Upload
mulyaningsih-cucu
View
450
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
Industri makanan ringan semakin berkembang pesat di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Dari skala usaha kecil sampai skala
multinasional. Pada tahun 2007, menurut Euromonitor International dikutip
Fitriasti (2008), perkembangan industri kategori makanan ringan mencapai 11%
dan khusus untuk kategori keripik/chips dan crips mengalami pertumbuhan
penjualan paling pesat.
Menurut Lusas (2001), Industri makanan ringan (Snack Food) merupakan
salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perkembangan laju
industri pangan dunia. Dari tahun ke tahun tingkat penjualan makanan ringan
terus mengalami peningkatan. Perkembangan industri ini merupakan bagian
dari kecenderungan perubahan pola hidup masyarakat terhadap fleksibilitas dan
mobilitas dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan mengudap, gaya hidup
modern serta kesibukan yang tinggi sehingga mengakibatkan konsumsi
makanan ringan menggantikan makan utama (Fitriasti, 2008)
Menurut kamus Webster‘s New Ninth Collegiate, (1757) dikutip oleh
Lusas & Rooney (2001), Snacks didefinisikan sebagai makanan ringan/camilan
yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Istilah Snack mencakup produk-
produk pangan secara luas dan beragam. Untuk kategori savory food saja terdiri
dari bermacam-macam produk. Mulai dari popcorn, pretzel snack, hingga
keripik (Fitriasti, 2008). Snack biasanya dikonsumsi sebagai makanan ringan
atau sebagai pengganti makanan utama. Snack seringkali dikonsumsi ketika
1
sedang bepergian, menonton pertandingan olah raga, dan kegiatan-kegiatan
lainnya (Guy, 2001).
Istilah Snacks, Snack Food, dan Savory Food memiliki makna yang sama,
namun seringkali digunakan secara berbeda, termasuk istilah salty dan
seasoned. Kata savory didefinisikan sebagai “rasa menyenangkan” dan
“makanan pembangkit rasa” (Kamus Webster, 1661 dikutip Lusas & Rooney,
2000).
Sektor pangan utama yang termasuk kedalam snack food, mencakup
sebagian besar produk-produk snack antara lain popcorn, keripik kentang,
snack-snack yang dipanggang atau digoreng, dan snack berbasis pati (Guy,
2001). Salah satu komoditas pangan yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan
baku untuk membuat makanan ringan adalah jagung.
Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas terpenting ketiga di dunia
dengan total produksi 576 juta ton pada tahun 1997-1998. Negara penghasil
jagung terbanyak adalah Amerika Serikat (41%), diikuti oleh Cina, Mexico,
Brazil, Argentina, Amerika Tengah dan beberapa negara di Afrika (Suhendro
dalam Lusas & Rooney, 2000). Salah satu produk olahan jagung sangat
populer dan legendaris adalah popcorn.
Popcorn adalah makanan kecil (snack) yang merupakan makanan ringan
tertua di dunia. Walaupun hampir setiap orang dapat membuat popcorn di
rumahnya, namun hanya sedikit orang yang megetahui mengapa biji popcorn
dapat mengembang dan bagaimana pengaruh proses lain selain pemanasan.
2
Popcorn pertama kali ditemukan oleh penduduk asli Amerika sekitar 3000 SM
(Cretors dalam Lusas & Rooney, 2001).
Sejarah dan budaya popcorn sudah dimulai sejak benua Amerika masih
dikuasai oleh suku-suku Indian. Popcorn diduga sudah dikenal sejak lebih dari
5000 tahun yang lalu. Popcorn ditemukan dalam keadaan tumbuh secara liar.
Pada masa sulit di Perang Dunia II, budidaya tanaman popcorn berlangsung
secara besar-besaran di AS dan beberapa negara Amerika Latin. Hal tersebut
terutama disebabkan karena popcorn memiliki harga yang relatif lebih murah
sehingga keberadaannya semakin populer (wikipedia.com, 2010). Ketika bisnis
lain mengalami kegagalan, bisnis popcorn semakin berkembang dan menjadi
sumber pendapatan para petani setempat.
3
II. POPCORN
II.1 Pengertian Popcorn
Secara terminologi Corn berarti biji-bijian, terutama biji jagung,
sedangkan Pop berarti meletup. Jadi popcorn dapat diartikan sebagai
jagung yang meletup. Di Indonesia, popcorn juga dikenal dengan istilah
Jagung Berondong.
