112
POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM PELAKSANAAN IBADAH DI KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : ANIFATUL KIFTIYAH NIM 072111055 PROGRAM STUDI KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG SEMARANG 2011

POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

  • Upload
    buinhan

  • View
    255

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM

DALAM PELAKSANAAN IBADAH

DI KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

ANIFATUL KIFTIYAH NIM 072111055

PROGRAM STUDI KONSENTRASI ILMU FALAK

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

SEMARANG 2011

Page 2: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

ii

Drs. H. Eman Sulaeman, MH

Jl. Tugurejo No. A2 Rt 02/Rw 01 Tugurejo

Tugu Semarang

Drs. Slamet Hambali, M.Si

Jl. Candi Permata II / 180 Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdri. Anifatul Kiftiyah

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah

IAIN Walisongo

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama

ini saya kirim naskah skripsi saudara :

Nama : Anifatul Kiftiyah

NIM : 072111055

Judul Skripsi : Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam dalam

Pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera

dimunaqosyahkan.

Demikian harap menjadikan maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 10 Mei 2011

Pembimbing I

Drs. H. Eman Sulaeman, MH

NIP. 19650605 199203 1003

Pembimbing II

Drs. H. Slamet Hambali, M.Si

NIP. 19540805 198003 1 004

Page 3: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

iii

PENGESAHAN

Nama : Anifatul Kiftiyah

N I M : 072111055

Fakultas/Jurusan : Syari’ah / Ahwal Syakhsiyah Konsentrasi Ilmu Falak

Judul : Posisi Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan Ibadah

di Keraton Ngayogyakarta hadiningrat

Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :

20 Juni 2011

dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan

studi Program Sarjana Strata 1 (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh

gelar Sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

Semarang, 20 Juni 2011

Dewan Penguji,

Ketua Sidang,

Moh.Khasan, M. Ag

NIP. 19741212 200312 1004

Sekretaris Sidang,

Drs. H. Eman Sulaeman, MH

NIP. 19650605 199203 1003

Penguji I,

Dr. Ali Imron, M. Ag

NIP. 19730730 200312 1003

Penguji II,

H, Ahmad Izzuddin, M. Ag

NIP. 19720512 199903 1003

Pembimbing I,

Drs. H. Eman Sulaeman, MH

NIP. 19650605 199203 1003

Pembimbing II,

Drs. H. Slamet Hambali, M.Si

NIP. 19540805 198003 1002

Page 4: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

iv

Motto

Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu

Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu

terang,

agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu

mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala

sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.

(Q.S. al-Isra: 12)

Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang

yang bertaqwa terhadap dosa mereka, akan tetapi kewajiban

mereka telah mengingatkan mereka agar mereka bertaqwa.

)Q.S al-An’am: 69)

Page 5: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

v

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan untuk:

Bapak dan ibu tersayang

(Mastur dan Suparti), yang dengan sabar dan ikhlas mendidik anknya sampai

saat ini dan seterusnya, yang selalu mengingatkan untuk memberi yang terbaik

dengan cara yang terbaik pula.

Adik-adik ku tersayang (Muhammad Habib Firmansyah dan Ahyi Hidayatullah

Kavi).

Serta guru-guru tercinta semoga ilmu yang diberikan menjadi barokah dan

senantiasa bermanfaat di dunia dan akhirat.

Serta untuk oarang-orang tersayang (keluarga serta sahabat-sahabat yang

selalu ada) yang turut serta mendoakan untuk menjadi lebih baik.

Page 6: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak

berisi materi yang pernah ditulis oleh orang

lain atau diterbitkan, demikian juga skripsi ini

tidak berisi pikiran orang lain kecuali referensi

dan informasi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 12 Juni 2011

Deklarator

Anifatul Kiftiyah

NIM:72111055

Page 7: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

vii

ABSTRAK

Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengenal adanya Penanggalan

Jawa Islam. Hanya beberapa kelompok masyarakat Jawa saja yang masih

menggunakan penanggalan Jawa Islam. Dari beberapa kelompok tersebut banyak

yang masih menggunakan sistem hisab Aboge. Akan tetapi Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat sudah menggunakan sistem Asapon. Hal menarik

bagi penulis yang akan penulis teliti adalah tentang posisi penggunaan

Penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam hal yang

berkaitan dengan penentuan ibadah. Sebagaimana yang kita tahu masalah yang

berkaitan dengan penentuan waktu-waktu untuk pelaksanaan ibadah merupakan

masalah yang sangatlah krusial.

Dalam penelitian ini, persoalan yang dibahas adalah: 1. Bagaimanakah

sistem penanggalan Jawa Islam yang di pakai oleh Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat?, 2. Bagaimana posisi penggunaan penanggalan Jawa Islam dalam

pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dibutuhkan

metode penelitian yang bersifat lapangan (Field Research) dengan pendekatan

ilmu falak. Data primer berupa hasil wawancara kepada ahli hisab Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi, berupa

catatan atau tulisan. Analisis dilakukan bersamaan dengan penyajian data

berdasarkan pendekatan penelitian, dengan metode analisis deskriptif. Tujuan dari

analisis deskriptif sendiri untuk memberikan deskripsi mengenai subjek yang

diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Analisis ini digunakan

untuk mengetahui Penggunaan Sistem Penanggalan Jawa Islam dalam

Pelaksanaan Ibadah di Keraton Hadiningrat Ngayogyakarta.

Temuan dari hasil skripsi ini adalah pertama, dalam perhitungan

penanggalan Jawa Islam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat masih

menggunakan cara perhitungan manual dengan rumus sederhana (sistem

aritmatik). Sehingga untuk menentukan tanggal, bulan, dan tahun pihak hisab

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat harus mengetahui urutan penanggalan

sebelumnya. Kedua, terjadi pergeseran penggunaan penanggalan Jawa Islam

antara sebelum kemerdekaan RI dengan setelah kemerdekaan RI. Saat ini

penggunaan penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

dalam hal penetapan waktu ibadah lebih mengikuti ketetapan pemerintah, akan

tetapi dalam penetapan upacara adat istiadat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

masih tetap menggunakan penanggalan Jawa Islam sebagai acuan.

Kata kunci : Penanggalan, Jawa Islam, Keraton Ngayogyakarta.

Page 8: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta ‘inayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa

Islam Dalam Pelaksanaan Ibadah Di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang telah

membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang

seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih

payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari

usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis

sampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do’a, perhatian,

pengorbanan, nasehat dan curahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis

ungkapkan dalam untaian kata-kata.

2. PD. Pontren Kementrian Agama RI, yang telah memberi kesempatan

mendapat Beasiswa Santri berprestrasi.

3. DR. Imam Yahya, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang dan Muhyiddin, M.Ag (Dekan sebelumnya).

Page 9: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

ix

4. Drs. H. Eman Sulaeman, MH., selaku kepala Prodi Konsentrasi Ilmu Falak

(KIF) yang pertama, beserta staf-staf-nya, yang telah bersusah payah

memberikan arahan dan bimbingan sepenuhnya kepada penulis dan teman-

teman KIF lainnya mulai dari pertama kita belajar di Semarang sampai saat

ini. Arja’ Imroni, M.Ag, selaku ketua prodi Konsentrasi Ilmu Falak yang ke

dua, yang turut serta membimbing kami saat ini dengan penuh kesabaran.

5. KH. Sirodj Chudlori, dan H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku Kyai, serta

pembimbing penulis selama di Semarang, serta keluarga besar PP. Daarun

Naajah.

6. Eman Sulaeman, M.H., selaku pembimbing I dan dosen wali, serta Drs.

Slamet Hambali, M.Si, selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini,

yang telah memberikan masukan sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.

7. Para abdi dalem Keraton Hadiningrat Ngayogyakarta khususnya bapak KRT.

Rintaiswara yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data serta

informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi.

8. Keluarga besar Amanatul Ummah yang telah mendidik selama 6 tahun dalam

menimba ilmu.

9. Sayful Mujab dan Tedi Kholiludin atas segala bantuan dan pengarahannya.

10. Mamas, thank’s for everything (yang tidak bisa disebutin satu persatu).

11. Buat temen-temen Genk-Star tersayang (Cepot, Yuyun, Bekong, Ipeh, Yoyo’,

Katrok, Adah band, Faroh, Aro, Mannan, Rifa’, Entink, tahrir, Mbah Ansor,

Faqih, Hasdul, Encep, Raymon, Mas Camcul, Maryantul, Jaelani, Ibor, Opil,

Oki, Hasan, Mahyo, Usro’, Anis, Inung.). Manis pahit perjalanan kita adalah

Page 10: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

x

sebuah proses pendewasaan. Sahabat-sahabat terdekat (Katrok, Yoyo’, Cepot)

dan Semarang family (Mannan, Bekong, Yuyun) yang udah baik banget dan

udah jadi yang terbaik.

12. Sobat-sobat D’najira dan ade’-ade’ KIF yang udah ngasih banyak kebaikan.

Khususnya Litle family in badriyah room (kitri, yuyun, latipong, aina, nita)

temen tidur bareng, temen bercerita kesana kemari.

13. Temen-temen HIMMAH Jogja ”Himpunan Mahasiswa Amanatul Ummah

Jogjakarta” (fita, ana, ziqi, syauqi, dkk), temen-temen UIN Sunan Kalijaga

(Arip, Lang) yang udah ngasih hotel gratis selama penelitian.

14. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis

selama penulis menimba ilmu di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.

Tidak ada ucapan yang dapat penulis kemukakan disini atas jasa-jasa mereka,

kecuali sepenggal harapan semoga pihak-pihak yang telah penulis kemukakan di

atas selalu mendapat rahmat dan anugerah dari Allah Swt.

Demikian skripsi yang penulis susun ini sekalipun masih belum sempurna

namun harapan penulis semoga akan tetap bermanfaat dan menjadi sumbangan

yang berharga bagi khazanah kajian ilmu falak.

Semarang, 12 Juni 2011

Penulis

Anifatul Kiftiyah

NIM. 072111055

Page 11: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v

HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. vi

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 11

C. Tujuan Penulisan ................................................................... 11

D. Telaah Pustaka ...................................................................... 12

E. Metodologi Penelitian .......................................................... 14

F. Sistematika Penulisan............................................................ 18

BAB II : TINJAUAN UMUN TENTANG SISTEM PENANGGALAN

JAWA ISLAM

A. Sistem Penanggalan ............................................................. 20

1. Metode Hisab ................................................................ 21

2. Metode Rukyah ............................................................... 22

Page 12: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

xii

B. Penanggalan Hijriyah ........................................................... 25

1. Hisab Urfi ........................................................................ 25

2. Hisab Haqiqi.................................................................... 27

2.1. Hisab Haqiqi Taqribi ................................................ 28

2.2. Hisab Haqiqi Bi Tahqiqi .......................................... 29

2.3. Hisab Haqiqi Kontemporer ..................................... 30

C. Penanggalan Jawa Islam ....................................................... 38

BAB III : TINJAUAN UMUM TERHADAP POSISI PENGGUNAAN

SISTEM PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM

PELAKSANAAN IBADAH DI KERATON

NGAYOGYAKARTA HADININGRAT.

A. Sejarah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ....................... 45

1. Awalnya, Mataram Islam ................................................ 45

2. Kasultanan Yogyakarta .................................................. 48

B. Sejarah Penanggalan Jawa Islam .......................................... 50

C. Pengertian dan Macam-macam Ibadah ............................... 52

D. Sistem Penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat ........................................................................... 56

E. Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan

Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat .................... 67

Page 13: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

xiii

BAB IV : ANALISIS POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN

JAWA ISLAM DALAM PELAKSANAAN IBADAH DI

KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT.

A. Analisis Sistem Penggunaan Penanggalan Jawa Islam di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat .................................................. 71

B. Analisis Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam dalam

Pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat ............................................................................ 79

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 91

1. Sistem Penggunaan Penanggalan Jawa Islam di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat ........................................... 91

2. Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat ............................................ 91

B. Saran ...................................................................................... 92

C. Penutup ................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Mengetahui banyaknya sistem perhitungan awal bulan dalam tahun

Hijriyah, Jawa dan Masehi termasuk salah satu persoalan yang penting untuk

dipelajari karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Terutama dibidang

agama dalam penentuan hari-hari besar agama Islam maupun agama-agama

lainnya. Pentingnya perhitungan awal bulan ini karena masyarakat masih

menggunakan penetapan awal bulan sebagai acuan ibadah secara Syar’i.

Penanggalan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Tanpa

adanya penanggalan akan terasa hambar, karena masyarakat akan kesulitan

dalam menentukan kegiatan yang akan mereka lakukan, terutama dalam hal

yang berkaitan dengan waktu. Penanggalan ini telah ada sejak dulu kala, mulai

dari bentuk dan sistem yang sederhana kemudian terus berkembang menjadi

lebih baik dan praktis.

Adanya penanggalan ini kita bisa mengetahui hari, tanggal, bulan dan

tahun. Karena penanggalan merupakan manifestasi dari satuan waktu, yang

satuan-satuan tersebut dinotasikan dalam ukuran hari, tanggal, bulan, tahun

dan sebagainya.

Page 15: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

2

Di negara Indonesia terdapat tiga penanggalan yang sudah mengakar

kuat dengan pola kehidupan masyarakat. Penanggalan tersebut adalah

penanggalan Masehi1 (Syamsiyah), penanggalan Hijriyah

2 (Kamariah), dan

penanggalan Jawa3. Penanggalan Masehi biasanya banyak digunakan

masyarakat pada umumnya. Sedangkan penanggalan Hijriyah biasanya

digunakan oleh umat Islam untuk menentukan waktu-waktu ibadah.

Sedangkan penanggalan Jawa hanya digunakan oleh masyarakat Jawa tertentu.

Satu tahun Masehi (masa perjalanan semu Matahari dari titik aries4

hingga kembali ke titik aries lagi) adalah 365,25 hari. Untuk mengatasi angka

pecahan 0,25 hari maka dibuatlah tahun pendek yang disebut dengan tahun

basitoh, dan tahun panjang yang disebut kabisat. Tahun pendek umurnya 365

hari, sedangkan umur tahun panjang 366 hari. Urutan 1, 2, 3, adalah tahun

pendek (basitoh), sedangkan urutan 4 adalah tahun panjang (kabisat)5.

Sedangkan satu tahun Hijriyah rata-rata adalah 354 11/30 hari. Tahun

pendek berumur 354 hari, dan tahun panjang berumur 355 hari. Dalam setiap

30 tahun terdiri dari 11 tahun panjang dan 19 tahun pendek. Tahun-tahun

1 Dinamakan tahun syamsiyah karena perhitungannya dihitung menurut lamanya Bumi

mengeliningi Matahari dalam satu kali putaran. Tahun ini dinamakan juga tahun miladiyah. Zul

Efendi, Ilmu Falak, Bukit Tinggi: STAIN Bukit Tinggi, 2002, hlm. 67. Dalam bukunya Susiknan

Azhari, tahun ini disebut juga tahun tropis, yaitu periode revolusi Bumi lamanya 365 hari 5 jam 48

menit 46 detik. Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,

Yogyakarta: Suara Muhamadiyah, 2007, cet. 2 hlm. 17 2 Dinamakan tahun Kamariah karena perhitungannya berdasarkan gerak Bulan

mengelilingi Bumi selama 29 hari 12 jam 44 menit dan 03 detik atau masanya satu bulan

Kamariah. ibid., hlm.75-76 3 Tahun Jawa di sebut juga tahun Aji Saka, sebab permulaan perhitungannya di mulai

seorang raja dari keturunan Aji Saka, pada tahun 78 M. Slamet Hambali, Almanak Sepanjang

Masa,Semarang: IAIN Walisongo, 2009, hlm. 7 4 Dua buah titik perpotongan ekliptika dan equator sekitar tanggal 21 maret. P. Simamora

, Ilmu Falak (KOSMOGRAFI), Jakarta: CV. Pedjuang Bangsa, 1985, hlm. 13. 5 Abd. Salam Nawawi, Ilmu Falak Cara Praktis Menghitung Waktu Shalat Arah Kiblat

Dan Awal Bulan, Sidoarjo: Aqaba, 2009, cet. 4, hlm. 49

Page 16: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

3

panjang (kabisat) ada pada urutan tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26,

dan 29.6

Dalam satu tahun terdapat 12 bulan baik tahun Syamsiyah, Kamariah

maupun tahun Jawa, sebagaimana Firman Allah swt:

Artinya : "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas

bulan, dalam ketetapan Allah di waktu menciptakan langit dan bumi,

diantaranya terdapat empat bulan haram …". ( al Taubah 36)7

Untuk bulan pada tahun Syamsiyah, jumlah harinya sudah dapat

diketahui secara pasti yaitu 30 atau 31 hari setiap bulannya kecuali untuk

bulan Februari jumlah harinya adalah 28 hari untuk tahun basitoh dan 29 hari

untuk tahun kabisat. Sedangkan untuk tahun Kamariah jumlah hari dalam tiap

bulannya sama dengan satu synodic8 sehingga selama satu tahun jumlah hari

dalam satu bulan akan bergantian antara 29 atau 30 hari, sehingga

penentuannya memerlukan perhitungan yang jelas.

Secara fiqh terdapat dua metode dalam penentuan awal bulan

Kamariah yakni dengan cara hisab dan rukyah, akan tetapi di negara Indonesia

6 Ibid., hlm. 53.

7 Depag RI, al- Qur’an dan Terjemahnya A-Jumanatu ‘Ali,Bandung: CV Penerbit J-ART,

2005, hlm. 193. 8 Synodic atau dalam istilah falak Ijtima’ adalah durasi yang dibutuhkan oleh Bulan

berada dalam suatu fase Bulan baru ke fase Bulan baru berikutnya. Adapun waktu yang

dibutuhkan adalah 29,530588 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Lihat dalam Susiknan

Azhari Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 29.

Page 17: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

4

terdapat beberapa metode yakni, Rukyah fi Wilayatul Hukmi, Rukyah Global,

dan Imkanurukyah, Hisab, Kejawen (Aboge, Asapon).9

Rukyah adalah suatu kegiatan atau usaha melihat hilal atau Bulan sabit

di langit (ufuk)10

sebelah barat setelah matahari terbenam menjelang awal

bulan Kamariah, khususnya menjelang bulan Ramadhan, Syawal, dan

Dzhulhijjah, untuk menentukan Bulan baru itu dimulai.11

Metode rukyah ini

berlandaskan dengan hadits Nabi SAW:

:حدثىا عبداهلل به مسلمة عه ما لك عه وافع عه عبد اهلل به عمر رضي اهلل عىهما

وال تفطروا, ال تصىمىا حتى تروا الهال ل : ان رسىل اهلل صلعم ذكر رمضا ن فقال

حتى تروي فان غم عليكم فاقدروا ل

Artinya : “telah diceritakan Abdulah bin Maslamah dari Malik dari Nafi’

dari Abdullah bin Umar R.A.: sesungguhnya Rasullullah SAW

telah menyebutkan bulan ramadln maka bersabda: maka

jangan kamu berpuasa kecuali telah melihat hilal (bulan) dan

(kelak) janganlah kamu berbuka kecuali setelah melihatnya.

Jika kalian di tutupi mendung maka sempurnakanlah. 12

9 Direktorat Pendidikan dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Departemen

Agama RI, Kumpulan Materi Pelatihan Ketrampilan Khusus Bidang Hisab-Rukyat, dalam

makalah Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia, Masjid Agung Jawa Tengah, 2007.

Dalam power pointnya rukyah global disebut juga rukyah Internasional. 10

Ufuk atau horison merupakan garis batas pandangan manusia. Semakin tinggi letak

seseorang semakin luas pandangan yang bisa dilihat. Untuk itu tempat yang paling ideal untuk

melakukan pengamatan Hilal adalah tempat yang tinggi di pinggir laut lepas. Farid Ruskanda, 100

Masalah Hisab & Rukyah, Gema Insani Press: Jakarta, 1996, hlm. 22-23 11

Muhyidin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta: buana Pustaka,

2004, hlm. 173 12

Muhammad Abdul Aziz al-Halidi,1996, Irsyadus Syariy, jilid 4 , Beirut: Darl al-Kotob

al-Alamiyah, hlm. 458.

Page 18: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

5

Untuk Rukyah fi Wilayatil Hukmi sendiri adalah rukyah sejauh wilayah

hukum, sehingga dibagian manapun dari Sabang sampai Merauke rukyah

dilakukan, hasilnya dianggap berlaku untuk seluruh Indonesia.13

Sedangkan Rukyah Internasional14

merupakan rukyah ditujukan pada

seluruh umat Islam di dunia. Tidak dibedakan oleh perbedaan geografis dan

batas-batas daerah kekuasaan.15

Sedangkan Imkanurrukyah adalah metode

dalam penentuan awal bulan Kamariah yang dipakai pemerintah untuk

menghilangkan perbedaan.16

Adapun hisab sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti

menghitung. Dalam ilmu falak yang dimaksud dengan hisab adalah suatu

metode yang digunakan untuk mengetahui hilal. Dalam literatur-literatur

klasik ilmu hisab juga sering disebut dengan ilmu Falak.17

Metode hisab ini melandaskan pada firman Allah.

Artinya : ”Dialah yang menjadikan matahari bersinar, bulan bersinar dan

ditetapkannya manzilah manzilah bagi perjalanan bulan itu,

supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan diperhitungkan”

(Q.S Yunus: 5)18

13

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam

Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga, 2007, hlm. 6 14

Rukyah internasional ini disebut juga dengan rukyah global. Lihat Ahmad Izzuddin

dalam power point Kumpulan Materi Pelatihan Ketrampilan Kuhusus Bidang Hisab-rukyat di

Masjid Agung Jawa Tengah 2007. 15

Ibid,. hlm. 86. 16

Ibid., hlm. xvi. 17

Fakhrudin ar-Razi, At-tafsir al-Kabir, Beirut dar al-Fikr, 1398 H juz 5, p. 479, lihat

Susiknan Azhari , Ilmu Falak, Yogyakarta: Suara Muhamadiyah, 2007. Cet. 2. hlm. 97-98. 18

Depag RI, al- Qur’an dan Terjemahnya A-Jumanatu ‘Ali, op.cit., hlm. 209.

Page 19: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

6

Kaidah yang digunakan dalam ilmu hisab adalah kaidah eksakta,

yaitu dalam menjelaskan kaidah-kaidah Ilmu Hisab modern menggunakan

pendekatan Spherical Trigonometry yaitu ilmu ukur segitiga bola yang

menggunakan data-data hasil observasi. Oleh karena itu, data-data yang

digunakan oleh ilmu hisab modern dapat dikontrol dan dikendalikan oleh

setiap saat dengan hasil observasi. Atas dasar inilah, banyak kalangan

mengatakan bahwa ilmu hisab ini memberikan hasil yang gath’i (pasti) dan

meyakinkan. 19

Perkembangan selanjutnya, hisab terbagi menjadi beberapa kelompok

sehingga kemudian dikenal istilah Hisab Urfi20

dan Hisab Hakiki21

. Yang

termasuk dalam hisab urfi adalah hisab penanggalan Jawa Islam. Sedangkan

istilah Hisab Haqiqi dikalsifikasikan menjadi Hisab Haqiqi Taqribi, Hisab

Haqiqi bil Tahqiqi dan Hisab Haqiqi Kontemporer.22

19

Depag RI. Almanak Hisab Rukyat Jakarta : Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama

Islam, 1981, hlm. 15. 20

Hisab Urfi adalah perhitungan awal bulan Kamariah yang didasarkan pada umur-umur

Bulan secara konvensional, untuk Bulan-bulan ganjil berumur 30 dan bulan-bulan genap berumur

29 hari kecuali pada tahu kabisat untuk bulan yang ke 12 menjadi 30 hari. Setiap satu daur (30

tahun) terdapat 11 tahun kabisat (panjang = 355 hari)bdan 19 tahun basitah (pendek = 354 hari).

