13
No. ID dan Nama Peserta : dr. Rosmainar No. ID dan Nama Wahana: RSUD Sinjai Topik: Mastoiditis Kronik Tanggal (kasus) : 29-09-2014 Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 26 tahun No. RM: 06 49 64 Tanggal presentasi : 11-12-2014 Pendampi ng: dr.Hj. Indo Sakka, Sp.THT- KL,M.Kes Tempat presentasi: Obyek presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Demam sejak 1 minggu yang lalu SMRS, Sakit kepala (+), terasa seperti tertusuk-tusuk pada seluruh bagian kepala dan tidak membaik dengan minum obat Riw. Keluar darah dari telinga kiri Mual (+), muntah (-) Nyeri ulu hati (-) Riwayat sakit sebelumnya (+) pada tahun 2013 BAB: belum biasa BAK: lancar, warna kuning Tujuan: : Menegakkan diagnosis Mastoiditis Kronik dan penataksanaan Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit

Portofolio Mastoiditis Kronik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tht

Citation preview

Page 1: Portofolio Mastoiditis Kronik

No. ID dan Nama Peserta : dr. Rosmainar

No. ID dan Nama Wahana: RSUD Sinjai

Topik: Mastoiditis Kronik

Tanggal (kasus) : 29-09-2014

Nama Pasien : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 26 tahun

No. RM: 06 49 64

Tanggal presentasi : 11-12-2014 Pendamping:

dr.Hj. Indo Sakka, Sp.THT-KL,M.Kes

Tempat presentasi:

Obyek presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi:

Demam sejak 1 minggu yang lalu SMRS,

Sakit kepala (+), terasa seperti tertusuk-tusuk pada seluruh bagian kepala dan tidak

membaik dengan minum obat

Riw. Keluar darah dari telinga kiri

Mual (+), muntah (-)

Nyeri ulu hati (-)

Riwayat sakit sebelumnya (+) pada tahun 2013

BAB: belum biasa

BAK: lancar, warna kuning

Tujuan: : Menegakkan diagnosis Mastoiditis Kronik dan penataksanaan

Bahan bahasan:

Tinjauan pustaka

Riset Kasus Audit

Cara membahas:

Diskusi Presentasi dan diskusi

E-mail Pos

Data Pasien: Nama: Tn. S No.Registrasi: 06 49 64

Nama klinik RSUD Sinjai

Data utama untuk bahan diskusi:

Page 2: Portofolio Mastoiditis Kronik

Demam sejak 1 minggu yang lalu SMRS,

Sakit kepala (+), terasa seperti tertusuk-tusuk pada seluruh bagian kepala dan tidak membaik

dengan minum obat

Riw. Keluar darah dari telinga kiri

Mual (+), muntah (-)

Nyeri ulu hati (-)

Riwayat sakit sebelumnya (+) pada tahun 2013

BAB: belum biasa

BAK: lancar, warna kuning

Pemeriksaan Fisis

Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar

Status Vitalis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 92 x/menit, regular, kuat angkat

Pernafasan : 20 x/menit, BP: tipe thoracoabdiominal

Suhu : 38,0 C

Status lokalis:

Kepala : konjungtiva anemis : -/-

Sklera Ikterus : -/-

Bibir Sianosis : -

Leher : Nyeri Tekan : -

Massa tumor : -

Pembesaran KGB : -

Paru-Paru

Inspeksi : Simetris kiri=kanan

Palpasi : MT(-), NT(-), VF kanan = kiri

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : BP: vesikulerr, Rh -/-, Wheezing -/-

Cor : dalam batas normal

Abdomen :

Inspeksi: datar, ikut gerak napas

Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal

Palpasi: Nyeri tekan (-)

Perkusi: nyeri ketok (-)

Page 3: Portofolio Mastoiditis Kronik

Ekstremitas : dbn

Daftar Pustaka

1.