Gambar2.1 Popcorn (Zea mays everta) Setelah Dipanen(Sumber : wikipedia.com, 2010)
Popcorn (Zea mays everta) merupakan salah satu dari tujuh varietas
jagung berdasarkan sifat endospermanya (Awaluddin, 2009). Ketujuh
varietas jagung tersebut antara lain : Jagung mutiara (Flint corn), Jagung
Gigi Kuda (Dent corn), Jagung Manis (Sweet corn), Jagung Berondong
(Popcorn), Jagung Tepung (Floury corn), Jagung Ketan (Waxy corn), dan
Jagung Pod (Pod corn). Seluruh varietas jagung tersebut memiliki sifat
yang berbeda secara signifikan dari warna, ukuran, dan bentuk biji (Rooney
& Suhendro dalam Lusas & Rooney, 2001).
Karakteristik utama yang dimiliki popcorn yang membedakannya
dengan varietas jagung yang lain adalah biji popcorn sebagian besar
4
mengandung pati keras, mempunyai pericarp yang sangat keras, dan
endosperma di lapisan luarnya dapat menahan tekanan internal hingga 9,3
atm serta dibutuhkan suhu cukup tinggi untuk dapat membuatnya
mengembang (Cretors dalam Lusas & Rooney, 2000).
II.2 Jenis-Jenis Jagung untuk Pembuatan Popcorn
Menurut Hallauer (2001), popcorn terdiri dari beberapa jenis. Jenis
popcorn secara garis besar dikelompokkan berdasarkan bentuk biji, warna,
atau bentuk produk setelah mengembang. Jenis popcorn berdasarkan
warna antara lain hitam, merah, dan beraneka warna. namun secara
komersial jenis popcorn yang banyak digunakan adalah popcorn jenis
kuning dan putih.
Menurut Cretors dalam Lusas & Rooney (2000), Biji popcorn putih
adalah biji yang berukuran kecil, berwarna putih dan terdapat sedikit
kemiripan dengan biji beras. Beberapa jenis hibrida yang spesifik
menggunakan nama seperti : baby rice, japanese hulles atau white hulles.
Pericarpnya lebih tipis dari jenis yang lain dan setelah popping pericarpnya
tidak terlihat jelas. Biji yang telah di-popping berwarna sangat putih,
berukuran kecil, dan sangat lunak. Jenis ini terutama digunakan pada skala
rumaah tangga karena sifatnya yang sangat lunak dan rapuh.
Biji popcorn kuning sebagian besar digunakan pada skala komersial.
Bijinya berbentuk bulat dan memiliki warna kuning medium. Memiliki
ukuran yang berbeda, dari kecil, sedang, dan besar. Bentuknya berubah
5
setelah di-popping, Sebagian besar berbentuk tak beraturan seperti flake
(flake popcorn) atau berbentuk kupu-kupu (butterfly popcorn) dengan
sejumlah sayap menonjol keluar (Hallauer, 2001). Beberapa jenis yang lain
berbentuk lebih bulat dan disebut sebagai ball atau mushroom corn.
Butterfly corn dianggap memiliki sensasi rasa di mulut (mouthfeel) yang
lebih baik dengan kelembutan yang baik serta lebih sedikit bercak yang
terlihat.
Gambar2.2. Ball/Mushroom Popcorn (kiri) & Butterfly Popcorn (kanan) (Sumber : Illinois Government News Network, 2003
dikutip Wikipedia.com, 2010)
Ketika popcorn jenis Mushroom di-popping, biji mengembang dari
bentuk bola yang kecil hingga ukurannya membesar. Titik-titik berwarna
kecokelatan sedikit terlihat di bagian permukaan sebagai sisa hasil kontak
panas dengan pericarp di bagian bawah. Jenis popcorn ini diolah dengan
proses popping yang merata. Lain halnya dengan popcorn jenis butterfly.
