Upload
yosi-rizal-gunawan
View
74
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
koma hipoglikemik
Citation preview
Borang Portofolio
Nama Peserta: dr. Yosi Rizal Gunawan
Nama Wahana: RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso
Topik: Episode depresi
Tanggal (kasus): 21 Mei 2013
Nama Pasien: Ny. E No. RM: 057.13.35
Tanggal Presentasi: Pendamping:
Tempat Presentasi:
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewas
a
Lansia Bumil
Deskripsi: Ny. E/34 tahun
Pasien datang dengan penurunan kesadaran. Menurut keluarga, pasien tidak sadar
sejak pukul 15.00 WIB, tidak ada muntah sebelumnya, hanya mengeluh nyeri kepala.
Lalu pasien segera dibawa ke IGD Rs dr. Koesnadi, Bondowoso.
Keadaan umum= lemah, kesadaran= koma. GCS= 1-1-1
Tekanan darah 240/120 mmhg, Nadi 78x/menit, RR=26x/menit, tax=36,0C
Blood Sugar (BS) = 20mg/dl
Pupil isokor, refleks cahaya +
Diagnosis: Koma Hipoglikemik + Hipertensi Emergency
Tujuan:
Menegakkan diagnosis
Memberikan terapi yang sesuai
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit,
pengobatan serta prognosisnya.
Bahan
Bahasan:
Tinjauan
Pustaka
Riset Kasus Audit
Cara
membahas
:
Diskusi Presentasi dan
diskusi
E-mail Pos
Data
pasien
Nama: Ny. N No. Registrasi: 057.13.35
Nama Klinik: RSU Dr. H. Koesnadi
Bondowoso
Telp: (0332)
421263
Terdaftar Sejak:
11 Sept 2013
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Pasien datang dengan penurunan kesadaran. Menurut keluarga, pasien diketahui
tidak sadar sejak pukul 15.00 WIB, tidak ada muntah sebelumnya, hanya mengeluh
nyeri kepala. Lalu pasien segera dibawa ke IGD Rs dr. Koesnadi, Bondowoso dan
tiba pukul 15.30 WIB.
Setelah pasien sadar, pasein mengaku sejak tiga hari mrasa mual dan tidak nafsu
makan, sehingga hanya makan sedikit. Dan pada hari itu pasien hanya mengkonsumsi
roti pada pagi hari. Pasien mengaku mengkonsumsi obat DM glibenklamid pada
pukul 09.00 wib, 1 tablet. Pasien juga lupa jam berapa pasien mulai tidak sadar.
Pasien mengeluh nyeri kepala, sesak -, nyeri dada-, badan dan anggota gerak lemah
sebelah-. Mata buram-.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien mengkonsumsi OAD : glibenklamid 2 x 1 tab. Pasien membeli obat itu
diapotek, karena sebelumnya didiagnosis dokter terkena penyakit DM.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Riwayat DM + namun pasien tidak pernah kontrol lagi setelah berobat ke dokter
sktr 1 bulan yll. Pasien hanya menyimpan nama obat yg diberi dan membeli
sendiri obat tersebut tanpa sepengetahuan dokter yang merawat sebelumnya.
Riwayat hipertensi +
4. Riwayat Keluarga:
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
5. Riwayat pekerjaan:
Buruh tani
6. Kondisi lingkungan, sosial, dan fisik: (rumah, lingkungan, pekerjaan)
Pasien bekerja sebagai buruh tani, dan tinggal bersama seorang anaknya laki-laki.
7. Riwayat Imunisasi: -
8. Pemeriksaan fisik (11 September 2013)
Status Generalis
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : koma
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 240/120 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Temperatur : 36,0ºC
Respiration Rate : 24 x/menit
Kepala/Leher
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Refleks pupil : positif, pupil isokor Ө 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Thorax
Cor
◦ Inspeksi : Ictus Cordis terlihat
◦ Palpasi : Ictus Cordis teraba
◦ Perkusi : Batas kanan : redup pada ICS IV PSL D ;
Batas kiri : redup pada ICS V AA S
◦ Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, suara tambahan (-).
