pada kesehatan dan pertumbuhan badannya, dan sangat menjaga
asupan yang masuk, berikut ini ungkapan dari Ibu Rahayu :
“Insyaallah sudah dan tidak terpaksa, karena dengan saya memberikan ASI kepada anak bisa menjaga kekebalan dalam tubuh, makanan bergizi sangat diperlukan dalam perkembangan dan pertumbuhan, kesehatan itu harus dijaga agar tidak mudah sakit” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Dari ungkapan Ibu Rahayu, sangat mempedulikan kesehatan
anaknya terlihat dari rutinnya memberikan ASI, dan makanan bergizi agar
nantinya berkembang dengan sehat dan tidak mudah sakit. Dari sini bisa
kita lihat bahwa setiap ibu muda itu mempunyai cara yang berbeda-beda
dalam mengasuh anaknya, itu di sebabkan mereka mempunyai latar
belakang yang berbeda, dari pendidikan, umur, pengetahuan yang didapat,
keluarga dan ekonomi ibu muda tersebut. Semakin tinggi pendidikannya
maka akan semakin banyak pengetahuan yang didapat, karena secara tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
langsung pasti mendapatkan pengetahuan dari berbagai pihak yang bisa di
praktekkan dalam mengasuh anak balitanya. Umur juga begitu pula, jika
sorang perempuan menikah sebelum usia 17 tahun, itu pasti ibu muda
tersebut belum siap untuk mempunyai anak, karena pikirannya masih
kurang dewasa, serta kurangnya pengetahuan tentang mengasuh anak yang
benar, yang ibu muda tahu hanya pengetahuan dasarnya seperti
memandikan, memberi makan, memakaikan pakaian, tetapi ibu muda
belum begitu memahami atau mendalami mengasuh anak yang benar. Ibu
muda tersebut hanya bisa melakukannya setau saja. Itu juga berhubungan
dengan ekonomi dalam keluarga tersebut, dimana dalam mengasuh anak
juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk mencukupi gizinya
setiap harinya pun juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, untuk
membeli makanan, susu, peralatan anak dan kalau anak sakit juga harus di
obati, semua membutuhkan uang. Tetapi itu semua juga tidak bisa
menjamin bahwa ibu muda bisa atau mengetahui banyak tentang
mengasuh anak, balik lagi pada kepribadian ibu muda tersebut, terkadang
pendidikan tinggi juga belum bisa menjamin bahwa mereka mempunyai
banyak pengetahuan atau sudah begitu paham dengan pola asuh anak
begitupun seterusnya.
Dalam penelitian ini yang diambil adalah ibu muda yang berada di
lapisan bawah, itu artinya bahwa ibu muda tersebut hanya mempunyai
penghasilan kurang dari enam ratus ribu rupiah perbulannya itu dasar dari
kemiskinan menurut BPS yang ada, dengan pendapatan hanya segitu tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Para ibu muda
sekarang ini akan melakukan segala cara untuk mereka memenuhi
kebutuhan buah hatinya agar bisa sehat, kebanyakan dalam pemikiran ibu
muda itu sing penting sehat yang artinya bahwa tidak harus dengan
makanan yang bergizi, minum susu formula, dan vitamin, tapi dengan cara
mengasuh anak yang bener dan tidak mudah sakit itu ibu muda sudah
senang. Karena hidup di desa ini ibu muda masih menggunakan atau
menganut cara yang diterapkan oleh keluarganya yaitu ibunya sendiri atau
mertuanya.
Ibu muda telah mengasuh anaknya dengan semampu mereka serta
dengan kesadaran dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapatnya.
Agar supaya anak yang di asuh oleh ibu muda tersebut berkembang
dengan baik, sehat serta pintar yang menjadi harapan dari semua
orangtuanya. Menjaga kesehatan anak itu tidaklah gampang perlu
pengetahuan yang banyak untuk diterapkannya ilmu, tetapi hal tersebut
tidak bisa berjalan jika tidak adanya kesadaran pada ibu muda dalam
membesarkan anaknya.
4.3. Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kata lain perilaku merupakan
respon individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun berasal
dari dalam dirinya. Perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
juga di pengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Bisa dari dalam
keluarga dan lingkungan keluarga yang ada sekarang ini. Perilaku dalam
mengasuh ini bukan hanya perilaku dalam dasar sebagai ibu saja tetapi
lebih dari itu, maksudnya seorang ibu benar-benar mengasuh dengan kasih
sayang sepenuhnya, dari mulai menyiapkan segala peralatannya sampai
urusan kesehatan yang ada pada anak tersebut. Perilaku yang diterapkan
pada ibu muda ini juga harus di dasari dengan pengetahuan dan kesadaran
yang ada dalam mengasuh anaknya. Tidak hanya sembarangan dalam
bertindak atau berperilaku kepada anak semua itu hanya untuk
mendapatkan anak sehat, dan berkembang dengan baik hingga besar nanti.
Perilaku ibu muda ini bisa dilihat dari cara merawatnya, misalnya
memberikan ASI berapa lama anak tersebut diberikan ASI, diberikan
pengganti apa setelah tidak minum ASI (susu formula, air putih, teh) atau
malah tidak diberikan apa-apa hanya seadanya saja. Selain itu juga bisa
dari makananya, makanan seperti apa yang diberikannya, sudahkan
memenuhi kebutuhan gizinya, ibu muda disini harus bisa mengarahkan
asupan yang masuk untuk perkembangan anaknya. Dan juga jika anak
sakit itu ibu muda merawatnya dengan cara yang bagaimana, (diobati,
dibawa puskesmas) atau dengan memberikan obat lain, tergantung dengan
kepercayaan serta pengetahuan yang dimilikinya. Dan tidak kalah
pentingnya jika dalam usia kurang dari 5 tahun itu harus sangat berhati-
hati dalam mengasuh anak karena itu merupakan masa-masa yang rentan
dengan penyakit, harus rutin di kasih imunisasi, vitamin, dan pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang lainnya. Seperti dalam matrik dibawah ini dijelaskan bahwa perilaku
ibu muda dalam mengasuh anaknya, yang mana perilaku itu masuk dalam
praktek yang dilakukan oleh ibu muda terhadap anaknya. baik buruknya
perkembangan anak itu juga dipengaruhi oleh cara mengasuhnya atau
perilaku yang dipraktekan dalam kesehariannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matrik. 5
Perilaku
Ibu muda Perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak Dampak perilaku
ASI Makanan bergizi Sakit Posyandu
Ibu Iis · Minum ASI
· Selama 1.5 thn
· Penggantinya air
putih, teh dan susu
Makanan bergizi
seperti sayuran, lauk
pauk itu sudah
diberikan karena
harus hati dalam
memberikan
makanan, kalau masih
kecil itu rentan
dengan sakit.
Sering sakit,
karena seumuran
segini rentan
dengan sakit.
Biasanya dibawa
kepuskesmas,
paling sering sakit
flu, panas dan
batuk.
Pernah ke
posyandu satu
bulan sekali,
karena untuk
mengetahui
perkembangan
anak.
Dengan perilaku yang
dipraktekkan itu dampaknya
baik dan nyaman, karena
anak berkembang dengan
baik dan juga mengetahui
tentang tentang mengasuh
anak yang sesungguhnya.
Ibu Dina Memberikan ASI
selama 9 bulan,
diganti dengan
Tidak diberikan
makanan yang
mengandung banyak
Tidak sering sakit,
dan apabila sakit
dicoba dengan
Satu bulan sekali,
dan pernah
datang untuk
Positif, sangat nyaman
karena selalu mengajarkan
atau apa-apa yang baik dan
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
susu formula. gula dan lemak yang
berlebih dan memilih
memberikan makanan
sayuran yang bergizi
saja diberikan
secukupnya.
obat tradisional
dulu, kalau belum
sembuh dibawa ke
puskesmas.
Biasanya Cuma
pilek dan panas
saja.
mengetahui
perkembangan
anak tentang
berat badan serta
keadaan
tubuhnya.
mengarahkan agar tidak
salah dalam beraktivitas
sehari-hari.
Ibu Surani Diberi ASI selama
22 bulan
penggantinya
dengan bubur,
nasi, teh manis.
Makanan yang bergizi
itu, seperti bubur, nasi
dan lauk dan yang
membuat kenyang
anak.
Kadang-kadang
saja, saya kasih
obat dari warung
kalau belum turun
panasnya dibawa
kepuskesmas,
biasanya Cuma
badannya yang
panas.
Pernah dan rutin,
supaya mengerti
pertumbuhan
anak.
Dampaknya lebih bisa sabar
lagi dan pengalaman
bertambah serta juga
nyaman.
Ibu Rahayu Memilih ASI
selama 1.5 thn.
Makanannya seperti
sayur, buah, lauk
Sering sakit,
dikasih obat dari
Rutin tiap bulan
selalu
Senangdan bahagia bisa
menjadi seorang ibu yang
94 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dan diganti
dengan susu
formula saja
pauk, yang
mencangkup 4 sehat 5
sempurna, tapi tidak
setiap hari diberikan
karena kalau pas ada
saja dan yang penting
baik untuk anak.
warung kalau
belum sembuh
dibawa
kepuskesmas,
biasanya sakit flu
saja atau pas
tumbuh gigi
badannya juga
panas.
keposyandu,
untuk
mengetahui berat
badan dan
pertumbuhan
tubuh yang lain.
bisa merawat anak agar
tumbuh dengan sehat dan
cerdas, dan nyaman.
