Upload
gede-ariana
View
23
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gfggf
Citation preview
PENDAHULUAN
Nyeri sendi merupakan salah satu keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien yang
datang berobat di Poli Lansia Puskesmas Unit I Sumbawa Besar. Nyeri sendi dapat disebabkan oleh
penyakit radang sendi/artritis. Di puskesmas unit I Sumbawa sendiri, penyakit artritis termasuk dalam
sepuluh penyakit terbanyak selama tahun 2014. Pada tahun 2014 jumlah kasus artritis di Puskesmas
Unit I Sumbawa Besar sebanyak 1.696 kasus dan menempati urutan ke-4 dalam sepuluh penyakit
terbanyak.
Tabel. 10 Penyakit Terbanyak Dari Bulan Januari-Desember 2014
No. Kode Diagnosis Keterangan Jumlah Kasus
1 1303 Penyakit lain pada saluran pernapasan atas 4954
2 2200 Penyakit lainnya 4753
3 1302 ISPA 2778
4 2100 Penyakit tulang belakang termasuk radang sendi 1696
5 1200 Penyakit tekanan darah tinggi 1283
6 2002 Penyakit kulit alergi 1212
7 1901 Kecelakaan dan ruda paksa 1111
8 2001 Penyakit kulit infeksi 932
9 0102 Diare 673
10 1005 Penyakit mata lainnya 617
Penyakit gout/asam urat merupakan salah satu penyebab nyeri sendi yang cukup sering. Asam
urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin
(bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel
tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel
hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan,
ikan sarden)1,2.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal
dihasilkan asam urat. Sebetulnya, tubuh manusia menyediakan 85 persen senyawa purin untuk
kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen2.
1
Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat. Akibatnya banyak
orang suka menyamaratakan semua makanan. Orang menyantap apa saja yang dia inginkan, tanpa
mempertimbangkan kandungan di dalamnya sehingga beresiko mengalami peningkatan kadar asam urat
dalam tubuh.
Penyakit gout atau dalam bahasa Indonesia disebut pirai adalah salah satu tipe penyakit arthritis
(radang pada persendiaan) yang disebabkan oleh penumpukkan kristal asam urat dalam sendi. Di negara
maju seperti Amerika Serikat, tercatat 2,2 juta kasus pirai dilaporkan pada tahun 1986. Pada tahun 1991
diperkirakan dari 1000 pria berumur 35 – 45 tahun, 15 orang diantaranya adalah penderita pirai. Para
ahli juga meyakini bahwa 1 di antara 100 orang beresiko besar mengidap penyakit tersebut. Pada 5
tahun terakhir, di Amerika angka kejadian gout meningkat menjadi sekitar 18,83%3.
Epidemiologi hiperurisemia di Indonesia menduduki urutan kedua setelah osteoartritis. Di
Indonesia, pertama kali di teliti oleh seorang dokter Belanda, Horst (1935) yaitu menemukan 15 kasus
Gout Arthritis berat pada masyarakat kurang mampu. Dari beberapa data hasil penelitian seperti di
Sinjai (Sulawesi Selatan) di dapatkan angka kejadian hiperurisemia 10% pada pria dan 4% pada wanita1.
Gout Arthritis merupakan masalah penting bagi kesehatan masyarakat karena memiliki angka
kesakitan, kecatatan, komplikasi dan biaya yang tinggi. Dalam hal ini penyuluhan kesehatan sangatlah
penting bagi masyarakat agar lebih memahami tentang penyakit tersebut dan dapat merubah pola
hidupnya demi tercapainya hidup sehat.
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gout adalah penyakit yang disebabkan penimbunan kristal monosodium urat monohidrat di
jaringan akibat adanya supersaturasi asam urat. Gout ditandai dengan peningkatan kadar urat dalam
serum, serangan artritis gout akut, terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu asam urat1.
B. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya gejala artritis akut adalah reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan
kristal monosium urat monohidrat atau akibat supersaturnasi asam urat didalam cairan ekstraseluler.
