Upload
pandanarum7707
View
1.180
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS PROBLEMATIKA MATEMATIKA SEKOLAH I
KAJIAN POKOKBAHASAN POLINOMIAL DALAM
KURIKULUM
Nama Kelompok :
1. Andik Safani
2. Andi Navianto
3. Buaddin Hasan
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Di Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan terutama dalam periode
penjajahan sejak permulaan abad ke-20 sudah dikenal adanya penjenjangan
persekolahan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Sampai
tahun 1942 pada tingkat Sekolah Dasar, pendidikan sudah dibedakan mulai
dari kurikulum, fasilitas belajar dan gurunya, yaitu antara sekolah untuk rakyat
jelata pribuni, pribumi priayi, dan untuk anak-anak orang keturunan China dan
Eropa.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki
pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan
pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap
kegagalan proses pengembangan manusia.
Menurut, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat
landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2)
psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu
kurikulum, ialah: (1) Tujuan pendidikan nasional, (2) Perkembangan peserta
didik (3) Mengacu pada landasan sosiologis dan landasan kultur ekologis, (4)
Kebutuhan pembangunan nasional (5) Perkembangan IPTEK, (6) Jenis dan
jenjang pendidikan. Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu : (1) pendekatan top-down the administrative model dan (2) the grass
root model. The administrative model; Model ini kurikulum datang dari para
administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi, dari pusat
untuk diterapkan didaerah, maka model ini disebut juga model Top – Down.
Sedangkan the grass root model; model pengembangan ini kurikulum
dikembangkan dari para guru dan kelompok musyawarah guru mengusulkan
untuk mengadakan menyempurnaan suatu komponen kurikulum, satu atau
beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen.
Dalam makalah ini, penulis akan mengkaji kurikulum yang pernah
berlaku di Indonesia, dan secara khusus memfokuskan pembahasan pada
bidang studi matematika pada pokok bahasan polinomial. Penulis
membandingkan kemunculan pokok bahasan polinomial dari tiap kurikulum,
kemudian mengkaji isi menganalisa yang ditemukan, dan berupaya
menemukan solusi yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini mengambil rumusan masalah tentang :
1. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum nasional?
2. Bagaimana pokok bahasan polinomial pada tiap kurikulum nasional
diterapkan?
3. Temuan permasalahan pada pokok bahasan polynomial beserta
analisanya?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam
tentang kurikulum, penerapan kurikulum dalam pokok bahasan polinomial
serta dapat menemukan permasalahan dan solusi sehingga penulis dapat
mengetahui lebih dalam dan mampu menerapkan dalam pembelajaran di
sekolah yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Kurikulum
a) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
leer plan, dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran. kurikulum saat
itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum
pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa
lain. Kurikulum 1947 mengurangi pendidikan pikiran, yang diutamakan:
pendidikan watak.
b) Kurikulum 1952
pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan.
Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Dalam kurikulum tersebut yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan
isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
c) Kurikulum 1964
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964
atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana,
yaitu :
1) Daya cipta
2) Rasa
3) Karsa
4) Karya
5) Moral
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
a. Moral
b. Kecerdasan
c. Emosional/artistik
d. Keprigelan (keterampilan)
e. Jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
d) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan
pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
e) Kurikulum 1975
Latar belakang bergulirnya kurikulum 1975 adalah adanya perubahan yang
terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai
dampak baru terhadap program pendidikan nasional. Alasan lain
diantaranya, adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk
meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional; adanya inovasi dalam sistem
belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif yang telah
memasuki dunia pendidikan Indonesia.
Ciri-ciri kurikulum 1975 diantaranya ;
Berorientasi pada tujuan.
Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif.
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan
waktu.
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang
senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat
diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada
stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
f) Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang
produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik
yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan
pergantian kurikulum dari kurikulum 1975menjadi kurikulum 1984.
Ciri kurikulum 1984
Berorientasi kepada tujuan instruksional..
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara
belajar siswa aktif (CBSA ).
Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan
ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin
tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi
pelajaran yang diberikan.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
g) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian
waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi
siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan
pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
h) Kurikulum 2004
Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai
mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan
kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Soejadi (1994:36), khususnya dalam mata
pelajaran matematika mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran
matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus
dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan
kemampuan murid serta tuntutan lingkungan. Implementasi pendidikan di
sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum.
Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap
perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi
desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan
25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga dikembangkan
kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK).