Ibu
Wahyuti
Diberikan ASI
selama 2 tahun,
diganti dengan air
putih saja.
Yang penting
makanannya bersih
dan sehat itu sudah
merupakan makanan
bergizi.
Jarang sakit,
dicoba obat dulu
kalau tidak ada
perubahan
kepuskesmas,
biasanya karena
cuaca, cuma batuk
dan pilek saja.
Pernah ke
posyandu, untuk
mengetahui
pertumbuhan
berat badannya
dan untuk
mendapatkan
tambahan
vitamin.
Dampaknya positif, karena
senang merawat anak jadi
juga merasa nyaman, karena
kan juga di asuh sendiri
tidak dengan oranglain,
paling gantian juga Cuma
dengan orangtua saja.
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ibu Sri
Lestari
Diberikan ASI
hanya 1.5thn.
diganti dengan
susu formula.
Makanan bergizi itu,
makanan yang
mengandung 4 sehat
5 sempurna misal
sayuran, susu, lauk
pauk, dan itu sudah
cukup.
Tidak, langsung
dibawa
kepuskesmas,
biasanya Cuma
pilek dan panas
saja.
Pernah, karena
kegiatan rutin
sebulan sekali,
dan juga bisa
melihat
perkembangan
anak.
Dampaknya bagus karena
anak dapat menurut dan
berperilaku baik, dan selama
bisa mengasuhnya dengan
baik.
Sumber : Data primer, bulan Maret 2011
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Dari semua perilaku yang ada yang selalu di terapkan oleh ibu
muda tersebut pasti juga berdampak bagi ibu muda itu, dari dampak positif
atau negatif itu pasti ada. Dan para ibu muda tersebut pasti mempunyai
pendapat yang berbeda-beda.
a) ASI
Perilaku yang diterapkan oleh Ibu Rahayu untuk mengasuh
anaknya dalam menberikan ASI, Ibu Rahayu ini sangat rajin dalam
memberikan ASInya karena kwalitas susu terjamin. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan Ibu Rahayu dalam wawancara sebagai
berikut :
“Saya memilih ASI, karena sangat bagus buat tumbuh kembang anak serta kwalitas susu terjamin. Saya memberikan ASI selama 1,5 tahun saja, karenakan menurut agama kalau anak laki-laki itu hanya samapi umur 1,5 tahun dan perempuan 2 tahun, dan juga puting saya suka di gigit. Saya ganti dengan susu formula saja, yang bisa memberikan gizi untuk pertumbuhannya, walaupun tidak sebagus ASI tapi minimal juga ada gizinya dan bisa tumbuh kembang dengan baik” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011) Dari apa yang telah diungkapkan oleh Ibu Rahayu tersebut
bahwa ibu muda ini hanya memberikan ASI selama 1,5 tahun saja
karena dari beberapa pertimbangan yang ada, serta juga ibu muda ini
memilih ASI karena bagus untuk perkembangan anaknya dan kwalitas
susunya juga terjamin. Ibu Rahayu ini memberikan susu formula
sebagai pengganti ASI supaya bisa memberikan gizi untuk
pertumbuhannya, walaupun tidak sebagus ASI tapi minimal juga ada
gizinya dan bisa berkembang dengan baik. ASI itu penting bagi bayi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
disaat masih lahir minimal sampai umur 6 bulan saja masih
membutuhkan ASI, didalam ASI tersebut terdapat kandungan yang
sangat bagus untuk perkembangan anaknya dibandingkan jika
diberikan susu yang lain.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok
bagi bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan
dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti
susu sapi, susu kerbau dan lain-lainnya. Air susu ibu sangat
menguntungkan dilihat dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan,
ekonomi maupun sosio-psikologis. Hal ini terlihat di berbagai negara
atau wilayah dimana higiene lingkungan belum memadai di samping
makanan bayi pengganti air susu ibu tidak tersedia ataupun harganya
sangat mahal dan tidak terjangkau oleh daya beli penduduk pada
umumnya. Banyak faktor yang menyebabkan keengganan seorang ibu
menyususi bayinya, diantaranya adalah kurangnya informasi tentang
manfaat dan keunggulan ASI, serta kurangnya pengetahuan ibu tentang
upaya mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI selama periode
menyusui. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dina
yang hanya samapai umur 9 bulan memberikan ASI terhadap anaknya
karena alasan tertentu, sebagai berikut :
“Iya tak beri ASI, karena begitu saya melahirkan, ASI langsung keluar dan juga ASI sangat baik untuk bayi apalagi yang baru lahir karenakan ASI itu adalah makanan dan minuman pertama yang paling baik untuk bayi. Tapi Cuma sampai umur 9 bulan, karena dulu saya mencoba mencari pekerjaan, dan setelah saya hentikan ASInya saja ganti dengan susu formula, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
menurut saya kandungan gizinya juga baik dan anak saya juga bisa tumbuh seimbang” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011) ASI yang menurut ibu muda ini sangat baik bayi dan
merupakan makanan dan minuman pertama yang paling baik untuk
bayi, tetapi hanya sampai umur 9 bulan saja ASI itu diberikan oleh
bayinya karena ibu muda ini mencari pekerjaan di luar kota dan disini
mengharuskan untuk menghentikannya. Setelah itu ASI di hentikan
kemudian di ganti dengan susu formula yang ada guna untuk
memenuhi gizi dan anak bisa tumbuh seimbang. Tetapi hal tersebut
lain halnya yang disampaikan oleh Ibu Dina tesebut, bahwa tidak
semua pengganti ASI ini diberikan susu formula, karena tidak semua
bayi itu menyukainya terkadang ibu muda itu kalau memberi pengganti
ASI ini hanya cukup dengan minum teh, air putih atau makanan yang
menurutnya bisa bikin kenyang dan bisa menyehatkan bagi anak.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Surani sebagai berikut :
“Ya diberikan ASI karena pertumbuhan ASI itu sangat baik dari gizi dan kwalitasnya, selama 22 bulan saja saya rasa sudah cukup dalam memberi ASI, saya ganti dengan bubur, nasi, teh manis agar lebih irit saja, dan itu semua juga sudah cukup” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan Ibu Wahyuti yang juga
memberikan pengganti ASI hanya dengan air putih karena alasan
tertentu sebagai berikut :
“Iya saya selalu memberikan ASI kepada anak saya karena mempunyai kwalitas yang bagus, selama 2 tahun, karena menurut saya itu sudah cukup waktunya. Biasanya saya berikan ganti air putih saja, anak saya itu tidak suka dengan susu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
formula jadi minum air putih saja sudah cukup” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Perilaku ibu muda dalam memberikan ASI itu sangat berbeda-
beda, berbagai cara yang ibu muda berikan kepada anaknya agar bisa
tumbuh kembang dengan baik. Dengan memberikan apapun itu
sebagai pengganti ASI dari hal makanan dan minuman yang menurut
ibu muda tersebut bisa memenuhi gizinya dengan baik. Ibu muda
mempunyai cara-cara tersendiri untuk merawat anaknya, dari hal cara
mengasuhnya sampai dengan pemberian ASI itu yang paling penting.
Dan ibu muda pastinya juga sudah mempunyai gambaran yang
nantinya akan diterapkan untuk anaknya. Dari uraian diatas maka bisa
dilihat bahwa tidak hanya susu formula saja yang di gunakan sebagai
pengganti ASI tetapi juga hanya sebatas minuman dan makanan yang
menurut ibu muda tersebut sudah mencukupinya.
b) Makanan Bergizi
Mengenai makanan bergizi, ibu muda ini umumnya
memberikan makanan bergizi setelah usia 4 bulan, begitu bayi lahir
biasanya diberikan ASI itu sekaligus makanan dan minuman saat bayi.
