22
TUGAS PROBLEMATIKA MATEMATIKA SEKOLAH I KAJIAN POKOKBAHASAN POLINOMIAL DALAM KURIKULUM Nama Kelompok : 1. Andik Safani 2. Andi Navianto 3. Buaddin Hasan PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2013

Polinomial Tgs p. Hery

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Polinomial Tgs p. Hery

TUGAS PROBLEMATIKA MATEMATIKA SEKOLAH I

KAJIAN POKOKBAHASAN POLINOMIAL DALAM

KURIKULUM

Nama Kelompok :

1. Andik Safani

2. Andi Navianto

3. Buaddin Hasan

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2013

Page 2: Polinomial Tgs p. Hery

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Di Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan terutama dalam periode

penjajahan sejak permulaan abad ke-20 sudah dikenal adanya penjenjangan

persekolahan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Sampai

tahun 1942 pada tingkat Sekolah Dasar, pendidikan sudah dibedakan mulai

dari kurikulum, fasilitas belajar dan gurunya, yaitu antara sekolah untuk rakyat

jelata pribuni, pribumi priayi, dan untuk anak-anak orang keturunan China dan

Eropa.

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki

pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya

kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan

kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum

membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil

pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak

didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan

pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap

kegagalan proses pengembangan manusia.

Menurut, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat

landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2)

psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu

kurikulum, ialah: (1) Tujuan pendidikan nasional, (2) Perkembangan peserta

didik (3) Mengacu pada landasan sosiologis dan landasan kultur ekologis, (4)

Kebutuhan pembangunan nasional (5) Perkembangan IPTEK, (6) Jenis dan

Page 3: Polinomial Tgs p. Hery

jenjang pendidikan. Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu

dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang

terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan

landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada

penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam

merealisasikannya.

Pengembangan kurikulum dapat dilakukan melalui dua pendekatan

yaitu : (1) pendekatan top-down the administrative model dan (2) the grass

root model. The administrative model; Model ini kurikulum datang dari para

administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi, dari pusat

untuk diterapkan didaerah, maka model ini disebut juga model Top – Down.

Sedangkan the grass root model; model pengembangan ini kurikulum

dikembangkan dari para guru dan kelompok musyawarah guru mengusulkan

untuk mengadakan menyempurnaan suatu komponen kurikulum, satu atau

beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen.

Dalam makalah ini, penulis akan mengkaji kurikulum yang pernah

berlaku di Indonesia, dan secara khusus memfokuskan pembahasan pada

bidang studi matematika pada pokok bahasan polinomial. Penulis

membandingkan kemunculan pokok bahasan polinomial dari tiap kurikulum,

kemudian mengkaji isi menganalisa yang ditemukan, dan berupaya

menemukan solusi yang digunakan.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini mengambil rumusan masalah tentang :

1. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum nasional?

2. Bagaimana pokok bahasan polinomial pada tiap kurikulum nasional

diterapkan?

3. Temuan permasalahan pada pokok bahasan polynomial beserta

analisanya?

Page 4: Polinomial Tgs p. Hery

C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam

tentang kurikulum, penerapan kurikulum dalam pokok bahasan polinomial

serta dapat menemukan permasalahan dan solusi sehingga penulis dapat

mengetahui lebih dalam dan mampu menerapkan dalam pembelajaran di

sekolah yang lebih baik.

Page 5: Polinomial Tgs p. Hery

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Kurikulum

a) Kurikulum 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah

leer plan, dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran. kurikulum saat

itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum

pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial

Belanda dan Jepang, Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih

dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai

development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter

manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa

lain. Kurikulum 1947 mengurangi pendidikan pikiran, yang diutamakan:

pendidikan watak.

b) Kurikulum 1952

pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan.

Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.

Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.

Dalam kurikulum tersebut yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari

kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan

isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

c) Kurikulum 1964

Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964

atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana,

yaitu :

1) Daya cipta

2) Rasa

3) Karsa

4) Karya

Page 6: Polinomial Tgs p. Hery

5) Moral

Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:

a. Moral

b. Kecerdasan

c. Emosional/artistik

d. Keprigelan (keterampilan)

e. Jasmaniah.

Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan

fungsional praktis.

d) Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu

dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari

Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,

dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari

perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan

ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,

dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,

moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan

pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta

mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

e) Kurikulum 1975

Latar belakang bergulirnya kurikulum 1975 adalah adanya perubahan yang

terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai

dampak baru terhadap program pendidikan nasional. Alasan lain

diantaranya, adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh

Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk

meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional; adanya inovasi dalam sistem

belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif yang telah

memasuki dunia pendidikan Indonesia.

Page 7: Polinomial Tgs p. Hery

Ciri-ciri kurikulum 1975 diantaranya ;

Berorientasi pada tujuan.

Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran

memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-

tujuan yang lebih integratif.

Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan

waktu.

Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan

Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang

senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat

diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada

stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

f) Kurikulum 1984

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak

mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang

produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik

yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke

kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan

pergantian kurikulum dari kurikulum 1975menjadi kurikulum 1984.

Ciri kurikulum 1984

Berorientasi kepada tujuan instruksional..

Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara

belajar siswa aktif (CBSA ).

Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.

Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan

ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin

tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi

pelajaran yang diberikan.

Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.

Page 8: Polinomial Tgs p. Hery

g) Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan

dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian

waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem

caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu

tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi

siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan

pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan

menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

h) Kurikulum 2004

Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai

mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan

kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Soejadi (1994:36), khususnya dalam mata

pelajaran matematika mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran

matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus

dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan

kemampuan murid serta tuntutan lingkungan. Implementasi pendidikan di

sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum.

Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap

perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi

desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan

25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga dikembangkan

kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK).

Menurut Mulyasa (2006:39) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan

kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar

Page 9: Polinomial Tgs p. Hery

performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,

berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

i) Kurikulum 2006

Tujuan diberlakukan kurikulum 2006 adalah untuk meningkatkan mutu

pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya

yang tersedia, Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat

dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama,

meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Prinsip kurikulum KTSP

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik.

b. Beragam dan terpadu

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

d. Relevan dengan kebutuhan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

f. Belajar sepanjang hayat

g. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.

Page 10: Polinomial Tgs p. Hery

Tabel 1 Perbandingan Jurusan dan Mata Pelajaranyang Hilang dan Muncul pada

Kurikulum 1964 sampai dengan KTSP

No. Kurikulum Jurusan yang

hilang

Jurusan yang

muncul

Mapel yang

hilang

Mapel yang

muncul

1 1964

Jurusan

Budaya SMA Prakarya

2 1968

Berhitung

Matematika

Pendidikan

Kesehatan

Keluarga

Kecakapan

Khusus

3 1975 Jurusan

Budaya SMA

SMA: Jurusan

IPA, IPS,

Bahasa.

Jurusan

Budaya

menjadi

jurusan bahasa

Bahasa

Indonesia

Tulisan Arab

Bahasa Jawa

Kuno

Muncul

Broadfield:

Matematika,

IPA, IPS Bahasa

Indonesia, Civics

menjadi PMP

(Pendidikan

Moral Pancasila)

4 1984

SMA: Program

B (Vokasional)

tak

dilaksanakan.

Jurusan IPS

dan Bahasa

tetap.

Jurusan IPA di

bagi dua:

Jurusan ilmu-

Tata Buku.

Pendidikan

Keterampilan

dan Pendidikan

Seni tergabung

menjadi

Pendidikan

Kertakes.

Pada

Pendidikan

Akuntansi,

Sosiologi,

Pendidikan

Sejarah

Perjuangan

Bangsa (PSPB),

Tata Negara,

Muatan Lokal,

Keterampilan,

Budaya.

Page 11: Polinomial Tgs p. Hery

No. Kurikulum Jurusan yang

hilang

Jurusan yang

muncul

Mapel yang

hilang

Mapel yang

muncul

ilmu fisik dan

jurusan ilmu-

ilmu hayati.

Jurusan Agama

untuk

Madrasah

Aliyah.

Bahasa

Indonesia

dikenalkan

Pragmatic.

