Upload
tamrin-tbn
View
121
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
POLA-POLA HEREDITAS
A. Golongan Darah Manusia
Sistem penggolongan darah yang akan dibahas berikut ini adalah
sistem golongan darah A, BO, MN dan RH.
B. Golongan Darah sistem ABO
Telah lama diketahui, bahwa golongan darah manusia berbeda-beda
perbedaan golongan darah ini terutama dikenali pada saat transpusi darah bila
transfusi darah terjadi pada orang yang bergolongan darah sama, maka terjadi
kecocokan antara darah donor (pemberi) dengan darah resipien (penerima).
Sebaiknya jika terjadi transfusi darah dari donor kepada resipen yang tidak
sama golongan darahnya, maka akan terjadi reaksi pengumpulan darah atau
meninggal dunia.
Reaksi Reologis dapat terjadi karena sewaktu transfusi darah terjadi reaksi
antara molekul asing (dari donor) dengan suatu molekul dari resipen. Molekul
asing tersebut dinamakan antigen, sedangkan suatu molekul dari resipen yang
mengalami molekul asing dinamakan antibodi.
Antigen merupakan glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel darah
merah. Darah seseorang jika ditransfusi pada orang lain yang berbeda golongan
darahnya, amak glikoproteinnya akan dikenal sebagai antigen oleh antibodi.
Antibodi oleh sel- B (limfosit B) untuk merespon adanya antigen. Antibodi pada
serum atau cairan darah. Perbedaan golongan darah pada setiap orang di
1
karenakan karena adanya perbedaan jenis jikoprotein (antigen). Perbedaan pada
glikoprotein ini merupakan faktor genetik yang diwariskan secara turun-temurun.
Pada sistem ABO terdapat 2 macam antigen yaitu antigen A dan antigen B
serta dua macam antibodi yaitu anti- A dan anti- B, agar tidak terjadi
pergumpalan darah akibat reaksi internal antara antigen dan antibodi sejenis maka
tiap individu dibekali dengan kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda.
Kombinasi antigen dengan antobodi yang berbeda akan menentukan golongan
darah seseorang, yaitu golongan A,B,AB dan O.
Individu dengan golongan darah A mempunyai antigen A pada membran
plasma sel-sel darah merahnya dan antibodi, anti-B di dalam serumnya. Individu
dengan golongan darah B mempunyai antigen B pada membran plasma sel-sel
darah merahnya. Individu dengan golongan darah A dan B pada membran sel-sel
darah merahnya, namun tidka mempunyai antibodi anti-A dan anti-B didalam
serumnya. Sebaliknya individu dengan golongan darah O tidak mempunyai
antigen A dan B di dalam membran sel – sel darah merahnya, namun mempunyai
antibodi anti – A dan anti – B di dalam serumnya.
Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh tiga alel, yaitu alel IA,IB,dan
i ( I merupakan singkatan dari isioalutinogen ). Alel IA bertanggung jawab untuk
menghasilkan antigen B, dan alel i tidak menghasilkan antigen jenis apapun,
individu dengan genotip IA, IA,atau IAi mempunyai fenotip golongan darah A,
individu dengan genotip IB IB atau IBi mempunyai fenotip golongan darah AB,
2
dan individu dengan genotip ii mempunyai fenotip golongan darah O. lihat tabel 5
– 2.
Tabel. 5 . 2 karakteristik golongan darah sistem ABO.
Golongan
DarahGenotif
Antigen pada membaran
Sel darah merah
Antibodi Darah
Dalam Serum
A IA IA, IAi Anti-B
B IB IB , IBi Anti-A
AB IA IB A,B -
O Ii - Anti –A, anti B
Studi golongan darah ABO menunjukkan dua hal penting. Pertama, sistem
golongan darah ABO menunjukkan alel ganda. Alel ganda merupakan adanya
lebih dari dua alel dari dua alel dalam suatu gen yang berada pada suatu populasi.
Meskipun demikian, seorang individu maksimum hanya dapat membawa dua alel
yang berbeda. Misalnya IA IA saja atau IA, kedua pada keadaan fenotif suatu Alel
tidak perlu mendominasi Alel lainnya (efek kodominan). Hal ini berarti kedua
Alel tersebut menyumbangkan efek fenotifnya. Fenotifnya dapat dilihat dari
kemampuan antigen (pada sel-sel darah) yang digumbalkan oleh berbagai
antibodi(serum darah).
3
Lebih jelasnya mengenai pewarisan golongan darah dapat dilihat pada
contoh diagram perkawinan berikut ini. Misalnya, seorang perempuan
bergolongan darah A menikah dengan seorang laki-laki bergolongan darah B,
maka kemungkinan golongan darah keturunan mereka adalah sebagai berikut:
golonga darah A memiliki kemungkinan Alel IA IA dan IAi, sedangkan
golongan darah B memiliki kemungkinan pasangan Alel IB IB dan IBi, mungkin
golongan darah anaknya seperti beriktu ini:
P : IA IA x IB IB
F1 : IA IB (100% keturunan mempunyai golongan darah AB)
P : IA IA x IBi
F1 : IA IB (50% keturunan mempunyai golongan darah AB)
IA i (50% keturunan mempunyai golongan darah A)
P : IAi x IB IB
F1 : IA IB (50% keturunan mempunyai golongan darah AB)
F 1 : IB i (50% keturunan mempunyai golongan darah B)
P : IAi x IB I
F1: F1 : IA IB (25% keturunan mempunyai golongan darah AB)
IA i (25% keturunan mempunyai golongan darah A)
IB i (25% keturunan mempunyai golongan darah B)
ii (25 % keturunan mempunyai golongan darah O)
4
C. Golongan darah sistem MN
Berbeda dengan penggolongan darah sistem ABO, penggolongan darah
sistem MN berdasarkan adanya perbedaan salah satu jenis antigen glikoprotein.
