38
1 POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA KORUPSI Tesis Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama Bidang Hukum (MA.Hk) pada Shari>‘ah al-Fiqh Oleh: Nurul Etika NIM: 12.2.00.0.01.01.0171 Pembimbing: Dr. JM Muslimin, MA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

1

POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT

TERDAKWA KORUPSI

Tesis

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama Bidang Hukum

(MA.Hk) pada Shari>‘ah al-Fiqh

Oleh:

Nurul Etika

NIM: 12.2.00.0.01.01.0171

Pembimbing:

Dr. JM Muslimin, MA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. atas taufik dan

hidayah-Nya sehingga tesis yang sederhana ini dapat terwujud sebagai

syarat untuk memperoleh gelar magister agama dalam bidang hukum.

Salawat dan salam tak lupa pula penulis persembahkan kepada junjungan

dan teladan Nabi Muhammad saw.

Atas terselesaikannya tesis ini, penulis banyak berterima kasih

kepada beberapa pihak yang telah membantu, baik moral maupun material.

Kepada mereka, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya dan semoga Allah swt. memberikan balasan yang tinggi

serta menjadi nilai amal yang baik di sisi-Nya.

Ucapan rasa syukur dan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dr. JM Muslimin, MA sebagai pembimbing sekaligus ketua program

magister yang telah banyak meluangkan waktu dan sabar memberikan

bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA sebagai Direktur Sekolah

Pascasarjana, ketua program doktor Prof. Dr. Didin Saepudin, MA,

serta seluruh guru besar dan dosen, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA,

Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar, MSPD, Prof. Dr. H. Abdul Gani

Abdullah, SH, Prof. Dr. H. Said Agil Husin al-Munawar, MA, Prof.

Dr. Suwito, MA, almarhum Prof. Dr. H. M. Tahir Azhary, SH, Prof.

Dr. Iik Arifin Mansur Noor, Prof. Dr. Murodi, Prof. Dr. Hj. Huzaemah

T. Yanggo, Prof. Dr. Yunasril Ali, Dr. Yusuf Rahman, MA, Dr. Asep

Saepuddin Jahar, MA, M. Zuhdi, M.Ed, Ph.D, Dr. Ali Munhanif, MA,

yang telah memberikan masukan dan kritikan melalui beberapa ujian

di antaranya Work in Progress (WIP) dan Pendahuluan.

3. Dr. Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah

membantu memberikan data dan bersedia meluangkan waktunya

untuk proses wawancara yang penulis butuhkan dalam penyelesaian

tesis ini.

4. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam

membantu penyelesaian tesis ini, seperti petugas perpustakaan

Sekolah Pascasarjana, petugas akademik di sekretariat Sekolah

Pascasarjana yang telah membantu memberikan informasi, serta

teman-teman diskusi yang banyak memberikan inspirasi dan

semangat dalam penulisan tesis, Hifdhotul Munawwarah, Nurjanah,

Rahmah Ningsih, Puji Pratiwi, Reksiana, Arianto, Harun

Mulawarman, M. Zainal Muttaqin, Syafiudin al-Ayubi, Desi, Nuzul

Iskandar, dan rekan-rekan seangkatan lainnya yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Page 3: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

iii

5. Kepada seluruh keluarga, orang tua tercinta ayahanda H. Affandi

Yakin dan ibunda Hj. Jasmaniwar yang telah memberikan motivasi,

dukungan, dan doa yang sangat berharga hingga selesainya penulisan

tesis ini. Kepada adik-adik penulis, Ulfa Husna, Intan Rahmi, dan

Syarah Adha terus semangat belajar pantang menyerah mencapai cita-

cita. Terima kasih ayah, ibu, dan adik-adik, ku persembahkan karya

kecil ini kepadamu.

Sebagai hasil karya manusia, tesis ini dipastikan banyak kekurangan

dan sarat kelemahan, terlebih karena penulis masih dangkal pada aspek

penalaran dan kurangnya informasi serta referensi. Oleh karena itu, penulis

berharap ada masukan dan kritik konstruktif sehingga penelitian ini ke

depannya dapat diperbaiki dan disempurnakan. Semoga karya ini dapat

bermanfaat bagi setiap manusia serta kemajuan bangsa dan agama.

Jakarta, 23 Juni 2015

Penulis

Nurul Etika

Page 4: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Etika

NIM : 12.0.00.0.1.01.0171

Jenjang Pendidikan : Program Magister (S2)

Konsentrasi : Syariah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “Posisi Yuridis

Honorarium Advokat Terdakwa Korupsi” adalah hasil karya saya, kecuali

kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya terdapat

kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Selain itu apabila di dalamnya terdapat plagiasi, maka saya siap dikenakan

sanksi yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 17 Juni 2015

Yang membuat pernyataan,

Nurul Etika

Page 5: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xii

Page 6: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xiii

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedudukan suatu

upah dikatakan halal atau haram tergantung pada jenis pekerjaan yang

dilakukan dan maslahat yang ditimbulkan dari upah tersebut. Penelitian ini

membuktikan bahwa honorarium seorang advokat yang diterima dari

terdakwa tindak pidana korupsi dibolehkan apabila advokat tersebut bekerja

berdasarkan kode etik yang sesuai dengan ajaran agama. Sebagai usaha

preventif yang dapat mencegah advokat terjerat kasus korupsi kliennya,

maka posisi seorang advokat cukup sebagai “wakil” atau pendamping

terdakwa korupsi yang menjaga hak-hak terdakwa (klien) sesuai dengan

sistem waka>lah bi al-khus}u>mah.

Penelitian ini mendukung pernyataan para peneliti sebelumnya, di

antaranya Muslim al-Yu>suf (2001), al-S}a>diq ‘Abd al-Rah}man al-Gharya>ni>

(2003), Muhammad Rustamaji (2007), Binoto Nadapdap (2008) yang

menyatakan bahwa advokat berhak mendapatkan honor, karena profesi

advokat dibutuhkan untuk memberikan jasa hukum. Pernyataan ini

diperkuat dengan ketentuan yang terdapat dalam undang-undang advokat

bahwa advokat berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang telah

diberikan kepada kliennya, meskipun kliennya tersebut merupakan terdakwa

tindak pidana korupsi. Penelitian ini menolak pernyataan beberapa tokoh di

antaranya al-Mawdu>di> (1975), Pamela S. Karlan (1993), Kha>dim H{usayn

(2009) yang menyatakan bahwa tidak diperbolehkan menerima upah/honor

bagi advokat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan normatif, yuridis, komparatif. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah penelusuran kepustakaan dan wawancara. Proses analisis

dilakukan dengan mengumpulkan data dan mencari hubungan antara data

yang ada dengan realitas yang sedang diteliti kemudian membandingkan

pendapat para ulama fikih dengan peraturan perundang-undangan Indonesia.

Kata Kunci: Honorarium, Advokat, Terdakwa, Korupsi, Hukum Islam.

Page 7: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xiv

Page 8: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xv

ABSTRACT

This study concludes that substance the position of honor is called

halal or haram depending on the type of work is performed and maslah}a>t who arising from that honor. This research proves that an advocate

honorarium received from the corruption actor allowed if advocate works

based on the code of ethics according to the dogma. As preventive effort

who can prevent advocate caught in corruption case of his client, then the

position of advocate quite as "representative" or companion of corruption

actor who keep the rights of actor (client) corresponding to the system of

wakalah> bi> al-khus}u>mah.

This study supports the opinions of Muslim al-Yu>suf (2001), al-

S}a>diq 'Abd al-Rah}man al-Gharya>ni> (2003), Muhammad Rustamaji (2007),

Binoto Nadapdap (2008) who states that an advocate is entitled to get

honor, because the profession of advocate is required to provides legal

services. This statement is reinforced the provisions which included in the

constitution of advocate, that an advocate is entitled to receive honorarium

for legal services has been given to his clients, although his client is actor of

corruption. This study rejects the opinions from al-Mawdu>di> (1975), Pamela

S. Karlan (1993), Kha>dim H{usayn (2009) who states that it’s not allowed to

receive honor of an advocate.

This study is a qualitative study by using normative approach,

juridical, and comparative. Methods of data collection used library searches

and interviews. The analysis process is performed by collecting data and

searching relations between existing data with the reality is being studied,

then comparing the statement of the jurists with the laws and regulations of

Indonesia.

Keywords: Honorarium, Advocate, actor, corruption, Islamic law.

Page 9: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xvi

Page 10: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xvii

البحث ملخص

امها أن موقف األجور حبسب حالهلا أم حر الرسالةاالستنتاج الرئيسي يف هذه الرسالة هذه ثبتتيعتمد على نوع عمل الذي يؤدي اليها واملصاحل املستنتجة منها.

