Upload
agustinaemasrisianipar
View
145
Download
44
Embed Size (px)
DESCRIPTION
respon seseorang terhadap pengalaman kehilangan significant person dalam hidupnya (berduka).
Citation preview
PROGRAM STUDI
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
POSITIVE RESPONSE TO LOSS
(Dinamika Proses Respon Positif Terhadap Kehilangan dalam Kehidupan Sehari-hari)
AGUSTINA EMASRI SIANIPAR
2015
Abstrak
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi
secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi
atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali. Sedangkan respon positif terhadap kehilangan adalah saat seorang yang
mengalami kehilangan dapat memandang dari sisi positif. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dinamika proses seseorang menemukan sisi positif dari
kehilangan yang dialami. Peneliti menggunakan tiga responden dinamika proses
respon positif terhadap kehilangan disusun dan dibandingkan dengan dinamika
proses yang dihasilkan melalui kajian literature. Hasil penelitian juga merumuskan
definisi respon positif terhadap kehilangan sebagai kemampuan untuk memulai
evaluasi pribadi atau inventarisasi makna kehidupan seseorang.
1
PENDAHULUAN
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson, 2006).
Karakteristik Berduka menurut Burgers dan Lazare (1976) dalam Lambert dan
Lambert (1985), diantaranya: Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan
ketidakyakinan; Berduka yang menujukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat
tentang kehilangan orang yang disayangi; Berduka untuk menunjukka perasaan tidak
nyaman yang sering disertai dengan menangis serta keluhan-keluhan sesak pada dada;
Mengenang almarhum terus menerus; memperoleh pengalaman perasaan berduka;
Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.
PEMBAHASAN
A. Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985) (http://starnurse.blogspot.com/2012/03/konsep-
kehilangan-loss.html). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
2
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Berikut Bentuk-Bentuk Kehilangan:
1) Kehilangan orang yang berarti
2) Kehilangan kesejahteraan
3) Kehilangan milik pribadi
Sifat Kehilangan
1) Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh
diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
2) Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).
Tipe Kehilangan
a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan.
b. Perceived Loss ( Psikologis )
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba atau
dinyatakan secara jelas.
c. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.Individu memperlihatkan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.
Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan benda
3
mungkin tidak menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan seseorang
yang dekat dengan kita.
B. Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku
berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan
dalam bentuk empati. Teori Engels Menurut Engel (1964) (dalam
http://galerymakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-kehilangan-dan-
berduka.html). Proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan
pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
a) Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak kenyataan atau
kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan.
Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung
cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b) Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai merasakan kehilangan
secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan
bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c) Fase III (restitusi) Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan
yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan
kehilangan seseorang.
d) Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
4
e) Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.
Kesadaran baru telah berkembang.
C. Definisi Positive Response to Loss
Teori baru-baru ini, telah mempertajam Perbedaan antara menemukan beberapa
arti dari kehilangan dan menemukan beberapa manfaat dalam Pengalaman akan
kehilangan (Synder 2007). Janoff-Bulman dan Frantz dalam Synder (2007) telah
menyarankan bahwa rasa trauma atau kehilangan melibatkan pemahaman bagaimana
pandangan seseorang tentang dunia (dalam hal keyakinan tentang keadilan,
prediktabilitas dunia sosial seseorang). Mereka merujuk hal ini sebagai makna
comprehensibility. setidaknya dalam budaya Barat, orang cenderung percaya bahwa
peristiwa penting dalam kehidupan mereka dikontrol dan dimengerti. Orang percaya
bahwa Peristiwa negatif tidak terdistribusi secara acak, bahwa orang-orang
mendapatkan apa yang layak untuk mereka, dan keadilan yang akan menang (Janoff-
Bulman, 1992; Lerner, 1980 dalam Synder 2007
Dari salah satu hasil penelitian diketahui bahwa adanya hubungan antara
kemampuan mengatasi rasa kehilangan dan melaporkan manfaat dari kehilangan
tersebut (Davis et al., 1998 dalam Synder 2007). Selain itu, ada sedikit tumpang tindih
dengan cara responden tertentu mengatakan tentang manfaat yang diperolehnya
mengenai kematian.