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:Demam sejak 1 minggu yang lalu SMRS,

Sakit kepala (+), terasa seperti tertusuk-tusuk pada seluruh bagian kepala dan tidak

membaik dengan minum obat

Riw. Keluar darah dari telinga kiri

Mual (+), muntah (-)

Nyeri ulu hati (-)

Riwayat sakit sebelumnya (+) pada tahun 2013

BAB: belum biasa

BAK: lancar, warna kuning

2. Obyektif:Pemeriksaan Fisis

Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar

Status Vitalis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 92 x/menit, regular, kuat angkat

Pernafasan : 20 x/menit, BP: tipe thoracoabdiominal

Suhu : 38,0 C

Status lokalis:

Kepala : konjungtiva anemis : -/-

Sklera Ikterus : -/-

Bibir Sianosis : -

Leher : Nyeri Tekan : -

Massa tumor : -

Pembesaran KGB : -

Paru-Paru

Inspeksi : Simetris kiri=kanan

Palpasi : MT(-), NT(-), VF kanan = kiri

Page 4: Portofolio Mastoiditis Kronik

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : BP: vesikulerr, Rh -/-, Wheezing -/-

Cor : dalam batas normal

Abdomen :

Inspeksi: datar, ikut gerak napas

Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal

Palpasi: Nyeri tekan (-)

Perkusi: nyeri ketok (-)

Ekstremitas : dbn

3. Pendekatan DiagnosisDefinisi:

EtiologiKuman :

-          Streptococcus hemolyticus (60%)

-          Pneumococcus (30%)

-          Stapyilococcus aureus / albus

-          Streptococcus viridans

-          H. Influenza

 Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang

dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta

bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius.

Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk

akibat infeksi traktus respiratorius. 

Patofisiologi

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat

pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah.

streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi

ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan

penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi

mastoiditis. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan

ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat

dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada

Page 5: Portofolio Mastoiditis Kronik

usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak

antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri

adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan

kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat

dan ringannya penyakit. Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media

supuratif akut dapat menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran

sekret melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di

antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid.

Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut. Faktor-faktor yang menyebabkan

timbulnya infeksi berulang.

1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.

2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.

3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.

Seperti pada kebanyakan proses menular, Microbial host dan mempertimbangkan faktor-

faktor dalam evaluasi mastoiditis akut. Host faktor termasuk mucosal imunologi, sementara

tulang anatomi, dan sistemik imunitas, sedangkan Microbial faktor termasuk lapisan

pelindung, antimicrobial tahan, dan kemampuan yang pathogen menembus ke jaringan

lokal atau kapal (yakni, invasi jenis).

1. Host faktor

Sebagian besar anak-anak dengan mastoiditis akut yang lebih muda dari 2 tahun dan ada

sedikit sejarah yg di atas otitis media. Pada usia ini, sistem kekebalan yang relatif belum

dewasa, terutama dalam hal-nya kemampuan untuk menanggapi tantangan dari

polysaccharide antigens.

2. Anatomi

Mastoid yang berkembang dari outpouching sempit dari belakang epitympanum dinamakan

aditus iklan antrum. Pneumatization berlangsung sesaat setelah melahirkan, setelah

menjadi telinga yg bercampur dgn udara. Proses ini selesai pada saat seorang individu

yang berusia 10 tahun. Mastoid udara sel dibuat oleh invasi dari epithelial berkerut sacs

antara spicules baru dan tulang oleh degenerasi dan redifferentiation sumsum tulang yang

ada spasi. Daerah lain yang sementara tulang, termasuk kaku dan apex zygomatic akar,

pneumatize mirip. The antrum, mirip dengan sel udara mastoid, berkerut adalah dengan

respiratory epithelium yang swells di hadapan infeksi. Blockage dari antrum oleh inflamed

mucosa entraps infeksi di udara sel oleh inhibiting drainase dan precluding kembali

aeration dari tengah-sisi telinga. Mastoid yang dikelilingi oleh burit berhubung dgn

tengkorak lekuk, di tengah berhubung dgn tengkorak lekuk, di kanal yang facial nerve, yang

Page 6: Portofolio Mastoiditis Kronik

sigmoid dan lateral sinuses, dan kaku yang sementara ujung tulang. Mastoiditis dapat

melongsorkan melalui antrum dan memperpanjang atas situs menyebelah di atas,

menyebabkan klinis signifikan sifat mudah kena sakit dan penyakit mengancam hidup.