ادم يؤسس عمله متثبت حبالل لرشوةاب من املدعي عليه املكافات اليت أخذها احملام أنابلسلوك و االداب الدينية. وقاية للمحام عن التدخل يف مسألة الرشوة هي أن حيدد

فقا أو قرينا للمدعي عليه ابلرشوة و حيافظ على حقوقه و " وكيال"موقفه فيها بكونه .وكالة ابخلصومةبعقد

م يوسفكمسل ن،و السابق نو الباحث تؤكد بعض ما توصل إليه الرسالة هذه، (2007) وحممد روستماجي ،(3002)الصادق عبد الرمحن الغرايين ،(2001)

نأل للمحام، الرواتب الشبهة/ األجور جبواز أخذ ، القائلون(2008) بينوتوا ندابداب القانون يف هذا الرأي ابلفقرة الشرطية املكتوبة ويدعم. من جهده مثرة هي املكافات

أن رغم ل،للموك القانونية قدر خدماهتم املكافات أخذ يف حق احملامني هلم أن احملامى يالباحثين منهم المودود رأيالرسالة هذه رفضت. لرشوةاب من املدعي عليه موك له

مبنع القائلون 2009)) ، خادم حسني(1993) ابميال س. كارالن ،(5791) .الرواتب الشبهة/ األجور أخذ

ة،ياريكاملع االقرتاابتبعض و تستخدم النوعي البحث منالرسالة هذه. و املقابالت يباملكت البحث املستخدمة فيه البياانت مجع طريقة. املقارنة القانونية، و

والوقائع احلالية البياانت بني العالقة عن و البحث البياانت جبمع التحليل عملية تتم .ندونيسياأ يف القوانني و الفقهاء آراء بني املقارنة و اجلارية

: أجرة، حمامي، مدعى عليه، رشوة، شريعة إسالمية. سيةيالرئالكلمة

Page 11: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xviii

Page 12: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu sebagai berikut:

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

}D ض A ا

Ţ ط B ب

}Z ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه،ة S س

W و Sh ش

Page 13: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xx

Y ي }S ص

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fatḥah A A

Kasrah I I

Ḑammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan

Huruf

Nama

... ي Fatḥah dan ya Ai A dan I

... و Fatḥah dan

wau Au

A da W

Contoh:

H{aul :حول H{usain :حسني

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan

Huruf

Nama

<Fatḥah dan alif a ــا a dan garis di

atas

ي Kasrah dan ya Ī ــ I dan garis di

atas

Ḑamah dan wau Ū ــ وu dan garis di

atas

D. Ta’ Marbūţah

Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan ditulis h.

Contoh:

Page 14: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xxi

madrasah :مدرسة mar’ah: مرأة

(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah

diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya,

kecuali dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shiddah

Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu.

Contoh:

Shawwa>l :شو ال <Rabbana :رب نا

F. Kata Sandang Alif + La>m

Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.

Contoh: القلم : al-Qalam

Page 15: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xxii

Page 16: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xxiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI ......................

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN ...............................

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................

ABSTRAK .............................................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI ..............................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

SINGKATAN DAN AKRONIM ............................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah ................................................................

2. Perumusan Masalah .................................................................

3. Pembatasan Masalah ...............................................................

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...............................................

D. Tujuan Penelitian ...........................................................................

E. Manfaat Penelitian .........................................................................

F. Metodologi Penelitian ....................................................................

G. Sistematika Penulisan ....................................................................

BAB II TEORI PENGUPAHAN

A. Konsep Upah menurut Teori Ekonomi

1. Pengertian dan Dasar Hukum Upah ........................................

2. Bentuk-bentuk Pemberian Upah .............................................. 3. Penetapan Sanksi Hukum terhadap Pengupahan .....................

B. Konsep Upah dalam Islam

1. Upah dalam Akad Ija>rah ..........................................................

2. Tujuan Kerja dan Bentuk Kerja ...............................................

3. Kaidah Fikih dalam Upah ........................................................

4. Syubhat dan Haram dalam Upah .............................................

5. Teori Sadd al-Dhari>‘ah ............................................................

BAB III ADVOKAT BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Tindak Pidana Korupsi dalam Perundangan di Indonesia .............

B. Kedudukan Hukum Advokat dalam Melayani Klien .....................

C. Kasus-Kasus tentang Peran Advokat dalam Tindak Pidana Korupsi

........................................................................................................

Page 17: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xxiv

BAB IV HONORARIUM ADVOKAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM

A. Profesi Advokat dalam Islam .........................................................

B. Perjanjian Hubungan Kerja ............................................................

1. Advokat Sebagai Penerima Honorarium .................................

2. Metode Pembayaran Honorarium Advokat .............................

C. Dampak Hukum dari Kesepakatan Perjanjian Hubungan Kerja

dalam Waka>lah ...............................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................

B. Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

GLOSARIUM ........................................................................................

INDEKS .................................................................................................

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................

LAMPIRAN

Page 18: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

xxv

SINGKATAN DAN AKRONIM

GNP

IAIN

ICW

Jo

JPU

KEAI

KPK

KUHAP

KUHD\

KUHP

KUHPer

MA

MUI

PBB

PT

PTUN

RUU

Tipikor

TPPU

UIN

UU

UUD

: Gross National Product

: Institut Agama Islam Negeri

: Indonesian Corruption Watch

: Juncto

: Jaksa Penuntut Umum

: Kode Etik Advokat Indonesia

: Komisi Pemberantasan Korupsi

: Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

: Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

: Mahkamah Agung

: Majelis Ulama Indonesia

: Persatuan Bangsa-Bangsa

: Pengadilan Tinggi

: Pengadilan Tata Usaha Negara

: Rancangan Undang-Undang

: Tindak Pidana Korupsi

: Tindak Pidana Pencucian Uang

: Universitas Islam Negeri

: Undang-Undang

: Undang-Undang Dasar

Page 19: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kasus korupsi telah menjadi isu sentral dalam praktik hukum di

Indonesia. Diagnosis perilaku tentang korupsi tampaknya semakin endemi,

yang dilakukan oleh pelaku bisnis atau para elite birokrat dengan cara yang

profesional dengan memanfaatkan hi-tech dan bentuk kejahatan dimensi

baru bahkan melibatkan investor asing.1 Skandal korupsi telah mewabah

secara internasional ke setiap negara, nilai-nilai budaya tertentu seolah

memberikan peluang bagi koruptor untuk melakukan praktek tersebut,2

sehingga kasus ini tergolong extra-ordinary crimes karena telah merusak

tidak saja keuangan negara dan potensi ekonomi negara, tetapi juga telah

meluluhlantakkan pilar-pilar sosio budaya, moral, politik, tatanan hukum

dan keamanan nasional,3 maka pemberantasannya pun harus disertai dengan

reformasi moral, transformasi gaya hidup, dan perubahan struktural dalam

perekonomian.4

Korupsi yang terjadi di Indonesia dilihat dari sisi modus

operandinya dapat digolongkan kepada: Pertama, suap menyuap di berbagai

sektor, antara lain berupa mafia peradilan, suap menyuap dalam proses

rekrutmen pegawai negeri sipil (PNS), dan lain-lain. Kedua, pungutan-

pungutan liar (pungli) di segala sektor publik. Ketiga, mark up (penggelembungan). Keempat, pembobolan dan kredit macet lembaga

perbankan. Kelima, penggelapan uang negara.5

Korupsi dapat menyangkut janji, ancaman, atau keduanya dapat

dimulai oleh seorang pegawai negeri abdi masyarakat atau pihak lain yang

mempunyai kepentingan, dapat mencakup tindakan-tindakan penghilangan

jejak atau pun komisi, yang melibatkan jasa yang halal maupun tidak halal,

1 IGM Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi

“Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum” (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), 11 2 Bryan W. Husted, “Wealth, Culture, and Corruption,” Journal of

International Business Studies, Vol. 30, No. 2 (2nd Qtr., 1999) : 341 3 Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK: Kajian Yuridis

UURI Nomor 30 Tahun 1999 juncto UURI Nomor 20 Tahun 2001 Versi UURI Nomor 30 Tahun 2002 juncto UURI Nomor 46 Tahun 2009 (Jakarta: Sinar Grafika,

2010), 28 4 Umer Chapra, Islam and Economic Development: A Strategy for

Development with Justice and Stability (New Delhi: Adam Publishers and

Distributors, 2007), 91 5 Abu Fida’ Abdur Rafi’, Terapi Penyakit Korupsi (Jakarta: Republika,

2004), 1

Page 20: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

2

dan bisa terjadi di dalam atau di luar organisasi pemerintah.6 Praktik korupsi

merupakan cermin tingkat kesadaran hukum warga negara. Maraknya

korupsi dapat berarti rendahnya kesadaran hukum dan remuknya supremasi

hukum. Lebih tragis lagi jika korupsi telah merambah kalangan penegak

hukum, sehingga masyarakat akan kehilangan mekanisme sosial yang

berarti.7

Lebih umum faktor penyebab korupsi dapat diklasifikasikan

menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal berkaitan dengan pelaku korupsi sebagai pemegang amanat berupa

jabatan dan wewenang yang diembannya. Hal yang sangat berpengaruh

adalah lemahnya peran agama sebagai pembentuk perilaku masyarakat.8

Sedangkan faktor eksternal berupa sistem pemerintahan dan kepemimpinan

serta pengawasan yang tidak seimbang sehingga bisa membuka peluang

terjadinya korupsi.9 Selain itu, persaingan dalam bidang politik dan bentuk

pemerintahan pun termasuk dalam faktor penyebab korupsi.10

Lebih khusus, tentang kausa atau sebab orang melakukan perbuatan

korupsi di Indonesia di antaranya adalah; Pertama, kurangnya gaji atau

pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan yang makin

hari makin meningkat. Kedua, latar belakang kebudayaan atau kultur

Indonesia yang merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi. Ketiga,

