39
POLIP NASI year Polip nasi pembimbing : dr. H. EDY RIYANTO B., Sp.tt dr. Ismi !a"adi DIS#S#N O$EH : Debb" enameli%a &'()&&)* BAGIAN ILMU KESEHATAN THT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED KABUPATEN CIREBON 2011 KATA PENGANTAR SMF Ilmu Penyakit THT – KL Debby Henameliza 04310019 Page )

Polip Nasi Revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

polip nasi

Citation preview

POLIP NASI

POLIP NASIyear

Polip nasi

pembimbing :dr. H. EDY RIYANTO B., Sp.thtdr. Ismi cahyadi

DISUSUN OLEH :Debby henameliza04310019

BAGIAN ILMU KESEHATAN THTFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALEDKABUPATEN CIREBON2011

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya makalah dengan judul polip nasi dapat saya selesaikan penyusunannya dalam rangka memenuhi salah satu tugas saya sebagai coass yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di bagian THT di RSUD WALED tahon 2011.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Cirebon , Januari 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

HalamanKata pengantar.......................................................................................................2Daftar isi..................................................................................................................3Status THT..............................................................................................................4Polip NasiBAB IPendahuluan..16BAB IIAnatomi Dan Fisiologi Hidung..18BAB III Definisi.............................................................................................................25Histopatologi polip nasi..26Etiologi..............................................................................................................27Patofisiologi......................................................................................................30 Gejala Klinis.......................................................................................................30Diagnosa32 Diagnosis banding..............................................................................................34Penatalaksanaan.................................................................................................35 Prognosis..........................................................................................................37Kesimpulan........................................................................................................39Daftar Pustaka...................................................................................................40

STATUS PASIEN

I. IdentitasNama: Tn.TUsia: 33 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAlamat: JangkuangPendidikan: SDPekerjaan: Buruh / Kuli BangunanAgama: IslamBerat Badan: 49 KgPenghasilan: 30.000 / hari (UMR)Tanggal pemeriksaan: 6 Januari 2011

II. Anamnesis Keluhan Utama :Hidung tersumbat

Riwayat penyakit sekarang :Os datang ke Rumah Sakit Waled di bagian poli THT hari senin tanggal 6 januari 2011 jam 10.00 WIB. Os mengeluh hidung tersumbat. Pasien mengeluh hidung tersumbat bertambah parah sejak 1 minggu yang lalu. Sumbatan di hidung pasien menetap dan tidak hilang timbul. Pasien mengeluhkan teraba ada benjolan di hidung sebelah kanan berbentuk lonjong berwarna pucat. Selain itu Pasien sering pilek. Saat pilek sukar membuang ingus,karena itu pasien harus menutup mulutnya untuk membuang ingus. Ingus berwarna jernih keputihan,sedikit kental,tidak berbau busuk dan tidak berdarah. Pasien pernah tertelan lendir dan terasa ada cairan mengalir ke tenggorokkan,cairan dirasa pasien berasal dari hidung. sering merasa ingin buang dahak setiap hari lebih dari 5 kali dalam sehari. Jika menunduk wajahnya terasa sakit terutama disekitar pipi. Penciuman pasien berkurang. Pasien merasa bindeng. Saat tidur pasien mendengkur dan terkadang sulit tidur dan ketika bangun tidur pasien sering sakit kepala. Semua keluhan tersebut pasien rasakan sejak 8 bulan yang lalu. Awalnya gejala yang dirasakan ringan,sehingga pasien merasa cukup sehat dengan hanya beristirahat tanpa harus berobat. Tetapi lama-kelamaan keluhan terasa memberat dan menganggu aktivitasnya sehari-hari.Pasien mengatakan dulu pernah mengalami kecelakaan kerja. Pasien terjatuh dari bangunan setinggi 3 meter dan membentur hidungnya lebih kurang 14 tahun yang lalu. Riwayat sakit gigi tidak ada,os juga tidak pernah mengeluh mimisan. Os tidak pernah mengalami gangguan menelan. Riwayat sakit telinga disertai keluar cairan dari telinga tidak ada dan riwayat gangguan pendengaran pasien sangkal. Riwayat alergi seperti gatal-gatal setelah minum obat tertentu tidak ada. Riwayat menggunakan obat aspirin disangkal.Pasien jarang tidur di rumah,karena pasien lebih sering di proyek bangunan. Jadi lebih sering tidur di luar dan di lantai. Pasien tidak pernah memiliki riwayat pengobatan sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki asma,dan keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit seperti yang di alami pasien.

