31
PORTOFOLIO KASUS MEDIKOLEGAL Pasien Dengan Kejang Demam Yang Menolak Rawat Disusun Oleh : dr. Arevia Mega Diduta Utami Pembimbing : dr. Arrahmah Haroen PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA Angkatan I Tahun 2015 PERIODE FEBRUARI 2015 – FEBRUARI 2016

Porto Medikolegal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medikolegal

Citation preview

PORTOFOLIOKASUS MEDIKOLEGAL

Pasien Dengan Kejang Demam Yang Menolak Rawat

Disusun Oleh :dr. Arevia Mega Diduta Utami

Pembimbing :dr. Arrahmah Haroen

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA Angkatan I Tahun 2015 PERIODE FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2016RUMAH SAKIT ISLAM PONDOK KOPIJAKARTA TIMUR2015

LEMBAR PENGESAHAN PORTOFOLIO

Pasien dengan KEJANG DEMAM yang menolak rawat

Oleh :dr. Arevia Mega Diduta Utami

Disusun sebagai salah satu syarat dalamProgram Internsip Dokter IndonesiaPeriode Februari 2015- Februari 2016Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Timur2015

Dokter Pendamping

dr.Arrahmah Haroen

BAB ISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIENNama Pasien: An. K ANo. Rekam Medik: 73.XX.XXJenis kelamin: PerempuanUmur: 14 bulanSuku bangsa: JawaAgama: IslamTempat / tanggal lahir: Jakarta / 18 Maret 2015Alamat: Jl. Mawar Merah Kelurahan Pondok Kopi.

Orang Tua / WaliAyah :Ibu:Nama: Tn. CNama: Ny. NAgama: IslamAgama: IslamAlamat: Jl. Mawar MerahAlamat: Jl. Mawar MerahPekerjaan: PNSPekerjaan: Ibu rumah tanggaSuku Bangsa:JawaSuku Bangsa: Betawi

Hubungan dengan orang tua : anak kandung

II. ANAMNESISDilakukan secara Alloanamnesis dengan Lokasi: Unit Gawat DaruratTanggal / waktu: 27 Mei 2015 jam 07.45a. Keluhan Utama:Kejang 30 menit sebelum Masuk rumah sakitKeluhan Tambahan :Demam dan mencretb. Riwayat Penyakit SekarangPasien seorang anak perempuan berusia 14 bulan datang dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi sebanyak 1 kali. Lama kejang sekitar 5 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil.mata mendelik keatas, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar dan menangis. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi.Dan ini merupakan serangan kejang yang pertama kali. Demam terjadi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik dan turun tidak menentu. Lalu ibu pasien membawa pasien ke puskesmas dan diberi obat panas namun tidak ada perbaikan Namun pasien belum sempat dibawa kerumah sakit untuk periksadarah pasien sudah kejang.Ibu pasien juga mengatakan 1 har i sebelum masuk rumah sakit pasien mencret sebanyak 2 kali dalam sehari. Bab mencet tapi masih ada ampasnya, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Warnanya kuning kehijauan dan berbau amis. Pasien juga jadi susah makan sejak sakit. Keluhan batuk, pilek, sakit telinga dan keluar cairan ditelinganya disangkal. Tidak ada riwayat trauma kepala. Riwayat kejang sebelumnya baik dengan demam dan tanpa demam disangkal. Riwayat mual dan muntah disangkal. Buang air kecil tidak ada keluhan.

c. Riwayat Penyakit dahuluPenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi-Difteria-Jantung-

Cacingan-Diare+Ginjal-

Demam Berdarah-Kejang-Darah-

Demam Thypoid-Kecelakaan-Radang paru-

Otitis-Morbili-Tuberkulosis-

Parotitis-Operasi-Lainnya-

Kesan : Pasien tidak pernah mengalami kejang sebelumnya dan tidak ada riwayat trauma atau kecelakaan maupun operasi, sebelumnya pernah menderita diare dan baru dirawat pertama kali.d. Riwayat Penyakit Keluarga Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak kanaknya. Kakak pasien juga tidak memiliki riwayat kejang baik dengan atau tanpa demam.e. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran KEHAMILANMorbiditas kehamilan