6 Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2001), terj., xx 7 Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi (Jakarta:

Zikrul Hakim, 1997), 58 8 Ghulam Shabbir and Mumtaz Anwar, “Determinants of Corruption in

Developing Countries,” The Pakistan Development Review, Vol. 46, No. 4, 2008

(Winter 2007) : 762 9 Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: Amzah: 2012),

37 10 Sebagian pendapat menyatakan bahwa tingkat korupsi lebih rendah pada

pemerintahan yang diktator dibanding negara-negara yang memiliki sebagian

demokratisasi. Penelitian lainnya mengungkapkan sebaliknya bahwa korupsi tidak

menimbulkan efek yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara

demokrasi, sementara negara-negara non-demokrasi menderita kerugian ekonomi

yang signifikan dari korupsi. Lihat A. Cooper Drury, Jonathan Krieckhaus and

Michael Lusztig, “Corruption, Democracy, and Economic Growth,” International Political Science Review / Revue internationale de science politique, Vol. 27, No. 2

(Apr., 2006) : 1\21. Intervensi negara dalam ekonomi dan persaingan politik yang

lemah memudahkan terjadinya korupsi. Prakteknya teori ini cocok dengan

pengalaman dari sejumlah negara berkembang. Lihat Gabriella R. Montinola and

Robert W. Jackman, “Sources of Corruption: A Cross-Country Study,” British Journal of Political Science, Vol. 32, No. 1 (Jan., 2002) : 147

Page 21: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

3

manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien.

Keempat, penyebab korupsi adalah modernisasi.11

Selain itu nepotisme juga mempengaruhi proses berkembangnya

korupsi yang mengakibatkan hancurnya perekonomian sebuah negara.

Misalnya, nepotisme dapat mengakibatkan kurangnya produktivitas jangka

panjang publik dan swasta. Menurut James Scott (1976) sebagaimana yang

dikutip oleh Ellinor Ostrom, bahwa perilaku korupsi tidak terbatas pada

nepotisme. Beberapa kasus, posisi pelayanan publik yang seharusnya

diberikan kepada masyarakat, sering diganti dengan pelayanan untuk

kepentingan-kepentingan tertentu, terlepas dari keluarga atau status etnis.12

Korupsi tidak semata-mata sebagai tindak pidana yang sanksinya

berhenti di situ saja, lebih lanjut tindak pidana ini juga dapat meluas hingga

tindak pidana pencucian uang.13 Korupsi telah menghancurkan sendi-sendi

yang paling pokok dalam sektor keuangan Indonesia. Pencucian uang dapat

terjadi ketika aktivitas kriminal menghasilkan keuntungan besar, individu

atau kelompok yang terlibat harus menemukan cara untuk mengendalikan

dana tanpa menarik perhatian pada aktivitas yang mendasari atau orang

yang terlibat. Pelaku kejahatan ini melakukannya dengan menyamarkan

sumber, perubahan bentuk, atau memindahkan dana ke tempat yang kurang

mungkin untuk diketahui pihak lain.14 Relevansinya di antara kedua tindak

pidana tersebut merupakan kehendak yang similaritas dari permasalahan

dalam lingkup pers, yaitu delik penyebaran yang merupakan suatu delik

yang mendahului dan dilakukan setelah delik pokok selesai dilakukan.15

Tindak pidana korupsi dan pencucian uang memiliki hubungan timbal balik

dan saling mendukung. Artinya, lingkungan yang dicemari oleh penyakit

korupsi akan memudahkan proses pencucian uang. Begitu juga sebaliknya,

pencucian uang akan memberikan peluang bagi koruptor untuk menikmati

dan mengamankan hasil korupsinya.16

11 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional

dan Internasional (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 13 12 Ellinor Ostrom, etc., Institutional Incentives and Sustainable

Development: Infrastructure Policies in Perspective (USA: Westview Press, 1993),

66 13 Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Penegakan Hukum (Jakarta: Diadit

Media, 2009), 181 14 Vandana Ajay Kumar, “Money Laundering: Concept, Significance and

its Impact,” European Journal of Business and Management, Vol 4, No. 2 (2012) :

114 15 Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Penegakan Hukum (Jakarta: Diadit

Media, 2009), 181 16 I Gde Made Sadguna, “Peranan PPATK dalam Pemberantasan Korupsi

Menuju Good Corporate Governance Sektor Keuangan,” Jurnal Hukum Bisnis, Vol.

24 No. 3 ( 2005) : 19

Page 22: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

4

Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana asal (predicate crime) sebagai delik pokok yang mendahului haruslah dibuktikan terlebih

dahulu. Tindak pidana korupsi adalah salah satu bagian dari hukum pidana

khusus. Keberadaan tindak pidana ini dalam hukum positif Indonesia

sebenarnya sudah ada sejak lama, yaitu sejak berlakunya Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) yang telah diadopsi oleh Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999, yang selanjutnya juga diadopsi oleh Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001.17

Perhatian terhadap tindak pidana korupsi, sudah seharusnya

memperoleh perhatian yang berkaitan dengan unsur-unsur yang termuat di

dalamnya, yaitu: (1) perbuatan yang dilakukan mengandung unsur

“melawan hukum”; (2) mengandung unsur “kesengajaan”; (3) adanya

penyalahgunaan wewenang berkaitan dengan jabatan yang melekat pada

dirinya; (4) perbuatan itu merugikan keuangan maupun perekonomian

negara dan masyarakat. Unsur “melawan hukum” dalam undang-undang No.

20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi selain

mempunyai pengertian formal, juga mengandung pengertian material

sebagai upaya perluasan menghadapi perbuatan-perbuatan koruptif yang

sangat sulit memperoleh pembuktiannya, termasuk perbuatan pencucian

uang dengan menggunakan sarana perbankan yang mengakibatkan kerugian

bagi masyarakat dan negara dalam skala besar.18

Berdasarkan unsur-unsur dan terminologi korupsi, hukum pidana

Islam telah mengkualifikasikan beberapa tindak pidana yang mendekati

terminologi korupsi pada saat ini, beberapa jari>mah tersebut di antaranya

ghulu>l (penggelapan), rishwah (penyuapan), ghas}ab (mengambil paksa

hak/harta orang lain), khianat, sariqah (pencurian), h}ira>bah (perampokan),

al-maks (pungutan liar), al-ikhtila>s (pencopetan), dan al-ihtiha>b

(perampasan).19 Beberapa tindak pidana ini diindikasikan memiliki

kesamaan secara unsur dengan korupsi yang terdiri dari tindak pidana h}ad

(sariqah dan h}ira>bah) dan tindak pidana ta‘zi>r (ghulu>l, rishwah, ghas}ab, khianat, al-maks, al-ikhtila>s, dan al-ihtiha>b).

Pemerintah melalui undang-undang tentang korupsi ini berusaha

maksimal untuk menindaklanjuti para pelakunya dalam setiap tahap

pemeriksaan, tahap penyidikan hingga tahap pembuktian. Ketentuan dalam

proses penyidikan ini tentunya dengan tetap memperhatikan hak-hak

17 Pasal-pasal dalam KUHP tentang tindak pidana korupsi di antaranya

209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435. Pasal-pasal

dalam UU No. 31 Tahun 1999 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13. Pasal-pasal dalam UU

No. 20 Tahun 2001 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 12 A, 12 B, dan 23. Lihat Ermansjah

Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK ..., 34. 18 Indriyanto Seno Adji, “Korupsi Sistemik Sebagai Kendala Penegakan

Hukum di Indonesia,” Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 24 No. 3 (2005), 8. 19 M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012), 78

Page 23: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

5

tersangka20 salah satunya adalah hak yang sama sebagai warga negara untuk

mendapatkan bantuan hukum. KUHAP telah meletakkan landasan prinsip

legalitas dan pendekatan pemeriksaan dalam semua tingkat. Jadi, sesuai

dengan asas legalitas maka aturan-aturan yang berlaku di masyarakat sudah

sepatutnya menempatkan terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan

sebagai manusia yang mempunyai hak asasi dan harkat martabat harga

diri.21

Hak untuk mendapatkan bantuan hukum oleh tersangka didapatkan

dari seorang advokat.22 Keberadaan advokat di tengah proses penyidikan

mempunyai andil yang cukup besar dalam rangka membela hak-hak

tersangka/terdakwa. Pasal 54 dan pasal 55 KUHAP23 menentukan bahwa

hak tersangka/terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum dari advokat

dapat diberikan pada setiap tingkat pemeriksaan.24 Pengabaian terhadap

ketentuan ini mengakibatkan tidak sahnya proses pemeriksaan yang telah

dilakukan terhadap tersangka dalam proses penyidikan. Bahkan berakibat

pada tidak diterimanya tuntutan Jaksa Penuntut Umum, sesuai dengan

putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1565 K/Pid/1991 tanggal 16

September 1993.25

Menurut Ima>m al-Mawdu>di, pengacara atau advokat dilarang dalam

Islam. al-Mawdudi berpendapat bahwa profesi pengacara atau advokat tidak

20 Selain hak tersangka, hak saksi juga harus diperhatikan dalam

persidangan, sehingga masing-masing haknya harus diakomodasi agar seimbang.