III. Pemeriksaan FisikKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisTanda vital: TD: 120/80mmHg N : 90x/menit R: 19x/menit S: 37,5oCSTATUS GENERALISKepala: Mata : - konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterikLeher: JVP tidak meningkat KGB tidak teraba membesar Mulut: Lihat status lokalisThorakParuI : Bentuk dan gerak simetrisP : vocal fremitus kanan = kiri ( dbn )P : Sonor semua lapang paru, ( dbn )A : vesikuler dikedua lapang paru, wheezing ( - / - ), ronkhi ( - / - )jantung I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis terabaP : Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternal dextra Batas jantung kiri: ICS V linea midclavicula sinistra Batas jantung atas: ICS II linea sternalis sinistra Batas pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistraA : BJ I, II reguler murniAbdomenI : datar , lembutP : tidak ada nyeri tekan pada 4 kwadranHepar : tidak teraba PembesaranLien : tidak teraba PembesaranGinjal: tidak teraba ballotement pada kedua ginjalEkstremitas: Dalam batas normal, akral hangat, CRT < 2 detik.Neurologis: Refleks fisiologis +/+ Refleks patologis -/-

STATUS LOKALISTelinga

BagianKelainanAuris

DextraSinistra

PreaurikulaKongenitalRadang & tumorTrauma------

AurikulaKongenitalRadang & tumorTrauma------

RetroaurikulaEdemaHiperemisNyeri tekanSikatriksFistulaFluktuasi------------

CAEKongenitalKulitSekretSerumenEdemaJaringan granulasi-Normal-+---Normal-+--

Membran Timpani

WarnaIntakRefleks cahaya

Putih keabuanIntak+

Putih keabuanIntak +

Tes PendengaranAuris

DextraSinistra

Test bisikpenderita dapat mendengar dan mengulang suara pemeriksa dengan berbisik penderita dapat mendengar dan mengulang suara pemeriksa dengan berbisik

Tes Rinne++

Tes WeberTidak ada lateralisasi, kanan = kiri

Tes SchwabachSama dengan pemeriksaSama dengan pemeriksa

HidungPemeriksaanNasal

DextraSinistra

Keadaan LuarBentuk & UkuranDbnDbn

Rhinoskopi anteriorMukosaSekretKrustaConcha inferiorSeptumPolip/tumorPasase udaraHiperemis,edema+,secret mukoid-hipertropidbn--Eutropi

Deviasi septum kanan ke kiri

Ada,konsistensi lunak+/- kadang tersumbat

Tidak ada-

Rhinoskopi posteriorMukosaKoanaSekretTorus tubariusFossa rosenmullerAdenoidPost nasal dripHiperemis,edematerbuka+ di nasofaringtenangtenangtidak membesar+-terbuka+ di nasofaringtenangtenangtidak membesar

Laring

Laring(laringoskopi indirect)EpiglotisCartilago aritenoidPlika ariepiglotisPlika vestibularisPlika vokalisFungsi gerakRima glotisCincin trakea

Tenang,masa (-)Tenang (+/+),masa(-)Tenang (+/+),masa(-)Tenang (+/+),masa(-)Tidak ada kelainan (+/+)Simetris TerbukaDitengah

Mulut Dan Orofaring Bagian Kelainan Keterangan

Mulut Mukosa mulutLidah

Palatum molleGigi geligi

Uvula Halitosis NormalBersih, basah, gerakan normal kesegala arahsimetris tenang, tidak hiperemis, simetris8 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7 8 O = karies X= tanggal Simetris ( - )