Tahun-tahun kabisat jatuh ke 2, 5, 7, 10, 13, 15 (16), 18, 21, 24, 26, dan 29. Selain dari urutan

tersebut merupakan tahun basitah. Muhyidin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat,

Yogyakarta: Ramadhan press, 2009, hlm. 79 21

Hisab haqiqi adalah hisab yang didasarkan pada perdaran Bulan dan Bumi yang

sebenarnya. Menurut sistem ini umur Bulan tidaklah konstan dan juga tidak beraturan melainkan

bergantung posisi Hilal setiap Bulan. Sehingga umur Bulan bisa jadi berturut -turut 29 hari atau 30

hari bahkan boleh jadi bergantian, ibid. 22

Makalah disampaikan dalam seminar Nasional sehari hisab rukyah di Tugu Bogor Jawa

Barat pada tanggal 27 April 1992.

Page 20: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

7

Hisab Haqiqi Taqribi, kelompok ini menggunakan data Bulan dan

Matahari berdasarkan data dan table Ulugh Bek23

dengan proses perhitungan

yang sederhana. Hisab ini dilakukan hanya dengan cara penambahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian tanpa mempergunakan ilmu ukur

segitiga bola.24

Hisab Haqiqi bi Tahqiqi,yaitu dengan cara menghitung atau

menentukan posisi Matahari, Bulan dan titik simpul orbit Bulan dengan orbit

Matahari dalam sistem koordinat ekliptika. Artinya sistem ini menggunakan

tabel-tabel yang sudah dikoreksi dan diperhitungkan relatif lebih rumit, serta

mamakai ilmu ukur segitiga bola.25

Hisab Haqiqi Kontemporer, metode ini menggunakan hasil penelitian

terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan, sistem

koreksinya lebih teliti dan kompleks sesuai dengan kemajuan teknologi dan

sains. Cara hitung lebih mudah dengan bantuan alat teknologi yang

berkembang. Rumus-rumusnyapun lebih disederhanakan.26

Akibat dari pengelompokan-pengelompokan dalam sistem hisab tidak

jarang terjadi perbedaan perhitungan antara kelompok yang satu dengan yang

lain sehingga di antara sesama madzhab hisabpun sering terjadi perbedaan

dalam penentuan awal bulan Kamariah, hal ini karena metode yang digunakan

23

Ahli astronomi yang lahir di Salatin (1393 M) dan meninggal di Iskandaria (1449)

dengan obsevatoriumnya ia berhasil menyusun tabel data astronomi yang banyak digunakan pada

perkembanga ilmu falak masa-masa selanjutnya. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu

Falak,Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm. 117 24

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam

Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha,Jakarta: Erlangga, 2007, hlm. 7-8. 25

Ibid. 26

Ibid.

Page 21: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

8

dalam menghitung menggunakan metode yang berbeda pula. Termasuk dalam

perhitungan penanggalan Jawa Islam yang termasuk dalam hisab urfi.

Sedangkan hisab kejawen lebih dikenal dengan penanggalan Jawa

Islam yang mempunyai arti dan fungsi tidak hanya sebagai petunjuk hari,

tanggal, keagamaan, akan tetapi menjadi dasar dan ada hubungannya dengan

yang disebut petangan jawi. Yakni perhitungan baik buruk yang dilukiskan

dalam lambang dan watak suatu hari, tanggal, bulan, tahun, pranatamangsa,

wuku, dan lain-lainya.27

Penanggalan Jawa Islam ini merupakan penggabungan antara

penanggalan Jawa Saka dan penanggalan Hijriyah. Nama hari dalam

Penanggalan Jawa Islam berasal dari kata-kata Arab yakni Ahad, Isnain,

Tsalasa, Arba’a, Khamis, Jum’at, Sabtu. Nama-nama itu dipakai sejak

pergantian penanggalan Jawa Saka menjadi penanggalan Jawa Islam yang

nama ilmiahnya Anno Javanico. Pergantian penanggalan itu mulai 1 Sura

tahun alip 1555 J yang jatuh pada 1 Muharram 1043 H, sama dengan 8 Juli

1633 M. Penanggalan tersebut merupakan bukti akulturasi agama Islam dan

kebudayaan Jawa yang luar biasa.28

Sebagaimana telah diketahui, sistem penanggalan Jawa Islam pada

masa lampau dikenal adanya pembagian enaman (Sadwara), limaan

(Pancawara) hari yang tertera dalam prasasti dan masih berlaku pada masa

27

Suwardi Endraswar, Budaya Jawa,Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2005, hlm. 151.

Dikutip dari Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen Studi Atas Penentuan Poso dan

Riyoyo Masyarakat Dusun Golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah, Semarang: Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo, 2006, hlm. 15 28

M. Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2006, hlm. 237

Page 22: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

9

sekarang di Bali. Sedangkan dalam sistem pancawara pada Jawa modern

masih mengenal istilah: Paing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.29

Penanggalan Saka mengikuti sistem Solair atau Syamsiyah, perjalanan

Bumi mengitari Matahari, sedangkan penanggalan Sultan Agung mengikuti

sistem Lunair atau Kamariah, yakni perjalanan Bulan mengitari Bumi seperti

penanggalan Hijriyah.30

Sebagaimana sebuah penanggalan, bahwa penanggalan Jawa Islam

merupakan salah satu hasil warisan dan budaya asli bangsa Indonesia. Dan

saat ini pun mulai hilang dan luntur. Karena sudah jarang lagi masyarakat

yang menganutnya. Akan tetapi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat masih

menggunakan penanggalan Jawa Islam.31

Yang sampai saat ini masih

dipegangi oleh mayoritas umat Islam Jawa sebagaimana di kalangan Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat dalam menentukan hari-hari besar seperti acara

Maulud Nabi di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Grebegan), di Keraton

Cirebon (Punjung Jimat), penentuan satu Suro, Poso dan hari raya (awal-akhir

Poso dan Riyoyo). Pemakaian prinsip Asapon ini memang sudah semestinya,

karena menurut perhitungan yang berlaku adalah pemikiran Asapon, bukan

pemikiran-pemikiran sebelumnya seperti Aboge, Ajumgi atau Akawon yang

semestinya sudah dinasah (diganti).32

29

Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban, Jakarta: PT Logos Wancana Ilmu,

1998, hlm. 274-275. 30

M. Hariwijaya, Islam Kejawen, op. cit., hlm. 242 31

Terbukti masih adanya penanggalan yang bercorak Jawa yang masih digunakan dan di

cetak oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 32

Mengenai alasan harus adanya penggantianya prinsip dapat dilhat dalam Slamet

Hambali, Almanak Sepanjang Masa, op.cit., hlm 7-9.

Page 23: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

10

Suku Jawa sendiri adalah kelompok etnis terbesar di Asia Tenggara.

Etnik ini berjumlah sekitar empat puluh persen dari dua ratus juta penduduk

Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah pemeluk agama Islam.33

Adapun

pusat dari peradaban Jawa ini terletak di Jawa Tengah yang berpusat di

Surakarta dan Yogyakarta yang biasa disebut dengan Kejawen.34

Banyak orang Jawa yang sangat mencintai peradaban mereka sendiri.

Seringkali mereka melihatnya sebagai intisari kebudayaan mereka. Mereka

gemar sekali menjelaskan praktik-praktik keagamaan yang berhubungan

dengan adat-istiadat, perhitungan hari, dan hal-hal sejenisnya. Untuk

memahami apa yang terjadi, kita harus menyelami latar belakang pemikiran

Jawa. Termasuk pemikiran mereka tentang penanggalan Jawa Islam yang

masih mereka gunakan sampai saat ini.

Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengenal adanya

Penanggalan Jawa Islam. Hanya beberapa kelompok masyarakat Jawa saja

yang masih menggunakan penanggalan Jawa Islam. Dari beberapa kelompok

tersebut banyak yang masih menggunakan sistem hisab Aboge. Akan tetapi

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sudah menggunakan sistem Asapon.

Hal menarik bagi penulis yang akan penulis teliti adalah tentang posisi

penggunaan Penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

dalam hal yang berkaitan dengan penentuan ibadah. Sebagaimana yang kita

tahu masalah yang berkaitan dengan penentuan waktu-waktu untuk

pelaksanaan ibadah sangatlah krusial.

33

Niels Mulder, Mistisisme Jawa Ideologi di Indonesia, Yogyakarta :PT. LKiS Printing

Cemerlang, 2001, hlm. 9 34

Ibid, hlm. 11.

Page 24: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

11

Oleh karena itu yang menjadi alasan penulis dalam penelitian ini

adalah sejauh ini Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat masih menggunakan

sistem penanggalan Jawa Islam. Dengan alasan di atas, maka penulis

terdorong untuk mengadakan penelitian tentang posisi penggunaan

penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat khususnya

dalam bidang agama dengan judul “POSISI PENGGUNAAN

PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM PELAKSANAAN IBADAH

DI KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT.”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis kemukakan

pokok masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah sistem penanggalan Jawa Islam yang dipakai oleh

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat?

2. Bagaimana posisi penggunaan penanggalan Jawa Islam dalam

pelaksanaan ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dan manfaat dari adanya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sistem perhitungan penanggalan Jawa Islam yang

dipakai di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

2. Untuk mengetahui posisi penggunaan penanggalan Jawa Islam dalam

pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Page 25: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

12

D. TELAAH PUSTAKA

Sejauh penelusuran penulis sudah ada beberapa buku yang membahas

tentang sistem penanggalan Jawa Islam. Lebih khususnya lagi dalam buku-

buku falak dan penelitian hisab rukyah. Dalam skripsi Ahmad Syifa’ul Anam

Studi tentang hisab awal bulan Qamariyah dalam kitab Khulasoh alWafiyah

dengan metode hakiki bi tahqiq yang menguraikan bagaimana hisab awal

bulan dengan metode kitab Khulasoh al-Wafiyah.35

Dalam penelitian Ahmad Izzuddin tentang pemikiran Hisab Rukyah

Muhammad Mas Mansur al-Batawi dalam kitab Sullamun Nayyirain.36

pemikiran Zubaer Umar al-Jaelany dalam kitab Kulasatul Wafiyah37

.

Pemikiran Hisab Rukyah Abdul Djalil dalam kitab Fath al-Rauf al-Mannan.38

Dalam dua penelitian ini membahas tentang pemikiran studi tokoh, jadi jelas

hal yang dibahas tentang pemikiran yang terkait dengan tokoh tersebut.

Kemudian Skripsi Ahmad Izzuddin Analisis Kritis Tentang Hisab Awal Bulan

Qamariyah dalam Kitab Sullamun Nayyirain yang menguraikan hisab awal

bulan menurut kitab Sullamun Nayyirain.39

35

A.Syifaul Anam, Studi tentang hisab awal bulan Qamariyah dalam kitab Khulasoh

alWafiyah dengan metode haqiqi bi tahqiq,Skripsi Sarjana fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang, 2001,t.d 36

Ahmad Izzuddin, Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Tradisional(Studi Atas Pemikiran

Muhammad Mas Manshu al-Batawi), Semarang: Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2004. 37

Ahmad Izzuddin, Zubaer Umar Al-Jaelany Dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyah Di

Indonesia, Semarang: Fakultas Syari’ah, IAIN Walisongo, 2002. 38

Ahmad Izzuddin, Pemikiran Hisab Rukyah Abdul Djalil (Studi Atas Kitab Fath al-Rauf

al-Mannan), Semarang: Fakultas Syari’ah, IAIN Walisongo, 2005. 39

Ahmad Izzuddin, Analisis kritis tentang hisab awal bulan Qamariyah dalam kitab

Sullamun Nayyirain, Skripsi sarjana Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang,1997,td.

Page 26: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

13

Selain itu Ahmad Izzuddin dalam penelitiannya Fiqh Hisab Rukyah

Kejawen Studi Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun Golak Desa

Kenteng Ambarawa Jawa Tengah 40

, penelitian yang ketiga ini berisi tentang

hisab jawa semacam Aboge dan Asapon yang lebih ditekan kan kepada

penelitian di dusun Golak, desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah.

Dalam skripsi Tahrir Fauzi, Studi Analisis Penetapan Awal Bulan

Kamariah Sistem Aboge di Desa Kracak Kecamatan Ajibaranag Kabupaten

Banyumas Jawa Tengah,41

M, Rizal Zakaria, Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Penggunaan Kalender Jawa Islam Aboge Sebagai Ancer-Ancer

Rukyah Dalam Penentuan 1 Syawal 1430 H Aliran Thoriqoh Naqsabandiyah

Kholidiyah Mujadidah Al-Aliyah Dusun Kapas Klopo Peterongan Jombang.42

Penulis juga berpedoman terhadap penelitian yang dilakukan oleh

Slamet Hambali tentang penentuan Poso dan Riyoyo di Keraton Yogyakarta

“Melacak Metode Penentuan Poso Dan Riyoyo Kalangan Keraton

Yogyakarta”. Disana menjelaskan tentang bagaimana cara Keraton

Yogyakarta menentukan Poso dan Riyoyo yang masih berpedoman terhadap

penanggalan Jawa Islam.43

40

Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen Studi Penentuan Poso dan

RiyoyoMasyarakat Dusun Golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah , Semarang: Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo, 2006. 41

Tahrir Fauzi, Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge di Desa

Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, Semarang: IAIN Walisongo,

2010, td. 42

M. Rizal Zakaria, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Kalender Jawa Islam

Aboge Sebagai Ancer-ancer Rukyah dalam Penentuan 1 Syawal 1430 H Aliran Thoriqoh

Naqsabandiyah Kholidiyah Mujadidah Al-Aliyah Dusun Kapas Klopo Peterongan Jombang.

Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2010, td. 43

Penelitian Slamet Hambali, Melacak Metode Penentuan Poso dan Riyoyo Kalangan

Keraton Yogyakarta.

Page 27: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

14

Dari beberapa tulisan di atas hanya membahas tentang sistem

penanggalan Jawa beserta sejarah pergantian dari penanggalan Jawa asli ke

sistem penanggalan Jawa Islam. Dalam kajian pustaka tersebut menurut

penulis belum ada tulisan yang membahas masalah bagaimana sistem serta

posisi penggunaan penanggalan Jawa Islam dalam pelaksanaan ibadah di

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

E. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)44

yang berupaya mengungkap permasalahan penggunaan penanggalan

Jawa Islam dalam hal ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang

disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka.45

Mengutip

Bogdan dan Taylor, Lexy J. Moleong mengatakan bahwa metodologi

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

44

Penelitian lapangan adalah penelitian yang mempelajari secara intensif latar belakang,

status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu,

mazhab, lembaga, atau komunitas. Dan merupakan penyelidikan mendalam mengenai suatu unit

sosial sedemikian rupa sehingga menghasilakan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan

lengakap mengenai unit sosial tersebut. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2007, hlm. 8. 45

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996,

hlm. 29. Sementara Hadawi dan Mimi Martin mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalalm keadaan

sewajarnya, atau sebagaimana aslinya (natural setting), dengan tidak dirubah dalam bentuk

simbol-simbol atau bilangan. Penelitian kualitatif ini tidak bekerja menggunakan data dalam

bentuk atau diolah dengan rumusan dan tidak ditafsirkan atau diinterpretasikan sesuai ketentuan

statistik / matematik. Hadawi dan Mimi Martin, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajahmada

University Press, 1996, hlm. 174.

Page 28: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

15

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.46

2. Metode pengumpulan data

a. Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab dengan

lisan pula. Ciri utama dari interview adalah adanya kontak langsung

dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber

informasi (interviewe).47

Dalam metode interview ini, penulis mengadakan wawancara

dengan petugas keraton ndalem (abdi dalem) untuk mendapatkan

informasi sehubungan dengan penelitian ini. Dengan mewawancarai

ahli hisab keraton bapak KRT. Rintaiswara

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber non manusia. Sumber ini terdiri atas dokumen atau rekaman.48

Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku Karaton Ngayugyakarta

Hadiningrat Pusat Budaya Jawa,, dan lain sebagainya. Teknik ini

digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan disekitar Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat.

46

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya, 2002,

hlm. 3. 47

Ibid., hlm. 165. 48

Syamsuddin, Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 108.

Page 29: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

16

Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, ada dua jenis data yang

menjadi sumber penelitian ini, yakni data primer dan sekunder.

1) Sumber Data Primer

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan sumber data

primer untuk memperoleh data-data dalam penyusunan proposal, seperti

buku-buku atau kitab-kitab yang berkaitan erat dengan rumusan masalah

yang dibahas dalam proposal ini. Karena data primer merupakan sumber

informasi yang mempunyai wewenang serta tanggung jawab terhadap

pengumpulan ataupun penyimpanan data. Sumber primer dalam penelitian

ini adalah data hasil wawancara dengan ahli hisab keraton bapak KRT.

Rintaiswara.

2) Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber informasi yang secara tidak langsung

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada

padanya.49

Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya menggunakan sumber data

primer saja. Akan tetapi sumber data sekunder juga dibutuhkan untuk

melengkapi data-data serta keakurasian penelitian ini. Merupakan sumber

data pendukung yang digunakan untuk memperkuat sumber utama.

Sehingga akan lebih valid dalam menemukan kesimpulan.

49

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, op. cit.,hlm. 43

Page 30: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

17

3. Metode analisis

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data.50

Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, penulis disini

menggunakan metode analisis deskriptif yakni suatu metode penelitian

yang dimaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau

kejadian-kejadian.51

Metode ini digunakan untuk menggambarkan

konsep sebagaimana adanya agar mendapatkan gambaran yang

terkandung dalam konsep tersebut.

Setelah data terkumpul, data kemudian diolah dan dilakukan

analisis data Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah metode

analisis deskriptif. Tujuan dari analisis deskriptif sendiri untuk

memberikan deskripsi mengenai subjek yang diteliti dan tidak

dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.52

Sebuah usaha untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan secara umum dan

menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi, pendapat

yang sedang berlangsung serta akibat yang terjadi atau kecenderungan

yang tengah berkembang. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

posisi penggunaan sistem penanggalan Jawa Islam dalam pelaksanaan

ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

50

Lexy J. Moeloeng, ibid., 103. 51

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hlm.

18. 52

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, op. cit., hlm. 126

Page 31: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

18

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam pengajuan proposal ini penulis akan membahas masalah-

masalah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian.

Sebelumnya penulis sajikan sistematika sesuai dengan urutan pembahasannya,

melalui tahap-tahap berikut ini.

BAB I: Pendahuluan

Akan membahas mengenai pendahuluan yang didalamnya berisi

tentang judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan Umun tentang Penanggalan Jawa Islam

Menjelaskan mengenai tinjauan umum tentang Sistem Penanggalan

Jawa Islam. Dalam bab ini berisi tentang sistem penanggalan, Penanggalan

Hijriyah dan Penanggalan Jawa Islam. Menjelaskan tentang definisi serta

cara perhitungan dari penanggalan Hijriyah dan penanggalan Jawa Islam.

BAB III: Tinjauan Umum Terhadap Posisi Penggunaan Sistem Penanggalan

Jawa Islam dalam Pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Menjelaskan mengenai tinjauan umum terhadap Posisi Penggunaan

Sistem Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan Ibadah di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Meliputi, Sejarah Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat, Sejarah penanggalan Jawa Islam, Sistem Penanggalan Jawa

Islam di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Posisi Penggunaan

Penanggalan Jawa Islam dalam pelaksanaan ibadah di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Bagaimana cara perhitungan serta seberapa

Page 32: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

19

besar peran Penanggalan Jawa Islam ini dalam pelaksanaan ibadah terkait

dengan Posisi penggunaannya di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB IV: Analisis Posisi Penggunaan Sistem Penanggalan Jawa Islam dalam

Pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Menjelaskan mengenai analisis terhadap Posisi Penggunaan

Penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Pemaparan tentang pemikiran penulis untuk menganalisis Sistem

Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan Ibadah di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat serta Posisi Penggunaan Sistem Penanggalan

Jawa Islam dalam Pelaksanaan Ibadah di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat.

BAB V Penutup

Menjelaskan mengenai Penutup, bab ini merupakan bab penutup

skripsi yang meliputi: kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Page 33: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

20

BAB II

TINJAUAN UMUN TENTANG SISTEM PENANGGALAN JAWA ISLAM

A. Sistem Penanggalan

Penanggalan atau yang biasanya disebut juga dengan kalender

adalah sebuah sistem pengorganisasian dari satuan-satuan waktu, untuk

tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang.

Penanggalan berkaitan erat dengan peradaban manusia, karena

penanggalan mempunyai peran penting dalam penentuan waktu berburu,

bertani, bermigrasi, peribadatan, serta perayaan-perayaan. Peran penting

penanggalan ini lebih dirasakan oleh umat-umat dahulu. Walaupun

demikian, penanggalan tidak kurang penting peranannya bagi umat

sekarang.1

Penentuan penanggalan pada penanggalan Islam adalah berdasar

atas penampakan al-hilal (bulan baru atau sabit pertama setelah terjadinya

ijtima’)2 sesaat sesudah Matahari terbenam. Alasan utama dipilihnya

bulan Kamariah, walau tidak dijelaskan di dalam al-Hadis maupun al--

Qur'an, nampaknya karena adanya kemudahan dalam menentukan awal

bulan, serta kemudahan dalam mengenali tanggal dari perubahan bentuk

1 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 115

2 Ijtima’ juga disebut Iqtiran, yaitu antar Bumi dan Bulan berada pada bujur astronomi,

(Dawairu al-Buruj) yang sama, dalam istilah astronomi disebut konjungsi, para ahli hisab

dijadikan pedoman untuk menentukan Bulan baru (Kamariah), Badan Hisab Rukyah Depag RI,

Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm.

219.