Lihat Paul Roberts and Jill Hunter, “The Human Rights Revolution in Criminal

Evidence And Procedure,” Criminal Evidence And Human Rights: Reimagining Common Law Procedural Traditions (May 25, 2012), 21,

http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2066771, (accessed February

12, 2015). 21 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP:

Penyidikan Dan Penuntutan (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 331. 22 Herbert Sturz, “Experiments in the Criminal Justice System,” Federal

Sentencing Reporter, Vol. 24, No. 1 (October 2011) : 5. 23 Pasal 54 dan 55 KUHAP:

Pasal 54: Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat

bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan

pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-

undang ini.

Pasal 55: Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka

atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya. 24 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,

2008), 12 25 Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1565 K/Pid/1991 tanggal 16

September 1993 yang menyatakan: Apabila syarat-syarat permintaan dan/atau hak

tersangka/terdakwa tidak terpenuhi seperti halnya penyidik tidak menunjuk

penasihat hukum bagi tersangka sejak awal penyidikan, tuntutan penuntut umum

dinyatakan tidak dapat diterima.

Page 24: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

6

ada dalil (al-Quran atau Hadis), yang membenarkan profesi tersebut di

pengadilan. Ima>m al-Mawdu>di, bahkan menegaskan profesi pengacara

sering melakukan pemanipulasian hukum Tuhan. Profesi pengacara, tidak

lebih merupakan komoditi keterampilan, untuk membela dan

mempertahankan tuntutan pihak atau klien yang membayar, dan tanpa

mempedulikan bahwa kliennya berada di pihak yang benar atau salah.26

Beberapa pendapat tentang pengingkaran adanya advokat oleh

sebagian ulama tersebut, kemudian mendapatkan bantahan dari mayoritas

ulama bahwa dalam Islam juga dikenal adanya advokat dalam pembelaan

hak tersangka tindak pidana.27 Landasan normatif yang termuat dalam

berbagai ayat dan hadis tentang hukum mengkonsepsikan prinsip dan asas

bantuan hukum dalam proses penegakan hukum Islam.28 Para ahli fikih

mengkonsepsikan pembelaan dari advokat tersebut dalam bentuk yang lebih

dinamis dan komprehensif ke dalam sistem waka>lah (perwakilan).

Berbeda dengan sistem acara pidana di Indonesia, dalam Islam tidak

semua perkara pidana harus didampingi oleh advokat, meskipun dalam

perkembangannya terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Menurut

Ima>m Abu> H{anifah dan Muh}ammad ibn H{asan al-Shaybani, Apabila tindak

pidana tersebut tidak memerlukan pengajuan gugatan kepada hakim seperti

zina dan meminum minuman keras maka tidak boleh diwakilkan. Kemudian

menurut ulama mazhab Sha>fi‘i, tidak boleh mewakilkan tindak pidana yang

menyangkut hak Allah. Berbeda dengan hal itu, Ulama mazhab H{anbali

menyatakan bahwa boleh mewakilkan pembuktian dan pelaksanaan

hukuman yang berkaitan dengan hak-hak Allah SWT seperti zina dan hak-

hak pribadi seperti tindak pidana pencurian.29

26 Al-Ima>m al-Maududi, “Mihnah al-Muh}a>mah,”

http://www.almodares.net/articles, (accessed April 15, 2014). 27 Kebanyakan para ulama mengakui adanya keberadaan pengacara,

pernyataan tersebut didasarkan pada beberapa alasan: Dalil al-Qur’an surat at-

Taubah ayat 60 28 Di antara prinsip-prinsip bantuan hukum dalam penegakan hukum Islam:

prinsip keesaan Allah, keadilan, kebebasan, persamaan, amar makruf nahi mungkar,

tolong menolong, hak Allah dan hak manusia, musyawarah untuk mufakat,

toleransi. Di samping itu, beberapa asas hukum Islam yang erat kaitannya dengan

konsep bantuan hukum di antaranya asas kehormatan manusia, penataan hukum,

kekeluargaan dan kemanusiaan, asas gotong royong dalam kebaikan, asas keadilan,

kelayakan dan kebaikan, menarik manfaat dan menghindari mud}arat, kebebasan dan

kehendak, kesukarelaan. Lihat Didi Kusnadi, Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan UU Advokat dan Penegakan Hukum di Indonesia (Jakarta:

Kementerian agama RI, 2011), 52-54 29 ‘Abd al-Rah}man al-Jazi>ri>, Kita>b al-Fiqh ‘ala> al-Madha>hib al-Arba‘ah

(Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1999), Jilid ke-3, 176-178

Page 25: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

7

Tindak pidana korupsi termasuk dalam pelanggaran hak Allah dan

hak adami,30 karena akibat dari korupsi tidak hanya berdampak terhadap diri

sendiri dan melanggar ketentuan Allah saja, tetapi lebih dari itu, korupsi

bahkan dapat merampas hak dan meruntuhkan kehidupan masyarakat secara

umum. Sehingga apabila tindak pidana tersebut dikualifikasikan dalam

jina>yah, tidak dapat dipastikan bahwa ia masuk ke dalam perkara h}ad

(sariqah dan h}ira>bah), karena unsur-unsur korupsi tidak sepenuhnya

memenuhi unsur-unsur yang tercakup di dalam perkara h}ad tersebut.

Mengingat tidak adanya ketentuan yang baku terhadap tindak pidana ini

dari sumber hukum Islam baik al-Qur’an maupun hadis, maka pembelaan

dan perwakilan untuk terdakwa korupsi masih menjadi perdebatan para

ulama, sebagian mazhab ada yang membolehkan dan sebagian lain tidak

memperbolehkannya.

Di Indonesia, perjalanan profesi advokat merupakan etika perilaku

kehormatan dan kepribadian advokat. Advokat termasuk di dalam kalangan

profesional, yang dalam pelaksanaan profesinya memerlukan suatu tuntunan

dan tolak ukur etika untuk menjalankan profesinya dan untuk menghindari

perilaku profesi yang buruk.31 Kode etik advokat berhubungan dengan

kepribadian seorang advokat pada umumnya, salah satunya hubungan antara

advokat dengan klien.32 Dalam pengaturan kode etik profesi advokat

Indonesia33 dan pasal 21 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 200334 tentang

30 Hak Allah merupakan setiap hal yang melekat pada kepentingan publik

yang tidak seorang pun memiliki kewanangan untuk menuntutnya. Tidak ada jalan

dalam pelaksanaan hak Allah untuk digantikan dengan perdamaian seperti h}udu>d, kafarat, dan lainnya. Pelaksanaan terhadap hak Allah merupakan wujud dari

perdamaian yang dilakukan oleh hamba dengan Tuhannya sehingga tidak dapat

dibatalkan. Apabila seorang pemimpin menghilangkan hak Allah ini, maka Allah

akan melaknat pemberi syafaat dan yang diberi syafaat. Sedangkan hak adami

merupakan hak manusia yang menerima perdamaian dan pengguguran pelaksanaan

hukuman. Ia berhubungan dengan kemaslahatan manusia seperti masalah utang,

ija>rah, shirkah, rahn, h}iwa>lah, kafa>lah dan sejenisnya. Lihat H{asan ‘Ali> al-Sha>dhali>,

Jina>ya>t fi al-Fiqh al-Isla>mi> Dira>sah Muqa>ranah Bayna al-Fiqh al-Isla>mi> wa al-Qanu>n, (Da>r al-Kita>b al-Ja>mi‘i>, 2010), juz 1, 19

31 Eka Martiana Wulansari, “Perkembangan, Peranan dan Fungsi Advokat

dan Organisasi Advokat di Indonesia,” Jurnal Legislasi Indonesia. Vol. 10 No. 1 -

Maret 2013, 35, www.djpp.kemenkumham.go.id/files/doc/2432_JURNAL

LEGISLASI INDONESIA VOL 10 OK.pdf (accessed April 20, 2014) 32 Michael Wood, “Introductory Remarks by Michael Wood”, Proceedings

of the Annual Meeting (American Society of International Law), Vol. 106 (March

2012): 154 33 BAB I Ketentuan Umum Kode Etik Profesi Advokat Indonesia.

Pasal 1 huruf f: Honorarium adalah pembayaran kepada Advokat sebagai imbalan

jasa Advokat berdasarkan kesepakatan dan atau perjanjian dengan kliennya. 34 Pasal 21 UU No. 18 Tahun 2003: (1) Advokat berhak menerima

Honorarium atas Jasa Hukum yang telah diberikan kepada Kliennya. (2) Besarnya

Page 26: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

8

Advokat, diatur tentang kebolehan adanya honor35 tanpa adanya batasan,

tidak terkecuali terhadap klien yang merupakan tersangka tindak pidana

korupsi.36 Selain itu, di dalam kode etik advokat juga dijelaskan tentang

kerahasiaan advokat terhadap klien.37 Kerahasiaan ini mengindikasikan

sebuah kedekatan antara advokat dan kliennya, sehingga tidak dengan

mudah seorang advokat mengungkapkan harta yang dimiliki kliennya yang

diduga merupakan hasil tindak pidana.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), profesi advokat

digolongkan ke dalam perbuatan aktif (tindak pidana positif) sebagaimana

yang terdapat pada pasal 6 dan pasal 12 huruf d,38 sehingga dapat dikatakan

Honorarium atas Jasa Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

secara wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. 35 Terdapat beberapa istilah dalam pembayaran jasa, di antaranya adalah

honor dan upah. Kedua istilah ini memang terlihat sama yaitu pembayaran terhadap

jasa, tetapi pada hakikatnya berbeda. Upah adalah uang dan sebagainya yang

dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah

dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. Upah lebih umum dari honor. Pada

umumnya upah digunakan untuk pelayan toko, buruh pabrik dan buruh kasar.