3. Pergabungan

Persistent infeksi akut dalam rongga mastoid dapat mengakibatkan rarifying osteitis, yang

menghapuskan trabeculae bertulang yang membentuk sel mastoid; karena itu, istilah

coalescent mastoiditis digunakan. Coalescent mastoiditis pada dasarnya adalah sebuah

empyema dari keduniaan tulang itu, kecuali dengan kemajuan yang ditangkap, baik melalui

alam habis antrum menyebabkan spontan resolusi atau habis unnaturally ke permukaan

mastoid, kaku apex, intracranial atau ruang untuk membuat komplikasi lebih lanjut. Lainnya

sementara tulang atau dekat struktur, seperti facial nerve, labirin, atau berkenaan dgn urat

darah halus sinuses, dapat melibatkan diri. Mastoiditis dapat ditangkap pada titik apapun.

Itu berlangsung dalam 5 tahapan, yaitu:

1. Tahap 1 – Hyperemia dari mucosal lining dari sel udara mastoid

2. Tahap 2 – Transudation dan pengeluaran dari cairan dan / atau nanah di dalam sel

3. Tahap 3 – kebekuan tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity yang septa

4. Tahap 4 – Cell dinding dengan kerugian peleburan menjadi abscess cavities

5. Tahap 5 – Ekstensi dari kobaran proses ke daerah berdekata

Manifestasi klinis1.      Febris/subfebris

Page 7: Portofolio Mastoiditis Kronik

2.       Nyeri pada telinga

3.      Hilangnya sensasi pendengaran

4.      Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi

telinga yang lainnya)

5.       Kemerahan pada kompleks mastoid

6.      Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lender Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih

dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan

organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga

tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika

demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik  maka kecurigaan pada infeksi

mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan

dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien

yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul

atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

1.Anamnesis- Otorea terus menerus/kadang kambuh lebih dari 6-8 minggu.

- Pendengaran menurun (tuli).

2.Pemeriksaan.

1) Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).

-  Perforasi sentral.

-  Mukosa menebal.

-  Audiogram : tuli konduktif .

-  X-foto mastoid : sklerotik (pengerasan tulang).

2) Tipe Degeneratif

-     Perforasi sentral besar.

-     Granulasi/polip pada mukosa cavum timpani.

-     Audiogram : tuli konduktif/campuran

-  X – foto mastoid : sklerotik.

3) Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)

 -  Perforasi atik/marginal.

-  Terdapat Kolesteatom

-  Destruksi tulang pada margotimpani

-  Audiogram : tuli konduktif/campuran

Page 8: Portofolio Mastoiditis Kronik

-  X-foto mastoid : sklerotik.

4) Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)

– Perporasi marginal besar atau total.

 – Granulasi dan kolesteatom.

– Audiogram : Tuli konduktif/campuran.

– X-Foto mastoid : sklerotik/rongga.

3.Pemeriksaan tambahan : pembuatan audiogram dan X-foto mastoid.

TatalaksanaPengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-

lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis.  Tetapi pemilihan anti bakteri

harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih

invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka,

hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi

yang normal.

Manifestasi klinik mastoiditis meliputi adanya pembengkakkan dibelakang telinga dan rasa

sakit pada saat pergerakan minimal dari tragus, pinna atau kepala. Selulitis timbul di kulit

atau di kulit kepala luar selama proses mastoid berlangsung. Pada pemeriksaan otostopik

ditemukan adanya warna merah, membran timpani yang tidak bergerak dengan atau tanpa

per-forasi. Nodes limpa postauricular teraba lembut dan membesar.

penatalaksanaan medis dari mastoiditis adalah :

1. KolaborasiBerdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:

Pemeriksaan :

a.  Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).