Sehingga dari penyebabnya, penyakit ini digolongan sebagai kelainan metabolik. Asam urat merupakan
produk akhir dari metabolik purin. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena4 :
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan.
a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan oleh pembentukan asam urat yang berlebihan
karena penyakit lain seperti leukemia, terutama bila diobati dengan sitostatika,
psoriasis,polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal
yang sehat.
b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang, namun secara klinis hal ini tidak begitu penting.
C. FAKTOR RESIKO
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah1,4
Suku bangsa /ras
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di Australia. Prevalensi suku Maori
terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada
3
penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan
dan konsumsi alkohol.
Konsumsi alcohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi asam urat. Kadar
laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat
menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.
(Carter, 2005)
Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Mis. Obesitas, diabetes melitus,
penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko
yang kuat untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung.
(Purwaningsih, 2005)
Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia. Mis. Diuretik, antihipertensi,
aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk
menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat menurunkan
kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh pemakaian diuretik
dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti
cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan
diuretik juga merupakan faktor risiko penting independen untuk gout. (Luk, 2005)
Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam
urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.
(Doherty, 2009)
Jenis kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada semua kelompok
umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan
dan Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan perempuan secara keseluruhan
4
berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien
laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1
pada mereka dari 65 tahun. ( Luk, 2005)
Diet tinggi purin
Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya serangan gout pada orang yang mempunyai kelainan bawaan
dalam metabolisme purin sehingga terjadi peningkatan produksi asam urat
D. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan atau
penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin.
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan
diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan
di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin5.
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan
ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:1,4,5
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang meningkatkan cellular
turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan
balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk
kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat.
Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui dengan jelas.
5
Gambar. Patofisiologi Gout
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara5,6:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a. Komplemen ini bersifat
kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi dan membran sinovium). Fositosis
terhadap kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B.
Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan melakukan aktivitas
fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF.
Mediator-mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel
sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan cedera
jaringan.
6
Gambar. Proses terbentuknya kristal asam urat.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya endapan
seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat
tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat
amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing. Peradangan
kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh
fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak).
Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati
gout5,6.
7
E. MANIFESTASI KLINIS
Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya arthritis, tofi, dan batu ginjal yang disebabkan
karena terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Pengendapan dipengaruhi oleh suhu
dan tekanan. Daerah khas yang paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah
dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, dan nyeri sekali bila disentuh.
Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu namun kemudian menghilang. Sedangkan tofi
itu sendiri tidak sakit tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut sendiri juga merupakan predileksi kedua
untuk /serangan ini1,4.
8
Gambar. Predileksi Gout
Terdapat 4 stadium, yaitu1,4,5:
a. Hiperurisemia asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa adanya manifestasi klinik gout. Fase
ini akan berakhir ketika muncul serangan akut gout arthritis, atau urolithiasis dan biasanya setelah 20
tahun keadaan hiperurisemia asimptomatik. Terdapat 10-40% pasien dengan gout mengalami sekali
atau lebih serangan kolik renal, sebelum adanya serangan arthritis. Sebuah serangan gout terjadi ketika
asam urat yang tidak dikeluarkan dari tubuh bentuk kristal dalam cairan yang melumasi lapisan sendi,
menyebabkan inflamasi dan pembengkakan sendi yang menyakitkan. Jika gout tidak diobati, kristal
tersebut dapat membentuk tofi - benjolan di sendi dan jaringan sekitarnya
b. Artritis Gout Akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu yang singkat. Pasien
tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan.
Keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala berupa demam, menggigil,
dan merasa lelah. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau
hari. Pada serangan akut berat, keluhan dapat sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
9
Faktor pemicu serangan akut antara lain trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan
operasi, pemakaian obat diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat. Keradangan atau
inflamasi merupakan reaksi penting pada artritis gout terutama gout akut. Reaksi ini merupakan reaksi
pertahanan tubuh untuk menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab.
c. Stadium Interkritikal
Pada stadium ini terjadi periode interkritik asimptomatik. Meskipun secara klinik tidak terdapat tanda-
tanda radang akut, tapi pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Ini menunjukkan proses keradangan
tetap berlanjut, meski tanpa keluhan. Apabila tidak ada penanganan yang baik dan pengaturan asam
urat yang benar, dapat menimbulkan serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi
dan biasanya lebih berat. Manajemen yang tidak baik, mengakibatkan keadaan interkritik berlanjut
menjadi stadium menahun dengan pembentukan tofi (Stefanus, 2006).