Sedangkan honor merupakan upah sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada

pengarang, penerjemah, dokter, pengacara, konsultan, tenaga honorer. Kata honor

digunakan untuk kalangan profesional. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia. 36 Muhammad Rustamaji, “Legal Service Fee Penasehat Hukum Terdakwa

Money Laundering dalam Sinkronisasi UU Advokat dan UU Tindak Pidana

Pencucian Uang,” Yustisia, Edisi Nomor 72 Sept. - Des. 2007, 107,

http://jurnal.hukum.uns.ac.id/index.php/Yustisia/article/view/192/179 (accessed

April 20, 2014). 37 Pasal 4 Kode Etik Advokat Indonesia bahwa advokat wajib memegang

rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan

dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Advokat

dan klien itu. 38 Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2001: (1) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau

b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri

sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang

akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk

diadili.

(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1).

Page 27: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

9

bahwa advokat termasuk ke dalam subjek hukum yang dapat dipidana

berdasarkan undang-undang tersebut. Advokat yang menerima hadiah atau

janji sama dengan korupsi. Dalam kaitan ini, “menerima hadiah atau janji”

dikualifikasikan sebagai bentuk suap-menyuap.39

Dalam pemberantasan korupsi sering pihak penyidik terlalu

menfokuskan diri menyidik para pelakunya saja, sehingga penelusuran dana

atau aset negara yang telah dikorupsi terabaikan. Akibatnya, mereka tidak

mengetahui kekayaan si pelaku yang berasal dari hasil korupsi yang

dilakukannya, apalagi jenis dan jumlahnya, di mana disimpan, dan di tangan

siapa saja kekayaan itu berada.40 Apabila seseorang terbukti melanggar delik

pokok (tindak pidana korupsi), maka ia akan pula dianggap terbukti

melakukan tindak pidana pencucian uang sebagai tindak pidana lanjutan

(supplementary crime).41 Advokat yang terbukti melakukan korupsi dengan

dugaan penerimaan suap berdasarkan pasal 6 dan 12 huruf d Undang-Undang

Tipikor, secara tidak langsung ia pun akan terjerat pada pasal 5 Undang-

Undang No. 8 Tahun 2010 tentang pencucian uang42 yang tergolong ke

dalam subjek hukum pasif.

Menurut pasal 12 huruf d begitu juga dalam pasal 6 ayat 1 Undang-

Undang Tipikor dijelaskan bahwa advokat adalah orang yang berprofesi

Pasal 12 huruf d UU No. 20 Tahun 2001:

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah): seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan,

menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau

janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan,

berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. 39 Asmawi, Teori Mas}lah}at dan Relevansinya dengan Perundang-

Undangan Pidana Khusus di Indonesia (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag

RI, 2010), 131 40 Baharuddin Lopa, Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum (Jakarta:

Kompas, 2001), 58 41 Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Penegakan Hukum (Jakarta: Diadit

Media, 2009), 243 42 Pasal 5 UU No. 8 Tahun 2010:

(1) Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,

pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta

Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah).

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak Pelapor

yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

Page 28: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

10

memberikan jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang

memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku. Advokat yang dijadikan subjek hukum dalam ketentuan pasal ini

adalah advokat yang menghadiri sidang di pengadilan. Logikanya adalah

hanya advokat yang menghadiri sidang pengadilan saja yang dimaksud

dalam pasal ini.43

Melirik kepada subjek hukum korupsi, sebagaimana yang tertulis

pada pasal 6 dan 12 huruf d UU No. 20 Tahun 2001, dan juga terdapat dalam

pasal 5 UU No. 8 Tahun 2010 tentang tindak pidana pencucian uang, setiap

orang yang menerima, menguasai, menggunakan atau patut diduga

merupakan hasil tindak pidana, juga dapat dipidana. Dengan adanya

kedekatan profesional antara kedua pihak ini maka sangat mungkin bagi

advokat untuk menduga bahwa keberadaan honor yang diterima dari

kliennya adalah hasil tindak pidana korupsi, sebagaimana yang dijelaskan

pada pasal 6 dan 12 huruf d UU No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan

tindak pidana korupsi.

Tugas seorang advokat adalah melakukan pembelaan terhadap hak

klien yang menjadi tersangka suatu tindak pidana. Pembelaan ini harus

dilakukan dengan profesionalitas yang tinggi. Sebelum vonis hakim

dikeluarkan, kasus klien yang ditanganinya belum dapat dipastikan secara

nyata bersalah atau tidak.44 Sehingga, sekalipun kliennya adalah

tersangka/terdakwa korupsi, ia tetap dituntut untuk membela dan

mendampingi. Jasa hukum advokat dalam pembelaan, berhak dihargai

dengan honorarium yang pantas dari kliennya.

Dalam hukum Islam dijelaskan bahwa asal dari perbuatan manusia

adalah terikat dengan hukum syara’. Hukum syara’ yang terkait dengan

perbuatan manusia adalah hukum-hukum yang dipahami berupa tuntutan

atau memberikan pilihan. Hal ini menjadi cakupan pembagian tuntutan

hukum terhadap perbuatan manusia yang terdiri dari lima macam (al-ah}ka>m al-khamsah), yaitu ija>b (wajib), nadb (sunnah), iba>h}ah (boleh), karahah (tidak disukai), tah}ri>m (larangan).45

43 Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di

Indonesia (Malang: Bayumedia, 2005), 219 44 Keyakinan ini berdasarkan asas praduga tak persalah (presumption of

innocence) bahwa seseorang tidak dapat dinyatakan bersalah sampai terbukti

bersalah di persidangan. Lihat Shima Baradaran, “Restoring the Presumption of

Innocence,” Ohio State Law Journal, Vol. 72, No. 4, (2011) : 3. 45 Pembagian hukum Islam terbagi dua, yaitu hukm taklifi hukm wad }‘i.

hukm taklifi yang termasuk ke dalam hukum positif merupakan hukum-hukum yang

berkaitan dengan tindakan-tindakan manusia yang berkaitan dengan perintah

berbuat atau meninggalkan suatu perbuatan dan yang mengatur perilakunya secara

langsung dalam berbagai bidang yang berbeda dalam kehidupannya. Sedangkan

hukm wad }‘i yang dikenal dengan hukum situasional merupakan hukum yang tidak

menetapkan secara langsung aturan bagi manusia dalam segenap tindakan dan

Page 29: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

11

Pemberian upah secara umum kepada seseorang atas jerih payahnya

dalam bekerja dibolehkan (iba>h}ah) dalam hukum Islam.46 Allah menegaskan

tentang upah dalam al-Qur’an surat at-Taubah: 105, an-Nahl: 97. Fatwa

Dewan Syariah Nasional MUI tentang pembiayaan ijarah juga menjelaskan

bahwa dibolehkannya melakukan pembayaran honor/fee untuk memperoleh

jasa pihak lain yang melakukan pekerjaan tertentu.47 Menurut Al-S}a>diq

‘Abd al-Rah}man al-Gharya>ni, mengambil upah atas jasa persengketaan

(advokat) diperbolehkan karena termasuk dalam kategori ija>rah (sewa-

menyewa) di mana jumlah upah yang diberikan tergantung kepada masa

sengketa dan frekuensi sidang. Bisa juga dikategorikan dalam kategori

ju‘alah (sayembara) jika ia memenangkan perkara dan menyelesaikan

sengketa.48

Muslim Muh}ammad Yu>suf juga mengukuhkan bahwa advokat

memiliki hak berupa honor untuk pekerjaan yang dilakukan dalam lingkup

karirnya. Di antara hak advokat adalah untuk mengambil honor yang

disepakati ketika pekerjaan telah berakhir, dan menerima honor tersebut

sebelum kering keringatnya.49 Advokat yang telah menyelesaikan

pekerjaannya berhak dan lebih pantas mendapatkan honor dengan segera

karena honornya adalah harga kerjanya. Oleh karena itu haram hukumnya

bagi orang yang mampu, menunda-nunda honor kepada seseorang yang

perilakunya. Hukum ini terdiri dari sabab, sharth, mani‘, sah, fasad, batal, ‘azimah, rukhs}ah. Lihat At}a’ bin Khalil, Us}ul Fiqh, terj. (Bogor: Pustaka T{ariqul Izzah,

2003). Baqir al-S}adr dan Murtad}a Murt}ahhari, Pengantar Us}ul Fiqh dan Us}ul Fiqh Perbandingan, terj. (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993). Lihat juga Said Agil Husin