5 1994

Program B

SMA, Jurusan

Ilmu-ilmu

Fisik dan

Ilmu-ilmu

Hayati

digabung ke

jurusan IPA.

Penjurusan di

kelas 3 SMA:

IPA, IPS,

Bahasa.

Tata buku,

Pendidikan

Keterampilan

dan Pendidikan

Seni tergabung

menjadi

kertakes.

Pada

Pendidikan

Bahasa

Indonesia

dikenalkan

Pragmatic

PMP menjadi

PPKn. B. Indo-

nesia dan B. Ing-

gris

menggunakan

communicative

approach.

Muncul bahasa

Jepang dan

Mandarin.

Muatan Lokal di

SD dan SMP.

6 KBK Jurusan

Agama SMA

Penjurusan

kembali ke

kelas 2 SMA.

Tematik untuk

kelas I dan II

SD.

PPKn menjadi

PKn. Di SMA

Antropologi

digabungkan

ke Sosiologi.

Diberi jam

untuk

pembiasaan di

Bahasa Inggris

SD dan

Komputer SD

menjadi pilihan.

ICT di SMA.

Konsep Kimia

dimasukkan ke

IPA. Konsep

Page 12: Polinomial Tgs p. Hery

No. Kurikulum Jurusan yang

hilang

Jurusan yang

muncul

Mapel yang

hilang

Mapel yang

muncul

SD dan SMP.

Muatal lokal

tak ditangani.

Sosiologi

dimasukkan ke

IPS. Pembiasaan

di SD dan SMP.

7 KTSP

Tematik kelas

I-III SD.

Antropologi

terpisah dari

Sosiologi di

SMA. IPA dan

IPS terpadu di

SMP. Muatan

Lokal

dihidupkan lagi

bahkan sampai

SMA.

Pengembangan

Diri

(Pembiasaan)

bahkan sampai

SMA.

B. Pokok bahasan Polinomial dalam kurikulum

Polinomial dalam Kurikulum 1984

Disampaikan pada jenjang SMA kelas 3 A1 (ilmu Fisik) dan A2(ilmu

Biologi) .

Materi yang disampaikan meliputi :

- Algoritma pembagian suku banyak

- Teorema sisa

Temuan dari kajian literatur kami sebagai berikut :

Page 13: Polinomial Tgs p. Hery

1. Materi disajikan setelah materi Integral , Limit dan Turunan.

2. Pembahasan materi hanya pada pengenalan suku banyak, operasi hitung

suku banyak, serta teorema sisa.

Analisa kami, diletakkannya materi suku banyak (Polinomial) setelah materi

Integral, Limit dan Turunan menurut kami menjadi permasalahan sendiri.

Mengingat bahwa dalam pokokbahasan Integral salah satu tujuan

pembelajarannya adalah siswa dapat luas daerah yang dibatasi 2 kurva, oleh

karena itu mencari titik potong dua kurva akan sering dilakukan. Dengan

diletakkannya materi setelah Integral, dimungkinkan siswa mengalami

kesulitan dalam pengerjaan materi integral. Solusi yang diperlukan mengatasi

hal ini adalah diubahnya urutan penyampaian materi dari setelah integral

menjadi sebelum integral. Selain itu materi suku banyak dapat diperluas

sampai pada teorema faktor dan akar-akar dari persamaan polinomial,

sehingga dapat membantu siswa memahami materi integral dengan baik.

Polinomial dalam Kurikulum 1994

Disampaikan pada jenjang : SMU jurusan IPA , kelas 3 catur wulan 1

Materi yang disampaikan meliputi :

- Pengertian SUkubanyak

- Nilai sukubanyak

- Pembagian sukubanyak

- Teorema sisa

- Teorema factor

- Akar-akar Rasional dari Persamaan Sukubanyak.

Temuan dalam kajian literature kami sebagai berikut :

1. Materi suku banyak disampaikan diawal kelas 3 dan disampaikan sebelum

materi Integral.

2. Materi dibahas lebih dalam dengan ditambahkannya teorema factor, akar-

akar rasional persamaan polinomial.

Page 14: Polinomial Tgs p. Hery

3. Materi disajikan dalam rumus-rumus jadi, dan mengarahkan siswa untuk

hafalan rumus, bukan memahami rumus ditemukan.