d. Stadium Gout Artritis Menahun
Stadium ini terjadi pada pasien yang mengobati dirinya sendiri, sehingga dalam kurun waktu yang lama
tidak melakukan pengobatan secara teratur pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai
adanya tofi yang banyak. Tofi ini sering pecah dan sulit disembuhkan dengan obat, kadang timbul infeksi
sekunder. Pada tofus yang besar dapat dilakukan ekstirpasi, tapi hasilnya kurang memuaskan. Di
stadium ini kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun. Tak jarang ditemukan
pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah, tanpa ada riwayat gout yang disebut hiperurisemia
asimptomatik. Pada hiperurisemia asimptomatik, kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal
(MTP) dan lutut yang sebelumya tidak pernah mendapat serangan akut. Tofi merupakan penimbunan
asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Sering
timbul di tulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan lanjutan dari gout yang
muncul 5-10 tahun setelah serangan artritis akut pertama (Mansjoer, 2004; Stefanus, 2006).
10
Gambar. Deposit Tophi Yang Besar Di Sekeliling Sendi
Gambar. X-ray menunjukkan pembengkakan jaringan lunak dan erosi sendi
F. DIAGNOSIS
Subkomite The American Rheumatism Association menetapkan bahwa kriteria diagnostik untuk
gout adalah1 :
A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
11
B. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik
dengan sinar terpolarisasi.
C. Diagnosis lain seperti :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
c. Oligoarthritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4)
d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak
f. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
g. Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang
rawan sendi) dan kapsula sendi
h. Hiperurisemia
i. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria A dan/atau kriteria B dan/atau 6 hal atau
lebih dari kriteria C.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan lab yang dilakukan pada penderita gout didapatkan kadar asam urat yang
tinggi dalam darah (>6 mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pria 8 mg% dan pada wanita 7mg%.
Sampai saat ini, pemeriksaan kadar asam urat terbaik dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang
didapatkan leukositosis ringan dan LED yang meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga tinggi
(500mg%/liter per 24jam). Pemeriksaan radiografi pada serangan artritis gout pertama adalah non
spesifik. Kelainan utama radiografi pada long standing adalah inflamasi asimetri, arthritis erosive yang
kadang-kadang disertai nodul jaringan lunak1.
12
Selain pemeriksaan tersebut, pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan diagnosis.
Cairan tofi merupakan cairan yang berwarna putih seperti susu dan kental sekali. Diagnosis dapat
dikatakan pasti apabila diperoleh gambaran kristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan
mikroskopik4.
Gambar. Kristal Asam Urat
H. TERAPI
a. Terapi Medikamentosa
Terapi pada gout biasanya dilakukan secara medik (menggunakan obat-obatan). Medikamentosa pada
gout termasuk :
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).
NSAIDs dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout secara efektif. Efek
samping yang sering terjadi karena NSAIDS adalah iritasi pada sistem gastroinstestinal, ulkerasi pada
perut dan usus, dan bahkan pendarahan pada usus. Penderita yang memiliki riwayat menderita alergi
terhadap aspirin atau polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Contoh dari NSAIDs adalah
indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75-100 mg/hari
sampai minggu berikutnya1.
Colchicine.
13
Merupakan pilihan utama dalam pengobatan maupun pencegahan dengan dosis lebih rendah.
Colchicine mengontrol gout secara efektif, tetapi seringkali membawa efek samping, seperti nausea,
vomiting and diare. Colchicine diberikan secara oral, dan diberikan setiap 1 sampai 2 jam dengan dosis
maksimal 6mg hingga adanya peningkatan yang lebih baik pada kondisi pasien. Efek samping yang
sering terjadi adalah diare. Pada pengobatan gout, colchicine digunakan bila penderita tidak dapat
menggunakan NSAIDs. (Stefanus, 2006) Pada pasien yang tidak dapat menelan bisa diberikan intravena
dengan dosis 2-3 mg/hari, maksimal 4 mg. Hati-hati karena potensi toksisitas berat. Hasil dari obat ini
sangat baik bila diberikan secepatnya setelah serangan4.