Perawatan antenatalperiksa ke bidan1 kali/ bulan, TT 2 kali

KELAHIRANTempat kelahiranRumah sakit

Penolong persalinanDokter

Cara persalinanSectio caesar

Masa gestasiCukup bulan (40 minggu)

Keadaan bayiBerat lahir 3100 gramPanjang badan 53 cmLangsung menangisKulit kemerahan

Kesan :Riwayat kehamilan dan persalinan baik.f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :Pertumbuhan gigi I: Umur 6 bulan(Normal: 5-9 bulan)Gangguan perkembangan mental : Tidak adaPsikomotorTengkurap: Umur 4bulan(Normal: 3-4 bulan)Duduk: Umur 7 bulan(Normal: 6-9 bulan)Berdiri: Umur 10 bulan(Normal: 9-12 bulan)Berjalan: Umur 11 bulan(Normal: 13 bulan)Bicara: Umur 12 bulan(Normal: 9-12 bulan)Baca dan Tulis: Pasien mulai mencoret-coret sejak usia 14 bulanKesan :Riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik, tidak ada keterlambatan psikomotorg. Riwayat Makanan :Umur (bulan)ASI/PASIBuah / BiskuitBubur SusuNasi Tim

0 2

2 4

4 6

6 8

8 10

10 -12

Umur Diatas 1 TahunJenis MakananFrekuensi Dan JumlahTakaran/hari Sesuai AKG

Nasi / Pengganti3 x sehari, 4-5 sendok makan/kali1-1,5 piring

Sayur3 x sehari, 1 mangkuk/kali mangkuk

Daging2 x seminggu, 1 potong/kaliLauk Hewani1-2 potong

Telur3 x seminggu, 1 butir/kali

Ikan3 x seminggu, 1 potong/kali

Tahu3 x sehari, 1 potong/kaliLauk Nabati1-2 potong

Tempe3 x sehari, 1 potong/kali

Susu (merk/takaran)Susu SGM, 2-3 x sehari1 botol susu 500 ml

Lain lain

Kesan: Kebutuhan gizi pasien terpenuhi dengan baik.h. Riwayat Imunisasi :VaksinDasar ( umur )Ulangan ( umur )

BCG0 bulan

DPT / PT0 bulan2 bulan4 bulan

Polio2 bulan3 bulan4 bulan

Campak--9bulan

Hepatitis2 bulan3 bulan4 bulan

Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap

i. Riwayat Keluarga (corak reproduksi)RiwayatPernikahanAyahIbu

NamaTn. CNy. N

Perkawinanke-11

Umursaatmenikah3028

PendidikanterakhirS1SMA

Agama IslamIslam

SukubangsaBetawiJawa

Keadaan kesehatanBaikBaik

NoTanggallahirJenisKelaminHidupLahirmatiAbortusMati (sebab)Keterangankesehatan

1.2010Perempuan---Sehat

2.2014Laki-laki---Pasien

Kesan: Pasien adalah anak kedua, jarak dari anak pertama ke kedua yaitu 4 tahun. Ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran atau lahir mati.j. Riwayat Perumahan dan SanitasiPasien tinggal bersama ayah dan ibunya, sebuah rumah tinggal milik sendiri dengan dua kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok, terletak di perumahan sederhana, jarak antar rumah tidak terlalu padat.Keadaanrumahbersih, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.III.PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 27 Mei 2015 pukul 07.45Keadaan Umum :Tampak sakit sedangKesadaran:compos mentisData Antropometri Berat Badan:9.6 kg Tinggi Badan:75cmStatus Gizi BB/U = (9.6 kg/10 kg) x 100 % = 96 % baik/normal (90-110%) TB/U= (75cm/77cm) x 100 % = 97 % baik/normal (90-110%) BB/TB= (9.6 kg/ 10 kg) x 100 % = 96 % baik/normal (90-110%)Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien baikTanda VitalNadi :120 x/menit, reguler, isi cukup, ekual kanan kiriSuhu:39CPernapasan:36 x/menit, teraturKulit:kuning langsat, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembaban normal, tidak ada efloresensi yang bermaknaKepala dan LeherKepala: Normosefali, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabutMata:Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-Hidung: Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-Telinga:Normotia, membran timpani sulit dinilai, serumen sulit dinilaiMulut: Bibir merah muda, tidak kering, sianosis (-)Lidah:Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-)Gigi geligi :Caries (-)Uvula:Letak di tengahTonsil:T1/T1, tidak hiperemisTenggorokan:Faring tidak hiperemisLeher: KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normalThoraxParuInspeksi:Bentuk dada normal, simetris, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama teratur, tipe thorako-abdominal, retraksi (-) Palpasi:Gerak napas simetris, vocal fremitus simetrisPerkusi:Sonor di semua lapang paruAuskultasi: Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- JantungInspeksi:Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis teraba, thrill (-)Perkusi: RedupAuskultasi:SISII reguler, murmur (-), gallop (-)AbdomenInspeksi:Bentuk datarPalpasi:Supel, nyeri tekan (-)Perkusi:Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-).Auskultasi:Bising usus (+) normalEkstremitas:Akral hangat, spastisitas (-), sianosis (-), parese (-), paralisis (-)RefleksKananKiri