Munawar, Membangun Metodologi Us}ul Fiqh (Telaah Konsep al-Nadb dan al-Karahah) (Jakarta: Ciputat Press, 2004) dan Nasrun Haroen, Us}ul Fiqh 1 (Ciputat:

PT. Logos Wacana Ilmu, 1997). 46 Ah}mad Abu> Sarh}a>n wa ‘Ali> ‘Abd Allah Abu> Yah}ya>, “Faskh al-Ija>rah bi

al-‘Uzr fi al-Fiqh al-Isla>mi>,” ‘Ulu>m al-Shari>‘ah wa al-Qanu>n (2013), 112

http://dspace.ju.edu.jo/xmlui/bitstream/handle/123456789/161685/16.pdf?sequenc

e=1 (accessed February 12, 2015). 47 Tim Penulis Dewan Syariah Nasional, Fatwa Dewan Syariah Nasional

No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah (Jakarta: PT. Intermasa,

2003), 59 48 al-S}a>diq ‘Abd al-Rah}man al-Gharya>ni, Fata>wa al-Mu‘a>mala>t al-Sha>’i‘ah

(al-Qa>hirah: Da>r al-Sala>m, 2003), 32 49 Muslim Muh}ammad Yu>suf, Ujrah al-Muh}a>mi> fi D{haw’i al-Shari >‘ah al-

Isla>miyah (Badl al-At‘ab),

http://faculty.ksu.edu.sa/27566/Documents/%D8%AD%D8%B5%D8%A7

%D9%86%D8%A9%20%D9%88%D8%AD%D9%82.doc (accessed April

25, 2014).

Page 30: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

12

bekerja padanya.50 Kemudian memenuhi semua biaya yang ditanggung pada

saat proses berperkara.51

Senada dengan Muslim Muh}ammad Yu>suf, dari sudut pandang

hukum positif Indonesia, Muhammad Rustamaji menyatakan bahwa seorang

advokat berhak menerima honor atas usahanya dalam mendampingi klien.

Kedudukan advokat yang menerima honor sesuai ketentuan undang-undang

advokat tersebut, tidak dapat dimasukkan dalam kerangka subjek hukum

yang dapat dipidana. Sesuai dengan ketentuan hukum pidana, seseorang

dapat dikenai sanksi pidana sebagai subjek hukum didasari dengan norma

tidak tertulis, tidak ada pidana jika tidak ada kesalahan. Dasar ini berkaitan

erat dengan kemampuan seseorang bertanggung jawab atas perbuatan yang

telah dilakukan.52

Asas tiada pidana tanpa kesalahan menentukan bahwa seseorang

yang melakukan perbuatan pidana tanpa adanya unsur kesalahan baik berupa

kesengajaan maupun kealpaan tidak dapat dijatuhi pidana. Asas ini

didasarkan pada prinsip keadilan. Tidaklah adil menghukum seseorang yang

melakukan perbuatan belaka tanpa kesalahan.53 Menurut pendapat lain juga

disebutkan bahwa asas tiada pidana tanpa kesalahan, Untuk menjatuhkan

pidana kepada orang yang telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan

bilamana ada unsur kesalahan pada diri orang tersebut.54

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Jacob Elfinus Sahetapy

menyatakan bahwa pengacara atau advokat yang menerima honor dari hasil

korupsi bisa dikenakan sanksi hukum. Pendapat ini dianalogikan dengan

keterlibatan para publik figur yang ikut menerima fee dari koruptor. Pada

dasarnya, tidak ada perbedaan perlakuan hukum yang dikenakan kepada

50 Yu>suf al-Qard}a>wi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,

terj., (Jakarta: Rabbani Press, 1997), 404 51 Muslim Muh}ammad Yu>suf, Ujrah al-Muh}a>mi> fi D{aw’i al-Shari>’ah al-

Isla>miyah (Badl al-At‘ab),

http://faculty.ksu.edu.sa/27566/Documents/%D8%AD%D8%B5%D8%A7

%D9%86%D8%A9%20%D9%88%D8%AD%D9%82.doc (accessed April

25, 2014). 52 Muhammad Rustamaji, “Legal Service Fee Penasehat Hukum Terdakwa

Money Laundering dalam Sinkronisasi UU Advokat dan UU Tindak Pidana

Pencucian Uang,” Yustisia, Edisi Nomor 72 Sept. - Des. 2007, 112

http://jurnal.hukum.uns.ac.id/index.php/Yustisia/article/view/192/179 (accessed

April 20, 2014). 53 Wirojono Pradjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia

(Bandung: Eresco, 2003), 77 54 Fully Handayani, Pengantar Hukum Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), 59-61

Page 31: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

13

setiap orang, tidak terkecuali advokat yang secara jelas mendampingi

terdakwa kasus korupsi.55

Pamela S. Karlan juga menyatakan bahwa semakin banyak klien

yang memberikan honor kepada pengacara maka semakin besar peluang

pengacara tersebut terlibat dalam perkara kliennya.56 Lebih lanjut, dalam

proses penyamaran hasil korupsi yang dilakukan dengan pencucian uang,

Yenti Garnasih menyatakan bahwa advokat yang menerima honor dari

kliennya yang sedang tersangkut kasus tindak pidana pencucian uang, maka

bisa dipastikan bahwa advokat yang memperoleh honor tersebut berasal dari

kejahatan yang berarti bisa dikatakan sebagai tindak pidana. Intinya, para

advokat atau pengacara dari tersangka/terdakwa kasus pencucian uang,

dapat dikatakan sebagai pelaku pencucian uang juga kalau menerima honor

dari uang hasil tindak pidana dari klien.57

Gandjar L. Bondan juga menyatakan bahwa pasal 5 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang melarang setiap orang menerima atau menguasai

penempatan, berdasarkan hubungan transaksi apapun harta kekayaan yang

diketahui atau patut diduga sebagai hasil tindak pidana. Jasa advokat

termasuk sebagai salah satu bentuk “menerima” atau “menguasai”. Bila

kliennya adalah pengusaha dan berpotensi memiliki kekayaan yang besar,

maka seorang advokat dapat menafsirkan uang jasanya berasal dari

pendapatan sang klien.58

Islam telah menetapkan bahwa pendapatan yang haram adalah

pendapatan yang didapatkan oleh seseorang melalui cara-cara yang tidak

dibenarkan oleh syariat, baik dengan cara menzalimi harta orang lain tanpa

kerelaan ataupun dengan cara melanggar hukum syariat. Siapa saja yang

menjadikan perbuatan haram sebagai jalan untuk mendapatkan penghasilan

maka uang penghasilannya adalah harta yang haram, dengan berdasarkan

kesepakatan ulama. Rasulullah saw. mengharamkan harta yang didapatkan

dari dua sumber,59 pertama, dari jual beli barang yang diharamkan, kedua,

penghasilan yang didapatkan melalui cara yang tidak diperbolehkan oleh

syariat. Semua harta yang didapatkan dengan cara terlarang yang tidak

55 Sabar Hutasoit, “Layakkah Pengacara Koruptor diperiksa?, 25 Februari

2014, www.tubasmedia.com/berita/layakkah-pengacara-koruptor-diperiksa/

(accessed April 10, 2014). 56 Pamela S. Karlan, “Contingent Fees and Criminal Cases,” Columbia

Law Review, Vol. 93, No. 3 (Apr., 1993) : 595. 57 Redaksi, “Pencucian Uang”, 2010

http://hukum.kompasiana.com/14/05/2012, (accessed May 3, 2014). 58 http://www.hukumonline.com/03/05/2014, (accessed May 4, 2014). 59 Hadis Rasulullah SAW “Dari Abu Mas‘ud al-Ans}a>ri, bahwa

sesungguhnya Rasu>lullah saw., melarang hasil penjualan anjing, upah pelacur, dan upah yang didapatkan oleh dukun.” (HR. Bukha>ri dan Muslim), dalam S}ahih

Bukha>ri hadis nomor 2282 dan S{ahih Muslim hadis nomor 1567.

Page 32: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

14

diizinkan oleh syariat adalah harta yang haram. Haram bagi seorang muslim

untuk memilikinya atau berupaya mendapatkannya dengan melakukan hal

terlarang tersebut. Kha>dim H{usayn60 menyatakan bahwa status honor

pengacara tidak dapat dipastikan apakah benar-benar halal, dan hukum

Islam tidak mengakui adanya transaksi yang masih belum jelas

kehalalannya.61

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu kiranya permasalahan ini

diteliti dan dibahas lebih lanjut yang disajikan dalam bentuk tesis yang

berjudul “Posisi Yuridis Honorarium Advokat Terdakwa Korupsi.”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

b. Sistem upah dalam akad ija>rah.

c. Kriteria subjek hukum yang bisa dikategorikan sebagai

pelaku tindak pidana korupsi.

d. Hak dan kewajiban advokat dalam pembelaan klien menurut

Undang-Undang Advokat.

e. Konsep advokat/pengacara dalam hukum Islam.

f. Perbedaan sistem advokasi dan waka>lah bi al-khus}u>mah

g. Advokat sebagai penerima honor dalam hukum Islam.

h. Metode pembayaran honorarium advokat.

i. Dampak hukum dari kesepakatan perjanjian antara advokat

dan klien.

2. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas,

maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah

60 Kha>dim H{usayn, lahir di Pakistan pada tahun 1953 61 Muslim Muh}ammad Yu>suf, H{al al-Muh}a>mah H{ala>l am H{ara>m?,

http://abdoaborayah.yoo7.com/t643-topic (accessed April 25, 2014).

Perdebatan tentang tidak diakuinya keberadaan pengacara ini dikemukakan dengan

berbagai argumen, di antaranya: Pertama, profesi ini baru dikenal di negara

Islam pada abad ke-12 yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa. Kedua, dalam

Islam tidak boleh adanya perwakilan dalam persengketaan di pengadilan

kecuali dalam hal darurat. Ketiga, honor untuk pengacara tersebut tidak

lepas dari tipuan. Keempat, perwakilan untuk menolak perkara h}ad tidak

dibenarkan dalam hukum Islam. Kelima, pengacara sama hal nya dengan

bersyafa’at terhadap had Allah. Keenam, profesi pengacara tidak ada

bedanya dengan produksi minuman keras dan penjualan daging babi,

sehingga profesi ini merupakan penyelewengan yang tidak dibenarkan

dalam syari’at Islam.

Page 33: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

15

bagaimana kedudukan honor advokat terdakwa tindak pidana korupsi dalam

perspektif hukum Islam?

3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini dibatasi pada masalah seputar honor advokat

yang menangani tindak pidana korupsi di Indonesia dalam perspektif hukum

Islam. Selain itu, Undang-Undang yang digunakan sebagai acuan dalam

penelitian adalah Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (UU No. 20

Tahun 2001), dan Undang-Undang tentang Pencucian Uang (UU No. 8

Tahun 2010), serta Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

C. Kajian Kepustakaan dan Penelitian Terdahulu yang Relevan

Terdapat beberapa studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

ini, di antaranya:

Penelitian oleh Muslim Muh}ammad al-Yu>suf, yang berjudul “Ujrah

al-Muh}a>mi> fi D{aw’i al-Shari>‘ah al-Isla>miyah,” seorang advokat harus

diberikan honor atas jasanya sesuai dengan kesepakatan ketika pekerjaannya

telah berakhir, dan hendaklah pemberian honor advokat tersebut sebelum

kering keringatnya dengan kata lain tidak menangguhkan pembayaran dan

menyegerakannya. Selain itu, penyewa jasa advokat haruslah menanggung

semua biaya saat proses penyelesaian perkara.62 Dengan kata lain, penelitian

ini masih secara umum membahas berbagai hak advokat salah satunya

adalah tentang honorarium. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

penulis terletak pada kasusnya. Penelitian Muslim Muh}ammad al-Yu>suf

membahas advokat secara umum yang memberikan bantuan hukum pada

setiap jenis kasus, namun pada penelitian penulis pokok pembahasan

hanyalah advokat terdakwa korupsi saja.

Selanjutnya penelitian Demba> Cherno> Jallow “al-Muh}a>mah fi> al-

Fiqh al-Isla>mi> wa al-Qa>nu>n.” Penelitian ini secara keseluruhan merupakan

upaya sungguh-sungguh untuk menjelaskan profesi advokat yang

mempertahankan hubungan dengan semua strata sosial. Penelitian ini

bertujuan untuk menyajikan ruang lingkup relatif profesi yang dipraktikkan

oleh advokat. Sehingga memberikan orientasi kepada seorang advokat

muslim yang berkomitmen untuk mematuhi aturan dalam spektrum syariat

Islam. Di antara topik yang disajikan oleh Demba> Cherno> Jallow yaitu

waka>lah bi al-khus}u>mah, sistem waka>lah dan status profesi advokat dalam

Islam dan hukum modern.63 Penelitian ini termasuk dalam kajian

62 Muslim Muhammad Yusuf, Ujrah al-Muh}a>mi> fi> D{haw’i al-Shari>‘ah al-

Isla>miyah (Beirut: Mu’assasah al-Raya>n, 2001),

http://faculty.ksu.edu.sa/27566/Documents/%D8%AD%D8%B5%D8%A7%D9%

86%D8%A9%20%D9%88%D8%AD%D9%82.doc 63 Demba> Cherno> Jallow, al-Muh}a>mah fi> al-Fiqh al-Isla>mi> wa al-Qa>nu>n

(Riyad: Naif Arab Academy for Security Sciences (NAASS), 2003),

http://www.nauss.edu.sa/Ar/DigitalLibrary/Books/Pages/Islamiccriminal.aspx?Bo

okId=689 (accessed February 19, 2015).

Page 34: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

16

kontemporer yang membandingkan sistem perwakilan pada masa klasik

(waka>lah bi al-khus}u>mah) dengan sistem advokasi pada saat ini. Meskipun

dari segi esensi kedua sistem ini memiliki fungsi dan tujuan yang sama,

namun terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya. Pada dasarnya,

objek penelitian penulis sama dengan penelitian ini, namun penelitian

penulis lebih khusus membahas tentang honorarium advokat (waka>lah bi al-khus}u>mah) dalam Islam.

Penelitian dari Asmuni, yang berjudul “Eksistensi Pengacara

dalam Perspektif Islam”. Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa Islam

melindungi hak mendapatkan pembelaan di pengadilan termasuk hak-hak

lain yang terkait erat dengan pembelaan tersebut dengan tetap memberikan

perlindungan dan hak-hak pembelaan di depan pengadilan. Dengan kata lain,

dalam penelitian ini ditetapkan bahwa dalam Islam dikenal adanya profesi

pengacara dan peranannya menurut Islam yang dikenal dengan istilah

waka>lah.

Islam mengharuskan keadilan dalam bidang hukum tanpa membeda-

bedakan antara yang satu dengan yang lain, dan persamaan kedudukan bagi

pihak-pihak yang berperkara, serta memberikan peluang secukupnya dan

juga jaminan hukum untuk mengajukan alasan atau alat bukti secara

langsung maupun melalui kuasa hukum yang telah ditunjuk sesuai dengan

sistem waka>lah yang sudah digariskan di dalam fikih. Mekanisme waka>lah di persidangan terutama dari aspek legalitas, ruang lingkup, hak dan

kewajiban, serta beberapa aspek lain yang berkenaan dengan akad

waka>lah.64 Penelitian Asmuni pada dasarnya membahas tentang seluk beluk

pengacara secara historis dan mekanismenya dalam perspektif Islam. Dalam

64 Pada permulaan perkembangan Islam, waka>lah hanya dilakukan dan

ditetapkan di depan hakim, dengan melakukan pernyataan ijab dan qabul oleh kedua

belah pihak secara lisan maupun tulisan. Namun karena perubahan zaman dan

perkembangan peradaban Islam, serta adanya kebebasan dalam berijtihad di

samping telah diaturnya dasar-dasar beracara di dalam suatu hukum di berbagai

negara, maka sistem waka>lah pun juga diatur antara lain kewajiban para wukala>’ al-da‘wa atau kuasa hukum untuk membuat surat izin dan didaftarkan pada

Departemen Kehakiman. Biasanya profesi kepengacaraan bergabung dalam suatu

lembaga sehingga dalam suatu kasus seorang klien akan didampingi oleh seorang

atau beberapa orang pengacara yang tergabung dalam suatu lembaga. profesi

kepengacaraan sama dengan akad ju‘alah. Oleh sebab itu, hukumnya tidak mengikat

sebelum pekerjaan yang diwakilkan itu terlaksana. Jika muwakkil membatalkan

akad sebelum wakil menyelesaikan tugasnya, maka wakil tersebut berhak atas honor

wajar, dan jika seluruh tugas yang diwakilkan kepadanya dapat diselesaikan, maka

wakil berhak atas honor yang telah disepakati. Hal ini terjadi jika waka>lah dilakukan

tanpa menentukan besarnya honor dan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Lihat

Asmuni, “Eksistensi Pengacara dalam Perspektif Islam,” Jurnal al-Mawarid, Edisi

XII, (2004)

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=8668&val=577

(accessed April 15, 2014).

Page 35: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

17

penelitian ini tidak dikaji tentang honorarium pengacara menurut hukum

Islam, sehingga penelitian ini jelas berbeda dengan penelitian penulis yang

lebih memfokuskan pada honorarium pengacara.

Penelitian Muhammad Rustamaji, dengan judul “Legal Service Fee

Advokat Terdakwa Money Laundering dalam Sinkronisasi UU Advokat dan

UU Tindak Pidana Pencucian Uang”. Dalam penelitiannya, dikatakan

bahwa advokat memiliki hak untuk mendapatkan honor dari kliennya.

Kedudukan advokat yang menerima legal service fee dari klien yang menjadi

tersangka tindak pidana pencucian uang sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2003, tidak dapat dimasukkan dalam kerangka

subjek hukum yang dapat dipidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, sehingga seorang

advokat tidak bisa diidentikkan dengan kliennya. Ia berargumen bahwa

seseorang dapat dikenai sanksi pidana sebagai subjek hukum atas suatu

peraturan perundang-undangan didasari dengan asas tidak ada pidana jika

tidak ada kesalahan. Dasar ini berkaitan erat dengan kemampuan seseorang

bertanggungjawab atas perbuatan yang telah dilakukannya.65

Penelitian Muhammad Rustamaji pada dasarnya memiliki

kesamaan dengan penelitian penulis, yaitu tentang honorarium advokat. Di

dalam penelitian ini juga digunakan Undang-Undang Advokat sebagai

rujukan dan landasan hukum mengenai honor advokat. Namun, kasus yang

diangkat oleh Muhammad Rustamaji adalah tentang pencucian uang serta

sinkronisasi undang-undang tersebut dengan undang-undang advokat,

sehingga penelitian ini jelas berbeda dengan penelitian penulis yang

mengemukakan kasus korupsi.