Setelah itu ibu muda mencoba untuk memberikan makanan lumat
sebagai pendamping ASI yang diberikan umur 4-6 bulan, selanjutnya
umur 6-12 bulan ASI ditambah makan pendamping ASI berupa
makanan lembik, dari situ umur 1-2 tahun ASI ditambah makanan
keluarga, tahap akhir umur 2 tahun atau lebih makanan keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
ditambah dengan susu formula. Itulah tahap-tahap makanan yang harus
diberikan kepada bayi yang baru lahir sampai umur 2 tahun. Dari situ
nanti bisa di lihat perilaku ibu muda dalam mengasuh anaknya, dengan
cara apa ibu muda memberikan makanan yang menurut ibu muda
tersebut bergizi dan bagaimana cara memberikannya. Tetapi pada
kenyataan yang ada dalam penelitian ini sangat bermacam-macam ibu
muda memberikan asupan makanan yang menurutnya itu mengandung
gizi, padahal belum tentu bahwa yang menurut ibu muda sudah
mencukupi gizinya tetapi menurut orang lain belum. Maka dari itu
perilaku yang ada pada ibu muda untuk mengasuh anaknya berbeda-
beda. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Surani sebagai berikut :
“Ya, saya kasih makan yang bergizi dan sudah saya berikan seperti yang tak bilang tadi, yang membuat kenyang, ada bubur, nasi dan lauknya” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Wahyuti sebagai berikut :
“Iya selalu saya kasih makanan yang bergizi dan bersih. Saya rasa sudah saya berikan seperti yang saya katakan tadi yang penting makanan bergizi dan sehat” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Ibu Surani memgungkapkan bahwa menurutnya makanan yang
bergizi itu makanan seperti bubur nasi dan lauknya dan yang membuat
anak kenyang. Sedangka Ibu Wahyuti mengungkapkan juga yang
penting makanan bergizi itu bersih dan sehat, dan tidak ada kriteria
kusus dari kedua ibu muda tersebut. Bisa dilihat bahwa ibu muda ini
tidak terlalu memperhatikan dan mengerti tentang makanan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
bergizi itu seperti apa dan yang sesuai diberikan kepada anaknya itu
yang bagaimana. Makanan bergizi tidak hanya makanan yang bersifat
memberi kenyang kepada anak tapi juga harus tau takaran yang pas,
dari segi porsi, gizi dan jenis makanannya. Untuk perkembangan anak
yang umurnya diatas 1 tahun itu sudah diberikan makanan seperti
orang dewasa misalnya, nasi, sayuran, lauk pauk, buah serta kalau ada
dengan tambahan susu yang biasanya orang menyebut adalah 4 sehat 5
sempurna. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rahayu sebagai berikut:
“Ya makanan juga harus dijaga, seperti sayuran, buah, lauk pauk pokoknya kalau bisa mencangkup makanan 4 sehat 5 sempurna. Ya kalau pas ada ya saya berikan makanan itu, tapi kalau tidak ada ya se adanya yang penting baik untuk anak saya” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Ibu muda ini mengatakan bahwa makanan yang bergizi itu yang
mencakup dalam 4 sehat 5 sempurna. Tetapi hanya diberikan pada saat
ibu muda ini mempunyainya, kalau tidak punya hanya makanan yang
penting buat anak saja. Sebenarnya ibu muda ini sudah baik dan
mengerti tentang makanan yang bergizi tetapi karena faktor ekonomi
yang menjadi alasan maka hanya diberikan makanan bergizi pada saat
punya saja. Tapi ibu muda ini menyiasati dengan memberikan
makanan seadanya yang penting baik untuk anak.
Berbeda lagi dengan salah satu ibu muda ini, memilih makanan
bergizi yang tidak memihat dari berbagai macam makanan, hanya saja
tidak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Makanan yang
seperti itu juga tidak baik untuk perkembangan anak malah bisa juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
memperlambat pertumbuhan yang ada. Makanan tersebut paling
banyak terkandung pada jenis makanan tertentu seperti jajanan anak-
anak, tanpa ada pengawasan yang ketat dari ibu muda yang nantinya
anak hanya bisa bergantung pada makanan tersebut. Orangtua yang
paling utama adalah seorang ibu harus berhati-hati dalam memberikan
makanan kepada anaknya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dina :
“Ya, makanan yang tidak saya berikan adalah yang mengandung banyak gula atau kadar gula yang berlebih dan banyak mengandung lemak, dan saya memilihkan makanan yang bergizi saja. Karena jika itu semua diberikan terlalu berlebihan itu juga tidak baik bagi pertumbuhan anak saya. Ya sudah saya berikan seperti yang saya katakan tadi” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu Dina merupakan salah satu ibu yang telah mengasuh
anaknya dengan cara tidak memberikan asupan makanan kepada
anaknya yang mempunyai kandungan kadar gula dan lemak yang
terlalu berlebihan. Karena ibu muda ini berpikir bahwa jika asupan
tersebut diberikan secara berlebihan juga tidak baik bagi pertumbuhan
anak.
Dari penjelasan makanan bergizi diatas yang diberikan ibu
muda terhadap anaknya itu merupakan salah satu dari perilaku ibu
muda yang ada untuk bisa melihat anaknya tumbuh kembang dengan
baik serta sehat. Maka ibu muda harus selalu memperhatikan asupan
yang akan diberikan kepada anaknya. Perilaku ibu muda ini dalam
mengasuh anaknya sangat berbeda-beda terlihat dari pemberian
makanannya, selain itu juga berbeda dari pengetahunnya, keluargannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
dan ekonominya. Semua ini sangat mempengaruhi dalam peilaku ibu
muda ini.
c) Sakit
Masa-masa anak berumur 0 sampai 5 tahun ini adalah rentan
sekali dengan sakit. Sebagai ibu yang mengasuhnya setiap hari harus
sangat berhati-hati didalam merawatnya. Dari makanan dan lingkungan
harus dijaga karena sangat berpengaruh bagi perkembangannya.
Apalagi ditambah pada zaman sekarang ini yang musimnya tidak
menentu. Kadang panas kadang hujan itu juga berpengaruh, biasanya
kalau musimnya tidak menentu anak gampang sekali sakit. Kalau
sudah sakit juga ibu muda harus memikirkan untuk bisa
menyembuhkan anaknya. Perilaku ini juga termasuk sikap ibu muda
ketika anak sakit. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Iis kalau anaknya
sering menderita sakit karena anaknya baru berumur 9 bulan, hampir
tiap bulannya sakit. Seperti berikut ungkapan Ibu Iis :
“Kalau seumuran anak saya ini masih rentan dengan sakit, minggu kemarin, langsung saya bawa kepuskesmas soalnya sudah terbiasa kalau sakit dibawa kesitu, sakit flu, panas dan batuk” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Rahayu yang anaknya
sering menderita sakit, karena alasan tertentu saja, sebagai berikut :
“Ya sering sakit, karena perubahan cuaca tapi minggu kemarin pas tumbuh gigi badannya juga panas, kalau biasanya Cuma flu saya belikan obat diwarung saja biasanya juga langsung sembuh, tapi kalau kemarin panas itu saya bawa kepuskesmas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
karena saya lebih percaya kesitu” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Pendapat dari Ibu Iis dan Ibu Rahayu itu sama-sama anaknya
sering menderita sakit, sama-sama kalau sakit dibawa kepuskesmas.
Tetapi yang membendakan bahwa sakit karena masih rentan umur dan
sakit karena cuaca saja. Perilaku ibu muda ini dala mereka melihat
kalau anaknya menderita sakit dengan cara segera membawa ke
puskesmas untuk di mintakan obat, agar cepat sembuh. Setiap anak itu
mempunyai kekebalan tubuh yang berbeda-beda tergantung pada daya
tahan tubuhnya masing-masing, ada yang sering sekali sakit, tapi juga
ada yang jarang sekali sakit. Seperti Ibu Sri Lestari ini anaknya jarang
sekali sakit dan langsung dibawa kepuskesmas kalau anaknya
menderita sakit, sebagai berikut ungkapannya :
“Tidak, bulan februari kemarin sakitnya, saya bawa kepuskesmas karena sudah terbiasa kalau sakit pasti saya bawa kesitu. Cuma sakit demam biasa, maksudnya Cuma panas dan pilek, dan tidak yang mengkawatirkan” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu muda ini menjelaskan bahwa anaknya tidak sering
menderita sakit, kalau sakit langsung dibawa kepuskesmas karena
sudah terbiasa, dan jenis sakitnya paling Cuma panas dan pilek saja,
belum sampai penyakit yang terlalu mengkawatirkan. Kebiasaan yang
ada para ibu muda tersebut adalah membawa kepuskesmas jika
anaknya sakit, itu sebabnya ibu muda sudah merasa cocok anaknya
berobat kesitu. Serta perilaku yang dijalankan ibu muda juga bisa dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
kepercayaan yang ada, bisa juga ikut dalam adat istiadat yang ada
dalam keluarga ibu muda itu, misalnya jika sakit tidak langsung
dibawa kepuskesmas tapi diberikan obat yang diramu sendiri, ibu
muda ini mencontoh dari orangtua mereka yang apabila anaknya sakit
hanya dikasih obat ramuan sendiri terus bisa sembuh. Ada yang begitu
juga, bermacam-macamlah caranya untuk membuat anak agar bisa
sembuh dari penyakit. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dina sebagai
berikut :
“Tidak sering, sudah seminggu yang lalu. Pertama-tama apabila dia sakit saya dan ibu saya coba kasih obat tradisional seperti kalau sakitnya pilek ditempelin daun kemangi dan bawang merah yang sudah ditumbuk, lalu ditempelin di ubun-ubun. Dan apabila sakitnya belum juga mereda baru dibawa kepuskesmas terdekat, biar cepat sembuh, setelah diberi obat dari puskesmas dan diminumkan secara teratur dan setelah sembuh saya berikan vitamin agar tidak mudah sakit. Biasanya Cuma sakit pilek dan panas saja” (Sumber : Wawancara 18 Maret 2011)
Ibu muda mempunyai cara sendiri-sendiri jika anaknya
menderita sakit, cara apapun pasti akan dilakukannya. Seperti yang
dilihat dari perilaku Ibu Dina dalam menangani jika anaknya sakit.