Antigen glikoprotein ini terdapat pada membran sel darah merah yang disebut
glikoprotein A. Antigen ini dapat dikenali dengan reaksi antigen – antibodi.
Berdasarkan reaksi immunologis antara antigen glikoforin dengna antibodinya,
maka telah diidentifikasi ada dua macam antigen glikoforin, yaitu antigen
glikoforin M dan antigen glikoforin N.
Kemampuan sel darah merah seseorang untuk menghasilkan antigen M,
antigen N, atau kombinasi antigen M dan N tergantung kepada adanya gen
kombinasi yang terdiri atas dua Alel, yaitu Alel LM dan alel LN (L merupakan
singkatan dari Landsteiner). Berdasarkan kombinasi kedua alel tersebut, reaksi
antara antigen dengna dua antisarum (serum yang mengandung antibodi), yaitu
anti- M dan anti-N, menghasilkan fenotip dan genotip golongan darah sistem MN
sebagai berikut. (lihat tabel 5.3).
Tabel 5.3 Karakteristik golongan darah sistem MN
Fenotip
(Gol. Darah)
Genotif
Membran
Macam Glikoforim
Membran
Reakasi Dengan
Anti- M Anti-N
M LM LM Glikoforim M + -
N LN LN Glikoforim N - +
MN LM LN Glikoforim M&N + +
5
Keterangan : Tanda + menunjukkan terjadi reaksi penggumpalan (aglutinasi)
Tanda menunjukkan tidak terjadi reaksi penggumpalan
Hasil stdui genetik menunjjukkan bahwa perkawinan di antara kedua
orang tua yang mempunyai fenotip M hanya akan mempunyai keturunan dengan
fenotip M juga. Orang tua dengna fenotip N juga hanya akan mempunyai
keturunan dengan fenotip N. Namun, bila kedua orang tua mempunyai fenotip
MN, mak anak-anaknya akan mempunyai fenotip M,N, dan MN. Kombinasi
lainnya yang dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Pewarisan Antigen M dan N
Tipe Antigen Orangtua Tipe Antigen pada anakTipe antigen yang tidak
Mungkin pada anak
M x M M N,MN
N x N N M,MN
M x N MN M,N
MN x MN M,N,MN -
N x MN N,MN M
M x MN M,MN N
D. Golongan Darah Rh
Rh (Rhesus) merupakan antigen lain yang penting dalam golongan darah,
Rhesus pertama kali ditemukan oleh Macaco Rhesus, yang ditemukan dalam
6
eritrasit kera. Antigen Rhesus juga berupa glikoprotein tertentu pada membran
plasma sel-sel darah merah.
Sistem Rh membuat golongan darah manusia menjadi dua kelompok
berdasarkan reaksi pengumpulan antara antigen sel darah merah dengan anti
serum Rh. Hasilnya berupa individu golongan Rh posotf, dengan gerotip Rh Rh,
atau Rhrh, mempunyai antigen fakter rhesus di dalam sel-sel darah merahnya.
Sebaliknya individu golongan Rh negatif, dengan gerotif Rhrh, tidka mempunyai
antigen fakter rhesus di dalam sel-sel darah mentahnya.
Karakteristik Golongan Darah Sitem Rh.
Tipe Rh Gerotip Reaksi dengan anti
Serum Rh
+ RhRh, Rhrh +
- rhrh -
Individu Rh positif yang menerima darah dari individu Rh positif tidak
mengalami reaksi penggumpalan darah, karena tidak ada reaksi antibody
terhadap antigen Rh dalam tubuh resipien.
Individu Rh positif yang pertama menerima darah dari individu Rh
negatif juga tidak mengalami reaksi penggumpalan, karena resepien juga
tidak mempunyai antibodi, individu Rh negatif yang menerima darah dan
individu Rh positif, awalnya tidak mengalami reaksi penggumpalan darah
karena di dalam tubuh resipien (Rh negatif) menerima darah dari Rh positif
7
untuk kedua kalinya, maka akan terjadi reaksi penggumpalan, karena antibodi
sebelumnya yang sudah terbentuk akan menyerang antigen baru.
Hal ini juga terjadi ketika Ibu Rh negatif dan suami Rh positif
mendorong bayi yang mempunyai Rh positif secara normalnya tidak ada
peraturan darah antara ibu dan bayi dalam kandungan. Akan tetapi pada
bulan-bulan terakhir masa mengandung kemungkinan terjadi pertukaran
darah, karena berat dan gerakan bayi menyebabkan pecahnya pembuluh
kapiler dalam plasma akibatnya, terjadi perembesan darah janin keperedaran
darah ibu.
Adanya antigen Rh dalam eritrosit bayi menyebabkan tubuh ibu
membentuk antibodi berlangsung perlahan-lahan. Bila kandungan kedua
adalah bayi dengan Rh positif lagi, maka akan terjadi lagi perembesan darah
janin keperedaran darah ibu. Akibatnya jumlah antibodi yang terbentuk
didalam tubuh ibu menjadi lebih banyak. Bayi yang lahir mengalami
Erythroblastosis Fetalis, yaitu penyakit anemia kronis yang disebabkan oleh
hemolis sel-sel darah merah.
Salah satu pencegahan terjadinya kelainan tersebut pada bayi adalah
dengan pemberian suntikan anti serum anti-Rh kepada ibu Rh negatif. Anti
serum ini akan merusak sel-sel Rh positif yang masuk ke peredaran darah ibu.
Dengan cara ini sel ibu tidak perlu memproduksi antibodi anti-Rh
8
9