31
Mengapa Penyu Laut Begitu Penting? Peran kunci di pesisir & laut Masing-masing jenis meiliki keunikan sendiri; memainkan peran berbeda sebagai pemangsa dan termangsa di ekosistem pesisir & laut P. Hijau berperan penting dalam ekosistem lamun & algae P. Sisik makan sponges; mengatur total biomasa ekosistem karang P. Belimbing mengatur total ubur-ubur P. Sisik Semu adalah ‘tempat singgah’ burung-burung laut Penyu pemindah energi dari laut ke daratan; menyuburkan vegetasi, makanan beberapa satwa, keamanan pangan masyarakat pesisir, dll

Populasi Penyu di Indonesia.ppt

Embed Size (px)

Citation preview

  • Mengapa Penyu Laut Begitu Penting?Peran kunci di pesisir & lautMasing-masing jenis meiliki keunikan sendiri; memainkan peran berbeda sebagai pemangsa dan termangsa di ekosistem pesisir & lautP. Hijau berperan penting dalam ekosistem lamun & algaeP. Sisik makan sponges; mengatur total biomasa ekosistem karangP. Belimbing mengatur total ubur-uburP. Sisik Semu adalah tempat singgah burung-burung lautPenyu pemindah energi dari laut ke daratan; menyuburkan vegetasi, makanan beberapa satwa, keamanan pangan masyarakat pesisir, dll

  • Distribusi Habitat Penyu Laut di Indonesia

  • Siklus hidup penyu (secara umum)

  • Pola Migrasi Penyu Laut(Hasil Study Telemetri dan Penemuan Penyu Ber-Tag)Multi-habitat: Keterkaitan antara habitat yang satu dengan yang lainnya (Habitat Peneluran, koridor migrasi dan Habitat Pakan)

  • Ancaman terhadap Populasi Penyu di IndonesiaHabitat: Pengembangan Daerah Pesisir (Pemukiman, penambangan pasir, tempat logpond, pelabuhan dll)Perubahan temperatur pasir Erosi Pantai PeneluranKegiatan transportasi laut (kena baling2)Sedimentasi akibat pemanfaatan lahan di darat misalnya penebangan hutan yang tidak ramah lingkunganPemanfaatan Berlebihan (untuk tujuan komersial/Perdagangan) :Telur penyuPenyu Dewasa; daging, sisik dll)Daging penyu, Eggs collectionPenangkapan secara tidak sengaja oleh aktivitas perikanan (terjerat alat tangkap) rawai, trawl, jaring insang dll

  • Chart1

    4000

    9910

    3000

    3356

    3298

    3382

    5058

    4001

    1998

    2524

    1652

    2289

    1406

    2303

    2236

    1957

    1609

    2088

    1416

    # nest

    Trend of Leatherback nesting activities in Jamursba Medi (1981-2008)

    Warmon

    WARMON NEST COUNTS DATA

    JanFebMarAprMayJunJulyAugSeptOctNovDecTOTAL

    20035484172321439771????2083382054

    20044453893432781671521702021891782261982937

    2005282494269911341301489913661512262103

    2006184168873395123111412338971701170

    200723614588631081181338836301292041378

    2008239201914871147787045621392001391

    Warmon

    # nest

    Nest Counts in Warmon Beach (January-November 2008)

    JM

    Nest counts Jamursba Medi

    YEARJanFebMARAPRILMAYJUNEJULYAUGSEPTOCTNOVTOTALAPR-SEPT

    19814000+4000+

    19841200225038003900177543513360

    19853000

    1993119413056392183247

    1994????3298no detailed data per month, but monitoring period june-sept

    1995????3382

    1996????5058

    1997178117716519954001

    1998no monitoring activities

    199941140711038032118298320 d/May;15d/June

    200017232154770225215149452522642145

    200128847188379547114083056

    2002611022964505573991865note: data march-april (not complete: no data from warmamedi)

    200314620539660975054340134021136012904

    200419830244772910005073183

    20052038798843891656635412119161126662562data complete for the whole year

    2006162334923475865942361934529152210

    20074640354530662979350216457416027182048

    200837452686297526461287142301051952

    JanFebMarAprMayJunJulAugSepOctNovDec

    200520387988438916566354121191611

    200616233492347586594236193452915

    200746403545306629793502164

    30142

    JM

    2005

    2006

    2007

    # nests

    Leatherback nest count in Jamursba Medi (2005-2007)

    Sheet3

    200261102296450557399

    2003146205396609750543401340211

    20041983024477291000507

    200520387988438916566354121191611

    200616233492347586594236193452915

    200746403545306629793502164574160

    20083745268629752646128714230105

    20035484172321439771????2083382054

    20044453893432781671521702021891782261982937

    2005282494269911341301489913661512262103

    2006184168873395123111412338971701170

    200723614588631081181338836301292041378

    2008239201914871147787045621392001391

    199311941305639218

    1994????

    1995????

    1996????