Tidak seperti ibu muda lainnya langsung dibawa kepuskesmas jika tau
anaknya sakit, tapi beda dengan Ibu Dina yang memberikan obat
tradisional yang turung temurun dari ibunya tersebut. Tetapi jika belum
sembuh juga harus dibawa kepuskesmas untu di periksakan. Dalam
penelitian ini, rata-rata anak menderita sakit flu, batuk, panas dan juga
bertambahnya gigi itu juga bisa membuat anak sakit. Dilihat dari
uraian diatas perilaku ibu muda dalam mengangani saat anaknya sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
itu sudah semua mempunyai antusias agar anaknya cepat sembuh. Ibu
muda selalu menjaga dan merawat anaknya agar tidak mudah sakit.
Tetapi masih bermacam-macam cara untuk bisa menyembuhkan
anaknya tergantung pada kebiasaan dan kepercayaan yang dimilikinya.
Dari uraian semua diatas bisa dilihat jika perilaku ibu muda
dalam pola asuh kesehatan yang telah diberikan kepada anaknya itu
mempunyai atau berdampak bagi ibu muda. Dampak tersebut bisa
positif atau negatif sesuai dengan pendapat ibu muda sendiri-sendiri
dari perilaku yang telah dipraktekkan oleh ibu muda ini. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Surani :
“Dampaknya lebih bisa sabar lagi dan pengalaman saya bertambah, dan saya juga merasakan kenyamanan itu. Karena pengetahuan yang saya tau itu dipraktekkan dengan semampu saya demi untuk anak saya tumbuh dan berkembang dengan baik” (Sumber : Wawancara 19 Maret 2011)
Hal senada juga diungkapan oleh Ibu Rahayu sebagai berikut :
“Ya saya senang dan bahagia bisa menjadi seorang ibu yang bisa merawat anaknya agar tumbuh dengan sehat dan cerdas, dan saya merasakan kenyamanan, karena semua pengetahuan dari ibu saya terutama dalam melatih kesabaran itu selalu saya tanamkan dalam membesarkan anak saya” (Sumber : Wawancara 21 Maret 2011)
Dari kedua ibu muda ini menyebutkan bahwa dampak yang
dialaminya merupakan dampak positif setelah pengetahuannya
tersebut dipraktekkan oleh ibu muda ini, yang paling utama bisa
melatih kesabaran dalam menjadi seorang ibu, karena menurut ibu
muda ini sabar merupakan kunci dalam mengasuh anak. Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
dengan pengetahuan yang dipraktekkan ibu muda ini merasakan
kenyamanan dalam segala perilaku yang telah diberikan kepada
anaknya. Dampak dari segala perilaku ini selain yang disebutkan
diatas juga pengetahuan bertambah dengan sendirinya. Dan benar-
benar merasakan sekali menjadi seorang ibu. Dalam pengalamannya
ibu Iis ini mengungkapkan bahwa :
“Dampaknya baik bagi saya maupun anak saya soalnya anak saya berkembang dengan baik dan saya juga jadi tau tentang mengasuh anak yang sesungguhnya, dan saya juga nyaman karena untuk anak apa yang dibutuhkan akan saya berikan supaya pintar. Pengetahuan yang saya dapatkan itu tidak semua saya praktekkan karena Cuma saya ambil hal-hal yang penting saja dan selain itu terkdang ada yang lupa tidak saya praktekkan” (Sumber : Wawancara 17 Maret 2011) Ibu muda ini mengutarakan dampak dari perilakunya dalam
mengasuh anak, dan ternyata apa yang dirasakan ibu muda ini adalah
kenyaman karena jadi tau tentang mengasuh anak yang sesungguhnya.
Serta juga kebutuhan anaknya akan berusaha memberikannya hanya
ingin melihat anaknya bisa pintar. Dari dampak yang telah
diungkapkan oleh sebagian ibu muda ini bahwa mereka itu
mempunyai kenyamanan dan positif dalam mengasuh anaknya, karena
di lakukannya dengan iklas tanpa melihat yang lainnya. Kewajiban
seorang ibupun harus dipenuhi dalam mengasuh anaknya, agar
tumbuh dengan sehat dan pintar.
Dan dibawah ini adalah kesimpulan dari ketiga matrik yang
ada diatas dari pengetahuan, kesadaran dan perilaku ibu muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Matrik. 6
Perilaku Ibu muda dalam Pola Asuh Kesehatan Anak (balita) pada Lapisan Bawah
Pengetahuan Kesadaran Perilaku
· Dari lingkungan keluarga
· Dari pengalaman bekerja
mengasuh anak oranglain
· Dari orangtua
· Belajar sendiri
· Dari tetangga dan orang
yang lebih tua
· Prakteknya dilakukan semua dari pengalaman
yang di dapat
· Prakteknya tidak dilakukan semua, hanya
sebagian saja dari pengetahuan yang di dapat
· Di jalankan dengan semampunya sendiri
· Atas kesadaran sendiri tidak ada paksaan
· Memberikan ASI
· Memberikan makanan bergizi
· Mengobati jika sakit
Sumber : Data primer, bulan Maret 2011
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Dari ke tiga matrik perilaku ibu muda dalam pola asuh
kesehatan ini bisa dilihat bahwa perilaku tidak akan bisa dijalankan
atau dipraktekkan jika tidak adanya pengetahuan dan kesadaran yang
ada pada ibu muda tersebut. Pengetahuan yang didapat oleh para ibu
muda tersebut bisa diambil dari dalam keluarga misalnya orangtua
atau saudara dan bisa juga dari luar keluarga misalnya tetangga atau
pengalaman dalam bekerja. Mereka sangat menyukai pengetahuan
dari keluarganya karena mereka bisa merasa nyaman dan tidak
canggung dalam bertanya, tetapi pengetahuan yang mereka dapat
hanya pengetahuan dasar dan melatih kesabarannya tidak semuanya
mereka tahu atau memahaminya. Selain itu juga adanya kesadaran
yang ada dalam diri ibu muda tersebut, karena tanpa adanya kesadaran
dalam diri ibu muda mereka tidak akan menerapkan pengetahuan yang
mereka dapat dan hanya menggantungkan pada oranglain dalam
mengasuh anak, bisa dikatakan tidak bisa mandiri. Dalam kesadaran
ini bisa dilihat dari penerapan yang dilakukan dijalankan dengan
bersikap atas kesadaran sendiri atau dengan paksaan. Dijalankan
semua atau hanya sebagaian saja dari pengetahuan yang didapatnya.
Dan juga perilaku, perilaku merupakan pokok dari semuanya, karena
walupun sudah mempunyai pengetahuan dan kesadaran tapi tidak
adanya perilaku itu juga sama saja dengan tidak adanya praktek.
Dalam perilaku ini bisa dilihat dari pemberian ASI, makanan bergizi,
mengobati jika sakit. Ini semua bisa dilihat tadi bahwa ibu muda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
mempunyai cara yang berbeda beda, dari pemberian ASI sampai
berapa bulan, pengganti setelah ASI itu sangat bervariasi, makanan
bergizi ini hampir semua sama bahwa mencakup pada 4 sehat 5
sempurna tapi diberikan jika ibu muda mempunyai uang untuk
mencukupi makanan tersebut, serta juga dalam mengobati saat sakit
ada yang dibawa ke puskesmas dan ada yang menggunakan obat
tradisional dan yang terakir juga bisa dilihat dengan keaktifannya
dalam mrngunjungi posyandu setiap satu bulan sekali. Dari
pengetahuan, kesadaran dan perilaku tersebut dapat dilihat bahwa
keluarga ibu muda ini sangat berpengaruh bagi perilaku yang ada pada
ibu muda tersebut. Keluarga merupakan faktor yang paling utama
dalam memberikan berbagai contoh dan gambaran sampai bantuan
dalam mengasuh anak.
B. PEMBAHASAN
Kesehatan anak itu sangat penting untuk dijaga, apalagi anak balita itu
sangat rentan dengan sakit. Dengan jaman yang serba modern saat ini yang
seharusnya sudah terbebas dari penyakit-penyakit yang tidak selayaknya ada
lagi, misalnya terkena gizi buruk, diindonesia ini masih banyak anak-anak
yang terkena penyakit tersebut. Tetapi dengan zaman modern ini malah justru
bertambahnya penduduk yang kurang mampu atau miskin yang sebagian besar
disebabkan karena banyaknya pengangguran dan kurangnya lapangan kerja
yang tersedia. Sehingga dalam perkembangan anak tersebut mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kemunduran dan kemajuan tergantung denga perilaku orangtuanya dan yang
paling utamanya adalah seorang ibu. Ibu disini sangat penting dan banyak
dibutuhkan dalam pola asuh anak.
Perilaku yang ada pada ibu muda ini juga dipengaruhi oleh lingkungan
yang ada, dari pengetahuan, kesadaran dan perilakunya itu sendiri.
