Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK Wedelia biflora (L) DC.
TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)
MONA OKTIRISMA
NIM. 14010023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2018
2
3
4
5
ABSTRAK
Mona Oktirisma (NIM: 14010023), Potensi Antibakteri Ekstrak Wedelia
biflora (L) DC terhadap Streptococcus mutans, Skripsi, Program Studi
Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018.
Tanaman Wedelia biflora (L) DC merupakan salah satu tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit gigi, keputihan, obat luka dan untuk
meredakan demam. Menurut masyarakat Panganak (Bukittinggi) lumatan dari
daun dan bunga W. biflora dapat mengobati sakit gigi. Sakit gigi disebabkan oleh
aktivitas bakteri yang merusak jaringan keras pada gigi. Salah satu bakteri
penyebab dari karies (sakit gigi) adalah Streptococcus mutans. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak W. biflora serta konsentrasi
yang efektif dalam menghambat pertumbuhan S. mutans.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2018 di Laboratorium
Universitas Negeri Padang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)yang terdiri atas 11 perlakuan dan
2 kali ulangan. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan ekstrak daun dan
bunga dengan berbagai konsentrasi yang berbeda, sedangkan kontrol positif
menggunakan Listerin. Data diolah dengan Analysis Of Varians (ANOVA)
kemudian dilanjutkan dengan uji BNT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga dan daun W. biflora
memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans dengan
rata-rata diameter zona hambat pada konsentrasi ekstrak bunga 5%, 11%, 18%,
25%, 33% adalah 9,97 mm, 14,17 mm, 14,98 mm, 15,05 mm, 15,47 mm.
Diameter zona hambat pada konsentrasi daun 5%, 11%, 18%, 25%, 33 % adalah
9,9 mm, 10,1 mm, 10,55 mm, 12,45 mm, 11,87 mm, sedangkan kontrol positif
Listerin sebesar 9,52 mm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
ekstrak W. biflora dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.mutans dengan
konsentrasi yang efektif adalah ekstrak bunga dan daun 5%.
iv
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita kirimkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah penulis telah dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Potensi Antibakteri Ekstrak Wedelia biflora (L) DC. terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans”. Selain itu, tidak lupa pula kita ucapkan
shalawat berangkaikan salam kepada pucuk pimpinan umat islam sedunia yaitu
nabi Muhammad SAW, “Allahhumma sholli „ala muhammad wa „ala ali
muhammad” yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Skripsi ini penulis susun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan (STRATA 1). Penulis telah banyak
menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai wujud rasa hormat penulis ucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak berikut :
1. Ibu Dra. Gustina Indriati, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang dengan tulus,
ikhlas membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Yosmed Hidayat, M.Si selaku dosen pembimbing II yang dengan tulus, ikhlas
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Tim Penguji skripsi yang telah memberikan saran serta masukan untuk
penyempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hj. Mulyati, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberi arahan, dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
v
7
5. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera
Barat.
6. Pimpinan STKIP PGRI Sumatera Barat.
7. Bapak/Ibu dosen dan administrasi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat
8. Kepala Laboratorium Universitas Negeri Padang yang telah memberi izin untuk
melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi UNP.
9. Teristimewa kepada kedua orang tua atas curahan doa, serta dukungan moril maupun
materi serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
10. Sahabat dan rekan-rekan Pendidikan Biologi BP 2014 yang memberi semangat dan
membantu penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.
Semoga bantuan, bimbingan, arahan, masukkan, motivasi, koreksi dan
dukungan yang diberikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT, Amin. Penulis berharap semoga hasil penelitian
ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan menjadi sumber yang bermanfaat
dalam bidang Mikrobiologi
Padang, Juli 2018
Penulis
vi
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ......................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
F. Mafaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Wedelia biflora (L) DC .............................................................................. 6
B. Senyawa Antimikroba ................................................................................ 11
C. Streptococcus mutans ................................................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 17
vii
9
B. Alat dan Bahan ........................................................................................... 17
C. Rancangan Penelitian ................................................................................. 17
D. Prosedur Kerja............................................................................................ 18
E. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 21
F. Pengamatan ................................................................................................ 22
G. Analisis Data .............................................................................................. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................................... 23
B. Pembahasan................................................................................................ 24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 29
B. Saran .......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 33
viii
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tanaman Wedelia biflora (L) DC ......................................................................... 6
2. Streptococcus mutans ............................................................................................ 14
3. Zona hambat ekstrak Wedelia biflora (L) DC ....................................................... 24
ix
11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Alur Kegiatan Penelitian .................................................................................... 33
2. Hasil Pengukuran .............................................................................................. 38
3. Analisis Statistic Diameter Zona Hambat Ekstrak Wedelia biflora (L) DC
Terhadap Pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan Metode
Kertas Cakram .................................................................................................... 39
4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ....................................................................... 43
5. Dokumentasi Hasil Penelitian ............................................................................ 46
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan tanaman obat,
biasanya tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan
untuk memperoleh dan bahan bakunya dapat ditanam dipekarangan sendiri,
murah dan dapat diramu sendiri dirumah. Pemakaian obat tradisional juga
memiliki efek samping yang relatif kecil jika diperhatikan kebenaran bahan,
ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan dan ketepatan cara penggunaan
(Nursyiah, 2013).
Penggunaan tanaman sebagai obat disebabkan adanya senyawa
metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid dan terpenoid yang
dimanfaatkan sebagai bahan dasar dari obat-obatan. Senyawa tersebut
menjadi penting karena memiliki aktivitas biologis yang berguna bagi
makhluk hidup (Isa dkk., 2012).
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat adalah seruni laut
atau Wedelia biflora (L) DC. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada W. biflora (L)
DC. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Uli dkk., (2012) W. biflora
mengandung alkaloid, flavonoid, steroid dan terpenoid. Hal tersebut sesuai
juga dengan penelitian Afnidar (2014) bahwa ekstrak metanol W. biflora
1
2
mengandung alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Beberapa penelitian juga
membuktikan bahwa W. biflora bersifat anti jamur, antibakteri, antiffedant
dan antiradang akibat reaksi alergi. Menurut Hasballah dkk., (2006) ekstrak
n-heksana akar W. biflora menunjukkan aktivitas anti bakteri terhadap
Staphylococcus aureus dan Escerichia coli serta menunjukkan aktifitas anti
jamur terhadap Candidia albicans. Ekstrak metanol W. biflora aktif atau
mampu mengahambat pertumbuhan Salmonella typhi, bakteri penyebab
demam tipus (Nurhayati, 2015).
Menurut beberapa masyarakat Panganak (Bukittinggi) tumbuhan W.
biflora dapat dimanfaatkan untuk obat sakit gigi, bagian daun dan bunga
digerus untuk disumbatkan pada gigi yang berlobang. Ginting (2012)
menyatakan bahwa W. biflora sering digunakan sebagai obat untuk
mengobati sakit gigi, keputihan, obat luka dan untuk meredakan demam.