Tonsil Mukosa BesarKripta : Detritus :Perlengketan HiperemisT1 T1Normal (- /- )( - / - )

Faring Mukosa Granula Post nasal drip NormalTidak ada (+)

Maksilofasial Bentuk :Simetris Parese N.Kranialis:Tidak ada

Sinus paranasalsinus maksilaris sinus frontalKaKiKaKinyeri tekan : - - - - transluminasi: 2 4 44Leher Kelenjar getah bening: tidak ada pembesaranJVP: tidak meningkatMassa : tidak ada

IV. ResumeKeluhan Utama :Hidung tersumbat

Riwayat penyakit sekarang :Os datang ke Rumah Sakit Waled di bagian poli THT hari senin tanggal 6 januari 2011 jam 10.00 WIB. Os mengeluh hidung tersumbat. Pasien mengeluh hidung tersumbat bertambah parah sejak 1 minggu yang lalu. Sumbatan di hidung pasien menetap dan tidak hilang timbul. Pasien mengeluhkan teraba ada benjolan di hidung sebelah kanan berbentuk lonjong berwarna pucat. Selain itu Pasien sering pilek. Saat pilek sukar membuang ingus,karena itu pasien harus menutup mulutnya untuk membuang ingus. Ingus berwarna jernih keputihan,sedikit kental,tidak berbau busuk dan tidak berdarah. Pasien pernah tertelan lendir dan terasa ada cairan mengalir ke tenggorokkan,cairan dirasa pasien berasal dari hidung. sering merasa ingin buang dahak setiap hari lebih dari 5 kali dalam sehari. Jika menunduk wajahnya terasa sakit terutama disekitar pipi. Penciuman pasien berkurang. Pasien merasa bindeng. Saat tidur pasien mendengkur dan terkadang sulit tidur dan ketika bangun tidur pasien sering sakit kepala. Semua keluhan tersebut pasien rasakan sejak 8 bulan yang lalu. Awalnya gejala yang dirasakan ringan,sehingga pasien merasa cukup sehat dengan hanya beristirahat tanpa harus berobat. Tetapi lama-kelamaan keluhan terasa memberat dan menganggu aktivitasnya sehari-hari.Pasien mengatakan dulu pernah mengalami kecelakaan kerja. Pasien terjatuh dari bangunan setinggi 3 meter dan membentur hidungnya lebih kurang 14 tahun yang lalu. Riwayat sakit gigi tidak ada,os juga tidak pernah mengeluh mimisan. Os tidak pernah mengalami gangguan menelan. Riwayat sakit telinga disertai keluar cairan dari telinga tidak ada dan riwayat gangguan pendengaran pasien sangkal. Riwayat alergi seperti gatal-gatal setelah minum obat tertentu tidak ada. Riwayat menggunakan obat aspirin disangkal.Pasien jarang tidur di rumah,karena pasien lebih sering di proyek bangunan. Jadi lebih sering tidur di luar dan di lantai. Pasien tidak pernah memiliki riwayat pengobatan sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki asma,dan keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit seperti yang di alami pasien.

HidungPemeriksaanNasal

DextraSinistra

Keadaan LuarBentuk & UkuranDbnDbn

Rhinoskopi anteriorMukosaSekretKrustaConcha inferiorSeptumPolip/tumorPasase udaraHiperemis,edema+,secret mukoid-hipertropidbn--Eutropi

Deviasi septum kanan ke kiri

Ada,konsistensi lunak+/- kadang tersumbat

Tidak ada-

Rhinoskopi posteriorMukosaKoanaSekretTorus tubariusFossa rosenmullerAdenoidPost nasal dripHiperemis,edematerbuka+ di nasofaringtenangtenangtidak membesar+-terbuka+ di nasofaringtenangtenangtidak membesar

Laring

Laring(laringoskopi indirect)EpiglotisCartilago aritenoidPlika ariepiglotisPlika vestibularisPlika vokalisFungsi gerakRima glotisCincin trakea