Pengetahuan itu bisa diperoleh dari orang terdekat ibu muda tersebut, misalnya
ibunya atau ibu mertuanya dan juga bisa di dapat dari berbagai pengalaman
kerja serta dari tetangganya. Pengetahuan ini bermacam-macam yang
diperolehnya dari cara memandikan, menggendong, menyuapi, memakaikan
baju serta juga kalau menangis yang bisa disebut pengetahuan dasar yang
diperolehnya. Ibu muda disini kebanyakan hanya memperoleh pengetahuan
tentang mengasuh anaknya dari orang terdekatnya atau pengalaman kerja dan
tetangga karena ibu muda tersebut merasakan kenyamanan memperoleh
pengetahuan ini, serta nantinya tidak canggung untuk bertanya lagi. Ibu muda
dalam mengasuh anaknya tidak adanya paksaan, mereka mengasuh anaknya
dengan kesadaran sendiri karena walaupun masih muda ibu-ibu disini sudah
bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya, tapi terkadang masih dengan emosi
dalam mengasuh anaknya karena kurang sabar dalam menghadapi anaknya.
Tidak hanya pengetahuan dasar yang harus dikuasai ibu muda tetapi juga
kesabaran atau ketelatenan dalam menghadapi anak juga perlu diterapkan.
Mengasuh anak tidak hanya bisa memandikan, menggendong tapi juga
harus memberikan perhatian atau berperilaku lebih jika anaknya sedang sakit,
tindakan apa yang harus dilakukan, dengan dibawa kepuskesmas dan diobati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
sendiri. Tapi ada juga ibu muda tersebut yang memberikan obat tradisonal
kalau anaknya sakit. Bermacam-macam dalam memberikan obat jika anaknya
menderita sakit. Makanan bergizi itu sangat penting, dimana umur 0-5 tahun
itu membutuhkan banyak gizi, bertahap dalam memberikan makanan.
Makanan bergizi disini makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna itu
menurut buku panduan KIA, tapi ibu muda disini mempunyai asumsi yang
bermacam-macam. Bagi ibu muda yang berpenghasilan pas-pasan dalam
keluarganya itu sulit dalam mendapatkan makanan bergizi, tidak setiap hari
mereka mendapatkannya, hanya kalau disaat mempunyai uang yang lebih bisa
memberikan makanan bergizi. Mereka memberi asupan makananm pada
anaknya berpedoman dengan yang penting bersih dan anaknya kenyang. Ibu
muda yang ada di Desa Pomah ini lebih mengutamakan memberikan ASI
karena dilihat dari kualitasnya itu sangat bagus, bahkan waktu memberikan
ASI itu juga sangat panjang tidak hanya dalam waktu tiga sampai enam bulan,
tetapi lebih dari itu. Kebanyakan kalau hidup didesa itu memang sudah terbiasa
jika memberikan ASI sampai lama karena sudah menjadi kebiasaan dari
orangtuanya terdahulu sehingga sampai saat ini pun masih kebiasaan
dilakukan.
Keluarga itu juga berperan penting dalam membentuk perilaku ibu
muda mengasuh anaknya, karena keluarga merupakan sumber utama yang
nantinya menentukan baik buruknya ibu muda mengasuh anaknya. Seorang ibu
kandung atau mertua itu berperan penting dalam membantu ibu muda
mengasuh anaknya, tetapi disini suami juga mempunyai peranan penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
didalam mengasuh anaknya karena suami juga yang mencukupi kebutuhan
ekonomi dalam keluargannya. Dari yang masih satu rumah dengan ibu
kandung atau mertuanya dan juga sudah mempunyai rumah sendiri. Para
keluarga berusaha membantu dalam mengasuh cucunya. Kebanyakan kelurga
ibu muda membantu dalam mengasuh cucunya itu dengan kesadaran sendiri
tidak dengan paksaan, karena mereka berfikir bahwa itu juga merupakan
kewajiban yang harus dipenuhi. Keluarga ibu muda ini dalam membantu
mengasuh juga bermacam-macam, ada yang hanya sebagian saja membantu
karena kadang ditinggal bekerja ibu muda jadi dititipin kepada neneknya atau
membantu mengasuh pada saat keluarga ibu muda punya waktu saja. Tetapi
ada yang sepenuhnya membantu dari bangun tidur hingga tidur lagi hal ini
dikarenakan sudah terbiasa dari sejak lahir dan ibu muda ini juga masih sangat
bergantung pada keluarganya. Dalam mengasuh anak selain ibu kandung dan
ibu mertua ibu muda tersebut juga ada suami. Suami disini berperan sebagai
pencari nafkah dan juga ikut mengasuh anaknya, walau gimanapun suami juga
ikut menentukan dalam membesarkan anak, bagaimana dan gimana cara
membesarkan anak dengan benar. Dan sebagian dari semua ini seorang suami
selalu setuju dengan apa yang dilakukan seorang istri untuk membesarkan
anaknya agar tumbuh kembang dengan baik.
Kalau penulis melihat bahwa adanya kegiatan posyandu yang ada di
Desa Pomah ini kurang begitu lengkap atau maju. Posyandu yang diadakan
setiap satu bulan sekali ini, hanya menyediakan penimbangan, dan melihat
perkembangan balita yang mengikuti kegiatan tersebut. Tidak adanya program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
untuk memberikan informasi tentang cara mengasuh anak, hanya program itu
diberikan jika dalam penimbangan ada salah satu balita yang
perkembangannya dibawah rata-rata, dan disitu baru nantinya ditindak lanjuti
untuk diberi pengarahan agar segera dibawa ke dokter. Dari semua ini bisa
dilihat bahwa masyarakat Desa Pomah pada umumnya dan ibu muda pada
kususnya dalam mereka mengasuh anak masih dengan campur tangan
keluarganya serta juga masih sebagian menggunakan cara tradisional yang
mana hal tersebut dilihat dari cara mengobati jika sakit, dari pengetahuan yang
mereka punyai, serta juga dari cara mereka memberi makanan. Ibu muda di
Desa Pomah ini belum begitu menunjukkan perilaku mengasuh anaknya yang
benar-benar sehat, mereka hanya bergantung pada keuangan atau pendapatan
yang dipunyainya karena memang ibu muda ini berada pada lapisan bawah,
yang hanya mengandalkan dari pekerjaannya saja untuk makan sehari-hari.
Yang mana dalam satu keluarga tidak semua bekerja, hanya salah satunya saja.
Penelitian ini didukung dengan teori yang digunakan yaitu teori
pertukaran sosial yang mana teori ini bertumpu pada asumsi bahwa orang
terlibat dalam perilaku untuk memperoleh ganjaran (reward) atau menghindari
hukuman (punishment) yang diberikan terhadap tindakan tersebut. Dari hasil
penelitian tentang perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak balita
ini, bahwa apa yang telah dilakukan oleh ibu muda itu merupakan kemampuan
masing-masing yang dipunyai ibu muda dalam mengasuh anaknya. Ibu muda
disini telah memberikan kasih sayangnya dalam mengasuh anaknya tanpa
adanya paksaan dari berbagai pihak. Agar bisa melihat anaknya tumbuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
kembang dengan baik tanpa adanya gangguan apapun. Mereka berusaha
memberikan yang terbaik untuk anaknya agar berkembang menjadi anak yang
sehat. Jadi sama dengan teori pertukaran sosial bahwa orang terlibat dalam
perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman yang
diberikan terhadap tindakan tersebut. Telah berusaha sebaik mungkin dalam
mengasuh anaknya agar nantinya mereka juga bisa melihat anaknya yang
selalu sehat, seperti ibu muda ini memberikan ASI mengontrol asupan
makanan yang masuk serta merawat jika anaknya sakit. Mereka melakukan hal
tersebut agar dari perilaku yang diberikan dalam mengasuh anaknya tidak
mengalami kemunduran dalam perkembangannya, jadi para ibu muda berusaha
dengan semampunya mereka.
Dalam teori pertukaran sosial ini secara garis besar dapat dikembalikan
kepada lima proposisi karena George homans percaya bahwa proses pertukaran
ini dapat dijelaskan lewat lima proposisi berikut ini :
1. Proposisi sukses
Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu
memperoleh ganjaran maka kian kerap tindakan tersebut dilakukan
seseorang.
Seperti yang dilakukan ibu muda misalnya didalam mereka
memberikan ASI ketika umur 0-2 tahun atau kurang dari dua tahun.
Didalam memberikan ASI tersebut para ibu muda tahu bahwa kwalitas ASI
sangat bagus untuk pertumbuhan anaknya. Jadi ibu muda selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
memberikan ASI pada anaknya karena sudah terlihat dari hasilnya jika
diberikan ASI, itu bagus untuk pertumbuhan anak diusia dibawah dua
tahun. Dari sini ibu muda harus wajib memberikan ASI untuk memperoleh
hasil yang baik dalam mengasuh anaknya dan demi perkembangan anaknya
juga.
2. Proposisi stimulus
Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat
stimuli merupakan penyebab peristiwa dimana seseorang memperoleh
ganjaran, maka stimuli yang mirip pada sekarang ini dengan yang lalu itu,
akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang
agak sama.
