16
Kasus 1 Topik: Asma bronkial Tanggal (kasus):12/12/2014 Presenter: dr. Michi Sitepu Tanggal presentasi: 09/02/2015 Pendamping: dr. Eko Nugroho Tempat presentasi: RSUD Pasar Rebo Objektif presentasi: Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumi l Deskripsi: Pria, 39 tahun, sesak sejam 7 jam smrs, Tujuan: Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit

Porto Asma Mici

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PORTOFOLIO

Citation preview

Page 1: Porto Asma Mici

Kasus 1

Topik: Asma bronkial

Tanggal (kasus):12/12/2014 Presenter: dr. Michi Sitepu

Tanggal presentasi: 09/02/2015 Pendamping: dr. Eko Nugroho

Tempat presentasi: RSUD Pasar Rebo

Objektif presentasi:

Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Pria, 39 tahun, sesak sejam 7 jam smrs,

Tujuan: Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan

diskusi Email Pos

Page 2: Porto Asma Mici

Data Pasien: Nama: Tn. A Nomor Registrasi: 419.903

Nama Wahana: RSUD Pasar

ReboTelp: Terdaftar sejak:15/12/2014

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:

Asma Bronkial Persisten sedang. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, sesak ± 2 hari SMRS

2. Riwayat pengobatan:

Pasien sebelumnya mendapatkan terapi inhaler.

3. Riwayat kesehatan/ penyakit:

Pasien memiliki riwayat asma sejak usia 10 tahun.

4. Riwayat keluarga:

Ibu pasien menderita keluhan serupa.

5. Riwayat pekerjaan:

Karyawan.

6. Lain-lain:

Page 3: Porto Asma Mici

Sesak muncul pada saat cuaca dingin dan emosi

Daftar Pustaka:

a. Sundaru H, 2006. Asma Bronkial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FK UI, pp 245-250

b. Price SA, Wilson MC. 2005. Patofosiologi: konsep klinis proses penyakit. Edisi 4, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, pp 177-190

c. NHLBI/WHO Workshop Report. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and

Prevention. NHLBI 1995.

Hasil Pembelajaran:

1. Asma Bronkial

2. Penegakan Diagnosis Asma Bronkial

3.Tatalaksana Asma bronkial

Page 4: Porto Asma Mici

1. Subjektif

Os datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sesak yang dialami pasien sejak 2

hari SMRS. Pasien mengeluh sesak semakin meningkat 7 jam SMRS. Sesak napas yang

dirasakan pasien berbunyi mengi. Pasien mengaku sesak napas dipengaruhi pada saat cuaca

dingin dan emosi. Pasien mengaku gejala asma kadang muncul malam hari > 1 x dalam

seminggu ini. Pada saat serangan asma pasien kadang terganggu melalukan aktifitas. Sebelum ke

IGD pasien sudah mendapat terapi inhaler sebanyak 1 x yang dimiliki pasien.

Pasien juga mengeluh batuk sejak 1 minggu yang lalu, berdahak dan berwarna putih

kental diserta pilek. Riwayat demam tidak ada. Riwayat nyeri dada tidak ada, riwayat keringat

dingin malam hari tidak ada.. Riwayat merokok disangkal pasien. Pasien juga mengaku 2 bulan

terakhir jarang kontrol ke poli paru.

2. Objektif

Keadaan umum: sakit sedang

Kesadaran: kompos mentis

Tanda vital:

Nadi: 100 kali/menit, reguler

Tekanan darah: 140/80 mmHg

Frekuensi nafas: 32 kali/menit

Suhu: 36.8 c

Kepala/leher: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Thoraks:

Paru

Inspeksi: Gerakan napas simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler, rhonki -/-, wheezing (+/+)

Jantung : dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Extremitas : dalam batas normal

Page 5: Porto Asma Mici

Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosis Asma Bronkial Persisten

serangan sedang. Pada kasus ini diagnosis ditegakan berdasarkan:

1. Dari anamnesis didapatkan keluhan sesak napas yang memberat akibat cuaca.

2. Pemeriksaan fisik didapatkan ekspirasi memanjang, Wh +/+ .

3. Pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan spirometri, APE pagi dan sore

3. Assessment

Asma merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus

terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan

derajatnya dapat berubah- berubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.