4. Soal-soal yang diberikan masih bersifat rutin, latihan –latihan untuk

memahami prinsip pengerjaan.

5. Berkembangnya keluasan pembahasan untuk Limit dan Turunan pada

kurikulum 1994, dimungkinkan guru mengalami kesulitan dalam

mengembangkan materi, terutama pada menggambar grafik fungsi dengan

pangkat lebih dari dua, atau pada penfaktoran dalam penyelesaian limit,

karena siswa belum pernah belajar tentang suku banyak.

Analisa kami terkaitan temuan litaratur yang kemungkinan menjadi masalah

sebagai berikut :

1. Diubahnya urutan materi dari setelah integral menjadi sebelum integral

berarti telah menjadikan Suku banyak sebagai materi prasyarat untuk

menguasai materi Integral, menjadikan siswa lebih terbantu dalam

menguasai Integral terutama yang berkaitan dengan luas atau volume

benda putar, dimana pemfaktoran suku banyak sering dilakukan.

2. Ditambahnya pembahasan suku banyak, menambah kepadatan materi yang

akan dipelajari dan waktu yang diperlukan semakin banyak.

3. Buku pelajaran dan referensi yang relevan dalam menyajikan materi lebih

pada menurunkan rumus-rumus yang instan (langsung digunakan

menyelesaikan soal) bukan menjelaskan mengapa rumus itu digunakan,

sehingga siswa cenderung hafalan.

Untuk mengatasi temuan-temuan tersebut, perlu kecermatan guru dalam

mengalokasikan waktu dan materi serta mengubah cara mengajar dari yang

menjelaskan menjadi membimbing siswa membangun sendiri pengetahuannya

sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Perlu perubahan urutan dalam penyampaian suku banyak, terkait

berkembangnya materi Limit dan Turunan pada kurikulum ini, sebab cakupan

Page 15: Polinomial Tgs p. Hery

materi dalam limit dan turunan memerlukan suku banyak sebagai salah satu

materi prasyarat

Polinomial dalam kurikulum 1994 suplemen tahun 1999

Disampaikan pada jenjang SMA, kelas 3 jurusan IPA catur wulan I

Materi yang disampaikan meliputi :

- Pengertian Sukubanyak

a. Bentuk Umum Suku Banyak

b. Operasi hitung pada Suku Banyak

- Nilai sukubanyak

a. Suku banyak sebagai suatu fungsi

b. Menentukan nilai suku banyak dengan cara sintetik (Horner)

- Pembagian sukubanyak

a. Pembagian Hasil Bagi dan Sisa Pembagian

b. Pembagian dengan cara sintetik (Horner)

c. Pembagian suku banyak oleh suku banyak berbentuk ax2 + bx + c, a ≠0

- Teorema sisa

- Teorema factor

- Akar-akar Rasional dari Persamaan Sukubanyak.

Pada kurikulum suplemen 1999 materi suku banyak tidak berubah dari

kurikulum 1994.

Polinomial dalam kurikulum 2004

Disampaikan pada jenjang SMA, kelas XI jurusan IPA semester 1

Standart Kompetensi :

3. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran beserta garis

singgungnya, menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa dan teorema

factor dalam pemecahan masalah, menggunakan operasi dan manipulasi

Page 16: Polinomial Tgs p. Hery

aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi komposisi

dan fungsi invers.

Kompetensi Dasar :

3.3 Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil

bagi dan sisa pembagian

3.4 Menggunakan teorema sisa dan teorema factor dalam pemecahan masalah

serta membuktikan teorema sisa dan teorema factor.

Materi yang disampaikan meliputi :

- Algoritma pembagian sukubanyak

a. Penjelasan algoritma pembagian

b. Menentukan derajat sukubanyak hasil bagi dan sisa pembagian dalam

algoritma pembagian

- Penggunaan algoritma pembagian dalam pemecahan masalah

a. Menentukan hasil bagi dan sisa pembagian sukubanyak oleh bentuk

linier atau kuadrat

- Teorema sisa

a. Sisa pembagian bentuk linier

b. Sisa pembagian bentuk kuadrat

c. Pembuktian teorema sisa

- Teorema factor

a. Factor linier dari suku banyak

b. Menyelesaikan persamaan suku banyak dengan factor linier

c. Pembuktian teorema factor

Temuan dari kajian literature kami sebagai berikut :

1. Mata pelajaran Matematika menekankan pada penguasaan konsep, dan

kemampuan pemecahan masalah.