Hal seperti ini bisa dilihat kebanyakan para ibu muda memperoleh
pengetahuan itu dari lingkungan keluarganya. Keluarga mengajarkan
tentang pengetahuan yang dulunya sudah pernah digunakan untuk
mengasuh anaknya, misalnya dalam menggendong, memyuapi,
memandikan dan lain-lain. Karena menurut ibu muda dengan cara yang
sudah pernah digunakan salah satu keluarganya dalam mengasuh anaknya
juga harus diterapkan didalam diri ibu muda tersebut yang mereka sudah
percaya bahwa apa yang telah diajarkan oleh keluarganya itu sangat baik
untuk anak-anaknya. Jadi hal tersebut harus digunakan ibu muda dalam
mengasuh anaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
3. Proposisi nilai
Semakin tinggi nilai tindakan, maka kian senang seseorang
melakukan tindakan itu.
Dengan kata lain bahwa ada salah satu ibu muda jika anaknya
menderita sakit, tidak langsung mereka membawanya ke puskesmas
terdekat, tapi ibu muda tersebut memberikan obat tradisional untuk
mengobati anaknya yang sakit tersebut, hal ini sudah menjadi kebiasaan
dalam perilaku ibu muda. Kalau dengan obat tradisonal yang diberikan
langsung sembuh maka anak tersebut tidak perlu dibawa ke puskesmas.
Dari perilaku tersebut telah menjadi kebiasaan ibu muda ini, dia akan selalu
melakukan hal seperti itu sudah karena telah melihat hasil yang sangat
baik.
4. Proposisi Deprivasi – Satiasi
Semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima
suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang nilai dari suatu tindakan bagi
orang tersebut.
Hal ini bisa dilihat dari apa yang telah dilakukan oleh keluarga ibu
muda dalam membantu mengasuh anaknya ibu muda ini. Ada sebagian
keluarga ibu muda ini membantu sepenuhnya dalam mengasuh anaknya,
dengan alasan membantu dalam mengasuh cucu karena kasihan ibunya
mengasuh sendiri. Hal tersebut malah bisa menjadikan ibu muda terlalu
keenakan karena dalam mengasuh anaknya, dia dibantu sepenuhnya dan
tidak bisa melatih ibu muda tersebut menjadi mandiri. Hanya bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
bergantung pada keluarganya saja. Jadi semakin sering ibu muda dibantu
dalam mengasuh anaknya maka semakin tidak berguna pengetahuan yang
sudah didapat untuk mengasuh anaknya karena ibu muda tersebut masih
bergantung pada keluarganya.
5. Proposisi Restu – Agresi
Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang
diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka dia
akan marah, dia akan cenderung menunjukkan perilaku yang agresif, dan
hasil dari perilaku yang demikian menjadi lebih bernilai baginya. Dalam
mengasuh anak itu tidak hanya mempunyai bekal pengetahuan dasar saja
tapi ibu muda ini juga harus mempunyai kesabaran yang lebih dalam
mengasuh anaknya dan bisa memahami tingkah laku anaknya. Karena
anak itu sangat bermacam-macam tingkahnya dan ibu muda harus bisa
memahami. Tapi ibu muda masih menggunakan emosi dalam mengasuh
anaknya, jika anaknya rewel dan ibu muda tidak bisa mengatasinya
biasanya ibu muda tersebut emosi karena merasa jengkel. Dari situ bisa
dilihat bahwa tidak semuanya ibu muda mempunyai rasa sabar karena
kesabaran itu sangat sulit diwujudkan.
Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang
diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikiranya, atau
tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa
senang, dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih
bernilai baginya. Didalam kegiatan posyandu yang diadakan setiap satu
bulan sekali, biasanya ibu muda datang keposyandu itu hanya untuk
mengetahui perkembangan anaknya, berkembang dengan baik atau malah
memburuk, itu semua juga tergantung pada cara dari ibu muda mengasuh
anaknya. Tapi kalau ibu muda tersebut melihat bahwa anaknya
berkembang dengan baik, maka ibu muda akan merasa senang karena
tidak sia-sia dari apa yang telah diberikan kepada anaknya mendapatkan
hasil yang baik, dari situ ibu muda akan selalu senang membawa anaknya
ke posyandu setiap bulan untuk mengetahui perkembangan anaknya
tersebut.
Dari keterangan proposisi diatas bisa juga dilihat dengan perilaku
ibu muda dalam mengasuh anaknya. Proposisi tersebut menggambarkan
tindakan perilaku yang ada dalam diri ibu muda dan keluarganya. Serta
juga dari temuan dilapangan itu menguatkan teori pertukaran sosial bahwa
suatu tindakan atau perilaku itu untuk memperoleh ganjaran dan
menghindari hukuman. Kenyataan yang ada ibu muda berusaha
memberikan yang terbaik untuk anaknya agar berkembang sehat serta
tidak adanya kekurangan, walaupun mereka berada pada ekonomi yang
pas-pasan. Tetapi juga masih ada salah satu ibu muda yang tidak bisa
menghindari hukuman tersebut karena perilaku yang telah diterapkannya.
Dari proposisi-proposisi diatas sudah menggambarkan bahwa perilaku ibu
muda ini bisa berlangsung dengan baik karena lingkungan yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
disekitarnya, ibu muda tidak bisa melakukan itu dengan kemanpuan atau
pengetahuan yang mereka dapat, tapi juga harus mempelajari dari
lingkungan sekitar.
Selain teori pertukaran sosial juga digunakannya teori sosiologi
perilaku yang memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat
dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor. Di gambarkan
pada perilaku yang telah di terapkan pada ibu muda dalam mengasuh
anaknya, dengan cara apapun mereka mengasuh anaknya pasti ada akibat
dari itu semua. Misalnya jika ibu muda tersebut selalu belajar untuk
membesarkan anaknya dan tidak semua bergantung pada keluarganya
maka hasilnya pasti juga akan baik, selain itu juga perilaku yang diberikan
kepada anaknya itu sesuai dengan kemampuan dan tidak adanya paksaan
itu juga pasti hasilnya memuaskan. Semua hasil baik dan buruk itu juga
tergantung dari perialku yang diberikan kepada anaknya. Selain gambaran
diatas juga ada salah satu yang ditemukan dalam penelitian yaitu ketika
didalam kegiatan posyandu tidak adanya program tentang pengetahuan
mengasuh anaknya dari situ juga berdampak bagi ibu muda yang mana
hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga dan lingkungan sekitar saja.
Seharusnya pemerintah juga mempunyai program untuk bisa
memajukan posyandu yang ada di desa ini, karena untuk para ibu muda
yang kurang mampu ini sangat sulit memperoleh pengetahuan selain dari
keluarga dan lingkungan sekitar. Yang mana posyandu ini juga sangat
berperan dalam memajukan para ibu muda yang berada dalam ekonomi
kurang. Hanya dari pemerintah yang bisa mereka dapatkan program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
karena bersifat gratis. Kalau para ibu muda ini harus mengeluarkan biaya
hanya untuk mendapatkan pengetahuan mereka tidak akan mampu.
Di dalam menjaga kesehatan anaknya selain juga dilihat dari cara
mengasuhnya juga harus didukung dengan materi yang ada. Karena
sekarang ini tidaklah murah untuk membiayai anak, perlu biaya yang
sangat banyak. Maka dari situ para ibu muda yang ada pada lapisan bawah
ini harus bisa mengatur kebutuhan di dalam keluarganya. Perilaku ini bisa
diwujudkan menjadi baik dan berdampak lebih baik lagi jika ibu muda
tersebut berusaha dengan sungguh-sungguh memberikan yang terbaik
dalam mengasuh anaknya. Seperti yang ada dalam teori sosiologi perilaku
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
BAB IV
PENUTUP
Dalam BAB IV ini, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil
wawancara dengan informan, observasi di lapangan, dokumentasi serta
analisa data dan informasi yang telah dilakukan. Selain itu penulis akan
memaparkan beberapa implikasi dan saran yang berkaitan dengan permasalahan
dalam penelitian yaitu perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita)
pada lapisan bawah Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.
A. KESIMPULAN
Pada masa balita juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan
sehingga anak mudah sakit dan terjadi kekurangan gizi. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan modal
serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap
penyimpangan sekecil apapun apabila tidak ditangani dengan baik akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari. Dari hal ini
bisa dilihat bahwa anak bisa tumbuh kembang dengan baik itu hanya
tergantung pada cara mengasuhnya. Balita ini sangat membutuhkan kasih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
sayang yang lebih dari kedua orangtuanya, dan yang paling utama seorang
ibu.