Bisep++

Trisep+ +

Patella++

Refleks patologis ChaddokRangsang meningeal Kaku kuduk Brudzinsky I Brudzinsky II Kerniq Laseq_

__ ____

_____

MAURICE KING SCORE: Keadaan umumRewel, cengeng1

Kekenyalan kulitNormal0

Mata (palpebra)Normal 0

Mulut normal0

NadiSedang 120-140x/m1

Ubun-ubun besarNormal 0

TOTAL2

Kesan: pasien termasuk kategori dehidrasi ringan (0-2)IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUMDilakukan pemeriksaan H2TL pertama kali pada tanggal 27 mei 2015Jenis Pemeriksaanhasil pemeriksaannilai normal

Hemoglobin11,4g/dL13-16 g/dL

Hematokrit36%40 48 %

Lekosit27 rb /uL5-10rb/ul

Trombosit457.rb/uL150rb-400rb /uL

Natrium140mEq/l135-153 mEq/l

Kalium4.56mEq/l3,5-5,3 mEq/l

Chlorida110mEq/l98-109 mEq/l

V. RINGV. RINGKASANAnak perempuan berusia 14 bulan datang dengan keluhan kejang 30 menit SMRS. Kejang terjadi sebanyak 1 kali. Lama kejang sekitar 5 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil.mata mendelik keatas, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar dan menangis. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi.Dan ini merupakan serangan kejang yang pertama kali. Demam terjadi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik dan turun tidak menentu. Lalu ibu pasien membawa pasien ke puskesmas dan diberi obat panas namun tidak ada perbaikan Namun pasien belum sempat dibawa kerumah sakit untuk periksadarah pasien sudah kejang.Ibu pasien juga mengatakan 1 har i sebelum masuk rumah sakit pasien mencret sebanyak 2 kali dalam sehari. Bab mencet tapi masih ada ampasnya, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Warnanya kuning kehijauan dan berbau amis. Pasien juga jadi susah makan sejak sakit Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, dan dari data antopometri didapat gizi normal. Suhu 39C, tidak tampak kelainan yang diperoleh dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis. Pada laboratorium didapatkan peningkatan lekosit.VI. DIAGNOSIS BANDINGA. Kejangdemam Kejang demam kompleks Kejang demam sederhana Epilepsi yang dibangkitkan demamB. Gastroenteritis + dehidrasiringan Gastroenteritis e.cinfeksibakteridengandehidrasiringan Gastroenteritis e.cinfeksi virus dengandehidrasiringan