Banyak gangguan ataupun penyakit yang disebabkan oleh bakteri
dengan menginfeksi bagian tubuh tertentu, salah satu bakteri penyebab
gangguan dan penyakit adalah Streptococcus mutans. Bakteri S. mutans
merupakan bakteri golongan gram positif yang bersifat kariogenik karena
mampu menempel pada permukaan gigi. Menurut Volk dan Wheeler (1989)
bakteri S. mutans memiliki enzim glucocyltransferase (GTF) yang mampu
menyekresikan sukrosa menjadi glukan. Pembentukan glukan oleh bakteri ini
berperan dalam membantu melekatnya bakteri pada permukaan gigi. Bakteri
ini menimbulkan plak pada gigi, jika dibiarkan terus menerus plak pada gigi
akan menyebabkan karang gigi dan karies pada gigi (gigi berlobang).
3
Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu
email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada
dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies gigi ini ditandai
dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan
kerusakan bahan organiknya (Pintauli dan Hamada, 2008)
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi karies gigi, salah satu
upaya dalam pencegahan karies gigi adalah dengan penggunaan produk alami
sebagai antibakteri (Jannata dkk., 2014), yaitu dengan pemanfaatan tanaman
yang mengandung senyawa antibakteri.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka penulis
telah melakukan penelitian “Potensi Antibakteri Ekstrak Wedelia biflora (L)
DC. Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans “.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah
dari penelitian ini adalah:
1. Pemanfaatan tanaman obat seperti seruni laut atau Wedelia biflora (L) DC.
oleh masyarakat untuk obat sakit gigi memberikan peluang jika
dikembangkan sebagai agen antibakteri.
2. Bakteri Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri penyebab
karies gigi (sakit gigi).
3. Belum adanya informasi yang pasti mengenai kemampuan Wedelia biflora
(L) DC. dalam menghambat pertumbuahan Streptococcus mutans.
4
4. Belum diketahui informasi yang pasti mengenai konsentrasi Wedelia
biflora (L) DC. yang efektif untuk mengobati sakit gigi.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dari
penelitian ini adalah :
1. Potensi antibakteri ekstrak Wedelia biflora (L) DC. terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans diketahui berdasarkan zona bening yang terbentuk
di sekeliling kertas cakram.
2. Potensi sebagai antibakteri diketahui berdasarkan uji menggunakan ekstrak
daun dan bunga Wedelia biflora (L) DC. Daun yang digunakan adalah
daun ke 3 dari pucuk sampai daun yang dianggap belum mencapai
kategori daun tua dengan bentuk morfologi bercak-bercak hitam dan
kondisi permukaan sedikit kasar dan kaku. Bunga yang digunakan adalah
seluruh bagian bunga yaitu bunga pita dan bunga tabungnya.
3. Penentuan konsentrasi ekstrak Wedelia biflora (L) DC. yang efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi antibakteri ekstrak daun dan bunga Wedelia biflora (L)
DC. dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans ?
5
2. Berapakah konsentrasi ekstrak Wedelia biflora (L) DC. yang efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak Wedelia biflora (L) DC.
terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
2. Untuk mengetahui konsentrasi yang efektif ekstrak Wedelia biflora (L)
DC. dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi informasi pada masyarakat mengenai khasiat tumbuhan Wedelia
biflora (L) DC. sebagai antimikroba
2. Menambah pengetahuan penulis tentang mikrobiologi dan pemanfaatan
tanaman obat sebagai antibakteri
3. Memberikan motivasi kepada masyarakat agar menggunakan bahan alam
untuk pengobatan penyakit
4. Sebagai informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Wedelia biflora (L) DC.
Wedelia biflora (L) DC. atau yang dikenal dengan nama daerah seruni
laut atau sernai merupakan tumbuhan merambat yang dapat ditemukan
disekitar pesisir pantai atau didaerah tepi sawah, tumbuhan ini sangat mudah
dikenali karena memiliki bunga yang bewarna mencolok yaitu kuning terang
cerah, mirip seperti bunga matahari (hanya ukurannya lebih kecil). Termasuk
jenis tumbuhan herba dengan batang menjalar dengan daun terletak saling
berhadapan (Alfaida dkk., 2013). Tumbuhan ini kadang–kadang ditanam
sebagai tumbuhan penutup tanah di perkebunan dengan tujuan untuk
menghindari erosi serta mencegah kehilangan air (Noor dkk., 2012).
Gambar 1. Tanaman Wedelia biflora (L) DC.(Yunasfi, 2013)
1. Morfologi dan Klasifikasi
Wedelia biflora (L) DC. merupakan tumbuhan herba dengan
panjang batang rata-rata 1-5 meter. Batang bulat, sering kali bewarna
6
7
keunguan, batang tidak kasar atau rata (laevis). Daun duduknya
berhadapan (folia decusata), bulat telur dan memanjang (ovalis), dengan
pangkal berangsur menyempit sepanjang tangkainya dan ujungnya
meruncing (acutus), tepi daun bergerigi dangkal, berambut. Bunga cakram
banyak dengan tabung kepala sari coklat tua atau hitam. Tangkai putik
dengan 2 cabang bentuk benang yang panjang. Buah keras bersegi bentuk
baji dengan panjang lebih kurang 3 mm dan bewarna hitam (Steenis,
2011). Wedelia biflora (L) DC merupakan tumbuhan yang sistem
perakarannya akar tunggang dan mempunyai arah batang menjalar.
(Yunasfi, 2013)
Wedelia biflora (L) DC. memiliki kedudukan taksonomi yang
tergolong kedalam Kingdom Plantae dari Divisio Spermatophyta termasuk
dalam Class Dikotiledon merupakan Ordo Asterales dengan Familia
Asteraceae dan Genus Wedelia (Tjitrosoepomo, 2004)
2. Manfaat Wedelia biflora (L) DC.
Tumbuhan Wedelia biflora (L) DC. adalah salah satu spesies dari
famili Asteraceae yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat
tradisional. Seduhan akar dan batang tumbuhan ini digunakan untuk
menyembuhkan penyakit keputihan dan gonorhoe, sedangkan perasan dari
batang yang masih muda untuk mengobati luka dan bisul. Air rebusan
batang dan daunnya digunakan sebagai obat gatal-gatal, juga untuk
menurunkan panas dan diuretik (Heyne, 1987). Daerah Lombok Barat
8
memanfaatkan W. biflora ini untuk mengobati sakit maag (Sirajudin,
2000).
Daun W. biflora memiliki kepentingan untuk obat, terutama untuk
penggunaan luar. Mengobati luka terpotong atau terkena gigitan. Cairan
yang diambil dari daunnya dapat digunakan untuk mengobati sakit perut
atau digunakan untuk ibu yang baru bersalin. Akar digunakan untuk obat
penyakit kelamin (Noor dkk., 2012). W. biflora juga sering digunakan
sebagai obat untuk mengobati sakit gigi, keputihan, obat luka dan untuk
meredakan demam (Ginting, 2012). Selain itu tumbuhan ini dapat
dimanfaatkan untuk rematik dan sakit empedu. W. biflora berpotensi
sebagai obat analgesik yang setara dengan ibuprofen pada dosis 30 mg/kg
(Bonix dkk., 2017).
3. Kandungan Kimia Wedelia biflora (L) DC
Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan Afnidar (2014) kalus
batang dan kalus daun W. biflora mengandung alkaloid dan terpenoid,
khusus untuk kalus daun juga mengandung flavonoid. Penelitian yang
dilakukan Ginting (2012) daun W. biflora mengandung dan saponin. Uji
fitokimia yang dilakukan Hasballah dkk., (2006) menunjukkan bahwa
ekstrak n-Heksana akar serta ekstrak metanol akar dan batang W. biflora
mengandung senyawa terpenoid, sedangkan n-heksana batangnya
mengandung senyawa terpenoid dan steroid.