Seorang ibu muda khususnya dalam mengasuh anak belum begitu
memahami semua tentang tingkah laku anaknya, karena ibu muda tersebut
masih banyak belajar dari lingkungan sekitar. Dalam adanya perilaku dalam
mengasuh anak itu juga ada tahapan-tahapan tersendiri yang mana itu bisa
menjadi pedoman bagi para ibu, adanya pengetahuan, kesadaran dan perilaku
itu sendiri. Pengetahuan disini bisa dari lingkungan keluarga dan juga dari
pengalaman kerja, biasanya ibu muda itu mendapatkan pengetahuan tentang
mengasuh anak hanya dasarnya saja seperti memandikan, menyuapi,
menngendong, memakaikan baju dan lain-lain. Itupun mereka dapat dari
keluarga dekat seperi ibunya atau mertuanya. Ibu muda disini merasa nyaman
jika mereka mendapatkan pengetahuan dari keluarga sendiri, karena tidak
canggung untuk bertanya yang lebih banyak lagi. Serta juga mereka
mendapatkan pengetahuan dari penga laman kerja yang dulunya bekerja
sebagai pembantu rumah tangga. Selain pengetahuan itu juga adanya
kesadaran yang ada dalam mengasuh anaknya, para ibu muda di sini dalam
mengasuh anaknya sudah tidak ada paksaan lagi, semua dengan kesadaran
sendiri karena mereka sudah pada mengerti jika menjadi seorang ibu itu
mempunyai kewajiban untuk mengasuh anaknya dengan baik. Walaupun ada
salah satu ibu muda yang berumur dibawah 20 tahun saat berkeluarga tetapi
setelah mempunyai anak mereka bisa dewasa karena tuntutan menjadi seorang
ibu harus bisa belajar mandiri dari sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Sedangkan dengan perilakunya sendiri ibu muda itu mempraktekkan
dari pengetahun yang didapat dalam mengasuh anaknya. Perilaku disini tidak
hanya dengan pengetahuan dasarnya saja yang diterapkan tapi juga harus bisa
lebih mendalami dan memahami dalam mengasuh anaknya. Dalam pemberian
ASI, karena ASI sangat penting untuk pertumbuhan balita, serta juga
manfaatnya sangat banyak. Ibu muda ini memberi ASI paling sedikit sampai
umur 9 bulan dan paling lama umur 2 tahun. Karena mereka mempunyai
alasan tersendiri, dan sebagai pengganti ASI ibu muda juga harus berfikir
lebih jauh lagi serta tidak sembarangan dalam memilihnya. Tetapi disini ibu
muda memilih menggatikan ASI dengan susu formula, dan ada juga yang
hanya dengan air putih atau teh, karena di samping tuntutan ekonomi yang
tidak bisa membeli susu juga anak tersebut tidak menyukai susu formula itu.
Jika anak sakit, ibu muda harus tau tindakan apa yang harus dilakukan. Seperti
ibu-ibu yang lain kalau anaknya sakit pasti juga langsung di beri obat, bisa
dari warung, puskesmas. Tapi ibu muda disini ada yang memberi obat
tradisional kalau anaknya sedang sakit, karena itu sudah turun temurun dari
neneknya. Dan hasilnya pun biasanya juga bisa sembuh. Ibu muda
mempunyai cara tersendiri untuk menyembuhkan anaknya dari sakit. Agar
tidak mudah sakit ibu muda juga menjaga asupan makanan pada anaknya,
yang mana harus dengan makanan yang bergizi dan bisa mencangkup 4 sehat
5 sempurna. Selain dari makanan, ASI, ibu muda harus menjalankan imunisasi
untuk anaknya yang ada pada posyandu di tempatnya. Dilakukan setiap satu
bulan sekali, serta selain untuk iminisasi juga penimbangan dan pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
yang lainnya. Agar nantinya para ibu muda mengetahui perkembangan
anaknya.
Keluarga, itu sangat berperan penting dalam membantu mengasuh
anak ibu muda ini. Ibu kandung atau ibu mertua itu yang berperan penting
dalam mengasuh anaknya. karena ibu muda ini mendapatkan pengetahuan
juga dari mereka. Biasanya tanpa ada yang menyuruh ke dua ibu tersebut
sudah membantu dengan sendirinya. Membantu secara langsung dan
sepenuhnya terkadang juga ada yang membantu hanya sebagian saja. Keluarga
disini sangat antusias sekali dalam membantu ibu muda untuk mengasuh
anaknya, karena mereka merasa senang. Sebagian keluarga menilai bahwa ibu
muda ini sudah bisa mengasuh anaknya dengan baik, tapi harusnya ibu muda
lebih sabar lagi dalam menghadapi anaknya.
Posyandu, merupakan salah satu wadah masyarakat untuk bisa
mengetahui kesehatan anak di bawah umur lima tahun. Yang mana dalam
kegiatan ini tidak dipungut biaya, agar nantinya warga yang kurang mampu
juga bisa melihat perkembangan anaknya dari umur 0-5 tahun. Kegiatan ini
satu bulan sekali diadakan, hanya saja dalam posyandu ini tidak mempunyai
program yang khusus untuk para ibu muda mengembangkan ilmu dalam
mengasuh anaknya. Di dalam posyandu itu ibu muda selain imunisasi anaknya
juga menimbang, mengukur lingkar kepala, pemberian vitamin serta
pencatatan buku KIA itu dan juga diberikan makanan tambahan secara geratis
untuk anaknya. Program hanya diberikan kepada ibu muda yang anaknya
mengalami penurunan dalam pertumbuhannya, supaya segera di tindak lanjuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
dalam penanganannya segera di bawa ke dokter. Jadi tidak adanya program
yang lain karena terbatasnya biaya yang ada.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma perilaku
sosial. Paradigma ini memusatkan perhatiaannya kepada hubungan antar
individu dan lingkungannya. Secara singkat pokok persoalan dalam
sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang
berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan
menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Dalam pola asuh
kesehatan anak ini ibu muda itu masih membutuhkan bantuan dari
lingkungan sekitar, selain memberi pengetahuan tentang mengasuh
anaknya, tetapi juga membantu dalam mengasuh anaknya dari lahir sampai
sekarang, karena itu sudah menjadi kewajiban bagi keluraganya dan itu
juga menjadi kebiasaan dalam keluarganya. Hidup di desa sangat berbeda
jauh dengan di kota, masih membutuhkan satu sama lain sampai orang
yang membantu tersebut tidak mempedulikan dirinya sendiri. Dengan
pengetahuan yang diberikan kepada ibu muda tersebut lama kelamaan
akan merubah tingkah laku yang ada di dalam ibu muda ini. Karena
menjadi seorang ibu itu juga melatih agar menjadi lebih dewasa dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
sebelumnya. Jadi pastinya tingkah laku akan berubah sesuai dengan
keadaan lingkungan yang ada.
Dan juga pendekatan yang digunakan adalah dengan teori
pertukaran sosial yaitu bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam
perilaku untuk memperoleh ganjaran atau menhindari hukuman. Melalui
konsep pertukaran sosial ini, maka perilaku ibu muda dalam pola asuh
kesehatan anak ini mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk
perkembangan anaknya agar nantinya ibu muda juga mendapatkan hasil
yang baik juga, dengan anaknya sehat serta berkembang dengan normal.
Tetapi juga harus adanya pengorbanan dari ibu muda ini, karena mengasuh
anak itu tidaklah mudah, harus bisa melatih kesabaran dan benar-benar
memahami anaknya, supaya mendapatkan hasil yang baik dan sesuai yang
diharapkannya. Dan dalam teori ini secara garis besarnya dapat
dikembalikan kepada lima proposisi yang ada didalamnya.
Selain teori pertukaran dalam paradigma perilaku sosial adalah
teori sosiologi perilaku yang memusatkan perhatiannya kepada hubungan
antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor.
Yang mana tingkah laku-tingkah laku yang terjadi tersebut melalui akibat-
akibat yang mengikutinya kemudian. Dalam perilaku pola asuh kesehatan
anak ini tergantung dari latar belakang orangtuan atau seorang ibu
mengasuh anaknya. Jika menanamkan yang baik maka hasilnya juga akan
baik. Sebagian ibu muda dalam mengasuh anaknya yang melatar belakangi
adalah dari lingkungan sekitar, seperti keluaraga dekatnya. Biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
mereka yang selalu memberikan bantuan yang lebih dalam mengasuh
anak. Karena merasa bahwa yang lebih dekat, jadi perhatiannya dipusatkan
kepadanya. Keluarga memberikan pengetahuan itu pasti juga berasal dari
pengalaman yang sudah pernah mereka alami sebelumnya. Dengan begitu
ibu muda akan mengikutinya apa yang telah di ajarkannya, karena ibu
muda lebih nyaman jika pengetahuan tersebut dari keluarga sendiri tidak
dari orang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik buruknya dalam
mengasuh anak itu tergantung dengan seorang ibu yang merawatnya. Serta
juga sedikit banyaknya ibu muda mendapatkan pengetahuan juga dari
banyaknya pengalaman dari masing-masing individu. Ibu muda di sini
sebagian bisa dikatakan masih termasuk ibu muda yang selalu bergantung
kepada keluarganya belum begitu mandiri karena mungkin dengan
umurnya yang masih muda mereka belum begitu bisa memahami
semuanya. Hanya saja mereka masih belajar dari pengalaman yang ada.