Penelitian dari Binoto Nadapdap, “Menjajaki Seluk Beluk

Honorarium Advokat.”66 Dalam penelitian tersebut, penulis menyimpulkan

bahwa seorang advokat berhak mendapatkan honorarium atas usaha yang

dilakukannya dalam pendampingan klien. Pernyataan ini berdasarkan

ketentuan perundang-undangan di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2003 tentang Advokat. Memang dalam Undang-Undang tidak

dijelaskan secara rinci mengenai besarnya honorarium advokat, tetapi

peneliti dalam buku ini menetapkan besaran honorarium tersebut dalam

batas yang wajar, artinya tidak memberatkan klien. Pada prinsipnya, tugas

utama advokat adalah memperjuangkan hak-hak terdakwa dengan

melakukan pendampingan di persidangan, sehingga tidak bergantung pada

honorarium. Di antara jenis metode pembayarannya yaitu honorarium

berdasarkan rentenir, kontingen, dan pro bono. Tidak hanya memaparkan

65 Muhammad Rustamaji, “Legal Service Fee Penasehat Hukum Terdakwa

Money Laundering dalam Sinkronisasi UU Advokat dan UU Tindak Pidana

Pencucian Uang,” Jurnal Yustisia, Edisi Nomor 72 Sept. - Des. 2007. 66 Binoto Nadapdap, Menjajaki Seluk Beluk Honorarium Advokat (Jakarta:

Jala Permata, 2008).

Page 36: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

18

bentuk dan metode pembayaran honorarium advokat di Indonesia, ia juga

membandingkan pengaturan honorarium advokat di berbagai negara di

antaranya Malaysia, Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat.

Secara umum, penelitian Binoto Nadapdap memiliki kesamaan

dengan penelitian penulis yaitu tentang honorarium advokat. Perbedaannya,

penelitian Binoto diangkat dan dijelaskan dari perspektif hukum positif

dengan menggunakan Undang-Undang Advokat sebagai landasannya.

Berbeda dengan penulis, honorarium advokat tersebut dipaparkan dari

perspektif hukum Islam, meskipun Undang-Undang Advokat juga

digunakan dalam penelitian ini, namun yang menjadi fokus penulis adalah

hukum Islam itu sendiri. Sehingga juga digunakan kitab-kitab fikih sebagai

rujukan dalam penyelesaiannya. Selain itu, dalam penelitian penulis tidak

hanya menjelaskan honorarium secara umum saja, tetapi lebih khusus yaitu

advokat yang mendampingi klien yang tersangkut perkara korupsi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana

kedudukan honor yang diperoleh advokat dari terdakwa kasus korupsi

perspektif hukum Islam.

E. Manfaat Penelitian

Secara akademis, hasil penelitian ini akan memperkaya penelitian

di bidang hukum khususnya mengenai tindak pidana korupsi serta

hubungannya dengan honor advokat dari terdakwa tindak pidana tersebut.

F. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif67 dan akan dilakukan

melalui pendekatan normatif yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum

tertulis dari berbagai aspek. Penelitian normatif sering kali disebut dengan

penelitian hukum dogmatik yang objek penelitiannya adalah dokumen

perundang-undangan, dokumen hukum, putusan pengadilan, dan laporan

hukum.68 Pendekatan hukum normatif dilakukan dengan cara pengkajian

mendalam mengenai honorarium dalam undang-undang advokat dan kode

etik advokat serta beberapa pasal tentang advokat dalam undang-undang

tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Penelaahan ini dilakukan dengan

cara memahami dan menganalisa maksud yang sebenarnya dari kata per-

kata pada pasal 6 dan 12 huruf d undang-undang tindak pidana korupsi dan

67 Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi objek yang ilmiah.

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrument kunci. Lihat

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2011), 9 68 Muh }ammad ‘Abd al-Kadir, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2004), 101

Page 37: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

19

pasal 5 undang-undang tindak pidana pencucian uang, begitu juga dengan

undang-undang advokat.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang

diperoleh dari sumber-sumber yang telah tersedia di antaranya adalah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010,

Undang-Undang No. 18 Tahun 2003, Kode Etik Advokat Indonesia,

yurisprudensi, KUHP, KUHAP, perundang-undangan lainnya yang terkait,

kitab-kitab fikih, serta wawancara dengan aparat yang berkepentingan

dalam objek penelitian ini, di antaranya adalah aparat yang tergabung dalam

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka pengamatan berbagai

kasus korupsi dan beberapa advokat serta lembaga bantuan hukum yang

terkait guna observasi tentang hubungan advokat terhadap klien termasuk

masalah fee atau honorarium. Kemudian dibutuhkan juga data sekunder

yang menjelaskan data primer seperti buku-buku, tesis, disertasi, jurnal,

surat kabar, artikel internet, hasil seminar, serta berbagai referensi lainnya

yang sesuai dengan penelitian ini.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelusuran

kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan data teoritis

tentang honor yang terkait dengan advokat dari terdakwa kasus korupsi

menurut hukum Islam. Untuk melengkapi data yang relevan dalam

penelitian, penulis merujuk pada undang-undang, peraturan pemerintahan

yang berlaku, dan kitab-kitab us}ul fiqh dan kitab fiqh yang relevan seperti

kitab Wahbah al-Zuhayli> yang berjudul al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh,

Kita>b al-Fiqh ‘ala> al-Madha>hib al-Arba‘ah oleh ‘Abd al-Rah}ma>n al-Jazi>ri,

dan yang lainnya. Selain itu juga dilakukan penelaahan terhadap buku-buku,

disertasi jurnal dan artikel, serta karya ilmiah lainnya yang terkait dengan

penelitian ini.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi

(content analysis)69 dan analisis komparatif. Penerapan komparasi hukum

dalam penelitian ini digunakan untuk memudahkan dalam melakukan

unifikasi, kepastian hukum maupun penyederhanaan hukum.70 Tujuan

analisis diidentifikasi dengan cara deskriptif melalui pengumpulan data dan

mencari hubungan antara data yang ada dengan realitas yang sedang diteliti.

Kemudian data tersebut dianalisa dan ditafsirkan dengan cara

membandingkan pendapat para ulama fikih dengan peraturan perundang-

undangan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari analisis kritis tersebut

terhadap penelitian yang akan dilakukan.

69 Metode analisis ini pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik

untuk menganalisa isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk

mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari

komunikator yang dipilih. Lihat Budd Richard, Content Analysis of Communication (New York: The Mac Millan Company, 1967), 2

70 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), 2007), 263

Page 38: POSISI YURIDIS HONORARIUM ADVOKAT TERDAKWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39505/1/NURUL... · Rizal S. Gueci, SH, MIC sebagai advokat/pengacara yang telah membantu

20

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, bab satu (pendahuluan) yang

diawali dengan latar belakang masalah. Kemudian dirumuskan

permasalahan di antaranya identifikasi masalah, perumusan masalah, dan

pembatasan masalah. Pada bab satu dibahas penelitian terdahulu yang

relevan, tujuan, manfaat, dan metodologi penelitian. Dalam metodologi,

penulis menjelaskan tentang jenis pengumpulan data, alat pengumpulan

data, pengolahan dan analisis data, serta bahan penelitian. Selanjutnya

diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab dua merupakan landasan teori. Pada bab ini akan dibahas

tentang teori upah dan pengupahan, dibagi menjadi; Pertama, konsep upah

menurut teori ekonomi, pengertian dan dasar hukum upah, bentuk-bentuk

pemberian upah, penetapan sanksi hukum tehadap pengupahan. Kedua,

konsep upah dalam Islam yang dibagi menjadi upah dalam akad ija>rah,

tujuan kerja dan bentuk kerja, kaidah fikih dalam upah, syubhat dan haram

dalam upah, serta teori sadd al-dhari>‘ah. Bab tiga membahas tentang advokat bagi pelaku tindak pidana

korupsi. Pada bab ini akan lebih dirinci, bagian pertama tentang tindak

pidana korupsi dalam perundangan di Indonesia. Kemudian bagian kedua

tentang kedudukan hukum advokat dalam melayani klien. Bagian

selanjutnya dibahas tentang kasus-kasus tentang peran advokat dalam

tindak pidana korupsi.

Pada bab empat dibahas tentang honorarium advokat dalam

perspektif Islam. Pada bab ini akan dirinci, yaitu profesi advokat dalam

Islam. Kemudian bagian kedua dibahas mengenai perjanjian hubungan kerja

yang dirinci menjadi dua bagian di antaranya advokat sebagai penerima

honor, dan metode pembayaran honor advokat. Selanjutnya, dampak hukum

dari kesepakatan perjanjian hubungan kerja dalam waka>lah. Bab lima adalah

penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.