Kolkisin dan OAINS tidak dapat mencegah akumulasi asam urat, sehingga tofi, batu ginjal,dan
artritis gout menahun yang destruktif dapat terjadi setelah beberapa tahun4.
Steroids.
Steroids biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang lansung disuntikkan ke
sendi penderita. Efek samping dari Steroids antara lain penipisan tulang, susah menyembuhkan luka
dan juga penurunan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Steroids digunakan pada penderita gout yang
tidak bisa menggunakan NSAIDs ataupun colchicines4.
b. Terapi Nonmedikamentosa
Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia adalah diet kaya purin, obesitas, serta sering
meminum alkohol. Purin merupakan senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh,
sehingga diet purin merupakan cara terbaik dalam pengobatan asam urat2,7,8.
Diet rendah purin
Diet pada penderita asam urat yaitu harus mengonsumsi makanan yang rendah purin. Penyebab utama
pada asam urat karena meningkatnya kadar asam urat dalam darah yang disebabkan adanya gangguan
metabolisme asam urat. Salah satunya disebabkan karena mengonsumsi makanan yang mengandung
purin tinggi. Oleh karena itu, penderita gout dianjurkan untuk diet rendah purin guna mengurangi
pembentukan asam urat. Kadar purin dalam makanan normal dalam sehari bisa mencapai 600-1000 mg,
sedangkan diet rendah purin dibatasi hanya mengandung 120-150 mg purin, tetapi diet yang dilakukan
juga harus memenuhi cukup kalori, protein, mineral dan vitamin2,7.
o Tujuan Diet
14
Diet rendah purin bertujuan untuk mengurangi makanan yang kaya akan kandungan
purin seperti sarden, kangkung, jeroan, dan bayam. Jika pada kadar normal makanan sehari-hari
ambang kandungan purin yang bisa ditoleransi adalah 600 – 1000 mg, maka pada program diet
ini dibatasi berkisar pada 120-150 mg, selain itu diet dari asam urat juga bertujuan untuk
mempertahankan status gizi optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin
untuk selalu dalam keadaan normal2,7.
o Syarat Diet
Menurut Krianatuti & Rina (2009) syarat diet bagi penderita gout yaitu sebagai berikut2,7 :
a). Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi atau kadar asam urat serum lebih dari 10 mg/dl,
penderita harus diberikan diet rendah purin. Namun, karena hampir semua bahan makanan
sumber protein mengandung nukleoprotin maka pada penderita gout harus dikurangi
kandungan purinnya hingga kira-kira hanya mengonsumsi sekitar 100- 150 mg purin/hari.
b). Kalori sesuai kebutuhan
Bagi penderita gout yang kelebihan berat badan harus menurunkan berat badannya dengan
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Dalam hal ini jumlah kalori disesuaikan dengan
kebutuhan dan dijaga 17 agar berat badan tidak dibawah normal atau kurang gizi. Pada
penderita gout yang gemuk, konsumsi kalori perlu di kurangi 10-15% dari total konsumsi kalori
yang normal setiap harinya. Untuk mengatasi rasa lapar akibat konsumsi kalori, penderita dapat
mengonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan.
c). Tinggi karbohidrat
Karbohidrat diberikan sesuai dengan kebutuhan kalori. Ada dua jenis karbohidrat yang biasa
dikonsumsi, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat kompleks,
seperti nasi, singkong, ubi, sangat baik dikonsumsi oleh penderita gout karena dapat
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Oleh karena itu, konsumsi karbohidrat
kompleks disarankan tidak kurang dari 100 g/hari. Namun, penderita gout harus mengurangi
konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa. Karena, konsumsi fruktosa tersebut dapat
meningkatkan kadar asam urat serum.