Patofisiologi:

Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbatan

mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi

karena secara fisiologis saluran napas menyempit. Gangguan yang berupa obstruksi saluran

napas dapat dinilai secara objektif dengan VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama) atau

APE (Arus Puncak Ekspirasi) sedangkan peurunan KVP meggambarkan derajat hiperinflasi

paru. Gejala mengi menandakan ada penyempitan di saluran napas besar, sedangkan pada

saluran napas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.

Klasifikasi berdasarkan berat penyakit

Beratnya penyakit ditentukan oleh berbagai faktor yaitu :

a. Gambaran klinik sebelum pengobatan, dilihat dari gejala, eksaserbasi, gejala malam hari,

pemberian obat inhalasi B-2 agonis, dan uji faal paru.

b. Obat-obat yang digunakan utuk mengontrol penyakit.

Dari gabungan tersebut asma diklasifikasikan menjadi intermiten, ringan, sedang, berat.

Page 6: Porto Asma Mici

Klasifikasi berdasarkan pola waktu serangan

Menurut GINA ( Global Initiatif for Astma), klasifikasi asma dapat dibagi menjadi 4 golongan :

Klasifikasi berdasarkan berat atau ringannya serangan:

Page 7: Porto Asma Mici

Faktor- faktor pencetus asma:

Infeksi virus saluran napas : influenza

Pemajaman terhadap allergen tungau

Pemajanan terhadap iritan asap rokok, minyak wangi

Kegiatan jasmani

Ekspresi emosional takut, marah, frustasi

Obat-obat aspirin, penyekat beta, anti inflamasi non steroid

Lingkungan kerja : uap zat kimia

Polusi udara: asap rokok

Diagnosis:

Diagnosis asma ditegakkan berdasarkan urutan pemeriksaan berikut:

1.Anamnesis

Secara klinis gejala asama: mengi, batuk, sesak napas, dan riwayat pneumonia atau

bronchitis yang berulang. Batuk yang menetap dan berulang terutama sesudah pajanan berbagai

zat tertentu, aktivitas, gangguan emosi, dan infeksi virus. Batuk pada asma menjadi lebih berat

pada malam hari.

2. Pemeriksaan Fisik

Hasil tergantung stadium serangan, lamanya serangan serta jenis asmanya, lamanya

serangan serta jenis asmanya. Pada asma yang ringan dan sedangm tidak ditemukan kelainan

fisik di luar serangan. Kadang- kadang dapat ditemukan penyakit lain sebagai penyakit penyerta

berupa otitis media, konjungtivitis, rinistis, polip hidung, sinusitis.

Pada inspeksi terlihat pernapasan yang cepat dan sukar, disertai batuk- batuk paroksismal

dan ekspirasi memanjang. Saat inspirasi terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal,

epigastrium dan sela iga. Pada asma kronik, terlihat bentuk torak smfisema, bongkok ke depan,

sela iga melebar, dan diameter anteroposterior torak bertambah. Saat serangan berat terlihat

tanda-tanda kegelisahan sampai penurunan kesadaran, kesukaran berbicara, takikardi,

penggunaan oto bantu nafas, sianosis, hiperinflasi dan pulsus paradoksis. Pada perkusi terdengar

hipersonor diseluruh toraks, terutama bagian bawah posterior. Daerah pekak jantung dan hati

mengecil.