Page 34: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

21

(fase) Bulan3. Hal ini berbeda dari penanggalan Syamsiyah yang

menekankan pada konsistensi terhadap perubahan musim, tanpa

memperhatikan tanda perubahan hariannya.4

Untuk itu dalam penentuan waktu-waktu ibadah ini, khususnya

dalam penentuan awal bulan Kamariah dibagi menjadi 2 kelompok:

1) Metode Hisab

Dalam bahasa Inggris kata hisab disebut Arithmatic yaitu ilmu

pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan.5

Kata ’hisab’ secara istilah adalah perhitungan benda-benda langit

untuk mengetahui kedudukan suatu benda yang diinginkan. Dalam

penggunaannya dikhususkan pada hisab waktu atau hisab awal bulan

Kamariah, yang dimaksud adalah untuk menentukan kedudukan

Matahari atau Bulan. Sehingga, kedudukan Matahari dan Bulan

tersebut dapat diketahui pada saat-saat tertentu, seperti pada saat

terbenamnya Matahari.6

Kata Hisab dalam al-Qur’an yang mempunyai arti ilmu hisab

terdapat dalam surat Yunus ayat 5, yang berbunyi :

3 Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam Kitab

Ittifaq Dzatil Bain, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2007, hlm. 2. 4 Untuk jumlah hari Masehi Basitoh / Kabisat = Januari (31), Februari (59/60), Maret

(90/91), April (120/121), Mei (151/152), Juni (181/182), Juli (212/213), Agustus (243/244),

September (273/274), Oktober (304/305), Nopember (334/335), Desember (365/366) lihat: Sayful

Mujab, op.cit., hlm. 2 5 Badan Hisab Rukyah Depag RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan

Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 14. 6 Maskufa, Ilmu Falak, Jakarta: GP Press, 2009, hlm. 148.

Page 35: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

22

Artinya :“ Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan

bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-

tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan

tahun dan perhitungan (waktu)”(Q.S Yunus: 5).7

2) Metode rukyah

Kegiatan merukyat merupakan komponen yang sangat penting

pula dalam perhitungan awal bulan. Hal ini dikarenakan kegiatan

merukyah merupakan konsep syari’ yang diajarkan Nabi Muhammad

kepada umatnya. Kegiatan ini pula merupakan observasi praktis

berupa pengamatan untuk terciptanya hasil yang ingin dicapai dalam

kegiatan perhitungan awal bulan Hijriyah atau Kamariah. Kegiatan ini

pula bisa dijadikan kegiatan untuk mengoreksi perhitungan atau hisab

yang dipakai8.

Istilah rukyah dilihat dari metodenya berati melihat atau

mengamati al-hilal dengan mata ataupun dengan alat bantu seperti

teleskop pada saat Matahari terbenam menjelang bulan baru

Kamariah.9 Apabila al-hilal berhasil di lihat maka malam itu dan

keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal satu untuk bulan baru.

Sedangkan apabila al-hilal tidak berhasil dilihat karena gangguan

7 Ibid, hlm. 306.

8 Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam Kitab

Ittifaq Dzatil Bain, op. cit., hlm.9-10. 9 Abd. Salam Nawawi, Algoritma Hisab Ephimeris, Semarang: Pendidikan dan Pelatihan

Nasional Pelaksanaan Rukyah Nahdotul Ulama, 2006, hlm. 130.

Page 36: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

23

cuaca maka tanggal satu Bulan baru ditetapkan pada malam hari

berikutnya atau Bulan di-istikmal-kan (digenapkan) 30 hari.

Bulan-bulan yang menjadi sorotan oleh metode rukyah ini adalah

dalam penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah. Dua

Bulan pertama berkaitan dengan puasa dan hari raya Idul Fitri, yang

ketiga berkaitan dengan ibadah Haji. Keberhasilan dalam pelaksanaan

rukyat sendiri sangatlah bergantung pada kondisi ufuk saat Matahari

terbenam dan ketajaman mata perukyah.

Diketahui pula bahwa perbedaan dalam menentukan awal bulan

Kamariah juga terjadi karena perbedaan memahami konsep permulaan

melihat hilal. Disinilah kemudian muncul berbagai aliran mengenai

penentuan awal bulan.

Dalam al-Qur’an dijelaskan beberapa petunjuk yang dijadikan

landasan hisab rukyah untuk penentuan awal bulan Kamariah. Dasar

hukum tersebut adalah:

1. Dasar hukum al-Qur’an antara lain :

al-Baqarah : 189

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:

"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan

(bagi ibadat) haji; (Q.S. al-Baqarah : 189).

Page 37: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

24

al-Baqarah ayat 185

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan

Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran

sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai

petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu,

Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan

itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.(Q.S. al-Baqarah:185 )

Surat al-Isra ayat 12

Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu

Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu

terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya

kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan

segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (Q.S. al-Isra:

12)

2. Dasar hukum dari hadis antara lain:

رة حذثنا آدم حذثنا شعبت حذثنا محمذ بن زاد قال سمعت أبا ىر

و وسلم أو قال قال أبو صلى اللو عل اللو عنو قول قال النب رض

و وسلم صوموا لرؤتو وأفطروا لرؤتو فإن غب القاسم صلى اللو عل

كم فأكملوا عذة شعبان ثلاثن )رواه البخاري(عل

Artinya: Bercerita kepada kami Adam bercerita kepada kami Syu’bah

bercerita kepada kami Muhammad bin Ziyad dia berkata saya

menedengar Abu Hurairah dia berkata Nabi Saw bersabda atau

berkata Abu Qosim Saw berpuasalah kamu karena melihat hilal dan

Page 38: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

25

berbukalah karena melihat hilal pula, jika hilal terhalang oleh awan

terhadapmu maka genapkanlah bulan Sya’ban tiga puluh hari. 10

Dalam melakukan rukyat, perbedaan pamahaman matlak masih

menjadi permasalahan fenomenal. Ada pendapat yang menyatakan

bahwa hasil rukyat disuatu tempat berlaku untuk seluruh dunia.

Pemahaman ini karena menganggap khitab dalam hadis-hadis hisab

rukyat ditujukan kepada seluruh dunia Islam. Kelompok ini terkenal

dengan Rukyat Global/ Internasional, di Indonesia seperti Hizbut

Tahrir dan Hizbullah. Pendapat lain menayatakan bahwa hasil rukyat

berlaku bagi suatu wilayah kehakiman yang menetapkan hasil hisab

tersebut. Pemikiran ini terkenal dengan istilah Ru’yat fi al-Wilayah al-

Hukmi.11

B. Penanggalan Hijriyah

1) Hisab urfi

Urfi diambil dari kata العرف yang berarti العادة المرعت yaitu:

Convensi atau kebiasaan yang dipelihara12

. Hisab urfi adalah

perhitungan awal bulan Kamariah yang didasarkan pada umur-

umur bulan secara konvensional, untuk bulan-bulan ganjil berumur

30 dan bulan-bulan genap berumur 29 hari kecuali pada tahun

kabisat untuk bulan yang ke 12 menjadi 30 hari. Setiap satu daur

(30 tahun) terdapat 11 tahun kabisat (panjang = 355 hari)bdan 19

10 Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, edisi ke-2, zus. 6, hlm. 481, hadis ke- 1776

11 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah (Menyatukan NU dan Muhammadiyah Dalam

Penentuan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha), Jakarta: Erlangga, 2007, hlm. 87. 12

Achmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka

Progressif, 1984, Cet. I, hlm. 920.

Page 39: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

26

tahun basitah (pendek = 354 hari). Tahun-tahun kabisat jatuh ke 2,

5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29. Selain dari urutan tersebut

merupakan tahun basitah Sistem ini tidak berbeda dengan

penanggalan masehi. Bilangan hari pada tiap bulan berjumlah tetap

kecuali pada tahun-tahun tertentu yang jumlahnya lebih panjang

satu hari.13

Adapun contoh cara perhitungan hisab urfi untuk

mencari 1 Muharram 1431 H sebagai berikut:14

210 / 1431 = 6, 8142857114

1260–

30 / 171

150 –

21

Setelah itu pertemukan antara angka 21 dengan 150 pada

tabel halaman 212 maka hasilnya sebagai hari. Pertemuan antara

150 dengan 21 adalah angka 5. Sedangkan dalam kitab al-

Khulasotul Wafiyah hitungan hari dimulai dengan hari Ahad. Maka

hasil perhitungan hisab urfi diatas bahwasannya 1 Muharram jatuh

pada hari Kamis.15

Sistem penanggalan hisab urfi senantiasa menggunakan

bilangan tetap yang tidak pernah berubah. Oleh karena itu, kadang

hasil perhitungannya berbeda dengan hasil dari perhitungan hisab

haqiqi dan kadang berbeda pula dengan penampakan Bulan (hilal).

13

Muhyidin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat, Yogyakarta: Ramadhan

press, 2009, hlm. 79 14

Zubair Umar Al-Jaelani, al-Khulashatul Wafiyah, Surakarta : Melati, tt., hlm. 12. 15

Ibid. hlm. 105

Page 40: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

27

Perlu diketahui bahwa hisab ini tidak hanya dipakai di negara

Indonesia saja. Akan tetapi sudah digunakan di seluruh dunia Islam

dalam kurun waktu yang sangat panjang. Dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan terbukti bahwa sistem hisab ini kurang akurat

jika digunakan untuk menentukan awal bulan Hijriyah. Hal ini

dikarenakan rata-rata peredaran bulan tidaklah tepat sesuai dengan

bentuk hilal (new moon) pada awal bulan.16

2) Hisab haqiqi

Hisab haqiqi adalah perhitungan hisab berdasarkan

perhitungan matematik dan astronomis akan tetapi tingkat

perhitungannya juga bermacam-macam masih berupa pendekatan-

pendekatan kasar, sampai yang sangat teliti. Dari yang hanya

menggunakan tabel-tabel dan melakukan hitungan-hitungan

interpolasi dan ekstarpolasi sederhana, sampai kepada perhitungan

yang komplek dengan bantuan komputer berdasarkan perhitungan

trigonometri bola. Dari yang dasar perhitungannya menggunakan

kitab klasik sampai yang mengacu kepada astronomi modern.

Perhitungan astronomi ini pada umumnya menetapkan hilal

dianggap sebagai wujud (syah) berdasarkan pada kriteria dasar

yang sangat penting ijtima’ harus terjadi sebelum Matahari

tenggelam.17

16

Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab Di Indonesia, Studi Atas Pemikiran

Saadoe’ddin Djambek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 2002, hlm. 24. 17

Tono Saksono, Mengkompromikan Hisab Rukyat, Amythas Publicita, Center For

Islamic Studies: Jakarta, tt., hlm. 144-145

Page 41: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

28

2.1. Hisab haqiqi taqribi

Mengenai sejarah hisab Taqribi sendiri, pada tanggal 27 april

1992 di Tugu Bogor, dihasilkan kesepakatan paling tidak ada tiga

klasifikasi pemikiran hisab di Indonesia yakni Hisab Haqiqi

Taqribi, Hisab Haqiqi Tahqiqi, dan Hisab Haqiqi Kontemporer.

Dalam pertemuan ini juga disepakati bahwasanya kitab Fath al-

Rauf al-Mannan merupakan sebuah karya monumental oleh Abdul

Jalil yang dikategorikan sebagai hisab taqribi.18

Dalam mencari ketinggian hilal, menurut sistem hisab ini

dihitung dari titik pusat Bumi, bukan dari permukaan Bumi.

Berpedoman pada gerak rata-rata Bulan, yakni setiap harinya

Bulan bergerak ke arah timur rata-rata 12 derajat. Sehingga

operasional hisab ini adalah dengan memperhitungkan selisih

waktu ijtima' (konjungsi) dengan waktu Matahari terbenam

kemudian dibagi dua19

. Sebagai konsekuensinya adalah apabila

ijtima' terjadi sebelum Matahari terbenam, maka praktis Bulan

(hilal) sudah di atas ufuq ketika Matahari terbenam. Hisab ini

masih belum dapat memberikan informasi tentang azimuth Bulan

maupun Matahari20

.

Mengenai kitab-kitab yang juga termasuk klasifikasi hisab

haqiqi taqriby adalah; adalah al-Sulam al-Nayirain (Muhammad

18

Ahmad Izzuddin, Pemikiran Hisab Ruyah Abdul Jalil (Study Atas Kitab Fath al-Rauf

al-Mannan, Semarang: Fakultas Syari’ah, IAIN Walisongo, 2005, hlm. 38. 19

Ibid. 20

Sek.Jen PBNU, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta: Lajnah Falakiyah

PBNU, 2006. Hlm. 49

Page 42: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

29

Manshur), Tadzkiroh al-Ikhwan (Dahlan Semarang), Qawaid al-

Falakiyah (Abdul Fatah), Assyamsu Wal Qomar (Anwar Katsir),

Syams al-Hilal jilid 2 (Noor Ahmad), Fath al-Rauf al-Mannan,,

dan sebagainya.21

2. 2. Hisab haqiqi bi tahqiqi

Hisab Haqiqi bi Tahqiqi adalah hisab awal bulan yang

perhitungannya berdasarkan gerak Bulan dan Matahari yang

sebenarnya, sehingga hasil perhitungannya cukup akurat. Saat

melakukan perhitungan kertinggian hilal manggunakan data

deklinasi dan sudut waktu Bulan serta harga lintang tempat

observer yang diselesaikan menggunakan rumus ilmu ukur segitiga

bola atau Spherical trigonometri.

Dalam menghitung ketinggian hilal, sistem hisab ini

memperhatikan posisi observer (Lintang tempat maupun Bujur

tempatnya), deklinasi22

Bulan dan sudut waktu Bulan atau

asensiorecta. Bahkan lebih lanjut diperhitungkan pula pengaruh

refraksi (pembiasan sinar)23

, paralaks (beda lihat), dip (kerendahan

ufuq) dan semi diameter Bulan. Hisab Haqiqi bi al-Tahqiq ini

mampu memberikan informasi tentang waktu terbenamnya

21

Ahmad Izzuddin, Pemikiran Hisab Ruyah Abdul Jalil (Study Atas Kitab Fath Al-Rauf

Al-Mannan), op,cit., hlm. 79. 22

Deklinasi atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan “Mail” adalah jarak benda

langit sepanjang lingkaran yang dihitung dari equator sampai benda langit tersebut. Lihat dalam

bab “Mail” dalam Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm.

51. 23

Refraksi yang dalam bahasa arab disebut dengan “Daqo’iqul Ikhtilaf” adalah

perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang terlihat dengan tinggi benda langit yang

sebenarnyasebagai akibat adanya pembiasan / pembelokan sinar. Lihat dalam bab “Daqa’iqul

Ikhtilaf” dalam: ibid, hlm. 19.

Page 43: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

30

Matahari setelah terjadi ijtima', ketinggian hilal, azimuth Matahari

maupun Bulan untuk suatu tempat observasi.24

Buku-buku yang termasuk kategori hisab ini adalah Badi’atul

Misal (Makshum bin Ali), Khulasatul Wafiyah (Zubair Umar al-

Jailani), dan Nurul Anwar (Noor Ahmad SS)25

2. 3. Hisab haqiqi kontemporer

Pemikiran dalam hisab ini menggunakan terobosan dalam

dunia falak yang memanfaatkan software berupa program-program

aplikasi komputer yang secara umum digunakan dalam dunia

astronomi. program-program tersebut disusun menggunakan acuan

rumus-rumus algoritma yang rumit.

Untuk sistem hisab generasi ke tiga dari sistem hisab haqiqi,

dan kelima dari sistem hisab secara umum. Pada dasarnya

memiliki kemiripan dengan sistem hisab Haqiqi bi al-Tahqiq,

yaitu sama-sama telah memakai hisab yang perhitungannya

berdasarkan data astronomis yang diolah dengan spherical

trigonometri (ilmu ukur segi tiga bola) dengan koreksi-koreksi

gerak Bulan dan Matahari yang sangat teliti26

.

Hisab kontemporer merupakan perkembangan lanjut atau

penyempurnaan dari hisab tahqiqi. Gerak Bulan yang banyak

dipengaruhi oleh gravitasi benda-benda langit sangat diperhatikan,

24

Sayful Mujab, op. cit, hlm. 9-10. 25

Ahmad Izzuddin, Pemikiran Hisab Ruyah Abdul Jalil (Study Atas Kitab Fath Al-Rauf

Al-Mannan), op,cit., hlm. 80 26

Sayful Mujab, op. cit., hlm 9-10..

Page 44: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

31

sehingga begitu banyak koreksi-koreksi gerak Bulan yang

dilakukan untuk mendapatkan posisi Bulan yang sebenarnya.

Adapun rumus untuk menghitung ketinggian hilal pada dasarnya

sama dengan hisab tahqiqi, hanya saja pada hisab kontemporer ini

diberikan koreksi lanjut, yaitu Parallaks (dikurangkan),

semidiameter Bulan (ditambahkan), dan kerendahan ufuk

(ditambahkan), sehingga hasil yang diperoleh adalah posisi hilal

yang sebenarnya menurut pandangan mata di permukaan bumi.

Buku-buku yang termasuk kategori hisab kontemporer adalah,

Ephimaris Hisab Rukyat, Almanak Nautika, dan Jeean Meus, dan

hisab yeng terprogram dalam komputer.27

Cara perhitungan hisab awal bulan Kamariah dengan

menggunakan sistem ephemeris sebagai berikut: seumpama

menghisab awal bulan Syawal 1426 H untuk markaz Parangtritis

dengan data astronomis : lintang Parangtritis : -8o 01’ LS, bujur

Parangtritis : 110o 17’ BT. Langkah-langkah yang harus ditempuh :

1. Menghitung perkiraan Akhir Ramadhan 1426 H

29 Ramadhan 1431 H dengan markaz Parangtritis Yogyakarta.

1430/30 28

= 47 Daur

47 daur x 1063129

= 499657 hari

20 th = (20x 354) + 730

= 7087 hari

27

Ibid., hlm. 80-81 28

1 siklus dalam tahun Hijriyah yakni 30 tahun dengan 19 tahun bashitoh dan 11 tahun

kabisat. 29

Jumlah hari dalam 1 siklus tahun Hijriyah ( 30 tahun ) yakni 354 x 19 di tambah 355 x

11.

Page 45: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

32

8 bl = (30x4) + (29x4)31

= 265 hari32

= 507009 hari

Tafawut (Angg M – H) = 227012 hari 33

502 DM (502 X 146134

) = 73402135

hari : 1461

= 733422 hari

Sisa = 599 hari : 365

1 th (1 x 365) = 365 hari

234 hari

Anggaran Consili dan Gregorius (10 + 3 + 3 ) = 16 hari36

= 250 hari : 30,4

8 (Agustus) jumlah akhir = 243 hari

7 hari

Menurut Hisab Urfi 29 Ramadhan 1431 H bertepatan tanggal 7 September

2010 M.

30

Ditambah 6 hari karena dalam 15 th terdapat 6 tahun kabisat. Untuk mengetahui jumlah

tahun kabisatnya, angka tahun di bagi 30 jika sisanya terdapat angka 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24,

26, dan 29. Umur bulan Dzulhijjah untuk tahun kasibat 30 hari. 31

Jumlah hari dalam tahun Hijriyah : Muharam 30 hari, Shafar 59 hari, R. Awal 89 hari, R

Akhir 118 hari, J. Awal 148 hari, J. Akhir 177 hari, Rajab 207 hari, Sya’ban 236 hari, Ramadan

266 hari, Syawal 295 hari, Dulqa’dah 325 hari dan Dulhijjah 354 / 355 hari. 32

Untuk jumlah hari Masehi Basitoh / Kabisat = januari (30), Februari (59/60), Maret

(90/91), April (120/121), Mei (151/152), Juni( 181/182), Juli (212/213), Agustus (243/244), Sept

(273/274), Okt (304/305), Nop (334/335), Des (365/366) 33

Ini jumlah hari dari penentuan 1 Muharram 1 H yakni 15 Juli 622 M ( 155 tahun kabisat,

466 tahun bashitah ( 226820 hari ) + 181 (bulan juli) + 15 hari. 34

Jumlah hari dalam 1 siklus tahun Masehi ( 1 kabisat 366 hari dan 3 tahun bashitah 365

hari ). Dalam melihat sisa yang melebihi umur dalam setahun Miladi harus memperhatikan tahun

basithah atau tahun kabisah. 35

Dari data 734021 hari, bisa digunakan untuk mencari hari dan pasaran dengan cara jika

untuk mencari hari dengan dibagi 7 dengan sisa berapa ? dihitung dari hari Jum’at, sedangkan

untuk pasaran dibagi 5 dengan sisa berapa ? dihitung dari pasaran legi. Contoh untuk 734021

dibagi 7, 104. 860 sisa 0.860x7 (6) berarti hari Rabo, sedangkan pasaran dibagi 5 sisa 4 berarti

Wage, jadi untuk 29 Ramadan 1426 H jatuh pada hari Rabo Wage. 36

Koreksi pertama, loncatan sebanyak 10 hari yang ditetapkan oleh Paus Gregorius XIII

yang terjadi pada bulan Oktober 1582 M oleh Paus Gregorius XIII dinyatakan sebagai tanggal 15

Oktober 1582 M, berarti selisih 10 hari.

Koreksi kedua, pada kalender Yulian semua tahun berumur 366 hari, sedangkan kalender

Gregorius XIII tahun yang berumur 366 adalah tahun yang dapat dibagi 4 (kabisah) sedangkan

yang tidak dapat dibagi 4 berumur 365 (basithah), ketentuan ini berlaku mulai tahun 1582 M.

Bilangan abad: 16 (1600), 17 (1700), 18 (1800), 19 (1900), dan 20 (2000), sampai tahun 2005 ada

3 abad yang tidak bisa dibagi 4, yakni 17, 18, 19.

Page 46: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

33

2. Mencari saat Ijtima’ akhir Ramadhan 1426 H

Ijtima’ akhir Ramadhan 1431H menurut perkiraan Hisab Urfi terjadi pada:

Fraction Illumination ( cahaya Bulan ) terkecil dari Ephemeris 2010 pada

bulan Agustus, ternyata tidak pada tanggal 7. Akan tetapi pada tanggal 8

September 2010 M.