Menurut Mulyasa (2006:39) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
i) Kurikulum 2006
Tujuan diberlakukan kurikulum 2006 adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya
yang tersedia, Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama,
meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Prinsip kurikulum KTSP
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik.
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
d. Relevan dengan kebutuhan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.
Tabel 1 Perbandingan Jurusan dan Mata Pelajaranyang Hilang dan Muncul pada
Kurikulum 1964 sampai dengan KTSP
No. Kurikulum Jurusan yang
hilang
Jurusan yang
muncul
Mapel yang
hilang
Mapel yang
muncul
1 1964
Jurusan
Budaya SMA Prakarya
2 1968
Berhitung
Matematika
Pendidikan
Kesehatan
Keluarga
Kecakapan
Khusus
3 1975 Jurusan
Budaya SMA
SMA: Jurusan
IPA, IPS,
Bahasa.
Jurusan
Budaya
menjadi
jurusan bahasa
Bahasa
Indonesia
Tulisan Arab
Bahasa Jawa
Kuno
Muncul
Broadfield:
Matematika,
IPA, IPS Bahasa
Indonesia, Civics
menjadi PMP
(Pendidikan
Moral Pancasila)
4 1984
SMA: Program
B (Vokasional)
tak
dilaksanakan.
Jurusan IPS
dan Bahasa
tetap.
Jurusan IPA di
bagi dua:
Jurusan ilmu-
Tata Buku.
Pendidikan
Keterampilan
dan Pendidikan
Seni tergabung
menjadi
Pendidikan
Kertakes.
Pada
Pendidikan
Akuntansi,
Sosiologi,
Pendidikan
Sejarah
Perjuangan
Bangsa (PSPB),
Tata Negara,
Muatan Lokal,
Keterampilan,
Budaya.
No. Kurikulum Jurusan yang
hilang
Jurusan yang
muncul
Mapel yang
hilang
Mapel yang
muncul
ilmu fisik dan
jurusan ilmu-
ilmu hayati.
Jurusan Agama
untuk
Madrasah
Aliyah.
Bahasa
Indonesia
dikenalkan
Pragmatic.
5 1994
Program B
SMA, Jurusan
Ilmu-ilmu
Fisik dan
Ilmu-ilmu
Hayati
digabung ke
jurusan IPA.
Penjurusan di
kelas 3 SMA:
IPA, IPS,
Bahasa.
Tata buku,
Pendidikan
Keterampilan
dan Pendidikan
Seni tergabung
menjadi
kertakes.
Pada
Pendidikan
Bahasa
Indonesia
dikenalkan
Pragmatic
PMP menjadi
PPKn. B. Indo-
nesia dan B. Ing-
gris
menggunakan
communicative
approach.
Muncul bahasa
Jepang dan
Mandarin.
Muatan Lokal di
SD dan SMP.
6 KBK Jurusan
Agama SMA
Penjurusan
kembali ke
kelas 2 SMA.
Tematik untuk
kelas I dan II
SD.
PPKn menjadi
PKn. Di SMA
Antropologi
digabungkan
ke Sosiologi.
Diberi jam
untuk
pembiasaan di
Bahasa Inggris
SD dan
Komputer SD
menjadi pilihan.
ICT di SMA.
Konsep Kimia
dimasukkan ke
IPA. Konsep
No. Kurikulum Jurusan yang
hilang
Jurusan yang
muncul
Mapel yang
hilang
Mapel yang
muncul
SD dan SMP.
Muatal lokal
tak ditangani.
Sosiologi
dimasukkan ke
IPS. Pembiasaan
di SD dan SMP.
7 KTSP
Tematik kelas
I-III SD.
Antropologi
terpisah dari
Sosiologi di
SMA. IPA dan
IPS terpadu di
SMP. Muatan
Lokal
dihidupkan lagi
bahkan sampai
SMA.
Pengembangan
Diri
(Pembiasaan)
bahkan sampai
SMA.
B. Pokok bahasan Polinomial dalam kurikulum
Polinomial dalam Kurikulum 1984
Disampaikan pada jenjang SMA kelas 3 A1 (ilmu Fisik) dan A2(ilmu
Biologi) .
Materi yang disampaikan meliputi :
- Algoritma pembagian suku banyak
- Teorema sisa
Temuan dari kajian literatur kami sebagai berikut :
1. Materi disajikan setelah materi Integral , Limit dan Turunan.
2. Pembahasan materi hanya pada pengenalan suku banyak, operasi hitung
suku banyak, serta teorema sisa.