2. Implikasi Empiris
Pada dasarnya perilaku ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak
(balita) itu ada tahap-tahapan seperti berikut ini :
a. Pengetahuan
Pengetahuan bisa di dapatkan dari lingkungan keluarga atau
dari pengalaman kerja. Dari orangtua seorang ibu atau dari ibu
mertuanya yang sudah banyak mempunyai pengetahuan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
mengasuh anak. Sebagian mereka mendapatkan pengetahuan dasar
yang berupa cara-cara memandikan, menggendong, menyuapi dan
memakaikan pakaian selebihnya itu mereka belajar sendiri sambil
berjalan. Ibu muda merasa lebih nyaman dalam mendapatkan
pengetahuan dari keluarga karena tidak sungkan apabila bertanya lebih
banyak lagi tentang pengetahuan ini. Tetapi ada seorang ibu muda itu
harus bisa menanamkan kesabaran di dalam mengasuh anaknya. Selain
pengetahuan dasar tersebut, rasa sabar itu harus ditanamkan dalam
mengasuh anaknya, karena memahami anak itu lebih sulit dari pada
menerima pengetahuan yang ada.
b. Kesadaran
Mengasuh anak tidak hanya pengetahuan yang diutamakan tapi
juga kesadaran tidak boleh di kesampingkan karena nantinya percuma
kalau para ibu muda tidak mempunyai rasa kesadaran dalam mengasuh
anaknya akan mendapatkan hasil yang kurang baik. Ibu muda dalam
penelitian ini, mereka tidak lagi dengan paksaan dalam mengasuh
anaknya karena sudah dengan kesadaran sendiri. Sudah bisa
membandingkan mana yang harus segera dikerjakan dan mana yang
tidak. Sedikit demi sedikit mereka sudah bisa berfikir dewasa dalam
menjalankan apapun itu yang berhubungan dengan anaknya, tapi juga
perlunya mereka harus melatih kesabaran yang ada. Sebisa mungkin
mereka berusaha untuk bisa mengasuh anaknya walaupun juga masih
membutuhkan bantuan dari keluarga yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
c. Perilaku
Setelah adanya pengetahuan, kesadaran kemudian juga adanya
perilaku yang ada dalam mengasuh anaknya. Tidak hanya pengetahuan
dasar yang diterapkan tapi juga perilaku yang lain seperti pemberian
ASI, makanan bergizi, jika anak sakit serta kegiatan posyandu yang
ada. ASI itu biasanya diberikan dari umur 0-2 tahun, tapi ada juga
yang hanya sampai umur 9 bulan atau kurang dari dua tahun sudah
dikahiri, semua ibu mempunya alasan masing-masing didalamnya.
Karena kita tahu bahwa ASI itu mempunyai kualitas yang baik untuk
perkembangan anak, maka sebisa mungkin kita memberikan ASI yang
cukup untuk anak. Setelah ASI, ibu muda juga harus memikirkan
pengganti yang tepat untuk anaknya itupun juga harus disesuaikan
dengan kemampuan ekonominya masing-masing. Tidak semua anak
itu menyukai susu formula hanya sebagian saja ibu muda memberikan
susu formula sebagai pengganti ASI. Dan yang lainnya hanya
diberikan air putih atau teh saja. Selain ASI juga makanan bergizi itu
menunjang bagi kesehatan anak, tanpa ada tambahan makanan anak
tidak bisa tumbuh kembang dengan cepat. Makanan bergizi tidak
hanya yang membuat kenyang atau mahal, tapi makanan bergizi yang
mengandung 4 sehat 5 sempurna yang ada. Tapi bagi ibu muda sedikit
kesulitan dalam mendapatkan makanan yang benar-benar mencangkup
itu semua. Hanya kadang-kadang saja mereka bisa memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
makananan seperti itu kepada anaknya karena keterbatasan ekonomi
yang ada.
Jika anak menderita sakit, maka seorang ibu pasti akan segera
memgantarkan anaknya berobat agar cepat sembuh. Biasanya di bawa
ke puskesmas terdekat atau hanya di belikan obat yang ada di warung-
warung itu jika sakita anaknya tidak begitu parah. Tapi ada juga disini
ibu muda yang selalu mengasih obat tradisional jika anaknya sakit,
mereka melakukan itu karena terkadang ibu muda ini tidak mempunyai
biaya untuk membawanya ke puskesmas dan hal itu juga sudah
merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh ibu muda tersebut. Untuk
mengetahui perkembangan anaknya ibu muda rajin mendatangi
kegiatan posyandu yang diadakan setiap satu bulan sekali. Agar ibu
muda bisa mengetahui perkembangan anaknya setiap bulanya serta
juga bisa melakukan imunisasi dan pemberian vitamin secara rutin.
Dalam posyandu ini tidak adanya program khusus yang diberikan
kepada ibu muda, program itu hanya diberikan kepada ibu muda jika
ada salah satu anaknya yang tumbuh kembangnya terhambat harus
segera ditindak lanjuti sehingga para kader posyandu itu
meberitahukan kepada para ibu muda tersebut.
Ibu muda tidak hanya sendiri dalam mengasuh anaknya,
mereka masih membutuhkan keluaraga untuk membantu mengasuh
anaknya. Karena ada salah satu ibu muda yang bekerja jadi harus ada
yang membantu mengasuh anaknya. Dalam membantu mengasuh ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
dengan kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan, karena menurut
mereka sudah menjadi kewajiban untuk membantunya. Cara keluarga
yang membantu dalam mengasuh anaknya itu ada yang sepenuhnya
misalnya dari anak bangun tidur sampai tidur lagi ikut dalam
mengasuhnya, itu sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga mereka,
tapi ada juga yang sebagian saja membantu, untuk menggantikannya
mengasuh jika di tinggal pergi.
3. Implikasi Metodologis
Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan pada suatu analisis
gambaran tentang kondisi realitas yang ada. Dengan metode deskriptif
kualitatif peneliti lebih mungkin untuk mendiskripsikan tentang perilaku
ibu muda dalam pola asuh kesehatan anak (balita) pada lapisan bawah
Desa Pomah, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah informan di
lokasi penelitian, serta dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu dengan wawancara, pengamatan (observasi), dan
dokumentasi, sedangkan teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah
teknik purposive sampling (teknik sampel bertujuan) yang didasarkan pada
informan inti dan informan pendukung dalam penelitian ini dengan jumlah
6 informan inti yaitu ibu muda, 6 informan pendukung yaitu ibu kandung
dan ibu mertua dari ibu muda, serta 3 informan pendukung yang terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
dari 1 bidan desa dan 2 kader posyandu. Kesulitan – kesulitan yang
dialami dalam proses pengambilan data lebih disebabkan oleh kendala
yang bersifat teknis yang berkaitan dengan waktu yang disepakati untuk
menentukan wawancara dilakukan, kesediaan dan keterbukaan pelaku.
Kesulitan – kesulitan seperti itu akhirnya dapat dilalui sehingga terkumpul
data – data penelitian yang cukup bervariasi dan kaya akan informasi.
Kemudian data yang terkumpul tersebut agar memiliki validitas data maka
penulis menggunakan trianggulasi sumber.
Teknik analisa data diawali dengan pengumpulan data. Data yang
dikumpulkan dilapangan selalu berkembang, oleh karena itu penulis
menggunakan tingkatan dan menyeleksi data yang diperoleh dilapangan
dan diikuti oleh penyusunan data yang berupa uraian – uraian secara
sistematis. Setelah pengumpulan data berakhir, kemudian penulis menarik
kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua informasi yang ada
dalam reduksi data dan sajian data.
C. SARAN
Sebagai penutup dalam penelitian ini penulis mengajukan beberapa
saran yang bisa dipertimbangkan dan ditindaklanjuti.
1. Untuk Ibu Muda Desa Pomah
a. Bagi para ibu muda harus mengembangkan pengetahuannya yang ada
tidak hanya dari keluarga maupun pengalaman kerja tetapi juga dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
media lain, agar bisa lebih mengerti tentang pengetahuan yang lain dan
memahami dalam mengasuh anaknya.
b. Menjaga kebersihan lingkungan dari tempat untuk bermain, tempat
makannya dan juga dari makannanya.
c. Lebih mandiri dalam mengasuh anak agar tidak selalu
menggantungkan terhadap keluarganya.
d. Rajin datang ke posyandu agar mengerti perkembangan anaknya dan
rutin dalam pemberian vitamin dan imunisasinya.
2. Untuk Keluarga Ibu Muda
a. Jangan hanya memberikan pengetahuan dasar saja kepada ibu muda
dalam mengasuh anaknya tapi lebih untuk memahami seorang anak
karena selain pengetahuan ibu muda juga harus bisa mengetahui sifat
dari anaknya tersebut.
b. Jangan membantu sepenuhnya dalam mengasuh anak ibu muda ,
karena akan menyebabkan ibu muda selalu bergantung pada keluarga
serta tidak bisa mandiri.
c. Selalu mengingatkan jika ibu muda dalam mengasuh anaknya ada
yang kurang pas, misalnya kebiasaan dari ibu muda dalam menangani
anaknya yang kurang sabar.
d. Lebih bisa bersabar lagi dalam menghadapi anaknya serta lebih
memperhatikan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
3. Untuk Bidan dan Kader Posyandu
a. Bidan : ikut serta memperhatikan dan meninjau perkembangan
kegiatan posyandu. Menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih
komplek dengan peralatan yang modern.
b. Lebih mengoptimalkan kinerja kader posyandu agar kesehatan anak
meningkat dan mengatasi gizi buruk bagi anak balita.
c. Ditambahnya program tentang pengetahuan mengasuh anak secara
langsung.