    199717811771651995

    1998

    199941140711038032118

    2000172321547702252151494525

    20012884718837954711408

    200261102296450557399

    2003146205396609750543401340211

    20041983024477291000507

    200520387988438916566354121191611

    200616233492347586594236193452915

    200746403545306629793502164574160

    20083745268629752646128714230105

    11941305639218

    ????

    ????

    ????

    11771651995

    4071103803211

    547702252151

    883795471140

    450557399

    609750543401

    7291000507

    916566354121

    586594236193

    629793502164

    526461287142

    JUNEJULYAUGSEPT

    19814000+40004000+

    1984380039001775435991013360

    198530003000

    19931194130563921833563247

    1994????3298no detailed data per month, but monitoring period june-sept

    1995????3382

    1996????5058

    1997117716519954001

    1998no monitoring activities

    199940711038032112524298320 d/May;15d/June

    2000547702252151165222642145

    200188379547114022893056

    200245055739914061865note: data march-april (not complete: no data from warmamedi)

    2003609750543401230336012904

    2004729100050722363183

    2005916566354121195726662562data complete for the whole year

    200658659423619316093218

    2007629793502164208841761609

    200852646128714214162832

    19814000

    19849910

    19853000

    19933356

    19943298

    19953382

    19965058

    19974001

    1998

    19992524

    20001652

    20012289

    20021406

    20032303

    20042236

    20051957

    20061609

    20072088

    20081416

    3795855485

    # nest

    Trend of Leatherback nesting activities in Jamursba Medi (1981-2008)

  • Strategi Konservasi Penyu1. Perlindungan habitat penting (Penetapan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi)Lokasi Prioritas: Populasi masih besar/ sihnificant untuk pemulihan populasiHabitat Peneluran Kepulauan Berau-Kaltim, Paloh Kalbar (penyu hijau) dan Kepala Burung Sorong-Papua (penyu Belimbing)Habitat Pakan yang memiliki keterkaitan dengan habitat peneluran (Kei Kecil Barat-Penyu Belimbing, lokasi KKL lain dimana WWF bekerja)Jejaring KKL di tingkat nasional, regional mis. kerjasama (eko) regional; Sulu Sulawesi Marine Ecoregion, Bismarck Solomon Seas Marine Ecoregion, Coral Triangle Initiative2. Pengurangan eksploitasi lebih (penyadaran konsumen, sistem penegakan hukum terpadu untuk perdagangan, pemanfaatan non-konsumtif spt. EkowisataPerdagangan penyu untuk pasar Bali (bekerjasama dengan tokoh agama, penyadaran masyarakat, support upaya penegakan hukum)Perdagangan telur penyu yang berasal dari habitat peneluran utama; penyadaran masyarakat, kampanye konsumen

  • 3. Pengurangan kematian penyu akibat aktivitas perikananMempromosikan penggunaan alat tangkap ramah penyu kepada industri perikanan (mis. Penggunakaan pancing C untuk rawai)Kampanye konsumen/ retailer untuk membeli dan menjual ikan yang ditangkap dengan alat tangkap ramah penyu (proses serifikasi dll)

  • Critical Habitats needed to be protected and Managed under MPA management and a network of MPAs/ Jejaring KKL untuk Kawasan SSME

  • Konservasi PenyuKebijakan Nasional(DKP dan PHKA-Dephut)

  • Beberapa Instrumen Hukum Konservasi PASAL 1 ayat 2 : Pengelolaan dan pemanfaatan secara bijaksana memelihara dan meningkatkan kaulitas keanekaragaman dan nilainya.(1) UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan EKosistemnyaPASAL 18 : Kewenangan pemda dalam pengelolaan sumberdaya di wilayah laut eksplorasi, eksploitasi, konservasi, pengelolaan kekayaan laut.(2) UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah PP pp (3) UU No.31 tahun 2004 tentang PerikananPASAL 1 ayat 8 : Perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, ekosistem, jenis, dan genetik.PASAL 13 : Pengelolaan sumberdaya ikan konservasi ekosistem, jenis, dan genetik diatur dalam PP. PP60 KSDI

  • INSTRUMEN HUKUM KONSERVASI Pasal 28 (1)Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil:1)Menjaga Kelestarian Ekosistem PPPK2)Melindungi alur migrasi ikan 3)Melindungi habitat biota laut4) Melindungi situs budaya tradisional(4) UU No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wil Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Permen 17/2008 Kwsn konservasi di wil Pesisir dan PPK

  • UU No. 31 Tahun 2004 Ttg Perikanan PASAL 13 AYAT (1) DAN (2)

    Dalam rangka pengelolaan SD Ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan;Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan, di atur dengan Peraturan Pemerintah.PASAL 1 ANGKA (8)

    Konservasi sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, Pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk Ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, Ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap Memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan Keanekaragaman sumberdaya ikan

  • konservasi ekosistem;konservasi jenis ikan; konservasi genetik ikan. Ket : PP 60/2007 psl 4

  • lautrawa sungai danau wadukKet : PP 60/2007 psl 5 Satu atau beberapa tipe ekositem terkait dgn sdi tsb dapatditetapkan sebagai Kawasan Konservasi PerairanKet : PP 60/2007 psl 8

  • Kawasan Konservasi Perairan

    Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang di lindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

  • melindungi dan melestarikan sumber daya ikan serta tipe tipe ekosistem penting untuk menjamin keberlanjutan fungsi ekologisnya;

    mewujudkan pemanfaatan sumber daya ikan dan jasa lingkungan secara berkelanjutan;

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi.