Analisa kami, diletakkannya materi suku banyak (Polinomial) setelah materi
Integral, Limit dan Turunan menurut kami menjadi permasalahan sendiri.
Mengingat bahwa dalam pokokbahasan Integral salah satu tujuan
pembelajarannya adalah siswa dapat luas daerah yang dibatasi 2 kurva, oleh
karena itu mencari titik potong dua kurva akan sering dilakukan. Dengan
diletakkannya materi setelah Integral, dimungkinkan siswa mengalami
kesulitan dalam pengerjaan materi integral. Solusi yang diperlukan mengatasi
hal ini adalah diubahnya urutan penyampaian materi dari setelah integral
menjadi sebelum integral. Selain itu materi suku banyak dapat diperluas
sampai pada teorema faktor dan akar-akar dari persamaan polinomial,
sehingga dapat membantu siswa memahami materi integral dengan baik.
Polinomial dalam Kurikulum 1994
Disampaikan pada jenjang : SMU jurusan IPA , kelas 3 catur wulan 1
Materi yang disampaikan meliputi :
- Pengertian SUkubanyak
- Nilai sukubanyak
- Pembagian sukubanyak
- Teorema sisa
- Teorema factor
- Akar-akar Rasional dari Persamaan Sukubanyak.
Temuan dalam kajian literature kami sebagai berikut :
1. Materi suku banyak disampaikan diawal kelas 3 dan disampaikan sebelum
materi Integral.
2. Materi dibahas lebih dalam dengan ditambahkannya teorema factor, akar-
akar rasional persamaan polinomial.
3. Materi disajikan dalam rumus-rumus jadi, dan mengarahkan siswa untuk
hafalan rumus, bukan memahami rumus ditemukan.
4. Soal-soal yang diberikan masih bersifat rutin, latihan –latihan untuk
memahami prinsip pengerjaan.
5. Berkembangnya keluasan pembahasan untuk Limit dan Turunan pada
kurikulum 1994, dimungkinkan guru mengalami kesulitan dalam
mengembangkan materi, terutama pada menggambar grafik fungsi dengan
pangkat lebih dari dua, atau pada penfaktoran dalam penyelesaian limit,
karena siswa belum pernah belajar tentang suku banyak.
Analisa kami terkaitan temuan litaratur yang kemungkinan menjadi masalah
sebagai berikut :
1. Diubahnya urutan materi dari setelah integral menjadi sebelum integral
berarti telah menjadikan Suku banyak sebagai materi prasyarat untuk
menguasai materi Integral, menjadikan siswa lebih terbantu dalam
menguasai Integral terutama yang berkaitan dengan luas atau volume
benda putar, dimana pemfaktoran suku banyak sering dilakukan.
2. Ditambahnya pembahasan suku banyak, menambah kepadatan materi yang
akan dipelajari dan waktu yang diperlukan semakin banyak.
3. Buku pelajaran dan referensi yang relevan dalam menyajikan materi lebih
pada menurunkan rumus-rumus yang instan (langsung digunakan
menyelesaikan soal) bukan menjelaskan mengapa rumus itu digunakan,
sehingga siswa cenderung hafalan.
Untuk mengatasi temuan-temuan tersebut, perlu kecermatan guru dalam
mengalokasikan waktu dan materi serta mengubah cara mengajar dari yang
menjelaskan menjadi membimbing siswa membangun sendiri pengetahuannya
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Perlu perubahan urutan dalam penyampaian suku banyak, terkait
berkembangnya materi Limit dan Turunan pada kurikulum ini, sebab cakupan
materi dalam limit dan turunan memerlukan suku banyak sebagai salah satu
materi prasyarat
Polinomial dalam kurikulum 1994 suplemen tahun 1999
Disampaikan pada jenjang SMA, kelas 3 jurusan IPA catur wulan I
Materi yang disampaikan meliputi :
- Pengertian Sukubanyak
a. Bentuk Umum Suku Banyak
b. Operasi hitung pada Suku Banyak
- Nilai sukubanyak
a. Suku banyak sebagai suatu fungsi
b. Menentukan nilai suku banyak dengan cara sintetik (Horner)
- Pembagian sukubanyak
a. Pembagian Hasil Bagi dan Sisa Pembagian
b. Pembagian dengan cara sintetik (Horner)
c. Pembagian suku banyak oleh suku banyak berbentuk ax2 + bx + c, a ≠0
- Teorema sisa
- Teorema factor
- Akar-akar Rasional dari Persamaan Sukubanyak.