Kesan: batas jantung melebar
Pulmo
VENTRAL DORSAL
I Bentuk dada normal, simetris,
Ketinggalan gerak (-),
retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-),
Simetris, Ketinggalan gerak (-),
retraksi (-)
P Nyeri tekan (-)
Fremitus raba (+)
Nyeri tekan (-)
Fremitus raba (+)
P Sonor Sonor
A RO (-) WH (-) RO (-) WH (-)
Kesan : dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : flat,
Auskultasi : Bising usus normal 5x/menit
Palpasi : Defans muskuler (-), soepel
Perkusi : timpani
Ektremitas
Akral dingin
Oedema (-)
9. Pemeriksaan EKG (11-09-2013)
Hasil bacaan EKG:
Irama Sinus Takikardia
HR 120x/menit
Left Axis Deviation (LAD)
Left Ventrikel Hipertrophy (LVH)
ST depresi dan T inversi di lead I dan AVL
Kesimpulan : sinus takikardia 120x/mnt dgn LVH dan iskemik lateral tinggi
10. Pemeriksaan Laboratorium (11-09-2013)
BS 20mg% (sewaktu datang)
Hb 11,5 g%
Leukosit 10.900/mm
Diff count -/-/-/91/7/2
Hematokrit 33%
Trombosit 354.000/mm
Gula sewaktu 294 mgr%
SGOT 16 U/I
SGPT 11 U/I
Kreatinin 0,96 mgr%
Urea 22 mgr%
Uric acid 3,6 mgr%
Koleterol 206
Daftar Pustaka
1. Tim Penyusun. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Fakultas
Kedokteran UNAIR – RSUD Dr. Soetomo.
2. Tim Penyusun (PAPDI). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV Jilid III.
Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
3. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe
2 di Indonesia. Jakarta.
4. Tim Penyusun. 1996. Buku Ajar KARDIOLOGI. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Hasil Pembelajaran
1. Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
2. Hipoglikemia dapat diartikan sebagai kadar glukosa darah di bawah harga
normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10% lebih tinggi bila dibanding kadar
glukosa darah keseluruhan karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif
lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan dengan vena,
sedangkan kadar glukosa darah kapiler di antara kadar arteri dan vena.
3. Hipoglikemia dapat dibedakan dari true hipoglikemia, koma hipoglikemia, reaksi
hipoglikemia, reaktif hipoglikemia
4. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl
5. Terapi pengobatan : glukosa oral maupun glukosa intravena, injeksi glukagon,
steroid
6. Hipertensi krisis dibagi menjadi dua katagori yaitu hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi.
Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif
Pasien datang dengan penurunan kesadaran. Menurut keluarga, pasien tidak sadar
sejak pukul 15.00 WIB, tidak ada muntah sebelumnya, hanya mengeluh nyeri
kepala. Lalu pasien segera dibawa ke IGD Rs dr. Koesnadi, Bondowoso. Disekitar
pasien juga tidak ditemukan pasien mengkonsumsi obat2’an.
Setelah pasien sadar, pasien mengaku sejak tiga hari mrasa mual dan tidak nafsu
makan, sehingga hanya makan sedikit. Dan pada hari itu pasien hanya
mengkonsumsi roti pada pagi hari. Pasien mengaku mengkonsumsi obat DM
glibenklamid pada pukul 09.00 wib, 1 tablet. Pasien mengkonsumsi obat DM
sejak +/- 1bulan yll, dan tidak pernah kontrol lagi ke dokter yang merawatnya.
2. Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umumnya lemah serta kesadarannya
koma. Hasil vital sign, didapatkan tekanan darah 240/120 mmHg, nadi 92x/menit,
pernafasan 24x/mnt. Dan pada pemeriksaan gula darah acak hanya didapatkan
20mg/dl.
Pada pemeriksaan kepala leher didapatkan tidak ditemukan kelainan. Pada toraks
didapatkan batas jantung yang melebar dan pada ekstremitas didapakan akral
dingin. Pemeriksaan GCS pasien 1-1-1, tidak ada lateralisasi,
Dari pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardia dengan LVH dan iskemik
lateral tinggi.