Meskipun telah menemukan makna dan menemukan manfaat dari suatu
kehilangan dan dapat dikaitkan dengan penyesuaian yang lebih baik. Tetapi tentu saja
waktu untuk menyesuaikannya berbeda. Responden yang membuat rasa kehilangan
mereka dalam 6 bulan pertama umumnya tidak mampu untuk memahami. Selain itu,
mereka yang mengalami kehilangan yang tidak masuk akal untuk pertama kalinya pada
wawancara 13 atau 18 bulan memberikan penjelasan yang berbeda dalam isi dan nada
dari mereka yang masuk akal 6 bulan setelah kehilangan. (Synder, 2007)
Menemukan beberapa manfaat dari suatu kehilangan dan menemukan makna
dalam kehilangan tampak sebagai proses yang berbeda. Pertama, mereka tidak
berkorelasi satu sama lain. Kedua, mereka terungkap sepanjang kurun waktu yang
5
berbeda. Orang-orang yang menemukan makna lebih cepat setelah kehilangan muncul
untuk menemukan makna yang lebih positif dan memiliki penyesuaian emosional yang
lebih baik daripada orang-orang yang menemukan makna lebih lama setelah kehilangan.
Sebaliknya, menemukan manfaat dalam kehilangan terkait dengan penyesuaian positif
terlepas dari ketika manfaat tersebut ditemukan. (Synder, 2007)
D. Proses Positive Response to loss
Positive Response to Loss memiliki proses yang telah dituliskan oleh Synder
(2007) ia menyebutkan beberapa langkah dalam respon positif terhadap kehilangan
yaitu :
1. Penataan Kembali Prioritas
2. Merevisi Tujuan Hidup
3. Penilaian Kembali
Orang-orang yang berduka yang menemukan sesuatu yang positif dalam
kehilangan mereka dan menunjukkan penyesuaian yang lebih baik pada indicator gejala
depresi, gejala stres pasca trauma, dan berdampak positif (Davis et al dalam Synder
2007).
Mungkin dikatakan bahwa menemukan sesuatu positif berkaitan dengan
penyesuaian yang lebih baik hanya karena proxy dalam optimisme disposisional.
Namun kami menemukan bahwa hubungan antara menemukan sesuatu yang positif dan
penyesuaian, tetap signifikan ketika kami mengontrol responden optimisme
disposisional. Dengan kata lain, salah satu alasan optimis dispositional mampu
menyesuaikan diri lebih baik pada kehilangan adalah karena mereka lebih mungkin
untuk menemukan sesuatu yang positif dalam mengalami kehilangan.(Synder, 2007)
6
GAMBAR 1. MODEL SKEMA PROSES PEMAAFAN BERDASARKAN
KAJIAN LITERATUR
Proses mengatasi rasa duka
Reaksi fisik orang yang berduka
7
KEHILANGANFase I (shock dan tidak percaya)
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Fase III (restitusi)
Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang pada almarhum.)
Fase V (menyadari kahilangan tak dapat dihindari)
Mampu Mengatasi Rasa Kehilangan
Penataan Kembali Prioritas
Merevisi Tujuan Hidup
Penilaian Kembali
Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres
pasca trauma
E. Definisi Konseptual dan Operasional Positive Response to Loss
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis membuat definisi konseptual Positive
Response to Loss sebagai Response positif seseorang dalam menghadapi rasa
kehilangan. Mengendalikan emosi negatif yang ada dalam diri dan merevisi
kembali tujuan hidup.
F. Subyek Penelitian
Penulis mewawancarai beberapa subyek dan memilih orang-orang yang dekat
dengan penulis dan mampu memberikan feedback bagi penulis. Akhirnya penulis
mendapatkan tiga orang yang bersedia diwawancarai terkait konsep yang sedang penulis
bahas, ketiga orang coba tersebut antara lain :
- Responden 1, perempuan, usia 19 tahun, sedang menempuh pendidikan S1,
belum menikah dan sama-sama mengikuti perkuliahan dengan penulis,
namun tidak satu kelas. Namun cukup dekat hubungannya.
- Responden 2, perempuan, berusia 19 tahun, sedang menempuh pendidikan
S1, belum menikah dan berteman baik dengan penulis.