Tenang,masa (-)Tenang (+/+),masa(-)Tenang (+/+),masa(-)Tenang (+/+),masa(-)Tidak ada kelainan (+/+)Simetris TerbukaDitengah

Faring Mukosa Granula Post nasal drip NormalTidak ada (+)

V. Diagnosis Kerja Polip nasi dextra + sinusitis maxillaris kronik dextra +hipertropi concha + septum deviasi

VI. Usulan pemeriksaan :1. darah rutin2. radiologi : foto rotgen waters3. Pemeriksaan nasoendoskopi

VII. PenatalaksanaanKonsultasi : dokter spesialis penyakit THTMedikamentosa: kortikosteroid oral : dexametason 3 x 1 0,5 mg / tablet Dekongestan : oral pseudoefedrin + cetirizine 2 x 1 tab / hari

Rencana Operasi : -Exterpasi polip by FESS ( Functional Endoscopic Sinus Surgery ) -Septoplasty -Konchotomi

VIII. PrognosisQuo ad vitam: ad bonamQuo ad functional: ad bonam

BAB IPENDAHULUAN

Bila anda mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama semakin berat ditambah dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi penciuman, kemungkinan besar anda menderita polip hidung. Polip hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.Polip nasi merupakan salah satu penyakit yang cukup sering ditemukan di bagian THT . Keluhan pasien yang datang dapat berupa sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat. Kemudian pasien juga mengeluhkan adanya gangguan penciuman dan sakit kepala. Untuk mengetahui massa di rongga hidung merupakan polip atau bukan selain perlu dikuasai anatomi hidung juga perlu dikuasai cara pemeriksaan yang dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosa lain. Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai anatomi, fisiologi hidung serta patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan dan penatalaksanaan pada polip nasi. Polip nasi sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu. Polip nasi digambarkan sebagai buah anggur yang turun melalui hidung. Istilah polip nasi berasal dari kata Yunani poly-pous yang berarti berkaki banyak. Polip nasi adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama kompleks osteomeatal di meatus nasi medius berupa massa lunak yang mengandung banyak cairan, bertangkai, bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan. Permukaannya licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan. Sering bilateral dan multiple. Polip nasi juga merupakan kantung dari edema mukosa dan kebanyakan berasal dari mukosa sinus ethmoid.

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGIPolip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada laki laki, dimana rasio antara laki laki dan perempuan 2:1 atau 3:1. Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras.Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAI. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Hidung LuarHidung luar berbentuk piramid dengan bagian bagiannya dari atas ke bawah : 1. Pangkal hidung (bridge)2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela 6. Lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh : - Superior : os frontal, os nasal, os maksila- Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minorDengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel.

Perdarahan : 1. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna). 2. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)3. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis) Persarafan : 1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis) 2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)

Kavum NasiDengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media.

Batas batas kavum nasi : Posterior : berhubungan dengan nasofaring Atap: os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale dan sebagian os vomerLantai: merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durumMedial: septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela. Lateral: dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid. Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini.

Perdarahan : Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama sama arteri.Persarafan : 1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N. Etmoidalis anterior 2. Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.

Mukosa Hidung Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.

II. Fisiologi hidung 1. Sebagai jalan nafas Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring. 2. Pengatur kondisi udara (air conditioning) Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara : a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C. 3. Sebagai penyaring dan pelindung Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh : a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi b. Silia c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

4. Indra penghidu Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. 5. Resonansi suara Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau. 6. Proses bicara Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara. 7. Refleks nasal Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

BAB IIIPEMBAHASAN

I. DEFINISI

Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak di bawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Polip hidung adalah massa polypoidal yang timbul terutama dari selaput lendir hidung dan sinus paranasal. Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri sendiri. Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem THT lainnya seperti rinitis alergi, asma, radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal, kista fibrosis, intoleransi pada aspirin, dll.