15
d). Rendah protein
Penderita gout diberikan diet rendah protein karena protein dapat meningkatkan produksi asam
urat, terutama protein yang berasal dari bahan makanan hewani. Menurut Krause (1984),
penderita gout dapat diberikan protein sebesar 50-70 g/hari atau 0,8-1,0 g/kg berat badan/hari.
18
e). Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Oleh karena itu, penderita gout
sebaiknya diberi diet rendah lemak. Penderita harus membatasi makanan yang digoreng dan
bersantan serta menghindari penggunaan margarin berasal dari produk nabati atau mentega
berasal dari produk hewani.
f). Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi, terutama dari minuman, dapat membantu pengeluaran asam urat
melalui urin. Sebaiknya penderita gout dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 liter atau
sekitar 10 gelas sehari.
g). Tanpa alkohol
Alkohol terbukti dapat meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat yang dihasilkan akan
menghambat pengeluaran asam urat. Oleh karena itu, makanan yang mengandung alkohol,
seperti tape dan brem sebaiknya dihindari.
h). Makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi
Tofi cenderung terbentuk pada pH darah dan urin yang rendah. Untuk mengurangi resiko
terbentuknya kristal monosodium urat di sendi-sendi dan batu asam urat di ginjal penderita
gout sebaiknya mengkombinasikan makanan rendah purin dengan bahan pangan tinggi sisa
basa.
o Makanan Yang Harus Dihindari Pada Penderita Asam Urat
16
Pada penderita gout makanan yang harus dihindari menurut Ahmad (2011) adalah
makanan yang banyak mengandung purin tinggi, penggolongan makanan berdasarkan
kandungan purin:
a. Golongan A
Makanan yang mengandung purin tinggi (150 – 800 mg/100 gram makanan) adalah hati,
ginjal, otak, jantung, paru, lain – lain jeroan, udang, remis, kerang, sarden, herring,
ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
b. Golongan B
Makanan yang mengandung purin sedang (50 – 150 mg/100 gram makanan) adalah ikan
yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kacang – kacangan, kembang kol, bayam,
buncis, jamur, daun singkong, kangkung.
c. Golongan C
Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0 – 5 mg/100 gram makanan) adalah
keju, telur, sayuran lain,buah – buahan tertentu seperti nanas, durian, alpukat, air
kelapa.
o Lama Pemberian Diet
Diet diberikan sampai kadar asam urat darah dan berat badan menjadi normal. Kadar
asam urat normal yang digunakan dalam literatur ini yaitu 3,4 – 7 mg/dl (Wijayakusuma, 2006).
Terapi operatif
Pasien gout yang terdiagnosa dan diterapi lebih awal biasanya tidak memerlukan operasi
orthopedi. Pasien gout yang tidak diterapi atau terlambat diterapi memerlukan operasi orthopedi.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi pada gout berhubungan dengan hiperurikemia kronis. Pada arthritis gout kronis
dapat terjadi kerusakan sendi, bahkan dapat menyebabkan deformitas. Gout juga dapat
menimbulkan nefrolithiasis yang diakibatkan oleh nefropati urat sehingga dapat timbul gagal ginjal
kronis.
J. PROGNOSIS
17
Gout tidak memperpendek masa hidup tapi mengurangi kualitas hidup.
ANALISA PERMASALAHAN
Masalah yang ditemukan pada masyarakat terutama pasien lansia di puskesmas unit I Sumbawa Besar
adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan lansia mengenai penyakit asam urat seperti penyebab, faktor resiko,
gejala dan tanda, pengobatan dan pencegahannya termasuk diantaranya diet rendah purin.
2. Rendahnya kesadaran lansia untuk menjaga pola makan yang merupakan salah satu factor
resiko penyakit gout artritis terutama bagi yang sudah mengalami gejala nyeri sendi.
3. Kurangnya media informasi mengenai penyakit asam urat serta pencegahannya.
Intervensi yang dapat dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan
melakukan penyuluhaan mengenai penyakit asam urat dan pengaturan makanan yang rendah asam urat
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran lansia mengenai penyakit gout dan pentingnya
menjaga pola makan untuk menghindari penyakit tersebut.