Perforasi sentral.

Mukosa  menebal.

Audiogram; tuli konduktif dengan “air bone gap” sebesar 30  dB.

X-foto mastoid: sklerotik.

b. Tipe Degeneratif

Perforasi sentral besar.

Granulasi/polip pada mukosa cavum  timpani.

Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 50-60  dB.

X-foto mastoid: sklerotik.

Page 9: Portofolio Mastoiditis Kronik

c. Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)

Perforasi atik/marginal.

Terdapat Kolesteatom

Destruksi tulang pada margotimpani

Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 30 atau lebih.

X-foto mastoid: sklerotik.

d. Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)

Perporasi marginal besar atau total.

Granulasi dan kolesteatom.

Audiogram : Tuli konduktif/campuran dengan penurunan 60 dB asal lebih.

X-Foto mastoid sklerotik/rongga.

2. Penatalaksanaan PembedahanTindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada

respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total

yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-

lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan

pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak

menyebar ke bagian yang lain.

3. Prosedur OperatifPada awalnya tindakan pembedahan dilakukan hanya bila di telinga tengah dan tuba

eusthacia bebas dari infeksi. Apabila terjadi infeksi, maka hasil dari tindakan

graft/pemindahan kulit kemungkinan besar menjadi infeksi dan tidak sembuh sebagaimana

mestinya. Pada pembedahan membran timpani dan ossicles mengharuskan penggunaan

mikroskop dan dipertimbangkan sebagai prosedur yang sulit. Anestesi lokal dapat

digunakan meskipun yang sering dipilih adalah anestesi general untuk mencegah klien

agar tidak cepat sadar.

Ahli bedah dapat memperbaiki membran timpani dengan menggunakan bahan-bahan

seperti otot fascia temporal, mengambil bagian yang tebal untuk dilakukan skin graft dan

jaringan vena. Apabila ossicles rusak, tindakan yang lebih ekstensif harus diambil untuk

memperbaiki atau mengganti tulang yang kecil tersebut. Ahli bedah menjangkau ossicles

dengan salah satu dari 3 cara berikut ini:

    1. Pendekatan Transkanal (Transcanal Approach).

   2. Insisi Endaural (Endaural Incision).

   3. Mengarahkan Postauricular melalui Mastoidektomi (The Postauricular Route via

Mastoidectomy).

Page 10: Portofolio Mastoiditis Kronik

Ahli bedah kemudian membuang jaringan penyakit dan membersihkan rongga telinga te-

ngah. Tingkat kerusakan ossicles dikaji dengan teliti agar dapat diperbaiki atau diganti jika

perlu. Ahli bedah menggunakan kartilago autogenous atau tulang, ossicles pada mayat

(cadaver), kawat stainless steel atau komponen polytetrafluoroethylene (teflon) untuk

memperbaiki atau mengganti ossicles.

Antibiotika: ampisilin/amoxillin (3-4 x 500 mg oral), klindamisin (3×150 mg – Perawatan

lokal dengan Perhidrol 3 % dan tetes telinga Chloramphenicol

Komplikasi :

1.      Abses retro aurikula

2.      Paresis/paralisis syaraf fasialis

3.      Labirintitis

4.      Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak. 

4. Rencana Penatalaksanaan

Anjuran: pemeriksaan laboratorium, PTA, operasi Mastoidektomi radikal sinistra

Diagnosis: Mastoiditis Kronik

Penatalaksanaan IVFD RL 28 tpm

Ceftriaxone 2gr/12j/iv

Metronidazole 500/8j/iv

Dexametason 1g/8j/iv

Ranitidine ig/12j/iv