Penelitian yang dilakukan Uli dkk., (2012) ektrak metanol W.
biflora mengandung alkaloid, flavonoid, steroid dan terpenoid. Selain itu
9
skrining daun W. biflora yang dilakukan oleh Sirajudin (2000) didapatkan
kandungan minyak atsiri (terpen-terpen), terpenoid bebas dan senyawa
polifenol.
a. Alkaloid
Alkaloid ialah senyawa mengandung nitrogen yang bersifat basa
dari tumbuhan atau hewan, umumnya memiliki struktur yang rumit dan
sifat farmakologis yang nyata (Hart, 2003). Alkaloid biasanya tersebar luas
dalam tumbuhan. Berbagai penelitian menyatakan bahwa persentase jenis
tumbuhan yang mengandung alkaloid terletak dalam rentang 15-30%.
Beberapa kesepakatan menyatakan bahwa tidak semua tumbuhan yang
dikenal berakaloid mengandung alkaloid disetiap bagian tubuhnya atau
disetiap tahap pertumbuhannya. Alkaloid ini telah dikenal selama
bertahun-tahun dan menarik perhatian karena pengaruh fisiologisnya
terhadap mamalia dan pemakaiannya pada bidang farmasi. Alkaloid ini
dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan, antifungi dan antibakteri (Robinson, 1995). Alkaloid menurut
Jouvenaz et al., (1972) dan Karou (2006) dapat menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dan gram negatif.
b. Flavonoid
Favonoid merupakan pigmen paling umum dan terdapat pada
seluruh tumbuhan mulai dari fungi sampai angiospemae. Pada tumbuhan
tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian generatif maupun dalam
bunga (vegetatif). Kemungkinan fungsi flavonoid bagi tumbuhan ialah
10
untuk pengaturan fotosintesis, kerja anti mikroba dan anti virus, serta kerja
terhadap serangga. Efek flavonoid terhadap berbagai organisme sangat
beragam menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid
dipakai dalam pengobatan tradisional (Robinson, 1995).
c. Steroid
Menurut penelitian Taleb-contini dkk.,(2003) campuran steroid
menunjukan aktif terutama terhadap strain Steptococcus mutans dan
Streptococcus sobrinus. Inti steroid dasar sama dengan inti ianosterol dan
triterpenoid tetrasiklik lain, tetapi hanya pada dua gugus metil yang terikat
pada sistem cincin, pada posisi 10 dan 13. Rantai samping delapan-karbon
yang terdapat dalam ianosterol juga terdapat dalam banyak steroid,
terutama dari sumber hewan, tetapi kebanyakan steroid tumbuhan
mempunyai satu atau dua ataom karbon tambahan (Robinson, 1995).
d. Terpenoid
Terpenoid ditemukan secara alami dalam tumbuhan tidak dalam
keadaan bebas tetapi sebagai ester atau glikosida. Manfaat terpenoid bagi
tumbuhan adalah fitoaleksin (fitoaleksin adalah suatu senyawa anti
mikroba yang dibiosintesis dan diakumulasikan oleh tanaman setelah
terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia
tertentu dan radiasi dengan sinar UV), Insect antifectan, repellant,
pertahanan tubuh dari herbifora, dan feromon hormon tumbuhan (feromon
adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki
daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina) (Robinson, 1995).
11
e. Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang
menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat
yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang
rendah sering menyebabkan hemolisis pada sel darah merah. Dalam
larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan
tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan
selama beratus-ratus tahun, selain itu saponin juga bekerja sebagai anti
mikroba (Robinson, 1995).
B. Senyawa Antimikroba
Zat antimikroba diartikan sebagai bahan yang mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Dalam penggunaan umumnya,
istilah ini menyatakan penghambatan pertumbuhan dan bila dimaksudkan
untuk kelompok-kelompok organisme yang khusus, maka sering kali
digunakan istilah-istilah seperti antibakterial atau antifungal (Pleczar dan
Chan, 2009).
Antimikroba alami merupakan suatu produk atau bahan metabolit
yang dapat dihasilkan oleh tumbuhan hewan, bakteri dan jamur dan dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Zat anti mikroba mengandung senyawa
kimia berupa saponin, tanin, flavonoid dan minyak atsiri yang terdapat dalam
tumbuhan (Strobel dalam Fatiqin, 2010). Senyawa kimia lain seperti alkaloid,
terpenoid dan saponin yang terkandung pada tumbuh-tumbuhan atau hewan
juga berperan sebagai antimikroba (Robinson, 1995)
12
Menurut Fifendy (2017), cara kerja dari suatu senyawa antimikroba
itu ada 5 diantaranya adalah:
1. Kerusakan Pada Dinding Sel
Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat
pembentukan atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.
2. Perubahan Permeabelitas Sel
Membran memelihara intregitas komponen-komponen seluler.
Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel.
3. Perubahan Molekul Protein dan Asam Nukleat
Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan protein dan
asam nukleat, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat
dapat merusak sel tanpadapat memperbaikinya kembali.
4. Penghambatan Kerja Enzim
Pengambatan kerja enzim dapat mengakibatkan terganggunya
metabolisme atau matinya sel.
5. Penghambatan Proses Sintesis Asam Nukleat dan Protein
Gangguan apapun yang terjadi pada sintesis asam nukleat dan
protein dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.
Menurut Pratiwi (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap suatu
senyawa antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode
pokok yakni:
13
1. Metode Difusi
Metode difusi digunakan untuk mengukur aktivitas antibakteri
berdasarkan pengamatan dari diameter zona jernih yang dihasilkan pada
media karena adanya agen antibakteri yang berdifusi dari tempat awal
pemberian. Metode ini dilakukan dengan menempatkan agen antibakteri
pada media padat yang telah diinokulasikan biakan bakteri. Ada beberapa
pembagian dari metode difusi antara lain adalah 1) Metode disk diffusion,
2) E-test, 3) Dich-plate technique, 4) Cup-plate technique, 5) Gradient-
plate technique.
2. Metode Dilusi
Metode ini digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimal
(KMH), yaitu konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan
bakteri, dan menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM), yaitu konsentrasi
rendah yang dapat membunuh bakteri. Metode dilusi ini terbagi dua yaitu
metode dilusi cair dan metode dilusi padat. Keuntungan dari penggunaan
metode ini adalah satu konsentrasi agen mikroba yang diuji dapat
digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi 2008).
C. Streptococcus mutans
Bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat
nonmotil, dan merupakan bakteri anaerob fakultatif. Secara khas S. Mutans
berbentuk bulat yang dapat membentuk pasangan atau rantai selama masa
pertumbuhannya dengan diameter 0,5-0,7 µ (Brooks et al., 2007).
14
Gambar 2. Bentuk mikroskopis Streptococcus mutans
menggunakan mikroskop elektron (Bergey
dalam Mukti, 2012)
Klasifikasi ilmiah dari Streptococcus mutans menurut Bergey’s
Manual of Systematic Bacteriology (2009) berasal dari kingdom monera
dengan phylum firmicutes yang termasuk pada class bacilli merupakan order
lactobacillales dengan family streptococcaceae dan genus streptococcus.