2. Urutan materi diberikan sebelum materi Limit dan Turunan, berbeda

dengan kurikulum sebelumnya.

Page 17: Polinomial Tgs p. Hery

3. Kedalaman materi sama dengan tahun sebelumnya.

Analisa kami :

Dari materi yang mengharuskan adanya pembuktian teorema sisa, teorema

factor mengindikasikan ada perubahan outcome yang diinginkan setelah

belajar Matematika. Matematika ditekankan untuk penguasaan konsep dan

kemampuan pemecahan masalah dalam pencapaian kompetensi.

Penempatan materi suku banyak di kelas XI IPA pada semester 1, menurut

kami kurang tepat karena konsep-konsep suku banyak akan dipakai pada

materi limit dan turunan yang ada di semester 2. Hal ini dikarenakan ada jeda

waktu yang lama, sehingga ada kemungkinan siswa lupa materi bisa saja

terjadi.

Polinomial dalam Kurikulum 2006

Disampaikan pada jenjang : SMA jurusan IPA Kelas XI semester 2.

STANDAR KOMPETENSI:

4. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah.

Kompetensi Dasar

4.1 Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil

bagi dan sisa pembagian

4.2 Menggunakan teorema sisa dan teorema faktor dalam pemecahan masalah

Temuan pada literature :

1. Urutan materi disampaikan sebelum fungsi, Limit dan Turunan.

2. Materi diberikan pada semester yang sama dengan materi Limit dan

Turunan

3. Isi materi tidak ada perubahan dengan kurikulum sebelumnya.

Analisis kami

1. Penempatan materi suku banyak sudah tepat, dan menjadi prasyarat materi

Limit dan Turunan.

Page 18: Polinomial Tgs p. Hery

2. Rentang waktu antara suku banyak dan materi yang menggunakan konsep

suku banyak tidak terlampau jauh, sehingga siswa masih dapat mengingat

materi yang sudah dipelajari dengan mudah.

C. Kendala Pembelajaran polinomial di sekolah

Penyampaian pokokbahasan polinomial pada umumnya masih sebatas hafalan,

dan belum mencapai pemahaman yang mendasar. Kondisi ini berakibat masih

rendahnya kompetensi siswa pada pokokbahasan ini, dan belum bisa

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan media

pembelajaran dan sarana prasarana yang mendukung (IPTEK) menjadi satu

factor yang ikut memperburuk prestasi belajar siswa pada pokok bahasan ini.

Materi yang biasa dianggap sulit oleh siswa adalah menyelesaikan masalah

nonrutin tentang mencari akar-akar persamaan polinomial dan operasi aljabar

dari akar-akar persamaan polinomial tersebut. Selain itu, materi teorema factor

juga dianggap sulit terutama mencari koefisien dari polinomial jika diketahui

beberapa akarnya.

Karakteristik materi Suku Banyak yang abstrak dan konsep-konsepnya

yang saling berkaitan, menuntut agar dalam pembelajaran materi ini

perlu diupayakan pembelajaran yang bermakna, artinya peserta didik

benar-benar memahami apa yang dipelajari. Pembelajaran bermaknaakan

terjadi jika peserta didik mampu mengaitkan pengetahuan yang sudah

dimiliki dengan materi baru. Selain itu, akan terjadi pembelajaran

bermakna jika peserta didik dapat melihat hubungan antar konsep-konsep,

sehingga peserta didik mengetahui ke arah mana alur materi yang dipelajari

dan mereka tidak hanya sekedar menghafal rumus yang ada, tetapi juga benar-

benar memahami kapan rumus tersebut diterapkan Agar terjadi pembelajaran

yang efektif dan bermaknadalam materi Suku Banyak ini, maka perlu

dipersiapkan alternatif pembelajaran yang dapat meminimalkan beban

hafalan yang sangat banyak, sehingga dapat meningkatkan pemahaman

peserta didik terhadap konsep matematika.Desain pembelajaran ini mencakup

materi Suku Banyak yang akan diajarkan. Melalui desain pembelajaran ini,

Page 19: Polinomial Tgs p. Hery

peserta didik dapat melihat materi yang akan dipelajari dan hubungan

antar konsep-konsepnya.

Solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah ini adalah :

1. menyediakan sarana dan prasarana serta kondisi belajar yang kondusif

sehinga siswa dapat belajar dengan baik.

2. Guru harus mampu membantu siswa membangun sendiri pengetahuan

mereka dengan memfasilitasi dengan strategi pembelajaran tertentu,

dengan instruksi-instruksi sehingga mereka bisa menemukan dan

memahami materi dengan baik.

3. Siswa dibiasakan dengan masalah yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari, dan guru membantu siswa menemukan dan menggunakan

strategi pemecahan masalah yang dihadapinya.

4. Salah satu alternatif solusi yang sesuai dengan masalah dan karakteristik

materi suku banyak adalah dengan penggunaan peta konsep.

jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal matematika dalam suku banyak antara lain:

1. Kesalahan konsep

Indikatornya adalah:

a. Kesalahan menentukan teorema atau rumus untuk menjawab

suatu masalah.

b. Penggunaan teorema atau rumus oleh siswa tidak sesuai dengan

kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut atau tidak

menuliskan teorema.

2. Kesalahan menggunakan data

Indikatornya adalah:

a. Tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai.

b. Kesalahan memasukkan data ke variabel.

c. Menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu

masalah.

Page 20: Polinomial Tgs p. Hery

3. Kesalahan interpretasi bahasa

Indikatornya adalah:

a. Kesalahan dalam menyatakan bahasa sehari-hari dalam bahasa

matematika.

b. Kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol, grafik, dan tabel

ke dalam bahasa matematika.

4. Kesalahan teknis

Indikatornya meliputi:

a. Kesalahan perhitungan atau komputasi.

b. Kesalahan memanipulasi operasi aljabar.

5. Kesalahan penarikan kesimpulan

Indikatornya adalah:

a. Melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar.

b. Melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan

penalaran logis.

Bentuk kesalahan, dan contoh kesalahan dalam materi suku banyak akan

disampaikan pada kajian materi suku banyak makalah kedua.

Page 21: Polinomial Tgs p. Hery

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kurikulum merupakan centre of exellent dalam suatu system pendidikan

yang berperan sebagai konservasi, internalisasi, dan kristalisasi ilmu

pengetahuan, teknologi, dan budaya masyarakat.

2. Kurikulum yang dinamis dibuat mengikuti perkembangan IPTEK,

sosiobudaya dan kebutuhan pemerintah terhadap sumberdaya manusia

untuk menjawab tantangan perubahan secara global.

3. Penyampaian pokokbahasan polinomial pada kurikulum nasional,

didasarkan pada keluasan pembahasan yang mensyaratkan polinomial

sebagai materi awalnya.

4. Masalah utama yang muncul pada pokokbahasan polinomial adalah siswa

masih menghafal rumus, belum mencapai pemahaman yang maksimal,

sehingga bisa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari.

5. Penempatan materi yang tepat, dukungan sarana dan prasarana optimal

menjadi solusi masalah yang dihadapi.

6. Kesalahan-kesalahan siswa dalam mempelajari suku banyak antara lain :

kesalahan konsep, penggunaan data, intepretasi bahasa, teknis dan

penarikan kesimpulan.

Page 22: Polinomial Tgs p. Hery

REFERENSI

Lutfiana, Dian, 2011; Analisis Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan

soal-soal pada materi pokok suku banyak kelas XI IPA semester 2 MA NU

Limpung, IAIN Walisongo Semarang

Prof. Dr. H. Soedijarto dkk, 2010; Sejarah Pusat Kurikulum, Pusat Kurikulum

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.

Wahyuningsih S.Pd , Endang; 2003; Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan

Penilaian, Departemen Pendidikan Nasional.