Ketika proses popping berlangsung, pergerakannya berputar ke arah luar
dan dalam sehingga pericarpnya terjebak di bagian dalam (Cretors dalam
Lusas & Rooney, 2001)
6
II.3 Karakteristik & Penggunaan Popcorn
II.3.1 Karakteristik Popcorn
Menurut Cretors dalam Lusas & Rooney (2001), Popcorn
merupakan snack renyah yang paling higroskopis. Hal ini
menyebabkan popcorn harus dijaga agar tetap segar dan l. Popcorn
yang keras daan liat seringkali disebabkan karena kondisi yang
kelembabannya terlalu tinggi. Pada metode popping cara basah,
masalah yang timbul biasanya terjadi selama beberapa hari ketika
kelembaban relatifnya lebih dari 50%. Kadar air yang diinginkan
dari popcorn rasa asin, keju, dan flavor yang lain adalah 1.0 – 1.5%
atau kurang. Produk yang sangat renyah dengan kadar air 1 – 2%
akan cepat berubah menjadi liat pada kadar air 4 – 5%. Beberapa
literatur menunjukkan bahwa popcorn pada awalnya memiliki kadar
air 1.5% setara dengan rata-rata 2.5% kadar air pada RH 20%
ketika di simpan selama 15 menit di suhu ruang, 3.5% pada RH
30%, 4.5% pada RH 40%, 5.5% pada RH 50%, 6.5% pada RH
60%, dan 7.5% pada RH 70%.
II.3.2 Penggunaan Popcorn
Popcorn biasanya disajikan sebagai popcorn manis dan asin.
Satu atau lebih zat citarasa dan warna ditambahkan pada proses
pengolahan popcorn setelah proses popping (Cretors dalam Lusas
& Rooney, 2001). Proses pelapisan (coating) pada popcorn, juga
7
diaplikasikan pada produk-produk camilan yang lain, misalnya
produk camilan berbasis pati, beras, atau gandum (Guy, 2001).
Menurut Cretors dalam Lusas & Rooney (2001), Flavor garam
dan keju biasanya diterapkan dengan menggunakan minyak yang
bertindak sebagai media pembawa flavor dan membantu agar
melekat pada produk. Pada popcorn yang rasanya asin, minyak
disemprotkan pada produk dengan menggunakan jenis pipa semprot
tertentu yang bervariasi pada konsentrasi 20-30% berat akhir
produk. Pemberian warna dan flavor dapat ditambahkan ke dalam
minyak agar menghasilkan produk lain yang berbeda sedangkan
pada popcorn yang dilapisi keju, tahap persiapan diawali dengan
mencampurkan minyak kelapa atau minyak jenis lain yang
memiliki daya tahan yang stabil dengan keju bubuk. Kandungan
kejunya berkisar antara 30% - 50% berat. Campuran ini kemudian
dipanaskan hingga 49o – 54oC untuk melelehkan keju. Pelelehan
keju merupakan hal yang penting karena alat penyemprot untuk
pelapisan keju lebih mudah menyumbat pipa dan lubang
penyemprotnya. Selain itu, keju dalam bentuk cair menyerap
popcorn dengan lebih baik
Proses pengolahan popcorn atau snack food lain yang melalui
proses pelapisan dengan gula/karamel lebih kompleks dari popcorn
yang dilapisi garam atau keju karena gula harus benar-benar
tercampur dan matang sebelum proses pelapisan dilakukan. Proses
8
pembuatan popcorn manis dimulai dari memasak larutan gula
dalam panci stainless steel atau tembaga hingga terbentuk kembang
gula keras (hard candy) atau karamel. Kemudian larutan gula yang
telah mendidih dituangkan diatas popcorn yang telah di-popping
dalam mixer, terdiri dari drum yang berputar secara vertikal dengan
sejenis bor yang berputar secara vertikal di sepanjang samping sisi
drum. Hasil yang diperoleh adalah gula terdistribusi merata
melapisi popcorn (Cretors dalam Lusas & Rooney, 20001).