Sedangkan Ecliptic Longitude Matahari ( EL ) dan Apparent Longitude Bulan

( AL ) pada jam tersebut yang cocok, yaitu yang pertama AL harus lebih kecil

dari EL dan yang kedua AL harus lebih besar dari EL.

a. FIB terkecil pada tanggal 8 September 2010 adalah 0,00163 dalam table

terjadi pada jam 10 GMT

b. ELM37

( Thul al-syamsi ) pada jam 10 GMT = 165 o 39’ 27”

c. ELM38

( Thul al-syamsi ) pada jam 11GMT = 165 o 41’ 52”

d. ALB39

( Thul al-qamar ) pada jam 10 GMT = 165 o 20’ 55”

e. ALB40

( Thul al-qamar ) pada jam 10 GMT = 165 o 59’ 11”

3. Kemudian lakukan interpolasi dengan rumus sebagai berikut:

IJTIMA’ = J1 + ((EL

1 – AL

1) ((AL

2 – AL

1) – (EL

2 – EL

1)))

= 10 + ((165 o 39’ 27” - 165

o 20’ 55”) : ((165

o 59’ 11” - 165

o

20’ 55”) - (165 o 41’ 52”- 165

o 39’ 27” )))

= 10. 54. 23 + 7

= 17. 54. 23

Jadi Ijtima’ terjadi pada jam 17 j 54

m 23

d pada tanggal 8 September

2010 M.

4. Menghitung posisi dan keadaan hilal akhir Ramadan 1426 H

a) Menentukan terbenam Matahari di Parangtritis Yogyakarat pada akhir

Ramadhan 1431 H./ 8 September 2010 M. dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

37

Ecliptic Longitude Matahari / Bujur Matahari / Taqwim / Thul syamsi: Jarak matahari

dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. 38

Ecliptic Longitude Matahari / Bujur Matahari / Taqwim / Thul syamsi: Jarak matahari

dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika. 39

Apparent Longitude Bulan / Bujur Bulan / Taqwim / Thul qamar: Jarak bulan dari titik

aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika 40

Apparent Longitude Bulan / Bujur Bulan / Taqwim / Thul qamar: Jarak bulan dari titik

aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika

Page 47: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

34

1. Hitung tinggi Matahari saat terbenam ( h0 ) dengan rumus:

h0 = - ( ku + ref + sd )

ku adalah kerendahan ufuk dapat diperoleh dengan rumus:

- ku = 00 1’.76 h

= 00 1’.76 3 m

= 00 3’ 2,9”

- ref = 00 34’(refraksi/pembiasan tertinggi saat ghurub)

- sd = 00 16’semi diameter Matahari rata-rata.

h0 = - ( ku + ref + sd )

= - (00 3’ 2,9” + 0

0 34’ + 0

0 16’)

= - 00 59’ 2,9”

2. Deklinasi Matahari ( 0 ) dan equation of time ( e ) pada tanggal akhir

Ramadhan 1431 H./ 8 September 2010 M dalam data Ephemeris saat

ghurub di Parangtritis Yogyakarta dengan prakiraan Maghrib kurang

lebih pk. 18 WIB ( 11 GMT ), diperoleh:

0 = 50 38’ 22”

e = 00j 2

m 15

d.

3. Tentukan sudut waktu Matahari ( t0 ) prakiraan ( Taqribi ) saat

terbenam dengan rumus:

Cos t0 = sin h0 cos x cos 0 - tan

x tan 0 .

= sin - 00 59’ 2,9” cos -8

0 01’ cos 5

0 38’ 22” – tan-8

0

01’ x tan 50 38’ 22”

t0 = 880 12’ 15,3”

= +5j 52

m 49,02

d

4. Terbenam Matahari

= pk. 12 + (5j 52

m 49,02

d)

= pk. 17. 56. 53 WH – e + ( BTd –BT

x )

= pk. 17. 56. 53 – (00j 2

m 15

d.) + ( 105

0-110

0 17’ )/15

= pk. 17.29.26,02 WIB

= pk. 17.29.26 WIB ( pembulatan).

Page 48: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

35

5. Menentukan deklinasi Matahari ( 0 ) dan equation of time ( e ) pada

tanggal akhir Ramadhan 1431 H./ 8 September 2010 M dalam data

Ephemeris saat ghurub di Parangtritis Yogyakarta yang sesungguhnya (

haqiqi ), yaitu pk. 17.29.26 WIB dengan melakukan interpolasi sebagai

berikut:

6. Deklinasi Matahari ( 0 ) pk. 17.29.26 WIB. dengan rumus :

0 = 01 + k (0

2 -0

1 )

01 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = 5

0 39’ 18”

02 ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = 5

0 38’ 22”

k ( selisih waktu ) = 00j 29

m 26

d

0 = 50 39’ 18” + 00

j 29

m 26

d x (5

0 38’

22”- 50 39’ 18”)

= 50 38’ 50,53”

7. Equation of Time ( e ) pk. 17.29.26 WIB. dengan rumus:

e = e1 + k (e

2 - e

1 )

e1 ( pk. 17 WIB/10GMT ) = 00

j 2

m 15

d

e2 ( pk. 18 WIB/11GMT ) = 00

j 2

m 16

d

k ( selisih waktu ) = 00j 29

m 26

d

e = 00j 2

m 15

d + 00

j 29

m 26

d x (00

j 2

m 16

d

- 00j 2

m 15

d)

= 00j 2

m 15,49

d

8. Sudut waktu Matahari ( t0 ) sesungguhnya ( Haqiqi ), saat terbenam

dengan rumus:

Cos t0 = sin h0 cos x cos 0 - tan

x tan 0 .

= sin- 00 59’ 2,9” cos -8

0 01’ cos 5

0 38’ 50,53”–

tan -80 01’ x tan 5

0 38’ 50,53”

t0 = 880 12’ 11,19”

= +5j 52

m 48,75”

Page 49: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

36

9. Terbenam Matahari

= pk. 12 + (5j 52

m 48,75”)

= pk. 17.52.48,75. WH – e + ( BTd –BT

x )

= pk. 17.52.48,75. – (00j 2

m 15,49

d) + ( 105

0-110

0 17’ )

= pk. 17. 29. 25,26 WIB

= pk. 17. 29. 25 WIB ( pembulatan)

b) Menghitung Azimuth Matahari ( Az0 ) saat ghurub pk. 17. 29. 25 WIB (

pk. 10. 29. 25 ) dengan rumus:

Cotan A0 = tan 0 cos x : sin t0 – sin

x : tan t0.

= tan 50 38’ 50,53” x cos-8

0 01’ sin 88

0 12’ 11,19”–

sin -80 01’ tan 88

0 12’ 11,19”

A0 = 840 99’ 24,12” ( SB )

Az0 = 3600 - A0

= 3600 - 84

0 99’ 24,12”

= 2750 50’ 35,8

c) Menentukan Right Ascension Matahari ( ARA0 ) pk. 17. 29. 25 WIB ( pk.

10. 29. 25 GMT ) dengan rumus interpolasi sebagai berikut:

ARA0 = ARA01 + k ( ARA0

2 – ARA0

1 )

ARA01

( pk. 17 WIB/10 GMT ) = 1660 47’ 49”

ARA02 ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = 166

0 50’ 04”

k ( selisih waktu ) = 00j 29

m 26

d

ARA0 = 1660 47’ 49” + 00

j 29

m 26

d x (166

0 50’ 04”- 166

0 47’ 49”)

= 1660 48’ 55,1”

d) Menentukan Right Acsension Bulan ( ARA ) pk. 17. 29. 25 WIB ( pk. 10.

29. 25 GMT ) dengan rumus interpolasi sebagai berikut:

ARA = ARA1 + k ( ARA

2 – ARA

1 )

ARA1 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = 164

0 43’ 58”

ARA2 ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = 165

0 18’ 39”

k ( selisih waktu ) = 00j 29

m 26

d

ARA = 1640 43’ 58” + 00

j 29

m 26

d x (165

0 18’ 39”–164

0 43’ 58”)

Page 50: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

37

= 1650 0’ 58,27”

e) Menentukan Sudut Waktu Bulan ( t ) pk. 17. 29.25 WIB ( pk. 10. 29.25

GMT ) dengan rumus sebagai berikut:

t = ARA0 + t0 - ARA

= 1660 48’ 55,1”+ 88

0 12’ 11,19” - 165

0 0’ 58,27”

= 900 0’ 8,02”

f) Menentukan deklinasi Bulan ( ) pk. 17. 29.25 WIB ( pk. 10. 29.25 GMT

) dengan menggunakan rumus interpolasi sebagai berikut:

= 1 + k (2 -1 )

1 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = 10 31’ 45”

2 ( pk. 18 WIB/11 GMT ) = 10 15’ 47”

k ( selisih waktu ) = 00j 29

m 25

d

= 10 31’ 45”+ 00

j 29

m 25

d x (1

0 15’ 47”- 1

0 31’ 45”)

= 10 23’ 55,71”

g) Menentukan Tinggi Bulan Haqiqi ( h’ ) dengan menggunakan rumus:

Sin h = sin x sin + cos

x cos cos t

Sin h = sin -80 01’ x sin 1

0 23’ 55,71”+ cos -8

0 01’ x cos 1

0 23’

55,71”x cos 900 0’ 8,02”

h = -00 11’ 50,16” ( tinggi hilal haqiqi )

h) Kesimpulan

Ijtima’ = Rabu, 8 September 2010 M.

Waktu = Pkl. 17. 54. 23 WIB.

Matahari Terbenam = Pk. 17. 29. 25 WIB

Azimut Matahari = 2750 50’ 35,8”

Tinggi Hilal Haqiqi = -00 11’ 50,16”

Deklinasi Matahari = 50 38’ 50,53”

Deklinasi Bulan = 10 23’ 55,71”

Dari Perhitungan Yang Telah Dilakukan:

- Pada hari Rabu, 8 September 2010 M posisi hilal sudah di atas

ufuk ( h haqiqi -00 11’ 50,16” )

Page 51: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

38

- Maka menurut Madzhab Hisab dan Imkanur Rukyat, 1 Ramadhan

tahun 1431 H jatuh pada hari tersebut yaitu pada hari Rabu, 8

September 2010 M.

- Sedangkan menurut madzhab rukyah, masih menurunggu hasil

pengamatan/observasi yang dilakukan di lapangan.

C. Penanggalan Jawa Islam

Sebelum adanya sistem penanggalan Jawa Islam. Di Jawa sudah

memiliki penanggalan sendiri yaitu sistem penanggalan Jawa yang

disebut juga dengan penanggalan Saka, selain itu disebut juga dengan

penanggalan Saliwahana. Sebutan ini berasal dari India bagian selatan,

Saliwahana yang berhasil mengalahkan kaum Saka. Tetapi, sumber lain

menyebutkan bahwa justru kaum Saka dibawah pimpinan Raja Kaniskha I

yang memenangkan pertempuran tersebut. Peristiwa tersebut terjadi pada

bulan Maret tahun 78 M.41

Pada tarikh Jawa I, sebelum tahun 78 M terdapat nama-nama bulan

di Jawa yang tertulis dalam prasasti-prasasti yang berdasarkan agama

Hindu dengan bahasa Sansekerta. Adapun nama-nama bulan itu adalah

Srawana, Bhadrapada, Aswina, Kartika, Margasira, Pusya, Mukha,

Phalguna, Caitra, Waishaka, Jyestha, dan Asahda. 42

Pranotomongso berasal dari kata pranata yang berarti aturan dan

mangsa yang berarti musim, jadi secara bahasa pranatamangsa adalah

pengaturan musim. Secara istilah pranatamangsa adalah suatu penanggalan

41

Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi

Hijriyah dan Jawa),2009,. hlm. 10. 42

Tjokorda Rai Sudharta, et al, Kalender 301 Tahun (Tahun 1800 s/d 2100), Balai

Pustaka: Jakarta, 2008., hlm. 20

Page 52: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

39

yang berkaitan dengan musim menurut pemahaman suku Jawa, khususnya

dari kalangan petani dan nelayan. Pemahaman yang mirip seperti ini juga

dikenal oleh suku-suku lainnya di Indonesia, seperti suku Sunda dan suku

Bali (dikenal sebagai Kerta Masa), atau dibeberapa tradisi Eropa, seperti

pada bangsa Jerman (dikenal sebagai Bauernkalendar, atau "penanggalan

untuk petani")43

Sedangkan pengertian pranotomongso itu sendiri adalah aturan

waktu atau musim yang dipakai sebagai pedoman bercocok tanam bagi

para petani berdasarkan pada gejala naluriah alam dan mencoba

memahami asal-usul dan bagaimana uraian satu-persatu kejadian cuaca

dalam setahun. Penanggalan Pranotomongso ini didasarkan pada

penanggalan Syamsiyah.44

Pada mulanya, Pranotomongso hanya mempunyai 10 mongso.

Sesudah mongso kesepuluh tanggal 18 April, orang menunggu saat

dimulainya mongso yang pertama (Kasa atau Kartika) yakni tanggal 22

Juni. Masa menunggu itu cukup lama, sehingga akhirnya ditetapkan

sebagai mongso yang kesebelas (Destha atau Padawana) dan mongso

yang kedua belas (Sadha atau Asuji). Sehingga satu tahun menjadi genap

12 mongso. Hari pertama mongso kesatu dimulai pada 22 Juni.45

43

http://wikipedia.pranatamangsa.com diambil pada tanggal 10 Juni 2009. 44

Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op. cit., hlm. 65-66. 45

Purwadi, Sejarah Sultan Agung Harmoni Antara Agama Dengan Negara, Yogyakarta:

Media Abadi, 2004, hlm. 117, bandingkan dengan Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen

Studi Atas Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun Golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa

Tengah, 2006. hlm. 15-16.

Page 53: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

40

Nama-nama tahun Masehi, Jawa, Bali, pranotomongso dan Arab adalah:46

.

Masehi India/jawa

I Jawa III Bali Arab Jawa II

Januari Mukha Kapitu Kapitu Safar Sapar

Februari Palghuna Kawolu Kawulu Rabiulawal Maulud

Maret Caitra Kasongo Kasanga Rabiulakhir Bakdomulud

April Waishaka Kasadasa Kasada Jumadilawal Jumadilawala

Mei Jyestha Jesta Jesta Jumadilakhir Jumadilakhir

Juni Asadha Sada Sada Rajab Rajab

Juli Srawana Koso Kasa Syaban Ruwah

Agustus Bhadrapa Karo Karo Ramadahan Puasa

September Aswina Kalmia Kalmia Syawal Sawal

Oktober Kartika Kapat Kapat Julkaidah Dulkaidah

November Margasirsa Kalima Kalima Julhijah Besar

Desember Pusya Kaenam Keenam Muharam Suro

Cara perhitungan penanggalan ini tidak terlalu sulit. Cukup

mengurutkannya dengan tanggalan Masehi pada tanggal dan bulan yang

sudah ditentukan. Jika kita melihat fenomena alam saat ini maka

penanggalan pranotomongso tidak relevan lagi dijadikan sebagai acuan.

Seiring berjalannya ilmu pengetahuan maka pada tahun 1555 Jawa

terjadi pergantian penanggalan dari penanggalan Jawa Saka menjadi

penanggalan Jawa Islam. Perubahan penanggalan Jawa Saka menjadi Jawa

Islam diprakarsai oleh Sultan Agung.

46

Tjokorda Rai Sudharta, et al, Kalender 301 Tahun (Tahun 1800 s/d 2100), op. cit.,,

hlm. 21.

Page 54: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

41

Tahun Jawa Islam ditetapkan berlakunya oleh Sultan Agung

Hanyokrokusumo yang bertahta di Mataram pada 1 Syura 1555 tahun

Jawa bertepatan dengan tahun 1043 H dan juga tahun 1633 M. Tahun

Jawa pada awalnya adalah tahun Aji Saka, permulaan tahun Saka dihitung

mulai dari penobatan Prabu Saliwahana (Aji Saka) sebagai raja India pada

hari Sabtu 14 Maret tahun 78 Masehi. Sehingga tahun Saka dengan tahun

Masehi selisih 78 tahun.47

Penanggalan Aji Saka diasimilasikan dengan Hijriyah, jika pada

awalnya tahun Saka berdasarkan peredaran Matahari, oleh Sultan Agung

diubah menjadi tahun Hijriyah yakni berdasarkan peredaran Bulan,

sedangkan tahunnya tetap meneruskan tahun Saka tersabut.48 Namun

demikan tahun Jawa bukanlah tahun Hijriyah, tahun Jawa hanya

disesuaikan dengan tahun Hijriyah oleh Sultan Agung yang saat itu

beragama Islam. Selain itu, jika kita melihat penetapannya sebenarnya

tahun Jawa usianya lebih muda dibandingkan dengan tahun Hijriyah, tapi

karena tahun Hijriyah meneruskan tahun Jawa maka seolah-olah tahun

Jawa lebih dahulu daripada tahun Hijriyah.

Adapun dalam tahun Jawa mempunyai beberapa ketentuan yaitu:49

a. Setiap 15 windu atau 12050

tahun meliputi 15 x 2835 hari = 42525 hari.

47

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, op.cit, hlm. 116 48

Penelitian Slamet Hambali, Melacak Pemikiran Penentuan Poso dan Riyoyo Kalangan

Kraton Yogyakarta, tt., hlm. 43 49

Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi,

Hijriyah Dan Jawa ), op. cit., hlm. 50 50

120 : 15 = 8 tahun = 1 windu = 2835 hari.

Page 55: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

42

b. Satu kebulatan masa tahun Hijriyah adalah 30 tahun menurut ketetapan

umum, meliputi 30 x 354 + 11 hari = 10631 hari.

c. Setiap 120 tahun meliputi 4x 10631 hari 42524 hari.

Dari perhitungan di atas bahwa setelah 120 tahun maka akan

terpaut 1 hari dari tahun Hijriyah, maka setiap 120 tahun maka harus di

samakan kembali keduanya dengan jalan mengganti tahun kabisat menjadi

tahun basithoh. Pergantian selama 120 tahun ini disebut dengan wuku.51

Adapun cara perhitungan Penanggalan Jawa Islam adalah:52

Tahun Saka sekarang adalah = 1431 + 512 = 1943 J

1. Tentukan tahun Jawa (tahun Hijriyah + 51253

tahun)

2. Tahun Jawa di bagi 854

3. Sisa pembagian apabila

a. 0/8; 6: berarti tahun Ba, 1 Suro jatuh pada hari Rabu Kliwon

b. 1; 7: berarti tahun Wawu, 1 Suro jatuh pada hari Ahad Wage

c. 2; 8: berarti tahun Jim Akhir, 1 Suro jatuh pada hari Kamis Pon

d. 3; 1: berarti tahun Alip, 1 Suro jaruh pada jatuh Selasa Pon

e. 4; 2: berarti tahun Ehe, 1 Suro jatuh pada hari Sabtu Paing

f. 5; 3: berarti tahun Jim Awal, 1 Suro jatuh pada hari Kamis Paing

g. 6; 4: berarti tahun Ye, 1 suro jatuh pada hari Senin Legi

h. 7; 5: berarti tahun Dal, 1 suro jatuh pada hari Sabtu Legi

Setelah diperoleh hari dan pasaran pada tanggal 1 Suro, maka

untuk tanggal-tanggal pada bulan-bulan berikutnya tinggal menambahkan

perbedaan hari dan pasaran antara tanggal 1 Suro dan pada tanggal-tanggal

bulan berikutnya itu.

51

Ibid. 52

Ibid,. hlm. 52 53

Selisih pergantian tahun saka 1555 dengan tahun 1043 H (1555-1043) 54

Tahun jawa dibagi dalam satu masa yang meliputi 8 tahun yang dinamakan windu

yang pada setiap tahunnya berbeda, adapun namanya adalah: Alif ( ا) , Ehe (ه) , Jim awal ( ج ), Ye Dal ,( ز ) ( ج) Jim akhir ,( و) Wawu ,( ب ) Be ,( (د

Page 56: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

43

Rumus Arti rumus

Rom ji ji Muharram Kamis Pahing

Par lu ji Sapar Sabtu Pahing

Uwalpatmo R. Awal Ahad Legi

Uhir ne mo R. Akhir Selasa Legi

Diwaltupat J. Awal Rabo Kliwon

Dihir ro pat J. Akhir Jum’at Kliwon

Jab lu lu Rojab Sabtu Wage

Ban mo lu Sya’ban Senin Wage

Donnemro Romadlon Selasa Pon

Wal ji ro Syawal Kamis Pon

Dahroji Dzulqo’dah Jum’at pahing

Jah pat ji Dzulhijjah Ahad Pahing

Penggunaan tabel diatas dalam penentuan tahun Jawa adalah

dengan menyesuaikan tanggal 1 Muharram sebagai patokan perhitungan.

Seandainya dalam perhitungan 1 Muharram jatuh pada hari Senin Legi,

maka hari dan pasaran ini dijadikan sebagai patokan untuk bulan-bulan

berikutnya dengan jumlah hari 30 dan 29 dalam satu bulan.

Contoh pada tanggal 1 Syawal 1944 Jawa.55

8/1944 (242

16

34

32

22

16

6 (tahun Ye)

Tanggal 1 Muharram 1944 J adalah tahun Ye hari Senin pasaran Legi.

Cara menentukan tanggal 1 Syawal 1944 tahun Ye adalah hari

Senin Legi dijadikan patokan perhitungan. Maka 1 Syawal jatuh pada hari

Senin Pahing.

55

Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi,

Hijriyah Dan Jawa ), op.cit., hlm. 53

Page 57: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

44

Perlu diketahui dalam penanggalan Jawa Islam, tahun Dal

dianggap mempunyai keistimewaan. Selama tahun Jawa Islam, setiap

tanggal 12 bulan Mulud tahun Dal, jatuh pada hari Senin Pon. Agar

tanggal 12 Mulud tahun Dal tetap jatuh pada hari Senin Pon, maka tahun

Je dan tahun Dal yang sebenarnya tahun panjang (wuntu) dijadikan tahun

pendek. Jumlah hari dalam tahun dal tidak urut seperti tahun Jawa Islam

yang lainnya, yaitu 30, 30, 29, 29, 29, 29, 30, 29, 30, 29, 30, 30.56

Nama-nama bulan Hijriyah dan bulan bulan Jawa Islam beserta

dengan jumlah harinya.

1. Muharam atau Suro 30 30

2. Safar atau Sapar 29 59

3. Robi’ul Awal atau Mulud 30 89

4. Robi’ul Akhir atau Ba’da Mulud 29 118

5. Jumadil Awal atau Badi Awal 30 148

6. Jumadil Akhir atau Badi Akhir 29 177

7. Rajab atau Rejeb 30 207

8. Sya’ban atau Ruwah 29 236

9. Ramadhan atau Poso 30 266

10. Syawal atau Bodo 29 296

11. Dzulqa’dah atau Apit 30 325

12. Dzulhijjah atau Besar 29/30 354/355

56

Kangjeng Pangeran Karya Tjakraningrat, Kitab Primbon Qamarrulsyamsi

Adammakna, Ngayogyakarta: CV. Buana Raya 1990, hlm. 35

Page 58: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

45

BAB III

TINJAUAN UMUM TERHADAP POSISI PENGGUNAAN

PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM PELAKSANAAN IBADAH DI

KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT

A. Sejarah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

1). Awalnya, Mataram Islam

Daerah Yogyakarta merupakan daerah yang sistem

pemerintahannya masih menganut sistem kerajaan. Sebagian besar

wilayah Yogyakarta berada dibawah kekuasaan Kasultanan dan sebagian

kecil berada di bawah kekuasaan Kadipaten Pakualaman. Sri Sultan adalah

raja Yogyakarta, sedangkan Sri Paku Alam juga merupakan raja kecil. Sri

Sultan (waktu itu Hamengku Buwono IX) dan Sri Paku Alam (waktu itu

Paku Alam VIII) merupakan dwitunggal pemimpin yang berkuasa penuh

atas rakyat Yogyakarta.1

Awal dari sejarah ini dimulai dari sebuah kerajaan besar Mataram

Islam. Kelahiran Mataram Islam mempunyai keterkaitan dengan kerajaan

Pajang. Sebelum menjadi raja Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya2

1 Haryadi Baskoro & Sudomo Sunaryo, Catatan Perjalanan Keistimawaan Yogya

meruntun Sejarah Mencermati Perubahan Menggagas Masa Depan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010, hlm. 4 2 Pada waktu Sultan Trenggana telah wafat, R. Jaka Tingkir menjadikan dirinya sebagai

raja dengan gelar Sultan Hadiwijaya dengan pusat kerajaan Pajang (peristiwa ini ditandai dengan

candrasengkala: “Tri lunga panca bumi”). Seluruh pusaka yang berada di kerajaan dipindahkan ke

Pajang. Tidak ada seorangpun yang berani melawan tindakan ini. Hal tersebut dikarenakan

kesaktian yang dimiliki Sultan Hadiwijaya. Soewito. S, Babad Tanah Jawi (Galuh Mataram),

Delanggu, 19970, hlm. 226.