3. Assessment
Koma Hipoglikemik
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple meliputi:
1. Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom
seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2. Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala neuroglikopenik seperti
bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, perilaku berbeda, gangguan
visual, parestesi, mual sakit kepala.
3. Hilangnya dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi.
Hipoglikemia juga dapat dibedakan menjadi:
1. True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60 mg/dl
2. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl
3. Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik, kemudian
diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia namun kadar
glukosa darah normal.
4. Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah makan.
Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga yang
terkena diabetes melitus.
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Etiologi hipoglikemia antara lain:
1. Hipoglikemia pada DM stadium dini.
2. Hipoglikemia dalam rangka pengobatan DM
a. Penggunaan insulin
b. Penggunaan sulfonilurea
3. Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
a. Hiperinsulinisme alimenter pasca gastrektomi
b. Insulinoma
c. Penyakit hati berat
d. Tumor ekstrapankreatik: fibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. Hipopituitarisme
Faktor predisposisi terjadi hipoglikemia
1. Kadar insulin berlebihan
a. Dosis yang berlebihan
b. Peningkatan bioavailabilitas insulin: absorpsi cepat oleh karena latihan
jasmani, penyuntikan insulin di perut, perubahan ke human insulin, penurunan
clearance insulin
2. Peningkatan sensitivitas insulin
a. Penyakit Addison, hipopituarisme
b. Penurunan berat badan
c. Latihan jasmani, post partum
3. Asupan karbohidrat berkurang
a. Makan tertunda, porsi makan kurang
b. Anorexia nervosa
c. Muntah, gastroparesis
4. Lain-lain
Alkohol, obat-obatan yang meningkatkan kerja sulfonilurea
TATALAKSANA HIPOGLIKEMI
1. Glukosa oral
Setelah didiagnosa hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, berikan 10-20 gram glukosa oral. Dapat berupa roti, pisang atau
karbohidrat kompleks lainnya. Pada penderita yang sulit menelan dapat diberikan
madu atau gel glukosa pada mukosa mulut.
2. Glukosa intravena
Pada pasien koma hipoglikemi diberikan injeksi glukosa 40% intravena 25 mL yang
diencerkan 2 kali
Krisis Hipertensi
Hipertensi krisis bibagi menjadi dua katagori yaitu hipertensi emergensi dan
hipertensi urgensi.
Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang ditandai meningkatnya
tekanan darah >180/120 mmHg disertai bukti adanya kerusakan target organ akut
atau progresif sehingga membutuhkan penurunan tekanan darah segera dengan
menggunakan obat secara parentral.
Hipertensi urgensi adalah situasi meningkatnya tekanan darah secara tajam
tanpa gejala yang berat atau kerusakan target organ progresif dimana kondisi ini
membutuhkan penurunan tekanan darah dalam beberapa jam dengan
menggunakan obat oral. Yang termasuk hipertensi urgensi adalah “accelerated
malignant hypertension”, perioperatif, atau “rebound hypertension”, pada luka
bakar dan epistaksis.
Accelerated-malignant hypertension menggambarkan keadaan peningkatan
tekanan darah yang tajam disertai papiledema (Keith-Wegener grade 4) dan atau
perdarahan dan eksudat (keith-Wegener garde 3), tetapi perbedaan gambaran
funduskopi tersebut tidak menggambarkan perbedaan gambaran klinis atau
prognosis
Mekanisme Accelerated-malignant hypertension
Bila tekanan darah arteri raerata (Mean arterial Pressure) > 150 mm Hg akan
terjadi lesi pada dinding pembuluh darah dan sindroma accelerated-malignant
hypertension dimulai. Hal tersebut dapat diprovokasi oleh faoktor vasoaktif,
namun tampaknya bahwa fase accelerated-malignant merupakan konsekuensi non
spesifik dari tingginya tekanan darah.Semua bentuk hipertensi dapat berkembang
ke fase accelerated-malignant.