Pada kurikulum suplemen 1999 materi suku banyak tidak berubah dari
kurikulum 1994.
Polinomial dalam kurikulum 2004
Disampaikan pada jenjang SMA, kelas XI jurusan IPA semester 1
Standart Kompetensi :
3. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran beserta garis
singgungnya, menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa dan teorema
factor dalam pemecahan masalah, menggunakan operasi dan manipulasi
aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi komposisi
dan fungsi invers.
Kompetensi Dasar :
3.3 Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil
bagi dan sisa pembagian
3.4 Menggunakan teorema sisa dan teorema factor dalam pemecahan masalah
serta membuktikan teorema sisa dan teorema factor.
Materi yang disampaikan meliputi :
- Algoritma pembagian sukubanyak
a. Penjelasan algoritma pembagian
b. Menentukan derajat sukubanyak hasil bagi dan sisa pembagian dalam
algoritma pembagian
- Penggunaan algoritma pembagian dalam pemecahan masalah
a. Menentukan hasil bagi dan sisa pembagian sukubanyak oleh bentuk
linier atau kuadrat
- Teorema sisa
a. Sisa pembagian bentuk linier
b. Sisa pembagian bentuk kuadrat
c. Pembuktian teorema sisa
- Teorema factor
a. Factor linier dari suku banyak
b. Menyelesaikan persamaan suku banyak dengan factor linier
c. Pembuktian teorema factor
Temuan dari kajian literature kami sebagai berikut :
1. Mata pelajaran Matematika menekankan pada penguasaan konsep, dan
kemampuan pemecahan masalah.
2. Urutan materi diberikan sebelum materi Limit dan Turunan, berbeda
dengan kurikulum sebelumnya.
3. Kedalaman materi sama dengan tahun sebelumnya.
Analisa kami :
Dari materi yang mengharuskan adanya pembuktian teorema sisa, teorema
factor mengindikasikan ada perubahan outcome yang diinginkan setelah
belajar Matematika. Matematika ditekankan untuk penguasaan konsep dan
kemampuan pemecahan masalah dalam pencapaian kompetensi.
Penempatan materi suku banyak di kelas XI IPA pada semester 1, menurut
kami kurang tepat karena konsep-konsep suku banyak akan dipakai pada
materi limit dan turunan yang ada di semester 2. Hal ini dikarenakan ada jeda
waktu yang lama, sehingga ada kemungkinan siswa lupa materi bisa saja
terjadi.
Polinomial dalam Kurikulum 2006
Disampaikan pada jenjang : SMA jurusan IPA Kelas XI semester 2.
STANDAR KOMPETENSI:
4. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah.
Kompetensi Dasar
4.1 Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil
bagi dan sisa pembagian
4.2 Menggunakan teorema sisa dan teorema faktor dalam pemecahan masalah
Temuan pada literature :
1. Urutan materi disampaikan sebelum fungsi, Limit dan Turunan.
2. Materi diberikan pada semester yang sama dengan materi Limit dan
Turunan
3. Isi materi tidak ada perubahan dengan kurikulum sebelumnya.
Analisis kami
1. Penempatan materi suku banyak sudah tepat, dan menjadi prasyarat materi
Limit dan Turunan.
2. Rentang waktu antara suku banyak dan materi yang menggunakan konsep
suku banyak tidak terlampau jauh, sehingga siswa masih dapat mengingat
materi yang sudah dipelajari dengan mudah.
C. Kendala Pembelajaran polinomial di sekolah
Penyampaian pokokbahasan polinomial pada umumnya masih sebatas hafalan,
dan belum mencapai pemahaman yang mendasar. Kondisi ini berakibat masih
rendahnya kompetensi siswa pada pokokbahasan ini, dan belum bisa
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan media
pembelajaran dan sarana prasarana yang mendukung (IPTEK) menjadi satu
factor yang ikut memperburuk prestasi belajar siswa pada pokok bahasan ini.
Materi yang biasa dianggap sulit oleh siswa adalah menyelesaikan masalah
nonrutin tentang mencari akar-akar persamaan polinomial dan operasi aljabar
dari akar-akar persamaan polinomial tersebut. Selain itu, materi teorema factor
juga dianggap sulit terutama mencari koefisien dari polinomial jika diketahui
beberapa akarnya.