II.4 Nilai Gizi Popcorn
Popcorn tidak dianggap sebagai makanan yang buruk bagi
kesehatan. Pada kenyataannya, popcorn justru merupakan camilan
sehat (Cretors dalam Lusas & Rooney, 2001). Camilan popcorn
secara alami kaya akan serat pangan, memiliki kandungan lemak &
nilai kalori rendah, tidak mengandung natrium, dan bebas gula
(Ferring, 2008). Dokter gigi lebih menyarankan konsumsi popcorn
asin daripada popcorn manis. Persatuan Diet Amerika
memperbolehkan konsumsi popcorn sebagai pengganti roti untuk
menjaga berat badan selama diet. Bahkan, Institut Kanker Nasional
AS memasukkan popcorn sebagai salah satu dari daftar makanan
yang mengandung sumber serat yang tinggi yang dapat membantu
mengurangi resiko kanker usus besar (Cretors dalam Lusas &
Rooney, 20001). Tetapi seiring dengan ragamnya pengolahan
9
popcorn, terutama berkaitan dengan flavoring, sejumlah besar
lemak, gula, dan sodium seringkali ditambahkan dalam pengolahan
popcorn yang dapat mengubah nilai gizinya secara signifikan, dan
menjadi pilihan yang sangat sulit oleh mereka yang sedang
melakukan diet. Nilai gizi popcorn tanpa bahan tambahan pangan
dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Nilai Gizi Popcorn Tanpa Bahan Tambahanper 100 gram (3.5 oz)
Energi 1,598 kJ (382 kkal)
Karbohidrat 78 g
Serat Pangan 15 g
Lemak 4 g
Protein 12 g
Thiamin (Vit. B1) 0.2 mg (15%)
Riboflavin (Vit. B2) 0.3 mg (20%)
Zat Besi 2.7 mg (22%)
(Sumber : USDA Nutrient Database dikutip Wikipedia.com, 2010)
Popcorn yang dijual sebagian besar bioskop di Amerika Serikat
menggunakan minyak kelapa untuk mengembangkan biji, kemudian
melapisinya dengan mentega atau margarin yang kandungan lemaknya
melebihi gabungan antara sarapan dengan daging babi dan telur, kentang
goreng, serta makan malam dengan daging steak. (Grimes, 1994)
Peneliti juga menemukan bahwa camilan popcorn yang dikonsumsi
bersama minuman di dalam bioskop mengandung 29 gram lemak jenuh
(DietFacts.com, 2004) dan memiliki nilai kalori yang setara dengan 3
10
hamburger ukuran tiga perempat. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Center for Science and Public Interest (CSPI) ditemukan bahwa popcorn
ukuran sedang dan minuman pendampingnya rata-rata memiliki 1.160
kalori (FDA Daily Reference Value, dikutip Wikipedia.com, 2010). Jumlah
ini cukup tinggi karena popcorn hanyalah makanan selingan bukan
makanan pokok. Sementara kebutuhan kalori orang dewasa rata-rata 1.800-
2.000 kalori perhari.
11
III. PEMBUATAN POPCORN
III.1 Prinsip Pembuatan Popcorn
Popcorn merupakan jenis camilan yang dibuat melalui proses
Puffing/Popping, yaitu istilah yang digunakan untuk produk-produk
olahan yang mengalami proses pengembangan. Tidak seperti makanan
ringan komersial lain pada umumnya, proses pengembangan (popping)
pada popcorn terjadi secara alamiah. Menurut Cretors dalam Lusas &
Rooney (2000), biji popcorn sebagian besar mengandung pati keras
alami, mengandung 14% kadar air, dan memiliki kulit (pericarp) yang
sangat keras. Lapisan biji bagian luar dapat menahan tekanan internal
yang diberikan hingga sebesar 135 Psi (gauge) atau 9,3 atm.
Menurut Awaluddin (2009), pada saat biji popcorn tersebut
dimasukkan kedalam wajan yang mengandung minyak dengan panas di
atas 100 0C, air dalam biji jagung tersebut akan bereaksi dengan pati
sehingga terbentuk gel. Ketika dipanaskan, suhu dan tekanan internal
biji meningkat. Air yang terkandung di bagian dalam biji menguap dan
berada dalam kondisi uap super panas (superheated steam). Pada saat
tersebut, pati dalam biji mengalami gelatinisasi dan bagian
endospermanya menjadi lunak dan bersifat lentur (Cretors dalam Lusas &
Rooney, 2000).
Pada saat suhu minyak mencapai 1800C, gel yang telah terbentuk
memiliki tekanan yang sangat besar karena pada suhu tersebut air sudah
berada dalam bentuk gas dengan tekanan yang besar. Walaupun pericarp
12
ini mampu menahan tekanan hingga 9,3 atm, tetapi tekanan yang besar
dari uap pada suhu ini, mampu memecahkan kulit tersebut (Awaluddin,
2009). Pecahnya kulit jagung tersebut juga diikuti keluarnya pati jagung
yang berbentuk gel di dalam biji serta mendenaturasikan protein menjadi
bentuk busa yang mengembang. Saat uapnya dikeluarkan, suhu internal
menurun. Pada suhu yang lebih rendah, pati dan polimer protein
mengalami retrogradasi membentuk polimer berbentuk busa dengan sifat
kaku. Hal ini menyebabkan popcorn yang dihasilkan menjadi renyah
dan tetap dapat mempertahankan bentuknya pada saat sudah dingin dan
kering (Awaluddin, 2009).