Page 59: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

46

(1546 M – 1586 M), Joko Tingkir3 atau Mas Karebet harus berperang

melawan Arya Panansang4 Adipati Jipang. Akhirnya Joko Tingkir

memenangkan peperangan berkat bantuan Danang Sutawijaya. Namun,

kemenangan itu berkat strategi yang diberikan oleh ayahanda Danang

Sutawijaya, yang bernama Ki Ageng Pemanahan.5

Setelah kemenangan itu, Joko Tingkir memberi hadiah kepada Ki

Ageng Pemanahan berupa tanah Mentaok, di daerah sekitar Kota Gede

Yogyakarta. Pada awalnya, Ki Ageng Pemanahan membangun daerah

Mentaok itu menjadi sebuah kota baru yang bernama Mataram Islam.

Akan tetapi setelah wafatnya Ki Ageng Pemanahan anaknya yang bernama

Danang Sutawijaya menjadikan Mataram Islam sebagai kerajaan baru.

Akhirnya Danang Sutawijaya menjadi raja pertama Mataram Islam dengan

gelar Panembahan Senopati (1584 M – 1601 M).6

Mataram Islam mencapai puncaknya pada jaman raja Sultan

Agung Hanyokrokusumo (1613 M – 1646 M). Sementara itu kerajaan

Pajang merosot setelah Sultan Hadiwijaya wafat, Daerah kekuasaan

Mataram Islam mencakup P. Jawa, P. Madura, dan daerah Sukadana di

3 Jaka tingkir merupakan keturunan dari Brawijaya lewat jalur Adipati Andayaningrat

yang kawin dengan salah seorang putri Brawijaya. Sementara pendiri Mataram, Sutawijaya, adalah

keturunan Brawijaya melalui jalur Bondan Kejawan atau Lembu Peteng, anak Brawijaya hasil

perkawinan dengan “Putri Negro” (mungkin dari papua). Bisa jadi genealogi para raja Jawa

tersebut hanyalah klaim atau rekayasa sebagai penulis babad untuk menunjukkan keabsahan

mereka sebagai penguasa polotik di Tanah Jawa di mata masyarakat. Somanto Al Qurtuby, Arus

Cina-Islam-Jawa, Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya, 2003, hlm. 119 4 Arya panansang marupakan murid dari Sunan Kudus. Saat itu Sunan Kudus mempunyai

tiga orang murid, yaitu Arya Penanasang, Sunan Prawata, dan Sultan Pajang. Arya Penansang

merupakan murid kesayangan dari Sunan Kudus. Baca dalam buku W.L. Olthof (penyusun), Alih

Bahasa: H.R. Sumarsono, Babad Tanah Jawi Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647,

Yogyakarta: Narasi, 2007, cet. 1. Hlm. 62. 5 Haryadi Baskoro & Sudomo Sunaryo, Catatan Perjalanan Keistimawaan Yogya

meruntun Sejarah Mencermati Perubahan Menggagas Masa Depan,. op. cit.., hlm. 4 6 Ibid.

Page 60: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

47

Kalimantan Barat. Untuk P. Jawa hanya Banten dan Batavia yang gagal

direbut karena dikuasai oleh VOC (Vereenigde Oost Indische

Compagnie)7

Namun, penetrasi penjajah di bumi pertiwi pada akhirnya

memerosotkan kekuatan Mataram Islam. Pengganti Sultan Agung yang

bernama Hamangkurat I (1647 M – 1677 M) bahkan bersahabat dengan

VOC. Anaknya Hamangkurat II (1677 M – 1703 M) bahkan menyerahkan

Semarang kepada VOC. Namun demikian, Hamangkurat II sempat

berperang melawan VOC sehingga Kapten Tack terbunuh. Meskipun

penggantinya kemudian Hamangkurat III (1703 M – 1708 M) lebih

menentang VOC, Mataram Islam tetap semakin merosot. 8

Akhirnya, Mataram Islam menyerah kepada Penjajah Belanda

semasa pemerintahan Paku Buwono II (1727 M – 1749 M). Pada mulanya,

PB II menyerahkan Semarang, Jepara, Rembang, Surabaya, dan Madura.

Kemudian Demak dan Pasuruan juga diserahkan pada 1743 M. Belanda

kemudian menguasai pelayaran orang Jawa yang berpusat di Tegal,

Pekalongan, Kendal, Tuban, dan Juwana. Sebelum mangkat PB II

menyerahkan seluruh Mataram Islam kepada Belanda.9

7 Ibid.

8 Ibid.

9 Ibid.

Page 61: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

48

2). Kasultanan Yogyakarta

Akan tetapi, Pangeran Mangkubumi10

tidak menyetujui sikap

lemah Paku Buwono II tersebut. Pada 19 Mei 1746 M, pangeran

Mangkubumi pergi dari istana bersama 3 pangeran lainnya (P. Wijil, P.

Krapyak, dan P. Hadiwijoyo) mereka bergabung dengan Raden Mas Said

(Pangeran Sambernyawa) untuk berperang melawan Belanda. Pada 1750

M, mereka mengepung ibu kota Mataram yang telah dikuasai Belanda itu

dari 4 penjuru. Pada 1752 M, sebagian besar wilayah Mataram berhasil

mereka kuasai kembali. 11

Pada tanggal 23 September 1754 M, Belanda bernegosiasi dengan

P. Mangkubumi dan berjanji memberi setengah dari Kerajaan Mataram.

Akhirnya, dibuatlah Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755 M). Perjanjian

Giyanti berisi ketetapan bahwa Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua.

Setengahnya, yaitu Kasultanan Yogyakarta diberikan kepada P.

Mangkubumi. Setengahnya lagi, yaitu Kasunanan Surakarta diberikan

kepada Paku Buwono III.12

Perjanjian Giyanti (1755 M) merupakan titik awal berdirinya

Kerajaan Kasultanan Yogyakarta. Setelah memperoleh wilayah

Yogyakarta (setengah Kerajaan Mataram), Pangeran Mangkubumi

mendirikan Kasultanan Yogyakarta dan mengukuhkan dirinya sebagai

10

Pangeran Mangkubumi adalah adik Sri Susuhan Paku Buwono II, yang lahir dari Mas

AyunTejawati, selir dari sri Susuhan Amangkurat Jawi. Mas Ayu Tejawati ini semula dianggap

mendapat wahyu akan menurunkan Raja-raja di tanah Jawa. Ki Sabdacarakatama, Sejarah

Keraton Yogyakarta, Yogyakarta:Narasi, 2008, cet. 1, hlm. 85 11

Haryadi Baskoro & Sudomo Sunaryo Catatan Perjalanan Keistimawaan Yogya

meruntun Sejarah Mencermati Perubahan Menggagas Masa Depan, op. cit., hlm. 6. 12

Ibid.

Page 62: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

49

raja baru dengan nama Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I). gelar

lengkapnya adalah Sampeyan ing Ngalaga Kanjeng Sultan Hamengku

Buwono Senapati ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panata Gama

Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I ing Nagari Ngayogyokarto

Hadiningrat Mataram.13

Keraton Yogyakarta dibangun pada masa pemerintahan Sultan HB

I, yaitu pada 1756 Masehi atau tahun Jawa 1682. Lambang Keraton

berupa dua naga yang saling melilit yang merupakan simbol tahun

pendirian Keraton Yogyakarta. Setiap angka mengandung arti. Tahun

1682 M di baca dari belakang (2 = dwi, 8 = naga, 1 = tunggal ).

Ungkapan dwi naga rasa tunggal dapat dibaca menjadi dwi nagara

satunggal yang artinya adalah “dua Negara dalam satu kesatuan”.

Mempunyai makna, sekalipun Mataram Islam telah terpecah menjadi dua

kerajaan, akan tetapi tetap satu.14

Keraton Yogyakarta yang bangunannya menempati kawasan

seluas 14.000 meter persegi mempunyai arti yang sangat penting.15

1) Keraton merupakan simbol eksistensi Kerajaan Mataram yang

kejayaannya masyhur di jaman dulu.

2) Keraton atau keratuan (ke-ratu-an) atau dalam bahasa Jawa

kedhaton,adalah tempat tinggal sang raja. Kalau rakyat ingin

menghadap raja, mereka harus datang ke keraton.

13

Ibid. 14

Ibid. 15

Ibid.

Page 63: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

50

3) Keraton merupakan pusat pemerintahan politis. Wilayah kekuasaan

kasultanan diklasifikasi menurut konsep lapisan konsentris

trimandala praja. Lapisan paling dalam merupakan pusat kerajaan

disebut nagara. Merupakan ibukota kerajaan. Pusat nagara adalah

keraton itu sendiri. Lapisan kedua disebut wilayah nagaragung, yaitu

daerah-daerah yang berada sekitar kota (ommanlanden). Lapisan

ketiga disebut wilayah monconagara, yaitu daerah-daerah yang jauh

(buiten-gawesten).

4) Keraton adalah pusat kebudayaan Jawa. Di keraton inilah

kebudayaan Jawa dikembangkan, ditularkan, dan diwariskan.

Keraton mempunyai ahli-ahli budaya dan para pujangga.

5) Keraton adalah pusat kerohaniaan (spiritualitas). Raja adalah

seorang Panata Gama atau Khalifatullah, yaitu seorang pemimpin

agama. Keraton Yogyakarta juga merupakan pusat kekuatan magis

yang terhubung dengan garis lurus mistis dengan kekuatan spiritual

Gunung Merapi di sebelah utara dan kekuatan spiritual Samudra

Hindia (Kerajaan Nyai Roro Kidul) di sebelah selatan.

B. Sejarah Penanggalan Jawa Islam

Interaksi antara masyarakat Jawa dengan masyarakat India yang

berlangsung lama menjadikan transformasi keilmuan yang diserap

masyarakat Jawa dalam hal penanggalan membentuk karakteristik

penanggalan Saka.

Page 64: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

51

Tentu saja untuk menggantikan dari penanggalan Jawa Saka

menjadi penanggalan Jawa Islam tidaklah mudah, sebab sistem

penanggalan Saka – Hindu sudah sangat mendarah daging di kalangan

masyarakat Jawa.

Terdapat catatan sejarah bahwa Sunan Giri II16

mengarang kitab

ilmu falak yang disesuaikan dengan alam dan jalan pikiran di Jawa

berhasil menemukan formula pengislaman penanggalan Saka – Hindu.

Dijumpai di museum Radya Pustaka Solo suatu kitab ilmu falak yang

digubah oleh Pujangga Ranggawarsita berdasarkan hasil-hasil pemikiran

Sunan Giri II dengan nama kitab atau Serat Widya Praddana. Isi dari

kitab ini adalah ilmu falak sebagai ilmu astronomi dan memuat

penanggalan atau almanak yang berlaku bagi orang Jawa yang

berdasarkan pada prinsip-prinsip ilmu falak Islam.17

Puluhan tahun

berikutnya setelah formula ini cukup tersosialisasikan, Sultan Agung

Hanyokrokusumo, penguasa Mataram berinisiatif untuk menggunakannya

secara resmi.

Penanggalan Jawa Islam ini merupakan penggabungan antara

penanggalan Jawa Saka dan penanggalan Hijriyah. Nama hari dalam

Penanggalan Jawa Islam berasal dari kata-kata Arab yakni Ahad, Isnain,

Tsalasa, Arba’a, Khamis, Jum’at, Sabtu. Nama-nama itu dipakai sejak

16

Sunan Giri II disebut juga dengan Sunan Dalem yang bernama Zainal Abidin. Lihat

Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti Jenar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 222. Lihat juga

pada http://kompasiana.com. Diambil tanggal 5 Mei 2011. 17

Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa: Telaah Atas Metode Dakwah Walisongo,

Bandung: Mizan, 1995, hlm. 144

Page 65: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

52

pergantian Penanggalan Jawa Saka menjadi Penanggalan Jawa Islam

yang nama ilmiahnya Anno Javanico. Pergantian penanggalan itu mulai 1

Sura tahun alip 1555 J yang jatuh pada 1 Muharram 1043 H, sama dengan

8 Juli 1633 M. Penanggalan tersebut merupakan bukti akulturasi agama

Islam dan kebudayaan Jawa yang luar biasa.18

Tindakan Sultan Agung ini tidak hanya bertujuan untuk

memperluas pengaruh agama Islam, akan tetapi didorong pula oleh

adanya kepentingan politiknya waktu itu. Dengan mengubah penanggalan

Jawa Saka menjadi penanggalan Jawa Islam, Sultan Agung mempunyai

tujuan untuk memusatkan kekuasaan agama dan kekuasaan politik pada

dirinya untuk memimpin kerajaan.19

C. Pengertian dan Macam-macan Ibadah

Al-Ubudiyah berasal dari Al-Khudlu’ (tunduk atau rendah diri)

serta Adz-Dzil (memperhinakan diri). Kemudian At-Ta’bid (penyembahan)

adalam bermakna At-Tadzlil (perendahan diri atau penghinaan diri). Dan

sama artinya dengan Ta’abud (penghambaan), mempunyai persamaan arti

dengan At-Tanasuk (pengabdian).20

Secara bahasa, ibadah berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti dan

do‟a. Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Al-Quran dalam QS.

Yaasin ayat 60:21

18

M. Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2006, hlm. 237 19

Purwadi, Sejarah Sultan Agung, Harmoni antara Agama dengan Negara, Yogyakarta:

Media Abadi, 2004. hlm. 117. 20

Yusuf Qardlawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, Surabaya: Central Media, 1993, hlm. 29. 21

Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam,

Jakarta: Prenada Media, 2003, hlm. 137.

Page 66: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

53

Artinya: Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani

Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu

adalah musuh yang nyata bagi kamu",

Menurut ulama‟ fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yng

bertujuan memperoleh keridlaan Allah SWT dan mendambakan pahala

dari-Nya di akhirat. Menurut ulama tauhid ibadah adalah meng-Esakan

Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta

menundukkdn jiwa setunduk-tunduknya kepada Allah SWT. Pengertian

ini berdasarkan firman Allah QS an-nisa‟ ayat 36:22

Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun

Ibadah ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya terdapat lima macam,

yaitu:23

1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan seperti berdzikir, berdoa,

tahmid, dan membaca Al-Quran.

2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,

seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan mengurus

jenazah.

22

Ibid. hlm. 137-138. 23

Ibid., hlm. 138-139

Page 67: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

54

3) Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud

perbuatannya seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

4) Ibadah yang tata cara dan pelaksanaanya berbentuk menahan diri

seperti puasa, iktikaf, dan ihram.

5) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang

yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan

seseorang yang berutang kepadanya.

Secara garis besar ibadah terbagi menjadi dua macam:24

1) Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang

mempunyai ketentuan yang pasti), yakni ibadah yang ketentuan dan

pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari

ibadah kepada Allah SWT seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

2) Ibadah „ammah (umum), yaitu semua perbuatan yang mendatangkan

kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas. Seperti minum,

makan, dan bekerja mencari nafkah. Dengan kata lain semua

kebaikan bisa dikatakan ibadah „ammah jika dilandasi dengan niat

semata-mata karena Allah SWT.

Kata ibadah yang dimaksud dalam penelitian penulis adalah

ibadah mahdah yaitu ibadah yang berkaitan dengan dengan penetapan

waktu-waktu pelaksanaan puasa Ramadlan, penetapan hari raya Idul Fitri,

serta penetapan hari raya Idul Adha. Karena pada dasarnya dalam

penetapan ketiga ibadah tersebut berkaitan dengan penetapan awal bulan

24

Ibid., hlm. 142-143

Page 68: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

55

Kamariah. Ketiga bulan tersebut yakni Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah

merupakan bulan-bulan yang menjadi sorotan dalam penetapan

penanggalan Hijriyah.

Tidak hanya dalam penanggalan Hijriyah, akan tetapi dalam

penanggalan Jawa Islam, bulan Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah juga

merupakan bulan-bulan yang menjadi sorotan dalam penetapannya,

bahkan bulan Rabiul Awal menjadi bulan yang penting . Karena dalam

setiap bulan Ramadlan masyarakat Islam Jawa ikut melaksanakan puasa

Ramadlan, sedangkan dalam setiap bulan Syawal, Dzulhijjah, dan pada

bulan Rabiul Awal terdapat perayaan Grebeg yang dilaksanakan oleh

masyarakat Yogyakarta pada ketiga bulan tersebut.

D. Sistem Penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat

Penanggalan Jawa Islam atau yang disebut juga sebagai

penanggalan Sultan Agung hampir sama dengan penanggalan Hijriyah.

Dalam satu tahun menurut perhitungan Penanggalan Jawa Islam terdiri

dari 354 3/8 hari. Siklusnya 8 tahun, siklus ini dinamakan windu. Dalam 8

tahun terdapat 3 tahun kabisat yang umurnya 355 hari, yaitu tahun ke 2,

tahun ke 5, tahun ke 8.25

Letak antara bashitoh dan kabisat dalam penanggalan Jawa Islam

ini terletak pada bulan ke 12 yang mana bulan kabisat berjumlah 30 hari

sedangkan basithoh 29 hari.

25

Wawancara dengan KRT. Rintaiswara, Senin, 04 Oktober 2010, bertempat di

Widyabudaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Page 69: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

56

Selain Sultan Agung mengubah sistem penanggalan dari Solar

sistem ke Lunar sistem, Sultan Agung juga menyesuaikan nama bulan

dan hari. Yang semula menggunakan bahasa Sansekerta menjadi bahasa

Arab atau mirip bahasa Arab. Hal ini menunjukkan kuatnya pengaruh

penanggalan Islam dalam penanggalan Jawa.

Nama-nama bulan dalam Penanggalan Jawa Islam merupakan

nama-nama bulan yang terdapat dalam penanggalan Hijriyah yang

disesuaikan dengan logat Jawa atau disesuaikan dengan peristiwa-

peristiwa yang terjadi pada sekitar bulan tersebut. Umur bulan-bulan

tersebut merupakan bilangan yang pasti yang tidak bisa diganti-ganti,

yaitu 30 dan 29. Satu siklus tahun Jawa terdapat 8 tahun. Masing-masing

urutan tahun tersebut mempunyai nama-nama tersendiri dengan

menggunakan huruf Hijaiyah yang pengucapannya disesuaikan dengan

logat Jawa. Adapun nama-namanya yaitu tahun Alip (أ) , Ehe (ه),

Jimawal (ج ألول), Je (ز), Dal (د), Be (ب), Wawu (و), Jimakhir (ج ألخر). 3

tahun kabisat yang umurnya 355 hari dalam satu windu adalah tahun

Ehe yang merupakan tahun ke 2, Dal merupakan tahun ke 5, dan

Jimakhir merupakan tahun ke 8. Ketiga tahun ini dinamakan tahun

panjang disebut dengan wuntu sedangkan yang lainnya dinamakan tahun

pendek disebut dengan wastu.26

26

Ibid.

Page 70: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

57

Dalam penanggalan Jawa Islam terdapat beberapa pelengkap yang

masih digunakan oleh masyarakat Jawa sampai saat ini. Adapun

pelengkap-pelengkap tersebut adalah Pancawara, yaitu siklus hari 5

yaitu Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage yang dikenal juga dengan

Pasaran. Sadwara, hitungan hari enam, Tungle, Aryang, Warukung,

Paningron, Uwas dan Mawulu, disebut juga dengan Paringkelan.

Saptawara, yaitu sikkus hari yang tujuh, Ngahad, Senen, Selasa, Rebo,

Kemis, Jemuah, Setu. Astawara, yaitu hitungan hari yang delapan, Sri,

Indra, Guru, Yama, Rudra, Brama, Kala, Uma. Disebut juga dengan

Padewan. Nawawara yaitu hari yang sembilan, Dangu, Jagur, Gigis,

Karangan, Nohan, Wogan, Tulus, Wurung, Dadi, disebut juga dengan

Padangon. Wuku, yaitu nama satuan waktu yang 30, setiap wuku usianya

7 hari. Terdapat 30 wuku, hal ini berpengaruh pada nasib pada bayi yang

lahir pada wuku tersebut. Urutannya yaitu, Shinta, Landep, Wukir,

Kurantil, Tolu, Gumbreg, Warigalit, Warigagung, Julungwangi,

Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mandasiya, Julungpujud,

Pahang, Kuruwelut, Marakoh, Tambir, Madhangkungan, Maktal, Wuye,

Manahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kulawu, Dhukut,

Watugunung.27

Setiap 120 tahun perbedaan antara penanggalan Hijriyah dan

penanggalan Jawa Islam selisih 1 hari. Maka agar tidak terjadi

pergeseran, penanggalan Jawa Islam diajukan 1 hari. Waktu ini

27

Ibid, bisa dilihat dalam buku karangan KRT. Rintaiswara, KHP Widyabudaya, Karaton

Ngayugyakarta Hadiningrat Pusat Budaya Jawa, 2004.

Page 71: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

58

dinamakan 1 kurup. Oleh karena itu dalam penanggalan Jawa Islam

terdapat tahun Ajumgi (Alip Jumuah Legi), Amiswon (Alip Kamis

Kliwon), Aboge (Alip Rabo Wage), Asapon (Alip Selasa Pon).28

Cara penghitungan penanggalan Jawa Islam di Keraton

Hadiningrat Ngayogyakarta menggunakan sistem perhitugan aritmatik

yaitu dengan perhitungan sederhana yang masih menggunakan angka

baku dengan cara mengurutkan tahun-tahun Jawa sesuai dengan urutan

yang telah penulis sebutkan diatas. 29

Otoritas dalam pemindahan perhitungan kurup tergantung dari

kebijakan masing-masing keraton. Sedangkan di Keraton Hadiningrat

Ngayogyakarta yang mempunyai otoritas untuk merubah Aboge ke

Asapon adalah para pujangga yang berada di Keraton Hadiningrat

Ngayogyakarta yang dinamakan Tepaskapujanggan yang saat ini

dinamakan Widyabudaya. 30

Dibawah ini adalah daftar hari dan pasaran tanggal 1 tiap bulan

dalam kurun waktu kurup Selasa Pon atau Asapon.31

1. Tahun Alip: 2. Tahun Ehe

Bulan Hari dan Pasaran

Bulan Hari dan Pasaran

1 Sura Selasa Pon 1 Sura Setu Pahing

1 Sapar Kamis Pon 1 Sapar Senin Pahing

1 Mulud Jumat Pahing 1 Mulud Selasa Legi

1 Bakdamulud Ahad Pahing 1 Bakdamulud Kamis Legi

1 Madilawal Senin Legi 1 Madilawal Jumat Kliwon

28

Ibid. 29

Ibid. 30

Wawancara dengan KRT Rintaiswara, Senin, 13 Maret 2011. 31

KRT. Rintaiswara, KHP Widyabudaya, Karaton Ngayugyakarta Hadiningrat Pusat

Budaya Jawa, op. cit.