Streptococcus mutans merupakan jenis bakteri yang berperan sebagai
agen utama dalam metabolisme plak. Komponen plak gigi dari
mikroorganisme normal rongga mulut ini dapat menjadi patogen jika
populasinya meningkat sehingga proses karies berlangsung lebih cepat
(Natarini, 2007). S. mutans dapat tumbuh subur dalam susasana asam dan
dapat menempel pada permukaan gigi serta saling berikatan satu dengan yang
lainnya. Hasil fermentasi metabolismenya menghidrolisis sukrosa menjai
komponen monosakarida, fruktosa dan glukosa. Enzim glukosiltransferase
selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula
utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan
dekstran menempel pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi (Pratiwi,
2008).
15
Streptococcus mutans merupakan bakteri yang memulai terjadinya
pertumbuhan plak pada permukaan gigi. Terjadinya hal itu disebabkan karena
kemampuan spesifik yang dimiliki oleh bakteri tersebut menggunakan
sukrosa untuk menghasilkan suatu produk ekstraseluler yang lengket yang
disebut dextran yang berbasis polisakarida dengan perantaraan enzim
dextransucrase (hexocyltransferase) yang memungkinkan bakteri-bakteri
tersebut membentuk plak, sedangkan untuk menghasilkan asam laktat,
Streptococcus mutans bersama-sama dengan Streptococcus sabrinus dan
Lactobacillus, memainkan peran yang sangat penting melalui enzim
glucansucrase yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut. Asam yang
dihasilkan terus menerus melalui pemecahan substrat yang selalu tersedia,
akan merubah lingkungan rongga mulut menjadi lebih asam (pH 5,2 – 5,5),
maka email mulai mengalami proses demineralisasi sehingga terjadilah
karies (Vinogradof et al., 2004; Argimȏn & Caufiled, 2011 dalam Martina,
2012).
Mekanisme terbentuknya karies pada gigi dimulai dari perlekatan
Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Adesin pada S. mutans yaitu
antigen I/II berinteraksi dengan α-galaktosida pada senyawa glikoprotein
turunan saliva pada partikel gigi. S. mutans yang terakumulasi pada
permukaan gigi dapat terbentuk apabila mendapat bantuan glukosa. Glukosa
tadi diubah oleh enzim glukosiltransferase (GTF) pada bakteri menjdi glukan
ekstraselular. Glukan yang tidak larut ini melekat pada permukaan gigi dan
disebut dengan plak gigi. S. mutansi memiliki glucan binding protein (GBP)
16
yang dapat berikatan dengan glukan secara spesifik. Selain berikatan dengan
GBP, glukan berikatan dengan GFT yang memiliki glucan binding domain
yang berfungsi sebagai reseptor glukan. Dengan demikian bakteri ini dapat
terakumulasi pada permukaan gigi. Proses perubahan glukosa menjadi glukan
menghasilkan asam laktat. Adanya asam menurunkan pH saliva menjadi 5,5
sehingga dapat melarutkan jaringan keras pada permukaan gigi (Taubman and
Nash, 2006 dalam Wibowo, 2013).
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2018 di Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Negeri Padang.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain autoclave, cawan
petri, inkubator, rotary vacum evaporator, elenmeyer 1000 ml, tabung reaksi,
jarum ose, beaker glass 100 ml, gelas ukur 10 ml, timbangan analitik, lampu
bunsen, vortex, jangka sorong, batang pengaduk, mikro pipet, kasa, drill
glass, kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan bunga
Wedelia biflora (L) DC., metanol teknis, alkohol 70%, NaCl 0,9 %, aquades,
listerin 10% sebagai kontrol positif, kertas HVS, kertas Whatman No. 1
sebagai kertas cakram, Nutrien agar (NA), plastik warp, kertas label,
alumunium foil, kain kasa, kapas dan biakan murni bakteri Streptococcus
mutans.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Rancangan penelitian
yang digunakan untuk ke 2 sampel penelitian yaitu daun dan bunga adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 11 perlakuan dan 2 kali ulangan.
17
18
Konsentrasi ekstrak daun dan bunga Wedelia biflora (L) DC yang digunakan
yaitu:
A = Listerin 10 % (kontrol positif)
B = Ekstrak daun W. biflora 5%
C = Ekstrak daun W. biflora 11%
D = Ekstrak daun W. biflora 18%
E = Ekstrak daun W. biflora 25%
F = Ekstrak daun W. biflora 33%
G = Ekstrak bunga W. biflora 5%
H = Ekstrak bunga W. biflora 11%
I = Ekstrak bunga W. biflora 18%
J = Ekstrak bunga W. biflora 25%
K = Ekstrak bunga W. biflora 33%
D. Prosedur Kerja
1. Persiapan Penelitian
a. Sterilisasi alat
Sebelum alat dan bahan digunakan harus disterilisasi terlebih
dahulu. Semua alat dan bahan dibungkus dengan kertas koran dan
dimasukkan kedalam autoclave dengan suhu 1210C dan tekanan 15 psi
selama 15 menit. Alat yang tidak tahan dengan pemanasan tinggi
disterilkan dengan alkohol 70%.
19
b. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA)
Timbang NA (15 Agar, 5 gram Pepton, 3 Beef extract) sebanyak 20
gram kemudian dilarutkan dengan aquades 1000 ml dalam elenmeyer.
Setelah itu dipanaskan sampai medium mendidih, lalu ditutup dengan
kapas yang telah dibungkus dengan kain kasa dan sterilkan dalam
autoclave.
c. Peremajaan biakan bakteri
Biakan murni bakteri Streptococcus mutans yang diperoleh dari
Laboratorium Mikrobiologi UNAND diremajakan pada medium NA
dengan cara medium NA dituang kedalam tabung reaksi dan dimiringkan
450C lalu didinginkan agar diperoleh media miring. Bakteri diambil
dengan jarum ose dari stok murni, lalu bakteri yang diambil dengan jarum
ose digoreskan pada medium NA yang ditabung reaksi secara aseptis
dengan mendekatkan pada nyala api. Biakan diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 370C dalam inkubator.
d. Pembuatan Suspensi Bakteri
Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan cara menyiapkan 5
tabung reaksi. Isi masing-masing tabung dengan 9 ml NaCl 0,9 %. Ambil
1 ose biakan murni Streptococcus mutans yang berumur 24 jam
dimasukkan kedalam tabung reaksi pertama lalu divortex agar homogen.
Kemudian, ambil 1 ml hasil pengenceran tabung pertama dimasukkan ke
tabung reaksi ke-2 lalu divortex, lakukan hal yang sama sampai tabung
reaksi ke-5 sehingga diperoleh pengenceran 10-5
.