Menurut Cretors dalam Lusas & Rooney (2001) pengembangan
(popping) optimum pada biji jagung memerlukan keseimbangan panas
dan kadar air. Jika bijinya dipanaskan terlalu cepat, pati di bagian dalam
tidak tergelatinisasi. Walaupun pati di bagian yang lebih luar mencapai
suhu dan tekanan yang diperlukan untuk menyebabkan pecahnya
pericarp, namun hal tersebut tidak terjadi secara merata dan pati di bagian
dalam tidak mengembang karena tidak tergelatinisasi. Sebaliknya, bila
pemanasannya terlalu lambat, peningkatan tekanan internal tidak dapat
terus naik serta terjadi kehilangan kandungan air di bagian luar biji saja.
Keseimbangan suhu dan tekanan yang optimal untuk popping adalah
dengan cara memanaskan biji dengan laju yang cukup lambat untuk
mematangkan pati hingga ke bagian pusat biji sebelum tekanan
internalnya memecahkan pericarp, tetapi tidak terlalu lambat yang dapat
13
menyebabkan keluarnya kandungan air sebelum biji mencapai suhu dan
tekanan untuk mengembang (popping).
III.2 Metode-Metode Popping dalam Pembuatan Popcorn
III.2.1 Metode Popping Cara Basah (Oil Popping)
a. Proses Pengembangan (Popping)
Menurut Cretors (1893) dalam Lusas & Rooney (2001) metode
basah atau metode popping dengan menggunakan minyak (oil
popping) merupakan metode yang paling banyak dipakai. Jagung
dan minyak ditempatkan di dalam suatu wadah dengan rasio
jagung dan minyak 3 : 1. Jagung mulai mengembang ketika
jagung dan minyak mencapai suhu yang tepat. Panas yang cukup
(450 oF, 232 oC) diperlukan pada bagian dasar wajan untuk siklus
popping normal, yaitu selama 2,5-3,0 menit. Dalam waktu tersebut
biji jagung mengembang hingga volume pengembangan terbaik.
Siklus waktu tersebut dapat diatur dengan mengubah laju
pemanasannya atau dengan mengubah jumlah bahan baku yang
masukkan ke dalam wajan bila laju pemanasannya tetap.
Minyak dan jagung harus diagitasi selama proses berlangsung
untuk memperoleh perpindahan panas secara merata. Pada mesin
pembuat popcorn kemersial, pada bagian katel dilengkapi dengan
tangki pengaduk. pada skala rumah tangga, wadah/panci dimana
jagung diletupkan diguncangkan di atas kompor. Metode popping
14
dengan minyak merupakan metode yang paling sederhana dalam
pembuatan snack yang ada.
b. Penggunaan Minyak
Menurut Cretors dalam Lusas & Rooney (2001), Penggunaan
minyak dalam proses popping memiliki dua fungsi utama, yaitu
sebagai medium penghantar panas dan menambahkan flavor khas
pada produk akhir. Fungsi lain penambahan minyak adalah dapat
memperbaiki bentuk dan struktur fisik, menambah nilai gizi dan
kalori, serta memberikan citarasa yang gurih (Ketaren, 2005).
Menurut Cretors dalam Lusas & Rooney (2001), Terdapat
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis
minyak yang digunakan untuk proses popping . faktor pertama
adalah titik cair minyak. Titik cair minyak adalah suhu pada saat
terjadi tetesan pertama minyak/lemak (Ketaren, 2005). Dalam
bahan makanan, terdapat berbagai jenis trigliserida dan komponen
lainnya, karena itulah titik cair lemak/minyak tidak tajam, tetapi
merupakan suatu kisaran suhu (Winarno, 1992). Asam lemak
selalu menunjukkan kenaikan titik cair dengan semakin
panjangnya rantai karbon. Asam lemak yang derajat
ketidakjenuhannya semakin tinggi mempunyai titik cair yang
semakin rendah ( Krischenbauer, 1960 dikutip Ketaren, 2005).