Page 72: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

59

1 Madilakir Rebo Legi 1 Madilakir Ahad Kliwon

1 Rejeb Kamis Kliwon 1 Rejeb Senin Wage

1 Ruwah Setu Kliwon 1 Ruwah Rabu Wage

1 Pasa Ahad Wage 1 Pasa Kamis Pon

1 Sawal Selasa Wage 1 Sawal Saptu Pon

1 Dulkaidah Rebo Pon 1 Dulkaidah Ahad Pahing

1 Besar Jumat Pon 1 Besar Selasa Pahing

3. Tahun Jimawal 4. Tahun Je

Bulan Hari dan Pasaran

Bulan Hari dan Pasaran

1 Sura Kamis Pahing 1 Sura Senin Legi

1 Sapar Saptu Pahing 1 Sapar Rebo Legi

1 Mulud Ahad Legi 1 Mulud Kamis Kliwon

1 Bakdamulud Selasa Legi 1 Bakdamulud Saptu Kliwon

1 Madilawal Rabu Kliwon 1 Madilawal Ahad Wage

1 Madilakir Jumat Kliwon 1 Madilakir Selasa Wage

1 Rejeb Sabtu Wage 1 Rejeb Rabu Pon

1 Ruwah Senin Wage 1 Ruwah Jumat Pon

1 Pasa Selasa Pon 1 Pasa Sabtu Pahing

1 Sawal Kamis Pon 1 Sawal Senin Pahing

1 Dulkaidah Jumat Pahing 1 Dulkaidah Selasa Legi

1 Besar Ahad Pahing 1 Besar Kamis Legi

5. Tahun Dal 6. Tahun Be

Bulan Hari dan Pasaran

Bulan Hari dan Pasaran

1 Sura Jumat Kliwon 1 Sura Rabu Kliwon

1 Sapar Ahad Kliwon 1 Sapar Jumat Kliwon

1 Mulud Senin Wage 1 Mulud Sabtu Wage

1 Bakdamulud Rabu Wage 1 Bakdamulud Senin Wage

1 Madilawal Kamis Pon 1 Madilawal Selasa Pon

1 Madilakir Sebtu Pon 1 Madilakir Kamis Pon

1 Rejeb Ahad Pahing 1 Rejeb Jumat Pahing

1 Ruwah Selasa Pahing 1 Ruwah Ahad Pahing

1 Pasa Rabu Legi 1 Pasa Senin Legi

1 Sawal Jumat Legi 1 Sawal Rabu Legi

1 Dulkaidah Sabtu Kliwon 1 Dulkaidah Kamis Kliwon

1 Besar Senin Kliwon 1 Besar Sabtu Kliwon

Page 73: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

60

7. Tahun Wawu: 8. Tahun Jimakir:

Bulan Hari dan Pasaran

Bulan Hari dan Pasaran

1 Sura Ahad Wage 1 Sura Kamis Pon

1 Sapar Selasa Wage 1 Sapar Sabtu Pon

1 Mulud Rabu Pon 1 Mulud Ahad Pahing

1 Bakdamulud Jumat Pon 1 Bakdamulud Selasa Pahing

1 Madilawal Sabtu Pahing 1 Madilawal Rabu Legi

1 Madilakir Senin Pahing 1 Madilakir Jumat Legi

1 Rejeb Selasa Legi 1 Rejeb Sabtu Kliwon

1 Ruwah Kamis Legi 1 Ruwah Senin Kliwon

1 Pasa Jumat Kliwon 1 Pasa Selasa Wage

1 Sawal Ahad Kliwon 1 Sawal Kamis Wage

1 Dulkaidah Senin Wage 1 Dulkaidah Jumat Pon

1 Besar Rabu Wage 1 Besar Ahad Pon

Sampai sekarang berlangsung 4 kurup yaitu Jemuah Legi/Ajumgi

1555 – 1627 J (1633-1703 M), Kurup Kamis Kliwon/ Amiswon 1672 –

1747 J (1703-1819), Kurup Rebo Wage/ Aboge 1747 – 1867 J (1819-1936

M) dan Kurup Selasa Pon / Asapon 1867 – 1987 J (1936-2056 M). Untuk

Kurup Selasa Pon / Asapon sekarang sudah dapat dipastikan atau

dihitung tanggal 1 Sura tiap tahunnya sebagai berikut:32

Tahun Alip : Selasa Pon

Tahun Jimawal : Kamis Pahing

Tahun Je : Senen Legi

Tahun Dal : Jumat Kliwon

Tahun Wawu : Ngahad Wage

Tahun Jimakir : Kamis Pon

Tahun Ehe : Setu Pahing

Tahun Be : Rabu Kliwon

Awal penanggalan Jawa Islam ditetapkan 1 Muharram tahun Alip

jatuh pada hari Jumat pasaran Legi yang disebut dengan Ajumgi, karena

disetiap 120 tahun tahun Jawa akan tertinggal 1 hari oleh karena itu

32

KRT. Rintaiswara, Karaton Ngayugyakarta Hadiningrat Pusat Budaya Jawa. KHP

Widyabudaya. op. cit.

Page 74: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

61

penanggalan ini sudah mengadakan 3 kali perubahan. Terdapat perbedaan

dalam beberapa referensi. Dalam buku Almanak Djamilah, Kitab

Primbon Qomarrulsyamsi Adammakna, dan Almanak Hisab Rukyat.

Ketiga rincian di atas dapat dilihat perbedaan pada ketetapan pergantian

tahunnya yaitu:

No. Tahun

Kurup

Almanak

Djamilijah33

Kitab

Primbon34

Almanak

Hisab Rukyat35

1. Ajumgi 1555 – 1674 1555-1674 1555 – 1627

2. Amiswon 1675 – 1748 1675-1746 1627 – 1747

3. Aboge 1749 – 1866 1747-1866 1747 – 1867

4. Asapon 1867 – 1986 1867-1986 1867 – 1987

Data diatas memiliki perbedaan tahun dalam pergantian kurup.

Dalam Almanak Djamilah dan Kitab Primbon Qomarrulsyamsi

Adammakna pada kurup Ajumgi 1 kurup 120 tahun. Sedangkan pada

Almanak Hisab rukyat kurup Ajumgi hanya 72 tahun. Namun data

pergantian kurup yang digunakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

sama dengan data pergantian kurup yang terdapat pada Almanak Hisab

Rukyat.36

33

Saadoeddin Djambek, Almanak Djamilijah, Djakarta, 1959, hlm. 20. 34

Kangjeng Pangeran Harya Tjakraningrat, et al, Kitab Primbon Qamarrulsyamsi

Adammakna, op. cit., hlm. 34-35. Lihat juga Muh. Wardan, Hisab Urfi dan Hakiki, Yogyakarta:

Siaran, 1957, hlm. 13. 35

Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta : Proyek Pembinaan Badan

Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 46. 36

Wawancara dengan KRT Rintaiswara, Senin, 13 Maret 2011. op. cit.

Page 75: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

62

Menurut KRT. Rintaiswara, B. A. alasan kurup Ajumgi belum

genap 120 tahun adalah jika dilihat dari pergantian dimulainya

penanggalan Jawa Islam dengan penanggalan Hijriyah adalah tahun 1555

J sama dengan 1043 H sudah melampaui 11 kurup yang berakhir pada

tahun 1115 H sama dengan 1627 J. Jadi kurup Ajumgi sudah melampaui 6

windu (48 tahun) sebelum tahun 1555 J / 1043 H. Namun karena pada

waktu itu penanggalan Jawa Islam belum dicetuskan oleh Kangjeng

Sinuhun Sultan Agung maka 48 tahun tidak dimasukkan dalam hitungan

1 kurup penanggalan Jawa Islam. Oleh karena itu kurup Ajumgi hanya 72

tahun karena pada saat dicetuskannya penanggalan Jawa Islam ini sudah

berjalan 48 tahun.37

Selain penanggalan Jawa Islam terdapat juga penanggalan

pranotomongso yang pada mulanya sudah tidak digunakan lagi akan

tetapi oleh Susuhunan Solo pada tahun 1855 Tarikh Jawa I dihidupkan

kembali dengan nama-nama mengambil kata-kata setempat dan sekaligus

dicocokan dengan penanggalan Masehi, yaitu berdasarkan keadaan

alam.38

Adapun nama-nama pranotomongso adalah: 39

1) Kasa : 41 hari, jatuh pada tanggal 22 Juni sampai dengan tanggal 1

Agustus, Sotya murcasaka embanan adalah watak dari musim ini, yang

37

Tertulis dalam arsip Widyabudaya wawancara H.Sudarmadi dengan KRT. Rintaiswara,

B. A., pada tanggal 8 Desember 2009. 38

Tjokorda Rai Sudharta, et al, Kalender 301 Tahun (Tahun 1800 s/d 2100), Balai

Pustaka: Jakarta, 2008, hlm. 21. 39

KRT Rintaiswara, Karaton Ngayugyakarta Hadiningrat Pusat Budaya Jawa, op. cit.

Page 76: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

63

artinya ratna jatuh dari tatahan, dedaunan berguguran. Pada saat ini

musim daun-daun gugur dan pohon-pohon menjadi gundul.

2) Karo : 23 hari, jatuh pada tanggal 2 Agustus sampai tanggal 24 Agustus,

Bantala rengka adalah watak dari musim ini yang artinya banyak tanah

kekeringan. Musim tanah jadi gersang dan retak-retak.

3) Katiga : 24 hari, jatuh pada tanggal 25 Agustus sampai tanggal 17

September, Suta manut ing bapa adalah watak dari musim ini yang artinya

ubi, gembili mulai tumbuh. Musim pucuk tanaman menjalar pada

rambatan.

4) Kapat : 25 hari, jatuh pada tanggal 18 September sampai tanggal 12

Oktober, Waspa kumembeng jroning kalbu adalah watak dari musim ini

yang artinya sumber air mati. Musim sumber-sumber jadi kering. Jatuh

pada musim labuh. Pada masa ini kemarau berakhir.

5) Kalimo : 27 hari, jatuh pada tanggal 13 Oktober sampai tanggal 8

November, Pancuran emas sumawur ing jagad watak dari musim ini

yang artinya sumber air mulai hidup. Mulai musim hujan. Gejala pertama

mangsa ini adalah turunnya hujan yang tidak begitu deras.

6) Kanem : 43 hari, jatuh pada tanggal 9 November sampai tanggal 21

Desember, Rasa mulya kasucian watak dari musim ini yang artinya

pepohonan berbuah. Musim pohon-pohon mulai berbuah. Mangsa ini

berada pada musim hujan.

7) Kapitu : 43 hari, jatuh pada tanggal 22 Desember sampai tanggal 2

Pebruari, Wisa kenter ing maruta watak dari musim ini yang artinya

Page 77: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

64

banyak penyakit, musim hujan. Pada mangsa ini Matahari ada di zenit

garis balik selatan bumi (22 Desember). Musim ini dikenal juga sebagai

musim datangnya penyakit dan alam ditandai dengan adanya banji

8) Kawolu : 27 hari, jatuh pada tanggal 3 Pebruari sampai pada tanggal 28/29

Pebruari, Anjrah jroning kayu watak dari musim ini yang artinya banyak

banjir. Musim bertiupnya angin yang mengandung penyakit. Musim ini

dikenal juga sebagai musim datangnya penyakit dan alam ditandai dengan

adanya banjir.

9) Kasongo : 25 hari, jatuh pada tanggal 1 Maret sampai tanggal 25 Maret,

Wedharing wacana mulya watak dari musim ini yang artinya banyak hujan

guntur, hewan gareng berbunyi, gangsir genthir. Musim jangkrik, gasir,

gareng poung, (banyak orang bicara berlebih-lebihan).

10) Kasepuluh : 24 hari, jatuh pada tanggal 26 Maret sampai tanggal 18 April,

Gedhong minep jroning kalbu watak dari musim ini yang artinya musim

hewan hamil, burung bertelur. Musim binatang-binatang hamil. Gejala

yang muncul adalah awal perkembangbiakan atau masa di mana binatang

bertelur dan berabak. Pada masa ini orang mudah lesu dan pusing karena

sebentar lagi mau musim kemarau.

11) Dhesto : 23 hari, jatuh pada tanggal 19 April sampai tanggal 11 Mei, Sotya

sinarawadi watak dari musim ini yang artinya burung-burung menyapa

anaknya. Musim burung-burung menyuapi anaknya pada musim panen.

Kesuburan seakan diasah lagi, kendati kemarau sudah diambang mata.

Page 78: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

65

12) Sadha : 41 hari, jatuh pada tanggal 12 Mei sampai tanggal 21 Juni, Tirta

sah saking sasana watak dari musim ini yang artinya musim dingin kering,

pohon dadap berbunga. Musim dingin, orang jarang berkeringat karena

teramat dingin. Jatuh pada musim terang. Hujan mulai sungguh habis dan

kemarau mulai tiba. Masa ini juga termasuk mangsa yang panjang, yaitu

selama 41 hari.

Jumlah hari pada pronotomongso adalah 365/366 hari. Hal ini

sama dengan jumlah hari pada penanggalan Masehi. Yang membedakan

adalah jumlah hari pada tiap musimnya. Akibat adanya revolusi Bumi

maka terjadi pergantian musim disetiap tahunnya. Dalam pranotomongso

pergantian musim didasarkan pada posisi Matahari yang mana posisi

Matahari dan Bumi senantiasa berubah sepanjang tahun.

Adanya pergantian musim tergantung pada banyaknya (lamanya)

sinar Matahari. Posisi Matahari dan Bumi senantiasa berubah sepanjang

tahun. Dan pada bulan Juni dan Desember Matahari berada pada posisi

terjauh pada equator. Perbedaan posisi Matahari terhadap bola langit

menyebabkan sudut arah pancar sinar Matahari terhadap equator barubah-

ubah. Perubahan dan perbedaan posisi Matahari menyebabkan adanya

sudut deklinasi, yaitu kemiringan arah sinar Matahari yang jatuh di

permukaan Bumi terhadap akuator Bumi. Deklinasi Matahari naik 00

Page 79: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

66

(sekitar 21 Maret) ke deklinasi tertinggi 23°27 sekitar 21 Juni. Sedangkan

pada 21 Desember adalah deklinasi selatan tertinggi

- 23°27 disebut.40

Akan tetapi karena Indonesia merupakan negara yang bermusim

tropis yang hanya mempunyai dua musim saja, yaitu musim hujan dan

musim kemarau. Jika dilihat dari musim-musim pronotomongso maka

mulai dari mongso Kasa sampai dengan kapat menunjukkan musim

kemarau, sedangkan untuk mongso Kalimo menunjukkan musim

pergantian musim kemarau ke musim hujan, mongso Kanem sampai

kasanga menunjukkan musim hujan, mongso Kasepuluh sampai destha

menunjukkan pergantian musim hujan ke musim kemarau, dan mongso

Sadha menunjukkan musim kemarau.

E. Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan

Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Meskipun penanggalan Hijriyah dan penanggalan Jawa Islam

mempunyai dasar penanggalan yang sama yaitu berdasarkan pada

penampakan Bulan, akan tetapi penanggalan Jawa Islam bukanlah

penanggalan Hijriyah. Konsep hari pasaran yang terdiri dari lima hari

(Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage), Windu, dan Wuku (Pawukon)

merupakan wujud unsur-unsur Jawa yang tidak ditemui dalam

penanggalan Hijriyah dan Masehi.

40

W. M. Smart, Textbook on Spherical Astronomi, revisied by R.M. Green, Cambridge

University Prees: Cambridge London New York New Rochelle Melbourne Sydney, Sixt Edition,

1997, hlm. 150.

Page 80: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

67

Hal diatas sebagaimana penulis paparkan menunjukkan

bahwasannya penanggalan Jawa Islam tidak lepas dari unsur budaya

Jawa. Akan tetapi penanggalan Jawa Islam ini juga tidak terpaku kepada

kebudayaan Jawa. Penanggalan ini merupakan penggabungan antara

penanggalan Jawa dan penanggalan Hijriyah.

Sebagaimana sebuah penanggalan, secara garis besar penanggalan

Jawa Islam ini berfungsi sebagai penunjuk hari, bulan, dan tahun. Akan

tetapi keistimewaan dari penanggalan ini khususnya bagi Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat adalah untuk menentukan upacara-upacara

ritual adat istiadat yang masih sering dirayakan oleh Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Baik upacara adat yang biasa ataupun

upacara adat yang bersifat keagamaan.41

Zaman dahulu pada masa kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan

Demak (1412 M), kerajaan Pajang (1546 M), kerajaan Mataram Islam

(1584 M), sejak dicetuskannya penanggalan Jawa Islam kerajaan-

kerajaan tersebut menggunakan penanggalan Jawa Islam sebagai

penetapan acuan ibadah mereka, namun seiring berjalannya waktu

pendidikan semakin berkembang. Pada tahun 1912 saat pemerintahan Sri

Sultan HB VII Gusti Raden Mas Murtedjo dengan gelar Ngarsa Dalem

Sampeyan Dalem Hingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono

VII terdapat wacana bahwasannya KH. Ahmad Dahlan selaku penghulu

keraton memberi usulan bahwasannya penanggalan Jawa Islam ini

41

Wawancara dengan KRT. Rintaiswara., Senin, 27 Desember 2010

Page 81: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

68

disesuaikan dengan penanggalan Hijriyah supaya bisa dijadikan patokan

dalam penentuan waktu ibadah penetapan awal bulan Hijriyah khususnya

Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Dengan sangat bijak Sri Sultan menjawab bahwasannya jika pada

saat hari raya ingin mengacu terhadap penanggalan Hijriyah dalam

pelaksanaannya maka Sri Sultan tidak melarang. Akan tetapi pada saat

perayaan Grebeg Sri Sultan tetap mengacu terhadap penanggalan Jawa

Islam sebagai penetapan waktu perayaan.42

Pada waktu itu hal ini hanya sebatas wacana. Sampai akhirnya

pada tahun 1945 Indonesia merdeka dan menjadi NKRI. Saat itulah

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mulai mengikuti penanggalan

Hijriyah untuk penentuan waktu-waktu ibadah yang berhubungan dengan

penentuan awal bulah Hijriyah. Pada tahun 1945 tidak dirayakan Grebeg

karena pada saat itu sedang terjadi kekacauan di negara Indonesia.43

Alasan bergabungnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan

penanggalan Hijriyah dalam penentuan ibadah awal bulan Hijriyah yang

ditetapkan oleh pemerintah karena karena Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat sudah melebur dengan pemerintah RI semenjak kemerdekaan

RI 1945.

Jika pada saat ini Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tetap

bertahan menggunakan penanggalan Jawa Islam dalam penetapan ibadah

awal bulan Hijriyah, maka dikhawatirkan akan “bingung kawulone” yaitu

42

Ibid . 43

Ibid

Page 82: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

69

akan terjadi kebingungan dan kekacauan dimasyarakat. Akan tetapi

ketetapan pemerintah ini tidak berpengeruh terhadap upacara-upacara

adat istiadat yang dirayakan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.44

Misalnya, 1 Muharram jatuh pada hari Selasa Wage versi

pemerintah RI dan Departemen Agama, akan tetapi versi penanggalan

Jawa Islam jatuh pada hari Rabu. Dalam perayaan 1 Muharram Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat tetap mengikuti ketetapan pemerintah. Akan

tetapi dalam perayaan Grebeg Mulud mereka tetap berpedoman pada

penanggalan Jawa Islam.45

Begitu juga dalam perayaan Grebeg Sawal. Jika terjadi perbedaan

antara penanggalan Jawa Islam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

dengan penanggalan Hijriyah, maka dalam pelaksanaan 1 Syawal keraton

Yogyakarta mengikuti ketetapan pemerintah. Akan tetapi dalam

pelaksanaan Grebeg Sawal mereka tetap menggunakan hitungan

penanggalan Jawa Islam.

Berbeda dengan perayaan Ngabekten. Dalam perayaan Ngabekten

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat lebih luwes dalam memperingatinya.

Karena perayaan Ngabekten berhubungan dengan ketetapan 1 Syawal

yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Jika pemerintah menetapkan 1

Syawal pada hari Rabu sedangkan dalam penanggalan Jawa Islam 1

44

Ibid. 45

Ibid.

Page 83: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

70

Syawal pada hari Kamis maka perayaan Ngabekten dilaksanakan pada

hari Rabu tidak pada hari Kamis.46

Banyak unsur dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang

memiliki arti. Tidak hanya dari sejarah, letak tempat keraton, ataupun dari

segi bangunannya. Akan tetapi upacara-upacara adat istiadat pun

memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta. Acara Grebeg

misalnya. Grebeg dilakukan 3 kali dalam setahun. Yaitu Grebeg Mulud

yang diadakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad

SAW, Grebeg Sawal yang diadakan untuk memperingati hari raya Idul

Fitri, dan Grebeg Besar yang diadakan untuk memeperingati hari raya

Idul Adha.

Oleh karena itulah pada penetapan upacara adat istiadat Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat tetap berpedoman terhadap penanggalan

Jawa Islam, tidak mengikuti penanggalan Hiriyah yang telah ditetapkan

oleh pemerintah RI. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat masih

senantiasa mempertahankan budaya yang mereka miliki.

46

Wawancara dengan KRT. Rintaiswara., Kamis, 14 April 2011.

Page 84: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

71

BAB IV

ANALISIS POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM

DALAM PELAKSANAAN IBADAH DI KERATON NGAYOGYAKARTA

HADININGRAT

A. Analisis Sistem Penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat

Penanggalan Jawa Islam atau yang disebut juga dengan penanggalan

Sultan Agung yang masih dipakai oleh sebagian masyarakat Yogyakarta

merupakan warisan tersendiri bagi umat Islam khususnya bagi para

masyarakat Jawa Islam.

Penanggalan Jawa Islam terdiri dari 354 hari 9 jam. Selisih antara

penanggalan Hijriyah dengan Jawa adalah:

Untuk tahun Jawa = 354 3/8 hari

Untuk tahun Hijriyah = 354 11/30 hari

Selisih dalam satu tahun = 354 3/8 – 354 11/30 =

= 354 45/120 – 354 44/120 = 1/120 hari.

Tahun Jawa Islam = 120 X 354 3/8 = 42525 hari

Tahun Hijriyah = 120 X 354 11/30 = 42524 hari

Sehingga dalam masa 120 tahun tertinggal 1 hari.