Page 8: Porto Asma Mici

Pada auskultasi, awalnya terdengar bunyi napas kasar/ mengeras. Bila penyakit makin

berat, mengi dapat terdegar baik saat ekspirasi maupun inspirasi. Dalam keadaan normal, fase

ekspirasi 1/3-1/2 dari fase inspirasi. Saar serangan, fase ekspirasi memanjang. Terdengar juga

ronki kering dan ronki basah serta suara lender bila banyak se sekresi bronkus.

3.Uji faal paru

Uji faal paru yang paling sederhana adalah pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE)

dengn alat Mini Wright Peak flow Meter. Pemeriksaan ini memiliki arti bila dilakukan secara

serial. Variabilitas nilai APE sebesar 20 % atau lebih antara pagi dan sore merupakan diagnostic

asma. Pemeriksaan paru yang ebih akurat adalah dengan spirometri yaitu menentukan volume

ekspirasi paska detik pertama (VEP1/Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) dan rasio VEP1

terhadap kapasitas vital paksa (KVP). Reversibilitas asma dpat dilihat dengan pengukuran faal

paru (APE atau VEP1) sebelum dan sesudah pemeberian bronkodilator, misalnya inhalasi agonis

β-2. Peningkatan APE atau VEP1 sebesar 15 % atau lebih sesuah inhalasi bronkodilator

menunjukkan adanya reversibilitas penyakit.

Pengobatan :

Pada prinsipnya obat anti asma untuk mengontrol penyakit terdiri dari pengobatan

pengobatan yang bersifat jangka panjang terutama antiinflamasi dan pengobatan yang bersifat

mengatasi serangan, efeknya segera dan waktu bekerjanya singkat dikenal sebagai bronkodilator.

Penatalaksanaan Asma Bronkial

1. Saat serangan

Bronkodilator (β-2 agonis kerja cepat

dam iprapropium bromida)

Kortikosteroid sistemik

2. Asma jankosteroid inhalasi

Kortikosteroid inhalasi

Β-2 agonis kerja panjang

Teofilin lepas lambat

Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan pada saat serangan

asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan

dalam jangka panjang dan terus-menerus.

Page 9: Porto Asma Mici

Berikut ini telah disusun guidelines pengobatan yang relative dipakai diseluruh Negara

menurut NHLBI, GINA dan WHO 1998:

Page 10: Porto Asma Mici

Penatalaksaan serangan asma di rumah sakit:

Page 11: Porto Asma Mici

Algoritma Penaalaksaan serangan asma di rumah

Penilaian berat serangan

Klinis: gejala (batuk,sesak, mengi, dada terasa berat yang bertambah APE < 80 % nilai terbaik/ prediksi

Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat (setiap 2o menit, 3x dalam 1 jam) atau brokondilator oral

4. Plan :

DIAGNOSIS KERJA :

Asma Bronkial Persisten sedang

Page 12: Porto Asma Mici

TERAPI :

R/ Inhalasi combivent 1 wh +/+, RR : 32 x/mnt

-Inhalasi combivent : pulmicort = 1:1 wh-/-, RR: 24 x/ mnt

-/ Inj. Kalmethason 2 A

- Salbutamol 3 x 2mg

-Metilprednisolon 2 x 4 mg

- Ambroxol 3x1

-Cefixime 2 x 100 mg

Pendidikan :

Hindaro faktor pencetus , seperti cuaca dingin, makanan, asap rokok, dll. Jika serangan asma semakin bertambah berat, maka segera konsulkan ke puskesmas atau rs terdekat.

Konsultasi : pasien diharapkan untuk konsultasi ke poli paru

Kontrol :

Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan

Kontrol post IGD Tiga hari setelah pulang dari rumah sakit, pasien diharapakan untuk kontrol ke poli paru terhadap dosis obat asma terhadap pasien

Diharapkan dapat mengendalikan asma dan mencegah eksaserbasi / serangan akut

nasihat Setiap kali kunjungan Mengupayakan tercapainya tingkat aktivitas normal termasuk exercise