II. Histopatologi polip nasiSecara makroskopik polip merupakan massa dengan permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna pucat keabu-abuan, lobular, dapat tunggal atau multipel dan tidak sensitif (bila ditekan/ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan oleh sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari tempat yang sempit di bagian atas hidung, di bagian lateral konka media dan sekitar muara sinus maksila dan sinus etmoid. Di tempat-tempat ini mukosa hidung saling berdekatan. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. Dari penelitian Stammberger didapati 80% polip nasi berasal dari celah antara prosesus unsinatus, konka media dan infundibulum.Ada polip yang tumbuh ke arah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana. Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip antro-koana. Menurut Stammberger polip antrokoana biasanya berasal dari kista yang terdapat pada dinding sinus maksila. Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid posterior atau resesus sfenoetmoid.III. Etiologi Polip Hidung Etiologi polip hidung belum diketahui secara pasti. Namun ada 3 faktor yang berperan dalam terjadinya polip nasi, yaitu :1. Peradangan. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik, berulang.2. Vasomotor. Gangguan keseimbangan vasomotor.3. Edema. Pngkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung.

Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli..Fenomena Bernoulli merupakan penjelasan dari hukum sunnatullah yaitu udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut. Akibatnya timbullah edema mukosa. Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah polip hidung. Ada juga bentuk variasi polip hidung yang disebut polip koana (polip antrum koana). Polip koana (polip antrum koana) adalah polip yang besar dalam nasofaring dan berasal dari antrum sinus maksila. Polip ini keluar melalui ostium sinus maksila dan ostium asesorisnya lalu masuk ke dalam rongga hidung kemudian lanjut ke koana dan membesar dalam nasofaring. Fenomena ini menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal dari area yang sempit di kompleks osteomeatal di meatus medius. Mula mula ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses ini terus berlanjut, mukosa yang sembab ini akan semakin besar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip. Pembentukan polip sering juga dihubungkan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Bernsteis, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit di kompleks osteomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permuksaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Teori lain mengatakan ketidakseimbangan saraf vasomotor menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vaskuler yang mengakibatkan dilepaskan sitokin dari sel mast yang akan menyebabkan edema dan lama kelamaan menjadi polip.Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis. Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : 1. Alergi terutama rinitis alergi. 2. Sinusitis kronik.3. Iritasi.4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.Polip hidung sering ditemukan pada penderita: Rinitis alergika Asma Sinusitis kronis Fibrosis kistik

IV. PATOFISIOLOGI

Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.

V. GEJALA KLINIS

Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung. Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah matang, bentuknya menyerupai buah anggur yang berwarna keabu-abuan. Penderita biasanya mengeluhkan hidung tersumbat, penurunan indra penciuman, dan gangguan pernafasan. Akibatnya penderita bersuara sengau.GEJALA DAN TANDAPada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput permukaan hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang sembab.

Pada pemeriksaan klinis tampak massa putih keabu-abuan atau kuning kemerahan di cavum nasi. Pada rhinoskopi anterior polip nasi sering harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). PerbedaannyaPOLIPKONKA POLIPOID

BertangkaiMudah digerakkanKonsistensi lunakTidak nyeri tekanTidak mudah berdarahPada pemakaian vasokonstriktor tidak mengecilTidak bertangkaiSukar digerakkanNyeri bila ditekan dengan pinsetMudah berdarahDapat mengecil dengan vasokonstriktor