Page 85: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

72

Penanggalan Jawa Islam mempunyai siklus 8 tahun yang dinamakan

windu. Dalam 8 tahun terdapat 3 tahun kabisat yang umurnya 355 hari, yaitu

tahun ke 2, tahun ke 5, tahun ke 8. Adapun rumusannya sebagai berikut: 1

Tahun Hijriyah Tahun Jawa Islam Hari- Jam Tahun

1 7 0 hari 9 jam Basithoh

2 8 0 hari 18 jam Kabisat

32 1 1 hari 3 jam Basithoh

4 2 1 hari 12 jam Kabisat

5 3 1 hari 21 jam Basithoh

6 4 2 hari 6 jam Basithoh

7 5 2 hari 15 jam Kabisat

8 6 2 hari 24 jam/

3 hari 0 jam Basithoh

1) “tahun Hijriyah” dan “tahun Jawa Islam”:

Penanggalan Jawa Islam tidak lepas dari penanggalan Hijriyah,

karena Sultan Agung menginduk kepada penanggalan Hijriyah. Jika

dihitung dari pembagian tahun Hijriyah dibagi dengan 1 siklus Jawa Islam

maka:

1043 : 83 = 130, 375 Sisa 3 maka pada saat itu tahun 1043 Hijriyah

merupakan tahun ke 3 Jawa dalam 1 siklus tahun Jawa Islam.

1Wawancara dengan Sayful Mujab, Dosen Falak Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo yang

merupakan putra dari KH. Noor Ahmad ahli falak Jepara. Pada hari Jumat, tanggal 31 Desember

2010. 2Tahun ke tiga ini adalah tahun ke 3 hijriyah dengan konsep pembagian 1 siklus Jawa

Islam yang menjadi tahun pertama Jawa Islam, oleh karena itu tahun ini dinamakan tahun Alip (أ) 3 Dibagi dengan 8 (konsep siklus dalam penanggalan Jawa Islam) untuk menyamakan

antara tahun Hijriyah dengan tahun Jawa Islam.

Page 86: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

73

Tahun ke 3 ini adalah tahun pertama Jawa Islam kemudian

dinamakan tahun Alip (أ) pada penanggalan Jawa Islam.

Pada tahun ke 3 Hijriyah dengan konsep siklus 8 windu inilah

Sultan Agung menetapkan awal penanggalan Jawa Islam. Oleh karena itu

pada tahun ke 3 Hijriyah dengan konsep siklus 8 tahun (1 windu)

dijadikan patokan pertama dalam penanggalan Jawa Islam. Tahun ke 3

Hijriyah adalah tahun ke 1 Jawa Islam.

2) “hari – jam”:

Pada penanggalan Jawa Islam selama satu tahun sekitar 354 3/8

hari, 3/8 hari sama dengan 9 jam. Jika dalam penambahan lebih dari 24

maka dikurangi dengan 24 dan menambah 1 hari. Misalnya:

0 + 9 jam = 9 jam

9 + 9 jam = 18 jam

18 + 9 jam = 27 jam, 27 jam sama dengan 1 hari 3 jam.

1 hari 3 jam + 9 jam = 1 hari 12 jam

3) ”tahun”:

Untuk mengetahui tahun kabisat atau tahun basithoh dengan cara

jumlah jam yang mendekati atau lebih dari 12 jam (0,5 hari) dalam hari

yang sama, jika lebih dan mendekati maka tahun tersebut adalah tahun

kabisat. Dari tabel perhitungan diatas yang mendekati angka 12 adalah

terletak pada tahun Hijriyah ke 2 (0 hari 18 jam) maka kabisat, ke 4 (1 hari

12 jam) maka kabisat, dan ke 7 (2 hari 15 jam) maka kabisat.

Page 87: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

74

Dalam penetapan nama-nama tahun yang digunakan dalam tahun

ataupun bulan Jawa tidak terlepas dari unsur bahasa Arab. Tepatnya adalah

bahasa Arab yang dijawakan.

Adapun perhitungan untuk menentukan nama-nama kurup dalam

penanggalan Jawa Islam adalah: 4

Tahun Jawa

Islam Tahun Nama tahun

Nama

Kurup

7 Basithoh 4 + 6 (و) = 7 – 10 ,10 hari = 3 (ج) Wawu (و)

8 Kabisat 5 + 3 (ج) = 8 Jimakhir (ج أخر)

1 Basithoh 4 + 1 (أ) = (ه) 5 Aliph (أ)

2 Kabisat 5 + 5 (ه) = 7 10 ,10 hari = 3 (ج) Ehe (ه)

3 Basithoh 4 + 3 (ج) = (ز) 7 Jimawal (ج أول)

4 Basithoh 4 + 7 (ز) = 7 – 11 ,11 hari = 4 (د) Je (ز)

5 Kabisat 5 + 4 (د) = 7 – 9 ,9 hari = 2 (ب) Dal (د)

6 Basithoh 4 + 2 (ب) = (و) 6 Be (ب)

Keterangan:

1) Dalam penanggalan Jawa Islam terdapat tahun kabisat dan bashitoh. Tahun

kabisat berjumlah 355 hari sedangkan tahun basithoh berjumlah 354 hari.

Penentuan angka untuk tahun kabisat dan bashitoh adalah:

354: 7 hari = sisa 4 (maka basithoh)

355: 7 hari = sisa 5 (maka kabisat)

2) Perhitungan dimulai pada tahun ke 3. Sebagaimana telah dijelaskan

penulis di atas bahwa tahun ke 3 Hijriyah adalah tahun pertama saat

ditetapkannya penanggalan Jawa Islam oleh Sultan Agung. Pada tahun ke

4 Wawancara dengan Sayful Mujab. op. cit.

Page 88: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

75

3 Hijriyah adalah tahun basithoh maka angkanya adalah 4 sedangkan

untuk kabisat adalah 5. Dan huruf pertama adalah أ) ) maka ditambahkan 1.

3) 45) dalam abjadiah ,(ه) 5 =(أ)1 + بجد۱ )

6, angka 5 adalah huruf ه, setelah itu

angka 57 ,karena hari hanya mencapai 7, maka 10 – 7 hari= 3 ,10 = (ه) 5 +

angka 3 adalah huruf (ج). Huruf yang dipakai untuk menamakan tahun

Jawa Islam adalah huruf-huruf yang digunakan untuk menambah tahun

kabisat atau bashitoh. Oleh karena itu tahun pertama adalah tahun (أ) dan

tahun ke dua adalah tahun (ه).

Keahlian yang dimiliki Sultan Agung dalam mengubah sistem

penanggalan Jawa menjadi sistem penanggalan Jawa Islam tidak lepas dari

unsur budaya Jawa yang mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat Jawa.

Dalam penanggalan ini Sultan Agung mengkomparasi antara perhitungan

Jawa dengan perhitungan Hijriyah.

Sampai saat ini penanggalan Jawa Islam masih digunakan di beberapa

daerah, salah satunya adalah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sistem

perhitungan penanggalan Jawa Islam yang berlaku di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat sudah menggunakan sistem perhitungan Asapon. Berbeda dengan

sistem perhitungan yang masih digunakan di tempat lain, yang masih

mempertahankan Aboge dalam perhitungannya. Salah satunya di kabupaten

Banyumas.

5 Angka ini adalah angka tahun kabisat.

6بجد هوزحطى كلمن سعفص قر شت ثخذ ضظغ ۱ , Muhammad al-faqir bin Abdul Hamid bin

Muhammad Dairi al-batawi, Sulamun Nayirain, Jakarta: Madrasah al- Khoiriyah al- Mansyuriyah,

1925. 7 Angka ini adalah angka tahun bashitoh.

Page 89: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

76

Di daerah Banyumas ini masih menggunakan sistem perhitungan

Aboge dengan dasar kitab “Turki” kitab ini bukanlah kitab yang berasal dari

Turki ataupun menggunakan bahasa Turki, yang dimaksud adalah “tuture si

kaki” (perkataan nenek moyang mereka).8

Selain di Banyumas di daerah Ambarawa Jawa Tengah tepatnya di

desa Kenteng dusun Golak juga masih menggunakan sistem perhitungan

Aboge. Dimana yang dijadikan sebagai acuan adalah buku induk Primbon

Djawa Sabda Guru Kahimpun Dening SPH Handanamangkara. Dengan

merujuk pada buku hisab rukyah ini, bahwasannya dasar dari sistem hisab ini

banyak mengandung petangan jawi.9

Aliran Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyah Mujadidah Al-Aliyah

Dusun Kapas Klopo Peterongan Jombang juga termasuk masyarakat yang

masih mengikuti sistem perhitungan Aboge. Akan tetapi ada perbedaan

dengan aliran ini. Mereka menggunakan Aboge hanya sebagai ancer-ancer

rukyah dalam penetapan awal bulan.10

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sudah menggunakan sistem

perhitungan Asapon. Hal ini menunjukkan bahwa Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat sudah mengikuti reformasi dari penanggalan Jawa Islam. Karena

jika dirunut sampai tahun ini, sistem perhitungan sudah seharusnya

8 Tahrir Fauzi, Studi Analisis Penetapanawal Bulan Kamariah Sistem Aboge Di Desa

Kracak Kecamatan Ajibaranag, Semarang: IAIN Walisongo, 2010, hlm. 52. 9Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen Studi Atas Penentuan Poso Dan Riyoo

Masyarakat Dusun Golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah, op. cit., hlm. 35. 10

M, Rizal Zakaria, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Kalender Jawa Islam

Aboge Sebagai Ancer-Ancer Rukyah Dalam Penentuan 1 Syawal 1430 H Aliran Thoriqoh

Naqsabandiyah Kholidiyah Mujadidah Al-Aliyah Dusun Kapas Klopo Peterongan Jombang,

Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2010, hlm. V.

Page 90: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

77

menggunakan sistem Asapon. Oleh karena itu Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat bisa dijadikan acuan bagi masyarakat yang masih mengikuti

sistem penanggalan Jawa Islam dalam menentukan awal bulan Kamariah.

Namun bukan berarti apa yang dilakukan oleh masyarakat Banyumas

dan penganut aliran Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyah Dusun Kapas Klopo

Peterongan Jombang ini salah. Mereka mempunyai dasar masing-masing

dalam hisab Jawa Islam yang mereka anut.

Dalam sistematika perhitungan penanggalan Jawa Islam, Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat tidak mempunyai cara perhitungan khusus dalam

penentuannya. Seperti cara perhitungan yang penulis cantumkan dalam bab II.

Bab II telah dijelaskan cara perhitungan penanggalan Jawa Islam dengan

menggunakan rumus tertentu. Perhitungan penanggalan Jawa Islam yang

tertera dalam bab II perhitungan penanggalan Jawa Islam tersebut mempunyai

komposisi yang lengkap karena tidak hanya bisa menghitung tanggal 1 Suro

akan tetapi bisa digunakan untuk menghitung bulan-bulan lain beserta hari dan

pasarannya. Sedangkan metode yang digunakan oleh Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat masih secara manual yaitu dengan menggunakan hisab aritmatik

dengan cara mengurutkan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada dasarnya kedua

metode perhitungan penanggalan Jawa Islam tersebut sama benarnya. Akan

tetapi perlu dilakukan revisi dalam perhitungan yang tercantum dalam bab II.

Hal yang perlu direvisi adalah dalam penentuan tahun Dal. Dalam

perhitungan sistem Asapon saat ini tahun Dal sama dengan tahun-tahun

lainnya. Tidak ada lagi keistimewaan dalam tahun Dal sebagaimana dalam

Page 91: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

78

Kitab Primboan Qamarulsyamsi Adammakna11

yang menyebutkan tahun dal

mempunyai keistimewaan dengan jumlah hari 30, 30, 29, 29, 29, 29, 30, 29,

30, 29, 30, 30 dalam tiap bulannya. Hal tersebut bisa dilihat dalam bab II

halaman 42 menjelaskan bahwasannya tahun Dal 1 Suro jatuh pada hari Sabtu

Legi dan dalam halaman 44 menjelaskan bahwa jumlah hari pada tiap

bulannya berbeda yaitu 30, 30, 29, 29, 29, 29, 30, 29, 30, 29, 30, 30, akan

tetapi pada bab III halaman 61 disebutkan bahwa tahun 1 Suro pada tahun Dal

jatuh pada hari Jumat Kliwon. Selain itu jumlah hari dalam setiap bulan pada

tahun Dal tidak lagi memiliki perbedaan dengan tahun-tahun yang lainnya.

Di Indonesia terdapat beberapa cara penentuan awal bulan yakni

dengan metode hisab dan rukyat. Adanya perbedaan cara perhitungan inilah

yang menyebabkan sering terjadinya perbedaan. Namun dalam penetapan

penanggalan Jawa Islam tidak mengalami sengketa dalam penentuan awal

bulan seperti dalam penetapan awal bulan dalam penanggalan Hijriyah.

Secara astronomis, penanggalan Jawa Islam tergolong mathematical

calendar, sedangkan penanggalan Hijriyah tergolong dalam astronomical

calendar. Mathematical atau aritmatical calendar merupakan sistem

penanggalan yang aturannya didasarkan pada perhitungan matematika dari

fenomena alam. Penanggalan Masehi juga tergolong mathematical calendar.

Adapun astronomical calendar merupakan perhitungan penanggalan

11

Kangjeng Pangeran Karya Tjakraningrat, Kitab Primbon Qamarrulsyamsi Adammakna,

op. cit., hlm. 35

Page 92: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

79

berdasarkan fenomena alam seperti penanggalan Hijriyah dan penanggalan

Cina.12

B. Analisis Posisi Penggunaan Penanggalan Jawa Islam dalam Pelaksanaan

Ibadah di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Kultur masyarakat Jawa tidak terlepas dari kultur Hindu-Budha.

Sebelum datangnya agama Islam ke tanah Jawa, agama Hindu-Budha sudah

dulu hadir di tanah Jawa. Sebagaian besar kultur dari masyarakat Jawa

merupakan warisan dari Hindu-Budha. Sampai masuknya agama Islam yang

dibawa oleh para pedagang ke tanah Jawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha

masih melekat dalam masyarakat Jawa.

Sampai akhirnya pengaruh Islam mulai mendominasi masyarakat Jawa

di Nusantara. Seiring dengan itu, simbol-simbol kebudayaan Hindu-Budha

sedikit demi sedikit diganti dengan simbol-simbol kebudayaan Islam. Proses

perubahan itu biasanya tidak secara drastis. Simbol-simbol lama tetap dipakai,

namun esensinya diislamkan. Contohnya pertunjukan wayang. Wayang tetap

digunakan sebagai media, namun ceritanya diubah dan dimodifikasi agar

sesuai dengan pesan-pesan Islam. Ajaran-ajaran Islam pun banyak yang

dikemas dalam tembang-tembang khas Jawa. Begitulah cara yang dipakai oleh

para pendakwah Islam waktu itu. Konon, Sunan Kali Jaga adalah salah satu

yang paling sering menggunakan cara-cara seperti itu.

12

http://www.babadbali.com/pewarigaan/kalender-jawa.htm ditulis oleh Hendro

Setyanto, Asisten di Observatorium Bosscha, Departemen Astronomi-ITB Lembang, Forum

Kajian Ilmu Falak "ZENITH". Pada tanggal 3 Mei 2010

Page 93: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

80

Sebagaimana kita ketahui agama Islam mengajarkan agar para

pemeluknya melakukan kegiatan-kegiatan ritualistik tertentu. Sebagian

pelaksanaan kegiatan ritualistik masyarakat Jawa Islam masih bercampur

dengan pengaruh budaya Hindu-Budha. Seperti dalam pelaksanaan slametan

untuk mendo’akan orang yang telah meninggal, selapanan untuk bayi, upacara

pernikahan, dan lain sebagainya.

Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik upacara-

upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari

keberadaannya dalam perut ibu, lahir, anak-anak, remaja, dewasa sampai

dengan saat kematiannya, atau juga upacara-upacara yang berkaitan dengan

aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mencari nafkah, khususnya bagi para

petani, pedagang, nelayan, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan

tempat tinggal, seperti membangun gedung untuk berbagai keperluan,

membangun dan meresmikan tempat tinggal, pindah rumah, dan sebagaimana.

Upacara-upacara itu ditujukan agar hidup senantiasa dalam keadaan selamat.13

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan salah satu keraton

yang masih tetap eksis dalam melestarikan kebudayaannya. Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat masih sering melakukan ritual-ritual atau upacara-

upacara adat yang mereka percayai. Dalam menentukan upacara adat istiadat

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki penanggalan yang disebut

dengan penanggalan Jawa Islam atau penanggalan Sultan Agung. Penanggalan

inilah yang dijadikan patokan dalam penentuan ritual-ritual atau upacara-

13

Abdul Jamil, et al, Islam dan Kebudayaan Jawa, Gramedia: Yogyakarta, 2000, hlm.

131.

Page 94: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

81

upacara adat mereka. Mereka memiliki ketetapan atau perhitungan tersendiri

dalam penanggalan Jawa Islam ini. Meskipun terkadang terdapat perbedaan

dengan perhitungan penanggalan Hijriyah yang telah ditetapkan oleh

pemerintah RI.

Sebagaimana telah dipaparkan penulis dalam bab III, penggunaan

penanggalan Jawa Islam di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengalami

pergeseran antara sebelum kemerdekaan RI yaitu pada zaman masih

berdirinya kerajaan-kerajaan dengan setelah kemerdekaan RI. Pada kerajaan-

kerajaan Islam penanggalan Jawa Islam mempunyai dua peran penting.

Penanggalan Jawa Islam tidak hanya digunakan dalam penetapan upacara-

upacara adat istiadat akan tetapi penanggalan Jawa Islam juga berfungsi

sebagai penentuan waktu-waktu ibadah dalam penetapan awal bulan

Kamariah. Pada tahun 1912 M terdapat wacana dari KH. Ahmad Dahlan untuk

menetapkan penanggalan Jawa Islam sebagai pedoman mutlak waktu ibadah

yang berhubungan dengan penetapan awal bulan Kamariah, namun hal itu

hanya menjadi sebuah wacana saja. Sampai akhirnya pada tahun 1945 M

Indonesia merdeka dan pada saat itulah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

melebur dengan NKRI.

Tidak hanya dalam sistem pemerintahan akan tetapi dalam penetapan

ibadah yang berkaitan dengan penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan

Dzulhijjah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sudah mengikuti ketetapan

pemerintah RI. Hal demikian karena Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

tetap patuh terhadap keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam

Page 95: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

82

penentuan awal bulan Kamariah. Sebagaimana yang tertulis dalam ayat al-

Quran surat an-Nisa’ 59 yang menganjurkan untuk ta’at kepada ulil amri:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah

Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan

Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)

dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.

Menurut penulis terjadinya pergeseran dalam penggunaan penanggalan

Jawa Islam karena pemerintah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak ingin

masyarakatnya terpecah belah karena keyakinan yang berbeda dalam

menentukan waktu-waktu ibadah. Meleburnya Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat dengan RI dalam penetapan ibadah juga mempunyai tujuan yang

positif. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak menginginkan adanya

kebingungan dan kekacauan masyarakat Yogyakarta. Dengan demikian

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tetap berusaha menjaga keselarasan dan

keharmonisan antara pemerintah RI, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan

masyarakat Yogyakarta.

Meskipun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengikuti penanggalan

Hijriyah akan tetapi dalam penetapan upacara adat istiadat mereka tetap

menggunakan penanggalan Jawa Islam sebagai acuan. Sekalipun terjadi

Page 96: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

83

perbedaan dalam perhitungan, masyarakat Yogyakarta, khususnya abdi dalem

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat masih tetap berpedoman terhadap

penanggalan Jawa Islam. Karena sebagian masyarakat Yogyakarta dan para

abdi dalem percaya dengan perhitungan yang mereka gunakan dalam

menentukan hari-hari upacara adat istiadat yang masih mereka rayakan.

Pemaparan di atas terlihat jelas bahwa penanggalan Jawa Islam ini

kurang berperan dalam penentuan-penentuan ibadah awal bulan Kamariah.

Meskipun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mempunyai perhitungan

penanggalan sendiri, akan tetapi perhitungan dan penetapan itu tidak

digunakan secara umum. Adanya dua pemetaan dalam penggunaan

penanggalan ini merupakan suatu kebijaksanaan pihak Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat.

Alasan tersebut tidak hanya karena meleburnya Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat dengan RI. Akan tetapi dalam penentuan waktu

ibadah yang berhubungan dengan penentuan awal bulan Kamariah mencakup

skala besar, tidak hanya meliputi masyarakat Yogyakarta saja. Sedangkan

untuk penggunaan penanggalan Jawa Islam dalam perayaan ritual dan upacara

adat istiadat hanya mencakup skala kecil. Dalam hal ini penanggalan Jawa

Islam hanya diikuti oleh masyarakat sekitar Yogyakarta.

Seperti yang pernah ditulis oleh Slamet Hambali bahwasannya di

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dibedakan antara tradisi dengan ibadah.

Ketika dalam penentuan tradisi dasarnya adalah penanggalan Jawa Islam, akan

tetapi dalam pelaksanaan ibadah tetap mengikuti pemerintah. Hal itu yang

Page 97: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

84

menjadikan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memilah-milah antara agama

dan budaya14

Dua hal yang menjadi alasan dalam memberlakukan penanggalan Jawa

Islam, yaitu:15

1) Mempertahankan unsur kebudayaan asli Jawa dengan adanya Pakuwon

dan sebangsanya yang diperlukan dalam memperingati hari kelahiran

orang Jawa, untuk mengetahui bagaimana watak manusia dan

memprediksi nasib atau peruntungan menurut primbon Jawa. Karena

kebudayaan Jawa perlu dijaga dan dilestarikan. Termasuk dalam

penanggalan Jawa Islam, karena saat ini tidak banyak lagi orang yang

mempelajari penanggalan Jawa Islam.

2) Menyelaraskan kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Arab. Sistem

pananggalan Tahun Jawa Islam yang hampir sama dengan penanggalan

Hijriyah akan memudahkan masyarakat Islam di Jawa untuk menjalankan

ibadahnya. Masyarakat Jawa akan lebih menerima penyatuan dua unsur

budaya antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Arab dari pada

mengganti kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Arab secara keseluruhan.

Berlakunya penanggalan Jawa Islam sampai saat ini adalah bertujuan

untuk tetap melestarikan unsur kebudayaan yang masih dimiliki oleh Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena kita tahu bahwasannya penanggalan Jawa

Islam merupakan salah satu unsur budaya yang harus tetap dijaga

14

Slamet Hambali, Penentuan Poso Dan Riyoyo Di Kalangan Keraton Yogyakarta, op.

cit., hlm. 61-62. 15

Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi

Hijriyah dan Jawa) , 2009, hlm. 45

Page 98: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

85

keeksistensiannya. Terutama jika melihat fungsi dari penanggalan Jawa Islam

sebagai penentu waktu upacara adat istiadat di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat

Jika diamati, bahwasannya perayaan upacara adat istiadat di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat mempunyai hubungan yang erat dengan hal-hal

keagamaan. Adat istiadat yang mereka punya tidak murni adat istiadat Jawa.

Akan tetapi sebagian perayaan upacara adat istiadat yang dimiliki oleh

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki unsur agama didalamnya.

Adapun macam-macam perayaan upacara adat istiadat yang dilakukan oleh

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat:

1) Siraman Pusaka

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai rasa hormat dan penghargaan

kepada benda-benda pusaka dengan cara membersihkan serta

menempatkan pada tempat yang selayaknya. Hal ini dalam rangka

menjaga keawetan dan kharisma yang ada pada pusaka-pusaka tersebut.