20
e. Penyiapan Kertas Cakram
Kertas cakram dibuat dengan memotong kertas saring Whatman
nomor 1. Kertas saring dipotong seperti lingkaran menggunakan pelobang
kertas yang berdiameter 5 mm lalu disterilkan dalam autoclave dengan
suhu 1210C selama 15 menit.
f. Persiapan Sampel Wedelia biflora (L) DC
Sampel dari penelitian ini adalah daun dan bunga dari (Wedelia
biflora (L) DC.), bagian yang diambil untuk daun adalah daun yang
nomor tiga dari pucuk sampai daun yang dianggap belum mencapai
kategori daun tua dengan bentuk morfologi bercak-bercak hitam dan
kondisi permukaan sedikit kaku, sedangkan untuk bunga yang diambil
adalah semua bagian bunga (bunga pita dan bunga tabung). Sampel yang
telah diperoleh bersihkan dengan cara dicuci, ditiriskan dan dipotong
kecil-kecil dan dekering anginkan (dikeringkan tidak dibawah sinar
matahari langsung).
g. Ekstraksi Wedelia biflora (L) DC. dengan Metode Maserasi
Sampel yang telah kering ditimbang masing-masingnya sebanyak
250 gr ( 250 gr bunga dan 250 gr daun Wedelia biflora (L) DC.)
masukkan masing-masing sampel kedalam tabung perendaman yang
berbeda lalu dicampur dengan metanol sebanyak 1 L untuk setiap
sampelnya, selanjutnya larutan dimaserasi selama 72 jam. Setelah itu
larutan disaring dengan kain kasa, selanjutnya filtrat dipekatkan dengan
rotary evaporator pada suhu 500C selama 5 jam.
21
h. Pembuatan Konsentrasi
Pembuatan konsentrasi ekstrak daun dan bunga Wedelia biflora (L)
DC. adalah sebagai berikut:
1) 1 ml larutan listerin ditambah 9 ml aquades hingga lautan menjadi 10
ml sebagai kontrol dengan konsentrasi 10%
2) 0,5 gr ekstrak daun dan bunga W. biflora masing-masingnya dilarutkan
dengan 9,5 ml aquades untuk konsentrasi 5%.
3) 1 gr ekstrak daun dan bunga W. biflora masing-masingnya dilarutkan
dengan 9 ml aquades untuk konsentrasi 11%.
4) 1,5 gr ekstrak daun dan bunga W. biflora masing-masingnya dilarutkan
dengan 8,5 ml aquades untuk konsentrasi 18%.
5) 2 gr ekstrak daun dan bunga W. biflora masing-masingnya dilarutkan
dengan 8 ml aquades untuk konsentrasi 25%.
6) 2,5 gr ekstrak daun dan bunga W. biflora masing-masingnya dilarutkan
dengan 7,5 ml aquades untuk konsentrasi 33%.
E. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metoda disk diffusion (difusi agar)
yaitu kertas cakram direndam selama 30 menit pada masig-masing
konsentrasi ekstrak daun dan bunga Wedelia biflora (L) DC dan listerin.
Media NA dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah diserilkan lalu
biarkan mengeras. Selanjutnya ambil 0,5 ml suspensi bakteri S. mutans
dengan mikro pipet dan diinokulasi pada permukaan medium NA yang ada
pada cawan petri, inokulasi ini dilakukan dekat nyala bunsen, selanjutnya
22
suspensi bakteri diratakan menggunakan drill glass, hal yang sama
dilakukanpada cawan petri selanjutnya. Kertas cakram yang telah direndam
tadi diangkat kemudian diletakkan pada permukaan medium NA yang telah
diberi bakteri Streptococcus mutans secara perlahan dan ditekan sedikit agar
kertas cakram menempel pada medium NA. Hal yang sama dilakuakan pada
konsentrasi lainnya, setelah selesai cawan petri ditutup dan dililit dengan
plastik warp disekelilingn cawan petri dan penutup hal ini dilakukan agar
tidak terjadi kontaminasi. Lalu masukkaan cawan petri pada inkubator pada
suhu 370C selama 24 jam dengan posisi terbalik.
F. Pengamatan
Setelah di inkubasi selama 24 jam maka dilihat zona hambat yang
terbentuk berupa zona bening disekitar cakram. Pengukuran zona hambat
dilakukan menggunakan jangka sorong dengan tiga daerah pengukuran, yaitu
daerah terpanjang, terpendek dan menengah kemudian mencari rata-ratanya
untuk mendapatkan diameter zona bebas bakteri.
G. Analisis Data
Data hasil pengamatan diolah secara statistik menggunakan uji
ANOVA (Analysis Of Variance) dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf α
5%. Hasil analisis dibuat dalam bentuk tabel.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan daya hambat ekstrak bunga dan daun
Wedelia biflora (L) DC terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
menunjukan adanya zona bening atau zona hambat terhadap pertumbuhan
bakteri tersebut. Hasil pengamatan ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengukuran daya hambat ekstrak Wedelia biflora (L) DC
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
Perlakuan Rata-rata zona hambat
(mm)
Notasi
F. Ekstrak bunga W. biflora 33% 15,47 a
E. Ekstrak bunga W. biflora 25% 15,05 a
D. Ekstrak bunga W. biflora 18% 14,98 a
C. Ekstrak bunga W. biflora 11% 14,17 ab
J. Ekstrak daun W. biflora 25% 12,45 bc
K. Ekstrak daun W. biflora 33% 11,87 bcd
I. Ekstrak daun W. biflora 18% 10,55 cde
H. Ekstrak daun W. biflora 11% 10,1 cde
B. Ekstrak bunga W. biflora 5% 9,97 de
G. Ekstrak daun W. biflora 5% 9,9 de
A. Listerin 10% 9,52 e
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, berbeda nyata pada α
5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa masing-masing konsentrasi
ekstrak bunga dan daun Wedelia biflora (L) DC mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Zona hambat terbesar diperoleh
dari ekstrak bunga W. biflora 33% sebesar 15,47mm, zona hambat terkecil
diperoleh dari ekstrak daun W. biflora 5% sebesar 9,9 mm dan kontrol positif
yaitu listerin 10% memiliki zona hambat sebesar 9,52 mm. Berdasarkan hasil
analisis data menunjukkan F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf α 5%
23
24
yang berarti terjadi perbedaan yang nyata antar perlakuan. Perbedaan ini
dapat diperhatikan dari notasi masing-masing perlakuan.
Gambar zona hambat ekstrak W. biflora terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3. Hasil uji ekstrak W. biflora terhadap pertumbuhan S.mu-
tans. A. Menggunakan ekstrak daun , B. Menggunakan
ekstrak bunga. a) Bakteri S. mutans, b) Kertas cakram, c)
Zona hambat.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui ekstrak
daun dan bunga Wedelia biflora (L) DC memiliki daya antibakteri terhadap
Streptococcus mutans hal ini diketahui dengan adanya zona hambat yang
terbentuk disekeliling kertas cakram pada setiap konsentrasi yang digunakan.
Zona hambat merupakan daerah jernih disekeliling kertas cakram yang telah
diberi ekstrak dan tidak ditumbuhi oleh bakteri. Menurut Pratiwi (2008) area
jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
antimikroba pada permukaan media agar.
Terbentuknya zona bening di sekeliling kertas cakram disebabkan
oleh adanya senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak yang
c
b
a
c
b
a
A B
25
berperan sebagai antimikroba. Menurut Lakitan (2004) senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan berfungsi untuk melindungi
tumbuhan dari serangan bakteri, jamur dan jenis patogen lainnya. Senyawa
metabolit sekunder yang berperan sebagai antimikroba yang terdapat didalam
tumbuhan W. biflora antara lain adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan
steroid (Uli dkk., 2012). Menurut Naim (2005) alkaloid merupakan senyawa
nitrogen heterosilik yang banyak terkandung pada tanaman dan digunakan
sebagai bahan antimikrobial karena mampu membunuh bakteri dengan
merusak DNA bakteri tersebut. Selain itu senyawa flavonoid memiliki
kemampuan dalam mengikat protein ekstra seluler dan dinding sel bakteri,
merusak lapisan lipid pada sel bakteri dan melisis sel bakteri (Robinson,
1995). Flavonoid merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder pemberi
pigmen warna pada tumbuhan, salah satu kelompok flavonoid memberi
pigmen warna kuning atau gading pada bunga (Salisburi, 1995). Seperti
warna kuning cerah pada bunga W. biflora yang disebabkan oleh senyawa
flavonoid.