- Responden 3, perempuan, berusia 46 tahun, seorang ibu rumah tangga, cerai
mati dengan suami setelah pernikahan 17 tahun, kenal baik dan akrab
dengan penulis.
Sebelum wawancara, penulis meminta terlebih dahulu kesediaan subyek untuk
menjawab pertanyaan seputar konsep yang penulis bawakan, ketika bersedia, baru
kemudian penulis menggunakan alat perekam (handphone) untuk mencatat
wawancara.Ketiga responden tidak keberatan dengan wawancara yang dicatat tersebut.
G. WAWANCARA
Sebelum wawancara dimulai, penulis membuat rancangan pertanyaan yang
dibuat berdasarkan model skema proses yang telah penulis buat sebelumnya. Berikut ini
merupakan rancangan pertanyaan untuk diajukan dalam wawancara dengan orang coba :
a. Apakah saudara pernah mengalami kehilangan orang yang berarti ?
b. Pilih salah satu untuk diceritakan, silahkan ceritakan bagaimana peristiwanya?
c. Bagaimana perasaan saudara pada peristiwa tersebut?
8
d. Apa yang saudara lakukan ketika mengalami kehilangan tersebut ?
e. Bagaimana perasaan saudara setelah itu?
f. Apakah anda meminta bantuan orang lain yang lebih mengetahui hal tersebut?
g. Bagaimana definisi respon positif terhadap kehilangan menurut anda?
Hasil wawancara digunakan untuk membuat skema proses positive response to
loss sekaligus mengkonfirmasi definisi dan proses yang penulis dapatkan melalui
referensi. Ketiga responden memberikan jawaban yang bervariasi tentang proses yang
dilaluinya. Berikut ini merupakan hasil wawancara penulis dengan tiga responden.
Hasil wawancara digunakan untuk mengevaluasi diagram yang diperoleh melalui kajian
literatur.
Responden 1
Responden 1 menceritakan pengalamannya tentang kehilangan seorang sahabat
terbaiknya 6 bulan yang lalu. Sahabatnya meninggal karna sakit kanker. Awalnyaia
merasa sedih dan sangat merasa kehilangan, namun setelah 6 bulan berlalu ia
menyadari bahwa banyak hikmah yang bisa ia ambil dari hal ini. Semenjak sahabat
terbaiknya meninggal ia menjadi sadar bahwa banyak orang yang menyayanginya dan
banyak orang yang memperdulikannya.
Setelah 6 bulan berlalu ia belum bisa sepenuhnya melupakan sahabatnya
tersebut. Ia hanya bisa mendoakan dan terus mengingat hikmah dibalik setiap kejadian
yang ada di kehidupannya. Perlahan tapi pasti ia mulai merevisi kembali tujuan
hidupnya. Berikut ini skema proses respon positif terhadap kehilangan yang
dimunculkan responden.
9
KEHILANGANFase I (shock dan tidak
percaya) Fase II (berkembangnya
kesadaran)
Fase III (restitusi) Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang
pada almarhum.) Fase V (menyadari kahilangan tak dapat
dihindari)
Mampu Mengatasi Rasa
Kehilangan
Penataan Kembali Pioritas
Merevisi Tujuan Hidup
Penilaian Kembali
Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres
pasca trauma
Responden juga mengalami pertumbuhan karakter, berfikir positif
akan kehilangan dan mengambil hikmahnya.
GAMBAR SKEMA PROSES PEMAAFAN RESPONDEN 1
Proses mengatasi rasa duka
Reaksi fisik orang yang berduka
10
Responden 2
Responden 2 menceritakan pengalamannya tentang kehilangan ayah
kandungnnya ketika dia masih menduduki bangku sekolah dasar,pada situasi tersebut
responden 2 sangat merasa sedih dan kaget akan kehilangan ayah kandungnya ia
mengatakan kalau ia sudah mulai melupakan kejadian ayahnya yang meninggal
sewaktu dia masih berada di kelas 3 SD, ia juga mengatakan awalnya dia memang
merasa sedih saat kehilangan ayahnya karena ayahnya adalah orang yang memberi dia
motivasi dalam berpuasa full dari kecil namun setelah dia mulai memikirkan agaimana
perasan ibu dan adik-adiknya yang masih kecil kalau dia menangis maka adiknya juga
akan menangis.