VI. DIAGNOSADiagnosa polip nasi dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. AnamnesisKeluhan utama penderita polip nasi adalah obstruksi nasi mulai dari yang ringan sampai berat, rhinore yang jernih sampai purulen, hiposmia dan anosmia. Dapat juga disertai bersin bersin, rasa nyeri pada hidung dan sakit kepala di daerah frontal. Bila disertai dengan infeksi sekunder, didapatkan post nasal drips dan rhinore purulen. Gejala lain yang dapat timbul adalah bernapas melalui mulut, rinolalia, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Gejala pada saluran napas bawah didapati pada kurang lebih sepertiga kasus polip, dapat berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.Selain itu harus ditanyakan riwayat rintis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya serta alergi makanan Pemeriksaan FisisPada pemeriksaan rhinoskopi anterior, polip nasi terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus nasi medius dan mudah digerakkan.Mackay dan Lund (1997) membagi stadium polip nasi menjadi 4 yaitu:Stadium 0 : Tidak ada polip, atau polip masih berada dalam sinusStadium 1 : Polip masih terbatas di meatus medius dan perlu endoskop untuk melihatnya.Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung, dapat dilihat dengan speculum hidungStadium 3 : Polip yang massif yang mengisi hamper seluruh rongga hidung. Pemeriksaan penunjangTes AlergiMelalui tes ini dapat diketahui kemungkinan pasien memiliki riwayat alergi.Naso-endoskopiPolip nasi stadium 1 dan 2 kadang kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, tetapi tampak pada pemeriksaan nasoendoskopi.Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.RadiologikRadiologi dengan posisi Waters dapat menunjukkan opasitas sinus. CT scan potongan koronal merupakan pemeriksaan yang terbaik untuk mengevaluasi pasien dengan polip nasi. CT scan koronal dari sinus paranasal sangat baik untuk mengetahui jaringan yang mengalami kerusakan, luasnya penyakit dan kemungkinan adanya destruksi tulang.Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus, tetapi sebenarnya kurang bermafaat pada kasus polip nasi karena dapat memberikan kesan positif palsu atau negatif palsu, dan tidak dapat memberikan informasi mengenai keadaan dinding lateral hidung dan variasi anatomis di daerah kompleks ostio-meatal. Pemeriksaan tomografi komputer (TK, CT scan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks ostiomeatal. TK terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi. Biasanya untuk tujuan penapisan dipakai potongan koronal, sedangkan pada polip yang rekuren diperlukan juga potongan aksial.

VII. DIAGNOSIS BANDING Polip didiagnosabandingkan dengan konka polipoid, yang ciri cirinya sebagai berikut : Tidak bertangkai Sukar digerakkan Nyeri bila ditekan dengan pinset Mudah berdarah Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin).

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya.

VIII. PENATALAKSANAAN Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien. Selain itu juga diusahakan agar frekuensi infeksi berkurang, mengurangi/menghilangkan keluhan pernapasan pada pasien yang disertai asma, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa. Untuk polip stadium 1 dan 2, sebaiknya diberikan kortikosteroid intranasal selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik, pengobatan ini diteruskan sampai polip atau gejalanya hilang. Bila reaksinya terbatas atau tidak ada perbaikan maka diberikan juga kortikosteroid sistemik. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid intranasal mungkin harganya mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian pasien, sehingga dalam keadaan demikian langsung diberikan kortikosteroid oral. Dosis kortikosteroid saat ini belum ada ketentuan yang baku, pemberian masih secara empirik misalnya diberikan Prednison 30 mg per hari selama seminggu dilanjutkan dengan 15 mg per hari selama seminggu.Menurut van Camp dan Clement dikutip dari Mygind dan, Lidholdt untuk polip dapat diberikan prednisolon dengan dosis total 570 mg yang dibagi dalam beberapa dosis, yaitu 60 mg/hari selama 4 hari, kemudian dilakukan tapering off 5 mg per hari. Menurut Naclerio pemberian kortikosteroid tidak boleh lebih dari 4 kali dalam setahun. Pemberian suntikan kortikosteroid intrapolip sekarang tidak dianjurkan lagi mengingat bahayanya dapat menyebabkan kebutaan akibat emboli. Kalau ada tanda-tanda infeksi harus diberikan juga antibiotik. Pemberian antibiotik pada kasus polip dengan sinusitis sekurang-kurangnya selama 10-14 hari.Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung dari luasnya penyakit (besarnya polip dan adanya sinusitis yang menyertainya), fasilitas alat yang tersedia dan kemampuan dokter yang menangani. Macamnya operasi mulai dari polipektomi intranasal menggunakan jerat (snare) kawat dan/ polipektomi intranasal dengan cunam (forseps) yang dapat dilakukan di ruang tindakan unit rawat jalan dengan analgesi lokal; etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid; operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan endoskopi untuk polipektomi saja, atau disertai unsinektomi atau lebih luas lagi disertai pengangkatan bula etmoid sampai Bedah Sinus Endoskopik Fungsional lengkap. Alat mutakhir untuk membantu operasi polipektomi endoskopik ialah microdebrider (powered instrument) yaitu alat yang dapat menghancurkan dan mengisap jaringan polip sehingga operasi dapat berlangsung cepat dengan trauma yang minimal.Untuk persiapan prabedah, sebaiknya lebih dulu diberikan antibiotik dan kortikosteroid untuk meredakan inflamasi sehingga pembengkakan dan perdarahan berkurang, dengan demikian lapang-pandang operasi lebih baik dan kemungkinan trauma dapat dihindari.Pasca bedah perlu kontrol yang baik dan teratur mengunakan endoskop, dan telah terbukti bahwa pemberian kortikosteroid intranasal dapat menurunkan kekambuhan.Pembedahan dilakukan jika: Polip menghalangi saluran pernafasan Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus Polip berhubungan dengan tumorPolip cenderung tumbuh kembali jika penyebabnya (alergi maupun infeksi) tidak terkontrol. Pemakaian obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid bisa memperlambat atau mencegah kekambuhan. Tetapi jika kekambuhan ini sifatnya berat, sebaiknya dilakukan pembedahan untuk memperbaiki drainase sinus dan membuang bahan-bahan yang terinfeksi. Sayangnya bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi maka polip hidung ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang. Oleh sebab itu sangat diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang menyebabkan alergi yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung.Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan. Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal. Pada kasus polip yang berulang ulang, perlu dilakukan operasi etmoidektomi oleh karena umumnya polip berasal dari sinus etmoid. Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang,dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal Etmoidektomi ada dua cara, yakni : 1. Intranasal 2. Ekstranasal