Upacara siraman pusaka berlangsung selama 2 haripada bulan Suro

tiap tahun yaitu pada hari Selasa Kliwon dan Rebo Legi atau Jumat

Kliwon dan Sabtu Legi.

2) Upacara Labuhan

Upacara adat dengan cara melarung atau meletakan barang-barang

tertentu di tempat tertentu yang memiliki kaitan sejarah dengan kereton

Yogyakarta Hadiningrat, sebagai wujud rasa syukur dan permohonan

selamat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tempat-tempat tertentu tersebut adalah Parangkusumo

/Pemancingan Bantul, Gunung merapi Sleman, Gunung lawu

Karanganyar, Dlepih Kahyangan Wonogiri.

3) Upacara Grebeg

Upacara ini adalah upacara untuk memperingati hari besar Islam

dengan prosesi gunungan dilaksanakan satu tahun 3 kali, yakni Grebeg

Mulud, Grebeg Sawal, dan Grebeg Besar. Pelaksanaanya berdasarkan

perhitungan kalender Jawa Sultan Agung. Yaitu pada 12 Mulud, 1 Sawal,

dan 10 Besar.

Tiga hari menjelang hari H (Grebeg) diadakan upacara “numplak”

wajik di pantai Pareden Kemagangan yaitu upacara memulai membuat

gunungan yang diawali dengan dibunyikannya kothekan atau gejog lesung

untuk penolak bala.

Page 99: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

86

Upacara paling besar adalah pada Grebeg Mulud. Karena didahului

dengan perayaan Sekaten dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi

Muhammad SAW.

Dalam Grebeg Mulud dikeluarkan 5 gunungan, khusus tahun Dal

ditambah dengan Gunungan Brama atau Gunungan Kutug karena

mengeluarkan asap. Grebeg Sawal 1 gunungan lanang dan pada Grebeg

Besar dikeluarkan 5 gunungan.

4) Upacara Ngabekten

Merupakan upacara Sawalan atau Halal bi Halal di dalam keraton.

Saat acara ini para abdidalem dari berbagai tingkat dan pangkat

menghadap Sri Sultan dan menghaturkan sembah sungkem dengan laku

dhodhok mencium lutut Ngarsa Dalem.

5) Upacara Pisowanan Grebeg Dal

Pada gerebeg Dal yang berlangsung sekali pada satu windu keraton

Yogyakarta menyelenggarakan Pisowanan Grebeg Dal. Dalam Pisowanan

ini Ngarsa Dalem lenggah sisiwaka di bangsal kencana menghadap ke

timur disertai dengan pusaka-pusaka utama keraton Yogyakarta.

6) Upacara Jumenengan Dalem

Upacara ini merupakan prosesi mulai bertahtanya seorang Sultan

baru. Dilaksanakan di Bangsal Witana Sitihinggil dengan segala

kelengkapan kebesaran keraton.

7) Upacara Wisudan Pangeran

Kenaikan pangkat bagi para putra putri raja dari remaja ke dewasa

menjelang nikah. Seorang putra raja yang semula bergelar BRM, naik

menjadi GBPH lalu KGPH. Upacara ini dilakukan di Bangsal Kencana.

8) Upacara Perkawinan Putra-putri Raja

Dilaksanakan upacara panggih diteruskan pondhongan di tratag

Bangsal Kencana, didahului acara edan-edanan untuk mengusir roh jahat.

Ijab kobul dilakukan di masjid Panepen. Upacara pernikahan ini baku gaya

Mataraman.

9) Upacara Lain.

Upacara adat yang berkaitan dengan kehidupan pribadi raja,

keluarga dan masyarakat Jawa pada umumnya yaitu tingkeb, puputan,

selapanan, tedhak siti, tarapan (putri), khitanan, tinggalan (hari kelahiran)

dan lain-lain.

Upacara adat yang berkaitan dengan kematian yaitu nyurtanah, tiga

hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun,

seribu hari, khoul, dan lain-lain. 16

16

KRT. Rintaiswara, Karaton Ngayugyakarta Hadiningrat Pusat Budaya Jawa, op. cit.,

hlm. 18-32

Page 100: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

87

Acuan penetapan waktu untuk upacara adat istiadat diatas adalah

penanggalan Jawa Islam. Misalnya dalam perayaan Grebeg Mulud, jika

terjadi perbedaan dengan ketetapan yang diberikan oleh pemerintah, pihak

keraton tetap melaksanakan Grebeg Mulud sesuai dengan perhitungan dalam

penanggalan Jawa Islam.

Beberapa upacara adat istiadat diatas terdapat beberapa acara adat yang

berhubungan dengan perayaan-perayaan ibadah umat Islam. Seperti perayaan

Grebeg yang dilakukan sebanyak 3 kali. Yakni Grebeg Mulud, Grebeg Sawal,

dan Grebeg Besar. Dan dari ketiga Grebeg tersebut Grebeg yang paling besar

adalah Grebeg Mulud yang dimaksudkan untuk memperingati hari kelahiran

Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal. Khususnya pada tahun

Dal yang terjadi 8 tahun sekali. Pada tahun Dal perhitungan bulan dibedakan

dengan tahun-tahun yang lainnya. Hal ini untuk tetap menjaga bahwasannya

kelahiran Nabi Muhammad tetap jatuh pada waktu yang sama. Karena jika

diruntut kebelakang, kelahiran Nabi Muhammad tepat pada tahun Dal.

Sedangkan Grebeg Sawal terjadi pada tanggal 1 Syawal. Saat itu umat

Islam sedang merayakan hari raya Idul Fitri. Untuk Grebeg Besar terjadi pada

tanggal 10 Dzulhijjah. Pada saat itu orang-orang Islam sedang merayakan hari

raya Idul Adha dengan menyembelih kurban.

Selain itu ada upacara Ngabekten, yang dilakukan pada bulan sawal.

Seperti halnya umat muslim yang lainnya. Di dalam keraton juga mengadakan

Halal bi Halal antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk para adbdi dalem

Page 101: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

88

melakukan sungkem kepada Sri Sultan. Hal ini dimaksudkan untuk meminta

maaf dan saling memaafkan satu sama lainnya.

Penentuan upacara Ngabekten berbeda dengan penentuan upacara-

upacara adat lainnya. Jika dalam penentuan upacara-upacara adat lainnya

menggunakan penanggalan Jawa Islam, dalam penentuan upacara Ngabekten

mengikuti penanggalan Hijriyah. Hal ini karena upacara Ngabekten adalah

upacara Sungkeman yang biasanya dilakukan pada tanggal 1 Syawal setelah

sholat Idul Fitri. Oleh karena itu dalam penentuan pelaksanaan perayaan

upacara Ngabekten lebih luwes dari pada pelaksanaan perayaan upacara adat

istiadat lainnya.

Bisa dilihat bahwa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak hanya

menjunjung tinggi adat istiadat kebudayaan Jawa semata, akan tetapi adat

istiadat yang berhubungan dengan ibadah khususnya yang berhubungan

dengan penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah ikut

dilestarikan sampai saat ini.

Adanya pemetaan dalam penggunaan penanggalan ini menunjukkan

bahwa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mampu membedakan antara

kebutuhan masyarakat Yogyakarta dengan kebutuhan umat Islam pada

umumnya. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki sifat hati-hati dalam

hal penentuan pelaksanaan ibadah yang dijalani oleh abdi dalem Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat dan masyarakat Yogyakarta. Dalam pelaksanaan

ibadah mereka mengikuti ketetapan pemerintah yang telah dihisab dengan

sistem hisab kontemporer disertai dengan metode Imkanurukyah. Akan tetapi

Page 102: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

89

masyarakat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mempunyai ruang gerak

dalam melaksanakan upacara-upacara adat istiadat di Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat dengan menggunakan penanggalan Jawa Islam sebagai acuan

waktu pelaksanaan perayaan upacara adat istiadat.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak sembarangan dalam

penentuan waktu-waktu pelaksanaan ibadah dan perayaan upacara adat

istiadat. Bagi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat antara pelaksanaan ibadah

dan pelaksanaan upacara adat istiadat merupakan hal yang sama penting.

Kebijakan dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam penentuan waktu

ibadah dengan menggunakan penanggalan Hijriyah dan penentuan waktu adat

istiadat menggunakan penanggalan Jawa Islam mempunyai banyak manfaat.

Pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak memiliki sifat egois dengan

tetap menggunakan penanggalan Jawa Islam sebagai acuan dalam menentukan

waktu pelaksanaan ibadah awal bulan Kamariah. Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat masih mengikuti ketetapan pemerintah dalam penentuan ibadah

awal bulan Kamariah.

Keputusan dalam pemetaan penggunaan penanggalan Jawa Islam di

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan keputusan yang sangat tepat.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat bisa merangkul kedua-duanya antara

kepentingan pelaksanaan adat istiadat dengan kepentingan pelaksanaan

ibadah. Tidak ada permasalahan baik dalam hal penentuan pelaksanaan ibadah

awal bulan Kamariah ataupun dalam hal penentuan pelaksanaan upacara adat

Page 103: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

90

istiadat. Masyarakat Yogyakarta bebas memilih atau mengikuti waktu-waktu

pelaksanaan ibadah mereka khususnya dalam penetapan awal bulan Kamariah.

Sebagai sebuah sistem penanggalan, penanggalan Jawa Islam

merupakan salah satu produk budaya bangsa Indonesia. Sistem penanggalan

Jawa Islam tersebut, seperti halnya budaya Jawa lainnya, karena semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih modern dan lebih akurat maka

secara perlahan penanggalan Jawa Islam ini mulai hilang dari peredaran.

Untunglah masih ada tradisi Grebeg yang masih melekat dan masih dirayakan

upacara-upacara dalam memperingatinya di masyarakat Jawa yang diperingati

secara rutin oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Page 104: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan dan analisis di atas penulis/peneliti,

dapat menyimpulkan bahwa:

1) Dalam penetapan awal bulan Kamariah, Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat saat ini menggunakan sistem hisab

Asapon yang sudah semestinya digunakan saat ini, bukan

menggunakan sistem Aboge lagi. Dalam cara perhitungan

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggunakan sistem

perhitungan aritmatik. Sehingga untuk menentukan awal bulan

atau setidaknya dalam pembuatan penanggalan Jawa Islam ahli

hisab keraton harus tahu penanggalan sebelumnya.

2) Terdapat dua pemetaan dalam penggunaan penanggalan Jawa

Islam. Pada saat sebelum kemerdekaan RI penggunaan Jawa

Islam masih digunakan sebagai penentu pelaksanaan ibadah

awal bulan Kamariah dan penentu pelaksanaan upacara adat

istiadat, akan tetapi penggunaan penanggalan Jawa Islam lebih

berperan terhadap penentuan pelaksanaan upacara adat istiadat.

Setelah kemerdekaan RI penggunaan penanggalan Jawa Islam

mengalami pergeseran, penanggalan Jawa Islam hanya dipakai

sebagai penentu upacara adat istiadat di Keraton

Page 105: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

92

Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam penentuan pelaksanaan

ibadah awal bulan Kamariah Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat mengikuti ketetapan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah RI. Kalau pun terdapat perbedaan perhitungan,

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tetap mengikuti ketetapan

pemerintah dalam penentuan waktu-waktu ibadah khususnya

dalam penentuan awal bulan Kamariah.

B. Saran-saran

1) Pemerintah memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan hisab

rukyah yang terjadi di Indonesia. Pemerintah sekiranya dapat

memberikan sosialisasi tentang penentuan awal bulan Kamariah

kepada masyarakat yang saat ini masih mengikuti perhitungan

Jawa Islam dalam penentuan awal bulan Kamariah, khususnya

bulan-bulan ibadah, yakni Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.

2) Kiranya ada pertukarana wacana terhadap masyarakat yang masih

menggunakan penanggalan Jawa Islam. Dalam hal ini alangkah

baiknya jika pihak keraton turut serta mempublikasikan kepada

masyarakat yang masih berpedoman terhadap penanggalan Jawa

Islam, bahwasanya saat ini sistem perhitungan sudah menggunakan

perhitungan Asapon. Bukan menggunakan sistem Aboge lagi.

Setidaknya terhadap daerah-daerah terdekat. Hal ini bisa dilakukan

salah satunya dengan cara pihak keraton bekerja sama dengan BHR

setempat.

Page 106: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

93

3) Penanggalan Jawa Islam merupakan salah satu warisan kekayaan

intelektual masyarakat Jawa, sehingga harus tetap dilestarikan.

Karena pada saat ini tidak banyak orang yang tahu dan

mempelajari sistem penanggalan Jawa Islam.

4) Ilmu Falak ilmu termasuk ilmu yang langka karena tidak banyak

orang yang mempelajari dan menguasainya. Ilmu falak juga ilmu

yang sangat penting, karena berkaitan dengan waktu-waktu ibadah

baik tentang kiblat, gerhana, dan awal bulan Kamariah. Oleh

karena itu hendaknya ilmu ini tetap dijaga eksistensinya dengan

melakukan pengembangan dan pembelajaran baik bersifat personal

maupun institusi pendidikan formal dan informal. Karena telah kita

ketahui bahwa ilmu ini memiliki peranan sangat penting terhadap

syari’at agama Islam.

C. Penutup

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. penulis ucapkan sebagai

ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan skripsi ini. Meskipun

telah berupaya dengan optimal, penulis yakin masih ada kekurangan dan

kelemahan skripsi ini dari berbagai sisi. Namun demikian penulis berdo’a

dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

para pembaca pada umumnya.

Atas saran dan kritik konstruktif untuk kebaikan dan kesempurnaan

tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih.

Page 107: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

Daftar Pustaka

Abdul Jamil, dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gramedia, 2000.

Al-Halidi, Muhammad Abdul Aziz, Irsyadus Syariy, jilid 4 , Beirut: Darl al-

Kotob al-Alamiyah, 1996.

Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam

Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Al-Jaelani, Zubair Umar, al-Khulashatul Wafiyah, Surakarta : Melati.

Al Qurtuby, Somanto, Arus Cina-Islam-Jawa, Yogyakarta: Inspeal Ahimsakarya,

2003.

Ambary, Hasan, Muarif Menemukan Peradaban, Jakarta: PT Logos Wancana

Ilmu, 1998.

Anam, A.Syifaul, Studi tentang hisab awal bulan Qamariyah dalam kitab

Khulasoh alWafiyah dengan metode hakiki bi tahqiq,Skripsi Sarjana

fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2001.

Ar-Razi, Fakhrudin At-tafsir al-Kabir, Beirut dar al-Fikr, 1398 H juz 5.

Azhari, Susiknan, Pembaharuan Pemikiran Hisab Di Indonesia, Studi

Ataspemikiran Saadoe’ddin Djambek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(Anggota IKAPI) , 2002.

, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta:

Suara Muhamadiyah, 2007.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Depag RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta : Proyek Pembinaan Badan Peradilan

Agama Islam, 1981.

, al- Qur’an dan Terjemahnya A-Jumanatu ‘Ali, Bandung: CV Penerbit J-

ART, 2005.

Direktorat Pendidikan dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam

Departemen Agama RI, Kumpulan Materi Pelatihan Ketrampilan

Khusus Bidang Hisab-Rukyat, Masjid Agung Jawa Tengah, 2007.

Djambek, Saadoeddin, Almanak Djamilijah, Djakarta, 1959.

Page 108: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

Efendi, Zul, Ilmu Falak, Bukit Tinggi: STAIN Bukit Tinggi, 2002.

Endraswar, Suwardi, Budaya Jawa,Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2005.

Fauzi, Tahrir, Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge di

Desa Kracak Kecamatan Ajibaranag Kabupaten Banyumas Jawa

Tengah, Semarang: IAIN Walisongo, 2010.

Hadawi dan Mimi Martin, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajahmada

University Press, 1996.

Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi

Hijriyah dan Jawa) , 2009.

, Melacak Metode Penentuan Poso dan Riyoyo Kalangan Keraton

Yogyakarta.

Hariwijaya, M., Islam Kejawen, Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2006.

Haryadi Baskoro & Sudomo Sunaryo, Catatan Perjalanan Keistimawaan Yogya

meruntun Sejarah Mencermati Perubahan Menggagas Masa Depan,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Izzuddin, Ahmad, Fiqih Hisab Rukyah Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam

Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga,

2007.

, Analisis kritis tentang hisab awal bulan Qamariyah dalam kitab

Sullamun Nayyirain, Skripsi sarjana Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang, 1997.

, Zubaer Umar Al-Jaelany Dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyah Di

Indonesia, Semarang: Fakultas Syari’ah, IAIN Walisongo, 2002.

, Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Tradisional(Studi Atas Pemikiran

Muhammad Mas Manshu al-Batawi), Semarang: Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo, 2004.

, Pemikiran Hisab Rukyah Abdul Djalil (Studi Atas Kitab Fath al-Rauf al-

Mannan), Semarang: Fakultas Syari’ah, IAIN Walisongo, 2005.

, Fiqh Hisab Rukyah Kejawen Studi Atas Penentuan Poso dan Riyoyo

Masyarakat Dusun Golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah,

Semarang: Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2006.

Page 109: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

Kangjeng Pangeran Harya Tjakraningrat, dkk, Kitab Primbon Qamarrulsyamsi

Adammakna, Ngayugyakarta: CV Buana Karya, 1990.

Khazin, Muhyidin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat, Yogyakarta:

Ramadhan Press, 2009.

, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.

, Kamus Ilmu Falak,Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.

Ki Sabdacarakatama, Sejarah Keraton Yogyakarta, Yogyakarta: Narasi, 2008.

KRT. Rintaiswara, KHP Widyabudaya, Karaton Ngayugyakarta Hadiningrat

Pusat Budaya Jawa, 2004.

Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, edisi ke-2, zus. 6, hadis ke- 1776

Mansur, Muh, Sulamun Nayirain, Jakarta: Madrasah al- Khoiriyah al-

Mansyuriyah, 1925.

Maskufa, Ilmu Falak, Jakarta: GP Press, 2009.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,

2002.

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,

1996.

Mujab, Sayful, Studi Analisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam

Kitab Ittifaq Dzatil Bain, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang, 2007.

Mulder, Niels, Mistisisme Jawa Ideologi di Indonesia, Yogyakarta :PT. LKiS

Printing Cemerlang, 2001.

Munawwir, Achmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Cet. I

Surabaya: Pustaka Progressif, 1984.

Nawawi, Abd. Salam, Algoritma Hisab Ephimeris, Semarang: Pendidikan dan

Pelatihan Nasional Pelaksanaan Rukyah Nahdotul Ulama, 2006.

Purwadi, Sejarah Sultan Agung Harmoni Antara Agama Dengan Negara,

Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

Qardlawi, Yusuf, Konsep Ibadah Dalam Islam, Surabaya: Central Media, 1993.

Page 110: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab & Rukyah, Gema Insani Press: Jakarta,

1996.

Saksono, Tono, Mengkompromikan Hisab Rukyat, Amythas Publicita, Center For

Islamic Studies: Jakarta.

Saksono, Widji, Mengislamkan Tanah Jawa: Telaah Atas Metode Dakwah

Walisongo, Bandung: Mizan, 1995.

Sek.Jen PBNU, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta: Lajnah

Falakiyah PBNU, 2006.

Simamora, P., Ilmu Falak (KOSMOGRAFI), Jakarta: CV. Pedjuang Bangsa, 1985.

, Ilmu Falak Cara Praktis Menghitung Waktu Shalat Arah Kiblat Dan

Awal Bulan, Sidoarjo: Aqaba, 2009.

Simon, Hasanu, Misteri Syekh Siti Jenar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

S, Soewito, Babad Tanah Jawi (Galuh Mataram), Delanggu, 1970.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Tjokorda Rai Sudharta, dkk, Kalender 301 Tahun (Tahun 1800 s/d 2100), Balai

Pustaka: Jakarta, 2008.

Wardan, Muh, Hisab Urfi dan Hakiki, Yogyakarta: Siaran, 1957.

W.L. Olthof, Alih Bahasa: H.R. Sumarsono, Babad Tanah Jawi Mulai dari Nabi

Adam Sampai Tahun 1647, Yogyakarta:Narasi, 2007.

W. M. Smart, Textbook on Spherical Astronomi, revisied by R.M. Green,

Cambridge University Prees: Cambridge London New York New

Rochelle Melbourne Sydney, Sixt Edition, 1997.

Zakaria, M. Rizal, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Kalender Jawa

Islam Aboge Sebagai Ancer-Ancer Rukyah Dalam Penentuan 1 Syawal

1430 H Aliran Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyah Mujadidah Al-

Aliyah Dusun Kapas Klopo Peterongan Jombang, Surabaya: IAIN Sunan

Ampel, 2010.

Page 111: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

Arsip Widyabudaya wawancara H.Sudarmadi dengan KRT. Rintaiswara, B. A.,

pada tanggal 8 Desember 2009.

Makalah seminar Nasional sehari hisab rukyah di Tugu Bogor Jawa Barat pada

tanggal 27 April 1992.

Wawancara dengan KRT. Rintaiswara, Senin, 04 Oktober 2010, bertempat di

Widyabudaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Wawancara dengan KRT Rintaiswara, Senin, 13 Maret 2011.

Wawancara dengan KRT. Rintaiswara., Senin, 27 Desember 2010

Wawancara dengan KRT. Rintaiswara., Kamis, 14 April 2011.

Wawancara dengan Sayful Mujab, pada hari Jumat, tanggal 31 Desember 2010.

http://wikipedia.pranatamangsa.com diambil pada tanggal 10 Juni 2009.

http://kompasiana.com. Diambil tanggal 5 Mei 2011.

http://www.babadbali.com/pewarigaan/kalender-jawa.htm ditulis oleh Hendro

Setyanto, Asisten di Observatorium Bosscha, Departemen Astronomi-

ITB Lembang, Forum Kajian Ilmu Falak "ZENITH". Pada tanggal 3 Mei

2010

Page 112: POSISI PENGGUNAAN PENANGGALAN JAWA ISLAM DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/jtptiain-gdl... · a. latar belakang masalah Mengetahui banyaknya sistem perhitungan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Anifatul Kiftiyah

Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 3 Agustus 1989

Alamat Asal : Masangan Kulon RT. 16 RW.o6 Sukodono,

Sidoarjo, Jawa Timur.

Alamat Sekarang : PP. Daarun Najaah Jl. Stasiun No. 275 Jerakah

Tugu Semarang 50151

Pendidikan Formal :

- MI. DARUSSALAM Pagesangan Surabaya,

lulus tahun 2001.

- MTs. UNGGULAN PP. AMANATUL

UMMAH, lulus tahun 2004.

- MA. UNGGULAN PP. AMANATUL

UMMAH, lulus tahun 2007.

- IAIN Walisongo Semarang Fakultas Syari’ah

lulus tahun 2011.

Pendidikan Non Formal :

- PP. IHYA’ ULUMIDDIN, Singojuruh,

Banyuwangi, tahun 2001.

- PP. AMANATUL UMMAH, Siwalankerto

Utara, Surabaya tahun 2002-2007.

- PP. DAARUN NAJAAH, Jerakah, Tugu,

Semarang (2007 – sekarang)

Semarang, 12 Juni 2011

Anifatul Kiftiyah