Hipertensive emergencies
1. Hipertensi enchepalopathy
2. Malignant hypertension (some cases)
3. Severe hypertension in association with acute complication
A. Cerebrovascular
Intracranial hemorrhage
Subarachnoid hemorrhage
Acute atherothrombotic brain infarction
B. Renal
Rapidly progressive renal failure
C. Cardiac
Acute aortic dissection
Acute left ventricular failure with pulmonary edema
Acute myocardial infarction
Unstable angina
4. Eclampsia or severe hypertension during pregnancy
5. Cathecolamine excess states
A. Phaeochromocytoma crisis
B. Food and Drug interactions (thyramine) with monoamine oxidase-
inhibis
C. Some cases of rebound hypertension following sudden withdrawal or
antihypertensive agent (ie. Clonidine, gunabenz, metyldopa)
6. Drug-induced hypertension (some cases)
A. Overdose with sympathetic or drugs with similar action (eg.
Pencyclidine, Lysergic acid dietylamide (LSD), cocaine,
phenylpropanylamine)
7. Head trauma
8. Post-coronary artery bypass hypertension
Postoperative bleeding at vascular suture.
Hypertensive urgencies
1. Accelerated and malignant hypertension
2. Extensive body burns
3. Acute glomerulonephritis with severe hypertension
4. Scleroderma crisis
5. Acute systemic vasculitis with severe hypertension
6. Surgically related hypertension
A. Severe hypertension in patients requiring immediate surgery
B. Post operative hypertension
C. Severe hypertension after kidney transplantation
7. Severe epistaxis
8. Rebound hypertension after sudden withdrawal of antihypertensive agents
9. Drug induced hypertension
A. Overdose with sympathomimetic agents
B. Metoclopramide-induced hypretensive crisis
C. Interaction between and α-adrenergic agonist and a non selective β-
adrenergic agonist
10. Episodic and severe hypertension associated with chronic spinal cord injury
autonomic hyperreflexia syndrome.
Managemen Krisis Hipertensi
Hipertensi emergensi.
Tujuan penanganan hipertensi krisis adalah adalah untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas. Penderita hipertensi emergensi harus dirawat di ruang perawatan
intensif dengan target pengobatan menurunkan tekanan arteri rerata tidak lebih
dari 25 % dalam satu jam dan jika sudah stabil selanjutnya diturunkan menjadi
160/100-110 mm Hg dalam 2 - 6 jam. Penurunan tekanan yang terlalu cepat dan
melampui target tersebut dapat menginduksi iskemia renal, cerebral dan koroner.
Atas dasar hal tersebut pemakaian Nifedipin short acting tidak lagi direkomendasi
untuk pengobatan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika telah tercapai target
pengobatan awal dan tekanan darah stabil maka pengobatan untuk menurunkan
tekanan darah lebih lanjut dapat dimulai dalam 24-48 jam kemudian.
Obat yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi
emergensi diberikan secara parentral. Pengobatan hipertensi krisis secara spesifik
tergantung dari kerusakan target organ yang terjadi. Obat-obat yang biasanya
dipergunakan dalam penanganan penderita dengan hipertensi emergensi adalah
seperti berikut.