VII. DIAGNOSIS KERJA Kejang Demam Sederhana Gastroenteritis e.c infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN Elektrolitulang Feses, urine lengkap EEG setelah 1 minggu bebas demam untuk mencari penyebab lain dari kejangIX. TERAPI Non farmakologis :Pasien dirawat di RS agar mudah di follow-up untuk memantau apabila kejang berulang namun pasien menolak dengan alasan tidak mau dirujuk karena ruangan penuh dan akhirnya pasien APS pulang.Farmakologis : 1. IVFD RL 4cc/kgBB/jam 2. Antipiretik: Ibuprofen supp 120 mgX. PROGNOSISAd vitam: ad bonamAd functionam: dubia ad bonamAd sanasionam: dubia ad bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKAKEJANG DEMAMDEFINISIKejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.(1) Kejang demam dapat juga didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial, kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu yang lebih dari 38C, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun ganguan metabolic sistemik akut.(3) Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari 15 menit (1,8).EPIDEMIOLOGIKejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang (4). Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan (1).ETIOLOGIEtiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang (1). Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya (1).Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis (6).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).PATOFISIOLOGI (1,5)Dalamkeadaan normal membransel neuron dapatdilaluidenganmudaholeh ion kalium (K+) dansangatsulitdilaluiolehnatrium (Na+).Akibatnyakonsentrasi K+ dalamsel neuron tinggidankonsentrasi Na+ rendah.Keadaansebaliknyaterjadi di luarsel neuron.Karenaperbedaanjenisdankonsentrasi ion di dalamdan di luarselmakaterdapatperbedaanpotensial yang disebutpotensialmembrandarisel neuron.Untukmenjagakeseimbanganpotensialmembraninidiperlukanenergi yang berasaldariglukosa yang melalui proses oksidasiolehoksigen. Padakeadaandemam, kenaikansuhu 1oC akanmengakibatkankenaikanmetabolisme basal 10%-15% danmeningkatnyakebutuhanoksigensebanyak 20%. Akibatnyaterjadiperubahankeseimbangandarimembranselotakdandalamwaktusingkatterjadidifusidari ion kaliumdan ion natriummelaluimembran, sehinggaterjadilepasnyamuatanlistrik.Lepasnyamuatanlistrik yang cukupbesardapatmeluaskeseluruhselmaupunmembransel di dekatnyadenganbantuanneurotransmiterdanmenyebabkanterjadinyakejang.Setiapanakmemilikiambangkejang yang berbedatergantungdaritinggirendahnyaambangkejangseoranganakmenderitakejangpadakenaikansuhutertentu.Padaanakdenganambangkejang yang rendah, kejangdapatterjadipadasuhu 38oC, sedangkanpadaanakdenganambangkejangtinggikejangbarudapatterjadipadasuhu 40oC ataulebih.Kejangdemam yang berlangsungsingkatpadaumumnyatidakberbahaya.Tetapipadakejang yang berlangsung lama biasanyadisertaiterjadinyaapnoesehinggakebutuhanoksigenuntukotakmeningkatdanmenyebabkanterjadinyakerusakansel neuron otak yang berdampakpadaterjadinyakelainanneurologis.MANIFESTASI KLINISKejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan dapat menunjukkan gejala sianosis (1).Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat. Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik), maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).KLASIFIKASIKlasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)A. Kejang Demam Sederhana:1. Kejang bersifat umum2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun5. Pemeriksaan EEG normal

B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya abnormal

Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1):A. Kejang Demam Sederhana:1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit5. Kejang tidak bersifat fokal6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

B. Kejang Demam KompleksKejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang demam kompleksSekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana (1).DIAGNOSISDiagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy(4). Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.Anamnesis (5)1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis encephalitis)2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun)4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis)5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang6. Sifat kejang (fokal atau umum)7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau epilepsi)9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan10. TraumaPemeriksaan Fisik (5)1. Temperature tubuh2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis)3. Pemeriksaan reflex patologis4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis, encephalitis)Pemeriksaan Penunjang (5,6)1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala dehidrasi.2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis meningitis encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah demam3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multipel.4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksikan terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.TATALAKSANA (1,10)A. Antipiretik dan AntibiotikAntipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.Antibiotik untuk mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.

B. Penanganan Kejang pada NeonatusHal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas. Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:KEJANG30 menitLuminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit

KEJANG (+)Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat diulangilagi jarak 30 menit bila masih kejang.KEJANG (+)Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan 0.5-1 mg/kgBB/menit)KEJANG (-)

Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal dari awal.

C. Penanganan Kejang pada AnakHal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas. Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

KEJANG5 menitDiazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:Berat badan 10 kg: 5 mgBerat badan > 10 kg: 10 mgKEJANG (+)Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.