Jika titik cair minyak yang digunakan berada di atas suhu tubuh,
pada produk akhir yang dihasilkan dapat meninggalkan kesan
15
berlilin (waxy) di dalam mulut. Popcorn seringkali dikonsumsi
bersama dengan minuman dingin yang dapat memperkuat sensasi
lilin dan membuat produk menjadi tidak diinginkan (Cretors
dalam Lusas & Rooney, 2001).
Jenis minyak yang digunakan untuk proses popping popcorn
yang populer di Amerika serikat adalah minyak kelapa, minyak
jagung, minyak kacang, minyak biji bunga matahari, minyak
kacang kedelai, atau minyak campuran yang dibuat secara
komersial. Banyak juga digunakan bahan pangan olahan minyak,
seperti mentega dan margarin (Ketaren, 2005). Selama kurun
waktu beberapa tahun, minyak kelapa merupakan minyak paling
banyak digunakan untuk popping popcorn karena minyak kelapa
memiliki harga yang terjangkau, mencair pada 76 oF, sangat stabil,
dan memiliki flavor yang baik (Cretors dalam Lusas & Rooney,
2001).
III.2.2 Metode Popping Cara Kering (Dry Popping)
Metode kering merupakan metode yang banyak digunakan
pada pembuatan popcorn skala kecil, komersial, dan skala
industri. Udara panas dari alat pengembang (popper) yang
berbentuk keranjang kawat, memuat sejumlah kecil popcorn yang
di bawahnya terdapat pembakar. Wadah tersebut diguncangkan
dengan cepat untuk mengagitasi jagung dan menjaganya agar
16
tidak hangus. Saat ini, skala komersial menggunakan drum dengan
motor pemutar yang terbuat dari kawat dengan api terbuka atau
dengan menggunakan elemen panas listrik.
III.2.3 Metode Popping dengan Microwave
Metode popping dengan menggunakan microwave merupakan
metode yang lebih praktis dan mudah, karena menggunakan Oven
Microwave. Oven microwave dapat dengan cepat memanaskan air
dan pati yang terkandung dalam biji hingga tercapai suhu
pengembangan (popping). Namun, metode ini membutuhkan
jumlah energi dan biaya operasi tinggi sehingga popping dengan
metode ini terutama dilakukan di rumah yang memiliki oven
microwave.
17
IV. KESIMPULAN
Popcorn merupakan jenis camilan yang dibuat melalui proses
Puffing/Popping dan proses pengembangannya terjadi secara alamiah
menggunakan suhu dan tekanan tertentu.
Jenis popcorn secara garis besar dikelompokkan berdasarkan bentuk biji,
warna, atau bentuk produk setelah mengembang. Namun secara komersial
jenis popcorn yang banyak digunakan adalah popcorn jenis kuning dan
putih.
Metode-metode popping dalam pembuatan popcorn terdiri dari : Metode
Popping Cara Basah (Oil Popping), Cara Kering (Dry Popping), dan
Microwave Popping
Popcorn plain atau popcorn tanpa zat aditif kaya akan serat pangan,
kandungan lemak & kalori rendah, tidak mengandung natrium, dan bebas
gula. Tetapi untuk kepentingan flavoring, sejumlah besar lemak, gula, dan
sodium seringkali ditambahkan yang mengubah nilai gizinya secara
signifikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. Popcorn. Available at: http://www.wikipedia.com (Diakses tanggal 10 Agustus 2010
Awaluddin, 2009. Apa yang Menyebabkan Biji Jagung Menjadi Popcorn?. Available at http://www.chem-is-try.com (Diakses 10 Agustus 2010)
Fitriasti, M. 2008. Snacking Our Nation. Food Review : volume III (7): 18
Grimes, W. 1994. How About Some Popcorn With Your Fat?. Available at http://www.insidenytimes.com (Diakses 23 Agustus 2010)
Guy, R. 2001. Extrusion Cooking. Woodhead Publishing Ltd., Cambridge, UK.
Hallauer, A. R. 2001. Specialty Corn. CRC Press. Boca Raton, FL.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Lusas, R.W. dan L.W. Rooney. 2001. Snack Food Processing. CRC Press, Boca Raton, FL.
Matz, S.A. 1992. Snack Food Technology. Pan-Tech International, McAllen, Texas.
Peterson, M.S. dan A.H. Johnson. 1978. Encyclopedia of Food Science. The AVI Publ., Co., Wesport, CT.
William, M. 2008. Foods Experimental Perspectives. Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
19