    Tujuan penetapan kawasan konservasi :

  • UU No 32 Tahun 2004 Tentang PEMDA

    Pasal 18 ayat 4:kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut yang meliputi Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota.

  • Perairan laut di luar 12 milPerairan dalam wilayah kewenangan pengelolaan lintas propinsi;Perairan yang memiliki karakteristik tertentu. Pasal 16: KKP yang dikelola oleh Pemerintah meliputi:KKP yang dikelola oleh pemerintah propinsi meliputi:Perairan laut paling jauh 12 mil;KKP yang berada dalam wilayah kewenangan pengelolaan lintas kabupaten/kota;KKP yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/kotaPerairan 1/3 mil dari wilayah kewenangan propinsi;Perairan payau dan/atau perairan tawar yang berada dalam wilayah kewenangannya;

  • Rencana Pengembangan KKP oleh Indonesia (DKP) di masa datang :Menetapkan 10 juta ha KKP pada tahun 2010 dan 20 jt ha th 2020Penguatan pengelolaan KKP yang ada Mensinergikan dan mengkoordinasikan stakeholders yang bekerja dalam KKPPemantapan Kelembagaan dan Mekanisme Pendanaan.Implementasi Kolaborasi Pengelolaan dalam kerjasama antar pemerintah, masyarakat dan NGO.Memantapkan jaringan global dan kerjasama dalam pengelolaan KKPRehabilitasi dan pengelolaan konservasi ekosistem pesisir laut yang kritis

  • TAHAPAN PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN/KKP (DAERAH)INISIATIFPERENCANAANOPERASIONAL KRITERIA SELEKSI KKP ANALISIS DATA SURVEI POTENSI Pelaksana : Konsultan, Perg.Tinggi, LIPISURAT KEPUTUSANBupati / Walikota /Gubernur

    Mencakup : Batas Luar Kawasan (ditunjukkan dalam PETA Lapiran SK) Penetapan Batas / Zonasi Kelembagaan Site Plan, design enginering dll InfrastrukturMenteriWorkshop,Sosialisasidan Fasilitasi PemantapanUSULAN INISIATIF CALON KKPIDENTIFIKASI DAN PENILAIANPOTENSI CALON KAWASANKONSERVASI PERAIRANPENUNJUKAN KAWASANKONSERVASI DAERAH(PENCADANGAN)MANAJEMEN PLAN(RENCANA PENGELOLAAN)PENETAPANKAWASAN KONSERVASI PERAIRANWorkshop,Sosialisasidan Fasilitasi PemantapanWorkshop,Sosialisasidan Fasilitasi Pemantapan

  • Legislasi Nasional Pengelolaan Penyu (PHKA-Dephut)

    UU No 5/1990 Tentang KSDH & EPP Nomor 7/1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar

  • Kerangka Acuan Pengelolaan Penyu (PHKA)Komitmen International (IOSEA MOU, SSME, BSSE)Legislasi NasionalRencana program dan aksi

  • IOSEA Marine turtle MOU

    Komitmen bersama untuk melaksanakan Rencana Konservasi dan Pengelolaan Penyu di wilayah samudera Hindia dan Asia Tenggara (28 negara). Focus pada 6 spesies penyuRencana konservasi dan pengelolan terdiri dari 6 objective 24 program dan 107 activitiesImplementasi program dan kegiatan di laporkan setiap tahun

  • Sulu Sulawesi Marine Ecoregion (MOU SSME)Kerjasama Indonesia, Malaysia dan Filipina untuk program konservasi penyu diwilayah perairan Laut Sulu dan Laut Sulawesi. Indonesia sebagai koordinator Sub Committee on Important Migratory and Endangered Species

  • Bismarck Solomon Seas Ecoregion MOU:

    Kesepakatan trilateral dalam upaya konservasi & pengelolaan penyu belimbing (Western Pacific Leatherback Turtle) Diupayakan melalui kegiatan promosi, penerapan prinsip-prinsip kelestarian dan insentip bagi upaya konservasi, serta trinational dialog.

  • Rencana Program & AksiRPJP, RENTSRA dan RENJAPedoman Pengelolaan Konservasi Penyu dan Habitatnya, DKP 2003Draft Stratgy Nasional Konservasi Penyu, KLH 2001Rumusan workshop Nasional Konservasi Penyu, Dephut 2005

    ***********