18
LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN
A. Tema Penyuluhan
Penyuluhan diet rendah purin pada peserta senam lansia di puskesmas unit I Sumbawa besar
B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan mengenai penyakit gout dan diet rendah purin kepada peserta
senam lansia puskesmas unit I Sumbawa besar.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengetahuan tentang penyakit gout
b. Memberikan pengetahuan tentang tujuan diet rendah purin
c. Memberikan pengetahuan tentang makanan yang boleh dikonsumsi
d. Memberikan pengetahuan tentang makanan yang tidak boleh dikonsumsi
e. Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dibatasi konsumsinya.
C. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan berupa penyuluhan dan tanya jawab dengan peserta senam lansia di puskesmas unit I
Sumbawa besar.
D. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Kegiatan telah dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 Agustus 2015 di ruang rapat puskesmas unit
I Sumbawa besar
E. Peserta Kegiatan
Peserta senam lansia di puskesmas unit I Sumbawa besar
F. Hasil Kegiatan
Kegiatan penyuluhan tentang “penyakit asam urat dan diet rendah purin” diikuti oleh
peserta senam lansia yang berjumlah 15 orang. Rangkaian kegiatan dibagi menjadi dua yaitu
penyuluhan dan tanya jawab dengan peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan metode
ceramah dengan media presentasi slide power point yang ditampilkan dengan LCD. Penyampaian
materi diselingi tanya jawab dengan peserta penyuluhan.
19
G. Evaluasi Kegiatan
1. Kelebihan
o Koordinasi yang baik dengan petugas puskesmas dalam pelaksanaan penyuluhan.
o Media penyuluhan yang baik yaitu disediakan LCD dan layar serta pengeras suara sehingga
audiovisual penyampaian materi sangat baik.
o Peserta penyuluhan tampak antusias dalam menerima penyampaian materi
o Tanya jawab antara peserta dan penyuluh berlangsung baik
2. Kekurangan
o Waktu penyuluhan yang cukup singkat
H. Dokumentasi
20
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa :
o Gout adalah penyakit yang disebabkan penimbunan kristal monosodium urat monohidrat di
jaringan akibat adanya kadar asam urat yang berlebih.
o Diet tinggi purin merupakan salah satu penyebab dan actor resiko untuk terjadinya penyakit
gout
o Diet rendah purin sangat penting sebagai upaya pengobatan dan pencegahan terjadinya
penyakit gout
o Penyuluhan mengenai penyakit asam urat dan diet rendah purin merupakan salah satu cara
meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat khususnya lansia mengenai
penyakit tersebut dan pencegahannya.
B. Saran
o Penyuluhan seperti ini perlu dilakukan lebih sering guna semakin meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit asam urat dan pencegahannya
o Perbanyak sumber informasi mengenai penyakit seperti leaflet atau poster di puskesmas
sehingga masyarakat dapat membaca secara mandiri guna meningkatkan pengetahuannya.
o Petugas puskesmas perlu lebih proaktif dalam memberikan informasi mengenai penyakit
gout dan pencegahannya terutama pada pasien yang mengeluhkan nyeri sendi yang
dicurigai akibat gout.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Stefanus, E.I, Arthritiss Gout, In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta, 2006: 1218 – 20.
2. Hartono A, Terapi Gizi dan Diet di Rumah Sakit, Jakarta, EGC,2006 : 107 – 117
3. Luk AJ and Simkin PA, Epidemiologi of Hyperuricemia and Gout, The American
Journal of Managed Care, Vol 11, 2005 : 11 : 435 – 442.
4. Cohen, A.S, Rheumatologi and Immunology, Boston University Medical Center,
New York, 1979: 314-342.
5. Sylvia AP, Lorraine MW, Patofisiologi Konsep Klinik Proses proses Penyakit,
Jakarta, EGC Edisi 4,1995
6. Mansjoer,A,dkk, Reumatologi, Kapita Selecta, Edisi 3,Media Aesculapius FKUI,
Jakarta, 2004:542-546.
7. Juandy, Gout and Diet, http//www. Depkes.go.id, 2007 diakses 26 September
2008.
8. Misnadiarly, Asam Urat – Hiperurisemia - Arthritis Gout, Jakarta, Pustaka Obor
Populer, 2007: 9 – 92
22