Berdasarkan Tabel 1 diketahui pemberian konsentrasi ekstrak yang
berbeda menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang
berbeda pula. Diameter zona hambat terbesar diperoleh pada ekstrak bunga
W. biflora 33% sebesar 15,47 mm dan diameter zona hambat terkecil
diperoleh pada daun W. biflora 5 % sebesar 9,9 mm. Perbedaan diameter zona
hambat ini dapat disebabkan oleh jumlah zat aktif antimikroba yang
terkandung didalam ekstrak, semakin banyak senyawa antimikroba didalam
26
ekstrak semakin bagus cara kerja ekstrak dalam menghambat pertumbuhan
mikroba. Perbedaan bagian tubuh tumbuhan juga berpengaruh karena tidak
setiap bagian tumbuhan memiliki kadar antimikroba yang sama. Selain itu
daya difusi suatu ekstrak juga mempengaruhi besar kecilnya zona hambat.
Menurut Dali dkk.,(2011) perbedaan diameter zona hambat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya kepekaan pertumbuhan, reaksi antara bahan aktif
dengan medium dan suhu inkubasi, pH lingkungan, komponen media,
stabilitas obat, ukuran inokulum, waktu inkubasi dan aktivitas metabolik
mikroorganisme. Selain itu kandungan senyawa antibakteri dan difusi suatu
ekstrak juga mempengaruhi kerja anti mikroba (Brooks, 2007).
Menurut Davis dan Stout (1971) dalam Dewi (2010) kriteria kekuatan
daya anti bakteri sebagai berikut: diameter zona hambat 5 mm atau kurang
maka aktivitas penghambatan di kategorikan lemah, diameter zona hambat
sebesar 5-10 mm maka dikategorikan sedang, diameter zona hambat sebesar
10-20 mm dikategorikan sangat kuat dan jika diameter 20 mm atau lebih
maka aktivitas penghambatan dikategorikan sangat kuat. Berdasarkan
kategori tersebut maka ekstrak bunga dan daun 11-33 % dikategorikan
aktivitas penghambatan bakterinya kuat, ekstrak bunga dan daun 5%
dikategorikan sedang.
Berdasarkan Tabel 1 juga diketahui, pemberian konsentrasi yang sama
dengan ekstrak yang berbeda memberikan diameter zona hambat yang
berbeda. Ekstrak bunga W. biflora memiliki diameter zona hambat yang lebih
besar dibandingkan dengan ekstrak daun W. biflora. Pada ekstrak bunga
27
dengan konsentrasi 33% mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans
dengan diameter zona hambat sebesar 15,47 mm, sedangkan pada ekstrak
daun 33% hanya memiliki diameter zona hambat sebesar 11,87 mm. Dapat
dilihat dengan konsentrasi yang yang sama memberikan efek penghambatan
perumbuhan bakteri yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh senyawa
aktif dalam bunga W. biflora lebih bagus dari pada ekstrak daun W. biflora.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan ada beberapa perlakuan
yang berbeda nyata dan ada beberapa perlakuan yang tidak berbeda nyata.
Hal ini dapat kita perhatikan dari notasinya. Dari Tabel 1 diketahui perlakuan
C, D, E, F tidak berbeda nyata antar perlakuan tersebut akan tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan I, H, B, G, A. Perlakuan B (ekstrak bunga 5%) dan G
(ekstrak daun 5%) tidak berbedanya nyata dengan perlakuan A (kontrol). Hal
ini berarti ekstrak bunga 5% dan ekstrak daun 5% merupakan konsentrasi
yang efektif dalam mengambat pertumbuhan S. mutans karena diameter zona
hambat yang terbentuk pada konsentrasi tersebut menyamai diameter zona
hambat pada kontrol positif, hal ini memungkinkan dapat digunakannya daun
dan bunga W. biflora sebagai pengganti peran obat kumur komersial untuk
mengatasi karies gigi.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa konsentasi ekstrak daun W.
biflora 5% dan ekstrak bunga W. biflora 5% sebagai konsentrasi terbaik
dalam menghambat pertumbuhan S. mutans karena dalam pemanfaatan
tanaman sebagai bahan dasar obat-obatan tentu diperhatikan dosis yang aman
bagi penggunanya. Oleh sebab itu konsentrasi daun dan bunga 5% yang
28
efektif digunakan karena pada konsentrasi inilah yang hampir menyamai
kontrol, semakin rendah suatu konsentrasi obat namun memiliki kemampuan
yang tinggi dalam mengobati maka semakin rendah resiko efek samping yang
akan di alami oleh pengguna. Hal ini sesuai dengan pendapat Nursiyah (2013)
pemakaian tanaman obat tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil
jika diperhatikan kebenaran bahan, ketepatan dosisnya dan ketepatan waktu
penggunaan.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat
disimpulankan bahwa:
1. Ekstrak Wedelia biflora (L) DC memiliki potensi sebagai antibakteri ini
dibuktikan dengan kemampuannya menghambat pertumbuhan Streptococcus
mutans.
2. Konsentrasi yang paling efektif menghambat pertumbuhan S. mutans adalah
pada perlakuan ekstrak daun dan bunga Wedelia biflora (L) DC 5%
B. Saran
Pada penelitian ini telah dijelaskan bahwasanya tumbuhan Wedelia biflora
(L) DC memiliki kandungan antibakteri. Saran dari penelitian ini perlu dilakukan
uji lebih lanjut tentang isolasi kandungan senyawa antibakteri pada ekstrak
Wedelia biflora (L) DC dan pengujian terhadap bakteri gram positif maupun gram
negatif lainnya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguang pada makhluk
hidup.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Afnidar. 2014. Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kalus Tumbuhan
Sernai (Wedelia biflora (L)DC). Jurnal Jesbio. Vol III (4) : 9- 16.
Alfaida, S.M. Suleman, Hja. M. Nurdin. 2013. Jenis-Jenis Tumbuhan Pantai di
Desa Pelawa Baru Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong
dan Pemanfaatannya sebagai Buku Saku. Jurnal jepbiol. Vol 1 : 19-32.
Bonix, A.F., Rinidar, T. Armansyah TR., A. Harris, Rosmaidar, M.Isa. 2017.
Potensi Ekstrak Metanol Batang Sernai (Wedelia biflora) Sebagai
Anlagesik Pada Mencit (Mus musculus) dengan Metode Writhing
Abdominal. Jurnal Jimvet. Vol 01 (1) : 001- 006.
Brooks, G.F., Butel,J. S, dan Morse, S.A. 2007. Mikrobiologi Kedokteran.
Jawettz, Melnick, and Adelberg. Edisi ke-23. Jakarta: EGC.
Dali, S., Natsir, H. Usman, H. dan Ahmad, A. 2011. Bioaktivitas Antibakteri
Fraksi protein Alga Merah Gelidium amansii dari Perairan Cikoang
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Vol 15 (1): 47–52.