IX. PROGNOSIS

Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi. Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. Prognosis dan perjalanan alamiah dari polip nasi sulit dipastikan. Terapi medis untuk polip nasi biasanya diberikan pada pasien yang tidak memerlukan tindakan operasi atau yang membutuhkan waktu lama untuk mengurangi gejala. Dengan terapi medikamentosa, jarang polip hilang sempurna. Tetapi hanya mengalami pengecilan yang cukup sehingga dapat mengurangi keluhan. Polip yang rekuren biasanya terjadi setelah pengobatan dengan terapi medikamentosa maupun pembedahan.

BAB IVKESIMPULAN

1. Polip nasi merupakan salah satu penyakit THT yang memberikan keluhan sumbatan pada hidung yang menetap dan semakin lama semakin berat dirasakan. 2. Etiologi polip di literatur terbanyak merupakan akibat reaksi hipersensitivitas yaitu pada proses alergi, sehingga banyak didapatkan bersamaan dengan adanya rinitis alergi. 3. Pada anamnesis pasien, didapatkan keluhan obstruksi hidung, anosmia, adanya riwayat rinitis alergi, keluhan sakit kepala daerah frontal atau sekitar mata, adanya sekret hidung. 4. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan massa yang lunak, bertangkai, mudah digerakkan, tidak ada nteri tekan dan tidak mengecil pada pemberian vasokonstriktor lokal. 5. Penatalaksanaan untuk polip nasi ini bisa secara konservatif maupun operatif, yang biasanya dipilih dengan melihat ukuran polip itu sendiri dan keluhan dari pasien sendiri. 6. Pada pasien dengan riwayat rinitis alergi, polip nasi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk rekuren. Sehingga kemungkinan pasien harus menjalani polipektomi beberapa kali dalam hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi V cetakan III. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2003 Posted by sodikin on March 30th, 2010. uni 29, 2009 Disimpan dalam Berita Kesehatan Tagged alergi, bersin, hidung, polip, puskesmas simpang empat, sinusitis Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 114. Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000 Posted in Info Penyakit on 03 Jul 2007 Cetak www.google.com e-NEWSLETTER www.google.com Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia 1989 www.yahoo.com

SMF Ilmu Penyakit THT KL Debby Henameliza 04310019 Page 8