Tabel 1. Obat-obat parentral yang sering digunakan untuk Hipertensi
emergensi
__________________________________________________________________
Agent Dose Onset of Action/Duration of
Action
Parentral vassodilators
Sodium nitropruside 0.25-10ųg/kg/min (max 10 min) 2-3 min/2-3 min
Glyceril trinitrate 5-100 ųg 2-5 min/5-10 min
Nicardipine 5-15 mg/h 1-5 min/15-30 min, but may exeed 12 hours
Verapamil 5-10 mg IV/can follow with
Infusion 0f 3-25 mg/h 1-5 min/30-60 min
Diaxozide 50-150 mg bolus, repeated or 15-30 mg/min by infusion 2-5 min/3-12h
Fenoldopam mesylate 0.1-0.3 mg/kg/min < 5 min/30 min
Hydralazine 10-20 mg IV bolus or 10-40 IM Repeat every 4-6 h 10 min IV/> 1
h(IV) 20-30 IM 4-6 h (IM)
Enalaprilat 0.625-1.25 mg evry 6 h IV 15-60 min/12-24 h
Parentral adrenergic inhibitors
Labetalol 20-80 mg IV bolus, every 10 min, up to 2 mg/min as IV infusion 5-10
min/2-6 h
Esmolol 500 ųg/kg bolus IV or 25-100 ųg/kg 1-5 min/15-30 min
Metyldopa 250-500 mg as IV infusion every 6 h 30-60min/4-6 h
Pentolamine 5-15 mg IV bolus 1-2 min/10-30 min
__________________________________________________________________
Pengobatan Hipertensi Urgensi
Pada umumnya pasien dengan hipertensi urgensi terjadi karena penghetian terapi
hipertensi sebelumnya. Penanganan penderita demikian, dilakukan observasi
beberapa menit dan bila tekanan darahnya tetap > 180/120 mm Hg, maka dapat
dilakukan terapi oral yang sesuai dan mungkin perlu dikombinasi dengan obat
oral sebelumnya.terutama jika jenis obat yang diberikan sebelumnya dapat
mengontrol tekanan darahnya dengan baik dan dapat ditoleransi oleh penderita.
Secara logis, dalam menentukan pemilihan obat untuk hipertensi urgensi
hendaknya dipilih obat yang short acting yang masih dapat dipergunakan dalam
jangka lama.
Adapun pilihannya adalah sbb:
Tabel 2. Obat oral untuk hipertensi urgensi
Drug Class Dose Onset Duration (h)
Captopril ACE-inhibitor 6.5-50 mg 15 min 4-6
Clonidine Central α-agonist 0.2 mg initially, 0.1 mg/h upto 0.8 mg total 0.3-2.0 h
6-8
Furosemide Diuretic 20-40 mg 0.5-1.0 h 6-8
Labetalol α- and β-blocker 100-200 mg 0.5-2.0 h 8-12
Nifedipin Ca-antagonist 5-10 mg 5-15 min 3-5
Propanolol β-blocker 20-40 mg 15-30 min 3-6
Summary for the management of patients with severe hypertension (BP >
180/120 mm Hg
4. Planning
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Cek rutin BS
Cek Lab lengkap
EKG
Terapi
D40% bolus 3 flakon Obs membaik sadar inf D10%20tpm
Inj ranitidin 2x1 amp
Nifedipin 5mg sublingual
Monitoring
Vital sign
BS
Edukasi
Memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien dan
prognosanya.
Memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang penyakit yang
diderita pasien.
Konsultasi
Spesialis Penyakit Dalam: untuk perawatan lanjutan.
HASIL FOLLOW UP di Paviliun Bougenville
Tanggal Pemeriksaan Pemeriksaan Pasien Terapi
11/09/2013 Ku lemah
TD= 240/120 mmhg
N= 120 x/menit
RR= 24 x/menit
Tax= 37,5 C
BS = 20mg/dl
D40% bolus 3 flakon
Obs membaik sadar
inf D10%20tpm
Inj ranitidin 2x1 amp
Nifedipin 5mg sublingual
12/09/2013 Ku lemah
TD= 220/100 mmhg
N= 88x/menit
RR=28x/menit
Tax = 37,6C
BS=294
Drip catapres 1 amp/500cc D5%
14tpm
Inj Ceftriaxon 2x1gr
Amliodipin 10mg 0-0-1
Bisoprolol 5mg 1-0-0
Diet : RG
13/09/2013 Ku cukup
TD=150/100 mmhg
N=82 x/menit
RR = 22x/menit
Tax = 36C
BS =
Drip catapres 1 amp/500cc D5%
habis stop
Inj Ceftriaxon 2x1gr
Amliodipin 10mg 0-0-1
Bisoprolol 5mg 1-0-0
Diet : RG
14/04/2013 Ku cukup
TD= 170/90 mmhg
N= 92 x/menit
RR= 22 x/menit
Tax = 37C
BS =99
Acc KRS
R/oral :
Amliodipin 10mg 0-0-1
Bisoprolol 5mg 1-0-0
Co poli Interna