Dewi, Fajar Kusuma. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah mengkudu
(Morinda citrifolia L) terhadap bakteri Pembusuk Daging. Skripsi Sarjana
Fakultas Biologi Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Fatiqin, awalul. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endofit dari daun dan Kulit
Pulai (Alstonia scholaris) sebagai Senyawa Antibakteri Terhadap Bakteri
E.coli dan Staphylococcus aureus. Skripsi UIN: Malang
Fifendy, Mades. 2017. Mikrobiologi. Jakarta: Kencana.
Ginting, Binawati. 2012. Antifungal Activity Of Essential Oils Some Plants In
Aceh Province Against Candida albicans. Jurnal natural. Vol 12 (2) : 18-
22.
Hasballah K, Murniana dan Al-Azhar. 2006. Aktivitas anti bakteri dan anti fungal
dari Wedelia biflora. Jurnal Kedokteran Yarsi. Vol. 14 (1) : 038-045.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Jakarta: Departemen
Kehutanan.
Isa, Rinidar dan Sugito. 2012. Aktivitas Antiplasmodium Daun Sernai (Wedelia
biflora) berdasarkanEvaluasi Fungsi Ginjal dan Hati pada Mencit yang di
30
31
Infeksi dengan Plasmodium berghei. Jurnal Verteriner. Vol 13 (2) 167-
175.
Jannata, R.H., A. Gunadi, T. Ermawati (2014). Daya Antibakteri Ekstrak Kulit
Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 2 (1): 23-28
Jouvenez, Dp. Blum, M Ms., Maccconel, Jb. 1972. Antibacterial Activiti of
Fenom Alkaloid from The Imported Fire and Solepncsis Invicta Buren.
Amerikan society for Mikrobiologi. Vol 2 (4): 291-293.
Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Nahak, Maria Martina. 2012. Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica. L.)
Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans. Tesis
Program Studi ilmu Biomedik Universitas Udayana: Bali.
Naim, R. 2005. Senyawa Antikiroba dari Tanaman . dosen FKH dan Pascasarjana
IPB . (http://www.Iptek.net.id, diakses 21 juli 2018)
Natarini, Febrina Whidia. 2007. Perbandingan Efek Anti Bakteri Jus Anggur
Merah (Vitis vinifera) Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap
Streptococcus mutans. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Noor, Y.R., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Bogor: PHKA/WI-IP
Nurhayati. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Serunai Laut (Wedelia biflora
Linn) Terhadap Bakteri Salmonella thypi. Skripsi Sarjan PMIPA STKIP
PGRI SUMBAR: Padang.
Nursiyah. 2013. Studi deskriptif Tanaman Obat tradisional yang digunakan
Orangtua untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus melati Kecamatan
Kalikajar kabupaten Wonosobo. Skripsi Sarjana fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang: Semarang
Pintauli, S., T. Hamada. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan: USU Press
Pleczar, M.J., dan E.C.S.Chan. 1988. Dasar- dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI
Press
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Erlangga
32
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press
Sirajudin. 2000. Pemeriksaan Mkaroskopik, Mikroskopik dan Skrining Fitokimia
Daun Wedelia biflora (L) DC Suku Asteraceae. Skripsi. Fakultas Farmasi
UBAYA. Surabaya
Steenis, C.G.G.J. van. 2008. Flora “untuk Sekolah di Indonesia”. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Taleb-Contini, S. H., M. J Salvador, E. Watanabe, I.Y. Ito , D.C.R. Oliveira.
2003. Antimicrobial activity of Flavonoids and steroids isolated from two
chromolaena species. Vol 39 (4): 403-408.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta :
UGM Press
Uli A.D.S, K. Nurtjahja, dan C.F Zuhra. 2012. Pengahambat Pertumbuhan
Aspegilusf flavus dan Fusarium moniliforme Oleh Ekstrak Seruni (Wedelia
biflora) dan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia). Jurnal Artikel
Penelitian. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Ulvia, Nanda. 2017. Pengaruh Ekstrak Daun Seruni (Wedelia biflora) Terhadap
Mortalitas rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) Sebagai
Referensi Praktikum Mata Kuliah Entomologi. Skipsi Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry: Banda Aceh
Volk, W.A, dan M.F. Wheeler. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Whitman, W. B. 2009. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, 2nd
Edition,
Volume 3. USA: Departement of Microbiology 527 Biological Sciences
Building Universitas Of Georgia (http://www.springer.com/us/
book/9780387950419.html , diakses pada 5 Februari 2018)
Wibowo, Wanda Indriani. 2013. Uji daya Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun
Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) Terhadap Bakteri
Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Skripsi Sarjana Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
Yunasfi. 2013. Jenis-jenis Flora di Ekosistem Mangrove. Medan: USU Presps
33
42
Lampiran 1. Alur Kegiatan Penelitian
Alur Proses Sterilisasi Alat
Alur Proses Pembuatan Medium NA
Alur Proses Peremajaan Bakteri
Bungkus semua alat
dan bahan yang akan
disteril
Autoclave
Sterilisasi pada suhu
1210C dengan tekanan
15psi selama 15menit
Alat yang tidak tahan
panas sterilisasi
dengan alkoho 70%
Timbang NA 20 gr
dan masukkan
dalam erlenmeyer
Masukkan Medium
NA yang telah steril ke
dalam tabung reaksi
Tambahkan
1000ml aquades
Panaskan hingga
mendidih dan strerilisasi
dengan autoclave
Lakukan dekat
nyala api bunsen
34
42
Alur Proses Pembuatan Suspensi Bakteri
letakkan dengan posisi
tabung miring membentuk
sudut 45o sampai mengeras
Siapkan 5 tabung reaksi
Isi 9 ml larutan NaCl
fisiologi 0,9 M
ambil 1 ose biakan murni bakteri S. mutans dan
digoreskan secara aseptis
pada agar miring dan bekerja
dekat nyala api bunsen
Biakan murni
Tutup tabung reaksi lalu inkubasi selama
24 jam dalam inkubator dengan suhu 370C
Masukan 1 ose biakan peremajaan
bakteri kedalam tabung reaksi
pertama dan divortex,
S. mutans
Ambil 1 ml pengenceran pada
tabung pertama dimasukan ke
tabung kedua dan divortex,lakukan
hal yang sama sampai tabung ke-5,
didapat pengenceran 10-5
35
42
Alur Proses Pembuatan Kertas Cakram
Alur Proses Pembuatan Ekstrak Daun dan Bunga Wedelia biflora (L) DC.