Sampai sekarang dia sudah mulai melupakan kejadian yang terjadi 10 tahun
yang lalu dan dia sekarang ingin mendo’akan ayahnya setiap selesai shalat agar ayah
di tempatkan di sisi terbaik allah SWT dan berfikir positif ke depan.Sesuai Dengan
Pendapat Dari Frankl bahwa ketika seseorang merasakan kurang bermakna, orang
tersebut termotivasi untuk memulihkan atau mengembangkan baru makna hidup untuk
menghindari rasa sakit dan kecemasan dari keberadaan berarti. Berikut ini skema
proses respon positif terhadap kehilangan yang dimunculkan responden.
11
KEHILANGANFase I (shock dan tidak
percaya) Fase II (berkembangnya
kesadaran)
Fase III (restitusi) Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang
pada almarhum.) Fase V (menyadari kahilangan tak dapat
dihindari)
Mampu Mengatasi Rasa
Kehilangan
Penataan Kembali Pioritas
Merevisi Tujuan Hidup
Penilaian Kembali
Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres
pasca trauma
Responden juga berfikir akan
perasaan ibu dan adiknya dan mulai mengikhlaskan kepergian ayahnya
GAMBAR SKEMA PROSES PEMAAFAN RESPONDEN 2
Proses mengatasi rasa duka
Reaksi fisik orang yang berduka
12
Responden 3
Responden 3 mengalami kehilangan soulmate, belahan jiwa atau pasangan
hidup yaitu suaminya. Responden 3 kehilangan suaminya secara tiba-tiba (suddenly).
Kelihangan tersebut merupakan tipe Actual Loss.
Persepsi diri Responden 3 terhadap dirinya sebelum terjadi kejadian tersebut
cenderung tinggi dan sombong. Namun kemudian setelah meninggalnya suami dari
Responden 3, ia menganggap dirinya tidak mampu berbuat apapun. Responden 3
merasa tidak akan mampu menjalani hidup dan sempat terlintas pikiran untuk
mengakhiri hidup. Kemudian setelah memikirkan anak-anaknya responden 3
memutuskan untuk bertahan dan menjalani hidup. Setelah beberapa waktu berlalu,
responden 3 merasa dirinya lebih ‘enjoy’ dari pada dirinya yang dulu, dan juga merasa
yakin akan sanggup dalam menjalani hidupnya.
Hubungan interpersonal responden 3 dan keluarga tidak dapat menjadi faktor
pendukung dalam proses mencari respon positif pada kehilangannya. Keluarga
memberikan dukungan secara verbal, namun responden 3 tidak merasa keluarga benar-
benar membantunya secara nyata. Misalkan untuk member bantuan finansial maupun
menghubungi setelah kejadian tersebut. Namun, responden 3 menemukan hubungan
interpersonal yang baik dengan orang yang memiliki keadaan yang sama dengannya
yaitu kehilangan suami.
Pandangan hidup responden 3 sebelum terjadinya peristiwa kehilangan
cenderung sempit, dimana responden 3 lebih mengandalkan suaminya dalam berbagai
hal. Responden 3 kemudian kehilangan tujuan hidup sepeninggalan suaminya.
Kemudian responden 3 mengalami pertumbuhan karakter dan berfikir lebih terbuka
dalam menjalani hidup, termasuk saat memutuskan pendidikan anaknya. Responden 3
memiliki rasa empati yang baik dalam melihat hidup orang lain dan mengambil sisi
positif ketika menghubungkan dengan situasi yang diahadapinya. Berikut ini skema
proses respon positif terhadap kehilangan yang dimunculkan responden.