Karakteristik materi Suku Banyak yang abstrak dan konsep-konsepnya
yang saling berkaitan, menuntut agar dalam pembelajaran materi ini
perlu diupayakan pembelajaran yang bermakna, artinya peserta didik
benar-benar memahami apa yang dipelajari. Pembelajaran bermaknaakan
terjadi jika peserta didik mampu mengaitkan pengetahuan yang sudah
dimiliki dengan materi baru. Selain itu, akan terjadi pembelajaran
bermakna jika peserta didik dapat melihat hubungan antar konsep-konsep,
sehingga peserta didik mengetahui ke arah mana alur materi yang dipelajari
dan mereka tidak hanya sekedar menghafal rumus yang ada, tetapi juga benar-
benar memahami kapan rumus tersebut diterapkan Agar terjadi pembelajaran
yang efektif dan bermaknadalam materi Suku Banyak ini, maka perlu
dipersiapkan alternatif pembelajaran yang dapat meminimalkan beban
hafalan yang sangat banyak, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap konsep matematika.Desain pembelajaran ini mencakup
materi Suku Banyak yang akan diajarkan. Melalui desain pembelajaran ini,
peserta didik dapat melihat materi yang akan dipelajari dan hubungan
antar konsep-konsepnya.
Solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah ini adalah :
1. menyediakan sarana dan prasarana serta kondisi belajar yang kondusif
sehinga siswa dapat belajar dengan baik.
2. Guru harus mampu membantu siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka dengan memfasilitasi dengan strategi pembelajaran tertentu,
dengan instruksi-instruksi sehingga mereka bisa menemukan dan
memahami materi dengan baik.
3. Siswa dibiasakan dengan masalah yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, dan guru membantu siswa menemukan dan menggunakan
strategi pemecahan masalah yang dihadapinya.
4. Salah satu alternatif solusi yang sesuai dengan masalah dan karakteristik
materi suku banyak adalah dengan penggunaan peta konsep.
jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-
soal matematika dalam suku banyak antara lain:
1. Kesalahan konsep
Indikatornya adalah:
a. Kesalahan menentukan teorema atau rumus untuk menjawab
suatu masalah.
b. Penggunaan teorema atau rumus oleh siswa tidak sesuai dengan
kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut atau tidak
menuliskan teorema.
2. Kesalahan menggunakan data
Indikatornya adalah:
a. Tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai.
b. Kesalahan memasukkan data ke variabel.
c. Menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu
masalah.
3. Kesalahan interpretasi bahasa
Indikatornya adalah:
a. Kesalahan dalam menyatakan bahasa sehari-hari dalam bahasa
matematika.
b. Kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol, grafik, dan tabel
ke dalam bahasa matematika.
4. Kesalahan teknis
Indikatornya meliputi:
a. Kesalahan perhitungan atau komputasi.
b. Kesalahan memanipulasi operasi aljabar.
5. Kesalahan penarikan kesimpulan
Indikatornya adalah:
a. Melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar.
b. Melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan
penalaran logis.
Bentuk kesalahan, dan contoh kesalahan dalam materi suku banyak akan
disampaikan pada kajian materi suku banyak makalah kedua.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kurikulum merupakan centre of exellent dalam suatu system pendidikan
yang berperan sebagai konservasi, internalisasi, dan kristalisasi ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya masyarakat.
2. Kurikulum yang dinamis dibuat mengikuti perkembangan IPTEK,
sosiobudaya dan kebutuhan pemerintah terhadap sumberdaya manusia
untuk menjawab tantangan perubahan secara global.
3. Penyampaian pokokbahasan polinomial pada kurikulum nasional,
didasarkan pada keluasan pembahasan yang mensyaratkan polinomial
sebagai materi awalnya.
4. Masalah utama yang muncul pada pokokbahasan polinomial adalah siswa
masih menghafal rumus, belum mencapai pemahaman yang maksimal,
sehingga bisa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
5. Penempatan materi yang tepat, dukungan sarana dan prasarana optimal
menjadi solusi masalah yang dihadapi.
6. Kesalahan-kesalahan siswa dalam mempelajari suku banyak antara lain :
kesalahan konsep, penggunaan data, intepretasi bahasa, teknis dan
penarikan kesimpulan.
REFERENSI
Lutfiana, Dian, 2011; Analisis Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan
soal-soal pada materi pokok suku banyak kelas XI IPA semester 2 MA NU
Limpung, IAIN Walisongo Semarang
Prof. Dr. H. Soedijarto dkk, 2010; Sejarah Pusat Kurikulum, Pusat Kurikulum
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Wahyuningsih S.Pd , Endang; 2003; Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian, Departemen Pendidikan Nasional.