DI RSCari akses venaPeriksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)

KEJANG (+)Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB(kecepatan 0.5-1 mg/menit)

Berikan terapi rumatanbila penyebab kejangdiperkirakan infeksiintrakranial. Berikanfenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis. Selama 2 hari selanjutnya4-5 mg/kgBB/hari sampairesiko kejang tidak ada.Fenitoin bolus IV 10-20mg/kgBB (dengankecepatan 0.5-1mg/menit) KEJANG (-)KEJANG (+)

KEJANG (+)Transfer ke ICU

KEJANG (-)Rumatan fenitoin IV 5-7 mg/kgBB/hari 12 jam kemudian

PROGNOSISPenelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan dengan antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing, dari 83 penderita kejang demam yang dapat diikuti selama rata-rata 21.8 bulan (berkisar dari 6 bulan-3.5 tahun) dan tidak mendapatkan pengobatan antikonvulsan rumatan, kejang demam kambuh pada 27 penderita (1).Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam kurun waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2 tahun setelah kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan akan mengalami kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas pada 2-3 kali. Hanya sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali kekambuhan (1,9).Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan kekambuhannya 28 % (1).Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak yang permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan dewasa anak tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam kompleks, riwayat penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam, dan memiliki riwayat gangguan neurologis maupun keterlambatan pertumbuhan, memiliki resiko tinggi untuk menderita epilepsi pada kehidupan dewasa mereka (1).

BAB IIIDISKUSI KASUS

Medikolegal merupakan bidang interdisipliner antara ilmu kesehatan/kedokteran dengan ilmu hukum, sedangkan pelayanan medikolegal adalah bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan ilmu dan tehnologi kedokteran atas dasar kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan hukum dan untuk melaksanakan peraturan yang berlaku . Pada kasus ini aspek medikolegal ditinjau dari prosedur pelayanan rumah sakit dimana saat pasien datang , namun sudah tidak kejang diberikan antipiretik berupa ibuprofen supp 120 mg sebagai penurun demam agar tidak berulang kejang yang dicetuskan oleh demam. Setelah itu diperiksakan laboratorium dan didapatkan hasil leukositosis yang menunjang adanya infeksi sitemik yang menimbulkan demam dimana focus infeksi pada pasien ini kemungkinan didapatkan dari peradangan pada saluran cerna yang membuat pasien mengalami BAB cair 2x dalam sehari. Setelah tegak diagnosis , dimana kejang demam yang memiliki resiko kemungkinan kejang berulang jika tidak ditangani dan diawasi dengan serius. Pada pasien ini dianjurkan rawat inap namun, setelah mencari ruangan dan penuh, maka kami menganjurkan rujuk ke rumah sakit lain, pasien menggunakan asuransi BPJS maka disarankan untuk mencari ke rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS. Setelah mencari ke beberapa rumah sakit namun pasien tidak juga mendapat ruangan , orang tua kembali ke RS kemudian meminta pulang atas permintaan sendiri (APS) . Prosedur APS yang dilaksanakan adalah informed consent mengenai diagnosis pasien, berupa kejang demam sederhana dengan onset pertama kali, tindakan yang dianjurkan yaitu berupa perawatan di rumah sakit , dengan tujuan observasi keadaan pasien untuk mengontrol agar tidak terjadi kejang berulang. Dengan resiko yang dapat terjadi berupa kejang berulang, dengan prognosis dubia. Keluarga pasien , ayah kandung pasien menandatangani surat informed consent serta penolakan untuk tindakan rawat dan APS pulang.

DAFTAR PUSTAKA1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17th edition. Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829.3. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudolph Pediatrics. 20th Edition. Appleton & Lange. 2002. Page 1994.4. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3, edisi 15. Jakarta: EGC 2005. Page 2059- 2066.5. Tejani NR. Pediatrics, Febrile Seizures. Accessed on Dec10th 2010. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/801500-overview6. W Hay, William. Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics. 19th edition. United States of America: McGrawHill. 2009. Page 697-698.7. R Strange, Gary. Pediatric Emergency Medicine. 3rd edition. United States: McGrawHill Companies. 2009. Page 46-47.8. Anonym. Kejang Demam. Accessed on Dec10th 2010. Available at: http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html9. Maharani. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec10th 2010. Available at: http://dr-anak.com/kejang-demam-pada-anak.html10. Anonym. Kejang Demam pada Anak. Accessed on Dec10th 2010. Available at: http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/kejang-demam-pada-anak/

20