13
GAMBAR SKEMA PROSES PEMAAFAN RESPONDEN 3
Proses mengatasi rasa duka
Reaksi fisik orang yang berduka
14
KEHILANGANFase I (shock dan tidak
percaya) Fase II (berkembangnya
kesadaran)
Fase III (restitusi) Fase IV (Menekan seluruh perasaan yang
pada almarhum.) Fase V (menyadari kahilangan tak dapat
dihindari)
Mampu Mengatasi Rasa
Kehilangan
Penataan Kembali Pioritas
Merevisi Tujuan Hidup
Penilaian Kembali
Penurunan gejala stres, depresi, dan gejala stres
pasca trauma
Responden juga mengalami pertumbuhan karakter, berfikir lebih
terbuka, empati yang lebih baik terhadap orang lain.
H. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara kami kepada tiga responden akan respon positif
terhadap kehilangan yang menjadi uji coba, penulis mendapatkan sebuah gambaran
serta bentuk repon positif terhadap kehilangan seseorang itu sangatlah beragam dalam
menanggapi kehilangan orang yang di sayangi seperti yang terjadi pada (responden 1
kehilangan sahabatnya), (responden 2 kehilangan ayah kandungnya), dan (responden 3
yang kehilangan pasangan hidupnya ketika usia pernikahan mereka menginjak 17
tahun).
Penulis yakin jika respondennya di tambah lagi hasilnya akaan berbeda dan
bervariasi bagaimana respon positif yang muncul pada diri mereka akan kehilangan
orang yang dekat dan di sayangi oleh responden mungkin lebih banyak lagi
hasilnya.pada tiga responden yang kami wawancarai memiliki kesamaan dalam
menanggapi kehilangan orang yang mereka sayangi yaitu berfikir positif dan
mengambil hikmah atas kejadian yang telah di takdirkan allah SWT yang terjadi pada
pada tiga responden yaitu (responden 1 pada temannya, responden 2 juga pada ayah
kandungnnya, dan responden pada ibu rumah tangga yang kenal dengan penulis).
Seperti yang terjadi kepada tiga responden yang kami wawancarai proses respon
positif yang terjadi atas kehilangan bagi mereka yaitu pertama shock dan tidak percaya
terjadinya kejadian kehilangan orang yang mereka sayang merasa sedih,selanjutnya
mulai sadar akan hal yang terjadi,mulai menerima keadaan,memaafkan kesalahan
almarhum serta mulai mengembangkan keadaran bahwa sebenarnya setiap yang
bernyawa akan meninggal bahwa Dari salah satu hasil penelitian diketahui bahwa
adanya hubungan antara kemampuan mengatasi rasa kehilangan dan melaporkan
manfaat dari kehilangan tersebut (Davis et al., 1998 dalam Synder 2007).
Seperti yang kita ketahui sebelumnya, orang-orang yang berduka yang menemukan
sesuatu yang positif dalam kehilangan mereka dan menunjukkan penyesuaian yang
lebih baik pada indikator gejala depresi, stres gejala pasca trauma, dan berdampak
positif (Davis et al.,1998 dalam Synder 2007). Mungkin dikatakan bahwa menemukan
sesuatu positif berkaitan dengan penyesuaian yang lebih baik hanya karena proxy dalam
optimisme disposisional. Namun kami menemukan bahwa hubungan antara
menemukan sesuatu yang positif dan penyesuaian, tetap signifikan ketika kami
15
mengontrol responden optimisme disposisional (Davis et al., 1998 dalam Synder 2007).
Dengan kata lain, salah satu alasan optimis dispositional mampu menyesuaikan diri
lebih baik pada kehilangan adalah karena mereka lebih mungkin untuk menemukan
sesuatu yang positif dalam mengalami kehilangan.
Sehingga ketiga responden yang kami wawancarai sudah mulai menerima kenyataan
yang harus ia lewati sesuai dengan Positive Response to Loss memiliki proses yang
telah dituliskan oleh Synder (2007) ia menyebutkan beberapa langkah dalam respon
positif terhadap kehilangan yaitu :
Penataan Kembali Prioritas
Merevisi Tujuan Hidup
Penilaian Kembali
16
DAFTAR REFERENSI
Rando, TA. 1986. Loss and Anticipatory Grief. Lexington: Lexiton Mass
Snyder, C. R; Lopez, S. J. 2002. Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford
University Press.
Wilkinson, Judith.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC
http://starnurse.blogspot.com/2012/03/konsep-kehilangan-loss.html
http://galerymakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-kehilangan-dan-berduka.html
17