kertas Cakram Whatman
nomor 1 dilubangi
dengan pelobang kertas
Sterilisasikan
Persiapkan kedua sampel daun
dan bunga sesuai kriteria
Cuci bersih maisng-masing sampel lalu
kering anginkan (dikeringkan tidak
dibawah sinar matahari langsung)
Rendam 200 gr sampel daun
kering dengan 1000 ml Metanol
Rendam 200 gr sampel Bunga
kering dengan 1000 ml Metanol
Diamkan selama
120 jam
Saring masing-masing larutan
sampel (daun dan bunga)
Filtrat
Pekatkan filtrat
dengan Rotary
evaporator
Masukkan ke
cawan petri
36
42
Alur Proses Pembuatan Konsentrasi
1 ml listeri + 9 ml
aquades
0,5 gr ekstrak
bunga+ 9,5 ml
aquades
0,5 gr ekstrak
daun + 9,5 ml
aquades
Untuk
konsentrasi 5 %
1 gr ekstrak
bunga + 9 ml
aquades
1 gr ekstrak
daun + 9 ml
aquades
Untuk
konsentrasi 11%
1,5 gr ekstrak
bunga + 8,5
ml aquades
1,5 gr ekstrak
daun + 8,5 ml
aquades
Untuk
konsentrasi 18%
2 gr ekstrak
bunga + 8 ml
aquades
2 gr ekstrak
daun + 8 ml
aquades
Untuk
Konsentrasi 25%
2,5 gr ekstrak
bunga + 7,5 ml
aquades
2,5 gr ekstrak daun + 8 ml
aquades
Untuk
Konsentrasi 33%
37
42
Alur Proses Pelaksanaan Penelitian
Persiapkan cawan
petri dan panaskan
medium NA
Tuang medium NA
kecawan petri dan lakukan
dekat nyala bunsen
Goyang cawan ptri diatas meja dengan
arah memutar lalu biarkan medum NA
mengeras
tuang masing-masig ekstrak pada 11
cawan petri
Rendam kertas
cakram selama 30
menit pad masing-
masing ekstrak
Bakteri hasil pengenceran ditanam
didalam enam cawan petri
sebanyak 0,5 ml dan diratakan
sampai seluruh permukaan media
tanam terkena bakteri
Kertas cakram yang telah direndam
pada masing-masing perlakuan
ditanam pada permukaan media
tanam yang telah ditanami bakteri
(pada masing –masing petri ada 5
perlakuan)
Tutup bibir cawan
petri dengan plastik
wrap dan ingkubasi
dengan inkubator
pada suhu 370C
selama 24 jam
38
42
Lampiran 2. Hasil Pengukuran
Tabel 1 : Hasil rata-rata pengukuran zona hambat masing-masing perlakuan
terhadap baktri Streptococcus mutans.
Perlakuan Ulangan (mm) Total
(mm)
Rata-rata
(mm) 1 2
A. Listerin 10% 9,50 9,53 19,03 9,52
B. Ekstrak bunga 5% 9,63 10,30 19,93 9,97
C. Ekstrak bunga 11% 12,00 16,33 28,33 14,17
D. Ekstrak bunga 18% 13,33 16,62 29,95 14.98
E. Ekstrak bunga 25% 13,57 16,53 30,10 15,05
F. Ekstrak bunga 33% 14,27 16,67 30,94 15,47
G. Ekstrak daun 5% 8,87 10,93 19,80 9,90
H. Ekstrak daun 11% 9,73 10,47 20,20 10,10
I. Ekstrak daun 18% 10,30 10,80 21,10 10,55
J. Ekstrak daun 25% 12,67 12,23 24,90 12,45
K. Ekstrak daun 33% 12,73 11 23,73 11.87
Jumlah 268,01 134,01
39
42
Lampiran 3. Analisis Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Wedelia
biflora (L) DC. Terhadap Pertumbuhan Bakteri
(Streptococcus mutans) dengan Metode Kertas Cakram
1. Faktor Korelasi (FK)
FK = ∑
=
=
= 3264,97
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JK Total = ∑ ni2 – FK
= (9,502 + 9,53
2 + 9,63
2 + 10,30
2 + ........ + 12,73
2 + 11
2) – 3264,97
= 3401,71 – 3264,97
= 136,74
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKPerlakuan =∑
- FK
= 19,032 + 19,93
2 +28,33
2 + ..... + 23,73
2 - 3264,97
2
=
- 3264,97
= 3375,32 – 3264,97
= 110,35
4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 136,74– 110,35
= 26,39
40
42
5. Derajat Bebas
a. Derajat bebas total (DBT)
DBT = (t.r)-1
= (11 x 2) – 1
= 22-1
= 21
b. Derajat Bebas Perlakuan
DBP = t-1
= 11 -1
= 10
c. Derajat Bebas Galat (DBG)
DBG = DBT- DBP
= 21- 10
= 11
6. Kuadrat tengah (KT)
a. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP =
=
= 11,04
b. Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG =
=
= 2,4
41
42
7. F hitung
Fhit =
=
= 4,60
Tabel 2. Sidik Ragam Diameter Bebas Bakteri Streptococcus mutans
Sumber
variasi
Derajat
Bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
Tengah
Fhitung F tabel
5% 1%
Perlakuan 10 110,35 11,04 4,60*
2,80
Galat 11 36,39 2,4
Total 21 -
Keterangan * berbeda nyata pada α 5%
KK =√
100%
= √
100%
=
100%
= 0,0116 100%
= 1,16%
BNT = t (α . dbg) sd
= t (0,05 11) 1,1
= 1,095
= 2,41
Sd = √
= √
= √
=
= 1,095
42
42
Tabel 3. Perbandingan rata-rata zona hambat S. mutans pada setiap perlakuan
Perlakuan Rata-
rata F E D C J K I H B G A BNT Notasi
F.Bunga
33% 15,47 - 2,41
a
E.Bunga
25% 15,05 0,42
ns 2,41
a
D.Bunga
18% 14,98 0,49
ns 0,07
ns 2,41
a
C.Bunga
11% 14,17 1,3
ns 0,88
ns 0,81
ns 2,41
ab
J.Daun
25% 12,45 3,02* 2,6* 2,45* 1,72
ns 2,41
bc
K.Daun
33% 11,87 3,6* 3,18* 3,11* 2,3
ns 0,58
ns 2,41
bcd
I.Daun 18% 10,55 4,92* 4,5* 4,43* 3,62* 1,9ns
1,32ns
2,41 cde
H.Daun
11% 10,1 5,37* 5,37* 4,88* 4,07* 2,35
ns 1,77
ns 0,45
ns 2,41
cde
B.Bunga
5% 9,97 5,5* 5,08* 5,01* 4,2* 2,48* 1,9
ns 0,58
ns 0,13
ns 2,41
de
G.Daun 5% 9,9 5,57* 5,15* 5,08* 4,27* 2,55* 1,97ns
0,65ns
0,2ns
0,1ns
2,41 de
A.Listerin
10% 9,52 5,95* 5,53* 5,46* 4,65* 2,93* 2,35* 1,03
ns 0,58
ns 0,5
ns 0,38
ns 2,41
e
43
42
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian
Filtrat daun W. biflora
Ekstraksi dengan Evaporator
Filtrat bunga W.
biflora
Ekstrak Daun W. biflora
44
42
Pembuatan Medium NA Ekstrak bunga W. biflora
Pengenceran Ekstrak W. biflora Pembuatan suspoensi bakteri
uji
45
42
Penanaman bakteri uji ke
cawan petri
Penanaman kertas cakram
Pengukuran Zona hambat
46
42
Lampiran 5.Hasil Daya Hambat Ekstrak Wedelia biflora (L) DC Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans
Listerine 10% sebagai kontrol
positif
Ekstrak daun Wedelia biflora
(L) DC pada ulangan I
Ekstrak daun Wedelia biflora (L)
DC pada ulangan II
Ekstrak bunga Wedelia biflora
(L) DC pada ulangan I
47
42
Ekstrak bunga Wedelia biflora
(L) DC pada ulangan II
48
42
49
42